30
 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Bidang Kerja Lokasi Ketika melaksanakan prakerin di PT.Telkomsel pada departemen Tra nmis sion and Mec hanic al Electrical Net work Opera ti on  Jabod etabek, dalam hal ini yang di pelajari selama prakerin yaitu jaringan backbone di PT. Telko msel Regional Jabodetabek .Dimana media transmisi yang digunakan dalam hal ini adalah serat optik dan radio.Dalam bidang kerja lokasi ini,saya mendapat kan ilmu dan penga lamaan baru.Bebe rapa  pekerja an yang dilakuk an disan a sebag ai berikut : 2.1.1 Integrasi Kabel E-1 ( 2 Mbps ) Melakukan Integrasi kabel E-1 adalah suatu kegiatan penambahan  jumla h kapasitas E-1 untuk use r baru.Penam bahan kapa sitas ini disesuaikan dengan permintaan user.Tempat untuk melakukan integrasi ini yaitu pada Digital Distribution Frame ( DDF ) baik K-52 maupun K-57 sesuai port yang diminta. 2.1.2 Troublesh oot link  Transmisi Troubleshoot link  Transmisi merupakan suatu kegiatan untuk mengatasi mas alah yan g terj adi pad a pera ngk at.B iasan ya gan gg uan leb ih ban yak terjadi pada kanal E-1 ( DDF ).Pada gangguan kanal E-1 kita dapatkan datanya dari MSC ataupun dari NMS. Data gangguan itu biasanya berupa AIS dan LOS yaitu diidentifikasikan  bahwa ganggu an itu berada pada sisi kita ( MSC A ) atau pada sisi lawan ( MSC B ).Langkah pertama untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan mencari letak gangguan sebenarnya.Yaitu dengan melakukan loop, pertama 4

95148661-BAB-II (1)

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Bidang Kerja Lokasi Ketika melaksanakan prakerin di PT.Telkomsel pada departemen Tranmission and Mechanical Electrical Network Operation Jabodetabek,dalam hal ini yang di pelajari selama prakerin yaitu jaringan backbone di PT. Telkomsel Regional Jabodetabek.Dimana media transmisi yang digunakan dalam hal ini adalah serat optik dan radio.Dalam bidang kerja lokasi ini,saya mendapatkan ilmu dan pengalamaan baru.Beberapa pekerjaan yang dilakukan disana sebagai berikut:2.1.1 Integrasi Kabel E-1 ( 2 Mbps )

Melakukan Integrasi kabel E-1 adalah suatu kegiatan penambahan jumlah kapasitas E-1 untuk user baru.Penambahan kapasitas ini disesuaikan dengan permintaan user.Tempat untuk melakukan integrasi ini yaitu pada Digital Distribution Frame ( DDF ) baik K-52 maupun K-57 sesuai port yang diminta.2.1.2 Troubleshoot link Transmisi

Troubleshoot link Transmisi merupakan suatu kegiatan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada perangkat.Biasanya gangguan lebih banyak terjadi pada kanal E-1 ( DDF ).Pada gangguan kanal E-1 kita dapatkan datanya dari MSC ataupun dari NMS. Data gangguan itu biasanya berupa AIS dan LOS yaitu diidentifikasikan bahwa gangguan itu berada pada sisi kita ( MSC A ) atau pada sisi lawan ( MSC B ).Langkah pertama untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan mencari letak gangguan sebenarnya.Yaitu dengan melakukan loop, pertama4

5

kita coba loop dari kanal MSC ke Tie Line Transmisi, lalu dikoordoinasikan kepada orang MSC yang memonitor di PC apakah kondisinya ok atau masih AIS atau LOS. Jika kondisi bagus, maka dicoba lagi dengan melakukan loop dari Tie Line transmisi ke DIU lalu koordinasi juga ke MSC. Jika kondisi masih ok juga coba kita lakukan loop lagi dari sisi kanal transmisi dan lakukan pula hal yang sama yaitu koordinasi dengan orang sentral. Rupanya lagi-lagi kondisi bagus berarti gangguan bukan terletak dari sisi MSC ke transmisi yang ada di MSC Apabila kondisinya seperti ini bisa diidentifikasikan bahwa gangguan berasal dari MSC lawan ( B ). Untuk penanganannya coba koordinasi dengan MSC lawan, biasanya dengan melakukan loop juga. Dimana kita bisa melihat kondisinya bagus melalui Bit Error rate ( BER test ). Setelah diketahui dimana gangguan itu timbulnya, maka sekarang lakukan perbaikan. Biasanya gangguan itu bisa disebabkan karena Tie Line yang kurang baik atau integrasi awal yang kurang kencang. Maka penanganan gangguan dapat dilakukan dengan pemindahan kanal E1 atau lakukan integrasi ulang. Sedangkan untuk gangguan perangkat multipleks sendiri, biasanya dilakukan loop juga. Namun loopnya bisa dilakukan dengan loop secara software.Ada dua loop yang bisa dilakukan, yaitu in loop dan out loop. Setelah melakukan loop lalu koordinasi dengan MSC lawan. 2.1.3 Cut Over Cut Over adalah suatu kegiatan pemindahan jalur digital (

