19
7 BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar 2.1.1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Hasil merupakan pembuktian kompetensi dari proses belajar yang dinyatakan dengan nilai atau angka pencapaian kompetensi yang berupa pengalaman baru yang didapat dari proses belajar yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa dari tidak kompeten menjadi kompeten, menjadi terampil, dan mampu menjadi manusia yang mampu menggunakan akal pikirannya sebelum bertindak dan mengambil keputusan sebelum melakukan sesuatu (Gagne , dalam Djamarah 2011). Gordon (dalam Mulyasa, 2006) mengungkapkan aspek yang terkandung dalam kompetensi sebagai berikut: (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (understanding), (3) keterampilan (skills), (4) nilai (value), (5) sikap (attitude), (6) minat (interest). Dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya prestasi belajar untuk dijadikan tolok ukur usaha belajar yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar-mengajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila pemberian materi dirasa cukup, guru dapat melakukan ulangan yang hasilnya akan

BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar 2.1.1 ......7 BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar 2.1.1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

LANDASAN TEORITIK

2.1. Prestasi Belajar

2.1.1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Hasil

merupakan pembuktian kompetensi dari proses belajar yang dinyatakan dengan

nilai atau angka pencapaian kompetensi yang berupa pengalaman baru yang

didapat dari proses belajar yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa dari

tidak kompeten menjadi kompeten, menjadi terampil, dan mampu menjadi

manusia yang mampu menggunakan akal pikirannya sebelum bertindak dan

mengambil keputusan sebelum melakukan sesuatu (Gagne , dalam Djamarah

2011).

Gordon (dalam Mulyasa, 2006) mengungkapkan aspek yang terkandung

dalam kompetensi sebagai berikut: (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman

(understanding), (3) keterampilan (skills), (4) nilai (value), (5) sikap (attitude), (6)

minat (interest).

Dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya prestasi belajar untuk

dijadikan tolok ukur usaha belajar yang telah dicapai siswa setelah melakukan

kegiatan belajar-mengajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila

pemberian materi dirasa cukup, guru dapat melakukan ulangan yang hasilnya akan

8

digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar siswa. Salah satu ulangan untuk

mengukur prestasi belajar siswa adalah ulangan semester, yang berfungsi melihat

sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program

pelajaran selama satu semester (Azwar, 2011).

Untuk melakukan pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan penjabaran

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada menjadi indikator-indikator.

Penilaian oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar

peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran dan

disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran yang

disampaikan pada akhir proses belajar mengajar. Setiap pendidik melaporkan nilai

pada satuan pendidikan dalam bentuk nilai prestasi belajar peserta didik disertai

deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh (Depdiknas, 2008).

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diungkap oleh Gagne

(1977), dalam Nasution (1993), yang dijelaskan kembali oleh Djamarah (2011)

sebagai berikut:

1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa

a. Motivasi

Menurut Nasution (dalam Djamarah 2011) menyatakan bahwa:

“Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu”

9

Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan siswa tergerak

melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Dengan kata lain, seseorang mempunyai tujuan tertentu dari segala

aktivitasnya. Ada tidaknya motivasi individu untuk belajar sangat

berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu sendiri. Siswa yang

tidak mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin melakukan

aktifitas belajar dan prestasi belajarnya pun akan rendah. Sebaliknya

siswa yang mempunyai motivasi belajar, akan dengan baik melakukan

aktivitas belajar dan memiliki prestasi belajar yang lebih baik.

b. Bakat

Sunarto & Hartono (dalam Djamarah 2011) mengungkapkan:

“Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang

merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan.”

Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi, akan

tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau

motivasi agar bakat dapat terwujud. Jadi setiap siswa memiliki bakat

dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi ketingkat tertentu sesuai

kemampuan masing-masing. Apabila bakat siswa dikembangkan

secara optimal, prestasi belajarnya akan tinggi. Akan tetapi sebaliknya

apabila bakat siswa tidak dikembangkan secara optimal, maka prestasi

siswa tidak akan meningkat.

