Upload
dokien
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah laut dan pantai Indonesia secara ekologis merupakan daerah yang
produktif. Keadaan umum wilayah Asia Tenggara memiliki iklim tropis yang
hangat dan basah, serta curah hujan yang relatif tinggi, maka terdapat banyak
bentukan koral yang luas dan ekosistem hutan bakau yang lebat sepanjang pantai
(Kusumaadmadja, 1992). Indonesia sebagai negara kepulauan/maritim, perananan
pelayaran adalah sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan,
pertahanan/keamanan, dan sebagainya. Bidang kegiatan pelayaran sangat luas yang
meliputi angkutan penumpang dan barang, penjagaan pantai, hidrografi dan jenis
pelayaran lainnya (Triatmodjo, 1996). Keadaan demikian menyebabkan banyaknya
penduduk yang hidup di daerah pantai dan pada gilirannya berakibat pada tingginya
tingkat eksploitasi sumber kekayaan alam yang disertai dengan penurunan kualitas
lingkungan.
Secara administratif, kepulauan di Indonesia tercakup ke dalam 34 propinsi,
410 kabupaten, 98 kota, 6.694 kecamatan, 8.216 kelurahan dan 69.249 desa
(Wikipedia, 2017). Dari keseluruhan wilayah tersebut desa tersebut, kurang lebih
terdapat 9261 desa dikategorikan sebagai desa pantai, dan sekitar 60% penduduk
Indonesia bermukim di daerah pesisir (Soemarwoto, 2001) terutama di pesisir utara
Pulau Jawa, pesisir Timur Sumatera, pesisir Kalimantan, Bali, Sulawesi, Nusa
Tenggara dan Maluku. Walaupun demikian, kegiatan ekonomi penduduk masih
berorientasi ke daratan. Kenyataan sebagaimana terurai di atas menunjukan bahwa
kepulauan Indonesia mempunyai banyak daerah pesisir dan pantai yang sangat
potensial bagi pengembangan ekonomi nasional, baik karena potensi ruang dan
kekayaan alam maupun karena nilai estetikanya (Kusumaatmadja, 1992).
Persoalan pembangunan wilayah pantai dan lautan tidak hanya terletak pada
masalah pemanfaatan sumberdaya, tetapi sekaligus harus dilihat dari hubungannya
dengan upaya perlindungan dan pelestarian lingkungan. Penekanan ini perlu
2
dikemukakan sebagai konsekuensi logis dari penerapan konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) dalam pembangunan nasional.
Menerapkan konsep tersebut diperlukan suatu kebijakan pembangunan yang
terpadu dan lintas sektoral (Marganingrum, 2002).
Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu wilayah
atau negara dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan
antar negara, benua dan bangsa. Pelabuhan mempunyai daerah pengaruh
(hinterland), yaitu daerah yang mempunyai kepentingan hubungan ekonomi, sosial
dan lain-lain dengan pelabuhan tersebut (Trihatmodjo, 2010).
Pembangunan pelabuhan yang dilaksanakan di Kabupaten Kendal
merupakan pengembangan daerah pesisir yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kota
Semarang merupakan daerah Industri dan perdagangan yang sangat diperhitungkan
di Indonesia, kemudian industri tersebut berkembang ke Kabupaten Semarang
berkembang ke Kabupaten Kendal. Letak Kabupaten Kendal yang berbatasan
langsung baik laut maupun darat dengan Kota Semarang merupakan faktor lain
yang menjadi terpilihnya Kabupaten Kendal sebagai wilayah untuk lokasi
dibangunnya pelabuhan.
Pembangunan Pelabuhan Kendal tidak serta merta berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Pembangunan pelabuhan dimulai pada tahun 2004 dengan
rencana proyek selesai 3 tahun, tetapi pembangunan pelabuhan tersebut melebihi
target, hingga 11 tahun. Pelabuhan Kendal resmi beroperasional pada tahun 2016.
Permasalahan terjadi ketika lahan yang digunakan untuk pembangunan
Pelabuhan Kendal merupakan lahan yang dulunya milik masyarakat dimana
difungsikan oleh masyarakat untuk tambak Ikan Bandeng. Tambak-tambak milik
warga sekitar dialihfungsikan untuk keperluan pembangunan Pelabuhan Kendal
yang berarti beberapa warga harus merelakan lahan tambak mereka untuk dijadikan
pelabuhan.
