Upload
vanminh
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
(Quasi Eksperimen di SMA Darul Muttaqin Bekasi)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
IRMA IDRISAH
NIM : 108016200002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH MODEL INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
IRMA IDRISAH
NIM: 108016200002
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I
Dedi Irwandi, M.Si
NIP: 19710528 200003 1 002
Pembimbing II
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP: 19770201 200801 1 011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-098
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : IRMA IDRISAH
Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 07 September 1989
NIM : 108016200002
Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia
Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
SISWA
Dosen Pembimbing : 1. Dedi Irwandi, M.Si
2. Burhanudin Milama, M.Pd
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat Wisuda.
Jakarta, 9 September 2014
Mahasiswa Ybs
Irma Idrisah
NIM. 108016200002
i
ABSTRAK
Irma Idrisah, NIM. 108016200002, “Pengaruh Model Inkuiri Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”. Kuasi Eksperimen di SMA Darul
Muttaqin Bekasi. S1-Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model inkuiri
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Darul Muttaqin Bekasi pada bulan Mei 2013. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian non-equivalent
control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling. Sampel penelitian terdiri dari 26 murid (kelas eksperimen)
dan 26 murid (kelas kontrol). Instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir
kreatif dan nontes berupa observasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai
rata-rata posttest kelompok eksperimen sebesar 73,35 dan kelompok kontrol
sebesar 58,15. Hasil uji-t menunjukkan bahwa thitung sebesar 4,64 lebih besar dari
ttabel yaitu 1,68 dengan taraf signifikansi 5%, maka hipotesis alternatif (Ha)
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model
inkuri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
Kata Kunci : Model Inkuiri, Kemampuan Berpikir Kreatif
ii
ABSTRACT
Irma Idrisah, NIM. 108016200002, "Effect of Inquiry Model on Students
Creative Thinking". A Quasi-Experiment Research at Darul Muttaqin Bekasi
High School. S1-Thesis, Chemistry Education Program, Department of Natural
Science, Faculty of Tarbiyah and Teaching , Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta.
The purpose of this study was to determine the effect of the inquiry model
on creative thinking ability of students. This research was conducted at Darul
Muttaqin Bekasi High School in May 2013. The method used in the study was
quasi-experimental research design with non-equivalent control group design.
Samples were taken by purposive sampling technique. Samples were consisted of
26 students ( experimental class ) and 26 students ( control class ). The research
instruments were test of abilities to creative thinking and non-test form of
observation. The results of the data analysis showed that the average value of
posttest experimental group was 73,35 and control group was 58,15. T-test results
for 4,64 show that t is greater than t table is 1,68 with a significance level of 5%,
then the alternative hypothesis (Ha) is accepted. The results showed that there is a
significant effect of inquiry model for the creative thinking ability of students.
Keywords : Inquiry Model , Creative Thinking Ability
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim
Alhamdulillah wasyukurillah, puji dan syukur kepada-Mu ya Allah atas
segala nikmat dan kasih sayang-Mu. Salawat teriring salam senantiasa tercurah
untuk kekasih-Mu, Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis
untuk menyelesaikan studi S1 program studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa” ini merupakan wujud tertulis dari penelitian yang penulis
lakukan di SMA Darul Muttaqin Bekasi.
Adalah termasuk orang yang tidak pandai bersyukur kepada Allah SWT.
manakala kita tidak bisa berterimakasih kepada orang lain. Penulis sadar, dalam
rangka menuntaskan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan partisipasi
berbagai pihak. Oleh karena itu, kupersembahkan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’I, M.A., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus
dosen pembimbing I yang selalu membimbing dan mengarahkan selama
penelitian dan penulisan.
4. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd, selaku pembimbing II yang selalu
membimbing dan mengarahkan selama penelitian dan penulisan.
5. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku dosen penasehat akademik sekaligus
dosen penguji I dan Ibu Salamah Agung, S.Si, A.Pt, M.A, selaku dosen
penguji II.
6. Bapak Asep Romli, S.Ag, kepala sekolah SMA Darul Muttaqin Cibarusah
Bekasi yang telah memberikan izin penelitian. Bapak Slamet Utomo, S.Pd dan
iv
Bapak Adi Abdul Hadi, S.Pd.I, guru mata pelajaran kimia yang telah
membantu dan menjadi konsultan terbaik selama eksperimen. Bapak Toni
Sahroni, S.Pd.I dan seluruh sivitas akademika SMA Darul muttaqin Bekasi
yang telah membantu selama eksperimen.
7. Miftahudin, M.Si, suami tercinta yang selalu setia mendampingi dan
mendukung, menjadi tempat berkeluh kesah dan sumber inspirasi serta
semangat, bagian kehidupan tak tergantikan.
8. Ayahanda tercinta H. Idris Marzuki dan Ibunda tersayang Hj. Komariah,
teriring doa, “Ya Allah limpahkanlah selalu kasih sayang-Mu kepada orang
yang telah mebimbing dan membesarkan kami dengan segala jerih payahnya.
Bahagiakanlah mereka, karena kebahagiaan terbesar kami adalah melihatnya
bahagia”.
9. Abi dan Umi mertua KH. Ahmid dan Hj. Dedeh Muti’ah yang kasih sayang
serta doanya kepada peneliti tak terhingga, semoga Allah SWT. selalu
memberi kesehatan kepada keduanya.
10. Kakanda tercinta: Pelda Aa Setiawan dan Ella, Ida Hasanah, S.Si dan H. Nasa,
Kurniawan, S.Pd. serta keponakan tersayang Satria Tarezza Pahlawan dan
Almirah Khanza Akoba yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat.
11. Rekan-rekan sahabat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Angkatan
2008, lebih khusus kepada Eka, Fitri, Tsem, Vivi, Okta, Lena dan member
bunga yang telah menjadi konsultan dan teman terbaik.
Kami berharap skripsi ini menjadi kontribusi serta menambah pustaka dan
referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para
pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.
