41
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Bodnar dan Hopwood (2001,p1), sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi. Informasi ini dikomunikasikan kepada beragam pengambil keputusan. Sistem informasi akuntansi mewujudkan perubahan ini apakah secara manual atau terkomputerisasi. Menurut Jones dan Rama (2006,p4), sistem informasi akuntansi adalah sebuah subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi seperti fungsi dari produksi, pemasaran, sumber daya manusia, akuntansi, dan keuangan. Menurut Wilkinson, Joseph, Cerullo, Vasant dan Wong-on-Wing (2000,p7), sistem informasi akuntansi adalah kesatuan struktur organisasi, yang menyediakan sumber daya fisik, dan komponen-komponen lainnya untuk mengubah data ekonomi menjadi informasi akuntansi, dengan tujuan menciptakan kepuasan terhadap kebutuhan informasi untuk berbagai macam penggunanya. Dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem berbasis komputer yang dirancang untuk menyediakan informasi akuntansi keuangan atau informasi lain yang diperoleh dari pengumpulan dan pemrosesan berbagai transaksi perusahaan.

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Akuntansi

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Bodnar dan Hopwood (2001,p1), sistem informasi akuntansi adalah

kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data

menjadi informasi. Informasi ini dikomunikasikan kepada beragam pengambil

keputusan. Sistem informasi akuntansi mewujudkan perubahan ini apakah secara manual

atau terkomputerisasi.

Menurut Jones dan Rama (2006,p4), sistem informasi akuntansi adalah sebuah

subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi seperti fungsi

dari produksi, pemasaran, sumber daya manusia, akuntansi, dan keuangan.

Menurut Wilkinson, Joseph, Cerullo, Vasant dan Wong-on-Wing (2000,p7),

sistem informasi akuntansi adalah kesatuan struktur organisasi, yang menyediakan

sumber daya fisik, dan komponen-komponen lainnya untuk mengubah data ekonomi

menjadi informasi akuntansi, dengan tujuan menciptakan kepuasan terhadap kebutuhan

informasi untuk berbagai macam penggunanya.

Dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem berbasis

komputer yang dirancang untuk menyediakan informasi akuntansi keuangan atau

informasi lain yang diperoleh dari pengumpulan dan pemrosesan berbagai transaksi

perusahaan.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

9

2.1.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Wilkinson et al (2000, p8), tujuan utama dari sistem informasi

akuntansi adalah :

a. Untuk mendukung operasi perusahaan sehari-harinya.

b. Untuk mendukung pihak manajemen didalam proses pengambilan keputusan.

c. Untuk memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan kepemilikan

perusahaan, misalnya menyediakan informasi bagi para stakeholders.

2.1.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Romney dan Steinbart (2003, p2),sistem informasi akuntansi memiliki 5

(lima) komponen utama yang terdiri dari :

1. Manusia, yang mengoperasikan dan menggunakan berbagai macam fungsi-fungsi.

2. Prosedur, kegiatan yang berhubungan dengan mengumpulkan, memproses, dan

menyimpan data mengenai kegiatan organisasi, baik manual ataupun otomatis.

3. Data, mengenai proses bisnis yang dijalankan organisasi.

4. Software, digunakan untuk memproses data organisasi.

5. Information technology infrastructure, meliputi komputer, peralatan, dan peralatan

jaringan komunikasi.

2.2 Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

2.2.1 Pengertian Penjualan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004,PSAK no23.2) “….Penjualan

barang...Barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

10

yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang dibeli oleh pengecer atau

tanah dan property lain yang dibeli untuk dijual kembali.”

Menurut Horngren, Harrison dan Bamber (2002, p168), Penjualan adalah “the

amount that a merchandiser earns from selling its inventory.”

Menurut Warren, Reeve dan Fee (2002, p231), Pendapatan dari penjualan

barang dagang biasanya diidentifikasi pada buku besar sebagai penjualan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan penjualan adalah kegiatan operasi perusahaan

didalam menjual produk yang dihasilkan ataupun produk yang dibeli perusahaan untuk

dijual kembali.

2.2.2 Proses Bisnis

Proses bisnis pada perusahaan merupakan suatu rangkaian aktivitas yang

dilakukan perusahaan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian,

produksi, hingga penjualan barang atau jasa. Menurut Romney dan Steinbart (2003,

p23), siklus transaksi pada perusahaan terdiri dari lima subsistem, yaitu :

a. Siklus pendapatan; berhubungan dengan kegiatan penjualan dan penerimaan kas.

b. Siklus pengeluaran; berhubungan dengan kegiatan pembelian dan pembayaran

c. Siklus sumber daya manusia; berhubungan dengan kegiatan merekrut dan membayar

gaji karyawan.

d. Siklus produksi; berhubungan dengan kegiatan mengolah bahan mentah menjadi

bahan jadi (produk).

e. Siklus keuangan; berhubungan dengan kegiatan mendapatkan dana dari investor dan

kreditor dan membayarnya kembali.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

11

Pada gambar 2.1, dilihat hubungan antara setiap subsistem yang ada pada

perusahaan, dimana masing-masing subsistem akan terhubung dengan sebuah sistem

pelaporan yang digunakan untuk menyampaikan informasi baik kepada pihak

manajemen maupun pihak luar perusahaan.

Getcash

General Ledger & Reporting System

Givecash

Getfinishgoods

Givelabor

Giveraw

materials

Financing Cycle

Givecash

Getlabor

HumanResouces Cycle

Givecash

Getgoods

Expenditure Cycle

Givegoods

Getcash

Revenue Cycle

Production Cycle

FundsFunds

Funds

DataData

Data

Data

Data

Labor Rawmaterials

Finishedgoods

Informationfor both

internal andexternal

users

Gambar 2.1 Subsistem dalam Sistem Informasi Akuntansi

Sumber Romney dan Steinbart (2003, p25)

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

12

2.2.3 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi pada Siklus Pendapatan

Menurut Wilkinson et al (2000, p416-417), tujuan utama dari sistem informasi

akuntansi penjualan adalah untuk menfasilitasi pertukaran barang atau jasa dengan

sejumlah uang tertentu milik pelanggan. Berikut adalah sasaran dari siklus pendapatan

secara umum :

1. Untuk mencatat pesanan pelanggan secara cepat dan tepat.

2. Untuk memverifikasi bahwa pelanggan layak mendapatkan kredit.

3. Untuk mengirimkan produk pada tanggal yang telah disetujui.

4. Untuk melakukan penagihan atas produk atau jasa secara tepat pada waktunya dan

dengan prosedur yang benar.

5. Untuk mencatat dan mengklasifikasikan penerimaan kas secara cepat dan tepat.

6. Untuk posting penjualan dan penerimaan kas ke akun pelangan yang tepat dalam

jurnal khusus penjualan dan penerimaan kas.