Kabel E-1 ) dari DDF ( K-52 dan K-57 ) yang lama ke DDF yang baru.Hal ini disebabkan karena perangkat yang terhubung dengan DDF sering mengalami kerusakan dan manajemen fisik.Selain itu, karena pemindahan pada media transmisi yang digunakan oleh perangkat.

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

6

2.1.4

Mengecek RSL SDH NERA Receive Signal Level ( RSL ) adalah besarnya nilai level yang

diterima oleh perangkat dari signal yang kirim oleh transmitter.Jadi mengecek RSL SDH NERA merupakan tindakan maintenance terhadap perangkat SDH NERA dengan melihat besarnya RSL yang diterima.Jika nilai RSL terlalu tinggi ataupun terlalu rendah maka akan muncul alarm pada monitor.Kegiatan ini dilakukan setiap hari karena perangkat rentan dari gangguan maupun kerusakan, meskipun maintenance telah dijalankan rutin tapi gangguan akan tetap terjadi.

Gambar 2.1 Mengecek RSL SDH NERA

2.1.5

Troubleshoot Pada Power Hopper Troubleshoot pada power hopper ini merupakan kegiatan yang

dilakukan berdasarkan pada alarm yang diberitahukan oleh NMS Vario Manager.Alarm yang sering muncul pada NMS tersebut adalah DRWR,ODU,CBL,LPBK,dan Radio.Tindakan penangganan yang dilakukan juga berbeda berdasarkan alarm yang muncul.Sebab masingKompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

7

masing alarm menimbulkan masalah yang berbeda pada link transmisi radio yang digunakan.

Gambar 2.2 Alarm Pada Power Hopper

2.1.6 Crossconnect Pada Tellabs

Suatu jaringan transimisi baik optik maupun radio memerlukan proteksi terhadap perangkat untuk menjaga trafik agar tetap berjalan.Dengan adanya crossconnect apabila suatu site mengalami masalah maka trafik dialihkan ke site yang masih berfungsi dalam suatu jaringan. Crossconnect pada Tellabs merupakan suatu kegiatan untuk menghubungkan sinyal 2 Mbps dari site A ke Site B.Dimana dalam melakukan crossconnect harus selalu dilakukan protek untuk memproteksi trafik jika terjadi masalah agar trafik tetap berjalan dengan menggunakan media fisik berupa kabel patch cord yang dihubungkan ke power hopper dari 2 sisi yang berlawanan maupun melalui software agar jaringan tersebut bisa membentuk proteksi baik topologi ring maupun linier.2.1.7 Re-engineering Link Power Hopper

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

8

Re-engineering link adalah melakukan setting kembali pada perangkat yang sudah ada agar perangkat tersebut kembali memiliki performa yang baik.Dalam pelaksanaan ini tanpa menambah kapasitas link namun hanya memperbaiki performa perangkat agar kembali baik.Sasaran hasil re-engineering ulang secara umum ada tiga yaitu

Persiapan untuk peningkatan fungsional Migrasi system Memperbaiki keandalan

Dalam pelaksanaan re-engineering link Power Hopper ada beberapa tahapan yaitu menghubungkan Power Hopper dengan Tellabs,melakukan Crossconect pada sinyal 2 Mbps dan menguji hasil re-engineering dengan melakukan loop local dan BER ( Bit Error Rate ) Test

2.2. Teori Pendukung 2.2.1 Konsep Dasar Radio

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik ( gelombang elektromagnetik ). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut ( seperti molekul udara ).Pada transmisi radio kita harus memindahkan sinyal informasi ke pita frekuensi yang akan di transmisikan.Untuk keperluan ini kita menggunakan Carrier Wave ( CW ) modulation.Tujuan utama dari modulasi CW adalah unutk menghasilkan termodulasi yang sesuai dengan karakteristik kanal transmisi yang akan digunakan Modulasi diperlukanKompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

9

dalam sistem transmisi untuk memindahkan sinyal informasi yang dapat berupa data,suara,gambar atau perpaduan diantaranya, kedalam frekuensi radio tinggi yang beroperasi melalui kanal radio.

