Upload
sarifeataji
View
256
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
ISI
I. Struktur, Fungsi dan Pertumbuhan Otak
Otak terdiri dari 2 hemasfer (belahan) yaitu hemasfer kanan dan kiri, yang
dihubungkan oleh korpus kolosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-
bagian besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus
parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Otak seorang bayi ketika
baru dilahirkan beratnya adalah kira-kira 40% dari berat orang dewasa;
sedangkan makhluk primate lain, seperti kera dan simpanse adalah 70% dari
otak dewasanya. Sewaktu dewasa manusia mempunyai otak seberat
1350gram, sedangkan simpanse dewasa hanya 450gram. Sedangkan otak
manusia kerdil beratnya hanya 450gram waktu dewasa, tetapi masih bisa
bicara seperti manusia biasa lainnya, sedangkan makhluk lainnya tidak.
Bagian otak yang sangat berfungsi dalam kebahasaan adalah hemisfer kiri,
sedangkan hemisfer kanan untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gesture) baik
emosional maupun verbal. Hemisfer kiri mendominan untuk fungsi bicara
bahasa, tetapi tanpa aktifitas hemisfer kanan, maka pembicaraan seseorang
akan menjadi monoton tidak ada prosodi, tidak ada lagu kalimat, tanpa
menampakan adanya emosi, dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa. Korteks
hemisfer kanan menguasai fungsi element sisi tubuh bagiab kiri dan korteks
heisfer kiri menguasai element tubuh bagian kanan.
Hemisfir kiri terdiri dari empat daerah besar yang dinamakan lobe: Lobe
rontal (frontal lobe) bertugas mengurusi ihwal yang berkaitan dengan kognisi,
lobe temporal (temporal lobe) mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan
pendengaran, lobe osipital (occipital lobe) menangani ihwal penglihatan, dan
lobe parietal (parietal lobe) mengurusi rasa somaestetik, yakni rasa yang ada
pada tangan, kaki, muka, dsb. Diamping fungsi tersebut juga mempunyai
fungsi kebahasaaan.
Pada lobe frontal terdapat suatu daerah yang kemudian dikenal sebagai
daerah Broca. Lobe temporal dan agak menjorok ke daerah parietal dan bagian
yang berkaitan dengan komprehensi. Disebut daerah Wenicke.
Pada semua lobe terdapat apa yang dinamakan girus (gyrus) dan
sulkus (sulcus). Girus adalah semacam gunduk atau bukit dengan lereng-
lerengnya, sedangkan sulkus adalah seperti lembah, bagian yang masuk ke
dalam. Salah satu girus tersebut adalah girus angular (angular gyrus). Girus
ini mempunyai fungsi untuk menghubungkan apa yang kita lihat dengan apa
yang kita fahami di daerah Wernicke.
Untuk menghubungkan apa yang kita dengar atau lihat dengan apa yang
kita ujarakan ada kelompok fiber yang dinamakan fasikulus arkuat (arcuate
fascculus). Tugas fiber-fiber ini adalah untuk mengkoordinir pendengaran,
penglihatan, dan pemahaman yang diproses di daerah Wernicke dengan proses
pengujaran yang dilakukan didaerah Broca.
Area Broca adalah bagian dari otak manusia yang terletak di gyrus
frontalis superior pada lobus frontalis korteks otak besar. Area ini berperan
pada proses bahasa, serta kemampuan dan pemahaman berbicara. Area Broca
terletak berdampingan dengan area Wernicke. Keduanya ditemukan hanya
pada salah satu belahan otak saja, umumnya pada bagian kiri, karena populasi
manusia kebanyakan "dominan kiri".
II. Gangguan Bahasa
Secara garis besar gangguan berbahasa dapat dibagi menjadi 2, yaitu
akibat factor medis dan akibat faktor lingkungan sosial. Yang dimaksud
dengan faktor medis adalah gangguan baik kelainan fungsi otak maupun
akibat kelainan alat-alat bicara. Sedangkan yang dimaksud dengan kelainan
factor lingkungan social adalah lingkungan kehidupan yang tidak alamiah
manusia, seperti tersisih atau terisolasi dari lingkungan kehidupan masyarakat
manusia yang sewajarnya.
A. Gangguan Bicara
Berbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung modalitas
psikis. Dapat dikelompokkan menjadi :
a) Gangguan Mekanisme Berbicara
Adalah suatu proses produksi ucapan (perkataan) oleh kegiatan terpadu
dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga mulut serta
kerongkongan, dan paru-paru.
1) Gangguan Akibat Faktor Pulmonal
Dialami oleh para penderita paru-paru, karena kekuatan
bernapasnya sangat kurang, sehingga cara bicaranya diwarnai olah
nada yang monoton, volume suara yang kecil, terputus-putus.
2) Gangguan Akibat Faktor Laringal
Gangguan pada pita suara yang menyebabkan suara yang
dihasilkan menjadi serak atau hilang sama sekali.
3) Gangguan Akibat Faktor Lingual
Biasa terjadi pada seseorang yang lidahnya sedang sariawan atau
terluka, sehingga pengucapan fonemnya tidak sempurna. Begitu juga
pada orang stroke.