7. Untuk mengamankan produk sampai dikirim.

8. Untuk mengamankan kas sampai disetor

2.2.4 Dokumen yang berhubungan dengan siklus pendapatan

Mengacu pada Wilkinson et al (2000, p419) berikut adalah dokumen-dokumen

yang dibutuhkan dalam siklus pendapatan perusahaan dagang.

1. Customer order

Dokumen yang berisikan pesanan dari pelanggan yang ditujukan ke perusahaan.

2. Sales order

Dokumen yang diterbitkan perusahaan berdasarkan customer order.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

13

3. Order acknowledgment

Surat pemberitahuan kepada pelanggan bahwa pesanan telah diterima.

4. Picking list

Daftar yang dikirim ke bagian gudang untuk mempersiapkan barang yang dipesan.

5. Packing slip

Daftar yang berisi barang ketika dikemas untuk dikirimkan.

6. Bill of lading

Dokumen pengapalan.

7. Shipping notice

Dokumen yang digunakan sebagai bukti bahwa barang telah dikirim.

8. Sales invoice

Merupakan dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan yang berisikan jumlah

penjualan.

9. Remittance advice

Dokumen yang berisikan jumlah kas yang diterima dari pelanggan.

10. Deposit slip

Dokumen penyerta ketika kas dideposit ke bank.

11. Back order

Dokumen yang disiapkan ketika jumlah persediaan tidak sesuai dengan sales order.

12. Credit memo

Dokumen untuk retur penjualan yang terjadi.

13. Credit application

Form yang digunakan untuk memasukkan data konsumen yang menerima kredit.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

14

14. Sales person call report

Form yang digunakan untuk menjelaskan salesperson mana yang melakukan

panggilan kepada pelanggan.

15. Delinquent notice

Surat pemberitahuan ke pelanggan bahwa tanggal jatuh tempo kredit telah lewat.

16. Write-off notice

Dokumen yang disiapkan oleh manajer kredit ketika sebuah akun akan

dipertimbangkan tidak tertagih.

17. Cash register receipts

Form yang digunakan untuk menggambarkan kas yang diterima.

2.2.5 Fungsi yang terkait dalam siklus pendapatan

Menurut Wilkinson (2000, p417), fungsi yang terkait dalam siklus penjualan

adalah sebagai berikut :

a. Market research.

Berfokus pada pencarian pangsa pasar yang sesuai dengan produk atau jasa yang

dihasilkan perusahaan dengan mempelajari tingkah laku pelanggan, pilihan

pelanggan dan kekuatan membeli pelanggan.

b. Promotion and Advertising.

Merencanakan dan menjalankan strategi promosi untuk produk dan jasa perusahaan.

c. Customer Service.

Menangani permintaan dan keluhan pelanggan mengenai produk dan jasa

perusahaan.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

15

d. Product development and planning.

Berfokus pada lini produksi (styling, packaging and performance)

e. Sales concentrates.

Membuat perencanaan penjualan dan mengevaluasi kinerja penjualan.

f. Shipping and transportation.

Menyediakan sarana pendistribusian untuk memastikan bahwa barang yang dipesan

pelanggan akan diterima tepat waktu.

g. Treasurer.

Bertanggung jawab untuk membuat anggaran dan perencanaan kas, kredit dan

penagihan, dan penerimaan kas.

h. Controller.

Bertanggung jawab didalam area akuntansi seperti penangihan, pengontrolan

persediaan, piutang dan buku besar.

2.2.6 Prosedur dalam siklus pendapatan

Menurut Romney dan Steinbart (2003, p360), prosedur-prosedur yang terjadi

didalam siklus pendapatan meliputi :

a. Prosedur penerimaan pesanan penjualan.

Adalah kegiatan penerimaan pesanan dari pelanggan, baik pesanan yang diterima

ditempat usaha, melalui email, telepon ataupun melalui website, atau melalui

salesperson, kegiatan pengecekan kredit untuk penjualan kredit, kegiatan

pengecekan ketersediaan persediaan di gudang, dan kegiatan didalam menanggapi

permintaan pelanggan.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

16

b. Prosedur pengiriman barang.

Adalah kegiatan memilih dan menyiapkan pesanan dan kegiatan pengiriman barang

kepada pelanggan.Pada prosedur ini haruslah dipastikan ketepatan pengiriman

barang dengan membandingkan perhitungan fisik antara barang yang dikeluarkan

dari gudang dengan jumlah pesanan yang ada dalam pesanan pembelian.

c. Prosedur penagihan.

Adalah kegiatan pencatatan atas pesanan dan pengiriman barang kepada pelanggan

sehingga menghasilkan sales invoice,serta kegiatan pencatatan dan pembayaran

piutang.

d. Prosedur penerimaan kas

Adalah kegiatan yang menangani pembayaran pelanggan, menyimpan uang di bank

dan membuat laporan untuk diserahkan ke treasurer.

2.3 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan

2.3.1 Pengertian Persediaan

Menurut Horngren et al (2002, p167), Persediaan adalah barang yang dimiliki

untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan.

Menurut Warren et al (2002, p350), Persediaan digunakan untuk

mengidentifikasi (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi

normal perusahaan dan (2) bahan yang terdapat dalam proses produksi atau yang

disimpan untuk tujuan itu

Menurut Assauri (2004,p176), Persediaan adalah “ suatu aktiva yang meliputi

barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha

yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

17

produksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu penggunanya dalam proses

produksi”.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004): Persediaan adalah “ aktiva:

tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; dalam proses produksi dan atau

dalam perjalanan; atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplier) untuk

digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. … Persediaan meliputi barang

yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali … Persediaan juga mencakup barang jadi

yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi

perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses

produksi.” (SAK No. 14.1).

Jadi dapat ditarik kesimpulan persediaan adalah semua barang yang dimiliki

perusahaan dan diharapkan dapat dijual kembali dalam kegiatan operasi perusahaan dan

sebagai bahan yang disimpan atau digunakan untuk proses produksi.

2.3.2 Catatan Akuntansi Yang Digunakan

Menurut Assauri (2004) pencatatan dalam pengawasan persediaan adalah semua

pencatatan atau pembukuan mengenai penerimaan, persediaan di gudang dan

pengeluaran bahan baku dan bahan-bahan lainnya serta hasil produksi dalam suatu

perusahaan. Pencatatan-pencatatan tersebut diperlukan untuk menjamin bahan-bahan

atau barang-barang dipergunakan secara efisien dan perusahaan dapat mengikuti

perkembangan persediaannya dengan baik.