10

c. Minat

Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap

sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan, sehingga apa

yang diinginkannya dapat dicapai sesuai dengan keinginannya.

Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan

disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Apabila siswa

kurang berminat dalam mata pelajaran yang diajarkan, dapat memakai

insentif untuk menumbuhkan minat siswa. Djamarah (2011)

menyatakan bahwa :

“Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang

agar melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau yang

tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan pemberian insentif akan

membangkitkan motivasi anak didik dan mungkin minat terhadap

bahan yang diajarkan akan muncul.”

Slameto (dalam Djamarah 2011) mengungkapkan bahwa cara yang

paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang

baru adalah dengan membangkitkan minat-minat siswa yang telah

ada. Misalnya, beberapa orang anak didik menaruh minat pada olah

raga balap mobil. Sebelum mengajarkan percepatan gerak, guru dapat

menarik perhatian anak didik dengan menceritakan sedikit mengenai

balap mobil yang baru saja berlangsung, kemudian sedikit demi

sedikit diarahkan ke materi pelajaran yang sesungguhnya.

11

Minat belajar yang tinggi akan berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa tinggi. Sebaliknya minat belajar yang rendah akan

berdampak pada prestasi belajar siswa rendah.

d. Disiplin belajar

Disiplin yang sejati harus datang dari dalam diri siswa itu sendiri,

jika dipaksa dari luar hanya akan berlangsung selama orang yang

memaksakannya ada atau memberikan ancaman hukuman. Dengan

demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin didalam

belajar baik dalam menetapkan waktu belajar. Siswa yang mempunyai

disiplin belajar dapat mengatur waktu belajar dan prestasi belajar yang

baik akan dicapainya, sebaliknya siswa yang tidak mempunyai

disiplin belajar akan membuang waktunya untuk kegiatan yang

kurang bermanfaat, seperti bermain game, jalan-jalan dan prestasi

belajar siswa akan menurun.

e. Kecerdasan/ Inteligensi

Kecerdasan merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang

siswa dalam mencapai prestasi belajarnya. Dalyono (dalam Djamarah

2011) mengungkapkan:

“seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi)

umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik.

Sebaliknya, orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami

kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga prestasi belajarnya

pun rendah.”

Kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan

berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti

12

suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang yang lebih

cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang

kurang cerdas, (Nasution dalam Djamarah 2011).

f. Kesehatan

Proses belajar siswa akan terganggu jika kesehatan seseorang

terganggu seperti: cepat lelah, mudah pusing, ngantuk dan gangguan-

gangguan kesehatan lainnya. Agar siswa dapat belajar dengan baik

haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan

cara selalu mengindahkan ketentuan- ketentuan tentang belajar, tidur,

makan, olah raga dan rekreasi. Apabila siswa dalam belajar

kesehatannya terganggu maka siswa tersebut tidak akan dapat

menerima materi, akibatnya prestasi belajarnya akan menurun.

g. Kemandirian belajar

Kemandirian belajar akan tercapai apabila didukung oleh faktor-

faktor seperti: motivasi, minat, disiplin, kesehatan, fasilitas. Djamarah

(2011), mengungkapkan bahwa:

“belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan

guru dalam proses interaksi edukatif. Dia juga bisa belajar mandiri

tanpa harus menerima pelajaran dari guru disekolah. Bagi anak didik

belajar seorang diri merupakan kegiatan yang dominan. Setelah

pulang sekolah, siswa harus belajar di rumah. Mereka mungkin

menyusun jadwal belajar pada malam, pagi atau sore hari.

Demikianlah siswa selalu belajar dengan jadwal belajar yang telah

diprogramkan”.

13

Siswa yang mempunyai kemandirian belajar prestasi belajarnya

akan jauh lebih baik dibandingkan siswa yang kurang mempunyai

kemandirian belajar.

