25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil renungan seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulis. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Negara Indonesia sangat akrab dengan dunia karya sastra. Perkembangan karya sastra itu sendiri juga mengalami perkembangan pada generasi ke generasi akan tetapi tidak melupakan fungsi utama dari karya sastra itu sendiri yaitu selain sebagai hiburan, karya sastra juga harus berisi pelajaran untuk penikmat karya sastra itu sendiri. Bentuk karya sastra beragam yakni ada jenis prosa dan puisi. Puisi merupakan suatu karangan terikat yang terikat pada aturan-aturan yang ketat (Pradopo, 2007:306). Puisi sebagai salah satu karya seni sastra tentu dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur- unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan Puisi itu dapat dikaji jenis- jenis atau ragam-ragamnya, mengingat ada beragam-ragam puisi. Puisi dapat juga dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan (Pradopo, 2007:1). Masyarakat Jawa menganal puisi Jawa dengan dengan nama geguritan. Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti tulis, jadi geguritan adalah yang 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

  • Upload
    others

  • View
    44

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan hasil renungan seorang pengarang yang

dituangkan dalam bentuk tulis. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni

kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Negara Indonesia sangat akrab

dengan dunia karya sastra. Perkembangan karya sastra itu sendiri juga mengalami

perkembangan pada generasi ke generasi akan tetapi tidak melupakan fungsi

utama dari karya sastra itu sendiri yaitu selain sebagai hiburan, karya sastra juga

harus berisi pelajaran untuk penikmat karya sastra itu sendiri. Bentuk karya sastra

beragam yakni ada jenis prosa dan puisi.

Puisi merupakan suatu karangan terikat yang terikat pada aturan-aturan

yang ketat (Pradopo, 2007:306). Puisi sebagai salah satu karya seni sastra tentu

dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-

unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari

bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan Puisi itu dapat dikaji jenis-

jenis atau ragam-ragamnya, mengingat ada beragam-ragam puisi. Puisi dapat juga

dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari

waktu ke waktu puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan (Pradopo,

2007:1).

Masyarakat Jawa menganal puisi Jawa dengan dengan nama geguritan.

Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti tulis, jadi geguritan adalah yang

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

2

ditulis atau tembang yang dikarang, tetapi secara luas geguritan berarti membuat

atau mengarang tembang atau melagukan tembang. Masyarakat Jawa selain

menganal geguritan juga mengenal macapat. Perbedaan antara geguritan dan

macapat terletak pada aturan tembang yaitu guru lagu, guru gatra, dan guru

wilangan.

Geguritan seringkali dijadikan pengarang sebagai media dalam

menuangkan pikiran dan juga kegelisahan yang dialami. Berbagai macam

peristiwa yang terjadi mampu diubah dalam bentuk suatu karya sastra, dengan

demikian karya sastra yang diciptakan pengarang tidak pernah terlepas dari

permasalahan yang dialami seorang pengarang itu sendiri. Hal ini yang dilakukan

seorang sastrawan bernama Wieranta. Wieranta merupakan salah satu sastrawan

yang aktif dalam membuat karya sastra baik berupa puisi, cerpen, dan geguritan.

Hasil karya Wiranta banyak yang diterbitkan dalam bentuk cetak, diantaranya

adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan

geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup pengarang

serta kritik sosial pengarang terhadap keadaan lingkungan. Bentuk kasih sayang

pengarang terhadap sang anak yang terdapat dalam kumpulan Dongeng Saka

Pabaratan akan dijadikan sorotan utama dalam penelitian ini. Kumpulan

geguritan yang ada akan dikaji secara semiotika.

Bentuk kasih sayang yang terdapat dalam geguritan karya Wieranta

merupakan bentuk kewajaran antara orang tua terhadap anak. Setiap orang tua

akan merasakan sedih apabila anaknya sedang merasakan sakit. Salah satu contoh

geguritan karya Wieranta yang bertema kasih sayang orang tua terhadap anak

berjudul Lare Lara seperti yang terpapar di bawah ini.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

3

Kutipan:

Kapan weruh gegambarane

Ati kekiris kaya

Hem, ngene perihe

Ngrasakake lare kang lagi lara

Wus sayah angine

Leren ana sangisore wit-witan

Hem, ngene lelakone

Yen lagi kena kacintrakan

Terjemahan:

Kapan melihat keadaan

Hati seperti teriris

Seperti ini perihnya

Merasakan anak yang sedang sakit

Sudah lelah anginnya

Beristirahat di bawah pepohonan

Seperti ini jalannya

Kalau sedang mendapat cobaan

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa seorang ayah merasa sangat

sedih apabila sang buah hati sedang dilanda sakit. Tidak hanya sang ayah, tetapi

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

4

ibu, nenek, dan seluruh keluarga juga ikut merasakan sakit apabila sang anak

sedang sakit meskipun sakit yang dirasakan berbeda. Orang tua akan

mengupayakan yang terbaik agar sang anak kembali sembuh dan dapat

beraktivitas lagi seperti sedia kala.

