25
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pembelajaran merupakan tahapan suatu proses belajar yang sistematis dalam pelaksanaannya supaya peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan menerapkan suatu konsep yang diperoleh dalam belajar sebagaimana pendapat Gagne, R.M. (Winataputra, 2007) bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006), IPS adalah merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan yang cukup luas, karena mencakup gejala-gejala dan masalah-masalah kehidupan manusia di tengah-tengah masyarakat. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2007) Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek- aspek : manusia, tempat dan lingkungan, waktu, keberlanjutan, dan perubahan sistem sosial dan budaya, dan perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian teori

2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Pembelajaran merupakan tahapan suatu proses belajar yang

sistematis dalam pelaksanaannya supaya peserta didik memiliki

pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan menerapkan suatu

konsep yang diperoleh dalam belajar sebagaimana pendapat Gagne, R.M.

(Winataputra, 2007) bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan

yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan

dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial. Menurut Departemen

Pendidikan Nasional (2006), IPS adalah merupakan integrasi dari berbagai

cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,

politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan yang cukup

luas, karena mencakup gejala-gejala dan masalah-masalah kehidupan

manusia di tengah-tengah masyarakat.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2007) Mata pelajaran

IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep-

konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,

memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial,

memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional

dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek- aspek :

manusia, tempat dan lingkungan, waktu, keberlanjutan, dan perubahan

sistem sosial dan budaya, dan perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

8

Pengajaran IPS SD diandalkan untuk membina generasi penerus

usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata

kehidupannya, menghayati tuntutan keharusan dan pentingnya

bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta

mahir berperan erat di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga

negara yang baik ( BSNP, 2007)

2.1.1.1. Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar

IPS merupakan perpaduan antara konsep-konsep ilmu sosial

dengan konsep-konsep ilmu pendidikan yang dikaji secara

sistematis,psikologi dan fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan

siswa (Somantri,1996).

Berkenaan IPS merupakan perpaduan antara konsep-konsep ilmu

sosial dengan konsep-konsep pendidikan yang dikaji secara sistematis

Nursid Sumaatmadja (1980) mengemukakan bahwa secar mendasar

pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan

segala tingkah laku dan kebutuhannya.

Kamarga (1994) mengatakan berdasarkan fungsi pengajaranya

disekolah, IPS terdiri dari ilmu sosial dan pendidikan sosial. Pendidikan

ilmu-ilmu sosial biasanya dikembangkan dalam kurikulum akademik atau

kurikulum disiplin ilmu pada tingkat sekolah menengah. Sedangkan

pendidikan ilmu sosial dikembangkan untuk tingkat pendidikan dasar.

Fokus utama IPS adalah kajian hubungan antar manusia. Untuk

mencapai keserasian dan keselarasan kehidupan masyarakat diperlukan

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terbentuk melalui pendidikan

pengetahuan sosial.

Standar isi (PERMEN No.22,2006), merupakan salah satu mata

pelajaran yang diberika mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/Mts/SMPLB.

Ips mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial. Pada mata pelajaran IPS, siswa diarahkan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

9

untuk dapat menjadi warga negara indonesia yang demokratis, dan

bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Menurut (PERMEN No.22,2006) IPS bertujuan agar peserta didik

berkemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi

dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

2.1.2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif merupakan istilah umum untuk

sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja

sama kelompok dan interaksi antar siswa. Menurut Davidson dan

Warsham dalam Isjoni (2011: 28), Pembelajaran Kooperatif adalah model

pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan

pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan

keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Lebih khusus, Slavin

dalam Sanjaya (2006: 240) menyatakan bahwa Pembelajaran Kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Jadi dalam

model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan

kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh karena itu,

siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha

menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan pada mereka. Dalam Model Pembelajaran Kooperatif, siswa

dikondisikan untuk belajar secara berkelompok. Pembentukan kelompok

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

10

disini diupayakan terbentuk kelompok yang heterogen. Hal ini sesuai

dengan pendapat Ibrahim (2000) dalam Yusiriza (2011) yang menyatakan

bahwa Model Pembelajaran Kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen

dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Model

Pembelajaran Kooperatif ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut 1) siswa

belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya; 2) kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3) jika di dalam kelas terdapat

siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin

yang berbeda maka diupayakan dalam setiap kelompok terdiri dari ras,

suku, budaya dan jenis kelamin yang berbeda pula; dan 4) penghargaan

lebih diutamakan pada kerjasama kelompok daripada perorangan.