Tema penelitian ini dipilih karena penulis ingin mengkaji tekait dengan
lahan yang dibangun untuk pelabuhan dan perekonomian masyarakat sekitar
Pelabuhan Kendal tersebut. Kebutuhan lahan sebesar 2.770 ha (Kementrian
3
Perhubungan, 2011) untuk pelabuhan ditilik tersedia atau tidak. Adanya Pelabuhan
Kendal dapat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat setempat.
1.2 Rumusan Masalah
Pembangunan Pelabuhan Kendal merupakan pengembangan dari pelabuhan
Tanjung Mas Semarang yang mengalami overcapacity. Berbagai macam dampak
lingkungan muncul akibat proyek pembangunan pelabuhan tersebut (Amin, 2015).
Dampak lingkungan dibagi menjadi tiga, yaitu fisik, biologis dan sosial (Amsyari,
1986).
Lahan yang digunakan untuk pembangunan pelabuhan merupakan lahan
yang dulunya milik masyarakat dan difungsikan untuk tambak. Tambak-tambak
tersebut merupakan sumber mata pencaharian mayoritas warga Desa Wonorejo.
Permasalahan muncul ketika lahan tambak tersebut terkonversi menjadi pelabuhan.
Masyarakat Desa Wonorejo kehilangan mata pencaharian akibat konversi lahan
tersebut. Tambak yang berada di sekitar lokasi pelabuhan tidak dapat berproduksi
secara maksimal karena gelombang yang dihasilkan dari aktivitas pelabuhan.
Pembangunan pelabuhan dilakukan secara bertahap pada tiap tahunnya. Lokasi
pembangunannya juga mengalami perluasan lahan untuk mencapai target dan
sesuai dengan dokumen Rencana Induk Pelabuhan (RIP) PM No. 18 tahun 2013.
Perluasan tersebut mengakibatkan lahan-lahan di sekitar lokasi pelabuhan ikut
terkonversi menjadi pelabuhan.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
dapat dirinci sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembangunan Pelabuhan Kendal?
2. Berapa luas dan jenis penggunaan lahan di Desa Wonorejo, Kabupaten
Kendal yang terkonversi menjadi Pelabuhan Kendal?
3. Bagaimana dampak sosial-ekonomi masyarakat di Desa Wonorejo terkena
dampak Pelabuhan Kendal?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam melakukan penelitian dampak pengembangan pelabuhan di
kabupaten Kendal adalah :
1. Memahami proses terjadinya pembangunan pelabuhan di Kabupaten
Kendal.
2. Mengkaji luas dan jenis lahan yang terkonversi di Desa Wonorejo yang
diperuntukan untuk pembangunan Pelabuhan Kendal.
3. Mengkaji dampak sosial-ekonomi masyarakat sekitar dari pembangunan
Pelabuhan Kendal.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian “Dampak Pembangunan Pelabuhan pada Aspek
Pemanfaatan Lahan di Pelabuhan Kendal, Kabupaten Kendal” dapat memberikan
manfaat secara teoritis maupun praktis bagi masyarakat, akademisi, dan
pemerintah, diantaranya sebagai berikut:
1. Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan ilmu dari sudut pandang
geografi khususnya bagaimana dampak dari adanya pelabuhan bagi
perekonomian masyarakat setempat.
b. Dapat dijadikan acuan bagi Pelabuhan Kendal dan Pemerintah
Kabupaten Kendal dalam mengembangkan Kawasan Pelabuhan.
2. Praktis
a. Memberikan informasi tambahan kepada Pemerintah Kabupaten Kendal
dan Pelabuhan Kendal dalam mengembangkan pelabuhan terkait
peranan pelabuhan terhadap perekonomian masyarakat setempat.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan
bagi Pelabuhan Kendal dan Pemerintah Kabupaten Kendal dalam
mengelola pelabuhan.
5
1.5 Keaslian Penelitian
Penyusunan penelitian ini memiliki beberapa refrensi dari penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian merupakan penelitian guna
menyusun skripsi dengan fokus dan tema yang berbeda-beda. Pemilihan refrensi
penulisan dilakukan dengan pertimbangan yaitu memiliki beberapa kemiripan
diantara konsep, fokus, dan tujuan. Terdapat tiga penelitian yang dijadikan dasar
penelitian yang semuanya merupakan skripsi.