TransmitterModulato r

Receiver Channel TransmisiDemodulato r

Message

Carrier Wave

Message

Gambar 2.3 Blok Diagram Transmisi Radio

2.2.2 Propagasi Gelombang Radio

Definisi dari propagasi gelombang adalah perambatan gelombang pada media perambatan. Media perambatan atau biasa juga disebut saluran transmisi gelombang dapat berupa fisik yaitu sepasang kawat konduktor, kabel koaksial dan berupa non fisik yaitu gelombang radio atau sinar laser. Pada Gambar 2.4 merupakan gambaran singkat tentang propagasi gelombang.

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

10

Gambar 2.4 Propagasi Gelombang

Gelombang radio termasuk keluarga radiasi elektromagnetik meliputi infra merah ( radiasi panas ), cahaya tampak ( visible light ), ultraviolet, sinar-X, dan panjang gelombang.Gelombang elektromagnetik berasal dari interaksi antara medan listrik dan medan magnet. Nilai panjang gelombang berhubungan dengan frekuensi f dan kecepatan gelombang v, dimana kecepatan gelombang bergantung pada media. Dalam kasus ini medianya adalah ruang bebas free space/vacuum). (

= v / fdimana : v= c (ruang bebas)= 3 x 108 m s-1 2.2.3 Pembiasan (Refraction) oleh Atmosfir Bumi Pada atmosfir bumi terjadi pembiasan gelombang sekitar 18 km dari permukaan bumi di daerah khatulistiwa dan sampai sekitar 8 dan 11 km di daerah kutub selatan dan utara. Untuk itu radius bumi diubah disesuaikan demikian hingga kelengkungan relatif antara gelombang dan bumi tetap seperti yang ditunjukkan Gambar 2.5 Radius kelengkungan bumi yang telah disesuaikan dengan perbandingan antara radius efektif bumi dan radius bumi yang sesungguhnya disebut dengan faktor K. Pada kondisi atmosfir normal, dalam perhitungan radius bumi ekuivalen biasanya digunakan K = 4/3.

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

11

Gambar 2.5 Radius efektif bumi2.2.4 SDH ( Synchronous Digital Hierarchy )

A. Pengertian SDH SDH atau Synchronous Digital Hierarchy merupakan hirarki multiplexing yang berbasis pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh ITU-T. Dalam dunia telekomunikasi, sejumlah multiplexing sinyalsinyal dalam transmisi menimbulkan masalah dalam hal pencabangan dan penyisipan (add/drop) yang tidak mudah serta keterbatasan untuk memonitor dan mengendalikan jaringan transmisinya. Hirarki multiplexing SDH dapat dilihat pada gambar 2.6

Gambar 2.6 Multiplexing SDH SDH memiliki dua keuntungan pokok yaitu fleksibilitas yang demikian tinggi dalam hal konfigurasi kanal pada simpul-simpul jaringan dan meningkatkan kemampuan manajemen jaringan baik untuk payload traffic-nya maupun elemen-elemen jaringan. Secara bersama-sama, kondisi ini akan memungkinkan jaringannya untuk dikembangkan dari struktur transport yang bersifat pasif pada PDH ke dalam jaringan lain yang secara aktif mentransportasikan dan mengatur informasi. Selain dua keuntungan tersebut, SDH juga memiliki beberapa keuntungan lainnya , diantaranya adalah:Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

12

a. Self-healing, yakni pengarahan ulang (rerouting) lalu lintas komunikasi

secara otomatis tanpa interupsi layanan. b. Provisi yang cepat. c. Akses yang fleksibel, manajemen yang fleksibel dari berbagai lebarpita tetap ke tempat-tempat pelanggan. d. Kemampuan memberikan informasi (detail alarm) dalam menganalisis masalah yang terjadi pada sistem.e. Standar SDH juga membantu kreasi struktur jaringan yang terbuka,

sangat dibutuhkan dalam lingkup yang kompetitif sekarang ini bagi perusahaan-perusahaan penyedia layanan telekomunikasi.

B. Struktur Frame SDH Struktur frame terendah yang didefinisikan dalam standar SDH adalah STM-1 (Synchronous Transport Module level 1) dengan laju bit 155,520 Mbit/s (155 Mbps).Ini berarti STM-1 terdiri dari 2430 byte dengan durasi frame 125 s.Bit rate atau kecepatan transmisi untuk level STM-N yang lebih tinggi juga telah distandarisasi sebagai kelipatan bulat (1, 4, 16 dan 64) dari N x 155,520 Mbps, seperti yang terdapat pada Tabel1.

