31
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada rahang dan mengelilingi leher gigi. Fungsi khusus sebagai pertahanan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis dan mikroba, sehingga dengan struktur yang spesifik mencerminkan keefektifannya sebagai pertahanan terhadap penetrasi mikroba dan bahan-bahan yang membahayakan ke dalam jaringan yang lebih dalam. Gingiva yang normal menutupi tulang alveolar dan akar gigi sampai agak koronal dari cementoenamel junction. Secara anatomi gingiva dibagi menjadi daerah gingiva margin (tepi gingiva), attached gingiva (gingiva cekat) dan interdental (Fiorellini et al. 2006 b). Tepi gingiva merupakan bagian gingiva yang mengelilingi gigi seperti kerah baju, dengan kedalaman sekitar 1 mm, dan membentuk dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Tepi gingiva dapat dipisahkan dengan prob periodontal dari permukaan gigi. Jaringan penghubung tepi gingiva adalah kolagen padat, mengandung ikatan serat kolagen disebut serabut-serabut gingiva (Fiorellini et al. 2006 b). Sulkus gingiva merupakan cekungan dangkal atau ruang disekitar gigi yang dibatasi oleh permukaan gigi pada salah satu sisi dan garis epitel tepi gingiva pada sisi yang lainnya. Sulkus gingiva berbentuk huruf Vdan dapat diukur dengan menggunakan prob periodontal. Pada potongan histologis, kedalaman sulkus gingiva

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gingiva

Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang

alveolar pada rahang dan mengelilingi leher gigi. Fungsi khusus sebagai pertahanan

terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis dan mikroba, sehingga

dengan struktur yang spesifik mencerminkan keefektifannya sebagai pertahanan

terhadap penetrasi mikroba dan bahan-bahan yang membahayakan ke dalam jaringan

yang lebih dalam. Gingiva yang normal menutupi tulang alveolar dan akar gigi

sampai agak koronal dari cementoenamel junction. Secara anatomi gingiva dibagi

menjadi daerah gingiva margin (tepi gingiva), attached gingiva (gingiva cekat) dan

interdental (Fiorellini et al. 2006 b).

Tepi gingiva merupakan bagian gingiva yang mengelilingi gigi seperti kerah

baju, dengan kedalaman sekitar 1 mm, dan membentuk dinding jaringan lunak sulkus

gingiva. Tepi gingiva dapat dipisahkan dengan prob periodontal dari permukaan

gigi. Jaringan penghubung tepi gingiva adalah kolagen padat, mengandung ikatan

serat kolagen disebut serabut-serabut gingiva (Fiorellini et al. 2006 b).

Sulkus gingiva merupakan cekungan dangkal atau ruang disekitar gigi yang

dibatasi oleh permukaan gigi pada salah satu sisi dan garis epitel tepi gingiva pada

sisi yang lainnya. Sulkus gingiva berbentuk huruf ”V” dan dapat diukur dengan

menggunakan prob periodontal. Pada potongan histologis, kedalaman sulkus gingiva

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

9

1,8 mm. Penentuan klinis kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnosis

yang penting (Fiorellini et al. 2006 b).

Gingiva cekat merupakan kelanjutan dari tepi gingiva, memiliki ciri-ciri yang

padat, kenyal dan melekat erat pada periosteum tulang alveolar di bawahnya.

Kedalaman gingiva cekat pada aspek fasial berbeda pada berbagai daerah di dalam

rongga mulut, dan meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan pada gigi yang

supra erupsi. Kedalaman gingiva cekat merupakan parameter klinis (Fiorellini et al.

2006 b).

Gingiva interdental menempati embrasure gingiva yang merupakan ruang

interproksimal diantara daerah kontak gigi, berbentuk piramida dan puncaknya

terletak diantara titik kontak. Bentuknya tergantung pada titik kontak antara dua gigi

yang berdekatan dan adanya beberapa derajat resesi, permukaan fasial dan lingualnya

meruncing kearah kontak interproksimal (Fiorellini et al. 2006 b).

Gambar 2.1 Gingiva normal pada manusia.

http://nl.wikipedia.org/wiki/Benstand:Healthy_gingiva,jpg

Tepi gingiva Interdental gingiva

Gingiva cekat

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

10

2.1.1 Serat kolagen gingiva

Komponen utama jaringan penghubung gingiva adalah serat-serat kolagen

(sekitar 60% dari volume total), fibroblas (5%), pembuluh darah, saraf dan matriks

(sekitar 35 %). Jaringan penghubung gingiva dikenal sebagai lamina propria. Terdiri

dari 2 lapis yaitu lapisan pappilary di dekat epithelium dan lapisan retikuler yang

berdekatan dengan periosteum tulang alveolar (Fiorellini et al. 2006 b).

Jaringan penghubung gingiva mangandung bagian seluler dan ektraseluler

yang terpisah dan terdiri dari serat- serat dan substansi dasar. Jaringan penghubung

sebagian besar merupakan jaringan penghubung fibrous yang memiliki elemen-

elemen yang berasal dari jaringan penghubung mukosa oral atau rongga mulut

(Fiorellini et al. 2006 b).

Serabut jaringan penghubung ada tiga tipe yaitu kolagen, retikuler dan elastik.

Kolagen tipe I membentuk ketebalan lamina propria dan memberikan kekuatan

tarikan-regangan pada jaringan gingiva, sedangkan kolagen tipe IV (serat

argyrophilic reticulum ) bercabang di antara ikatan kolagen tipe I dan dilanjutkan

dengan serat-serat pada dasar membran dan dinding pembuluh darah (Fiorellini et al.

2006 b).

2.1.2 Serabut-serabut gingiva (kolagen gingiva)

Jaringan penghubung gingiva adalah kolagen padat, mengandung ikatan serat

kolagen yang jelas terlihat disebut serabut-serabut gingiva. Fungsi dari serabut-

serabut gingiva adalah melekatkan tepi gingiva dengan kuat pada permukaan gigi,

menyediakan kekenyalan yang penting untuk mempertahankan posisinya terhadap

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

11

tekanan penguyahan tanpa tergeser dari permukaan gigi dan untuk menyatukan tepi

gingiva dengan sementum pada akar gigi dan gingiva cekat di dekatnya (Fiorellini et

al. 2006 b).

