21
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Rumah Sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur, banyak terdapat alat tekhnologi, berbagai macam profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan kesehatan terus menerus selama 24 jam, dimana keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kejadian tidak diharapkan yang mengancam keselamatan pasien ( patient safety) (Kemenkes RI, 2015). Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang berkaitan dengan pemberi pelayanan kesehatan untuk memastikan tidak ada tindakan yang membahayakan bagi pasien (Ballard, 2003). Terjadinya insiden keselamatan pasien di suatu Rumah Sakit, akan memberikan dampak yang merugikan bagi pasien, staf dan pihak rumah sakit. Dampak untuk rumah sakit sendiri yaitu menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap rendahnya kualitas dan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan (Cahyono, 2008). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 1691 tahun 2011 tentang keselamatan pasien di rumah sakit, ada 6 (enam) sasaran keselamatan pasien yaitu: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan kewaspadaan terhadap obat high alert, kepastian tepat IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

Rumah Sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam

kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat kompleks,

terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur, banyak terdapat alat

tekhnologi, berbagai macam profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan

kesehatan terus menerus selama 24 jam, dimana keberagaman dan kerutinan

pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan

kejadian tidak diharapkan yang mengancam keselamatan pasien (patient safety)

(Kemenkes RI, 2015).

Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang

berkaitan dengan pemberi pelayanan kesehatan untuk memastikan tidak ada

tindakan yang membahayakan bagi pasien (Ballard, 2003). Terjadinya insiden

keselamatan pasien di suatu Rumah Sakit, akan memberikan dampak yang

merugikan bagi pasien, staf dan pihak rumah sakit. Dampak untuk rumah sakit

sendiri yaitu menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap rendahnya

kualitas dan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan (Cahyono, 2008).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 1691

tahun 2011 tentang keselamatan pasien di rumah sakit, ada 6 (enam) sasaran

keselamatan pasien yaitu: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi

efektif, peningkatan kewaspadaan terhadap obat high alert, kepastian tepat

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

2

prosedur, tepat lokasi dan tepat pasien operasi, mengurangi risiko infeksi dan

mengurangi risiko pasien jatuh. Enam sasaran keselamatan pasien merupakan

panduan untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit salah satunya

adalah pengurangan risiko infeksi nosokomial (Kemenkes RI, 2011).

Infeksi nosokomial atau Healthcare Associated Infections (HAIs) dan

infeksi yang didapat dari pekerjaan merupakan masalah penting di seluruh dunia

karena terus meningkat kejadiannya. Sebagai bahan perbandingan, tingkat infeksi

nosokomial di beberapa negara Eropa dan Amerika rendah sekitar 1%

dibandingkan dengan kejadian di negara Asia, Amerika latin dan Sub Sahara

Afrika yang mencapai 40% (Kemenkes RI, 2011).

Menurut data WHO tahun 2016 kejadian HAIs terjadi pada 15% dari

semua pasien rawat inap di rumah sakit. HAIs menjadi penyebab antara 4-56%

penyebab kematian neonatus, dengan tingkat kejadian sekitar 75% terjadi di Asia

Tenggara dan Subsahara Afrika (WHO, 2016). Berdasarkan hasil survey HAIs

tahun 2014 di rumah sakit Amerika Serikat didapatkan angka kejadian HAIs

mencapai 722.000 di unit perawatan akut dan 75.000 pasien dengan HAIs

meninggal ketika dirawat di rumah sakit (CDC, 2016). Di Indonesia HAIs

mencapai 15,74%, jauh diatas negara maju yang berkisar antara 4,8-15,5%

(Depkes, 2011).

Infeksi nosokomial merupakan infeksi akibat transmisi mikroorganisme

patogen ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi yang berasal dari lingkungan

rumah sakit (Pancaningrum, 2011). Risiko infeksi nosokomial juga bisa terjadi

pada petugas kesehatan yang terpajan dari kuman yang berasal dari pasien.

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

3

Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit sangat penting

dilakukan karena kejadian infeksi nosokomial menggambarkan mutu pelayanan

rumah sakit.

Salah satu sasaran program pencegahan dan pengendalian infeksi di

Rumah Sakit adalah petugas kesehatan, selain pasien itu sendiri, pengunjung atau

keluarga pasien serta lingkungan Rumah Sakit. Petugas kesehatan menjadi salah

satu sasaran program, karena terbukti bahwa Healthcare Associated Infection

(HAIs) terjadi karena beberapa faktor yang sedang mempengaruhi yaitu peralatan

dan devices, prosedur atau metode, kondisi pasien itu sendiri, serta peranan

petugas kesehatan.

