21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandara merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan penerbangan, dengan harapan bandara dapat berperan dalam hal pertumbuhan, pendorong maupun penggerak serta pemerataan pembangunan nasional. Bandara merupakan pintu masuk terhadap suatu wilayah dan menjadi penghubung antar wilayah satu dengan wilayah lainnya. Sesuai Keppres No. 15 tahun 2002 bahwasanya untuk mendistribusikan sebagian beban penumpukan aktivitas dari pusat kota ke wilayah lain, serta mengakselerasikan perkembangan kota maka salah satu cara dalam perwujudannya adalah dengan cara memindahkan bandara yang terdapat di pusat kota ke daerah lain di mana daerah tersebut merupakan daerah penyangga ibukota. Pemerintah Kota Medan menjadikan keputusan tersebut sebagai dasar untuk memindahkan Bandara Polonia ke Bandara Kuala Namu dengan maksud agar tidak terjadi penumpukan aktivitas di Kota Medan. Proyek pembangunan bandara yang dapat dinyatakan bahwa dengan dibangunnya bandara baru yaitu Bandara Kuala Namu, maka diharapkan bandara baru tersebut dapat menjadi motor penggerak bagi perekonomian di wilayah sekitarnya, sekaligus peran bandara baru ini dapat mempercepat arah laju perkembangan kota ke daerah Kuala Namu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81921/potongan/S1-2015...geografi khususnya mengenai dampak spatial perubahan penggunaan lahan akibat pembangunan

  • Upload
    lekiet

  • View
    225

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bandara merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam

penyelenggaraan penerbangan, dengan harapan bandara dapat berperan dalam hal

pertumbuhan, pendorong maupun penggerak serta pemerataan pembangunan

nasional. Bandara merupakan pintu masuk terhadap suatu wilayah dan menjadi

penghubung antar wilayah satu dengan wilayah lainnya. Sesuai Keppres No. 15

tahun 2002 bahwasanya untuk mendistribusikan sebagian beban penumpukan

aktivitas dari pusat kota ke wilayah lain, serta mengakselerasikan perkembangan

kota maka salah satu cara dalam perwujudannya adalah dengan cara

memindahkan bandara yang terdapat di pusat kota ke daerah lain di mana daerah

tersebut merupakan daerah penyangga ibukota. Pemerintah Kota Medan

menjadikan keputusan tersebut sebagai dasar untuk memindahkan Bandara

Polonia ke Bandara Kuala Namu dengan maksud agar tidak terjadi penumpukan

aktivitas di Kota Medan.

Proyek pembangunan bandara yang dapat dinyatakan bahwa dengan

dibangunnya bandara baru yaitu Bandara Kuala Namu, maka diharapkan bandara

baru tersebut dapat menjadi motor penggerak bagi perekonomian di wilayah

sekitarnya, sekaligus peran bandara baru ini dapat mempercepat arah laju

perkembangan kota ke daerah Kuala Namu.

2

Harapan pemerintah Kota Medan secara fisik dapat diterjemahkan bahwa

pembangunan bandar udara Kuala Namu merupakan kegiatan pelayanan yang

kebanyakan berwujud perekonomian. Fungsi Bandara yaitu sebagai titik

fokal/orientasi bangkitan ekonomi untuk wilayah sekitarnya. Keberadaaan

bandara dalam hal ini merupakan titik kumpul manusia. Berkumpulnya sejumlah

manusia di dalam bandara akan melahirkan keputusan ekonomi dari kelompok

pedagang untuk memperoleh keuntungan dari potensi keberadaan konsumen dan

pengguna bandara Kuala Namu tersebut. Keberadaan dari kelompok pedagang

akan membentuk suatu kawasan perdagangan yang mengisi aktivitas ruang di

sekitar bandara tersebut.

Bandar udara merupakan salah satu simpul transportasi yang memiliki

peranan penting dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda, khususnya antara

moda udara, moda jalan, dan moda rel. Upaya dalam meningkatkan pelayanan

operasional suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang

handal dan berkualitas. Mengacu pada masterplan Bandara Kuala Namu sebagai

pengganti Bandara Polonia Medan, dikarenakan wilayah Kota Medan yang sempit

dan pertumbuhan penduduknya semakin meningkat sehingga kebutuhan akan

lahan tempat tinggal pun semakin meningkat pula. Bandara Polonia yang sekarang

ini beroperasi di Kota Medan akan diganti dengan bandara baru yang berada di

Desa Kuala Namu.