Ciputat, April 2014
Irma Idrisah
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ......................................................... 4
D. Perumusan Masalah .......................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .............................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................ 5
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS ................................................................. 6
A. Deskripsi Teoretis ............................................................. 6
1. Model Inkuiri .............................................................. 6
2. Kemampuan Berpikir Kreatif ..................................... 16
3. Konsep Hidrolisis Garam ........................................... 24
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ......................................... 27
C. Kerangka Berpikir ............................................................ 29
D. Perumusan Hipotesis Penelitian ....................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 30
A. Waktu dan Tempat Penelitian........................................... 30
B. Metode dan DesainPenelitian ........................................... 30
1. Metode Penelitian ....................................................... 30
2. Desain Penelitian ........................................................ 30
vi
C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 31
1. Populasi ...................................................................... 31
2. Sampel ........................................................................ 31
D. Variabel Penelitian ........................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 32
F. Instrumen Penelitian ......................................................... 33
1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .............................. 33
2. Observasi .................................................................... 34
G. Kalibrasi Instrumen .......................................................... 35
1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ............. 35
2. Lembar Observasi ....................................................... 39
H. Teknik Analisis Data ........................................................ 39
1. Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ...................... 39
2. Data Observasi ............................................................ 43
I. Hipotesis Statistik ............................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................... 45
A. Hasil Penelitian ................................................................. 45
1. Hasil Pretest Berpikir Kreatif Siswa .......................... 45
2. Hasil Posttest Berpikir Kreatif Siswa ......................... 47
3. Hasil Lembar Observasi ............................................. 49
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Pretest .............. 50
1. Uji Normalitas ............................................................ 50
2. Uji Homogenitas ........................................................ 51
3. Uji Hipotesis .............................................................. 52
C. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Posttest ............. 52
1. Uji Normalitas ............................................................ 52
2. Uji Homogenitas ........................................................ 53
3. Uji Hipotesis .............................................................. 54
D. Pembahasan ...................................................................... 55
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 62
A. Kesimpulan ....................................................................... 62
B. Saran ................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 63
LAMPIRAN ........................................................................................... 66
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kation dan Anion yang Terhidrasi dalam Air ...................... 25
Tabel 3.1 Desain Penelitian .................................................................. 31
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ........................ 33
Tabel 3.3 Kriteria Taraf Kesukaran ...................................................... 37
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda ........................................................ 38
Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa ............ 40
Tabel 3.6 Bobot Nilai Item Observasi Berdasarkan Skala Likert ........ 43
Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Lembar Observasi ................................... 44
Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............. 45
Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Pretest Indikator Berpikir Kreatif Siswa .... 46
Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........... 47
Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Posttest Indikator Berpikir Kreatif Siswa .. 48
Tabel 4.5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Model Inkuiri
Terbimbing .......................................................................... 49
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest ................................................ 50
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest ............................................. 51
Tabel 4.8 Uji Hipotesis Hasil Pretest ................................................... 52
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Posttest ............................................... 53
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Posttest ........................................... 54
Tabel 4.11 Uji Hipotesis Hasil Posttest.................................................. 55
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A1 : RPP Kelas Kontrol ..................................................... 66
Lampiran A2 : RPP Kelas Eksperimen .............................................. 85
Lampiran A3 : Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ......... 106
Lampiran B1 : Soal Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas) .... 112
Lampiran B2 : Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji
Validitas) .................................................................... 117
Lampiran B3 : Rubrik Penilaian Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji
Validitas) .................................................................... 129
Lampiran B4 : Soal Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas) ...... 134
Lampiran B5 : Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji
Validitas) .................................................................... 138
Lampiran B6 : Rubrik Penilaian Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji
Validitas) .................................................................... 146
Lampiran B7 : Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen ............. 149
Lampiran B8 : Rubrik Penilaian Observasi ........................................ 151
Lampiran C1 : Hasil Uji Validitas Tes Berpikir Kreatif (Anates) ..... 155
Lampiran C2 : Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol (Pretest dan Posttest) ................... 162
Lampiran C3 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen
(Pretest) ...................................................................... 163
Lampiran C4 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen
(Posttest) .................................................................... 165
Lampiran C5 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol
(Pretest) ...................................................................... 167
Lampiran C6 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol
(Posttest) .................................................................... 169
Lampiran C7 : Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen ................. 171
x
Lampiran D1 : Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest) ...... 174
Lampiran D2 : Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Posttest)..... 176
Lampiran D3 : Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol (Pretest)............. 178
Lampiran D4 : Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol (Posttest) ........... 180
Lampiran D5 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretest)............... 182
Lampiran D6 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Posttest) ............. 184
Lampiran D7 : Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretest) ..................... 186
Lampiran D8 : Uji Normalitas Kelas Kontrol (Posttest) .................... 188
Lampiran D9 : Uji Homogenitas Pretest ............................................ 190
Lampiran D10 : Uji Homogenitas Posttest........................................... 191
Lampiran D11 : Uji Hipotesis Pretest .................................................. 192
Lampiran D12 : Uji Hipotesis Posttest ................................................. 194
Lampiran E : Foto-Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............. 196
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah)
dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Proses
pembelajaran yang hanya berorientasi pada penguasaan sejumlah
informasi/konsep belaka, menuntut siswa untuk menguasai materi pelajaran.
Penekanannya lebih pada hapalan dan mencari satu jawaban yang benar
terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran tinggi termasuk
berpikir kreatif jarang dilatih. Padahal, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi menuntut sumber daya manusia yang tidak hanya memiliki
pengetahuan saja tetapi juga harus memiliki keterampilan (life skill) dalam
menciptakan sesuatu yang kreatif.
Untuk dapat mengetahui sesuatu, siswa haruslah aktif sendiri
mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar siswa harus aktif mengolah
bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya yang terpenting
merangkumnya sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan siswa
dalam membangun pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti
apa-apa.1 Menjadi kreatif adalah ciri manusia yang berharga, lebih-lebih
dalam era pembangunan ini sangat dituntut manusia-manusia kreatif, manusia
pembangunan.2 Dengan demikian, kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
hal menciptakan sesuatu yang kreatif sangat penting untuk dilatih.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam
memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau
1 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet. 1; Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma, 2007), h. 9 2 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan
Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 175
2
metode yang bervariasi (divergen).3 Dalam berpikir kreatif, proses dasar
berpikir digunakan untuk penemuan hal-hal baru, karya seni, gagasan-gagasan
yang konstruktif yang berkaitan dengan persepsi atau konsep, yang
menekankan aspek intuisi ataupun rasional dalam berpikir.4 Pemikir kreatif
dengan sengaja melatih imajinasi mereka, sebagian dengan memandang
sesuatu dari sudut pandang yang tidak biasa.5
Menurut Guilford Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai
kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini
masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.6 Hasil studi yang
dilakukan oleh Getzels dan Jackson, dan Torrance mengungkapkan bahwa
guru cenderung lebih suka terhadap siswa yang lebih penurut, jinak, pendiam,
dan yang dapat diramalkan dari pada terhadap siswa yang bersikap bebas aktif
dan kreatif.7 Padahal, proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah.8 Hasil penelitian Sarjono
menyatakan bahwa pembelajaran sains selama ini dilakukan tidak melalui
inkuiri ilmiah melainkan didominasi oleh kegiatan transfer informasi dan
bersifat hafalan, sehingga hasil belajar sains menjadi rendah dan tidak
bermakna panjang.9
Melihat kenyataan di atas jelaslah bahwa pentingnya kemampuan
berpikir kreatif dilatih pada siswa. Untuk itu sangat perlu sekali dalam
3 Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X, No. 1; Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah, (Yogyakara :
FMIPA Unesa, 2005), h. 6 4 Wiwik Haryani & Purwandhi, Jurnal BORNEO, Vol.1 No. 1; Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran Berpikir, (Bandung : FKIP Unmul, 2007), h. 12 5 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung : MCC, 2006), h. 218 6 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi
Para Guru dan Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 45 7 Moh. Amien, op.cit., h. 170
8 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1; Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), h. 46 9 Ramadhan Witarsa, 38 ISSN 1412-565X Edisi Khusus No. 2; Analisis Kemampuan
Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD,
(Agustus 2011), h. 38
3
pembelajaran di sekolah dikembangkan suatu model pembelajaran yang
mendukung peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Suatu model
pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan kemampuan konsep siswa
tetapi juga dapat melatih kemampuan berpikir kreatif sehingga menghasilkan
suatu pembelajaran yang lebih bermakna. Proses pembelajaran yang
mendorong siswa belajar atas prakarsa sendiri dapat mengembangkan
kemampuan kreatif karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan
anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru.
Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi kreatif tidak akan muncul
sendiri secara baik bila individu tidak menjumpai lingkungannya yang
memacu sejak awal.10
National Science Education Standards, menekankan
pemahaman konsep sains dilakukan dalam standard inkuiri.11
Model inkuiri
merupakan salah satu model pembelajaran yang dipandang sesuai untuk
digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, karena
model inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
penyelidikan terhadap sesuatu sendiri secara langsung. Selain itu, model
inkuiri dapat mempermudah siswa untuk mampu memperoleh pengetahuan
secara mendalam karena siswa mengkonstruk sendiri suatu konsep.