Petugas kesehatan memegang peranan penting dalam risiko terjadinya

infeksi, disisi lain keselamatan dan keamanan petugas kesehatan juga menjadi

tujuan utama program pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit

sebagaimana tercantum dalam kewaspadaan standar. Salah satu upaya menjamin

putusnya rantai penularan infeksi oleh petugas kesehatan serta upaya perlindungan

terhadap petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan adalah

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

Penggunaan Alat Pelindung Diri secara tepat dan benar sangat membantu

keberhasilan pencegahan infeksi dan keselamatan kerja petugas kesehatan,

sebaliknya penggunaan APD yang tidak tepat tidak saja berisiko terjadinya

infeksi pada pasien namun juga berisiko terhadap keselamatan petugas sendiri.

Untuk itu tingginya tingkat kepatuhan penggunaan APD sangatlah penting di

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

4

Rumah Sakit. Dengan demikian tujuan pencegahan Infeksi dan keselamatan

petugas dapat tercapai.

Berdasarkan laporan dari tim PPI RS Gatoel, tingkat kepatuhan petugas

dalam penggunaan APD masih rendah dan jauh dari standar. Tingkat kepatuhan

tersebut didapatkan dari hasil Audit Kepatuhan pemakaian APD yang rutin

dilaksanakan oleh tim PPI setiap bulan, tekhnis pelaksanaan audit sebagai berikut:

1. IPCN (Infection Prevention And Control Nurse) membuat jadwal audit,

hari apa dan ke ruang mana.

2. Audit dilaksanakan dengan melakukan pengamatan secara diam – diam,

dimana petugas tidak menyadari jika sedang di audit. IPCN mengikuti

petugas di saat melakukan tindakan.

3. IPCN mencatat petugas dalam pemakaian APD apakah sesuai indikasi dan

apakah cara pemakaian APD nya sesuai

4. IPCN mencatat di form audit pemakaian APD, setelah selesai melakukan

audit, lalu dilakukan rekapitulasi dan tabulasi data.

5. Hasil audit kepatuhan pemakaian APD dilaporkan ke Ketua Komite PPI

lalu diteruskan ke Kepala Rumah Sakit dalam laporan kerja IPCN setiap

bulannya.

Pada Tabel 1.1 menyajikan hasil dari audit tim PPI terhadap kepatuhan

pemakaian APD di Rumah Sakit Gatoel periode tahun 2017, 2018 dan 2019.

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

5

Tabel 1.1 Kepatuhan Pemakaian APD Seluruh Petugas di RS Gatoel Tahun 2017, 2018 dan 2019

Kepatuhan Pemakaian APD Rumah Sakit Gatoel (%)

Bulan

2017 2018 2019

Standar

(%) Sesuai Tidak

sesuai Jumlah

Kepatuhan

(%) Sesuai

Tidak

sesuai Jumlah

Kepatuhan

(%) Sesuai

Tidak

sesuai Jumlah

Kepatuhan

(%)

Januari 15 11 26 58 63 26 89 71 98 31 129 76 100

Februari 38 30 68 56 65 38 103 63 67 38 105 64 100

Maret 45 27 72 63 103 39 142 73 103 39 142 73 100

April 62 40 102 61 88 41 129 68 101 35 136 74 100

Mei 44 37 81 54 94 56 150 63 101 34 135 75 100

Juni 42 38 80 53 88 24 112 79 100 29 129 78 100

Juli 44 45 89 49 72 29 101 71 72 29 101 71 100

Agustus 57 33 90 63 93 18 111 84 93 18 111 84 100

September 62 68 130 48 126 28 154 82 134 29 163 82 100

Oktober 60 42 102 59 128 26 154 83 108 42 150 72 100

November 55 36 91 60 99 20 119 83 106 42 148 72 100

Desember 55 33 88 63 76 38 114 67 100 54 154 65 100

Kepatuhan RS

(%) 579 440 1019 57 1095 383 1478 74 1183 420 1603 74 100

Sumber : Laporan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Gatoel Tahun 2017 – 2019.