Penelitian yang dilakukan oleh Dilla Noviana (2010) mengkaji tentang
Keterkaitan Pelabuhan dengan Ekonomi Masyarakat Lokal di sekitar Pelabuhan,
Kabupaten Karimun-Kepulauan Riau memiliki kesamaan fokus dan konsep. Fokus
penelitian yang dilakukan oleh Dilla Noviana (2010) adalah keterkaitan pelabuhan
dengan keadaan ekonomi masyarakat sekitar pelabuhan. Metode yang digunakan
adalah wawancara dan mengambil sempel tidak ditentukan (non-probability
sampling) turunannya yaitu dengan teknik snowball sampling sampai responden
menjawab dengan jawaban yang sama (jenuh).
Penelitian yang berjudul Presepsi Masyarakat untuk arahan pengembangan
Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kabupaten Trenggalek milik Lynda Refnitasari
(2010), memiliki fokus terhadap masyarakat dalam menganggapi isu tema
penelitian. Lokasi yang diambil memiliki kesamaan yaitu di pelabuhan dan
melibatkan masyarakat, tetapi penelitian Lynda Refnitasari (2010) cenderung
menjadikan masyarakat sebagai indikator utama dalam penelitiannya. Metode yang
digunakan adalah mengolah data sekunder dengan intrumen yang digunakan
PERDA, RPJPD, RENSTRA dan penggunaan lahan Kabupaten Trenggalek. Data
primer diambil dengan observasi lapangan secara langsung dan melakukan
wawancara.
Penelitian untuk penyusunan skripsi yang dilakukan oleh Afiani Puspita
Sari (2012), berjudul Dampak Konversi Lahan Pertanian Sawah Tehadap Kondisi
Sosial Ekonomi dan Lingkungan Masyarakat di Jalur Pantura. Penelitian fokus
terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan. Lokasi penelitian berada di Desa
Pujangrejo, Kabupaten Kendal. Perbedaannya, penelitian ini mengangkat lahan
pertanian sebagai temanya. Persamaan dari penelitian yang dilakukan Afiani
6
Puspita Sari (2012) dengan peneliti adalah persamaan permasalahan yang
berdampak terhadap perekonomian dan lokasi makronya yaitu Kabupaten Kendal.
Dari uraian penelitian sebelumnya di atas, maka dapat dirangkum dalam Tabel 1.1.
7
Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya
No Judul Penelitian Penulis
(Tahun) Tujuan Penelitian Metode Hasil
1 Keterkaitan pelabuhan
dengan ekonomi
masyarakat lokal di
sekitar pelabuhan,
kabupaten karimun,
kepulauan riau
Dilla Noviana
( 2010)
skripsi
- Memahami struktur
perekonomian kabupaten
karimun
- Mengidentifikasi
keterkaitan pelabuhan
dengan perekonomian
masyarakat lokal di sekitar
pelabuhan kabupaten
karimun
- Memahami struktur ekonomi
kabupaten karimun dengan metode
penelitian Kualitatif dengan non
propability sampling yang meliputi
purposive sampling dan snowball
sampling, di mana teknik
pengumpulan datanya dengan
menggunakan teknik gabungan dan
triangulasi. Data yang digunakan
berupa data primer dari BAPPEDA
Kabupaten Karimun serta data
sekunder yang meliputi data PDRB,
data Proyeksi struktur prekonomian,
data jumlah wisatawan, data jumlah
perusahaan, data volume produksi
dan data jumlah kapal.
- Wawancara dan observasi lapangan
dengan masyarakat berkaitan dengan
profesi, status usaha, status lahan,
jarak tempat tinggal dengan
pelabuhan.
- Struktur ekonomi disusun oleh tiga
sektor utama yaitu sektor perdagangan,
hotel dan restoran
- Pelabuhan memberikan warna
tersendiri dalam perekonomian
masyarakat lokal yang berada di sekitar
pelabuhan
2 Pesepsi masyarakat
untuk arahan
pengembangan
pelabuhan perikanan
nusantara di Kabupaten
Trenggalek
Lynda
Refnitasari
(2010)
Skripsi
- Mengetahui kebijakan
pemerintah Kabupaten
Trenggalek dalam rangka
mendukung
pembangunan Pelabuhan
Perikanan Samudera di
tahun 2015-2018
- Mengolah data sekunder dengan
instrumen PERDA, RPJPD,
RENSTRA, dan Penggunaan lahan
Kabupaten Trenggalek
- Observasi lapangan dan melakukan
wawancara.
