22
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling pokok/utama. Berhasil tidaknya pencapaian pendidikan banyak bergantung pada pengalaman yang dialami oleh siswa. Para ahli pendidikan telah membuat suatu definisi tentang belajar, salah satunya adalah Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi yang didapat dari lingkungan. Interaksi tersebut, salah satunya adalah proses belajar mengajar yang diperoleh di sekolah. Dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Sedangkan Nana Sudjana (1993: 5) mengemukakan “Belajar adalah suatu proses ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Dimana perubahan tersebut sebagai hasil dari proses belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain pada individu yang belajar. Gagne dalam Slameto (2003) mengemukakan ”Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku serta penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diproses dari instruksi”. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan suatu perubahan sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan ditunjukkan dengan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku serta penguasaan keterampilan yang diproses dari instruksi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

  • Upload
    lydien

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar

Belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling

pokok/utama. Berhasil tidaknya pencapaian pendidikan banyak bergantung pada

pengalaman yang dialami oleh siswa. Para ahli pendidikan telah membuat suatu

definisi tentang belajar, salah satunya adalah Slameto (2003:2) mengemukakan

bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi yang didapat

dari lingkungan. Interaksi tersebut, salah satunya adalah proses belajar mengajar

yang diperoleh di sekolah. Dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu

yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

Sedangkan Nana Sudjana (1993: 5) mengemukakan “Belajar adalah suatu

proses ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Dimana

perubahan tersebut sebagai hasil dari proses belajar yang dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan

tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek

lain pada individu yang belajar. Gagne dalam Slameto (2003) mengemukakan

”Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku serta penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang diproses dari instruksi”.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

melakukan suatu perubahan sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi

dengan lingkungan dan ditunjukkan dengan perubahan pengetahuan, sikap dan

tingkah laku serta penguasaan keterampilan yang diproses dari instruksi.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

7

2.1.2 Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar

yang diperoleh oleh siswa. Dimyati dan Mujiono dalam Lina(2009:5),

mengemukakan bahwa “Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari

dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

sebelum belajar. Dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan

pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.”

Menurut Winkel (Lina, 2009: 5), mengemukakan bahwa “Hasil belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.” Menurut Arif

Gunarso (Lina, 2009: 5), “Hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh

seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar yang telah dilakukannya

pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh

siswa setelah menerima pengalaman belajar, Nana Sudjana (1990:22).

Melihat dari definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli, dapat diambil

suatu kesimpulan mengenai hasil belajar yaitu bukti keberhasilan seseorang

setelah melaksanakan suatu usaha pembelajaran dilihat dari perkembangan

mental yang lebih baik dibandikan sebelum dan sesudah pembelajaran. Faktor

yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto ada dua, yaitu faktor Internal

dan Eksternal.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk mengetahui keberhasilan dalam suatu pembelajaran biasanya dapat

dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Namun tidak menutup kemungkinan

hasil belajar yang diperoleh siswa jauh dari harapan yang diinginkan guru.

Menurut Slameto (2003), hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

a) Faktor Internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi aspek psikologis

yaitu faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas

perolehan siswa misalnya tingkat kecerdasan, sikap, bakat minimal dan

motivasi siswa.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

8

b) Faktor Eksternal

1) Lingkungan Sosial

Meliputi para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan siswa misalnya tingkat

kecerdasan, sikap, bakat minimal dan motivasi siswa.

2) Lingkungan Non Sosial

Yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan. Secara keseluruhan hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya dan digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran

atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan penelitian.

Masih menurut Slameto (2003), berdasarkan teori Taksonomi Bloom

hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara

lain kognitif, afektif, psikomotor. Adapun perincian dari ketiga ranah yang

dikemukakan Bloom adalah sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi

dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan cara

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

9

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, Puskur,

Balitbang Depdiknas (2009:4). Ismet dan Adeng Slamet (2008) mengemukakan

bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu pengetahuan yang

mempelajari fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan

metode ilmiah yang bersifat khas-khusus, yaitu penyusunan hipotesis, melakukan

observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan dan

seterusnya”. Sedangkan dalam Wikipedia, Ilmu Alam (Inggris:natural science) atau

ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun

ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang

pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun, (wikipedia.org).

