Upload
lymien
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Berdasarkan pendapat Wilkinson et al (2000, p7), an accounting
information system is a unified structure within an entity, such as a business
firm, that employs physical resources and other components to transform
economic data into accounting information, with the purpose of satisfying the
information needs of variety of users. Jadi dapat diartikan, SIA adalah gabungan
struktur entitas, seperti perusahaan bisnis, yang menggunakan sumber daya fisik
dan komponen lain untuk mengubah data ekonomi menjadi informasi akuntansi,
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari berbagai pemakai.
Bodnar dan Hopwood (2001, p1) menuliskan an Accounting Information
System (AIS) is a collection of resources, such as people and equipment,
designed to transform financial and other data into information. Dapat
diterjemahkan bahwa SIA adalah sebuah kumpulan dari sumber daya, seperti
tenaga kerja dan peralatan, yang didesain untuk mengubah data keuangan dan
data lainnya menjadi informasi.
Menurut Jones dan Rama (2006, p5), the accounting information system
is a subsystem of an MIS that provides accounting and financial information, as
well as other information obtained in the routine processing of accounting
transactions. SIA adalah sebuah subsistem dari MIS (Management Information
8
System) yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, serta informasi
lain yang diperoleh dalam proses rutin dari transaksi akuntansi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa SIA adalah sebuah subsistem dari MIS
yang menggabungkan sumber daya fisik, yaitu tenaga kerja dan peralatan, agar
menghasilkan informasi akuntansi dan keuangan, serta informasi lain yang
diperoleh dalam proses rutin transaksi akuntansi, dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan informasi dari berbagai pemakai.
2.1.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Tujuan SIA (Wilkinson et al, 2000, p8-10), dibagi menjadi 3, yaitu :
1. To support the day-to-day operations (untuk mendukung operasi sehari-hari)
2. To support decision making by internal decision makers (untuk mendukung
pengambilan keputusan oleh pembuat keputusan internal)
3. To fulfill obligations relating to stewardship (untuk memenuhi kewajiban
yang berhubungan dengan penyediaan informasi yang bersifat perintah
kepada pihak eksternal perusahaan, juga menyediakan informasi kepada
pemegang saham)
2.1.3 Fungsi atau Kegunaan dari Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2003, p22), SIA memiliki 3 fungsi dasar,
yaitu :
1. Mengumpulkan dan memproses data tentang aktivitas bisnis organisasi
secara efisien dan efektif
2. Memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan
9
3. Menetapkan pengendalian yang memadai untuk menjamin bahwa data
tentang aktivitas bisnis dicatat dan diproses secara akurat dan untuk menjaga
antara data dan aset organisasi lainnya.
Sedangkan kegunaan SIA menurut Jones dan Rama (2006, p6-7) adalah :
1. Menghasilkan External Report
Menghasilkan laporan untuk pihak-pihak luar yang berkepentingan seperti
investor, kreditor, pemungut pajak, agen peraturan atau pemerintahan, dan
lainnya.
2. Mendukung Aktivitas Rutin
Manajer menggunakan SIA untuk menangani aktivitas operasi rutin yang
berlangsung dalam siklus operasi perusahaan.
3. Pengambilan Keputusan
SIA juga diperlukan untuk pengambilan keputusan yang tidak rutin pada
semua tingkatan organisasi.
4. Perencanaan dan Pengendalian
SIA diperlukan untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas dalam
organisasi secara baik.
5. Implementasi Internal Control
SIA juga dapat digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kerugian
atau pencurian dan untuk menjaga keakuratan data keuangan.
10
2.1.4 Komponen-Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Komponen bangunan sistem informasi menurut Mulyadi (2001, p11-14)
terdiri dari 6 blok (disebut dengan information system building block), yaitu :
1. Blok Masukan (Input Block)
Masukan adalah data yang dimasukan ke dalam sistem informasi beserta
metode dan media yang digunakan untuk menangkap dan memasukan data
tersebut ke dalam sistem.
2. Blok Model (Model Block)
Blok model terdiri dari logico-mathematical models yang mengolah masukan
data dan data yang disimpan, dengan berbagai macam cara untuk
memproduksi hasil yang dikehendaki atau keluaran. Logico-mathematical
model dapat mengkombinasikan unsur-unsur data untuk menyediakan
jawaban atas suatu pertanyaan, atau dapat meringkas atau menggabungkan
data menjadi suatu laporan ringkas.
3. Blok Keluaran (Output Block)
Produk suatu sistem informasi adalah keluaran yang berupa informasi yang
bermutu dan dokumen untuk semua tingkat manajemen dan semua pemakai
informasi, baik pemakai intern maupun pemakai luar organisasi. Keluaran
suatu sistem merupakan faktor utama yang menentukan blok-blok lain suatu
sistem informasi.
4. Blok Teknologi (Technology Block)
Teknologi menangkap masukan, menjalankan model, menyimpan dan
mengakses data, menghasilkan dan menyampaikan keluaran, serta
mengendalikan seluruh sistem.
11
5. Blok Basis Data (Database Block)
Basis data merupakan tempat untuk menyimpan data yang digunakan untuk
melayani kebutuhan pemakai informasi. Basis data dapat diperlakukan dari
dua sudut pandang secara fisik dan secara logis. Basis data secara fisik
merupakan tempat sesungguhnya suatu data disimpan. Basis data dipandang
dari sudut pandang logis yang bersangkutan dengan bagaimana struktur
penyimpanan data sehingga menjamin ketepatan, ketelitian, dan relevansi
pengambilan informasi untuk memenuhi kebutuhan pemakai.
6. Blok Pengendalian (Control Block)
Semua sistem informasi harus dilindungi dari bencana dan ancaman, seperti
bencana alam, api, kecurangan, kegagalan sistem, kesalahan dan
penggelapan, penyadapan, ketidakefisienan, sabotase, orang-orang yang
dibayar untuk melakukan kejahatan.
Berdasarkan buku Romney dan Steinbart (2003, p2), komponen SIA
dibagi menjadi lima, yaitu :
1. Orang yang mengoperasikan sistem dan menampilkan fungsi yang bervariasi
2. Prosedur, baik manual maupun otomatis, melibatkan kegiatan
mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang aktivitas
perusahaan
3. Data tentang proses bisnis perusahaan
4. Software digunakan untuk memproses data organisasi
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peripheral device
(perangkat keras untuk input, proses, output, dan komunikasi data yang
12
terhubung dengan CPU), dan alat komunikasi jaringan (network
communication devices)
2.1.5 Siklus-Siklus yang Ada pada Sistem Informasi Akuntansi
Boockholdt (1999, p520-523) membagi siklus transaksi akuntansi
menjadi empat, yaitu sebagai berikut :
1. Financial Cycle
Terdiri dari transaksi akuntansi yang mencatat pembelian modal dari pemilik
dan kreditur, penggunaan modal untuk membeli aset produktif, dan
melaporkan kepada pemilik dan kreditur bagaimana modal tersebut
digunakan.
