Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
Rumah Sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam
kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat kompleks,
terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur, banyak terdapat alat
tekhnologi, berbagai macam profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan
kesehatan terus menerus selama 24 jam, dimana keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan
kejadian tidak diharapkan yang mengancam keselamatan pasien (patient safety)
(Kemenkes RI, 2015).
Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang
berkaitan dengan pemberi pelayanan kesehatan untuk memastikan tidak ada
tindakan yang membahayakan bagi pasien (Ballard, 2003). Terjadinya insiden
keselamatan pasien di suatu Rumah Sakit, akan memberikan dampak yang
merugikan bagi pasien, staf dan pihak rumah sakit. Dampak untuk rumah sakit
sendiri yaitu menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap rendahnya
kualitas dan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan (Cahyono, 2008).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 1691
tahun 2011 tentang keselamatan pasien di rumah sakit, ada 6 (enam) sasaran
keselamatan pasien yaitu: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi
efektif, peningkatan kewaspadaan terhadap obat high alert, kepastian tepat
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
2
prosedur, tepat lokasi dan tepat pasien operasi, mengurangi risiko infeksi dan
mengurangi risiko pasien jatuh. Enam sasaran keselamatan pasien merupakan
panduan untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit salah satunya
adalah pengurangan risiko infeksi nosokomial (Kemenkes RI, 2011).
Infeksi nosokomial atau Healthcare Associated Infections (HAIs) dan
infeksi yang didapat dari pekerjaan merupakan masalah penting di seluruh dunia
karena terus meningkat kejadiannya. Sebagai bahan perbandingan, tingkat infeksi
nosokomial di beberapa negara Eropa dan Amerika rendah sekitar 1%
dibandingkan dengan kejadian di negara Asia, Amerika latin dan Sub Sahara
Afrika yang mencapai 40% (Kemenkes RI, 2011).
Menurut data WHO tahun 2016 kejadian HAIs terjadi pada 15% dari
semua pasien rawat inap di rumah sakit. HAIs menjadi penyebab antara 4-56%
penyebab kematian neonatus, dengan tingkat kejadian sekitar 75% terjadi di Asia
Tenggara dan Subsahara Afrika (WHO, 2016). Berdasarkan hasil survey HAIs
tahun 2014 di rumah sakit Amerika Serikat didapatkan angka kejadian HAIs
mencapai 722.000 di unit perawatan akut dan 75.000 pasien dengan HAIs
meninggal ketika dirawat di rumah sakit (CDC, 2016). Di Indonesia HAIs
mencapai 15,74%, jauh diatas negara maju yang berkisar antara 4,8-15,5%
(Depkes, 2011).
Infeksi nosokomial merupakan infeksi akibat transmisi mikroorganisme
patogen ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi yang berasal dari lingkungan
rumah sakit (Pancaningrum, 2011). Risiko infeksi nosokomial juga bisa terjadi
pada petugas kesehatan yang terpajan dari kuman yang berasal dari pasien.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
3
Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit sangat penting
dilakukan karena kejadian infeksi nosokomial menggambarkan mutu pelayanan
rumah sakit.
Salah satu sasaran program pencegahan dan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit adalah petugas kesehatan, selain pasien itu sendiri, pengunjung atau
keluarga pasien serta lingkungan Rumah Sakit. Petugas kesehatan menjadi salah
satu sasaran program, karena terbukti bahwa Healthcare Associated Infection
(HAIs) terjadi karena beberapa faktor yang sedang mempengaruhi yaitu peralatan
dan devices, prosedur atau metode, kondisi pasien itu sendiri, serta peranan
petugas kesehatan.
Petugas kesehatan memegang peranan penting dalam risiko terjadinya
infeksi, disisi lain keselamatan dan keamanan petugas kesehatan juga menjadi
tujuan utama program pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
sebagaimana tercantum dalam kewaspadaan standar. Salah satu upaya menjamin
putusnya rantai penularan infeksi oleh petugas kesehatan serta upaya perlindungan
terhadap petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan adalah
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Penggunaan Alat Pelindung Diri secara tepat dan benar sangat membantu
keberhasilan pencegahan infeksi dan keselamatan kerja petugas kesehatan,
sebaliknya penggunaan APD yang tidak tepat tidak saja berisiko terjadinya
infeksi pada pasien namun juga berisiko terhadap keselamatan petugas sendiri.
