21
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011 : 22). Kemampuan- kemampuan yang dimiliki tiap siswa tentu berbeda karena pengalaman belajar yang dialami antara siswa satu dengan siswa lain juga berbeda. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel dalam Purwanto, 2008:45). Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009: 6) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. 1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap. 3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil pengukuran bidang/materi/dan aspek perilaku baik melalui teknik tes maupun non tes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian kompetensi hasil belajar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dinamakan dengan taksonomi tujuan belajar kognitif. Taksonomi tujuan belajar domain kognitif menurut Benyamin S. Bloom yang telah disempurnakan David Krathwohl serta Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay ds ( Wardani, NS dkk, 2010:3.21) adalah menghafal (Remember), memahami (Understand), mengaplikasikan (Aply), menganalisis (Analize), mengevaluasi (Evaluate), dan membuat (create).

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011 : 22). Kemampuan-

kemampuan yang dimiliki tiap siswa tentu berbeda karena pengalaman belajar

yang dialami antara siswa satu dengan siswa lain juga berbeda. Aspek

perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang

dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow yang mencakup tiga aspek

yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel dalam Purwanto,

2008:45).

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009:

6) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotoris.

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak.

Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil pengukuran

bidang/materi/dan aspek perilaku baik melalui teknik tes maupun non tes.

Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian kompetensi hasil

belajar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam

aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Ketiga ranah tersebut dinamakan dengan taksonomi tujuan belajar kognitif.

Taksonomi tujuan belajar domain kognitif menurut Benyamin S. Bloom yang

telah disempurnakan David Krathwohl serta Norman E. Gronlund dan R.W.

de Maclay ds ( Wardani, NS dkk, 2010:3.21) adalah menghafal (Remember),

memahami (Understand), mengaplikasikan (Aply), menganalisis (Analize),

mengevaluasi (Evaluate), dan membuat (create).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

8

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang didapat oleh siswa setelah mengalami

pembelajaran di kelas yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam

mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari

aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai

kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada

suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu

berupa angka. Alat untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur

standar seperti meter, kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran

subyektif yang bersifat relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-

lain (Endang Poerwanti, dkk,2008:1-4). Menurut Cangelosi (1995) yang

dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses

pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan

informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Jadi pengukuran

memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara membandingkan

sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang dihasilkan adalah

data kuantitatif atau data angka. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran,

perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia

pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan

siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan

angket.

Dari pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil

belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Teknik yang dapat

digunakan untuk mengukur hasil belajar ada 2 yaitu tes dan non tes.

1. Tes

Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-

tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu

aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut

adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

9

“testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain

seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan

pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat

melihat dan mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria

tertentu. Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai “a systematic

procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a

numerical scale or category system”. Menurut Ebster’s Collegiate (dalam

Arikunto, 1995), tes adalahserangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Menurut Endang Poerwanti, dkk (2008:1-5), tes adalah seperangkat tugas

yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta

didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penugasannya terhadap cakupan

materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap

butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap

benar (Suryanto Adi, dkk, 2009). Dari beberapa definisi di atas peneliti

menyimpulkan, tes adalah sejumlah pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab,

dilakukan dalam waktu tertentu dan memiliki tujuan tertentu guna mengukur

kemampuan seseorang.

Tes sangat bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Menurut Endang

Poerwanti, dkk (2008:4-5) terdapat lima jenis-jenis tes, salah satunya adalah jenis

tes berdasarkan bentuk jawabannya, yaitu:

a. Tes esei (Essay-type test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan

gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

b. Tes jawaban pendek

Tes bisa digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika peserta tes diminta

menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

10

jawaban-jawaban pendek , dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-

kata lepas, maupun angka-angka.

c. Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk

menjawab tes telah tersedia.

2. Non Tes

Teknik nontes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah

afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada

aspek kognitif. Ada beberapa macam tekhnik non tes, yaitu: unjuk kerja

(performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok, laporan,

ujian praktik dan portofolio.

Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran dinamakan dengan alat ukur atau instrumen. Ada instrumen

butir-butir soal apabila cara pengukurannya menggunakan tes, apabila

pengukurannya dengan cara mengamati atau mengobservasi akan

menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran

dengan cara/teknik skala sikap akan menggunakan instrumen butir-butir

pernyataan.

Besarnya hasil belajar dalam penelitian ini akan diukur melalui teknik

(tes obyektif dan tes esay) dan non tes (unjuk kerja berupa diskusi

berpasangan dan presentasi).

2.2.2 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Latar Belakang IPS

Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

pokok yang diajarkan dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB.

Pengetahuan sosial mengkaji seperangkat fakta, peristiwa, konsep dan

generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk

membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya

berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini,

dan antisipasi untuk masa yang akan datang (Depdiknas, 2003). Pada jenjang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

11

SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat

menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab,

serta warga dunia yang cinta damai.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat

karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial

masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu

dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam

kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik

akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu

yang berkaitan.

Tujuan Pembelajaran IPS

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan

global.

Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

12

1. Manusia, tempat, dan lingkungan

2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh setiap peserta didik, kemampuan

peserta didik yang standar dinamakan Standar Kompetensi (SK). Secara lengkap

yang dimaksud dengan SK adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik

yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran

atau kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu

sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Standar

kompetensi ini selanjutnya akan diperinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD).

Kompetensi dasar ini merupakan sejumlah kemampuan yang harus dikuasai

peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator

kompetensi dalam suatu pelajaran. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran

IPS kelas V semester II ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1

SK dan KD untuk Mata Pelajaran IPS Kelas V, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

13

2.2.3 Model Pembelajaran Cooperative Script

Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya mengandung pengertian

sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam kerja atau membantu diantara

sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari

dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pola hubungan seperti itu

memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka

lakukan untuk keberhasilannya, berdasarkan kemampuan dirinya sebagai individu

atau peran serta anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama

dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif memandang bahwa

keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru,

melainkan juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran yaitu teman

sebaya.

Dalam pembelajaran kooperatif, interaksi yang terjadi dalam proses

pembelajaran tidak hanya dari guru terhadap siswa atau dari siswa terhadap guru,

tetapi juga ada interaksi yang terjadi dari siswa satu terhadap siswa yang lain dan

sebaliknya. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dilatih untuk dapat bekerja

sama dan mengakui perbedaan pendapat dengan orang lain. Dari beberapa macam

model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran cooperative script sangat

tepat digunakan dalam pembelajaran IPS dan sebagai strategi untuk meningkatkan

hasil belajar IPS siswa. Cooperative script adalah model belajar dimana siswa

bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian

dari materi yang dipelajari. Model pembelajaran cooperative script ini

dikembangkan oleh Danserau dkk pada tahun 1985. Pembelajaran cooperative

script muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan

masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok

sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran cooperative script. Hal ini

sejalan dengan teori belajar dari Vygotsky yang berusaha mengembangkan model

konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar kelompok. Dalam

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

14

membangun sendiri pengetahuannya, peserta didik dapat memperoleh

pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam dengan guru sebagai

fasilitator.

Menurut Schank dan Abelson, (2007) pembelajaran cooperative script

adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan

sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok

masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Menurut Slavin, (1995)

mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran cooperative dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan

hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,

serta dapat meningkatkan harga diri. Menurut Spurlin, (2007) menyatakan bahwa,

cooperative script dapat mendorong siswa untuk mendapatkan kesempatan

mempelajari bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya.

Tugas guru adalah menyediakan atau mengatur lingkungan belajar siswa,

dan mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, serta memberikan

dukungan dinamis, sehingga setiap siswa bisa berkembang secara maksimal

dalam zona perkembangan proksimal masing-masing. Guru perlu mengupayakan

supaya setiap siswa berusaha agar bisa mengembangkan diri masing-masing

secara maksimal, yaitu mengembangkan kemampuan berpikir dan bekerja secara

secara independen. Tetapi dilain pihak guru juga perlu mengupayakan agar tiap-

tiap siswa juga aktif berinteraksi dengan siswa-siswa lain dan orang-orang lain di

lingkungan masing-masing yang sesuai dengan teori belajar Vygotsky. Jika kedua

hal itu dilakukan, perkembangan kognitif tiap-tiap siswa akan bisa terjadi secara

optimal.

