18
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan”, dengan demikian metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan (Darmadi, 2010 :42). Senada dengan Sanjaya (2010 :127) yang mengatakan bahwa, metode adalah cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai dengan pendapat tersebut Dick dan Carey dalam Suroso (2003) juga mengatakan bahwa, metode pembelajaran adalah suatu prosedur dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Metode pembelajaran banyak ditentukan oleh tujuan yang dirumuskan guru. Kompetensi guru sangat diperlukan dalam memilih metode yang efektif dan efisien agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Peters dalam Darmadi (2010), proses dan hasil belajar peserta didik bergantung kepada kompetensi guru dan ketrampilan mengajarnya. Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menentukan metode yang akan digunakan sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Menurut Sanjaya (2010 :130) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu: tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran tersebut; lingkungan dan media pembelajaran yang telah tersedia; waktu yang akan dihabiskan dalam proses pembelajaran; kebutuhan siswa, karena kebutuhan masingmasing tingkatan kelas dan tiaptiap siswa berbeda satu sama lain; kemampuan guru yang bersangkutan, karena sangat tidak sesuai jika seorang guru mengajarkan halhal yang ada diluar kemampuannya. Seorang pendidik juga harus memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti

“melalui” dan hodos berarti “jalan”, dengan demikian metode berarti cara

atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan yang telah

ditetapkan (Darmadi, 2010 :42). Senada dengan Sanjaya (2010 :127) yang

mengatakan bahwa, metode adalah cara yang dapat digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai dengan pendapat tersebut Dick dan

Carey dalam Suroso (2003) juga mengatakan bahwa, metode

pembelajaran adalah suatu prosedur dalam mengelola secara sistematis

kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai isi pelajaran

atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan.

Metode pembelajaran banyak ditentukan oleh tujuan yang

dirumuskan guru. Kompetensi guru sangat diperlukan dalam memilih

metode yang efektif dan efisien agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Menurut Peters dalam Darmadi (2010), proses dan hasil belajar peserta

didik bergantung kepada kompetensi guru dan ketrampilan mengajarnya.

Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai

tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menentukan metode yang akan

digunakan sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu

metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat

materi yang akan menjadi objek pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2010 :130) ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan dalam menentukan metode pembelajaran yang akan

digunakan yaitu: tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran

tersebut; lingkungan dan media pembelajaran yang telah tersedia; waktu

yang akan dihabiskan dalam proses pembelajaran; kebutuhan siswa,

karena kebutuhan masing–masing tingkatan kelas dan tiap–tiap siswa

berbeda satu sama lain; kemampuan guru yang bersangkutan, karena

sangat tidak sesuai jika seorang guru mengajarkan hal–hal yang ada diluar

kemampuannya. Seorang pendidik juga harus memahami kedudukan

metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dari

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

7

keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode yang digunakan oleh guru

sangat erat kaitannya dengan keberhasilan proses belajar mengajar yang

menentukan prestasi belajar yang akan diraih siswa (Darmadi, 2010 :39).

Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam setiap kali pertemuan

dikelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang

berkesesuaian dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Kegiatan

belajar mengajar ini, guru tidak harus terpaku menggunakan satu metode

tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi yang sesuai

dengan materi ajar agar jalan pengajaran itu tidak membosankan, tetapi

menarik perhatian siswa.

Berdasarkan pengertian metode pembelajaran diatas, maka dalam

penelitian ini menggunakan teori Sanjaya (2010 :127) yang menyatakan

bahwa, metode adalah cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

b. Unsur–Unsur dalam Metode Pembelajaran

Menurut Sagala (2006 :168-169), unsur–unsur dalam metode

pembelajaran yaitu : uraian apa yang akan dipelajari; diskusi dan

pertukaran pikiran; kegiatan–kegiatan yang menggunakan alat

instruksional, laboratorium, dan lain–lain; kegiatan–kegiatan dalam

lingkungan sekitar sekolah seperti kunjungan, kerja lapangan, eksplorasi,

dan penelitian; kegiatan–kegiatan dengan menggunakan sumber belajar

seperti buku perpustakaan, alat audio visual, dan lain–lain; kegiatan kreatif

seperti drama, seni rupa, musik, pekerjaan tangan, dan lain–lain.

