Upload
yogi-maulana
View
35
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
BAB 8
RENCANA DETAIL KAWASAN PUSAT KOTA MANINJAU
Secara substansi, Rencana Detail Pusat Kota Maninjau mencakup Arahan Struktur dan
Pola Pemanfaatan Ruang, Arahan Blok Pemanfaatan Ruang, Pedoman Pelaksanaan
Pembangunan, dan Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Kebijakan
pengembangan yang akan diarahkan pada kawasan-kawasan ini, diharapkan dapat
menjadi langkah awal penataan ruang yang mampu meningkatkan daya tarik Kawasan
Danau Maninjau sebagai sebuah objek wisata.
8.1Arahan Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang
Struktur Kawasan Pusat Kota Maninjau dibentuk oleh jaringan jalan, danau dan
komponen ruang. Jaringan jalan yang berperan penting membangun struktur
ruang Kawasan Pusat Kota Maninjau adalah jaringan jalan kolektor primer
Bukittinggi – Lubuk Basung (termasuk Kelok 44) dan jaringan jalan kolektor
sekunder. Kelok 44 akan menjadi pintu utama masuk ke Kawasan Danau
Maninjau, sekaligus sebagai pintu masuk lintasan aliran pergerakan wisata dan
ekonomi bagi detail Kawasan Danau Maninjau dan Kawasan Danau Maninjau
secara keseluruhan. Sementara, terusan Kelok 44 arah Lubuk Basung dan
jaringan jalan kolektor sekunder akan menjadi pintu aliran pengumpul
pergerakan dari kawasan-kawasan kegiatan masyarakat setempat.
Keberadaan Danau Maninjau di bagian barat kawasan juga akan menjadi faktor
penting yang membentuk struktur ruang kawasan, karena danau akan berfungsi
sebagai ‘centre point of view’ dari seluruh kegiatan yang dialokasikan di Kawasan
Simpang Maninjau.
Jaringan jalan terusan Kelok 44 dan jaringan jalan kolektor sekunder akan
membelah detail Kawasan Danau Maninjau dari utara ke selatan, sedangkan
Kelok 44 akan membelah kawasan dari barat ke timur. Danau Maninjau sendiri
akan menjadi pembatas alami di bagian barat.
Dengan mempertimbangkan tujuan pemanfaatan ruang yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka komponen ruang yang membentuk struktur ruang detail
Kawasan Danau Maninjau dapat dibagi 2, yaitu :
1) Komponen utama, merupakan kawasan-kawasan yang menjadi central point
pengembangan wisata, meliputi sekitar Simpang 4 Pasar Maninjau
VIII-1
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
(Kawasan Pusat Kota Maninjau), kawasan perdagangan regional, kawasan
pusat Nagari, dan kawasan wisata khusus. Orientasi central point tetap
kepada danau.
2) Komponen penunjang, merupakan kawasan-kawasan yang mendukung
keberlangsungan komponen utama, meliputi kawasan permukiman,
kawasan hutan, kawasan pengembangan terbatas (di kawasan sempadan
danau), kawasan perkantoran, dan objek-objek wisata di masing-masing
Nagari.
GAMBAR 8.1KONSEP STRUKTUR RUANG KAWASAN
8.1.1Penetapan Blok Peruntukan
Yang dimaksud dengan blok peruntukan adalah sub-sub bagian dalam suatu
kawasan yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan atau keterkaitan fungsi.
Penetapan blok peruntukan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
ukuran, fungsi, dan karakteristik kegiatan masyarakat setempat.
VIII-2
KELOK 44
KE LUBUK BASUNG
KE NAGARI TANJUNG SANI
DANAU MANINJAU
SIMPANG 4 PASAR MANINJAU
KE BUKITTINGGI
Kawasan Permukiman
Kawasan Perdagangan Regional
Kawasan Hutan
Kawasan Wisata Khusus
Kawasan Pusat Nagari
Kawasan Pengembangan Terbatas
Kawasan Perkantoran
Pusat pelayanan
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
Detail Kawasan Danau Maninjau dibagi ke dalam 8 blok peruntukan, yaitu:
a. Blok permukiman, merupakan blok-blok yang terdiri dari kelompok rumah
beserta fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terdapat di dalamnya. Blok
permukiman ini dibagi menjadi 3, yaitu;
1) Blok permukiman kepadatan tinggi terdiri dari bangunan-bangunan
rumah dengan kepadatan > 69 unit/Ha1. Letak bangunan relatif
berdekatan (jarak antarbangunan + 5 meter atau bahkan
berdempetan).
2) Blok permukiman kepadatan rendah, merupakan kebalikan dari blok
permukiman kepadatan tinggi, dengan kepadatan < 69 unit/Ha. Jarak
antarbangunan pun sangat jauh. Blok permukiman dengan kepadatan
seperti ini umumnya yang ada di detail Kawasan Danau Maninjau.
3) Blok permukiman campuran, merupakan kelompok bangunan rumah
yang dalam bloknya terdapat kegiatan lainnya yang juga dominan,
seperti pertanian dan perkebunan.
Pada arahan selanjutnya, blok permukiman kepadatan tinggi tetap diarahkan
sebagai blok permukiman kepadatan tinggi, dengan tingkat kepadatan yang
sama dengan saat ini. Tujuannya adalah agar tingkat pertumbuhan kawasan
tersebut tetap. Sedangkan blok permukiman kepadatan rendah dapat
diarahkan sebagai permukiman kepadatan rendah maupun tinggi.
1 Diperhitungkan berdasarkan perkiraan jumlah bangunan saat ini (1500 unit) dan luas total bangunan (21,95 Ha). Perbandingan antara keduanya diasumsikan sebagai batas maksimum tingkat kepadatan rendah.
VIII-3
1 Permukiman kepadatan rendah di Swedia2 Permukiman campuran di Montreux
1
2
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
Sementara, blok permukiman campuran akan diarahkan tetap dengan 2
fungsi, yaitu sebagai kelompok perumahan dan fasilitasnya, beserta fungsi
lainnya yang dominan (seperti pertanian maupun perkebunan).
b. Blok perdagangan dan jasa, merupakan blok yang terdiri dari bangunan-
bangunan dengan fungsi utama bagi
kegiatan berdagang dan jasa, baik
jasa wisata maupun jasa
perkantoran pelayanan publik.
Termasuk dalam blok ini adalah
bangunan rumah/pertokoan yang
berfungsi sekaligus sebagai usaha,
misalnya rumah yang menjadi
tempat usaha rumah makan.
c. Blok Akomodasi Wisata, merupakan blok yang terdiri dari bangunan-
bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas wisata, terutama hotel,
penginapan, losmen, homestay, restoran, café, dan lain-lain.
d. Blok Pemerintahan. Merupakan blok yang dijadikan sebagai kawasan pusat
kegiatan pemerintahan. Ada 2 jenis blok pemerintahan, yaitu (1) Blok
Pemerintahan Nagari dan (2) Blok Pemerintahan Pelayanan Publik (skala
kecamatan).
e. Blok Fasilitas Wisata.
Merupakan blok yang dijadikan
sebagai komponen penunjang
pergerakan wisata. Termasuk
dalam blok fasilitas wisata adalah
terminal, fasilitas parkir dan
dermaga.
f. Blok Ruang Terbuka Hijau (RTH). Merupakan blok konservasi pada
beberapa bagian sempadan danau yang masih memungkinkan
dikembangkan, sebagai orientasi pemandangan ke danau.
g. Kompleks Wisata. Merupakan blok yang dikhususkan bagi kegiatan wisata
yang dikembangkan dalam bentuk kawasan, bukan hanya sebagai objek.
Termasuk dalam kawasan ini adalah fasilitas-fasilitas penunjang wisata yang
bersangkutan, seperti toko penjualan cinderamata, masjid, lapangan parkir,
VIII-4
Salah satu bentuk kawasan komersial perdagangan di Stockholm, Swedia
Dermaga sungai di Swedia
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
dan lain-lain. Komplek wisata ini dapat berupa komplek wisata bersejarah,
wisata peternakan, dan wisata Islam.
h. Blok kegiatan non terbangun, terdiri dari kawasan cagar alam,
agroforestry, wisata hutan alam, pertanian (persawahan dan perkebunan),
perikanan (keramba/jala apung), dan lain-lain.
8.1.2Arahan Distribusi Penduduk
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa pada
tahun perencanaan 2013, diperkirakan jumlah penduduk di detail Kawasan
Danau Maninjau adalah sekitar 12.249 jiwa. Dengan anggapan sebuah rumah
akan dihuni oleh 5 jiwa, maka diperkirakan pada tahun 2013, akan dibutuhkan
sekitar 2.500 unit rumah.
Berdasarkan perkiraan tersebut maka perkiraan kepadatan penduduk di detail
Kawasan Danau Maninjau dapat dikelompokkan atas:
Kepadatan penduduk rendah (0-350 jiwa/ha)
Kepadatan penduduk tinggi (> 350 jiwa/ha)
Dengan mempertimbangkan keberadaan rumah-rumah saat ini, maka
diperkirakan persebaran permukiman masih akan tetap sama, yang mana
terdapat beberapa rumah yang mengelompok secara linier (mengikuti bentuk
jaringan jalan) dan beberapa rumah yang mengelompok secara kluster, yang
akan dialokasikan pada kawasan lebih menjorok ke arah hutan (ke dataran
tinggi, ke arah batas punggung dalam danau). Hal ini dengan pertimbangan adat
budaya masyarakat setempat (Matrilineal) yang cenderung akan hidup
mengelompok dengan sukunya.