Standar Frame STM 1 STM 4 STM 16 STM 64

Standar Kecepatan 155,520 Mbps (155 Mbps) 622,080 Mbps (622 Mbps) 2.488,320 Mbps (2,5 Gbps) 9.953,280 Mbps (10 Gbps)

Tabel 2.1 Standar Frame dan Kecepatan SDH 1. Devinisi Container

Setiap sinyal tributary akan disusun ke dalam suatu container terlebih dahulu sebelum ditransmisikan dalam struktur frame STM-1.Pengertian Container adalahKompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

13

suatu kapasitas transmisi yang besarnya sudah ditentukan yang digunakan untuk keperluan transmisi sinyal tributary kedalam jaringan sinkron. Besarnya container diberikan dalam byte.Setiap container mempunyai selang waktu 125 S Jenis container adalah sebagai berikut :

Symbol C-11 C-12 C-2 C-3 C-4

Untuk mentransmisikan sinyal 1544 Kbit/s 2048 Kbit/s 6312 Kbit/s 34368 Kbit/s 139264 Kbit/s

Tabel 2.2 Jenis Container.

Sinyal sinyal tributary akan dipak kedalam salah satu container tersebut dan selanjutnya akan ditempatkan kedalam frame STM-1.Kapasitas transmisi dari container selalu lebih besar dari kapasitas sinyal tributary ( PDH ) sehingga dalam proses pengepakan ( mapping ) digunakan teknik stuffing. Jadi container berisi : a.Blok informasi ( misalnya sinyal PDH ) b.Fixed Stuff Bytes/bits Yaitu byte-byte atau bit-bit yang hanya dipakai untuk memenuhi satu container yang sifatnya tetap ( Fixed stuff ) dan tidak berisi informasi.Bytebyte atau bit-bit ini berfungsi untuk menyesuaikan bitrate dari sinyal PDH kedalam bitrate dari container c.Justification opportunity bits Yaitu bit-bit yang dipergunakan untuk penyesuaian yang lebih akurat, bit-bit ini dapat berisi informasi atau bit-bit kosong tergantung kebutuhan. d.Justification control bitsKompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

14

Yaitu bit-bit pengontrol stuffing untuk memberitahu penerima apakah justification opportunity bits berisi informasi atau hanya bit-bit stuffing.

2.

Virtual Container Setiap container akan diberi byte-byte tambahan untuk keperluan

pengawasan container didalam suatu path ( Path overead ). Gabungan container dengan POH nya dinamakan Virtual Container ( VC ). VC merupakan struktur informasi yang tidak berubah selama transmisinya didalam suatu path tertentu. VC mensupport hubungan pada path layer. Didalam POH terdapat byte-byte yang fungsinya memonitor dan mengendalikan container yang bersangkutan selama proses transmisi sinyal dari pengirim ke penerima. Virtual Container dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu VC orde rendah ( Low order VC/ LO-VC ) dan VC orde tinggi ( High order VC/ HOVC ).VC yang harus disusun lagi ketingkat yang lebih tinggi termasuk dalam LO-VC sedangkan VC yang langsung disusun kedalam frame STM-1 termasuk HO-V. A.Administrative Unit (AU) Virtual Container yang masuk kategori HO-VC ( VC-3 dan VC-4 ) akan langsung dususun kedalam frame STM-1. Didalam frame STM-1 terdapat blok pointer ( Blok AU-PTR ) yang menunjukkan hubungan fasa ( posisi ) antara HO-VC dengan frame STM-1. Bagian dari frame STM-1 dimana posisi HO-VC bersifat fleksibel dinamakan AU. AU merupakan struktur informasi yang memberikan fungsi adaptasi antara higher order path layer dan multiplex section layer. AU-PTR menunjukkan posisi HO-VC sendiri merupakan bagian dari frame STM-1. Ada dua jenis AU yaitu AU-4 dan AU-3. Dalam frame STM-1 bisa terdapat 1 x AU-4 atau 3 x AU-3.Penempatan VC-3 bisa langsung kedalam frame STM-1 melalui AU-3 atau secara tidak langsung melalui AU-4 dimana 3 buah VC-3 disusun kedalam satu VC-4.Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

didalam AU, sedangkan AU

15

B.Administrative Unit Group (AUG) Beberapa AU dapat disusun secara byte interlaved menjadi satu AUG.AUG bisa dikatakan STM-1 tanpa SOH.Satu AUG bisa terdiri 1 x AU-4 atau 3 x AU-3a.