Letak Desa Kuala Namu berada pada Kabupaten Deli Serdang,

dimana Desa Kuala Namu merupakan wilayah penyangga atau hinterland dari

kota Medan itu sendiri, dengan adanya pembangunan bandara baru di daerah

3

tersebut, maka Desa Kuala Namu terkena dampak terhadap perkembangan

ekonomi maupun perubahan tata guna lahan (fungsi lahan) di sekitarnya. Bandara

Kuala Namu merupakan bekas ladang perkebunan kelapa sawit milik PTPN II

Tanjung Morawa yang tidak produktif lagi, sehingga oleh pihak Angkasa Pura II

melakukan pembebasan lahan di daerah tersebut untuk dijadikan bandara yang

baru pengganti bandara Polonia. Perencanaan pembangunan Bandara Kuala Namu

sebenarnya telah diusulkan dan direncanakan sejak tahun 1992, akan tetapi proses

pembangunannya dimulai pada tahun 2006 dengan tahap pembebasan lahan oleh

pihak Angkasa Pura II, hal ini disebabkan krisis moneter yang terjadi pada waktu

itu membuat proses pembangunan mega proyek Bandara Kuala Namu menjadi

tertunda (dikutip dari www.glopic.co.id).

Bandara Kuala Namu merupakan bandara internasional terbesar kedua

di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, Bandara Internasional

Kuala Namu terlatak di Kecamatan Beringin dan Kecamatan Pantai Labu.

Pembangunan Mega proyek Bandara Kuala Namu memiliki luas lahan sebesar

1.376 hektar, dimana bandara tersebut akan memiliki kapasitas 8 juta penumpang

pertahun (dikutip dari wasapadamedan.com). Pembangunan mega proyek bandara

ini telah mengakibatkan perubahan penggunaan lahan di sekitarnya, dengan

adanya bandara tersebut maka terjadi alih fungsi lahan dari perkebunan menjadi

lahan terbangun.

4

1.2.RUMUSAN MASALAH

Bandara Internasional Kuala Namu merupakan pembangunan mega

proyek dari pemerintah Kota Medan dalam hal pemindahan dan pendistribusian

penumpukan aktivitas manusia. Pembangunan bandara ini memberikan pengaruh

terhadap perubahan dan fungsi lahan secara fisik. Terbangunnya bandara tersebut

maka semakin banyak lahan yang beralih fungsi. Lokasi penelitian ini berada di

Kecamatan Beringin yang termasuk kawasan yang beralih fungsi akibat

pembangunan Bandara Kuala Namu. Perlu dikaji mengenai perubahan

penggunaan lahan di sekitar Bandara Kuala Namu.

Ruang lingkup penelitian berfokus pada perubahan penggunaan

lahan. Rumusan masalah yang ada yaitu:

1. Bagaimana pola perubahan penggunaan lahan akibat pembangunan

Bandara Kuala Namu?

2. Bagaimana dampak spatial pembangunan di sekitar Bandara Kuala Namu?

1.3.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pola perubahan penggunaan lahan di sekitar Bandara Kuala

Namu dari tahun 2008-2013.

2. Mengidentifikasi dampak spatial di sekitar Bandara Kuala Namu.

Manfaat dan kegunaan penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah:

5

1. Bahan penyusun skripsi untuk menempuh ujian akhir tingkat sarjana di

Fakultas Geografi dan memberikan sumbangan atas perkembangan ilmu

geografi khususnya mengenai dampak spatial perubahan penggunaan

lahan akibat pembangunan bandara dan pengaruhnya pembangunan

tersebut terhadap masyarakat sekitar bandara.

2. Sebagai masukan terhadap Pemerintah Kabupaten Deli Serdang agar

mengetahui dampak pembangunan bandara tehadap masyarakat di

Kecamatan Beringin.