Dengan model inkuiri siswa sungguh dilibatkan untuk aktif berpikir
dan menemukan pengertian yang ingin diketahuinya.12
Model inkuiri
merupakan model pembelajaran yang menekankan pada penemuan sesuatu
melalui proses mencari dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah.13
Model inkuiri pada dasarnya merupakan salah satu usaha dari guru untuk
dapat merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk pertanyaan, serta
adanya suatu proses pemecahan masalah.14
10
Moh. Amien, op. cit., h. 173 11 Zulfiani dkk, op. cit., h. 47 12
Paul Suparno, op. cit., h. 65 13
Yuli Nurul Fauziah, Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengembangkan Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam,
(Bandung: UPI, 2011), h. 98 14
Kardius Richi Yosada, VOX Edukasi vol.1 No.1; Model Pembelajaran Inkuiri Sosial
Dalam Mengembangkan Berpikir kreatif Siswa pada Bidang Studi IPS Ekonomi Melalui Isu-isu
Ekonomi Kontemporer, (Maret 2010), h. 52
4
Karakteristik model inkuiri sesuai jika diterapkan pada konsep yang
memungkinkan keaktifan siswa menganalisis dan memecahkan persoalan
secara sistematik suatu konsep yang sedang dipelajari. Konsep yang sesuai
dengan karakteristik model inkuiri salah satunya adalah konsep hidrolisis
garam. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian mengenai penerapan
model inkuiri perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
model inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, dapat
diamati beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Masih rendahnya daya serap peserta didik.
2. Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah masih bertumpu pada
hapalan terhadap suatu teori.
3. Proses-proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih.
4. Peserta didik hanya mampu mengingat fakta/teori tanpa memahami
pengetahuan yang dimiliki untuk dihubungkan dengan persoalan dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian dibahas dengan jelas dan tidak meluas,
maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif adalah model inkuiri terbimbing.
2. Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kreatif menurut Guilford yang meliputi: keterampilan berpikir
lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (fleksibel), keterampilan
berpikir orisinal (originality), dan keterampilan merinci (elaboration).
3. Materi kimia yang menjadi objek penelitian ini dibatasi pada konsep
hidrolisis garam.
5
D. Perumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah yang menjadi dasar penelitian ini
dilakukan melalui pertanyaan penelitian berikut. “Apakah terdapat pengaruh
model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa?”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model inkuiri
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam
penggunaan model pembelajaran inkuiri serta dapat dijadikan sebagai
studi banding dan dasar pemikiran bagi timbulnya gagasan-gagasan baru
dalam dunia pendidikan khususnya dalam mengembangkan model
pembelajaran yang mampu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran
dengan mengkondisikan siswa sebagai petualang dan penemu baru serta
melatih siswa untuk berpikir kreatif dengan merangsang siswa berpikir
melalui berbagai bentuk pertanyaan serta adanya suatu proses pemecahan
masalah.
3. Bagi lingkungan pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa sehingga dapat dikembangkan dengan materi-materi yang
beragam.
6
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Model Inkuiri
a. Pengertian Model Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan
sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan
yang diajukan.1 Carin dan Sund mengemukakan bahwa inquiry adalah the
process of investigating a problem. Adapun Piaget mengemukakan bahwa
metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik
pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat
apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan
penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan
yang ditemukan peserta didik lain.2 Dalam proses belajar mengajar, inkuiri
digunakan sebagai metode pengajaran yang memungkinkan ide siswa
berperan dalam suatu penyelidikan (investigasi) yang akan dilakukan oleh
pembelajar/siswa (Henrichsen dan Jarrett).3
Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan
meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan
pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber
informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau
investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan
percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk
memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta
membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud,
1997).4
1 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam
Kelas, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 85 2 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Cet. 8; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 108 3 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1; Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), h. 119 4 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet. 1; Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h. 43
7
Salah satu prinsip utama inkuiri yaitu siswa dapat mengkonstruk
sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam
pembelajarannya.5 Welch mendefinisikan inkuiri sebagai proses dimana
manusia mencari informasi atau pengertian, maka sering disebut a way of
thought. Kindsvatter, Wilen, dan Ishler (1996) lebih menjelaskan inkuiri
sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir
kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara
sistematik.6 Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan
atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis dan logis dari Schmidt.7
Dari berbagai pengertian model inkuiri yang telah dikemukakan
oleh para pakar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model inkuiri
menitikberatkan pada aktivitas siswa. Dalam model inkuiri siswa
mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan berproses memecahkan
masalah dari persoalan yang diajukan guru menggunakan prinsip metode
ilmiah atau saintifik. Secara umum metode ilmiah itu seperti
mengidentifikasi persoalan, membuat hipotesis, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
b. Tingkatan Model Inkuiri
Dalam Standard for Science Teacher Preparation terdapat 3
tingkatan inkuiri, yakni:8
1) Discovery/Structured Inquiri
5 Zulfiani dkk, loc. cit.
6 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet. 1; Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma, 2007), h. 65 7 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, loc. cit.
8 Zulfiani dkk, op.cit., h. 121-122
8
Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi
permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif
hasil.
2) Guided Inquiry
Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah
mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian
masalah.
3) Open Inquiry
Tindakan utama pada Open Inquiry ialah guru memaparkan konteks
penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah.
c. Inkuiri Terbimbing
Pada penelitian ini, tingkatan model inkuiri yang digunakan
terbatas pada inkuiri terbimbing (guided inquiry). Inkuiri terbimbing
adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak
mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap
dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri.9 Inkuiri
terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah
dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa
bekerja untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut
dibawah bimbingan intensif guru.10
Model pembelajaran guided inquiry digunakan apabila dalam
kegiatan pembelajaran guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang
cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh
guru.11
Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan
9 Paul Suparno, op. cit., h. 68
10 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, op.cit., h. 89
11 Suherli Kusmana, Model Pembelajaran Siswa Aktif, (Jakarta: Sketsa Aksara Lalitya,
2010), h. 49
9
baik oleh guru dan output pembelajaran sudah dapat diprediksi sejak
awal.12
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran inkuiri
terbimbing (guided inquiry), guru banyak terlibat dalam hal membuat
perencanaan dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri
sehingga siswa tidak begitu bebas dalam hal mengembangkan gagasan dan
idenya. Melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing,
siswa yang berperan sebagai subjek pembelajaran dilatih bekerja seperti
ilmuan. Dengan begitu, penggunaan model pembelajaran inkuiri
terbimbing diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa.
d. Karakteristik Inkuiri Terbimbing
Orlich menyatakan ada beberapa karakteristik inkuiri terbimbing yang
harus diperhatikan, yaitu:13
1) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui observasi
spesifik hingga mampu membuat inferensi atau generalisasi.
2) Sasarannya adalah mempelajari proses pengamatan kejadian atau objek
dan menyusun generalisasi yang sesuai.
3) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran, misalnya kejadian,
data,materi dan berperan sebagai pemimpin kelas.
4) Setiap siswa berusaha membangun pola yang bermakna berdasarkan
hasil observasi di dalam kelas.
5) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran.
6) Biasanya sejumlah generalisasi akan diperoleh dari siswa.
7) Guru memotivasi seluruh siswa untuk mengkomunikasikan hasil dari
generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam
kelas.