Anita Lie (2004:12) menyatakan bahwa Model Pembelajaran

Kooperatif atau disebut juga dengan Pembelajaran Gotong - Royong

merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak

didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan

tugas-tugas yang terstruktur. Lebih Dampak dari penerapan model

pembelajaran ini sesuai dengan Pendapat Trianto (2010) yang menyatakan

bahwa Pembelajaran Kooperatif memiliki dampak positif bagi siswa yang

hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil

belajar yang signifikan. Pembelajaran Kooperatif bertujuan untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman

sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta

memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Selain itu, Stahl

(2009) dalam Isjoni (2011) menyatakan dengan melaksanakan Model

Pembelajaran Kooperatif, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan

dalam belajar dan juga dapat melatih siswa untuk memiliki ketrampilan

baik ketrampilan berpikir (thinking skill) maupun ketrampilan sosial

(social skill) seperti ketrampilan untuk mengemukakan pendapat, aktif

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

11

bertanya, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa

setia kawan, dan mengurangi perilaku yang menyimpang di kelas.

Akibatnya, Anita Lie (2008) dalam Isjoni (2011) menyatakan bahwa

Model Pembelajaran Kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran

efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan saling ketergantungan positif,

tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antar

anggota dan pemrosesan kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, dari beberapa pendapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk

menciptakan pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dalam proses

pembelajaran.

2.1.2.1. Pengertian Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah

satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi

kemampuan siswa yang heterogen. Model ini dipandang sebagai metode

yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran

kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para

peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan

menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi

kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman

sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu

permasalahan” (Arindawati, 2004).

Model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan

4 – 5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-

laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna

untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

12

ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran

kooperatif yang sangat sederhana.

2.1.2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh

Robert Slavin dan teman-temannya dari universitas John Hopkins, dan

merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Tipe ini baik

diterapkan oleh guru yang baru mengenal model pembelajaran kooperatif.

Tipe ini menggunakan tim yang terdiri dari 4-5 orang anggota.

Guru menyampaikan suatu materi, siswa yang tergabung dalam tim-tim

tersebut menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Anggota lain

menggunakan lembah kegiatan atau perangkat pelajaran yang lain untuk

menuntaskan materi pembelajarannya yang kemudian saling membantu

satu sama lain atau melakukan diskusi setelah menyelesaikan soal-soal,

mereka menyerahkan pekerjaan secara tunggal untuk setiap kelompok

kepada guru.

Secara individu setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis.

Hasil pnyelesaian diberi skor, dan setiap individu diberi skor

pengembangan. Skor pengembangan ini tidak didasarkan pada skor mutlak

siswa, tetapi didasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata

skor siswa yang lalu. Setiap minggu diumumkan hasil pencapaian skor

semua siswa. Termasuk skor pengembangan tertinggi atau siswa yang

mencapai skor sempurna pada kasus-kasus itu.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri tujuh komponen utama, yaitu :

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai.

b. Persiapan pembelajaran termasuk didalamnya pembentukan kelompok,

presentasi tugas siswa.

c. Kepastian bahwa siswa telah memahami isi materi pelajaran.

d. Pembentukan kelompok pada STAD terdiri dari siswa yang heterogen

e. Kuis individual yang dilakukan dalam rangka meyakinkan siswa dalam

belajar dan sebagai indikator tanggung jawab siswa.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

13

f. Kemajuan nilai secara individual

g. Pengakuan dan hadiah terhadap kelompok.

Tahapan-tahapan yang dilalui dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

meliputi :

1. Penyajian kelas

Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian

kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan

dan latihan terbimbing.

2. Kegiatan kelompok

Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan

saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan

pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

3. Kuis (Quizzes)

Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk

mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes

digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan

sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.

4. Skor Kemajuan (perkembangan) Individu

Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa,

tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui

rata-rata skor siswa yang lalu.

5. Penghargaan Kelompok

Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-

masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor

kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan

mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga

diperoleh skor rata-rata kelompok.