Kolagen adalah protein yang tersusun dari asam amino yang berbeda-beda ,

yang paling penting adalah glycine, proline, hydroxylysine dan hydroxyproline.

Sejumlah kolagen dalam jaringan dapat ditentukan oleh kandungan hydroxyproline.

Biosintesis kolagen terjadi di dalam fibroblas untuk membentuk molekul

tropokolagen, bersama-sama masuk mikrofibril yang bergabung bersama untuk

membentuk fibril. Fibril kolagen mempunyai striasi melintang dengan karakteristik

periodicity 64 nm, striasi ini disebabkan oleh penyusunan yang overlapping dari

molekul tropocollagen. Sebagian besar serabut-serabut dasar tersusun dari kolagen

tipe I (Fiorellini et al. 2006 b).

Kolagen merupakan komponen kunci semua fase penyembuhan luka. Segera

setelah injuri, paparan kolagen fibriler ke darah akan menyebabkan agregasi dan

aktivasi trombosit dan melepaskan faktor-faktor kemotaksis yang memulai proses

penyembuhan luka. Fragmen-fragmen kolagen melepaskan kolagenase leukositik

untuk menarik fibroblas ke daerah injuri. Selanjutnya kolagen menjadi pondasi untuk

matrik ekstraseluler yang baru. Akumulasi kolagen pada daerah luka tergantung pada

ratio antara sintesis kolagen dan degradasi kolagen oleh enzim. Fase awal proses

penyembuhan luka, jumlah degradasi kolagen rendah, tetapi akan meningkat seiring

dengan maturasi dari luka (Triyono, 2005).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

12

Berkas serabut kolagen dalam jaringan pengikat berdiameter antara 1 -12 µm

dengan rata-rata sebesar diameter eritrosit (7,7 µm). Sebenarnya serabut kolagen

terdiri dari gabungan serabut-serabut yang lebih halus disebut fibril. Serabut kolagen

dalam keadaan segar berwarna putih, oleh karena itu dinamakan serabut putih

(Subowo, 2009).

Massa kolagen yang relatif avaskuler dan aseluler ini berfungsi untuk

mengembalikan kontinuitas, kekuatan dan fungsi jaringan. Kelambatan proses

penyembuhan dapat disebabkan oleh keberadaan luka yang memanjang, sementara

abnormalitas proses penyembuhan dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut

abnormal (Triyono, 2005).

Serabut-serabut gingiva ada 3 kelompok yaitu gingivodental, sirkular dan

transeptal (Fiorellini et al. 2006 b).

1. Kelompok gingivodental terdapat pada permukaan fasial, lingual dan

interproximal. Tersembunyi dalam sementum di balik epitelium pada dasar

sulkus gingiva, terproyeksi dari sementum berbentuk kipas menuju puncak dan

permukaan luar tepi gingiva dan berakhir di dekat epitelium.

2. Kelompok sirkular berjalan melalui jaringan penghubung tepi gingiva dan

interdental melingkari gigi seperti cincin.

3. Kelompok transeptal berada pada daerah interproksimal membentuk ikatan-

ikatan horizontal yang meluas pada sementum antar gigi.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

13

2.1.3 Peranan kolagen pada penyembuhan gingivitis

Penyembuhan luka adalah proses yang kompleks dan berkesinambungan.

Hemostasis atau penghentian perdarahan adalah proses pertama dalam proses

penyembuhan luka. Trombosit dan faktor-faktor pembekuan merupakan faktor

hemostatik intravaskuler yang utama. Kolagen merupakan agen hemostatik yang

sangat efisien, sebab trombosit melekat pada kolagen, membengkak dan melepaskan

substansi yang memulai proses hemostasis (Triyono, 2005).

Hemostasis kemudian diikuti dengan vasokonstriksi dan vasodilatasi.

Vasokonstriksi berlangsung ± 5 - 10 menit dan mengurangi keluarnya darah dari

daerah luka. Akumulasi lekosit PMN dan makrofag yang cepat terjadi pada tempat

injuri. Kolagen mempunyai kemampuan kemotaksis terhadap monosit. Monosit

seperti makrofag berfungsi memfagosit daerah luka dan membersihkan debris

(Triyono, 2005).

Sintesa kolagen dimulai hari ke-3 setelah injuri dan berlangsung secara cepat

sekitar minggu ke-2 – ke-4. Sintesis kolagen dikontrol oleh kolagenase dan faktor-

faktor lain yang merusak kolagen sebagai kolagen yang baru. Remodeling kolagen

selama fase maturasi tergantung pada berlangsungnya sintesis kolagen dan adanya

degradasi kolagen. Kolagenase dan metalloproteinase di dalam luka membuang

kelebihan kolagen sementara sintesis kolagen yang baru tetap. Selama remodeling,

kolagen menjadi lebih terorganisir (Triyono, 2005).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

14

2.2 Hubungan klinis dan mikroskopis

Warna gingiva cekat dan tepi gingiva umumnya coral pink oleh karena suplai

darah, ketebalan dan derajat keratinisasi pada epitel serta adanya sel-sel yang

mengandung pigmen. Melanin, pigmen coklat yang merupakan derivate non-

hemoglobin bertanggung jawab terhadap pigmentasi normal kulit, gingiva dan

membran mukosa oral (Fiorellini et al. 2006 b).

Gingiva memiliki konsistensi padat, kenyal dan melekat erat pada tulang di

bawahnya, kecuali pada tepi gingiva. Tekstur permukaan menyerupai kulit jeruk

(stippling), dan terlihat jelas dengan mengeringkan gingiva. Berkurang atau

hilangnya stippling merupakan tanda adanya penyakit pada gingiva (Fiorellini et al.

2006 b).