Berdasarkan beberapa definsi di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam melalui

tahapa-tahapan ilmiah dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan

hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun.

2.1.5 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

(Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik

dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut

menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini

menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan

pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses

diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses

bagaimana cara produk sains ditemukan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

10

Asy’ari, Muslichah (2006) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu

dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya

mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal

hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya

merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis,

menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,

menganalisis dan mengsintesis data. Poedjiati (2005) menyebutkan bahwa

ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung,

mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi

ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat

melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk

menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan

teori-teori baru.

2.1.6 Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1)

memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu,

sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi

antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan

ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan

membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal

pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan

pendidikan ke SMP atau MTs.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

11

2.1.7 Ruang Lingkup IPA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) ruang lingkup bahan kajian IPA

untuk SD meliputi aspek-aspek berikut :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,

dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Adapun ruang lingkup IPA dalam kelas V sekolah dasar pada semester II

adalah energi dan perubahannya, dalam materi ini dibahas tentang Gaya dan

pesawat sederhana. Materi gaya dalam IPA di bagi ke dalam empat subpokok

yaitu Gaya Gravitasi, Gaya Pegas, Gaya Gesek dan Gaya Magnet, sedangkan

untuk pesawat sederhana meliputi: Pengungkit, Bidang Miring, dan Katrol ,

Depdiknas (2006).

a. Gaya

Gaya mempunyai arti yang berbeda-beda. Beberapa ahli pendidikan

mendefinisikan gaya sebagai berikut: Poppy (2008) mengartikan gaya sebagai

tarikan dan dorongan, sedangkan Ajen (2004) mendefinisaikan gaya sebagai

tarikan dan dorongan yang dapat mempengaruhi suatu benda. Adapun jenis

gaya yang dibahas oleh peneliti antara lain: gaya gesek, gaya gravitasi dan

gaya magnet.

1) Gaya gesek

Gaya gesek adalah gaya yang menahan gerak benda agar benda itu

dapat berhenti bergerak. Besar kecilnya gaya gesek dipengaruhi oleh kasar

licinnya permukaan benda yang bergesekan. Makin halus/licin permukaan

gaya gesek semakin kecil. Makin kasar permukaan gaya gesek semakin

besar. Contoh penggunaan gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari adalah

penggunaan roda gerobak sapi yang dilapisi karet, seperti pada gambar 2.1.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

12

Gambar 2.1

Gerobak yang berjalan di jalan beraspal

2) Gaya magnet

Magnet berasal dari kata Magnesia yaitu tempat orang Yunani

menemukan sifat magnet yang terdapat dalam batu-batuan yang dapat

menarik logam. Magnet disebut juga besi berani. Kekuatan yang menarik

jarum, paku, atau benda logam lainnya yang ada disekitarnya. Magnet

memiliki 2 kutub yaitu kutub utara dan selatan. Bentuk magnet beragam ada

yang berbentuk jarum, ada yang berbentuk huruf “U”, berbentuk silinder,

berbentuk lingkaran dan ada yang berbentuk batang. Adapun bentuk-bentuk

magnet tersebut di atas dapat dilihat seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.2

Macam – macam magnet

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

13

3) Gaya grafitasi

Gaya gravitasi adalah gaya yang menarik semua benda baik benda

hidup maupun benda tidak hidup ke arah pusat bumi. Contoh : daun

berguguran dari pohon, buah yang telah masak jatuh ke tanah, dan

penerjun payung. Benda-benda yang mengalami tarikan gaya gravitasi bumi

akan bergerak jatuh ke tanah. Gerak jatuh akan semakin cepat bila benda

semakin dekat dengan tanah. Setelah benda mencapai tanah, gaya

gravitasi tetap bekerja sehingga benda tetap berada pada tempatnya.