Untuk itu tingginya tingkat kepatuhan penggunaan APD sangatlah penting di
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
4
Rumah Sakit. Dengan demikian tujuan pencegahan Infeksi dan keselamatan
petugas dapat tercapai.
Berdasarkan laporan dari tim PPI RS Gatoel, tingkat kepatuhan petugas
dalam penggunaan APD masih rendah dan jauh dari standar. Tingkat kepatuhan
tersebut didapatkan dari hasil Audit Kepatuhan pemakaian APD yang rutin
dilaksanakan oleh tim PPI setiap bulan, tekhnis pelaksanaan audit sebagai berikut:
1. IPCN (Infection Prevention And Control Nurse) membuat jadwal audit,
hari apa dan ke ruang mana.
2. Audit dilaksanakan dengan melakukan pengamatan secara diam – diam,
dimana petugas tidak menyadari jika sedang di audit. IPCN mengikuti
petugas di saat melakukan tindakan.
3. IPCN mencatat petugas dalam pemakaian APD apakah sesuai indikasi dan
apakah cara pemakaian APD nya sesuai
4. IPCN mencatat di form audit pemakaian APD, setelah selesai melakukan
audit, lalu dilakukan rekapitulasi dan tabulasi data.
5. Hasil audit kepatuhan pemakaian APD dilaporkan ke Ketua Komite PPI
lalu diteruskan ke Kepala Rumah Sakit dalam laporan kerja IPCN setiap
bulannya.
Pada Tabel 1.1 menyajikan hasil dari audit tim PPI terhadap kepatuhan
pemakaian APD di Rumah Sakit Gatoel periode tahun 2017, 2018 dan 2019.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
5
Tabel 1.1 Kepatuhan Pemakaian APD Seluruh Petugas di RS Gatoel Tahun 2017, 2018 dan 2019
Kepatuhan Pemakaian APD Rumah Sakit Gatoel (%)
Bulan
2017 2018 2019
Standar
(%) Sesuai Tidak
sesuai Jumlah
Kepatuhan
(%) Sesuai
Tidak
sesuai Jumlah
Kepatuhan
(%) Sesuai
Tidak
sesuai Jumlah
Kepatuhan
(%)
Januari 15 11 26 58 63 26 89 71 98 31 129 76 100
Februari 38 30 68 56 65 38 103 63 67 38 105 64 100
Maret 45 27 72 63 103 39 142 73 103 39 142 73 100
April 62 40 102 61 88 41 129 68 101 35 136 74 100
Mei 44 37 81 54 94 56 150 63 101 34 135 75 100
Juni 42 38 80 53 88 24 112 79 100 29 129 78 100
Juli 44 45 89 49 72 29 101 71 72 29 101 71 100
Agustus 57 33 90 63 93 18 111 84 93 18 111 84 100
September 62 68 130 48 126 28 154 82 134 29 163 82 100
Oktober 60 42 102 59 128 26 154 83 108 42 150 72 100
November 55 36 91 60 99 20 119 83 106 42 148 72 100
Desember 55 33 88 63 76 38 114 67 100 54 154 65 100
Kepatuhan RS
(%) 579 440 1019 57 1095 383 1478 74 1183 420 1603 74 100
Sumber : Laporan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Gatoel Tahun 2017 – 2019.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
6
Tabel 1.2 Kepatuhan Pemakaian APD Tiap Unit di RS Gatoel Tahun 2017, 2018 dan 2019
Kepatuhan Pemakaian APD tiap ruang (%)
Ruang/ Unit
2017 2018 2019
Standar
(%) Sesuai Tidak
sesuai Jumlah
Kepatuhan
(%) Sesuai
Tidak
sesuai Jumlah
Kepatuhan
(%) Sesuai
Tidak
sesuai Jumlah
Kepatuhan
(%)
Anggrek 67 33 100 67 98 41 139 71 98 48 146 67 100
Dahlia 69 40 109 63 120 51 171 70 120 56 176 68 100
Flamboyan 62 45 107 58 111 42 153 73 113 42 155 73 100
HD 57 52 109 52 115 90 205 56 104 82 186 56 100
ICU/HCU 72 47 119 61 109 50 159 69 110 54 164 67 100
IGD 93 63 156 60 119 46 165 72 138 45 183 75 100
J.Gold 58 57 115 50 132 35 167 79 120 45 165 73 100
J.Silver 47 60 107 44 111 33 144 77 108 42 150 72 100