2. Metode Inkuiri

a. Pengertian Metode Inkuiri

Ahli yang menyusun metode inkuiri adalah Richard Suchman

(Moedjiono dan Dimyati, 1993 :118), yang berpendapat bahwa setiap

individu memiliki keinginan meneliti secara alamiah. Keinginan yang ada

pada individu tidak terarah. Metode ini dirancang untuk memperbesar

keberanian meneliti secara terarah serta bertujuan untuk membantu siswa

mengembangkan disiplin dalam berfikir. Metode ini juga memungkinkan

proses belajar yang tenang dan menyenangkan karena pembelajaran

dilakukan secara alamiah sehingga siswa dapat mempraktekan secara

langsung apa–apa yang dipelajarinya.

Menurut Sanjaya (2010 :196-197), ada beberapa hal yang menjadi

ciri utama metode inkuiri. Pertama, metode inkuiri menekankan kepada

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

8

aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya

metode inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Proses

pembelajaran ini, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran

melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk

menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh

aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan

jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan

dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Metode inkuiri menempatkan

guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan

motivator belajar siswa. Ketiga, tujuan dari penggunaan metode inkuiri

adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan

kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari

proses mental.

Menurut Sumantri (1999 :164), metode inkuiri adalah cara

penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk

menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode Inkuiri

memungkinkan para siswa menemukan sendiri informasi-informasi yang

diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya, karena metode inkuiri

melibatkan siswa dalam proses–proses mental untuk penemuan suatu

konsep berdasarkan informasi–informasi yang diberikan guru. Melalui

proses ini siswa akan merasakan pentingnya belajar dan mereka akan

memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang akan

dipelajarinya. Berbeda dengan pendapat Burden (1998: 103) yang

menyatakan bahwa “inquiri is open–ended and creative way of seeking

knowledge” yang artinya inkuiri adalah cara terbuka dan kreatif untuk

mencari pengetahuan. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta dari hasil

mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Guru dalam

proses perencanaan bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus

dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa

dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

Menurut Webster’s dalam Kovalik (1994 :189) metode inkuiri

adalah “the act or an instance of seeking truth, information, or knowledge

about something; examination into facts or principles; research,

investigation”. Yang artinya metode inkuiri adalah suatu tindakan atau

suatu keadaan dalam mencari kebenaran, keterangan atau pengetahuan

tentang sesuatu; pemeriksaan fakta atau prinsip; penelitian, investigasi.

Hal ini senada dengan Sanjaya (2010 :265) yang menyatakan bahwa,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

9

metode inkuiri adalah suatu kegiatan proses pembelajaran yang

didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara

sistematis.

Berdasarkan pengertian metode inkuiri diatas, maka dalam

penelitian ini menggunakan teori Sanjaya (2010 :265) yang menyatakan

bahwa metode inkuiri adalah suatu kegiatan proses pembelajaran yang

didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara

sistematis.

b. Jenis–Jenis Metode Inkuiri

Metode inkuiri terdiri atas beberapa jenis. Ada jenis metode

penemuan yang masih banyak dibimbing atau diarahkan guru, tetapi ada

pula jenis metode inkuiri di mana siswa banyak diberi kebebasan dan

dilepas oleh guru dalam melakukan kegiatan–kegiatan belajarnya. Amin

(1987) menguraikan jenis–jenis metode inkuiri yang dapat dilakukan

seperti berikut:

1. Guided Inquiry (inkuiri terbimbing)

Pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry sebagian besar

perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan

bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Kegiatan

pembelajarannya siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk

yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan

oleh guru.

Umumnya guided inquiry dilaksanakan dengan cara problema

untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau

pernyataan biasa; konsep–konsep atau prinsip–prinsip yang harus

ditemukan siswa melalui kegiatan belajar harus dituliskan dengan jelas dan

tepat; alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa,

untuk melakukan kegiatan; diskusi pengarahan berupa pertanyaan–

pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum

para siswa melakukan kegiatan inkuiri; kegiatan metode inkuiri oleh siswa

berupa kegiatan percobaan penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk

menemukan konsep–konsep dan atau prinsip–prinsip yang telah

ditetapkan oleh guru; proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan

tentang mental operation siswa yang diharapkan selama kegiatan

berlangsung; pertanyaan yang bersifat open–ended harus berupa

pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan tambahan kegiatan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

10

penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa; catatan guru berupa

catatan–catatan yang meliputi, penjelasan tentang hal–hal atau bagian–

bagian yang sulit dari kegiatan–kegiatan/pelajaran, isi/materi pelajaran

yang relevan dengan kegiatan, faktor-faktor variabel yang dapat

mempengaruhi hasil–hasilnya terutama penting sekali apabila kegiatan

percobaan/penyelidikan tidak berjalan (gagal).

2. Modified inquiry

Guru dalam metode ini hanya memberikan problema saja.

Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian

siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi

dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.

Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara

kelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong,

narasumber (resourse person), dan bertugas memberikan bantuan yang

diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa. Kegiatan–

kegiatan belajar siswa terutama ditekankan dengan eksplorasi, merancang,

dan melaksanakan eksperimen.

Siswa pada waktu melakukan proses belajarnya untuk mencari

pemecahan atau jawaban masalah itu, bantuan yang dapat diberikan guru

ialah dengan teknik–teknik pertanyaan, bukan berupa penjelasan. Ini

dimaksudkan agar siswa tetap dirangsang berpikir untuk mencari dan

menemukan cara-cara penelitian yang tepat.

3. Invitation into inquiry

Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana

cara–cara yang lazim diikuti oleh ilmuwan. Suatu undangan (invitation)

memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui pertanyaan

masalah yang telah direncanakan dengan hati–hati mengundang siswa

untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin semua kegiatan,

seperti merancang eksperimen; merumuskan hipotesis; menetapkan

kontrol; menentukan sebab dan akibat; menginterpretasi data; membuat

grafik; menentukan peranan diskusi dan simpulan dalam merencanakan

penelitian; mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat

dikurangi atau diperkecil

4. Pictorial riddle

Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah

satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa

di dalam situasi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaan, atau

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

11

situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara

berpikir kritis dan kreatif siswa. Suatu riddle biasanya berupa gambar di

papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu transparansi,

kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle

tersebut.

Rancangan (design) dalam membuat suatu riddle, guru harus

mengikuti langkah yaitu : memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan

diajarkan atau didiskusikan; melukiskan suatu gambar, menunjukkan

ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep,

proses, atau situasi; suatu proses bergantian adalah untuk menunjukkan

sesuatu yang tidak sewajarnya, dan kemudian meminta siswa untuk

mencari dan menemukan mana yang salah dengan riddle tersebut;

membuat pertanyaan–pertanyaan berbentuk divergen yang berorientasi

proses dan berkaitan dengan riddle (gambar dan sebagainya) yang akan

membantu siswa memperoleh pengertian tentang konsep atau prinsip

apakah yang terlibat di dalamnya.

Jenis metode inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Modified inquiry, yang dalam penerapan siswa dibagi dalam kelompok–

kelompok.

c. Langkah–Langkah Metode Inkuiri

Menurut Sagala (2006 :197) ada lima tahapan yang ditempuh

dalam melaksanakan metode inkuiri yakni : perumusan masalah untuk

dipecahkan siswa; menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal

dengan istilah hipotesis; siswa mencari informasi, data, fakta yang

diperlukan untuk menjawab permasalahan/hipotesis; menarik kesimpulan

jawaban atau generalisasi; mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam

situasi baru.

Supartin (2008) juga mengatakan ada lima tahapan dalam

pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode inkuiri yaitu : memilih

dan menetapkan permasalahan; menelaah permasalahan; merumuskan

hipotesis; menyusun dan mengelompokkan data; membuktian hipotesis.

Berdasarkan penjelasan langkah–langkah pelaksanaan metode

inkuiri diatas, dapat disimpulkan sintaks pembelajaran yang akan dilakukan

dengan menggunakan metode inkuiri yaitu : menetapkan permasalahan,

disini guru menampung secara terbuka dan berfikir positif terhadap semua

pernyataan–pernyataan atau pendapat siswa kemudian merumuskan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

12

kembali pernyataan atau pendapat tersebut sesuai dengan sifat dan

kategori masalahnya apakah penting atau tidak terhadap materi yang akan

disampaikan; merumuskan hipotesis, disini siswa mencari alternatif

pemecahan masalahnya; menyusun dan mengelompokkan data, sebagai

bahan untuk membuktikan hipotesis yang telah diajukan, disini siswa

mencari, menyusun dan mengelompokkan data sesuai dengan masalah

yang dihadapi. Guru menjadi fasilitator dalam kegiatan ini; pembuktian

hipotesis, data yang telah tersusun digunakan untuk menguji hipotesis,

disini siswa menelaah data, menghubungkan data–data terhadap hipotesis

dan mengambil keputusan; kesimpulan, siswa bersama guru membuat

kesimpulan serta guru memberikan penguatan kembali terhadap materi

yang telah disampaikan.

d. Kelebihan Metode Inkuiri

Kelebihan menggunakan metode inkuiri yaitu : metode

pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,

afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui

metode ini dianggap lebih bermakna; memberikan ruang kepada siswa

untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka; metode yang dianggap

sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap

belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman;

penemuan–penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi

kepemilikannya dan sulit untuk melupakannya; membuat konsep diri siswa

bertambah dengan penemuan–penemuan yang diperolehnya.

3. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Kata kreativitas berasal dari bahasa Inggris yaitu creativity, yang

berarti daya cipta. Kreativitas merupakan satu kata yang sering kita dengar

dan kita pahami manfaatnya, sekaligus konsep yang sering kita lupakan.

Kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan cara–cara baru dalam

memecahkan suatu permasalahan (Safaria, 2005 :11-12).

Menurut Munandar (2002 :10), kreativitas merupakan

kemampuan untuk menciptakan gagasan, menemukan banyak

kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, membuat kombinasi baru

berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Siswa memiliki

kebebasan berpikir untuk menyatakan gagasan dan pendapat seluas–

luasnya tanpa aturan–aturan. Hawadi, dkk (2001 :5) juga menyatakan,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

13

kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu

yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk

ciri–ciri aptitude maupun non-aptitude, baik dalam karya baru maupun

kombinasi dengan hal–hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif

berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Amabile dalam Munandar (2002 :24) mendefinisikan, kreativitas

sebagai produksi suatu respons atau karya baru sesuai dengan tugas yang

dihadapi. Menurut Langgulung dalam widodo (2004) kreativitas tidak lepas

dari asal ilahi. Kreativitas manusia yaitu merubah suatu bentuk kebentuk

lain atau merupakan sebuah proses pikir unik yang berpangkal pada

fleksibilitas dan originalitas. Semiawan (2009 :31) mengungkapkan bahwa

pengertian kreativitas itu memiliki perspektif yang baru yaitu yang bersifat

orisinil, tak diduga, berguna, serta adaptif terhadap kendala–kendala

tugas.

Berdasarkan pengertian kreativitas diatas, maka dalam penelitian

ini menggunakan teori Hawadi, dkk (2001 :5) yang menyatakan bahwa

kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu

yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk

ciri – ciri aptitude maupun non-aptitude, baik dalam karya baru maupun

kombinasi dengan hal – hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif

berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

b. Proses Kreativitas

Wallas (Munandar, 2002 :59; Hawadi, dkk. 2001 :23; Safaria,

2005:18) yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap,

yaitu : tahap persiapan, adalah tahap pengumpulan informasi atau data

sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Percobaan–percobaan atas

dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi

terjadi pada tahap ini; inkubasi (incubation), adalah tahap dieraminya

proses pemecahan masalah dalam alam prasadar; iluminasi (illumination),

yaitu tahap munculnya inspirasi atau gagasan–gagasan untuk memecahkan

masalah; verifikasi (verification), adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi

terhadap gagasan secara kritis yang sudah mulai dicocokkan dengan

kenyataan nyata atau kondisi realita.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan proses kreatif

yaitu : tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Tahap inkubasi

merupakan tahap yang sangat penting, karena berlangsung proses refleksi

yang memerlukan ketenangan dan waktu yang cukup.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

14

c. Ciri–Ciri Kreativitas

Guilford (Munandar, 2002 :12; Hawadi, 2001 :3) mengemukakan

ada empat ciri yang menjadi sifat kreativitas, yaitu: kelancaran (fluency)

adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan; kelenturan atau

keluwesan (fleksibility) merupakan kemampuan untuk mengajukan

bermacam–macam pendekatan dan atau pemecahan masalah; orisinalitas

dalam berfikir merupakan kemamapuan untuk melahirkan gagasan asli

sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise; elaborasi adalah

kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci.

d. Ciri–Ciri Kepribadian Kreatif

Csikszentmihalyi (Munandar, 2002 :51-53 ; Safaria, 2005 :33)

mengemukakan sepuluh pasang karakteristik individu yang kreatif, yang

seakan–akan serba paradoks tetapi saling terkait satu sama lain.

Karakteristik tersebut yaitu : pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi

fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam–jam dengan konsentrasi

penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks, bergantung pada

situasinya; pribadi kreatif cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama

mereka juga naif. Mereka di satu pihak memiliki kebijakan (wisdom), tetapi

juga bisa seperti anak–anak (childlike). Insight yang mendalam dapat

tampak bersama–sama dengan ketidakmatangan emosional dan mental.

Mereka mampu berfikir konvergen dan divergen; kreativitas memerlukan

kerja keras, keuletan, dan ketekunan untuk menyelesaikan suatu gagasan

atau karya baru dengan mengatasi rintangan yang sering dihadapi; pribadi

kreatif dapat berselang–seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap

bertumpu pada realitas. Keduanya diperlukan untuk dapat melepaskan diri

dari kekinian tanpa kehilangan sentuhan dengan masa lalu; pribadi kreatif

menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi.

