9
BAB II ISI I. Struktur, Fungsi dan Pertumbuhan Otak Otak terdiri dari 2 hemasfer (belahan) yaitu hemasfer kanan dan kiri, yang dihubungkan oleh korpus kolosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-bagian besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Otak seorang bayi ketika baru dilahirkan beratnya adalah kira-kira 40% dari berat orang dewasa; sedangkan makhluk primate lain, seperti kera dan simpanse adalah 70% dari otak dewasanya. Sewaktu dewasa manusia mempunyai otak seberat 1350gram, sedangkan simpanse dewasa hanya 450gram. Sedangkan otak manusia kerdil beratnya hanya 450gram waktu dewasa, tetapi masih bisa bicara seperti manusia biasa lainnya, sedangkan makhluk lainnya tidak. Bagian otak yang sangat berfungsi dalam kebahasaan adalah hemisfer kiri, sedangkan hemisfer kanan untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gesture) baik emosional maupun verbal. Hemisfer kiri mendominan untuk fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa aktifitas hemisfer kanan, maka pembicaraan seseorang akan menjadi monoton tidak ada prosodi, tidak ada lagu kalimat,

BAB II Isi Neorologi Bahasa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II Isi Neorologi Bahasa

BAB II

ISI

I. Struktur, Fungsi dan Pertumbuhan Otak

Otak terdiri dari 2 hemasfer (belahan) yaitu hemasfer kanan dan kiri, yang

dihubungkan oleh korpus kolosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-

bagian besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus

parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Otak seorang bayi ketika

baru dilahirkan beratnya adalah kira-kira 40% dari berat orang dewasa;

sedangkan makhluk primate lain, seperti kera dan simpanse adalah 70% dari

otak dewasanya. Sewaktu dewasa manusia mempunyai otak seberat

1350gram, sedangkan simpanse dewasa hanya 450gram. Sedangkan otak

manusia kerdil beratnya hanya 450gram waktu dewasa, tetapi masih bisa

bicara seperti manusia biasa lainnya, sedangkan makhluk lainnya tidak.

Bagian otak yang sangat berfungsi dalam kebahasaan adalah hemisfer kiri,

sedangkan hemisfer kanan untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gesture) baik

emosional maupun verbal. Hemisfer kiri mendominan untuk fungsi bicara

bahasa, tetapi tanpa aktifitas hemisfer kanan, maka pembicaraan seseorang

akan menjadi monoton tidak ada prosodi, tidak ada lagu kalimat, tanpa

menampakan adanya emosi, dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa. Korteks

hemisfer kanan menguasai fungsi element sisi tubuh bagiab kiri dan korteks

heisfer kiri menguasai element tubuh bagian kanan.

Hemisfir kiri terdiri dari empat daerah besar yang dinamakan lobe: Lobe

rontal (frontal lobe) bertugas mengurusi ihwal yang berkaitan dengan kognisi,

lobe temporal (temporal lobe) mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan

pendengaran, lobe osipital (occipital lobe) menangani ihwal penglihatan, dan

lobe parietal (parietal lobe) mengurusi rasa somaestetik, yakni rasa yang ada

pada tangan, kaki, muka, dsb. Diamping fungsi tersebut juga mempunyai

fungsi kebahasaaan.

Page 2: BAB II Isi Neorologi Bahasa

Pada lobe frontal terdapat suatu daerah yang kemudian dikenal sebagai

daerah Broca. Lobe temporal dan agak menjorok ke daerah parietal dan bagian

yang berkaitan dengan komprehensi. Disebut daerah Wenicke.

Pada semua lobe terdapat apa yang dinamakan girus (gyrus) dan

sulkus (sulcus). Girus adalah semacam gunduk atau bukit dengan lereng-

lerengnya, sedangkan sulkus adalah seperti lembah, bagian yang masuk ke

dalam. Salah satu girus tersebut adalah girus angular (angular gyrus). Girus

ini mempunyai fungsi untuk menghubungkan apa yang kita lihat dengan apa

yang kita fahami di daerah Wernicke.