2. Expenditure Cycle
Terdiri dari transaksi untuk membeli bahan / material dan overhead item
(barang tidak langsung) untuk proses perubahan / konversi (conversion
process).
3. Revenue Cycle
Termasuk transaksi akuntansi yang mencatat perolehan pendapatan dari hasil
(output) proses konversi.
4. Conversion Cycle
Berisi transaksi saat input diubah menjadi barang atau jasa yang dapat dijual.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2000, p6) ada 4 siklus aktivitas bisnis
yang umum, antara lain :
1. Siklus Pendapatan
13
Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pendistribusian barang dan jasa ke
entitas-entitas lain dan pengumpulan pembayaran-pembayaran yang
berkaitan.
2. Siklus Pengeluaran
Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan barang dan jasa dari
entitas-entitas lain dan pelunasan kewajiban-kewajiban yang berkaitan.
3. Siklus Produksi
Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan pengubahan sumber daya menjadi
barang dan jasa.
4. Siklus Keuangan
Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan perolehan dan manajemen dana-
dana modal, termasuk kas.
Siklus transaksi terbagi menjadi lima (Romney dan Steinbart, 2003, p23),
yaitu :
1. Revenue Cycle (Siklus Pendapatan)
Termasuk penjualan dan penerimaan kas.
2. Expenditure Cycle (Siklus Pengeluaran)
Termasuk pembelian dan pembayaran / pengeluaran kas.
3. Human Resources / Payroll Cycle (Siklus Sumber Daya Manusia /
Penggajian)
Termasuk mempekerjakan dan membayar karyawan.
4. Production Cycle (Siklus Produksi)
14
Termasuk kegiatan mengubah bahan baku dan (biaya) tenaga kerja ke dalam
produk jadi.
5. Financing Cycle (Siklus Keuangan)
Termasuk kegiatan memperoleh dana dari investor dan kreditur dan
membayar kembali mereka.
Siklus yang ada pada SIA menurut Jones dan Rama (2006, p4) dijabarkan
ke dalam 3 siklus transaksi yang utama, yaitu :
1. Siklus Akuisisi atau Pembelian (Acquisition / Purchasing Cycle) adalah
proses pembelian dan pembayaran untuk barang maupun jasa.
2. Siklus Konversi (Conversion Cycle) adalah proses mengubah sumber daya
yang diperoleh menjadi barang dan jasa.
3. Siklus Pendapatan (Revenue Cycle) adalah proses penyediaan barang ataupun
jasa ke pelanggan dan mengumpulkan kas.
2.1.6 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
Sistem informasi akuntansi persediaan (tanpa adanya pengolahan dari
bahan baku ke barang jadi) atau kata lainnya persediaan untuk perusahaan
dagang digolongkan ke dalam siklus konversi (conversion cycle) karena
berdasarkan buku Boockholdt (1999, p523-525) yang dengan jelas memasukan
persediaan untuk perusahaan dagang ke dalam siklus konversi.
15
2.1.6.1 Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan
tujuan untuk dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang-
barang yang akan dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan dijual
(Mulyadi, 2002, p261).
Menurut Stice et al (2004, p653), kata persediaan ditujukan
untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis
normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan
untuk barang dalam proses produksi atau yang ditempatkan dalam
kegiatan produksi.
Berdasarkan pendapat Warren et al (2005, p440), persediaan
digunakan untuk mengindikasi (1) barang dagang yang disimpan untuk
kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan (2) bahan yang
digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.
Disimpulkan bahwa pengertian untuk perusahaan dagang,
persediaan adalah barang dagang yang tersedia untuk dijual dalam
kegiatan bisnis normal perusahaan. Sedangkan pengertian persediaan
untuk perusahaan manufaktur, persediaan adalah bahan atau barang yang
digunakan dalam kegiatan produksi.
2.1.6.2 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
Berdasarkan http://harvester.lib.unair.ac.id/index.php/record/
view/25497 yang ditulis oleh Santoso dan Wiwit Priyo, sistem informasi
akuntansi persediaan adalah sistem informasi utama dan yang paling
16
penting dalam menjalankan usaha retail karena persediaan yang begitu
banyak harus dikoordinasi dengan sistem yang memadai. Sistem tersebut
harus dijalankan dengan seefektif dan seefisien mungkin dan juga harus
memiliki pengendalian yang baik untuk menciptakan kinerja yang
optimal.
Pengertian sistem informasi akuntansi persediaan berdasarkan
pengertian dari sistem informasi akuntansi dan pengertian persediaan
yang telah dicantumkan di atas adalah sistem yang menghasilkan
informasi akuntansi dan keuangan, serta informasi lainnya yang diperoleh
dalam proses rutin transaksi akuntansi, yang berkaitan dengan persediaan
yang dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan.
2.1.6.3 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
Tujuan sistem persediaan (inventory system) adalah to maintain
inventory records and to notify managers when the inventory level of a
specific item requires replenishing (Boockholdt, 1999, p653). Dapat
diartikan, untuk menjaga pencatatan persediaan dan untuk
memberitahukan para manajer saat tingkat persediaan dari sebuah barang
tertentu meminta untuk ditambah jumlahnya (jumlah barang sudah
menipis atau kosong).
Lebih khususnya, tujuan sistem persediaan untuk perusahaan
dagang menurut Boockholdt (1999, p652) adalah merchandising
companies use them to ensure that goods are available for resale. Dapat
17
diartikan, perusahaan menggunakan sistem persediaan untuk menjamin
bahwa barang-barang tersedia untuk dijual kembali.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa tujuan sistem informasi
akuntansi persediaan berdasarkan tujuan sistem persediaan di atas dan
tujuan sistem informasi akuntansi adalah :
1. Untuk mendukung operasi sehari-hari yang berkaitan dengan
persediaan, seperti memberitahukan jumlah stok persediaan yang
tersisa di gudang.
2. Untuk mendukung pengambilan keputusan oleh pembuat keputusan
internal (seperti manajer bagian persediaan, penjualan, atau
pembelian) yang berkaitan dengan persediaan yang dijual perusahaan,
seperti pengambilan keputusan untuk membeli kembali persediaan
yang sudah mulai menipis.
3. Untuk memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan penyediaan
informasi yang bersifat perintah kepada pihak eksternal perusahaan
(dalam hal ini pemasok maupun pelanggan).
2.1.6.4 Prosedur Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
2.1.6.4.1 Narasi
Di dalam buku Boockholdt (1999, p524), dijelaskan
bahwa dalam perusahaan dagang dan manufaktur, sistem dari
siklus konversi memberikan tampilan (interface) antara siklus
pengeluaran (expenditure cycle) dan pendapatan (revenue
cycle). Karena siklus konversi hanya berisi satu event, siklus
18
konversi tidak dapat ditampilkan sebagai lingkaran seperti
siklus lainnya. Sebagai contoh, perusahaan dagang menjaga
persediaan dagang (merchandise inventory) untuk dijual. Siklus
pengeluaran menambah persediaan ini, dan siklus pendapatan
mengambil persediaan. Sistem persediaan mencatat transaksi
yang saling berhubungan.
