Author
dedeh-asliah
View
109
Download
2
Embed Size (px)
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor adalah suatu pembengkakan atau tonjolan, dari merupakan suatu cardinal sign
dari inflamasi, morbid enlargement. Tumor adalah pertumbuhan baru jaringan di mana
perbanyakan sel yang tidak terkendali dan progresif yang disebut juga neoplasma. (1)
Tumor berdasarkan sifatnya diklasifikasikan menjadi tumor jinak/neoplasma jinak
dan tumor ganas/neoplasma ganas. Tumor jinak pertumbuhannya lambat dan biasanya
mempunyai kapsul. Tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak
menimbulkan anak sebar (metastase) pada tempat yang jauh. Sedangkan tumor ganas pada
organ yang solid cenderung mempunyai batas yang tidak jelas. Kadang – kadang disertai tebaran
lembar jaringan neoplastik ke dalam jaringan normal sekitarnya. Maka Tumor ganas atau kanker pada
umumnya tumbuh cepat, infiltratif. Dan merusak jaringan sekitarnya.
Giant cell tumour (GCT) didefinisikan sebagai neoplasma residif dimana dapat berupa
neoplasma jinak namun agresif secara lokal dan dapat berupa neoplasma ganas. Giant cell
tumor yang disebut juga osteoklastoma. Dalam klasifikasi tumor jaringan lunak dan tulang
yang diajukan oleh World Health Organization tahun 2002, GCT jaringan lunak saat ini
diklasifikasikan dalam kelompok tersendiri.
Giant cell tumour menduduki peringkat keenam neoplasma tulang primer yang paling
umum, merupakan 20% dari tumor jinak tulang dan 5% dari tumor tulang primer. Tidak
seperti tumor tulang pada umumnya, GCT lebih banyak diderita oleh perempuan dengan
rasio perempuan : laki-laki = 1,3-1,5 : 1. Sekitar 70% pasien GCT berusia 20 sampai 40 tahun
dengan insidens puncak dekade ketiga kehidupan. Sebagian besar GCT terjadi di daerah
epifisis tulang panjang tetapi dapat meluas ke metafisis. Predileksi paling sering yaitu distal
femur, proximal tibia, proximal humerus, dan distal radius. Tulang lain yang dapat menjadi
predileksi adalah sacrum, pelvis, dan anterior corpus vertebra.
Pada referat ini akan dibahas secara khusus mengenai giant cell tumor yang tidak
hanya tebata membahas giant cell tumor pada tulang.
Melalui referat ini diharapkan, dapat mengenal dan memahami lebih jauh mengenai
karakteristik , etiologi, klasifikasi, tempat predileksi, manifestasi klinis serta pemeriksaan
GIANT CELL TUMOR Page 1
yang terkait untuk membantu proses penegakaan diagnosis dengan tepat serta penatalaksaan
yang tepat. Hal ini akan menjadi dasar pemilihan tatalaksana yang adekuat untuk mengindari
terjadinya komplikasi.
GIANT CELL TUMOR Page 2
BAB II
TUMOR
II. 1. Definisi Tumor
Tumor adalah suatu pembengkakan atau tonjolan, dari merupakan suatu cardinal sign
dari inflamasi, morbid enlargement. Tumor adalah pertumbuhan baru jaringan di mana
perbanyakan sel yang tidak terkendali dan progresif yang disebut juga neoplasma. (1)
II.2. Klasifikasi Tumor
Jenis - jenis tumor berdasarkan sifatnya diklasifikasikan menjadi :
Tumor jinak (Benigna)
Tumor jinak pertumbuhannya lambat dan biasanya mempunyai kapsul. Tidak
tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak menimbulkan anak
sebar (metastase) pada tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya dapat
disembuhkan dengan sempurna kecuali yang terjadi pada tempat yang mensekresi
hormoe atau yang terletak pada tempat yang sangat penting, misalnya pada sumsum
tulang belakang (vertebrae) yang dapat menimbulkan paraplesia atau pada saraf otak
yang menekan jaringan otak.
Walaupun tumor jinak sesuai dengan definisi yaiut letaknya yang terlokalisir
dan terbatas tegas dengan jaringan asal namun tumor jinak dapat menyebabkan
masalah atau kesulitan klinis yang di sebabkan oleh:
Tekanan atau desakan pada jaringan sekitarnya (misalnya tumor jinak
meningen menyebabkan epilepsi)
Obstruksi aliran cairan (misalnya tumor jinak epitel dari suatu saluran akan
menutup aliran)
Produksi hormon (misalnya tumor jinak tiroid menyebabkan tiroksikosis)
Tranformasi menjadi neoplasma (misalnya polip adenomatosa menjadi
adenokarsinoma)
GIANT CELL TUMOR Page 3
Ketakutan (kekawatiran penderita karena memperkirakan penyakitnya
dapat menyebabkan kemtian)
Tumor Ganas (Maligna)
Tumor ganas pada organ yang solid cenderung mempunyai batas yang tidak
jelas. Kadang – kadang disertai tebaran lembar jaringan neoplastik ke dalam jaringan
normal sekitarnya. Maka Tumor ganas atau kanker pada umumnya tumbuh cepat,
infiltratif. Dan merusak jaringan sekitarnya. Menurut Porth karakteristik
neoplasma malignan/tumor ganas, yaitu: (a) sel-sel biasanya
mempunyai sedikit kemiripan dengan sel-sel jaringan normal dari
mana jaringan tersebut berasal sehingga sulit dibedakan; (b)
Tumbuh pada perifer dan menyebarkan proses yang
menginfiltarasi dan bersifat merusak jaringan sekitar; (c)
Kecepatan pertumbuhan sel beragam dan bergantung pada tingkat
diferensiasi; makin bersifat anaplastik tumor tersebut makin cepat
pertumbuhannya; (d) Dapat bermetastase melalui saluran darah
dan limfe dan bermetastasis ke area tubuh lainnya; (e)
Menyebabkan efek yang sama dengan penyakit lain seperti
anemia, kelemahan dan penurunan berat badan; (f) Dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang luas saat pertumbuhan
tumor melebihi pasokan darah atau memotong aliran darah ke
area tertentu; juga dapat menghasilkan substansi yang dapat
menyebabkan kerusakan sel; (g) Bila pertumbuhannya tidak dapat
dikendalikan biasanya dapat menyebabkan kematian.
