98
1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 ta hun, 65 tahun, dan 70 tahun. WHO menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk dunia I8,5% yang mengalami Stroke yaitu lansia. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya supalai darah kebagian otak. Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden Stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita. Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak,

BAB editjkl;kjnb bmmm

Embed Size (px)

DESCRIPTION

klgklihlkojlm/;m./ml.nklhilgufjyfchchjchchnbcvmh

Citation preview

29

BAB I

PENDAHULUANI.I. Latar BelakangLansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia kemunduran yaitu ada yang menetapkan 60 ta hun, 65 tahun, dan 70 tahun. WHO menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk dunia I8,5% yang mengalami Stroke yaitu lansia. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya supalai darah kebagian otak. Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden Stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita. Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf tampaknya sedang merambah naik di dunia.Walaupun belum didapat data secara konkrit mengenai hal ini.Selain itu, usia harapan hidup di dunia kian meningkat sehingga semakin banyak terdapat lansia. Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah Stroke. Usia merupakan faktor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.Di seluruh dunia angka kejadian Stroke sekitar 180 per 100.000 per tahun(0,2%)dengan angka prevalensi 500-600 per 100.000(0,5%).Di negara seperti Inggris dan Amerika, sebagian besar Stroke yang dijumpai pada pasien (88%) adalah jenis iskemik karena penyumbatan pada pembuluh darah, sedangkan sisanya adalah stroke hemoragik karena pecahnya pembuluh darah. Di Indonesia sendiri menurut survei tahun 2008, Stroke merupakan pembunuh no.1 di RS. Pemerintah di seluruh penjuru indonesia.Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena Stroke dari jumlah tersebut,sepertiga bisa pulih kembali,sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan pnderita terus menerus dikasur.

Dipanti Tresna Wherda Teratai terdapat 63 orang penghuni dimana ada 4 orang menderita Stroke yang diantaranya ada 1orang yang mengalami Stroke ringan,1 orang yang mengalami Stroke sedang dan 2 orang yang mengalami Stroke berat.Penyakit jantung dan Stroke merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan. Bahkan sekarang ini di Indonesia penyakit jantung menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian . Penyakit jantung dan Stroke sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua,maka dari itu perlu diadakan seminar-seminar tentang Stroke hal ini disebabkan Stroke merupakan pembunuh yang secara tiba-tiba karena serangannya mendadak sedangkan masyarakat terlalu meremehkan penyakit ini tanpa menyadari resiko yang akan timbul dari Stroke salah satunya kematian. Berdasarkan hal diatas, kelompok tertarik untuk membahas tentang Asuhan Keperawatan pada pasien H dengan Kasus Stroke di Ruang isolasi Panti Tresna Werdha Teratai Palembang.1.2. Tujuan1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Stroke yang mengalami perubahan fisiologis dengan atau tanpa gangguan struktur pada berbagai sistem tubuh dengan mengaplikasikan ilmu keperawatan, medis dan berbagai ilmu terapan lain yang terkait.1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Dapat melakukan pengkajian pada pasien H dengan Stroke di ruang isolasi di Panti tresna werdha teratai.1.2.2.2Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien H dengan Stroke di ruang isolasi di Panti tresna werdha teratai.1.2.2.3. Dapat melakukan rencana keperawatan pada pasien H dengan Stroke di ruang isolasi di Panti tresna werdha teratai.1.2.2.4. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada pasien H dengan Stroke di ruang isolasi di Panti tresna werdha teratai.1.2.2.5 Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada pasienH dengan Stroke di ruang isolasi di Panti tresna werdha teratai.1.3 Manfaat

1.3.1. Untuk Mahasiswa

1. Sebagai persyaratan menyelesaikan Mata Kuliah Keperawatan Gerontik Pada Program Profesi Ners.

2. Untuk mendapatkan gambaran yang nyata dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Gerontik pada klien dengan kasus Stroke.1.3.2. Untuk Institusi Pendidikan

Menerapkan teori secara terpadu untuk praktikan dan akan berguna untuk perbaikan dalam sumbangan pemikiran dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada klien sehingga meningkatkan mutu pendidikan.

1.3.3. Untuk Panti Tresna Werdha TerataiDapat memberikan informasi dan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gerontik pada klien dengan gangguan sistem Persarafan Stroke1.4 Metode PenulisanMetode penulisan dalam pengumpulan data pada penyusunan Asuhan Keperawatan ini adalah metode deskriptif yakni suatu metode penulisan yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif dan nyata.1.5 Tehnik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Untuk memperoleh data, penulis melakukan tanya jawab langsung dengan klien, keluarga, perawat yang ada diruangan, wawancara dilakukan dengan cepat dan tepat dalam keperawatan gerontik.2. Observasi

Dilakukan dengan pengamatan dan pengkajian secara langsung serta berkesinambungan terhadap hal yang berkaitan dengan permasalahan klien.3. Pemeriksaan Fisik

Untuk memperoleh data praktikan juga melakukan pemeriksaan dan pengukuran langsung mengenai masalah yang ada pada klien.4. Tinjauan Literatur

Metode ini digunakan untuk mencari, mempelajari, menganalisa dan mengumpulkan bahan-bahan dari buku ilmiah, majalah bahan kuliah serta catatan lain yang dibutuhkan dan berkaitan dengan penulisan ini.5. Dokumentasi pelaksanaan Tindakan

Dilakukan dengan cara mendokumentasikan implementasi keperawatan gerontik dan evaluasi segera setelah diakukan tindakan keperawatan.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Pengertian

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002 ).Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya supalai darah kebagian otak (Brunner & Sudarth, 2002).

Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu (Harsono,1996, hal 67).Stroke merupakan manifestasi neurologis yang umum yang timbul secara mendadak sebagai akibat adanya gangguan suplai darah ke otak. (Depkes RI 1996)Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Doenges,2000).

2.2. Anatomi & Fisiologi

2.2.1. Anatomi

Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer dari semua alat tubuh. Otak dibagi menjadi tiga bagian besar : serebrum, batang otak, dan serebelum. Semua berada dalam satu bagian strukrur tulang yang disebut tengkorak, yang juga melindungi otak dari cerdea. Empat tulang yang berhubungan membentuk tulang tengkorak : tulang frontal, parietal, temporal, dan oksipital.

2.2.2. Fisiologi

Bagian - bagian otak terdiri dari :a. Serebrum

Terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus.

Dua hemisfer yaitu:

substansia alba ( materi putih )

substansia grisea ( materi kelabu )

Empat lobus serebrum, yaitu:

1). Lobus Frontal Lobus terbesar, terletak pada fossa anterior.Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian, dan menahan diri.

2). Lobus Parietal

Lobus sensori, area ini menginterpretasikan sensasi. Sensasi rasa yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.

3). Lobus Temporal

Berfungsi mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini.

4). Lobus Oksipital

Terletak pada lobus posterior hemisfer serebri, bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan.

b. Batang Otak

Terletak pada fossa anterior dan terdiri dari :

1). Otak Tengah ( Mesensefalon )

Menghubungkan pons dan serebelum dengan hemisfer serebrum. Bagian ini berisi jalur sensorik dan motorik, dan sebagai pusat refleks pendengaran dan penglihatan.

2). Pons

Terletak di depan serebrum antara otak tengah dan medulla, dan merupakan jembatan antara dua bagian serebelum, dan juga antara medulla dan serebrum.Pons berisi jaras sensorik dan motorik.

3). Medula Oblongata

Berfungsi meneruskan serabut - serabut motorik dari otak ke medulla spinalis dan serabut serabut sensori dari medulla spinalis ke otak.

Diensefalon

Fossa bagian tengah atau diensefalon berisi :

1). Talamus

Berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan aktivitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima.

2). Hipotalamus

Terletak pada anterior dan inferior talamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf autonom. Hipotalamus juga bekerja sama dengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokontriksi dan vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual, dan pusat respon emosional.

