Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. Kajian Teori
2.1 Pengertian IPS
Ilmu Pengertahuan Sosial adalah perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial
( sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, dan psikologi sosial).
Yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan
tinggi. Adapun kajian dari ruang lingkup IPS meliputi: a) substansi materi ilmu-ilmu
sosial yang bersentuhan dengan masyarakat yang bersifat teoritis, dan b) gejala,
masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat yang bersifat praktis.
Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu, karena hakekat
pembelajaran IPS tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis. Menurut Somantri
(2001:79) Pendidikan IPS dalam kepustakaan asing disebut dengan berbagai istilah
seperti Sosial Studies, Sosial Education, Citizenship Education dan Sosial Science
Education.
Menurut Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta
masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar menengah.Menurut UU pasal
37 No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas (2003:86) bahwa bahan kajian ilmu
pengetahuan sosial, antara lain ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan
sebagainya. Menurut Sapriya (2008:9) bahwa IPS adalah penyederhanaan dan
adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia
yang diorganisasikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan
pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah kepustakaan
asing disebut social studies. Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain ilmu
bumi, sejarah, ekonomi, antropologi dan sebagainya dipadukan dan dilolah secara
2
didaktis-pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa serta disederhanakan
dari disiplin ilmu-ilmu sosial untuk tujuan pendidikan nasional.
2.1.1Hakikat IPS
Ilmu pengetahuan sosial adalah program pendidikan yang mengintegrasikan
secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora.Ilmu pengetahuan sosial
lahir da Menurut Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta
masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut
Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-
ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang
terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan
pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa
pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan
disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar
menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta
masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut
Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-
ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang
terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan
pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa
pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan
disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar
menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta
3
masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut
Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-
ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang
terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan
pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa
pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan
disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar
menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta
masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut
Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-
ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang
terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan
pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa
pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan
disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar
menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta
masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut
Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-
ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang
terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan
pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa
pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan
4
disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar
menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta
masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut
Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-
ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang
terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan
pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa
pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan
disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar
menengah. Menurut Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta
masalah-masalah yang terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar menengah. Menurut
Winataputra (2003:132) bahwa pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-
ilmu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainya serta masalah-masalah yang
terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah psikologis untuk tujuan
pendidikan pada tingkat dasar menengah.ri pakar pendidikan untuk membekali para
siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas
kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak
terduga.Perkembangan seperti itu dapat membawa dampak yang sangat luas.Karena
luasnya sering disebut dengan masalah sosial.
Ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
dari mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB.IPS merupakan mata pelajaran
yang mengintegrasikan materi yang terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora
untuk kepentingan pengajaran kepada siswa.IPS mengkaji seperangkat peristiwa,
5
fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS
yang diberikan di SD/MI memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan
ekonomi.Melalui pelajaran IPS, anak di arahkan untuk menjadi warga negara yang
demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
2.1.2 Tujuan IPS
Pembelajaran IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang
berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah
kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik
dan bertanggung jawab.
Ilmu pengetahuan sosial adalah kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi ini dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku
ilmiah yang kritis, kretaif dan mandiri.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (2011:17),
mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
Pencapaian tujuan IPS dapat dimilki oleh kemampuan siswa yang standar
dinamakan denagn Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar
(KD).Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus
dicapai oleh siswa dan menjadi acuan pengembangan kurikulum disetiap satuan
pendidikan.
6
Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPS yang ditunjukkan bagi
siswa kelas IV SD melalui tabel berikut ini :
Tabel 2.1Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS Kelas IV
Semester IStandar Kompetensi Kompetensi Dasar1. Memahami sejarah,
kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.
1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya.
1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatanya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat.
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).
1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya.
1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya.
(Pemendiknas No. 22 Tahun 2006)
2.1.3 Ruang Lingkup IPS
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (2011:17),
ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek berikut :
a. Manusia, tempat, dan lingkungan
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
c. Sistem sosial dan budaya
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
e. IPS SD sebagai Pendidikan Global, yakni mendidik siswa akan kebhinekaan
bangsa, budaya, dan peradaban dunia, menanamkan kesadaran ketergantungan
antar bangsa, menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan
7
transportasi antar bangsa di dunia, mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan
perusakan lingkungan.
