2
BAB I PENDAHULUAN Anemia ialah berkurangnya jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin atau kadar hematokrit dalam darah tepi di bawah nilai normal sesuai umur dan jenis kelamin penderita, sehingga eritrosit tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh gangguan pembentukaan eritrosit oleh sumsum tulang, perdarahan dan proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis). Jika kecepatan destruksi melebihi kapasitas sumsum tulang untuk memproduksi eritrosit, maka akan terjadi anemia. Anemia pada anemia hemolitik sebagian besar bersifat normokromik normositer, tetapi dapat juga bersifat hipokromik mikrositer, seperti pada thalassemia. Penurunan kadar hemoglobin sangat bervariasi, mulai dari berat sampai ringan dan dapat berlangsung cepat, tetapi dapat juga berlangsung secara perlahan- lahan, seperti pada anemia hemolitik kronik.

BAB I1 Anemia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

free

Citation preview

Page 1: BAB I1 Anemia

BAB I

PENDAHULUAN

Anemia ialah berkurangnya jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin atau kadar

hematokrit dalam darah tepi di bawah nilai normal sesuai umur dan jenis kelamin penderita,

sehingga eritrosit tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang

cukup ke jaringan perifer.

Pada dasarnya anemia disebabkan oleh gangguan pembentukaan eritrosit oleh sumsum

tulang, perdarahan dan proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya

(hemolisis). Jika kecepatan destruksi melebihi kapasitas sumsum tulang untuk memproduksi

eritrosit, maka akan terjadi anemia.

Anemia pada anemia hemolitik sebagian besar bersifat normokromik normositer, tetapi

dapat juga bersifat hipokromik mikrositer, seperti pada thalassemia. Penurunan kadar

hemoglobin sangat bervariasi, mulai dari berat sampai ringan dan dapat berlangsung cepat, tetapi

dapat juga berlangsung secara perlahan-lahan, seperti pada anemia hemolitik kronik.

Angka kejadian tahunan anemia hemolitik autoimun dilaporkan mencapai 1/100.000

orang pada populasi secara umum. Sferositosis herediter merupakan anemia hemolitik yang

paling sering dijumpai, angka kejadiannya mencapai 1/5000 orang di negara Eropa, di Indonesia

belum diketahui dengan pasti.