Upload
voquynh
View
219
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Judul
1.1.1. Pengertian Galeri
Pengertian dari kata Galeri berdasarkan KBBI “ga·le·ri /n ruangan atau gedung tempat
memamerkan benda atau karya seni dsb.” Sedangkan menurut Oxford Dictionary “a room or
building for the display or sale of works of art.” Menurut ektimologinya kata gallery atau
galeri , berasal dari bahasa latin: Galleria dapat diartikan sebagai ruang beratap dengan satu
sisi terbuka. Di Indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri
yang digunakan untuk memamerkan karya seni.1
1.1.2. Pengertian Seni
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, se·ni n 1 keahlian membuat karya yg bermutu
(dilihat dr segi kehalusannya, keindahannya, dsb); 2 karya yang diciptakan dengan keahlian
yang luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran. Menurut Ki Hajar Dewantar, seni merupakan
hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan persasaan indah orang yang melihatnya, oleh
karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan
indah itu seni.
1.1.3. Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari
level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke
level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga
merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.2
1.1.4. Pengertian Kontemporer
Kata kontemporer merupakan serapan dari bahasa inggris, yaitu Contemporary, yang berarti
: “happening or beginning now or in recent times; existing or happening in the same time
period; from the same time period; happening, existing, living, or coming into being during
the same period of time.” Dalam KBBI sendiri, definisi dari kata kontemporer
“kon·tem·po·rer /kontémporér /a pada waktu yg sama; semasa; sewaktu; pada masa kini.”
1 Ensiklopedia National Indonesia, PT. Cipta Adi Pusaka, Jakarta, 1986
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur (diakses 28-12-2013)
2
1.1.5. Pengertian Regionalisme dalam Arsitektur
Regionalisme adalah sebuah pendekatan untuk arsitektur yang berusaha untuk melawan
placelessness dan kurangnya identitas dalam Arsitektur modern yang seringkali memiliki
banyak kesamaan, meskipun berada di tempat yang berbeda. Regionalisme (kedaerahan)
menekankan pada pengungkapan karakteristik suatu daerah/tempat dalam arsitektur
kontemporer. Pendekatan ini adalah salah satu kritik terhadap Arsitektur Modern yang
memandang arsitektur pada dasarnya bersifat universal.3
Regionalisme kritis cenderung menjadi gerakan-gerakan lokal yang tumbuh secara sporadis,
mengikuti perkembangan arsitektur yang ada dengan berpegang pada kontekstualitas. Hal
tersebut tampak pada bentuk-bentuk bangunan yang cenderung kecil, terletak di tengah-
tengah “hutan” bangunan modern
sumber: materi kuliah Teori Arsitektur 2, Dimas Wihardyanto
1.1.6. Galeri Seni dan Arsitektur Kontemporer dengan Pendekatan Regionalisme dalam
Arsitektur
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Galeri Seni dan Arsitektur Kontemporer
adalah sebuah tempat atau ruangan yang digunakan untuk menyimpan karya yang dibuat
pada waktu yang sedang berjalan pada masa kini, yang berisi karya-karya seni, serta contoh-
contoh karya arsitektur yang bersifat masa kini, dengan berbasis pada regionalisme dalam
arsitektur yang diaplikasikan secara konsep baik pada aspek eksterior maupun interior
bangunan, sehingga dapat menjadi tempat mengembangkan potensi bagi para seniman
maupun arsitek, serta menjadi sebuah bangunan yang mencerminkan karakter budaya
Yogyakarta.