3). Kelenjar Hipofisis

Kelenjar hipofisis dianggap sebagai master kelenjar karena sejumlah hormon - hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini.

c. Serebelum

Serebelum terletak pada fossa posterior dan terpisah dari hemisfer serebral, lipatan duramater, tentorium serebelum.

Serebelum mempunyai dua aksi, yaitu :

1). Merangsang dan menghambat dan bertanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerakan halus

2). Ditambah mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan posisi dan mengintegrasikan input sensorik.Saraf Otak ada dua belas pasang yang terdiri dari:

NOSARAFSIFAT SARAFFUNGSI

I.N.OlfaktoriusSensorikSensasi terhadap bau bauan

II.N. OptikusSensorikKetajaman penglihatan

III.N.OkulomotoriusMotorikMempersarafi 4 dari 6 otot mata, otot yang membuka kelopak mata dan otot polos tertentu pada mata

IV.N.TroklearisMotorikMempersarafi 1 otot mata ( Obliques superior )

V.N.TrigeminusMotorik & SensorikSensasi pada wajah, refleks kornea, dan mengunyah

VI.N.AbdusensMotorikMempersarafi 1 otot mata ( Rektus lateralis)

VII.N.FasialisMotorik& SensorikGerakan otot wajah, ekspresi wajah, sekresi air mata dan ludah, rasa kecap: dua pertiga anterior lidah

VIIIN.VestibulokoklearisSensorikKeseimbangan dan pendengaran

IX.N.GlasofaringeusMotori&SensorikRasa kecap: sepertiga lidah bagian posterior

X.N. VagusMotori&SensorikKontriksi faring, gerakan simetris dari pita suara, gerakan simetris palatum mole, gerakan dan sekresi viseral torakal dan abdominal

XI.N. AssesoriusMotorikGerakan otot sternokleidomastoideus dan trapezius

XII.N.HipoglossusMotorikGerakan lidah

Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Fungsi system saraf simpatis dan parasimpatis selalu berlawanan ( antagonis ). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan nervus vagus bersama cabang cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan sumsum sambung.

Tabel Fungsi Saraf Otonom :

PARASIMPATIKSIMPATIK

- Mengecilkan pupil- Memperbesar pupil

- Menstimulasi aliran ludah- Menghambat aliran ludah

- Memperlambat denyut jantung- Mempercepat denyut jantung

- Membesarkan bronkus- Mengecilkan bronkus

- Menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan- Menghambat sekresi kelenjar pencernaan

- Mengerutkan kantung kemih- Menghambat kontraksi kandung kemih

2.3. Etiologi

Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian :

1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak ).

Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih distal disebut embolus.

2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian epidemiologi didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan iskmik otak, apakah yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 % disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 % oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara ,tumor, metastase, bakteri, benda asing

3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)2.4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik / tanda dan gejala pada pasien dengan stroke adalah :

a. Serangan stroke biasanya terjadi pada saat penderita sedang beraktivitas

b. Terjadi penurunan kesadaran. Pada perdarahan intra sebri penurunan kesadaran lebih sering ditemukan dibandingkan pada perdarahan subaracnoid.c. Nyeri kepala. Nyeri kepala pada perdarahan sub aracnoid lebih hebat dibandingkan nyeri kepala pada perdarahan intra serebri.d. Kaku kuduk dan tanda meningel yang lain seperti kernig sign, brudzinski sign (I II III IV), lasigue sign positif pada perdarahan sub aracnoide. Hemiparase tubuh, hemiparase terjadi pada sisi yang berlawanan dengan letak perdarahan (contoh: pada hemiparase tubuh bagian kanan, maka otot kiri yang terkena).f. Afasia, umumnya terjadi bila otak kiri yang terkena pada pasien terjadi gangguan afasia broca dan wernicke dimana pasien tersebut tidak mampu bertutur kata (afasia motorik) dan tidak dapat memahami pembicaraan orang lain (afasia sensorik)g. Mual, muntah, karena adanya kenaikan tekanan intra kranialh. Gangguan penglihatani. Kesulitan menelan.

2.5. Patofisiologi

Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-400 mcmeter mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arterio talamus (talamo perforate arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilaris mengalami perubahan-perubahan degenaratif yang sama. Kenaikan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari.

Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai dengan 6 jam dan jika volumenya besarakan merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik.

Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merasuk dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorbsi darah akan diikutioleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.

Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan menyebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.

Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. 2.6. Patoflow2.7. Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan diagnostik antara lain, :

a. CT Scan

Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.

b. Angiografi serebral

membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.

c. Pungsi Lumbal menunjukan adanya tekanan normal. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.

d. MRI Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.

e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

f. Ultrasonografi Dopler

Mengidentifikasi penyakit arteriovena

g. Sinar X Tengkorak Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

(Doenges. 2000)2.8. Penatalaksanaan Medis

Adapun penatalaksanaan medis antara lain, :1) Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.2) Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi. 3) Mempertahankan perfusi jaringan serebral secara adekuat: misalnya dengan tirah baring, monitor tekanan darah dan tingkat kesadaran. 4) Melindungi jaringan marginal disekitar infark. 5) Merangsang pulihnya fungsi neuron yang mengalami kerusakan ireversibel. 6) Mencegah pembentukan bekuan darah dan gangguan serebral lainnya, misalnya pemberian antikoagulan seperti Dicumarol, heparin. Sedangkan tindakan pembedahan dilakukan untuk:

1) Mengeluarkan bekuan darah atau thrombus dari arteri carotis atau vertebra.

2) Merekonstruksi arteri yang sebagian teroklusi. 3) Melakukan bypass pada arteri yang tersumbat dengan venous graft. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Pengkajian

Adapun hal hal yang perlu dikaji dalam pengkajian pada pasien dengan Gangguan Sistem Neurologi : Cerebro Vaskular Disease ( CVD ) / Stroke adalah :1. Identitas pasien dan penanggung jawab

2. Keluhan utama

3. Riwayat penyakit sekarang dan masa lalu

4. Riwayat kesehatan keluarga

Aktivitas / Istirahat

Gejala :

- Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis ( hemiplegi )

- Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat ( nyeri / kejang otot )

Tanda :

- Gangguan tonus otot ( flaksid / spatis ); paralitik ( hemiplegi ), dan terjadi kelemahan umum

- Gangguan penglihatan

- Gangguan tingkat kesadaran

Sirkulasi

Gejala :

- Adanya penyakit jantung ( MI, reumatik / penyakit jantung vaskuler, GJK, endokarditis bakterial )

Tanda :

- Hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme / malformasi vaskuler

Frekuensi nadi dapat bervariasi ( karena ketidakstabilan fungsi jantung / kondisi jantung, obat obatan, dan efek stroke pada pusat vasomotor )

Distritmia, perubahan EKG

Integritas Ego

Gejala :

- Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa

Tanda :

- Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira

Kesulitan untuk mengekspresikan diri

Eliminasi

Gejala :

- Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria

Tanda :

- Distensi abdomen ( distensi kandung kemih berlebihan ), bising usus negatif ( ileus paralitik )

Makanan / Cairan

Gejala :

- Nafsu makan hilang

- Mual. muntah selama fase akut ( peningkatan TIK )

- Kehilangan sensasi ( rasa kecap ) pada lidah, pipi, tenggorok, disfagia

- Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah

Tanda :

- Kesulitan menelan ( gangguan pada refleks palatum dan faringeal ), Obesitas ( faktor resiko )

Neurosensori

Gejala : - Sinkope / pusing ( sebelum serangan CSV / selama TIA )

Sakit kepala ; akan sangat berat dengan adanya perdarahan intraserebral atau subarakhnoid

Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

Kelemahan / kesemutan / kebas

Penglihatan menurun, seperti buta total, kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan ganda ( diplopia ) atau gangguan yang lain