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

6

Tabel 1.2 Kepatuhan Pemakaian APD Tiap Unit di RS Gatoel Tahun 2017, 2018 dan 2019

Kepatuhan Pemakaian APD tiap ruang (%)

Ruang/ Unit

2017 2018 2019

Standar

(%) Sesuai Tidak

sesuai Jumlah

Kepatuhan

(%) Sesuai

Tidak

sesuai Jumlah

Kepatuhan

(%) Sesuai

Tidak

sesuai Jumlah

Kepatuhan

(%)

Anggrek 67 33 100 67 98 41 139 71 98 48 146 67 100

Dahlia 69 40 109 63 120 51 171 70 120 56 176 68 100

Flamboyan 62 45 107 58 111 42 153 73 113 42 155 73 100

HD 57 52 109 52 115 90 205 56 104 82 186 56 100

ICU/HCU 72 47 119 61 109 50 159 69 110 54 164 67 100

IGD 93 63 156 60 119 46 165 72 138 45 183 75 100

J.Gold 58 57 115 50 132 35 167 79 120 45 165 73 100

J.Silver 47 60 107 44 111 33 144 77 108 42 150 72 100

Kana 48 46 94 51 97 39 136 71 109 45 154 71 100

Kandungan 62 45 107 58 98 49 147 67 107 51 158 68 100

URJT 59 33 92 64 104 24 128 81 108 32 140 77 100

Kepatuhan RS

(%) 694 521 1215 57 1214 500 1714 71 1235 542 1777 69 100

Sumber : Laporan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Gatoel Tahun 2017 – 2019

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

7

Tabel 1.3 Kepatuhan Pemakaian APD Tiap Profesi di RS Gatoel Tahun 2017, 2018 dan 2019

Kepatuhan Pemakaian APD setiap Profesi (%)

Profesi

2017 2018 2019 Standar

Min ≥

(%) Sesuai Tidak

sesuai Jumlah

Kepatuhan

(%) Sesuai

Tidak

sesuai Jumlah

Kepatuhan

(%) Sesuai

Tidak

sesuai Jumlah

Kepatuhan

(%)

Analis Medis 37 30 67 55 20 21 41 49 34 24 58 59 100

Bidan 57 28 85 67 76 33 109 70 89 32 121 74 100

Dokter 42 15 57 74 62 14 76 82 146 20 166 88 100

Fisioterapis 22 10 32 69 23 5 28 82 23 5 28 82 100

Perawat 421 357 778 54 917 312 1229 75 891 339 1230 72 100

Kepatuhan

RS (%) 579 440 1019 57 1098 385 1483 74 1183 420 1603 74 100

Sumber : Laporan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)Rumah Sakit Gatoel Tahun 2017 – 2019

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

8

8

Tabel 1.1 menunjukkan tingkat kepatuhan pemakaian APD di Rumah

Sakit Gatoel sangat rendah dan masih jauh di bawah standar 100% yaitu 57% di

tahun 2017, 74% di tahun 2018 dan 74% di tahun 2019. Pada Tabel 1.2 bisa

disimpulkan bahwa semua unit atau ruangan di RS Gatoel masih rendah tingkat

kepatuhan pemakaian APD, dimana standar yang harus dicapai adalah 100%,

namun tingkat kepatuhannya masih 57% di tahun 2017, 71% di tahun 2018 dan

69% di tahun 2019, hal ini menunjukkan dengan jelas jika tingkat kepatuhan

pemakaian APD di semua unit / ruang masih jauh dari standar.

Tabel 1.3 menunjukkan tingkat kepatuhan pemakaian APD berdasarkan

profesi, yaitu Analis medis, bidan, dokter, fisioterapis dan perawat. Dari semua

profesi tersebut kepatuhannya masih belum mencapai standar, tingkat

kepatuhannya masih 57% di tahun 2017, 74% di tahun 2018 dan 74% pada tahun

2019 dari standar yang seharusnya 100%. Ketidakpatuhan ini berupa

ketidaksesuaian dan ketidakbenaran dalam pemakaian APD, contohnya sebagai

berikut:

1. Melakukan pemeriksaan tanda vital dengan menggunakan handscoen,

padahal menurut panduan tidak menggunakan handscoen.