Akibat tidak adanya gaya gravitasi semua makhluk hidup dan makhluk tak

hidup akan melayang-layang di angkasa. Hal tersebut dapat dilihat seperti

pada gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3

Astronot melayang di luar angkasa.

b. Pesawat Sederhana

Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya manusia tidak lepas

menggunakan alat bantu dalam melakukan pekerjaannya. Alat yang membantu

manusia mempermudah pekerjaan disebut pesawat sederhana, Ismet (2008).

Sedangkan menuru Ajen (2004) pesawat sederhana adalah alat bantu untuk

memudahkan pekerjaan manusia, yang tersusun sederhana.

Jadi pesawat sederhana adalah alat yang membantu untuk

mempermudah pekerjaan manusia yang tersusun sederhana. Pesawat

sederhana tersebut antara lain : bidang miring, pengungkit/ tuas, katrol.

1) Pengungkit atau Tuas

Pengungkit atau tuas merupakan peralatan yang menggunakan

prinsip pesawat sederhana yang berfungsi untuk meringankan pekerjaan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

14

manusia. Prinsip kerja pengungkit atau tuas adalah mengatur perbandingan

antara panjang lengan kuasa dengan panjang lengan beban. Untuk

memperkecil kuasa (gaya) dalam mengangkat beban dapat dilakukan

dengan cara memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan

beban. Berdasarkan kedudukan, titik tumpu dan titik kuasa, pengungkit

dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

a. Pengungkit jenis Pertama

Merupakan pengungkit yang susunannya adalah titik tumpu berada

diantara titik beban dan titik kuasa. Contoh: timbangan, gunting, jungkat-

jungkit dan pencabut paku. Contoh benda yang menggunakan

pengungkit jenis pertama dapat dilihat seperti pada gambar 2.4.

Gambar 2.4

Contoh Pengungkit Jenis Pertama

b. Pengungkit jenis kedua

Adalah pengungkit yang bebannya terletak diantara titik tumpu dan titik

kuasa. Contoh: gerobak, pemecah buah kenari, seperti pada gambar 2.5

berikut.

Gambar 2.5

Contoh Pengungkit Jenis Kedua

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

15

c. Pengungkit jenis ketiga

Adalah pengungkit yang kuasanya terletak diantara titik tumpu dan

beban. Contoh : Sekop, sapu, dll, seperti yang terlihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6

Contoh Pengungkit Jenis Ketiga

2) Bidang Miring

Bidang miring adalah suatu permukaan yang miring dan membentuk

sudut. Pesawat sederhana jenis ini biasa digunakan untuk menaikkan

benda-benda tertentu ke tempat yang lebih tinggi. Besarnya gaya untuk

menaikkan benda melalui bidang miring tergantung pada kemiringan benda.

Penggunaan bidang miring untuk membantu pekerjaan memiliki keuntungan

dan kerugian. Keuntungannya, gaya yang dikeluarkan menjadi lebih kecil.

Kerugiannya, jarak tempuh yang dilaluinya akan semakin jauh.

Gambar 2.7

Jalan naik ke gunung dibuat berkelok-kelok Contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan prinsip

bidang miring sebagai berikut: jalan naik ke gunung dibuat berkelok-kelok

agar mudah dilalui, tangga naik ke suatu tempat dibuat melingkar untuk

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

16

melandaikan bidang miring, menaikkan drum ke atas truk dengan

menggunakan papan kayu dalam bidang miring, sekrup yang bentuknya

dibuat melingkar.