1.4. Tinjauan Pustaka

1.4.1. Pendekatan Geografi

Geografi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang

bumi beserta aktivitas di dalamnya, baik itu meliputi ruang, manusia, ekologi

maupun perubahan yang terjadi di dalamnya karena ada kaitannya satu sama lain

di dalam bumi itu sendiri, Bintarto (1975). Menurut UU No. 26 tahun 2007 ruang

adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk

ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan mahkluk

lain hidup melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya, namun

pengertian ruang disini yaitu suatu wadah yang memungkinkan adanya aktivitas

di dalamnya, pengertian ekologi dalam ilmu geografi yaitu interaksi manusia dan

makhluk hidup lainnya dengan lingkungannya, sedangkan kawasan adalah suatu

daerah dimana manusia dan mahkluk hidup lain tinggal dengan memiliki

6

hubungan sosial, terjadi kegiatan ekonomi dan memiliki kultur serta dan adanya

demografi yang berbeda-beda.

Pendekatan yang sering digunakan dalam studi ilmu geografi adalah

lebih mengutamakan pada metode analisisnya, sehingga terdapat tiga jenis

pendekatan yang dicetuskan yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, dan

pendekatan kompleks wilayah, Bintarto (1975).

a. Pendekatan keruangan (spatial)

Pendekatan spatial adalah suatu metode yang mempelajari tentang

fenomena geosfer dengan menggunakan ruang sebagai media untuk

menganalisis keruangan yang akan dimunculkan.

b. Pendekatan lingkungan (ekologi)

Pendekatan ekologi lebih menekankan kepada pendekatan elaborasi

secara intensifantara keterkaitan elemen–elemen lingkungan dengan

makhluk hidup lain atau aspek kehidupan yang ada, sehingga manusia

menjadi focus of analysis yang menekankan manusia sebagai makhluk

yang berbudaya dan terkait aspek kehidupanya seperti tingkah laku

dan kegiatan. Analisis ekologi memiliki beberapa tema yang

dikembangkan yaitu (1) keterkaitan antara manusia dengan

lingkungannya, (2) keterkaitan antara kegiatan manusia dengan

elemen lingkungan, (3) keterkaitan antara physic –artificialfeatures

dengan elemen–elemen lingkungan.

7

c. Pendekatan kompleks wilayah

Pedekatan kompleks wilayah merupakan penggabungan antara

pendekatan spatial dan pendekatan ekologi. Pendekatan kompleks

wilayah didasarkan pemahaman mendalam mengenai keberadaan

suatu wilayah sebagai suatu sistem, dalam sistem tersebut terdapat

subsistem dan terdapat banyak elemen–elemen wilayah yang saling

terkait.

1.4.2. Definisi Bandar Udara

Menurut Marlok and Hainim (1985), bandar udara merupakan suatu sarana

pelayanan terhadap pergerakan manusia (penumpang) dan barang dalam lingkup

transportasi udara yang membawa penumpang dan barang tersebut mengawali dan

mengakhiri sebuah perjalanan dengan menggunakan pesawat. Bandar udara

adalah sebuah lapangan terbang yang digunakan untuk mendarat ataupun lepas

landas sebuah pesawat terbang, tempat terjadinya bongkar muat barang, tempat

naik dan turunya penumpang, termasuk segala jenis fasilitas penunjang kegiatan

tersebut, (PP No. 5/1986, Tentang penyedia dan penggunaan Tanah Serta Ruang

Udara Sekitar Bandar Udara).

Definisi tersebut secara garis besar sebuah bandara memiliki fasilitas

tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang

paling sederhana minimal memiliki sebuah landasan pacu namun bandar udara-

bandar udara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator

layanan penerbangan maupun bagi penggunanya. Bandar udara juga harus

8

memiliki peran sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya

pembangunan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi sehingga memunculkan

keselarasan pembangunan nasional dalam pembangunan suatu daerah yang

menjadi lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara yang menjadi pintu masuk dan

keluar kegiatan ekonomi.