Pemilihan kumpulan puisi karya Wieranta sebagai objek penelitian

diantaranya adalah: pertama, geguritan merupakan salah satu karya sastra jawa

yang perlu dipertahankan agar tidak punah atau hilang tertelan jaman. Kedua,

tema tentang kasih sayang orang tua terhadap anak merupakan tema yang sangat

dekat dengan kehidupan sehari-hari karena setiap anak pasti terlahir dari kedua

orang tua. Ketiga, wieranta merupakan salah satu pengarang yang produktif dalam

berkarya, di sela-sela kesibukannya seagai seorang dosen, beliau masih bisa

menyisihkan waktu untuk menciptakan karya sastra.

Penelitian terhadap geguritan sudah banyak dilakukan. Geguritan juga

sudah cukup banyak dijadikan sebagai objek penelitian skripsi. Diantaranya

adalah:

1. Sumari (2014) dalam skripsinya yang berjudul Kritik Sosial dalam

Kumpulan Geguritan Puser Bumi Karya Gampang Prawoto (Tinjauan

Semiotika Michael Riffaterre). Penelitian tersebut membahas

mengenai struktur geguritan, makna geguritan, dan kritik sosial.

2. Dessi Apriliya Ningrum (2013) dalam skripsinya yang berjudul Aspek

Religius dalam Geguritan Irul S Budianto (Tinjauan Semiotika

Michael Riffaterre). Penelitian tersebut membahas mengenai struktur

geguritan, aspek religius geguritan, dan makna dari kedua puluh enam

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

5

geguritan karya Irul S Budianto bagi pembangunan spiritual

masyarakat.

3. Nandia Nessa Lestari (2012) dalam skripsinya yang berjudul

Religiositas dalam Kumpulan Geguritan Alam Sawegung Karya Sudi

Yatmana (Tinjauan Semiotika), yang membahas tentang struktur

geguritan, makna geguritan serta keunikan nilai religius yang

diungkapkan Sudi Yatmana dalam geguritan karyanya yang terkumpul

dalam Kumpulan geguritan Alam Sawegung.

Kesamaan antara penelitian ini terhadap penelitian terdahulu adalah

tinjauan yang sama. Tinjuan yang digunakan adalah tinjauan semiotika. Dalam

penelitian iini penulis akan menganalisis mendalam dan mengungkap makna

geguritan secara semiotik. Penulis dalam penelitian ini menghubungkan makna

geguritan dan bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak.

Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik Riffatere karena

geguritan Wieranta mengandung berbagai tanda yang merangkai makna. Dengan

semiotika Riffatere, tanda-tanda yang ada dalam geguritan dapat diurai dan

pemaknaan menyeluruh. Semiotika Riffatere (dalam Pradopo, 1995:318)

menyoroti tentang tiga hal yaitu penggantian arti (displacing of meaning),

penyimpangan arti (distorting of meaning) dan penciptaan arti (creating of

meaning).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

strukturalisme yang berdasakan konsep semiotika, karena dengan menggunakan

konsep ini dapat diketahui tanda-tanda kebahasaan yang terkandung di dalam

geguritan. Suatu penelitian haruslah dapat melakukan suatu pendekatan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

6

Pendekatan adalah cara memandang suatu hal, dan pendekatan sastra pada

dasarnya adalah memahami jenis sastra tertentu sesuai dengan sifatnya.

Berdasarkan konsep semiotika, yaitu dengan menganalisis karya

berdasarkan satuan-satuan tanda yang bermakna dengan tidak melupakan

hubungan fungsi satuan tanda tersebut (Pradopo, 2005:118). Dalam pendekatan

strukturalisme dinamika sastra tidak lepas dari konvensi-konvensi masyarakat,

baik masyarakat sastra maupun masyarakat pada umumnya, dan dipandang

sebagai suatu sistem tanda yang bermakna.

Berdasarkan tema yang diangkat yaitu tentang kacintaan Wieranta

terhadap sang anak, maka geguritan Wieranta tersebut akan diteliti lebih lanjut

dengan judul Bentuk Kasih Sayang Orang Tua kepada Anak dalam Kumpulan

Geguritan Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta (Tinjauan Semiotika).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka dirumuskan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ciri ketidak langsungan puisi dalam tujuh geguritan karya

Wieranta berdasarkan teori Michael Riffaterre berupa penggantian arti,

penyimpangan arti, dan penciptaan arti?

2. Bagaimana makna tujuh geguritan dalam kumpulan geguritan Dongeng Saka

Pabaratan Karya Wieranta?

3. Bagaimanakah bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak dalam kumpulan

geguritan Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

7

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu mewujudkan beberapa tujuan yang ingin

dicapai berdasarkan rumusan masalah di atas. adapun tujuan dalam penelitian ini

adalah:

1. Mendeskripsikan ciri ketidak langsungan puisi dalam tujuh geguritan karya

Wieranta berdasarkan teori Michael Riffaterre berupa penggantian arti,

penyimpangan arti, dan penciptaan arti.