3) Katrol

Katrol merupakan jenis pesawat sederhana yang digunakan untuk

memudahkan mengangkat benda-benda yang berat. Katrol terdiri dari roda

kecil yang beralur yang dapat berputar pada porosnya. Menurut cara

penggunaannya, katrol dibedakan menjadi tiga jenis yaitu katrol bebas,

katrol tetap dan katrol ganda.

a. Katrol Bebas

Katrol ini dapat naik turun bersama benda yang diangkatnya.

Biasanya katrol ini dipasangkan pada beban yang akan ditarik. Katrol

bebas dapat mengurangi berat beban atau gaya hingga setengahnya,

seperti yang terlitah pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Katrol Bebas

b. Katrol Tetap

Katrol tetap adalah katrol yang dipasangkan di suatu tempat dan

menetap. Katrol ini tidak mengurangi gaya, tetapi memudahkan

mengubah arah gaya. Contoh: katrol pada sumur dan pada ujung tiang

bendera (kerekan), seperti yang terlihat pada gambar 2.9 berikut.

Gambar 2.9 Katrol Tetap

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

17

c. Katrol Ganda

Katrol ganda adalah katrol yang merupakan gabungan dari katrol

bebas dan katrol tetap. Katrol ganda ini biasa digunakan untuk

mengangkat beban ke atas, karena gaya yang diperlukan lebih kecil, ini

dapat dilihat seperti pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Katrol Ganda

2.1.8 Kit IPA

Suatu pembelajaran akan lebih menarik bila menggunakan alat peraga.

Siswa biasanya akan sangat antusias dalam pembelajaran. Beberapa ahli

pendidikan telah mendefiniskan tentang alat peraga. Menurut Trisnoherawati

(2004:1) “Alat Peraga IPA merupakan alat-alat yang digunakan untuk percobaan

dalam pembelajaran IPA di kelas Sekolah Dasar”. Alat peraga (Kit) dimaksudkan

untuk memudahkan proses pembelajaran, sehingga diharapkan mutu pengajaran

bisa meningkat. Kit IPA dapat dijadikan suatu alat yang dapat membantu proses

pembelajaran di sekolah.

Sebagaimana dikemukakan oleh Trisnoherawati (2004:13) bahwa kegunaan

Kit IPA dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA di Sekolah

Dasar.

b. Untuk menekankan pada metode-metode pembelajaran interaktif.

c. Untuk mengembangkan program pengembangan Sumber Daya Manusia.

d. Untuk menciptakan tenaga kerja yang lebih bermutu.

e. Untuk memenuhi tujuan pembangunan masyarakat, ekonomi, dan teknik di

Indonesia.

f. Untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

18

Dalam penggunaan Alat Peraga IPA tentu harus memperhatikan beberapa

persyaratan sehingga Kit tersebut mempermudah pembelajaran IPA. Adapun

persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Membuat petunjuk pengamatan terhadap percobaan.

b. Membuat hasil pengamatan dari hasil apa yang diamati siswa / hasil

pembahasan dengan siswa sebelumnya.

c. Membuat kesimpulan yang ditemukan oleh siswa.

d. Memberi informasi penting yang diberikan oleh guru tentang topik ketentuan.

e. Mempersiapkan gambar-gambar yang membantu menjelaskan dan mengerti

suatu masalah.

f. Membuat ringkasan topik tertentu.

Adapun peranan Alat Peraga IPA di sekolah dasar antar lain:

1. Kit murid untuk percobaan yang dilaksanakan oleh siswa sendiri dalam

kelompok-kelompok kecil.

2. Kit guru untuk peragaan dan percobaan yang umumnya dilakukan oleh guru

dan siswa.

3. Sebagai buku panduan IPA percobaan-percobaan yang dirakit sendiri dengan

menggunakn bahan/barang yang ditemukan di lingkungan tempat tinggal

siswa.

Melihat penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa KIT IPA merupakan

alat yang berguna untuk membantu kegiatan pembelajaran dalam mencapai

tujuan pembelajaran IPA yang telah ditentukan, melalui percoban dengan

memanfatkan bahan yang sederhana.