Ukuran gingiva berbanding lurus dengan jumlah total ketebalan elemen-

elemen seluler dan interseluler serta suplai vaskulernya. Perubahan ukuran

merupakan ciri-ciri umum penyakit gingiva. Kontur atau bentuk gingiva bervariasi

tergantung pada bentuk gigi dan perlekatannya pada lengkung rahang. Kolagen

lamina propria menentukan kepadatan gingiva cekat sedangkan serabut-serabut

gingiva mempengaruhi kepadatan tepi gingiva (Fiorellini et al. 2006 b).

2.3 Gingivitis

Pasien dengan kebersihan mulut yang buruk, gingivanya dapat mengalami

pembengkakkan tipe ringan sampai berat dan menunjukkan perubahan warna dari

merah pucat sampai magenta. Kehilangan stippling pada gingiva dan perubahan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

15

topografi permukaan meliputi menumpulan atau membulatnya tepi gingiva dan

bertambah datarnya cekungan pada papilla. Perdarahan gingiva, baik spontan atau

sebagai respon terhadap prob periodontal, merupakan hal yang umum, dan dapat pula

ditemukan eksudat cairan krevikular yang berhubungan dengan peradangan dan

nanah pada poket periodontal (Novack, 2006 a).

Perubahan warna pada gingivitis dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran

pembuluh darah, ketebalan epitel, kuantitas keratinisasi dan pigmentasi dalam epitel.

Perubahan warna gingiva merupakan tanda klinis penting pada gingivitis. Inflamasi

kronis dapat meningkatkan derajat kemerahan sebagai akibat proliferasi vaskuler dan

berkurangnya keratinisasi diakibatkan oleh tekanan jaringan yang mengalami

inflamasi (Melatibiyantini, 2009).

Luka pada gingiva yang biasa terjadi dibidang kedokteran gigi dapat

menyebabkan terjadinya radang gingiva. Radang merupakan reaksi jaringan hidup

tehadap semua bentuk jejas. Radang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah

netrofil dan enzim siklooksigenase di daerah luka. Gingivitis memberikan ciri yang

khas dengan adanya tanda klinis peradangan pada gingiva tanpa menunjukkan

kehilangan jaringan perlekatan (Novack, 2006 b).

Gingivitis merupakan reaksi keradangan yang timbul pada gingiva akibat

adanya jejas, baik mekanis maupun kimiawi. Perubahan patologis pada struktur

gingiva terjadi akibat adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam sulkus gingiva

sehingga menimbulkan kerusakan epitel, sel-sel jaringan ikat, dan struktur

interseluler. Keradangan ini diawali oleh adanya akumulasi plak yang mampu

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

16

merubah kondisi gingiva yang sehat menjadi gingivitis yang bertingkat (initial –

early – established – advanced lesion) (Gilangrasuna, 2010).

2.3.1 Gingvitis stadium I (initial lesion)

Manifestasi pertama inflamasi adalah perubahan vaskuler (dilatasi pembuluh

darah dan peningkatan aliran darah). Perubahan ini terjadi sebagai respon terhadap

aktivasi mikroba, tetapi secara klinis respon gingiva pada stadium I tidak terlihat.

Secara mikroskopis, gambaran klasik radang akut dapat terlihat pada jaringan ikat di

bawah epitel penghubung (Fiorellini et al. 2006 a).

2.3.2 Gingivitis stadium II (lesi awal)

Lesi awal berkembang dari lesi inisial dalam kurun waktu sekitar 1 minggu

setelah dimulainya akumulai plak. Tanda-tanda klinis eritema akan terlihat serta dapat

terjadi perdarahan pada saat probing. Pemeriksaan mikroskopis gingiva,

menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dalam jaringan ikat di bawah epitel

penghubung. Jumlah kerusakan kolagen meningkat, 70% kolagen yang rusak ada di

sekitar infiltrat seluler. Kumpulan serabut utama yang terlibat tampak pada jaringan

dentogingival. PMNs melepaskan lisosomnya untuk memfagositosis bakteri.

Fibroblas menunjukkan perubahan sitotoksik, dengan penurunan kemampuan untuk

memproduksi kolagen (Fiorellini et al. 2006 a).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

17

2.3.3 Gingivitis stadium III ( lesi yang menetap )

Perkembangan lesi menetap ditandai dengan banyaknya jumlah sel-sel

plasma dan limfosit B serta mungkin berhubungan dengan pembentukan poket

gingiva . Se-sel B yang ditemukan sebagian besar adalah subklas immunoglobulin

G1 (IgG1) dan G3 (IgG3). Pembuluh darah tesumbat dan memadat, aliran balik vena

mengalami gangguan mengakibatkan anoxemia gingiva yang terlokalisasi, dilapisi

warna kebiru-biruan di atas gingiva yang kemerahan. Aliran eritrosit ke jaringan

penghubung dan kerusakan hemoglobin menyebabkan radang gingiva menjadi lebih

gelap (Fiorellini et al. 2006 a).

2.3.4 Gingivitis stadium IV ( lesi lanjutan )

Perluasan lesi ke dalam tulang alveolar sebagai tanda stadium keempat disebut

stadium lanjutan atau fase kerusakan periodontal. Secara mikroskopis terdapat

jaringan gingiva fibrosis serta manifestasi kerusakan jaringan radang dan

imunopatologis yang tersebar luas, sel-sel plasma mendominasi jaringan ikat, serta

neutrofil tetap mendominasi epitel penghubung. Pada orang yang rentan dapat

berkembang menjadi periodontitis (Fiorellini et al. 2006 a).

Gingivitis dibedakan berdasarkan perjalanannya dan lamanya serta

penyebarannya. Berdasarkan perjalanan dan lamanya diklasifikasikan menjadi 4

yaitu gingivitis akut (rasa sakit timbul secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu yang

pendek), gingivitis subakut (tahap yang lebih hebat dari kondisi gingivitis akut),

gingivitis rekuren (peradangan gusi yang dapat timbul kembali setelah dibersihkan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

18

dengan perawatan atau hilang secara spontan dan dapat timbul kembali), gingivitis

kronis (peradangan gusi yang paling umum ditemukan, timbul secara perlahan-lahan

dalam waktu yang lama dan tidak terasa sakit). Berdasarkan penyebarannya,

gingivitis diklasifikasikan menjadi 5 yaitu localized gingivitis , generalized gingivitis,

marginal gingivitis, pappilary gingivitis, dan diffuse gingivitis (Riyanti, 2008).