12
Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, loc.cit. 13
Ibid., h. 89-90
10
e. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri
Secara umum proses pembelajaran inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:14
1) Orientasi
Langkah orientasi merupakan langkah membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Guru merangsang dan mengajak siswa
untuk berpikir memecahkan masalah.
2) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatuy persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang untuk berpikir.
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring infiormasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data sehingga guru dapat mengembangkan kemampuan
berpikir rasional siswa. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya
berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan
dan dipertanggung jawabkan.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Kindsvatter, Wilen, dan Ishler mengemukakan bahwa model
inkuiri secara sederhana dapat dijelaskan sebagai model pengajaran yang
menggunakan proses seperti: (1) identifikasi persoalan, (2) membuat
14
Retno Dwi Suyanti, op. cit., h. 46-48
11
hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) menganalisis data, dan (5)
mengambil kesimpulan. Dari langkah-langkah tersebut nampak jelas
bahwa model inkuiri ini menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik
dalam menemukan suatu prinsip, hukum ataupun teori. Secara umum
metode ilmiah itu punya langkah seperti: (1) merumuskan persoalan, (2)
membuat hipotesis, (3) melakukan percobaan untuk mengumpulkan data,
(4) menganalisis data yang diperoleh, dan (5) mengambil kesimpulan
apakah hipotesis diterima atau ditolak.15
Secara umum, Gulo menyatakan,
bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran
inkuiri adalah sebagai berikut.16
1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan
diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas,
pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta
untuk merumuskan hipotesis.
2) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan
proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis
yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu
hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3) Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data
yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.
4) Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Factor
penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟.
15
Paul Suparno, op. cit., h. 65-66 16
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Cet. 1;
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 137-138
12
Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan siswa dapat
menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan
sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5) Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat
kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Hampir sama dengan langkah-langkah yang ditempuh dalam
proses belajar mengajar dengan model inkuiri yang telah diungkapkan oleh
para pakar diatas, Massialas mengemukakan langkah-langkah
pembelajaran dengan model inkuiri sebagai berikut: (1) guru memilih
tingkah laku (tujuan), (2) guru mengajukan pertanyaan yang dapat
menumbuhkan siswa menumbuhkan pendapatnya, (3) siswa menetapkan
hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban),
(4) secara spontan siswa menjelajahi informasi/data untuk menguji
praduga, baik secara individu maupun secara kelompok, atau siswa tidak
banyak berusaha mencari informasi untuk membuktikan praduga. Dalam
hal siswa tidak banyak berusaha mencari informasi, peran guru sebagai
pembimbing/fasilitator sangat dibutuhkan, (5) siswa mengidentifikasi
beberapa kemungkinan jawaban/siswa menarik kesimpulan.17
f. Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa
prinsip, antara lain:18
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi pembelajaran inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir dan berorientasi pada proses belajar.
Keberhasilan pembelajaran ini terlihat pada aktivitas siswa untuk
mencari dan menemukan sesuatu yang merupakan gagasan yang pasti.
17
Suherli Kusmana, op. cit., h. 56-57 18
Retno Dwi Suyanti, op. cit., h. 45
13
2) Prinsip interaksi
Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru
dimana guru berperan sebagai pengatur lingkungan dan pengatur
interaksi belajar, guru mengarahkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa.
3) Prinsip bertanya
Guru juga berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk
bertanya pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir.
4) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar merupakan proses berpikir yakni proses mengembangkan
potensi seluruh otak secara maksimal.
5) Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Untuk itu
siswa hendaknya diberikan kebebasan untuk mencoba sesuatu sesuai
dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
g. Syarat Inkuiri Dapat Berjalan Baik
Model inkuiri akan efektif apabila: (1) guru mengharapkan siswa
dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan sehingga
penguasaan materi bukan tujuan utama karena ynag terpenting adalah
proses belajar, (2) bahan pelajaran yang akan diajarkan adalah berupa
kesimpulan yang perlu pembuktian, (3) proses pembelajaran berangkat
dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu, (4) siswa adalah anak yang
memiliki kemauan dan kemapuan berpikir, (5) jumlah siswa tidak terlalu
banyak agar mudah dikendalikan, dan (6) guru memiliki banyak waktu
untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.19
19
Ibid., h. 44
14
Untuk meningkatkan teknik inkuiri dapat ditimbulkan dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:20
1) Membimbing kegiatan laboratorium. Guru menyediakan petunjuk yang
cukup luas kepada siswa dan sebagian besar perencanaannya dibuat
oleh guru.
2) Modifikasi inquiry. Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-
masalah dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk
memecahkan masalah secara perseorangan maupun kelompok.
3) Kebebasan inquiry. Guru mengundang siswa untuk melibatkan diri
dalam kegiatan “kebebasan inquiry”, dari siswa dapat mengidentifikasi
masalah dan merumuskan macam-macam masalah yang akan
dipelajari.
4) Inquiry pendekatan peranan. Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan
masalah, yang cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasanya
diikuti oleh para ilmiawan.
5) Mengundang ke dalam inquiry. Merupakan kegiatan proses belajar
yang melibatkan siswa dalam tim-tim untuk memecahkan masalah
yang masing-masing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda-
beda seperti: koordinator tim, penasihat teknis, merekam data, proses
penilaian.
6) Teka teki bergambar. Salah satu teknik untuyk mengembangkan
motivasi dan perhatian siswa didalam diskusi kelompok. Gambar,
peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk
meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.
7) Synectics lesson. Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif
siswa. Pada dasarnya “synectics” memusatkan pada keterlibatan siswa
untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar supaya dapat
membuka inteligensinya dan mengembangkan daya kreativitasnya. Hal
itu dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu dalam
20
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Cet. 7; Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.
77-79
15
melepaskan ikatan struktur mental yang melekat kuat dalam
memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ide-
ide kreatif.
8) Kejelasan nilai-nilai. Perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang
keuntungan-keuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut
sikap, nilai-nilai dan pembentukan self-concept siswa.
Agar teknik inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan
kondisi-kondisi sebagai berikut:21
1) Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi.
2) Kondisi lingkungan yang responsif.
3) Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
4) Kondisi yang bebas dari tekanan.
h. Kelebihan Model inkuiri
Teknik inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan
sebagai berikut:22
1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri
siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide
lebih baik.
2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
proses belajar yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
5) Memberti kepuasan yang bersifat intrinsik.
6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
21
Ibid., h. 79 22
Ibid., h. 76-77
16
9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka
dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
2. Kemampuan Berpikir Kreatif
a. Pengertian Berpikir Kreatif
Edward de Bono mendefinisikan berpikir sebagai: “Proses kreatif
yang berkaitan dengan pemecahan masalah”.23
Berpikir merupakan
keterampilan operasional yang memungkinkan inteligensi bekerja atas
dasar pengalaman.24
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kreatif
didefinisikan sebagai memiliki daya cipta; mempunyai kemampuan untuk
mencipta; bersifat mencipta; misal suatu pekerjaan yang menghendaki
selain kecerdasan juga imaginasi.25
Berpikir kreatif adalah sebuah
kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi,
menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan
baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan
ide-ide yang tidak terduga.26
Pemikiran kreatif adalah pemikiran yang berusaha melahirkan
sesuatu yang baru, dan disandarkan kepada prinsip-prinsip kemungkinan.27
Pemikir kreatif dengan sengaja melatih imajinasi mereka, sebagian dengan
memandang sesuatu dari sudut pandang yang tidak biasa.28
Mereka yang
menanamkan kebiasaan berpikir kreatif melihat kemungkinan-
kemungkinan baru, bukan batasan, dan mereka berani bereksperimen
tanpa takut berbuat salah.29
23 Edward De Bono, Mengajar Berpikir, (Cet 2; Jakarta: Erlangga, 1992), h. 34
24 Ibid., h. 36
25 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet 5; Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1976), h. 526
26
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung : MCC, 2006), h. 214-215 27
Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Cet. 1; Jakarta:
Pusaka Al-Kautsar, 2005), h. 37 28
Elaine B. Johnson, op. cit., h. 218 29
Ibid., h. 222
17
Beberapa ahli psikologi percaya bahwa kreativitas atau berpikir
kreatif harus terbatas pada penemuan atau penciptaan suatu ide
atau konsep baru yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh
manusia. Para ahli lainnya mendefinisikan kraetivitas secara
inklusif, yaitu meliputi semua usaha produktif yang unik dari
individu. Pandangan ini lebih bermaksud bagi guru/dosen yang
berusaha untuk mengembangkan kemampuan kreatif
siswa/mahasiswa dan membantu mereka dalam menggali dan
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Dengan kata
lain bahwa kreativitas atau berpikir kreatif dapat diartikan sebagai
pola berpikir atau ide yang timbul secara sepontan dan imaginatif,
yang mencirikan hasil-hasil artistik, penemuan-penemuan ilmiah,
dan penciptaan-penciptaan secara mekanik.30
Utami munandar menyimpulkan pengertian yang dikemukakan
oleh para ahli sebagai berikut:
1) Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.31
Biasanya, orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta,
sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru. Sesungguhnya apa
yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi
merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada
sebelumnya.32
2) Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di
mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
keragaman jawaban.33
Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan
terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-
jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-mata
30 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan
Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 166 31
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi
Para Guru dan Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 47 32
Ibid., h. 47 33
Ibid., h. 48
18
banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreativitas
seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawabannya.34
3) Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.
(Munandar, S. C. U., 1997).35
Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa berpikir kretif
adalah suatu cara berpikir divergen, keterampilan mental yang senantiasa
memperluas pemikiran, memupuk ide-ide asli untuk menghasilkan suatu
pemikiran yang berbeda dan merupakan hal yang baru.
b. Ciri-Ciri Siswa Kreatif
Sund (1975) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif
dapat dikenal secara mudah sekali melalui pengamatan ciri-ciri berikut:36
1) Hasrat ingin mengetahui,
2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru,
3) Panjang akal,
4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti,
5) Cenderung lebih suka untuk melakukan tugas-tugas yang berat dan
sulit,
6) Mencari jawaban-jawaban yang memuaskan dan komprehensip,
7) Bergairah, aktif dan dedikasi dalam melakukan tugas-tugasnya,
8) Berfikir fleksibel,
9) Menanggapi npertanyaan-pertanyaan dan kebiasaan untuk memberikan
jawaban yang lebih banyak,
10) Kemampuan membuat analisis dan sintesis,
11) Kemampuan membuat abstraksi,
12) Memiliki semangat “inqury”, dan
34
Ibid., h. 48 35
Ibid., h. 50 36
Moh. Amien, op. cit., h. 170
19
13) Keluasan dalam latar belakang kemampuan membaca.
Tes luar negeri yang mengukur kreativitas ialah tes dari Guilford
yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek
kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan kerincian berpikir.37
Dalam studi-
studi faktor analisis seputar ciri-ciri utama dari kreativitas, Guilford (1959)
membedakan antara aptitude dan non-aptitude traits yang berhubungan
dengan kreativitas. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kretif)
meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam
berpikir, dan ciri-ciri ini dioperasionalisasikan dalam tes berpikir
divergen.38
Ciri-ciri aptitude ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan
kognisi, dengan proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitude ialah ciri-
ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.39
Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude) meliputi :
1) Keterampilan berpikir lancar
Keterampilan berpikir lancar adalah kemampuan mencetuskan
banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara
atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari
satu jawaban.40
Sebagaimana definisi Guilford, kelancaran diartikan
dengan mengeluarkan pemikiran yang dengan mudah mengalir, baik
dalam bentuk kebebasan intelektual, verbal, atau yang lainnya. Sedangkan
peneliti Helmi Al-Moligi berpendapat bahwa kelancaran yaitu pemikiran
yang mengalir secara luar biasa, sehingga akal kreatif seakan-akan
merupakan ledakan pemikiran baru yang bebas.41
Keterampilan berpikir lancar yang dimiliki siswa tercermin dalam perilaku
siswa sebagai berikut:42
a) Mengajukan banyak pertanyaan.
37
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta,
2009), h. 73
38 Ibid., h. 10
39 Utami Munandar, op.cit., h. 88
40 Ibid., h. 88
41 Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 176
42 Utami Munandar, loc.cit.
20
b) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
c) Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.
d) Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
e) Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari pada anak-anak
lain.
f) Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu
obyek atau situasi.
2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)
Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) adalah kemampuan
menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari
banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu mengubah cara
pendekatan atau cara pemikiran.43
Maksud dari fleksibilitas adalah
memunculkan berbagai pengetahuan dengan amat mudah. 44
Guilford juga
berpendapat bahwa fleksibilitas mencerminkan kemampuan untuk cepat
menghasilkan berbagai pemikiran yang berkembang menjadi berbagai
macam pemikiran yang berbeda dan berkaitan dengan suatu sikap
tertentu.45
Keterampilan berpikir luwes yang dimiliki siswa tercermin dalam
perilaku siswa bsebagai berikut:46
a) Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu
obyek.
b) Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu
gambar, cerita atau masalah.
c) Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.
d) Memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang
diberikan orang lain.
43
Ibid., h. 88-89 44
Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 177 45
Ibid., h. 177 46
Utami Munandar, op.cit., h. 89
21
e) Dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai
posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok.
f) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam
cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.
g) Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-
beda.
h) Mampu mengubah arah berpikir secara spontan.
3) Keterampilan berpikir orisinal
Keterampilan berpikir orisinal adalah kemampuan melahirkan
ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk
mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak
lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.47
Maksud dari orisinalitas
sesuai dengan interpretasi yang diberikan oleh peneliti Sayyid Khairullah
adalah kemampuan untuk menghasilkan beberapa reaksi yang orisinil.
Atau diartikan dengan sedikit melakukan pengulangan secara statistikal
dalam suatu masyarakat dimana seseorang itu memiliki loyalitas
kepadanya.48
Keterampilan berpikir orisinal yang dimiliki siswa tercermin dalam
perilaku siswa bsebagai berikut:49
a) Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah
terpikirkan oleh orang lain.
b) Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-
cara yang baru.
c) Memilih a-simetri dalam menggambar atau membuat disain.
d) Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.
e) Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip.
f) Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk
menemukan penyelesaian yang baru.
47
Ibid., h. 89 48
Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 178 49
Utami Munandar, op.cit., h. 89-90
22
g) Lebih senang mensintesis daripada menganalisa situasi.
4) Keterampilan merinci (mengelaborasi)
Keterampilan merinci (mengelaborasi) adalah kemampuan untuk
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk,
menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau
situasi sehingga menjadi lebih menarik.50
Elaborasi diartikan dengan
memodifikasi reaksi yang dilakukan dengan cara menambahkan beberapa
reaksi lainnya. Seperti mengambil suatu pemikiran yang sederhana,
kemudian dimodifikasi dan menjadikannya lebih menarik. Atau,
menambah perincian atas suatu pemikiran tertentu, dengan syarat
perincian-perincian ini sesuai dengan pemikiran utamanya.51
Keterampilan berpikir merinci (mengelaborasi) yang dimiliki siswa
tercermin dalam perilaku siswa bsebagai berikut:52
a) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.
b) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
c) Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan
ditempuh.
d) Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan
penampilan yang kosong atau sederhana.
e) Menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-
bagian) terhadap gambarnya sendiri atau orang lain.
