28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembanga mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002 dalam Arni, 2009). Menurut Almatsier (2001) dalam Arni (2009), status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok- kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri. Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. (Anwar, 2008 dalam Arni, 2009).

BAB I - Fauziah Diniy Hanif lnjutn.doc

  • Upload
    yaaan

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembanga mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002 dalam Arni, 2009). Menurut Almatsier (2001) dalam Arni (2009), status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.

Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. (Anwar, 2008 dalam Arni, 2009). Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia- Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12,% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing- masing adalah 5,3% dan 9,8% (Inoue, 2000 dalam Taufik, 2010). Di Malaysia menunjukkan angka prevalensi obesitas 13,8% pada usia 10 tahun keatas. Sedangkan di Indonesia sendiri, angka kejadian obesitas sering dialami di kota-kota besar, seperti Yogyakarta yaitu 9,7% anak sekolah dan Denpasar 15,8% anak sekolah (Himmah et al dalam Hidayah et al. 2007) Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Gemuk (Laki-laki) adalah 9,5%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Gemuk (Perempuan) adalah 6,4% (Riskesdas, 2007). Sedangkan hasil penelitian di provinsi riau menunjukkan prevalensi 12% untuk keadaan status gizi kurang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Thomas tahun 2005 menunjukkan angka prevalensi gizi kurang pada anak usia sekolah adalah 42,1% memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) dibawah normal. Keadaan gizi berlebih juga sering dialami oleh anak-anak usia sekolah terutama pada anak-anak di kota-kota besar. (Thomas, 2005)Dari latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan status gizi terhadap indeks prestasi siswa Sekolah Dasar Dharmawanita Medan1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa-siswi sekolah dasar di SD Dharmawanita Medan?1.3. Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui apakah ada hubungan status gizi terhadap indeks prestasi siswa Sekolah Dasar Dharmawanita Medan.1.3.2. Tujuan Khusus1. Mengetahui pengaruh status gizi dengan tingkat pencapaian akademik pada siswa-siswi sekolah dasar di SD Dharmawanita Medan2. Mengetahui prestasi belajar anak-anak kelas siswa-siswi sekolah dasar di SD Dharmawanita Medan1.4. Manfaat Penelitian1. Bagi pemerintah Kota Medan Dapat digunakan sebagai bahan masukan, untuk mengadakan kebijakan sebagai solusi bagi meningkatkan status gizi pada siswa-siswi terutama pada sekolah dasar.

2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan prestasi belajar anak-anak sekolah terutama sekolah dasar di Kota Medan.

3. Bagi pihak sekolah Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan maklumat bagi mengetahui status gizi anak-anak sekolah dasar tersebut dan seterusnya mencari resolusi pada peringkat sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar anak-anak SD sekolah tersebut.

4. Bagi pihak masyarakat Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas terutamanya dalam segi pendidikan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Gizi

2.1.1 Defenisi Gizi

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa

lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002 dalam Arni, 2009

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa, dkk, 2002). Kata gizi berasal dari bahasa arab ghidza, yang berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan disisi lain berkaitan dengan tubuh manusia. Secara klasik gizi dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energy, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. (Sunita, 2010)Menurut Deswani dkk (1990) dalam Supriasa (2002), menjelaskan beberapa istilah terhadap status gizi. Istilah-istilah tersebut diantaranya gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Dan istilah lainnya yaitu keadaan gizi, yaitu keadaan akibat dari keseimbangan antar konsumsi dan penyerapan zat gizi dan pengunaan zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.2.1.2 Gizi Pada Usia Sekolah