Tributary Unit ( TU ) Semua VC kecuali VC-4 bisa digabungkan kedalam satu VC yang lebih besar.Posisi VC yang kecil ( LO-VC ) didalam VC yang lebih besar ( HOVC ) sifatnya fleksibel. Untuk itu diperlukan pointer. Isi dari TU adalah LO-VC ditambah/ plus pointernya ( TU-pointer ). TU sendiri merupakan bagian dari HO-VC.Terdapat 4 jenis TU yaitu TU-11, TU-12, TU-2 dan TU-3

b.

Tributary Unit Group ( TUG ) Sebelum digabungkan kedalam HO-VC , beberapa TU terlebih dahulu digabungkan menjadi satu ( multipleksing byte per byte ) dan dinamakan TUG.Ada dua jenis TUG yaitu TUG-2 dan TUG-3.

C. Struktur Frame STM-1

Frame STM-1 terdiri dari 2430 byte ( 270 kolom x 9 baris )yang bila digambarkan secara dua demensi terdiri dari 270 kolom dan 9 baris. Interval waktu untuk setiap frame sebesar 125 S (Microsecond) dengan Frekuensi frame sebesar 8 KHz.Kapasitas transmisi setiap bytenya adalah 64 Kbit/s. Frame STM-1 terdiri dari 3 blok dasar yaitua.

Blok Section Over Head ( SOH ) sebagai transport information

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

16

b. c.

Blok Payload (sinyal isformasi) Blok Pointer (Initial adress of Payload)

Gambar 2.7 Frame STM-1

Byte-byte dalam frame STM-1 ditransmisikan baris perbaris, dimulai baris pertama kolom pertama sampai baris pertama kolom 270 ( terakhir ), kemudian baris kedua kolom kolom pertama sampai baris kedua kolom 270 ( terakhir ) dan seterusnya sampai baris terakhir kolom pertama sampai baris terakhir kolom 270 (terakhir) 1. Overhead Fungsi oeverhead secara umum adalah :

Turut serta dalam proses pembentukan Frame Mengawasi proses transmisi sinyal informasi dari pengirim sampai penerima Memonitor terjadinya kesalahan, misalnya kesalahan konfigurasi pada operator Melakukan fungsi maintenance Melakukan fungsi controlling

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

17

Overhead ada 2 macam yaitu : a. Section Overhead (SOH) Section Overhead terletak pada 9 kolom awal sebagai monitoring, maintenance, dan servis. Terbagi menjadi dua berdasarkan fungsinya, yaitu:

Regeneration Section Overhead (RSOH) berfungsi untuk memonitor regeneration section dari SDH. Terletak pada baris ke 1 sampai 3 dan kolom ke 1 sampai 9.

Multiplex

Section

Overhead

(MSOH)

berfungsi

untuk

memonitor multiplex section dari SDH. Terletak pada baris ke 5 sampai 9 dan kolom ke 1 sampai 9. b. Path Overhead (POH) Path Overhead terletak pada VC ( Virtual Container ). Berfungsi sebagai label VC , error checking dan path status. Terbagi menjadi 2 berdasarkan letaknya, yaitu:

High Order Path Overhead ( HPOH ), merupakan POH untuk beberapa VC-12. Low Order Path Overhead ( LPOH ), merupakan POH untuk VC-12

2. Pointer Digunakan untuk mengindentifikasikan awal alamat dari informasi.Hubungan fasa antara byte-byte informasi dan frame SDH ditunjukan dengan pointer.Dengan teknik pointer byte-byte informasi dapat diambil secra tepat melalui proses demultiplex.Dengan adanya pointer ini sangat memudahkan pengaturan jaringan secara tersentralisasi. 3. Information Payload Berisikan sinyal-sinyal informasi/tributary yang berukuran 9x 261byte. D. Sistem Pemultipeksan Pada SDH

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

18

1.

Container Mapping AU-4 kedalam STM-1 VC-4 didesign untuk mentransmisikan sinyal 140 Mbit/s. Setiap VC-4

akan disusun kedalam frame AU-4. AU-4 berisi VC-4 plus AU-4-PTR ( Pointer ). Kapasitas VC-4 adalah satu container C-4 ( 9 x 260 byte ) ditambah 9 byte VC-4 POH. Dengan adanya AU-4 PTR maka posisi VC-4 didalam AU-4 bersifat flesibel.AU-4 PTR menunjukkan posisi byte pertama dari VC-4 POH. Pengalamatan dilakukan oleh AU-4 PTR setiap 3 byte.