2.1.9 Langkah – Langkah Penggunaan Kit IPA

a. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Pegas

Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

Gaya Pegas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

19

1. Bahan dan Alat :

a. Neraca Pegas

b. Balok kayu

c. Balok alumunium

2. Cara Kerja

a. Siapkan semua bahan dan alat praktikum.

b. Guru memperagakan mengangkat balok kayu tanpa menggunakan

neraca pegas.

c. Kemudian balok kayu dan balok alumunium diangkat dengan

menggunakan neraca pegas secara bergantian.

d. Semua siswa mengamati apa yang dicontohkan oleh guru.

e. Guru meminta setiap kelompok yang telah dibentuk untuk mempraktikan

apa yang telah dicontohkan di awal.

f. Bandingkan ketika balok kayu dan alumunium diangkat tanpa

menggunakan neraca pegas dan dengan menggunakan neraca pegas.

g. Selanjutnya hasilnya dituliskan pada lembar pengamatan yang telah

disediakan.

h. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari praktik yang telah

dilakukan.

b. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Gesek

Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

Gaya Gesek, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Bahan dan Alat :

a. Pegas

b. Kotak resonansi

c. Kaca

d. Kotak kit

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

20

2. Cara Kerja

a. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam

percobaan.

b. Guru merakit alat yang akan digunakan untuk praktikum.

c. Guru mengaitkan sebuah pegas pada bagian kotak resonansi dengan

maksud untuk ditarik.

d. Kemudian guru menarik kotak resonansi tersebut dengan dengan

menggunakan pegas.

e. Selanjutnya, guru meletakkan kotak resonansi di atas kotak kit.

f. Guru mengaitkan sebuah pegas pada bagian kotak resonansi dengan

maksud untuk ditarik.

g. Kemudian guru menarik kotak resonansi tersebut dengan menggunakan

pegas. Hal serupa juga dilakukan pada permukaan kaca.

h. Siswa diminta untuk mengamati percobaan yang dilakukan.

i. Siswa diminta untuk melakukan praktikum, kemudian mencatat hasil

pengamatannya pada lembar pengamatan yang telah disediakan.

j. Pada akhir praktikum, guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan

dari percobaan yang telah dilakukan.

c. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Magnet

Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

Gaya Magnet, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Bahan dan Alat :

a. Magnet

b. Paku

c. Daun

d. Kertas

e. Pensil

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

21

2. Cara Kerja

a. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

praktikum.

b. Guru mengambil magnet batang dan mendekatkannya pada sebatang

besi, kemudian kaca, alumunium, dan kuningan. Siswa memperhatikan

dengan seksama.

c. Guru meminta setiap kelompok untuk mempraktikkannya.

d. Siswa diminta mengamati hasil percobaan dan mencatat pada lembar

pengamatan yang telah disediakan.

e. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari percobaan yang

telah dilakukan.

d. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Gravitasi

Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

Gaya Gravitasi, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Bahan dan Alat :

a. Plastisin

b. Bola

c. Kertas

2. Cara Kerja

a. Guru mempersiapkan alat dan bahan praktikum.

b. Guru meminta perwakilan setiap perwakilan kelompok untuk maju ke

depan kelas.

c. Masing-masing siswa diminta untuk menjatuhkan plastisin, bola dan

kertas, sedangkan masing-masing kelompok menuliskan hasil

pengamatan mereka pada lembar kerja yang telah disediakan .

d. Bersama siswa guru membuat kesimpulan dari percobaan yang telah

dilakukan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

22

e. Langkah-langkah penggunaan KIT Bidang Miring

Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

Gaya Bidanng Miring, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Bahan dan Alat :

a. Tutup kotak resonansi

b. Neraca pegas

c. Kotak Kit IPA

d. Benang

e. Papan triplek (20x40)

2. Cara Kerja

a. Guru mengangkat tutup kotak resonansi dengan cara mengaitkannya

pada pegas, kemudian siswa melakukan hal serupa dan masing-masing

kelompok mengukur panjang regangan pegas.