3 http://agus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3694/Aplikasi+Regionalisme+
dlm+Desain+Arsitektur+.pdf (diakses 27-11-2013)
TIGA KATA KUNCI KONSEP REGIONALISME KRITIS
respon terhadap kultur lokal
respon terhadap iklim
respon terhadap keadaan geografi
Gambar 1.1.5.1 Kata Kunci Konsep Regionalisme Kritis
3
1.2. Latar Belakang Masalah
1.2.1. Yogyakarta sebagai Pusat Seni Kontemporer di Indonesia
Masyarakat Yogyakarta mempunyai cita rasa seni yang tinggi, hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya kegiatan-kegiatan seni yang berlangsung baik secara formal maupun maupun
informal. Hal ini tidak mengherankan, karena Yogyakarta merupakan salah satu pusat
kebudayaan di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, karya-karya seni dari Yogyakarta telah
dikenal hingga mancanegara. Mulai dari karya seni tradisional hingga kontemporer, disajikan
sebagai kelebihan tersendiri bagi kota Yogyakarta.
Salah satu daya tarik Yogyakarta bagi wisatawan domestik maupun mancanegara adalah
banyaknya pertunjukkan seni di Yogyakarta, baik yang bersifat tradisional seperti Wayang
Kulit, Kethoprak, Karawitan, Sendratari Ramayana, dan lain-lain; maupun yang bersifat
kontemporer seperti Art Fair Jogja (ArtJog), pameran Biennale Jogja 2007, dan lain-lain.
Selain itu, Yogyakarta juga memiliki berbagai lembaga seni seperti ISI (Institut Seni
Indonesia), Dewan Kesenian yang terdapat di beberapa kabupaten di Yogyakarta, yang
secara langsung maupun tidak langsung ikut berperan dalam perkembangan kesenian di
Yogyakarta
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tomoko Hayashi, peneliti dari manajemen seni,
Osaka City University Jepang, dalam pertemuan ke-11 peneliti Urban Research Plaza (URP),
hasil kerjasama UGM, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Osaka City University di
ruang multimedia kantor pusat UGM, Yogyakarta merupakan pusat seni kontemporer di
Indonesia. Dibandingkan dengan Jakarta dan Bandung, Yogyakarta merupakan kota yang
yang lebih nyaman bagi seniman. Tidak heran, hampir setiap hari ada pembukaan pameran,
konser, dan kegiatan seni budaya yang diselenggarakan oleh komunitas seniman.4
1.2.2. Kebutuhan akan Galeri Seni di Yogyakarta
Dengan banyaknya seniman dan organisasi seni, sebenarnya Yogyakarta sudah memiliki
beberapa galeri seni, seperti diantaranya Cemeti Art House, Museum Affandi, Museum Seni
Kontemporer Nyoman Gunarsa, Jogja Gallery, dan lain sebagainya. Namun, kebanyakan
galeri-galeri seni tersebut masih dikelola secara individu atau organisasi tertentu, sehingga
4
http://www.ugm.ac.id/id/berita/7507-peneliti:.yogyakarta.pusat.seni.kontemporer.indonesia (diakses 28-12-2013)
4
belum dapat menampung karya-karya para seniman yang belum mampu mendirikan galeri
seni sendiri sebagai tempat untuk memamerkan maupun memasarkan hasil seninya.
Galeri seni juga pada umumnya bukan merupakan tempat yang dijadikan sebagai tujuan
utama dalam mencari hiburan maupun melepaskan kepenatan. Masyarakat lebih memilih
pusat perbelanjaan, Café, bioskop dan lain-lain. Padahal, galeri seni juga memiliki potensi
yang besar sebagai tempat dimana masyarakat dapat melihat keunikan dan perkembangan
karya seni, jika dapat dikemas agar dapat lebih menarik bagi masyarakat umum.
1.2.3. Galeri Seni Dan Arsitektur Kontemporer Sebagai Sarana Mengembangkan Potensi Seniman
dan Arsitek
Tidak dipungkiri, profesi seniman masih dianggap sebagai sebuah profesi yang belum dapat
memberi kesejahteraan yang layak terhadap para seniman. Hal tersebut dikarenakan masih
kurangnya wadah-wadah bagi seniman yang ingin mengembangkan potensinya, banyak yang
masih menggunakan toko lukisannya sebagai “galeri seni pribadi.” Padahal, kualitas hasil
karya seniman-seniman tersebut tidak kalah dengan karya-karya yang ada di galeri-galeri
seni yang telah disebutkan di atas. Oleh karenanya, dengan adanya suatu ruang yang dapat
dimanfaatkan oleh para seniman tersebut, diharapkan nantinya akan semakin dapat
mengembangkan potensi kesenian di Yogyakarta.