Langkah-langkah penerapan tipe STAD (student teams achievement

division) dipaparkan oleh Slavin, (2009: 133) sebagai berikut:

a) Guru mempersiapkan siswa sebelum pelajaran

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

14

b) Guru menyiapkan materi dan menjelaskan Tujuan pembelajaran yang

akan disampaikan.

c) Guru menyajikan pelajaran kepada siswa tentang materi jasa dan peran

tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

lewat bacaan

d) Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara hetrogen

(presentas jenis kelamin, suku agama dll).

e) Guru membimbing dan memberikan tugas kepada kelompok untuk

dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok guru memberi pertanyaan

kepada seluruh peserta didik.

f) Memberikan evaluasi hasil belajar tentang materi jasa dan peran tokoh

perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan

masing-masing kelompok mewakilkan mempresentasikan hasil

kerjanya.

g) Guru bersama-sama membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka selanjutnya tahap-

tahap yang perlu dipersiapkan selanjutnya dalam penerapan kooperatif

tipe STAD (student teams achievement division) adalah sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan ini, guru membentuk kelompok yang akan

dibagikan kepada siswa. Kelompok-kelompok tersebut, sebelumnya

telah dibuat oleh guru berdasarkan materi yang akan disampaikan pada

kegiatan belajar mengajar (KBM) sesuai dengan RPP dan Silabus.

Pembuatan kelompok-kelompok tersebut terbagi dalam dua kategori

yaitu pertanyaan dan jawaban. Kelompok-kelompok yang nanti akan

terbentuk, didasarkan pada kelompoknya pertanyaan dan jawaban itu.

Pembuatan kelompok tidak memilih teman agama, suku dll, tidak

terpatok ke dalam satu pertanyaan dan satu jawaban, tetapi disesuaikan

dengan kebutuhan jumlah anggota kelompok yang diinginkan oleh.

guru. Artinya dalam dua kategori tersebut, bisa berbentuk 1 kelompok

pertanyaan dengan 1-3 kelompok jawaban.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

15

Disamping mempersiapkan kelompok, guru juga merencanakan

alokasi waktu untuk kegiatan pembentukan kelompok. Alokasi waktu

disesuaikan dengan banyaknya jam pelajaran yang diberikan oleh pihak

sekolah. Selanjutnya akan dilaksanakan penyampaian materi oleh guru.

Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memperoleh gambaran mengenai

materi yang akan dibahas dalam KBM. Selain itu, ini juga demi

membantu siswa agar tidak terlalu kebingungan dalam mencari

pasangan kelompoknya berdasarkan pertanyaan atau jawaban dalam

kartu, karena siswa telah dibekali materi oleh guru.

2) Tahap Pembentukan Kelompok

Tahapan ini merupakan kegiatan utama dalam tipe STAD (student

teams achievement division). Pada tahapan ini terbagi dalam kegiatan,

diantaranya:

a. Pembagian kelompok

Dalam kegiatan ini, guru membagikan kelompok-kelompok

4-5 orang yang telah dipersiapkan pada tahapan sebelumnya

kepada siswa. Tiap siswa masing-masing mendapatkan

kelompoknya untuk itu siswa sudah dibentuk kelompok, guru akan

membagikan tugas kepada masing kelompok untuk mengerjakan

pertanyaan yang guru berikan, dan guru juga memberikan

kuis/pertanyaan , jika guru memberikan kuis tidak ada salah satu

yang boleh membanti harus benar-benar perindividu yang

menjawab sendiri, guru memberikan kesempatan beberapa menit

kepada kelompok masing-masing untuk memikirkan jawaban atau

pertanyaan yang sesuai dengan isi pertanyaan/soal tersebut. Waktu

diberikan disesuaikan dengan alokasi waktu dalam KBM sesuai

RPP.

b. Pembentukan kelompok

Kegiatan selanjutnya adalah pembentukan kelompok. Pada

kegiatan ini, guru meminta tiap siswa membentuk kelompok-

kelompok setelah pembentukan kelompok siswa masing-masing

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

16

bergabung dengan kelompoknya masing-masing untuk

mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam

pembentukan kelompok ini, guru memberikan watku kepada siswa

sesuai dengan perencanaan pada tahap persiapan. Tingat waktu

yang diberikan oleh guru ini, berpengaruh terhadap penghargaan

yang akan diberikan oleh guru kepada siswa ketika proses

pembentukan kelompok.

Selanjutnya, guru memeriksa validitas dari pembentukan

kelompok ini. Guru masuk ke dalam tiap-tiap kelompok dan

memeriksa kecocokan dari tiap-tiap anggota kelompok tersebut.