2.1.6.4.2 Diagram
Menurut Boockholdt (1999, p524), diagram untuk sistem
persediaan pada perusahaan dagang digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1 The Conversition Cycle in a Merchandising Company
19
Melihat dari diagram di atas, penulis menyimpulkan
bahwa sistem informasi persediaan yang dipilih dalam skripsi
ini berada di antara siklus pengeluaran (expenditure cycle) dan
pendapatan (revenue cycle), dimana sistem persediaan tersebut
sedikit masuk ke area siklus pengeluaran dan pendapatan.
Sehingga beberapa aktivitas yang ada di dalam siklus
pengeluaran dan pendapatan juga masuk ke dalam siklus
konversi untuk persediaan perusahaan dagang.
2.1.6.5 Sistem Pencatatan Persediaan
Stice et al (2004, p656) menuliskan bahwa sistem pencatatan
persediaan dibagi menjadi dua sistem, yaitu :
1. Sistem persediaan periodik (periodic inventory system)
Adalah sistem dimana catatan penjual hanyalah harga jual, sehingga
penjual tidak mempunyai catatan mengenai berapa banyak unit dari
jenis persediaan tertentu yang telah dijual. Satu-satunya cara untuk
mengecek persediaan apa yang terjual dan persediaan apa yang tersisa
adalah dengan melakukan perhitungan fisik secara periodik.
2. Sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system)
Adalah sistem dimana baik harga jual maupun jenis dari barang yang
terjual dicatat untuk setiap penjualan. Dengan sistem perpetual,
penjual mengetahui jumlah dari barang yang terjual dan jumlah yang
seharusnya masih ada dalam persediaan. Dengan sistem perpetual,
perhitungan fisik persediaan secara periodik berguna untuk
20
mengetahui jumlah persediaan yang “menyusut” atau “lenyap”; yaitu
persediaan yang hilang, dicuri, atau rusak.
2.1.6.6 Metode Penilaian Persediaan
Metode penilaian persediaan dibagi menjadi empat metode
(Stice et al, 2004, p667-670), yaitu :
1. Identifikasi khusus (specific identification)
Adalah metode dimana biaya dapat dialokasikan ke barang yang
terjual selama peride berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada
akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode ini
memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasikan biaya historis dari
unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus kas biaya yang
dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang.
2. Biaya rata-rata (average cost)
Adalah metode dimana membebankan biaya rata-rata yang sama ke
setiap unit.
3. Masuk pertama, keluar pertama (first-in, first-out--FIFO)
Adalah metode yang didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual
adalah unit yang lebih dahulu masuk.
4. Masuk terakhir, keluar pertama (last-in, first-out--LIFO)
Adalah metode yang didasarkan pada asumsi bahwa barang yang
paling barulah yang terjual.
21
2.1.6.7 Laporan
Menurut Boockholdt (1999, p655), laporan-laporan yang
dihasilkan dalam sistem informasi akuntansi persediaan sebagai berikut :
1. Inventory Status Report
Laporan status persediaan meliputi semua barang yang dicatat sebagai
persediaan, jumlah barang yang ada di gudang, dan biaya. Di dalam
sistem batch, laporan ini dicetak secara harian atau mingguan.
Karyawan menggunakan laporan ini untuk menentukan kuantitas
barang yang masih tersedia pada saat laporan tersebut dicatat.
2. Query Inventory Items Report
Laporan yang hanya menampilkan barang yang diinginkan oleh
karyawan.
3. Reorder Report
Laporan yang berisikan persediaan barang yang seharusnya dipesan
kembali bila jumlah barang telah menipis.
4. Physical Inventory Report
Laporan yang dihasilkan secara periodik, berisikan hasil pengecekan
fisik untuk setiap barang yang ada di gudang.
2.1.6.8 Economic Order Quantity (EOQ)
2.1.6.8.1 Pengertian EOQ
Berdasarkan website http://en.wikipedia.org/wiki/
Economic_order_quantity, Economic Order Quantity adalah
sebuah model yang mendefinisikan kuantitas optimal untuk
22
memesan sehingga dapat meminimalkan total biaya variabel
yang diminta untuk memesan dan menyimpan persediaan.
2.1.6.8.2 Rumus EOQ
Rumus EOQ menurut Keown et al (2000, p753) adalah
sebagai berikut :
EOQ = √ (2 x S x Q) / C
Keterangan :
EOQ = Economic Order Quantity (unit)
S = permintaan total dalam unit selama periode perencanaan
Q = ukuran pemesanan persediaan dalam unit
C = biaya penyimpanan per unit
2.1.6.8.3 Gambar EOQ
Menurut Keown et al (2000, p753), gambar Economic
Order Quantity adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Economic Order Quantity (EOQ)
23
2.1.6.9 Reorder Point (ROP)
2.1.6.9.1 Pengertian ROP
Berdasarkan website http://en.wikipedia.org/wiki/
Reorder_point, Reorder Point adalah level minimum
persediaan saat pesanan baru harus segera dilakukan.
2.1.6.9.2 Rumus ROP
Berdasarkan website http://en.wikipedia.org/wiki/
Reorder_point, rumus dari Reorder Point adalah
ROP = average usage per unit of lead time x lead time +
safety stock
2.1.6.9.3 Gambar ROP
Menurut Keown et al (2000, p755), gambar Reorder
Point adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3 Reorder Point (ROP)
24
2.1.6.10 Pengertian Safety Stock
Menurut Keown et al (2000, p754), safety stock atau stok
keamanan adalah persediaan yang dipegang untuk mengakomodasi
penggunaan yang luar biasa dan tak diharapkan selama waktu
pengiriman.
2.2 Sistem Pengendalian Intern
2.2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Sistem Pengendalian Intern (SPI) meliputi struktur organisasi,
metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Dengan
demikian, pengertian pengendalian intern tersebut di atas berlaku baik dalam
perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin
pembukuan, maupun dengan komputer (Mulyadi, 2001, p163).
Di dalam buku Hall (2002, p531) dijelaskan bahwa sistem kontrol
internal adalah kebijakan-kebijakan yang diterapkan perusahaan untuk
mengamankan aset perusahaan, memastikan rekaman / pencatatan akuntansi
yang akurat dan terpercaya, meningkatkan efisiensi, dan mengukur
kesesuaian dan kebijakan-kebijakan yang ada.
Menurut Romney dan Steinbart (2003, p195) internal control is the
plan of organization and the methods a business uses to safeguard assets,
provide accurate and reliable information, promote and improve operational
efficiency, and encourage adherence to prescribed managerial policies.
25
Dapat diartikan, pengendalian iternal adalah rencana organisasi dan metode
bisnis yang digunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang
akurat dan dapat dipercaya, memelihara dan meningkatkan efisiensi operasi,
dan mendorong agar taat terhadap kebijakan manajerial yang telah
diperintahkan.