Sentuhan : hilangnya rangsang sensorik kontralateral ( pada sisi tubuh yang berlawanan ) pada ekstremitas dan kadang kadang pada ipsilateral ( yang satu sisi ) pada wajah

Tanda :

- Perubahan status mental / tingkat kesadaran

- Pada wajah terjadi paralisis atau parese ( ipsilateral )

Afasia : Gangguan atau kehilangan fungsi bahasa mungkin afasia motorik ( kesulitan untuk mengungkapkan kata ), reseptif ( afasia sensorik ) yaitu kesulitan untuk memahami kata kata secara bermakna, atau afasia global yaitu gabungan dari kedua hal diatas

Apraksia

Kejang kejang

Ukuran reaksi pupil tidak sama

Kehilangan kemampuan untuk mengenali / menghayati masuknya rangsang visual, pendengaran, taktil ( agnosia ), seperti gangguan kesadaran terhadap citra tubuh, kewaspadaan, kelalaian terhadap bagian tubuh yang terkena, gangguan persepsi

Nyeri / Ketidaknyamanan

Gejala : - Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda beda

Tanda : - Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot / fasia

PernafasanGejala : - Merokok ( faktor resiko )

Tanda : - Ketidakmampuan menelan / batuk / hambatan jalan nafas Timbulnya pernafasan sulit dan / atau tak teratur

Suara nafas terdengar / ronki ( aspirasi sekresi )

Keamanan

Tanda :

- Motorik / sensorik: masalah dengan penglihatan

Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh ( stroke kanan ). Kesulitan untuk melihat objek dari sisi kiri ( pada stroke kanan ). Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenalnya dengan baik

Gangguan berespon terhadap panas dan dingin / gangguan regulasi suhu tubuh

Kesulitan dalam menelan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri ( mandiri )

Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar / kurang kesadaran diri ( stroke kanan )

Interaksi Sosial

Tanda : - Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi

Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala :

- Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke ( faktor resiko ). Pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alcohol ( faktor resiko )

Rencana Pemulangan :

Mungkin memerlukan obat / penanganan terapeutik

Bantuan dalam hal transportasi, berbelanja, penyiapan makanan, perawatan diri dan tugas tugas rumah / mempertahankan kewajiban. Perubahan dalam susunan rumah secara fisik, tempat transisi sebelum kembali ke lingkungan rumah

3.2. Prioritas Masalah1. Meningkatkan perfusi dan oksigenasi serebral yang adekuat

2. Mencegah / meminimalkan komplikasi / ketidakmampuan yang bersifat permanent

3. Membantu pasien untuk menemukan kemandiriannya dalam melakukan aktivitas sehari hari

4. Memberikan dukungan terhadap proses koping dan mengintegrasikan perubahan dalam konsep diri pasien

5. Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosisnya dan kebutuhan tindakan / rehabilitasi

3.3. Diagnoasa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Gangguan Neurologi : Cerebro Vaskular Disease ( CVD ) / Stroke adalah :

1. Perubahan perfusi jaringan serebral : sakit kepala berhubungan dengan penghentian aliran darah oleh thrombus, embolus, hemoragi ; edema serebral.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskuler oleh kelemahan, parestesia ; kerusakan perseptual / kognitif ; terapi pembatasan / tirah baring.3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral ; kerusakan neuromuskuler ; kehilangan tonus / kontrol otot fasial / oral ; kelemahan / kelelahan umum.4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan transmisi dan / atau integrasi ( trauma neurologist atau defisit neurologis ) ; stress psikologis ( penyempitan lapang perseptual yang disebabkan oleh ansietas ).5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol / koordinasi otot ; kerusakan peseptual / kognitif ; nyeri / ketidaknyamanan ; depresi.6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit : dekubitus berhubungan dengan hemiplegi, imobilisasi, bedrest total.3.4. Rencana KeperawatanAdapun rencana keperawatan yang mungkin dibuat berkaitan dengan diagnosa keperawatan yang muncul antara lain :

1. Perubahan perfusi jaringan serebral : sakit kepala berhubungan dengan penghentian aliran darah oleh thrombus, embolus, hemoragi ; edema serebral.Tujuan :

Tidak terjadi perubahan perfusi jarinagn serebral, sakit kepala berkurang sampai dengan hilang.

Dengan Kriteria Evaluasi :

Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya / membaik, fungsi kognitif, dan motorik / sensorik

Tanda tanda vital stabil dan tidak ada tanda tanda peningkatan TIK

Menunjukkan tidak ada kelanjutan deteriorasi / kekambuhan defisit

IntervensiRasional

1. Kaji faktor fakyor yang berhubungan dengan keadaan / penyebab khusus selama koma / penurunan perfusi serebral dan potensial peningkatan TIK

2. Pantau dan catat status neurologist sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya

3. Pantau tanda tanda vital

4. Pertahankan keadaan tirah baring ; ciptakan lingkungan yang tenang ; batasi pengunjung / aktivitas pasien sesuai indikasi. Berikan istirahat secara periodik antara aktivitas perawatan, batasi lamanya setiap prosedur5. Kolaborasi dengan tim medik dalam pemberian oksigen

1. Menentukan pilihan intervensi untuk arah tindakan selanjutnya

2. Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan kemajuan / resolusi kerusakan SSP

3. Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan / trauma serebral pada daerah vasomotor otak4. Aktivitas / stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untukpencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya.5. Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat / terbentuknya edema

2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler oleh kelemahan, parestesia ; kerusakan perseptual / kognitif ; terapi pembatasan / tirah baring

Tujuan :

Tidak terjadi kerusakan mobilitas fisik

Dengan Kriteria Evaluasi Pasien Akan :

Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan tidak adanya kontraktur, footdrop

Mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena

Mendemonstrasikan teknik / perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Mempertahankan integritas kulit.IntervensiRasional

1 Kaji derajat keterbatasan / kemampuan aktivitas pasien

2 Tempatkan bantal di bawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan3 Tinggikan tangan dan kepala4 Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas saat masuk1. Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan.2. Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku3. Meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah terbentuknya edema.4. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur

3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral; kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus / kontrol otot fasial / oral; kelemahan / kelelahan umum

Tujuan:

Tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal

Dengan Kriteria Evaluasi Pasien Akan:

Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi

Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan

Menggunakan sumber sumber dengan tepat

IntervensiRasional

1. Kaji tipe defisit komunikasi dan kemampuan pasien untuk berbicara

2. Minta pasien untuk menulis nama dan / atau kalimat yang pendek. Jika tidak dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek3. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara

1. Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi2. menilai kemampuan menulis ( agrafia ) dan kekurangan dalam membaca yang benar ( aleksia ) yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.3. Pengkajian secara individual kemampuan bicara dan sensori, motorik dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan terapi

4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan transmisi dan / atau integrasi ( trauma neurologis atau defisit neurologis ) ; stress psikologis ( penyempitan lapang perseptual yang disebabkan oleh ansietas )

Tujuan :

Tidak terjadi perubahan persepsi sensori

Dengan Kriteri Evaluasi Pasien Akan:

Memulai / mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual

Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual

Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap defisit / hasil

IntervensiRasional

1. Kaji keadaan sensorik, seperti membedakan panas / dingin, tajam / tumpul, posisi bagian tubuh / otot, rasa persendian

2. Kaji adanya gangguan penglihatan. Catat adanya penurunan lapang pandang, perubahan ketajaman persepsi, adanya diplopia

3. Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh tertentu. Buatlah pasien sadar akan semua bagian tubuh yang terabaikan4. Bicara dengan tenamg, perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek. Pertahankan kontak mata

1. Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan kinetik berpengaruh buruk terhadap keseimbangan / posisi tubuh dan kesesuaian2. Munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negative terhadap kemampuan pasien untuk menerima lingkungan dan mempelajari kembali keterampilan motorik dan meningkatkan resiko terjadinya cedera3. Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalam mengintegrasikan kembali sisi yang sakit dan memungkinkan pasien untuk mengalami kelalaian sensasi dari pola gerakan normal4. Pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian atau masalah pemahaman. Tindakan ini dapat membantu pasien untuk berkomunikasi

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit : dekubitus berhubungan dengan hemiplegi, imobilisasi, bedrest total

Tujuan :

Tidak terjadinya kerusakan integritas kulit

Dengan Kriteria Evaluasi Pasien Akan :

Tidak ada lecet atau kerusakan kulit

Kulit pasien tetap utuh

IntervensiRasional

1. Kaji adanya kerusakan integritas kulit

2. Observasi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskularisasi

3. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian katun longgar pada pasien

4. Ubah posisi setiap 2 jam saat pasien tirah baring

1. Untuk mengetahui sedini mungkin adanya kerusakan integritas kulit

2. Menandakan area sirkulasi buruk / kerusakan yang dapat menimbulkan dekubitus

3. Mencegah kekekeringan dan robekan kulit4. Mengurangi tekanan agar tidak terjadi dekubitus

BAB III

PROFIL PANTI TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG

I. PENDAHULUAN.

Sebagai telah ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), maka tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material dan spiritual.

Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan manusia seutuhnya dan Pembangunan seluruh masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam usaha mewujudkan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia / jompo sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo (peraturan pelaksanaannya dituangkan dalam surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor Huk. 3-1-50/107 tahun 1971), JO Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial telah diberikan bantuan pelayanan bagi para lanjut usia / jompo.

Panti Tresna Werdha Teratai Km.6 Palembang sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Sosial Kota Palembang, bertugas memberikan bantuan dan penyantunan terhadap para lanjut usia / jompo yang kondisi fisik dan ekonominya lemah. Pemberian bantuan ini berupa : Pelayanan dan Pemeliharaan, Pembinaan Kerohanian dan Pelayanan yang bersifat rekreatif.

Usaha untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia bukan hanya tanggung jawab Pemerintah semata, melainkan tanggung jawab Pemerintah dan seluruh lapisan Masyarakat. Partisipasi aktif dari masyarakat akan sangat membantu Pemerintah mempercepat tercapainya tujuan tersebut.

II.PENGERTIAN LANJUT USIA / ( JOMPO ).

Lanjut usia atau yang sering kita sebut dengan jompo adalah karena suatu sebab atau kondisi fisik yang menurun atau faktor regresi yang mengakibatkan kurangnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sedangkan permasalahan yang dihadapi para lanjut usia tersebut baik sosial maupun ekonomi, antara lain :

1. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan lingkungan yang dapat membantu dalam kehidupannya.

2. Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia tinggal.

3. Ketidak mampuan keuangan / ekonomi dari keluarga untuk menjamin hidupnya secara layak.

4. Kebutuhan penghidupan yang tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada.

III.TUJUAN PEMBINAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA / ( JOMPO )

adalah :

Tercipta dan Terbinanya kondisi sosial masyarakat dinamis yang memungkinkan terselenggaranya usaha penyantunan lanjut usia / jompo terlantar, yang memungkinkan mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.IV.LANDASAN OPERASIONAL.

1.Undang undang Nomor 11 tahun 2009, tentang kesejahteran sosial.

2.Keputusan menteri sosial RI nomor 43 tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia

3.Keputusan menteri sosial RI Nomor 59/HUK/2003 tentang Organisasi dan tata kerja panti sosial dilingkungan Departemen sosial

V.

SASARAN GARAPAN.

Sasaran garapan pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia / jompo, adalah :

1. Sudah lanjut usia / jompo.

2. Tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kepentingannya sehari-hari.

3. Tidak mempunyai sanak keluarga yang dapat memberikan bantuan untuk kelangsungan hidupnya.

VI.TUGAS POKOK DAN FUNGSI.

adalah:

1. Memberikan bimbingan yang bersifat kreatif.

2. Memberikan pelayanan kepada penghuni Panti baik cara makannya maupun kesehatan fisiknya.

3. Memberikan bimbingan mental spiritual berupa Pengajian, Ceramah agama, olahraga, dll.VII.PERSYARATAN DAN PROSEDUR MASUK.

A. Persyaratan.

1.Berusia 55 tahun keatas.

2.Laki-laki atau Perempuan.

3.Terlantar sosial / ekonominya.

4.Tidak berpenyakit menular atau lumpuh.

5.Surat keterangan tidak mampu sesuai dengan butir (3) dari Rt. Dan Kepala Desa / Lurah.

6.Surat keterangan kesehatan kejiwaan dari Dokter Pemerintah / PUSKESMAS.

7.Pas fhoto ukuran 3x4 (4 lembar).

8.Surat Pernyataan dari lurah setempat yang menyatakan tidak ada tuntutan dari keluarga di kemudian hari apabila Penghuni tersebut meninggal dunia.

B.Prosedur masuk.Setelah semua persyaratan diatas dipenuhi oleh yang berkepentingan, Ybs mengajukan permohonan melalui Dinas Sosial Kota Palembang.

VIII.SARANA DAN PRASARANA.

A. Sarana.Penyelenggaraan Panti Tresna Werdha Teratai Km.6 Palembang, mempunyai sarana, diantaranya :

1. Asrama dengan kapasitas tampung 100 orang.

2. Lokasi Jalan Sosial No.796 RT.16 RW.03 Kelurahan Sukabangun km.6 Palembang.

3.Bangunan Panti, dibangun diatas tanah seluas 1,5 Ha.

Terdiri dari :

-Gedung Kantor:1buah

-Ruang Tamu:1buah

-Zal Penghuni:5buah

-Mushollah:1buah

-Dapur dan Gudang:1buah

-Ruang Poliklinik:1buah

-Kamar Mandi/WC:18buah

B.Prasarana.Panti Tresna Werdha Teratai Km.6 Palembang, diasuh oleh 11 orang pengasuh, yang terdiri dari :

-Pegawai Negeri Sipil:4orang

-Pegawai Honor:7orang

IX.PROGRAM PELAYANAN PANTI TRESNA

WERDHA TERATAI KM.6 PALEMBANG.

1. Angquate / Biodata calon penghuni.

2. Penempatan dan Pelayanan.

3. Pembinaan Mental Spiritual penghuni dan kegiatan Rekreatif.

4. Pelayanan Pemakaman bagi penghuni yang meniggal.

X.PENYALURAN.

Ada yang diambil keluarganya dan ada juga yang diasuh dari masyarakat, bagi penghuni yang masih mampu bekerja.

XI.PEMBINAAN LANJUT.

Dibina oleh keluarganya dan masyarakat yang mengambil.

XII.PENUTUP.

Berhasilnya Program Pemerintah di bidang Usaha Usaha Kesejahteraan Sosial, sangatlah tergantung dari partisipasi anda, sebab Pembangunan tersebut adalah tanggung jawab Pemerintah dan Masyarakat.