Kana 48 46 94 51 97 39 136 71 109 45 154 71 100
Kandungan 62 45 107 58 98 49 147 67 107 51 158 68 100
URJT 59 33 92 64 104 24 128 81 108 32 140 77 100
Kepatuhan RS
(%) 694 521 1215 57 1214 500 1714 71 1235 542 1777 69 100
Sumber : Laporan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Gatoel Tahun 2017 – 2019
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
7
Tabel 1.3 Kepatuhan Pemakaian APD Tiap Profesi di RS Gatoel Tahun 2017, 2018 dan 2019
Kepatuhan Pemakaian APD setiap Profesi (%)
Profesi
2017 2018 2019 Standar
Min ≥
(%) Sesuai Tidak
sesuai Jumlah
Kepatuhan
(%) Sesuai
Tidak
sesuai Jumlah
Kepatuhan
(%) Sesuai
Tidak
sesuai Jumlah
Kepatuhan
(%)
Analis Medis 37 30 67 55 20 21 41 49 34 24 58 59 100
Bidan 57 28 85 67 76 33 109 70 89 32 121 74 100
Dokter 42 15 57 74 62 14 76 82 146 20 166 88 100
Fisioterapis 22 10 32 69 23 5 28 82 23 5 28 82 100
Perawat 421 357 778 54 917 312 1229 75 891 339 1230 72 100
Kepatuhan
RS (%) 579 440 1019 57 1098 385 1483 74 1183 420 1603 74 100
Sumber : Laporan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)Rumah Sakit Gatoel Tahun 2017 – 2019
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
8
8
Tabel 1.1 menunjukkan tingkat kepatuhan pemakaian APD di Rumah
Sakit Gatoel sangat rendah dan masih jauh di bawah standar 100% yaitu 57% di
tahun 2017, 74% di tahun 2018 dan 74% di tahun 2019. Pada Tabel 1.2 bisa
disimpulkan bahwa semua unit atau ruangan di RS Gatoel masih rendah tingkat
kepatuhan pemakaian APD, dimana standar yang harus dicapai adalah 100%,
namun tingkat kepatuhannya masih 57% di tahun 2017, 71% di tahun 2018 dan
69% di tahun 2019, hal ini menunjukkan dengan jelas jika tingkat kepatuhan
pemakaian APD di semua unit / ruang masih jauh dari standar.
Tabel 1.3 menunjukkan tingkat kepatuhan pemakaian APD berdasarkan
profesi, yaitu Analis medis, bidan, dokter, fisioterapis dan perawat. Dari semua
profesi tersebut kepatuhannya masih belum mencapai standar, tingkat
kepatuhannya masih 57% di tahun 2017, 74% di tahun 2018 dan 74% pada tahun
2019 dari standar yang seharusnya 100%. Ketidakpatuhan ini berupa
ketidaksesuaian dan ketidakbenaran dalam pemakaian APD, contohnya sebagai
berikut:
1. Melakukan pemeriksaan tanda vital dengan menggunakan handscoen,
padahal menurut panduan tidak menggunakan handscoen.
2. Menggantungkan masker di leher
3. Tidak melepas handscoen ketika menulis di status rekam medis pasien
Kepatuhan petugas dalam mengurangi risiko infeksi dengan
menggunakan alat pelindung diri mencerminkan perilaku dari petugas kesehatan
yang profesional, dan dapat dipengaruhi oleh faktor individu, faktor organisasi
dan faktor psikologi (Gibson, 2007). Faktor individu terdiri dari faktor demografi
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
9
9
(Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, status perkawinan), faktor
psikologi terdiri dari sikap, motivasi dan persepsi, sementara faktor organisasi
terdiri dari kepemimpinan, supervisi, sumber daya, imbalan, desain pekerjaan,
budaya keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja, budaya keselamatan pasien,
regulasi atau kebijakan dan pedoman, panduan atau SPO.