Definisi internal control menurut Jones dan Rama (2006, p103), is a
process, effected by an entity’s board of directors, management, and other
personnel, designed to provide reasonable assurance regarding achievement
of objectives in the following categories : effectiveness and efficiency of
operations; reliability of financial reporting; and compliance with applicable
laws and regulations. Jadi dapat diartikan, internal control adalah sebuah
proses, dipengaruhi oleh entitas dari dewan direksi, manajemen, dan personil
lainnya, dirancang untuk memberikan kepastian dalam pencapaian tujuan
dengan kategori sebagai berikut : efektifitas dan efisiensi operasi; kehandalan
laporan keuangan; dan pemenuhan hukum dan peraturan yang dapat
diterapkan.
Berdasarkan keempat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
sistem pengendalian internal (internal control) adalah proses atau kebijakan
perusahaan untuk mengatur semua entitas perusahaan seperti dewan direksi,
manajemen, dan personil lainnya agar dapat mengamankan aset atau
kekayaan perusahaan, menyediakan informasi (termasuk informasi
akuntansi) yang akurat dan dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi dan
efektifitas, serta mendorong dipatuhinya kebijakan atau peraturan perusahaan
yang ada.
26
2.2.2 Tujuan Pengendalian Intern
Berdasarkan laporan COSO (Committee of Sponsoring
Organizations) yang diambil dari buku Jones dan Rama (2006, p105-106),
tujuan dari internal control adalah :
1. Effectiveness and efficiency of operations (efektifitas dan efisiensi
operasi)
2. Reliability of financial reporting (kehandalan laporan keuangan)
3. Compliance with applicable laws and regulations (pemenuhan hukum
dan peraturan yang dapat diterapkan)
2.2.3 Komponen Pengendalian Intern
Laporan COSO mengidentifikasikan lima komponen dari internal
control (Jones dan Rama, 2006, p105), yaitu :
1. Control environment
Menunjukkan pada faktor luas yang mengatur organisasi (perusahaan)
dan mempengaruhi kesadaran pengendalian dari karyawan itu sendiri.
Faktor tersebut termasuk integritas, nilai etika, dan filosofi manajemen
dan gaya operasi. Juga termasuk cara manajemen memberikan kekuasaan
dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan karyawan, dan
perhatian dan perintah dari dewan direksi.
2. Risk assessment
Adalah identifikasi dan analisis resiko yang menghalangi pencapaian
tujuan pengendalian internal.
3. Control activities
27
Adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi
(perusahaan) untuk mengalokasikan resiko. Control activity terdiri dari :
a. Performance reviews
Adalah aktivitas menganalisis kinerja.
b. Segregation of duties
Termasuk memberikan tanggung jawab untuk mengotorisasi
transaksi, pelaksanaan transaksi, mencatat transaksi, dan penjagaan
aset untuk karyawan yang berbeda-beda.
c. Application control
Menerapkan aplikasi SIA secara individual.
d. General control
Adalah pengendalian lebih luas yang berhubungan dengan
bermacam�macam aplikasi. General control termasuk juga
mengendalikan proses pengembangan dan pemeliharaan software
aplikasi.
4. Information and communication
Sistem informasi perusahaan adalah kumpulan prosedur (otomatis dan
manual) dan ditetapkan pencatatan untuk memulai, menyimpan,
memproses, dan melaporan kejadian sebuah proses entitas.
Communication melibatkan pemberian sebuah pemahaman akan peran
dan tanggung jawab individual.
5. Monitoring
28
Manajemen seharusnya mengawasi internal control untuk memastikan
bahwa pengendalian organisasi (perusahaan) berfungsi sesuai dengan
yang diharapkan.
Tetapi Jones dan Rama memiliki kategori sendiri untuk control
activities yang berbeda dengan laporan COSO. Tipe-tipe dari control
activities berdasarkan pendapat Jones dan Rama (2006, p123-124), yaitu :
1. Workflow controls
Digunakan untuk mengendalikan proses yang bergerak dari satu event ke
event selanjutnya. Control activities melibatkan hubungan antarevent dan
fokus pada tanggung jawab event, urutan event, dan arus informasi antara
event-event yang ada di dalam proses bisnis.
2. Input controls
Digunakan untuk mengendalikan input / masuknya data ke dalam sistem
komputer.
3. General controls
Pengendalian yang lebih luas yang menerapkan berbagai proses.
Pengendalian ini seharusnya diletakkan pada workflow dan input control
agar menjadi efektif.
4. Performance reviews
Adalah aktivitas yang melibatkan analisis kinerja termasuk
membandingkan hasil aktual dengan anggaran, peramalan, standar, dan
data periode terdahulu.
29
2.3 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Berbasis Orientasi pada Objek
2.3.1 Pengertian Analisis Sistem
System analysis it is an in-depth study of end user information needs
that produces fuctional requirements that are used as the basis for the
design of a new information system (O’Brien, 2003, p349-350). Analisis
sistem adalah sebuah studi yang mendalam dari kebutuhan informasi
pemakai akhir yang menghasilkan persyaratan fungsional yang digunakan
sebagai dasar untuk merancang sistem informasi baru.
Menurut McLeod dan Schell (2004, p138), analisis sistem adalah
penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem
yang baru atau diperbaharui. Tahap-tahap analisis sistem informasi menurut
McLeod dan Schell (2004, p138-140), yaitu :
1. Mengumumkan penelitian sistem
2. Mengorganisasikan tim proyek
3. Mendefinisikan kebutuhan informasi
4. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
5. Menyiapkan usulan rancangan
6. Menyetujui atau menolak rancangan proyek
Berdasarkan buku Jones dan Rama (2006, p588), system analysis is
the second phase of the systems development life cycle. It involves a study of
the current system and proposed solution in more detail than the
investigation stage. The main objective is to develop requirements for the
new system. Dapat diterjemahkan bahwa analisis sistem adalah tahap kedua
dari siklus hidup pengembangan sistem. Termasuk di dalammya mempelajari
30
sistem yang sekarang berjalan dan mengusulkan solusi yang lebih rinci dari
tahap investigasi. Tujuan utama analisis sistem adalah untuk
mengembangkan persyaratan dari sistem yang baru.
Kesimpulannya, yaitu analisis sistem merupakan tahapan atau
kegiatan yang mempelajari sistem yang ada agar bisa menghasilkan
persyaratan yang dibutuhkan oleh sistem baru.
2.3.2 Pengertian Perancangan Sistem
Berdasarkan pendapat O’Brien (2003, p351-352), systems design
specifies how the system will accomplish this objective. Systems design
consists of design activities that produce system specification satisfying the
fuctional requirements that were developed in the systems analysis process.
Dapat diartikan, perancangan sistem adalah menspesifikasikan bagaimana
sistem akan diselesaikan sesuai dengan tujuannya. Perancangan sistem terdiri
dari aktivitas perancangan yang menghasilkan spesifikasi sistem yang dapat
memenuhi persyaratan fungsional yang telah ditentukan pada proses analisis
sistem.
Perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang
diperlukan oleh sistem baru (McLeod dan Schell, 2004, p140). Langkah-
langkah perancangan sistem menurut McLeod dan Schell (2004, p140-143)
sebagai berikut :
1. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci
2. Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem
3. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem
31
4. Memilih konfigurasi yang terbaik
5. Menyiapkan usulan penerapan
6. Menyetujui atau menolak penerapan sistem
Systems design is the third phase of the systems development life
cycle. The purpose is to specify the physical reality of the system (forms,
reports, tables, processes, etc.) and choose a supplier (Jones dan Rama,
2006, p588). Perancangan sistem adalah tahap ketiga dari siklus hidup
pengembangan sistem. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menspesifikasi
sistem secara fisik (formulir, laporan, tabel, proses, dll) dan memilih
pemasok.
Berdasarkan ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perancangan sistem adalah tahapan atau kegiatan yang menspesifikasikan
sistem baru agar dapat terealisasi sesuai dengan yang telah ditentukan pada
saat menganalisis sistem, termasuk di dalamnya merancang formulir, laporan,
tabel, proses, dan memilih pemasok.
2.3.3 Pengertian Objek
Menurut Britton dan Doake (2000, p14), object is software unit
packaging together data and methods to manipulate that data. Dapat
diartikan, objek adalah unit perangkat lunak yang mengemas data dan metode
secara bersama-sama untuk memanipulasi data tersebut.
Menurut Mathiassen et al (2000, p4), object : an entity with identity,
state, and behavior. Dapat diartikan, objek adalah sebuah entitas dengan
identitas, tahap, dan perilaku.
32
Menurut Wilkinson et al (2000, p215), an object is a software packet
containing a collection of related data and methods. Dapat diartikan, sebuah
objek adalah paket piranti lunak yang berisi sebuah kumpulan dari data dan
metode yang berhubungan.
Menurut O’Brien (2003, p130), object consists of data and the
actions that can be performed on the data. Dapat diartikan, objek adalah
sesuatu yang berisi data dan aksi atau proses yang dapat ditampilkan pada
data tersebut.
Dari keempat pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa objek
adalah sebuah entitas yang memiliki identitas, tahap, dan perilaku atau paket
piranti lunak yang berisi kumpulan data dan metode untuk memproses atau
memanipulasi data tersebut.
2.3.4 Object Orientation
Menurut Britton dan Doake (2000, p4), object orientation is an
approach that is theoretically sound and has also proved over the years to be
practical and popular way of developing software systems. Dapat diartikan
object orientation adalah sebuah pendekatan yang lebih terdengar teoritis dan
juga sudah ditetapkan selama beberapa tahun untuk dipraktekkan dan cara
yang umum untuk mengembangkan sistem perangkat lunak.
Britton dan Doake (2000, p268) juga menyebutkan bahwa object
orientation : an approach to developing software systems that is based on
data items and the attributes and operations. Dapat diterjemahkan bahwa
33
object orientation adalah sebuah pendekatan untuk mengembangkan sistem
perangkat lunak yang didasarkan pada item data dan atribut dan operasi.
Jadi disimpulkan, bahwa object orientation adalah pendekatan teoritis
yang telah ditetapkan dan dipraktekkan untuk mengembangkan sistem
perangkat lunak yang didasarkan pada item data, atribut, dan operasi.
2.3.5 Object Oriented Analysis (OOA)
Menurut Mathiassen et al (2000, p8), object oriented analyis, it
combines function and data orientations to encompass and analysis of the
entities state changes resulting from events in the application domain. In
object-oriented analysis, the objects, their states, and their behavioral
patterns are described coherently. Jadi dapat diartikan, Object Oriented
Analysis merupakan kombinasi fungsi dan orientasi data yang meliputi
sebuah analisis dari kondisi entitas (entities state) yang merubah hasil dari
event yang ada dalam application domain, dimana objek, state, dan
behavioral pattern digambarkan secara logis.
2.3.6 Object Oriented Design (OOD)
Berdasarkan website http://en.wikipedia.org/wiki/Object-
oriented_design, object oriented design is part of OO methodology and it
forces programmers to think in terms of objects, rather than procedures,
when they plan their code. Dapat diartikan, object oriented design adalah
bagian dari metodologi object oriented (OO) dan OOD mendorong
34
programmer untuk memikirkan batas dari objek, daripada prosedurnya, saat
mereka merencanakan coding.
2.3.7 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
OOAD is a collection of general guidelines for carrying out analysis
and design. OOAD reflects four central perspectives on a system and its
context : the system’s information contents, how the system will be used, the
system as a whole, and the system’s components. The perspectives are
connected to OOAD’s main activities : problem-domain analysis,
application-domain analysis, architectural design, and component design
(Mathiassen et al, 2000, p12). Jadi OOAD adalah sebuah kumpulan dari
petunjuk umum untuk melakukan analisis dan perancangan. OOAD
mencerminkan empat perspektif utama dalam sebuah sistem, yaitu : isi dari
sistem informasi, bagaimana sistem akan digunakan, sistem secara
keseluruhan, dan komponen-komponen dari sistem. Perspektif tersebut
berhubungan dengan empat aktivitas utama dari OOAD, yaitu : problem-
domain analysis, application-domain analysis, architectural design, dan
component design.
35
Gambar 2.4 Aktivitas Utama dan Hasil pada Object-Oriented Analysis and
Design
2.3.7.1 Problem Domain Analysis
Problem domain : that part of a context that is
administrated, monitored, or controlled by a system (Mathiassen et
al, 2000, p6). Jadi dapat diterjemahkan bahwa pengertian problem
domain adalah bagian dari sebuah konteks yang diatur, diawasi,
atau dijaga oleh sebuah sistem.
Problem domain ini terdiri dari tiga aktivitas (Mathiassen et
al, 2000, p47-48), yaitu :
1. Classes
2. Structure
3. Behaviour
ComponentDesign
ArchitecturalDesign
ApplicationDomainAnalysis
Problem DomainAnalysis
Specifications ofcomponents
Model
Requirementsfor use
Specifications ofarchitecture
36
Gambar 2.5 Aktivitas dalam Problem-Domain Modelling
2.3.7.2 Application Domain Analysis
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al (2000, p6),
application domain : the organization that administrates, monitors,
or controls a problem domain. Dapat diartikan application domain
adalah organisasi yang mengatur, mengawasi, atau menjaga sebuah
problem domain.
Menurut Mathiassen et al (2000, p117), application domain
ini terdiri dari :
1. Usage
2. Function
3. Interface
System Definition
ClassesBehaviour
Structure
Model
Iterate
37
Gambar 2.6 Analisis Application-Domain
2.3.8 Rich Picture
Di dalam buku Mathiassen et al (2000, p26) dijelaskan bahwa a rich
picture is an informal drawing that presents the illustrator’s understanding
of a situation. Jadi dapat diartikan, definisi dari rich picture adalah gambaran
tidak resmi yang ditampilkan menurut pemahaman ilustrator terhadap sebuah
situasi.