Dalam daftar yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) penyakit
kanker masuk dalam urutan teratas dari kelompok penyakit. Penyakit ini
dikategorikan penyakit paling mematikan kedua di dunia setelah penyakit jantung.
Di Indonesia sendiri kanker menjadi urutan ke 6 sebagai penyebab kematian.
Penyakit kanker diperkirakan diidap oleh 15 orang per 100.000 penduduk di dunia.
Penyakit kanker dapat menyerang semua umur.
GIANT CELL TUMOR Page 4
Morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan tumor ganas dapat
disebabkan oleh :
Tekanan dan penghancuran jaringan sekitarnya
Pembentukan tumor sekunder (metastase)
Kehilangan darah dari permukaan yang ulserasi
Obstruksi aliran (misalnya tumor ganas kolon yang menyebabkan
obstruksi intestinal)
Produksi hormon (misalnya ATCH dan ADH dari beberapa tumor
patu)
Efek paraneoplastik lain yang menyebabkan berat badan berkurang
dan kelemahan
Kekhawatiran dan kesakitan
Karateristik tumor jinak dan ganas
Sifat jinak ganas
Kecepatan tumbuh lambat relatif cepat
Aktifitas mitosis rendah tinggi
Kemiripan dengan jaringan
Normal
baik bermacam-macam,biasanya
buruk
Bentuk inti sering normal biasanya
hiperkromatik,ireguler,inti
banyak,dan pleomorfik
Invansi tidak ya
Metastasis tidak pernah sering
Pembatasan batas
tegas/berkapsul
batas tidak tegas/ireguler
Nekrosis jarang sering
Ulserasi jarang sering pada kulit/permukaan
mukosa
Arah pertumbuhan pada
kulit/permukaan mukosa
sering eksofitik sering endofitik
GIANT CELL TUMOR Page 5
Tabel.II.1. Karakteristik Tumor Jinak dan Ganas (belom tau)
Gambar II.1. Malignant Tumor dan Benign Tumor 1(3)
GIANT CELL TUMOR Page 6
Gambar II.2. Malignant Tumor dan Benign Tumor 2 (3)
Histogenesis--- sel asal yang spesifik setiap tumor ditentukan dengan cara
pemeriksaan histopatologi dan memberian spesifikasi jenis tumor. Klasifikasi
histogenesis meliputi berbagai subdivisi, tetapi pembagian yang luas berdasarkan
asal ialah :
Berasal dari sel epitel ; kebanyakan sel kanker bermula ari sel
epitel. Kanker – kanker ini disebut carcinoma.
Berasal dari jaringan ikat yang disebut dengan sarkoma
Berasal dari organ yang limfoid dan hemopoietik.
GIANT CELL TUMOR Page 7
Tabel.II.2. Karakteristik Carcinoma dan Sarcoma(2)
Tumor ganas dibagi kembali berdasarkan staging dan juga grading, Staging
dan grading skema telah dirancang untuk neoplasma ganas, karena stage dan / atau
grade bisa menentukan pengobatan dan prognosis. Secara umum, semakin tinggi
stage, neoplasma yang lebih besar adalah lebih lanjut dan kemungkinan telah
menyebar.
o Staging
Sistem yang paling umum untuk staging menggunakan klasifikasi
TNM. Nilai "T" adalah berdasarkan ukuran dan / atau luasnya invasi. Skor
"N" menunjukkan tingkat keterlibatan kelenjar getah bening. Skor "M"
menunjukkan apakah metastasis jauh hadir. Bentuk Staging telah dirancang
untuk setiap organ atau tempat neoplasma ganas yang dapat terjadi, dan
kriteria yang tercantum pada form.
GIANT CELL TUMOR Page 8
GIANT CELL TUMOR Page 9
Tabel.II.3. Staging Tumor Ganas (4)
Stadium tumor berdasarkan pentahapan menurut AJCC ( American
Joint Committe On Cancer )
Setelah sistem TNM diperkenalkan dan dipakai secara luas
pada tahun 1958, kelompok para ahli yang menangani kanker di USA, pada
tahun 1959 juga mengemukakan suatu skema pentahapan kanker yang
merupan penjabaran lebih lanjut dari sistem TNM. Kelompok para ahli
tersebut semula bernama : The American Joint Committee for Cancer
Staging and End Results Reporting ( disingkat AJC ). AJC tersebut
kemudian berubah nama pada tahun 1980 menjadi American Joint
Committee on Cancer ( disingkat AJCC ). Tujuan pembuatan staging
kanker tersebut adalah agar lebih praktis dan lebih mudah pemakaiannya di
klinik.
Staging menurut AJCC ini pertama harus menentukan T, N, M
dari tumor padat tersebut sesuai ketentuan yang ada, dan selanjutnya
dikelompokkan dalam stadium tertentu yang dinyatakan dalam angka
romawi ( I – IV ) dan angka arab ( khusus untuk stadium 0 ). Lebih
mudahnya, sebagai contoh dapat dilihat staging kanker payudara menurut
AJCC pada table berikut :
GIANT CELL TUMOR Page 10
o
o
o
o
o
o
o
o
GIANT CELL TUMOR Page 11
Tabel.II.4. Stadium Tumor Ganas
o Grading
Skema Grading didasarkan pada penampilan mikroskopis dari
neoplasma ganas dengan pewarnaan H & E. Secara umum, grade yang lebih
tinggi berarti bahwa ada tingkat yang lebih rendah dari diferensiasi dan
perilaku buruk biologis neoplasma ganas akan menjadi. Suatu neoplasma
berdiferensiasi baik terdiri dari sel-sel yang sangat mirip sel asal, sedangkan
neoplasma diferensiasi buruk memiliki sel-sel yang sulit untuk mengenali
sebagai sel asal mereka. Skema Grading telah dirancang untuk berbagai
jenis neoplasma, terutama karsinoma. Sistem penilaian Kebanyakan
memiliki tiga atau empat kelas (ditentukan dengan angka atau angka
romawi).