Setiap model pembelajaran mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan,

kelebihan dari model pembelajaran cooperative script adalah: (1) melatih

pendengaran, ketelitian atau kecermatan, (2) setiap siswa mendapat peran, (3)

melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Sedangkan

kekurangan dari model ini adalah: (1) hanya digunakan untuk mata pelajaran

tertentu, (2) hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

15

koreksinya hanya sebatas pada dua orang tersebut). Dengan demikian siswa harus

memiliki keaktifan pada saat proses pembelajaran.

Selain kelebihan dan kekurangan, model pembelajaran cooperative

script juga mempunyai banyak keunikan yang membedakan antara model

pembelajaran cooperative script dengan pembelajaran Konvensional.

Pembelajaran konvensional menurut Ujang Sukandi (dalam Sunarto 2009)

ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajar tentang konsep-konsep

bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan bukan

mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa

lebih banyak mendengarkan. Model pembelajaran konvensional merupakan

model pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan

pembelajaran dikendalikan oleh guru. Jadi guru memegang peranan utama

dalam menentukan proses dan isi pembelajar dan termasuk dalam menilai

kemajuan siswa (I Wayan Sukra, 2009: 83). Sedangkan menurut Nurhadi

(2009: 43) metode konvensional terlihat pada proses siswa menerima

informasi secara pasif, siswa belajar secara individual, hadiah/penghargaan

untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai angka/raport saja, pembelajaran

tidak memperhatikan pengalaman siswa, dan hasil belajar diukur hanya

dengan tes.

Manfaat dari penggunaan model pembelajaran cooperative script dalam

proses pembelajaran adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya

dalam wujud input pada level individual. Selain itu, dengan belajar kooperatif

dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Karena melalui

kooperatif siswa dilatih untuk dapat meningkatkan perasaan positif terhadap diri

sendiri maupun orang lain, dapat memberikan efek yang sangat ampuh pada

waktu singkat baik dalam aspek pembelajaran akademik maupun aspek skill,

memberikan seorang atau beberapa orang sebagai pendamping belajar yang

menyenangkan dan bersama-sama mengembangkan skill bersosial serta berempati

terhadap orang lain. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul

generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki

solidaritas sosial yang kuat.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

16

Dalam membentuk atau mengorganisasi sebuah kelompok belajar di dalam

kelas tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan, diantaranya adalah gender, tingkat kecerdasan individu, dan sifat-

sifat khusus yang dimiliki setiap individu, untuk itu sebelum membentuk

kelompok belajar di kelas guru terlebih dahulu benar-benar mengerti dan

memahami karakteristik peserta didiknya. Dalam sebuah kelompok perlu

diperhatikan dalam pembagian berdasarkan gender agar seimbang untuk

memudahkan mereka dalam melakukan tugasnya. Tingkat kecersasan individu

merupakan point penting dalam pembagian kelompok belajar. Untuk itu guru

hendaknya melakukan klasifikasi siswa berdasarkan tingkat kecerdasannya, bukan

bermaksud untuk membeda-bedakan antara siswa yang pandai dengan yang

kurang pandai tetapi untuk menyetarakan semua kelompok agar tidak terjadi

kasenjangan antara kelompok si pandai dengan kelompok si kurang pandai. Selain

itu terdapat pula sifat-sifat khusus yang dimiliki tiap peserta didik dalam suatu