Menurut Assauri (2004, p214) pada dasarnya terdapat lima catatan yang paling

penting atau utama dalam sistem pengawasan persediaan:

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

18

1. Permintaan Untuk Dibeli (purchase requisition)

Dokumen permintaan pembelian bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah

tertentu yang ditujukan kepada bagian pembelian. Permintaan tersebut diadakan

dengan tujuan untuk menjamin tersedianya persediaan yang cukup dari bahan-bahan

atau barang-barang tersebut atau mengisi kembali persediaan bila persediaan bahan-

bahan tertentu yang ada akan mendekati titik yang terandah atau minimum yang

telah ditentukan lebih dahulu.

2. Laporan Penerimaan (receiving report)

Dokumen yang memberikan informasi mengenai penerimaan atas barang yang telah

dipesan.

3. Catatan Persediaan (balance of stores record)

Merupakan istilah lain dari: perpetual inventory card, stock record card, stored

ledger sheet, balance of stores form, stores balance sheet, dan material ledger sheet.

Informasi yang terdapat dalam “balance of stores card” berbeda-beda tergantung

dari perusahaan pabrik yang menggunakannya. Akan tetapi data-data yang biasanya

terdapat dalam daftar ini adalah:

a. Gambaran atau deskripsi lengkap dari bahan-bahan tersebut

b. Jumlah dari bahan-bahan yang tersedia di gudang, yang dipesan dan yang

dialokasikan untuk prouksi

c. Jumlah bahan-bahan yang akan atau harus dibeli bila waktunya telah tiba untuk

mengadakan pemesanan baru.

d. Harga bahan-bahan per unit

e. Jumlah yang dipakai selama suatu periode atau jangka waktu tertentu

f. Nilai dari persediaan yang ada

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

19

4. Daftar Permintaan Bahan (material requisition form)

Formulir yang dibuat oleh petugas gudang untuk dipergunakan oleh bagian

pembelian dalam mengadakan pemesanan bahan-bahan yang perlu dibeli kembali.

5. Perkiraan Pengawasan (control accounting)

Catatan yang digunakan oleh Bagian Akuntansi untuk mengawasi setiap pencatatan

mutasi persediaan yang dilakukan oleh bagian gudang. Semua pembelian akan

didebit dan semua pemakaian akan dikredit dalam perkiraan ini. Saldo perkiraan

pengawasan harus sama dengan saldo yang terdapat pada “perpetual inventory

cards”. Tidak sesuainya saldo antara keduanya, mengharuskan diadakannya

penyelidikan selanjutnya.

2.3.3 Metode Pencatatan Persediaan

Menurut Mulyadi (2001) terdapat dua macam metode pencatatan persediaan:

a. Mutasi Persediaan (perpetual inventory method)

Metode pencatatan persediaan dimana setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu

persediaan.

b. Persediaan fisik (physical inventory method)

Metode pencatatan persediaan yang dilakukan atas penambahan persediaan dari

pembelian, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak

dicatat dalam kartu persediaan. Harga pokok kemudian diperoleh dengan

menjumlahkan persediaan pada awal periode dengan pembelian dan mengurangkan

hasil penjumlahan tersebut dengan hasil perhitungan fisik sisa persediaan yang

masih ada di gudang pada akhir periode akuntansi.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

20

2.3.4 Metode Penilaian Persediaan

Menurut Assauri (2004,p182) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

menilai suatu persediaan, diantaranya dengan:

• First-In, First-Out (FIFO Method)

Penilaian persediaan yang berdasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang sudah

terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang terdahulu masuk.

• Rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)

Cara penilaian persediaan yang berdasarkan atas harga rata-rata dimana harga

tersebut dipengaruhi oleh jumlah barang yang diperoleh pada masing-masing

harganya.

• Last-In, First-Out (LIFO Method)

Cara penilaian persediaan berdasarkan atas asumsi bahwa barang yang telah terjual

dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk.

2.3.5 Perencanaan Persediaan

Mengacu pada Keown, Martin, Petty dan Scott (2000, p736), persediaan sangat

penting karena tanpa adanya persediaan para pengusaha akan dihadapkan pada resiko

bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan

yang memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan.

Persediaan dikatakan sangat penting bagi perusahaan karena persediaan berguna

untuk :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.

2. Menghilangkan resiko dari produk yang dipesan tidak bagus atau rusak.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

21

3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus

produksi.

4. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara minimum sehingga dapat

dipergunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

5. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya, dimana keinginan

pelanggan pada setiap waktu terpenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya

barang tersebut.

2.3.6 Manajemen Persediaan

Mengacu pada Keown et al (2000, p748), manajemen persediaan melibatkan

kontrol aset yang digunakan dalam proses produksi atau diproduksi untuk dijual dalam

kegiatan bisnis perusahaan biasa.

Kategori umum persediaan termasuk dalam persediaan bahan baku, persediaan

barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

Pentingnya manajemen persediaan bagi perusahaan tergantung investasi

persediaan. Tujuan penyimpanan persediaan adalah untuk memisahkan operasi

perusahaan artinya membuat masing-masing fungsi bisnis independen dari fungsi bisnis

lain agar penundaan atau penghentian dalam suatu area tidak mempengaruhi produksi

dan penjualan produk akhir. Tipe –tipe persediaan meliputi :

1. Persediaan bahan baku

Persediaan bahan baku terdiri atas bahan baku dasar yang dibeli dari perusahaan lain

untuk digunakan dalam operasi produksi perusahaan. Tanpa memperinci bentuk

persediaan bahan baku, semua perusahaan manufaktur secara definisi menyimpan

persediaan bahan baku dengan tujuan memisahkan fungsi produksi dari fungsi

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

22

pembelian, artinya membuat kedua fungsi independen satu sama lain agar penundaan

pengiriman bahan baku tidak menyebabkan penundaan produksi.

2. Persediaan barang dalam proses

Persediaan bahan dalam proses terdiri dari atas barang setengah jadi yang

membutuhkan tambahan pekerjaan sebelum menjadi barang jadi. Tujuan persediaan

barang dalam proses adalah memisahkan berbagai operasi dalam proses produksi

agar kegagalan mesin dan penghentian pekerjaan dalam satu operasi tidak akan

mempengaruhi operasi lain.

3. Persediaan barang jadi

Persediaan barang jadi terdiri atas barang yang telah selesai produksinya setiap

belum dijual. Tujuan persediaan barang jadi adalah memisahkan fungsi produksi dan

penjualan agar tidak perlu memproduksi barang sebelum penjualan terjadi, penjualan

dapat dilakukan langsung dari persediaan itu.

2.3.7 Pengawasan Persediaan

Menurut Assauri (2004. p184) “…suatu sistem pengawasan persediaan harus

memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat bahan

atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau barang tertentu

b. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang orang yang dapat

dipercaya, terutama penjaga gudang

c. Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang

d. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

23

e. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan, yang

dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia di dalam gudang

f. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaam secara langsung

g. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan, barang-

barang yang telah lama dalam gudang, dan barang-barang yang sudah usang dan

ketinggalan zaman.

h. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.”