Persebaran permukiman ini dianggap dapat mewakili distribusi penduduk di
masa mendatang, sebab pada hakekatnya, rumah identik dengan penduduk.
Dengan demikian, distribusi penduduk pun akan dibagi atas:
1) Distribusi penduduk pada blok permukiman linier, diarahkan pada tingkat
kepadatan rendah, dengan pertimbangan arahan tersebut akan dapat
meminimasi dampak terhadap beban ruas jalan.
2) Distribusi penduduk pada blok permukiman kluster, diarahkan pada tingkat
kepadatan penduduk rendah dan tinggi, dengan pertimbangan kondisi saat
ini.
VIII-5
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
3) Distribusi penduduk pada blok permukiman campuran, diarahkan pada
tingkat kepadatan rendah, dengan pertimbangan kegiatan non permukiman
yang ada di dalamnya berpotensi menarik konsentrasi penduduk.
8.1.3Arahan Struktur Pelayanan
Di dalam rencana makro Kawasan
Danau Maninjau, detail Kawasan Danau
Maninjau termasuk dalam pusat
pelayanan ekonomi skala kawasan
(terutama di simpang 4 Danau
Maninjau), dan sub pusat wisata. Dalam
arahan sistem pelayanan makro (LIHAT
BAB 5), detail Kawasan Danau Maninjau
termasuk ke dalam pusat pelayanan
umum dan sosial, ekonomi, serta wisata
sekaligus. Hal ini disebabkan oleh
keberadaan detail Kawasan Danau
Maninjau di ibukota Kecamatan Tanjung
Raya.
Sistem pelayanan disusun berdasarkan
peran dan fungsi yang diemban oleh
masing-masing Nagari dalam wilayah
detail, dengan memperhatikan arahan
pada rencana makro Kawasan Danau
Maninjau. Dengan demikian, struktur
detail Kawasan Danau Maninjau terbagi
menjadi pusat pelayanan, sub pusat
pelayanan dan subsub pusat pelayanan.
Pusat dan sub pusat pelayanan adalah
sebagaimana telah diarahkan dalam rencana makro Kawasan Danau Maninjau.
Sedangkan subsub pusat pelayanan merupakan simpul-simpul kegiatan wisata
yang menginduk pada sub pusat pelayanan di masing-masing nagari.
Pusat pelayanan dialokasikan di Simpang 4 Pasar Maninjau, sementara sub pusat
pelayanan dialokasikan di pusat pelayanan ekonomi Bayur dan Sei Batang.
Subsub pusat pelayanan dialokasikan di:
kawasan akomodasi wisata peternakan,
zona inti masyarakat Islami
VIII-6
GAMBAR 8.2ARAHAN STRUKTUR PELAYANAN
DETAIL KAWASAN DANAU MANINJAU
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
zona konservasi masyarakat Islami
zona konservasi dan akomodasi wisata pertanian.
8.1.4Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Pergerakan
Pengembangan transportasi di detail Kawasan Danau Maninjau diarahkan pada
pengembangan transportasi darat, baik untuk pergerakan lokal maupun regional.
Pada daerah-daerah tertentu yang memungkinkan diarahkan pula
pengembangan transportasi danau, terutama sebagai penunjang/pelayanan
wisata.
a. Pengembangan transportasi darat, diarahkan pada:
Pengalihan beban dan kapasitas jaringan jalan regional kolektor primer
yang menghubungkan Bukittinggi dan Lubuk Basung dengan
pengembangan jaringan alternatif dari Kelok 44, sekitar 500 meter ke
arah jaringan jalan kolektor primer. Kawasan di sekitar jaringan jalan ini
dibiarkan bebas (kondisinya sama dengan saat ini, berupa bentang
sawah dan hutan) untuk memberikan akses pemandangan ke danau,
sehingga jaringan jalan ini disebut pula sebagai Jalan Agro.
Pengembangan jaringan alternatif kolektor sekunder Maninjau-Sei
Batang sebagai akses alternatif menuju zona inti masyarakat Islami.
Pengembangan jaringan lokal yang menghubungkan blok-blok
permukiman dan kawasan wisata dengan jaringan jalan kolektor.
Pemantapan jaringan jalan diarahkan pada peningkatan kualitas jalan di
sepanjang jalan kolektor primer dengan melakukan pelebaran jalan,
pembangunan trotoar untuk pejalan kaki, dan pelengkapan marka jalan.
Pengembangan jaringan jalan khusus sepeda (bicycle path) sebagai
upaya mendukung kegiatan wisata berkeliling Danau Maninjau. Hal ini
dilatarbelakangi cukup banyaknya minat wisatawan, khususnya
wisatawan asing, untuk berwisata sepeda sekeliling danau, namun saat
ini, belum ada track khusus yang aman dan nyaman bagi wisatawan
sepeda.
GAMBAR 8.3
VIII-7
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
ILUSTRASI PENAMPANG GEOMETRI JARINGAN JALAN KOLEKTOR PRIMER
Pengaturan sirkulasi kendaraan terutama pada kawasan pusat
pelayanan, misalnya dengan memberlakukan jalan searah, tidak
diperkenankan parkir di sepanjang jalan, dan sebagainya.
Pengembangan sarana dan prasarana transportasi pendukung
transportasi darat diarahkan pada:
~ Pengembangan terminal angkutan sebagai titik akumulasi
pergerakan. Terminal ini dialokasikan di sekitar Simpang 4 Pasar
Maninjau (Kawasan fasilitas wisata). Penerapan lebih lanjut
pengembangan terminal ini selanjutnya dibutuhkan studi
tersendiri menyangkut rencana teknis kawasan terminal.
~ Pemantapan trayek dan rute angkutan lokal yang
menghubungkan antara pusat dengan sub pusat pelayanan
serta antara sub pusat dengan sub pusat lainnya.
Pengembangan trayek dan rute ini juga difungsikan untuk
melayani pergerakan wisata, yang melayani pergerakan
wisatawan hingga titik terdekat zona wisata.
~ Pemantapan fungsi ojeg/becak motor sebagai moda angkutan
paratransit untuk melayani pergerakan-pergerakan lokal yang
tidak terlayani trayek dan rute angkutan umum.
~ Pengembangan fasilitas parkir pada kompleks-kompleks wisata
sebagai fasilitas penunjang wisata. Fasilitas parkir terbesar
dikembangkan di Kawasan Fasilitas Wisata.
VIII-8
Garis sempadan bangunan = 6 m 1 m Trotoar
1,5 m
Badan jalan = 7 m
1 mTrotoar 1,5 m
Garis sempadan bangunan = 6 m
Catatan: sempadan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi bicycle path.
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
Pengembangan transportasi danau, diarahkan terutama untuk
mendukung kegiatan wisata budaya dan wisata air, melalui:
~ Pengembangan dermaga sebagai titik
koleksi dan distribusi pergerakan
wisatawan, dengan
mempertimbangkan kriteria teknis
pembangunan dermaga serta view
danau yang indah.
~ Pengembangan dermaga ditunjang
pula oleh transportasi darat, sehingga
tercipta integrasi pergantian moda
yang mantap dan terpadu.
~ Pengembangan moda angkutan danau (perahu), selain sebagai
pendukung pergerakan wisata, sekaligus sebagai objek wisata
itu sendiri (wisata air).
~ Pengembangan rute wisata melalui danau, yang
menghubungkan tempat-tempat wisata yang akan
dikembangkan melalui danau, yaitu blok wisata bersejarah
Museum Buya Hamka, blok wisata agro-perikanan (keramba dan
jala apung), dan lain-lain.
8.2 Arahan Pemanfaatan Ruang
Arahan pemanfaatan ruang di detail Kawasan Danau Maninjau dapat dibagi atas
1) kawasan budidaya perkotaan dan 2) kawasan lindung. Kawasan budidaya
perkotaan mencakup kawasan budidaya terbangun dan non terbangun. Kawasan
budidaya perkotaan terbangun terdiri atas kawasan akomodasi wisata
peternakan, kawasan permukiman, kawasan pusat pelayanan (kawasan pusat
Kota Maninjau), zona inti masyarakat Islami, zona konservasi masyarakat Islami,
zona konservasi dan akomodasi wisata pertanian, dan kawasan akomodasi
wisata perikanan. Sementara, kawasan budidaya perkotaan non terbangun
VIII-9
Dermaga di Boston
Model wisata danau
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
terdiri atas pertanian, perkebunan, dan agroforestry. Kawasan lindung terdiri
atas hutan lindung dan cagar alam.
1) Kawasan Akomodasi Wisata Peternakan, dialokasikan di timur Nagari Bayur.
2) Kawasan Permukiman, dialokasikan di timur Nagari
Bayur.
3) Kawasan Pusat Pelayanan terdiri atas pusat pelayanan
utama kawasan, atau disebut juga sebagai Kawasan
Pusat Kota Maninjau, dan pusat pelayanan pendukung.
Pusat pelayanan utama kawasan (Kawasan Pusat Kota
Maninjau) dialokasikan di sepanjang koridor menuju
Simpang 4 Pasar Maninjau dari arah Lubuk Basung.
Sementara, pusat pelayanan pendukung dialokasikan
di pusat pelayanan ekonomi Bayur (Pasar Bayur) dan
pusat pelayanan Nagari Sei Batang (Pasar Sei Batang).
4) Zona Inti Masyarakat Islami, dialokasikan pada Jorong
Qoriah Thoybah sebagai kawasan khusus, dengan didukung oleh 3 gerbang,
masing-masing dari jalan terusan Embun Pagi – Sei Batang, dari jalan
terusan Syech Amrullah, dan jalan dari arah Nagari Tanjung Sani.