AU-3 dalam STM-1 VC-3 didesign untuk mentransmisikan sinyal 34 Mbit/s atau 45 (

Mbit/s.Dalam satu frame STM-1 bisa ditransmisikan 3 VC-3 melalui 3 x AU3.Satu VC-3 berisi satu C-3 container ( 9 x 84 byte ) ditambah satu kolom 9 byte ) VC-3 POH. Kapasitas transmisi AU-3 ( 87 kolom ) lebih besar dari VC-3 ( 85 kolom ).Sehingga diperlukan 2 byte pengisi ( fixed stuff ) untuk penyesuaian.3 x AU-3 akan digabungkan secara byte perbyte kedalam frame STM-1 . Setiap AU-3 mempunyai 3 byte untuk pointer.Pointer tersebut menunjukkan byte pertama dari VC-3 POH

AUG dalam STM-1 AUG berukuran 9 X 261 + 9 byte , bisa berisi satu AU-4 atau 3 buah

AU-3. Gabungan AUG dan SOH membentuk frame STM-1.

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

19

Gambar 2.8 Struktur Sinyal SDH 2. Mapping sinyal Plesiokron

Sinyal Plesiokron dimasukkan kedalam container , yang bitratenya lebih besar melalui justifikasi bit per bit maupun byte per byte.Bitrate Container selalu lebih besar daripada bitrate sinyal plesiokronnya. Didalam Container terdapat : a.Bit-bit informasi ( I ) b.Bit S , yang bisa dikontrol sebagai Stuffing Bit atau bit informasi c.Justification Control Bit ( C ), untuk mengontrol Stuffing d.Overhead bit ( O ) e.Bit Stuffing yang tetap ( R ) Stuffing bit (R) yang posisinya sudah tetap digunakan untuk penyesuaian secara kasar, sedangan untuk penyesuaian secara detail digunakan bit-bit S. Susunan bit-bit didalam container adalah tetap sehingga dinamakan Mapping

Mapping sinyal 2 Mbit/s kedalam C-12 Karena kapasitas container dibuat lebih besar dari pada kapasitas sinyal-

sinyal PDH,maka mapping sinyal-sinyal PDH kedalam container selalu dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit yang dibutuhkan,untuk menyamakan kapasitas sinyal-sinyal PDH dengan kapasitas container. Lihat gambar berikut:

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

20

Sinyal PDH Ditambahkan bit-bit

Container (C)

Cn

Gambar 2.9 Mapping Sinyal PDH kedalam Container

3.

Proses Aligning

Aligning VC Kedalam Tributary Unit ( TU ) Proses aligning sinyal-sinyal virtual container ( VC ) kedalam Tributay Unit ( TU ) dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit Pointer ( PTR ) kedalam sinya-sinyal VC.Proses ini berlaku untuk VC-12 dan VC-3.

Lihat gambar berikut : Sinyal VC Tributary Unit ( TU )

Ditambah Bit-bit Pointer Gambar 2.10 Aligning Sinyal VC Kedalam TU

2.2.5 Jenis Konektor Fiber Optik Konektor digunakan untuk menghubungkan perangkat jaringan dengan kabel fiber optik juga merupakan faktor yang sangat penting untuk lancarnya komunikasi.Konektor juga yang akan berfungsi untuk menjaga agar serat optik dalam kabel bisa terhubung dengan baik ke perangakt transmitter maupun

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

21

perangakt receiver tanpa ada gangguan dan masalah dalam hubungan.Ada beberapa konektor yang biasa atau sering digunakan,yaitu : Fiber Connector ( konektor FC )

Gambar 2.11 Konektor FC

Konektor FC digunakan untuk kabel single mode dengan akurasi yang sangat tinggi dalam menghubungkan kabel dengan perangkat.

Square Connector ( konektor SC )

Gambar 2.12 Konektor SC

Konektor SC digunakan untuk kabel single mode dan bisa dicopot pasang.Konektor ini tidak terlalu mahal,simple dan dapat diatur secara manual akurasinya dengan perangkat.

Lucent Connector ( konektor LC )

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

22

Gambar 2.13 Konektor LC

Konektor LC juga di gunakan untuk kabel single mode,konektor ini hampir sama seperti konektor SC,tetapi pada konketor LC memiliki pengunci dibagian atasnya.