2.3.5 Gambaran klinis gingivitis

Tanda-tanda klinis gingivitis adalah kemerahan pada gingiva, perdarahan,

perubahan kontur dan adanya adanya kalkulus atau plak gigi. Pada pemeriksaan

histologis pada gingivitis terlihat adanya ulserasi epitel. Mediator inflamasi

memberikan efek negatif pada fungsi epitel sebagai barier perlindungan dan

perbaikan ulserasi pada epitel tergantung proliferasi atau regenerasi dari aktivitas sel

epitel (Melatibiyantini, 2009).

Gingivitis merupakan sebuah proses keradangan yang terbatas pada jaringan

epitel mukosa di sekitar servikal gigi. Gingivitis diklasifikasikan menurut

penampakannya (misalnya, ulceratif, hemorrhagic, necrotizing, purulent). Tipe

gingivitis yang paling umum adalah bentuk kronis yang ditimbulkan oleh plak

(Masdin, 2010).

Kelompok usia remaja mempunyai prevalensi gingivitis yang tinggi daripada

anak-anak ataupun orang tua. Peningkatan hormon sex selama masa remaja

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

19

memberikan pengaruh yang besar terhadap meningkatnya gingivitis (Beck dan Arbes,

2006).

Perubahan-perubahan patologis pada gingivitis berhubungan dengan adanya

mikroorganisme oral yang melekat pada gigi dan mungkin yang ada di dalam atau

didekat sulkus gingiva. Organisme-organisme ini mampu mensintesis produk-produk

(misal: kolagenase, hyaluronidase, protease, kondroitin sulfatase, endotoksin) yang

dapat menyebabkan kerusakan epitel dan sel-sel jaringan ikat serta pada komponen

interseluler seperti kolagen, substansi dasar dan glycocalyx (cell coat) (Fiorellini et al.

2006 a).

Manifestasi pertama gingivitis adalah perubahan vaskuler yang terdiri dari

dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini terjadi sebagai respon

terhadap aktivasi mikroba dari sisa-sisa leukosit dan stimulasi sel-sel endotel.

Terdapat sedikit perubahan pada epitelium junctional dan jaringan ikat peri vaskuler

pada stadium awal (Fiorellini et al. 2006 a).

Fase inflamasi terjadi oleh karena adanya respon vaskuler dan seluler yang

terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Respon inflamasi ditandai

dengan timbunan sel polimorfonuklear (PMN) yaitu neutrofil, disekitar jaringan

inflamasi. Fase ini dimulai dari hari ke-1 - ke-4 setelah perlukaan, pembuluh darah

mengalami kerusakan menyebabkan platelet keluar dan berfungsi sebagai hemostasis.

Platelet menutupi pembuluh darah yang terbuka dan mengeluarkan substansi

vasokonstriksi (Julica, 2009).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

20

Fibroblast aktif bergerak ke daerah inflamasi dan mengalami proliferasi serta

mengeluarkan beberapa substansi kolagen, elastin, fibronektin dan proteoglycans

yang berperan dalam rekonstruksi jaringan baru. Fungsi kolagen yang spesifik adalah

membentuk connective tissue matrix (Julica, 2009).

Gambaran ciri-ciri klasik radang akut dapat terlihat pada jaringan ikat dibawah

epitelium junctional. Karakter dan intensitas respon host menentukan apakah lesi

inisial berkembang secara cepat, disertai peningkatan neutrofil. Deposisi fibrin dan

kerusakan kolagen bisa ditemukan pada tahap awal. Pada sekitar 1 pekan, transisi ke

lesi-lesi dini ditandai dengan perubahan infiltrat-infiltrat limfosit yang menonjol.

Monosit dan sel-sel plasma juga bisa ditemukan. Semakin lama, lesi-lesi ini menjadi

kronis dan ditandai dengan adanya sel-sel plasma dan limfosit B. Ketika inflamasi

kronis berkembang menyebabkan terbentuknya poket. Poket menjadi bertambah

dalam sehingga menyebabkan perdarahan selama menyikat gigi bahkan saat

mengunyah biasa. Karena inflamasi ini berlangsung terus menerus, maka ligamen

periodontal akan terurai dan terjadi kerusakan tulang alveolar lokal, gigi mulai

longgar dan akhirnya tanggal (Masdin, 2010).

2.3.6 Etiologi gingivitis

Penyebab utama gingivitis adalah adanya bakteri pada plak gigi, bersama

faktor penyebab lainnya seperti kalkulus, maloklusi, restorasi yang kurang bagus,

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

21

komplikasi yang berhubungan terapi ortodontik, luka yang dibuat sendiri,

penggunaan tembakau dan radiasi (Hinrichs, 2006).

Plak gigi adalah struktur lunak, substansi yang berwarna kuning keabuan yang

melekat kuat pada permukaan keras dalam rongga mulut seperti pada restorasi cekat

dan lepasan. Plak gigi terutama tersusun oleh bakteri yang terdapat dalam matriks

glikoprotein saliva dan polisakarida ekstraseluler. Plak gigi terutama tersusun oleh

mikroorganisme, dimana 1 gram plak gigi (berat basah) mengandung kira-kira 1011

bakteri. Jumlah bakteri pada plak gigi supragingiva pada satu permukaan gigi dapat

melebihi angka 109. Pendekatan molekuler baru untuk identifikasi bakteri,

diperkirakan sebanyak 30% dari mikroorganisme berhubungan dengan gingivitis

(Quirynen et al. 2006).

Mikroba supragingiva berbeda komposisi dengan plak gigi subgingiva,

terutama karena ketersediaan produk lokal dari darah dan potensi oksidasi dan

reduksi yang rendah ditandai dengan lingkungan yang anaerobik. Plak gigi

didominasi oleh batang dan kokus gram positif seperti Streptococcus mitis, S.sanguis,

A.naeslundil dan spesies Eubacterium (Quirynen et al. 2006).