5) Zona Konservasi Masyarakat Islami, merupakan zona transisi yang berada di
antara zona inti masyarakat Islami dengan zona konservasi dan akomodasi
wisata pertanian. Zona ini ditandai oleh adanya komplek wisata Buya
Hamka.
6) Zona Konservasi dan Akomodasi Wisata Pertanian, merupakan kawasan
pengembangan bentang alam persawahan sebagai salah satu objek wisata.
Dialokasikan di Nagari Sei Batang, di sebelah selatan komplek wisata Buya
Hamka.
7) Kawasan Akomodasi Wisata Perikanan, merupakan kawasan pengembangan
kegiatan perikanan keramba/jala apung, sebagai salah satu objek wisata.
DIalokasikan pada perbatasan Nagari Sei Batang dengan Tanjung Sani
(dekat teluk).
8) Pertanian, dialokasikan pada bagian timur Nagari Maninjau (sekitar kawasan
Kelok 44) dan di sebelah selatan Nagari Maninjau, dekat dengan pusat
pelayanan pendukung, atau tersebar di sebagian Nagari Sei Batang, di
dekat zona inti masyarakat Islami.
9) Perkebunan, dialokasikan di Nagari Maninjau, sekitar Kelok 44, memanjang
ke arah selatan, mendekati pusat pelayanan pendukung.
VIII-10
Salah satu contoh ruang publik di Boston,
Amerika
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
10)Agroforestry, dialokasikan di sebagian besar Nagari Bayur hingga Kelok 44.
Kawasan ini menjadi buffer antara kawasan budidaya dengan kawasan
lindung (cagar alam).
11)Hutan Lindung, dialokasikan di bagian utara Nagari Bayur.
12)Cagar Alam, dialokasikan di bagian timur Nagari Maninjau dan Sei Batang.
TABEL VIII.1
LUAS ALOKASI RUANG DETAIL KAWASAN DANAU MANINJAUNo Alokasi Ruang Luas (Ha)
1Agroforestry
696,67
2Akomodasi Wisata Perikanan
28,33
3Akomodasi Wisata Peternakan
31,10
4Cagar Alam
1.131,61
5Hutan Lindung
386,80
6 Konservasi dan Akomodasi Pertanian
117,75
7Perkebunan
353,99
8Pertanian Tanaman Pangan
1.478,12
9Pusat Pelayanan Pendukung
110,80
10Pusat Pelayanan Utama Kawasan
60,87
11Zona Inti Masyarakat Islam
205,00
12Zona Konservasi Masyarakat Islami
70,91
Sumber: Hasil Analisis
Mengingat luasnya cakupan wilayah Detail Kawasan Danau Maninjau, maka
terdapat kawasan yang dijabarkan secara lebih rinci, yaitu kawasan pusat
pelayanan utama (Kawasan Pusat Kota Maninjau) di sepanjang koridor
Simpang 4. Penjabaran rinci kawasan ini dibagi atas blok-blok pemanfaatan
ruang, yang meliputi:
a. Blok Akomodasi Wisata, dialokasikan di sepanjang koridor Maninjau, mulai
dari simpang jalan baru alternatif Kelok 44 hingga Maransi Beach. Blok ini
berisi hotel, homestay, restoran, café, dan lain-lain.
b. Blok Perdagangan dan Jasa Wisata, dialokasikan di sekitar simpang jalan
baru alternatif Kelok 44 hingga Simpang 4 Kelok 44. Blok ini berisi
pertokoan yang memberikan pelayanan jasa wisata (misalnya informasi
wisata), pertokoan yang menjual cinderamata, pasar tradisional Maninjau,
dan beberapa kegiatan perdagangan lainnya.
VIII-11
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
GAMBAR 8.4PETA ARAHAN PEMANFAATAN RUANG detail KAWASAN Danau MANINJAU
VIII-12
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
c. Blok Fasilitas Transportasi Wisata, dialokasikan di simpang jalan baru
alternatif Kelok 44. Memiliki konsep ruang terbuka, sehingga tidak
menghalangi pemandangan ke arah danau. Blok ini akan berisi terminal
angkutan, parkir kendaraan wisata, dan dermaga.
d. Blok Permukiman Kepadatan Tinggi, dialokasikan tepat di belakang
kawasan perdagangan wisata.
e. Blok Permukiman Kepadatan Rendah, dialokasikan pada lingkungan
perumahan dari Masjid Raya Maninjau ke arah selatan.
f. Blok Ruang Terbuka Hijau, sebagai upaya menyelamatkan kondisi yang
masih dapat diselamatkan dan memperbaiki kondisi yang sudah rusak. Blok
ini dialokasikan pada beberapa bagian sempadan danau. Pada blok ini
nantinya, wisatawan dan masyarakat dapat menikmati pemandangan
danau. Pada blok ini dimungkinkan pembangunan permanen, misalnya
pembangunan jalan setapak dengan sistem paving block, namun tetap
memperhatikan fungsi lindung sempadan danau dan estetika lingkungan.
Dimungkinkan pula untuk pengembangan
bangunan-bangunan yang sifatnya
monumental, artinya memiliki ciri khas
arsitektural atau fungsi yang khas, misalnya
Rumah Khas Minang atau Masjid Raya.
Pengembangan bangunan ini diarahkan
sedemikian rupa dengan fokus orientasi danau
dan pemanfaatan ruang yang berbatasan
langsung dengan danau.
g. Blok Perkantoran, dialokasikan pada kawasan perkantoran saat ini, di
sekitar Simpang 4 Pasar Maninjau. Kawasan perkantoran ini terdiri atas
bangunan kantor pelayanan publik dan pemerintahan Kanagarian.
h. Blok Lahan Pengembangan, saat ini merupakan kawasan pertanian
tanaman pangan (persawahan) yang diarahkan pengembangannya sebagai
lahan pengembangan kawasan permukiman di masa mendatang, terutama
perkembangan kebutuhan akan lahan permukiman. Blok ini dialokasikan
pada memanjang dari utara ke selatan, di sepanjang koridor Jalan Agro.
VIII-13
Salah satu bentuk penerapan ruang terbuka
hijau, Stockholm
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
Gambar 8.5
PETA ARAHAN BLOK PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN PUSAT kota danau
maninjau
VIII-14
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
TABEL VIII.2ALOKASI BLOK PERUNTUKAN KAWASAN PUSAT KOTA MANINJAU
No. ALOKASI BLOK PERUNTUKAN LUAS1 Blok Akomodasi Wisata 5,592 Blok Fasilitas Transportasi Wisata 5,283 Blok Pemerintahan 4,554 Blok Perdagangan dan Jasa 3,415 Blok Permukiman Kepadatan Rendah 14,446 Blok Ruang Terbuka Hijau 6,557 Lahan Pengembangan 18,358 Pemukiman Kepadatan Tinggi 4,36
Sumber: Hasil Analisis
8.1.5Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Utilitas
Sistem jaringan utilitas secara garis besar meliputi sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan energi (listrik dan air) serta sistem prasarana
lingkungan. Arahan ini akan dikembangkan pada detail Kawasan Danau Maninjau
dengan perincian pada kawasan pusat pelayanan utama (Kawasan Pusat Kota
Maninjau) sebagai contoh implementasi arahan pengembangan utilitas.
Arahan pengembangan masing-masing sistem utilitas tersebut adalah sebagai
berikut:
A. Sistem penyediaan air bersih, diarahkan pada peningkatan pelayanan
kebutuhan masyarakat (mencapai 393.340 Liter/hari) melalui:
Pengembangan jaringan distribusi air bersih, terutama jaringan
sekunder yang melayani hingga kawasan permukiman masyarakat.
Peningkatan kapasitas produksi sumber air bersih eksisting,
Pengembangan alternatif sumber air bersih baru untuk meningkat
kapasitas pelayanan air bersih.
Integrasi sistem pelayanan air bersih oleh sistem jaringan milik Nagari
Struktur jaringan air bersih di detail Kawasan Danau Maninjau secara umum
akan dibagi atas jaringan primer, sekunder, dan tersier. Jaringan primer
merupakan jaringan utama yang mendistribusikan air bersih ke jaringan
sekunder, yang mana jaringan sekunder merupakan jaringan yang
mendistribusikan air bersih ke kawasan-kawasan fungsional di detail
Kawasan Danau Maninjau, seperti kawasan permukiman, perdagangan dan
jasa, wisata, dan lain-lain. Lebih lanjut di dalam masing-masing kawasan,
pendistribusian air bersih dilakukan dengan menggunakan jaringan tersier.
Sebagai alternatif, untuk menjamin meratanya distribusi air bersih, di
masing-masing kawasan fungsional dapat diletakkan tandon, sebagai
VIII-15
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
penampung sementara air bersih dari jaringan primer. Dengan mengatur
tekanan pada tandon, distribusi air bersih diharapkan dapat merata ke
seluruh masyarakat.
Secara garis besar ada beberapa kriteria yang digunakan dalam
merencanakan sistem jaringan perpipaan untuk air bersih, diantaranya
adalah :
Biaya instalasi yang terjangkau
Menggunakan teknologi yang tepat
Biaya perawatan yang rendah
Sederhana, efektif dan efisien
Komponen yang dibutuhkan ada dan mudah didapatkan
GAMBAR 8.6
PRINSIP DASAR SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH
Pipa transmisi sebaiknya menggunakan pipa baja. Pemilihan jalur transmisi
perlu mempertimbangkan segi teknis (implementasi di lapangan secara
efisien dan tingkat resiko yang rendah) dan segi ekonomis (sedapat
mungkin membutuhkan biaya semurah mungkin). Penentuan kapasitas
pipa transmisi didasarkan kepada perhitungan debit hari maksimum
dengan lama waktu pengaliran air baku dari sumber ke Instalasi Pengolah
Air selama 24 jam.