2. Mendeskripsikan makna tujuh geguritan dalam kumpulan geguritan

Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta.

3. Mendeskripsikan bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak dalam

kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan Karya Wieranta.

D. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis menitik beratkan pada tinjauan Semiotika,

penelitian Semiotika digunakan untuk meneliti geguritan karya Wieranta yang

ditulis dalam buku Kumpulan Geguritan dengan judul buku Dongeng Saka

Pabaratan.

Tinjauan Semiotika dalam penelitian ini guna mengetahui struktur dan

keunikan yang ada dalam puisi Dongeng Saka Pambabaran karya Wieranta yang

bertemakan kasih sayang orang tua kepada anak.

Pemilihan geguritan karya Wieranta sebagai objek dikarenakan Wieranta

termasuk penulis geguritan yang aktif. Wieranta merupakan dosen dari

Universitas Sebelas Maret sehingga mempermudah untuk mendapatkan data

dalam penelitian ini.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

8

E. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian hendaknya mampu memberikan manfaat baik secara

teoretis maupun praktis. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah kajian

puisi Jawa atau geguritan terutama melalui sudut pandang semiotika

menurut Michael Riffattere. Selain itu juga diharapkan mampu

menambah wawasan tentang studi analisis sastra Jawa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pembaca

mengenai bagaimana bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak

yang digambarkan dalam geguritan karya Wieranta. Selain itu hasil

dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk penelitian

sejenis.

F. Konsep Puisi dan Geguritan

Puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah (Samuel

dalam Pradopo, 2007:6). Di dalam melakukan suatu penelitian, diperlukan teori

dan pendekatan yang tepat agar sesuai dengan objek yang akan diteliti. Teori dan

konsep pendekatan yang sesuai dengan objek yang akan dikaji sangatlah

diperlukan untuk menghasilkan penelitian yang mendekati sempurna.

Setiap penyair atau penulis puisi membuat definisi masing-masing tentang

puisi, baik definisi, itu dikemukakan secara eksplisit atau tidak. Beberapa ahli

yang merumuskan pengertian puisi menggunakan berbagai pendekatan. Slamet

Mulyana mengemukakan bahwa puisi adalah sintesis dari pelbagai peristiwa

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

9

bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan pelbagai proses jiwa yang

mencari haikat pengalamannya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam

salah satu bentuk (dalam Semi, 1993:93).

Pendapat lain diungkapkan oleh Altenbernd (dalam Pradopo, 2007:5) yang

memberikan definisi bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat

penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum). Pembacaan dalam

puisi tidak dilakukan sama seperti membaca pada umumnya. Puisi juga termasuk

dalam jenis membaca indah. Hudson (dalam Waluyo, 2012: 29) berpendapat

bahwa puisi adalah karya sastra yang bersifat emosional dan imajinatif.

Tampaknya Hudson melihat puisi dari perspektif psikologis mengenai komponen-

komponen model komunikasi.

Puisi adalah karya seni sastra. Puisi merupakan salah satu bentuk karya

sastra. Rene Wellek dan Warren mengemukakan bahwa paling baik kita

memandang kesusastraan sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya

dominan, yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi seni itu karya

kebahasaan tidak dapat disebut karya (seni) sastra (dalam Pradopo, 2007:315).

Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti hakikat puisi itu. Pertama,

sifat seni atau fungsi seni, kedua kepadatan, dan ketiga ekspresi tidak langsung.

Brooks berpendapat bahwa puisi adalah cara mengungkapkan sesuatu

dengan ciri-ciri tertentu, yaitu: irama, rima, dan bahasa kias. Berdasarkan

pendapat tersebut, sebuah definisi tentang puisi dapat disusun berdasarkan jalur

sifat dan tumpuan pemaknaannya. Sifat ekspresif melihat puisi dari sudut

penciptaannya oleh penyair. Sifat objektif melihat puisi sebagai karya sastra yang

otonom, mandiri sebagai sebuah wacana puitik. Sedangkan sifat pragmatik

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

10

melihat lirik (ragam puisi) dari sudut pola harapan pembaca atau khalayak

penikmatnya (dalam Waluyo 2012:30).

Secara bahasa, bahasa dalam puisi tentu tidak ajeg (consistent). Artinya,

ada bahasa sehari-hari yang bercirikan bahasa puisi. Dan sebaliknya ada bahasa

puisi yang bercirikan bahasa sehari-hari. Bahkan ciri-ciri bahasa puisi, prosa dan

drama saling tumpang tindih. Dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa ciri

bahasa puisi menggunakan bahasa yang fungsi estetiknya dominan. Sedang

bahasa sehari-hari lebih mengacu pada fungsi kegunaan (pragmatik) (Satoto,

2012:118).