Berpikir kreatif, yang membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan
perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti:53
a) Mengajukan pertanyaan.
b) Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan
pikiran terbuka.
50
Ibid., h. 90 51
Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 179 52
Utami Munandar, loc.cit. 53
Elaine B. Johnson, op. cit., h. 215
23
c) Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda.
d) Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.
e) Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru
dan berbeda.
f) Mendengarkan intuisi.
c. Kendala Penghambat Kreativitas
Di antara banyak kendala yang membungkam kretivitas, yang
berikut ini khususnya merusak:54
1) Sensor internal dari seseorang.
2) Orang-orang yang mencari kesalahan.
3) Peraturan dan persyaratan yang membatasi dan melarang.
4) Perilaku menerima dengan pasif, tanpa bertanya.
5) Pengotakngotakan.
6) Memusuhi intuisi.
7) Takut membuat kesalahan.
8) Tidak menyempatkan diri untuk merenung.
Mengembangkan kebiasaan menghubungkan berbagai hal dengan
bebas merupakan unsur penting dari berpikir kreatif.55
Dalam upaya
membantu anak merealisasikan potensinya, sering digunakan cara paksaan
agar mereka belajar. Amabile mengemukakan empat cara yang mematikan
kreativitas, yaitu:56
1) Evaluasi
Rogers (dalam Vernon,1982) menekankan salah satu syarat untuk
memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak
memberikan evaluasi, atau paling tidak menunda pemberian evaluasi
sewaktu anak sedang asyik berkreasi.
2) Hadiah
3) Persaingan (kompetisi)
54
Ibid., h. 221 55
Ibid., h. 217 56
Utami Munandar, op.cit., h. 223
24
4) Lingkungan yang membatasi
Albert Einstein yakin bahwa belajar dan kreativitas tidak dapat
ditingkatkan dengan paksaan.
3. Konsep Hidrolisis Garam
a. Pengertian Hidrolisis Garam
Hidrolisis berasal dari kata “hidro” yang artinya air dan “lisis”
berarti penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dalam
air membentuk ion-ionnya.57
Hidrolisis garam adalah reaksi kation atau
anion dari suatu garam dengan air.58
Ion-ion garam dalam air bereaksi
sedemikian rupa dengan air sehingga menyebabkan air terurai menjadi ion
hidroksida (OH−) dan ion hydronium (H3O
+).
59
b. Sifat Larutan Garam
Garam yang dihasilkan suatu reaksi antara asam dan basa dapat
bersifat asam, basa, atau netral. Sifat tersebut bergantung pada jumlah
serta jenis senyawa asam basa yang direaksikan.60
1) Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak
memberikan perubahan warna lakmus, baik lakmus merah maupun
lakmus biru. Hal ini menunjukkan bahwa larutan garam bersifat
netral.61
Kebanyakan garam yang bersifat netral terbentuk oleh kation
dan anion yang dalam air hanya terhidrasi. Kation dan anion tersebut
disajikan dalam tabel 2.1 berikut:62
57
Maria Suharsini dan Dyah Saptarini, Kimia dan Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia
untuk SMA/MA, (Cet 1; Jakarta: Ganeca Exact, 2007) h. 244 58
Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2, (Cet 2; Yudhistira, 2009), h. 195 59
Omay Sumarna dkk, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, (Cet 1; Bogor: Regina, 2006), h.
251 60
Sandri Justiana dan Muchtaridi, loc. cit. 61
Ibid., h. 195 62
Omay Sumarna dkk, op. cit., h. 253
25
Tabel 2.1 Kation dan Anion yang Terhidrasi dalam Air
Kation Anion
K+ Na
+ Rb
+ Cs
+ Cl
− Br
− I
− SO4
2−
Mg+2
Ca2+
Sr2+
Ba2+
ClO3− ClO4
− BrO3
− NO3
−
2) Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengubah
lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah warna lakmus merah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam.63
3) Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat mengubah
lakmus merah menjadi biru dan tidak mengubah warna lakmus biru.
Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat basa.64
4) Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah dapat
bersifat asam, basa, atau netral.65
Garam dari asam lemah dan basa
lemah sifatnya bergantung pada harga tetapan ionisasi asam dan
basanya. Ka < Kb: bersifat basa, Kb < Ka: bersifat asam, Ka = Kb:
bersifat netral.66
c. pH Larutan Garam
Untuk menghitung pH simak uraian berikut ini:67
1) pH Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat bersifat
netral dan mempunyai pH = 7.
2) pH Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah
63
Sandri Justiana dan Muchtaridi, loc. cit. 64
Ibid., h. 196 65
Ibid., h. 196 66
Omay Sumarna, op. cit., h. 252 67
Sandri Justiana dan Muchtaridi, op. cit., h. 197-199
26
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah
mempunyai pH <7. Rumus untuk menghitung pH larutan garam
sebagai berikut:
3) pH Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat
4) pH Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah
d. Aplikasi Hidrolisis Garam
Berikut beberapa contoh aplikasi hidrolisis garam dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain:68
1) Pelarutan Sabun
Salah satu peristiwa hidrolisis yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dapat kita perhatikan pada sabun cuci. Perhatikan pada
garam natrium stearat, C17H35COONa (sabun cuci). Garam tersebut
akan mengalami hidrolisis jika dilarutkan dalam air, menghasilkan
asam stearat dan basanya, yaitu natrium hidroksida.
Reaksinya: C17H35COONa + H2O ↔ C17H35COOH + NaOH
68
Omay Sumarna, op. cit., h. 267
27
Oleh karena itu, jika garam tersebut digunakan untuk mencuci,
airnya harus bersih dan tidak mengandung garam Ca2+
atau Mg2+
.
Garam Ca2+
dan Mg2+
banyak terdapat dalam air sadah. Jika air yang
digunakan mengandung garam Ca2+
, terjadi reaksi dengan asam
stearat.
Reaksinya: 2(C17H35COOH) + Ca2+
→ (C17H35COO)2Ca + 2H+
Sehingga buih yang dihasilkan sangat sedikit. Akibatnya,
cucian tidak bersih karena fungsi buih untuk memperluas permukaan
kotoran agar mudah larut dalam air.
2) Penjernihan Air
Penjernihan air minum oleh PAM berdasarkan prinsip
hidrolisis, yaitu senyawa aluminium fosfat (Al2(PO4)3) yang
mengalami hidrolisis total.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian
yang relevan dengan penelitian yang dilakukan:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Putu Arnyana yang berjudul
“pengaruh penerapan strategi pembelajarn inovatif pada pembelajaran
biologi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMA”, menunjukan
bahwa kelompok siswa yang belajar dedngan strategi kooperatif GI, PBL
dan Inkuiri memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik dibandingkan
dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model DI.69
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hartanto yang berjudul “mengembangkan
kreaivitas siswa melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan
inkuiri” menunjukan bahwa melalui inkuiri siswa dapat memperaktekkan
dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari untuk memecahkan
69
Ida Bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP No. 3 Th, XXXIX,
ISSN 0215-8250; Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajarn Inovatif Pada Pembelajaran
Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, (Singaraja: fakultas pendidikan
MIPA, 2006)
28
masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan cara berpikir sistematis,
kritis, logis, dan kreatif.70
3. Penelitian yang dilakukan oleh Tatag Yuli Eko Siswono yang berjudul
“upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui
pengajuan masalah”, menunjukkan bahwa tidak semua aspek kemampuan
berpikir meningkat terutama fleksibilitas dalam memecahkan masalah.