Berdasarkan keputusan menteri perhubungan No. KM 44 Tahun 2002,

bandara dapat dibedakan berdasarkan hirarki fungsional udara, penggunaan

bandara, dan status bandara. Hirarki fungsional bandara yaitu dapat di

generalisasikan menjadi fungsi bandara yang dibedakan dalam bentuk hirarki

fungsional bandara yaitu;

a) Bandara pusat penyebaran, berfungsi untuk menyebarkan

penumpang ke bandara yang lain di suatu tempat baik itu domestik

maupun mancanegara.

b) Bandara bukan pusat penyebaran, yaitu berfungsi sebagai sarana

untuk melayani penumpang ke bandara pusat penyebaran atau

bukan pusat penyebaran sesuai dengan penerbangan dalam negeri

yang menjadi cakupannya.

Penggunaan bandara dapat dibedakan menjadi bandara internasional

bandara yang terbuka untuk melayani angkutan udara dari atau ke luar negeri,

sedangkan bandara domestik yaitu bandara yang melayani angkutan udara dalam

negeri dan tidak terbuka untuk melayani penerbangan ke luar negeri.

Status bandara dapat dibedakan menjadi dua status, yaitu sebagai bandara

umum yang berguna untuk melayani kepentingan umum, sedangkan bandara

9

khusus yaitu bandara yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri guna

menunjang kegiaatan tertentu.

1.4.3. Infrastruktur

Menurut Grigg dkk (1988), infrastruktur merupakan sistem fisik yang

menyediakan mulai dari jenis transportasi, drainase, pengairan, bangunan-

bangunan dan berbagai falisitas publik lainnya yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.

Menurut World Bank (1994), menyatakan bahwa secara garis besar

infrastruktur dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Pubic Utilities, merupakan sistem yang terdiri dari kelistrikan,

telekomunikasi, pipa penyaluran air bersih, santasi dan drainase,

tempat pembuangan sampah, dan pipa penyaluran gas.

2. Public Work, merupakan sistem yang terdri dari jaringan jalan, dam

atau kanal yang berfungsi sebagai irigasi dan drainase.

3. Other Transport Sector, terdiri dari rel kereta api, transportasi

publik, dermaga dan lapangan terbang.

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama dalam fungsi-fungsi

sistem sosial maupun ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Sistem

infrakstruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur dasar

peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan agar dapat

digunakan sebagaimana fungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat

10

(Grigg, 2000). Infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem

sehingga memberikan pelayanan publik yang penting.

Grigg (2000) menggambarkan secara sederhana hubungan antara

infrastruktur dengan sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam bentuk

diagram. Diagram yang digambarkan Grigg menunjukkan bahwa secara ideal

lingkungan alam merupakan pendukung dari sistem infrastruktur, dan sistem

ekonomi didukung oleh sistem infrastruktur. Sistem sosial sebagai objek dan

sasaran didukung oleh sistem ekonomi.

Social System

Economic System

Physical Infrastructure

Natural Enviroment

Gambar 1.1 Hubungan infrasktruktur dengan sistem sosial,ekonomi, dan

lingkungan (Grigg, 2000).

Diagram di atas mengatakan bahwa lingkungan alam merupakan

lingkungan pendukung dasar dari semua sistem yang ada. Peran infrastruktur

sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial dalam tatanan kehidupan

manusia dengan lingkungan menjadi sangat penting. Infrastruktur yang kurang

berfungsi akan berdampak besar bagi manusia. Infrastruktur yang berlebihan

untuk kepentingan manusia tanpa memperhatikan daya dukung akan merusak

lingkungan dan pada akhirnya akan merugikan manusia.

11

1.4.4. Infrastruktur Bandara

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dan ditinjau dalam perencanaan

lapangan terbang antara lain: tipe pengembangan lingkungan sekitar, kondisi

atmospir, kemiringan, runway, ketinggian altitude, kemudahan untuk

mendapatkan transportasi darat, tersedianya tanah untuk pengembangan, adanya

lapangan terbang lain, halangan sekeliling, pertimbangan ekonomis dan

tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang lainnya ( Basuki, 1986 ).

1.4.5. Pengertian Rekonstruksi

Rekonstruksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah reka ulang

atau pengembalian seperti semula setelah kejadian yang telah mengubah dari

bentuk awal sebuah bentuk tersebut, rekonstruksi dilakukan untuk mengetahui

kejadian atau bentuk awal dari sebuah proses perubahan. Pengertian rekonstruski

spatial dalam hal ini ialah reka ulang atau pengembalian bentuk sebuah lahan

yang telah terbangun atau berubah bentuk dari lahan kosong menjadi sebuah

bangunan fisik.