Menganalisis sastra jenis puisi sebenarnya peneliti tidak bisa mengabaikan

begitu saja faktor penulis (outhor), pembaca (reader), dan hubungan antar

keduanya. Riffaterre mengemukakan bahwa strukturalisme puisi tidak mampu

menyediakan kriteria untuk kepentingan analisis puisi yang membedakan teks

yang punya relevansi stilistika dengan tidak-tidak ada sesuatu hal yang merupakan

sarana stilistika yang dapat ditemukan secara intrinsik. Lebih lanjut Riffaterre

mengemukakan bahwa sebuah analisis yang mempunyai kriteria secara eksplisit

adalah perbuatan semena-mena dan tidak mungkin menghasilkan suatu timbangan

(penilaian yang baik) (Satoto, 2012:120).

Karya sastra Jawa sendiri terdapat karya sastra Jawa sejenis puisi yang

medianya menggunakan bahasa Jawa, puisi bahasa Jawa tersebut sering disebut

geguritan. Istilah geguritan berasal dari kata gurit (tulis, tembang), memperoleh

akhiran an yang menunjukkan arti “yang di...”. dengan demikian secara harfiah

guritan berarti yang ditulis atau tembang yang dikarang, tetapi secara luas guritan

berarti membuat atau mengarang tembang atau melagukan tembang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

11

(Padmosoekotjo, 1960:19). Meskipun demikian, sebagai suatu bentuk puisi,

guritan mempunyai aturan-aturan tertentu yakni: (1) tidak ada ketentuan guru

gatra, tetapi biasanya paling sedikit empat larik. Bisa terdiri hanya satu bait atau

lebih dan di awal guritan selalu didahului dengan pendahuluan sun nggegurit (aku

menulis). (2) tidak ada ketentuan guru wilangan, tetapi jumlah suku kata tiap larik

selalu sama. (3) jatuhnya vokal (guru lagu) masing-masing larik selalu sama

(Padmosoekotjo, 1960:20).

Geguritan berasal dari kata gurit „tembang, kidung, rerepen‟ dan dapat

dibentuk menjadi anggurit dan anggegurit. Dilihat dari bentuknya kata geguritan

atau geguritan adalah bentuk dwi purwa „perulangan suku awal‟. Maka, sebutan

yang paling tepat adalah bentuk yang paling ringkas, yaitu “guritan” jika

dibanding dengan “geguritan” (Widodo, 2012:33).

Secara sepintas bentuk puisi guritan ini lebih bebas dibanding dengan

macapat karena pola persajakan tidak terlampau ketat serta tidak ada aturan pola

persajakan berdasarkan metrum-metru tertentu. Bahkan sangat mungkin jika

guritan ini kemudian mengilhami geguritan, bentuk puisi bebas, yang kemudian

dikenal dan berkembang dalam sastra Jawa masa kini. Suripan menganggap

bahwa dalam guritan ciri yang paling menonjol adalah realitas faktual yang

diangkat tidak jauh dari kehidupan keseharian. Maka tepatlah jika istilah “guritan”

digunakan untuk menyebut puisi Jawa modern (dalam Widodo, 2012:34).

G. Struktur Puisi

Kajian strukturalisme bertujuan untuk membongkar dan memaparkan

secermat, seteliti, semendetail, dan mendalam mungkin keterkaitan dan

keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasikan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

12

makna keseluruhan itu adalah keterkaitan dari jalinan yang padu (Winarni,

2013:101). Bila kita menghadapi sebuah puisi dan kita mau menganalisis puisi

tersebut maka hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah struktur dari

puisi tersebut. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan

susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi

hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam

sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda

yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan,

dan saling bergantung (Pradopo, 2007:119).

Strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia

yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur.

Menurut pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia yang

diciptakan pengarang) lebih merupakan susunan hubungan daripada susunan

benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak

mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan makna ditentukan oleh

hubungan dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu

(Hawkes dalam Pradopo, 2007:119).

Stuktur adalah kaitan-kaitan antar kelompok-kelompok gejala

(Luxemburg, 1982: 36). Pendekatan stuktural merupakan langkah awal dalam

membongkar suatu karya sastra. Teori struktural adalah jembatan dalam seorang

peneliti dalam mengkaji lebih lanjut. Analisis struktural dalam karya sastra dapat

dilakukan dengan mengidentifikasi fungsi dan hubungan antar unsur yang

bersangkutan. Analisis struktural pada dasarnya bertujuan untuk memaparkan

secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar unsur karya sastra yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

13

menghasilkan keseluruhan unsur. Analisis struktural tidak hanya mendata unsur

tertentu dalam karya fiksi tetapi yang lebih penting adalah menunjukkan

bagaimana keterkaitan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan

terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro,

2007: 37).

Bentik fisik puisi mencakup penampilannya di atas kertas dalam bentu

nada dan larik puisi; termasuk di dalamnya irama, sajak, intonasi, pengulangan,

dan perangkat kebahasaan lainnya. Bentuk mental sendiri terdiri dari tema, urutan

logis, pola asosiasi, semua arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi.

Kedua bentuk ini, yaitu bentuk fisik dan bentuk mental, terjalin dan terkombinasi

secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi itu memantulkan

makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembacanya (Semi, 1993:107).