2. Menggantungkan masker di leher

3. Tidak melepas handscoen ketika menulis di status rekam medis pasien

Kepatuhan petugas dalam mengurangi risiko infeksi dengan

menggunakan alat pelindung diri mencerminkan perilaku dari petugas kesehatan

yang profesional, dan dapat dipengaruhi oleh faktor individu, faktor organisasi

dan faktor psikologi (Gibson, 2007). Faktor individu terdiri dari faktor demografi

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

9

9

(Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, status perkawinan), faktor

psikologi terdiri dari sikap, motivasi dan persepsi, sementara faktor organisasi

terdiri dari kepemimpinan, supervisi, sumber daya, imbalan, desain pekerjaan,

budaya keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja, budaya keselamatan pasien,

regulasi atau kebijakan dan pedoman, panduan atau SPO.

Hasil penelitian oleh Siburian tahun 2012 didapatkan hasil pengetahuan

perawat masih rendah terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sebanyak

36,7% dan sikap negatif perawat dalam menggunakan APD sebelum memberikan

tindakan 53,30%. Hasil penelitian Hayulita tahun 2014 didapatkan hasil motivasi

perawat rendah dalam penggunaan APD 46,7%, perawat yang tidak menggunakan

APD 50%, tidak menggunakan masker 50% dan tidak menggunakan sarung

tangan 80%, perawat yang motivasinya rendah dan tidak menggunakan APD

sebesar 78,6%. Data diatas menunjukkan bahwa perawat belum menggunakan

APD dengan baik dan benar.

Dari faktor organisasi tidak kalah pentingnya adalah faktor

kepemimpinan karena dengan kepemimpinan yang baik maka akan berpengaruh

positif terhadap kepatuhan dan kinerja karyawan, hal ini sejalan dengan beberapa

penelitian sebelumnya, yaitu: penelitian yang dilakukan oleh Chairil (2016)

dengan hasil bahwa kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap

motivasi kerja pegawai, artinya semakin baik kepemimpinan yang dijalankan oleh

kepala kantor semakin tinggi pula tingkat motivasi kerja pegawai.

Penelitian yang dilakukan oleh Utari (2010) yang menyatakan bahwa ada

pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

10

10

semangat kerja karyawan pada PT Candra Nuansa Gemilang. Penelitian yang

dilakukan oleh Wiadnyana (2010) yang mengungkapkan rendahnya semangat

kerja disebabkan karena pemimpin yang kurang memperhatikan karyawan terlihat

dari pemimpin yang jarang membimbing karyawannya pada saat mengalami

kesulitan, pemimpin terlihat kurang efektif dalam penyampaian informasi kepada

karyawan.

Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting yang

menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Agar menjadi pemimpin

yang efektif, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi seluruh karyawan

yang dipimpinnya melalui cara yang positif untuk mencapai tujuan organisasi.

Dun dan Sims (2012) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas

mempengaruhi orang agar suka berusaha mencapai tujuan kelompok.

Menurut Robbins dan Judge (2008) bahwa gaya kepemimpinan merupakan

suatu strategi atau kemampuan dalam mempengaruhi suatu kelompok ke arah

tercapainya tujuan. Pemimpin yang efektif tidak hanya menggunakan

kekuasaannya untuk mendorong karyawan tetapi juga dapat memberikan

motivasi, inspirasi dan loyalitas bagi karyawan agar mampu mencurahkan seluruh

fokus kemampuannya untuk mencapai kinerja yang optimal.

Berdasarkan observasi didapatkan setiap Kepala Subdivisi di Rumah Sakit

Gatoel mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda dalam memimpin

subdivisinya, maka perlu dilakukan analisis yang mendalam pengaruh

kepemimpinan Kepala Subdivisi terhadap kepatuhan pemakaian alat pelindung

diri (APD) petugas kesehatan, karena dengan kepemimpinan yang baik akan bisa

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

11

11

mengarahkan stafnya melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi,

termasuk dalam hal kepatuhan pemakaian APD yang berhubungan dengan

keselamatan pasien.

Dalam melakukan suatu kegiatan, diperlukan suatu pengawasan supaya

kegiatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Di Rumah Sakit

Gatoel sudah ditetapkan Panduan dan Standar Prosedur Operasional dalam

pemakaian APD, sehingga seharusnya petugas kesehatan mematuhi Panduan dan

SPO tersebut, tetapi dalam kenyataannya tingkat kepatuhan pemakaian APD

masih belum sesuai standart yang ditetapkan, sehingga diperlukan suatu

pengawasan dari Kepala Subdivisi dalam pemakaian APD tersebut, supaya

pengawasan berjalan dengan baik maka harus membuat manajemen pengawasan.