1.4.6. Pengertian Penggunaan Lahan

Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi

manusia, mengingat kebutuhan masyarakat baik untuk melangsungkan

kehidupannya maupun untuk kebutuhan kegiatan kehidupan sosial, ekonomi dan

sosio-budaya. Lahan termasuk jenis sumberdaya alam yang tidak dapat

12

diperbaharui karena keberadaannya sebagai keadaan yang berharga (Ritohardoyo,

2013).

Menurut Ritohardoyo (2013), penggunaan lahan adalah interaksi manusia dan

lingkungannya, dimana fokus lingkungan adalah lahan, sedangkan sikap dan

tanggapan kebijakan manusia terhadap lahan akan menentukan langkah-langkah

aktivitasnya, aktivitas tersebut adalah kegiatan manusia di permukaan bumi untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

1.4.7. Pola Penggunaan Lahan

Menurut Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 tahun 2007, pola

penggunaan lahan diartikan sebagai bentuk pemanfaatan ruang yang

menggambarkan ukuran, fungsi, serta karakter kegiatan manusia, dan atau

kegiatan alam di dalamnya tercermin bentuk hubungan antar berbagai aspek

sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sosial, budaya, dan estetika lingkungan

dimensi ruang dan waktu yang dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta

berkualitas membentuk ruang. Menurut Yunus (2008), arti pola adalah kekhasan

distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah, dimana pola tersebut dapat

membentuk sebuah pola mengikuti jalan, mengikuti aliran sungai dan lain

sebagainya.

1.4.8. Perubahan Land Use dan Land Cover

Menurut Malingreau pada (Purwanto & Hadi, 2006), penggunaan lahan

merupakan campur tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap

13

lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan,

spiritual maupun gabungan keduanya. Perubahan penggunaan lahan sangat

bergantung pada aktivitas manusia.

Perubahan penggunaan lahan dapat dilihat penampakannya berdasarkan

waktu, yakni keadaan kenampakan penggunaan lahan dan posisinya berubah pada

kurun waktu tertentu. Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi secara sistematik

dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena

yang berulang, yakni tipe perubahan penggunaan lahan pada lokasi yang sama.

Perubahan penggunaan lahan ini dapat ditunjukkan dengan peta multi waktu.

Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri waktu, sehingga perubahan

penggunaan lahan dapat diketahui. Perubahan non-sistematik terjadi karena

kenampakan luasan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetap.

Penyebab perubahan penggunaan lahan dikarenakan memiliki faktor-

faktor pendorong (driving factor) seperti: faktor demografi (tekanan penduduk),

faktor ekonomi (pertumbuhan ekonomi), teknologi, policy (kebijakan), institusi,

budaya dan biofisik (Warlina, 2007).

Perubahan penggunaan lahan sangat bergantung dengan aktivitas manusia

di wilayah sekitarnya, hal ini menarik karena karateristik aktivitas manusia di

suatu wilayah berbeda-beda, sehingga perubahan lahan dapat menyebabkan

karateristik yang berbeda-beda untuk setiap wilayahnya.

14

1.4.9. Jenis Penggunaan lahan

Lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui,

oleh karena itu, lahan dapat digunakan oleh manusia sebagai tempat hidup dan

beraktivitas. Lahan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu lahan perkotaan

dan lahan perdesaan, pada lahan perkotaan terdapat lahan yang terbangun

maupun lahan yang tidak terbangun. Lahan pada daerah pedesaan masih jarang

digunakan untuk lahan terbangun, kebanyakan lahan berfungsi sebagai lahan

perkebunan. Lahan terbangun terdiri dari lahan untuk perumahan, perkantoran,

pendidikan, kesehatan dan industri. Menurut Yeates (1980), komponen

penggunaan lahan suatu wilayah terdiri atas pemukiman, industri, komersial,

jalan, tanah publik dan tanah kosong.