kelas. Perlu diperhatikan dalam proses pembagian kelompok karena hal ini

berperan dalam hidupnya sebuah kelompok belajar. Sifat-sifat khusus yang

dimaksudkan disini misalnya terdapat siswa yang pandai dalam menyampaikan

suatu topik atau berpresentasi di depan kelas, ada siswa yang pandai bicara tapi

tidak bermakna atau hanya sekedar celotehan saja, ada siswa yang hanya senang

berfikir tetapi saat menyampaikan pendapat kurang pandai dalam berkata-kata,

dan lain sebagainya. Hal ini penting dalam pembentukan kelompok belajar untuk

keadilan dalam pembagian tugas agar tiap anggota kelompok mendapatkan tugas

yang merata dan semuanya terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran cooperative script menurut Danserau, dkk (dalam Saminanto, 1985; 34) sebagai berikut :

a. Guru membagi siswa untuk berpasangan. b. Guru membagikan wacana atau materi kepada tiap-tiap siswa untuk

dipelajari dan dibuat ringkasan. c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

mamasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. e. Sementara pendengar menyimak atau mengoreksi atau menunjukkan

ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

17

menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

f. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.

g. Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan. h. Penutup.

Pada langkah-langkah pembelajaran cooperative script ini fokusnya

adalah siswa berpasangan, meringkas materi, selanjutnya pembagian peran

pembaca dan pendengar, diskusi siswa dan tukar peran.

Langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang kedua menurut Agus Suprijono, (2009: 126) adalah sebagai berikut :

1. Guru membagi siswa untuk berkelompok untuk berpasangan 2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat

ringkasan. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan

memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. 5. Pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang

kurang lengkap, serta membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

6. Bertukar peran, yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti cara diatas.

7. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru. 8. Penutup.

Fokus langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang kedua ini

sama dengan langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang pertama

yaitu siswa berpasangan, siswa meringkas materi, selanjutnya pembagian peran

pembaca dan pendengar, diskusi siswa dan tukar peran.

Langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang ketiga menurut Miftahul Huda, (2011: 151) adalah sebagai berikut :

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan (2 orang). 2. Guru membagikan wacana atau materi kepada tiap-tiap siswa untuk

dipelajari dan dibuat ringkasannya sesuai dengan yang siswa kuasai. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin. 5. Sementara pendengar menyimak atau mengoreksi atau menunjukkan ide-

ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

18

6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.

7. Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan. 8. Penutup.

Fokus langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang ketiga ini

masih sama dengan langkah-langkah pembelajaran cooperative script dari dua

tokoh sebelumnya yaitu siswa berpasangan, siswa meringkas materi, selanjutnya

pembagian peran pembaca dan pendengar, diskusi siswa, tukar peran dan kembali

melaksanakan diskusi berpasangan.

Keberhasilan kelompok belajar sangat tergantung pada usaha setiap

anggotanya. Untuk menciptakan kelompok belajar yang efektif, guru perlu

menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus

menyelesaikan tugasnya sendiri dan agar yang lain bisa mencapai tujuan

mereka. Selanjutnya, guru akan mengevaluasi setiap kelompok. Dengan cara

ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk

menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. Penilaian juga dilakukan

dengan cara yang tidak biasa. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai

kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan setiap anggota

kelompok. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin

diatas nilai rata-rata mereka. Misalnya nilai rata-rata si A adalah 65 dan kali

ini dia mendapat nilai 72, maka dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai

kelompoknya. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai

kesempatan untuk memberikan sumbangan poin untuk nilai kelompok mereka.

Beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap

rekan-rekan mereka karena toh mereka juga memberikan sumbangan.

Malahan mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan

dengan demikian menaikkan nilai mereka. Sebalikknya, siswa yang lebih

pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu

juga telah memberikan bagian sumbangan nilai mereka.

Dari beberapa langkah-langkah pembelajaran cooperative script

menurut para ahli, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran cooperative

script yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

19

1. Siswa duduk berpasangan (2 orang)

2. Tiap-tiap siswa diberikan materi

3. Masing-masing siswa membuat ringkasan dari materi yang telah

diterimanya

4. Siswa dan guru menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan pendengar

5. Pembicara menjelaskan hasil ringkasaanya kepada pendengar dengan

menambahkan informasi lain yang mereka punya

6. Pendengar menyimak dan mengoreksi jika ada kesalahan dari

pembicara serta membantu mengingat ide-ide pokok dari materi

7. Bertukar peran, semula siswa yang menjadi pembaca sekarang menjadi

pendengar dan sebaliknya

8. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan

9. Penutup.

Jadi model pembelajaran cooperative script adalah suatu pola belajar

kelompok yang dilakukan oleh sepasang siswa dimana mereka saling

bergantian peran sebagai seorang pembicara dan pendengar yang melibatkan

mereka secara aktif dan dominan dalam proses pembelajaran agar tercipta

keefektifan dalam proses belajar mengajar di kelas.

2.2 Hasil Temuan Yang Relevan

Penelitian yang relevan tentang upaya meningkatkan hasil belajar IPS

siswa dengan penggunaan model pembelajaran cooperative script pada siswa

kelas V SD Negeri Muncar 02 semester II tahun ajaran 2011/2012 sebagai

berikut:

Pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Trias Indiantika dengan

judul “Penerapan model cooperative script untuk meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SDN Kebonagung 06

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang”. Berdasarkan hasil observasi pra

tindakan pada tanggal 18 Februari 2011 di SDN Kebonagung 06 Kecamatan

Pakisaji Kabupaten Malang, aktivitas dan hasil belajar siswa relatif rendah

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

20

KKM yang di peroleh hanya mencapai 42,00. Hal tersebut berhubungan

dengan cara pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional,

hal tersebut menyebabkan siswa kurang aktif dalam mencari pengetahuannya

sendiri. Hasil dari pra tidakan yang diberikan pada 30 siswa menunjukkan

bahwa hanya ada 3 siswa (10%) yang mencapai KKM yang ditentukan 75,00.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan penerapan

model pembelajaran Cooperative Script, aktivitas dan hasil belajar siswa

setelah diterapkan model pembelajaran Cooperative Script. Penelitian ini

menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK), subjek dalam

penelitian ini yaitu seorang guru kelas IV dan seluruh siswa kelas IV SDN

Kebonagung 06, dengan prosedur (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3)

Observasi dan Penilaian, (4) Refleksi di setiap siklusnya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPS materi “Koperasi” siswa kelas

IV SDN Kebonagung 06 dengan penerapan model pembelajaran Cooperative

Script dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar

siswa kelas IV dalam belajar IPS materi “Koperasi” meningkat ketika

diterapkan model pembelajaran Cooperative Script. Rata-rata aktivitas pada

siklus I 70,80 dan rata-rata pada siklus II 90,31. Pada siklus I dan II rata-rata

aktivitas siswa mengalami peningkatan 19,51. Hasil belajar siswa kelas IV

dalam belajar IPS materi “Koperasi” meningkat setelah diterapkan model

pembelajaran Cooperative Script. Rata-rata hasil belajar pada siklus I 74, 83

dan pada siklus II 85,33. Pada siklus I dan II rata-rata hasil belajar siswa

mengalami peningkatan 10,50. Ketuntasan siswa kelas IV pada siklus I 19

(63%) siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 11 (37%) siswa. Pada

siklus II siswa yang tuntas 30 (100%) hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus

II mengalami peningkatan 37%. Nilai ketuntasan yang diperoleh pada siklus II

sudah melebihi dari nilai KKM yang ditentukan yaitu 75, maka dapat

disimpulkan bahwa siswa kelas IV SDN Kebonagung 06 dalam belajar IPS

materi “Koperasi” tuntas belajar. Sedangkan kelebihannya adalah dapat

meningkatkan ketuntasan siswa hingga 100%, yang mulanya hanya tuntas

10%. Kelemahan dalam penelitian ini adalah terlalu menekankan pada

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

21

ketuntasan belajar, padahal seharusnya peningkatan hasil belajar. Dalam

penelitian ini akan mengatasi masalah tersebut.

Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Hendra Pujiastutik tahun

2010 dengan judul “Penerapan model pembelajaran cooperative script yang

dimodifikasi untuk meningkatakan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa

kelas VIII-F SMP Negeri 1 Pakisaji Kabupaten Malang. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus

tindakan. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-F SMP Negeri 1 Pakisaji

Kabupaten Malang, dengan jumlah 29 siswa. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative

Script dapat meningkatkan motivasi dan hasil prestasi belajar siswa kelas

VIII-F SMP Negeri 1 Pakisaji Kabupaten Malang. Motivasi belajar klasikal

mengalami peningkatan dari 53,11 % pada Siklus I menjadi 81,72 % pada

Siklus II, dengan perincian sebagai berikut: aspek minat mengalami

peningkatan sebesar 32,75 %, aspek keaktifan sebesar 34,48 %, aspek usaha

sebesar 28,44 %, aspek konsentrasi sebesar 20,69 % dan aspek efesiensi kerja

sebesar 26,72 %. Keberhasilan belajar klasikal dari Siklus I sebesar 58,65 %

meningkat menjadi 72,41 % pada Siklus II. Berdasarkan jawaban angket siswa

diketahui bahwa model pembelajaran Cooperative Script dapat

membangkitkan minat, keaktifan, usaha, konsentrasi dan efesiensi kerja siswa

dalam belajar sejarah di kelas. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Script dapat

meningkatkan motivasi dan hasil prestasi belajar siswa kelas VIII-F SMP

Negeri 1 Pakisaji Kabupaten Malang. Kelebihan pada penelitian ini adalah

benar-benar mengusahakan agar mata pelajaran IPS digemari oleh siswa,

sedangkan kelemahannya karena terlalu mengulas dari segi motifasi yang

sifatnya cenderung subyektif sehingga terkesan mengabaikan segi prestasi

belajar yang seharusnya menjadi tujuan utama dari penelitian ini. Dalam

penelitian ini akan mengatasi masalah tersebut.

Ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih tahun 2011

dengan judul “Pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative script

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

22

pada pelajaran bahasa Indonesia terhadap peningkatan hasil belajar siswa SD

Negeri mangunsari Salatiga semester II tahun 2010/2011”. Hasil penelitian

menunjukkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen

sebesar 80.52 lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa pada

kelompok kontrol sebesar 60.00 dengan besarnya nilai t adalah 9,839 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,000, karena besarnya t hitung 9,839 > dari t tabel

1,734 maka hipotesis yang diajukan diterima berarti ada perbedaan yang

sangat signifikan antara nilai posttest kelas kontrol dengan nilai posttest kelas

eksperimen yang artinya terdapat perbedaan pengaruh yang sangat signifikan

pada penggunaan model pembelajaran cooperative script terhadap

peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD N Mangunsari

04 Salatiga semester 2 tahun 2010/2011. Kelebihan dari penelitian ini adalah

penerapan model cooperative scrip yang sangat berhasil dengan

terbuktikannya dengan adanya perbedaan yang sangat signifikan antara kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Sedangkan kelemahannya adalah tidak ada

pembahasan tentang proses belajar siswa yang turut mengalami peningkatan

atau tidak. Dalam penelitian ini akan mengatasi kelemahan tersebut.

Keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati pada

tahun 2010 dengan judul “Penerapan model pembelajaran cooperative script

untuk meningkatkan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa kelas XI-IPA

SMA Taman Madya Malang tahun 2010/2011”. Berdasarkan penelitian

tersebut terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan dalam

pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative script.

Setelah dilakukan analisa data dengan perhitungan koefisien korelasi,

didapatkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,410 yang termasuk ke dalam

kategori cukup kuat, koefisien determinasi sebesar 16,5%. Hal ini

menunjukkan kelemahan dalam penelitian ini dan akan diatasi oleh penelitian

selanjutnya yaitu bahwa prestasi belajar siswa hanya dipengaruhi oleh faktor

penggunaan model pembelajaran cooperative script sebesar 16,5%, sedangkan

sisanya 83,5% dipengaruhi oleh faktor lain misalnya minat, motivasi,

lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, serta lingkungan masyarakat,

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

23

Melalui pengujian uji t statistik didapatkan hasil terhitung sebesar 2,243,

karena terhitung (2,243) tabel (1,699) dengan taraf signifikan 0,05, hal ini

menunjukkan kelebihan yaitu bahwa penggunaan model pembelajaran

cooperative script berpengaruh positif terhadap ptestasi belajar siswa pada

mata pelajaran IPA. Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam

pembelajaran Biologi peningkatan hasil belajar siswa kelas Kelas XI-IPA

SMA Taman Madya Malang dapat meningkat dikarenakan dalam

pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative script.

Kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh delita tahun 2010 dengan

judul “Peningkatan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran cooperative

script dengan media gambar pada siswa kelas IV SDN Mangunsari 01 Salatiga

tahun 2010/2011”. Berdasarkan judul di atas dapat diketahui bahwa dalam

pembelajaran IPS peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mangunsari

01 Salatiga dapat meningkat dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan

model pembelajaran cooperative script. Penelitian tersebut dilakukan oleh

Delita, subjek penelitiannya berjumlah 30 orang. Pengumpulan data

menggunakan tes dan pengamatan. Data dianalisis dengan melihat ketuntasan

belajar siswa secara klasikal yaitu 80% siswa mendapat skor ≥ 70.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran menyimak berita. Hal ini terbukti dari adanya

peningkatan rata-rata hasil tes siklus 1 diketahui 76,10 dan hasil tes siklus 2

rata-rata 78,8. Ditinjau dari pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1

diperoleh 80% dan siklus 2 diperoleh 92%. Dengan demikian, ketuntasan

belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 9%.

Berdasarkan penelitian tersebut maka terbukti bahwa peningkatan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran IPS dikarenakan dalam pembelajaran peneliti

menggunakan model pembelajaran cooperative script.

Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan para peneliti di atas

bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka peneliti

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

24

melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

script untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V

semester II tahun ajaran 2011/2012 di SD N Muncar 02 Kecamatan Susukan

Kabupaten Semarang.

2.3 Kerangka Berfikir

Proses pembelajaran dengan metode konvensional yang pada umumnya

dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi

siswa. Dalam pembelajaran konvensional peran dan karakter guru sebagai

penceramah masih dominan sehingga membuat siswa mengantuk dan bosan,

pada akhirnya siswa mencari kesibukan lain dengan asik mengobrol dengan

teman sebangkunya sehingga mengganggu teman yang lainnya. Karena yang

dilakukan guru dalam metode konvensional hanya ceramah, maka komunikasi

yang tercipta juga hanya satu arah saja yaitu dari guru kepada siswa dan

sebaliknya sehingga peran siswa menjadi pasif. Dalam pembelajaran

konvensional ini siswa tidak mengalami pengalaman belajar sendiri untuk

mendapatkan informasi atau pengetahuan baru, akibatnya informasi yang

didapat siswa tidak bertahan lama atau kurang terserap sehingga hasil belajar

siswa ≤ KKM. Selain itu pada pembelajaran konvensional hasil belajar diukur

hanya dengan menggunakan tes dan tidak memperhatikan proses belajar

siswa. Untuk mengatasi paradigma di atas, peneliti mencoba menerapkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script.

Model pembelajaran cooperative script merupakan cara belajar yang

dilakukan secara bersama-sama dalam suatu kelompok kecil berpasangan.

Karena dengan siswa belajar bersama-sama atau berkelompok, akan terjadi

adanya interaksi antar teman. Hal ini dapat menumbuhkan rasa sosial,

kreativitas, kerjasama, dan tanggung jawab. Belajar kelompok sesuai dengan

kebutuhan siswa, dimana anak usia kelas V adalah usia bermain dan mencari

teman. Dalam proses pembelajaran cooperative script ini mula-mula siswa

diorganisasikan untuk berpasang-pasangan dan duduk sebangku dengan

kondisi pasangan yang heterogen dari berbagai segi, misalnya tiap pasangan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

25

terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan dan keduanya berbeda

kemampuan. Kemudian keseluruhan siswa diberikan materi IPS pada SK

“Menghargai peranan para tokoh pejuang dan masyarakat dalam

mempersiapdan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia” dan pada KD

“Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang dan menghargai jasa dan peranan para tokoh pejuang

dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia”. Tugas dari semua siswa

adalah membuat ringkasan dari materi yang telah diterimanya. Langkah

selanjutnya adalah siswa dan guru menetapkan dari masing-masing pasangan

siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa sebagai pendengar,

misalnya deretan siswa yang duduk sebelah kanan yang pertama sebagai

pembicara dan sebelah kiri menjadi pendengar. Setelah siswa sepakat dengan

tugasnya masing-masing selanjutnya mereka bekerjasama dalam

kelompoknya. Tugas pembicara adalah membacakan dan menjelaskan hasil

ringkasannya kepada pendengar dengan menambahkan informasi lain yang

mereka punya, sedangkan tugas pendengar adalah menyimak dan mengoreksi

jika ada kesalahan dari pembicara serta membantu mengingat ide-ide pokok

dari materi. Disini peran guru adalah sebagai fasilitator. Jadi walaupun siswa

berdiskusi dengan pasangannya tidak menutup kemungkinan bagi siswa untuk

bertanya kepada guru ketika siswa menemukan konsep yang sulit dipahami

atau ketidak jelasan materi, sehingga selama proses pembelajaran berlangsung

terjadi komunikasi dua arah yaitu dari guru dengan siswa dan dari siswa yang

satu terhadap siswa yang lain. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

bertukar peran, yang semula berperan sebagai pembicara sekarang menjadi

pendengar dan sebaliknya. Selanjutnya siswa bersama-sama dengan guru

membuat kesimpulan dari seluruh rangkaian pembelajaran yang telah

berlangsung. Dan langkah terakhir adalah menutup pelajaran. Dalam model

pembelajaran cooperative script ini siswa terlibat secara langsung dalam

proses belajar sehingga mengalami pengalaman belajar sendiri untuk

mendapatkan informasi atau pengetahuan baru, dan hasilnya informasi yang

didapat siswa dapat bertahan lama dan terserap oleh siswa dengan baik.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

26

Penilaian yang dilakukan dalam cooperative script dalam penelitian ini hasil

belajar diukur melalui tes (tes obyektif dan esay) dan non tes (unjuk kerja

berupa diskusi berpasangan dan presentasi). Berdasarkan uraian diatas,

kerangka berpikir pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Hubungan Model Pembelajaran

Cooperative Script dan Hasil Belajar

KD: Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda

Pembelajaran

Guru ceramah, pembelajaran berpusat pada guru, komunikasi 1 arah (guru-siswa), siswa hanya

d k d

Penilaian : tes

Hasil belajar ≤

KD: Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan

Pembelajaran Cooperative

Langkah-

Siswa berpasangan

Siswa

Siswa kiri

Menyimak

Menyimak

Membuat

Membuat

pembicara

diskusi

pendengar

Membacakan dan menjelaskan ringkasannya serta menambahkan

Menyimak dan mengoreksi jika ada kesalahan dari pembaca dan membantu mengingat

Bertukar peran pendeng

pembicar

kesimpulan

Penilaian hasil : tes

Penilaia proses Penilaian proses

Hasil belajar ≥

Membacakan dan menjelaskan ringkasannya serta menambahkan

Menyimak dan mengoreksi jika ada kesalahan dari pembaca dan membantu mengingat

diskusi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/806/3/T1... · Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

27

Kerangka pikir di atas menggambarkan tentang alur penelitian yang

dilakukan. Alur ini didasarkan pada kondisi awal pembelajaran yang

menggunakan metode konvensional dan ternyata berpengaruh pada hasil

belajar siswa yang rendah ≤ KKM. Setelah diberikan tindakan dengan cara

menggunaan model pembelajaran Cooperative Script kepada siswa dalam

proses belajar mengajar di kelas maka diharapkan akan mendapatkan kondisi

akhir yaitu hasil belajar siswa meningkat ≥ KKM pada mata pelajaran IPS.

2.4. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti uraian berfikir di

atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : melalui penggunaan model

pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada

siswa kelas V SD Negeri Muncar 02 Kecamatan Susukan Kabupaten

Semarang semester II tahun ajaran 2011/2012.