Anak-anak mengembangkan dan meningkatan kefasihan dalam bahasa, meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan, serta pada koordinasi fisik dan ketangkasan saat mereka kemajuan melalui prasekolah dan usia sekolah. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak seluruhnya kebutuhan gizi pada anak terutama anak usia sekolah tercukupi. Hal ini didasarkan pada pola hidup anak jaman modern sekarang ini. Yaitu dengan berbasis makanan cepat saji dengan tinggi lemak dan tidak didukung dengan aktivitas diluar rumah. Salah satu survei yang dilakukan di America Serikat, pada anak usia sekolah mengungkapkan bahwa pada 40% dari anak-anak tidak makan sayuran, kecuali kentang atau saus tomat, dan 20% tidak makan buah-buahan. (Wardlaw, 2009).Kebutuhan pada anak terutama pada usia sekolah terdiri dari atas dua komponen, yaitu makronutrien dan mikronutrien. Peran keduanya sangatlah penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan total energi terus meningkat sepanjang masa karena meningkatkannya ukuran tubuh dan, untuk beberapa anak, tingkat yang lebih tinggi aktivitas fisik. (Wardlaw, 2009). Angka kebutuhan energi bervariasi berdasarkan beberapa faktor yaitu usia anak, berat badan, dan tingkat aktivitas. Orang tua harus memberikan diet yang mendukung pertumbuhan normal dan aktivitas fisik yang tepat dan meminimalkan risiko kelebihan berat badan. Berikut adalah kebutuhan anak berdasarkan kebutuhan nutrisinya: (J. Thompson et al, 2011).

1. Makronutrisi

a. Lemak

Lemak merupakan makanan tetap yang menjadi makronutrien kunci dalam tahun-tahun prasekolah. Namun memasuki usia sekolah, total lemak secara bertahap harus dikurangi ke tingkat lebih dekat dengan orang dewasa (Wardlaw, 2009). Sekitar 25% sampai 35% dari total energy. Salah satu cara mudah untuk mulai mengurangi lemak dari makanan adalah untuk perlahan-lahan memperkenalkan produk susu rendah lemak seperti susu 2% atau 1%, yogurt rendah lemak, dan makanan rendah lemak lainnya sambil meminimalkan asupan makanan yang digoreng. Diet dengan mengurangi 25% kalori dari lemak tidak dianjurkan untuk anak-anak, karena anak-anak masih akan terus tumbuh, berkembang, dan hingga pertumbuhannya berhenti. (J. Thompson et al, 2011).

b. Karbohidrat

Kebutuhan karbohidrat untuk anak-anak adalah 130 g / hari, yaitu sekitar45% sampai 65% dari total energi harian. Karbohidrat kompleks dari biji-bijian, buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan harus lebih diprioritaskan. Gula sederhana harus berasal dari buah-buahan dan jus buah. Kebutuhan akan serat untuk anak-anak adalah 14 g / 1.000 kcal, yang dapat harus dipenuhi oleh konsumsi buah-buahan segar, sayuran, kacang-kacangan, dan seluruh grains. Seperti kasus dengan balita, terlalu banyak serat dapat merugikan karena bisa membuat anak merasa penuhi dan mengganggu asupan makanan yang cukup dan menurunkan penyerapan nutrisi tertentu seperti besi dan seng. (J. Thompson et al, 2011).

c. Protein

Jumlah kebutuhan protein meningkat untuk anak-anak karena anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan akan terus meningkat meskipun laju pertumbuhan mereka telah melambat. Kebutuhan akan protein adalah 0,95 g / kg berat badan per hari. Daging, ikan, unggas, produk susu rendah lemak, kedelai berbasis makanan, dan kacang-kacangan adalah sumber nutrisi protein yang dapat diberikan kepada anak-anak dari semua usia. (J. Thompson et al, 2011).

2. Mikronutrisi

Kebutuhan mikronutrien meningkat sedikit untuk anak-anak sampai usia 8 tahun karena mereka pertambahan ukuran tubuh akibat pertumbuhan anak. Kenaikan tajam terjadi selama tahun-tahun transisi mendekati masa remaja. Kenaikan ini disebabkan oleh percepatan pertumbuhan remaja yang akan datang dan fase awalkematangan seksual. Anak-anak yang tidak mengkonsumsi jumlah yang disarankan seperti buah-buahan dan sayuran setiap hari dapat mengalami kekurangan vitamin A, C, dan E. Mineral juga menjadi perhatian diantaranya adalah kebutuhan kalsium, zat besi, dan seng, yang terutama berasal dari makanan hewani. Kebutuhan untuk kalsium adalah 800 mg / hari untuk anak usia 4 sampai 8 tahun dan 1.300 mg / hari untuk anak usia 9 sampai 13 tahun. Puncak pertumbuhan massa tulang dicapai pada remaja akhir atau awal 20-an, dan masa kanak-kanak dan remaja adalah saat-saat kritis untuk memastikan deposisi memadai jaringan tulang. Kurangnya asupan kalsium selama masa kanak-kanak dan remaja mengarah pada kesehatan tulang yang buruk dan potensi osteoporosis di kemudian hari. (J. Thompson et al, 2011).