Bentuk fisik dan mental sebuah puisi pada dasarnya dapat pula dilihat

sebagai satu kesatuan yang terdiri dari tiga lapisan: Lapisan bunyi, yakni lapisan

lambang-lambang bahasa sastra. lapisan pertama inilah yang kita sebut sebagai

bentuk fisik puisi. Lapis arti, yakni sejumlah arti yang dilambangkan oleh struktur

atau lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan bunyi bahasa. Lapis tema, yakni

suatu “dunia” pengucapan karya sastra, sesuatu yang menjadi tujuan penyair, atau

sesuatu efek tertentu yang didambakan penyair. Lapisan arti dan tema inilah yang

dapat dianggap sebagai bentuk mental sebuah puisi (Semi, 1993:108).

H. Semiotika Michael Riffaterre

Semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda

adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman,

pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

14

sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi

kehidupan ini walaupun harus diakui bahwa bahasa adalah sistem tanda yang

paling lengkap dan sempurna. Tnda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota

badan, gerak mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan

rumah, pakaian, karya seni, sastra, lukisan, patung, film, tari, musik, dan lain-lain

yang berada di sekitar kehidupan kita. Dengan demikian, teori semiotik bersifat

multi disiplin sebagaimana diharapkan oleh Pierce agar teorinya bersifat umum

dan dapat diterapkan pada segala macam tanda. Semiotik dapat diterapkan pada

(atau: menjadi bidang garapan) linguistik, seni (dengan berbagai subdisiplinnya),

sastra, film, filsafat, antropologi, arkeologi, arsitektur, dan lain-lain

(Nurgiyantoro, 2013:67).

Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tnda. Ilmu ini menganggap bahwa

fenomena sosial/ masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.

Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang

memungkinkan tanda-tnda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra,

penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebagai sebuah penggunaan

bahasa yang bergantung pada (sifat-sifat) yang menyebabkan bermacam-macam

cara (modus) wacana mampunyai makna (dalam Winarni, 2013:121). Pendekatan

semiotik pada dasarnya adalah pengembangan dari pendekatan strukturalisme.

Semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda

(signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang

menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang

ditandai oleh petanda yakni artinya (Winarni, 2013:121).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

15

Strukturalisme terbangun oleh unsur-unsur karya sastra, teori semiotika

Michael Riffaterre tentang ketidaklangsungan pernyataan puisi dapat digunakan

sebagai pembedah struktur puisi. Michael Riffaterre (dalam Pradopo, 1995:281)

mengungkapkan bahwa puisi merupakan ekspresi tidak langsung.

Ketidaklangsungan ekspresi puisi tersebut disebabkan oleh tiga hal: 1)

penggantian arti (displacing of meaning), 2) penyimpangan arti (distorting of

meaning), dan 3) penciptaan arti (creating of meaning). Ketidaklangsungan

ekspresi puisi Riffaterre tersebut membedah unsur-unsur dalam puisi, seperti

bunyi, irama, dan kata (termasuk di dalamnya kata-kata kiasan). Maka dapat

disimpulkan bahwa ketidaklangsungan pernyataan puisi Riffaterre dapat

digunakan sebagai analisis struktural puisi. Ketidaklangsungan pernyataan puisi

tersebut yaitu.

a. Penggantian Arti (displacing of meaning)

Kata-kata kiasan puisi menggantikan arti sesuatu yang lain lebih-lebih

metafora dan metonimi. Penggantian arti suatu kata (kiasan) berarti yang lain

tidak (tidak menurut sesungguhnya) (Pradopo, 1995:210). Metafora merupakan

pergeseran dari suatu sifat ke dalam sifat lain berdasarkan asosiasi kaitan atau

asosiasi perbandingan. Sedangkan metonomi merupakan kiasan pengganti nama.

b. Penyimpangan Arti (distorting of meaning)

Menurut Riffaterre (dalam Pradopo, 1995:213) bahwa penyimpangan arti

disebabkan oleh tiga hal, yaitu ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense.

1) Ambiguitas

Ambiguitas adalah keragu-raguan atau ketidakpastian dalam menafsirkan

makna kata atau ungkapan dalam karya sastra karena adanya beberapa

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

16

kemungkinan. Adanya ambiguitas ini akan memberikan efek pada

pembaca dan efek yang timbul pada setiap pembaca berbeda-beda

dikarenakan perbedaan pengalaman batin pembaca.

2) Kontradiksi

Kontradiksi adalah salah satu cara menyampaikan sesuatu dengan

menggunakan pertentangan atau secara berlawanan. Hal ini disebabkan

oleh paradoks dan ironi. Paradoks adalah pernyataan yang tampaknya

berlawanan dengan dirinya sendiri, atau bertentangan dengan pendapat

umum, akan tetapi kalau dilihat lebih dalam, sesungguhnya mengandung

sesuatu kebenaran. Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin

mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang

terkandung dalam rangkaian kata-katanya.

3) Nonsense

Nonsense adalah kata-kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti,

sebab tidak terdapat dalam kamus bahasa. Meskipun tidak mempunyai

arti secara linguistik, tetapi mempunyai makna (significance) dalam puisi

karena konvensi puisi.

c. Penciptaan Arti (creating of meaning)

1) Simetri

Simetri adalah keseimbangan berupa persejajaran antara bait-bait atau

antara baris-baris dalam bait (Pradopo, 1995:220). Karya sastra secara

umum merupakan suatu rangkaian yang tersusun sehingga tercipta

sesuatu yang indah.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

17

2) Rima

Rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk musikalitas dan

dalam mengulang bunyi ini penyair juga mempertimbangkan lambang

bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan

suasana puisi (Waluyo, 2003:90). Rima dalam larik dapat diperinci

menjadi tiga yaitu: aliterasi, asonansi, desonansi, dan anafora.

(a) Aliterasi dimaksudkan sebagai runtutan konsonan dalam larik,

seperti: disir, kenari, lari, menari.

(b) Asonansi yaitu runtutan paroh suku kata terakhir dalam larik, seperti:

berjuang, terbang, berkembang.

(c) Desonansi adalah runtun ragangan konsonan kata dalam larik,

seperti: compang-camping, sorak-sorai.

(d) Anafora ialah runtun suku kata yang sama dengan larik, seperti:

bernyanyi, bergembira, bersama.

Rima bisa juga dibedakan menjadi rima awal, rima tengah, dan rima

akhir, ketiga rima itu diperhatikan menjadi rima terus (a a a a), rima

berpasangan (a a b b), rima bersilang (a b a b), rima berpeluk (a b b a),

dan rima putus (a a a b atau a b a c).

3) Homologues

Homologeus (persamaan posisi) ini sama dengan oersajakan dalam

pantun. Misalnya makna yang mengeras (intensitas arti) dan kejelasan

yang diciptakan oleh ulangan bunyi dan pararelisme (Pradopo, 1995:

220). Penciptaan arti telah mencakup aspek formal puisi. Homologues

tampak dalam bentuk sajak pantun yang berisi baris-baris yang sejajar,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

18

baik bentuk visual ataupun kata-katanya, persejajaran suara itu

menyebabkan timbulnya arti yang sama.

4) Enjambemen

Enjambemen adalah pemutusan kalimat untuk diletakkan pada baris

berikutnya. Pemutusan atau pelompatan kalimat ke baris berikutnya pada

puisi ini berfungsi untuk membangun satuan kata atau kalimat yang

menunjukkan suatu kandungan tertentu, atau untuk memberi tekanan

makna baris tersebut.

5) Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang paling penting antara puisi dengan

prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensi sebuah puisi. Cara

sebuah teks ditulis sebagai larik-larik yang khas menciptakan makna

tambahan. Kata-kata yang disusun yang panjang dan pendek sedemikian

bervariasi secara harmonis menimbulkan ritma yang padu. (Waluyo,

2003:97).

d. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik

Dalam memahami dan mengungkap “sesuatu” yang terdapat dalam karya

sastra, dikenal dengan adanya istilah heuristik (heuristic) dan hermeneutik

(hermeneutic). Kedua istilah itu, yang secara lengkap disebut sebagai pembacaan

heuristik dan pembacaan hermeneutik, biasanya dikaitkan dengan pendekatan

semiotik. Hubungan antara heuristik dan hermeneutik dapat dipandang sebagai

hubungan yang bersifat gradasi sebab kegiatan pembacaan dan atau kerja

hermeneutik haruslah didahului oleh pembacaan heuristik. Kerja hermeneutik,

yang oleh Riffaterre disebut juga sebagai pembacaan berkali-kali dan kritis

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

19

(Nurgiyantoro, 2013:46). Kerja heuristik merupakan pembacaan karya sastra pada

sistem semiotik tingkat pertama. Ia berupa pemahaman makna sebagaimana yang

dikonvensikan oleh bahasa (yang bersangkutan). Orang sering menyebutnya

sebagai makna yang ditunjuk kamus. Bekal yang dibutuhkan adalah pengetahuan

tentang sistem bahasa itu, kompetensi terhadap kode bahasa.

Penafsiran hermeneutik yaitu berupa pembacaan dan pemahaman pada

tataran semiotik tingkat kedua. Artinya, berdasarkan makna dari hasil kerja

heuristik di atas, dicobatafsirkan kemungkinan makna tersirat, konotasi, atau

signifikasinya. Jika pada tataran kerja heuristik dibutuhkan pengetahuan tentang

kode bahasa, pada tataran kerja hermeneutik dibutuhkan pengetahuan tentang

kode sastra (Nurgiyantoro, 2013:47).

Teeuw (1988:123) mengemukakan bahwa cara kerja hermeneutik untuk

menafsirkan karya sastra, dilakukan dengan pemahaman keseluruhan berdasarkan

unsur-unsurnya, dan sebaliknya, pemahaman unsur-unsur berdasarkan

keseluruhan. Bermula dari sinilah kemudian, antara lain, muncul istilah

hermeneutik (hermeneutic circle). Pemahaman karya sastra dengan tehnik tersebut

dapat dilakukan secara bertangga, dimulai dengan pemahaman secara keseluruhan

walau hal itu hanya bersifat sementara. Kemudian, berdasarkan pemahaman yang

diperoleh itu dilakukan kerja analisis dan pemahaman unsur-unsur intrinsiknya,

jadi bagian per bagian. Hasil pemahaman unsur-unsur intrinsik tersebut

dipergunakan untuk memahami keseluruhan karya yang bersangkutan secara lebih

baik, luas, dan kritis. Pembacaan secara berulang-ulang sampai membuat peneliti

dapat menafsirkan pertautan makna keseluruhan dan bagian-bagiannya dan makna

intensionalnya secara optimal.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

20

I. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang

menjadikan karya sastra sebagai objek penelitian. Penelitian kualitatif

menekankan pada analisis induktif, dengan deskripsi yang kaya dengan deskripsi

yang kaya dengan beragam nuansa, dan riset tentang persepsi manusia. Hal yang

perlu ditekankan dalam penelitian kualitatif adalah mencerminkan fenomenologis.

Model penelitian tersebut bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan manfaat berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6).

Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dinilai sesuai

dengan teori yang diterapkan yakni semiotika sastra. Makna karya sastra sebagai

tanda dan semiotikanya. Makna yang bertautan dengan dunia nyata. Bentuk

penelitian deskriptif kualitatif diharapkan mampu menjabarkan deskripsi dari

objek yang sedang diteliti yaitu geguritan karya Wieranta.

J. Data dan Sumber Data

1. Data

Data adalah bahan suatu penelitian (Sudaryanto, 1993:5). Data dalam

penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dalam

penelitian ini yaitu unsur struktural makna serta bentuk kasih sayang orang tua

terhadap anak yang ditulis dalam tujuh geguritan karya Wieranta yang dimuat

dalam buku Kumpulan Geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan yang ditulis

pada tahun 2014 dan sudah dipilih sesuai dengan tema yang menjadi bahan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

21

penelitian. Ketujuh geguritan tersebut yaitu, (1) Kang Lagi Nandang Roga 1, (2)

Kang Lagi Nandang Roga 2, (3) Kang Lagi Nandang Roga 3, (4) Panglocitaku,

(5) Lare Lara 1, (6) Lare Lara 2, (7) Nalika Anak Kena Lara. Adapun data

sekunder dalam penelitian ini diambil dari wawancara dan buku yang relevan.

2. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang mampu memberi informasi

mengenai data (Sutopo, 2005: 56). Sumber data yang digunakan adalah tujuh

geguritan karya Wieranta yang dimuat dalam buku Kumpulan Geguritan berjudul

Dongeng Saka Pabaratan tahun 2014. Geguritan yang dipilih berdasarkan tema

kasih sayang orang tua kepada anak yaitu: , (1) Kang Lagi Nandang Roga 1, (2)

Kang Lagi Nandang Roga 2, (3) Kang Lagi Nandang Roga 3, (4) Panglocitaku,

(5) Lare Lara 1, (6) Lare Lara 2, (7) Nalika Anak Kena Lara. Data lain juga

didapatkan dari informan penulis buku Kumpulan Geguritan Dongeng Saka

Pabaratan yaitu bapak Wieranta.

K. Teknik Sampling

Sampel penelitian merupakan sebagian populasi atau wakil dari populasi

(Arikunto, 2010:117). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu sesuai dengan objek formal penelitian yang dilakukan

(Sangidu, 2004:3). Tehnik ini digunakan, untuk memilih dari kumpulan geguritan

karya Wieranta yang ditulis dalam buku Dongeng Saka Pabaratan yang berisikan

bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

22

L. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis isi (Content Analysis) dan wawancara. Analisis isi atau content analysis

yaitu penganalisisan terhadap isi termasuk aspek-aspek yang terkandung di

dalamnya. Teknik content analysis merupakan metodologi penelitian yang

memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari

sebuah buku atau dokumen (Moleong, 1990: 61). Teknik analisis isi dokumen ini

digunakan untuk memperoleh data tentang bentuk kasih sayang orang tua kepada

anak dalam Kumpulan Geguritan Dongeng Saka Pabaratan yaitu bapak

Wieranta.

Cara kerja teknik analisis isi dokumen adalah peneliti menghimpun data

dari diawali dengan membaca tujuh geguritan karya Wieranta yang dimuat

dalam buku Kumpulan Geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan secara

berulang-ulang dengan tujuan agar dapat memahami keseluruhan isi geguritan

secara maksimal. Teknik membaca dilakukan secara heuristik dan hermeneutik.

Kerja heuristik merupakan pembacaan tingkat pertama. Ia berupa pemahaman

makna sebagaimana yang dikonvensikan oleh bahasa. Hermeneutik yaitu

pembacaan dan pemahaman pada tataran semiotik tingkat kedua. Artinya,

berdasarkan makna dari hasil kerja heuristik di atas, dicoba tafsirkan

kemungkinan makna tersirat, konotasi, atau signifikasinya. Jika pada tataran kerja

heuristik dibutuhkan pengetahuan tentang kode bahasa, pada tataran kerja

hermeneutik dibutuhkan pengetahuan tentang kode sastra (Nurgiyantoro,

2013:47). Selanjutnya yaitu dilakukan proses pencatatan. Pencatatan dilakukan

sambil memberikan tanda pada kalimat-kalimat dalam geguritan yang meliputi

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

23

bentuk kasih sayang orang tua kepada anak terutama ketika sang anak sedang

sakit dalam geguritan. Terakhir adalah analisis dokumen, data yang sudah

terkumpul kemudian dianalisis dengan mengelompokkan menurut kelompok

masing-masing.

Wawancara menurut Moleong (1990:186) adalah percakapan dengan

maksud tertentu, serta dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertanyaan tersebut. Tujuan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat

sekarang dalam suatu konteks mengenai pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi,

perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, bentuk maupun tingkat keterlibatan,

dan sebagainya (Sutopo, 2006:68). Wawancara dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan mengenai bentuk kasih sayang dan maksud di balik cerita penulisan

geguritan.

M. Analisis Data

Berdasarkan objek penelitian yang diteliti, peneliti menggunakan

pendekatan semiotika milik Michael Riffaterre. Kajian menggunakan teks sastra

sebagai data penelitian. Setelah data terkumpul, tahap pertama yang dilakukan

adalah membedah sisi struktur teks sastra dengan strukturalisme dinamik.

Setelah terlihat struktur yang membentuk teks sastra tersebut, tahap

selanjutnya analisis karya sastra melalui teori semiotik Michael Riffaterre.

Analisis diakukan dengan pemaparan bentuk deskriptif terhadap masing-masing

data secara fungsional dan relasional.

Penelitian agar lebih terarah dan sistematis, maka tahap penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

24

1. Membaca secara cermat ketujuh geguritan yang dijadikan oebjek

penelitian. Geguritan yang dijadikan objek penelitian adalah Kang Lagi

Nandang Roga 1, Kang Lagi Nandang Roga 2, Kang Lagi Nandang Roga

3, Panglocitaku, Lare Lara 1, Lare Lara 2, Nalika Anak Kena Lara

2. Menganalisis kata-kata sebagai data yang akan digunakan untuk

penelitian, yaitu ungkapan-ungkapan atau penggambaran bentuk kasih

sayang orang tua terhadap anak sebagai tematik penelitian.

3. Menganalisis secara cermat terhadap penggambaran bentuk kasih sayang

orang tua terhadap anak dalam ketujuh geguritan karya Wieranta dengan

menggunakan paradigma teori semiotika Michael Riffaterre. Langkah-

langkah yang digunakan adalah:

a. Penggantian Arti, yaitu menganalisis dan mendeskripsikan

metafora dan metonimi yang terdapat dalam ketujuh geguritan

karya Wieranta.

b. Penyimpangan arti, yaitu menganalisis dan mendiskripsikan

penyimpangan yang terjadi dalam geguritan. Penyimpangan

didiskripsikan dalam tiga penyebab, yaitu ambiguitas, kontradiksi,

dan nonsense.

c. Penciptaan arti, yaitu memaparkan ruang teks yang secara

linguistik tidak memiliki mana. Penciptaan arti ini dapat

dijabarkan dalam rima, enjabement, homologue, dan tipografi.

4. Penelitian ini menggunakan srtukturalisme dinamik, setelah strukturalisme

dinamik dipahami, selanjutnya menafsirkan geguritan menggunakan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · adalah kumpulan geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan. Kumpulan geguritan Dongeng Saka Pabaratan ini berisi tentang perjalanan hidup

25

pembacaan semiotik. Dua proses pembacaan semiotik yaitu pembacaan

heuristik dan pembacaan hermeneutik.

5. Melalui data strukturalisme dinamis dan pengungkapan makna yang

diperoleh maka dapat digunakan untuk mengungkapkan bentuk kasih

sayang orang tua terhadap anak dari geguritan karya Wieranta yang ditulis

dalam Kumpulan Geguritan berjudul Dongeng Saka Pabaratan.

N. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam bentuk laporan ini, penulis menyusun urutan-urutan dari bab

pertama sampai terakhir sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Merupakan sebuah pengantar yang menguraikan

tentang latar belakang maslah, pembahasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan, pengertian puisi, struktur

puisi, bentuk penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan

data, dan teknik analis data, dan validitas data.

BAB II PEMBAHASAN. Merupakan bagian yang memaparkan hasil analisis

dari permasalahan yang dibahas dalam penelitian.

BAB III PENUTUP. Berisi kesimpulan dan saran, pada bagian akhir disertakan

daftar pustaka dan lampiran.