Seseorang perlu dapat bekerja sendiri untuk dapat “berkreasi” menulis,

melukis, melakukan eksperimen dalam laboratorium, tetapi juga penting

baginya untuk bertemu dengan orang lain, bertukar pikiran, dan mengenal

karya–karya orang lain; orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan

bangga akan karyanya pada saat yang sama. Mereka puas dengan prestasi

mereka tetapi biasanya tidak terlalu ingin menonjolkan apa yang telah

mereka capai, dan mereka juga mengakui adanya factor keberuntungan

dalam karier mereka. Mereka lebih berminat terhadap apa yang masih

akan mereka lakukan; pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

15

androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip

gender (maskulin-feminim). Lepas dari kedudukan gender, mereka bisa

sensitif dan asertif, dominan dan submisif pada saat yang sama.

Perempuan kreatif pada umumnya cenderung lebih dominan daripada

perempuan lain dan pria kreatif cenderung lebih sensitif dan kurang agresif

daripada pria lainnya; orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka

menentang, tetapi dilain pihak mereka bisa tetap tradisional dan

konservatif. Bagaimanapun, kesedian untuk mengambil risiko dan

meninggalkan keterikatan pada tradisi juga perlu; kebanyakan orang

kreatif sangat bersemangat (passionate) bila menyangkut karya mereka,

tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karyanya. Tanpa “passion”

seseorang bisa kehilangan minat terhadap tugas yang sangat sulit, tetapi

tanpa objektivitas, karyanya bisa menjadi kurang baik dan kehilangann

kredibilitasnya; sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering

membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan

terhadap hasil jerih payahnya, namun disaat yang sama ia juga merasakan

kegembiraan yang luar biasa.

Torrance (Munandar, 2002 :55 ; Safaria, 2005 :34) mengemukakan

ciri–ciri lain dari anak yang kreatif, yaitu : berani dalam pendirian dan

keyakinannya, artinya anak tidak takut untuk berbeda dalam segala hal

dengan orang lain. Mereka memegang teguh pendirian dan keyakinannya

sekaligus berani mengungkapkannya; memiliki rasa ingin tahu yang tinggi;

mandiri dalam berfikir dan dalam memberikan pertimbangan. Anak

menunjukkan kemauan untuk memecahkan masalahnya secara mandiri.

Tidak mudah meminta saran pada orang lain, sebelum dia sendiri mencoba

untuk memecahkannya; mampu berkonsentrasi secara terus–menerus

dalam proyek kreatifnya, artinya anak memiliki semangat dan energi yang

besar dalam melakukan kegiatan yang diminatinya. Anak tidak mudah

teralihkan oleh hal lain sebelum tugasnya selesai; intuatif artinya dalam

memecahkan suatu masalah anak tidak hanya berdasar pemikiran rasional,

tetapi juga alam bawah sadarnya; memiliki keuletan yang tinggi, artinya

mereka tidak pernah putus asa; mereka tidak begitu saja menerima

pendapat orang lain (termasuk figur otoritas) jika tidak sesuai dengan

pendirian dan keyakinannya; memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi.

anak kreatif berani mengekspresikan dirinya dan memiliki keyakinan

bahwa mereka bisa menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

16

e. Fungsi Kreativitas

Menurut Munandar (2002 :43-44), fungsi kreativitas dalam

kehidupan ada empat yaitu: perwujudan diri, karena dengan berkreasi

orang dapat mewujudkan dirinya; kreativitas atau berfikir kreatif, yaitu

kemampuan untuk melihat bermacam–macam kemungkinan penyelesaian

terhadap suatu masalah; aktif-kreatif, menyibukkan diri secara kreatif

selain bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi lebih–lebih juga

memberikan kepuasan kepada individu; peningkatan kualitas hidup,

kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

Tukimin, dkk (2003) juga mengatakan bahwa, fungsi kreativitas

yaitu : dalam kadar dan tingkatan tertentu, kretivitas dimiliki oleh setiap

orang. Dengan demikian, setiap orang memiliki kemampuan untuk

melahirkan suatu yang baru dalam bentuk gagasan maupun bentuk karya

nyata. Kreativitas akan menjadi lebih berguna apabila dikelola dan

dikembangkan secara benar, sehingga memiliki tingkat kepentingan yang

lebih tinggi dalam kehidupan manusia; tingkat kualitas kinerja, karya,

gagasan, dan perbuatan manusia dapat diantisipasi dari sejauh mana

seseorang memiliki tingkat kreativitas tertentu; karya kreatif seseorang

dapat menimbulkan kepuasan pribadi yang tak terhingga, dan hal itu

merupakan perwujudan dari sepenuhnya bagi seseorang; kreativitas perlu

dipahami bagi guru, terutama dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung

jawab profesionalnya sebagai pendidik dan pengajar; peningkatan sumber

daya manusia dalam era globalisasi dan era reformasi menunjukkan

betapa pentingnya kreativitas diprioritaskan untuk dikelola dan

dikembangkan secara optimal; lebih bermakna dalam tugas

perkembangannya bagi para pelajar khususnya bagi siswa–siswa sekolah

unggulan, apabila pengelola, pengembangan dana peningkatan kreativitas

mencakup potensi aptitude dan non-aptitude. Dengan itu diharapkan

potensi–potensi kreatif siswa akan dapat tersalur dan teraktualisasi secara

optimal.

f. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Perkembangan potensi kreatif anak sangat dipengaruhi oleh

lingkungan keluarga dan pola asuh orang tua (Safaria, 2005 :51). Mengapa

demikian, Karena perkembangan potensi kreatif anak berproses melalui

interaksi antara pribadi anak dan lingkungannya. Faktor berikutnya adalah

peran guru dan sekolah. Mengapa demikian, karena masa anak disekolah,

baik sekolah dasar, menengah pertama maupun menengah atas adalah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

17

masa–masa yang penting dalam perkembangan kreatif anak. Pada usia

emas ini bibit potensi kreativitas mulai tumbuh dan berkembang, sehingga

membutuhkan lingkungan yang kondusif. Sistem pengajaran disekolah

kurang mampu memfasilitasi potensi anak kreatif. Sistem yang hanya

menekankan keseragaman, kepatuhan, hafalan, terlalu mengarahkan anak

(direktif) dan kurang memberikan otonomi pada anak, menjadi

penghambat perkembangan kecerdasan kreatif anak (Safaria, 2005 :58).

Berdasarkan faktor yang dapat menghambat kreativitas anak

diatas, juga ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas

anak, menurut Hurlock dalam Halimah (2003) yaitu : kebebasan waktu bagi

anak untuk bermain dengan gagasan, konsep dan mencobanya dalam

bentuk baru dan orisinil; kesempatan menyendiri agar anak dapat

mengembangkan imajinasinya; dorongan kepada anak agar menjadi

kreatif; sarana untuk merangsang kreativitas; lingkungan sekolah dan

keluarga yang merangsang kreativitas; hubungan orang tua dan anak yang

tidak menekan; cara mendidik anak yang demokratis dan permisif dan

memberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa, Hasil

belajar bukan hanya sekedar angka yang dihadiahkan oleh guru untuk

siswa atas kegiatan belajarnya. Hasil belajar merupakan kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar

mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian

terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang

kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui

kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun

dan membina kegiatan–kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan

kelas maupun individu.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)

menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau

proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar

menunjuk pada aktivitas atau proses yang dilakukan oleh siswa. Hasil

belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar (Purwanto, 2011

:46). Perubahan perilaku disebabkan karena siswa mencapai penguasaan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

18

atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun

psikomotorik.

Menurut Winanto (2011) hasil belajar merupakan hasil yang

dicapai siswa dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf

kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar pada waktu tertentu

sesuai kurikulum yang ditentukan. Sudjana (2005 :22) menyatakan, hasil

belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran. Howard Kingsley dalam Sudjana,

membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan,

pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita–cita.

Menurut Winkel (1999), hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Darmadi (2010 :175) juga menyatakan, hasil belajar merupakan prestasi

belajar peserta didik secara keseluruhan, yang menjadi indikator

kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Mawardi

dan Puspa (2011) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian

bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap baik dilihat dari

unsur segi kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang

dilakukan dalam waktu tertentu, yang dihasilkan dari usaha yang dilakukan

dengan cara latihan dan pengalaman belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dalam penelitian ini

menggunakan teori Winanto (2011) yang menyatakan bahwa hasil belajar

adalah hasil yang dicapai siswa dalam menuntut suatu pelajaran yang

menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar

pada waktu tertentu sesuai kurikulum yang ditentukan.

b. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi

merupakan hasil berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Menurut

Dimyati (1999 :238) Faktor–faktor tersebut yaitu :

1) Faktor internal (faktor yang datang dari dalam diri), yakni

keadaan/kondisi jasmani atau rohani siswa. Faktor- faktor internal

mencakup : faktor fisiologis, yang menyangkut keadaan jasmani

atau fisik individu, yang dapat dibedakan menjadi dua macam

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

19

yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi–fungsi

jasmani tertentu terutama pada panca indera.