15

No. Judul Penelitian Nama Penulis Jenis dan

Tahun

Penelitian

Tujuan Penelitian Metode

Pene

litia

n

Hasil Penelitian

1. Perubahan Guna Lahan

Kawasan Bandara

Polonia

Masprida

Khairina

Tugas Akhir

2012

Mendeskripsikan

Perkembangan

Perubahan pemanfaatan

ruang di

sekitarBandara Polonia

dari

tahun 1991-2011.

Induktif

kualitatif

Menampilkan

perubahan

penggunaan lahan di

sekitar Bandara

Polonia

dari tahun 1991 –

2011.

16

Tabel 1.2 Tabel Penelitian Sebelumnya.

2. Dampak Spatial Terminal

Simpang Rimbo, Jambi

Dony Iskandar Thesis

2000

Menentukan dampak

spatial akibat

pembanguna terminal

Simpang Rimbo, Jambi

Analisis

kualitatif

Menampilkan Pola

perkembangan Spatial

aktivitas manusia

akibat

pembangunan

terminal

simpang Simbo,

Jambi.

3. Pengaruh Keberadaan Bandara

Internasional Kualanamu

Terhadap Perubahan Sosial

Ekonomi Dan Perubahan Fisik

Kawasan Sekitarnya

Nia Fitria Indah

Skripsi

2013

Menentukan perubahan

sosial dan ekonomi

masyarakat serta

perubahan kawasan fisik

di sekitar Bandara

Kualanamu

Kuantitatif

Menampilkan Hasil

perubahan Sosial dan

ekonomi masyarakat

dan perubahan fisik di

sekitar kawasan

bandara.

17

Beberapa penelitian tersebut yang berhasil dikumpulkan terkait akan

Rekonstruksi Spatial Perubahan Pengguanaan Lahan dengan beberapa judul yang

ada dan tema penelitian yang berbeda, terlihat masih adanya celah untuk meneliti

terkait akan bandara yang memiliki judul dan tema penelitian yang berbeda dan

sudut pandang penelitian yang berbeda dengan masing–masing alur pemikiran

yang ditunjang dari program studi. Penelitian ini dikhususkan untuk

merekonstruksi perubahan penggunaan lahan yang dikonversi menjadi bangunan

fisik yang timbul akibat adanya bandara di daerah Kecamatan Beringin.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitan lainnya adalah penelitian ini merupakan

langkah untuk menggambarkan sebuah rekonstruksi yang diawali dari bentuk

lahan yang berupa bekas lahan perkebunan kelapa sawit yang diubah fungsi lahan

menjadi bandara, dan yang akan diteliti yaitu perubahan penggunaan lahan di

sekitar bandara dimulai dari tahun 2008-2013, baik itu di sekitar bandara maupun

sepanjang jalan menuju bandara. Metode yang digunakan alam penelitian adalah

kualitatif deskriptif, dengan menggunakan metode ini, maka dapat

mendeskripsikan tentang perubahan penggunaan lahan yang digambarkan dalam

bentuk sebuah peta multi waktu perubahan penggunaan lahan. Lokasi yang

dijadikan penelitian terletak di Desa Pasar VI Kuala Namu, Desa Aras Kabu, dan

Desa Sidourip. Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah tidak lain untuk

menjelaskan perubahan penggunaan lahan sekitar Bandara Kuala Namu yang

dimulai dari tahun 2008-2013, perubahan tersebut diperoleh dari informasi

masyarakat yang kemudian dipetakan dari tahun ke tahun, selain itu pentingnya

penelitian ini untuk mengetahui dampak spatial akibat pembanguan Bandara

18

Kuala Namu terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

1.5. Kerangka Pemikiran

Bandara Kuala Namu merupakan bandara yang menjadi pengganti

Bandara Polonia yang ada di Kota Medan, letak Bandara Kuala Namu terletak di

Desa Kuala Namu, Kecamatan Beringin. Wilayah Kecamatan Beringin

merupakan kecamatan yang terletak di Pesisir Pantai Timur Provinsi Sumatera

Utara. Lahan yang dijadikan bandara baru yaitu Bandara Kuala Namu merupakan

lahan bekas perkebunan kelapa sawit yang diubah oleh pihak pemerintah dan juga

pihak Angkasa Pura untuk dijadikan bandara baru. Keberadaan bandara baru

tersebut secara otomatis lahan yang tersedia dibangun untuk dijadikan bandara

beserta infrastruktur lain yang mendukung bandara itu sendiri. Ketersediaan lahan