Perpipaan distribusi adalah sistem penyaluran air bersih dari reservoir
distribusi ke daerah pelayanan dan merupakan sistem yang paling penting
dalam penyediaan air minum. Pada sistem distribusi sejauh mungkin
dihindari terjadinya kebocoran, dan menjaga tekanan dalam pengaliran
VIII-16
Pompa/Menara Air
Saluran Tersier
Saluran Sekunder
Saluran Primer
Saluran Kota
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
yang dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan walaupun yang paling
kritis sekalipun. Penentuan kapasitas pipa distribusi didasarkan kepada
debit jam puncak. Pipa distribusi yang dipakai biasanya adalah pipa PVC,
sedangkan untuk pipa yang melewati jembatan dan pipa yang terbuka
lainnya perlu dipilih dari bahan besi atau baja yang lebih kuat.
B. Sistem pembuangan air hujan dan air kotor (drainase)
Diarahkan pada pengembangan sistem drainase tercampur (combined
system) dimana air kotor dan air hujan disalurkan melalui saluran yang
sama, dengan memanfaatkan saluran drainase alami dan buatan. Sistem
drainase buatan diarahkan bagi kawasan-kawasan yang jauh dari aliran
sungai sebagai jaringan drainase alami dan bagi jaringan jalan utama,
sementara sistem drainase alami diarahkan sebagai jaringan drainase
primer yang digunakan sebagai pengumpul jaringan drainase buatan di tiap-
tiap kawasan fungsional. Dari jaringan primer ini kemudian air hujan dan air
kotor dialirkan ke danau sebagai tempat pembuangan akhir. Pengaturan
pola aliran harus diperhatikan sedemikian rupa (memenuhi kontur alamiah
topografi), sehingga dapat mencegah timbulnya kawasan-kawasan
tergenang.
GAMBAR 8.7SKEMA POLA ALIRAN SISTEM DRAINASE
Dengan sistem pembuangan tercampur diharapkan pengembangan jaringan
menjadi lebih ekonomis dan terjadi pengenceran air buangan oleh air hujan
VIII-17
Danau Maninjau
Kawasan fungsional
Kawasan fungsional
Kawasan fungsional
Kawasan fungsional
Drainase buatan dari kawasan fungsional ke drainase alami sebagai jaringan primer
Sungai, jaringan primer (drainase alami)
Jala
n u
tam
a
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
sehingga konsentrasi air buangan menurun, yang pada akhirnya akan
menguntungkan danau (pencemaran air danau dapat diminimasi).
Sama halnya dengan struktur jaringan air bersih, struktur jaringan drainase
ini dibagi atas jaringan primer dan sekunder. Jaringan sekunder merupakan
jaringan buangan dari rumah-rumah tangga ke jaringan primer, yang dapat
berupa drainase alami maupun buatan. Jaringan drainase pada kawasan
permukiman dapat dibuat dengan sistem tertutup, sedangkan pada
kawasan di sepanjang jalan utama dapat dibuat dengan sistem terbuka.
C. Sistem pembuangan limbah padat, diarahkan pada pengelolaan cairan
limbah padat sedemikian rupa sehingga tidak mengotori air danau. Pada
kawasan permukiman permanen yang tinggi kepadatannya dan kawasan
komersial, sistem pembuangan limbah padat direncanakan dengan sistem
on site communal dan dilengkapi dengan shallow sewer. Jika sistem shallow
sewer belum dapat diaplikasikan dalam jangka pendek, maka alternatif
lainnya adalah dengan pembuatan tangki septik dengan bidang resapan
secara individual.
Sementara, pada permukiman yang tidak teratur atau relatif rendah
kepadatannya, maka rencana pengelolaan yang diusulkan adalah dengan
cara pembuatan on site individual dengan tangki septik dan atau tanpa
bidang resapan.
Persyaratan umum untuk pengadaan tangki septik meliputi :
Pipa penyalur untuk PVC minimal 100 mm
Kemiringan pipa (slope) adalah 2%
Bentuk segi empat dengan perbandingan panjang dan lebar 2-3 : 1
dengan ketentuan panjang minimal 1,5 m, lebar minimal 0,75 m dan
tinggi air dalam tangki 1-1,8 m.
Dilengkapi dengan lubang pemeriksaan berukuran 40 x 40 cm dan
pipa ventilasi udara dengan ukuran diameter 50 mm dan tinggi 2 m
dari permukaan tanah.
Jarak tangki septik terhadap suatu unit bangunan lainnya adalah :
- Jarak dari bangunan 1,5 m
- Jarak dari sumur 10 m
- Jarak dari pipa air bersih 3 m
VIII-18
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
D. Sistem persampahan, pada kawasan permukiman yang mengelompok
dengan tingkat kepadatan rendah, sistem pengelolaan persampahan
diarahkan pada sistem alami (dibakar) secara individual, sedangkan pada
permukiman yang mengelompok dengan tingkat kepadatan tinggi, dapat
digunakan sistem pembuangan komunal dengan menyediakan tempat
pembuangan sampah sementara, untuk selanjutnya dikelola dengan sistem
alami (dibakar), dengan memperhatikan waktu pembakaran dan dampak
asap yang ditimbulkan.
Sementara, pada kawasan permukiman yang linier di sepanjang jaringan
jalan utama dan berbatasan langsung dengan danau, sistem pengelolaan
persampahan diarahkan pada sistem pengelolaan komunal dengan
menyediakan angkutan persampahan yang secara reguler (memiliki jadwal
tertentu) mengangkut sampah dari rumah ke rumah untuk selanjutnya
dikumpulkan di tempat yang sama dengan tempat pembuangan sampah
kawasan permukiman mengelompok dengan tingkat kepadatan tinggi.
Dalam jangka panjang, sistem pengelolaan sampah dengan cara dibakar
atau dibuang langsung ke danau tidak dapat lagi dilakukan dengan
pertimbangan semakin berkembangnya penduduk. Cara seperti ini dapat
dipertahankan hingga sistem pengelolaan yang mantap dapat diwujudkan.
Sistem pengelolaan persampahan yang mantap dapat dilakukan dengan
menyediakan angkutan sampah dari rumah-rumah ke tempat pembuangan
sampah sementara (TPS), angkutan dari TPS ke tempat pembuangan akhir
(TPA). TPS dapat dialokasikan pada lokasi di sekitar pasar masing-masing
Nagari untuk memudahkan pengangkutan sekaligus dengan sampah pasar,
sedangkan penentuan lokasi TPA dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan studi kelayakan lokasi TPA. Salah satu pertimbangan lokasi
adalah bahwa TPA tersebut harus berjarak < 5 km dari kota dan > 1 km dari
permukiman.
Sementara, sistem pengelolaan yang dapat dilakukan pada TPA tersebut,
dapat berupa 1) incineration atau pembakaran habis, 2) komposting, baik
secara tradisional maupun mekanik, dan 3) sistem daur ulang.
Pada tahun 2013, diperkirakan akan dihasilkan + 36.747 liter/hari atau
36,747 m3/hari sampah domestik dan sekitar 7.349,4 liter/hari atau 7,349
VIII-19
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
m3/hari sampah non domestik, sehingga berdasarkan arahan tersebut, perlu
didukung oleh penyediaan fasilitas persampahan sebagai berikut :
TABEL VIII.3PERKIRAAN KEBUTUHAN FASILITAS PERSAMPAHAN
No Kebutuhan Kriteria/KetentuanJumlah yang
Diarahkan Disediakan1 Pengangkutan dari
rumah/hotel/dll : gerobak kapasitas 0,6 m3
1 unit gerobak kapasitas 0,6 m3 untuk setiap 1.200 penduduk
25 unit- 9 unit di
Bayur- 7 unit di
maninjau- 9unit di
Sei Batang
2 Pengumpulan sementara dari pengangkutan menggunakan container kapasitas 10 m3
1 unit container kapasitas 10 m3 untuk setiap 2.000 penduduk
15 unit- 6 unit di Bayur- 4 unit di maninjau- 5 unit di Sei Batang
3 Pengumpulan sementara (TPS) pada transfer depo kapasitas 100 m3
1 unit transfer depo kapasitas 100 m3 untuk setiap 20.000 penduduk
3 unit- 1 unit di Bayur- 1 unit di maninjau- 1unit di Sei Batang
4 Pengumpulan akhir (TPA) untuk seluruh kawasan danau Maninjau
Sebuah TPA untuk Kawasan Danau Maninjau
Lokasi perlu dikaji lebih lanjut melalui studi kelayakan
GAMBAR 8.8SKEMA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
VIII-20
Perumahan
Perkantaran, perdagngan dan jasa
Tempat Pengumpulan Sementara (TPS)
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Pengangkutan
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
GAMBAR 8.9
PETA RENCANA JARINGAN AIR BERSIH di DETAIL KAWASAN DANAU
MANINJAU
VIII-21
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
GAMBAR 8.10
PETA RENCANA JARINGAN air bersih di KAWASAN PUSAT KOTA
MANINJAU
VIII-22
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
GAMBAR 8.11
PETA RENCANA jaringan drainase di detail kawasan Danau Maninjau
VIII-23
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
GAMBAR 8.12
PETA RENCANA jaringan drainase di kawasan PUSAT KOTA MANINJAU
VIII-24
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
GAMBAR 8.13
PETA RENCANA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN di detail kawasan
DANAU MANINJAU
VIII-25
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
GAMBAR 8.14
PETA RENCANA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN di KAWASAN PUSAT
KOTA MANINJAU
VIII-26
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
E. Sistem jaringan energi (listrik), diarahkan pada upaya memenuhi
kebutuhan pelanggan (sebesar 4.023.797 KWh), terutama masyarakat
setempat maupun instansi pemerintahan dan swasta melalui sistem
penyaluran listrik, penyebaran gardu induk di kawasan pusat pelayanan,
dan gardu distribusi yang tersebar di masing-masing pusat Nagari.