2.3. Kompetensi Keahlian 2.3.1 Pengertian Re-engineering Link Re-engineering link adalah melakukan setting kembali pada perangkat yang sudah ada agar perangkat tersebut kembali memiliki performa yang baik.Dalam pelaksanaan ini tanpa menambah kapasitas link namun hanya memperbaiki performa perangkat agar kembali baik. Dalam pelaksanaannya,kita harus mengetahui link yang akan dilakukan re-engineering agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan crossconnect maka seorang teknisi harus mengetahui konfigurasi link dan pemakaian trafik dalam link. 2.3.2 Persiapan Sebelum melakukan aktivasi ,kita harus mempersiapkan bahan dan alat yang akan kita bawa ke site yaitu sebagai berikut :

Patchord SC to LC

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

23

Transceiver Tellabs Kabel UTP Tipe Cross Over Krone LSA BER Test Laptop Kabel E1

Gambar 2.14 Transceiver Tellabs dan Krone LSA

Gambar 2.15 BER Test dan Patchcord SC to LC

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

24

Gambar 2.16 Kabel Cross Over dan Kabel E-1

UTP

2.3.3 Mengkoneksikan Power dengan Tellabs

Hopper

Proses koneksi ini merupakan menghubungkan perangkat radio Power Hopper ) dengan multiplexer ( Tellabs ).Media

(

untuk

mengkoneksikan yaitu menggunakan kabel patch cord SC to LC yang menghubungkan kedua sisi perangkat. Berikut langkah-langkah melakukan koneksi yaitu : 1. Buka karet pelindung pada IDM ( In Door Module ). 2. Lalu masukkan kabel patch cord tipe SC ke IDM3. Rapikan tata letak kabel patch cord dengan memasukkan ujung yang

lain pada inlet ( Rak kabel ).4. Masukkan Tranceiver Tellabs kedalam SIMX( SDH Interface and

Cross-connection Module ).5. Masukkan kabel patch cord tipe LC ke dalam SIMX pada Tellabs.

6. Pastikan bahwa kabel patch cord tidak mengalami banding.

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

25

Gambar 2.17 Koneksi pada Power Hopper dan Koneksi pada Tellabs

2.3.4 Proses Crossconect 1+1 BSC Prima Harapan-BTS Perjuangan A.Add NE ( Network Element ) Prima Harapan

Koneksikan Controller ) .

laptop

dengan

Tellabs

dengan

kabel

UTP

(Unshielded Twisted Pair ) jenis cross over ke IDC (In Door

Buka Software Tellabs 6300 Extended Craft Terminal Lalu klik Add NE ,Lalu masukan NE Name (BSC Prima Harapan) kemudian Next

Lalu masukan Area ( 490001 ) Node ID ( NSAP number yang ada diatas Port RJ45 BSC Prima Harapan NSAP ( Network Service Access Point ) Address : 00A082FA2CCC01) lalu klik Finish.

Kemudian Extended Craft Terminal akan seperti gambar dibawah ini:

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

26

Gambar 2.18 Extended Craft Terminal Prima Harapan

B.Setting Traffic Management Setelah NE sudah terdapat pada Extended Craft Terminal langkah selanjutnya melakukan setting traffic management untuk melakukan koneksi dengan site lain yang ini dituju.Yang bertujuan agar antara site A bisa berkomunikasi dengan site B ataupun memantau site lain.Berikut langkahnya :

Double klik BSC Prima Harapan yang ada di Extended Craft Terminal Buka Element Management lalu click Traffic Management Klik STMN O 0001 lalu klik Attribute lalu checklist Enable Trail Trace Identifier ketik nama site ( BSC Prima Harapan ). lalu checklist dihilangkan lagi dan klik apply. Tunggu beberapa saat kemudian klik Refresh.

Berikut adalah perbedaan yang terlihat sebelum dan setelah di setting Traffic Management :

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

27

Gambar 2.19 Sebelum di Setting Traffic Management

Gambar 2.20 Setelah di Setting Traffic Management

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

28

C.Setting Crossconnect E1 Setelah Setting Traffic Management selesai maka kita baru dapat melakukan Setting Crossconnect untuk menghubungkan antar sinyal 2 Mbps dari site A ke Site B melaui software Tellabs 6300 Extended .Dalam setting Crossconnect E1 kali ini menggunakan konfigurasi 1+1 yang artinya 1 STM-1 sebagai main sedangakan 1 STM-2 sebagai proteksi.Hal ini di ambil karena lebih efektif menggunakan konfigurasi 1+1 dari pada konfigusi 2+0 sebab kepadatan traffic di daerah cakupan masih belum padat. Berikut adalah data yang akan di setting Crossconnect :a) [00-0-05 PIM1] di Crossconnect ke VC4 00X(0= STM1 ke-

1,1=STM1 ke-2) TUG 3-1b) [00-0-04 PIM1] di Crossconnect ke VC4 00X(0= STM1 ke-

1,1=STM1 ke-2) TUG 3-2c) [00-0-02 PIM1] di Crossconnect ke VC4 00X(0= STM1 ke-

1,1=STM1 ke-2) TUG 3-3 Penjelasan :

PIM ( PDH Interface Module ) PIM merupakan output dari Tellabs yang arahnya ke DDF.Setiap PIM memiliki kapasitas 21 E1.