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN H

DENGAN KASUS CVD DI RUANG ISOLASIPANTI TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG 2012

Pengkajian

Tanggal Masuk Panti: 2005

Tanggal Pengkajian: 5 April 2012

1. IDENTITAS

Pasien

Nama

: Kakek H

Umur

: 66 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-lakiAgama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pekerjaan sebelumnya

: Supir2. RIWAYAT KESEHATAN

Dikirim dari:

Klien mengatakan datang sendiri ke panti

Alasan datang ke Panti Werdha :

Klien mengatakan ingin berobat Keluhan saat ini :

Klien mengatakan tangan dan kaki sebelah kiri tidak bisa digerakkan

Lain-lain : keadaan umum klien lemah

Riwayat medik yang lalu : Hipertensi

3. POLA PERSEPSI PEMELIHARAAN KESEHATAN

Klien mengatakan tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan tidak menggunakan obat terlarang. Klien tidak ada alergi terhadap obat dan makanan.4. POLA AKTIVITAS / LATIHAN

AKTIVITASKEMAMPUAN MELAKUKAN AKTIVITAS

MandiriBantuan MinimalBantuan TotalKeterangan

Makan / minum

Mandi

Berpakaian

Ke WC

Pindah tempat

Ambulasi

Alat yang digunakan : tidak ada, klien beraktivitas biasa dibantu penghuni panti yang lain dan juga panjaga pantiMK: Gangguan mobilitas fisik

5. POLA NUTRISI Klien tidak ada diet tertentu

Nafsu makan klien baik

Kesulitan menelan

Klien mengatakan tidak mengalami susah menelan

Keadaan gigi

Gigi klien tidak utuh, ada 4 buah gigi seri bagian bawah, gigi graham banyak yang tanggal

MK: tidak ada masalah

6. POLA ELIMINASI Kebiasaan BAB

Klien mengatakan BAB 1-2x sehari, dengan konsistensi padat Kebiasaan BAK

Klien mengatakan BAK 3-4x/hari, warna kuning.

MK: tidak ada masalah keperawatan.7. POLA ISTIRAHAT / TIDUR

Malam Klien mengtakan tidur dari jam 21.00 wib 05.00 wib Siang

Klien mengatakan tidak pernah tidur siang. Klien mengatakan tidak mengalami susah tidur.

Lain-lain : Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

8. PENGKAJIAN FISIK

Data Klinik

Umur

: 66 tahun

Suhu: 36,70C

Tinggi badan: cm

Nadi: 86x/m (lemah, teratur)

Berat badan: kg

TD: 180/100mmHg

Respirasi: (RR : 24x/m, dangkal)

Batuk

: tidak ada

Data Sistemik

a) Sistem persepsi sensori Pendengaran, klien tidak mengalami gangguan pendengaran baik ka/ki Penglihatan, klien tmengalami gangguan penglihatan baik ka/ki, klien mengatakan penglihatannya sedikit kabur Pengecap/penghidu, klien dapat merasa kan rasa dan bau yang diberikan, seperti minyak kayu putih. Peraba, klien dapat merasakan sensitivitas rabaan yang diberikanMasalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

b) Sistem penglihatanNyeri tekan

: tidak ada OD/OS

Lapang Pandang: menyempit

Kesimetrisan mata: simetris

Alis

: pertumbuhan alis sempurna

Kelopak mata: normal

Konjungtivas: normal berwarna merah muda

Sklera

: anikterik

Lensa mata

: kecoklatanReflek

: klien dapat melihat cahaya yang diberikan

Pupil

: Isokor

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

c) Sistem pernafasanFrekuensi : 24 x / menit, Kualitas : normalBatuk

: tidak ada

Suara Nafas

: bersih

Bunyi nafas

: vesikuler

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

d) Sistem kardiovaskulerTekanan Darah: 180/100 mmHg

Denyut Nadi

: 86 x /mnt

Irama

: teratur

Bunyi Jantung : S1 dan S2

Kekuatan

: kuat

Akral

: dinginPengisian Kapiler: < 3 detik

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

e) Sistem saraf pusatKesadaran : Compos Mentis

GCS : E = 4 M = 6 V= 5 = 15f) Sistem GastrointestinalNafsu Makan

: baikPorsi Makan

: 1 porsi

Keluhan

: tidak ada

Bibir

: lembab

Mulut

: kotorKemampuan mengunyah :biasa

Kemampuan menelan : klien tidak mengalami susah menelan

Perut

: klien merasa tidak nyaman pada perutnya

Bising usus

: 6x /menitMinum

: 4-5 gelas/hari

g) Sistem MuskuloskeletalRetang gerak

: terbatas

Keseimbangan dan cara jalan

: tidak tegap

Kemampuan memenuhi aktivitas sehari-hari : dibantu sebagianSkala Aktivitas

: 2

Keterangan :

Tingkat 0 : Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 : Melakukan penggunaan alat

Tingkat 2 : Memerlukan bantuan orang dan pengawasan orang lain

Tingkat 3 : Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan

Tingkat 4 : Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan/ berpartisipasi dalam perawatan

15

15

Kekuatan otot :

Keterangan :

0 : Tidak ada kontraksi

1 : Terdapat kontrakasi tapi tidak dapat bergeser

2 : Hanya ada pergeseran atau gerakan sendi

3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gravitasi tapi tidak dapat melawan

tahanan

4 : Dapat melawan gravitasi tapi dapat melawan tahanan minimal

5 : Kekuatan penuh

Genggaman Tangan

: lemah kiriOtot kaki

: lemah kiriAkral

: dinginFraktur

: tidak ada

Masalah Keperawatan

: Gangguan Mobilitas Fisikh) Sistem IntegumenWarna Kulit

: Normal

Turgor

: tidak elastis > 3 detik

Keadaan kulit

: kotorMasalah Keperawatan : Devisit Perawatan Diri9. POLA KONSEP DIRI / PERSEPSI-TOLERANSI-KOPING

Pendapat klien setelah tinggal di Panti Werdha yaitu klien mengatakan kurang enek karena tinggal di panti.

Klien mengatakan tidak ada keluarga lagi.

10. POLA REPRODUKSI-KASIH SAYANG

Klien mengatakan orang yang penuh kasih sayang Klien mengatakan masih bisa merasakan adanya sentuhan ketika dipegang oleh tangan perawat.11. POLA HUBUNGAN-PERAN

Klien kurang bersosialisasi dengan baik antara penghuni Panti karena keterbatasan gerak.12. POLA KEPERCAYAAN-NILAI

Agama klien Islam Kegiatan rutin keagamaan: klien tidak bisa mengikuti kegiatan keagamaan Keyakinan tentang kesehatan: klien mengatakan sedih, karena susah untuk bergerak13. KEADAAN LINGKUNGAN

Lantai wisma: keramik dan tidak licin Lantai kamar mandi: keramik dan sedikit licin dan berlumut (kotor) Pegangan di kamar mandi: tidak ada hanya ada pegangan di dinding ruangan isolasi Penerangan: cukup Lain-lain : MK : Resti Cidera14. INFORMASI PENUNJANG

Diagnosa medis: CVD Laboratorium

: tidak ada Terapi medis

: NoNama ObatDosisCara PemberianIndikasi

ANALISA DATA

Nama

: Kakek H

Diagnosa: CVDUmur

: 66 tahun

Hari/Tanggal:Kamis/5-04-2012

Kamar/Ruangan:Isolasi

No.DATAETIOLOGIMASALAH

1.

DS:

Klien mengatakan tidak bisa berjalan dan tidak bisa menggerakan tangan dan kaki sebelah kiriDO:

Klien tidak bisa berjalan Tangan dan kaki kiri klien susah digerakan / mengalami kelemahan

Skala aktivitas 2 Kekuatan otot

1 5 1 5

faktor penyebab

(trobosis embolisme)

Sumbatan pembuluh darah di otak

insufiensi aliran darah ke otakkerusakan neoro motorik

transmisi implus tergangguKelemahan otot secara progresif

Ketidakmampuan otot untuk menguatkan sendi

Kontraktur/hemiplegi

mobilitas

terganggu

gangguan mobilitas fisik

Gangguan mobilitas fisik

2.DS :

- klien mengatakan jarang mandi terkadang hanya 1 minggu sekaliDO :

Keadaan kulit klien tampak kotor.Kekakuan otot

Penurunan aktivitas Jarang membersihkan diri

Devisit perawatan diri

Devisit perawatan diri

3.DS:

Klien mengatakan tidak bisa berjalan, hanya terbaring di tempat tidurDO:

Tidak terdapat pegangan di kamar klien dan kamar mandi

Tidak ada penyangga pada tempat tidur

Defisit neuroligi

Defisit motorik

Gangguan aliran darah ke frontal

Ataksia

Tidak mampu berdiri

Resti cideraResti Cidera

PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan mobilitas fisik

2. Devisit perawatan diri3. Resti CideraDIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler oleh kelemahan2. Devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas

3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologisINTERVENSI KEPERAWATAN

Nama

: Kakek H

Diagnosa: CVDUmur

: 66 tahun

Hari/Tanggal:kamis /05-04-2012

Kamar/Ruangan: Isolasi NoDiagnosa KeperawatanTujuan (SMART)IntervensiRasionalisasiNama & Paraf

1.Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler oleh kelemahanSetelah dilakukan tindakan keperawatan x 24 jam diharapkan Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria hasil :

-Tidak terjadi kontraktur sendi- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas1. Observasi derajat keterbatasan / kemampuan aktivitas pasien dengan skala 0 4 dan kemampuan otot klien

2. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit3. Ubah posisi klien tiap 2 jam4. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit5. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi.6. Pertahankan kaki dalam dalam posisi netral dengan gulungan Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan

Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan Mempertahankan posisi fungsional Mencegah rotasi eksternal pada pinggul

Co-Ners

2.Devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitasSetelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan, diharapkan klien dapat membersikan diri sesuai denga kemampuan yang dimiliki

1. Kaji pola dan kebiasaan klien dalam membersikan diri2. Ajarkan klien untuk membersikan diri semampu keadaannya sekarang (menggosok gigi).3. Lakukan personal hygiene pada klien minimal 1 kali sehari seperti mandi.4. Lakukan pemotongan kuku minimal seminggu sekali.

5. Kolaborasi dengan petugas panti dalam melakukan personal hygiene. untuk mengetahui tindakan selanjutnya yang akan diberikan

untuk meningktakan rentang gerak dan kemandirian klien

membantu menjaga kebersihan klien

untuk menjaga kebersihan klien dan mencegah infeksi pada saluran cerna

untuk diterapkan oleh petugas panti dan membantu memenuhi kebutuhan klien.C0-Ners

3.Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologisSetelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam diharapkan resti cidera dapat teratasi, dengan kriteria hasil :

-keadaan lingkungan klien aman.

1. Pantau tingkat aktivitas klien

2. Orientasikan klien dengan lingkungan sekitar3. Anjurkan keluarga, penghuni panti ataupun petugas untuk membantu memenuhi kebutuhan klien

4. Anjurkan kepada panti untuk memasangkan penyangga pada tempat tidur

Aktivitas yang membahayakan dapat menimbulkan resti cidera pada klien.

Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

Kebutuhan klien terpenuhi dan mencegah terjadinya cidera

Mengurangi peristiwa yang dapat menyebabkan cidera.

Co-Ners

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama

: Kakek H

Diagnosa: CVDUmur

: 66 tahun

Hari/Tanggal:Jumat/06-03-2012

Kamar/Ruangan: IsolasiNoDiagnosa KeperawatanJamImplementasiResponNama & Paraf

1.Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler oleh kelemahan09.00Mengobservasi derajat keterbatasan / kemampuan aktivitas dan kemampuan otot klien

Skala aktivitas: 2

Skala kekuatan otot : 5 5

2 3

Co-Ners

09.10Mengajarkan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit

Klien tidak dapat melakukan gerakan yang diajarkan (kedua kaki klien tidak ada respon)Co-Ners

09.30Mengajarkan klien untuk mengubah posisi tiap 2 jamKlien dibantu perawat dan suaminya mengubah posisi (misalnya miring kiri dan miring kanan)Co-Ners

10.00Mengajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit

Klien dapat melakukan gerakan yang diberikanCo-Ners

10.15Memposisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi

Klien dapat melakukannya dibantu oleh perawatCo-Ners

2.Devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas10.20Mengkaji pola dan kebiasaan klien dalam membersikan diri.

Klien mengatakan ia membersihkan diri.Co-Ners

10.30Mengajarkan klien untuk membersikan diri semampu keadaannya sekarang (menggosok gigi).

Klien mau mengikuti ajaran denagn dibantu perawat dan petugas pantiCo-Ners

10.40Melakukan personal hygiene pada klien minimal 1 kali sehari seperti mandi.Klien kooperatif mau dimandikanCo-Ners

10.50Melakukan pemotongan kuku minimal seminggu sekali.

Klain tampak kooperatif mau dipotong kukunyaCo-Ners

11.00Berkolaborasi dengan petugas panti dalam melakukan personal hygiene.Petugas panti mau diajak bekerja samaCo-Ners

3.Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologi11.10Memantau tingkat aktivitas klien

Klien tidak melakukan aktivitas apa-apa dikamarCo-Ners

11.15Menganjurkan keluarga, penghuni pantidan petugas panti untuk membantu memenuhi kebutuhan dan aktivitas klien Klien mengatakan aktivitasnya sering dibantu oleh penghuni panti ataupun petugas panti misalnya saat ke menganbil makananCo-Ners

11.30Mengorientasikan klien dengan lingkungan sekitarKlien mengerti, dan mengenal keadaan lingkunganCo-Ners

11.50menganjurkan kepada panti untuk memasangkan penyangga pada tempat tidur

Petugas panti menerima masukan.Co-Ners

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama

: Kakek H

Diagnosa: CVDUmur

: 66 tahun

Hari/Tanggal:Jumat/06-04-2012

Kamar/Ruangan: IsolasiNoDiagnosa KeperawatanJamCatatan PerkembanganNama & Paraf

1.Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler oleh kelemahan12.00S:

Klien mengatakan tidak bisa berjalan, dan susah untuk menggerakan tangan dan kakinya sebalah kiriO: - Klien tidak bisa berjalanTangan dan kaki kiri klien susah digerakan / mengalami kelemahan

Skala aktivitas 2 Kekuatan otot

1 5 1 5A : masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

I :

Mengobservasi derajat keterbatasan / kemampuan aktivitas pasien

Mengajarkan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit Mengajarkan klien untuk mengubah posisi tiap 2 jam Mengajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakitE:

DS:

klien mengatakan tidak bisa berjalan dan tidak bisa mengerakan kaki dan tangan sebelah kiriDO:

Klien tidak bisa berjalan Tangan dan kaki kiri klien susah digerakan / mengalami kelemahan

Skala aktivitas 2 Kekuatan otot

1 5 1 5

Co-Ners

2.Devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas12.10S :

Klien mengatakan jarang menbersihkan diriO :

Keadaan kulit klien tampak kotor

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

I : - Melakukan personal hygiene pada klien minimal 1 kali sehari seperti mandi.

Berkolaborasi dengan petugas panti dalam melakukan personal hygiene.E :

DS :

Klien mengatakan jarang membersikan diriDO :

Keadaan kulit klien terlihat kotorCo-Ners

3.Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologis10.30S: Klien mengatakan tidak bisa berjalan, hanya terbaring di tempat tidurO:

Tidak terdapat pegangan di kamar klien dan kamar mandi

Tidak ada penyangga pada tempat tidurA: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

I:

Memantau tingkat aktivitas klien

Mengorientasikan klien dengan lingkungan sekitar Menganjurkan petugas panti untuk memasan penyangga pada tempat tidurE:

DS:

Klien mengatakan tidak bisa berjalan, hanya terbaring di tempat tidurDO:

Tidak terdapat pegangan di kamar klien dan kamar mandi

Tempat tidur tidak ada penyanggaCo-Ners

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama

: Nenek F

Diagnosa: CVD

Umur

: 65 tahun

Hari/Tanggal:Sabtu /07-04-2012

Kamar/Ruangan: Lima (V)NoDiagnosa KeperawatanJamCatatan PerkembanganNama & Paraf

1.Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler oleh kelemahan11.00S:

Klien mengatakan berpindah tempat dengan bergeser, seperti ke kamar mandi, dan Klien mengatakan saat pagi hari jika ia akan melakukan gerakan yang diajarkan oleh perawat walaupun tidak semuanyaO:

Klien tampak bergeser kaki dan tangan kiri klien susah digerakan / mengalami kelemahan

Skala aktivitas 2 Kekuatan otot

1 5

1 5A : masalah teratasi sebagianP: intervensi dilanjutkan

I :

Mengobservasi derajat keterbatasan / kemampuan aktivitas pasien

Menganjurkan dan membantu klien melakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit Mengajarkan klien untuk mengubah posisi tiap 2 jam Menganjurkan dan membantu klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakitE:

DS:

Klien mengatakan berpindah tempat dengan bergeser, DO:

Klien tampak bergeser untuk pindah tempat ditempat tidur Kaki dan tangan kiri klien mulai digerakan / walupun sedikit-sedikit

mengalami kelemahan

Skala aktivitas 2 Kekuatan otot

2 5

2 5Co-Ners

2.Devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas11.20S :

Klien mengatakan badannya terasa enak setelah dimandikan mandi O :

Keadaan kulit klien tampak agak bersih

A: masalah teratasi sebagianP: intervensi dilanjutkan

I : - Melakukan personal hygiene pada klien minimal 1 kali sehari seperti mandi.

Berkolaborasi dengan petugas panti dalam melakukan personal hygiene.E :

DS :

Klien mengatakan badannya terasa enak setelah dimandikanDO : - Keadaan kulit klien terlihat kotorCo-Ners

3.Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologis09.30S:

Klien mengatakan tidak bisa berjalan, hanya bergeser untuk pindah tempat ditempat tidurO:

Tidak terdapat pegangan di kamar klien dan kamar mandi Tidak ada penyangga di tempat tidur

A:Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

I:

Memantau tingkat aktivitas klien

E:

DS:

Klien bergeser untuk pindah tempat dengan hati-hati

DO:

Tidak terdapat pegangan di kamar klien dan kamar mandi

Tampat tidur tidak ada penyangga.Co-Ners

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama

: Kakek H

Diagnosa: CVD

Umur

: 66 tahun

Hari/Tanggal: Sabtu/07-04-2012

Kamar/Ruangan: IsolasiNoDiagnosa KeperawatanJamEvaluasiNama & Paraf

1.Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler oleh kelemahan10.00S:

Klien mengatakan berpindah tempat dengan bergeser, dan klien mengatakan sudah bisa mengangkat kakinya sedikit walaupun hanya sebentar, dan melakukan mika miki.O:

Klien tampak bergeser untuk pindah tempat

Kaki kanan dan kiri klien sudah tidak terlalu susah dan kaku untuk digerakkan Skala aktivitas 2 Kekuatan otot

2 5

2 5A : masalah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkanCo-Ners

2.Devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas10.30S :

Klien mengatakan badanya sudah enak setelah dimandikanO :

Badan terlihat besih Keadaan klien cukup baik

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan

Co-Ners

3.Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologis09.30S:

Klien mengatakan untuk memenuhi kebutuhannya dibantu penghuni lain dan petugas pantiO:

Tidak terdapat pegangan di kamar klien dan kamar mandi

Tidak ada penyaang pada tempat tidurA:Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkanCo-Ners

BAB VPEMBAHASAN

Kelompok melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik pada pasien.H dengan kasus gangguan sistem persarafan Stroke di Ruang isolasi Panti Tresna Werdha Teratai Palembang dari tanggal 4 April 7 April 2012.

Dalam bab ini akan dibahas pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rasional tindakan-tindakan perawatan yang dilakukan.

5.1 PengkajianIdentitas Klien

Klien bernama pasien H umur 66 tahun, Agama Islam, pendidikan SD, tanggal masuk panti 2005 Riwayat Kesehatan

Keluhan utama pasien mengatakan kaki dan tangan sebelah kirinya tidak bisa digerakkan, kesadaran composmentis, K/U lemah, saat dikaji pada tanggal 04 april 2012 klien mengatakan kakinya tidak bisa digerakan sudah lama, TTV : S : 36,7 C, N : 86x/menit, TD : 180/100 mmHg, RR : 24 x/menit. Dari riwayat kesehatan dahulu klien mengatakan hipertensi.

Fokus PengkajianDari pengkajian aktivitas pasien, mengatakan kaki dan tangannya sebelah kiri tidak bisa digerakkan, pasien berpindah tempat dengan cara bergeser, aktivitas klien dibantu sebagian. Dari pengkajian kebersihan diri, pasien mengatakan jarang mandi dan kulit terlihat kotor. Dari pemeriksaan fisik keadaan umum pasien baik, GCS = 15, kesadaran composmentis, anggota gerak bagian kiri mengalami kelemahan, kekuatan otot pasien untuk ekstremitas atas dextra 5 dan sinistra 1, sedangkan untuk ekstremitas bawah dextra = 5 dan sinistra = 1. Dari keadaan lingkungan terlihat bahwa kamar tampak kotor, sedikit licin dan berlumut dan tidak ada pegangan didalam kamar dan tidak ada penyaang pada tempat tidurMasalah keperawatan yang muncul :

1. Gangguan mobilitas fisik

2. Devisit perawatan diri3. Resti CideraBerdasarkan uraian pengkajian diatas, kelompok pada saat melakukan pengkajian pada pasien H tidak mendapat kesulitan yang berarti ditambah dengan informasi dari pasien, pasien cukup kooperatif saat dilakukan pengkajian dengan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, tinjauan literatur dan pendokumentasian. Pengkajian dilakukan secara menyeluruh untuk mendapatkan data yang selengkap-lengkapnya, hal ini sesuai menurut teori Boedihartono, 1994 yang mengatakan bahwa pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan.5.2 Diagnosa KeperawatanSecara konsep teoritis banyak diagnosa keperawatan yang mungkin timbul, berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien H terdapat 3 diagnosa keperawatan, yaitu :1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler oleh kelemahan2. devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologis5.3 Intervensi KeperawatanBerdasarkan diagnosa yang muncul, maka intervensi keperawatan pada pasien H anatara lain: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot

1. kaji kemampuan motorik secara fungsional

2. anjurkan dan mengajarkan klien untuk melakukan latihan rentang pergerakan sendi

3. anjurkan untuk ubah posisi klien untuk miring kanan dan kiri tiap 2 jam sekali

Devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas1. Kaji pola dan kebiasaan pasien dalam membersikan diri2. Ajarkan pasien untuk membersikan diri semampu keadaannya sekarang (menggosok gigi).3. Lakukan personal hygiene pada pasien minimal 1 kali sehari seperti mandi.4. Lakukan pemotongan kuku minimal seminggu sekali.

5. Kolaborasi dengan petugas panti dalam melakukan personal hygiene.Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologis1. Pantau tingkat aktivitas pasien2. Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien3. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitar4. Jauhkan benda-benda yang dapat menyebabkan cidera5.4 Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini asuhan keperawatan sesuai teori serta dengan membandingkan tindakan keperawatan yang ada di lapangan dari rencana yang telah ditetapkan. Didapatkan bahwa pasien memberikan respon menuju perbaikan kesehatan dan keluarga pasien kooperatif dalam melakukan keperawatan terhadap klien,maka dari itu implementasinya antara lain:

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot

Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kosier, 1989). Mobilisasi yang diperlukan pada beberapa modalitas penanganan tidak boleh menyebabkan kerusakan. Sepanjang periode penanganan, perawat harus memperhatikan pemeliharaan kesehatan pasien dan tentu saja mempertahankan fungsi otot dan tulang yang mengalami cedera/kerusakan. Dengan menggerakkan sendi dan otot yang tidak di mobilisasi dapat membantu mempertahankan kekuatan dan fungsinya, meminimalkan kerusakan kardiovaskuler dan osteoporosis. Latihan isometrik ekstremitas yang di imobilisasi dapat membantu kekuatan otot secara pasief (mika-miki), dan melibatkan anggota keluarga dalam membantu aktifitas sehari-hari klien misalnya : dalam pemenuhan nutrisi dan personal higiene.