Manajemen pengawasan atau supervisory management terdiri dari lima tahapan

yaitu supervisory planning, supervisory organizing, supervisory staffing,

supervisory leading dan supervisory controlling. Seorang pengawas berperan

sebagai energi utama yang penting bagi sumber daya manusia di tiap unit. Dengan

memberikan motivasi, komunikasi, dan gaya kepemimpinan yang baik maka

sistem pengawasan akan berjalan lancar (Yudistias, 2016). Dalam menjalankan

pengawasan seorang pengawas harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan

dalam hubungan manusia, komunikasi, kepemimpinan, perencanaan dan

pengorganisasian (Asgar, 2008). Berdasarkan data dan informasi tersebut, maka

masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah kepatuhan petugas

Kesehatan di Rumah Sakit Gatoel dalam pemakaian APD belum mencapai

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

12

12

standar 100%, yaitu 57% di tahun 2017, 74% di tahun 2018 dan 74% di tahun

2019.

1.2 Kajian Masalah

Berdasarkan masalah tersebut, maka dapat dilakukan identifikasi faktor

yang dapat mempengaruhi kepatuhan pemakaian APD petugas kesehatan di RS

Gatoel sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kajian Masalah Sumber: Gibson, 2007

Faktor Psikologi:

1. Sikap

2. Motivasi

3. Persepsi

Kepatuhan petugas

kesehatan di Rumah

Sakit Gatoel dalam

pemakaian APD belum

mencapai standar

100%, yaitu 57% di

tahun 2017, 74% di

tahun 2018 dan 74%

di tahun 2019.

Faktor Organisasi:

1. Kepemimpinan

2. Supervisi

3. Sumber daya

4. Imbalan

5. Desain Pekerjaan

6. Budaya Keamanan,

Kesehatan dan Keselamatan

Kerja

7. Budaya Keselamatan Pasien

8. Regulasi/ kebijakan

9. Pedoman/panduan/ SPO

Faktor Individu:

1. Demografi

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Tingkat pendidikan

d. Masa kerja

e. Status pernikahan

2. Pengetahuan

3. Kesadaran

4. Kewaspadaan

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

13

13

Berdasarkan gambar 1.1 diatas, maka faktor yang bisa mempengaruhi

kepatuhan pemakaian APD di RS Gatoel adalah sebagai berikut:

A. Faktor Individu

Variabel individu dikelompokkan pada sub variabel pengetahuan,

kesadaran, kewaspadaan dan demografi (Gibson, 2007). Karakteristik

demografi meliputi usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, masa kerja

dan status pernikahan:

1. Demografi

a. Usia

Usia berkaitan dengan kematangan, kedewasaan, dan kemampuan

seseorang dalam bekerja. Semakin bertambah usia semakin mampu

menunjukkan kematangan jiwa dan semakin cepat berpikir rasional,

mampu untuk menentukan keputusan, semakin bijaksana, mampu

mengontrol emosi, taat terhadap aturan dan norma dan komitmen

terhadap pekerjaan. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Gatoel rerata

berada di usia muda yaitu berkisar antara 20-40 tahun.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara umum tidak

menunjukkan perbedaan yang berarti dalam melaksanakan pekerjaan,

namun wanita yang berumah tangga memiliki tugas tambahan sehingga

kemangkiran lebih sering dari pada pria (Robbins, 2008). Tenaga

Kesehatan di Rumah Sakit Gatoel lebih banyak jenis kelamin

perempuan dibandingkan pria.

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

14

14

c. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang

dalam bekerja. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi

diasumsikan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik

dalam kemampuan menyelesaikan pekerjaan. Tingkat pendidikan

Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Gatoel minimal D3.

d. Masa Kerja

Masa kerja berkaitan dengan lama seseorang bekerja menjalankan

pekerjaan tertentu. Perawat yang bekerja lebih lama diharapkan lebih

berpengalaman dan senior. Masa kerja Petugas Kesehatan di Rumah

Sakit Gatoel bervariasi lebar, untuk itu nanti responden penelitian akan

dibatasi masa kerja lebih dari 3 tahun.

e. Status pernikahan

Status pernikahan seseorang berpengaruh terhadap perilaku seseorang

dalam bekerja. Karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, lebih

puas dengan pekerjaannya dibandingkan dengan temannya yang belum

menikah. Status pernikahan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja seorang perawat. Pernikahan membuat

seseorang menjadi mempunyai rasa tanggung jawab, pekerjaan menjadi

lebih berharga dan penting (Robbins, 2008). Rerata Petugas Kesehatan

di Rumah Sakit Gatoel dengan status sudah menikah.