- Perlu adanya bimbingan dari
pemerintah kepada masyaraka untuk
bimbingan dalam menaikan standard
kategori pelabuhan diKabupaten
Trenggalek
8
No Judul Penelitian Penulis
(Tahun) Tujuan Penelitian Metode Hasil
- Mengetahu presepsi
masyarakat dan faktor
penentu presepsi
- mengetahui arahan
pengembangan pelabuhan
perikanan samudera di
Kabupaten Trenggalek
sesuai kebijakan
pemerintah dan aspirasi
rakyat
3 Dampak Konversi
Lahan Pertanian Sawah
Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi dan
Lingkungan
Masyarakat di Jalur
Pantura
Afiani Puspita
Sari (2012)
Skripsi
- Mengetahui kondisi sosial,
ekonomi dan lingkungan
masyarakat Desa
Puncangrejo setelah adanya
konversi lahan pertanian
sawah
- Mengetahui presepsi
masyarakat terhadap
konversi lahan pertanian
sawah di Desa Puncangrejo
- Menganalisis data menggunakan Uji
Validitas, reaabilitas dan regresi
ordinal.
- -teknik pengumpulan data primer
dengan wawancara terstruktur dan
observasi lapangan.
- Data sekunder didapat dari data BPS
(Kendal dalam angka), data geografis,
luasan menurut penggunaan lahan
- Konversi lahan pertanian sawah tidak
berdampak besar terhadap kondisi
sosial masyarakat. Sebagian besar
masyarakat tetap menjalin dan
memiliki sistem kekerabatan yang
baik dan bergotong-royong dengan
baik
- Presepsi masyarakat terhadap adanya
koonversi lahan pertanian sawah
yaitu sebanyak 49,4% responden
setuju dengan adanya konversi lahan
dan 79,6% jika konversi lahan dapat
meningkatkan pendapatan dan
menyerap tenaga kerja
9
1.6 Tinjauan Pustaka
Pendekatan Geografi
Analisis yang digunakan menggunakan dimensi temporal dengan
menekankan pada pendekatan kualitatif dan kuantitatif, karena pendekatan
kuantitatif semata belum mampu mengungkapan “the real world” (Herbert &
Thomas, 1982 dalam Yunus, 2005).
Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan keruangan. Penelitian yang
diangkat menitik beratkan terhadap dua waktu yang berbeda (time series) dimana
waktu yang diambil adalah sebelum adanya Pelabuhan Kendal dan setelah adanya
Pelabuhan Kendal. Perbedaan waktu tersebut berpengaruh terhadap kondisi lokasi
penelitian. Pengaruh yang diberikan tidaknya berupa pola ruang, akan tetapi juga
aktivitas manusia yang berada di sekitar lokasi penelitian.
Pesisir
Gunawan, dkk. (2005) merumuskan definisi wilayah kepesisiran berdasarkan
sudut pandang geomorfologi. Menurutnya, kepesisiran (coastal area) adalah
bentanglahan yang dimulai garis batas wilayah laut (sea) yang ditandai oleh
terbentuknya zona pecah gelombang (breakers zone) dan ke arah darat hingga pada
suatu bentanglahan yang secara genetik pembentukannya masih dipengaruhi oleh
aktivitas marin, seperti dataran aluvial kepesisiran (coastal aluvial plain).
Definisi wilayah kepesisiran ditinjau dari sudut geomorfologi dapat
menentukan wilayah tersebut cocok untuk suatu perencanaan pengelolaan. Hal
tersebut lebih menekankan pada aspek kecocokan keadaan fisik. Aspek genetis
tidak mudah berubah, sehingga batas wilayah kepesisiran yang sekaligus digunakan
sebagai batas wilayah pengelolaan juga akan berubah dalam waktu yang lama. Oleh
karena itu, maka perencanaan wilayah kepesisiran dengan batas genetis akan sangat
cocok untuk perencanaan pengelolaan jangka panjang (Gunawan dkk, 2005).
Kawasan Pesisir, sejak jaman dahulu sampai sekarang merupakan daerah
yang selalu berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan daerah lain. Akibat pesatnya pertumbuhan yang terjadi di
10
daerah pesisir, maka wilayah tersebut banyak dieksploitasi untuk berbagai tata
guna, mulai dari yang tradisional seperti perikanan, pertanian air sampai dengan
kontemporer seperti pemukiman, kawasan industri (perkapalan), dan wisata bahari
(Delinom, 2005).
Pada daerah pesisir ketersediaan air pada umumnya memiliki kualitas air
yang kurang. Pada musim penghujan atau limpasan luap air tawar yang dialirkan
disungai yang melaluinya cukup besar, air tawar yang akan berada menutupi
permukaan dataran yang tergenang. Akan tetapi, ketika muka air laut pasang, air
tawar akan segera tercampur atau terdesak oleh air tawar sehingga secara umum
lingkungan di daerah seperti ini merupakan lingkungan air payau (Djuwanah,
2005). Masyarakat di pesisir bagian utara Kabupaten Kendal banyak yang memiliki
tambak ikan Bandeng, di mana ikan Bandeng mudah dibudidayakan dalam air
payau.
Konsekuensi dari dinamika daerah pesisir yang dapat merusak ekosistem,
perlu adanya sistem pengelolaan wilayah pesisir dan pantai secara terpadu.
Pengelolaan pesisir secara terpadu merupakan suatu proses pengelolaan
sumberdaya alam dengan mengintegrasikan antara kegiatan pemerintah, dunia
usaha dan masyarakat, perencanaan horisontal dan vertikal, ekosistem darat dan
laut, sains dan manajemen, sehingga pengelolaan sumberdaya tersebut
berkelanjutan dan dapat meningkatkan kesejahterahan masyarakat sekitar
(Departemen Kelautan, 2001 dalam Marganingrum, 2002).
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan kegiatan atau aktivitas manusia untuk
memanfaatkan lingkungannya yang sesuai dengan tujuan tertentu (Ritohardoyo,
2013). Penggunaan lahan memiliki peraturan sendiri di mana lahan tersebut
memiliki klasifikasi kesesuaian lahan untuk dikelola. Penggunaan lahan harus
sesuai dengan klasifikasi yang ada. Peraturan penggunaan lahan biasanya sudah
diatur mulai dari skala kecil (Zonasi) sampai skala besar (RTRW).
Pembangunan fasilitas yang berada di Pelabuhan Kendal membutuhkan
lahan yang cukup banyak. Perencanaan pembangunan fasilitas merupakan faktor
11
utama dari kebutuhan lahan. Lahan merupakan bentang permukaan bumi yang
dapat dimanfaatkan bagi manusia. Lahan merupakan suatu sumber di mana manusia
dapat melangsungkan kegiatan kehidupan sosio-ekonomi dan sosio-budaya
(Ritohardoyo, 2013). Perencanaan penggunaan lahan di Pelabuhan Kendal
dicanangkan sedini mungkin agar dapat memperkirakan berapa luasan kebutuhan
lahan dan kesesuaian lahan. Perencanaan penggunaan lahan adalah penilaian yang
sistematis dari potensi lahan dan air, alternatif penggunaan lahan dan kondisi
ekonomi sosial dalam rangka untuk memilih lahan yang terbaik untuk dipergunakan
(Murray, 2015).
Muncul konflik penggunaan lahan akibat dari permintaan yang lebih besar
terhadap lahan untuk pengembangan daerah daripada ketersediaan sumberdaya
lahan (Murray, 2015). Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam penentuan
lokasi adalah kondisi teknis yang terdiri dari parameter fisik, kimia dan biologi dan
non-teknis yang berupa pangsa pasar, keamanan dan sumberdaya manusia.
Perencanaan pengembangan dengan mempertimbangan estetika, kelancaran lalu-
lintas angkut kebutuhan budidaya dan nelayan yang diperkirakan dapat menambah
dan meningkatkan nilai ekonomis kawasan, perlu dirancang dengan baik dan
disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan (Arifin, 2014).
Pelabuhan
Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang,
yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal
dapat merambat untuk bongkar muat barang, krane-krane, gudang laut dan tempat-
tempat penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya, dan gudang di mana
barang-barang disimpan dalam waktu yang lebih lama. Terminal ini biasanya
dilengkapi dengan adanya saluran pelayaran darat (Triatmojo, 1986).
Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Pelabuhan dari segi
penyelenggaraannya terdapat pelabuhan umum dan khusus; pelabuhan dari segi
usaha yaitu pelabuhan yang diusahakan dan pelabuhan yang tidak diusahakan; dari
segi kegunaannya yaitu pelabuhan ikan, pelabuhan minyak, pelabuhan barang,
pelabuhan penumpang, pelabuhan campuran, pelabuhan militer; dan dari letak
12
geografisnya yaitu pelabuhan alam, pelabuhan semi buatan dan pelabuhan buatan
(Triatmojo, 1986).