Dalam diagram di bawah ini memanfaatkan adenokarsinoma
sebagai contoh, prinsip-prinsip penilaian yang digambarkan:
GIANT CELL TUMOR Page 12
Gambar.II.3. Grading Neoplasma Maligna (4)
Tabel.II.5. Grading Neoplasma Maligna (4)
II.3. Siklus Sel
Sel adalah unsur terkecil yang menyusun suatu organisme. Dalam perjalanan
hidupnya, sel tidaklah statis, namun ia senantiasa melakukan kegiatan memperbanyak diri.
Peristiwa tersebut selalu terulang dalam perjalanan hidupnya dan membentuk sebuah siklus
yang dinamakan Siklus Sel. Pertumbuhan dan perkembangan setiap organisme hidup
GIANT CELL TUMOR Page 13
sangatlah bergantung pada pertumbuhan dan perbanyakan sel itu sendiri. Hal yang demikian
dikenal dengan istilah pembelahan. (5)(6)
Siklus sel merupakan urutan kejadian di dalam sel sejak sel muncul hingga membelah
menjadi dua (mengalami duplikasi atau replikasi) sedangkan reproduksi sel merupakan
bagian dari siklus sel, bagaimana sel tersebut membelah menjadi dua sel anak dan
mendistribusikan seluruh DNA (genom) dari sel induk ke sel anak.(5)
Fungsi dasar dari siklus sel adalah menduplikasi secara akurat jumlah DNA dalam
kromosom yang kemudian dipisahkan ke dalam dua sel anak yang identik secara genetik. Sel
dari organisme eukariot mempunyai sistem pengontrol siklus sel yang sangat kompleks, yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun luar sel. Sistem ini dapat mengontrol
perubahan biokimiawi, termasuk replikasi DNA, segregasi pada duplikasi kromosom, dan
duplikasi organel maupun makromolekul. Bila sistem mengalami malfungsi antara lain dapat
mengalami pertumbuhan berlebihan yang menyebabkan kanker.(5)
Transformasi keganasan sel terjadi akibat akumulasi mutasi pada sejumlah gen
tertentu, dan hal ini yang merupakan kunci terjadinya kanker pada manusia. Gen terdapat
dalam kromosom pada inti sel. Sebuah gen akan menentukan untaian asam amino yang harus
dirangkaikan satu dengan lainnya untuk membentuk suatu protein, dan protein ini kemudian
akan melaksanakan fungsi gen tersebut. Bila gen diaktifkan, maka sel akan bereaksi dengan
jalan mensintesis protein yang telah disandinya. Mutasi gen dapat mengubah jumlah atau
aktivitas produk proteinnya. (7)
Siklus sel dibagi dua tahap (Gambar 1), yaitu tahap interfase (sel sedang tidak
membelah) dan tahap pembelahan atau fase M (mitosis). Selama interfase sel tumbuh,
mengakumulasi nutrien yang diperlukan untuk duplikasi DNA dan merupakan masa
persiapan pembelahan sel. Interfase terdiri atas fase-fase G1 (Gap 1), S (synthesis), dan G2
(Gap 2). Suatu siklus sel berjalan sekitar 24 jam. Interfase memerlukan waktu 23 jam (90 %
dari seluruh waktu siklus), sedangkan fase M hanya 1 jam. Bila sel keluar dari siklus, maka
sel masuk ke dalam fase Dorman (G0).(5)(6)(8)
GIANT CELL TUMOR Page 14
Gambar II.4. Siklus Sel
Fase G1, merupakan fase pertumbuhan dan persiapan untuk replikasi kromosom,
antara lain mensintesis protein dan organel-organel. Pada fase ini, bila kondisi tidak
memungkinkan, sel dapat menunda pertumbuhan dan masuk ke fase Dorman (G0) yang
waktunya bervariasi. Fase G0 bisa untuk sementara atau menetap. Fase G0 akan menetap bila
sel mengalami diferensiasi dan akhirnya mati. beberapa tipe sel lainnya bisa kembali masuk
ke fase G1 dan melanjutkan pertumbuhan.
Fase S merupakan fase sel mengadakan replikasi DNA, sintesis sentriol dari
sentrosom, dan benang-benang kumparan. Bentuk molekul DNA menyerupai tangga yang
berpilin menjadi dobel helix. Unit struktural DNA adalah empat nukleotida berbeda yang
terpasang dalam satu rantai panjang DNA. Setiap nukleotida mengandung fosfat, gula
deoksiribosa dan basa nitrogen, yang tersusun dengan urutan demikian. Keempat basa
tersebut adalah adenine (A), guanine (G), sitosin (C), dan timin (T).
Bagian samping tangga DNA terbentuk dari gabungan fosfat dan gula. Hubungan
silang (anak tangga) terbentuk dengan cara memasangkan basa dengan basa melalui ikatan
hydrogen lemah. Dalam pasangan basa yang lengkap, adenine hanya berikatan dengan timin
(A-T, T-A), sedangkan guanine hanya berikatan dengan sitosin (G-C, C-G). Meskipun hanya
ada empat macam variasi ikatan, rangkaian linear tempat keempat ikatan tersebut berada
dapat memberikan beragam kombinasi yang hampir tak terhitung. (5)(6)(8)
GIANT CELL TUMOR Page 15
Gambar.II.5. DNA
Fase G2 merupakan fase persiapan sebelum sel memasuki fase M, antara lain
mempersiapkan energi. Fase M merupakan fase pembelahan yang terdiri dari kariokinesis
dan sitokinesis, terjadi kondensasi kromosom (peran protein kondensin) dan segregasi
kromosom.