4) Gangguan Akibat Faktor Resonansi
Menyebakan suara yang dihasilkan menjadi bersengau. Misalnya
pada orang sumbing, dan penderita penyakit miastenia gravis
(gangguan yang menyebabkan otot menjadi lemah dan cepat lelah).
b) Gangguan Akibat Multifaktorial
1) Berbicara Serampangan
Berbicara dengan cepat sekali, artikulasi rusak, dan ditambah
dengan menelan sejumlah suku kata, sehingga sukar dipahami.
1) Berbicara Propulsif
Biasanya terdapat pada para penderita penyakit Parkinson
(kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi gemetar, kaku,
dan lemah), dan biasanya bermasalah dalam melakukan gerakan.
2) Berbicara Mutis (Mutisme)
Gangguan mutisme ini tidak dapat berbicara sama sekali. Mutisme
tidak bisa disamakan dengan orang bisu. Dapat dibedakan menjadi :
o Orang yang bisu karena kerusakan atau kelainan alat artikulasi,
sehingga tidak bisa memproduksi ujaran bahasa; tetapi alat
dengarnya normal sehingga dapat mendengar suara-bahasa orang
lain.
o Orang bisu karena kerusakan atau kelainan alat artikulasi dan alat
pendengarannya, sehingga tidak bisa memproduksi ujaran-bahasa
dan juga tidak bisa mendengar ujaran-bahasa orang lain.
o Orang bisu yang sebenarnya alat artikulasinya normal tidak ada
kelainan; tetapi alat pedengarannya rusak atau ada kelainan.
c) Gangguan Psikogenik
Variasi berbicara yang normal, tapi gangguan di bidang mental.
Modalitas mental yang terungkap oleh cara berbicara sebagian besar
ditentukan oleh nada, intonasi, dan intensitas suara, lafal, dan pilihan kata.
1) Berbicara Manja
Disebut berbicara manja karena ada kesan anak (orang) yang
melakukannya meminta perhatian untuk dimanja. Misalnya anak yang
sedang sakit, atau pada orang tua yang pikun atau jompo.
2) Berbicara Kemayu
Berkaitan dengan perangai wanita yang berlebihan. Yang dicirikan
oleh gerak bibir dan lidah yang menarik perhatian dan lafal yang
dilakukan secara ekstra menonjol atau ekstra lemah gemulai dan ekstra
memanjang.
3) Berbicara Gagap
Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat,
mendadak berhenti, lalu mengulang suku kata pertama, kata
berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat
dapat diseleseikan.
Penyebabnya adalah :
Faktor “stres’ dalam kehidupan berkeluarga,
Pendidikan anak yang keras, serta tidak menginjinkan anak untuk
berargumentasi,
Adanya kerusakan pada belahan otak (hemisfer) yang dominan,
dan
Faktor neurotik famial.
4) Berbicara Latah
Latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu perbuatan membeo,
atau menirukan apa yang dikatakan orang lain; tetapi sebenarnya latah
adalah suatu sindrom yang terdiri atas curah verbal repetitif yang
bersifat jorok (koprolalla) dan gangguan lokomotorik yang dapat
dipancing.
B. Gangguan Berbahasa
Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Untuk
berbahasa diperlukan kemampuan untuk mengeluarkan kata-kata. Ini berarti,
daerah broca dan wernicke harus berfungsi dengan baik. Kerusakan pada
daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkan terjadinya gangguan bahasa
yag disebut afasia.
Macam-macam afasia:
Afasia Broca: Kerusakan yang terjadi pada daerah broca. Afasia
Broca menyebabkan gangguan pada pencernaaan dan pengungkapan
ujaran. Kalmat-kalimat yang diproduksi terpatah-patah. Karena alat
penyuara juga terganggu maka sering kali lafalnya juga tidak jelas.
Afasia Wernicke: Letak kerusakan adalah pada daerah wernicke,
yakni bagian agak ke belakang dari lobe temporal. Penderita afasia ini
lancar dalam berbicara, dan bentuk sintaksisnnya juga cukup baik. Hanya
saja, kalimat-kalimatnya sukar dimengerti karena banyak kata-kata yang
tidak cocok maknanya dengan kata-kata lain sebelum dan sesudahnya. Hal
ini disebabkan karena penderita afasia ini serig keliru dalam memilih kata-
kata fair bisa diganti dengan chair, carrot dengan cabbage, dsb. Penderita
afasia Wernicke juga mengalami gangguan dalam komprehensi lisan. Dia
tidak mudah dapat memahami apa yang kita katakan.
Afasia Anomik: Kerusakan otot terjadi pada bagian depan dari lobe
pariental atau pada batas antara lobe pariental dengan lobe temporal.
Gangguan wicaranya tampak pada ketidak-mampuan penderita untuk
mengkaitkan konsep dan bunyi atau kata yang mewakilinya.
Afasia Global: Pada afasia ini kerusakan terjadi tidak pada satu
atau dua daerah saja tetapi di beberapa daerah yang lain, kerusakan bisa
menyebar dari daerah Broca, melewati korteks motor, menuju ke lobe
pariental, dan sampai ke daerah Wernicke. Dari segi fisik, penderita bisa
lumpuh di sebelah kanan, mulut bia mencong, dan lidah bisa menjadi tidak
cukup fleksibel. Dari segi verbal, dia bisa kesukaran memahami ujaran
orang, ujaran dia tidak mudah.