2.1.4 Pembelajaran IPS di SD
Pembelajaran IPS di sekolah dasar lebih menekankan kepada aspek
pendidikan diharapkan siswa dapat memperoleh pemahaman tentang beberapa
konsep sosial dan dapat melatih sikap, moral, dan keterampilan berdasarkan konsep
yang telah dimiliki dan dipahami tersebut.Pembelajaran IPS di sekolah dasar juga
diharapkan dapat menjadi wahana atau sarana bagi siswa untuk mempelajari diri
sendiri dan lingkungan sekitarnya.Sehingga siswa dapat memiliki pengetahuan
tentang konsep-konsep dasar dan kepekaan terhadap masalah-masalah sosial
disekitarnya.
Pembelajaran IPS yang berlandaskan pada pendekatan sistem berorientasi
pada pencapaian tujuan belajar. Pembelajaran IPS merupakan kegiatan mengubah
karakteristik siswa sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang memiliki
karakteristik yang diinginkan (output). Tujuan pembelajaran, termasuk IPS,
berorientasi pada siswa.terdapat tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.2 Model Two Stay-Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu)
Model-model pembelajaran kooperatif adalah unik karena dalam
pembelajaran kooperatif suatu struktur tugas dan penghargaan yang berbeda
diberikan dalam mengupayakan pembelajaran siswa.Salah satu model pembelajaran
koooperatif, yaitu teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two
Stay) disingkat TSTS.
Menurut Lie (2007:61), struktur dua tinggal dua tamu memberikan
kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Model pembelajaran kooperatif dua tinggal dua tamu adalah dua orang siswa tinggal
di kelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal
bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil kelompoknya, sedangkan
yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya.
8
2.2.1 Langkah-langkah Model TSTS
Menurut Lie (2007:61), langkah-langkah model pembelajaran TSTS yaitu :
a) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
b) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain.
c) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka.
d) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
e) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
2.2.2 Tahapan-tahapan Model TSTS
Menurut Lie (2007:61), pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari
beberapa tahapan sebagai berikut :
a) Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus
dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi
siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4 orang
siswa.Setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik
siswa.
b) Presentasi Guru
Pada tahapan ini guru menyampaikan indikator pembelajaran mengenal dan
menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
c) Kegiatan Kelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi
tugas tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok.Setelah
menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok
kecil (4 siswa), yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama anggota
9
kelompoknya.Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah
tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok
menyelesaiakan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka
sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain, sementara 2 anggota yang tinggal
dalam kelompok bertugas menyampaiakn hasil kerja dan informasi mereka ke tamu.
Setelah memperoleh dari 2 orang yang tinggal, tamu mohon diri untuk kembali ke
kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mencocokkan dan
membahas hasil-hasil kerja mereka.
d) Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang
diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk
dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya.Kemudian guru
membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
e) Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa
memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-
pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan
dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata
tinggi.
2.2.3 Kelebihan Model TSTS
Menurut Lie (2007:62), kelebihan model pembelajaran TSTS yaitu :
a) Mudah dipecah menjadi berpasangan
b) Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
c) Guru lebih mudah memonitor
d) Dapat diterapkan pada semua kelas atau tingkatan
e) Kecenderungan belajar siswa menjadi bermakna
f) Lebih berorientasi pada keaktifan
10
g) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
h) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa
i) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan
j) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa
2.2.4 Kekurangan Model TSTS
Menurut Lie (2007:62), kekurangan model pembelajaran TSTS yaitu :
a) Membutuhkan waktu yang lama
b) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
c) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana, dan tenaga)
d) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas
e) Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik
f) Jumlah genap bisa menyulitkan pembentukan kelompok
g) Kurang kesempatan untuk memperhatikan guru
2.3 Pengertian Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki
arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian
bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau
kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.
Menurut Fudyartanto (2002:13), dengan belajar manusia menjadi tahu,
memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Menurut
Aunurrahman (2012:35), belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan individu, dan individu dengan
lingkungannya. Menurut Abdillahdalam Helmawati (2002:187), belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui
latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
untuk memperoleh tujuan.