Jika belum ada yang benar, guru memberikan waktu kembali

kepada masing-masing kelompok untuk memperbaiki anggota

kelompoknya. Namun, jika pembentukan kelompok sudah benar,

makan dilanjutkan pada kegiatan berikutnya.

c. Penghargaan

Penghargaan dilakukan dalam proses pembentukan

kelompok. penghargan ini bersifat individu maupun kelompok.

Pemberian penghargaan ini dilakukan untk mendapatkan antusias

siswa yang lebih dalam kepada KBM, sehingga siswa dapat

meningkatkan hasil belajarnya. Pedoman penghargaan siswa

dilakukan dengan skor sesuai dengan waktu yang ditempuh dalam

pembentukan kelompok.

3) Tahap Kegiatan Kelompok

Dalam tahapan ini, setiap siswa melaksanakan kelompok kerja

berdasarkan kelompok yang dibentuk dalam tahapan sebelumnya.

Setiap kelompok memecahkan masalah yang terdapat dalam gabungan

tiap-tiap kartu anggota kelompoknya. Ketika kerja kelompok

berlangsung, setiap siswa berhak meminta bantuan guru untuk

membantu mengarahkan kelompoknya dalam memecahkan masalah. Di

samping itu, guru juga memberikan tenggat waktu kepada setiap

kelompok untuk bekerja sesui dengan alokasi waktu dalam KBM.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

17

Setiap kelompok yang sudah selesai mengerjakan tugas kelompoknya,

berhak mendapatkan penghargaan sesuai dengan pedoman waktu yang

telah ditetapkan dan mendapatkan kesempatan pertama untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

4) Tahap Presentasi Kelompok

Tahapan presentasi merupakan tahapan berikutnya, setelah tiap

kelompok selesai mengerjakan tugas kelompoknya. Dalam tahapan ini

terbagi ke dalam dua yaitu presentasi kelompok dan tanya jawab antar

kelompok. Setiap kelompok mengutus wakilnya untuk menyajikan hasil

kerja kelompoknya di depan. Guru sebagai fasilitator memberikan

alokasi waktu kepada tiap-tiap kelompok secara rata untuk menyajikan

hasil kerja kelompoknya dan untuk mengadakan sesi tanya jawab.

Pembagian alokasi waktu oleh guru diharapkan agar setiap kelompok

dapat tampil ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya. Di samping itu, guru juga mengadakan penilaian

terhadap keaktifan individu siswa selama kegiatan presentasi kelompok

sedang berlangsung. Setelah semua kegiatan presentasi dilaksanakan,

maka guru menyimpulkan seluruh materi yang tersampaikan dalam

KBM.

5) Evaluasi

Evaluasi diadakan sebagai tahapan akhir dari seluruh pelaksanaan

tipe STAD (student teams achievement division). Evaluasi dilaksanakan

melalui kegiatan tes. Tes merupakan pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam

bentuk lisan, tertulis ataupun tindakan Sudjana, (2009: 35). Kegiatan

evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang

dicapai oleh siswa setelah dilaksanakan serangkaian kegiatan

pembelajaran dengan tipe STAD (student teams achievement division.

ini.

Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka dapat tergambarkan

bahwa metode ini akan menciptakan mobilitas siswa yang positif di

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

18

kelas selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Hal ini

akan menjadi alternative solution untuk menjawab keluhan-keluhan

guru dalam menghadapi suasana kelas yang tidak kondusif, sehingga

suasana yang tidak kondusif tersebut menjadi hal yang positif yang

dapat membantu dalam keberlangsungan belajar siswa di kelas.

Mengatasi kecenderungan suasana yang tidak kondusif yang

diakibatkan dari penerapan model kooperatif tipe STAD (student teams

achievement division), maka diperlukan teknik-teknik dalam

manajemen pembelajaran. Salah satu teknik manajemen yang dapat

digunakan dalam mengatasi masalah di atas adalah dengan “Sinyal

Kebisingan-nol”. Menurut Slavin (2009: 260), sinyal kebisingan-nol

adalah sebuah sinyal yang diberikan kepada para siswa untuk berhenti

bicara, untuk membuat mereka memberi perhatian penuh kepada guru,

dan untuk membuat tangan dan tubuh mereka diam. Selanjutnya, Slavin

(2009: 261), menjelaskan beberapa variasi dari sinyal kebisingan-nol:

Menggunakan sebuah alat pengukur waktu, dan hitung berapa lama

waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke kebisingan-nol.Buatlah sinyal

yang berbeda, satu sekedar untuk menurunkan tingkat kebisingan

(misalnya, mengangkat tangan, dan posisi tangan horizontal), yang

kedua untuk menurunkan tingkat kebisingan dan mendapatkan

perhatian para siswa untuk memberikan pengumuman yang ingin anda

berikan (mengangkat tangan, dan telapak tangan posisi vertikal).