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

15

15

2. Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007) tingkat pengetahuan mempunyai peranan yang

amat penting untuk seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan. Semakin tinggi

pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula kesadarannya untuk

melakukan pekerjaan yang lebih baik. Sebaliknya pengetahuan yang rendah,

maka rendah pula kesadarannya untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik.

3. Kesadaran

Kesadaran petugas kesehatan dalam pemakaian APD timbul dari dirinya

sendiri, kesadaran ini bisa didasari atas pengetahuan terhadap akibat jika tidak

patuh terhadap pemakaian APD.

4. Kewaspadaan

Kewaspadaan standar diterapkan di lingkungan rumah sakit. Penerapan

kewaspadaan standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan pathogen

dari sumber yang diketahui maupun tidak diketahui. Pemilihan APD yang akan

dipakai harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh mana

antisipasi kontak dengan pathogen dalam darah dan cairan tubuh.

B. Faktor Psikologi

1. Sikap

Sikap dalam pelayanan keperawatan sangat memegang peranan penting karena

dapat berubah dan dibentuk sehingga dapat mempengaruhi perilaku pekerja

perawat (Winardi, 2004).

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

16

16

2. Motivasi

Motivasi petugas kesehatan dalam pemakaian APD bisa jadi untuk

menghindarkan dirinya sendiri atau pasien dari tertularnya infeksi, atau bisa

juga karena menghindari hukuman akibat melanggar peraturan. Faktor yang

menyebabkan seseorang mau bekerja adalah motivasi. Motivasi berasal dari

aneka kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

3. Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang

di dalam memahami tentang lingkungan, baik melalui penglihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan

penafsiran yang unik terhadap situasi (Thoha, 2012).

C. Faktor Organisasi

1. Sumber Daya

Pada sistem organisasi di rumah sakit ada dua sumber daya yaitu: sumber daya

manusia terdiri dari tenaga profesional, non profesional, staf administrasi dan

pasien. Sumber daya alam antara lain: uang, metode, peralatan, dan bahan-

bahan.

2. Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.

Kepemimpinan terletak pada kemampuan untuk mempengaruhi aktivitas orang

lain atau kelompok melalui komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi atau

prestasi (Siagian, 1999).

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

17

17

Dalam hal ini peran pemimpin dalam melakukan pengawasan terhadap stafnya

dalam pemakaian APD sangat penting. Dengan pengawasan yang baik

diharapkan akan berperilaku lebih patuh. Beberapa pemimpin mempunyai gaya

yang berbeda dalam memimpin unitnya yang tentu saja akan mempengaruhi

bagaimana cara stafnya bekerja.

3. Imbalan

Imbalan atau kompensasi mengandung makna pembayaran atau imbalan baik

langsung maupun tidak langsung yang diterima karyawan sebagai hasil kinerja.

Kinerja seseorang akan meningkat apabila dia dilakukan secara adil baik antar

pekerja maupun pemberian imbalan atau penghargaan. Pemberian imbalan

yang baik akan mendorong karyawan bekerja secara produktif.

4. Desain Pekerjaan

Desain pekerjaan merupakan upaya seorang pemimpin mengklasifikasikan

tugas dan tanggung jawab dari masing-masing individu. Pekerjaan yang

dirancang dengan baik akan meningkatkan motivasi yang merupakan faktor

penentu produktivitas seseorang maupun organisasi.

5. Budaya Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Sebuah budaya keselamatan kerja yang positif adalah ketika kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) memainkan peran yang sangat penting dan menjadi inti

nilai dari mereka yang bekerja di sebuah tempat kerja. Sementara budaya

keselamatan kerja yang negatif terjadi apabila keselamatan kerja dipandang

sebagai sebuah hal yang marginal atau menjadi beban dari unit kerja.