b. Guru membuat bidang miring dengan kemiringan tertentu menggunakan

papan triplek.

c. Guru meletakkan tutup kotak resonansi yang dikaitkan pada pegas

kemudian menariknya dari bawah ke atas kemudian siswa melakukan hal

serupa dan masing-masing kelompok mengukur panjang regangan pegas.

d. Lakukan percobaan tersebut secara berulang dengan sudut yang

berbeda.

e. Siswa mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan yang telah

disediakan.

f. Bersama siswa guru membuat kesimpulan dariu hasil percobaan yang

telah dilakukan.

f. Langkah-langkah penggunaan KIT Pengungkit/ Tuas

Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

Gaya Pengungkit/ tuas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

23

1. Bahan dan Alat :

a. tiang neraca

b. dudukan neraca beralur

c. piring neraca

d. neraca pegas

e. lengan neraca beralur

f. kubus aluminium

g. penggantung piring neraca

h. kotak Kit IPA

2. Cara Kerja

a. Merakit neraca dengan cara :

1) Meletakkan tiang keseimbangan tegak lurus (berdiri) di atas meja.

2) Memasukkan lengan neraca be ralur kedalam dudukan neraca.

3) Meletakkan dudukan neraca di atas tiang keseimbangan pada lubang

tertentu.

4) Meletakkan piring neraca pada penggantung piring neraca.

5) Mengaitkan penggantung piring neraca pada ujung kiri lengan neraca

beralur.

b. Meletakkan kubus alumunium di atas piring neraca.

c. Mengaitkan neraca pegas pada ujung kanan lengan neraca.

d. Menarik neraca pegas ke bawah sehingga beban yang tergantung pada

lengan sebelah kiri terangkat. Letak lengan neraca harus mendatar

(horizontal).

e. Guru memindahkan dudukan neraca beralur pada lubang kedua belas

kemudian tarik pegas ke bawah, kemudian lalukan pada lubang ke

sebelas, sepuluh dan seterusnya.

f. Guru menugaskan pada wakil masing-masing kelompok untuk mengukur

panjang regangan pegas sambil membandingkan jarak antara kait

tempat lengan neraca tergantung dan ujung lengan neraca tempat piring

neraca tergantung dengan jarak hasil temuan.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

24

g. Siswa diminta mencatat hasil pengamatan yang dilakukan.

h. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari hasil percobaan

yang telah dilakukan.

g. Langkah-langkah penggunaan KIT Katrol

Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

Gaya Pegas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Bahan dan Alat :

a. Piring neraca

b. Penggantung piring

c. Kubus kayu

d. Tali 1m

e. Katrol tunggal dua buah

f. Kartu plastik

g. Gantungan hampa udara

h. Mur baut dudukan

2. Cara Kerja

a. Guru mempersiapkan alat dan bahan

b. Rakitlah tiang katrol dengan cara :

i. Tempelkan kartu plastik pada dinding kotak dengan menggunakan mur

baut.

ii. Tempelkan gantungan hampa udara pada kartu plastik tersebut/dinding

yang permukaannya halus.

c. Gantunglah kubus kayu dengan menggunakan neraca pegas kemudian

ukurlah rentang panjang pegasnya.

d. Gantunglah katrol tunggal pada gantungan hampa udara kemudian

tariklah kubus kayu tersebut, bandingkan dengan c.

e. Lakukan hal serupa dengan menambah jumlah katrol, kemudian catatlah

hasil pengamatan pada lembar pengamatan.

f. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari hasil pengamatan

yang telah dilakukan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

25

2.2 Kajian hasil penelitian yang relevan

Bebarapa penelitian relevan yang berkaitan dengan KIT IPA, antara lain :

2.2.1 “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Tematik Dengan

Menggunakan Alat Peraga Nyata Pada Kelas Rangkap di SD Negeri 2 Kedungpuji

Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen Semester II 2010/2011”, oleh Siti

Marifah, S1 PGSD FKIP UKSW. Hasil penelitian: dengan menggunakan alat

peraga ternyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas I dan II SD

Negeri 2 Kedungpuji Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen pada semester II

2010/2011. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase ketuntasan

hasil belajar IPA. Perbandingan ini dapat diketahui dari hasil tes awal, siklus I dan

siklus II, peningkatannya yaitu 100%.