2.4 Sistem Pengendalian Internal.

2.4.1 Pengertian.

Mengacu pada Romney dan Steinbart (2003, p195), pengendalian internal adalah

suatu rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk menyelamatkan aset,

menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya, meningkatkan efisiensi operasional

dan untuk memenuhi ketaatan terhadap kebijakan manajemen. Tujuan yang ingin

dicapai dari pengendalian intern atas Sistem Informasi Akuntansi Penjualan adalah

sebagai berikut:

a. Seluruh transaksi telah diotorisasi secara tepat.

b. Seluruh transaksi yang dicatat memang benar-benar terjadi.

c. Seluruh transaksi yang terjadi dan telah dilakukan otorisasi telah dicatat.

d. Seluruh transaksi dicatat secara tepat dan akurat.

e. Seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan terjaga dari kehilangan dan pencurian.

f. Seluruh aktivitas bisnis dilakukan secara efektif dan efisien.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian internal adalah aturan,

kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang dirancang untuk memastikan data

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

24

keuangan perusahaan tepat dan dapat diandalkan, untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas operasional dan untuk memenuhi ketaatan terhadap hukum dan peraturan

yang berlaku.

2.4.2 Komponen Sistem Pengendalian Internal.

Mengacu pada Jones dan Rama (2006, p105), komponen sistem pengendalian

internal terdiri dari :

1. Control environment

Berhubungan dengan beberapa faktor yang disusun organisasi untuk mengontrol

kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut berhubungan dengan integritas, nilai-

nilai etika dan filsafat perusahaan dan cara operasi perusahaan. Hal ini juga termasuk

cara managemen menetapkan otoritas dan tanggung jawab, mengatur dan

mengembangkan sumber daya manusia, dan perhatian dan petunjuk terhadap

struktur organisasi.

2. Risk assessment

Adalah proses identifikasi dan analisis terhadap resiko yang dapat mengganggu

pencapaian tujuan pengendalian internal.

3. Control activities

Adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan organisasi untuk menangani

resiko-resiko. Control activities terdiri dari :

A. Performance review; adalah kegiatan yang berhubungan dengan analisis

terhadap kinerja, contohnya adalah dengan membandingkan hasil yang didapat

dengan anggaran, standar perhitungan dan data pada periode sebelumnya.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

25

B. Segregation of duties; terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk mengotorisasi

transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan menjaga aset terhadap

karyawan.

C. Application controls; berhubungan dengan aplikasi sistem informasi akuntansi.

D. General control; pengawasan yang lebih luas yang berhubungan dengan berbagai

aplikasi.

4. Information and communication

Sistem informasi dalam perusahaan adalah kumpulan prosedur (atomatis dan

manual) dan pencatatan dalam memulai, mencatat, memproses dan melaporkan

kejadian dalam proses-proses yang terjadi dalam organisasi.

Komunikasi berhubungan dengan menyediakan dan memahami peraturan dan

tanggung jawab individu.

5. Monitoring.

Managemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa

pengawasan terhadap organisasi berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Gondodiyoto, Sanyoto dan Henny Hendarti (2006) terdapat lima prosedur atas

pengendalian internal, yaitu:

1. Otorisasi

Setiap transaksi pada sistem harus diotorisasi dengan semestinya untuk mengurangi

resiko penyalahgunaan. Otorisasi dapat diberikan dalam bentuk umum dan khusus.

Secara umum, otorisasi dilakukan misalnya dengan membuat kebijaksanaan

mengenai harga barang yang akan dijual dan berapa maksimum jumlah kredit yang

diberikan. Sedangkan pada otorisasi khusus biasanya diberikan manajemen pada

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

26

beberapa transaksi tertentu. Pihak yang memiliki wewenang dalam memberikan

otorisasi adalah pejabat yang memiliki posisi berhubungan dengan sifat maupun

makna transaksi yang bersangkutan.

2. Dokumentasi yang memadai

Dokumen berfungsi sebagai penerus informasi di lingkungan organisasi atau diantara

organisasi yang berbeda. Beberapa prinsip dalam penggunaan dokumen adalah

sebagai berikut:

a. Diberikan nomor urut tercetak, agar dapat memudahkan dalam pelacakan dimasa

depan.

b. Dokumen dibuat sederhana agar dapat mudah dimengerti.

c. Memuat data yang lengkap sesuai kebutuhan

d. Dibuat pada saat transaksi tertentu

3. Pengamanan fisik

Pengamanan fisik sangat penting, terutama dalam hal pengamanan harta perusahaan.

4. Pemisahan tugas dan fungsi

Dalam merancang organisasi perusahaan, perlu diperhatikan pertimbangan-

pertimbangan sistem pengendalian internal sebagai berikut:

a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang

cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.

c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi tiap unit organisasi.

d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab.

5. Verifikasi secara independen

Merupakan pengujian kecermatan data transaksi dengan pengecakan ulang yang

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

27

dilakukan pihak lain.

2.4.3 Ancaman dalam Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

Menurut Romney dan Steinbart (2003, p318), beberapa ancaman yang sering

ditemui dalam sistem informasi akuntansi penjualan adalah pesanan penjualan yang

tidak lengkap atau tepat, kegagalan dalam menagih kepada pelanggan, dan lain-lain.

Beberapa prosedur pengendalian yang dapat diterapkan untuk mengatasi ancaman

tersebut adalah pemeriksaan input data, pemisahan fungsi pengiriman dan penagihan

persetujuan kredit oleh manajer kredit bukan oleh fungsi penjualan, dll. Untuk lebih

jelasnya, beberapa ancaman dan prosedur pengendalian untuk mengatasi ancaman-

ancaman dalam kegiatan penjualan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Proses Ancaman Prosedur Pengendalian Entry pesanan penjualan

1. Order penjualan yang tidak lengkap atau tidak pasti.

2. Memberikan kredit kepada pelanggan yang memiliki catatan kredit yang tidak baik.

3. Otorisasi pesanan

4. Kehabisan stok, carrying costs, dan markdown.

Pemisahan data entry. Persetujuan kredit oleh manajer kredit, bukan dari fungsi penjualan, catatan saldo pelanggan yang tepat. Tanda tangan pada kertas dokumen, tanda tangan digital dan sertifikat digital untuk e-business. Sistem pengendalian persediaan.

Pengiriman 5. Kesalahan pengiriman : salah jenis barang,

salah jumlah kuantitas salah alamat.