11
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, belajar
merupakan perubahan tingkah laku pada diri individu yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.Umumnya hasil belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar,
namun proses belajar umunya disertai perubahan tingkah laku.
2.3.1 Proses Belajar
Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf
individu yang belajar. Proses belajar dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari
seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan perilaku tersebut bisa dalam
hal kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.
Menurut Gagne dalam Winkel (2007:17), proses belajar terutama belajar yang
terjadi disekolah itu melalui tahap-tahapan: motivasi, konsentrasi, mengolah,
menggali 1, menggali 2, prestasi, dan umpan balik.
Tahap pertama adalah sikap motivasi.Tahap motivasi, yaitu saat motivasi dan
keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar bangkit. Misalnya siswa tertarik
untuk memperhatikan apa yang akan dipelajari, melihat gurunya datang, melihat apa
yang ditunjukkan oleh guru (buku, alat peraga), dan mendengarkan apa yang
diucapkan oleh guru.
Tahap konsentrasi, yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah
ada pada tahap motivasi, untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang
akan dipelajari. Pada fase motivasi mungkin perhatian siswa hanya tertuju pada
penampilan guru (pakaian, tas, model rambut, sepatu dan lain sebagainya).
Tahap mengolah, siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalam
Short Term Memory, atau tempat penyimpanan ingatan jangka pendek, kemudian
mengolah informasi untuk diberi makna berupa sandi-sandi sesuai dengan
penangkapan masing-masing.Hasil olahan itu berupa simbol-simbol khusus yang
antara satu siswa dengan siswa yang lainya berbeda. Simbol hasil olahan bergantung
dari pengetahuan dan pengalaman sebelumnya serta kejelasan penangkapan
12
siswa.karena itu, tidaklah merupakan hal yang aneh jika setiap siswa akan berbeda
penangkapanya terhadap hal yang sama yang diberikan oleh guru.
Tahap menyimpan, yaitu siswa menyimpan symbol-simbol hasil olahan yang
telah diberi makna dalam Long Term Memory atau gudang ingatan jangka panjang
.pada tahap ini hasil belajar sudah diperoleh, baik baru sebagian maupun keseluruhan.
Perubahan-perubahan pun sudah terjadi, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan.Untuk perubahan sikap dan keterampilan itu diperlukan belajar yang
tidak hanya sekali saji, tapi harus beberapa kali, baru kemudian tampak
perubahannya.
Tahap menggali 1, yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam
LTM dan STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang dia terima.Ini terjadi
pada pelajaran waktu berikutya yang merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya.
Penggalian ini diperlukan agar apa yang telah dikuasai menjadi kesatuan yang akan
diterima, sehingga bukan menjadi yang lepas-lepas satu sama lain.
Tahap menggali 2, menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM untuk
persiapan fase prestasi, baik langsung maupun melalui STM.Tahap menggali 2
diperlukan untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan atau
soal/latihan.
Tahap prestasi, informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan
untuk menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar.Hasil belajar itu, misalnya,
berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal, atau
menyelesaikan tugas.
Tahap umpan balik, siswa memperoleh penguatan atau konfirmasi saat
perasaan puas atas prestasi yang ditunjukan.Hal ini terjadi jika prestasinya tepat. Tapi
sebaliknya, jika prestasinya jelek, perasaan tidak puas ,maupun tidak senang itu bisa
saja diperoleh dari guru (eksternal) atau dari diri sendiri (internal).
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Menurut Syah (2009:129), secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
13
Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Faktor-faktor Internal ini meliputi :
1) Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu.Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua
macam.Pertama, keadaan tonus jasmani.Keadaan tonus jasmani pada
umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik
yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
mempengaruhi hasil belajar.
2) Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
proses belajar yaitu :
a) Kecerdasan
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang
paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas
belajar siswa. semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang individu,
semakin tinggi peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi seorang individu, semakin
sulit individu tersebut mencapai kesuksesan belajar.
14
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa.motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar.Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang.
c) Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.Menurut Rebber dalam
Syah (2003:24), minat bukanlah istilah popular dalam psikologi
disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainya,
seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Menurut Syah (2003:25) sikap adalah
gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek,
orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
e) Bakat
Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar adalah belajar.