Gunakan alat pengukur waktu secara acak untuk menurunkan tingkat

kebisingan. Disamping itu, diadakan pemberian poin atau nilai kepada

para siswa yang dapat mencapai tingkat kebisingan nol saat pengukur

waktunya mati.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

19

2.1.2.3 Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran STAD

Menurut Yurisa (2010), kelebihan dan kelemahan model pembelajaran

STAD adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD

a. Meningkatkan kecakapan individu.

b. Meningkatkan kecakapan kelompok.

c. Meningkatkan komitmen.

d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya.

e. Tidak bersifat kompetitif.

f. Tidak memiliki rasa dendam.

2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif STAD

a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran

anggota yang pandai lebih dominan.

2.1.3. Media gambar

2.1.3.1 Pengertian Media

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), media adalah alat

(sarana), perantar penghubung. Sementara itu Miarso (1980)

mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan

anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri

siswa.

Din Wahyudin (2007:45) mengemukakan media pembelajaran

adalah teknik membawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran. Sedangkan Nana Sudjana (2009) berpendapat bahwa media

merupakan pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam

pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil

belajar yang dicapainya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media merupakan

suatu alat atau perantara yang dapat digunakan dalam keperluan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

20

pembelajaran dimana media yang digunakan dapat merangsang pikiran,

perasaan dan perhatian, sehingga dapat mempertinggi hasil belajar siswa.

2.1.3.2 Pengertian Media Gambar

Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan

pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap

lingkungan (Din Wahyudin, 2007:15). Menurut Sarwono (2009) dalam

bukunya yang berjudul komputer dan media pembelajaran di SD

mengemukakan tentang media gambar adalah:

“media gambar yang dimaksud adalah termasuk ke dalam gambar

diam/mati (still picture), misalnya gambar/foto tentang kerangka manusia-

tumbuhan, objek hewan, alat transportasi, yang ada kaitannya dengan

isi/bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa”

Penemuan-penemuan dari penelitian mengenai nilai guna gambar

tersebut memiliki sejumlah implikasi bagi pengajaran yaitu :

a. Penggunaan gambar dapat merangsang minat atau perhatian siswa.

b. Gambar yang dipilih dan diadaptasikan secara tepat dapat membantu

siswa memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal

yang menyertainya.

c. Syarat yang bersifat non verbal atau simbol-simbol seperti tanda panah

ataupun tanda-tanda lainnya pada gambar dapat memperjelas atau

mengubah pesan yang sebenarnya.

Menurut Nana Sudjana (2001:68) media gambar adalah media

yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui

kombinasi perlengkapan kata-kata dengan gambar. Media gambar

merupakan media yang sederhana, mudah dalam pembuatannya, dan

ditinjau dari pembiayaannya termasuk media yang murah harganya.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

21

Kelebihan media gambar

1. Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, kalender, surat kabar, dan

sebagainya.

2. Tidak mahal, bahkan mungkin tidak perlu mengeluarkan biaya.

3. Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran.

4. Dapat digunakan pada semua mata pelajaran/disiplin ilmu.

5. Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.

6. Dapat menterjemahkan gagasan/ide yang bersifat abstrak akan lebih

menjadi realistis.

Langkah-Langkah Penggunaan Media Gambar

Menurut Suroso Widihatmoko (Dalam Sumarsono 2012)

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambr yang berkaitan

dengan materi.

4. Guru mengelompokkan siswa untuk berdiskusi.

5. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang

memilih/menyebutkan /mengurutkan jenis gambar.

6. Guru menanyakan alasan/dasar pengertian gambar tersebut.

7. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan

konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

8. Siswa mendapat LKS dan dikerjakan berkelompok.

9. Siswa melakukan tanya jawab antar kelompok dari hasil diskusi

mengerjakan LKS.

10. Bersama siswa guru merumuskan kesimpulan/rangkuman.

11. Guru member kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang

belum jelas.

