9
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep d an Teo ri Pre ekla mps ia mer upa kan sal ah sat u kla sif ika si dar i hipertens i dal am kehamilan yang didefinisikan sebagai hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehami lan diser tai dengan prote inuri a. 3  Preekl ampsi a juga dapat dihubun gkan dengan gejala dan tanda yang lain seperti gangguan penglihatan, sakit kepala, nyeri epigastr ik dan edema patologis . 5  Dengan demikian , preekl ampsi a dapat dideskripsikan sebagai sindroma khusus pada kehamilan yang dapat berdampak  pada semua sistem organ. 6  Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan postpartum. Dari gejala-gejala kliniknya preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. 3 Preeklampsia ringan adalah preeklampsia yang ditandai dengan tekanan darah !"0#$0 dengan proteinuria 300mg#2"jam atau !% dipsti&k. 3  'ementara itu, preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik !60 mm(g dan tekanan darah d iastolik !!0 mm(g disertai proteinuria lebih dari 5g# 2"ja m atau "% dips ti &k. 3,5  'e me ntara it u di )'*D Pasa r )e bo sendiri menggunakan kriteria proteinuria 2% dipsti&k untuk penegakkan preeklampsia  berat. Patof isiol ogi hiper tensi pada kehami lan masih belum diket ahui dengan  pasti. +anyak teori yang dikemukakan tetapi tidak ada satu pun teori yang 6

BAB II (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

peb

Citation preview

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan TeoriPreeklampsia merupakan salah satu klasifikasi dari hipertensi dalam kehamilan yang didefinisikan sebagai hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.3 Preeklampsia juga dapat dihubungkan dengan gejala dan tanda yang lain seperti gangguan penglihatan, sakit kepala, nyeri epigastrik dan edema patologis.5 Dengan demikian, preeklampsia dapat dideskripsikan sebagai sindroma khusus pada kehamilan yang dapat berdampak pada semua sistem organ.6 Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan postpartum. Dari gejala-gejala kliniknya preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.3Preeklampsia ringan adalah preeklampsia yang ditandai dengan tekanan darah 140/90 dengan proteinuria 300mg/24jam atau 1+ dipstick.3 Sementara itu, preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5g/ 24jam atau 4+ dipstick.3,5 Sementara itu di RSUD Pasar Rebo sendiri menggunakan kriteria proteinuria 2+ dipstick untuk penegakkan preeklampsia berat.Patofisiologi hipertensi pada kehamilan masih belum diketahui dengan pasti. Banyak teori yang dikemukakan tetapi tidak ada satu pun teori yang dianggap mutlak benar.3 Lindheimer (2014) menyatakan bahwa hal-hal yang saat ini dianggap sebagai penyebab penting adalah6 :1. Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas yang abnormal pada pembuluh darah uterus.2. Gangguan toleransi adaptasi imunologis antara jaringan maternal, paternal (plasenta) dan fetus.3. Gangguan adaptasi maternal pada perubahan cardiovascular dan inflamasi yang terjadi pada kehamilan normal.4. Faktor genetic. Terjadinya kegagalan remodeling arteri spiralis karena tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya, menyebabkan lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumennya tidak memungkinkan untuk mengalami distensi dan vasodilatasi. Kegagalan remodeling ini menyebabkan plasenta mengalami iskemi3 yang memicu serangkaian kejadian yang memprovokasi terjadinya endothelial cell injury, melalui produksi antiangiogenik, faktor metabolic dan mediator radang.6 Proses apoptosis pada preeklampsia terjadi peningkatan karena peningkatan stress oksidatif, hal ini meningkatkan beban reaksi inflamasi pada darah ibu menjadi jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kehamilan normal.3Selain itu pembuluh darah juga kehilangan daya refrakternya terhadap bahan vasokonstriktor dan terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopressor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopressor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopressor. Adanya riwayat didalam keluarga dekat juga memberikan peran pada insiden ini.3Aktivasi endothelial menyebabkan vasokonstriksi dengan peningkatan resistensi dan mengarah pada hipertensi. Pada saat yang sama, kerusakan sel endotel menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan kebocoran interstisial komponen darah termasuk platelet dan fibrinogen, yang terdeposit pada subendotel.6