Mathiassen et al (2000, p334) juga menjelaskan context of rich
picture : an overview of the people, objects, processes, structures, and
problems in the system’s problem and application domains. Dapat
diterjemahkan, isi dari rich picture adalah gambaran dari orang, objek,
proses, struktur, dan masalah yang ada di dalam problem domain dan
application domain sistem tersebut.
38
2.3.9 Event Table
Event : an instantaneous incident involving one or more objects
(Mathiassen et al, 2000, p51). Event adalah sebuah kejadian instan yang
melibatkan satu atau banyak objek.
Berdasarkan buku Jones dan Rama (2006, p4), events are activities
that happen at a particular point in time. Dapat diartikan, event adalah
aktivitas yang terjadi pada suatu waktu tertentu.
Jadi dapat disimpulkan, event adalah aktivitas atau kejadian pada
suatu waktu tertentu yang melibatkan satu atau banyak objek.
Menurut Mathiassen et al (2000, p333), event table : a collection of
classes that identifies the events that are part of their behavioral patterns.
Jadi dapat diartikan bahwa event table adalah kumpulan dari class yang
mengidentifikasi event yang merupakan bagian dari pola tingkah laku class
tersebut.
Di dalam buku Mathiassen et al, event table digambarkan ke dalam
dua bagian, yaitu bagian horizontal berisi class-class yang terpilih dan bagian
vertikalnya berisi event-event yang terkait dengan objek yang ada di dalam
class. Tanda centang menandakan adanya hubungan antara objek-objek dari
class yang telah dipilih dengan event yang ada.
Sedangkan di dalam buku Jones dan Rama, event table digambarkan
ke dalam empat kolom, yaitu : kolom event, internal agent assuming
responsibility, starts when, dan activities in the event.
39
Langkah-langkah menentukan event menurut Jones dan Rama (2006,
p21-22) adalah sebagai berikut :
1. Tentukan event pertama yang ada di dalam proses, dimana orang atau
departemen di dalam organisasi atau perusahaan tersebut bertanggung
jawab terhadap sebuah aktivitas.
2. Abaikan aktivitas yang tidak membutuhkan partisipasi agen internal.
3. Tentukan event baru, dimana adanya perpindahan tanggung jawab dari
agen internal yang satu dengan yang lain.
4. Tentukan event baru, dimana sebuah proses terhenti dan dilanjutkan
kembali oleh agen internal yang sama.
5. Gunakan sebuah nama dan deskripsi untuk event yang mencerminkan
karakter keseluruhan dari event tersebut.
2.3.10 Pengertian Workflow Table
Jones dan Rama (2006, p87) menuliskan bahwa workflow table is
two-column table that identifies the actors and actions in a process. Jadi
workflow table adalah sebuah tabel dua kolom yang mengidentifikasi aktor
dan kegiatan (action) dalam sebuah proses. Kolom actor ada di sebelah kiri
dan kolom activity ada di sebelah kanan.
2.3.11 Unified Modelling Language (UML)
2.3.11.1 Pengertian Unified Modelling Language (UML)
UML is a language used for specifying, visualizing,
constructing, and documenting an information system. UML was
40
developed as a tool for Object-Orinted Analysis and Design.
However, it can be used to understand and document any
information system (Jones dan Rama, 2006, p60). UML adalah
sebuah bahasa yang digunakan untuk menspesifikkan,
menvisualisasikan, mengkonstruksikan, dan mendokumentasikan
sebuah sistem informasi. UML dikembangkan sebagai alat untuk
merancang dan menganalisis yang berorientasi objek (Object
Oriented Analysis and Design / OOAD), tetapi dapat digunakan
untuk memahami dan mendokumentasikan semua sistem informasi.
Berdasarkan website http://id.wikipedia.org/wiki/UML,
UML adalah bahasa spesifikasi standar untuk mendokumentasikan,
menspesifikasikan, dan membangun sistem perangkat lunak. UML
tidak berdasarkan pada bahasa pemrograman tertentu.
Jadi UML adalah bahasa yang digunakan untuk
menspesifikasikan, mendokumentasikan, membangun, dan
menvisualisasikan sistem informasi atau sistem perangkat lunak,
yang dapat diterapkan pada semua sistem informasi atau tidak
berdasarkan pada bahasa pemrograman tertentu.
2.3.11.2 UML Activity Diagram
Menurut Jones dan Rama (2006, p60), UML activity
diagram plays the role of a “map” in understanding business
process by showing the sequence of activities in the process. Dapat
diartikan, UML activity diagram berperan sebagai peta dalam
41
memahami proses bisnis dengan menampilkan urutan dari beberapa
aktivitas yang ada di dalam proses tersebut.
Jones dan Rama (2006, p61) juga menyatakan bahwa
activity diagram dibagi ke dalam dua jenis, yaitu overview activity
diagram dan detailed activity diagram.
Overview Activity Diagram
Overview diagram menampilkan gambaran tingkat tinggi
dari proses bisnis dengan mendokumentasikan beberapa event
utama, urutan dari event-event tersebut, dan arus informasi di antara
event tersebut (Jones dan Rama, 2006, p61).
Berdasarkan pendapat Jones dan Rama (2006, p65), dalam
menyiapkan overview activity diagram terdapat beberapa langkah
sebagai berikut :
a. Membaca narasi dan mengidentifikasi event-event yang
penting.
b. Mencatat narasi secara jelas untuk menampilkan batasan
event dan nama event.
c. Menggambarkan agent (aktor) yang terlibat dalam proses
bisnis yang terjadi dengan menggunakan swimlane.
d. Membuat diagram untuk masing-masing event dan
menunjukkan urutan dari event tersebut.
42
e. Menggambarkan dokumen yang dibuat dan digunakan dalam
proses bisnis, serta menggambarkan aliran informasi dari
event ke dokumen tersebut.
f. Menggambarkan tabel (file) yang dibuat dan digunakan dalam
proses bisnis, serta menggambarkan aliran informasi dari
event ke tabel tersebut.
Detailed Activity Diagram
Detailed activity diagram menampilkan gambaran yang
lebih detil dari aktivitas yang merupakan bagian dari satu atau dua
event yang ada di dalam overview activity diagram (Jones dan
Rama, 2006, p61).
Menurut Jones dan Rama (2006, p80), dalam menyiapkan
detailed activity diagram terdapat langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mencatat narasi untuk menunjukkan aktivitas.
b. Menyiapkan workflow table.
c. Mengidentifikasi detailed diagram yang penting.
d. Untuk setiap detailed diagram, dilakukan beberapa
substep :
a. Membuat swimlane untuk agent yang berpartisipasi
dalam event atau event yang ada di detailed diagram.
b. Menambahkan rounded retangle untuk setiap aktivitas
dari event yang telah didokumentasikan dalam
detailed diagram.