12. Bersama siswa mengevaluasi hasil materi dan memberikan PR

kemudian salam.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

22

2.1.4. Keaktifan

1) Pengertian Keaktifan

Keaktifan peserta didik dalam belajar secara efektif itu dapat

dinyatakan sebagai berikut:

a. Hasil belajar peserta didik umumnya hanya sampai tingkat penguasaan,

merupakan bentuk hasil belajar terendah.

b. Sumber-sumber belajar yang digunakan pada umumnya terbatas pada guru

(catatan penjelasan dari guru) dan satu dua buku catatan.

c. Guru dalam mengajar kurang merangsang aktivitas belajar peserta didik

secara optimal. (Tabrani,1989: 128)

Keaktifan sendiri merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran

maupun kegiatan belajar, siswa di tuntut untuk selalu aktif memproses dan

mengolah hasil belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah hasil

belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual,

dan emosional. Sardiman (2009) berpendapat bahwa aktifitas disini yang baik

yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktifitas itu

harus saling terkait. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktifitas

belajar yang optimal. Banyak aktifitas yang dapat dilakukan siswa di sekolah.

Beberapa macam aktifitas itu harus diterapkan guru pada saat pembelajaran

sedang berlangsung.

Dalam proses belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman

pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan

merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak

didiknya, sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan.

agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif

dalam kegiatan belajar. Guru harus memotivasi siswa pada saat pembelajaran

berlangsung, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator pada saat

pembelajaran. Guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan

mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa harus

mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata. Jadi belajar

harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

23

berpusat pada siswa. Sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat

dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerja sama dan interaksi antar

komponen. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktifitas yang

sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang

dipelajari. Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan,

pemahaman dan ketrampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai.

Saat ini pembelajaran diharapkan ada interaksi siswa pada saat pembelajaran.

Hal ini agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar. guru

berperan sebagai pembimbing dan fasilitator.

2) Klasifikasi keaktifan siswa

Menurut Sardiman (2009) keaktifan siswa dalam belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Visual activities

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, dan

mengamati orang lain bekerja.

b) Oral activities

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, diskusi dan interupsi.

c) Listening activities

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi

kelompok, mendengarkan musik, pidato.

d) Writing activities

Menulis cerita, menulis laporan, karangan, angket, menyalin.

e) Drawing activities

Menggambar, membuat grafik, diagram, peta.

f) Motor activities

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat

model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

24

g) Mental activities

Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,

melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

h) Emotional activities

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Dengan demikian bisa kita

lihat bahwa keaktifan siswa sangat bervariasi, peran gurulah untuk menjamin

setiap siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam kondisi

yang ada. Guru juga harus selalu memberi kesempatan bagi siswa untuk

bersikap aktif mencari, memperoleh, dan mengolah hasil belajarnya.

3) Prinsip-Prinsip Keaktifan

Menurut W. Gulo (2002) prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha

menciptakan kondisi belajar supaya siswa dapat mengoptimalkan aktivitasnya

dalam pembelajaran. Prinsip–prinsip tersebut adalah :

1. Prinsip motivasi, di mana guru berperan sebagai motivator yang

merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa

dalam pembelajarannya.

2. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru dengan

apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan perolehan yang ada

inilah siswa dapat memperoleh bahan baru.

3. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubung-

hubungkan seluruh aspek pengajaran.

4. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman dengan

kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegaiatan intelektual.

5. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kegiatan bahwa ada perbedaan -

perbedaan tertentu di dalam diri setiap siswa, sehingga mereka tidak

diperlakukan secara klasikal.

6. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan

informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru.

7. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka terhadap

masalah dan mempunyai kegiatan untuk mampu menyelesaikannya.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

25

Berdasarkan uraian di atas, dalam membangun suatu aktivitas dalam

diri para siswa, hendaknya guru memperhatikan dan menerapkan beberapa

prinsip di atas. Dengan begitu para siswa akan terlihat keaktifannya dalam

belajar dan juga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya. Jadi

siswalah yang berperan pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Guru

hanya membuat suasana belajar yang menyenangkan, agar siswa bisa aktif

dalam pembelajaran, jadi mereka tidak hanya diam pada saat pelajaran

sedang berlangsung.