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

18

18

6. Budaya Keselamatan Pasien

Budaya keselamatan pasien dapat diartikan sebagai bagian dari aspek budaya

organisasi yaitu sikap, nilai, keyakinan, persepsi, norma, kompetensi dan

prosedur terkait keselamatana pasien. IOM (Institute of Medicine) melaporkan

bahwa safety culture berpotensi meminimalkan kesalahan medis.

7. Kebijakan

Kebijakan secara tertulis tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) sangat

diperlukan sebagai dasar dalam kepatuhan pemakaian APD

8. Pedoman/Panduan/SPO

Rumah Sakit Gatoel sudah mempunyai Panduan Pemakaian Alat Pelindung

Diri (APD) sebagai dasar dan panduan dalam pemakaian APD seluruh petugas

kesehatan di rumah sakit.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan kajian masalah, terdapat banyak faktor yang kemungkinan

menjadi penyebab tingkat kepatuhan pemakaian APD yang rendah, yaitu faktor

individu, faktor psikologi dan faktor organisasi, akan tetapi penelitian ini akan

berfokus pada faktor organisasi, pemilihan analisis dari faktor organisasi berkaitan

dengan hasil wawancara dan observasi yang menunjukkan bahwa ketidakpatuhan

dalam pemakaian APD salah satu faktor penyebabnya karena kurangnya supervisi

dari kepala ruang kepada stafnya, oleh karena itu penelitian ini akan berfokus

pada faktor organisasi yaitu pengaruh tipe kepemimpinan dan supervisory

management terhadap kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) petugas

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

19

19

kesehatan. Kepemimpinan yang akan diteliti adalah gaya atau tipe

kepemimpinannya sementara manajemen pengawasan atau Supervisory

Management terdiri dari lima tahapan yaitu supervisory planning, supervisory

organizing, supervisory staffing, supervisory leading dan supervisory

controlling.

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tingkat kepatuhan pemakaian APD petugas kesehatan di

Rumah Sakit Gatoel?

2. Bagaimanakah tipe kepemimpinan Kepala Subdivisi di setiap unit

layanan di Rumah Sakit Gatoel?

3. Bagaimanakah supervisory management dari Kepala Subdivisi di setiap

unit layanan di Rumah Sakit Gatoel?

4. Adakah pengaruh tipe kepemimpinan dan Supervisory Management

(Supervisory planning, Supervisory Organizing, Supervisory Staffing,

Supervisory Leading, Supervisory Controlling) Kepala Subdivisi

terhadap kepatuhan pemakaian APD petugas kesehatan di Rumah Sakit

Gatoel?

5. Bagaimanakah rekomendasi untuk meningkatkan kepatuhan pemakaian

APD petugas kesehatan di Rumah Sakit Gatoel?

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

20

20

1.5 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh tipe kepemimpinan dan Supervisory

Management (Supervisory planning, Supervisory Organizing,

Supervisory Staffing, Supervisory Leading, Supervisory Controlling)

Kepala Subdivisi terhadap kepatuhan pemakaian APD petugas

kesehatan di Rumah Sakit Gatoel.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis tingkat kepatuhan pemakaian APD petugas kesehatan

di Rumah Sakit Gatoel.

b. Menganalisis tipe kepemimpinan Kepala Subdivisi di setiap unit

layanan di Rumah Sakit Gatoel.

c. Menganalisis supervisory management dari Kepala Subdivisi di

setiap unit layanan di Rumah Sakit Gatoel.

d. Menganalisis pengaruh tipe kepemimpinan dan Supervisory

Management (Supervisory planning, Supervisory Organizing,

Supervisory Staffing, Supervisory Leading, Supervisory

Controlling) Kepala Subdivisi terhadap kepatuhan pemakaian APD

petugas kesehatan di Rumah Sakit Gatoel

e. Memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kepatuhan

pemakaian APD petugas kesehatan di Rumah Sakit Gatoel.

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

21

21

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Bisa belajar tentang teori kepatuhan, kepemimpinan dan teori supervisory

management, serta pembelajaran dalam melakukan penelitian ilmiah.

2. Bagi Rumah Sakit

Mendapatkan rekomendasi untuk meningkatkan kepatuhan pemakaia APD

petugas kesehatan di Rumah Sakit

3. Bagi Peneliti Lainnya

Bisa memberikan inspirasi untuk melanjutkan penelitian tentang

kepatuhan pemakaian APD, atau memberikan ide untuk melakukan

penelitian yang sama di tempat lain dengan skala yang lebih besar lagi.

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI