12
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Hakekat PKn Menurut Azra dalam (Mawardi dan Sulasmono, 2011: 10), Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara, serta proses demokrasi. Selain itu ada pengertian PKn Menurut Zamroni dalam (Mawardi dan Sulasmono, 2011: 11), Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis. Dalam (PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan / SNP) mata pelajaran kewarganegaraan dimaksud untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. 2.1.1.2 Tujuan PKn Menurut Faturohman dan Wuryandari (2011: 7-8), tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut : (a) berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (b) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (c) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain dan, (c) berinteraksi dengan bangsa- bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran PKn

2.1.1.1 Hakekat PKn

Menurut Azra dalam (Mawardi dan Sulasmono, 2011: 10), Pendidikan

Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang

pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan

kewajiban warga negara, serta proses demokrasi. Selain itu ada pengertian PKn

Menurut Zamroni dalam (Mawardi dan Sulasmono, 2011: 11), Pendidikan

Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk

mempersiapkan masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis.

Dalam (PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan / SNP)

mata pelajaran kewarganegaraan dimaksud untuk meningkatkan kesadaran dan

wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai

manusia.

2.1.1.2 Tujuan PKn

Menurut Faturohman dan Wuryandari (2011: 7-8), tujuan mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi

sebagai berikut :

(a) berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan, (b) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab,

dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, (c) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk

diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa lain dan, (c) berinteraksi dengan bangsa-

bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung

dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

6

2.1.1.3 Ruang Lingkup PKn

Menurut Mawardi dan Sulasmono (2011: 23-25), menetapkan ruang lingkup

materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai

berikut :

(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,

keutuhan Negara Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara,

sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, (b) norma,

hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib

di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah,

norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan

peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional, (d) hak asasi manusia

meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat,

instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan

perlindungan HAM, (e) kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong

royong, harga diri sebagai anggota masyarakat, kebebasan berorganisasi,

kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama,

prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara, (f) konstitusi negara

meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-

konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara

dengan konstitusi, (g) kekuasaan dan politik meliputi: pemerintahan desa

dan kecamatan, pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat,

demokrasi dan sistim politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju

masyarakat madani, sistim pemerintahan, pers dan masyarakat demokrasi,

(h)Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,

pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila

sebagai ideologi terbuka, (i) globalisasi meliputi: globalisasi di

lingkungannya, politik luar negri Indonesia di era globalisasi, dampak

globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan

mengevaluasi globalisasi.

2.1.2 Metode Bermain Peran

2.1.2.1 Pengertian Metode Bermain Peran

Menurut Sanjaya (2011: 147), metode adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan

yang telah disusun tercapi secara optimal. Dalam (Riyanto, 2002:32) juga

menyatakan bahwa metode pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah

dikombinasikan secara opotimal untuk kualitas pembelajaran.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

7

Menurut Fathurrohman dan Wuryandani (2011:41), metode bermain peran

yaitu suatu cara yang diterapkan dalam proses belajar mengajar dimana siswa

diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menjelaskan

sikap dan nilai-nilai serta memainkan tingkah laku (peran) tertentu sebagaimana yang

terjadi dalam kehidupan masyarakat. Sanjaya (2011:161), juga berpendapat bermain

peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk

mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau

kejadian yang muncul pada masa mendatang. Sementara itu Tukiran dkk (2011:39),

berpendapat bahwa metode sosio drama (bermain peran) adalah cara penyajian bahan

pelajaran dengan mempertunjukkan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan

cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Menurut Sagala (dalam Tukiran dkk,

2011:39) sosiodrama (bermain peran) adalah metode mengajar yang

mendramatisisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar

peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode bermain

peran adalah suatu pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar

sebagai bagian dari stimulus yang diarahkan untuk mengkreasikan suatu peristiwa

dan mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem.

2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran

Menurut Sanjaya (2011:160), ada beberapa kekurangan dan kelebihan dari

metode bermain peran, berikut merupakan kelebihan bermain peran;

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

8

(1) Bermain peran dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi

yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun

menghadapi dunia kerja, (2) Dapat mengembangkan kreativitas siswa karena

melalui bermain peran siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan

sesuai dengan topik yang disimulasikan, (3) Dapat memupuk keberanian dan

percaya diri siswa, (4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang

diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematik dan

(5) Dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

Di samping mempunyai kelebihan, metode bermain peran juga mempunyai

kelemahan, diantaranya; (1) Pengalaman yang diperoleh melaui bermain

peran tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan, (2)

Pengelolaan yang kurang baik, sering bermain peran dijadikan sebagai alat

hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan dan (3) Faktor

psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam

bermain peran.