2.2.2 “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga KIT IPA

Kelas V Semester I SD Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2009/2010” oleh

Elizabeth Kami, S.Pd, FKIP UKSW Salatiga. Hasil Penelitian: setelah diadakan

perlakuan tindakan selama II siklus, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

IPA mengalami peningkatan. Ada peningkatan prestasi belajar dari 62,5%

sebelum diadakan tindakan menjadi 74,79% pada siklus I dan 86,17% pada siklus

II. Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa melalui penggunaan alat peraga Kit

IPA dapat meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga

Kit IPA Kelas V Semester I SD Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran

2009/2010.

2.2.3 “Penggunaan Alat Peraga KIT IPA Buatan SEQIP Untuk Meningkatkan Hasil

Pembelajaran IPA Kelas V SDN Plodongan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Wonosobo Semester I Tahun Ajaran 2009/2010” oleh Sarlan,S.Pd, FKIP UKSW

Salatiga. Hasil penelitian : Penggunaan alat peraga KIT IPA buatan SEQIP

ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Plodongan

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo. Hal ini terbukti pada awal

pembelajaran siklus I diadakan pretes dengan pencapaian KKM hanya 06,45%

dari jumlah siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa. Setelah diberi pembelajaran

dengan alat peraga KIT IPA buatan SEQIP, pada evaluasi akhir siklus I seluruh

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

26

siswa mencapai nilai >5,8 dan pada akhir siklus II seluruh siswa juga memperoleh

nilai >5,8, yang berarti semua siswa kelas V dapat mencapai KKM .

2.3 Kerangka berpikir

Gambar 2.11 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA pada hakikatnya sangat menarik dan menyenangkan, tetapi

adakalanya siswa sekolah dasar merasa jenuh dengan pembelajaran ini. Dalam

pembelajaran IPA biasanya siswa diajak praktik langsung menggunakan alat-alat

peraga yang telah tersedia (KIT IPA). Namun masih banyak guru yang melaksanakan

pemblajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga siswa merasa

cepat bosan, hal ini pula yang terjadi di SD Negeri Bawen 03, dari hasil observasi

yang dilakukan, ternyata di Kelas V masih banyak siswa yang hasil belajar IPAnya

masih di bawah KKM. Nilai KKM yang ditetapkan untuk pembelajaran IPA adalah 68.

Kondisi awal

Guru Menggunakan

Metode Konvensional

Guru

menggunakan

Kit IPA

Ada Peningkatan

Hasil > KKM ( 68)

Ada Peningkatan Tapi

Belum Tuntas

Tindakan

Hasil Belajar Siswa

Rendah <KKM (68)

Diduga Hasil Belajar

Tuntas > KKM

80%

Kondisi Akhir

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/861/3/T1_292008109_BAB II.pdfYang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

27

Proses pembelajaran yang tidak menggunakan alat peraga merupakan salah

satu faktor dari rendahnya hasil belajar yang diperoleh, sehingga dengan

pembelajaran menggunakan alat peraga, siswa akan langsung berinteraksi dengan

hal yang dipelajari pada pelajaran IPA. Dengan penggunaan Kit IPA ini diharapkan

hasil belajar anak akan meningkat dan tuntas dari KKM yang telah ditetapkan.

2.4 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan paparan teori-teori di atas, dapat diambil suatu hipotesis bahwa

penggunaan KIT IPA dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas V di SD Negeri Bawen 03 Kabupaten Semarang.