Hasil penelitian oleh Siburian tahun 2012 didapatkan hasil pengetahuan
perawat masih rendah terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sebanyak
36,7% dan sikap negatif perawat dalam menggunakan APD sebelum memberikan
tindakan 53,30%. Hasil penelitian Hayulita tahun 2014 didapatkan hasil motivasi
perawat rendah dalam penggunaan APD 46,7%, perawat yang tidak menggunakan
APD 50%, tidak menggunakan masker 50% dan tidak menggunakan sarung
tangan 80%, perawat yang motivasinya rendah dan tidak menggunakan APD
sebesar 78,6%. Data diatas menunjukkan bahwa perawat belum menggunakan
APD dengan baik dan benar.
Dari faktor organisasi tidak kalah pentingnya adalah faktor
kepemimpinan karena dengan kepemimpinan yang baik maka akan berpengaruh
positif terhadap kepatuhan dan kinerja karyawan, hal ini sejalan dengan beberapa
penelitian sebelumnya, yaitu: penelitian yang dilakukan oleh Chairil (2016)
dengan hasil bahwa kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi kerja pegawai, artinya semakin baik kepemimpinan yang dijalankan oleh
kepala kantor semakin tinggi pula tingkat motivasi kerja pegawai.
Penelitian yang dilakukan oleh Utari (2010) yang menyatakan bahwa ada
pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
10
10
semangat kerja karyawan pada PT Candra Nuansa Gemilang. Penelitian yang
dilakukan oleh Wiadnyana (2010) yang mengungkapkan rendahnya semangat
kerja disebabkan karena pemimpin yang kurang memperhatikan karyawan terlihat
dari pemimpin yang jarang membimbing karyawannya pada saat mengalami
kesulitan, pemimpin terlihat kurang efektif dalam penyampaian informasi kepada
karyawan.
Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Agar menjadi pemimpin
yang efektif, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi seluruh karyawan
yang dipimpinnya melalui cara yang positif untuk mencapai tujuan organisasi.
Dun dan Sims (2012) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas
mempengaruhi orang agar suka berusaha mencapai tujuan kelompok.
Menurut Robbins dan Judge (2008) bahwa gaya kepemimpinan merupakan
suatu strategi atau kemampuan dalam mempengaruhi suatu kelompok ke arah
tercapainya tujuan. Pemimpin yang efektif tidak hanya menggunakan
kekuasaannya untuk mendorong karyawan tetapi juga dapat memberikan
motivasi, inspirasi dan loyalitas bagi karyawan agar mampu mencurahkan seluruh
fokus kemampuannya untuk mencapai kinerja yang optimal.
Berdasarkan observasi didapatkan setiap Kepala Subdivisi di Rumah Sakit
Gatoel mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda dalam memimpin
subdivisinya, maka perlu dilakukan analisis yang mendalam pengaruh
kepemimpinan Kepala Subdivisi terhadap kepatuhan pemakaian alat pelindung
diri (APD) petugas kesehatan, karena dengan kepemimpinan yang baik akan bisa
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
11
11
mengarahkan stafnya melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi,
termasuk dalam hal kepatuhan pemakaian APD yang berhubungan dengan
keselamatan pasien.
Dalam melakukan suatu kegiatan, diperlukan suatu pengawasan supaya
kegiatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Di Rumah Sakit
Gatoel sudah ditetapkan Panduan dan Standar Prosedur Operasional dalam
pemakaian APD, sehingga seharusnya petugas kesehatan mematuhi Panduan dan
SPO tersebut, tetapi dalam kenyataannya tingkat kepatuhan pemakaian APD
masih belum sesuai standart yang ditetapkan, sehingga diperlukan suatu
pengawasan dari Kepala Subdivisi dalam pemakaian APD tersebut, supaya
pengawasan berjalan dengan baik maka harus membuat manajemen pengawasan.