F. Sistem jaringan telekomunikasi, diarahkan pada penyediaan sistem
jaringan telekomunikasi yang mampu memfasilitasi kebutuhan pelanggan
(+ 510 sambungan), termasuk dalam pengadaan jaringan telepon seluler
dan sistem telekomunikasi publik, baik melalui sistem telepon umum
maupun pengelolaan warung telekomunikasi (wartel).
Untuk pengembangan jaringan energi listrik dan telekomunikasi dapat dilakukan
dengan mengikuti struktur jaringan jalan. Namun perencanaan lebih lanjut dan
detail teknis, diharapkan dapat diantisipasi langsung oleh dinas-dinas terkait,
dengan memperhatikan perkiraan kebutuhan akan listrik dan telepon.
8.2 Pedoman Pelaksanaan Pembangunan &
Pengendalian
8.2.1Arahan Kepadatan Bangunan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah koefisien perbandingan antara luas
lantai dasar bangunan terhadap luas persil/kavling/blok peruntukan. Maksud
penetapan KDB adalah untuk tetap menyediakan perbandingan yang seimbang
antara lahan terbangun dan tidak terbangun, sehingga peresapan air tanah tidak
terganggu, kebutuhan udara terbuka dapat terpenuhi, dan citra arsitektur
lingkungan dapat terpelihara. Sebagai contoh dengan KDB 40%, maka pada
kapling seluas 100 m2 diijinkan untuk mendirikan bangunan dengan luas lantai 40
m2.
Penetapan angka KDB didasarkan pada beberapa aspek yang dapat dijadikan
pegangan/patokan untuk penetapan angka KDB tersebut. Aspek-aspek yang
dijadikan pertimbangan ialah:
- Kepadatan penduduk di suatu wilayah
- Potensi lahan di suatu wilayah
- Penggunaan lahan.
VIII-27
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
A. Tinjauan berdasarkan kepadatan penduduk
Dalam menetapkan angka KDB berdasarkan kepadatan penduduk, digunakan
asumsi sebagai berikut:
- Satu keluarga terdiri dari 5 jiwa dan menempati sebuah rumah
- Satu jiwa membutuhkan fasilitas bangunan minimum 15 m2 dan maksimum 25
m2 (atau 0,0015 – 0,0025 ha)
- Luas areal perumahan 60% dari luas lahan
GAMBAR 8.15ILUSTRASI PENETAPAN KDB
Wilayah perencanaan yang diarahkan mempunyai kepadatan penduduk, akan
terlihat distribusi angka KDB-nya dengan cara perhitungan sebagai berikut:
- Kepadatan sangat rendah, yaitu 0 – 50 jiwa/ha
KDB minimum= 50 X 0,0015 X 100% = 12,5% 0,6
KDB maksimum = 50 X 0,0025 X 100% = 20,83% 0,6
- Kepadatan rendah, yaitu 50 – 100 jiwa/ha
KDB minimum= 50 X 0,0015 X 100% = 12,5% 0,6
KDB maksimum = 100 X 0,0025 X 100% = 41.67% 0,6
- Kepadatan sedang, yaitu 101 – 150 jiwa/ha
KDB minimum= 100 X 0,0015 X 100% = 25% 0,6
KDB maksimum= 150 X 0,0025 X 100% = 62.5% 0,6
- Kepadatan tinggi, yaitu 151 – 200 jiwa/ha
KDB minimum= 150 X 0,0015 X 100% = 37,5% 0,6
VIII-28
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
KDB maksimum= 200 X 0,0025 X 100% = 83.33%
0,6
- Kepadatan sangat tinggi, yaitu > 200 jiwa/ha
KDB minimum= 200 X 0,0015 X 100% = 50% 0,6
Kepadatan penduduk, seperti yang terlihat dari kategori blok permukiman di
Kawasan Pusat Kota Maninjau, dapat dibagi atas, blok permukiman kepadatan
tinggi dan rendah, sehingga KDB di Kawasan Pusat Kota Maninjau berkisar
antara 12,5% hingga 83,3%. Dengan demikian, arahan kepadatan bangunan
(KDB) adalah sebagai berikut:
- Pada kawasan permukiman kepadatan rendah, KDB direncanakan 13 -
21%
- Pada kawasan dengan permukiman kepadatan tinggi, KDB direncanakan
38 - 83%
B. Tinjauan berdasarkan potensi lahan
- Untuk lahan berpotensi tinggi, yang merupakan kawasan pusat kota, memiliki
intensitas kegiatan tinggi sehingga kebutuhan ruangnya besar, sementara
lahan yang tersedia terbatas. Angka KDB yang direncanakan 70% - 100%
- Untuk lahan berpotensi sedang, yang umumnya berupa kawasan permukiman
dengan aksesibilitas terhadap pusat-pusat pelayanan dan jalan raya cukup
baik. Interval angka KDB yang direncanakan 40% - 80%.
- Untuk lahan berpotensi rendah, yang umumnya berupa lahan permukiman
dengan aksesibilitas terhadap pusat-pusat pelayanan kurang baik. Interval
angka KDB yang direncanakan 0% - 50%.
C. Tinjauan berdasarkan penggunaan lahan
Penetapan angka KDB ditentukan berdasarkan pada kebutuhan setiap fasilitas
kegiatan dan nilai ekonomi kegiatan tersebut. Standar yang digunakan dalam
penetapan angka KDB adalah:
- Kawasan perdagangan dan kawasan CBD maksimum 85%
- Rumah sakit 30 – 50%
- Perkantoran, pendidikan, dan peribadatan maksimum 50%
- Jalur hijau dan taman 0 – 20%
Dengan demikian, arahan kepadatan bangunan di Kawasan Pusat Kota Maninjau
adalah sebagai berikut :
1. Untuk permukiman kepadatan rendah, dengan aksesibilitas yang baik
menuju fasilitas, diarahkan KDB 13 – 50%
VIII-29
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
2. Untuk permukiman kepadatan rendah, dengan aksesibilitas yang kurang
baik menuju fasilitas, diarahkan KDB 13 – 60%
3. Untuk permukiman kepadatan tinggi, diarahkan KDB 38 – 60 %
4. Untuk perumahan yang bercampur dengan kegiatan jasa, diarahkan KDB
13–60%
5. Untuk kawasan perdagangan dan jasa, diarahkan KDB 38 – 85 %
6. Untuk kawasan dan akomodasi wisata, KDB diarahkan sama dengan
permukiman di sekitarnya
7. Untuk kawasan pendidikan tinggi, diarahkan KDB 13 – 50 %
8. Untuk RTH, diarahkan KDB 0 – 20 %
8.2.2Arahan Ketinggian Bangunan
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah koefisien perbandingan antara luas
keseluruhan lantai bangunan terhadap luas persil/kavling/blok peruntukan.
Penetapan KLB bermksud untuk menetapkan ketinggian maksimum dan
minimum suatu bangunan untuk setiap blok peruntukan, agar tidak berpengaruhi
pada visualisasi lingkungan. Menurut standar Peraturan Bangunan Nasional, yang
dimaksud dengan ketinggian bangunan adalah jumlah lantai penuh dalam satu
bangunan yang dihitung dari lantai dasar sampai lantai tertinggi. Ketinggian
suatu bangunan diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Bangunan satu lantai, yakni bangunan sementara atau permanen yang
berdiri langsung di atas pondasi pada bangunan yang tidak terdapat
pemanfaatan lain selain pada lantai dasarnya
b. Bangunan bertingkat, yakni bangunan permanen dengan ketinggian dua
sampai dengan lima lantai
c. Bangunan tinggi, yaitu bangunan permanen dengan jumlah lantai lebih dari
lima atau ketinggian bangunan lebih dari 20 m.
Pertimbangan penetapan KLB didasarkan pada perkembangan kota, kebijakan
intensitas pembangunan, daya dukung lahan/lingkungan, serta keseimbangan
dan keserasian lingkungan. Sebagai contoh KLB 2 adalah dalam lahan seluas 100
m2 diijinkan untuk mendirikan bangunan dengan luas lantai sampai 200 m2.
Pengaturan kepadatan ini bertujuan:
Menciptakan ruang luar yang nyaman, yang masih memungkinkan
masuknya pencahayaan dan pengudaraan alami pada daerah terbuka, serta
cukup tersedia jalur pejalan kaki untuk menampung arus manusia yang
ditimbulkan oleh adanya kegiatan di kawasan tersebut.
VIII-30
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
Memperoleh keseimbangan antara arus/kapasitas kendaraan yang
ditimbulkan oleh suatu kegiatan dalam suatu bangunan dengan kapasitas
jalan yang ada.
Memberikan karakter pada suatu kawasan yang dipertahankan atau
diremajakan. Dilihat dari segi peninjauan umum, bila suatu kawasan akan
dipertahankan maka
diberikan tingkat
kepadatan yang sama
dengan sekarang, dan
bila suatu kawasan
akan diremajakan
maka diberikan tingkat
kepadatan yang lebih
besar.
Adapun pertimbangan dalam menentukan angka KLB di suatu wilayah adalah:
Jenis penggunaan tanah
Angka KDB
Ukuran jalan dan jarak sempadan
Jarak bangunan
Ketinggian bangunan maksimum yang diijinkan.
Penentuan rencana KLB di tiap blok peruntukan di Kawasan Pusat Kota Maninjau
dilakukan dengan mempertimbangkan arahan KDB, penggunaan lahan, dan
ketinggian maksimum bangunan yang telah berdiri saat ini, cara perhitungan KLB
adalah sebagai berikut:
- Untuk KDB 85% diarahkan di sepanjang jalan utama di pusat kota dengan
ketinggian maksimum 3 lantai, maka KLB maksimum 3 x 85% = 2,55
- Untuk KDB 60% diarahkan di kawasan perumahan dengan ketinggian
maksimum 2 lantai, maka KLB maksimum 3 x 60% = 1,8
- Untuk KDB 50% diarahkan di sebagian pusat pelayanan dan fasilitas
dengan ketinggian maksimum 2 lantai, maka KLB maksimum 2 x 50% = 1
GAMBAR 8.16ILUSTRASI PENETAPAN KLB
VIII-31
Penataan bangunan dengan memperhatikan ketinggian bangunan di
Swedia
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
-
Dengan demikian, ketinggian bangunan di Kawasan Pusat Kota Maninjau
diarahkan sebagai berikut:
1. Untuk permukiman kepadatan rendah, dengan aksesibilitas yang baik
menuju fasilitas, diarahkan KLB = 1
2. Untuk permukiman kepadatan rendah, dengan aksesibilitas yang kurang
baik menuju fasilitas, diarahkan KLB = 1,8
3. Untuk permukiman kepadatan tinggi, diarahkan KLB = 1,2
4. Untuk perumahan yang bercampur dengan kegiatan jasa, diarahkan KLB
= 1,8
5. Untuk kawasan perdagangan dan jasa, diarahkan KLB = 2,55
6. Untuk kawasan dan akomodasi wisata, KLB kawasan permukiman di
sekitarnya
7. Untuk kawasan pendidikan tinggi, diarahkan KLB = 1
VIII-32
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
GAMBAR 8.17
Arahan KDB & KLB
VIII-33
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
8.2.3Arahan Sempadan Bangunan
Garis sempadan adalah garis batas luar pengaman untuk mendirikan bangunan
dan atau pagar di kanan dan kiri jalan dan sungai. Garis ini merupakan jarak
antara jalan dengan bangunan maupun dengan pagar halaman, dan jaringan
bangunan dengan batas persil. Garis sempadan yang dirinci meliputi sempadan
muka bangunan, sempadan pagar dan sempadan sampingan bangunan.
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis di atas permukaan tanah yang
pada pendirian bangunan ke arah yang berbatasan tidak boleh dilampaui. GSB
yang diatur adalah garis sempadan bangunan terluar yang sejajar dengan as
jalan, rencana jalan, tepi sungai atau tepi pantai. GSB ditentukan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain:
lebar jalan/rencana jalan/lebar sungai/kondisi pantai,
fungsi jalan,
peruntukan kapling/kawasan.
Letak garis sempadan bangunan adalah separuh lebar daerah milik jalan
(damija) dihitung dari tepi jalan/pagar. Untuk bangunan yang berada di daerah
dekat sungai dengan lebar sungai kurang dari 5 meter, letak garis sempadan
adalah 2,5 meter dihitung dari tepi sungai.
Berdasarkan ketentuan lebar jalan, fungsi jalan dan peruntukan kapling/kawasan,
letak GSB di bagian perumahan yang berada di sepanjang jalan kolektor primer
adalah sebesar 6 meter (dengan ketentuan damija untuk jalan kolektor primer
adalah 12 meter2, termasuk trotoar, drainase dan pohon). Sedangkan untuk
bangunan yang terletak di pinggir/berbatasan dengan jalan kolektor sekunder,
GSB terletak pada jarak + 6 meter (dari garis terluar jalan ke bangunan). Namun
ketentuan ini tidak berlaku pada bangunan yang berada di sempadan danau.
Garis Sempadan Pagar (GSP) adalah garis di atas permukaan tanah yang pada
pendirian pagar ke arah yang berbatasan tidak boleh dilampaui oleh sisi luar
pagar. Garis sempadan pagar terluar yang berbatasan dengan jalan ditentukan
berhimpit dengan batas terluar daerah milik jalan. Ketentuan untuk GSP adalah
sebagai berikut:
2 Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta 1995
2) Undang-undang Nomor 13 tahun 1980 tentang Jalan3) Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993)
VIII-34
½ x Damija atau ¼ x Dawasja
DAMIJA
KETERANGAN : SEMPADAN PAGARSEMPADAN MUKA BANGUNANSEMPADAN SAMPING BANGUNAN SEMPADAN BELAKANG BANGUNAN
1111 24
Min 1,5 m
Min 1,5 m
13
1
13
3
GAMBAR 8.18RENCANA GARIS SEMPADAN
BANGUNAN
Min. 2 m
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
Garis pagar di sudut persimpangan jalan ditentukan dengan
serongan/lengkungan atas dasar fungsi dan peranan jalan
Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan maksimum 1,5
meter dari permukaan halaman/trotoar dengan bentuk transparan atau
tembus pandang.
Garis sempadan sampingan bangunan yang berbatasan dengan tetangga adalah
minimal 2 meter dari batas kapling, atau atas dasar kesepakatan dengan
tetangga yang saling berbatasan.
Pada kenyataannya, pelaksanaan atau implementasi ketentuan tersebut tidak
dimungkinkan mengingat telah terbangunnya lahan antara daerah milik jalan
dengan daerah yang ditetapkan sebagai garis sempadan bangunan. Oleh karena
itu penetapan GSB dalam kawasan-kawasan tertentu akan diatur lebih lanjut
dalam RTRK atau RTBL kawasan tersebut.
VIII-35
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
GAMBAR 8.19
ILUSTRASI ARAHAN GSB KAWASAN PUSAT KOTA MANINJAU
VIII-36
Arahan GSB Kawasan Simpang Maninjau
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
8.2.4Arahan Penanganan Prasarana dan Sarana
Arahan penanganan prasarana dan sarana di detail Kawasan Danau Maninjau
disesuaikan dengan pertimbangan konservasi, pengembangan baru, pemugaran
atau penanganan khusus.
Konservasi prasarana dan sarana di Detail Kawasan Danau Maninjau diarahkan
pada:
1. Konservasi jaringan jalan Kelok 44 sebagai bagian kegiatan wisata
2. Konservasi bangunan rumah adat Minang (Rumah Gadang) di Nagari Sei
Batang
3. Konservasi bangunan masjid bersejarah di Nagari Maninjau, Masjid Syech
Amrullah Sei Batang (+ 200 tahun), dan Masjid Raya Sei Batang.
4. Konservasi bangunan-bangunan peninggalan tokoh-tokoh, seperti:
Rumah peninggalan Buya Hamka di Sei Batang
Rumah peninggalan Nur Sutan Iskandar di Sei Batang
Rumah peninggalan Syech Amrullah di Sei Batang
Rumah peninggalan Ayahanda Buya Hamka di Sei Batang
Rumah peninggalan Isa Anshori di Sei Batang
Rumah peninggalan HR. Rasuna Said di Maninjau
Dan lain-lain
5. Konservasi daerah aliran sungai sebagai prasarana lingkungan alami
(drainase dan air kotor)
Sementara, pengembangan baru sarana dan prasarana diarahkan pada:
1. Pengembangan instalasi sumber air bersih di Nagari Bayur untuk
melayani Nagari Bayur dan Maninjau
2. Pengembangan instalasi atau sarana operator seluler untuk melayani
kebutuhan masyarakat setempat dan wisata
3. Pengembangan terminal angkutan umum regional di Nagari Maninjau dan
sub terminal (halte) di Pasar Bayur dan Sei Batang
Pemugaran sarana dan prasarana diarahkan pada bangunan peninggalan tokoh
bersejarah yang kondisinya saat ini sudah rusak dan bangunan-bangunan di
sepanjang koridor wisata (sekitar Simpang 4 Pasar Maninjau) untuk kepentingan
aksentuasi budaya Minang.
VIII-37
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
8.3 Indikasi Program Pengembangan di Kawasan
Danau Maninjau
Berdasarkan arahan-arahan makro dan detail yang dikemukakan di atas, maka
disusun indikasi program pengembangan sebagai salah satu masukan dalam
pelaksanaan arahan tersebut. Indikasi program pengembangan dibagi atas 1)
Indikasi Program Pengembangan Fisik, dan 2) Indikasi Program Pengembangan
Non Fisik, berdasatkan pada ketentuan Notrais..
Indikasi program pengembangan fisik terkait dengan pembangunan-
pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang, seperti jalan, infrastruktur air bersih,
telekomunikasi, dan lain-lain. Berdasarkan arahan yang telah digariskan, maka
indikasi program pengembangan pun dapat dibagi atas indikasi program
pengembangan bagi Kawasan Danau Maninjau (makro) dan indikasi program
pengembangan bagi Detail Kawasan Danau Maninjau:
A. INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN DANAU MANINJAU (Lihat
Gambar 8.20)
1. Rehabilitasi lahan-lahan kritis
2. Pembangunan jaringan alternatif Puncak Lawang – Maninjau
sepanjang + 8 km
3. Pembangunan jaringan jalan agro Kelok 44 – Sei Batang sepanjang
+ 4,5 km
4. Pengembangan kapasitas air bersih untuk melayani kebutuhan
sebesar 117.760 l/detik (detail Kawasan Danau Maninjau)
5. Pengembangan jaringan irigasi pertanian sawah
6. Pengembangan jaringan infrastruktur di Detail Kawasan Danau
Maninjau :
- Listrik : + 4 juta kWh
- Telepon : + 5 sambungan
- Telepon seluler
- Penampungan sampah bagi timbulan sampah + 36.747
liter/hari
7. Pemantapan jaringan jalan sekeliling danau di bagian selatan
GAMBAR 8.20
INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN DANAU MANINJAU
VIII-38
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
B. INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PUSAT KOTA MANINJAU
(Lihat Gambar 8.21)
1. Pemantapan jaringan jalan kolektor KELOK 44 sepanjang + 8 km
2. Pengembangan jaringan jalan kolektor primer sepanjang + 750
meter
3. Pemantapan jaringan jalan kolektor sekunder sepanjang + 10 km
4. Pengembangan jaringan jalan lokal sepanjang 600 m
5. Revitalisasi kawasan pusat kota seluas + 3 ha
6. Perencanaan kawasan akomodasi wisata seluas + 5 ha
7. Perencanaan terminal kawasan dan wisata seluas + 6 ha
VIII-39
1
1
1
1
2
3
5
6
4
7
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
GAMBAR 8.21
INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PUSAT KOTA MANINJAU
Lebih lanjut, di dalam Detail Kawasan Danau Maninjau sendiri terdapat beberapa
zona-zona yang akan menjadi fokus pengembangan, antara lain kawasan pusat
pelayanan utama (Kawasan Pusat Kota), kawasan pusat pelayanan pendukung,
zona inti masyarakat Islami, dan lain-lain. Dalam pengembangannya, masing-
masing zona tersebut akan membutuhkan dukungan program-program fisik.
Sebagai contoh, kawasan pusat pelayanan pendukung di Nagari Sei Batang.
Terdapat beberapa indikasi program pengembangan fisik yang dapat diusulkan,
seperti (Lihat Gambar 8.22):
1. Pengembangan dermaga
2. Revitalisasi kawasan perdagangan
3. Revitalisasi bangunan bersejarah
VIII-40
3
1
5
6
2
47
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
4. Pengembangan akses alternatif menuju objek wisata bersejarah (mesjid
dan rumah peninggalan Nur St.IskandarGAMBAR 8.22INDIKASI PROGRAM
PENGEMBANGAN KAWASAN PUSAT PELAYANAN PENDUKUNG NAGARI SEI
BATANG Sumber: Peta Citra Satelit Ikonos. Sementara, indikasi program
pengembangan non fisik merupakan program-program yang cenderung lebih
terkait kepada peningkatan kualitas SDM masyarakat di Kawasan Simpang
Maninjau khususnya dan Kawasan Danau Maninjau umumnya, dalam upaya
peningkatan partisipasi masyarakat tersebut terhadap perwujudan arahan ruang
yang telah dirumuskan. Beberapa indikasi program non fisik yang diusulkan adalah
sebagai berikut:Sosialisasi arahan pemanfaatan ruang kepada masyarakat
sebagai bentuk pelibatan masyarakat dalam proses penataan ruang
1. Sosialisasi konsep wisata kepada masyarakat melalui koordinasi
Nagari agar masyarakat merasa memiliki kegiatan wisatanya (sense
of belonging)
2. Penyuluhan dan pelatihan aparat Nagari untuk dapat berperan
sebagai pemandu wisata (pusat informasi wisata di Nagarinya)
3. Penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat pertanian,
peternakan, perikanan, dll untuk meningkatkan kualitas pertanian
dan peternakannya dalam kerangka pengembangan perekonomian
dan pariwisata
VIII-41
12
3 4
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
4. Sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk ikut menjaga dan
melestarikan hutan sebagai catchment area dan kawasan lainnya
yang ditetapkan sebagai kawasan lindung
5. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan lingkungan
(persampahan, limbah rumah tangga) yang ramah lingkungan
8.4 Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Dengan mempertimbangan kondisi pemanfaatan ruang saat ini, maka arahan
pemanfaatan ruang di detail Kawasan Danau Maninjau perlu disertai oleh
pedoman pengendalian agar tujuan dan konsep pemanfaatan ruang yang telah
dirumuskan tetap dapat terwujud. Secara umum, pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang detail Kawasan Danau Maninjau adalah sebagai berikut :
1. Untuk kegiatan budidaya (seperti ladang, sawah dan permukiman) yang
ditemukan di kawasan yang diarahkan sebagai kawasan lindung (hutan
lindung maupun cagar alam), terdapat dua pilihan tindakan pengendalian
yang dapat dilakukan :
a. Kegiatan budidaya dapat terus dijalankan, dengan catatan kegiatan
tersebut memperhatikan kaidah-kaidah keberlanjutan lingkungan dan
tidak mencemari lingkungan, baik dalam proses maupun setelah
menghasilkan produk.
b. Kegiatan budidaya tidak dapat dilanjutkan. Terutama jika kegiatan
budidaya tersebut terbukti telah melanggar kaidah keberlanjutan dan
mencemari lingkungan. Bentuk-bentuk pelanggaran antara lain adalah
pembukaan lahan secara besar-besaran, sehingga mengakibatkan erosi.
2. Antara kegiatan budidaya dengan kawasan lindung (cagar alam atau hutan
lindung) perlu ada kawasan penyangga, sehingga resiko perusakan fungsi
lindung dapat diminimasi. Kawasan penyangga dapat berupa kawasan
agroforestry, perkebunan maupun hutan produksi.
3. Perambahan kegiatan budidaya yang dilakukan di kawasan lindung dapat
diantisipasi dengan melibatkan pemerintahan Nagari, dengan menetapkan
batas-batas hutan yang boleh ditebang/dimanfaatkan.
4. Pemanfaatan sempadan danau tetap
dapat dilakukan, dengan tetap
memperhatikan fungsi perlindungan
kawasan tersebut. Untuk saat ini,
pemanfaatan sempadan danau yang
dapat dilakukan misalnya pembangunan
selasar/plaza dan ruang terbuka (open
space) di sepanjang sempadan danau
VIII-42
Salah satu bentuk pemanfaatan ruang sempadan danau di New England
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
dengan bahan baku yang ramah lingkungan. Penggunaan bahan baku keras
seperti beton, paving block, semen, dan sebagainya, dapat dilakukan untuk
menciptakan ruang santai bagi wisatawan di sepanjang pinggiran danau
(untuk duduk-duduk, jalan-jalan, naik sepeda, dan lain-lain).
5. Penegasan kawasan konservasi pada kawasan di sepanjang kelok 44, dengan
tidak memberikan ijin pembukaan lahan dan budidaya terbangun. Untuk
kegiatan budidaya yang sudah berlangsung masih dapat dilanjutkan, namun
dengan pembatasan luas lahan dan ketinggian bangunan. Artinya, tidak
diperkenankan pembangunan baru maupun perluasan.
6. Dalam rencana pembukaan jaringan jalan baru Agro (dari kelok 44 terus ke
blok fasilitas wisata yang direncanakan di kawasan pusat pelayanan), perlu
mengantisipasi dengan mengatur pembangunan di tempat keluar jalan
tersebut, untuk menjaga kualitas pandangan ke arah danau di masa
mendatang. Pengaturan dapat dilakukan dengan mengatur KDB, KLB,
maupun melalui perijinan.
7. Kesan alami pedesaan dan persawahan di kawasan sekitar jalan Agro perlu
dipertahankan dengan membatasi ijin pembangunan di sekitar.
8. Pengendalian dan pengawasan sistem pengolahan limbah untuk hotel,
restoran, maupun kegiatan komersial lain yang letaknya berdekatan dengan
danau.
9. Mengantisipasi kemunculan PKL yang tidak tertib/teratur dengan
mengalokasikan kegiatan festival pasar (semacam pasar kaget) pada waktu
tertentu di lokasi strategis yang multifungsi, seperti di depan Kantor KAN
Maninjau.
Untuk memperjelas arahan pengembangan dan pengendalian pemanfaatan
ruang di Detail Kawasan Danau Maninjau, maka dirumuskan beberapa arahan
pengembangan ruang pada zona-zona tertentu yang memiliki nilai dan posisi
strategis di lingkup detail Kawasan Danau Maninjau. Arahan pengembangan
berdasarkan zona tertentu yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
VIII-43
GAMBAR 8.23BERBAGAI CONTOH BENTUK PEMANFAATAN RUANG SEMPADAN DANAU
Kastil di Chillon
Camping Ground di sempadan danau,Swedia
Jalan Setapak di pinggir danau, Swedia
Restauran & Café di sempadan danau, Swedia
Wisata memancing, Paris
Dermaga, Swedia
Bangunan di atas danau, Chillon
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
1. Pertumbuhan Linier di Sepanjang Jalan Kolektor Primer
(hingga batas Nagari Maninjau)
Diarahkan bagi pengembangan akomodasi wisata, seperti hotel,
penginapan, restoran, dan lain-lain. Untuk itu perkembangan di kawasan ini
diarahkan dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
VIII-44
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
Arahan penggunaan
lahan di sepanjang
jalan sebagai
kawasan akomodasi
wisata serta
memungkinkan
pengembangan
kegiatan
perdagangan
bercampur dengan
permukiman di
sepanjang jalan.