2. Faktor yang berasal dari luar diri siswa

a. Metode belajar

Penggunaan suatu metode dapat membawa suasana interaksi

pengajaran yang edukatif, menempatkan peserta didik pada

keterlibatan aktif belajar, maupun menumbuhkan dan

mengembangkan minat belajar dan membangkitkan semangat belajar

dapat mempertinggi perolehan hasil belajar dan menghidupkan proses

pengajaran yang sedang berlangsung.

b. Kurikulum

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program

pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara

pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan

kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan

(Wikipedia,2011). Djamarah, (2011) menyatakan bahwa muatan

kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar siswa.

kurikulum yang kurang baik berpengaruh kurang baik terhadap belajar

siswa. Kurikulum yang kurang baik itu misalnya kurikulum yang

terlalu padat di atas kemampuan siswa menyebabkan siswa kurang

14

mengatur waktu belajar dengan baik. Sebagai contoh, Sejumlah bahan

pelajaran yang seharusnya diberikan dalam waktu yang panjang, akan

tetapi untuk mencapai target kurikulum diberikan kepada siswa dalam

waktu yang masih sedikit tersisa, hal ini dapat menyebabkan prestasi

belajar menurun.

c. Tata tertib

Tata tertip erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam

sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup

kedisiplinan seluruh staf dalam sekolah. Seluruh staf dalam sekolah

yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa

menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang positif

terhadap belajarnya. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju

siswa harus disiplin didalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di

perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru berserta staf yang lain

disiplin pula sehingga proses dan hasil belajar siswa dapat dicapai

seperti yang diharapkan. Apabila dalam sekolah tidak ada tata tertib

maka proses belajar tidak akan berjalan dengan baik, dan akhirnya

prestasi belajar siswa pun berkurang.

d. Keluarga

Perilaku siswa di dalam kelas merupakan pencerminan dari

keadaan keluarganya. Kebiasaan yang kurang baik dilingkungan

keluarga seperti tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan

ataupun terlampau dikekang merupakan latar belakang yang tidak

15

memungkinkan anak belajar dengan baik. Dari sikap tersebut akan

sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, jadi siswa belajar

perlu dorongan dan pengertian dari orang tua agar hasil belajar siswa

akan tercapai sesuai yang diharapkan.

e. Teman sekelas

Menciptakan relasi yang baik dengan teman sekelas adalah perlu,

dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

misalnya saling bertukar pendapat atau memberikan arahan apabila

menemukan materi pelajaran yang sulit/ kurang bisa dimengerti dan

hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Apabila

relasi dengan teman sekelas kurang baik maka siswa akan malas

berangkat sekolah karena teman sekelas yang mempunyai perilaku

yang tidak menyenangkan dan ini akan mempengaruhi prestasi belajar

siswa.

f. Fasilitas

Fasilitas dalam hal ini mencakup sarana dan prasarana sekolah

seperti: buku- buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media

lain. Dengan adanya fasilitas yang lengkap maka guru dapat mengajar

dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik

serta dapat belajar dengan baik pula dan mendapatkan prestasi yang

memuaskan. Media pembelajaran dalam hal ini mencakup suara guru,

teks tertulis, dan objek riil- ringkasnya setiap sarana fisik yang

mengkomunikasikan pesan pembelajaran. Jika fasilitas kurang, maka

16

siswa akan terganggu dalam belajarnya dan prestasi belajar akan

menurun.

2.1.3. Pengukuran Prestasi Belajar

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 Tahun 2013

tentang Standar Penilaian Pendidikan, Mengukur prestasi belajar diperoleh

melalui Ulangan. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses

pembelajaran, untuk mamantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran,

dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan meliputi Ulangan

Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester.

Ulangan Harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu

Kompetensi Dasar (KD) atau lebih; Ulangan Tengah Semester adalah kegiatan

yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta

didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran; Ulangan Akhir

Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.