Untuk menghubungkan apa yang kita dengar atau lihat dengan apa yang

kita ujarakan ada kelompok fiber yang dinamakan fasikulus arkuat (arcuate

fascculus). Tugas fiber-fiber ini adalah untuk mengkoordinir pendengaran,

penglihatan, dan pemahaman yang diproses di daerah Wernicke dengan proses

pengujaran yang dilakukan didaerah Broca.

Area Broca adalah bagian dari otak manusia yang terletak di gyrus

frontalis superior pada lobus frontalis korteks otak besar. Area ini berperan

pada proses bahasa, serta kemampuan dan pemahaman berbicara. Area Broca

terletak berdampingan dengan area Wernicke. Keduanya ditemukan hanya

pada salah satu belahan otak saja, umumnya pada bagian kiri, karena populasi

manusia kebanyakan "dominan kiri".

II. Gangguan Bahasa

Secara garis besar gangguan berbahasa dapat dibagi menjadi 2, yaitu

akibat factor medis dan akibat faktor lingkungan sosial. Yang dimaksud

dengan faktor medis adalah gangguan baik kelainan fungsi otak maupun

akibat kelainan alat-alat bicara. Sedangkan yang dimaksud dengan kelainan

factor lingkungan social adalah lingkungan kehidupan yang tidak alamiah

manusia, seperti tersisih atau terisolasi dari lingkungan kehidupan masyarakat

manusia yang sewajarnya.

A. Gangguan Bicara

Page 3: BAB II Isi Neorologi Bahasa

Berbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung modalitas

psikis. Dapat dikelompokkan menjadi :

a) Gangguan Mekanisme Berbicara

Adalah suatu proses produksi ucapan (perkataan) oleh kegiatan terpadu

dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga mulut serta

kerongkongan, dan paru-paru.

1) Gangguan Akibat Faktor Pulmonal

Dialami oleh para penderita paru-paru, karena kekuatan

bernapasnya sangat kurang, sehingga cara bicaranya diwarnai olah

nada yang monoton, volume suara yang kecil, terputus-putus.

2) Gangguan Akibat Faktor Laringal

Gangguan pada pita suara yang menyebabkan suara yang

dihasilkan menjadi serak atau hilang sama sekali.

3) Gangguan Akibat Faktor Lingual

Biasa terjadi pada seseorang yang lidahnya sedang sariawan atau

terluka, sehingga pengucapan fonemnya tidak sempurna. Begitu juga

pada orang stroke.

4) Gangguan Akibat Faktor Resonansi

Menyebakan suara yang dihasilkan menjadi bersengau. Misalnya

pada orang sumbing, dan penderita penyakit miastenia gravis

(gangguan yang menyebabkan otot menjadi lemah dan cepat lelah).

b) Gangguan Akibat Multifaktorial

1) Berbicara Serampangan

Berbicara dengan cepat sekali, artikulasi rusak, dan ditambah

dengan menelan sejumlah suku kata, sehingga sukar dipahami.

1) Berbicara Propulsif

Biasanya terdapat pada para penderita penyakit Parkinson

(kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi gemetar, kaku,

dan lemah), dan biasanya bermasalah dalam melakukan gerakan.

2) Berbicara Mutis (Mutisme)

Page 4: BAB II Isi Neorologi Bahasa

Gangguan mutisme ini tidak dapat berbicara sama sekali. Mutisme

tidak bisa disamakan dengan orang bisu. Dapat dibedakan menjadi :

o Orang yang bisu karena kerusakan atau kelainan alat artikulasi,

sehingga tidak bisa memproduksi ujaran bahasa; tetapi alat

dengarnya normal sehingga dapat mendengar suara-bahasa orang

lain.

o Orang bisu karena kerusakan atau kelainan alat artikulasi dan alat

pendengarannya, sehingga tidak bisa memproduksi ujaran-bahasa

dan juga tidak bisa mendengar ujaran-bahasa orang lain.

o Orang bisu yang sebenarnya alat artikulasinya normal tidak ada

kelainan; tetapi alat pedengarannya rusak atau ada kelainan.

c) Gangguan Psikogenik

Variasi berbicara yang normal, tapi gangguan di bidang mental.