Secara umum, menurut Syah (2003:25) bakat di definisikan sebagai
kemampuan potensial yang dimilki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat adalah kemampuan
seseorag menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses
belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuia dengan bidang yang
sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
b. Faktor Eksternal
15
Selain karakteristik siswa, faktor-faktor eksternal juga dapat
mempengaruhi proses belajar siswa, Menurut Syah (2003:26) menjelaskan
bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu :
1) Lingkungan Sosial
a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-
teman sekolah dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. lingkungan siswa
yang kumuh, banyak pengganguran dan anak terlantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan
ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat belajar
yang kebetulan belum dimilikinya.
c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi
keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat
member dampak terhadap aktivitas belajar siswa. hubungan antara
anggota keluarga yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan Nonsosial
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, tidak terlalu gelap, suasana
yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses
belajar siswa akan terhambat.
16
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan
dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat
belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.
c) Faktor materi pelajaran. Faktor materi pelajaran ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan
metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkemabangan
siswa. karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap proses belajar siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai
dengan kondisi siswa.
2.3.4 Komponen-komponen Penilaian Dalam Proses Belajar
Menurut Sudjana (2014:58), komponen tujuan pembelajaran meliput aspek-
aspek ruang lingkup tujuan, abilitas yang terkandung di dalamnya, rumusan tujuan,
kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah dan waktu yang tersedia untuk
mencapainya, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, keterlaksanaanya dalam
pengajaran.
Komponen bahan pengajaran, yang meliputi ruang lingkupnya, kesesuaian
dengan tujuan, tingkat kesulitan bahan, kemudahan memperoleh dan mempelajarinya,
daya gunanya bagi siswa, keterlaksanaan sesuai waktu yang tersedia, sumber-sumber
untuk mempelajarinya, cara mempelajarinya, kesinambungan bahan, relevansi bahan
dengan kebutuhan siswa, prasyarat mempelajarinya.
Komponen siswa, yang meliputi kemampuan prasyarat, minat dan perhatian,
motivasi, sikap, cara belajar yang di miliki, hubungan sosialisasi dengan teman
sekelas, masalah belajarr yang dihadapi, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan
belajar, identitas siswa dan keluarganya yang erat kaitanya dengan pendidikan di
sekolah.
17
Komponen guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan
mengajar, sikap keguruan, pengalaman mengajar, cara mengajar, cara menilai,
kemauan mengembangkan profesina, keterampilan berkomunikasi, kepribadian,
kemampuan dan kemauan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa,
hubungan dengan siswa dan rekan sejawatnya, penampilan dirinya, keterampilan lain
yang diperlukan.
Komponen alat dan sumber belajar, yang meliputi jenis alat dan jumlahnya,
daya guna, kemudahan pengadaanya, kelengkapanya, manfaatnya bagi siswa dan
guru, cara penggunaanya. Dalam alat dan sumber belajar ini termasuk alat peraga,
buku sumber, laboratorium dan perlengakapan belajar lain.
Komponen penilaian, yang termasuk jenis alat penilaian yang digunakan, isi
dan rumusan pertanyaan, pemeriksaan dan interpretasinya, sistem penilaian yang
digunakan, pelaksanaan penilaian, tindak lanjut hasil penilaian, pemanfaatan hasil
penilaian, administrasi penilaian, tingkat kesulitan sosial, validitas dan reabilitas soal
penilaian, daya pembeda dan perencanaan penilaian.