Komponen anorganik plak gigi terutama adalah kalsium dan fosfor dan

sejumlah mineral meliputi sodium, potasium dan fluorid. Sumber utama bahan

anorganik plak gigi supragingva adalah saliva sehingga dengan adanya peningkatan

kandungan mineral, massa plak gigi menjadi terkalsifikasi menjadi kalkulus. Proses

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

22

pembentukan melalui 3 fase utama yaitu pembentukan pelikel pada permukaan gigi,

perlekatan awal dan perlekatan bakteri serta kolonisasi dan maturasi plak gigi

(Quirynen et al. 2006).

2.3.7 Penyembuhan gingivitis

Proses penyembuhan jaringan lunak gingiva berlangsung secara normal selama

lebih kurang sepuluh sampai empat belas hari setelah terapi dimana pada prosesnya

terjadi beberapa tahap yakni regenerasi, repair dan proses pembentukan jaringan baru

pada tahap akhir (Haryono, 2006).

Rangsang eksogen dan endogen dapat menimbulkan kerusakan sel, dan

selanjutnya memicu reaksi vaskuler kompleks pada jaringan ikat yang ada pembuluh

darahnya. Reaksi inflamasi berguna sebagai proteksi terhadap jaringan yang

mengalami kerusakan untuk tidak mengalami infeksi dan meluas tidak terkendali.

Proses inflamasi terjadi pada jaringan ikat dengan pembuluh darah yang mengandung

plasma, sel yang bersirkulasi, elemen seluler dan ekstra seluler jaringan pengikat.

Komponen seluler adalah eritrosit, lekosit (netrofil, eosinofil, basofil), monosit,

limfosit, trombosit, sedangkan sel jaringan pengikat adalah sel mast, fibroblas,

monosit, makrofag dan limfosit. Elemen ekstra seluler antara lain kolagen, elatin,

glikoproptein adesif ( fibronektin, laminin, kolagen non fibril, tenasen, proteoglikan )

(Triyono, 2005).

Dalam proses inflamasi terjadi perusakan, pelarutan dan penghancuran sel atau

agen penyebab kerusakan sel. Proses reparasi, proses pembentukan kembali jaringan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

23

rusak atau proses penyembuhan jaringan rusak terjadi pada saat yang sama. Proses

ini baru selesai sempurna sesudah agen penyebab kerusakan sel dinetralkan. Selama

proses reparasi berlangsung, jaringan rusak diganti oleh regenerasi sel parenkimal asli

dengan cara mengisi bagian yang rusak dengan jaringan fibroblas (proses scarring)

(Triyono, 2005).

Reaksi inflamasi berguna sebagai proteksi terhadap jaringan yang mengalami

kerusakan untuk tidak mengalami infeksi dan meluas tidak terkendali. Proses

inflamasi sangat erat berhubungan dengan penyembuhan luka. Tanpa adanya

inflamasi tidak akan terjadi proses penyembuhan luka. Luka akan tetap menjadi

sumber nyeri sehingga proses inflamasi dan penyembuhan luka akan cenderung

menimbulkan nyeri (Triyono, 2005).

Fase penyembuhan pada gingivitis, mengalami fase yang sama dengan proses

pemyembuhan secara umum.

2.3.7.1 Fase inflamasi

Fase inflamasi terjadi pada hari ke- 0 – ke-5. Luka karena trauma atau karena

pembedahan menimbulkan kerusakan jaringan dan perdarahan. Darah pada awalnya

akan mengisi jaringan yang cedera dan paparan darah terhadap kolagen akan

mengakibatkan terjadinya degranulasi trombosit dan pengaktifan faktor Hageman.

Kemudian akan memicu sistem biologis lain seperti pengaktifan komplemen kinin,

kaskade pembekuan dan pembentukan plasmin. Keadaan ini memperkuat sinyal dari

daerah terluka, yang tidak saja mengaktifkan pembentukan bekuan yang menyatukan

tepi luka tetapi juga akumulasi dari beberapa mitogen dan menarik zat kimia ke

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

24

daerah luka. Pembentukan kinin dan prostaglandin menyebabkan vasodilatasi dan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah di daerah luka. Hal ini menyebabkan

edema dan kemudian menimbulkan pembengkakan dan nyeri pada awal terjadinya

luka (Norvianzah, 2008).

Polimorfonuklear (PMN) adalah sel pertama yang menuju ke tempat

terjadinya luka. Jumlahnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada 24 – 48

jam. Fungsi utamanya adalah memfagositosis bakteri yang masuk. Pada

penyembuhan luka normal tampaknya kehadiran sel-sel ini tidak begitu penting sebab

penyembuhan luka dapat terjadi tanpa keberadaan sel-sel ini. Adanya sel ini

menunjukkan bahwa luka terkontaminasi bakteri. Bila tidak terjadi infeksi sel-sel

PMN berumur pendek dan jumlahnya menurun dengan cepat setelah hari ketiga.

Elemen imun seluler yang berikutnya adalah makrofag. Sel ini turunan dari monosit

yang bersirkulasi, terbentuk karena proses kemotaksis dan migrasi. Muncul pertama

48 – 96 jam setelah terjadi luka dan mencapai puncak pada hari ke-3

(Triyono, 2005) .

Makrofag berumur lebih panjang dibanding dengan sel PMN dan tetap ada di

dalam luka sampai proses penyembuhan berjalan sempurna. Sesudah makrofag akan

muncul limfosit T dengan jumlah bermakna pada hari ke-5 dan mencapai puncak

pada hari ke-7. Sebaliknya dari PMN, makrofag dan limfosit T penting keberadaanya

pada penyembuhan luka normal. Makrofag seperti halnya netrofil, memfagositosis

dan mencerna organisme-organisme patologis dan sisa-sisa jaringan. Makrofag juga

melepas zat biologis aktif. Zat ini mempermudah terbentuknya sel inflamasi

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

25

tambahan yang membantu makrofag dalam dekontaminasi dan membersihkan sisa

jaringan. Makrofag juga melepas faktor pertumbuhan dan substansi lain yang

mengawali dan mempercepat pembentukan formasi jaringan granulasi. Zat yang

berfungsi sebagai transmiter interseluler ini secara keseluruhan disebut sitokin

(Triyono, 2005).