4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa adalah 1)

Memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran; 2) Menjelaskan tujuan

instruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik); 3) Mengingatkan

kompetensi belajar kepada peserta didik; 4) Memberikan stimulus (masalah,

topik, dan konsep yang akan dipelajari); 5) Memberikan petunjuk kepada

peserta didik cara mempelajari; 6) Memunculkan aktifitas, partisipasi peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran, 7) Memberikan umpan balik (feedback);

8) Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga

kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur; 9) Menyimpulkan

setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa

pada saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman

(2009) cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya yaitu abadikan

waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan

partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta

berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar

yang akan dicapai. Selain memperbaiki keterliban siswa juga dijelaskan cara

meningkatkan keterlibatan siswa atau keaktifan siswa dalam belajar. Cara

meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah

mengenali dan membantu anak-anak yang kurang terlibat dan menyelidiki

penyebabnya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

26

keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan

individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan

keinginan siswa untuk berfikir secara aktif.

2.1.5. Minat Belajar

Individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya (Moh

Surya, 1997). Belajar perlu memperhatikan tentang prinsip-prinsip belajar:

pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Kedua, belajar

merupakan proses. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.

Pengalaman pada dasarnya hasil interaksi antara siswa dengan lingkungannya

(William Burton, 1984).

Slavin (2000), Surya (1997) dan Burton (1984) menyatakan bahwa

hakikat belajar tersebut, seseorang yang telah mengalami proses belajar akan

terjadi Hakikat belajar adalah aktivitas yang mengharapkan perubahan

tingkah laku pada individu yang belajar. Seseorang dianggap telah belajar

sesuatu jika dia dapat menunjukan perubahan perilakunya (Slavin,2000).

Dikatakan bahwa ciri utama belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri

individu yang belajar. Perubahan tingkah laku tersebut dapat terjadi karena

interaksi antara perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan, sikap

maupun keterampilannya. Jadi kegiatan belajar merupakan kegiatan yang

paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti

bahwa berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak bergantung kepada

bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa (Usman dan

Setiawati,1993).

Upaya untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan bagi

siswa adala melalui kegiatan pembelajaran. Tujuan dari kegiatan

pembelajaran adalah membantu orang belajar (Mukminan,dkk,2002).

Selanjutnya Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu

rangkaian kejadian mempengaruhi siswa sehingga proses belajarnya dapat

berlangsung dengan mudah. Jadi pembelajaran tidak terbatas pada reaksi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

27

kejadian yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua kejadian yang

mungkin mempunyai pengaru langsung pada proses belajar manusia.

Kegiatan dalam pembelajaran siswa sebagi subyek pembelajaran. Inti

dari kegiatan pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran (Djamarah dan Zain,2002) sesuai dengan pengertian

tersebut maka kegiatan pembelajaran yang menjamin tercapainya tujuan

pembelajaran yaitu kegiatan yang berpusat pada siswa.

Definisi hakikat belajar yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan

bahwa hakikat belajar adalah perubahan tingkah siswa yang mengarah

kebaikan atau kemajuan yang lebih baik, dengan suatu proses yang disengaja

untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan dan

perkembangan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.6. Hasil Belajar

Hasil Belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang

telah diajarkan. Menurut Sujana (2008:22) proses adalah kegiatan yang

dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

Winkel dalam Lina (2009: 5), mengemukakan bahwa hasil belajar

merupakan bukti keberhasilan yang terlah dicapai oleh seseorang. Sedangkan

menurut Gunarso dalam Lina (2009: 5), hasil belajar adalah usaha maksimal

yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajarnya.

Menurut Oemar Hamalik (2008:36) hasil belajar adalah bila

seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti. Menurut Darmansyah (2006:13), mendefinisikan hasil belajar

adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam

bentuk angka.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

28

Soedijanto dalam Supartini (2008) mendefinisikan hasil belajar

sebagai tingkat penugasan yang dicapai dalam mengikuti program belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut

Ani (2006) hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelanjar

setelah mengalami proses belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan

pelajaran. Sedangkan menurut Arikunto (2001:132) hasil belajar adalah hasil

yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan

penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan

pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima siswa.

Menurut Bloom dalam Suprijono (2009) hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dominan kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, membentuk hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

Dominan afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Dominan psikomotorik meliputi initiatory,

pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan

produktif, teknik, fisik, sosial, menajerial, dan intelektual.