faktor psikologis, yang termasuk dalam faktor-faktor

psikologis antara lain: intelegensi merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi terhadap tinggi rendahnya hasil belajar. Jika

tingkat intelegensinya tinggi maka kecenderungan hasil yang

dicapainya tinggi, namun sebaliknya jika tingkat intelegensinya

rendah maka kecenderungan hasil yang dicapainya juga rendah;

sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency)

dengan cara yang relative tetap, baik secara positif maupun

negatif; minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; motivasi merupakan

keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat

sesuatu.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan

sekitar siswa. Adapun yang termasuk faktor-faktor ini antara lain;

faktor sosial, yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, dan lingkungan masyarakat; faktor non sosial, yang

meliputi keadaan dan letak gedung sekolah, keadaan dan letak

rumah tempat tinggal keluarga, alat–alat dan sumber belajar,

keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa; faktor

guru, dalam hal ini efektifitas pengelolaan faktor bahan,

lingkungan, dan instrumen.

c. Taksonomi Hasil Belajar

1) Taksonomi Hasil Belajar Kognitif

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (Purwanto, 2011 :45; Sudjana,

2005 :22-23; Sagala, 2006 :156-158) hasil belajar kognitif (intelektual)

secara hirarkhis terdiri dari 6 aspek yaitu: pengetahuan/ingatan

(knowledge) merupakan kemampuan memanggil kembali fakta yang

disimpan dalam otak digunakan untuk merespons suatu masalah;

pemahaman (comprehension) adalah kemampuan untuk melihat

hubungan fakta dengan fakta; penerapan/aplikasi (application) adalah

kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus dan

sebagainya dan menggunakan untuk memecahkan masalah; analisis

(analysis) adalah kemampuan memahami sesuatu dengan

menguraikannya kedalam unsur–unsur; sintesis (synthesis) adalah

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

20

kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian–bagian

kedalam kesatuan; penilaian/evaluasi (evaluation) adalah kemampuan

membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya.

2) Taksonomi Hasil Belajar Afektif

Krathwohl (Purwanto, 2011 :51-52; Suparno, 2001 :9-11; Sagala,

2006 :158-159), membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu:

penerimaan (receiving) adalah kesedian menerima rangsangan dengan

memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya;

menjawab/pemberian respons (responding) adalah kesediaan memberikan

respons dengan berpartisipasi; penilaian (valuing) adalah kesediaan untuk

menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut;

pengorganisasian (organization) adalah kesediaan mengorganisasikan

nilai–nilai yang dipilihnya; karakterisasi (characterization) adalah

menjadikan nilai–nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi

pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku

sehari–hari.

3) Taksonomi Hasil Belajar Psikomotorik

Simpson (Purwanto, 2011: 52-53; Sagala, 2006: 160-161)

mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam yaitu: persepsi

(perception) adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala

lain; kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai

suatu gerakan; gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan

melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan; gerakan terbiasa

(mechanism) adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model

Contoh; gerakan kompleks (adaptation) adalah kemampuan melakukan

serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat; kreativitas

(origination) adalah kemampuan menciptakan gerakan–gerakan baru yang

tidak ada sebelumnya atau mengkombinasikan gerakan–gerakan yang ada

menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinil.

B. Penelitian yang Relevan

Kajian teori perlu didukung dengan penelitian yang relevan.

Penelitian–penelitian ini yaitu : Budi, dkk (2011) dengan judul

”penggunaan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

IV tentang energi bunyi di bimbingan belajar, desa Ploso, Randuacir

Salatiga” menunjukkan dari hasil analisis statistika diperoleh informasi

mengenai penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

21

siswa berdasarkan perbedaan signifikan sebesar 0,001 antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol. Perbedaan yang signifikan pula

antara rata–rata tes akhir kelompok eksperimen sebesar 79 dan kelompok

kontrol sebesar 64. Menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh

treatmen menggunakan metode inkuiri memiliki rata–rata hasil tes akhir

lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak

memperoleh treatmen menggunakan metode inkuiri. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Tristinah (2011) dengan judul ”upaya

meningkatkan prestasi belajar hubungan antara struktur dengan mobilitas

sosial melalui strategi pembelajaran inkuiri terbimbing” memperoleh hasil

bahwa strategi pembelajaran inkuiri terbimbing terbukti dapat

meningkatkan prestasi belajar sosiologi kompetensi hubungan struktur

sosial dengan mobilitas sosial pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Kota

Surakarta. Hal ini dapat dilihat pada pretest rata–rata 40,278 kemudian

pada siklus I rata–ratanya meningkat menjadi 67,227 dan jumlah siswa

yang sudah tuntas sebanyak 23 dari 36 serta ketuntasan belajar siswa

secara klasikal mencapai 63,89%. Pada siklus II nilai rata – rata 74,537 dan

jumlah siswa yang sudah tuntas sebanyak 31 dari 36 mencapai 86,11%.