di sekitar bandara sekarang ini menjadi sangat terbatas atau semakin menipis,

jumlah luas lahan produktif pun mengalami hal yang sama. Lambat laun

ketersediaan lahan yang ada di sekitar bandara tersebut akan menipis disebabkan

oleh pertumbuhan manusia di sekitarnya. Masyarakat yang berada di sekitar

bandara merupakan masyarakat yang bekerja sebagai petani dan juga buruh

bangunan, hal ini menyebabkan sebagian masyarakat tersebut beralih menjadi

penjual usaha kelontong maupun buruh dari pembangunan bandara itu sendiri,

akan tetapi pembangunan bandara memiliki keuntungan tersendiri bagi

masyarakat sekitar.

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di sekitar bandara

membutuhkan sebuah reka ulang ataupun rekonstruksi untuk mengetahui pola

19

sebaran pembangunan dan juga mengetahui dampak spatial perubahan

penggunaan lahan di sekitar bandara dari tahun 2008-2013. Rekonstruksi

digunakan untuk mengetahui dan menyusun perubahan penggunaan lahan sekitar

bandara. Hasil dari rekonstruksi spatial tersebut sebagai landasan dalam

menentukan pola, mengetahui perubahan penggunaan lahan dan dampak terhadap

masyarakat sekitar.

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pemikiran tersebut dituangkan

dalam bentuk diagram pada gambar 2, sebagai berikut:

20

Gambar 1.2. Kerangka Pemikiran.

Pembangunan Bandara Kuala Namu mengakibatkan perubahan

penggunaan lahan, pembangunan infrastruktur, dan perubahan

kondisi masyarakat di sekitar bandara.

Merekonstruksi perubahan penggunaan lahan di sekitar

Bandara Kuala Namu dari tahun 2008-2013.

Mengidentifikasi dampak spatial dari

pembangunan Bandara Kuala Namu

Analisis pola perubahan penggunaan

lahan di sekitar Bandara Kuala Namu

Analisis dampak spatial pembangunan

Bandara Kuala Namu

-Perkembangan infrastruktur di sekitar

Bandara Kuala Namu

-Perubahan kondisi sosial dan ekonomi

Perubahan dan pekembangan

penggunanan lahan di sekitar

Bandara Kuala Namu

-Pola perubahan penggunaan lahan

di sekitar Bandara Kuala Namu.

-Dampak spatial yang ditimbulkan

oleh keberadaan Bandara Kuala Namu.

-Perubahan kondisi sosial dan ekonomi

Arahan dan rekomendasi akibat

perubahan tersebut.

21

1.6. Batasan Operasional

Lahan: Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi

manusia, mengingat kebutuhan masyarakat baik untuk melangsungkan

kehidupannya maupun untuk kebutuhan kegiatan kehidupan sosial-ekonomi dan

sosio-budaya (Ritohardoyo, 2013)

Rekonstruksi: Reka ulang atau pengembalian seperti semula setelah kejadian

yang telah mengubah dari bentuk awal sebuah bentuk tersebut, rekonstruksi

dilakukan untuk mengetahui kejadian atau bentuk awal dari sebuah proses

perubahan (kamus besar bahasa Indonesia).

Bandar Udara: Sebuah lapangan terbang yang digunakan untuk mendarat

ataupun lepas landas sebuah pesawat terbang, tempat terjadinya bongkar muat

barang, tempat naik dan turunya penumpang, termasuk segala jenis fasilitas

penunjang kegiatan tersebut, (PP No. 5/1986, Tentang penyedia dan penggunaan

Tanah Serta Ruang Udara Sekitar Bandar Udara).

Pola: Kekhasan distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah (Yunus,

2008).

Perkembangan: Suatu perubahan menyeluruh yang menyangkut segala

perubahan di dalam masyarakat suatu wilayah baik perubahan sosial, ekonomi,

sosial-budaya maupun perubahan fisik (Hendarto, 1997).

Spatial: Aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak,

dan posisinya. ( UU No. 4 tahun 2011 tentang informasi geospasial).