Fase G1 dan G2 merupakan fase penundaan yang memberi kesempatan sel untuk
tumbuh. Fase itu digunakan oleh sel untuk memonitor kondisi lingkungan (internal dan
eksternal) sehingga mencapai kondisi yang memungkinkan untuk masuk ke fase berikutnya.
Khususnya pada fase G1, kondisinya sangat ditentukan oleh faktor eksternal dan sinyal
ekstraseluler dari sel lainnya.
II.3.1.Pembelahan Sel
GIANT CELL TUMOR Page 16
Didalam proses pembelahan sel terjadi peristiwa kariokinesis dan sitokinesis.
kariokinesis adalah proses pembelahan inti (karion, nukleus) yang merupakan
pemisahan kromosom ke kutub yang berlawanan. peristiwa ini di awali ketika
kromosom di duplikasi, namun tetap terikat pada sentromer. Sedangkan sitokinesis
adalah pemisahan sitoplasma yang akan dibagikan pada dua sel anak. Pada proses
pembelahan sel perlu dijaga agar kariokinesis dan sitokinesis dapat terjadi secara tepat
dan dengan urutan yang benar. Motor penggerak dari kariokinesis dan sitokinesis
adalah sitoskelet, dengan terbentuknya benang-benang spindel. (6)
Mitosis
Pembelahan mitosis terdiri atas empat tahap, yaitu profase, metafase, anafase,
dan telofase (Gambar2). Tahap antara profase dan metafase, sering dimasukkan dalam
tahap tersendiri yaitu prometafase. (6) Salah satu peristiwa awal dari proses mitosis
yang terjadi di dalam sitoplasma, terjadi pada bagian akhir interfase, di dalam atau
sekeling struktur-struktur kecil yang disebut sebagai sentriol. Dua pasang sentriol
terletak berdekatan satu sama lain, dekat dengan salah satu kutub nukleus (sentriol ini,
seperti DNA dan kromosom, juga telah bereplikasi selama interfase, biasanya segera
sebelum replikasi DNA). Setiap sentriol adalah suatu badan silindris kecil berbentuk
tubulus. Kedua sentriol dari setiap pasang kromosom terletak tegak lurus satu sama
lain. Setiap pasang sentriol dengan dengan perisentriol yang melekat disebut sebuah
sentrosom (Gambar 2 A).
Segera sebelum mitosis berlangsung, kedua pasang sentriol mulai bergerak
menjauhi satu sama lainb (Gambar 2B). Hal ini disebabkan oleh polimerasi
berikutnya dari protein mikrotubulus yang tumbuh di antara pasangan sentriol yang
berurutan dan sesungguhnya mendorong keduanya menjauh. Pada waktu yang sama
mikrotubulus yang lain secara radial tumbuh menjauhi setiap pasang sentriol,
membentuk suatu bintang berduri, disebut aster, pada setiap bagian akhir dari sel.
Beberapa duri menembus nukleus dan memainkan sebuah peran dalam memisahkan
perangkat kromatid selama mitosis. Kompleks mikrotubulus yang meluas di antara
GIANT CELL TUMOR Page 17
kedua pasang sentriol disebut gelendong, dan seluruh perangkat mikrotubulus
ditambah dua pasang sentriol disebut aparatus mitosis.
Gambar.II.6. Tahap-Tahap Mitosis
1. Profase
Ditunjukkan gambar 2A, 2B, dan 2C, sewaktu kumparan sedang dibentuk,
kromosom dalam nukleus, yang dalam fase interfase terdiri atas rangkaian kumparan
longgar, dipadatkan menjadi bentuk kromosom yang lebih mantap.
2. Prometafase
Selama fase ini (Gambar 2D) duri-duri mikrotubulus yang sedang tumbuh dari
aster menusuk dan memecahkan pembungkus nukleus. Pada waktu yang sama
GIANT CELL TUMOR Page 18
berbagai mikrotubulus dari aster melakat pada kromatid di sentromer, dimana
kromatid yang berpasangan masih berikatan satu sama lain; tubulus kemudian
menarik satu kromatid dari setiap pasang menuju satu kutub sel dan pasangannya
menuju kutub yang berlawanan.
3. Metafase
Selama metafase (Gambar 2E), kedua aster dari apparatus mitosis akan
didorong lebih jauh lagi. Keadaan ini diyakini karena duri-duri mikrotubulus dari
kedua aster, dimana duri-duri tersebut saling berinterdigitasi satu sama lain untuk
membentuk gelendong mitosis saling mendorong satu dengan yang lainnya. Diyakini
bahwa sejumlah kecil protein kontraktil yang disebut molekul motor yang mungkin
terdiri atas protein otot aktin berperan dalam pergerakan ini. Secara bersamaan
kromatid ditarik dengan kuat oleh mikrotubulus ke bagian pusat sel untuk
membentuk lempeng ekuatorial dari gelendong mitosis.
4. Anafase
Selama fase ini (Gambar 2F), kedua kromatid dari setiap kromosom ditarik
terpisah pada sentromer. Semua 46 pasang kromatid dipisahkan, membentuk dua
perangkat 46 kromosom anak yang terpisah. Satu dari perangkat ini ditarik menuju
satu aster mitotik dan yang lain menuju aster yang lain sewaktu kedua kutub yang
bersebelahan dari sel yang membelah di dorong menjauh.
5. Telofase
Dalam telofase (Gambar 2G-H), kedua perangkat kromosom anak sekarang
secara menyeluruh ditarik menjauh. Kemudian aparatus mitosis menghilang, dan
terbentuk sebuah membran nukleus yang baru terbentuk di sekitar setiap perangkat
kromosom.