Senada dengan penelitian tersebut Supartin (2008) juga melakukan

penelitian yang berjudul ”peningkatan prestasi belajar mata pelajaran

Sejarah melalui metode inkuiri pada siswa kelas XII di SMK Negeri 5

Surakarta” menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri dapat

meningkatkan prestasi belajar sejarah. Hal ini dapat dilihat pada siklus I

dari 35 siswa diperoleh nilai sebanyak 2449, nilai rata – rata 69,971 dengan

standar deviasi 8,933 kemudian meningkat pada siklus II yaitu diperoleh

jumlah nilai sebanyak 2585, nilai rata – rata 73,857 dengan standar deviasi

8,473.

Berbeda dengan Sujarwo (2008) yang melakukan penelitian

dengan judul ”pembelajaran kreatif kritis dengan menggunakan

pendekatan inkuiri dalam pembelajaran mata kuliah program pendidikan

orang dewasa” memperoleh kesimpulan Partisipasi mahasiswa dalam

pembelajaran ternyata sangat tinggi. Keterlibatan mahasiswa dalam

pembelajaran secara kuantitatif cukup besar, mencapai rata-rata lebih

dari 70%. Partisipasi yang dilakukan mahasiswa melalui proses persiapan,

pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Para mahasiswa juga terbiasa

berfikir secara kreatif-kritis, belajar mengemukakan pendapat secara

teratur, toleran terhadap pendapat orang lain, berusaha untuk

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

22

mencari informasi yang baru, Mampu menganalisis masalah menurut

sudut pandang lain, mampu membandingkan realita dengan konsep

yang dimiliki, mampu memberikan tanggapan yang belum pernah

dipikirkan sebelumnya, memberikan alternatif pemecahan masalah secara

rinci dan sistematis. Kemampuan berpikir kreatif-kritis tersebut

mendorong dimilikinya hardskills dan softskills yang applicable.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh keempat peneliti

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa metode inkuiri dapat

meningkatkan hasil belajar maupun prestasi belajar siswa serta metode

inkuiri juga melibatkan secara aktif serta dapat menumbuhkan kreativitas

siswa. Hal ini menempatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada posisi

yang penting dalam kegiatan proses pembelajaran. Kreativitas dan hasil

belajar dapat tercapai dengan optimal apabila menggunakan metode

inkuiri, sehingga dalam penelitian ini hanya dibatasi pada metode inkuiri.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan, akan

dijelaskan kerangka berfikirnya yaitu :

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses

pembelajaran, kreativitas dan hasil belajar yang lebih baik adalah

penggunaan metode pembelajaran ke dalam kegiatan pembelajaran.

Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien apabila ditunjang

dengan penggunaan metode yang sesuai dengan materi dan tujuan yang

ingin dicapai. Penggunaan metode yang melibatkan siswa secara aktif

dapat mengarah pada tercapainya kreativitas dan hasil belajar yang

optimal.

Salah satu metode yang bisa digunakan guru adalah metode

inkuiri. Proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri, siswa dilibatan

secara aktif dan efektif, mencari, memeriksa dan merumuskan konsep dan

prinsip matematika, sehingga materi tersebut menjadi lebih mudah untuk

dikuasai oleh siswa. Siswa setelah mengikuti proses pembelajaran akan

dengan mudah mengerjakan soal–soal yang berkaitan dengan luas dan

keliling lingkaran, sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang akan

meningkat. Keterlibatkan siswa secara aktif juga dapat menumbuhkan

kreativitas secara optimal.

Kerangka berpikir ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1871/3/T1...ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi;

23

Gambar 1. Kerangka berfikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir maka hipotesis

penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh metode inkuiri terhadap kreativitas siswa

kelas VIII A SMP Negeri 7 Salatiga.

2. Terdapat pengaruh metode inkuiri terhadap hasil belajar siswa

kelas VIII A SMP Negeri 7 Salatiga.

Materi (lingkaran)

PenggunaanMetode Inkuiri

(lingkaran)

Materi menjadi mudah

Kreativitas dan hasil belajar meningkat