Arsitektur juga merupakan sebuah cabang dari seni yakni seni bangunan. Karya-karya
arsitektur juga dapat dipamerkan pada sebuah galeri, karena pameran objek-objek
presentasi arsitektur seperti poster, foto dan maket memiliki persyaratan ruang yang tidak
jauh berbeda dengan objek-objek pameran galeri seni. Dengan adanya sebuah galeri seni,
diharapkan dapat menjadi wadah yang mampu mengakomodasi para seniman dan arsitek
untuk dapat mengembangkan dan memamerkan karya-karya seni mereka, serta mendukung
perkembangan seni dan arsitektur kontemporer di Yogyakarta.
5
1.2.4. Aplikasi Regionalisme dalam Arsitektur
Dewasa ini, banyak bangunan-bangunan baru yang berdiri di Yogyakarta, baik yang bersifat
komersial, residensial, maupun fungsi yang lainnya. Hal ini tidak mengherankan, mengingat
Yogyakarta merupakan area yang sangat diminati oleh para investor maupun para
pengusaha-pengusaha properti, karena lokasinya yang strategis sebagai kota pelajar dan
kota budaya. Penduduk Yogyakarta yang berasal dari berbagai kalangan mulai dari
mahasiswa, penduduk asli, maupun pendatang, membuat kebutuhan akan bangunan
semakin meningkat.
Namun, meningkatnya jumlah bangunan di Yogyakarta tidak diimbangi dengan kualitas
konseptual bangunan yang memadai. Banyak bangunan-bangunan yang bersifat publik,
kurang mencerminkan budaya lokal Yogyakarta. Bangunan umumnya hanya mengambil
ornamen-ornamen yang berkaitan dengan budaya seperti batik, namun konsep utama
bangunan tidak mencerminkan kekhasan dari budaya Yogyakarta. Oleh karenanya, konsep
regionalisme (dalam hal ini regionalisme kritis) diharapkan dapat menjembatani antara
kebutuhan bangunan yang efisien dan modern, namun tetap memiliki karakteristik dari
kebudayaan Yogyakarta. Regionalisme bertujuan mengangkat identitas sebuah daerah
melalui sebuah karya arsitektur, namun karakteristik bangunan diaplikasikan pada sebuah
bangunan kontemporer.
Berkaitan dengan fungsi bangunan, regionalisme dalam arsitektur mengangkat karakter
suatu daerah melalui arsitektur kontemporer. Dalam galeri seni ini nantinya, karya-karya
yang dipamerkan selain adanya karya-karya seni kontemporer, juga akan dipamerkan karya-
karya arsitektur kontemporer, dimana arsitektur kontemporer juga mencakup karya-karya
arsitektur kontemporer yang berbasis pada regionalisme, sehingga nantinya dapat membuka
wawasan masyarakat mengenai regionalisme dalam arsitektur. Bangunan galeri pun
nantinya dapat menjadi contoh bagaimana regionalisme diterapkan pada sebuah bangunan.
1.3. Identifikasi Permasalahan
1.3.1. Permasalahan Umum
Bagaimana membuat suatu Galeri Seni dan Arsitektur Kontemporer yang menarik wisatawan
baik domestik maupun mancanegara dan mampu mengembangkan potensi seniman dan
arsitek di Yogyakarta.
6
1.3.2. Permasalahan Khusus
1. Bagaimana mengintegrasikan beberapa fungsi dari fasilitas dari sebuah Galeri Seni dan
Arsitektur Kontemporer ke dalam sebuah bangunan, sehingga dapat mengakomodasi
kebutuhan ruang dari sebuah galeri seni dan arsitektur, sesuai dengan persyaratan ruang
dari objek yang dipamerkan.