Awalnya, pelabuhan adalah lingkungan kerja dan tempat berlabuh bagi kapal-
kapal dan kendaraan air lainnya untuk menyelenggarakan bongkar muat barang,
hewan dan penumpang. Pelabuhan ada berbagai macam, seperti pelabuhan yang
diusahakan, pelabuhan yang tidak diusahakan, pelabuhan otonom, pelabuhan
khusus, pelabuhan laut dan pelabuhan pantai (PP No. 1 Tahun 1969) dan
diperbaharui dengan ditetapkannya UU No.17 tahun 2008 tentang pelabuhan, di
mana pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh
kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi. Pelabuhan laut merupakan tempat yang terdiri dari daratan
dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintah dan kegiatan ekonomi yang digunakan untuk tempat kapal bersandar,
berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang dan dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran (Permenhub Nomor 21 tahun 2007)
Secara umum fasilitas bangunan pelabuhan merupakan seluruh
bangunan/konstruksi yang berada dalam daerah kerja suatu pelabuhan, baik itu di
darat maupun di laut yang merupakan sarana pendukung guna memperlancar
jalannya kegiatan yang ada dalam pelabuhan (Nuryoso, 2012). Fasilitas-fasilitas di
pelabuhan untuk kapal dan kendaraan air lainnya untuk keperluan dalam aktivitas
pelabuhan di antaranya (PP No. 1 Tahun 1969) :
a. Melabuh dan menambat kapal-kapal guna embarkasi dan debarkasi
penumpang, bongkar muat barang, hewan dan lain-lain;
b. Pemberian fasilitas untuk berbagai keperluan kapal;
c. Pemeriksaan-pemeriksaan bertalian dengan peraturan-peraturan
keselamatan dan tata tertib pelajran serta tata tertib bandar;
13
d. Penjaluran barang-barang untuk masuk dan keluar pelabuhan;
e. Pemeriksaan-pemeriksaan bertalian dengan peraturan-peraturan instansi-
instansi pemerintah lainnya yang mempunyai suatu tugas pemerintahan
terhadap lalu lintas barang dan penumpang seperti bea cukai, kesehatan,
pertanian, perdagangan dan lain-lain.
Antar pelabuhan kota mencerminkan berbagai proses spasial yang saling
bergantung. Dengan demikian tempat tepi laut mengalami revitalisasi di kota-kota
pelabuhan dalam konteks spasial yang lebih luas. Sebaliknya, model pelabuhan
kota evolusi mengadopsi pendekatan kronologis untuk hubungan timbal balik
pelabuhan-kota dan, dalam tahap akhir, membangkitkan kerjasama antara sosial-
lingkungan (Hoyle, 2000).
Munculnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kualitas lingkungan
serta dampaknya terhadap kegiatan baik di perairan maupun di daratan pesisir
memberikan kesan akan tingginya perhatian masyarakat terhadap kelautan baik
sebagai sumberdaya alam, maupun sebagai objek kegiatan yang berorientasi pada
ekonomi (Edayanto, 2008).
Tujuan Pembangunan Pelabuhan
Pembangunan selalu akan membawa perubahan (Soemarwoto, 1992).
Pertimbangan dan perhitungan dilakukan secara maksimal untuk menentukan
pembangunan sebuah pelabuhan. Keputusan pembangunan biasanya didasarkan
pada pertimbangan ekonomi, politik dan teknis dengan titik penentu terberat pada
ekonomi (Triatmodjo, 1996). Pembangunan pelabuhan selalu disertai dengan
dokumen AMDAL.
Pembangunan pelabuhan juga bertujuan untuk melayani penyebrangan
antar pulau (Permenhub No. 18 tahun 2013). Pelabuhan merupakan sarana pintu
masuk ke suatu wilayah dan penghubung antar daerah (Triatmodjo, 2010). Adanya
pelabuhan dapat membantu efisiensi transportasi laut secara nasional.
Pembangunan pelabuhan dapat menunjang pembangunan daerah dan nasional
(Menhub No. KM 53 tahun 2002).