Manajemen pengawasan atau supervisory management terdiri dari lima tahapan
yaitu supervisory planning, supervisory organizing, supervisory staffing,
supervisory leading dan supervisory controlling. Seorang pengawas berperan
sebagai energi utama yang penting bagi sumber daya manusia di tiap unit. Dengan
memberikan motivasi, komunikasi, dan gaya kepemimpinan yang baik maka
sistem pengawasan akan berjalan lancar (Yudistias, 2016). Dalam menjalankan
pengawasan seorang pengawas harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan
dalam hubungan manusia, komunikasi, kepemimpinan, perencanaan dan
pengorganisasian (Asgar, 2008). Berdasarkan data dan informasi tersebut, maka
masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah kepatuhan petugas
Kesehatan di Rumah Sakit Gatoel dalam pemakaian APD belum mencapai
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
12
12
standar 100%, yaitu 57% di tahun 2017, 74% di tahun 2018 dan 74% di tahun
2019.
1.2 Kajian Masalah
Berdasarkan masalah tersebut, maka dapat dilakukan identifikasi faktor
yang dapat mempengaruhi kepatuhan pemakaian APD petugas kesehatan di RS
Gatoel sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kajian Masalah Sumber: Gibson, 2007
Faktor Psikologi:
1. Sikap
2. Motivasi
3. Persepsi
Kepatuhan petugas
kesehatan di Rumah
Sakit Gatoel dalam
pemakaian APD belum
mencapai standar
100%, yaitu 57% di
tahun 2017, 74% di
tahun 2018 dan 74%
di tahun 2019.
Faktor Organisasi:
1. Kepemimpinan
2. Supervisi
3. Sumber daya
4. Imbalan
5. Desain Pekerjaan
6. Budaya Keamanan,
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
7. Budaya Keselamatan Pasien
8. Regulasi/ kebijakan
9. Pedoman/panduan/ SPO
Faktor Individu:
1. Demografi
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Tingkat pendidikan
d. Masa kerja
e. Status pernikahan
2. Pengetahuan
3. Kesadaran
4. Kewaspadaan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
13
13
Berdasarkan gambar 1.1 diatas, maka faktor yang bisa mempengaruhi
kepatuhan pemakaian APD di RS Gatoel adalah sebagai berikut:
A. Faktor Individu
Variabel individu dikelompokkan pada sub variabel pengetahuan,
kesadaran, kewaspadaan dan demografi (Gibson, 2007). Karakteristik
demografi meliputi usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, masa kerja
dan status pernikahan:
1. Demografi
a. Usia
Usia berkaitan dengan kematangan, kedewasaan, dan kemampuan
seseorang dalam bekerja. Semakin bertambah usia semakin mampu
menunjukkan kematangan jiwa dan semakin cepat berpikir rasional,
mampu untuk menentukan keputusan, semakin bijaksana, mampu
mengontrol emosi, taat terhadap aturan dan norma dan komitmen
terhadap pekerjaan. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Gatoel rerata
berada di usia muda yaitu berkisar antara 20-40 tahun.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara umum tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti dalam melaksanakan pekerjaan,
namun wanita yang berumah tangga memiliki tugas tambahan sehingga
kemangkiran lebih sering dari pada pria (Robbins, 2008). Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit Gatoel lebih banyak jenis kelamin
perempuan dibandingkan pria.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
14
14
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang
dalam bekerja. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
diasumsikan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik
dalam kemampuan menyelesaikan pekerjaan. Tingkat pendidikan
Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Gatoel minimal D3.
d. Masa Kerja
Masa kerja berkaitan dengan lama seseorang bekerja menjalankan
pekerjaan tertentu. Perawat yang bekerja lebih lama diharapkan lebih
berpengalaman dan senior. Masa kerja Petugas Kesehatan di Rumah
Sakit Gatoel bervariasi lebar, untuk itu nanti responden penelitian akan
dibatasi masa kerja lebih dari 3 tahun.
e. Status pernikahan
Status pernikahan seseorang berpengaruh terhadap perilaku seseorang
dalam bekerja. Karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, lebih
puas dengan pekerjaannya dibandingkan dengan temannya yang belum
menikah. Status pernikahan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja seorang perawat. Pernikahan membuat
seseorang menjadi mempunyai rasa tanggung jawab, pekerjaan menjadi
lebih berharga dan penting (Robbins, 2008). Rerata Petugas Kesehatan
di Rumah Sakit Gatoel dengan status sudah menikah.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
15
15
2. Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007) tingkat pengetahuan mempunyai peranan yang
amat penting untuk seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan. Semakin tinggi
pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula kesadarannya untuk
melakukan pekerjaan yang lebih baik. Sebaliknya pengetahuan yang rendah,
maka rendah pula kesadarannya untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik.