Kepadatan bangunan
di sepanjang jalan
kolektor primer
dipertahankan tetap.
Ketinggian bangunan
disarankan tidak
melebihi 2 lantai. Bangunan yang berada di kontur yang lebih
rendah disarankan tidak melebihi bangunan di kontur lebih tinggi,
agar tidak menghalangi pandangan pemandangan alam danau.
Blok peruntukan yang akan dikembangkan di zona pertumbuhan
linier ini antara lain adalah permukiman, perdagangan, blok
akomodasi wisata dan blok peruntukan non terbangun (sawah,
ruang terbuka hijau).
2. Kompleks Museum Buya HAMKA
Diarahkan sebagai bagian dari zona konservasi masyarakat Islami (sebagai
kawasan transisi yang berada di antara zona inti masyarakat Islami dengan
zona konservasi dan akomodasi wisata pertanian). Arahan kriteria
pengembangan kompleks wisata Museum Buya HAMKA adalah sebagai
berikut:
Penggunaan lahan di kawasan wisata kompleks Museum Buya
Hamka diutamakan sebagai kawasan akomodasi dan fasilitas wisata.
VIII-45
Pengembangan akses transportasi air
Dermaga wisata
Fasilitas taman baca
Kompleks Museum Buya Hamka
Pertumbuhan Linier Sepanjang Jalan Utama
Ke arah Lubuk Basung
Ke arah Nagari Maninjau
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
Permukiman yang ada di sekitar kompleks Museum Buya HAMKA
diarahkan sebagai permukiman dengan kepadatan rendah.
Ketinggian bangunan di daerah dengan kontur lebih rendah
diarahkan untuk tidak menghalangi pemandangan ke arah danau.
Ketinggian bangunan diarahkan tidak melebihi 2 lantai.
Kawasan sempadan danau tepat di seberang lokasi museum Buya
HAMKA akan dikembangkan sebagai fasilitas wisata danau, berupa
dermaga wisata dengan tidak meninggalkan fungsi lindungnya.
Konstruksi dermaga wisata merupakan konstruksi yang ramah
lingkungan, dengan menyediakan ruang terbuka hijau sebagai ruang
public.
Blok peruntukan yang akan dikembangkan di kompleks Museum
Buya HAMKA antara lain adalah blok permukiman kepadatan
rendah, blok akomodasi wisata (pondok karya sastra, penginapan,
rumah makan, dan sebagainya), blok kompleks wisata (perdagangan
& pusat cinderamata, masjid, lapangan parkir) dan blok ruang
terbuka hijau.
VIII-46
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
3. Kompleks Mesjid Raya Sei Batang
Diarahkan bagi pengembangan kawasan akomodasi wisata, seperti masjid,
peninggalan rumah Nur Sutan Iskandar dan rencana pengembangan
dermaga wisata. Beberapa arahan pengembangan diusulkan adalah:
Penggunaan lahan di kawasan kompleks wisata Mesjid Raya Sei
Batang sebagai kawasan akomodasi wisata dikembangkan dengan
memperhatikan fungsi lindung kawasan sempadan danau.
Permukiman yang ada di sekitar kompleks Mesjid Raya Sei Batang
diarahkan sebagai kawasan permukiman dengan kepadatan rendah.
Ketinggian bangunan di daerah dengan kontur lebih rendah
diarahkan untuk tidak menghalangi pemandangan ke arah danau.
Ketinggian bangunan diarahkan tidak melebihi 2 lantai.
Blok peruntukan yang akan dikembangkan di Kompleks Mesjid Raya
Sei Batang antara lain adalah blok permukiman kepadatan rendah,
VIII-47
Revitalisasi Kawasan:pusat perdaganganobjek peninggalan
bersejarahkegiatan keagamaanpusat kegiatan Nagari
Perbaikan orientasi objek
Alternatif akses baru
Fasilitas transportasi wisata
Rumah Nur St. Iskandar
Pasar Nagari
Mesjid Sei Batang
Dermaga
Kompleks Mesjid Raya Sei Batang
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
blok akomodasi wisata (masjid dan rumah makan, dan sebagainya),
dan blok ruang terbuka hijau.
4. Zona inti masyarakat Islami (LIHAT PADA GAMBAR:
Diarahkan bagi pengembangan
kawasan da’wah Islami dengan
beberapa akomodasi wisata,
seperti masjid tua bersejarah,
rumah makan/restoran, dan toko-
toko penjual cinderamata.
Perkembangan di zona inti ini
diarahkan dengan kriteria sebagai
berikut:
Dialokasikan pada Jorong Qoriah Thoybah sebagai kawasan khusus,
dengan didukung oleh 3 pintu masuk, masing-masing dari jalan
terusan Embun Pagi – Sei Batang, dari jalan terusan Syech Amrullah,
dan jalan dari arah Nagari Tanjung Sani.
Kegiatan budidaya yang termasuk dalam Zona Inti Masyarakat
Islami yang berbatasan langsung dengan kawasan cagar alam
diperkenankan dengan catatan kawasan cagar alam tersebut
dijadikan sebagai laboratorium ilmiah untuk dilindungi oleh
pengelola dan masyarakat setempat. Dengan demikian, tidak
diperkenankan kegiatan produksi lain di dalamnya.
Penggunaan lahan di zona inti masyarakat Islami ini diutamakan
sebagai kawasan akomodasi wisata. Orientasi kegiatan di zona inti
masyarakat Islami adalah Masjid Syekh Amrullah, sementara pusat
kegiatan terletak di lokasi yang paling terjangkau dan strategis di
Jorong Qoryah Thoybah.
Permukiman yang ada di dalam zona inti masyarakat Islami
diarahkan sebagai permukiman dengan kepadatan rendah.
Ketinggian bangunan di daerah dengan kontur lebih rendah
diarahkan untuk tidak menghalangi pemandangan ke arah danau.
Blok peruntukan yang akan dikembangkan dalam zona inti
masyarakat Islami adalah blok permukiman kepadatan rendah, blok
akomodasi wisata (pondok penginapan, rumah makan, dan
sebagainya), blok kompleks wisata (perdagangan & pusat
cinderamata, masjid, lapangan parkir) dan blok ruang terbuka hijau.
VIII-48
Contoh Kios Cinderamata di Swedia
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
VIII-49
Ke Nagari Tj.Sani
Ke Nagari Maninjau
Ke Embun Pagi (jalur agrowisata)
Zona Inti Masyarakat Islami
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
5. Zona konservasi & akomodasi wisata Pertanian
Diarahkan sebagai kawasan pengembangan bentang alam persawahan
sebagai salah satu objek wisata. Dialokasikan di Nagari Sei Batang, di
sebelah selatan komplek wisata Buya Hamka. Pengembangan zona
konservasi dan akomodasi ini diarahkan dengan kriteria seperti:
Diarahkan pengembangan jaringan jalan lokal (khusus untuk
menjangkau lokasi wisata pertanian).
VIII-50
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
Kawasan terbangun tetap memperhatikan keselarasan dengan
panorama pedesaan dan persawahan, serta menggunakan
konstruksi bangunan yang ramah lingkungan.
Ketinggian bangunan hanya diarahkan untuk bangunan 1 lantai.
Sistem pembuangan dan jaringan utilitas pendukung akomodasi
wisata pertanian diarahkan untuk tidak mengganggu
keberlangsungan lingkungan, terutama tidak mengganggu sirkulasi
untuk kegiatan persawahan.
Blok peruntukan yang akan dikembangkan di zona ini antara lain
adalah akomodasi wisata seperti saung tempat makan,
perdagangan, dan blok fasilitas wisata (lahan parkir)
6. Kawasan Akomodasi Wisata Perikanan.
Diarahkan sebagai kawasan pengembangan kegiatan perikanan
keramba/jala apung, sebagai salah satu objek wisata. DIalokasikan pada
perbatasan Nagari Sei Batang dengan Tanjung Sani (dekat teluk).
Pengembangannya diarahkan dengan kriteria sebagai berikut:
VIII-51
Tetap memperhatikan keselarasan panorama perdesaan
Struktur & bahan bangunan yang ramah lingkungan
Ketinggian bangunan maksimal 2 lantai
Sistem pembuangan dikelola ramah lingkungan
Potensi view danau yang perlu dipertahankan dan pengembangan akomodasi wisata restoran
Zona konservasi & akomodasi wisata Pertanian
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU MANINJAU
Arahan penggunaan lahan di sepanjang jalan menuju kawasan ini
dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu arus
pergerakan angkutan penumpang maupun barang.
Untuk kawasan sempadan danau yang termasuk dalam kawasan
akomodasi wisata perikanan dapat dikembangkan secara terbatas.
Bangunan yang dialokasikan di kawasan sempadan danau dalam
kawasan wisata perikanan dikembangkan dengan secara teratur dan
tidak mengabaikan kaidah dan fungsi lingkungan.
Ketinggian bangunan sebaiknya tidak melebihi 1 lantai atau paling
tidak ketinggian tidak menghalangi pemandangan ke danau.
Kepadatan bangunan di sepanjang jalan kolektor primer merupakan
kepadatan rendah.
Blok peruntukan yang akan dikembangkan di zona pertumbuhan
linier ini antara lain adalah, perdagangan, blok akomoidasi wisata
(rumah makan, tempat peristirahatan, dan lain-lain).
VIII-52
Berbagai Contoh Bentuk Kegiatan Wisata Perikanan
MODEL PENGEMBANGAN WISATA