2.3.7.2 Fase proliferasi

Fase ini terjadi pada hari ke-3 – ke-14. Apabila tidak ada kontaminasi atau

infeksi yang bermakna, fase inflamasi berlangsung pendek. Setelah luka berhasil

dibersihkan dari jaringan mati dan sisa material yang tidak berguna, dimulailah fase

proliferasi. Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi pada

luka. Jaringan granulasi merupakan kombinasi dari elemen seluler termasuk fibroblas

dan sel inflamasi, yang bersamaan dengan timbulnya kapiler baru tertanam dalam

jaringan longgar ekstra seluler dari matriks kolagen, fibronektin dan asam hialuronik.

Fibroblas muncul pertama kali secara bermakna pada hari ke-3 dan mencapai puncak

pada hari ke-7. Peningkatan jumlah fibroblas pada daerah luka merupakan kombinasi

dari proliferasi dan migrasi (Triyono, 2005).

Fibroblas ini berasal dari sel-sel mesenkimal lokal, terutama yang berhubungan

dengan lapisan adventisia, pertumbuhannya disebabkan oleh sitokin yang diproduksi

oleh makrofag dan limfosit. Fibroblas merupakan elemen utama pada proses

perbaikan untuk pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan

jaringan. Fibroblas juga memproduksi kolagen dalam jumlah besar, kolagen ini

berupa glikoprotein berantai tripel, unsur utama matriks ekstraseluler yang berguna

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

26

membentuk kekuatan pada jaringan parut. Kolagen pertama kali dideteksi pada hari

ke-3 setelah luka, meningkat sampai minggu ke-3. Kolagen terus menumpuk sampai

tiga bulan. Penumpukan kolagen pada awalnya terjadi berlebihan kemudian fibril

kolagen mengalami reorganisasi sehingga terbentuk jaringan reguler sepanjang luka

(Triyono, 2005).

2.3.7.3 Fase maturasi

Fase ini berlangsung dari hari ke-7 sampai dengan 1 tahun. Segera setelah

matriks ekstrasel terbentuk, mulai terjadi reorganisasi. Matriks ekstrasel pada

awalnya kaya akan fibronektin. Hal ini tidak hanya menghasilkan migrasi sel

substratum dan pertumbuhan sel ke dalam tetapi juga menyebabkan penumpukan

kolagen oleh fibroblas. Kolagen berkembang cepat menjadi faktor utama pembentuk

matriks. Serabut kolagen pada awalnya terdistribusi acak membentuk persilangan

dan beragregasi menjadi bundel-bundel fibril yang secara perlahan menyebabkan

penyembuhan jaringan dan meningkatkan kekakuan dan kekuatan ketegangan.

Pencapaian kekuatan tegangan luka berjalan lambat. Sesudah 3 minggu kekuatan

penyembuhan luka mencapai 20% dari kekuatan akhir (Triyono, 2005).

2.3.8 Perawatan gingivitis

Tujuan utama perawatan jaringan periodontal tidak hanya menghentikan

penyakit periodontal, tetapi dapat juga meramalkan regenerasi jaringan periodonsium

yang mengalami kerusakan. Keberhasilan perawatan periodontal sangat bergantung

kepada kemampuan dalam menghilangkan keradangan pada gingiva, perdarahan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

27

gingiva, mengurangi kedalaman poket, menghentikan proses infeksi, menghentikan

pembentukan pus, menghentikan kerusakan jaringan lunak dan tulang, mengurangi

kegoyangan gigi, memperbaiki fungsi oklusi, memperbaiki jaringan yang mengalami

kerusakan, mencegah rekurensi penyakit serta mengurangi hilangnya gigi geligi

(Syafril, 1996)

Regenerasi adalah pertumbuhan serta pembelahan sel-sel baru dan substansi

interseluler yang membentuk jaringan baru. Regenerasi terdiri dari fibroplasia,

proliferasi endotel, deposisi substansi dasar intersisial dan kolagen, epitelisasi dan

pematangan jaringan ikat (Syafril, 1996).

Peran mikroorganisme terhadap penyakit periodontal sangat menentukan, dan

banyak penelitian yang dilakukan untuk menentukan macam obat yang paling efektif

terhadap mikoorganisme tersebut. Obat kumur sering dianjurkan untuk perawatan ini

disamping pemberian antibiotika lokal atau sistemik. Sistem pemberian obat

antibiotika secara lokal dengan cara irigasi. Syarat pokok untuk efektifitas adalah

obat dapat mencapai dasar poket dan dapat bertahan beberapa waktu di tempat

sampai terjadi efek antimikrobialnya (Prayitno dan Herman, 1996).

Dasar pemikiran diindikasikannya terapi antibiotika sebagai penunjang

perawatan periodontal karena etiologi utama penyakit periodontal adalah bakteri yang

terdapat di dalam plak gigi. Beberapa spesies bakteri dapat mengadakan invansi ke

jaringan ikat gingiva, bahkan sampai ke permukaan tulang alveolar. Antibiotika

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

28

dapat meningkatkan keberhasilan prosedur perlekatan baru dan prosedur regenerasi

tulang sehingga dapat menghindari terjadinya reinfeksi. Antibiotika yang dipilih

harus sesuai dengan bakteri yang akan disingkirkan dan mempunyai efek samping

minimal (Daliemunthe, 1995).

Antibiotika yang efektif sebagai penunjang perawatan periodontal harus cukup

tinggi konsentrasinya di dalam cairan sulkus gingiva. Sebagai patokan adalah

konsentrasinya di dalam cairan sulkus gingiva dan bukan konsentrasi di dalam serum

darah. Antibiotika yang memenuhi syarat adalah tetrasiklin beserta derivatnya

(minosiklin dan doksisiklin) karena memiliki konsentrasi 2-4 kali lebih tinggi pada

poket periodontal dibandingkan dengan di serum darah (Daliemunthe, 1995).

2.4 Tetrasiklin

Tetrasiklin telah digunakan secara luas pada perawatan penyakit periodontal.