Kebutuhan besi untuk anak usia 4 sampai 8 tahun untuk besi dan seng sedikit meningkat sampai 10 mg / hari dan 5 mg / hari, respectively.5 RDA untuk besi turun menjadi 8 mg / hari untuk laki-laki dan perempuan berusia 9 sampai 13 tahun. Daging lembut dan unggas adalah sumber besi yang mudah diterima oleh sebagian besar anak-anak, dan kacang-kacangan menawarkan kaya serat, bebas lemak alternatif yangjuga akan menambah zat besi dan seng. Jika ada kekhawatiran bahwa kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi dengan alasan apapun, seperti makan terlewatkan atau sumber daya yang tidak memadai keluarga, suplemen vitamin dan mineral dapat membantu memperbaiki defisit apapun. Jika digunakan, suplemen harus usia tertentu dan direkomendasikan dosis agar tidak terlewati dari kebutuhan awal. (J. Thompson et al, 2011).

2.2 Status Gizi

2.2.1 Defenisi Status GiziStatus gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2001 dalam Arni , 2009).

Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antar konsumsi dan penyerapan zat gizi dan pengunaan zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. (Taufik, 2010)Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson, 1990)Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri

(Almatsier, 2001). Sedangkan menurut Beck (1993) status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan dan keseimbangan antara masukan nutrien.

2.2.2 Penilaian Status GiziPenilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai (Arisman, 2010).

Komponen penilaian status gizi meliputi (1) survei asupan makanan, (2) pemeriksaan biokimia, (3) pemeriksaan klinis, serta (4) pemeriksaan antropometris (Arisman, 2010). 2.2.2 Pemeriksaan Antropometri

Pengukuran status gizi anak berdasarkan antropometri adalah jenis pengukuran paling sederhana dan praktis karena lebih mudah dilakukan, murah, cepat, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar, serta hasil pengukurannya lebih akurat. Secara umum antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap berat badan, tinggi badan, dan lingkaran-lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, dkk, 2002).

Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi. Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu untuk: (1) penapisan status gizi, (2) survei status gizi, dan (3) pemantauan status gizi. Penapisan diarahkan pada orang per orang untuk keperluan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan itu. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu (Arisman, 2010). Penilaian antropometris status gizi dan KKP didasarkan pada pengukuran berat dan tinggi badan, serta usia. Data ini dipakai dalam menghitung 3 macam indeks, yaitu indeks (1) berat terhadap tinggi badan (BB/TB) yang diperuntukkan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang; (2) tinggi terhadap usia (TB/U) yang digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi di masa lampau; dan (3) berat terhadap usia (BB/U) yang menunjukkan secara sensitif gambaran status gizi saat ini (saat diukur). Kekurangan tinggi terhadap usia meriwayatkan satu masa ketika pertumbuhan tidak terjadi (gagal) pada usia dini selama periode yang cukup lama (Soekirman, 2000).

Pertambahan berat badan merupakan parameter yang paling sesuai karena cukup sensitif, erat hubungannya dengan konsumsi energi dan protein yang merupakan dua jenis zat gizi yang paling sering menimbulkan masalah kesehatan gizi pada skala nasional atau daerah luas regional di Indonesia. Parameter ini juga cukup sensitif terhadap perubahan-perubahan akut mengenai konsumsi bahan makanan pokok dan mudah pelaksanaannya. Pemantauannya dapat dilakukan berkesinambungan oleh masyarakat itu sendiri dengan biaya murah tanpa memerlukan peralatan rumit dan keahlian khusus (Sediaoetoma, 2006)Tabel 1 Klasifikasi Status Gizi dengan Indeks BB/U

Indeks BB/UKlasifikasi

>2 SDLebih

-2 SD s/d +2 SDBaik

< -2 SD s/d -3 SDKurang