2.1.2.3 Langkah-langkah Menggunakan Metode Bermain Peran

Menurut Sanjaya (2011: 161-162) hal yang perlu diperhatikan dalam bermain

peran agar berhasil dengan baik ada 3 langkah, adapun sintak metode pembelajaran

dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 1

Sintak Metode Pembelajaran Bermain Peran

Fase Perilaku Guru

1. Persiapan bermain peran a. Menentukan topik atau masalah serta tujuan yang

hendak dicapai melalui bermain peran.

b. Memberikan gambaran masalah dalam situasi yang

akan diperankan

c. Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam

bermain peran.

2. Pelaksanaan bermain peran a. Memulai kegiatan yang dilakukan oleh kelompok

pemeran.

b. Membimbing siswa yang tidak terlibat bermain

peran untuk memperhatikan kegiatan bermain peran.

c. Memberikan bantuan kepada pemeran yang

mengalami kesulitan.

d. Menghentikan kegiatan bermain peran ketika hendak

mencapai puncak, dengan tujuan merangsang pikiran

siswa untuk menyelesaikan masalah yang

diperankan.

3. Penutup a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya bermain

peran maupun materi cerita yang sudah diperankan

b. Mendorong siswa agar dapat memberikan kritik

maupun tanggapan terhadap proses pelaksanaan

simulasi dan merumuskan kesimpulan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

9

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Belajar

Menurut Gredler (1986:1) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia

untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudies. Kemampuan

(competencies), ketrampilan (skills), dan sikap (attitudies) tersebut diperoleh dengan

cara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui

rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Gagne (dalam Udin, 2007:3.30), juga

berpendapat bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat

stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi yang

diperlukan untuk memperoleh kapasitas baru, sedangkan Hilgard (dalam Sri Anitah

W dkk, 2010:2.9), berpendapat belajar merupakan proses perubahan tingkah laku

yang diperoleh melalui latihan. Definisi lama (dalam Sri Anitah W dkk, 2010:2.3),

menyatakan yang dimaksud dengan belajar adalah menambah dan mengumpulkan

pengetahuan, sedangkan menurut Slameto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai pengamalannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dari definisi-definisi menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh ketrampilan

yang baru dan menyebabkan perubahan tingkah laku yang diperoleh dari

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Dimyanti & Mujiono (2009: 238-253), ada faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

10

Yang pertama adalah faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa

yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut; (a) sikap terhadap

belajar; sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang

sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian, (b) motivasi belajar;

merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar, (c)

konsentrasi belajar; merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada

pelajaran, (d) mengolah bahan belajar; merupakan kemampuan siswa untuk

menerima isi dan cara perolehan ajaran sehingga menjadi bermakna, (e)

menyimpan perolehan hasil belajar; merupakan kemampuan menyimpan isi

pesan dan cara perolehan pesan, (f) menggali hasil belajar yang tersimpan;

merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima, (g) kemampuan

berprestasi atau unjuk hasil belajar; siswa menunjukkan bahwa ia telah

mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar, (h)

rasa percaya diri siswa; dalam proses belajar diketahui bahwa untuk prestasi

merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan

rekan sejawat siswa, (i) intelegensi dan keberhasilan belajar; suatu

kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara

terarah, berfikir secara baik, dan bargaul dengan lingkungan secara efisien,

(j) Kebiasaan belajar; dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya

kebiasaan belajar yang kurang baik, misalnya: belajar tidak teratur, menyia-

nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi dan, (k) cita-

cita siswa; dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak

memiliki suatu cita-cita dalam hidupnya.

Yang kedua yaitu faktor ekstern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang

berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut: (a) guru sebagai pembina

belajar siswa; sebagi pendidik, harus memusatkan perhatian pada

kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar, (b)

Prasarana dan sarana pembelajaran; lengkapnya sarana dan prasarana

pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik, (c) kebijakan

penilaian; proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau

unjuk kerja siswa, (d) lingkungan sosial siswa di sekolah; siswa-siswa di

sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai

lingkungan sosial siswa, (e) kurikulum sekolah; program pembelajaran di

sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum.