Tetrasiklin mempunyai kemampuan untuk berkonsentrasi pada jaringan dan

menghambat pertumbuhan Actinobacillus actinomycetemcomitans, dan mampu

merangsang suatu efek kolagenase sehingga dapat menghambat terjadinya kerusakan

jaringan dan mungkin membantu regenerasi tulang (Jolkovsky dan Ciancio, 2006).

Pemberian tetrasiklin atau metronidazol dalam waktu singkat atau pemakaian

tetrasiklin secara oral dengan alat irigasi yang lambat ternyata menyebabkan sangat

berkurangnya jumlah flora subgingiva (Manson dan Eley, 1993).

Tetrasiklin merupakan senyawa kristal berwarna kuning dan sedikit larut

dalam air. Pada suhu 28°C kelarutan tetrasiklin dalam air sebesar 1,7 mg/ml

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

29

sedangkan dalam metanol lebih dari 20 mg/ml. Tetrasiklin memiliki rumus molekul

C22H24N2O8 dan memiliki nama IUPAC [4s-(4α,4aα,5aα,6β,12aα)] -4-

(dimetilamino) 1,4,4a,5,5a, 6-11,12a-oktahidro-3,6,10,12,12a- pentahidroksi- 6- metil

-1,11-diokso- 2- naftasenkarboksamida dengan bobot molekul 444,44 g/mol (Suryani,

2009) .

Gambar 2.2 Struktur kimia tetrasiklin

(http://putrikoto woodpress.com/2010/08/13/tetrasiklin//)

Senyawa tetrasiklin (1948), diperoleh dari streptomyces aureofacien

(klortetrasiklin ) dan Streptomyces rimosus (oksitetrasiklin). Tetapi setelah 1960, zat

induk tetrasiklin mulai dibuat secara sintetis seluruhnya, yang kemudian disusul oleh

derivat –oksi dan –klor serta senyawa long-acting doksisiklin dan minosiklin (Tan

dan Kirana, 2002).

Tetrasiklin bebas merupakan senyawa amfoter dalam bentuk kristal dengan

daya larut rendah, dan merupakan antibiotik berspektrum luas yang menghambat

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

30

sintesis protein . Agen-agen ini bersifat bakteriostatik terhadap berbagai bakteri

gram-positif dan gram-negatif, termasuk anaerob, rickettsiae, chlamydiae,

mycoplasma, dan bentuk-bentuk L, serta aktif pula terhadap beberapa protozoa

(Katzung, 2004).

Tetracycline fibers 25% adalah sediaan tetrasiklin dalam ethylene vinyl acetate,

minosiklin 2% dalam lipid gel atau metronidazol 25% dalam lipid gel (Elyzol)

dewasa ini sering dipergunakan secara topikal untuk perawatan periondititis (Prayitno

dan Herman, 1996).

Dua penelitian besar yang melibatkan masing-masing lebih dari 100 subyek

telah dilakukan untuk menilai efektifitas tetracycline fibers 25%, membuktikan

bahwa kedalaman poket turun rata-rata 1,02 mm dibandingkan dengan skeling saja

rata-rata 0,67mm (Prayitno dan Herman, 1996).

Tetrasiklin Periodontal fiber merupakan turunan tetrasiklin yang tidak hanya

memiliki sifat antibakteri namun juga dapat mengurangi inflamasi serta membantu

menghentikan kolagenase protein oleh karena sifatnya yang antikolagenase.

Antibiotika ini digunakan dalam bentuk lokal sebagai perawatan penunjang untuk

penyakit periodontal (Wulandari, 2007).

Minosiklin dalam bentuk lipid gel juga digunakan untuk perawatan saku

periodontal. Gel 0,5 gram yang mengandung 10 mg minosiklin diaplikasikan dengan

alat suntik ujung plastik, menghasilkan penurunan kedalaman poket 1,7 mm

dibandingkan tanpa minosiklin rata-rata 1,4 mm (Prayitno dan Herman, 1996).

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

31

Penggunaan tetrasiklin golongan antibiotika dalam terapi periodontal telah

dimodifikasi secara kimia sebagai obat antimikrobial, anti kolagenase dan anti

inflamasi. Tetrasiklin sebagai anti kolagenase digunakan 16 mg/ml mampu

menghambat aktifitas kolagenase kurang lebih 90% dibanding ampisilin yang tidak

efektif menghambat enzim kolagenase. Pemberian tetrasiklin dapat menghantarkan

suatu konsentrasi yang dapat diterima 10 hari pada sedikitnya 640 mg/ml pada cairan

di dalam sulkus (Wahyukundari, 2009).

Tetrasiklin dapat mengikat ion kalsium dan ion Zn yang terletak di sisi aktif

dari enzim kolagenase, sehingga hambatan ini menghasilkan efek antiproteolitik yang

dapat menghambat resorbsi tulang. Biokompatibilitas penggunaan tetrasiklin telah

diteliti dalam bentuk tetrasiklin gel dengan konsentrasi 0,7% yang dapat diterima

jaringan dan dapat menghilangkan lapisan smir, membuka tubuli dentin dan

membuka matrix kolagen (Wahyukundari, 2009).

Tetrasiklin efektif dalam mengobati penyakit periodontal pada tiap fase karena

mampu berkonsentrasi pada cairan gingiva 2-10 kali daripada di dalam serum,

sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan konsentrasi obat yang akan diteruskan ke

dalam poket periodontal. Beberapa studi telah melakukan percobaan dimana

tetrasiklin pada CGF (Crevicular Gingival Fluid) dengan konsentrasi yang rendah

(2-4 mg/m) sangat efektif untuk menyerang banyak kuman yang patogen terhadap

jaringan periodontal (Jolkovsky dan Ciancio, 2006).

Antibiotika lokal yang pertama digunakan di Amerika Serikat berupa serat

etilen copolymer vinil asetat (diameter 0,5 mm) terdiri dari tetrasiklin 12.7 mg per 9

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

32

inci. Penelitian menunjukkan bahwa serat tetrasiklin yang menempel dengan atau

tanpa skeling dan root plening dalam mengurangi kedalaman probing, perdarahan

saat probing dan kuman-kuman patogen periodontal dan tingkat perlekatan klinis

meningkat beberapa efek secara signifikan lebih baik dibanding dengan efek yang

dihasilkan dengan skeling dan root plening saja atau dengan serat placebo (Jolkovsky

dan Ciancio, 2006).