Untuk mendapatkan prestasi belajar siswa akhir semester SMA N 3

Salatiga Tahun 2012/2013 digunakan rumus berikut ini:

P bel = 2UH + UTS + TG + US 1

5

17

Keterangan :

P bel = Prestasi Belajar Siswa Akhir Semester

UH = Ulangan Harian

UTS = Ulangan Tengah Semester

TG = Tugas

US = Ulangan Semester satu

Dari perhitungan rumus Ulangan Akhir Semester, maka akan diperoleh

suatu nilai pencapaian kompetensi dalam bentuk angka yang dicantumkan dalam

sebuah buku laporan pendidikan. Nilai pencapaian kompetensi harus

diinformasikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat pencapaian keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Apabila siswa

yang bersangkutan mendapatkan nilai di bawah KKM, maka siswa tersebut harus

mengikuti remedial untuk mencapai kompetensi.

Ulangan Akhir Semester masih merupakan skor mentah yang merupakan

terjemahan langsung dari hasil performansi siswa dalam bentuk tes,yang

dinyatakan dalam bentuk angka. Menurut Azwar (2011), skor mentah tidak

banyak dimiliki oleh siswa dan tidak pula menceritakan posisi siswa didalam

kelasnya dan skor mentah sangat mudah disalahartikan. Agar skor tes lebih

mempunyai arti dalam kaitannya dengan posisi atau kedudukan relatif (relative

standing) para siswa secara individual, diperlukan adanya skor yang dapat

dibandingkan (comparable) satu sama lain yang disebut skor standar. Skor standar

18

adalah skor mentah yang telah diubah atau ditranformasikan secara linier kedalam

bentuk lain berdasarkan mean dan deviasi standar distribusinya.

Salah satu skor standar yang paling popular adalah skor-z. konversi skor

skor mentah menjadi skor standar z dilakukan dengan menggunakan rumusan

konversi z, yaitu:

z = (X – M )/ s

Keterangan:

z = Skor standar z

X = Skor mentah yang diperoleh siswa

M = Rata-rata kelompok

s = Standart deviasi

Dari konversi skor z akan diperoleh disrtibusi skor z yang mempunyai

mean 0 dan deviasi standar 1. Arti setiap skor yang diperoleh oleh masing-masing

siswa dapat mengacu kepada besar dan arah penyimpangannya dari harga 0, yaitu

mean distribuasi skor z. Distribusi skor yang mempunyai mean dan deviasi

standar yang berbeda, akan dapat diperbandingkan setelah melalui konversi skor z

(Azwar, 2011).

Bentuk Ulangan yang diberikan di SMA N 3 Salatiga dengan menggunakan

dua cara sebagai berikut :

1. Pilihan ganda. Untuk menskor bentuk tes ini yaitu item yang benar diberi

skor 1 dan yang salah diberi skor 0. Untuk menghitung skor terakhir

digunakan rumus berikut ini:

19

X = B – S / (a – 1)

Keterangan:

X = Skor setelah dikoreksi

B = Banyaknya item yang dijawab benar

S = Banyaknya item yang dijawan salah

a = Banyaknya pilihan jawaban ( alternatif)

2. Soal essay. Untuk menskor bentuk tes ini adalah membuat terlebih dahulu

pedoman pemberian skor yang berisi garis besar atau pokok- pokok

jawaban yang dikehendaki. Kalau menghendaki jawaban yang panjang,

batasi cakupan jawaban yang dianggap benar sesuai dengan pernyataan

dan hasil belajar yang ingin diukur. Kemudian tentukan bobot nilai untuk

setiap item, yang dapat didasarkan pada banyaknya pokok jawaban yang

harus terjawab atau didasarkan pada kisaran angka (misalnya antara 0

sampai 5) untuk setiap item, yang merupakan “rating” terhadap cakupan

isi jawaban dan relevansinya dengan pernyataan.

2.2. Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar merupakan sikap dan sifat serta kemampuan yang

terbentuk akibat rancangan proses belajar yang cermat. Agar kemandirian belajar

dapat terbentuk, siswa dituntut untuk mengerjakan sendiri hal-hal yang

sebenarnya mereka mampu untuk mengerjakan dengan petunjuk seperlunya dari

guru.

20

Menurut Hiemstra (1998) kemandirian belajar adalah:

Kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai

suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan

bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki melalui: 1) penetapan

tujuan belajar; 2) memiliki keterampilan belajar; 3) memiliki pendekatan

ilmiah dalam belajar; 4) memiliki standar keberhasilan dalam belajar, dan

5) memiliki prakarsa untuk belajar.

Dari pengertian Hiemstra (1998), yang dimaksud belajar aktif adalah

kegiatan belajar yang membuat siswa menjadi aktif, siswa diajak menyelesaikan

masalah dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dan menerapkan

apa yang telah mereka pelajari melalui:

1) Penetapan tujuan belajar, tujuan belajar adalah sesuatu yang ingin dicapai

dalam belajar. Penetapan tujuan belajar harus dirumuskan secara spesifik

dan jelas supaya tidak kehilangan arah dan fokus.

2) Memiliki keterampilan belajar, keterampilan belajar adalah suatu cara

yang dipakai untuk mendapat, mempertahankan, dan mengungkapkan

pengetahuan serta merupakan cara untuk menyelesaikan masalah.

Hiemstra (1998) mengungkapkan keterampilan yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

1) Keterampilan bertanya, pencaritahuan dan memecahkan masalah

2) Keterampilan untuk tetap berpikir terbuka terhadap sudut pandang

orang lain

21

3) Keterampilan menjaring data, dan kemudian memilih sumber- sumber

yang relevan secara tepat

4) Keterampilan untuk mengumpulkan data tentang kinerja, melalui

mawas diri dan feedback dari orang lain

5) Keterampilan menaksir kinerjanya sekarang dengan menggunakan data

yang ada

6) Keterampilan menjabarkan kebutuhan hidup menjadi tujuan, rencana

dan aktifitas belajar

7) Keterampilan menetapkan tujuan untuk meningkatkan kinerjanya

sekarang

8) Keterampilan untuk mengamati dan meneladani kinerja orang lain,

dengan tujuan untuk memajukan diri sendiri

9) Keterampilan untuk komitmen dengan tegas terhadap usaha kerja yang

hanya untuk mencapai tujuan

10) Keterampilan mempertahankan motivasi diri secara terus menerus.

3) Memiliki pendekatan ilmiah dalam belajar, pendekatan ilmiah berarti

konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan

metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah.

4) Memiliki standart keberhasilan dalam belajar, standar keberhasilan dapat

dijadikan tolok ukur berhasil atau tidak. Standart keberhasilan yang

ditetapkan dapat menjadi pemicu semangat dalam belajar.

5) Memiliki prakarsa untuk belajar, prakarsa untuk belajar merupakan usaha

untuk belajar. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu

yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

Hiemstra (dalam Slameto 2002) menyatakan bahwa kemandirian belajar

menjadi keinginan dari adanya studi mandiri adalah kemampuan belajar mandiri

yang terungkap melalui proses intensif yang dilakukan siswa untuk mencapai

tujuan atau penguasaan materi pelajaran yang menggunakan berbagai

22

keterampilan dan teknik yang kreatif atas prakarsa (inisiatif dan motivasi) siswa

yang bersangkutan.

Klein (dalam Slameto 2002) mengungkapkan bahwa belajar mandiri

merupakan proses atau tujuan kegiatan sekolah, dan tidak mensyaratkan

pengetahuan sebelumnya. Dalam kaitan ini kemandirian belajar terutama

dimotivasi oleh sasaran siswa itu sendiri, diberi imbalan atas jerih payahnya

secara intrinsik, dilakukan dibawah pengawasan sekolah, dan diselenggarakan

secara mandiri oleh siswa yang bersangkutan dan atau dalam kelas biasa, atas

prakarsa guru yang bersangkutan.

Dalam setiap kegiatan belajar mandiri dapat terjadi kendala-kendala

belajar, seperti kurangnya sumber daya atau kurangnya waktu untuk belajar yang

dapat menyebabkan terganggunya proses belajar mandiri siswa. Proses belajar

mandiri memerlukan tanggung jawab, inisiatif dan keberanian dalam

melaksanakannya. Selanjutnya Hiemstra (1998) mengemukakan ada 6 langkah

kegiatan untuk membantu individu menjadi lebih mandiri dalam belajar, yaitu:

1) Preplanning atau aktivitas sebelum proses pembelajaran;

2) Menciptakan lingkungan belajar yang positif;

3) Mengembangkan rencana pembelajaran;

4) Mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai;

5) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring,

6) Mengevaluasi hasil pembelajar individu.

Hiemstra (1998) menggambarkan model tersebut di atas dalam bagan

sebagai berikut:

23

Gambar 2

Model Pembelajaran individual (Sumber: Hiemstra. 1998)

Hiemstra (dalam Keegan 1990) menyatakan bahwa derajat kemandirian

belajar yang diberikan kepada pembelajar dapat dilihat dari 3 aspek :

1. Kemandirian dalam menentukan tujuan : apakah penentuan tujuan belajar

ditentukan oleh guru atau siswa

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai

dalam kegiatan belajar. Guru harus memiliki kemandirian dalam menentukan

tujuan belajar untuk mencapai keberhasilan belajar. Hal ini seperti

kemampuan untuk mengenali sumber-sumber baik manusia, materi dan atau

pengalaman.

2. Kemandirian dalam menentukan metode belajar: apakah pemilihan dan

penggunaan sumber belajar dan media lain keputusannya dilakukan oleh guru

atau siswa

Guru berkewajiban menyediakan lingkungan belajar anak didik dikelas.

Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan

penentuan metode belajar. Hal ini seperti kemampuan membuat rancangan

24

strategi guna memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada untuk

memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan belajar.

3. Kemandirian dalam menentukan evaluasi : apakah keputusan tentang metode

evaluasi serta kriteria yang digunakan ditentukan oleh guru atau siswa.

Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil

pekerjaan atau usaha yang telah dicapai seseorang sehingga diketahui

kekurangannya, yang nantinya dapat diperbaiki untuk meningkatkan prestasi

belajar berikutnya. Dalam hal ini guru melakukan evaluasi tingkat

keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran, sehingga diketahui

seberapa persenkah materi yang dikuasai siswa

2.3. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Slameto (2002) melakukan penelitian kepada siswa unggulan di SMU

Laboratorium UKSW Salatiga dengan sampel 118 siswa, hasil penelitian

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar

dengan prestasi belajar siswa.

Putriningrum (2012) melakukan penelitian dengan judul hubungan

pemanfaatan sumber belajar dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar

mahasiswa program studi D III kebidanan kusuma husada Surakarta tahun ajaran

2010/2011 dengan sampel 140 mahasiswa dengan teknik disproportionate

stratified random sampling. Analisis data yang digunakan adalah korelasi product

moment dengan hasil analisis menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan

25

antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar dengan r hitung 0,634 r tabel

0,176.

Sari (2010) melakukan penelitian tentang hubungan antara kemandirian

belajar matematika dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas XI IPA

SMA N 1 Salatiga semester satu tahun ajaran 2009/2010 dengan sampel 224

orang siswa. pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner

kemandirian belajar matematika berdasarkan teori Thoha (1996). Data prestasi

belajar diambil berdasarkan nilai ulangan harian terpadu, UTS 1 dana nilai tes

akhir semester 1. Hasil analisis menyatakan bahwa terdapat hubungan positif

signifikan antara kemandirian belajar matematika dengan prestasi belajar

matematika dengan koefisien korelasi r = 0,242 dengan p = 0,000 0,05.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdulkahar (1990) di

SMA Negeri 2 Bandar Lampung dengan sampel 68 orang siswa, hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kemandirian belajar

dengan prestasi belajar siswa dengan koefisien korelasi rxy = 0,073 dengan p

0,05.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan

prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran

2012/2013.