2.1.3.3 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011: 3), hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang

luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sri Anitah dkk (2010:

2.19), juga mengemukakan pendapat bahwa hasil belajar merupakan perubahan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

11

perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara

utuh, sementara itu menurut Sukmadinata (2009: 102), hasil belajar atau achievement

merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau

kapasitas yang di miliki seseorang.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku, penguasaan hasil belajar oleh seorang dapat dilihat dari

perilakunnya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan

berfikir maupun ketrampilan motorik.

2.1.3.4 Jenis-jenis Hasil Belajar

Horward Kingsle dalam (Sudjana 2011: 22), membagi tiga macam hasil

belajar, yakni: ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan

cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalan kurikulum. Menurut Gagne dalam (Sudjana 2011: 22), membagi

lima kategori hasil belajar yakni: informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi

kognitif, sikap, dan ketampilan motoris. Pendapat kratwol dan Bloom dalam (Winkel

2004:274-279) membagi hasil belajar dalam 3 ranah, ranah kognitif, ranah afektif,

ranah psikomotorik.

Yang pertama ranah kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis dan evaluasi.

Kedua Ranah afektif meliputi: penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan

sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.

Ketiga ranah psikomotorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,

gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuain pola gerakan dan

kreatifitas.

2.1.4 Pengaruh Metode Bermain Peran terhadap Hasil Belajar PKn

Pembelajaran PKn SD seharusnya dilakukan secara menarik sehingga siswa

termotivasi untuk belajar. Diperlukan metode pembelajaran yang interaktif sesuai

dengan karakteristik siswa. Guru dituntut merancang proses belajar mengajar siswa

secara intregatif dan komperhensif pada setiap aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar yang maksimal. Agar hasil belajar PKn

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

12

meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajran yang tepat untuk

melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Adapun metode

pembelajaran PKn di SD yang tepat sesui dengan perkembangan tingkat usia anak

dalam hal ini siswa kelas 4 adalah pembelajaran dengan metode bermain peran.

Menurut (Tukiran dkk, 2011:39) metode bermain peran adalah cara penyajian bahan

pelajaran dengan mempertunjukkan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan

cara tingkah laku dalam hubungan sosial.

Dengan model pembelajaran yang sesuai diharapkan anak akan mudah

mengingat materi pembelajaran yang di ajarkan dan tidak mempunyai rasa bosan

dalam mengikuti pembelajaran karena siswa juga ikut berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran, sehingga akan berdamapak positif dengan hasil belajar siswa. Pada

hakikatnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku,yang mencakup bidang

kognitif, afektif dan psikomotorik (Sujana, 2011:3). Pembelajaran menggunakan

bermain siswa terlibat langsung, secara otomatis siswa dapat menguasai materi

pembelajaran dan dengan mudah untuk mengingat materi tersebut, ketika dilakukan

tes formatif untuk mengetahui daya serap pengetahuan siswa mengenahi materi siswa

bisa mengerjakan dengan benar dan mendapatkan hasil yang maksimal, selain itu

dalam pembelajaran ini juga dapat dijadikan bekal bagi siswa yang nantinya akan

terjun dalam dunia masyarakat siswa akan berani dan tidak canggung dalam

bersosialisasi dimasyarakat, dengan ini bahwa pembelajaran dengan menggunakan

metode bermain peran dapat mempengaruhi cara belajar siswa sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian dari

Nurul Qomariyah (2008) yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Bermain

Peran Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Pokok Bahasan Sistem

Pemerintahan Siswa Kelas IV SDN Sepanjang 04 Kecamatan Gondanglegi

Kabupaten Malang”. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dengan 2 (dua) siklus, siklus tindakan pembelajaran dihentikan jika telah

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

13

mencapai nilai standar minimal 75 dengan ketuntasan belajar kelas 80% dari jumlah

subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah guru dan 26 siswa kelas IV SDN

Sepanjang 04. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi,

wawancara, dan tes. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa

pedoman wawancara, APKG II, alat penilaian aktivitas belajar siswa, pedoman

observasi partisipasi siswa dalam bermain peran, dan post test.