Pada pasien H dengan stroke, tindakan yang kelompok lakukan pada pasien tersebut berupa mobilisasi yang bertahap seperti merubah posisi setiap 2 jan seperti miring ke kanan dan ke kiri dan latihan gerak sendi (ROM). Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Namun perubahan yang terjadi pada pasien H, hanya teratasi sebagian dari apa yang telah dilakukan oleh perawat.2. Devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas fisikPersonal hygien ataupun perawatan diri memang merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, sedangkan pada lansia kemampuan untuk memenuhi hal ini sudah sangat terganggu, banyak penyakit yang akan timbul apabila kebersihan diri tidak dapat terpenuhi, Sedangkan pada pasien H perawat menemukan bahwa pasien jarang mebersihkan diri dan keadaan kulit juga kotor. pasien dengan menderita stroke tentu hal ini akan lebih susah untuk dilakukan tanpa bantuan orang lain. Pada klien pasien H perawat melakukan pengkaji kebiasaan membersihkan diri, Perawat menganjurkan untuk menjaga kabersihan diri dengan memandikan pasien, menghosok gigi berkolaborasi dengan petugas panti dalam melakukan tindakan personal hygiene, namun karena pasien menderita stroke, pasien mendapat bantuan dalam melakukan kegiatan personal hygiene

3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologisDalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan. Penyakit akan timbul jika keadaan keamanan lingkungan tidak mendukung. Pada saat dilakukan pengkajian, ditemukan data bahwa pasien berpindah tempat dengan bergeser, keadaan lantai kamar kotor, tidak ada pegangan pada tempat tidur .

Selama proses perawatan berlangsung tindakan yang kami berikan adalah mengorientasikan klien dengan lingkungan, memganjurkan klien lebih hati-hati untuk berpindah tempat, memberikan penjelasan dan membantu pasien menjauhkan yang membuat bahaya bagi pasien, misalnya masak di luar kamar. Dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien H dan juga dalam pencapaian tujuan dari intervensi keperawatan yang ada, didapatkan masalah teratasi sebagian. 5.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (lismidar, 1990).

Dari hasil yang didapatkan dalam tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien H, bahwa masalah teratasi sebagian dari setiap diagnosa keperawatan yang ada.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1SimpulanSaat dilakukan pengkajian pada pasien H ditemukan bahwa ia menderitastroke selama 7 tahun.adapun keluhan-keluhan yang serig dialami pasien Hsetelah terkena stroke adalah klien tidak mampu berjalan ataupun melakukan aktivitas secara mandiri klien dibantu oleh penghuni panti dan petugas panti dengan skala aktivitas 2 dengan kekuatan otot ektremitas kanan: 5 dan kiri :1. Klien juga ia jarang membersihkan diri dan kulit klien terlihat kotor selain keluhan diatas klien juga mengeluhkan bahwa kamar licin,kotor dan berlumut dan tidak ada penyangga pada tempat tidur

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan dari data yang diperoleh melalui pengkajian ada 3 masalah keperawatan yaitu :

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler oleh kelemahan2. Devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas fisik

3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologisAdupun Intervensi yang kami ambil ketika kami telah melakukan pengkajian dan menetapkan diagnosa antara lain:

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot1. kaji kemampuan motorik secara fungsional2. anjurkan dan mengajarkan klien untuk melakukan latihan rentang pergerakan sendi 3. anjurkan untuk ubah posisi klien untuk miring kanan dan kiri tiap 2 jam sekali2. Devisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan aktivitas1. Kaji pola dan kebiasaan pasien dalam membersikan diri2. Ajarkan pasien untuk membersikan diri semampu keadaannya sekarang

(menggosok gigi).3. Lakukan personal hygiene pada klien minimal 1 kali sehari seperti mandi.4. Lakukan pemotongan kuku minimal seminggu sekali.5. Kolaborasi dengan petugas panti dalam melakukan personal hygiene.3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologis1. Pantau tingkat aktivitas pasien2. Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien3. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitar4. Jauhkan benda-benda yang dapat menyebabkan cideraDidapatkan bahwa pasien memberikan respon menuju perbaikan kesehatan dan keluarga klien kooperatif dalam melakukan keperawatan terhadap klien,maka dari itu implementasinya antara lain:

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot

Pada pasien H dengan stroke, tindakan yang kelompok lakukan pada pasien tersebut berupa mobilisasi yang bertahap seperti merubah posisi setiap 2 jan seperti miring ke kanan dan ke kiri dan latihan gerak sendi (ROM). Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Namun perubahan yang terjadi pada pasien H, hanya teratasi sebagian dari apa yang telah dilakukan oleh perawat.

2. Devisit Perawatan Diri berhubungan dengan penurunan aktivitas fisik Pada pasien H perawat menemukan bahwa pasien jarang mebersihkan diri dan keadaan kulit juga kotor. Pada pasien H perawat melakukan pengkaji kebiasaan membersihkan diri, Perawat menganjurkan untuk menjaga kabersihan diri dengan memandikan pasien , menghosok gigi berkolaborasi dengan petugas panti dalam melakukan tindakan personal hygiene, namun karena pasien mendirita stroke pasien mendapat bantuan dalam melakukan kegiatan personal hygiene 3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan defisit neurologis Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan. Penyakit akan timbul jika keadaan keamanan lingkungan tidak mendukung.Selama proses perawatan berlangsung tindakan yang kami berikan adalah mengorientasikan pasien dengan lingkungan, memganjurkan klien lebih hati-hati untuk berpindah tempat, memberikan penjelasan dan membantu klien menjauhkan yang membuat bahaya bagi pasien, misalnya masak di luar kamar. Dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada Kakek H dan juga dalam pencapaian tujuan dari intervensi keperawatan yang ada, didapatkan masalah teratasi sebagian. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (lismidar, 1990).

Dari hasil yang didapatkan dalam tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien H, bahwa masalah teratasi sebagian dari setiap diagnosa keperawatan yang ada.

6.2 Saran6.2.1Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan terutama dalam praktikum klinik/lapangan dapat meningkatkan kerjasama dengan pihak lahan praktek, khususnya Panti Tresna Werdha Teratai Palembang sehingga akan terjalin hubungan yang dinamis antara institusi dan pihak lapangan.

6.2.2Bagi Panti Tresna Werdha Teratai

Diharapkan pihak panti tresna werdha teratai untuk menambah sarana dan prasarana maupun dalam pelayanan dalam merawat para lansia misalnya dengan melengkapi tempat tidur denag penyangga agar kenyamanan lansia dapat terpenuhi6.2.3 Bagi Mahasiswa

Diharapkan setelah melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik di Panti Tresna Wedha Teratai Palembang, mahasiswa juga dapat menerapkannya di tatanan pelayanan kesahatan yang lain dengan lebih baik terutama pada lansia.DAFTAR PUSTAKA

Ali, Wendra, 1999, Petunjuk Praktis Rehabilitasi Penderita Stroke, Bagian Neurologi FKUI/RSCM, UCBPharma Indonesia, JakartaBrunner & Suddart, 2002, Buku Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGCCarpenito, L. J. 2001, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Keperawatan, Jakarta : EGC

Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Diknakes, Jakarta

Doengoes, M, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Engram Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, JakartaHarsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996

Mulyatsih Enny, Ahmad Airiza, 2008, Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke Di Rumah, Bagian Neurologi FKUI/RSCM, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC1

5

28

33

56

61

PAGE