14
Analisis Dampak
Menurut Soemarwoto (1992) dampak adalah suatu perubahan yang terjadi
sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia,
fisik maupun biologi. Studi Analisis Dampak Lingkungan (selanjutnya disingkat
menjadi AMDAL) merupakan studi multi-disiplin, oleh karenanya setiap pakar
yang terkait studi ini (baik lingkungan-fisik-sosial) harus melaksanakan penelitian
secara terpadu dan ilmiah. Studi AMDAL merupakan studi terapan atau “Action
Study” (Fandeli, 2004). Menurut Erickson (1979 dalam Fandeli, 2004) bahwa
seorang penyusun AMDAL harus bertindak:
1. Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan untuk
AMDAL,
2. Menjalin hubungan dalam kontak kepada semua lembaga yang terkait
dengan pengambilan keputusan,
3. Selalu siap untuk memberi penjelasan dan pengertian kepada para
pengambil kebijaksanaan/pengambil keputusan,
4. dan belajar mengerti dan mengetahui sistem pembangunan yang
dilaksanakan dan batasan dari pengambilan keputusan
Meminimalisir dampak pembangunan dapat menggunakan dokumen
AMDAL dari pembangunan pelabuhan (Soemarwoto, 1992). AMDAL merupakan
studi kelayakan untuk suatu pembangunan (Malkhamah, 1994).
Kondisi Ekonomi Masyarakat Pesisir
Kondisi sosial-ekonomi masyarakat pesisir masih didominasi oleh
penangkapan ikan. Kegiatan penangkapan ikan masih dilakukan dalam skala kecil,
dengan produksi yang masih rendah dan biaya operasional yang tinggi (Tuwo,
2011). Menurut Nugroho (2011), distribusi manfaat mengalir tidak hanya kepada
pemerintah, sektor swasta dan penunjangnya, tetapi juga untuk pemberdayaan
sosial dan ekonomi penduduk lokal. Salah satu stakeholder tidak berfungsi, maka
dapat mengakibatkan kelumpuhan aktivitas ekonomi lainnya dan menghasilkan
kerugian yang signifikan pada penduduk lokal.
15
Menurut Nikijuluw (2003 dalam Tuwo, 2011), yang dimaksud masyarakat
pesisir adalah kelompok yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan
perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut.
Masyarakat lebih banyak yang bersifat subsisten, menjalani usaha dan kegiatan
untuk menghidupi keluarga sendiri, sehingga hasilnya hanya bersifat
temporal/jangka pendek saja (Tuwo, 2011). Kondisi ekonomi sendiri dapat ditilik
dari pendapatan, pekerjaan, dan tenaga kerja. Kondisi Sosial dapat ditilik dari
kelembagaan, keanggotaan dalam lembaga (Sukamdi, 1999).
Kondisi Sosial Masyarakat Pesisir
Jenis mata pencaharian yang ditekuni sebagian besar di pesisir adalah
nelayan, petani rumput laut, wiraswasta dan pegawai pemerintah (Tuwo, 2009).
Umumnya istri mengurus rumah tangga, namun ada beberapa yang membantu
suami untuk mencari nafkah. Nelayan, pembudidaya ikan, dan pedagang
merupakan kelompok masyarakat pesisir yang secara langsung memanfaatkan
sumberdaya di pesisir (Nikijuluw, 2003 dalam Tuwo, 2009).
1.7 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan awal/ide dari penelitian berasal.
Bedasarkan penelitian yang akan dilakukan, Pelabuhan Kendal memiliki alasan
mengapa pelabuhan tersebut dibangun. Mulai dari perencanaan pembangunan
pelabuhan yang memilih lokasi di Kabupaten Kendal, proses pembangunan
pelabuhan Kendal dan operasional Pelabuhan Kendal.
Pemilihan pengembangan lokasi Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
merupakan lokasi yang sesuai dan tertera di (RIP) Peraturan Menteri No.18 tahun 2013
dan didukung dengan RTRW Kabupaten Kendal. Lokasi pembangunan Pelabuhan
Kendal berada di Desa Wonorejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.
Pembangunan pelabuhan membutuhkan lahan di lokasi tersebut yang merupakan
wilayah Desa Wonorejo. Penyesuaian luas lahan dilakukan agar lahan yang
diperuntukan dengan lahan yang tersedia untuk pembangunan Pelabuhan Kendal
sesuai. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang berada di Desa Wonorejo.
16
Lahan memiliki historis sebelum diperuntukan pembangunan Pelabuhan Kendal.