43
c. Gunakan garis lurus untuk menunjukkan urutan dari
aktivitas.
d. Membuat semua dokumen yang dihasilkan atau
digunakan.
e. Gunakan garis putus-putus untuk menghubungan
aktivitas dan dokumen.
f. Gambarkan tabel yang dibuat, dimodifikasi, atau
digunakan ke dalam kolom komputer.
g. Gunakan garis putus-putus untuk menghubungkan
aktivitas dan tabel.
2.3.11.3 UML Class Diagram
Mathiassen et al (2000, p4) menuliskan class : a description
of a collection of objects sharing structure, behavioral pattern, and
attributes. Jadi dapat diartikan, class adalah kumpulan dari objek
yang saling berbagi struktur, pola tingkah laku, dan atribut.
A class is a collection of similar objects, much like a file is a
collection of similar records (Wilkinson et al, 2000, p215). Sebuah
class adalah sebuah kumpulan dari objek yang sama, sama seperti
sebuah file yang merupakan sebuah kumpulan dari record yang
sejenis.
Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
class adalah kumpulan dari objek yang sama, dimana saling berbagi
struktur, pola tingkah laku, dan atribut.
44
The class diagram models the data elements in the system,
the ways in which these may be grouped together, and the
relationships between them. For each class, the diagram identifies
the attributes and operations associates with it (Britton dan Doake,
2000, p69). Dapat diterjemahkan, class diagram membuat replika
dari elemen data yang ada di dalam sistem, dengan cara
mengelompokkan elemen data tersebut secara bersama-sama, dan
menghubungkan elemen data tersebut. Class diagram
mengidentifikasi atribut dan operasi untuk masing-masing class.
Menurut Mathiassen et al (2000, p69-70), the class diagram
provides a coherent problem-domain overview by describing all
structural relations between the classes and objects in our model.
Dapat diartikan, class diagram menyediakan garis besar (overview)
problem domain secara logis dengan menggambarkan semua
hubungan terstruktur antara class dan objek.
Sedangkan definisi UML class diagram menurut Jones dan
Rama (2006, p181) is a diagram that can be used to document (a)
tables in an AIS, (b) relationships between tables, and (c) attributes
of tables. Dapat diartikan UML class diagram adalah sebuah
diagram yang digunakan untuk mendokumentasikan (a) tabel
(database atau file) yang ada di dalam SIA, (b) hubungan antara
tabel-tabel tersebut, (c) dan atribut dari masing-masing tabel.
45
Langkah-langkah untuk membuat UML class diagram
menurut Jones dan Rama (2006, p172-173), yaitu :
1. Menempatkan tabel (file) transaksi yang dibutuhkan pada UML
class diagram
2. Menempatkan tabel (file) transaksi yang dibutuhkan pada UML
class diagram
3. Menentukan hubungan yang dibutuhkan antara tabel yang ada.
Contoh cardinality dari hubungan antartabel antara lain : (1,1),
(1,m), (m,1), atau (m,m).
4. Menentukan atribut yang dibutuhkan. Kemudian menentukan
primary key untuk setiap tabel dan foreign key.
2.3.11.4 Use Case Diagram
Menurut pendapat Britton dan Doake (2000, p97), use case
specifies a set of interactions between a user and the system to
achieve a particular goal. Dapat diartikan, use case menspesifikkan
sebuah kumpulan dari interaksi antara seorang pengguna dan sistem
untuk memperoleh sebuah tujuan tertentu.
Berdasarkan Mathiassen et al (2000, p120), use case : a
pattern for interaction between the system and actors in the
application domain. Jadi use case adalah sebuah pola untuk
berinteraksi antara sistem dan actor dalam application domain.
Use case is a sequence of steps that occur when an “actor”
is interacting with the system for a particular purpose (Jones dan
46
Rama, 2006, p267). Use case adalah urutan dari langkah-langkah
yang terjadi saat seorang actor berinteraksi dengan sistem untuk
tujuan tertentu.
Sedangkan definisi use case diagram sendiri menurut Jones
dan Rama (2006, p267) is a graphical presentation that can provide
a list of use cases that occur in an application. Dapat diartikan use
case diagram adalah tampilan grafikal yang berisi daftar dari use
case yang terjadi di dalam sebuah aplikasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa use case adalah interaksi
yang berurutan antara actor atau user dengan sistem untuk
memperoleh tujuan tertentu. Sedangkan use case diagram adalah
gambar dari use case.
2.3.12 Rancangan Form
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, sering
pula disebut dengan istilah media (Mulyadi, 2001, p3). Tetapi Mulyadi
(2001, p75) juga menuturkan bahwa formulir adalah secarik kertas yang
memiliki ruang untuk diisi. Dari definisi formulir yang konvensional,
Mulyadi (2001, p76) juga menuliskan definisi dari formulir elektronik, yaitu
ruang yang ditayangkan dalam layar komputer yang digunakan untuk
menangkap data yang akan diolah dalam pengolahan data elektronik.
Menurut buku Jones dan Rama (2006, p288), dapat diartikan bahwa
form adalah dokumen yang telah terformat, yang berisi tempat kosong (blank
47
field), dimana pemakai dapat mengisinya dengan data. Saat form tersebut
ditampilkan di layar komputer, data yang telah dimasukkan ke dalam tempat
kosong tersebut disimpan ke dalam satu atau lebih tabel.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa formulir atau form
adalah tempat kosong, baik di kertas atau di layar komputer, yang dapat diisi
data oleh pemakai.
Jenis-jenis input form menurut Jones dan Rama (2006, p263-265),
yaitu :
1. Single-record entry form
Hanya menampilkan satu record pada satu waktu. Form ini digunakan
untuk menambah, menghapus, atau mengubah data yang berupa sebuah
single record ke dalam tabel tertentu. Biasanya form ini digunakan untuk
memelihara data file master. Kata lainnya, form ini digunakan untuk
memasukan atau mengubah single record ke dalam single tabel.
Gambar 2.7 Single-Record Entry Form
2. Tabular entry form
Form ini dirancang seperti spreadsheet untuk memasukan berbagai
record ke dalam sebuah single tabel. Tipe form ini biasanya digunakan
untuk mencatat sebuah kumpulan event. Dengan kata lain, form ini
48
digunakan untuk memasukan atau mengubah beberapa record ke dalam
single tabel.
Gambar 2.8 Tabular Entry Form
3. Multi-table entry form
Form ini digunakan untuk menambah data ke dalam lebih dari satu tabel.
Form ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu main form yang digunakan
untuk menambah data pada satu tabel dan subform digunakan untuk
menambah data ke dalam banyak tabel. Dengan kata lain, tipe form ini
digunakan untuk memasukan atau mengubah record ke dalam dua atau
lebih tabel yang berelasi.
Gambar 2.9 Multi-Table Entry Form
Manfaat formulir di dalam perusahaan menurut Mulyadi (2001, p78),
yaitu :
a. Menetapkan tanggung jawab timbulnya transaksi bisnis perusahaan.
b. Merekam data transaksi bisnis perusahaan.