Membran ini dibentuk dari bagian retikulum endoplasmik yang sudah terdapat
di sitoplasma. Segera setelah itu sel akan terjepit di bagian pertengahan antara kedua
nukleus. Proses ini disebabkan oleh cincin kontraktil mikrofilamen yang terdiri atas
GIANT CELL TUMOR Page 19
aktin dan miosin, dua protein kontraktil otot, yang terbentuk pada persambungan dari
sel yang baru terbentuk dan menjepitnya satu sama lain.
III.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelahan Sel
Ukuran organ tubuh atau organisme terutama ditentukan oleh tiga faktor yaitu
pertumbuhan, pembelahan, dan kematian sel. Ketiga faktor ini dipengaruhi oleh
molekul-molekul sinyal baik intraseluler maupun ekstraseluler. Faktor yang
merangsang pertumbuhan organ atau organisme yang berasal dari luar sel (faktor
eksternal) dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Mitogen
Merangsang pembelahan sel terutama dengan mengurangi kontrol
negatif intraseluler sehingga siklus sel bisa berjalan lancar. Contoh mitogen
antara lain adalah platelet derived growth factor (PDGF) dan epidermal
growth factor (EGF). Disamping sebagai mitogen, growth factor juga berperan
sebagai faktor tumbuh.
2. Faktor tumbuh
Merangsang pertumbuhan sel (meningkatkan massa sel) dengan
merangsang sintesis protein dan makromolekul lain, juga menghambat
kerusakan sel. Setiap faktor dapat mempengaruhi beberapa macam sel dan
fungsinya juga bermacam-macam, misalnya nerve growth factor (NGF)
disamping dapat mempercepat perkembangan sel saraf tertentu pada embrio
juga dapat mempengaruhi perkembangan leukosit dan beberapa tipe sel
fibroblas.
3. Faktor survival
Merangsang daya tahan sel dengan menekan apoptosis. Contohnya
adalah kelompok protein Bcl-2 yang sinyalnya menekan apoptosis.
Di dalam sel juga terdapat suatu sistem pengontrol siklus (faktor
internal) yaitu kelompok protein kinase yang disebut cyclin-dependent kinase
(Cdk), yang aktifitasnya meningkat atau menurun bergantung pada fase dari
GIANT CELL TUMOR Page 20
siklus (Gambar 10). Aktifitas dari Cdk sangat bergantung pada cyclin. Seluruh
sel eukariota mempunyai empat kelompok cyclin, yang dibagi berdasarkan
ikatannya terhadap Cdk dan fungsinya seperti dibawah ini :
- Cyclin G1/S (cyclin E), berikatan dengan Cdk2 pada akhir G1 berperan
memulai replikasi DNA
- Cyclin S (Cyclin A), berikatan dengan Cdk2 selama fase S, diperlukan
untuk merangsang replikasi DNA
- Cyclin M (Cyclin B), berikatan dengan Cdk1, merangsang terjadinya
mitosis
- Cyclin G1 (Cyclin D), berikatan dengan Cdk 4 dan Cdk6, membantu
merangsang pertumbuhan pada awal atau menekan pada akhir G1.
Ikatan antara Cyclin-Cdk dapat membentuk kompleks yang disebut : (5)
- S-phase promoting factor/SPF (Faktor yang merangsang fase S)
merupakan gabungan antara cyclin G1/S(E) dan cyclin S(A) yang
berikatan dengan Cdk2.
- M-phase promoting factor/MPF (Faktor yang merangsang fase M),
merupakan gabungan antara cyclin M dengan Cdk1
Pada fase M terdapat anaphase-promoting complex (APC), merupakan
protein yang mengandung ubiquitin, berfungsi untuk proteolisis dan
ubiquitilasi cyclin M (B) yang dikatalisis oleh enzim ubiquitin ligase.
Degradasi cyclin secara lengkap dilakukan oleh proteasom, yaitu kompleks
protein di dalam sitosol yang mempunyai aktivitas proteolitik terhadap
kerusakan yang diakibatkan oleh proses ubiquitilisasi.
GIANT CELL TUMOR Page 21
Gambar.II.7. Kelompok protein yang mengatur proses pembelahan sel, yang terdiri dari : cyclin-Cdk kompleks, SPF, MPF, dan APC
Di dalam siklus sel juga terdapat checkpoint yang mengontrol kualitas, yang bekerja
bila terjadi kesalahan dalam perjalanan siklus (Gambar 11). Checkpoint tersebut terdapat
pada:1
- Fase G1 akhir, yang mengontrol apakah kondisi lingkungan
memungkinkan untuk menuju ke fase S. Bila terjadi kerusakan DNA, perlu
diperbaiki dulu sebelum mulai replikasi
- Fase G2, mengontrol apakah seluruh DNA telah direplikasi dan apakah
kondisi memungkinkan untuk memulai proses pembelahan (masuk ke fase
M)
- Fase M, mendeteksi apakah terjadi kegagalan pelekatan benang spindle
pada kinetokor dan apakah kromosom telah melekat pada benang spindle.
Bila kinetokor gagal melekat pada benang spindle, maka sel akan tertahan
pada tahap metafase.
GIANT CELL TUMOR Page 22
Gambar.II.8. Checkpoint pada siklus sel yang terjadi pada fase G1/S, G2, dan M
II.3.3. Gen Penekan Tumor
Gen-gen yang berperan penting dalam pertumbuhan sel adalah proto-onkogen
dan gen penekan tumor. Proto-onkogen mengkode faktor pertumbuhan, membran dan
reseptor sitoplasma. Protein ini memainkan peranan dalam sinyal tranduksi
intraseluler. Proto-onkogen mengusahakan dampak positif dari proliferasi seluler,
sebaliknya gen penekan tumor sebagai pengatur penghambat proliferasi seluler.
