69
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan III 2008 6 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1. KONDISI UMUM Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 melambat dibanding triwulan II-2008 akibat turunnya investasi barang modal. Pertumbuhan ekonomi tercatat melambat dari 8,6% menjadi 6,52% (y-o-y) di triwulan III-2008. Namun demikian jika ditinjau secara triwulan (q-t-q), perekonomian masih mampu tumbuh 1,22%, naik dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 0,97%. Turunnya laju pertumbuhan merupakan efek lanjutan naiknya harga BBM pada bulan Mei 2008, meski perlambatan aktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen selain konsumsi yang meningkat selama bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri. Penurunan ekspor dan investasi barang modal menjadi pemicu melambatnya laju pertumbuhan di triwulan laporan. Respon di sisi penawaran ditunjukkan dengan terkoreksinya pertumbuhan seluruh sektor ekonomi terutama pada sektor industri pengolahan dan perdagangan. Sumber : BPS *)angka sementara **)angka sangat sementara Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

  • Upload
    votruc

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

6

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

1.1. KONDISI UMUM

Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 melambat

dibanding triwulan II-2008 akibat turunnya investasi barang modal. Pertumbuhan

ekonomi tercatat melambat dari 8,6% menjadi 6,52% (y-o-y) di triwulan III-2008. Namun

demikian jika ditinjau secara triwulan (q-t-q), perekonomian masih mampu tumbuh 1,22%,

naik dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 0,97%. Turunnya laju pertumbuhan

merupakan efek lanjutan naiknya harga BBM pada bulan Mei 2008, meski perlambatan

aktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan.

Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen selain konsumsi yang

meningkat selama bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri. Penurunan ekspor dan

investasi barang modal menjadi pemicu melambatnya laju pertumbuhan di triwulan laporan.

Respon di sisi penawaran ditunjukkan dengan terkoreksinya pertumbuhan seluruh sektor

ekonomi terutama pada sektor industri pengolahan dan perdagangan.

Sumber : BPS *)angka sementara **)angka sangat sementara

Grafik 1.1 ‐ Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau 

Page 2: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

7

Tabel 1.1 ‐ Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Menurut Penggunaan (berdasarkan harga konstan 2000) 

1.2. KOMPONEN PENGGUNAAN

Dari sisi permintaan, menurunnya laju pertumbuhan lebih disebabkan oleh penurunan

investasi barang modal (PMTB) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan

yang signifikan. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor yang

disertai meningkatnya impor ke wilayah Kepulauan Riau. Walaupun terdapat peningkatan

konsumsi tetapi belum mampu menahan melambatnya pertumbuhan di triwulan III-2008.

Komponen 2006Q3 2007Q3 2008Q1 2008Q2 2008Q3  Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 9.22% 16.03% 23.04% 17.48% 18.59%

‐  Makanan 13.95% 12.79% 24.10% 21.84% 26.34%‐  Non Makanan 6.20% 18.24% 22.34% 14.68% 13.53%

  Pengeluaran Konsumsi Swasta Nirlaba 2.61% 11.29% 16.74% 10.47% 11.94%  Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11.44% 16.07% 18.06% 13.30% 9.15%  Pembentukan Modal Tetap Bruto 30.07% 9.94% 26.50% 71.10% 31.22%  Perubahan Stok ‐301.77% ‐155.61% 38.85% 70.66% ‐18.24%  Ekspor Barang dan Jasa ‐59.05% 157.09% 7.07% 5.88% 0.60%

‐  Ekspor Luar Negeri ‐60.23% 164.40% 6.76% 5.86% 0.49%‐  Ekspor Antar Daerah ‐8.20% 21.52% 20.58% 6.58% 4.71%

  Dikurangi Impor Barang dan Jasa ‐1.56% 15.55% 12.95% 15.59% 23.46%‐  Impor Luar Negeri ‐11.47% ‐35.57% 4.25% 7.59% 7.47%‐  Impor Antar Daerah ‐1.28% 16.85% 13.08% 15.71% 23.69%

  PDRB 6.55% 7.24% 8.63% 8.60% 6.52%

a. Konsumsi

Komponen konsumsi mengalami peningkatan relatif karena kenaikan

permintaan selama bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri. Kondisi ini

ditunjukkan dengan meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk produk

makanan dari 21,84% menjadi 26,34% (y-o-y) di triwulan III-2008. Sedangkan

pengeluaran untuk produk-produk non-makanan semakin menurun sekaligus

memperlihatkan adanya shifting preferensi pola konsumsi akibat kenaikan harga-harga

secara umum.

Konsumsi lembaga swasta nirlaba juga mencatat kenaikan sejalan dengan

meningkatnya pengeluaran menjelang Idul Fitri. Adapun laju pertumbuhan belanja

pemerintah melambat diduga terkait dengan periode revisi anggaran yang terjadi selama

triwulan III-2008.

Sumber : BPS, data diolah

Page 3: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

8

Relatif meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi cukup terkonfirmasi pada

perkembangan penjualan kendaraan bermotor baru baik roda empat maupun roda dua. Di

samping itu penyaluran kredit konsumsi perbankan di wilayah Kepulauan Riau juga

meningkat tinggi mencapai 35,6% di triwulan laporan.

v

Sementara menurunnya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan pengeluaran

rumahtangga untuk kelompok non-makanan terlihat dari indikator pengeluaran utama

pemerintah dan penjualan semen. Konsumsi listrik oleh kelompok rumahtangga dan

umum juga mengalami tren menurun di triwulan III-2008.

Grafik 1.4 –Volume Kendaraan Roda 4 Baru

Sumber : Dipenda Kepri

Grafik 1.5 –Volume Kendaraan Roda 2 Baru

Sumber : Dipenda Kepri

Grafik 1.2 – Laju Pertumbuhan Konsumsi

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Grafik 1.3 – Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : BI Batam

Page 4: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

9

b. Investasi

Pertumbuhan investasi PMTB mencatat penurunan yang cukup besar

dibanding triwulan sebelumnya dari 71,1% menjadi 31,22% (y-o-y). Melambatnya

arus investasi barang modal diduga merupakan efek dari tertekannya daya beli yang

diiringi dengan peningkatan biaya produksi secara umum. Di samping itu, belum

membaiknya ekpektasi investor terhadap iklim investasi di Kepulauan Riau terkait realisasi

Free Trade Zone (FTZ) juga turut mempengaruhi investasi yang masuk ke wilayah

Kepulauan Riau. Sampai dengan akhir September 2008, Badan Pelaksanaan Kawasan

(BPK) untuk kawasan FTZ Batam belum terbentuk, dimana program kerja serta insentif

Grafik 1.6 – Pengeluaran Utama Pemerintah

Sumber : BKKD Kepri

Grafik 1.7 – Volume Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.8 – Konsumsi Listrik Rumahtangga

Sumber : PT. PLN Batam

Grafik 1.9 – Konsumsi Listrik Kelompok Umum

Sumber : PT. PLN Batam

Page 5: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

10

untuk mempercepat arus investasi ke kawasan khusus Batam, Bintan dan Karimun juga

belum disosialisasikan.

Turunnya investasi PMTB dikonfirmasi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor

capital goods selama bulan Juli dan Agustus 2008 dibanding tahun sebelumnya. Koreksi

pertumbuhan juga diperlihatkan dari sisi pembiayaan perbankan, dimana laju

pertumbuhan kredit investasi mengalami penurunan dari 19,1% di triwulan I-2008

menjadi 14,1%.

Meski demikian, investasi PMA baik untuk proyek baru maupun perluasan usaha

masih mampu tumbuh di tengah kecenderungan likuiditas global yang semakin tertakan.

Persetujuan rencana investasi PMA selama triwulan III-2008 sebesar US$150 juta atau

meningkat 404,8% dibanding periode yang sama tahun 2007. Pertumbuhan ini semakin

berakselerasi dibandingkan triwulan II-2008 yang tumbuh sebesar 106,6%.

Adapun realisasi investasi sepanjang triwulan III-2008 senilai US$ 101,8 juta,

meningkat drastis dibanding realisasi pada tw.III-2007 sebesar US$ 31,7 juta. Investasi yang

teralisasi selama Juli-Sept 2008 juga meningkat signifikan dibanding periode triwulan II-

2008 yang tercatat sebesar US$15,7 juta.

Grafik 1.10 – Perkembangan Nilai Impor Kepri Berdasarkan BEC

Sumber : BI - DSM Sumber : BI - Batam

Grafik 1.11 – Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Kepri

Page 6: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

11

Sementara berdasarkan jumlah proyeknya, rencana investasi yang disetujui selama

triwulan III-2008 sebanyak 17 proyek, turun dibanding triwulan II-2008 sebanyak 22

proyek. Namun demikian, realisasi proyek investasi selama triwulan laporan mengalami

peningkatan 11 proyek di triwulan sebelumnya menjadi sebanyak 18 proyek.

Aplikasi PMA selama Januari-September 2008 berasal dari beberapa negara, antara

lain Singapura, Malaysia, British Virgin Island, Hongkong, RRC, Belanda, Inggris, Korea

Selatan, Australia, Jepang, India dan Taiwan. Bidang usaha tersebar di beberapa industri,

antara lain pembenihan biota laut 1 proyek, industri pembuatan dan perbaikan kapal 8

proyek, jasa akomodasi/hotel 3 proyek, industri percetakan 2 proyek, industri kemasan dan

plastik 1 proyek, perdagangan besar ekspor/impor sebanyak 12 proyek, pekerjaan khusus

logam 2 proyek, jasa konstruksi khusus untuk kapal 1 proyek, serta sisanya pada industri

dan jasa lainnya.

c. Ekspor-Impor

Pertumbuhan ekspor melambat dibanding triwulan sebelumnya dari 5,88%

menjadi 0,6% sehingga total ekspor mencapai Rp 9,7 triliun, sementara impor

meningkat dari 15,59 menjadi 23,46% di triwulan III-2008. Meski belum merasakan

dampak perlambatan ekonomi global secara langsung, second round effect melalui

perlambatan ekonomi Singapura di triwulan II dan III-2008 diduga sebagai penyebab

dominan menurunnya kinerja perdagangan luar negeri Kepulauan Riau.

Sumber : Otorita Batam

Grafik 1.12 – Perkemb.Nilai Investasi PMA Grafik 1.13 – Perkemb.Proyek Investasi PMA

Sumber : Otorita Batam

Page 7: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

12

Aktivitas perdagangan ekspor-impor sangat intens terjadi di propinsi ini. Seluruh

PMA yang mayoritas berfungsi sebagai tempat manufacturing melakukan kegiatan ekspor-

impor baik dalam bentuk barang modal (capital goods) maupun barang olahan

(intermediate goods). Sedangkan faktor kedekatan lokasi dengan Singapura dan Malaysia

sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat Kepulauan Riau sehingga barang-barang

konsumsi (consumers goods) impor sangat banyak ditemukan di wilayah ini, khususnya

kota Batam. Turunnya laju pertumbuhan ekspor yang disertai dengan peningkatan impor

semakin menekan laju pertumbuhan di triwulan III-2008. Meski demikian data Bank

Indonesia yang menghitung seluruh aktivitas ekpor-impor termasuk di kawasan berikat

belum cukup mengkonfirmasi menurunnya aktivitas perdagangan luar negeri Kepulauan

Riau di triwulan laporan.

Grafik 1.16 – Pertumbuhan Ekspor Produk Utama Grafik 1.17 – Pertumbuhan Impor Produk Utama

Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM

Grafik 1.14 – Perkembangan Ekspor Kepri berdasarkan BEC

Grafik 1.15 – Perkembangan Impor Kepri berdasarkan BEC

Sumber: BI - DSM Sumber: BI - DSM

Page 8: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

13

Selama bulan Juli dan Agustus 2008, produk utama yang diekspor antara lain

mesin-mesin elektrik sebesar US$ 218 juta atau 15,8% dari total ekspor Juli-Agustus 2008

yang tercatat sebesar US$ 1,38 miliar; diikuti produk peralatan dan perlengkapan kantor

sebesar 15,72%; perangkat radio, TV dan alat komunikasi (13,84%); peralatan transportasi

lainnya (9,66%); serta produk logam dasar sebesar 8,71%.

Sementara itu produk-produk utama yang masuk ke wilayah kepabeanan propinsi

Kepulauan Riau relatif tidak berbeda dengan produk ekspor tersebut. Kondisi ini

disebabkan industri manufaktur yang berdomisili di Batam hanya sebagai tempat produksi,

dan merupakan perpanjangan tangan dari representative yang ada di Singapura. Adapun

selama Juli-Agustus 2008 produk yang paling banyak masuk adalah perangkat radio, TV

dan alat komunikasi yakni sebesar US$ 372 juta atau mencapai 21% dari total impor

selama periode tersebut. Kemudian diikuti oleh produk logam dasar sebesar 17,54%,

mesin-mesin dan spare-part (16,12%), mesin elektrik (13,7%); serta peralatan dan

perlengkapan kantor sebanyak 7,41% dari total impor.

Melambatnya laju pertumbuhan ekspor pada tw.III-2008 sebagian besar

disebabkan oleh penurunan ekspor peralatan dan perlengkapan kantor, serta perangkat

elektronik seperti radio, tv dan alat komunikasi lainnya. Sementara ekspor mesin-mesin

elektrik masih mengalami peningkatan relatif terhadap bulan Juli-Agustus 2007. Sejalan

dengan itu, impor perangkat elektronik dan mesin-mesin juga mengalami penurunan

dibanding periode sebelumnya.

Memasuki periode triwulan III-2008, peran Singapura masih sangat menentukan

aktivitas perdagangan provinsi Kepulauan Riau. Meski ekspor ke negara tersebut relatif

menurun, namun impor barang yang masuk dari negara tersebut justru meningkat.

2006 2007 Mar‐08 Jun‐08 Aug‐08

AS 5.46 4.53 3.17 3.58 4.97

Euro 4.89 5.08 5.06 5.19 5.09

Japan 5.70 4.85 4.97 4.73 4.92

ASEAN 73.58 70.36 77.16 77.26 75.11

Singapore 68.65 65.98 70.50 69.28 67.25

Malaysia 2.82 2.32 5.46 6.69 3.32

Hongkong 1.85 2.39 4.30 1.86 2.92

China 1.64 2.31 2.80 2.38 2.89

India 0.41 0.74 0.07 0.06 0.06

Intra    Regional

G3

Tujuan Ekspor 2006 2007 Mar‐08 Jun‐08 Aug‐08

AS 1.71 3.17 2.81 2.11 1.35

Euro 3.90 3.80 3.45 4.51 2.97

Japan 5.42 4.43 2.57 2.26 2.44

ASEAN 85.90 84.52 85.32 83.24 88.05

Singapore 82.82 80.31 80.94 78.67 82.58

Malaysia 2.14 3.00 3.40 3.12 4.36

Hongkong 0.55 0.51 0.37 0.59 0.52

China 0.74 1.60 0.75 1.55 1.64

India 0.50 0.25 0.34 0.15 0.25

Negara Penjual

G3

Intra    Regional

Sumber : BI - DSM

Tabel 1.2 - Pangsa Ekspor Beberapa Negara Tabel 1.3 - Pangsa Impor Beberapa Negara

Sumber : BI - DSM

Page 9: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

14

Penurunan demand negara-negara maju (G3) belum berdampak langsung terhadap kinerja

ekspor, dimana pangsa ekspor ke AS, Eropa dan Jepang relatif konstan dengan

kecenderungan meningkat. Di lain pihak, aktivitas ekspor ke negara-negara intraregional

ASEAN relatif melambat dimana share-nya menjadi 75,1% dari total ekspor posisi Agustus

2008.

Efek tidak langsung dari gejala perlambatan ekonomi Amerika sejak akhir tahun

2007 diduga mulai dirasakan melalui jalur perdagangan Singapura dan Malaysia. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa bubble krisis yang melanda sektor keuangan Amerika

dan hampir seluruh negara di dunia belum mempengaruhi kinerja ekspor Kepulauan Riau.

Menurunnya demand global akibat kondisi likuiditas yang semakin berkurang diperkirakan

mulai terlihat pada kinerja perdagangan Kepulauan Riau di kuartal akhir tahun 2008

mendatang.

Kekhawatiran kalangan usaha terhadap kelesuan lebih lanjut pada perekonomian

Amerika Serikat cukup beralasan mengingat besarnya pengaruh yang ditimbulkan bagi

negara lain. Kondisi tersebut mulai dirasakan negara Singapura yang perekonomiannya

semakin terkoreksi di triwulan III-2008 dengan laju pertumbuhan diproyeksi -0,5% (y-o-y).

Stagnasi perekonomian sangat dipengaruhi oleh menurunnya kinerja industri manufaktur

mencapai level -11,5%. Buruknya rapor perekonomian Singapura tentu akan berdampak

pada perekonomian Kepulauan Riau khususnya Batam melalui jalur perdagangan, dimana

berdasarkan pola historis pengaruhnya akan terlihat dalam 3 - 6 bulan mendatang. Jika

ditinjau secara Nasional, ekspor Kepulauan Riau khususnya Batam ke Singapura masih

Sumber : MTI Singapore Sep.2008 *) advanced estimated

Tabel 1.4 – Pertumbuhan Ekonomi Singapura Grafik 1.18 - Ekspor Batam & Nasional ke Singapura

Sumber : BI - DSM

Page 10: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

15

menunjukkan kinerja yang stabil di tengah menurunnya pasar ekspor Indonesia ke negara

tersebut.

1.3. SISI PENAWARAN

Melambatnya pertumbuhan investasi dan ekspor langsung berimplikasi pada

kinerja sektor industri pengolahan, yang menjadi determinan utama melambatnya

laju perekonomian triwulan III-2008. Sektor lainnya yang dihitung dalam Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) juga mengalami pertumbuhan yang menurun merespon perlambatan

yang terjadi di sisi penerimaan. Secara persentase penurunan terbesar dialami oleh sektor

bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih (LGA), namun kontribusinya terhadap

penurunan cukup minimal.

Berdasarkan sumbangannya terhadap pembentukan PDRB, struktur perekonomian

provinsi Kepuluan Riau di tw.III-2008 relatif sama triwulan sebelumnya dimana masih

Tabel 1.6 – Sumbangan Ekonomi Sektoral (harga berlaku)

Tabel 1.5 – Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kepulauan Riau (harga konstan 2000)

Sumber : BPS, diolah

Sektor Ekonomi 2006Q3 2007Q3 2008Q1 2008Q2 2008Q3 1. PERTANIAN 3.98% 6.77% 8.37% 5.78% 2.18% 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0.72% ‐2.28% ‐1.89% ‐2.99% ‐2.85% 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 7.16% 5.86% 5.56% 6.35% 4.67% 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 150.21% 6.07% 13.49% 12.34% 5.12% 5. BANGUNAN 10.04% 32.31% 45.93% 42.58% 28.52% 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 4.52% 8.60% 10.52% 10.37% 8.36% 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI  10.52% 11.36% 18.56% 16.34% 13.84% 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 8.82% 10.12% 11.69% 10.69% 9.59% 9. JASA‐JASA 6.56% 13.81% 20.57% 17.47% 14.77%

PDRB 6.55% 7.24% 8.63% 8.60% 6.52%

Sektor Ekonomi 2006Q3 2007Q3 2008Q1 2008Q2 2008Q3 1. PERTANIAN 5.17% 5.13% 4.93% 4.86% 4.91% 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 10.46% 9.53% 9.41% 9.52% 9.26% 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 47.81% 46.83% 45.53% 45.27% 45.18% 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.55% 0.56% 0.56% 0.55% 0.56% 5. BANGUNAN 4.12% 5.08% 5.89% 6.26% 6.31% 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 20.19% 20.54% 20.79% 20.80% 20.96% 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI  3.99% 4.28% 4.56% 4.49% 4.59% 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 5.39% 5.53% 5.57% 5.54% 5.51% 9. JASA‐JASA 2.32% 2.53% 2.76% 2.71% 2.73%

PDRB 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

Page 11: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

16

didominasi oleh sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Pertambangan. Namun dari

pola historis sederhana diketahui bahwa sektor pertambangan tidak signifikan mempengaruhi

dinamika yang terjadi di perekonomian. Sebaliknya, sektor pertanian yang sumbangan

ekonomi di bawah 5% tetapi cukup kuat mempengaruhi aktivitas perekonomian di Kepulauan

Riau. Sehingga kebijakan daerah yang lebih terfokus pada sektor ini diharapkan bisa memberi

sumbangan yang optimal terhadap kemajuan perekonomian daerah.

a. Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan- III-2008 sektor industri mencatat angka pertumbuhan

sebesar 4,67% (y-o-y), turun dari 6,35% pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju

pertumbuhan diduga dominan karena meningkatnya biaya produksi menyusul kenaikan

harga-harga secara umum dan kenaikan upah minimum sehingga nilai tambah yang

dihasilkan bagi perekonomian relatif menurun dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor industri juga tidak terlepas dari pengaruh

ekonomi global yang semakin mengalami masalah likuiditas. Seperti diketahui bahwa

industri yang berdomisili di Batam hampir seluruhnya merupakan perusahaan asing (PMA).

Dengan kesulitan likuiditas yang dihadapi maka sangat berpengaruh pada kegiatan

ekspansi yang akan dilakukan oleh perusahaan.

Grafik 1.19 – Pertumbuhan Sektoral Tw.II & Tw.III-2008 (y-o-y)

Sumber : BPS, diolah

Page 12: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

17

Sektor industri pengolahan Kepulauan Riau didominasi oleh manufaktur alat

angkutan, mesin dan perlatannya. Selanjutnya terdapat industri logam dasar besi dan baja,

industri semen, barang kayu serta kimia. Kecuali industri alat angkutan, mesin dan

perlatannya, sub-sektor industri lainnya mengalami penurunan di triwulan III-2008. Meski

relatif meningkat, namun pertumbuhan sub-sektor industri alat angkutan, mesin dan

perlatannya masih tumbuh negatif, dimana pertumbuhannya pada triwulan ini sebesar

-4,78% dibanding triwulan II-2008 yang tumbuh -5,21%. Kondisi tersebut juga

terkonfirmasi dari data pertumbuhan ekspor perlengkapan transportasi/angkutan yang

mengalami pertumbuhan rata-rata lebih baik dibanding triwulan sebelumnya.

Terkait dengan itu, barang-barang elektronika seperti radio, tv, decoder dan

peralatan komunikasi yang keluar dari wilayah kepabeanan juga mengalami penurunan

pertumbuhan dari rata-rata sebesar 34,9% di triwulan II-2008 menjadi -5,65% di Juli dan

Agustus 2008.

Barang-barang kimia yang diekspor kembali dari wilayah Kepulauan Riau menurun

dari rata-rata 35,2% menjadi 10,5% di periode triwulan III-2008. Adapun total barang-

barang kimia yang keluar dari wilayah kepabeanan Kepulauan Riau selama bulan Juli dan

Agustus sebesar US$ 51 juta atau naik 9,44% dibandingkan periode yang sama tahun

2007. Peningkatan ekspor tersebut menurun dibanding periode triwulan II-2008 yang

tumbuh 33,4%.

Sementara manufaktur logam dasar besi dan baja pertumbuhannya tercatat

melambat dari 16,65% di triwulan sebelumnya menjadi 11,12%. Sehingga nilai tambah

perekonomian yang diberikan industri ini selama Juli - September 2008 diperkirakan

Grafik 1.20 – Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Tw.II & Tw.III-2008

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.21 – Pertumbuhan Ekspor BeberapaProduk Manufaktur

Sumber : BI - DSM

Page 13: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

18

sekitar Rp 852 milyar (harga konstan 2000). Melambatnya pertumbuhan ekspor produk

logam dasar seperti besi dan baja diduga merupakan pengaruh dari menurunnnya aktivitas

konstruksi di Singapura karena hampir seluruh produk diekspor ke negara tersebut.

Dari sisi pembiayaan perbankan daerah, sektor manufaktur yang berorientasi

ekspor cenderung memperoleh fasilitas dari luar negeri atau negara asal perusahaan yang

memberikan tingkat bunga yang lebih kompetitif. Sehingga pembiayaan perbankan

daerah ditujukan bagi industri pendukung dengan skala kecil-menengah (IKM/UKM). Di

tengah penurunan yang dialami oleh manufaktur besar, kredit perbankan kepada sektor

industri justru meningkat signifikan. Peningkatan ini diperkirakan karena naiknya biaya

produksi dan biaya lainnya yang terkait dengan operasional perusahaan.

b. Sektor Bangunan

Sektor Bangunan mengalami mengalami penurunan pertumbuhan yang

cukup besar dibanding trwulan sebelumnya, dari 42,58% menjadi 28,52%. Seperti

yang diperkirakan pada kajian triwulan sebelumnya, sektor ini akan mendapat tekanan

yang lebih berat disebabkan turunnya daya beli masyarakat, terutama yang

berpenghasilan menengah ke bawah. Kondisi ini secara langsung akan berdampak pada

menurunnya permintaan di sektor properti.

Pertumbuhan proyek-proyek perumahan selama triwulan III-2008 terlihat

cenderung menurun, seperti yang dikonfirmasi oleh turunnya volume penjualan semen di

wilayah Kepulauan Riau. Total penjualan semen propinsi Kepulauan Riau menurut data

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) selama triwulan III-2008 sebanyak 184 ribu ton atau

Grafik 1.22 – Penyaluran Kredit kepada Sektor Industri

Sumber : BI Batam

Page 14: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

19

tumbuh 11,9% dibanding periode tahun sebelumnya (y-o-y). Pertumbuhan tersebut

menurun dibanding penjualan selama triwulan II-2008 sebanyak 196 ribu ton atau tumbuh

sebesar 22,1% (y-o-y). Penjualan semen mulai menurun sejak bulan Juni 2008, sehingga

cukup mengkonfirmasi melambatnya aktivitas pembangunan properti pasca kenaikan

harga BBM bulan Mei 2008 lalu.

Indikator lain yang menggambarkan perlambatan tersebut adalah menurunnya

impor logam dasar besi dan baja, serta produk-produk furniture seperti yang terlihat pada

grafik 1.24 di bawah. Komponen bangunan, terutama besi dan baja merupakan produk

yang paling banyak diimpor dari luar negeri khususnya Singapura.

Tertahannya demand masyarakat menengah-bawah juga terkonfirmasi oleh

turunnya pembiayaan perbankan daerah untuk kepemilikan rumah tipe 70 m2 ke bawah.

Total pembiayaan perbankan untuk kepemilikan rumah tipe ini mencapai lebih dari Rp

Sumber : BI - DSM

Grafik 1.24 – Perkembangan Impor Kayu, Keramik, Furniture, Baja & Baja Grafik 1.23 – Volume Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.26 – Perkembangan KPR Type >70m2

Sumber : BI - Batam

Grafik 1.25 – Perkembangan KPR Type <70m2

Sumber : BI - Batam

Page 15: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

20

1,8 triliun atau 17,5% dari total kredit yang disalurkan pada posisi September 2008.

Sedangkan pembiayaan untuk tipe menengah-besar (di atas 70 m2) relatif tidak

terpengaruh oleh kenaikan harga energi yang diikuti oleh harga-harga secara umum.

Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tipe 70m2 ke atas tercatat meningkat dari

24,5% menjadi 27,3%. Sehingga sampai dengan akhir triwulan III-2008 kredit yang

disalurkan mencapai Rp 579 milyar atau 5,53% dari total kredit perbankan di wilayah

propinsi Kepulauan Riau. Pembiayaan kredit kepemilikan rumah (KPR) terbesar diberikan

oleh Bank BTN dengan pangsa sekitar 55% dari total penyaluran kredit properti, kemudian

diikuti oleh Bank Niaga (9%) dan Bank NISP (7%). Menurunnya indikator pembiayaan

perbankan untuk membiayai kepemilikan rumah terutama tipe-70 ke bawah sejalan

dengan hasil survei Bank Indonesia Batam bekerjasama dengan Politeknik Batam terhadap

properti residensial kota Batam, yang menunjukkan adanya penurunan indeks terutama

pada properti residensial skala kecil dan menengah.

c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran kembali tertekan

seiring dengan melambatnya aktivitas di sektor ekonomi lainnya. Pertumbuhan di

triwulan III-2008 diperkirakan sebesar 8,36%, menurun dibanding triwulan sebelumnya

yang tumbuh 10,37% (y-o-y). Perlambatan sebagian besar disebabkan oleh menurunnya

kegiatan perdagangan besar dan eceran yang pada triwulan ini tumbuh 6,53% dibanding

triwulan II-2008 yang masih tumbuh 7,95%. Sehingga total nilai tambah perekonomian

yang dihasilkan dari kegiatan perdagangan besar dan eceran selama triwulan III-2008

menjadi Rp 1,75 triliun, atau 83% dari total nilai tambah yang dihasilkan sektor

perdagangan, hotel dan restoran.

Sementara di sektor hotel dan restoran terjadi penurunan dalam persentase yang

lebih besar. Aktivitas perhotelan tercatat mengalami pertumbuhan yang melambat dari

23,37% menjadi 18,6%, sedangkan sub-sektor restoran turun dari 24,85% menjadi

17,59%. Meski secara persentase mengalami penurunan yang cukup besar, namun

sumbangan yang diberikan relatif minimal, dimana masing-masing memiliki kontribusi nilai

tambah sebesar 11% dan 6% terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Penurunan di sektor hotel sebagaimana dikonfirmasi oleh turunnya tingkat hunian

(occupancy rate) hotel-hotel berbintang di wilayah Kepulauan Riau, terutama kota Batam.

Tingkat hunian sempat meningkat pada awal triwulan III-2008 sehubungan dengan msim

Page 16: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

21

liburan sekolah. Sebagian masyarakat domestik yang ingin berkunjung ke Singapura dan

Malaysia biasanya melalui kota Batam karena biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah.

Namun memasuki bulan Agustus dan September 2008, tingkat hunian hotel berbintang

diperkirakan kembali turun bahkan lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Sejalan

dengan itu, jumlah penumpang domestik yang bepergian dari dan ke propinsi Kepulauan

Riau melalui bandara Hang Nadim Batam juga menurun drastis, bahkan mencapai

pertumbuhan yang negatif.

Kebangsaan  Juni‐08  Pangsa (%) 

Singapura  77,681  55.5% 

Malaysia   22,791  16.3% 

Korea Selatan  9,231  6.6% 

India   4,894  3.5% 

China   2,126  1.5% 

Jepang  3,502  2.5% 

Inggris  3,021  2.2% 

Amerika Serikat  1,891  1.4% 

Australia   2,168  1.5% 

Taiwan   851  0.6% 

Jerman  996  0.7% 

Belanda  604  0.4% 

Lainnya  10,277  7.3% 

Total Wisman  140,033  100.0% 

Grafik 1.27 – Pertumbuhan Sub-sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah (Juli-Sep.2008 hasil proyeksi BI-Batam)

Grafik 1.28–Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Kepulauan Riau

Tabel 1.7 – Pangsa Turis Mancanegara yang Berkunjung ke Kepulauan Riau

Sumber : BPS, diolah Sumber : Bandara Hang Nadim - Batam

Grafik 1.29 – Volume Penumpang Domestik Melalui Bandara Hang Nadim Batam

Page 17: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

22

Melambatnya pertumbuhan juga terkonfirmasi pada data pembiayaan perbankan

daerah untuk kegiatan perdagangan eceran, distribusi, restoran dan hotel. Penyaluran

kredit kepada sektor perdagangan eceran pada posisi akhir triwulan III-2008 tercatat

sebesar Rp 1 triliun atau tumbuh 2,3% dibanding triwulan III-2007 (y-o-y). Pertumbuhan

ini mengalami penurunan secara gradual sejak akhir triwulan II-2008 yang masih tumbuh

26,97% (y-o-y). Sedangkan pertumbuhan kredit untuk usaha distribusi, hotel dan restoran

juga menurun meski dalam persentase yang lebih rendah.

d. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pertumbuhan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

diperkirakan kembali menurun dari 10,69% pada triwulan II-2008 menjadi 9,59%

di triwulan laporan. Berdasarkan data sementara BPS diidentifikasi bahwa penurunan

dominan dipengaruhi oleh sektor perbankan dan sewa bangunan, meski secara persentase

perlambatan terbesar terjadi pada sub-sektor jasa perusahaan. Berdasarkan

sumbangannya, sub-sektor Perbankan memiliki pangsa dominan terhadap pembentukan

PDRB sektor ini, yakni sebesar 67,82%. diikuti sub-sektor Sewa Bangunan (27,83%),

Lembaga Keuangan Bukan Bank (3,63%) serta Jasa Perusahaan (0,71%).

Selama triwulan III-2008 nilai tambah perekonomian yang dihasilkan oleh sektor

perbankan mencapai Rp 298 milyar atau tumbuh 10,96% (y-o-y), turun dibanding

triwulan sebelumnya sebesar 11,91%. Kondisi tersebut cukup terkonfirmasi oleh kinerja

perbankan secara riil, dimana pertumbuhan kredit rata-rata selama triwulan ini relatif

Sumber : BI - Batam

Grafik 1.30 – Pertumbuhan Penyaluran Kredit Sub-Sektor Distribusi, Perdagangan Eceran, Hotel & Restoran

Page 18: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

23

menurun dibanding triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin pada penurunan aset

perbankan di wilayah Kepulauan Riau. Di samping itu, dana pihak ketiga yang berhasil

dihimpun juga terus menurun hingga posisi September 2008 tercatat sebesar Rp15 triliun

atau hanya tumbuh 7,5% dibanding posisi September 2007. Sedangkan pada posisi akhir

triwulan II-2008 (Juni), total dana masih mengalami pertumbuhan sebesar 10,5% (y-o-y).

Dalam kondisi gap kredit dan dana yang semakin besar, kinerja perbankan masih sangat

baik, dimana tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tetap dapat dikontrol

dengan baik dan tetap di bawah 5%.

Selain terkait dengan permasalahan likuiditas perbankan secara Nasional,

menurunnya pertumbuhan likuiditas perbankan di Kepulauan Riau juga masih dipengaruhi

oleh kenaikan harga BBM bulan Mei 2008 lalu. Dengan kenaikan harga yang terjadi secara

umum, kemampuan masyarakat untuk menyimpan dananya menjadi berkurang. Namun

demikian situasi ini masih dalam batas wajar dan belum mengkhawatirkan, karena masih

terdapat kelebihan (excess) dana di perbankan sebesar Rp 4,5 triliun yang siap disalurkan

kepada sistem perekonomian daerah.

Sumber : BI - Batam

Grafik 1.32 – Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit Perbankan Kepulauan Riau

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.31 – Pertumbuhan Sub-Sektor Bank, LKBB, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan

Page 19: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

24

Melambatnya pertumbuhan sub-sektor jasa perusahaan juga tercermin dari

penurunan kredit sektor jasa dunia usaha. Pada posisi September 2008, kredit yang

diberikan kepada jasa-jasa dunia usaha sebesar Rp 1,1 triliun atau naik 15,48% dibanding

tahun sebelumnya (y-o-y). Kenaikan ini jauh di bawah kenaikan pada posisi Juni 2008 yang

mencapai 30%.

e. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Pengangkutan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah

sebelumnya sangat terpukul oleh kenaikan harga BBM pada bulan Mei lalu. Laju

pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi semakin menurun dari 16,34%

menjadi 13,84% di triwulan III-2008. Penurunan yang terjadi sangat erat kaitannya

dengan melambatnya aktivitas perdagangan, hotel dan restoran.

Penurunan pertumbuhan dialami oleh seluruh sub-sektor baik pengangkutan

darat, laut dan udara, maupun sub-sektor pos dan telekomunikasi serta jasa penunjang

yang terkait dengannya. Sebagian besar disebabkan oleh menurunnya aktivitas

pengangkutan darat dan laut yang masing-masing berkontribusi 46% dan 23% terhadap

pembentukan PDRB sektor pengangkutan dan komunikasi.

Kenaikan tarif yang disepakati pemerintah daerah dan kalangan pengusaha

angkutan berkisar 15%-25%, belum mampu mendorong perbaikan kinerja industri

angkutan, baik angkutan jalan raya maupun angkutan laut. Angkutan laut memegang

Sumber : BI - Batam

Grafik 1.34 – Perkembangan Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha

Sumber : BI - Batam

Grafik 1.33 – Perkembangan LDR & NPL Perbankan Kepulauan Riau

Page 20: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

25

peranan yang sangat penting dalam bagi masyarakat Kepulauan Riau karena lokasi

geografis antar kabupaten/kota terpisah dalam wilayah kepulauan.

Dari sisi pembiayaan, tekanan harga BBM terhadap biaya operasional sektor

transportasi dapat tercermin pada laju pertumbuhan kredit sub-sektor transportasi umum

yang menurun signifikan di tw.II-2008. Di samping itu, berkurangnya pembiayaan

perbankan kepada sektor komunikasi konvergen dengan perlambatan yang terjadi di

sektor Komunikasi.

Sumber : Bandara Hang Nadim - Batam

Grafik 1.37 – Volume Penerbangan Domestik Grafik 1.38 – Volume Penerbangan Internasional

Sumber : Bandara Hang Nadim - Batam

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.35 - Pertumbuhan Sub-sektor Transportasi & Komunikasi

Grafik 1.36 – Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan

Sumber : BI - Batam

Page 21: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

26

f. Sektor Pertanian

Sektor pertanian diperkirakan tumbuh 2,18% di triwulan III-2008, kembali

melambat setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 5,78%. Berdasarkan

kontribusi yang diberikan, nilai tambah sektor pertanian baru menyumbang kurang dari

5% terhadap pembentukan PDRB Kepulauan Riau dan terus menurun dalam 3 tahun

terakhir. Meskipun sumbangan ekonominya relatif kecil, namun secara historis pengaruh

yang diberikan cukup besar dan signifikan dalam menerangkan dinamika yang terjadi

pada sistem perekonomian propinsi Kepulauan Riau. Sebagai propinsi yang sebagian

besar wilayahnya adalah perairan, sektor perikanan memberi kontribusi dominan

terhadap pembentukan PDRB sektor pertanian dengan share mencapai 73,3%.

Selanjutnya diikuti oleh sub-sektor peternakan sebesar 15,3%, tanaman bahan makanan

(5,1%), tanaman perkebunan (5,1%), serta kehutanan (1,2%).

Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian disebabkan oleh penurunan yang

terjadi di sektor perikanan, dimana pada triwulan III-2008 hanya tumbuh 1,52% (y-o-y),

sehingga nilai tambah yang diberikan diestimasi sebesar Rp 318 milyar. Tingkat

pertumbuhan tersebut jauh menurun dibanding triwulan sebelumnya yang masih

mencatat angka pertumbuhan sebesar 6,5%. Penurunan kinerja sub-sektor perikanan

juga dikonfirmasi oleh turunnya nilai ekspor ikan, udang dan kepiting sebagai komoditas

perikanan utama yang berorientasi ekspor.

Adapun laju pertumbuhan sub-sektor peternakan, tanaman bahan makanan, dan

kehutanan masih mengalami peningkatan dibanding triwulan II-2008. Peningkatan ini

Grafik 1.39 – Pertumbuhan Sub-Sektor TBM, Peternakan & Pertanian

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.40 – Perkembangan Ekspor Ikan, Udang dan Kepiting

Sumber : BI - DSM

Page 22: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

27

cukup digambarkan oleh sejumlah indikator sektoral, antara lain hasil produksi jagung

dan ubi-ubian. Sedangakan komoditas padi relatif menurun disebabkan oleh faktor

cuaca. Meski demikian berdasarkan pola musim panen beberapa komoditas pertanian di

Kepulauan Riau yang sebagian besar jatuh pada semester-II, maka diperkirakan hasil

produksi pertanian masih berpotensi tumbuh di akhir tahun 2008.

Sementara di sisi pembiayaan perbankan daerah, semakin tumbuhnya kredit yang

diberikan untuk sektor tanaman pangan dan peternakan cukup mengkonfirmasi

peningkatan relatif yang dialami sektor tersebut. Peningkatan yang terjadi diduga tidak

terlepas dari pengaruh kenaikan biaya-biaya yang harus ditanggung para petani terkait

dengan naiknya harga BBM pada bulan Mei 2008 lalu.

g. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Perlambatan yang dialami sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) semakin

nyata, dimana pada triwulan ini hanya tumbuh 5,12%, menurun signifikan

dibanding triwulan sebelunya yang tumbuh 12,34% (y-o-y). Terkoreksinya

pertumbuhan di triwulan III-2008 sebagian besar dipengaruhi oleh perlambatan sub-sektor

gas dari 13,08% pada triwulan II-2008 menjadi hanya tumbuh 1,72%. Kondisi ini masih

sangat dipengaruhi oleh kendala pasokan yang terjadi selama triwulan II-2008. Adapun

kontribusi nilai tambah yang diberikan sub-sektor gas selama triwulan laporan tetap

Sumber : BPS, diolah Ket. *) data sementara **) data ramalan

Grafik 1.41 – Produksi Jagung, Padi & Ubi-Ubian Grafik 1.42 – Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Tanaman Pangan, Perikanan & Peternakan

Sumber : BI - Batam

Page 23: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

28

dominan, mencapai Rp 27 miliar atau sekitar 55% dari total nilai tambah perekonomian

yang dihasilkan sektor LGA.

Sementara sub-sektor listrik juga menalami pertumbuhan yang menurun

dibanding triwulan sebelumnya, dari 12,05 menjadi 9,99%. Penurunan diduga terkait

dengan belum berakhirnya permasalahan listrik yang dialami beberapa daerah di luar

Batam, seperti kota Tanjungpinang dan kabupaten Bintan. Khusus kota Batam, tekanan

daya beli yang dihadapi masyarakat pada umumnya cukup berimbas pada penjualan PT.

PLN Batam. Meski demikian, total penjualan listrik selama triwulan III-2008 sebesar

316.396 MWh atau meningkat 10,05% dibanding periode yang sama tahun 2007.

Khusus di kota Batam, sistem pengelolaan sarana Listrik sejak awal tahun 2006

dilakukan melalui kerja sama jual-beli tenaga listrik antara PT. PLN Batam dengan

Independend Power Plant (IPP) yang dikelola swasta, dimana saat ini komposisi supply

mesin pembangkit PT. PLN Batam sebesar 27% dengan menggunakan energi diesel,

sedangkan sisanya dipenuhi oleh IPP yang menggunakan bahan bakar gas. Besarnya

kontribusi penggunaan gas dalam menjamin kelancaran pasokan listrik di kota Batam

menyebabkan arah pertumbuhan sub-sektor Gas relatif konvergen dengan sub-sektor

Listrik.

Sementara itu di sisi pembiayaan perbankan, turunnya laju pertumbuhan kredit

kepada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih cukup mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi

di sektor ini. Adapun outstanding kredit pada bulan September 2008 tercatat sebesar Rp

34 milyar atau tumbuh 60,94% dibanding posisi September 2007. Namun demikian

terdapat kenaikan yang cukup signifikan pada akhir bulan yang diduga untuk menutupi

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.43 – Pertumbuhan Sub-Sektor Listrik, Gas & Air Bersih

Sumber : PT. PLN Batam, diolah

Grafik 1.44 – Perkembangan Penjualan Listrik PT. PLN Batam

Page 24: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

29

kenaikan biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan yang bergerak di bidang ini

maupun industri pendukungnya.

Wacana energi semakin critical di Kepulauan Riau mengingat beberapa daerah di

luar Batam masih mengalami permasalahan listrik yang berkepanjangan. Khusus bagi kota

Batam, permasalahan energi menyangkut 2 hal yaitu pasokan gas dan pasokan listrik.

Kesinambungan pasokan gas menjadi lebih penting, selain karena lebih dari 70%

pembangkit tenaga listrik menggunakan bahan bakar gas, sebagian aktivitas produksi

perusahaan di kawasan industri juga menggunakan bahan bakar ini disebabkan harganya

yang lebih murah dibanding harga listrik.

Akan semakin sulit bagi kota Batam menghadirkan investor besar jika tidak ada

jaminan terhadap permasalahan energi, dimana kawasan industri di negara-negara

tetangga tidak memberi kekhawatiran terhadap kesinambungan energi. Berdasarkan

kegiatan liaison*) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Batam terdapat sejumlah

kekhawatiran pengusaha di kawasan industri tertentu dengan seringnya pemutusan

pasokan listrik, meskipun dalam waktu yang relatif singkat.

Di samping untuk kebutuhan industri dan rumah tangga, kecukupan pasokan gas

sangat diperlukan untuk penerangan sejumlah fasilitas publik termasuk daerah-daerah

pengembangan kota Batam. Unsur estetika (tata kota) juga tidak kalah penting guna

mendukung aktivitas sektor industri dan pariwisata. Pemerintah dan segenap stakeholders

daerah sebaiknya menjadikan isu ini sebagai prioritas yang segera dicari jalan

Sumber : BI - Batam

Grafik 1.45 – Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Listrik, Gas & Air Bersih

Page 25: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

30

penyelesaiannya. Terlebih sebagai momentum penting berlakunya Free Trade Zone (FTZ)

secara menyeluruh dan menyambut tahun pariwisata “Visit Batam 2009”.

*) Liaison merupakan kegiatan yang dilakuakn dalam rangka mengumpulkan informasi riil di lapangan.

Page 26: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

31

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

2.1. INFLASI KOTA BATAM

2.1.1. Kondisi Umum

Laju inflasi Kota Batam pada triwulan III 2008 mengalami peningkatan. Laju inflasi tahun

kalender Kota Batam sampai dengan triwulan III 2008 tercatat sebesar 7,76% (ytd), lebih

tinggi dibanding periode yang sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 3,23% (ytd).

Sedangkan inflasi tahunan Kota Batam tercatat sebesar 8,91% lebih rendah daripada triwulan

sebelumnya yang tercatat 8,93% namun lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan posisi yang

sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 5,26%. Meskipun demikian laju inflasi di Kota Batam

pada triwulan III 2008 baik secara tahun kalender maupun secara tahunan masih dibawah

inflasi nasional. Inflasi tahun kalender nasional sampai dengan triwulan III 2008 tercatat

sebesar 10,47% (ytd) sedangkan inflasi tahunan tercatat 12,14% (yoy).

GRAFIK 2.1 – PERKEMBANGAN LAJU INFLASI TAHUNAN BATAM & NASIONAL

Page 27: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

32

2.1.2. Inflasi Triwulanan

Secara triwulanan, laju inflasi Kota Batam mengalami penurunan pada triwulan III 2008

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan II 2008 laju inflasi kota Batam

tercatat 3,43% (qtq) maka pada triwulan III 2008 laju inflasi Kota Batam tercatat sebesar

1,60% (qtq). Dampak peningkatan harga BBM oleh pemerintah pada tanggal 24 Mei 2008

pada triwulan III 2008 sudah tidak begitu besar di Kota Batam.

Berdasarkan kontribusinya, pada triwulan III 2008 kelompok bahan makanan

merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan angka inflasi dengan kontribusi

sebesar 0,46% (qtq) dan angka inflasi sebesar 1,99% (qtq). Kelompok yang menyumbang

inflasi terbesar kedua adalah kelompok perumahan, air, listik dan bahan bakar yang

memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,42% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 1,74% (qtq).

Kelompok berikutnya yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan

inflasi Kota Batam adalah kelompok sandang yang memberikan kontribusi inflasi sebesar

0,29% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 5,87%. Kelompok sandang mengalami inflasi yang

cukup tinggi pada terkait dengan kenaikan harga sandang pada saat perayaan Hari Raya Idul

Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Oktober 2008. Sementara itu kelompok pendidikan, rekreasi

dan olahraga memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,17% (qtq) dengan angka inflasi

sebesar 3,23% (qtq).

Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Batam 

Page 28: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

33

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan kontribusi

sebesar 0,15% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 0,96% (qtq). Sedangkan kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memberikan kontribusi sebesar 0,11% (qtq)

dengan angka inflasi sebesar 0,55% (qtq). Sementara itu, meskipun kelompok sandang

mengalami inflasi sebesar 0,04% (qtq), namun kontribusi kelompok sandang tidak begitu

besar (0%) terhadap pembentukan angka inflasi Kota Batam.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Batam

KELOMPOK Triwulan I -2008 Triwulan II -2008 Triwulan III -2008

Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan Inflasi SumbanganI Bahan Makanan 6,74 1,85 3,33 0,91 1,99 0,46

II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,78 0,14 2,18 0,35 0,96 0,15

III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 1,82 0,45 3,34 0,82 1,74 0,42

IV Sandang 3,98 0,18 0,23 0,02 5,87 0,29 V Kesehatan 4,39 0,13 2,79 0,01 0,04 0,00

VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,75 0,03 0,00 0,00 3,23 0,17

VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,15 0,03 6,19 1,23 0,55 0,11

  INFLASI 2,89 3,43 1,60

Sumber : BPS (diolah)

2.1.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

2.1.3.1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan di Kota Batam pada triwulan III 2008 mengalami inflasi

sebesar 1,70% (qtq). Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub kelompok

sayur-sayuran yang mengalami inflasi sebesar 18,30% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok

ikan diawetkan yang mengalami inflasi sebesar 5,98% (qtq) dan sub kelompok ikan segar

yang mengalami inflasi sebesar 5,33% (qtq). Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya

mengalami peningkatan harga dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,65% (qtq), sub

kelompok telur, susu dan hasilnya mengalami inflasi sebesar 3,15% (qtq), sub kelompok buah-

buahan mengalami inflasi sebesar 1,61% (qtq), diikuti oleh sub kelompok padi-padian, umbi-

umbian dan hasilnya yang mengalami inflasi sebesar 0,54% (qtq).

Sub kelompok kacang-kacangan pada triwulan III 2008 tidak mengalami kenaikan

harga. Sedangkan sub kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) pada triwulan III

di Kota Batam adalah sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami deflasi sebesar

20,20% (qtq) dan sub kelompok lemak dan minyak yang mengalami deflasi sebesar 1,77%

(qtq).

Page 29: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

34

2.1.3.2 . Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2008 inflasi

sebesar 0,96% (qtq). Dari tiga sub kelompok yang ada, dua sub kelompok mengalami inflasi

dan satu sub kelompok mengalami deflasi pada triwulan III 2008. Dua sub kelompok yang

mengalami inflasi inflasi adalah sub kelompok makanan jadi dan minuman tidak beralkohol.

Kedua sub kelompok tersebut masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,34% (qtq) dan

0,77% (qtq). Sedangkan sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok

tembakau dan minuman beralkohol dengan angka deflasi sebesar 0,17% (qtq).

2.1.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan

mengalami kenaikan harga sebesar 1,74% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok

biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 2,01% (qtq), diikuti sub kelompok

penyelenggaraan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 1,99% (qtq) dan sub

kelompok bahan bakar, penerangan dan air yang mengalami inflasi sebesar 1,33% (qtq).

Sementara itu sub kelompok perlengkapan rumah tangga pada triwulan III 2008 tidak

mengalami perubahan harga.

2.1.3.4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan III 2008 mengalami inflasi sebesar 5,87% (qtq).

Kelompok sandang mengalami inflasi yang cukup tinggi pada triwulan laporan sehubungan

dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Oktober 2008. Kenaikan harga

tertinggi dialami oleh sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami inflasi sebesar

17,02% (qtq). Sementara itu sub kelompok sandang laki-laki dan sub kelompok sandang

wanita masing-masing mengalami kenaikan harga sebesar 8,70% (qtq) dan 6,64% (qtq).

Sementera itu, sub kelompok barang pribadi dan sandang lain pada triwulan laporan justru

mengalami deflasi sebesar 4,19%.

2.1.3.5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,04% (qtq)

yang berasal dari sub kelompok obat-obatan yang mengalami inflasi sebesar 0,68% (qtq).

Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani pada triwulan III 2008

tidak mengalami perubahan harga. Sedangkan sub kelompok perawatan jasmani dan

kosmetika justru mengalami deflasi sebesar 0,08% (qtq).

Page 30: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

35

2.1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III 2008 mengalami

kenaikan harga sebesar 3,23% (qtq). Sub kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi

pada triwulan laporan adalah sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan yang

mengalami inflasi sebesar 7,80% (qtq). Sedangkan sub kelompok jasa pendidikan dan rekreasi

masing-masing mengalami inflasi sebesar 4,11% (qtq) dan 1,31% (qtq). Sementara itu sub

kelompok kursus-kursus dan sub kelompok olahraga pada triwulan laporan tidak mengalami

perubahan harga terhadap triwulan sebelumnya.

2.1.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2008

mengalami inflasi sebesar 0,55% (qtq) yang berasal dari inflasi sub kelompok jasa keuangan

yang mengalami sebesar 4,24% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok transportasi yang

mengalami inflasi sebesar 0,63% (qtq). Sedangkan sub kelompok komunikasi dan pengiriman

pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,02% (qtq). Pada triwulan III 2008 sub

kelompok sarana penunjang transportasi tidak mengalami perubahan harga.

2.2. INFLASI KOTA TANJUNG PINANG

2.2.1. Kondisi Umum

Laju inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahun kalender Kota Tanjung Pinang sampai

dengan triwulan III 2008 tercatat sebesar 10,58% (ytd) sedikit lebih tinggi dibanding inflsi

tahun kalender nasional yang tercatat 10,47% (ytd). Sedangkan inflasi tahunan Kota Tanjung

Pinang pada triwulan III 2008 tercatat sebesar 14,55% lebih tinggi inflasi tahunan nasional

yang tercatat sebesar 12,14% (yoy).

Laju inflasi yang cukup tinggi ini salah satunya dipengaruhi oleh economic of scale Kota

Tanjung Pinang yang masih relatif kecil dibandingkan Kota Batam. Sejak peralihan ibukota

Provinsi Kepulauan Riau dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang, banyak terjadi pergerakan

penduduk dan kegiatan ekonomi dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang. Oleh karena itu,

terjadi peningkatan permintaan terhadap kebutuhan pokok masyarakat baik untuk konsumsi

maupun sebagai bahan baku distribusi. Karena supply barang-barang kebutuhan pokok

tersebut masih cukup terbatas, sehingga terjadi kenaikan harga yang masih cukup tinggi di

Kota Tanjung Pinang.

Page 31: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

36

2.2.2. Inflasi Triwulanan

Secara triwulanan, laju inflasi Kota Tanjung Pinang tercatat sebesar 3,31% (qtq).

Kelompok bahan makanan menjadi kontributor terbesar pada pembentukan inflasi Kota

Tanjung Pinang dengan kontribusi sebesar 1,81% (qtq) dan angka inflasi sebesar 7,19% (qtq).

Kelompok yang menjadi penyumbang inflasi terbesar berikutnya adalah kelompok makanan

jadi, minuman, rokok dan tembakau yang memberikan sumbangan sebesar 0,71% (qtq)

dengan angka inflasi sebesar 3,30% (qtq).

Sementara itu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga di Kota Tanjung Pinang

pada triwulan III 2008 memberikan kontribusi sebesar 0,68% (qtq) dengan angka inflasi

sebesar 6,20%. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar memberikan sumbangan

sebesar 0,50% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 2,22% (qtq). Kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan memberikan kontribusi sebesar 0,13% (qtq) dengan angka

inflasi sebesar 0,78% (qtq). Sedangkan kelompok kesehatan yang mengalami inflasi sebesar

0,94% (qtq) memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,03%.

Meskipun angka inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 cukup tinggi,

namun tidak semua kelompok barang kebutuhan pokok yang diperhitungkan oleh BPS

mengalami kenaikan harga. Kelompok sandang di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008

justru mengalami penurunan harga sebesar 1,79% dengan sumbangan deflasi sebesar -0,10%

(qtq).

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Tanjung Pinang

KELOMPOK Triwulan III -2008

Inflasi Sumbangan I Bahan Makanan 7,19 1,81

II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3,30 0,71

III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 2,22 0,50

IV Sandang -1,79 -0,10 V Kesehatan 0,94 0,03 VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 6,20 0,68

VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,78 0,13

  INFLASI 3,31

Sumber : BPS (diolah)

Page 32: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

37

2.2.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

2.2.3.1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 mengalami

inflasi sebesar 7,19% (qtq). Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub

kelompok sayur-sayuran yang mengalami inflasi sebesar 23,18% (qtq) yang diikuti oleh sub

kelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 20,08% (qtq) dan sub kelompok ikan

diawetkan yang mengalami inflasi sebesar 8,99% (qtq). Sub kelompok bumbu-bumbuan

mengalami peningkatan harga dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,59% (qtq) dan diikuti

sub kelompok daging dan hasil-hasilnya dengan angka inflasi sebesar 6,69% (qtq).

Sub kelompok buah-buahan pada triwulan III 2008 mengalami inflasi sebesar 6,41%

(qtq) yang diikuti oleh sub kelompok telur, susu dan hasilnya dengan angka inflasi sebesar

2,97% (qtq). Sub kelompok kacang-kacangan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar

2,21% diikuti oleh sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang mengalami

inflasi sebesar 0,80% (qtq). Sementara itu sub kelompok lemak dan minyak justur mengalami

penurunan harga dengan angka deflasi sebesar 4,81% (qtq).

2.2.3.2 . Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2008 inflasi

sebesar 3,30% (qtq). Dari tiga sub kelompok yang ada, dua sub kelompok mengalami inflasi

dan satu sub kelompok mengalami deflasi pada triwulan III 2008. Dua sub kelompok yang

mengalami inflasi adalah sub kelompok makanan jadi dan tembakau dan minuman beralkohol.

Kedua sub kelompok tersebut masing-masing mengalami inflasi sebesar 5,47% (qtq) dan

0,31% (qtq). Sedangkan sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok

minuman tidak beralkohol dengan angka deflasi sebesar 0,56% (qtq).

2.2.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan

mengalami kenaikan harga sebesar 2,22% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok

bahan bakar, penerangan dan air yang mengalami inflasi sebesar 3,12% (qtq) diikuti sub

kelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 1,99% (qtq), sub kelompok

perlengkapan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 1,63% (qtq) dan sub kelompok

penyelenggaraan rumah tangga dengan angka inflasi sebesar 1,50% (qtq).

Page 33: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

38

2.2.3.4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 mengalami

penurunan harga sebesar 1,79% (qtq). Penurunan harga terbesar dialami oleh sub kelompok

barang pribadi dan sandang lain yang mengalami deflasi sebesar 5,51% (qtq) diikuti oleh sub

kelompok sandang anak-anak yang mengalami deflasi sebesar 0,05%. Sementara itu dua sub

kelompok lainnya justru mengalami inflasi. Sub kelompok sandang laki-laki mengalami inflasi

sebesar 0,49% (qtq) dan sub kelompok sandang wanita mengalami kenaikan harga sebesar

0,02% dibandingkan triwulan sebelumnya.

2.2.3.5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 2,01% (qtq)

yang berasal dari sub kelompok jasa perawatan jasmani yang mengalami inflasi sebesar 4,82%

(qtq) dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika dengan angka inflasi sebesar

1,29% (qtq). Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan pada triwulan III 2008 tidak

mengalami perubahan harga. Sub kelompok obat-obatan di Kota Tanjung Pinang pada

triwulan laporan justru mengalami penurunan harga dengan angka deflasi sebesar 0,06%

(qtq).

2.2.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III 2008 mengalami

kenaikan harga sebesar 6,20% (qtq). Sub kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi

pada triwulan laporan adalah sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan yang

mengalami inflasi sebesar 8,82% (qtq). Sedangkan sub kelompok jasa pendidikan dan rekreasi

masing-masing mengalami inflasi sebesar 8,06% (qtq) dan 4,42% (qtq). Sementara itu sub

kelompok kursus-kursus dan sub kelompok olahraga pada triwulan laporan tidak mengalami

perubahan harga terhadap triwulan sebelumnya.

2.2.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2008

mengalami inflasi sebesar 0,78% (qtq) yang berasal dari inflasi sub kelompok jasa keuangan

yang mengalami sebesar 5,87% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok komunikasi dan

pengiriman yang mengalami inflasi sebesar 1,00% (qtq) dan sub kelompok transportasi

Page 34: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

39

dengan angka inflasi sebesar 0,72% (qtq). Pada triwulan III 2008 sub kelompok sarana

penunjang transportasi tidak mengalami perubahan harga.

Page 35: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

40

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NASIONAL

 

 

3.1. KONDISI UMUM

Kondisi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 menunjukkan

peningkatan yang cukup stabil terhadap periode sebelumnya. Beberapa indikator-indikator

perbankan, seperti total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit oleh perbankan

terus mengalami pertumbuhan.

Total asset, DPK dan total kredit yang diberikan oleh perbankan (bank umum dan BPR)

di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan trend peningkatan jika dibanding triwulan II 2008.

Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi. Total

asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp18,38

triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp986,52 miliar (5,67%) dibandingkan triwulan II

2008. Sedangkan secara tahunan total asset perbankan mengalami peningkatan Rp1,93 triliun

(11,75%) dibandingkan posisi yang sama tahun 2007.

Sementara itu, total DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Provinsi Kepulauan

Riau sampai dengan triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp15,01 triliun atau mengalami

peningkatan sebesar Rp434,10 miliar (2,98%) dibandingkan triwulan sebelumnya. DPK

Grafik. 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan

Sumber : Bank Indonesia 

Page 36: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

41

perbankan mengalami peningkatan sebesar Rp1,05 triliun (7,54%) dibandingkan posisi yang

sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp13,96 triliun.

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan di Provinsi Kepulauan Riau

mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada triwulan III 2008, penyaluran kredit di

Provinsi Kepulauan Riau oleh perbankan tercatat sebesar Rp10,48 triliun atau mengalami

kenaikan sebesar Rp729,81 miliar (7,48%) dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar

Rp9,75 triliun. Secara tahunan penyaluran kredit perbankan di Provinsi Kepulauan Riau

mengalami peningkatan sebesar Rp2,41 triliun (29,82%) dibandingkan triwulan III 2007 yang

tercatat sebesar Rp8,07 triliun.

Peningkatan kredit yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan DPK tersebut

menyebabkan kenaikan tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Provinsi Kepulauan

Riau. Jika pada triwulan II 2008 LDR perbankan tercatat sebesar 66,91%, maka pada triwulan

III 2008 LDR perbankan tercatat sebesar 69,83%. Tingkat LDR tersebut juga lebih tinggi

dibandingkan posisi yang sama pada tahun 2007 yang tercatat sebesar 57,85%. Peningkatan

LDR ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi yang dilakukan oleh perbankan di wilayah

Provinsi Kepulauan Riau sudah cukup optimal.

3.2. TOTAL ASSET BANK UMUM

Kondisi industri perbankan menunjukkan pertumbuhan, seperti tercermin pada pertumbuhan

total asset bank umum yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam yang

didukung oleh pertumbuhan aktiva produktif, termasuk kredit. Jumlah jaringan kantor cabang

bank umum di wilayah Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebanyak 45 kantor cabang pada

triwulan III 2008, tidak mengalami pertambahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Grafik 3.2. Perkembangan Total Asset, Kredit, DPK Bank Umum 

Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan NPL’s Bank Umum 

Sumber : Bank Indonesia 

Page 37: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

42

Sampai dengan triwulan triwulan III 2008, total asset bank umum mencapai Rp.17,60

triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp8901,79 miliar (4,01%) dibanding triwulan II

2008 yang tercatat sebesar Rp. 16,71 triliun, sedangkan secara tahunan terdapat peningkatan

sebesar Rp.1,75 triliun (11,03%) terhadap triwulan yang sama di tahun sebelumnya.

TABEL 3.1 – PERKEMBANGAN INDIKATOR BANK UMUM (juta rupiah)

Indikator

Periode

2007 2008 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3

1. Jaringan BU 44 44 45 45 45

a. Batam 28 28 29 29 29

b. Tj. Pinang 13 13 13 13 13

c. Karimun 2 2 2 2 2

d. Natuna 1 1 1 1 1

2. Total Asset 15.851.731 16.000.135 16.065.809 16.709.890 17.600.675

a. Batam 11.155.797 11.404.510 11.821.641 12.319.472 12.891.294

b. Tj. Pinang 3.897.759 3.787.352 3.586.531 3.619.643 3.830.760

c. Dati II lain 798.175 492.979 657.637 770.775 878.621

3. Total DPK 13.497.036 13.586.189 13.442.509 14.071.918 14.446.343

a. Batam 8.951.957 9.210.896 9.389.470 9.873.065 9.966.579

b. Tj. Pinang 3.726.971 3.597.598 3.421.781 3.442.043 3.609.408

c. Dati II lain 818.108 101.417 631.258 756.810 870.356

4. Total Kredit 7.726.078 8.215.755 8.583.889 9.291.399 9.944.195

a. Batam 6.374.627 6.817.304 7.100.350 7.623.089 8.139.988

b. Tj. Pinang 1.111.212 1.139.982 1.193.191 1.319.883 1.423.511

c. Dati II lain 240.239 185.294 290.348 348.427 380.696

5. LDR (%) 57,24 60,47 63,86 66,03 68,84

a. Batam 71,21 74,01 75,62 77,21 81,67

b. Tj. Pinang 29,82 31,69 34,87 38,35 39,44

c. Karimun 35,16 38,24 41,57 41,65 39,89

d. Natuna 20,58 24,96 62,4 59,59 54,34

6. NPLs (%) 3,47 2,6 1,57 2,33 2,94

a. Batam 3,16 2,37 1,4 2,14 2,96

b. Tj. Pinang 5,18 3,72 2,93 3,21 2,64

c. Karimun 8,48 5,43 0,57 4,84 5,29

d. Natuna 0,06 0 0 0 0

Sumber : Bank Indonesia

Berdasarkan Dati II, kegiatan bank umum masih terkonsentrasi di Kota Batam, dimana

jumlah total asset bank umum sebagian besar masih tetap terhimpun di Kota Batam. Total

asset bank umum yang ada di Kota Batam pada triwulan III 2008 sebesar Rp.12,89 triliun atau

73,24% dari seluruh total asset bank umum di Kepulauan Riau. Sedangkan total asset yang

berhasil dihimpun oleh bank umum di Tanjung Pinang sebesar Rp.3,83 triliun atau 21,76%

Page 38: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

43

dari seluruh total asset perbankan di Kepulauan Riau. Sementara itu total asset perbankan di

wilayah Kepulauan Riau (Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun, dan Natuna) sebesar Rp.878

miliar (4,99%).

Total asset perbankan di Kota Batam mengalami peningkatan sebesar Rp571 miliar

(4,64%) secara triwulanan (qtq) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar

Rp1,74 triliun (15,57%). Sedangkan untuk total asset perbankan di wilayah Kota Tanjung

Pinang mengalami peningkatan sebesar Rp211 miliar (5,83%) namun secara tahunan total

asset bank umum penurunan sebesar Rp66,99 miliar (1,72%). Untuk perbankan di wilayah

Kepulauan Riau yang meliputi Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun dan Natuna, total asset

perbankan di wilayah tersebut mengalami peningkatan secara triwulanan sebesar Rp107,85

miliar (13,99%) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar Rp80,45 miliar

(10,08%).

3.3 DANA PIHAK KETIGA BANK UMUM

Pada triwulan III 2008, jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh bank umum

mengalami peningkatan. Pada triwulan III 2008 jumlah dana masyarakat mencapai Rp14,46

triliun atau meningkat sebesar Rp374,43 milyar (2,66%) dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar Rp14,07 triliun.

Peningkatan DPK bank umum pada triwulan III 2008 sebagian besar disumbangkan

oleh peningkatan simpanan dalam bentuk deposito yang naik Rp210,52 miliar (7,35%)

sehingga tercatat sebesar Rp3,07 triliun. Namun secara tahunan simpanan dalam bentuk

deposito justru mengalami penurunan sebesar Rp58,51 miliar (1,87%). Sedangkan simpanan

dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan sebesar Rp169,63 miliar (3,24%). Secara

tahunan, simpanan dalam bentuk tabungan juga mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Tabungan yang dihimpun oleh bank umum sampai dengan triwulan III mengalami

Grafik 3.4. Share Asset Bank Umum Grafik 3.5. Perkembangan Asset Bank Umum 

Sumber : Bank Indonesia 

Page 39: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

44

peningkatan sebesar Rp1,12 triliun (25,78%). Sementara itu simpanan dalam bentuk giro

turun sebesar Rp5,73 miliar (0,10%) terhadap triwulan sebelumnya. Secara tahunan simpanan

dalam bentuk giro juga mengalami penurunan sebesar Rp101,53 miliar (1,67%).

Secara nominal porsi simpanan giro masih merupakan jenis simpanan terbesar

(41,26%) diantara dua jenis simpanan lain. Porsi simpanan jenis tabungan tercatat sebesar

Rp5,41 triliun (37,47%). Sedangkan simpanan dalam bentuk deposito tercatat sebesar Rp3,07

triliun (21,27%). Dominasi sektor industri dan sektor perdagangan pada perekonomian Kota

Batam turut mempengaruhi jenis transaksi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau. Kebutuhan

masyarakat akan dana likuid serta transaksi ekonomi yang membutuhkan waktu singkat

menyebabkan simpanan berbentuk giro memiliki porsi terbesar terhadap total simpanan

masyarakat di perbankan.

3.4 KREDIT BANK UMUM

Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia

Batam pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp9,94 triliun meningkat sebesar Rp652,79

miliar atau tumbuh sebesar 7,03% dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan jumlah

kredit dan penurunan DPK mengakibatkan tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum di

Provinsi Kepulauan Riau meningkat menjadi 68,84% dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 66,03%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan di wilayah kerja KBI Batam

sebagian besar digunakan untuk kredit konsumsi sebesar Rp4,04 triliun atau 40,64% dari total

kredit yang diberikan. Sedangkan kredit untuk modal kerja dan investasi masing-masing

sebesar Rp3,57 triliun (35,93%) dan Rp2,33 triliun (23,44%).

Sumber : Bank Indonesia 

Grafik 3.6. Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 3.7. Share DPK Bank Umum 

Page 40: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

45

Dari segi pertumbuhan, peningkatan jumlah kredit terbesar pada triwulan III 2008

terdapat pada kredit untuk konsumsi yang meningkat sebesar Rp335,57 miliar (9,06%)

terhadap triwulan II 2008. Secara tahunan kredit konsumsi bank umum mengalami

peningkatan sebesar Rp1,04 triliun (34,83%). Sementara itu kredit konsumsi modal kerja

secara triwulanan meningkat sebesar Rp231,95 miliar (6,94%). Secara tahunan kredit modal

kerja mengalami peningkatan sebesar Rp916,32 miliar (34,50%). Sedangkan kredit investasi

meningkat sebesar Rp85,28 miliar (3,80%), secara tahunan kredit investasi mengalami

peningkatan sebesar Rp257,97 miliar (12,45%).

NPL bank umum di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meskipun demikian masih berada di

bawah persyaratan Bank Indonesia sebesar 5%. NPL bank umum meningkat dari 2,33% pada

triwulan II 2008 menjadi 2,94% pada triwulan laporan. Secara nominal NPL bank umum juga

mengalami penurunan sebesar Rp.6,05 miliar.

3.5. BANK PERKREDITAN RAKYAT

Sebagai daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, Provinsi

Kepulauan Riau menarik minat investor untuk menanamkan modalnya untuk diinvestasikan

pada bisnis perbankan, khususnya BPR. Adapun alasan investor tersebut karena bisnis BPR

tidak terlalu membutuhkan modal besar dan proses pendiriannya tidak terlalu rumit.

Sampai dengan triwulan III 2008 jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat

ada 19 kantor BPR dan 3 (tiga) kantor cabang BPR atau terjadi penambahan 4 (empat) BPR dan

1 (satu) kantor cabang BPR dibandingkan triwulan II 2008. Perkembangan BPR yang sudah

Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan Bank Umum 

Grafik 3.9. Kredit Jenis Penggunaan  Bank Umum 

Sumber : Bank Indonesia

Page 41: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

46

beroperasi juga tergolong cukup baik yang ditunjukkan oleh kenaikan share beberapa

indikator kinerja BPR terhadap perbankan di Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan.

Dilihat dari total asset, share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi

Kepulauan Riau mengalami peningkatan secara gradual tiap triwulan. Pada triwulan III 2008

share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 4,22%

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 3,91%. Sementara itu

pada posisi triwulan III 2007, share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi

Kepulauan Riau tercatat sebesar 3,61%.

Share DPK BPR terhadap total DPK perbankan Provinsi Kepulauan Riau meskipun

sempat mengalami penurunan pada triwulan II 2008, pada triwulan III 2008 kembali

menunjukkan peningkatan. Pada triwulan III 2008, share DPK terhadap total DPK perbankan di

Provinsi Kepulauan tercatat sebesar 3,76% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 3,46% dan posisi yang sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 3,30%.

Sementara itu share kredit BPR terhadap total kredit perbankan di Provinsi Kepulauan

Riau mengalami peningkatan yang cukup tinggi di setiap triwulan. Jika pada triwulan III 2007

share kredit BPR terhadap total kredit perbankan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar

4,32%, maka pada triwulan III 2008 share kredit BPR tersebut tercatat sebesar 5,14%, lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 4,73%.

3.6. TOTAL ASSET BANK PERKREDITAN RAKYAT

Total asset BPR yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam mengalami

peningkatan. Sampai dengan triwulan III 2008, total asset BPR mengalami peningkatan sebesar

Rp95,74 miliar (14,07%) menjadi sebesar Rp776,38 miliar dibanding triwulan II 2008 yang

tercatat sebesar Rp680,64 miliar. Secara tahunan total asset BPR mengalami peningkatan

sebesar Rp182,99 miliar (30,84%) dibanding posisi yang sama pada tahun 2007. Peningkatan

Grafik 3.10. Share BPR terhadap Perbankan

Sumber : Bank Indonesia 

Page 42: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

47

total asset BPR pada triwulan ini ini juga dipengaruhi oleh adanya pertambahan jumlah BPR

baru di Provinsi Kepulauan Riau.

TABEL 3.2 – PERKEMBANGAN INDIKATOR BPR

(dalam jutaan rupiah)

KETERANGAN

2007 2008 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3

1. TOTAL ASSET 593.383 628.812 642.366 680.641 776.379

2. TOTAL DANA 461.030 476.104 498.168 504.879 564.556

a. Tabungan 35.791 38.577 40.902 44.805 51.715

b. Deposito 425.239 437.528 457.266 460.073 512.841

3. KREDIT 348.435 375.622 394.750 461.337 538.346

a. Investasi 22.119 27.510 30.844 40.208 50.540

b. Modal Kerja 82.152 84.193 90.339 108.041 128.903

c. Konsumsi 244.164 258.884 273.567 313.088 358.903

3.7. DPK BANK PERKREDITAN RAKYAT

Total dana yang berhasil dihimpun oleh BPR pada triwulan laporan meningkat dengan

triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan II 2008 total dana yang dihimpun BPR tercatat sebesar

Rp504,88 miliar, maka pada triwulan III 2008 meningkat menjadi Rp564,56 miliar atau naik

sebesar Rp59,68 miliar (11,82%). Secara tahunan dana yang berhasil dihimpun oleh BPR

mengalami peningkatan sebesar Rp103,53 miliar (22,46%). Sebagian besar dana masyarakat

yang dihimpun oleh BPR disimpan dalam bentuk deposito yaitu sebesar Rp512,30 miliar atau

90,84% dari seluruh total DPK BPR. Sedangkan 9,16% disimpan dalam bentuk tabungan

sebesar Rp51,72 miliar.

Simpanan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan sebesar Rp52,77 miliar

(11,47%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan simpanan dalam

bentuk deposito di BPR mengalami peningkatan sebesar Rp87,60 miliar (20,60%). Secara

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.11. Perkembangan DPK BPR Grafik 3.12. Share DPK BPR 

Sumber : Bank Indonesia 

Page 43: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

48

triwulanan simpanan dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan sebesar Rp6,91 miliar

(15,42%) dibandingkan triwulan II 2008. Sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan

sebesar Rp15,92 miliar (44,49%) dibandingkan posisi yang sama tahun 2007.

3.8. KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR kepada masyarakat pada triwulan III 2008

mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan triwulan II 2008. Jumlah kredit yang

disalurkan oleh 19 BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III

2008 tercatat sebesar Rp538,35 miliar atau meningkat Rp77,01 miliar (16,69%) dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp461,34 miliar. Sementara itu secara tahunan kredit BPR di

Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan sebesar Rp189,91 miliar (54,50%)

dibandingkan triwulan III 2007 yang tercatat sebesar Rp348,44 miliar.

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar

digunakan untuk keperluan konsumsi. Kredit untuk konsumsi yang disalurkan BPR di wilayah

kerja KBI Batam pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp358,90 miliar atau 66,67% dari

seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sementara kredit untuk modal kerja yang

diberikan BPR di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp128,90 miliar atau 23,94% dari seluruh

total kredit yang diberikan oleh BPR. Sedangkan porsi kredit investasi adalah sebesar Rp50,54

miliar (9,39%).

Kredit konsumsi BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III mengalami

peningkatan sebesar Rp45,82 miliar (14,63%) dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat

sebesar Rp313,09 miliar. Sementara itu secara tahunan kredit konsumsi BPR mengalami

peningkatan sebesar Rp114,74 miliar (46,99%) dibandingkan posisi yang sama tahun

sebelumnya.

Grafik 3.13. Perkembangan DPK BPR Grafik 3.14. Share Kredit BPR  

Sumber : Bank Indonesia 

Page 44: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

49

Kredit modal kerja yang disalurkan BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III

mengalami peningkatan sebesar Rp20,86 miliar (19,31%) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sedangkan secara tahunan kredit modal kerja BPR mengalami peningkatan sebesar Rp46,75

miliar (56,91%) dibandingkan posisi triwulan III 2007. Kredit investasi yang disalurkan oleh BPR

kepada masyarakat Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan triwulan III 2008 mengalami

peningkatan sebesar Rp10,33 miliar (25,70%) dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat

sebesar Rp40,21 miliar. Secara tahunan kredit investasi BPR di Provinsi Kepulauan Riau

mengalami peningkatan sebesar Rp28,42 miliar (128,49%) terhadap posisi triwulan III 2007

yang tercatat sebesar Rp22,12 miliar.

Besarnya kredit BPR untuk keperluan konsumsi mencerminkan intermediasi yang

dilakukan BPR terhadap dunia usaha masih belum optimal. Sebagian besar BPR di Provinsi

Kepulauan Riau menyalurkan kredit untuk keperluan pembelian mobil dan beberapa untuk

pembelian rumah atau ruko.

Meskipun secara share, kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh

kredit konsumsi, namun kredit investasi mengalami peningkatan tertinggi di antara dua jenis

kredit yang lain. Kredit investasi meningkat sebesar 25,70% (triwulanan) atau 128,49%

(tahunan). Peningkatan kredit investasi tersebut memberikan sinyal positif bagi dunia usaha,

khususnya UMKM, mengingat pangsa pasar BPR adalah usaha mikro, kecil dan menengah.

Page 45: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

50

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi anggaran penerimaan di tw.III-2008 lebih besar dibanding triwulan

sebelumnya. Total realisasi selama tahun 2008 sampai dengan triwulan III tercatat

sebesar Rp 883 milyar atau 74,96% dari target penerimaan tahun 2008. Adapun

rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2008 provinsi

Kepulauan Riau yang disahkan sebesar Rp 1,389 triliun yang terdiri dari komponen

Pendapatan sebesar Rp 1,178 triliun, Belanja sebesar Rp 1,382 triliun, dan Pembiayaan sebesar

Rp 204 milyar. Dibandingkan jumlah APBD tahun 2007 sebesar Rp 1,467 triliun, APBD tahun

2008 mengalami penurunan sebesar 5,32%. Penurunan lebih disebabkan karena

berkurangnya penerimaan dari Dana Perimbangan dan perhitungan pembiayaan dari Sisa

Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA).

Tabel 4.1 – Perkembangan APBD TA.2005-2007 & RAPBD TA.2008 Provinsi Kepulauan Riau

No

STRUKTUR APBD

TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA.2008

1 PENDAPATAN

371,721,840,000 911,152,768,000

1,019,498,530,494

1,178,500,000,000

2 BELANJA 483,577,930,50

01,136,081,909,77

31,459,367,000,00

0 1,382,500,000,00

0

3 PEMBIAYAAN

111,856,090,500 224,929,141,773 439,868,869,506 204,000,000,000

TOTAL APBD 501,134,743,00

01,189,966,909,77

31,467,000,000,00

0 1,389,000,000,00

0

Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau

Secara umum, kebijakan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk pembangunan

sektor pendidikan masih tetap konsisten seperti tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun

2008 porsi anggaran pendidikan sebesar 20,13% dari APBD atau sebesar Rp 279,5 milyar.

Sedangkan untuk Dinas Kesehatan dianggarkan sebesar Rp 59,3 milyar, untuk melaksanakan

pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Tanjungpinang secara multiyears.

Adapun anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum adalah sebesar Rp 282,6 milyar, yang

diarahkan untuk pelaksanaan beberapa program pembangunan antara lain pembangunan

infrastruktur pusat pemerintahan Provinsi, pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan

Page 46: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

51

infrastruktur pedesaan, pembangunan drainase, pengendalian banjir, dan pemberdayaan jasa

konstruksi. Dan untuk Dinas Perhubungan, Pos dan Telekomunikasi dianggarkan sebesar Rp

41,9 milyar, untuk pelaksanaan program pembangunan transportasi udara, pembangunan

transportasi laut, pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan, studi kelayakan dan

subsidi transportasi laut.

Penerimaan pemerintah selama triwulan III-2008 mencapai Rp 404 milyar atau

34,3% dari target penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp 1,18 triliun. Realisasi

penerimaan ini meningkat 38,1% dibanding penerimaan selama triwulan II-2008.

Meningkatnya penerimaan selama triwulan III-2008 dihasilkan dari teralisasinya dana bagi hasil

bukan pajak sebesar Rp 161 milyar. Dengan demikian total peneriman selama tahun 2008

telah terealisasi sebesar Rp 883 milyar atau 74,96% dari target penerimaan yang dityetapkan

sebesar Rp 1,18 triliun.

Tabel 4.2 – Target dan Realisasi Penerimaan Periode Juli - September 2008

Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau

Penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama triwulan III-2008

meningkat 11,18% dibanding triwulan sebelumnya. Penerimaan daerah dari pajak selama

triwulan III-2008 teralisasi sebesar Rp 108 milyar, relatif menigkat dibanding triwulan

sebelumnya. Sehingga total penerimaan pajak daerah sampai dengan akhir triwulan laporan

sebesar Rp 288 milyar, atau 63,76% dari target yang ditetapkan.

Total Penerimaan Pencapaian

 Tw.I‐2008 Tw.II‐2008 Juli‐2008 Agt‐2008 Sep‐2008 Tw.III‐2008 s.d. tw.III‐2008 s.d. tw.III‐2008(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%)

1. PENDAPATAN ASLI DAERAHPajak Daerah 452,130,165,000 82,580,153,130 97,555,811,796 35,155,303,201 36,909,925,566 36,070,383,296 108,135,612,063 288,271,576,989 63.76%Retribusi Daerah 8,140,000,000 117,519,500 198,466,500 243,565,200 260,878,470 208,376,100 712,819,770 1,028,805,770 12.64%‐ Retribusi  Jasa Umum 640,000,000 11,759,500 17,911,500 7,496,000 5,176,000 6,323,500 18,995,500 48,666,500 7.60%‐ Retribusi  Jasa Usaha 7,500,000,000 105,760,000 180,555,000 236,069,200 255,702,470 202,052,600 693,824,270 980,139,270 13.07%Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah  1,700,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0.00%Lain‐lain Pendapatan Asli Daerah 58,261,283,000 1,531,402,373 1,788,907,330 596,161,491 650,340,563 579,421,062 1,825,923,117 5,146,232,820 8.83%TOTAL PAD 520,231,448,000 84,229,075,003 99,543,185,626 35,995,029,892 37,821,144,599 36,858,180,458 110,674,354,950 294,446,615,579 56.60%

2. DANA PERIMBANGANBagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 156,882,237,000 30,748,896,058 120,653,491,753 14,893,214,986 2,974,190,599 17,540,735,651 35,408,141,236 186,810,529,047 119.08%‐ Bagi Hasil Pajak 86,114,000,000 18,045,048,530 57,453,733,790 519,764,932 1,558,784,974 3,330,892,712 5,409,442,618 80,908,224,938 93.95%‐ Bagi Hasil Bukan Pajak 7,249,000,000 0 63,199,757,963 1,669,602,526 1,415,405,625 1,505,995,411 4,591,003,562 67,790,761,525 935.17%‐ Pajak Penghasilan Orang Pribadi 63,519,237,000 12,703,847,528 0 12,703,847,528 0 12,703,847,528 25,407,695,056 38,111,542,584 60.00%Bagi Hasil Bukan Pajak 206,700,457,000 0 0 41,340,091,449 0 120,046,839,656 161,386,931,105 161,386,931,105 78.08%Dana Alokasi Umum 288,884,858,000 72,221,214,000 72,221,214,000 24,073,738,000 24,073,738,000 48,147,476,000 96,294,952,000 240,737,380,000 83.33%Dana Alokasi Khusus 5,801,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0.00%TOTAL DANA PERIMBANGAN 658,268,552,000 102,970,110,058 192,874,705,753 80,307,044,435 27,047,928,599 185,735,051,307 293,090,024,341 588,934,840,152 89.47%

TOTAL PENERIMAAN DAERAH 1,178,500,000,000 187,199,185,061 292,417,891,379 116,302,074,327 64,869,073,198 222,593,231,765 403,764,379,291 883,381,455,731 74.96%

JENIS PENERIMAANTARGET TA. 2008

REALISASI PENERIMAAN

Page 47: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

52

Sedangkan penerimaan dari retribusi daerah mencapai Rp 713 juta, atau mengalami

kenaikan 259% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 198 juta. Meski

demikian total penerimaan dari retribusi selama tahun 2008 baru teralisasi Rp 1,02 milyar atau

12,6% dari target. Kendala pencapaian ini juga diduga terkait dengan tingginya kenaikan

target Retribusi Daerah T.A.2008 yang ditetapkan yakni sebesar Rp 8,1 milyar, dari Rp 485 juta

yang ditargetkan pada T.A.2007. Di samping itu, kebijakan optimalisasi penerimaan daerah

yang berasal dari retribusi ini masih baru diterapkan, sehingga dibutuhkan waktu dan upaya

yang lebih intensif dalam mensosialisasikannya kepada segenap stakeholders daerah.

Adapun penerimaan yang berasal dari dana perimbangan telah teralisasi sebesar 293

milyar atau meningkat 51,96% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 193

milyar. Meningkatnya penerimaan sebagian besar diperoleh dari realisasi dana bagi hasil bukan

pajak sebesar Rp 161 milyar.

Di samping itu terdapat penerimaan yang berasal dari pajak penghasilan pribadi

sebesar Rp 25 milyar, yang pada triwulan sebelumnya belum teralisasi. Dengan demikian

penerimaan dari pajak penghasilan pribadi telah terealisasi sebesar Rp 38 milyar atau 60% dari

target 2008.

Dana perimbangan yang berasal dari dana bagi hasil pajak/bukan pajak tercatat telah

melampaui target yang ditetapkan. Total bagi hasil pajak/bukan pajak telah teralisasi sebesar

Rp 186 milyar, atau 119,1% dari target sebesar Rp 157 milyar. Perolehan tersebut dihasilkan

dari dana perimbangan bagi hasil bukan pajak yang teralisasi Rp 68 milyar atau 935% dari

target sebesar Rp 7,2 milyar.

Sementara itu dana alokasi umum (DAU) yang diterima pemerintah dalam triwulan III-

2008 sebesar Rp 96 milyar atau naik 33,3% dibanding triwulan II-2008. Sehingga total dana

alokasi umum yang teralisasi selama tahun 2008 adalah Rp 241 milyar, atau 83,3% dari total

target DAU yang akan diterima pemerintah priopinsi kepulauan Riau.

Secara keseluruhan total realisasi penerimaan selama tahun 2008 masih proporsional

terhadap target yang ditetapkan, namun masih terdapat sejumlah deviasi dari segi

pencapaiannya terutama pada pos pendapatan asli daerah. Atas dasar ini maka pemerintah

daerah benar-benar dituntut lebih inovatif dalam menata kembali sumber-sumber

penerimaannya yang tetap kondusif terhadap iklim investasi.

Page 48: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

53

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

5.1. PENGEDARAN UANG KARTAL Perkembangan aliran uang yang masuk (inflow) dan keluar (outflow) Kantor Bank

Indonesia Batam pada triwulan III diwarnai dengan angka outflow yang cukup tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2008 terjadi outflow sebesar

Rp1,52 triliun atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar

Rp791 miliar.

Sementara itu inflow ke Kantor Bank Indonesia Batam tercatat sebesar Rp65 miliar. Oleh

karena itu secara keseluruhan terjadi net outflow Rp1,46 triliun. Jumlah penarikan yang cukup

tinggi pada triwulan III 2008 terkait dengan penarikan untuk memenuhi kebutuhan uang

masyarakat dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

Tabel 5.1 Perkembangan Uang Kartal (dalam milyar rupiah)

KETERANGAN

2007 2008 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3

Inflow 47,68 214,06 59,97 60,95 64,57 Outflow 851,82 1.208,18 405,16 791,49 1.527,09 Net 804,14 994,12 345,19 730,54 1.462,53

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow Outflow 

Page 49: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

54

5.1.1. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Peracikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) merupakan salah satu upaya yang dilakukan

oleh Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan uang bersih (clean money policy) yaitu

Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang layak kepada

masyarakat. Di samping itu, Bank Indonesia juga memberikan pelayanan kepada perbankan

dan masyarakat untuk kegiatan setoran, penarikan dan penukaran untuk pecahan besar ke

pecahan kecil serta untuk uang rupiah lusuh. Selama triwulan III 2008, jumlah UTLE yang

diracik di KBI Batam Rp54,70 miliar atau mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp54 miliar.

5.2. LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL

5.2.1. Kliring Lokal

Untuk wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam, terdapat 3 (tiga) wilayah kliring lokal,

yaitu: di Kantor Bank Indonesia Batam untuk wilayah Kota Batam, PT. Bank Mandiri untuk

wilayah Tanjung Pinang, dan PT. BNI untuk wilayah Tanjung Balai Karimun.

Nilai transaksi melalui sistem kliring lokal di wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada

triwulan III 2008 mencapai Rp2,96 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 111.429 lembar.

Nilai total kliring tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp2,72 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 108.574 lembar.

Grafik 5.2. Perkembangan UTLE 

Page 50: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

55

Sementara itu, penolakan Cek/BG kosong di wilayah kerja KBI Batam tercatat sebesar

Rp49,34 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 1.986 lembar. Jika dilihat dari nominalnya,

jumlah Cek/BG kosong yang ditolak mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, namun jika dilihat dari jumlah warkat terjadi peningkatan. Pada triwulan II 2008

jumlah Cek/BG kosong yang ditolak tercatat sebesar Rp71,27 miliar dengan jumlah warkat

sebesar 1.770 lembar.

TABEL 5.2 – Perkembangan Kliring Lokal

KETERANGAN 2007 2008

Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Perputaran Kliring Lembar 114.647 103.390 104.027 108.574 111.429Nominal (Rp miliar) 4.582 2.652 2.456 2.719 2.964Penolakan Cek/BG Kosong Lembar 1.474 1.665 1.873 1.770 1.986Nominal (Rp miliar) 29,27 93,26 47,16 71,27 49,34

Sumber : Bank Indonesia

5.2.2. Transaksi BI-RTGS

Transaksi masyarakat melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS)

di Provinsi Kepulauan Riau baik secara nominal maupun sencara volume masih didominasi

transaksi yang terjadi di Kota Batam. Transaksi BI-RTGS yang berasal dari Kota Batam tercatat

sebesar Rp1,87 triliun atau 88,07% dari total seluruh transaksi BI-RTGS yang berasal dari

Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan transaksi yang berasal dari Kabupaten Tanjung Balai

Karimun dan Kota Tanjung Pinang masing-masing tercatat sebesar Rp149,45 miliar dan

Rp104,52 miliar.

Grafik 5.3. Perputaran Kliring Grafik 5.4. Penolakan Cek/BG Kosong  

Page 51: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

56

Sementara itu, transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Batam sampai dengan Juni 2008

tercatat sebesar Rp2,51 triliun atau 82,82% dari seluruh transaksi BI-RTGS yang masuk ke

Provinsi Kepulauan Riau. Transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Tanjung Balai tercatat sebesar

Rp335,32 miliar. Sedangkan transaksi BI-RTGS yang masuk ke Tanjung Pinang dan Natuna

tercatat sebesar Rp186,12 miliar dan 1,34 miliar.

Tabel 5.3 Perkembangan BI-RTGS Tw. III 2008

Wilayah

FROM TO FROM – TO Nilai

Volume

Nilai

Volume

Nilai Volume

(Miliar

Rp) (Miliar Rp) (Miliar

Rp) BATAM 1.870,00 3.355 2.513,67 4.129 1.189,43 1.743

NATUNA 0.00 0 1,34 20 0.00 0

TANJUNG BALAI 149.45 419 186,12 194 5,06 7

TANJUNGPINANG 104,52 293 335,32 528 80,39 208

5.3. UANG PALSU

Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Batam pada triwulan III

2008 berjumlah Rp6.450.000,00 dengan jumlah lembar sebanyak 85 lembar. Jumlah tersebut

meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar

Rp3.280.000 dengan jumlah lembar sebanyak 52 lembar.

Tabel 5.4. Perkembangan Uang Palsu

Pecahan Tw. II Tw. III

Nominal Lembar Nominal Lembar 100.000 2.100.000 21 5400000 54 50.000 1.000.000 20 900000 18 20.000 140.000 7 220000 11 10.000 40.000 4 20000 2 5.000 - - - - 1.000 - - - -

3.280.000 52 6.540.000 85

Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp100.000,00

dilaporkan sebanyak 54 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp50.000,00 dilaporkan

sebanyak 18 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp20.000,00 dilaporkan sebanyak 11

lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp10.000,00 dilaporkan sebanyak 2 lembar.

Page 52: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

57

Terkait dengan uang palsu yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia Batam terus

melakukan berbagai upaya untuk menekan peredarannya, antara lain dengan melakukan

sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai kalangan (perbankan, pelajar,

mahasiswa, masyarakat umum). Selain itu, Kantor Bank Indonesia Batam juga memasang iklan

layanan masyarakat tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah di beberapa media, salah satunya

adalah di bioskop yang ada di Kota Batam.

nominal lembar

Diagram 5.1. Prosentase Pecahan Uang Palsu 

Page 53: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

58

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

6.1. KETENAGAKERJAAN

Sampai dengan bulan Februari 2008 jumlah angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau

mencapai 652.537 orang, atau mengalami peningkatan sebanyak 6.663 orang (10,45%)

dibandingkan bulan Agustus 2007. Dari total agkatan kerja tersebut sebanyak 597.159 orang

telah bekerja atau mengalami peningkatan sebanyak 61.362 orang (11,45%) terhadap bulan

Agustus 2007.

Sementara itu sebanyak 55.378 orang berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja

Nasional sampai dengan Februari 2008 tercatat sebagai pengangguran atau mengalami

peningkatan sebanyak 2.301 orang (4,34%). Tingkat pertumbuhan orang yang bekerja yang

lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan

pengangguran ini menunjukkan lapangan kerja yang ada di Provinsi Kepulauan Riau masih

dapat menampung angkatan kerja meskipun belum maksimal.

Jumlah bukan angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan Februari 2008 justru

mengalami penurunan dibandingkan dengan Agustus 2007. Jumlah bukan angkatan kerja mengalami

penurunan sebanyak 2.808 orang (0,81%) sehingga tercatat sebanyak 341.994 orang. Jumlah angkatan

kerja yang menurun terutama disebabkan karena terjadinya penurunan bukan angkatan kerja

yang masih sekolah yang mengalami penurunan sebanyak 3.440 orang (4,53%). Sedangkan

Sumber : BPS data diolah 

Grafik 6.1. Perkembangan Penduduk  Angkatan Kerja 

Grafik 6.2. Perkembangan Penduduk  Bukan Angkatan Kerja 

Page 54: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

59

penduduk bukan angkatan kerja yang mengurus rumah tangga mengalami kenaikan sebanyak

5.377 orang (2,29%).

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu

URAIAN Agt.’06 Feb.’07 Agt.’07 Feb.’08

Angkatan kerja Bekerja 515.560 583.155 535.797 597.159

Pengangguran 71.914 56.708 53.077 55.378

Total 587.474 639.863 588.874 652.537

Bukan Angkatan Kerja Sekolah 61.375 67.247 75.895 72.455

Mengurus RT 220.851 192.966 234.848 240.225

Lainnya 45.323 23.486 34.059 29.314

Total 327.549 293.699 344.802 341.994

Sumber : BPS, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2006,2007,2008

Tingkat partisipasi angkatan kerja sampai dengan Februari 2008 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2007. Jika pada Agustus 2007 tingkat partisipasi

angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 63,07%, maka pada Februari 2008

tingkat partisipasi angkatan kerja tersebut mengalami peningkatan menjadi sebesar 65,61%.

Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2008 justru mengalami

penurunan dibandingkan dengan Agustus 2007. Pada Februari 2008 tingkat pengangguran

terbuka tercatat sebesar 8,49%, lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pengangguran

terbuka pada Agustus 2007 yang tercatat sebesar 9,01%.

Grafik 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 

Sumber : BPS data diolah 

Page 55: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

60

Dilihat dari lapangan usahanya, jumlah pekerja di Provinsi Kepulauan Riau masih

terkonsentrasi di sektor industri dengan total pekerja sebanyak 182.356 orang atau 30,54%

dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Penduduk yang bekerja di sektor ini mengalami

peningkatan sebanyak 51.110 orang atau 38,94% dibandingkan bulan Agustus 2007. Sektor

yang cukup dominan dalam menyerap pekerja berikutnya adalah sektor perdagangan dengan

jumlah pekerja sebanyak 112.298 orang (18,81%). Pekerja di sektor ini pada bulan Februari

2008 mengalami penurunan sebanyak 4.872 (4,16%) dibandingkan bulan Agustus 2007.

Sementara itu sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 102.178 orang atau 17,11%

dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Pekerja di sektor ini pada bulan Februari 2008

mengalami peningkatan sebanyak 20.264 orang (24,74%) dibandingkan Agustus 2007.

Menurut status pekerjaan utamanya, jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun di

Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar berkerja sebagai karyawan dengan jumlah 349.264

orang atau 58,49% dari total penduduk yang bekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah

karyawan pada bulan Februari 2008 mengalami peningkatan dibandingkan sebanyak 34.611

orang (11,00%) dibandingkan bulan Agustus 2007. Sedangkan penduduk yang bekerja

sebagai wiraswasta tercatat sebanyak 147.506 (24,70%) atau mengalami peningkatan

sebanyak 76 orang (0,05%).

Grafik 6.4. Perkembangan Pekerja Sektoral 

Grafik 6.5. Share Pekerja Sektoral 

Sumber : BPS data diolah 

Page 56: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

61

6.2. KESEJAHTERAAN

Sampai dengan bulan Maret 2008 jumlah penduduk miskin di Propinsi Kepulauan Riau

tercatat sebesar 136,4 ribu orang atau 9,18% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau

yang tercatat sebanyak 1,49 juta orang. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 12 ribu

orang (8,09%) dibandingkan dengan angka penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang

tercatat sebanyak 148,4 ribu orang atau 10,30 % dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau

saat itu yang berjumlah 1,44 juta orang.

Jumlah penduduk miskin yang berada di perkotaan pada bulan Maret 2008 mengalami

penurunan sebanyak 7,6 ribu orang (9,90%) dibandingkan dengan bulan Maret 2007

sehingga menjadi 69,2 ribu orang. Sementara penduduk miskin yang berada di pedesaan pada

Grafik 6.6. Perkembangan Pekerja menurut Status 

Grafik 6.7. Share Pekerja menurut Status 

Sumber : BPS data diolah  

Grafik 6.8. Perkembangan Penduduk Miskin

Sumber : BPS Data diolah 

Page 57: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

62

bulan Maret 2008 tercatat sebanyak 67,1 ribu orang atau mengalami penurunan 4,5 ribu

orang (6,28%) dibandingkan Maret 2007.

6.2.1. Perubahan Garis Kemiskinan 2007 – 2008

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan,

karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per

bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2007- Maret 2008, Garis Kemiskinan naik

sebesar 5,64 %, yaitu dari Rp.248.241,- per kapita per bulan pada 2007 menjadi Rp.262.232,-

per kapita per bulan pada 2008. Pada periode yang sama perkembangan garis kemiskinan

daerah perkotaan meningkat 3,87%, dan jauh lebih meningkat di wilayah perdesaan sekitar

8,22%.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis

Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa

peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan

(perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2008 peranan GKM terhadap

GK lebih besar dari Maret 2007, yaitu dari 69,87% menjadi 70,10%. Baik diperkotaan

maupun perdesaan peranan GKM terhadap GK juga terlihat meningkat, yaitu dari 65,69%

menjadi 65,88% wilayah kota, di perdesaan dari 75,98% menjadi 76,01%.

Berdasarkan komoditas, barang kebutuhan pokok yang paling penting bagi penduduk

miskin adalah beras. Pada bulan Maret 2008, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis

Kemiskinan sebesar 22,39% di perdesaan dan 16,35% di perkotaan. Selain beras, barang-

barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan

adalah gula pasir (3,14% di perdesaan dan 7,16% di perkotaan), telur (2,36% di perdesaan

Grafik 6.9. Peranan Makanan terhadap Garis Kemiskinan 

Grafik 6.10. Peranan Bukan Makanan terhadap Garis Kemiskinan  

Sumber : BPS data diolah 

Page 58: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

63

dan 3,50% di perkotaan), mie instan (3,15% di perdesaan dan 3,77% di perkotaan) dan

minyak goreng (1,69% di perdesaan dan 2,18% di perkotaan).

6.2.1. Perubahan Garis Kemiskinan 2007 – 2008

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk

miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari

kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan

juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2007- Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks Kedalaman

Kemiskinan naik dari 1,90 menjadi 2,07, demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari

0,50 menjadi 0,72 pada periode yang sama. Kenaikan nilai kedua indeks ini mengindikasikan

bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauh dari garis

kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.

Daerah perkotaan periode Maret 2007 – Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan

turun dari 2,33 menjadi 1,88, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami

penurunan, yaitu sebesar 0,11. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran

penduduk miskin daerah perkotaan cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan

ketimpangan pengeluaran penduduk miskin daerah perkotaan semakin mengecil.

Daerah perdesaan periode Maret 2007-Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan

naik dari 1,42 menjadi 2,29, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami peningkatan

yang signifikan, yaitu dari 0,29 menjadi 0,87. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata

pengeluaran penduduk miskin daerah perdesaan cenderung makin menjauhi garis kemiskinan

dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin daerah perdesaan semakin bertambah.

Grafik 6.11. Indeks Kedalaman Kemiskinan 

Grafik 6.12. Indeks Keparahan Kemiskinan 

Sumber : BPS data diolah 

Page 59: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

64

Pada periode Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan

Kemiskinan daerah perdesaan lebih besar dari perkotaan. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata

pengeluaran penduduk miskin daerah perdesaan lebih jauh dari garis kemiskinan dibanding

perkotaan daerah, dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin perdesaan lebih melebar

dibanding daerah perkotaan.

Page 60: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

65

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI

Berbagai tekanan dari sisi permintaan akan menjadi determinan utama

tertahannya laju pertumbuhan di triwulan IV-2008. Meski dampaknya semakin minimal,

belum pulihnya daya beli masyarakat masih akan mempengaruhi kinerja sejumlah sektor

ekonomi seperti sektor perdagangan, pengangkutan dan bangunan. Di samping itu,

perekonomian juga mendapat tekanan dari melambatnya aktivitas ekonomi global, terlebih

sejak terjadinya resesi keuangan di Amerika Serikat. Selain berimplikasi pada operasional rutin

perusahaan, kesulitan likuiditas yang dialami sejumlah negara akan mempengaruhi ekspansi

bisnis yang akan dilakukan. Dengan demikian, arus investasi yang masuk ke Kepulauan Riau

diperkirakan semakin tertahan.

Inflasi IHK kota Batam selama triwulan IV-2008 diproyeksi relatif menurun dibanding

saat ini. Tekanan inflasi akhir tahun (Natal dan Tahun Baru) diperkirakan cukup minimal karena

tidak terjadi lonjakan permintaan dan distribusi barang yang relatif stabil. Sementara efek

kenaikan harga BBM terhadap inflasi sudah mulai hilang sejak bulan Agustus 2008.

 

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Laju pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2008 diperkirakan berada di kisaran

5,17% - 6,22% (y-o-y). Pesimisme menghadapi kondisi ekonomi triwulan mendatang

diidentifikasi berasal dari tekanan permintaan domestik dan internasional. Permintaan

domestik masih belum pulih karena kenaikan pendapatan tidak sebanding dengan naiknya

harga-harga kebutuhan. Sementara kondisis global yang saat ini memasuki masa sulit cukup

berpengaruh terhadap aktivitas produksi perusahaan di Kepulauan Riau, khususnya kota

Batam. Hal ini disebabkan karena seluruh produksi perusahaan manufaktur yang berdomisili di

Batam akan diekspor kembali ke prinsipalnya. Adapun sebagian besar ekspor barang yang

keluar dari wilayah kepabeanan ditujukan ke Singapura, yakni mencapai 70% dari total

ekspor. Atau dengan kata lain, industri pengolahan yang berada di Batam merupakan

perpanjangan tangan dari negara tersebut.

Page 61: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

66

Atas dasar itu, perkembangan perekonomian Singapura menjadi faktor penting untuk

dicermati karena akan sangat mempengaruhi pertumbuhan sektor industri pengolahan di

Batam dan Kepulauan Riau. Perekonomian negara tetangga di triwulan III-2008 semakin

menurun bahkan menyentuh level negatif. Laju pertumbuhan ekonomi Singapura di triwulan

III-2008 diperkirakan semakin tertekan dibanding triwulan sebelumnya dari 2,3% menjadi -

0,5%. Buruknya rapor perekonomian Singapura di triwulan ini menjadi lebih

mengkhawatirkan karena didorong oleh menurunnya kinerja sektor manufaktur dimana

sebelumnya juga telah menurun 4,9%. Sementara di sisi harga-harga, kecenderungan inflasi

yang masih tinggi juga akan menghambat recovery pertumbuhan di triwulan ke depan. Meski

demikian masih terdapat peluang pertumbuhan sebagaimana diharapkan oleh pemerintah

Singapura, dimana perekonomian selama tahun 2008 diperkirakan tumbuh sebesar 3%.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Grafik 7.1–Pertumbuhan Ekonomi&Inflasi Singapura

Sumber : MTI Singapore Sep.2008 *) advanced estimated

Tabel 7.1 – Perkembangan Ekonomi Singapura

Sumber : BI – DSM & MTI Singapore

Grafik 7.2 – Nilai Tukar IDR terhadap SGD Grafik 7.3 – Index Harga Solar & Gas Industri

Sumber : BI - DSM Sumber : CEIC

Page 62: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

67

Dilihat dari nilai tukar terhadap Singapura Dollar (SGD), mata uang Rupiah juga masih

mengalami pelemahan sejalan dengan pelemahan terhadap Dollar Amerika. Sebagaimana

diketahui, peredaran mata uang SGD di Kepulauan Riau cukup tinggi dan transaksi dalam

mata uang tersebut masih lazim dilakukan. Kondisi-kondisi tersebut sangat tidak mendukung

perekonomian Kepulauan Riau karena ketergantungannya yang cukup tinggi terhadap negara

tersebut. Mengingat besarnya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pembentukan

PDRB maka menurunnya size ekonomi Singapura akan berdampak cukup signifikan terhadap

laju perekonomian propinsi Kepulauan Riau.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.6 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Bangunan

Grafik 7.5 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.4 – Estimasi Pertumbuhan Ekonomi

Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Bank Indonesia Batam

Tabel 7.2 – Slope Sektoral PDRB Kepulauan Riau

Page 63: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

68

Tenanan daya beli dan menurunnya aktivitas perekonomian global terutama Singapura

berdampak negatif terhadap pertumbuhan di setiap sektor ekonomi. Implikasi paling besar

akan dirasakan sektor industri pengolahan yang diproyeksi melambat sekitar 1% sehingga

pertumbuhan di triwulan IV-2008 akan berada di kisaran 4,11% - 5,18%. Berdasarkan

asesmen yang dilakukan, pengaruh langsung yang diberikan sektor ini cukup besar dan

signifikan. Dengan mengabaikan sektor lainnya, estimasi penurunan sektor industri sebesar

1% akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,1%.

Adapun perlambatan yang dialami sektor industri masih akan berlanjut di triwulan IV-

2008. Penurunan disebabkan berkurangnya permintaan masyarakat terhadap perumahan

terutama perumahan kecil-menengah atau tipe <70m2. Di samping itu, kegiatan konstruksi

swasta juga diperkirakan melambat sejalan dengan terhambatnya ekspansi. Sektor bangunan

diperkirakan tumbuh sekitar 18,86% - 22,45%.

Industri pengangkutan sebagai sektor yang paling terpengaruh oleh kenaikan harga

BBM diperkirakan masih belum pulih. Turunnya pertumbuhan sektor ini terkait dengan

tekanan daya beli yang juga dihadapi oleh negara-negara tetangga, sehingga aktivitas

bepergian dari dan menuju Batam akan berkurang. Pertumbuhan sektor ini diperkirakan

sekitar 9,74% - 10,88%. Melambatnya sektor pengangkutan juga berpengaruh pada aktivitas

di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang pada

triwulan ini tumbuh 8,36% diperkirakan semakin melambat pada kisaran 7,16% - 8,34%.

Namun demikian, ekspektasi segera teralisasinya FTZ di Batam, Bintan dan Karimun serta

ditetapkannya Batam sebagai salah satu kota MICE (Meetings, Incentive, Convention &

Exhibition ) di Indonesia diharapkan mampu menahan dampak perlambatan lebih jauh yang

akan terjadi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Grafik 7.8 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Pengangkutan & Komunikasi

Sumber : Proyeksi BI BatamSumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.7 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Page 64: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

69

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pertumbuhan sektor keuangan juga diproyeksi melambat pada level 8,24% - 9,38%.

Perlambatan masih terkait dengan kondisi likuiditas perbankan secara nasional yang tumbuh

lebih moderat dibanding ekspansi kredit yang dilakukan. Meski demikian, pertumbuhan

kelembagaan perbankan terutama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih akan terjadi. Adapun

sampai dengan akhir tahun diperkirakan akan terdapat sekitar 25 BPR, bertambah 6 BPR

dibanding posisi September 2008 dimana terdapat 19 BPR. Sedangkan pertumbuhan sektor

pertanian di triwulan IV-2008 diperkirakan relatif konstan dibanding saat ini yang tumbuh

2,18%. Laju pertumbuhan di triwulan akhir 2008 diproyeksi sekitar 2,01% - 2,89%.

Di sisi penerimaan, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga relatif konstan meski

terdapat kecenderungan meningkat. Adanya peningkatan nilai tambah di komponen konsumsi

terutama didorong oleh meningkatnya pengeluaran rumah tangga menjelang akhir tahun. Di

samping itu, pengeluaran anggaran belanja pemerintah yang belum proporsional diperkirakan

akan terealisasi di akhir tahun 2008. Konsumsi Rumah tangga diperkirakan tumbuh sekitar

18,09% - 19,45%.

 

 

 

 

 

 

Grafik 7.9 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Keuangan

Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.10 – Estimasi Pertumbuhan Sektor Pertanian

Page 65: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

70

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

 

Menurunnya aktivitas ekonomi global akan sangat mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi di sisi investasi. Aktivitas investasi barang modal (PMTB) diperkirakan semakin

menurun di triwulan mendatang, sehingga hanya tumbuh pada kisaran 22,20% - 25,39%.

Sejalan dengan itu, aktivitas perdagangan luar negeri (ekspor-impor) juga kembali akan

mendapat tekanan. Meski diproyeksi masih terdapat peluang bagi pertumbuhan ekspor,

namun tren meningkatnya impor akan semakin memperbesar defisit neraca perdagangan

Kepulauan Riau secara riil. Ekspor diperkirakan tumbuh sekitar 1,77% - 3,85%, sedangakan

pertumbuhan impor akan berada di kisaran 23,21% - 26,71%. Laju penurunan lebih lanjut

diharapkan dapat tertahan dengan dipercepatnya implementasi FTZ secara nyata. Penataan

infrastruktur lokal dan promosi ke negara-negara Timur Tengah yang relatif lebih bertahan

Grafik 7.13 – Estimasi Pertumbuhan Ekspor

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.14 – Estimasi Pertumbuhan Impor

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.11–Estimasi Pertumbuhan Konsumsi RT

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.12 – Estimasi Pertumbuhan Investasi PMTB

Sumber : Proyeksi BI Batam

Page 66: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

71

terhadap krisis global diharapkan dapat memberi stimulus baru bagi pertumbuhan ekonomi

Kepulauan Riau.

7.2. PROSPEK INFLASI Memperhatikan kecenderungan pergerakan indikator ekonomi wilayah Provinsi

Kepulauan Riau serta berdasarkan pemantauan pada hal-hal yang dapat memberikan

pengaruh bagi pergerakan dimaksud seperti dampak musiman, pengaruh alam,

perkembangan terkini mengenai perekonomian global serta dampak kenaikan harga Bahan

Bakar Minyak (BBM) sampai dengan triwulan III 2008, prospek inflasi pada periode triwulan IV

2008 diperkirakan tetap mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi kecenderungan

menurun.

Prospek harga di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan

tetap mengalami inflasi pada kisaran 9% - 10% (yoy) atau 0,83% - 1,40% (qtq) sehingga

sampai dengan akhir tahun 2008 inflasi tahun kalender diperkirakan akan berada pada kisaran

8,40% - 9,31% (ytd).

Kelompok bahan makanan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan menjadi

penyumbang inflasi terbesar dengan angka inflasi sekitar 13,58% - 15,79% (yoy). Secara

triwulanan, kelompok bahan makanan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami

inflasi pada kisaran 0,41% - 1,22% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada triwulan IV 2008

inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata sekitar

0,41% (mtm). Sampai akhir tahun inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan berada pada

kisaran 12,88 – 13,58% (ytd).

Grafik 7.15 Estimasi Inflasi Umum

Page 67: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

72

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV 2008

diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 4,58% - 5,33% (yoy). Secara triwulanan,

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2008 diperkirakan

akan mengalami inflasi pada kisaran 0,23% - 1,04% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada

triwulan III 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per

bulan sekitar 0,35% (mtm). Sampai akhir tahun 2008, inflasi kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau diperkirakan akan berada pada kisaran 4,76% - 5,22% (ytd).

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV 2008

diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 6,80% - 7,16% (yoy). Secara triwulanan,

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV 2008 diperkirakan

akan mengalami inflasi pada kisaran 1,69% - 1,07% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada

triwulan IV 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per

bulan sekitar 0,36% (mtm). Sampai akhir tahun inflasi kelompok perumahan diperkirakan

berada pada kisaran 6,93% - 7,16% (ytd).

Grafik 7.16 Estimasi Inflasi Bahan Makanan Grafik 7.17 Estimasi Inflasi Makanan Jadi 

Grafik 7.18 Estimasi Inflasi Perumahan Grafik 7.19 Estimasi Inflasi Sandang 

Page 68: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

73

Kelompok sandang pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan

kisaran 7,96% - 10,56% (yoy). Secara triwulanan, kelompok sandang pada triwulan IV 2008

diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,83% - 1,74% (qtq). Sedangkan secara

bulanan, pada triwulan III 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi

dengan rata-rata per bulan sekitar 0,58% (mtm). Sampai akhir tahun 2008 inflasi kelompok

sandang diperkirakan pada kisaran 7,76% - 8,22% (ytd)

Kelompok kesehatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi

dengan kisaran 5,48% - 6,43% (yoy). Secara triwulanan, kelompok kesehatan pada triwulan

IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,49% - 0,71% (qtq). Sedangkan

secara bulanan, pada triwulan IV 2008 inflasi kelompok kesehatan diperkirakan akan

mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sekitar 0,16% (mtm). Sampai dengan akhir

tahun 2008 kelompok kesehatan diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran angka

5,57% - 6,43% (ytd).

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan

mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami

peningkatan terkait dengan dimulainya tahun ajaran baru sekolah. Kelompok pendidikan,

rekreasi dan olahraga pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan

kisaran 1,97% - 2,14% (yoy). Secara triwulanan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga

pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,64% - 2,20% (qtq).

Sedangkan secara bulanan, pada triwulan IV 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan

mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sekitar 0,21% (mtm).

Kelompok tranportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan IV 2008

diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 8,85% - 9,09% (yoy). Secara triwulanan,

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2008 diperkirakan

akan mengalami inflasi pada kisaran 1,62% - 2,36% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada

Grafik 7.20 Estimasi Inflasi Kesehatan  Grafik 7.21 Estimasi Inflasi Pendidikan  

Page 69: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO - bi.go.id fileaktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan III ‐ 2008 

74

triwulan IV 2008 inflasi kelompok kesehatan diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-

rata per bulan sekitar 0,79% (mtm). Sampai dengan akhir tahun 2008 kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan diperkirakan akan berada pada kisaran 9,06% - 9,14% (ytd).