3. Kesadaran
Kesadaran petugas kesehatan dalam pemakaian APD timbul dari dirinya
sendiri, kesadaran ini bisa didasari atas pengetahuan terhadap akibat jika tidak
patuh terhadap pemakaian APD.
4. Kewaspadaan
Kewaspadaan standar diterapkan di lingkungan rumah sakit. Penerapan
kewaspadaan standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan pathogen
dari sumber yang diketahui maupun tidak diketahui. Pemilihan APD yang akan
dipakai harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh mana
antisipasi kontak dengan pathogen dalam darah dan cairan tubuh.
B. Faktor Psikologi
1. Sikap
Sikap dalam pelayanan keperawatan sangat memegang peranan penting karena
dapat berubah dan dibentuk sehingga dapat mempengaruhi perilaku pekerja
perawat (Winardi, 2004).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
16
16
2. Motivasi
Motivasi petugas kesehatan dalam pemakaian APD bisa jadi untuk
menghindarkan dirinya sendiri atau pasien dari tertularnya infeksi, atau bisa
juga karena menghindari hukuman akibat melanggar peraturan. Faktor yang
menyebabkan seseorang mau bekerja adalah motivasi. Motivasi berasal dari
aneka kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Persepsi
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang
di dalam memahami tentang lingkungan, baik melalui penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan
penafsiran yang unik terhadap situasi (Thoha, 2012).
C. Faktor Organisasi
1. Sumber Daya
Pada sistem organisasi di rumah sakit ada dua sumber daya yaitu: sumber daya
manusia terdiri dari tenaga profesional, non profesional, staf administrasi dan
pasien. Sumber daya alam antara lain: uang, metode, peralatan, dan bahan-
bahan.
2. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
Kepemimpinan terletak pada kemampuan untuk mempengaruhi aktivitas orang
lain atau kelompok melalui komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi atau
prestasi (Siagian, 1999).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
17
17
Dalam hal ini peran pemimpin dalam melakukan pengawasan terhadap stafnya
dalam pemakaian APD sangat penting. Dengan pengawasan yang baik
diharapkan akan berperilaku lebih patuh. Beberapa pemimpin mempunyai gaya
yang berbeda dalam memimpin unitnya yang tentu saja akan mempengaruhi
bagaimana cara stafnya bekerja.
3. Imbalan
Imbalan atau kompensasi mengandung makna pembayaran atau imbalan baik
langsung maupun tidak langsung yang diterima karyawan sebagai hasil kinerja.
Kinerja seseorang akan meningkat apabila dia dilakukan secara adil baik antar
pekerja maupun pemberian imbalan atau penghargaan. Pemberian imbalan
yang baik akan mendorong karyawan bekerja secara produktif.
4. Desain Pekerjaan
Desain pekerjaan merupakan upaya seorang pemimpin mengklasifikasikan
tugas dan tanggung jawab dari masing-masing individu. Pekerjaan yang
dirancang dengan baik akan meningkatkan motivasi yang merupakan faktor
penentu produktivitas seseorang maupun organisasi.
5. Budaya Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Sebuah budaya keselamatan kerja yang positif adalah ketika kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) memainkan peran yang sangat penting dan menjadi inti
nilai dari mereka yang bekerja di sebuah tempat kerja. Sementara budaya
keselamatan kerja yang negatif terjadi apabila keselamatan kerja dipandang
sebagai sebuah hal yang marginal atau menjadi beban dari unit kerja.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
18
18
6. Budaya Keselamatan Pasien
Budaya keselamatan pasien dapat diartikan sebagai bagian dari aspek budaya
organisasi yaitu sikap, nilai, keyakinan, persepsi, norma, kompetensi dan
prosedur terkait keselamatana pasien. IOM (Institute of Medicine) melaporkan
bahwa safety culture berpotensi meminimalkan kesalahan medis.