VC4 ( Virtual Container ) VC4 sama dengan 1 STM yaitu 63 E-1.Dalam 1 VC4 terdapat 3 TUG yaitu TUG 3-1,TUG 3-2 dan TUG 3-3.VC4 merupakan output dari Power Hopper yang terhubung ke Tellabs.

TUG3 ( Tributary Unit Group ) Merupakan gabungan dari beberapa TU ( Tributary Unit ).Dalam setiap TUG3 memiliki kapsitas 21 E1 yang merupakan turunan dari VC4.

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

29

Setelah kita mengetahui tujuan dan konfigurasi apa yang akan digunakan maka tahap selanjutnya yaitu setting Crossconect E1 dari sisi BSC Prima Harapan ke BTS Perjuangan dan sebaliknya.Berikut langkah-langkah setting Crossconect yaitu :

Double klik BSC Prima Harapan yang ada di extended Craft Terminal Buka Element Management lalu click Traffic Management. Klik [00-0-05 PIM1] sebagai destination lalu tekan ctrl+klik 3-1 ( pada VC4 000 ) sebagai source lalu tekan ctrl+klik pada VC4 001 ) sebagai protection. TUG TUG 3-1 (

kemudian klik crossconnect & klik connect. Klik OK.

Gambar 2.21 Setting Crossconect

Sedangkan untuk [00-0-04 PIM1] yaitu Klik [00-0-04 PIM1] sebagai destination lalu tekan ctrl+klik TUG 3-2 ( pada VC4 000 ) sebagai source lalu tekan ctrl+klik protection. TUG 3-2 ( pada VC4 001 ) sebagai

Kemudian klik Crossconnect & klik connect. Klik OK.

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

30

Dan untuk [00-0-02 PIM1] mengikuti cara dan konfigurasi di atas.

Gambar 2.22 Hasil Setting Crossconect

2.3.4 Menguji Hasil Re-engineering (Check E1 dgn BER Test)

Tahap terakhir dalam melakukan Re-engineering yaitu dengan uji kelurusan,apakah sinyal yang dikirim oleh transmitter bisa di terima oleh receiver.Uji kelurusan itu sendiri dengan melakukan BER test pada DDF kemudian di loop local dengan software untuk mengetahui apakah sinyal yang dikirim tembus ke sisi lawan. Konfigurasi E1 : [00-0-05] PIM1 Card E1 21 ke -1 ( E1 1-21 ) [00-0-04] PIM1 Card E1 21 ke -2 ( E1 22-42 ) [00-0-02] PIM1 Card E1 21 ke -3 ( E1 43-63 ) Berikut langkah untuk melakukan uji kelurusan link yaitu :

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

31

Double klik BSC Prima Harapan yang ada di extended Craft Terminal Buka Element Management lalu click Traffic Management. Klik [00-0-05] PIM1 (21E1 pertama) lalu klik 2 Mbit/s 001 (E1 ke-1 dari 21E1 pertama) Klik Attribute lalu lihat pada kolom physical layer ubah pada kolom loopback dari off menjadi line lalu klik OK.

Gambar 2.23 Loop Local pada Software Tellabs

Setelah di loop dengan software siapkan BER test yang telah terpasang dengan kabel E1 lalu hidupkan. Lalu pasang kabel E1 tersebut ke port DDF yang akan di ukur. Lihat monitor yang muncul pada BER test jika bagus atau lurus maka akan muncul OK pada monitor ( Gambar 2.21 ). Jika terjadi masalah maka akan muncul alarm pada monitor. Jika pada saat diloop dengan software dan BER test menunjukkan

alarm P-AIS maka terjadi putus pada sisi kita ( Gambar 2.22 ).Hal yang mesti dilakukan yaitu mengecek kemungkinan kesalahan dalam mengkoneksikan pada port DDF yang di sebabkan susunan DDF yangKompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

32

tidak urut maka kita harus mencoba melakukan loop fisik pada setiap port DDF dalam satu rack. Dalam melakukan loop harus satu persatu agar mengetahui susunan yang sebenarnya pada port DDF. Jika sudah ketemu port yang tertukar maka label port agar mudah untuk diidentifikasi. Sedangkan cara lain untuk mengatasi alarm P-AIS yaitu mengecek integrasi pada port DDF mungkin kurang kencang.Untuk menyelesaikannya maka integrasi ulang ataupun pindah port.

Gambar 2.24 Tampilan pada BER test jika kondisi bagus

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010

33

Gambar 2.25 Tampilan pada BER test jika kondisi tidak bagus

Kompetensi Keahlian Teknik Transmisi SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta 2010