2.2 Etiologi dan InsidensHipertensi pada kehamilan terjadi pada 10% wanita hamil diseluruh dunia. Termasuk didalamnya adalah preeklampsia dan eklampsia, hipertensi gestasional dan hipertensi kronik. Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab penting terjadinya morbiditas berat, kecacatan jangka panjang dan kematian pada ibu dan bayi. Di Asia dan Afrika, setidaknya sepersepuluh kematian ibu berhubungan dengan hipertensi pada kehamilan. Preeklampsia merupakan kelainan yang paling menonjol yang memberikan dampak pada ibu dan bayi.7Penyebab bagaimana kehamilan menyebabkan atau memperberat hipertensi masih belum dapat terpecahkan meskipun penelitian yang dilakukan sudah berlangsung lama dan intensif. Gangguan hipertensi menjadi masalah yang tidak terpecahkan yang paling signifikan dan mengganggu pada obstetric.6 Meskipun patofisiologi terjadi sejak awal kehamilan, hipertensi dan proteinuria baru akan terlihat pada trimester kedua dan terjadi pada 2%-8% dari keseluruhan kehamilan.7Risiko terjadinya preeklampsia meningkat dua hingga empat kali lipat jika pasien memiliki keluarga dekat yang memiliki riwayat preeklampsia dan meningkat hingga tujuh kali lipat jika terdapat riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.5,6Wanita muda dan nulipara merupakan kelompok yang paling rentan terkena preeklampsia, dimana wanita dengan usia yang lebih tua memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia. Insiden preeklampsia pada nulipara lebih tinggi daripada multipara.6 Hiperplasentasi seperti mulitiple gestasi5,7 merupakan risiko tambahan pada kejadian ini, diabetes, obesitas dan hipertensi sebelum kehamilan. Penting untuk diingat bahwa mayoritas kasus preeklampsia terjadi pada wanita nulipara yang sehat tanpa adanya faktor risiko yang bermakna.5

2.3 Diagnosa Preeklampsia BeratSecara tradisional, kunjungan prenatal akan meningkat pada trimester ketiga dan hal ini memberikan deteksi awal terjadinya preeklampsia.6Diagnosa preeklampsia berat ditegakkan apabila ditemukan tekanan darah sistolik 160 mmHG dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5g/ 24jam atau 4+ dipstick.3,5 (Sementara itu di RSUD Pasar Rebo sendiri menggunakan kriteria proteinuria 2+ dipstick untuk penegakkan preeklampsia berat) atau gangguan fungsi organ yang berat7 Meskipun demikian, proteinuria tidak harus selalu ditemukan apabila selain hipertensi ditemukan gejala lain seperti trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000/mcg), gangguan fungsi hati dan peningkatan abnormal dari enzim hati di darah, nyeri epigastrium yang bertahan meskipun dengan pengobatan dan tidak dapat ditegakkan diagnosa lainnya, gangguan fungsi ginjal progresif dengan kreatinin serum lebih dari 1.1 mg/ dL tanpa adanya penyakit ginjal sebelumnya, udem paru atau adanya gangguan penglihatan5Sakit kepala atau gangguan penglihatan seperti scotoma dapat digunakan sebagai premonitoring gejala eklampsia. Trombositopenia juga merupakan tanda perburukan preeklampsia yang signifikan karena terjadinya aktivasi dan agregasi platelet serta hemolysis mikroangiopati.6Onset cepat dari preeklampsia (sebelum 32-34 minggu) dan morbiditas janin digunakan sebagai kriteria independen pada beberapa negara didunia. Kematian ibu dapat terjadi pada kasus preeklampsia berat, tetapi progresifitas dari ringan menjadi berat dapat terjadi secara mendadak dan biasanya fulminant.7

2.4 Penatalaksanaan Preeklampsia BeratSatu-satunya terapi definitif pada preeklampsia adalah terminasi kehamilan, meskipun pada beberapa wanita dengan preeklampsia, kondisi tersebut bertahan sementara pada postpartum. Penatalaksanaan preeklampsia bertujuan untuk meminimalisir komplikasi pada kelanjutan kehamilan, mencegah prematuritas dan memaksimalkan maternal dan infan survival.6,7

Gambar 2.1 : Alogaritma penatalaksanaan preeklampsia berat