Proto-onkogen merupakan gen yang meningkatkan pertumbuhan sel dalam
keadaan yang masih terkontrol. Protein yang dihasilkan proto-onkogen berperan
penting pada pertum-buhan dan diferensiasi normal, tetapi apabila gen-gennya
mengalami mutasi atau hiperaktif, proto-onkogen berubah menjadi onkogen, dimana
proliferasi sel tetap berlangsung tetapi tidak normal.
Onkogen merupakan gen yang dominan dan akan memacu proses transformasi
seluler, sehingga proto-onkogen dan onkogen memiliki andil besar pada patogenesis,
sedangkan perkembangan kanker dan perilakunya tampak lebih berkaitan dengan aksi
GIANT CELL TUMOR Page 23
gen terkait tumor lainnya seperti gen penekan tumor, gen anti apoptosis atau gen anti
metastasis.
Perubahan dari proto-onkogen menjadi onkogen biasanya melibatkan mutasi
gain-of function. Setidaknya ada 3 mekanisme yang dapat memproduksi onkogen dari
proto-onkogen yaitu : 4
1. Point mutasi diproto-onkogen hasil dari pengkodean produk protein.
2. Reduplikasi lokal dari segmen DNA yang didalamnya ada proto-onkogen.
3. Translokasi kromosom yang menyebabkan pengontrol pembelahan sel
menjadi tidak terkontrol.
Gen penekan tumor atau anti onkogen secara normal mengatur pertumbuhan
sel, diferensiasi dan memainkan peranan penting dalam perkembangan kanker pada
sel normal. Gen penekan tumor bekerja sebagai perusak sel, gen ini mengkode protein
yang menghambat pertumbuhan sel dan mencegah sel menjadi ganas.
Beberapa kanker timbul sebagai akibat hilangnya atau tidak berfungsinya gen
penekan tumor secara sempurna. Kunci dari protein pengatur gen adalah gen ini
dikode dari dua pro-tein penekan tumor yaitu PRB dan P53. Bentuk aktif PRB
bertindak sebagai penghambat re-plikasi DNA. Mutasi dari gen pRb menyebabkan
setiap protein yang dihasilkan menjadi tidak aktif dan mengakibatkan pembelahan sel
tidak terkendali. Gen p16 dan pRb bertindak sebagai pengatur siklus sel.
Gen penekan tumor merupakan gen normal yang berperan untuk mencegah
perkem-bangan neoplasma. Gen penekan tumor umumnya mengkode protein yang
menghambat proliferasi sel. Kehilangan regulator ini dapat menyebabkan terjadinya
kanker. Lima kelas protein yang biasa dikode oleh gen penekan tumor yaitu:4
1. Protein intraselluler, seperti p16 cyclin-dependent kinase inhibitor, yang
menghambat pembelahan melalui fase ter-tentu dari siklus sel.
2. Hormon reseptor yang fungsinya untuk menghambat pembelahan sel.
3. Protein pengontrol checkpoint yang menghambat siklus sel jika terjadi kerusakan
DNA atau kromosom abnormal.
4. Protein yang bisa mengin-duksi apoptosis.
GIANT CELL TUMOR Page 24
5. Enzim yang berperan dalam perbaikan DNA.
Transformasi sel normal menjadi sel kanker disertai dengan hilangnya fungsi
dari satu atau lebih gen penekan tumor, seperti gen yang mengkode faktor transkripsi
(p53 dan WT1), dan pengatur siklus sel (pRb dan p16), NF1, PTEN, dan VHL.
Sebagian besar dari protein-protein ini dikode melalui kerja gen penekan tumor
sebagai penghambat proliferasi sel apabila pertumbuhan sel mulai tidak terkontrol.
Pada sebagian besar kanker terjadi inaktivasi protein-protein yang berfungsi normal
pada siklus sel termasuk p16.
II.3.4. Proses Terjadinya Kanker/Tumor
Umumnya kanker terjadi dari sebuah sel yang bermutasi lalu membentuk
suatu klon yang bersifat kanker. Maka kanker merupakan suatu klon yang berasal dari
sebuah sel yang bermutasi. Ada 4 penyebab utama terjadinya mutasi :
1. Karsinogen Kimia
2. Radiasi pengion
3. Kerusakan kromosom
4. Virus yang memasukkan DNA/RNA ke dalam gen sel hospes (HIV) HIV
menginsersi materi genetik hospes lalu menganggu replikasi DNA
Mutasi tunggal tidak cukup menyebabkan kanker. Selama hidupnya manusia
mengalami pembelahan sel ± sebanyak 1016 X sedangkan mutasi spontan terjadi
sebanyak 106 X dan selama hidupnya mutasi tunggal sebanyak ± 1010 X. Dalam hal ini
karsinogen yang menyebabkan terjadihnya benih kanker tersebut dinamakan
“ïnisiator tumor” contoh dari inisiator tumor sendiri : aflatoksin dan asap rokok
sedangkan faktor yang mendukung terjadinya tumor namun tidak bersifat mutagenik
disebut “promotor tumor” dan salah satu contoh dari promotor tumor seperti hormon
(estrogen), luka.
GIANT CELL TUMOR Page 25
Apabila terdapat inisiator tumor lalu langsung diikuti langsung oleh promotor
tumor dan berulang maka dapat terjadi kanker. Apabila terdapat inisiator tumor lalu
tidak langsung diikuti oleh promotor tumor dan berulang maka dapat terjadi kanker.
Apabila terdapatnya promotor tumor terlebih dahulu sebelum terdapatnya inisiator
tumor maka hal tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya kanker. Apabil terjadi
inisiator tumor terlebih dahulu dan diikuti promotor tumor yang jarang0jarang maka
hal ini tidak akan menyebabkan terjadinya kanker. Dan apabila terdapat atau terjadi
inisiator terus menerus maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya kanker. (10)
Gambar.II.9. Inisiator dan Promotor Tumor (10)
BAB III
GIANT CELL TUMOR
GIANT CELL TUMOR Page 26
III.1. Pendahuluan
Giant Cell Tumor atau oesteoclastoma merupakan lesi agresif yang dikarakteristikan
dengan banyaknya vaskularisasi jaringan yang terdiri dari sejumlah giant cell uniform dari
tipe osteoklas dan ditandai dengan adanya sel giant multinuklear . Jenis tumor ini biasanya
dianggap sebagai tumor jinak. GCT, yang paling sering terjadi pada epiphysis tulang panjang,
merupakan tumor jinak yang meluas kaya akan sel raksasa osteoklastik. Sering terjadi pada
usia 20 sampai 40 tahun. Dalam klasifikasi tumor jaringan lunak dan tulang yang diajukan
oleh World Health Organization tahun 2002, GCT jaringan lunak saat ini diklasifikasikan
dalam kelompok tersendiri. (11,12,13)
Cooper pertama kali melaporkan Giant Cell Tumor di abad ke -18, pada tahun 1940,
Jaffe dan Lichtenstein mendefinisikan Giant Cell Tumor lebih ketat untuk membedakannya
dari tumor lainnya.(14).
aetiopathogenetic awal tumor sel raksasa dari tulang (GCTB) adalah
membingungkan: Ini menunjukkan karakteristik klinis yang kompleks dan dapat
didefinisikan sebagai neoplasma jinak tetapi secara lokal agresif . Ia memiliki potensi yang
kuat untuk kekambuhan lokal, bahkan ketika itu cukup reseksi. Di atas segalanya, GCTB
adalah salah satu langka 'jinak' tumor yang dapat tumbuh secara intavaskuler dan
menimbulkan metastasis jauh. Meskipun potensi ini, masih dianggap sebagai neoplasma
jinak. Selain itu, pertumbuhan intravaskular tidak menunjukkan korelasi yang signifikan
dengan kemampuan untuk bermetastasis.(11)
Sebagian besar tumor sel raksasa terjadi pada tulang panjang, tibia proksimal, distal
femur, radius distal, dan humerus bag ian proksimal, meskipun Giant Cell Tumor ini juga
telah dilaporkan dapat terjadi pada sakrum, kalkaneus, serta tulang kaki. Tumor ini biasanya
muncul di metafisis dari lempeng epifisis. Pada umumnya tumor ini menyebabkan destruksi
dari tulang, lokal metastasis, metastasis ke paru-paru, serta kelenjar getah bening (jarang),
atau bertransformasi kearah keganasan (jarang) .(14,15).
Beberapa pasien dengan metastase paru memiliki lesi paru progresif yang
mengakibatkan kematian, meskipun fakta bahwa pemeriksaan histologi tetap menunjukkan
tumor jinak. Angka kematian keseluruhan dari penyakit untuk pasien dengan metastase paru
GIANT CELL TUMOR Page 27
adalah sekitar 15% pasien dengan lesi rekuren (berulang) atau lesi primer yang tampil agresif
roentgenographically (stadium 3) berada pada resiko tinggi untuk metastase paru. (16)
III.2. Definisi
Giant cell tumour (GCT) didefinisikan sebagai neoplasma residif dimana dapat berupa
neoplasma jinak namun agresif secara lokal dan dapat berupa neoplasma ganas. Asal giant
cell tumour tidak diketahui secara pasti. Giant cell tumour menyerang tulang matur dengan
lempeng epifisis yang sudah tertutup. Diagnosis GCT pada pasien dengan tulang imatur sulit
ditegakkan. (16)
Gambar.III.1. Giant Cell Tumor
III.3. Epidemiologi
GIANT CELL TUMOR Page 28
Giant cell tumour menduduki peringkat keenam neoplasma tulang primer yang paling
umum, merupakan 20% dari tumor jinak tulang dan 5% dari tumor tulang primer. Tidak
seperti tumor tulang pada umumnya, GCT lebih banyak diderita oleh perempuan dengan
rasio perempuan : laki-laki = 1,3-1,5 : 1. Sekitar 70% pasien GCT berusia 20 sampai 40 tahun
dengan insidens puncak dekade ketiga kehidupan. Sebagian besar GCT terjadi di daerah
epifisis tulang panjang tetapi dapat meluas ke metafisis. Predileksi paling sering yaitu distal
femur, proximal tibia, proximal humerus, dan distal radius. Tulang lain yang dapat menjadi
predileksi adalah sacrum, pelvis, dan anterior corpus vertebra. (17)
Gambar.III.2. distribusi giant cell tumour berdasarkan usia dan jenis kelamin
GA
Gambar.III.3. Distribusi GCT sesuai dengan jenis kelamin
GIANT CELL TUMOR Page 29
G
Gambar.III.3. predileks giant cell tumor
III.3. Klasifikasi
III.4. Etiologi
Sementara penyebab pasti dari tumor giant cell masih belum diketahui, dalam
beberapa kasus, mereka telah dikaitkan dengan penyakit Paget. Penyakit Paget tulang adalah
gangguan tulang kronis di mana tulang menjadi membesar dan berubah bentuk. (18)
Namun Selama 10 tahun terakhir, GCT tulang telah terbukti menjadi tumor
mesenchymal di mana sel stroma mononuklear asal adalah sel fibro-osteoblastik yang
menghasilkan tipe I dan II colagens, memiliki tempat reseptor untuk parathormon,
menghasilkan basa fosfatase, memiliki pewarnaan positif untuk protein p53, dan memiliki
perubahan di c-myc, N-myc dan c-Fos onkogen yang juga dapat ditemukan dalam
osteosarcoma ganas. Namun, tidak ada perubahan dari p53 dan gen supresor rb di GCT
tulang dapat ditemukan dalam osteosarcoma.