6. Ancaman persediaan

Rekonsilasi antara order penjualan dengan picking ticket dan picking slip, bar code scanner, pengendali an aplikasi pencatatan data. Membatasi akses fisik dengan persediaan;

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

28

mendokumentasikan semua perpindahan internal persediaan, pemeriksaan fisik secara periodik dengan jumlah catatan.

Penagihan dan Piutang

7. Gagal untuk menagih pelanggan.

8. Kesalahan dalam penagihan.

9. Kesalahan posting didalam meng-update piutang

Pemisahan fungsi pengiriman dan penagihan; semuadokumen pengiriman bernomer urut tercetak dan rekonsiliasi secara periodik dengan faktur; merekonsili asi picking ticket dan surat jalan dengan order penjualan. Pengendalian pemeriksaan entry data daftar harga. Rekonsiliasi jurnal pembantu piutang dengan jurnal umum; mengirimkan laporan bulanan kepada pelanggan.

Penagihan kas 10. Pencurian kas Pemisahan tugas; meminimalkan penanganan kas; pengaturan lockbox; persetujuan tepat waktu dan menyimpan setiap penerimaan. Secara periodik merekonsi liasi rekening koran dengan catatan yang dibuat oleh pihak yang tidak terlibat dalam pemrosesan penerimaan kas.

Isu-isu pengendalian umum

11. Kehilangan data

12. Kinerja yang buruk

Prosedur back-up dan pemulihan terhadap bencana, pengendalian akses (secara fisik dan logik). Mempersiapkan dan mengkaji ulang laporan kinerja.

Tabel 2.1 Ancaman didalam proses siklus pendapatan

(Sumber Bodnar dan Hopwood, 2003,p318)

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

29

2.4.4 Laporan yang dihasilkan

Menurut Wilkinson et al (2000), Laporan operasional yang dihasilkan adalah

sebagai berikut:

a. Open order report, yaitu laporan yang mencatat pesanan penjualan yang belum

dikirim atau ditagih.

b. Sales invoice register, yaitu laporan mengenai seluruh penagihan atas penjualan.

c. Shipping register, yaitu laporan mengenai barang yang telah dikirim.

d. Cash receipts journal, yaitu laporan mengenai jumlah kas yang telah diterima

perusahaan dari hasil penjualan.

e. Credit memo register, yaitu laporan mengenai pengembalian barang karena terjadi

kerusakan.

2.5 Tinjauan Umum Pengendalian Persediaan dan Harga Pokok Makanan dan

Minuman pada hotel dan restaurant.

2.5.1 Pendahuluan

Menurut I.B.M Wiyasha (2006, p2), hotel sebagai salah satu unit bisnis

menawarkan jasa kamar, makanan, minuman, serta berbagai jasa lainnya yang

kesemuanya dimaksudkan untuk melayani tamu. Pendapatan dari jasa kamar

memberikan kontribusi kurang lebih 65% dari total pendapatan hotel. Pendapatan kedua

terbesar adalah pendapatan dari makanan dan minuman yang memberikan kontribusi

kurang lebih sebesar 30% dari total pendapatan hotel.

Untuk dapat mencapai sasaran pendapatan maka hotel dan restaurant

memerlukan sistem pengendalian persediaan dan harga pokok makanan dan minuman

yang berfungsi sebagai panduan bagi manajemen dalam mengendalikan harga pokok

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

30

makanan dan minuman yang dijual dan juga didapatkannya konsistensi dalam cita rasa,

takaran, penampilan, dan mutu bahan baku yang digunakan untuk memproduksi

makanan dan minuman yang dipesan oleh tamu.

2.5.2 Tujuan

Menurut I.B.M Wiyasha (2006, p3), sistem pengendalian persediaan dan harga

pokok makanan dan minuman dimaksudkan untuk :

a. Mengendalikan mutu produk makanan dan minuman yang ditawarkan.

b. Mengendalikan harga pokok makanan dan minuman.

c. Mencapai target laba yang ditentukan.

d. Melakukan tindakan koreksi yang diperlukan.

e. Meningkatkan efisiensi operasional bagian makanan dan minuman.

2.5.3 Fungsi-fungsi yang terlibat

Menurut I.B.M Wiyasha (2006, p4), beberapa fungsi atau bagian hotel dan

restaurant terlibat dalam pengendalian persediaan dan harga pokok makanan dan

minuman. Target harga pokok makanan dan minuman hanya akan dapat dicapai apabila

ada koordinasi yang baik diantara fungsi pembelian, penerimaan bahan baku, penyiapan

dan pengeluaran bahan baku, prapenyiapan dan fungsi penjualan. Semua aktivitas pada

fungsi diatas harus dikendalikan sesuai dengan standar ataupun ukuran baku yang sudah

ditetapkan. Aktivitas fungsi penerimaan juga harus dikendalikan dengan prosedur baku

penerimaan bahan makanan dan minuman. Demikian pula dengan aktivitas dari fungsi

penyimpanan dan pengeluaran barang digudang, pra-penyimpanan, proses produksi,

hingga pada fungsi penjualan makanan dan minuman.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

31

2.6 Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem

Menurut Bodnar dan Hopwood (2003,p21), analisis sistem meliputi formulasi

dan evaluasi solusi - solusi masalah sistem. Penekanan dalam analisis sistem adalah

tujuan keseluruhan sistem. Dasar semua ini adalah analisis untung - rugi diantara tujuan

- tujuan sistem.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2003,p21), perancangan sistem adalah proses

menspesifikasikan rincian solusi yang dipilih oleh proses analisis sistem. Perancangan

sistem termasuk evaluasi efektifitas dan efisiensi relatif dalam perancangan sistem

dalam lingkup kebutuhan keseluruhan sistem.

2.7 Pengertian Metode Analisis dan Desain Berorientasi Object

Mengacu pada Mathiassen, Munk-Madsen dan Nielsen (2000, p14), dalam

analisis dan perancangan berorientasi object terdapat empat aktivitas utama seperti yang

meliputi : problem domain analysis, application domain analysis, architectural design,

dan component design.

Componentdesign

Requirementsfor use

Model

Specifications ofcomponent

Specification ofarchitecture

Problem-domainanalysis

Application-domainanalysis

Architecturaldesign

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

32

Gambar 2.2 Object-oriented analysis and design

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p15)

2.7.1 Object dan Class.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p4), object adalah sebuah entity dengan

identitas, state dan behavior. Setiap object tidak digambarkan secara sendiri - sendiri,

melainkan istilah class digunakan untuk menggambarkan kumpulan-kumpulan object-

object.

Menurut Mathiassen et al. (2000,p4), class adalah sebuah deskripsi dari

kumpulan object yang terstruktur, behavioral pattern, dan atribut.

Keuntungan dari OOAD adalah:

a. menyediakan info yang jelas mengenai konteks sistem.

b. ada kaitan yang erat antara object-oriented analysis, object-oriented design, object-

oriented user interface dan object-oriented programming.