2. Bagaimana mengaplikasikan prinsip-prinsip karakteristik kekhasan budaya Yogyakarta
kedalam bangunan galeri dengan menggunakan konsep regionalisme dalam arsitektur.
1.4. Tujuan dan Sasaran
1.4.1. Tujuan
1. Mengumpulkan, mengolah, dan menyusun data atau informasi untuk memperdalam
pengetahuan mengenai Galeri Seni dan Arsitektur Kontemporer
2. Melakukan analisis dalam kaitannya dengan menemukan dan merumuskan konsep
perancangan melalui pendekatan regionalisme dalam arsitektur yang diarahkan pada fokus
perancangan arsitektural yang mampu menjawab permasalahan sebuah Galeri Seni dan
Arsitektur Kontemporer
3. Mendapatkan rumusan konsep perencanaan dan perancangan sebuah Galeri Seni dan
Arsitektur Kontemporer sebagai tempat mengembangkan potensi karya-karya seni dan
arsitektur kontemporer di Yogyakarta.
1.4.2. Sasaran
Sasaran pembahasan ini adalah menyusun dan merumuskan konsep perencanaan dan
perancangan untuk menghasilkan pemahaman tentang sebuah Galeri Seni dan Arsitektur
kontemporer dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi di dalamnya agar dapat menghimpun
dan mengembangkan potensi para seniman dan arsitek Yogyakarta dalam mengembangkan
karya-karyanya, khususnya yang bersifat kontemporer.
1.5. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan dititikberatkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu
arsitektur, yaitu pada penekanan persyaratan arsitektural mengenai organisasi ruang,
sirkulasi ruang, serta elemen ruang, tata ruang luar maupun dalam galeri seni dan arsitektur
kontemporer, serta penelusuran masalah yang menitikberatkan pada prinsip-prinsip
regionalisme dalam arsitektur yang dapat diterapkan pada galeri seni dan arsitektur
7
kontemporer sebagai hasil pengamatan. Hal-hal di luar permasalahan arsitektural namun
masih berhubungan dengan galeri akan dibahas seperlunya selam masih memiliki
keterkaitan dan mendukung proses perencanaan dan perancangan Galeri Seni dan
Arsitektur Kontemporer di Yogyakarta.
1.6. Metode Pembahasan
Metode pembahasan materi menggunakan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Dilakukan melalui studi literatur dari buku maupun internet, observasi langsung ke lapangan
dan wawancara dengan pihak-pihak terkait.
b. Analisis Data
Mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul setelah survey dan wawancara.
c. Sintesis
Menarik kesimpulan hasil data olahan menjadi suatu rumusan Galeri Seni dan Arsitektur
Kontemporer di Yogyakarta dengan Pendekatan Regionalisme dalam Arsitektur.
1.7. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, permasalahan arsitektural dan non arsitektural, tujuan dan
sasaran, lingkup pembahasan dan kerangka pemikiran yang menjadi acuan dalam penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pembahasan mengenai standar-standar Galeri Seni beserta preseden Galeri Seni dari dalam
dan luar negeri dan pembahasan mengenai Regionalisme dalam Arsitektur.
Bab III Tinjauan Lokasi
Berisi tentang gambaran eksisting dan data-data teknis lokasi.
Bab IV Analisis dan Pendekatan Perancangan
Berisi tentang hasil analisis dari tinjauan pustaka mengenai preseden Galeri Seni dan
Regionalisme dalam Arsitektur. Serta penetapan tipe dan jenis Regionlisme dalam Arsitektur
yang akan dipakai dalam konsep perancangan.
Bab V Konsep Perancangan
Berisi tentang konsep perancangan yang akan digunakan pada Galeri Seni dan Arsitektur
Kontemporer dengan Pendekatan Regionalisme dalam Arsitektur.