Populasi kedua sel mononuklear stroma dengan hematoxylin-eosin karakteristik
pewarnaan bawah mikroskop cahaya mirip dengan sel-sel mesenchymal yang nonneoplastic,
reaktif, sumsum monosit - sel makrofag yang diturunkan mengekspresikan-makrofag monosit
marker. perpaduan dari hasil makrofag mononuklear pada yang lebih besar, multinuklear
makrofag atau sel raksasa yang memiliki reseptor untuk kalsitonin, penanda fenotipik untuk
osteoklas. Itu menunjukan kehadiran sel-sel osteoklastik besar yang memberikan GTC tulang
GIANT CELL TUMOR Page 30
fitur klinis dari osteolitik, hemoragik, lesi aneurismal dari sistem skeletal yang dapat
menyebabkan fraktur patologis.
Data ilmiah dasar baru-baru ini kuat menyarankan hubungan dekat genetik molekular
antara GCT tulang yang disebut jinak dengan frankly malignant osteosarcoma. memang,
kedua kondisi memiliki perubahan genetik serupa di c-myc, N-myc dan c-Fos onkogen
dengan protein p53, menunjukkan bahwa diagnosis diferensial didasarkan pada tingkat
kuantitatif ketidakstabilan genetik molekuler segera mungkin metode untuk
mengklasifikasikan dan prognosticating tulang tumor. sudah, baru-baru ini studi genetika
molekuler telah menemukan insiden yang lebih tinggi dari protein p53 dan perubahan dalam
onkogen c-myc pada GCT tahap 3 yang lebih agresif yang muncul kembali dan
bermetastasis ke paru-paru. (19)
III.5. Lokasi Giant Cell Tumor
III.6. Patofisiologi
III.7. Patologi
III.7.1. Gross Pathology
III.8. Manifestasi Klinis
III.9. Diagmosis
III.10. Diagnosis Banding
1. Aneurysma bone cyst
Kelainan ini bukan neoplasma. Etiologinya tidak diketahui, diduga karena adanya
kelainan vaskular yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah. Kira-kira 70% lesi ini
dijumpai pada usia 5-20 tahun. Kelainan ini juga dapat ditemukan pada tiap bagian dari
skelet. Pada tulang panjang biasanya terletak di daerah metafisis.(10,21)
Gambaran radiologinya tampak daerah yang radiolusen pada tulang yang memberi
kesan adanya destruksi tulang. Lesi ini bersifat ekspansif, korteks menjadi sangat tipis
dan mengembung keluar. Gambaran sangat mirip dengan giant cell tumor. Batas dari lesi
nya tegas dan sering kali disertai tepi skelerotik; sifat-sifat ini penting untuk
membedakannya dengan giant cell tumor yang mempunyai batas tidak tegas. (10,21)
GIANT CELL TUMOR Page 31
2. Kondroblastoma
Kondroblastoma adalah tumor jinak di epifisis kartilago dan umumnya muncul di
tulang panjang tubular, terjadi pada pasien 10 sampai25 tahun. Lebih sering terjadi pada
laki-laki. Biasanya terjadi pada epifisis dari distal dan proksimal femur, proksimal tibia
dan proksimal humerus, tempat yang biasa juga terkena adalah talus, calcaneus dan
patella. Biasanya pasien datang dengan dengan sakit didaerah yang lokasinya jelas, ada
pembengkakan, sendi kaku dan gerakan terbatas (19,20)
Gambaran radiologisnya : tampak sebagai bayangan radiolusent, biasanya berbentuk
bundar dengan batas yang tegas. Kadang tampak pinggiran yang skerotik. Kalsifikasi
terdapat pada kira-kira 50%. (10)
GIANT CELL TUMOR Page 32
Gambar 17. sebuah kista tulang aneurismal pada seorang gadis 14-tahun. Ini radiograf anteroposterior fibula proksimal
menunjukkan lesi geografis dengan> 1 cm perluasan dari shell kortikal (panah). (dikutip dari kepustakaan 26)
GIANT CELL TUMOR Page 33
Gambar 18. Chrondroblastoma pada seorang gadis 16-tahun. Sebuah radiograf anteroposterior femur distal menunjukkan lesi litik kelas IA yang kemungkinan mengandung matriks
chondroid (dikutip dari kepustakaan 26)
Gambar 19. CT aksial dari lesi yang sama mudah menunjukkan dot-seperti kasar, popcorn seperti mineralisasi
matriks chondroid.(dikutip dari kepustakaan 26
3. Non- ossifying Fibroma ( Fibroxanthoma)
Non- ossifying Fibroma atau Fibroxanthoma adalah tumor jinak yang asimtomatik
umumnya terjadi pada anak-anak. Gambaran mikroskopik, suatu fibroma nonossifying terdiri
dari sel spindle (fibrous). Sekitar 20% dari semua anak memiliki lesi ini, paling sering di
tulang paha posterior distal. Jika seorang anak beranjak dewasa, lesi cenderung menghilang (20,22)
Radiografi menunjukkan lesi distal tibia metafisis dengan scalloping endosteal
minimal, yang tidak jarang pada tumor jinak laten. Namun, itu mencerminkan pertumbuhan
episode sebelumnya. Margin antara lesi dan tulang di sekitarnya berbeda. Tepi sklerotik yang
di definisikan dengan baik menunjukkan bahwa tumor sekarang minimal aktif. Kurangnya
mineralisasi internal yang menunjukkan bahwa lesi baik di jaringan cairan atau fibrosa (22)
GIANT CELL TUMOR Page 34
Gambar 20. Nonossifying fibroma dari tibia distal pada seorang gadis 9 tahun. Tepi dibatasi klasik dari lesi geografis terlihat pada
radiograf anteroposterior tibia distal. Lesi memiliki margin sklerotik dengan ekspansi kortikal minim, membuat lesi IA kelas (dikutip dari
kepustakaan 26)