Modalitas mental yang terungkap oleh cara berbicara sebagian besar

ditentukan oleh nada, intonasi, dan intensitas suara, lafal, dan pilihan kata.

1) Berbicara Manja

Disebut berbicara manja karena ada kesan anak (orang) yang

melakukannya meminta perhatian untuk dimanja. Misalnya anak yang

sedang sakit, atau pada orang tua yang pikun atau jompo.

2) Berbicara Kemayu

Berkaitan dengan perangai wanita yang berlebihan. Yang dicirikan

oleh gerak bibir dan lidah yang menarik perhatian dan lafal yang

dilakukan secara ekstra menonjol atau ekstra lemah gemulai dan ekstra

memanjang.

3) Berbicara Gagap

Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat,

mendadak berhenti, lalu mengulang suku kata pertama, kata

berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat

dapat diseleseikan.

Page 5: BAB II Isi Neorologi Bahasa

Penyebabnya adalah :

Faktor “stres’ dalam kehidupan berkeluarga,

Pendidikan anak yang keras, serta tidak menginjinkan anak untuk

berargumentasi,

Adanya kerusakan pada belahan otak (hemisfer) yang dominan,

dan

Faktor neurotik famial.

4) Berbicara Latah

Latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu perbuatan membeo,

atau menirukan apa yang dikatakan orang lain; tetapi sebenarnya latah

adalah suatu sindrom yang terdiri atas curah verbal repetitif yang

bersifat jorok (koprolalla) dan gangguan lokomotorik yang dapat

dipancing.

B. Gangguan Berbahasa

Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Untuk

berbahasa diperlukan kemampuan untuk mengeluarkan kata-kata. Ini berarti,

daerah broca dan wernicke harus berfungsi dengan baik. Kerusakan pada

daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkan terjadinya gangguan bahasa

yag disebut afasia.

Macam-macam afasia:

Afasia Broca: Kerusakan yang terjadi pada daerah broca. Afasia

Broca menyebabkan gangguan pada pencernaaan dan pengungkapan

ujaran. Kalmat-kalimat yang diproduksi terpatah-patah. Karena alat

penyuara juga terganggu maka sering kali lafalnya juga tidak jelas.

Afasia Wernicke: Letak kerusakan adalah pada daerah wernicke,

yakni bagian agak ke belakang dari lobe temporal. Penderita afasia ini

lancar dalam berbicara, dan bentuk sintaksisnnya juga cukup baik. Hanya

saja, kalimat-kalimatnya sukar dimengerti karena banyak kata-kata yang

tidak cocok maknanya dengan kata-kata lain sebelum dan sesudahnya. Hal

ini disebabkan karena penderita afasia ini serig keliru dalam memilih kata-

kata fair bisa diganti dengan chair, carrot dengan cabbage, dsb. Penderita

Page 6: BAB II Isi Neorologi Bahasa

afasia Wernicke juga mengalami gangguan dalam komprehensi lisan. Dia

tidak mudah dapat memahami apa yang kita katakan.

Afasia Anomik: Kerusakan otot terjadi pada bagian depan dari lobe

pariental atau pada batas antara lobe pariental dengan lobe temporal.

Gangguan wicaranya tampak pada ketidak-mampuan penderita untuk

mengkaitkan konsep dan bunyi atau kata yang mewakilinya.

Afasia Global: Pada afasia ini kerusakan terjadi tidak pada satu

atau dua daerah saja tetapi di beberapa daerah yang lain, kerusakan bisa

menyebar dari daerah Broca, melewati korteks motor, menuju ke lobe

pariental, dan sampai ke daerah Wernicke. Dari segi fisik, penderita bisa

lumpuh di sebelah kanan, mulut bia mencong, dan lidah bisa menjadi tidak

cukup fleksibel. Dari segi verbal, dia bisa kesukaran memahami ujaran

orang, ujaran dia tidak mudah.