Main form
Subform
49
c. Mengurangi kemungkinan kesalahan dengan cara menyatakan semua
kejadian dalam bentuk tulisan.
d. Menyampaikan informasi pokok dari orang satu ke orang lain di dalam
organisasi yang sama atau ke organisasi lain.
2.3.13 Rancangan Database
Definisi database menurut Connolly dan Begg (2002, p14) is a
shared collection of logically related data, and a description of this data,
designed to meet the information needs of an organization. Dapat diartikan,
database adalah sebuah kumpulan dari data yang berelasi secara logikal, dan
sebuah deskripsi dari data tersebut, dirancang agar dapat memenuhi
informasi yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan.
Pengertian database berdasarkan pendapat O’Brien (2003, p145),
database is an integrated collection of logically related data elements.
Diterjemahkan bahwa database adalah sebuah kumpulan yang terintegrasi
dari elemen data yang berelasi secara logikal.
Database is comprehensive collection of related data (Jones dan
Rama, 2006, p156). Database adalah kumpulan yang lengkap atau luas dari
data yang berelasi atau berhubungan.
Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa database adalah
sebuah kumpulan dari data yang berelasi secara logikal, selain kumpulan
data, database juga berisi deskripsi dari data-data tersebut. Database didesain
untuk dapat menghasilkan informasi yang diperlukan oleh perusahaan.
50
Menurut Connoly dan Begg (2002, p16), Database Management
System (DBMS) is a software system that enables users to define, create,
maintain, and control access to the database. Dapat diartikan, DBMS adalah
sebuah sistem piranti lunak yang memungkinkan pemakai untuk
mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengendalikan akses untuk
database.
Sedangkan pendapat Jones dan Rama (2006, p156), database
management system is a set of programs that enables the user to store,
modify, and extract information from a database. Dapat diartikan, DBMS
adalah kumpulan program yang memungkinkan pemakai untuk menyimpan,
mengubah, dan meringkas informasi dari sebuah database.
Jadi dapat disimpulkan bahwa DBMS adalah piranti lunak yang
memungkinkan pemakai untuk mendefinisikan, membuat, menyimpan,
mengubah, meringkas, dan memelihara informasi dari sebuah database, serta
mengendalikan akses ke database.
Database bisa diartikan sebagai tabel atau file. Ada dua jenis file
menurut Jones dan Rama (2006, p30), yaitu :
1. Transaction File : file yang menyimpan informasi tentang event. Sebagai
contoh, sebuah transaction file dapat berisi informasi seperti tanggal
pemesanan, pelanggan yang membuat pesanan, dan jumlah uang untuk
penjualan.
2. Master File : file yang berisi informasi tentang entitas atau informasi lain
selain event. Master file berisi dua jenis informasi : (1) reference data
51
adalah data yang relatif tetap dan tidak dipengaruhi oleh transaksi dan (2)
summary data adalah data yang berisi ringkasan transaksi yang sudah
lewat.
Relasi antara input form dengan tabel (database) berdasarkan buku
Jones dan Rama (2006, p261-262) dibagi ke dalam 3 jenis relasi, yaitu :
1. Satu form untuk mencatat data ke dalam satu tabel
2. Satu form untuk mencatat data ke dalam dua atau lebih tabel
3. Dua atu lebih form untuk mencatat data ke dalam satu tabel
2.3.14 Rancangan Laporan
Laporan menurut Mulyadi (2001, p5) berisi informasi yang
merupakan keluaran sistem akuntansi, yang dapat berbentuk hasil cetak
komputer dan tayangan pada layar monitor komputer.
Report is a formatted and organized prersentation of data (Jones dan
Rama, 2006, p201). Laporan adalah tampilan data yang telah diformat dan
diatur.
Berdasarkan kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan
adalah tampilan data yang telah diolah menjadi informasi, yang kemudian
informasi tersebut diformat dan diatur ke dalam bentuk hasil cetak komputer
atau masih di dalam layar monitor komputer.
Menurut Jones dan Rama (2006, p214-215), bagian-bagian report
terdiri dari :
52
1. Report header
Menampilkan informasi yang mencantumkan keseluruhan laporan
(seperti nama laporan dan perusahaan, tanggal laporan, dan jumlah
halaman).
2. Page header
Dapat digunakan untuk menspesifikan informasi yang muncul pada setiap
halaman bagian atas (seperti daftar nama atribut).
3. Page footer
Ditampilkan pada setiap halaman bagian bawah dan biasanya termasuk
nomor halaman.
4. Report footer
Dimunculkan sekali, pada akhir laporan.
Gambar 2.10 Design of Grouped Detail Status Report
53
2.3.15 Rancangan Interface
Menurut Boockholdt (1999, p65), the interface is a link at which a
transaction exits one system and enters another. Dapat diartikan, tampilan
(interface) adalah sebuah sambungan, dimana suatu transaksi keluar dari satu
sistem dan masuk ke sistem lainnya. Sedangkan definisi user interface
menurut Boockholdt (1999, p189), user interfaces are the conversations that
occur between the user and the system and usually result in data input,
output, or both. Dapat diartikan, user interface adalah percakapan yang
terjadi antara pemakai dan sistem dan biasanya terlihat pada saat memasukan
data, menghasilkan data, atau keduanya.
Berdasarkan pendapat Britton dan Doake (2000, p268), interface is its
connection to the outside world. Jadi interface adalah suatu tampilan sistem
yang berhubungan dengan dunia luar.
Menurut Mathiassen et al (2000, p151-152), interface : facilities that
make a system’s model and functions available to actors. Jadi dapat
diartikan, interface adalah fasilitas yang membuat model dan fungsi dari
sistem tersedia untuk pemakai (actor). Mathiassen et al juga membagi
interface menjadi dua jenis, yaitu user interface dan system interface. User
interface : an interface to users. System interface : an interface to other
systems. Dapat diartikan, user interface adalah sebuah tampilan untuk
pemakai dan system interface adalah tampilan untuk sistem lain.
Dapat disimpulkan bahwa interface adalah tampilan dari sistem agar
fungsi dari sistem tersebut dapat diakses oleh pengguna saat melakukan
transaksi. Sedangkan user interface adalah tampilan yang diperuntukan
54
pemakai agar dapat berinteraksi dengan sistem seperti memasukan data dan /
atau menghasilkan data.
2.3.16 Pengertian Navigation Diagram
Berdasarkan pendapat Mathiassen et al (2000, p344), navigation
diagram is a special kind of statechart diagram that focuses of the overall
dynamics of the user interface. The diagram shows the participating windows
and the transitions between them. The navigation diagram is not found in
UML. Jadi dapat diartikan, navigation diagram adalah salah satu jenis
khusus dari statechart diagram yang fokus pada semua pergerakkan dari
tampilan pemakai (user interface). Navigation diagram menampilkan layar-
layar (windows) yang terlibat dan transisi atau pergerakkan di antara mereka.
Navigation diagram tidak ditemukan dalam UML.