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari

proses kegiatan belajar seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran

di kelas, menerima pelajaran untuk mencapai hasil belajar dengan

menggunakan penilaian yaitu tes evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk

nilai.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

29

2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian Sewini (2009), yang berjudul Upaya meningkatkan

keterampilan belajar siswa tentang penjumlahan bilangan bulat melalui

metode STAD (Student Teams Achievement Division) di SD Karangsari 03

kelas 4 semester II. Peneliti membandingkan strategi belajar biasa dan

memberikan hasil bahwa kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe STAD skor rata-rata post testnya 32,24% lebih baik jika dibandingkan

dengan kelas yang menggunakan pelajaran biasa.

Skripsi Tri (2007), berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII

A SMPN Negeri Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 pada Materi

Pokok Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Melalui

Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student

Teams Achievement Division). Hasil penelitian pada siklus 1 dan siklus 2

diperoleh jumlah siswa yang mendapat nilai minimal 60 pada aspek

pemahaman konsep 87,5% pada siklus 1 dan 92% pada siklus 2, aspek

penalaran konsep 82,5% pada siklus 1 dan 87% pada siklus 2, aspek

pemecahan masalah 80% pada siklus 1 87% pada siklus 2. Sedangkan hasil

observasi keaktifan siswa dengan rata-rata skor pada siklus 1 diperoleh 2,29

dan pada siklus 2 diperleh 2,98. Hasil pengamatan kooperatif untuk guru pada

siklus 1 skor rata-rata 2,5 dan 3,0 pada siklus 2.

2.3. Kerangka Berpikir

Pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai hasil belajar sebagai tujuan.

Proses pembelajaran, guru dituntut kreativitasnya untuk meningkatkan

kemandirian dan keaktifan siswa dalam belajar dan memberi kesempatan pada

siswa untuk mencari, mengusahakan dan menemukan sendiri ilmu

pengetahuan.

Usaha peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa bagi guru merupakan

suatu kewajiban dan wujud keprofesionalan seorang guru. Guru menurut

kodratnya sebagi agen perubahan haruslah selalu tanggap dan peka terhadap

apa yang terjadi baik dilingkungannya maupun diluar lingkungannya.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

30

Pembelajaran model kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar

diharapkan siswa secara aktif membangun pengetahuan baik secara individu

maupun dengan bantuan teman sebaya (peer teaching).

Pemikiran penulis, pembelajaran model kooperatif tipe STAD yang

berbantuan media gambar mungkin dapat memecahkan masalah rendahnya

keaktifan dan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 02 Randuacir

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Sebab pembelajaran kooperatif tipe

STAD memiliki karakteristik-karakteristik yang berhubungan erat dengan

permasalahan yang ada. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, selain melatih

membiasakan siswa melaksanakan tanggung jawabnya secara kelompok

maupun pribadi juga melatih siswa mau menerima saran, kritik, koreksi dari

semua orang.

Sistem pengelolaan kelas dan lingkungan belajar yang mendukung

berlangsung dan berhasilnya pembelajaran. Keaktifan dan Hasil belajar yang

mengakomodasikan kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan

psikomotorik direncanakan pencapaiannya dengan pengukuran lewat

instrument penilaian yang tepat. Siswa diusahakan dapat membangun

pengetahuannya secara runtut melalui demostrasi keterampilan dan penyajian

informasi tahap demi tahap dengan bimbingan dan pelatihan guru. Proses

belajar diusahakan sedapat mungkin dihubungkan dengan lingkungan

sehingga siswa dapat menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1 ... · cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu sosial merupakan gerakan

31

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.4. Hipotesis Tindakan

Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah, maka dapat diputuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut :

Model Pembelajaran STAD dengan bantuan media gambar dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri

Randuacir 02 semester II tahun ajaran 2013/2014.

Siswa : Hasil belajar

rendah.

Kegiatan

Awal

Guru

menggunakan

metode

konvesional.

Siklus I : Hasil belajar masih

ada yang dibawah KKM,

belum tuntas.

Guru

menggunakan

model

pembelajaran

STAD dengan

bantuan media

gambar

Tindakan

Siklus II : Hasil belajar

tuntas.

Melalui model pembelajaran STAD

dengan bantuan media gambar dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar bagi siswa kelas V SDN

Randuacir 02 pada semester II tahun

pelajaran 2013/2014

Kondisi

Akhir