Hal tersebut nantinya berdampak terhadap alih fungsi penggunaan lahan di Desa
Wonorejo yang lahannya diperuntukan pembangunan Pelabuhan Kendal.
Masyarakat yang berada di Desa Wonorejo yang memiliki lahan di lokasi
pelabuhan harus merelakan lahannya diperuntukan pembangunan pelabuhan.
Lahan yang dipergunakan untuk pembangunan pelabuhan yang dikelola maupun
tidak dikelola merupakan milik Desa Wonorejo. Adapun lahan tersebut milik warga
Desa Wonorejo maupun warga luar Desa yang dikelola oleh warga Desa Wonorejo.
Lahan yang dikelola di Desa Wonorejo yang dapat memberi pemasukan kepada
Rumah Tangga di Desa Wonorejo. Alih fungsi lahan dapat berdampak pada
keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Desa Wonorejo. Gambar1.1 merupakan
gambaran kerangka penelitian ini.
17
1. Lokasi
2. Status Lahan
3. Ketersediaan lahan
4. Kebutuhan Lahan
5. Alih Fungsi Lahan
Setelah
Pembangunan
Ekonomi
Lahan
Pelabuhan Kendal Latar Belakang
Pembangunan
Sebelum
Pembangunan
1. Pendapatan
2. Pekerjaan
3. Ketersediaan Pekerjaan
1. Perencanaan
2. Proses
3. Operasional
Sosial
1. Pendidikan
2. Peranan dalam Keluarga
Dampak Pembangunan Pelabuhan Kendal
Masyarakat Desa Wonorejo
di sekitar pelabuhan
Gambar 1.1 Diagram Alir Kerangka Pemi1kiran
Luas dan jenis lahan yang terkonversi
18
1.8 Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian dibedakan menjadi tiga berdasarkan
tujuannya, yaitu:
1. Akan ditelaah lebih lanjut proses pembangunan Pelabuhan Kendal.
Pertanyaan penelitian yang diangkat untuk menjawab tujuan ini yaitu:
Pelabuhan apa yang dibangun di Kabupaten Kendal? (halaman 54)
Kapan rencana pembangunan Pelabuhan Kendal disusun? (halaman
56)
Bagaimana tahapan pembangunan Pelabuhan Kendal tersebut?
(halaman 58)
Darimana dana proyek pembangunan Pelabuhan Kendal berasal?
(halaman 58)
Siapa penanggung jawab proyek pembangunan Pelabuhan Kendal?
(halaman 54 dan 58)
2. Akan ditelaah lebih lanjut luasan dan jenis lahan yang terkonversi menjadi
Pelabuhan Kendal. Adapun pertanyaan penelitian yang diangkat untuk
menjawab tujuan kedua yaitu:
Bagaimana status kepemilikan lahan yang diperuntukan
pembangunan Pelabuhan Kendal? (halaman 65)
Peruntukan lahan apa saja yang terkonversi menjadi Pelabuhan
Kendal dan berapa luasannya? (halaman 78)
3. Akan ditelaah lebih lanjut mengenai dampak pembangunan Pelabuhan
Kendal bagi kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Wonorejo. Adapun
pertanyaan penelitian yang diangkat untuk menjawab tujuan ketiga, yaitu:
Apa mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Wonorejo
sebelum adanya Pelabuhan Kendal? (halaman 83)
Adakah perubahan mata pencaharian utama masyarakat Desa
Wonorejo akibat adanya Pelabuhan Kendal? (halaman 85)
Apa mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Wonorejo
setelah adanya Pelabuhan Kendal? (halaman 86 dan 87)
19
Berapa banyak perubahan pekerjaan yang dialami akibat terjadinya
alih fungsi lahan? (halaman 87)
Apakah pekerjaan responden sebagai petani tambak dan nelayan
mengalami penurunan setelah adanya Pelabuhan Kendal?
(halaman 89)
Bagaimana kondisi tangkapan/hasil dari nelayan dan petani tambak
setelah adanya Pelabuhan Kendal? (halaman 91)
Bagaimana pendapatan masyarakat setelah adanya Pelabuhan
Kendal? (halaman 93)
Apakah alih fungsi lahan mempengaruhi pendapatan responden?
(halaman 97)
Berapa nilai kompensasi dari Pemda untuk mengganti lahan yang
dimiliki oleh masyarakat Desa Wonorejo? (halaman 102 dan 104)