Notasi standar yang digunakan dalam OOAD adalah UML (Unified Modeling

Languange). UML digunakan hanya sebagai notasi dan bukan sebagai metode dalam

melakukan modeling.

2.7.2 System Choice.

Pemilihan sistem dilakukan untuk menghasilkan system definition yang

memenuhi kriteria FACTOR. Mengacu pada Mathiassen et al. (2000,p24), system

defenition adalah sebuah deskripsi teratur dari sistem yang terkomputerisasi yang

dijelaskan dalam bahasa natural.Dengan melakukan pendeskripsian terhadap sistem

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

33

maka akan diperoleh pandangan secara menyeluruh terhadap situasi dan berbagai cara

organisasi untuk menginterpretasikannya.

Rich picture adalah sebuah gambaran informal yang digunakan oleh pengembang

sistem untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang

berlangsung. Rich picture juga dapat digunakan sebagai alat yang berguna untuk

memfasilitasi komunikasi yang baik antara pengguna dalam sistem.

Gambar 2.3. Contoh Simbol dalam Rich Picture.

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000,p39), FACTOR terdiri dari 6 elemen:

Functionality : Fungsi sistem yang mendukung application domain.

Application domain : Bagian dari organisasi, administrasi, monitor, atau kontrol

problem domain.

Conditions : Kondisi setelah sistem akan dikembangkan dan digunakan.

Technology : Teknologi yang digunakan dalam pengembangan sistem dan

teknologi yang akan menjalankan sistem.

Objects : Object utama dalam problem domain.

Responsibility : Tanggung jawab keseluruhan sistem dalam hubungannya

dengan context.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

34

2.7.3 Analisis Problem Domain.

Mengacu pada Mathiassen L. et al. (2000,p45), problem domain adalah bagian

dari konteks yang diatur, dimonitor, atau dikendalikan oleh sistem. Analisis problem-

domain memfokuskan pada informasi apa yang harus ditangani oleh sistem dan

menghasilkan sebuah model yang merupakan gambaran dari class-class, object-object,

struktur dan perilaku (behaviour) yang ada dalam problem domain.

Classes

Behaviour

Structure

System definition

Model

Gambar 2.4 Problem-domain analysis

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p46)

Untuk lebih jelasnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam analisis problem-

domain dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Kegiatan Isi Konsep Class Object dan event yang merupakan

bagian dari problem domain Class, object, event

Struktur Bagaimana class dan object saling berkaitan

Generalisasi, agregasi, asosiasi, dan cluster

Behaviour Property dinamik yang dimiliki object

Event trace, behavioural pattern, dan attribute

Tabel 2.2 Kegiatan Problem-domain analysis

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p48)

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

35

2.7.3.1 Class

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p49-65), kegiatan class merupakan

kegiatan pertama dalam analisis problem domain. Ada beberapa tugas utama dalam

kegiatan ini, yaitu abstraksi fenomena dari problem domain dalam object dan event;

klasifikasi object dan event; pemilihan class-class dan event-event yang akan dipelihara

informasinya oleh sistem. Object adalah sebuah entity dengan identitas, state dan

behavior. Event adalah kejadian yang meliputi satu atau lebih object. Class adalah

deskripsi dari kumpulan object yang termasuk structure, behavioral pattern, dan

attributes.

Pemilihan class akan ditemukan pada saat awal dan pada dasarnya yang

membangun model dari problem domain. Class biasanya merupakan kata benda dan

bermakna tunggal. Pemilihan kumpulan event yang dialami atau dilakukan oleh satu

atau lebih object bertujuan untuk membedakan tiap-tiap class dalam problem domain.

Event merupakan kata kerja dan mengindikasikan kejadian tunggal. Pemilihan class

tersebut bertujuan untuk mendefinisikan dan membatasi problem domain.

Kegiatan class tersebut akan menghasilkan table event. Dimensi horizontal dari

tabel event berisi class-class yang terpilih, sementara dimensi vertikal berisi event-event

terpilih dan tanda cek digunakan untuk mengindikasikan object-object dari class yang

berhubungan dalam event tertentu. Table event dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Class

Events Customer Assistant Apprentice Appointment Plan

Reserved √ √ √ √

Cancelled √ √ √

Treated √ √

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

36

Employed √ √

Resigned √ √

Graduated √

Agreed √ √ √

Tabel 2.3 Contoh Table Event

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p50)

2.7.3.2 Structure

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p69-86), struktur bertujuan untuk

mencari hubungan struktural yang abstrak dan umum antara class-class dan mencari

hubungan yang konkrit dan spesifik antara object-object dalam problem-domain.

Struktur terdiri struktur object-oriented, class dan object.

Hasil dari kegiatan struktur ini adalah class diagram. Class diagram

menghasilkan ringkasan model problem-domain yang jelas dengan menggambarakan

semua struktur hubungan statik antar class dan object yang ada dalam model dari sistem

yang berubah-ubah.

2.7.3.3 Behavior

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000,p89-p110), kegiatan behaviour adalah

kegiatan terakhir dalam analisa problem-domain, bertujuan untuk memodelkan apa yang

terjadi (perilaku dinamis) dalam problem-domain sistem sepanjang waktu. Tugas utama

dalam kegiatan ini adalah menggambarkan pola perilaku dan atribut dari setiap class

melalui event trace, yaitu urutan event yang meliputi satu object yang spesifik dan

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

37

behavioral pattern,yaitu: deskripsi urutan event yang memungkinkan untuk semua

object dalam sebuah class. Hasil dari kegiatan ini adalah statechart diagram.

2.7.4 Analisis Application Domain.

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000,p115), application domain adalah

organisasi yang mengatur, mengawasi, atau mengendalikan problem domain. Analisis

application-domain memfokuskan pada bagaimana target sistem akan digunakan dengan

menentukan kebutuhan function dan antarmuka sistem.

Usage

Interface

Function

System definition

Requirements

Gambar 2.5 Application-domain analysis

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p117)

Untuk lebih jelasnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam analisis

application-domain dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Kegiatan Isi Konsep Usage Bagaimana sistem berinteraksi dengan

orang lain dan sistem lain dalam konteks Use case dan actor

Function Bagaimana kemampuan sistem dalam memproses informasi

Function

Interface Kebutuhan antarmuka dari sistem target Interface, user interface dan system interface

Tabel 2.4 Kegiatan Application domain analysis

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p117)

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

38

2.7.4.1 Usage

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000,p119-134), kegiatan usage merupakan

kegiatan pertama dalam analisis application domain yang bertujuan untuk menentukan

bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna atau sistem lain berinteraksi dengan

sistem yang dituju. Interaksi antara aktor dengan sistem tersebut dinyatakan dalam use

case. Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use case, dimana

use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai dengan keterangan

object sistem yang terlibat dan function dari use case tersebut atau dengan diagram

statechart karena use case adalah sebuah fenomena yang dinamik.

Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target

sistem. Cara untuk mengidentifikasi actor adalah dengan mengetahui alasan actor

menggunakan sistem.

Sequence diagram

Mengacu pada Bennet Et al. (2003) sequence diagram membantu seorang analis

mengidentifikasikan kebutuhan rincian dari kegiatan yang dibutuhkan untuk

menjalankan fungsi dari sebuah use case. tidak ada suatu sequence diagram yang benar

untuk use case tertentu, melainkan ada sejumlah sequence diagram yang masing-masing

diagram tersebut dapat lebih atau kurang memenuhi kebutuhan dari use case.

2.7.4.2 Functions.

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p137-146) kegiatan function

memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam

melaksanakan pekerjaan mereka. Tujuan dari kegiatan function adalah untuk

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

39

menentukan kemampuan sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah

sebuah daftar function-function yang merinci function-function yang kompleks. Daftar

function harus lengkap, menyatakan kebutuhan kolektif dari pelanggan dan actor dan

harus konsisten dengan use case.

a. System functions.

Function memiliki empat tipe yang berbeda yaitu :

1. Update, function ini disebabkan oleh event problem-domain dan menghasilkan

perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut.

2. Signal, function ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari model

yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks.

3. Read, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor

dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang berhubungan dengan

informasi dalam model.

4. Compute, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan

actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang disediakan oleh

actor atau model, hasil dari function ini adalah tampilan dari hasil komputasi.

b. Menentukan functions.

Cara untuk mengidentifikasikan function adalah dengan melihat deskripsi problem

domain yang dinyatakan dalam class dan event, dan melihat deskripsi application

domain yang dinyatakan dalam use case. Class dapat menyebabkan munculnya

function baca dan update. Event memungkinkan munculnya kebutuhan terhadap

function update. Sementara use case dapat menyebabkan munculnya segala macam

tipe function.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

40

2.7.4.3 Interfaces.

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p152-170) interface menghubungkan

sistem dengan semua actor yang berhubungan dalam konteks. Ada dua jenis dari

interface atau antar muka yaitu : antar muka pengguna yang menghubungkan pengguna

dengan sistem (user interface) dan antar muka sistem yang menghubungkan sistem

dengan sistem yang lainnya (system interface).

Terdapat empat jenis pola dialog yang penting dalam menentukan interface

pengguna yaitu :

1. pola menu-selection yang terdiri dari daftar pilihan yang mungkin dalam interface

pengguna.

2. pola fill in yang merupakan pola klasik untuk entry data

3. pola command-language dimana user memasukkan dan memulai format perintah

sendiri.

4. pola direct manipulation dimana user memilih object dan melaksanakan function

atas object dan melihat hasil dari interkasi mereka tersebut.

Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari kegiatan analisis

lainnya yaitu model problem domain, kebutuhan functional dan use case. Hasil dari

kegiatan ini adalah sebuah deskripsi elemen-elemen interface pengguna dan interface

system yang lengkap, dimana kelengkapan menunjukkan pemenuhan kebutuhan

pengguna. Hasil ini harus dilengkapi dengan sebuah diagram navigasi yang

menyediakan sebuah ringkasan dari elemen-elemen user interface dan perubahan antara

elemen-elemen tersebut.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

41

2.7.5 Architecture Design

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p173), arsitektur desain adalah suatu

kegiatan arsitektur yang membentuk sistem sesuai dengan fungsi sistem tersebut dan

dengan memenuhi kriteria desain tertentu. Arsitektur juga berfungsi sebagai kerangka

untuk kegiatan pengembangan yang selanjutnya.

Criteria

Componentarchitecture

Processarchitecture

Analysis document

Architecturalspecification

Gambar 2.6 Architectural desain

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p176)

Untuk lebih jelasnya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama tahap desain

arsitektur dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Kegiatan Isi Kondisi Kriteria Kondisi dan criteria untuk pendesainan Criterion Komponen Bagaimana sistem dibentuk menjadi

komponen-komponen Arsitektur komponen

Proses Bagaimana proses sistem didistribusikan dan dikoordinasi

Arsitektur proses

Tabel 2.5 Kegiatan Architectural desain

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p176)

2.7.5.1 Criteria

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p177-186), tujuan dari sebuah criteria

adalah untuk mempersiapkan prioritas sebuah perancangan. Konsep utama pada

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

42

aktivitas criteria , yaitu criteria:menentukan properti yang diinginkan dari sebuah

arsitektur dan condition yaitu hal-hal yang bersifat teknis, organisasional, kelebihan dan

keterbatasan manusia yang terlibat dalam tugas.

Dalam menciptakan sebuah desain yang baik diperlukan pertimbangan mengenai

kondisi-kondisi dari setiap proyek yang dapat mempengaruhi kegiatan desain yang

meliputi technical, conceptual dan human. Sebuah desain yang baik memiliki tiga ciri-

ciri yaitu tidak memiliki kelemahan, menyeimbangkan beberapa criteria dan usable,

flexible, dan comprehensible. Tabel dibawah ini adalah beberapa criteria umum yang

digunakan dalam kegiatan desain yang berorientasi object :

Criterion Ukuran dari Usable Kemampuan sistem untuk menyesuaikan diri

dengan konteks, organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan teknis.

Secure Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas.

Efficient Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis.

Correct Pemenuhan dari kebutuhan. Reliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk

melaksanakan fungsi. Maintainable Biaya untuk menemukan dan memperbaiki

kerusakan. Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang

dibentuk dapat melaksanakan fungsi yang diinginkan.

Fleksible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan

pemahaman terhadap sistem. Reusable Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem

pada sistem lain yang berhubungan. Portable Biaya untuk memindahkan sistem ke platform

teknis yang berbeda. Interoperable Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang

lain. Tabel 2.6 Beberapa criteria dalam perancangan

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p178)

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

43

2.7.5.2 Component Architecture

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p189-206), arsitektur komponen adalah

sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan.

Komponen merupakan kumpulan dari bagian-bagian program yang membentuk suatu

kesatuan dan memiliki fungsi yang jelas. Sebuah arsitektur komponen yang baik

membuat sistem menjadi lebih mudah untuk dipahami, mengorganisasikan pekerjaan

desain, menggambarkan stabilitas dari konteks sistem dan mengubah tugas desain

menjadi beberapa tugas yang lebih tidak kompleks.

Beberapa pola umum dalam desain komponen arsitektur :

a. Layer architecture pattern.

Merupakan bentuk yang paling umum dalam software. Sebuah arsitektur layered

terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi lapisan-lapisan dimana

lapisan yang berada di atas bergantung kepada lapisan yang ada dibawahnya.