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) Pada pembelajaran PKn

siklus I dengan penerapan metode pembelajaran bermain peran, kemampuan guru

dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP mencapai skor 88 dengan

prosentase keberhasilan 88%, dan pada siklus II mencapai skor 97 dengan prosentase

keberhasilan 97%; (2) Untuk aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus I

mencapai nilai rata-rata kelas 71,53 dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata kelas

86,92; (3) Untuk partisipasi siswa dalam bermain peran pada siklus I mencapai nilai

rata-rata kelas 78 dan pada siklus II mencapai rata-rata kelas 87 ; (4) Hasil belajar

siswa pada waktu pra tindakan (sebelum penerapan metode pembelajaran bermain

peran) mencapai rata-rata kelas 69,23 dengan ketuntasan belajar 26,92%, pada siklus

I mencapai nilai rata-rata kelas 72,5 dengan ketuntasan belajar 46,15%, sedangkan

pada siklus II mencapai nilai rata-rata 87,30. Meskipun terdapat 3 siswa (11,53%)

yang tidak mencapai kriteria ketuntasan individu namun ketuntasan belajar kelas

sudah tercapai 88,46%.

Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Anggarini

Prihatiningsih (2009) dengan Peningkatan hasil belajar PKn melalui model

pembelajaran bermain peran pokok bahasan sistem pemerintahan pusat siswa kelas

IV SDN Pukul Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan. Subjek penelitiannya adalah

siswa kelas IV SDN Pukul yang terdiri dari 27 siswa 14 laki-laki dan 13 perempuan.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan tes. Sedangkan

untuk pengumpulan data di gunakan pedoman wawancara, IPKG 2, alat penilaian

Aktifitas siswa dan nilai partisipasi siswa dan post tes.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

14

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggarini Prihatiningsih dapat di

ketahui bahwa: (1) kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan RPP mendapat jumlah skor 97 dengan nilai akhir 73,48%, dan pada siklus II

di peroleh jumlah skor 116 dengan nilai akhir 84%, (2) untuk aktifitas pada siklus I

memperoleh nilai rata-rata 66,0 dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 85,83,

(3) untuk partisipasi siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 77,8 dan pada

siklus II siswa memperoleh nilai rata-rata 87; (4) untuk hasil belajar pada saat pra

tidakan mencapi rata-rata kelas 64,5 sedangkan untuk siklus I mencapi nilai rrata-rata

73,3 pada siklus ke II mencapai nilai rata-rata 86,6. Meskipun ada dua siswa yang

tidak tuntas karena tidak mencapai kreteria tetapi ketuntasan belajar klasikal sudah

tercapai yaitu 86,6

Melihat dari penelitian yang dilakukan di atas dapat disimpulkan

pembelajaran menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar

pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas 4 Sekolah Dasar.

2.3 Kerangka Pikir

Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

pada kelas 4 Sekolah Dasar Negeri III Basuhan ialah hasil belajar siswa rendah

karena siswa kurang tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran, maka penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa

menggunakan metode pembelajaran bermain peran pada siswa kelas 4 SD Negeri III

Basuhan Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri.

Upaya yang ini dilakukan untuk menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan

tersebut adalah merancang pembelajaran yang pada akhirnya dapat membantu

siswa dalam proses belajar dan mempermudah guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran karena siswa dapat terlibat langsung dalam penyampaian materi

sehingga pembelajaran akan mudah dipahami oleh siswa dan dapat tercapainya tujuan

pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2011: 161), bermain peran adalah metode pembelajaran

sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

15

mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian yang muncul pada masa

mendatang. Untuk mengimplementasikan pembelajaran menggunakan metode

bermain peran kerangka pikirnya adalah sebagia berikut:

Gambar 1 Kerangka Pikir

Kondisi Awal

Menggunakan strategi

mengajar yang

konvensional

Kurang melibatkan siswa

Hanya ada komunikasi satu arah

Siswa menjadi bosan dan ramai sendiri

Hasil belajar siswa

rendah

Penerapan metode

pembelajaran bermain

peran

Siswa terlibat dalam pembelajaran

Siswa tertarik mengikuti pembelajaran

Siswa menjadi aktif dalam pembelajaran

Hasil belajar mata

pelajaran PKn

meningkat

Pemantapan penerapan

metode bermain peran

Membenahi kegiatan

pembelajaran

Menunjuk siswa yang berkompeten untuk bermain peran

Melalui penerapan metode bermain

peran hasil belajar siswa pada mata

pelajaran PKn lebih meningkat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4417/3/T1...(a) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta

16

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir maka hipotesis tindakan penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut, dengan menggunakan metode pembelajaran

bermain diduga dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada

siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri III Basuhan Kecamatan Eromoko Kabupaten

Wonogiri semester II tahun pelajaran 2012/2013