7. Kebijakan
Kebijakan secara tertulis tentang pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) sangat
diperlukan sebagai dasar dalam kepatuhan pemakaian APD
8. Pedoman/Panduan/SPO
Rumah Sakit Gatoel sudah mempunyai Panduan Pemakaian Alat Pelindung
Diri (APD) sebagai dasar dan panduan dalam pemakaian APD seluruh petugas
kesehatan di rumah sakit.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan kajian masalah, terdapat banyak faktor yang kemungkinan
menjadi penyebab tingkat kepatuhan pemakaian APD yang rendah, yaitu faktor
individu, faktor psikologi dan faktor organisasi, akan tetapi penelitian ini akan
berfokus pada faktor organisasi, pemilihan analisis dari faktor organisasi berkaitan
dengan hasil wawancara dan observasi yang menunjukkan bahwa ketidakpatuhan
dalam pemakaian APD salah satu faktor penyebabnya karena kurangnya supervisi
dari kepala ruang kepada stafnya, oleh karena itu penelitian ini akan berfokus
pada faktor organisasi yaitu pengaruh tipe kepemimpinan dan supervisory
management terhadap kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD) petugas
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
19
19
kesehatan. Kepemimpinan yang akan diteliti adalah gaya atau tipe
kepemimpinannya sementara manajemen pengawasan atau Supervisory
Management terdiri dari lima tahapan yaitu supervisory planning, supervisory
organizing, supervisory staffing, supervisory leading dan supervisory
controlling.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat kepatuhan pemakaian APD petugas kesehatan di
Rumah Sakit Gatoel?
2. Bagaimanakah tipe kepemimpinan Kepala Subdivisi di setiap unit
layanan di Rumah Sakit Gatoel?
3. Bagaimanakah supervisory management dari Kepala Subdivisi di setiap
unit layanan di Rumah Sakit Gatoel?
4. Adakah pengaruh tipe kepemimpinan dan Supervisory Management
(Supervisory planning, Supervisory Organizing, Supervisory Staffing,
Supervisory Leading, Supervisory Controlling) Kepala Subdivisi
terhadap kepatuhan pemakaian APD petugas kesehatan di Rumah Sakit
Gatoel?
5. Bagaimanakah rekomendasi untuk meningkatkan kepatuhan pemakaian
APD petugas kesehatan di Rumah Sakit Gatoel?
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
20
20
1.5 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh tipe kepemimpinan dan Supervisory
Management (Supervisory planning, Supervisory Organizing,
Supervisory Staffing, Supervisory Leading, Supervisory Controlling)
Kepala Subdivisi terhadap kepatuhan pemakaian APD petugas
kesehatan di Rumah Sakit Gatoel.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis tingkat kepatuhan pemakaian APD petugas kesehatan
di Rumah Sakit Gatoel.
b. Menganalisis tipe kepemimpinan Kepala Subdivisi di setiap unit
layanan di Rumah Sakit Gatoel.
c. Menganalisis supervisory management dari Kepala Subdivisi di
setiap unit layanan di Rumah Sakit Gatoel.
d. Menganalisis pengaruh tipe kepemimpinan dan Supervisory
Management (Supervisory planning, Supervisory Organizing,
Supervisory Staffing, Supervisory Leading, Supervisory
Controlling) Kepala Subdivisi terhadap kepatuhan pemakaian APD
petugas kesehatan di Rumah Sakit Gatoel
e. Memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kepatuhan
pemakaian APD petugas kesehatan di Rumah Sakit Gatoel.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI
21
21
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Bisa belajar tentang teori kepatuhan, kepemimpinan dan teori supervisory
management, serta pembelajaran dalam melakukan penelitian ilmiah.
2. Bagi Rumah Sakit
Mendapatkan rekomendasi untuk meningkatkan kepatuhan pemakaia APD
petugas kesehatan di Rumah Sakit
3. Bagi Peneliti Lainnya
Bisa memberikan inspirasi untuk melanjutkan penelitian tentang
kepatuhan pemakaian APD, atau memberikan ide untuk melakukan
penelitian yang sama di tempat lain dengan skala yang lebih besar lagi.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS ANALISIS PENGARUH TIPE ... ANGGRAINA PUSPITASARI