17

Click here to load reader

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

1 Univeritas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan anak secara kognitif dan emosional dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah hal-hal

yang muncul dari dalam diri anak, seperti sifat-sifat genetis yang diturunkan oleh

orang tuanya. Sebaliknya, faktor ekstern adalah hal-hal yang muncul dari luar diri

anak, seperti pola didik orang tua dan pengaruh lingkungan. Salah satu hal dalam

lingkungan yang mempengaruhi kognitif dan emosional anak adalah bacaan.

Piaget dalam Norton mengatakan ”books and related literature experiences are

frequently mentioned as a means of stimulating cognitive development.”1 Norton

juga mendukung hal tersebut melalui pendapatnya “literature can play a dramatic

role in developing self concept and feelings of self-worth.” 2

Bacaan dapat membantu anak dalam membangun konsep diri dan perasaan

karena bacaan yang baik mengandung gagasan berupa nilai-nilai positif yang

penting dalam masa perkembangan anak. Nilai-nilai ini di antaranya adalah sikap

menghargai perbedaan, sopan santun, semangat berjuang, dll. Karakter-karakter

yang terdapat di dalam bacaan memberi contoh langsung pada pembaca tentang

hal-hal yang baik dan tidak baik. Melalui alur cerita yang diperankan tokoh-tokoh,

anak diajak untuk bersikap peka pada lingkungan sekitarnya. Misalnya, ada

sebuah cerita dengan tokoh seorang anak. Ia senang sekali menggambar sehingga

tembok rumahnya penuh dengan coretan. Suatu hari ia melihat ayahnya kelelahan

karena harus mengecat seluruh tembok rumah yang kotor karena coretan tersebut.

Anak itu kemudian merasa bersalah dan memutuskan untuk tidak lagi

menggambar di tempat-tempat yang tidak semestinya. Cerita sederhana semacam

ini dapat menyentuh perasaan anak karena saat membaca anak akan

memposisikan diri mereka sebagai tokoh di dalam cerita tersebut. Melalui proses

ini anak sebagai pembaca belajar untuk memahami perasaan orang lain sekaligus

1 Donna E. Norton, Through the Eyes of a Child: An Introduction to Children’s

Literature. hlm.8. 2 Ibid., hlm. 19.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

2

Univeritas Indonesia

membentuk konsep nilai dalam pemikiran mereka tentang hal yang baik dan tidak

baik untuk dilakukan.

Dari bacaan yang baik, seorang anak akan memperoleh pengetahuan

tentang dirinya dan dunia sekitarnya, memperkaya perbendaharaan kata-kata, dan

meningkatkan kemampuan diri dalam menggunakan sarana bahasa tersebut untuk

tujuan lisan maupun tulisan.3

Bacaan bermanfaat sebagai alat pendidikan, alat

pembentuk watak, alat identifikasi diri, alat untuk mengembangkan minat, dan

alat rekreasi. Melalui manfaat-manfaat yang terkandung di dalamnya, bacaan

sebagai salah satu media informasi memiliki peranan penting dalam

perkembangan anak. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Norton.

Book take children into imaginative worlds that stimulate additional creative experiences as they tell or write their own stories and interact with each other during creative drama…. Because children can learn from literature how other people handle their problems, vicarious experiences with the characters in books can help them deal with similar problems. These experiences can also help children understand other people’s feelings.4

Setelah mengetahui manfaat-manfaat bacaan anak, lantas bagaimana

pengertian bacaan anak itu sendiri? Batasan-batasan apa yang mampu

mengklasifikasikan sebuah bacaan masuk ke dalam kategori bacaan anak? Ada

beberapa pendapat yang menjelaskan hal ini. Liotohe mengatakan bahwa “cerita

anak-anak itu bukanlah semata-mata cerita tentang anak-anak, melainkan cerita

untuk anak-anak yang diolah sedemikian rupa sehingga jelas, hidup, berkesan, dan

sanggup menyentuh lubuk jiwa seorang anak.”5 Sementara itu ada juga pendapat

lain dari Sarumpaet yang mengatakan “bacaan anak adalah bacaan yang

dikonsumsi anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan orang dewasa dan

penulisannya juga dilakukan oleh orang dewasa.”6

Menurut jenisnya bacaan anak dapat dibagi menjadi bacaan fiksi dan

nonfiksi. Bacaan fiksi merupakan bacaan yang berisi cerita rekaan, khayalan, dan

3 Wimanjaya K. Liotohe, Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak-Anak (Balai Pustaka,

1991) hlm.19. 4 Norton, Op. Cit., hlm.5. 5 Liotohe, Op. Cit., hlm.14. 6 Riris K. Sarumpaet, Bacaan Anak-Anak, Suatu Penyelidikan Pendahuluan ke dalam

Hakekat, Sifat, dan Corak Bacaan Anak-Anak serta Minat Anak pada Bacaannya (Pustaka Jaya, 1976) hlm.23.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

3

Univeritas Indonesia

tidak berdasarkan kenyataan. Dilihat dari bentuknya, jenis bacaan ini terbagi

menjadi prosa, puisi, dan naskah drama. Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa naskah drama anak sebagai salah satu jenis bacaan anak

adalah karya drama yang dikonsumsi anak-anak dengan bimbingan dan

pengarahan orang dewasa dan penulisannya juga dilakukan oleh orang dewasa.

Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama

untuk orang dewasa. Mereka yang sudah banyak menulis naskah drama untuk

orang dewasa belum tentu mampu menulis naskah drama untuk anak-anak.

Mengarang cerita anak-anak lebih sulit daripada mengarang cerita untuk orang

dewasa karena cerita anak-anak terikat macam-macam keterbatasan. Maksudnya

adalah keterbatasan dalam faktor bahasa, ruang lingkup, dan daya tanggap anak-

anak.7

N. Riantiarno menulis lebih dari 200 naskah lakon dan 30 skenario film, skenario sinetron, cerpen, dan puisi karyanya sudah tak terhitung. Novel ada dua. Namun dari jumlah itu, ternyata hanya ada satu naskah sandiwara untuk anak.Judulnya Jujur itu..., yang menang dalam Lomba Penulisan Drama P&K (1978). Ternyata menulis naskah lakon untuk anak-anak sangat sulit.

Jadi, orang dewasa yang ingin menulis cerita anak harus mengolah ide

cerita dalam pikirannya menjadi sebuah rangkaian cerita dari sudut pandang anak-

anak. Kutipan berikut dapat memberi gambaran tentang sulitnya menulis naskah

drama anak:

8

Tahun 1976 sampai tahun 1981 Dewan Kesenian Jakarta mengadakan

sayembara penulisan naskah drama anak-anak secara rutin. Hal yang sama juga

dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Kesenian Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan serta Dinas Kebudayaan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sejak tahun

1977-1994. Hal ini menyebabkan meningkatnya minat penulis naskah drama

anak-anak. Judul-judul naskah drama anak pemenang dua sayembara tersebut

terdapat dalam lampiran 1 dan 2.

Sebagian karya itu terdapat di Pusat Dokumentasi Sastra H.B.Jassin.

Sayang, hanya beberapa yang diterbitkan sehingga karya-karya tersebut tidak

dapat dinikmati secara luas oleh masyarakat. Ada 19 naskah drama anak yang

7 Liotohe, Op.Cit., hlm.14. 8 Nano Riantiarno, Menyentuh Teater – Tanya jawab Seputar Teater Kita (MU:3 Books,

2003) hlm.39.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

4

Univeritas Indonesia

sudah diterbitkan dalam 9 buku yang 5 di antaranya berupa antologi.9

Muhammad Bilal juga memiliki dua antologi, yaitu Hati yang Damai dan

Buku Jendela Dunia. Hati yang Damai (1981) terdiri dari dua naskah, yaitu “Hati

yang Damai” dan “Bintang-Bintang” sedangkan Buku Jendela Dunia (1981)

terdiri dari dua naskah, yaitu “Buku Jendela Dunia” dan “Petualangan si Piti.”

Antologi berikutnya adalah Tiga Kumpulan Sandiwara Anak-anak (1981) karya

Tuty Tri Murty. Buku ini terdiri dari tiga naskah, yaitu “Mencari Buah

Kemunting,” “Bedo Anak Berani,” dan “Jamilah.” Mansur Sarmin juga memiliki

sebuah antologi berjudul Warna dan Kasih Sayang (1982) yang terdiri dari dua

naskah, yaitu “Warna” dan “Kasih Sayang.” Terakhir adalah sebuah antologi

karya Daly Soeswandy Kumpulan Sandiwara Anak-Anak (1985). Karya ini terdiri

dari enam naskah, yaitu “Di jalan Raya,” “Terang Bulan,” “Kera yang Nakal,” ‘Di

Hutan,” “Di Kebun Bunga,” dan “Saling Memaafkan.”

Buku yang

tidak berupa antologi adalah Kalung Ajaib (1982) karya Sudibyanto, Kungkung si

Katak Kecil (1983) karya Dharnoto, Gua (1983) dan Ayo (1986) karya

Mohammad Bilal.

Berbeda dengan tahun 1970-an, saat ini sulit untuk menentukan nama-

nama penulis yang produktif menghasilkan naskah drama anak karena kedua

ajang tersebut sudah tidak diselenggarakan lagi. Sekarang hanya ada Festival

Teater Anak (FTA) yang salah satu kategori lombanya adalah naskah terbaik.

FTA diadakan sejak tahun 199910

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan memilih naskah pemenang

dalam lomba yang diadakan Depdikbud karena ruang lingkup

dan hingga saat ini sudah menghasilkan lima

naskah drama terbaik yang belum dibukukan. Naskah-naskah tersebut adalah

“Kucing-Kucing Sampah” (1999) karya Exsan Zein, “Kado dari Ibu” (2001)

karya Djaelani Manock, “Dongeng Koboi Konyol” (2004) karya Andi Bersama,

“Si Mamat Berjanji” (2006) karya Djaelani Manock, dan “Gadis Kecil Penjentik

Jemari” (2008) karya Manahan Hutauruk.

9 Salim Djundam, “Penemaan 19 Drama Anak-anak Tahun 1980-an” (Skripsi Sarjana

FSUI, Jakarta, 1996), hlm. 12. 10 Festival Teater Anak (FTA) pertama kali diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ)

pada tahun 1978. Pelaksanaan kedua sampai kelima berturut-turut terjadi dari tahun 1980-1983. Setelah itu FTA vakum dan kembali diselenggarakan tahun 1999 dengan Lembaga Teater Anak Indonesia (Letaki) sebagai pelaksananya. Sejak itu FTA diselenggarakan tiap dua tahun sekali.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

5

Univeritas Indonesia

penyelenggaraannya dianggap paling luas. Dari kurun waktu penyelenggaraan

1977-1994 sudah terkumpul 906 naskah dari seluruh pelosok Indonesia. Dari

naskah-naskah juara 1 dipilihlah empat naskah terbaik yang kemudian dibukukan

dalam Bunga Rampai Kumpulan Naskah Drama Pemenang Sayembara Naskah

Sandiwara untuk Anak-Anak. Empat naskah yang terdapat dalam buku tersebut

adalah “Mencari Taman” (pemenang tahun 1977) karya Noorca M. Massardi,

“Kerajaan Burung” (pemenang tahun 1980) karya Saini K. M, “Neng-Nong”

(pemenang tahun 1993) karya M. Udaya Syamsuddin, dan “Dalang dan Wayang”

(pemenang tahun 1994) karya Cucu S. Sondarie.

Buku ini kemudian disebarluaskan ke sanggar-sanggar/sekolah-sekolah di

Indonesia sebagai upaya Depdikbud saat untuk memajukan khazanah drama anak

Indonesia dan membantu mengembangkan kegiatan seni teater anak di Indonesia.

Dalam uraian kata pengantarnya, dijelaskan bahwa buku ini merupakan usaha

untuk memenuhi permintaan masyarakat. Direktorat Nilai Estetika Depdiknas

sebagai instansi pemerintah yang berkaitan dengan pembinaan, pengembangan,

dan pelestarian kesenian di Indonesia sering mendapat permintaan naskah drama

anak dari daerah. Oleh karena itu, buku ini diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat tersebut.

Empat naskah yang terdapat dalam Bunga Rampai Kumpulan Naskah

Drama Pemenang Sayembara Naskah Sandiwara untuk Anak-Anak merupakan

naskah-naskah pilihan dari naskah-naskah pemenang sayembara tersebut. Dalam

keempat naskah ini penulis berusaha mengemukakan sejumlah gagasan, antara

lain kasih sayang antara anak dan orang tua, indahnya persahabatan, menariknya

hidup sederhana, dan betapa pentingnya menjaga lingkungan. Hal-hal tersebut

merupakan hal yang dekat dengan keseharian anak-anak.

Setelah membaca keempat naskah dalam buku ini, ternyata ada satu

naskah yang mengemukakan gagasan yang juga terdapat dalam naskah lainnya.

Naskah tersebut adalah “Mencari Taman” karya Noorca M. Massardi. Cerita

dalam naskah ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan hak anak untuk

mendapatkan lingkungan yang sesuai dalam masa pertumbuhannya. Dalam hal ini

lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam yang sehat, bersih, dan aman.

Gagasan tersebut dikemas dalam penokohan, latar, dan alur yang universal.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

6

Univeritas Indonesia

Maksudnya adalah ketiga unsur intrinsik ini tidak dijelaskan detail, melainkan

berupa tanda-tanda saja. Hal ini membuat naskah tersebut tidak diidentikkan

dengan masa atau masyarakat tertentu. Gagasan yang diangkat pun sangat umum,

namun tetap aktual hingga sekarang. Misalnya gagasan tentang kerusakan

lingkungan yang terdapat dalam “Mencari Taman” sangat sesuai dengan isu

global warming yang sedang banyak dibahas saat ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gagasan adalah ‘hasil

pemikiran/ide.’ Gagasan ini berupa nilai-nilai kehidupan yang ingin diangkat

pengarang sebagai hal penting yang harus mendapatkan perhatian pembacanya.

Gagasan dapat disampaikan melalui berbagai tanda budaya dan gaya bahasa.

Gaya bahasa misalnya adalah penggunaan tanda-tanda berkonotasi. Tanda-tanda

beronotasi ini kemudian digunakan Noorca secara fungsional sebagai alat untuk

meyampaikan gagasannya.

Dalam menyampaikan isi cerita, Noorca menggunakan tanda berupa tokoh

yang dekat dengan keseharian anak-anak,seperti gadis kecil, boneka, bulan,

matahari, dan tokoh fiktif lainnya. Tokoh-tokoh tersebut ternyata merupakan

sebuah tanda yang memberi makna dalam alur cerita. Latar yang digunakan pun

merupakan tanda-tanda atas banyak makna yang dapat ditafsirkan. Penandaan

seperti ini dapat dianalisis menggunakan pendekatan semiotika.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Noorca sebagai seorang penulis ingin menyampaikan gagasannya tentang

dunia anak-anak yang mulai terganggu akibat ulah orang-orang dewasa. Gagasan

ini memunculkan berbagai masalah yang kemudian terjalin dalam alur cerita.

Sebagai naskah yang beralur spiral, “Mencari Taman” seolah ingin menunjukkan

bahwa permasalahan yang diangkat di dalamnya merupakan hal-hal yang terus

terjadi secara berulang. Dalam menyampaikan gagasannya, pengarang

menggunakan tanda-tanda yang dikemas melalui beberapa unsur intrinsik

dominan, yaitu penokohan, latar, dan alur. Tanda-tanda ini kemudian digunakan

secara fungsional untuk membantu pembaca dalam memahami gagasan ada dalam

naskah “Mencari Taman.” Berdasarkan uraian di atas, rumusan permasalahan

dalam penelitian ini adalah:

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

7

Univeritas Indonesia

a. Apa saja tanda yang digunakan Noorca dalam menyampaikan

gagasannya pada naskah “Mencari Taman”?

b. Bagaimana tanda-tanda tersebut secara fungsional dapat membantu

penyampaian gagasan Noorca pada naskah “Mencari Taman”?

1.3 Tujuan Penelitian

Ada banyak cara yang digunakan pengarang dalam menyampaikan gagasan

pada karya yang ditulisnya, salah satunya adalah melalui unsur-unsur intrinsik.

Noorca menggunakan penokohan, alur, dan latar dalam “Mencari Taman” sebagai

tanda-tanda yang secara fungsional membantunya dalam menyampaikan gagasan.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis tanda-

tanda dalam naskah “Mencari Taman” dalam peranannya sebagai alat bantu

pengarang saat menyampaikan gagasannya. Tanda-tanda tersebut akan dianalisis

dengan pendekatan semiotika.

1.4 Landasan Teori

Naskah drama anak “Mencari Taman” merupakan sebuah teks dengan

tanda-tanda di dalamnya. Pengarangnya menggunakan tanda-tanda ini sebagai

sarana untuk menyampaikan gagasan teks tersebut. Suatu teks dapat dianggap

sebagai suatu tanda dan dibentuk oleh sejumlah tanda-tanda lain. Tanda-tanda ini

kemudian berperan penting dalam proses penafsiran. “Proses penafsiran dapat

terjadi karena tanda yang bersangkutan merujuk pada suatu kenyataan

(denotatum). Setelah itu terjadi pembentukan tanda baru dalam pikiran si

penafsir.”11 Rujukan kenyataan (denotatum) dapat juga berupa bagian dari teks

lain. Sebuah penelitian pada umumnya beranjak dari sebuah teks tertentu. Teks itu

kemudian ditelaah, dirumuskan masalahnya, baru kemudian dianalisis. Sebuah

teks harus memenuhi kriteria tekstualitas,12

1. Kohesi : di antara unsur-unsurnya terdapat kaitan semantis

yaitu:

yang ditandai secara formal.

11 Aart van Zoest, Fiksi dan Nonfiksi dalam Kajian Semiotik (Intermasa, 1991) hlm.3. 12 R de Beaugrande, Text, Discourse, and Process (Norwood, N.J.: Ablex, 1980), hlm.19-

20, dikutip oleh Benny H. Hoed, “Bahasa dan Sastra dalam Tinjauan Semiotik dan Hermeneutik,” Semiotika Budaya (Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004), hlm.57.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

8

Univeritas Indonesia

2. Koherensi : segi isinya dapat berterima karena memenuhi

logika tekstual.

3. Intensionalitas : teks diproduksi dengan maksud tertentu.

4. Keberterimaan : berterima bagi masyarakat pembaca.

5. Intertekstualitas : mempunyai kaitan semantis dengan teks lain.

6. Informativitas : mempunyai informasi/ pesan tertentu.

Naskah “Mencari Taman” memenuhi hampir semua kriteria di atas. Teks

ini merupakan wujud kreativitas Noorca. Melalui gagasan-gagasan di dalamnya

penulis ingin mendeskripsikan hal-hal penting yang membutuhkan perhatian

pembaca. Berkaitan dengan kriteria pertama, teks “Mencari Taman” memiliki

kaitan semantis yang ditandai secara formal antar unsur-unsurnya. Misalnya

penggunaan tanda baca dalam teks tersebut. Isi teks “Mencari Taman” juga

berterima dari segi isi karena terdapat hubungan-hubungan yang logis antar unsur

di dalamnya. Jalinan alur berjalan sesuai sebab akibat dan beberapa tanda di

dalamnya memiliki makna konotasi yang membantu penyampaian gagasan cerita.

Hal ini sesuai dengan kriteria kedua. Berkaitan dengan kriteria ketiga, naskah ini

diproduksi untuk menyampaikan gagasan pengarang. Naskah ini kemudian

diikutsertakan dalam sayembara dan menjadi pemenang. Selanjutnya naskah ini

dipentaskan oleh beberapa grup teater anak. Kriteria keempat, yaitu

keberterimaan, tidak dapat dibahas dalam konteks penelitian ini. Hal ini karena

kriteria keberterimaan berkaitan dengan resepsi pembacanya sehingga dibutuhkan

penelitian yang berbeda untuk mengetahuinya.

Kriteria kelima dan keenam telah dipenuhi oleh teks “Mencari Taman.”

Dalam penceritaannya Noorca menggunakan tokoh-tokoh yang memiliki

hubungan dengan teks lain, seperti tokoh raksasa dari cerita rakyat dan tokoh

Sukrasana dari cerita wayang. Secara keseluruhan cerita ini juga memberikan

informasi/pesan kepada pembacanya. Berkaitan dengan kriteria ke-5 dan ke-6,

sebuah teks baru dapat dikatakan memiliki kaitan semantis dengan teks lain dan

memiliki pesan tertentu jika pembacanya menemukan tanda dalam teks tersebut

yang dapat dijadikan sebagai indikator. Tanda adalah sesuatu yang dapat

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

9

Univeritas Indonesia

mewakili yang lain dalam batas-batas tertentu.13

Semiotika adalah suatu cara pemahaman mengenai realitas sedangkan

fenomena semiotika (semiosis) adalah realitas itu sendiri. Semiotika adalah studi

tentang tanda dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti cara

berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan

penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.

Ilmu yang mempelajari tanda

disebut semiotika. Semiotika berasal dari kata semion dalam bahasa Yunani yang

artinya adalah ‘tanda.’ Hal ini berkaitan dengan istilah semainon (penanda) dan

semainomenon (petanda).

14 Selain pendapat di atas,

ada juga yang mengatakan bahwa semiotika adalah ilmu yang dipersembahkan

khusus ke studi produksi makna dalam masyarakat. Semiotika juga berkaitan

dengan proses-proses ‘signifikasi’ (penandaan) dan proses-proses ‘komunikasi’,

yakni sebuah alat/media tempat makna-makna ditetapkan/dipertukarkan. Objek-

objek semiotika merupakan kode-kode dan sistem tanda yang beroperasi di

masyarakat, pesan-pesan aktual, dan teks-teks yang diproduksi dengan cara

demikian.15

Ada dua tokoh yang dianggap sebagai pelopor ilmu semiotika. Mereka

adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Peirce (1834-

1914). Dua orang ini menjadi pencetus teori-teori dasar semiotika yang nantinya

akan dikembangkan oleh banyak orang, salah satunya Roland Barthes. Barthes

adalah tokoh semiotika yang mengembangkan pemikiran Saussure. Menurut

Barthes semiotik dapat digunakan untuk memahami kebudayaan. Hal ini bertolak

dari teori Saussure yang melihat semua gejala dalam kebudayaan sebagai tanda

yang terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Signifiant adalah

gejala yang tercerap oleh manusia sebagai “citra akustik” sedangkan signifie

adalah makna atau konsep yang ditangkap dari signifiant tersebut. Proses ini

hanya menghasilkan makna dalam tataran denotasi (makna leksikal). Barthes

Jadi, dapat disimpulkan semiotika merupakan ilmu yang mempelajari

segala hal yang berkaitan dengan tanda dan pemaknaan atas tanda itu sendiri.

13 Umberto Eco, A Story Semiotics (Bloomington: Indiana University Press, 1976), hlm. 15

dikutip oleh Nur Sahid, Semiotika Teater (Yogyakarta: Lembaga Penelitian ISI, 2004), hlm. 5. 14 Aart van Zoest, Serba-Serbi Semiotika, (Gramedia Pustaka Utama, 1992) hlm. 5

15 Keir Elam, The Semiotics Theatre and Drama, (London: Routledge, 1991), hlm.1 dikutip oleh Nur Sahid, Semiotika Teater ( Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, 2004) hlm. 2.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

10

Univeritas Indonesia

menyebut signifiant sebagai expression (E) atau ekspresi/ pengungkapan dan

signifie sebagai contenu (C) atau isi/konsep.

Barthes kemudian mengembangkan teori ini. Baginya hubungan (relasi

atau R) antara E dan C terjadi lebih dari satu tahap. Tahap pertama adalah dasar

(disebut sistem primer) yang terjadi pada saat tanda ditafsirkan untuk pertama

kalinya, yakni adanya R1 antara E1 dan C1. Proses itu akan dilanjutkan dengan

pengembangannya dalam sistem sekunder, yakni R2 antara E2 dan C2. Sistem

sekunder adalah suatu proses lanjutan yang mengembangkan segi E atau C. Proses

pengembangan dari sistem primer itu mengikuti dua jalur.16

E

Jalur pertama adalah

pengembangan pada segi E dan jalur kedua adalah pengembangan pada segi C.

Suatu tanda yang memiliki lebih dari satu E untuk C yang sama disebut proses

metabahasa (sinonim). Misalnya pengertian ‘panggilan anak kepada perempuan

yang melahirkannya/ dianggap sebagai orang tuanya’ diberi nama (ekspresi) Ibu.

Hal ini dapat juga diberi ekspresi lain seperti Mama, Mami, Umi, dan Bunda.

R1

1 C1

E R2

2 C2

Metabahasa Sebaliknya, tanda yang memiliki lebih dari satu C untuk E yang sama

disebut konotasi. Semiotika konotasi merupakan salah satu perkembangan

pemikiran Saussure selain semiotika komunikasi dan semiotika ekspansif.

Semiotika konotasi inilah yang kemudian dikembangkan oleh Barthes. Dalam

semiotika konotasi, sebuah tanda dapat diberi arti kedua. Konotasi ini dapat

diberikan dengan sengaja oleh pengirim, dapat juga diberikan sepihak oleh si

penerima tanpa meski hal itu tidak sama dengan maksud si pengirim. Misalnya,

dalam naskah “Mencari Taman” ada kata penjara. Kata ini merupakan sebuah

ekspresi yang memiliki makna dalam sistem primer (content) ‘bangunan tempat

mengurung orang hukuman; bui; lembaga pemasyarakatan.’ Tempat seperti ini

merupakan tempat dengan banyak keterbatasan dan aturan. Orang yang berada di

dalamnya tidak dapat berlaku bebas dan terpisah dari teman dan keluarga. Dalam 16 S.T. Sunardi, Semiotika Negativa (Buku Baik, 2004), hlm.73.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

11

Univeritas Indonesia

sistem sekunder hal ini bisa berarti ‘batasan’, ‘ketakutan’, atau ‘kesepian’.

Perluasan C inilah yang disebut konotasi. Melalui pemaknaan di sistem sekunder,

dapat ditentukan makna tambahan yang dikandung dalam naskah “Mencari

Taman.”

1. Denotatif Penanda

(E1) (R1)

2. Denotatif Petanda

(C1) 1.Tanda Denotatif/ sign/ meaning

1. Penanda Konotatif (E2) FORM (R2)

2. Petanda Konotatif

(C2) CONCEPT 2. Tanda Konotatif (E3)

SIGNIFICATION Dalam analisis semiotik ada tiga hal yang saling berkaitan satu sama

lain17

Level

, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis merupakan studi tentang

tanda dan kombinasinya sedangkan semantik adalah studi tentang relasi

antartanda dan signifikasi/ proses pemaknannya. Kemudian relasi antartanda dan

penggunanya ditelaah dalam studi pragmatik. Studi pragmatik juga membahas

penggunaan tanda dalam berbagai peristiwa dan efeknya terhadap pengguna. Ia

juga menjelaskan bahwa tiga studi di atas memiliki sifat dan elemen sendiri. Hal

itu dapat dilihat dalam tabel berikut.

Sintaksis Semantik Pragmatik

Sifat Penelitian tentang

struktur tanda.

Penelitian tentang

makna tanda.

Penelitian tentang

efek tanda.

Elemen

Penanda/petanda

Sintagma/sistem

Konotasi/denotasi

Metafora/metonimi

Struktural

Kontekstual

Denotasi

Konotasi

Ideologi/mitos

Penerimaan

Pertukaran

Wacana

Efek (psikologi,

ekonomi, sosial,

gaya hidup)

Berdasarkan tabel ini dapat dilihat bahwa konotasi merupakan elemen dari

sintaksis dan semantik. Seperti yang telah diungkapkan di atas, konotasi adalah

17 Winfried Noth, Hand Book of Semiotics (USA: Indiana University Press, 1995), hlm.50 dikutip oleh Yasraf Amir Piliang, “Semiotika sebagai Metode dalam Penelitian Desain,” Semiotika Budaya (Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia: 2004), hlm.89.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

12

Univeritas Indonesia

tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang

di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti

(artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan). Proses pemaknaan ini

bergantung pada berbagai aspek seperti psikologi dan perasaan.18

“Connotations are not purely personal meanings—they are determinined by the codes to which the interpreter has access. The term ‘connotation’ is used to refer to the socio-cultural and ‘personal’ associations (ideological, emotional, etc) of the sign. These are typiccally related to the interpreter’s class, age, gender, ethnicity and so on.”19

Naskah drama anak “Mencari Taman” karya Noorca M. Massardi adalah

sebuah teks yang memiliki tanda-tanda di dalamnya. Tanda-tanda tersebut

digunakan pengarang untuk menyampaikan gagasan cerita. Jika kita kaitkan

dengan konteks cerita “Mencari Taman”, tanda berkonotasi dapat dilihat saat

Kasih dan teman-temannya ke luar lewat jendela (E2). Hal ini merupakan tanda

untuk menjelaskan hal lain, yaitu ‘kepergian secara diam-diam dan tidak ingin

diketahui orang lain’ (C2). Dalam proses signifikasi ini ada usaha

mengasosiasikan/ menghubungkan antara E2 da C2

Selain latar dan alur, unsur tokoh dalam cerita juga memiliki peranan

penting sebagai salah satu daya tarik. “Peristiwa tak akan terasa penting lagi bagi

anak bila tokoh-tokoh yang digambarkan di dalamnya tidak mereka gandrungi.

Bagaimana mereka digambarkan dan bagaimana mereka berkembang dalam cerita

sangat penting bagi anak.”

. Jendela merupakan celah

yang berfungsi sebagai tempat sirkulasi udara dari satu ruangan ke ruangan lain

(umumnya antara ruang tertutup dan ruang terbuka). Tujuan dibuatnya jendela

bukanlah sebagai alat/celah untuk ke luar ruangan, namun bukan berarti jendela

tidak bisa dilewati oleh manusia. Oleh karena itu, adegan saat Kasih dan teman-

temannya ke luar rumah melalui jendela dapat disignifikasi dalam tahap konotasi

sebagai tindakan yang tidak ingin diketahui orang lain berdasarkan alasan-alasan

tertentu.

20

18 Ibid., hlm. 94

Salah satu cara menampilkan tokoh yang menarik

adalah melalui tanda-tanda berkonotasi yang dekat dengan keseharian mereka

sendiri. Anak dapat tertarik pada sebuah objek dan melakukan identifikasi

terhadap objek tersebut. Identifikasi adalah peniruan yang berhubungan dengan

19 Daniel Chandler, The Basics Semiotic 2nd edition (Routledge, 2007) hlm.138-139. 20 Sarumpaet, loc. cit., hlm.114.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

13

Univeritas Indonesia

sifat-sifat essensial dari hal yang dialami atau usaha anak untuk menempatkan diri

dalam perasaan, tingkah laku, dan sifat sebuah objek.21

Saat mereka sudah mulai

tertarik, ada tahap identifikasi diri. Misalnya saat membaca naskah “Mencari

Taman” seorang anak tertarik pada tokoh pesawat terbang karena syair-syair lagu

yang dinyanyikan tokoh itu menarik menurut anak tersebut. Dalam tahap

identifikasi, anak akan mulai mencerna peranan tokoh tersebut, apakah ini adalah

tokoh yang menyenangkan atau tidak, patut diteladani atau tidak, dan lain-lain.

Di sinilah peranan orang dewasa dalam memberi bimbingan kepada anak saat

membaca cerita. Penjelasan/bimbingan ini akan sangat membantu mereka utuk

memahami gagasan dari sebuah cerita yang dibacanya

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi adalah cara dalam penelitian untuk memperoleh pengetahuan

dan pemahaman dari objek yang kita teliti serta bagaimana pengetahuan dan

pemahaman itu memenuhi tujuan penelitian kita. Penelitian ini akan

menggunakan metode analisis deskriptif. “Metode analisis deskriptif adalah

metode pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek

penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.”22

Metode ini digunakan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang ada di dalam

karya sastra kemudian fakta tersebut dianalisis dengan beberapa teori untuk

menjawab pertanyaan pada permasalahan.

“Metode penelitian ilmiah bertumpu pada metodologi sedangkan teori bertumpu pada pandangan dunia (worldview). Teori-teori semiotik bertolak dari pandangan yang menyatakan bahwa dibalik apa yang tertangkap oleh pancaindera ada sesuatu yang lain yang dapat diserap oleh kognisi dan perasaan kita dan dapat dikembangkan dalam suatu pengkajian.”23

Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan gagasan-gagasan yang

terdapat dalam naskah “Mencari Taman.” Gagasan-gagasan tersebut ditentukan

dengan cara membaca karya ini secara utuh dan mendalam. Karena alur cerita

berpusat pada tokoh Kasih, pencarian gagasan dilakukan dengan cara melihat

konflik-konflik yang dialami Kasih sebagai bentuk interaksi Kasih dengan 21 Abubakar Baradja, Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspek-aspeknya dari 0 Tahun Sampai

Akhil Baliq (Studia Press, 2005) hlm.103. 22 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Gadjah Mada University Press, 2003) hlm.63. 23 Benny H. Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya (FIBUI, 2007) hlm.6.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

14

Univeritas Indonesia

lingkungan atau dengan tokoh lainnya. Setelah mengumpulkan gagasan-gagasan

dalam “Mencari Taman,” tahapan berikutnya adalah menemukan tanda-tanda

yang membantu pengarang dalam upaya penyampaian gagasan itu. Tanda-tanda

yang dikumpulkan adalah tanda-tanda berkonotasi. Hal ini dapat berupa nama

tokoh, latar, dan alur. Tanda-tanda tersebut kemudian dianalisis. Melalui hasil

analisis dapat diketahui bagaimana tanda-tanda tersebut secara fungsional

membantu pengarang dalam menyampaikan gagasan. Tanda-tanda ini adalah

tanda-tanda di sistem primer (E1). Tanda ini kemudian disignifikasi melalui

proses penafsiran (R1) dengan cara mencari makna leksikalnya dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jika makna leksikalnya tidak ditemukan

dalam kamus, E1

Hasil dari signifikasi ini adalah C

dapat ditafsirkan melalui pengertian yang sudah umum diketahui

masyarakat atau berdasarkan teks lain yang relevan.

1. Setelah itu signifikasi dilanjutkan pada

tahap sekunder. C1 dalam tahap primer menjadi tanda baru atau E2 yang akan

disignifikasi.Signifikasi dalam tahap kedua (R2) dilakukan dengan cara mencari

hubungan atau kesamaan sifat namun tetap bertumpu pada konteks cerita dalam

teks. Hasil penafsiran ini disebut dengan C2

. Hal ini kemudian akan diperkuat

dengan kutipan dalam naskah. Penemuan makna-makna baru melalui tanda

berkonotasi ini kemudian dikumpulkan dan disimpulkan. Berdasarkan gagasan

yang telah ditentukan kemudian dicarilah tanda-tanda apa saja yang secara

fungsional digunakan Noorca untuk mewujudkan tiap-tiap gagasan tersebut.

1.6 Penelitian-penelitian Terdahulu

Penelitian naskah drama anak masih sangat sedikit jumlahnya. Di Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya UI hanya ada dua skripsi mengenai naskah drama anak,

yaitu “Pembahasan Khusus atas Struktur dan Tekstur Drama Anak-anak

Pemenang Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Anak-anak DKJ” karya W.

Sulistyo (1991) dan “Penemaan 19 Drama Anak-Anak tahun 1980-an” yang

ditulis oleh Salim Djundam (1996). Penelitian tentang naskah drama anak tidak

ditemukan dalam karya tulis mahasiswa S2 maupun S3 di Fakultas Ilmu

Pengetahan Budaya UI.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

15

Univeritas Indonesia

Jika uraian di atas merupakan penelitian yang memiliki kesamaan objek

dengan penelitian ini (naskah drama anak), berikut akan diuraikan pula beberapa

penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan pendekatan dengan penelitian ini

(semiotik). Berbeda dengan penelitian tentang naskah drama anak, penelitian

dengan menggunakan pendekatan semiotik yang terdapat di Perpustakaan FIBUI

lebih beragam, yaitu berupa skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian. Selain

itu ada pula berupa pidato pengukuhan guru besar.

Ada beberapa penelitian yang menggunakan semiotik sebagai

pendekatannya. Objek penelitian ini juga beragam, seperti novel, puisi, naskah

drama, dan iklan. Gadis Arivia Effendi (1990) menganalisis sebuah novel

menggunakan analisis semiotik. Skripsinya berjudul ”Name of the Rose Karya

Umberto Eco Ditinjau dari Segi Semiotik dan Filsafat.” Karya puisi juga pernah

dianalisis menggunakan pendekatan ini dalam skripsi berjudul “Analisis

Struktural-Semiotik Tiga Puisi Mikhail Nu’aimah” karya Sitta Muftiya (2007).

Selain novel dan puisi, pendekatan semiotika juga pernah digunakan sebagai

pendekatan dalam menganalisis karya sastra genre lainnya, yaitu naskah drama.

Daniel Hariman Jacob (2001) menganalisis sebuah naskah drama dengan dua

pendekatan sekaligus, yaitu semiotika dan interteks. Skripsinya berjudul “Tanda

dan Makna Drama Kapai-Kapai karya Arifin C. Noor: Tinjauan Semiotik dan

Interteks.” Selain digunakan dalam menganalisis karya sastra, semiotika juga

pernah digunakan sebagai pendekatan dalam menganalisis iklan. Ana

Rosdianahangka (2004) membuat penelitian berjudul “Tanda dalam Rangkaian

Versi Iklan Rokok Sampoerna A Mild Tema ‘Bukan Basa Basi’ Tahun 2001-

2002: Sebuah Analisis Semiotik” (2004).

Selanjutnya pada tahun 2007 ada penelitian berupa tesis yang berjudul

“Analisis Konotasi, Citra Produk, dan Merk Enam Iklan Honda dan Yamaha di

Televisi: Sebuah Studi Semotik tentang Teks Iklan” karya Adrionus Robinhut.

Penelitian berupa disertasi yang menggunakan pendekatan semiotik hanya ada

dua, yaitu dan “Parodi Mitos Tradisional sebagai Satire atas Zaman dalam Drama

Modern Indonesia: Kajian Semiotik atas Lakon Konglomerat Buriswara Karya N.

Riantiarno” karya Renny Widjajanti Soedjono Azwar (2002) dan “Komunitas

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

16

Univeritas Indonesia

Kristen di Batavia Masa VOC Dilihat dari Batu Nisannya: Suatu Kajian Sejarah

Melalui Semiotik & Analisis Teks” karya Lilie Suratminto (2006)

Selain karya-karya tulis berupa skripsi, disertasi, dan tesis seperti yang

telah disebutkan di atas, terdapat pula karya tulis berupa laporan penelitian dan

pidato pengukuhan guru besar. Pada tahun 1999, Okke K.R Zaimar menulis

sebuah laporan penelitian berjudul “Argumentasi dalam Cucu Wisnusarman

Karya Parakitri: Suatu Kajian Semiotik” dan di tahun yang sama Benny Hoedoro

Hoed menulis sebuah pidato berjudul “Linguistik, Semiotik, dan Kebudayaan

Kita” dalam rangka pengukuhannya sebagai guru besar Universitas Indonesia

1.7 Kemaknawian Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat pada dasarnya masih sedikit

penelitian mengenai naskah drama anak. Penelitian naskah drama dengan

pendekatan semiotik juga jumlahnya masih terbatas, itu pun bukan naskah drama

anak. Seperti yang telah diuraikan di subbab latar belakang, dalam kaitannya

sebagai bacaan, naskah drama memiliki peranan penting dalam perkembangan

anak. Oleh karena itu, gagasan yang terdapat di dalamnya harus dapat dipahami

anak secara efektif. Salah satunya adalah dengan penggunaan tanda-tanda yang

dapat diterima anak dan berperan secara fungsional dalam penyampaian tiap

gagasan. Penelitian ini berusaha menganalisis hal tersebut. Oleh karena itu,

penelitian ini mencoba memberikan deskripsi tentang peranan tanda-tanda dalam

sebuah bacaan anak dalam kaitannya sebagai alat penyampaian gagasan yang

efektif. Deskripsi tersebut diharapkan membantu memberi masukan dan

memperkaya perkembangan kesusasteraan Indonesia, khususnya karya sastra

anak.

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini akan terbagi dalam empat bab. Bab pertama merupakan

pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan & pembatasan

masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metodologi penelitian, penelitian-

penelitian terdahulu, kemaknawian penelitian, dan sistematika penyajian.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - lontar.ui.ac.id drama... · Membuat naskah drama anak tidak sama dengan membuat naskah drama untuk orang dewasa. ... lain kasih sayang antara

17

Univeritas Indonesia

Selanjutnya, dalam bab kedua akan dijelaskan sekilas tentang Noorca M.

Massardi sebagai pengarang “Mencari Taman.” Bab ini akan memaparkan

perjalanan karir Noorca dan beberapa karyanya. Karya-karya yang akan

dipaparkan adalah tiga buah naskah drama berjudul “Kuda-Kuda”, “Growong”,

dan “Tinton.”

Bab ketiga merupakan bab yang berisi analisis. Naskah drama anak

“Mencari Taman” akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan-pendekatan

semiotik sesuai dengan uraian teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Terakhir, hasil analisis dalam bab tiga itu akan disimpulkan dalam bab empat.

Naskah drama..., Liesta Febrita Sari, FIB UI, 2009