Perubahan yang terjadi pada suatu lapisan akan mempengaruhi lapisan diatasnya.

b. Generic architecture pattern.

Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari antar muka, function,

dan komponen-komponen model. Dimana komponen model terletak pada lapisan

yang paling bawah, diikuti dengan function system dan komponen interface

diatasnya.

c. Client-server architecture pattern.

Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi sistem di antara

beberapa processor yang tersebar secara geografis. Komponen pada arsitektur ini

adalah sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab daripada server adalah

untuk menyediakan database dan resources yang dapat disebarkan kepada client

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

44

melalui jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan

antarmuka lokal untuk setiap penggunanya.

Ada 2 macam metode berbeda dalam membagi komponen client & server yaitu:

1. Client & Server dianggap sebagai subsistem tunggal yang masing-masing memiliki

komponen, yaitu: User Interface (UI), Function (F), dan Model (M).

2. Atau masing-masing dapat dianggap sebagai layer berbeda dalam sistem yang sama.

Tabel 2.7 Beberapa criteria dalam perancangan

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p200)

2.7.5.3 Process Architecture

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p209-227), proses arsitektur adalah

struktur dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling tergantung.

Hasilnya berupa sebuah deployment diagram.

Pada aktivitas ini, terdapat 3 (tiga) jenis pola distribusi, yaitu :

1. Centralized Pattern.

Pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan user hanya bisa melihat User

Interface (UI) saja. Keuntungan dari pola ini adalah dapat diimplementasikan pada

client secara murah, semua data konsisten karena hanya berada di satu tempat saja,

strukturnya mudah dimengerti dan diimplementasikan, kemacetan jaringannya

moderat.

Client Server Architecture U U + F + M Distributed presentation U F + M Local presentation U + F F + M Distributed functionality U + F M Centralized data U + F + M M Distributed data

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

45

2. Distributed Pattern.

Pada pola ini, semua terdistribusi ke user atau client & server hanya menyebarkan

model yang telah diupdate diantara client. Keuntungan utama dari pola ini adalah

waktu akses yang rendah, sehingga tidak terjadi kemacetan jaringan, kinerja lebih

maksimum, dan backup data banyak. Kerugiannya adalah banyaknya data yang

redundant sehingga konsistensi data terancam, kemacetan jaringan yang tinggi

karena semua update harus disebar kepada semua client, kebutuhan teknis yang

canggih, arsitekturnya lebih sulit dimengerti dan diimplementasikan.

3. Decentralized Pattern.

Pola ini berada diantara kedua pola diatas. Pada pola ini client memiliki data

tersendiri sehingga data umum hanya berada pada server. Server menyimpan data

umum dan function atas data-data tersebut, sedangkan client menyimpan data yang

merupakan milik bagian application domain client tersebut. Keuntungannya adalah

konsistensi data, karena tidak ada duplikasi data antara client dengan client lain

ataupun dengan server, lalulintas jaringan jarang karena jaringan hanya digunakan

ketika data umum di server diupdate. Kekurangannya adalah bahwa semua

processor harus mampu melakukan fungsi yang kompleks dan memelihara model

dalam jumlah yang besar, sehingga akan meningkatkan biaya hardware.

Untuk mengeksekusi atau menjalankan sebuah sistem dibutuhkan processor.

Sedangkan external device adalah processor khusus yang tidak dapat menjalankan

program. Arsitektur proses harus dapat memastikan bahwa sistem dapat dijalankan

secara memuaskan dengan menggunakan processor yang telah tersedia.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

46

2.7.6 Component Design

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p231-233), desain komponen bertujuan

untuk menentukan kebutuhan implementasi dalam rangka kerangka arsitektural.

Kegiatan desain komponen bermula dari spesifikasi arsitektural dan kebutuhan system,

sedangkan hasil dari kegiatan ini adalah spesifikasi dari komponen yang saling

berhubungan.

Design ofcomponentconnections

Design ofcomponent

Architecturalspecification

Componentspecification

Gambar 2.7 Architectural desain

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p232)

Untuk lebih jelasnya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama tahap desain

komponen dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Kegiatan Konteks Konsep Model component Bagaimana suatu model

digambarkan sebagai class dalam sebuah sistem

Model component and attribute

Function component Bagaimana suatu function diimplementasikan

Function component and operation

Connecting component

Bagaimana komponen-komponen dihubungkan

Component and connection

Tabel 2.8 Kegiatan Component desain

(Sumber Mathiassen et al, 2000, p232)

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

47

2.7.6.1 Model Component

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p235-p248), model analisis problem

domain menggambarkan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem kemudian

diimplementasikan dalam komponen model. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

komponen model adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem

domain. Tujuan dari komponen model adalah untuk mengirimkan data sekarang dan

historical ke function, interface dan pengguna dan sistem yang lain. Konsep utama

dalam desain komponen model adalah struktur.

Hasil dari kegiatan komponen model adalah restrukturisasi dari class diagram

dari kegiatan analisis. Kegiatan restrukturisasi biasanya terdiri dari kegiatan

menambahkan class, atribut dan struktur baru yang mewakili event. Restrukturisasi class

dapat terjadi pada generalization, association (many-to-many) dan embedded iterations.

2.7.6.2 Function Component

Mengacu pada Mathiassen et al. (2000, p251-p268), komponen function adalah

bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Tujuan dari

komponen function adalah untuk memberikan akses bagi user interface dan komponen

sistem lainnya ke model, oleh karena itu komponen function adalah penghubung antara

model dan usage. Hasilnya berupa class diagram dengan operations dan specification

dari operation yang kompleks.

2.7.7 Implementation

Tahap akhir dalam perancangan sebuah sistem adalah pembangunan prototipe

dari sistem tersebut. Prototipe dibangun dengan menggunakan sebuah program

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi

48

berorientasi object.

2.7.7.1 Borland Delphi 7th Edition

Borland Delphi 7 merupakan program aplikasi database berbasis Object Pascal

dari Borland. Disamping itu, Delphi juga memberikan fasilitas pembuatan aplikasi

visual seperti Visual Basic.(Martina, I. 2006).

Menggunakan Delphi adalah cara yang paling sederhana untuk membangun

aplikasi berbasis windows selain itu produktifitas dari pengembangan perangkat lunak

dengan Delphi memiliki 5 atribut penting, yaitu :

1. Kualitas lingkungan pengembangan visual.

2. Kecepatan compiler dibandingkan dengan kompleksitasnya.

3. Kekuatan bahasa pemograman dibandingkan dengan kompleksitasnya.

4. Fleksibilitas arsitektur basis data.

5. Pola desain dan pemakaian yang diwujudkan oleh frameworknya.