2.4.1 Sifat kimia

Semua terasiklin berwarna kuning dan bersifat amfoter, garam klorida /fosfat

paling banyak digunakan. Larutan garam ini hanya stabil pada pH < 2 dan terurai

pesat pada pH lebih tinggi. Kapsul yang disimpan ditempat panas dan lembab mudah

terurai, terutama di bawah pengaruh cahaya. Produk pengurainya epi-dan

anhidrotetrasiklin bersifat sangat toksis bagi ginjal (Tan dan Kirana, 2002).

2.4.2 Farmakologi

Tetrasiklin merupakan sutau kelompok antibiotika yang diproduksi secara

alami dari spesies tertentu yang berasal dari streptomyces atau derivat semi sintetik.

Antibiotika ini memilki sifat bakteriostatik dan efektif untuk melawan

perkembangbiakan bakteri yang cepat. Tetrasiklin lebih efektif dalam melawan

bakteri gram-positif daripada gram-negatif (Jolkovsky dan Ciancio, 2006).

2.4.3 Farmakodinamik

Terjadi 2 proses masuk ke dalam ribosom bakteri yaitu pertama difusi pasif

melalui kanal hidrofilik, kedua sebagai sistem transport aktif. Setelah masuk

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

33

berikatan dengan ribosom, mencegah ikatan tRNA-aminoasil pada kompleks mRNA

ribosom, terhentinya sintesis protein (Jolkovsky dan Ciancio, 2006).

2.4.4 Farmakokinetika

Tetrasiklin terutama berbeda dalam absorbsi setelah pemberian oral dan

eliminasinya. Absorbsi setelah pemberian oral adalah sekitar 30% untuk

chlortetrasikline, 60-70% untuk tetrasiklin, oksitetrasiklin, demeclosiklin dan

metasilin, serta 95-100% untuk doxysiklin dan minosiklin (Katzung, 2004).

Tetrasiklin sekitar 30-80% diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan

minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung

dan usus halus. Makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali

minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi

dan pembentukan kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap

seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat

dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam

sesudah makan (Karlina dkk. 2009).

Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan

melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin di

ekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam

empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang di

ekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik, maka obat ini

masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi

obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

34

akumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap, diekskresi melalui tinja (Karlina

dkk. 2009).

Tetrasiklin didistribusikan secara luas ke dalam jaringan-jaringan dan cairan-

cairan tubuh, kecuali dalam cairan serebrospinal, dimana konsentrasinya adalah

sebesar 10-25% dari konsentrasi serum. Sekitar 40-80% tetrasiklin diikat oleh

protein-protein serum. Tetrasiklin mempunyai masa kerja singkat berdasarkan waktu

paruh serum (Katzung, 2004).

2.5 Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

Tikus putih adalah tikus rumah, merupakan binatang asli Asia, India, dan

Eropa Barat. Tikus laboratorium adalah spesies tikus Rattus norvegicus yang

dibesarkan dan disimpan untuk penelitian ilmiah. Tikus laboratorium telah

digunakan sebagai model hewan yang penting untuk penelitian.

Klasifikasidari tikus putih

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordota

Subphylum : Vertebrata

Class : Mammalia

Order : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Rattus

Species : Norwegicus

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

35

2.6 Penelitian Pendahuluan

Peneliti telah melakukan penelitian pendahuluan dengan mempergunakan

sampel tikus sebanyak 16 ekor, dibagi dalam 4 kelompok dan masing- masing

kelompok terdiri dari 4 ekor tikus. Gingiva tikus pada bagian labial di antara insisivus

sentralis rahang bawah dilukai dengan scalpel no 11 sampai menyentuh tulang

alveolar di bawahnya. Perlakuan diberikan mulai pada hari ke-5. Kelompok I,

diberikan perlakuan dengan diolesi gel, kelompok II diberikan perlakuan dengan

diolesi Tetrasiklin HCl Gel 0,2%. Kelompok II diolesi Tetrasiklin HCl Gel 0,3% dan

kelompok IV diberikan perlakuan dengan diolesi Tetrasiklin HCl Gel 0,4%.

Pengolesan dilakukan 2x sehari dengan tekanan ringan, selama 5 hari. Tikus

didekapitasi pada hari ke-10 dan jaringan gingiva diambil. Sediaan mikroskopis

dibuat dan diukur proliferasi kolagennya.

Dari penilaian didapat hasil sebagai berikut :

1. Kelompok I (kontrol) diberikan perlakuan gel diperoleh proliferasi

kolagen rata-rata 134,23 µm.

2. Kelompok II dengan pemberian Tetrasiklin HCl Gel 0,2% diperoleh

proliferasi kolagen rata-rata 73,15 µm.

3. Kelompok III dengan pemberian Tetrasiklin HCl Gel 0,3% diperoleh

proliferasi kolagen rata-rata 45,16 µm.

4. Kelompok IV dengan pemberian Tetrasiklin HCl Gel 0,4% diperoleh

proliferasi kolagen rata-rata 15,94 µm.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

36

Gambar 2.3 Hasil pengamatan proliferasi kolagen setelah diolesi tetrasiklin

HCl Gel 0,2% dengan mempergunakan pengecatan HE dan diperiksa di

bawah mikroskop elektrik pembesaran 400X

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

37

Gambar 2.4 Hasil pengamatan proliferasi kolagen setelah diolesi tetrasiklin

HCl Gel 0,3% dengan mempergunakan pengecatan HE dan diperiksa di bawah

mikroskop elektrik pembesaran 400X

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gingiva - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/16536/3/0990761046-3-BAB_II.pdf · Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar

38

Gambar 2.5 Hasil pengamatan proliferasi kolagen setelah diolesi tetrasiklin

HCl Gel 0,4% dengan mempergunakan pengecatan HE dan diperiksa di bawah

mikroskop elektrik pembesaran 400X