2.3.5 Kriteria Penilaian Proses Belajar
Menurut Sudjana (2004:25), bahwa penilaian proses belajar memiliki kriteria
yaitu :
1) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum
Kurikulum adalah program belajar mengajar yang telah ditentukan sebagai
acuan apa yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat
dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk aspek-
aspek:
a) Tujuan-tujuan pengajaran
b) Bahan pengajaran yang diberikan
c) Jenis kegiatan yang dilaksanakan
d) Cara melaksanakan jenis kegiatan
e) Peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan
f) Penilaian yang digunakan setiap tujuan
18
2) Keterlaksananya oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegitan progam yang telah dilaksanakan
oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan apa yang
direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana seharusnya, keterlaksanaan ini dapat
dilihat dalam hal :
a) Mengondisikan kegiatan belajar siswa
b) Menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar
c) Waktu yang disediakan untuk waktu belajar mengajar
d) Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa
e) Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa
f) Menggeneralisasikan hasil belajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan
belajar mengajar selanjutnya
3) Keterlaksananya oleh siswa
Dalam hal ini sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar mengajar
dengan program yang ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang
berarti, keterlaksanaan siswa dapat dilihat dalam hal :
a) Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru
b) Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar
c) Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya
d) Manfaat semua sumber belajar yang disediakan oleh guru
e) Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru
4) Motivasi belajar siswa
Keberhasilan proses belajar dapat dilihat dari motivasi belajar siswa yang
ditunjukkan pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam hal :
a) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
b) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
c) Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya
d) Reaksi yang ditunjukkan oleh siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
e) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
19
5) Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar
Penilaian proses belajar terutama adalah sejauh mana keaktifan siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar, keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal :
a) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
b) Terlibat dalam pemecahan masalah
c) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru lain apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapi
d) Berusaha mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
e) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru
f) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
g) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis
h) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya
dan menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya
6) Interaksi guru siswa
Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbale
balik atau hubungan dua arah antara siswa dan guru atau siswa dengan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat :
a) Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa
dengan siswa
b) Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara
individual maupun secara kelompok
c) Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar
d) Senantiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai
fasilitator belajar
e) Tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi
jalan buntu dalam tugas belajarnya
f) Adanya kesempatan mendapatkan umpan balik secara berkesinambungan
dari hasil belajar yang diperoleh siswa
7) Kemampuan atau keterampilan guru mengajar
20
Kemampuan atau keterampilan guru dalam mengajar merupakan puncak
keahlian guru yang professional sebab merupakan penerapan semua kemmapuan
yang telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa,
metode mengajar, dan lain-lain. Beberapa indicator dalam menilai kemampuan ini
antara lain :
a) Menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa
b) Terampil berkomunikasi dengan siswa
c) Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas
d) Terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar
e) Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan
8) Kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa
Salah satu keberhasilan proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:
a) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan
pengalaman belajarnya
b) Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan istruksional oleh para siswa
c) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instrksional minimal 75 dari
tujuan instruksional yang harus dicapai
d) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam
mempelajari bahan berikutnya.
2.4 Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2004:22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya Kemanpuan yang
dimiliki tiap anak tentu berbeda karena pengalaman belajar yang dialami antara siswa
satu dengan lain juga berbeda. Sedangkan penilaian hasil belajar menurut Sudjana
(2005:27) adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya
adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku setelah melakukan proses belajar.
21
Hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terutama
berkat penilaian guru.Hasil penilaian dapat berupa dampak pengajaran dan dampak
pengiring.Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Menurut
Woordworth dalam Ismihyani (2000:28), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari proses belajar.
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Sudjana (2014:23) secara garis
besar membaginya menjadi 3 ranah yaitu :
1. Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
2. Ranah afektif yaitu berkenanan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotorik berkenanaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan siswa yang mencakup ranak kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
diperoleh melalui proses belajar. Yang diukur dalam penelitian ini mengarah pada
ranah kognitif, karena pada ranah kognitif untuk melihat hasil belajar siswa dilakukan
penilaian terhadap siswa dan tes yang digunakan untuk mengetahui hasil pemahaman
siswa.
2.5 Efektivitas Belajar
Efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang
ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha
atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan
yang telah direncanakan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:219).
Sambasalim dalam Scholaria (2011:199), efektivitas dapat dicapai apabila
rancangan pada persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan sesuai
prosedur serta sesuai dengan fungsi masing-masing.
22
Nana Sudjana (2011:59), mengungkapkan bahwa suatu pembelajaran efektif
dapat ditinjau dari segi proses dan hasilnya. Dari segi proses suatu pembelajaran
haruslah merupakan interaksi yang dinamis sehingga siswa sebagai subjek belajar
mampu mengembangkan potensi secara efektif. Dari segi hasil atau produk
menekankan pada penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Dari beberapa uraian mengenai efektivitas pembelajaran dapat disimpulkan
bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila semua unsur dan komponen yang
terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang ditetapkan serta tujuan hasilnya dicapai optimal.Sesuai tujuan
pembelajaran, maka suatu strategi efektif dapat membuat siswa berhasil mencapai
hasil yang diharapkan, dalam hal ini adalah prestasi akademik yang optimal.
2.6 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Yuhendrawati dengan judul “ Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV A SD N Pekanbaru” dengan hasil,
hasil belajar pada siklus 1 sebesar 12,17 % kemudian pada siklus II meningkat
sebesar 14,63%. Dan rata-rata aktivitas guru dalam penelitian ini meningkat.Rata-rata
aktivitas guru sebelum diberi perlakuan sebesar 70%, setelah diberi perlakuan rata-
rata meningkat menjadi 95%. Rata-rata aktivitas siswa sebelum diberi perlakuan
sebesar 57,26%, setelah diberi perlakuan meningkat menjadi 65,31%.
Penelitian yang dilakukan oleh Rica Indriani, dengan judul “ Penerapan
Pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar IPS siswa kelas IV di SDN Bareng 5 Malang” dengan hasil, rata-rata
hasil belajar IPS meningkat setelah menggunakan model Two Stay Two Stray. Hasil
posttest pada keals eksperimen 90,44 dan kelas kontrol 83,49, dengan selisih rata-rata
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 6,952.
2.7 Kerangka Berfikir
23
Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray memberikan
kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Dua orang siswa tinggal di kelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain.
Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil
kelompoknya, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok
yang dikunjunginya. Sehingga melalui model tersebut siswa mampu aktif dan bekerja
sama dengan rekannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
Berdasarkan penjelasan tersebut, model pembelajaran TSTS memungkinkan siswa
dapat belajar lebih aktif dan menambah rasa percaya diri untuk bekerjasama dengan
teman-temannya.
Mata pelajaran IPS, secara hakikat adalah mata pelajaran yang menekankan
bagaimana siswa belajar memahami satu dengan yang lain dan membekali siswa
supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan
di masyarakat yang seringkali berkembang tidak terduga. Berdasarkan hakikat mata
pelajaran IPS, guru perlu kreatif mendesain sebuah proses pembelajaran dengan tidak
lagi menggunakan model konvensional tetapi menggunakan sebuah model
pembelajaran yang memungkinkan terjadi interaksi antar siswa. Menurut penjelasan
pembelajaran diatas, tampak bahwa model TSTS dapat memberikan peluang bagi
siswa untuk dapat saling berinteraksi dan bekerja sama sehingga dapat meningkatkan
proses belajar dan hasil belajar.
Untuk membuktikan hal itu, maka kerangka pikir yang dibangun dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : penulis melakukan penelitian di SD N Tingkir
Tengah 01 dan 02 dan akan mengambil kelas yaitu kelas IV. Siswa dari sekolah ini
akan dijadikan responden dalam penelitian. Pada siswa kelas IV SD N Tingkir
Tengah 02 akan mendapatkan perlakuan yaitu pembelajaran IPS dengan metode
pembelajaran TSTS atau siswa ini dijadikan sebagai kelompok Ekperimen.Pada siswa
kelas IV SD Tingkir Tengah 01 tidak akan menerima perlakuan siswa pada kelas ini
akan dijadikan kelompok kontrol. Sebelum diterapkan model pembelajaran tersebut,
24
kedua siswa kelas IV akan dilakukan pretest untuk mengetahui nilai rata-rata yang
diperoleh.
Setelah dilakukan pretest, para siswa kelas IV SD Tingkir Tengah 02
tersebut akan diberi perlakuan dengan menggunakan model TSTS. Setelah menerima
perlakuan, siswa kembali di uji dengan tes yang disebut posttest.Perubahan yang
dialami setelah penerapan pembelajaran kemudian dianalisis untuk dilihat adakah
perbedaan hasil belajar siswa dari kedua kelas tersebut. Adapun jika digambarkan
dalam bagan, maka kerangka pikir itu adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir
Diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran TSTS
Kelas Eksperimen
PosttestPretest
Tidak diberi perlakuan
Posttest Kelas Kontrol
Perbedaan proses belajar dan hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran TSTS
Pretest