Tetapi untuk aspek pemahaman terhadap informasi masalah, kebaruan dan
kefasihan dalam menjawabsoal mengalami peningkatan. Hasil lain
menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan mengajukan
masalah mengalami kemajuan/peningkatan.71
4. Penelitian yang dilakukan oleh Awaludin yang berjudul “Meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa dengan kemampuan
matematis rendah melalui pembelajaran open ended dengan pemberian
tugas tambahan”, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa dengan kemampuan matematis rendah yang
mendapat pembelajaran open ended dengan perlakuan pemberian tugas
tambahan labih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa yang mendapat pembelajaran open ended tanpa perlakuan
pemberian tugas tambahan.72
70
Hartanto, Jurnal Kependidikan Triadik vol. 14, no. 1; Mengembangkan Kreaivitas
Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri, (Bengkulu: FKIP
Universitas Bengkulu, 2011) 71
Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X, No. 1; Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah, (Yogyakara :
FMIPA Unesa, 2005)
72
Awaludin, Dosen tetap di FKIP Unhalu. Ringkasan Penelitian. Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Siswa dengan Kemampuan Matematis Rendah
Melalui Pembelajaran Open-Ended dengan Pemberian Tugas Tambahan, dapat diakses di
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=10330, 24/04/2014. 17:19 WIB.
29
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
D. Perumusan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung oleh landasan teori,
maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan
penggunaan model inkuiri dengan alat peraga sederhana terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa. Hipotesis yang dibuat dalam perbandingan adalah :
H0 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan model inkuiri terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Ha : Terdapat pengaruh penggunaan model inkuiri terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Model Inkuiri
Merumuskan hipotesis
Membuat kesimpulan
Mengajukan pertanyaan
atau permasalahan
Analisis data
Keterampilan
Berpikir Lancar
Keterampilan
Berpikir Luwes
Keterampilan
Berpikir Orisinal
Keterampilan
Berpikir Merinci
Kemampuan
Berpikir Kreatif Mengumpulkan data
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2013 pada semester 2 tahun
ajaran 2012/2013 dikelas XI-A dan XI-B yang bertempat di SMA Darul
Muttaqin yang berlokasi di Desa Wibawa Mulya Kecamatan Cibarusah
Kabupaten Bekasi.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Metode kuasi eksperimen
berbeda dengan penelitian eksperimen karena tidak memenuhi
karakteristik atau syarat dari suatu penelitian eksperimen, yaitu
manipulasi, kontrol, dan randominasi. Dalam penelitian kuasi eksperimen
tidak dilakukan randominasi untuk memasukan subjek ke dalam kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok
subjek yang sudah ada sebelumnya. Dalam metode kuasi eksperimen
kontrol atau pengendalian variabel tidak bisa dilakukan secara ketat, atau
secara penuh.1
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
nonequivalent control group design (desain pretest-posttest kelompok
kontrol tanpa acak).2 Dalam desain ini subjek kelompok tidak dilakukan
secara acak, misalnya kelas eksperimen di suatu kelas tertentu dengan
1 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Cet. 5; Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 44 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Cet ke-15; Bandung: Alfabeta, 2012), h. 116
31
siswa yang telah ada atau sebagaimana adanya.3 Di mana dalam desain ini
dilakukan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/tes awal (Y1),
disebut pretest, dan sesudah eksperimen/tes akhir (Y2), disebut posttest.
Perbedaan antara Y1 dan Y2 diasumsikan merupakan dari treatment
(eksperimen). Desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.4
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen (R) Y1 X Y2
Kontrol (R) Y1 - Y2
Keterangan:
R : kelas eksperimen dan kelas kontrol
Y1 : sebelum dilakukan treatment (eksperimen)/pretest
Y2 : sesudah dilakukan treatment (eksperimen)/posttest
X : tindakan untuk kelas eksperimen yaitu model inkuiri
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil
pengukuran yang menjadi objek penelitian.5 Dalam penelitian ini populasinya
adalah seluruh siswa SMA Darul Muttaqin, sedangkan populasi terjangkaunya
adalah seluruh siswa kelas XI SMA Darul Muttaqin.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat
yang sama dengan populasi.6 Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas
3 Nana Sudjana dan Ibrahim, loc. cit.
4 Ibid., h. 44
5 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan danPeneliti Pemula (Cet.
VI; Bandung: ALFABETA,2009), h. 54
6 Nana Sudjana dan Ibrahim, op.cit., h. 85
32
dari kelas XI SMA Darul Muttaqin yaitu kelas XI-A sebagai kelas kontrol dan
kelas XI-B sebagai kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, sampel penelitian
diambil menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling dikenal
juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam
pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.7 Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 26 orang siswa kelas XI-A dan 26 orang siswa
kelas XI-B.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
1. Variabel bebas atau variabel prediktor (independent variable) sering diberi
notasi X adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu
pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain.8 Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model inkuiri.
2. Variabel terikat atau variabel respons (dependent variable) sering diberi
notasi Y adalah variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel bebas.9
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif
siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, suatu data dibutuhkan untuk menguji
hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena data yang
diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan.10
Data
dikumpulkan oleh peneliti menggunakan cara atau teknik, sehingga dikenal
dengan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang peneliti
7 Riduwan, op.cit., h. 63
8 Nana Sudjana dan Ibrahim, op.cit., h. 12
9 Ibid., h. 12
10 Riduwan, op.cit., h. 70
33
gunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes berupa tes kemampuan berpikir
kreatif siswa dan teknik nontes berupa observasi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.11
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif dan
lembar observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing.
1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan
pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.12
Bentuk instrumen tes kemampuan berpikir
kreatif berupa soal uraian (essay) yang memenuhi seluruh indikator tes
yaitu: (1) kemampuan berpikir lancar (fluency), (2) kemampuan berpikir
luwes (flexibility), (3) kemampuan berpikir merinci (elaboration), (4)
kemampuan berpikir orisinal (originality). Adapun tes yang dibuat berupa
17 soal uraian sebelum diuji coba (soal terlampir pada halaman 111),
setelah dilakukan uji coba (uji validitas) dihasilkan 10 soal uraian yang
memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian
(soal terlampir pada halaman 133). Materi tes yang diberikan kepada siswa
mencakup konsep hidrolisis garam. Berikut kisi-kisi instrumen dalam
penelitian ini:
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
No. Indikator Sub indikator Nomor Butir
Soal
1 Fluency Menghasilkan banyak gagasan, 1, 4
11
Ibid., h. 69 12
Ibid., h. 76
34
(Berpikir
lancar)
jawaban dan penyelesaian
masalah.
Memikirkan lebih dari satu
jawaban.
2, 3*
2
Flexibility
(berpikir
luwes)
Menghasilkan gagasan, jawaban
dan penafsiran (interpretasi)
yang bervariasi terhadap suatu
masalah.
Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang
berbeda-beda.
5*, 6*, 7*
8*, 9, 10
3
Elaboration
(Berpikir
merinci)
Mencari arti yang lebih
mendalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan
melakukan langkah-langkah
yang terperinci.
Mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan.
11, 12*, 13*
14*, 15*
4
Originality
(Berpikir
orisinal)
Memiliki cara berpikir yang lain
dari yang lain.
Mampu melahirkan ungkapan
yang baru.
16
17*
Keterangan : * = Butir soal yang valid
2. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.13
Observasi
adalah mengamati situasi yang ada, situasi yang terjadi secara spontan,
tidak dibuat-buat, yang disebut juga dengan situasi yang sesuai dengan
13
Ibid., h. 76
35
kehendak alam (alamiah). Dan hasil pengamatan dicatat dengan teliti
untuk diambil kesimpulan-kesimpulan umum dan khusus.14
Dalam
penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan
tahapan model inkuiri terbimbing. Adapun lembar observasi
keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing terlampir pada halaman
148.
G. Kalibrasi Instrumen
1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Suatu instrumen dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila
memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya
dan ketepatan atau keajegannya atau reliabilitasnya.15
Sebelum diberikan
kepada sampel, instrumen tes terlebih dahulu diuji cobakan di kelas yang
telah mendapatkan materi hidrolisis garam untuk mengukur validitas dan
reliabilitas soal. Langkah selanjutnya dilakukan analisis butir soal untuk
mengetahui tingkat kesukaran (difficulty level) dan daya pembeda
sehingga didapatkan soal yang memenuhi syarat.
a. Validitas Instrumen
Didalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang
ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan: a test is
valid if it measures what it purpose to measure. Jika diartikan lebih kurang
demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur.16
Validitas soal di uji dengan rumus korelasi product moment.17
3-1
14
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Cet.2;
Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 36 15
Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Cet 14; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 12 16
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Cet 10; Jakarta: Bumi Aksara,
2009), h. 64-65
17
Ibid, h. 72
36
Di mana:
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
Dalam penelitian ini, untuk perhitungan validitas instrumen
peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan program Anates terdapat 10 butir soal
yang valid dari 17 butir soal uraian. Adapun hasil perhitungan
selengkapnya terlampir pada halaman 154.
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat
tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat
penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.18
Pengujian reliabilitas soal dalam bentuk uraian (essay) di uji
dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:19
3-2
Keterangan:
r11 : Reliabilitas yang dicari
: Jumlah varians skor tiap-tiap item
: Varians total
Dalam penelitian ini, untuk perhitungan reliabilitas instrumen
peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan program Anates menghasilkan nilai
reliabilitas tes sebesar 0,81. Adapun hasil perhitungan selengkapnya
terlampir pada halaman 154.
c. Uji Tingkat Kesukaran (Difficulty Index)
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
18
Nana sudjana, op. cit., h. 16 19
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 109
37
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.20
Dengan kata
lain, soal yang baik berada pada tingkat kesukaran sedang.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat
kesukaran/proportion correct (p) adalah:21
3-3
Keterangan:
p : tingkat kesukaran
: jumlah peserta didik yang menjawab benar
N : jumlah peserta didik
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan
kriteria dalam tabel 3.3 sebagai berikut:22
Tabel 3.3 Kriteria Taraf Kesukaran
Nilai (P) Kategori
p > 0,70 Mudah
0,30 ≤ p ≤ 0,70 Sedang
p < 0,30 Sukar
Dalam penelitian ini, untuk perhitungan taraf kesukaran instrumen
peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Hasil
perhitungan dengan menggunakan program Anates dari 10 butir soal yang
valid diperoleh 6 soal berkategori sedang dan 4 soal berkategori sukar.
Adapun hasil perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 154.
d. Daya Pembeda (Discriminating Power)
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).23
20
Ibid., h. 207 21
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Cet 3; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h. 272 22
Ibid., h. 272
38
Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan
rumus sebagai berikut:24
3-4
Di mana:
DP = daya pembeda
WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas
n = 27% x N (jumlah peserta didik)
Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut dapat
digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ebel pada tabel 3.4 sebagai
berikut:25
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda
Nilai (DP) Kategori
0,40 and up Very good items
0,30 – 0,39 Reasonably good
0,20 – 0,29 Marginal items
Below – 0,19 Poor item
Dalam penelitian ini, untuk perhitungan daya pembeda instrumen
peneliti menggunakan program Anates uraian versi 4.0.4. Hasil
perhitungan dengan menggunakan program Anates dari 10 butir soal yang
valid diperoleh 4 soal berkategori jelek, 4 soal berkategori cukup, 1 soal
berkategori baik dan 1 soal berkategori baik sekali. Adapun hasil
perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 154.
23
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 211 24
Zainal Arifin, op.cit., h. 273 25
Ibid., h. 274
39
2. Lembar Observasi
Untuk mengetahui validitas instrumen observasi dalam penelitian
ini digunakan validitas logis. Validitas logis untuk sebuah instrumen
evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi
persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut
dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang
secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.26
Dari pengkajian konstruksi teoritik pengaruh model inkuiri
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa, tersusunlah lembar observasi
untuk mengukur keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing.
Adapun lembar observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing
terlampir pada halaman 148.
H. Teknik Analisis Data
1. Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Data yang didapat kemudian dihitung dan dinilai dengan
memberikan skor. Setelah seluruh butir soal jawaban siswa diberi skor,
maka langkah selanjutnya adalah menghitung persentase skor jawaban dari
tiap item atau butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
3-5
Setelah menghitung persentase skor jawaban dari tiap butir soal,
selanjutnya menghitung persentase skor jawaban berdasarkan indikator
masing-masing soal tes berpikir kreatif yaitu kemampuan berpikir lancar
(fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), kemampuan berpikir
merinci (elaboration), dan kemampuan berpikir orisinal (originality).
Masing-masing skor ideal dalam persentase diberi bobot 100 dan skor
minimal diberi bobot 0, yang selanjutnya berdasarkan selisih (range)
persentase maksimal (ideal) dan minimal dengan jumlah kelas sebanyak 5,
26
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 65
40
maka kriteria masing-masing variabel dikelompokkan seperti pada tabel
3.6 berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa
Persentase Jawaban Kriteria Penilaian
81 – 100 Sangat Kreatif
61 – 80 Kreatif
41 – 60 Cukup Kreatif
21 – 40 Kurang Kreatif
00 – 20 Tidak Kreatif
Data tes berpikir kreatif selanjutnya dianalisis untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dapat dilakukan jika prasyarat
analisis telah terpenuhi.
a. Pengujian Persyaratan Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t,
terlebih dahulu diadakan pengujian persyaratan analisis, yaitu :
1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
secara nonparametrik yaitu menggunakan Uji Liliefors, dengan rumus:27
Lo = │F (Zi) – S (Zi) │ 3-6
Keterangan :
Lo = Harga mutlak terbesar
F (Zi) = Peluang angka baku
S (Zi) = Proporsi angka baku
Adapun langkah-lagkah pengujiannya sebagai berikut:
a) Kolom X
Data diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar
b) Kolom Zi
27
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466-467
41
3-7
Ketetangan:
= Skor baku
= Skor ke i
= Nilai rata-rata
SD = Standar Deviasi
c) Kolom F(Zi)
Nilai Zi dikonsultasikan pada daftar tabel (tabel Z)
d) Kolom S(Zi)
Kolom ini dicantumkan nilai yang diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut:
S (Zi) = 3-8
e) Kolom │F (Zi) – S (Zi) │
Merupakan harga mutlak dari selisih F (Zi) dan S (Zi)
f) Tentukan nilai L0 dengan harga terbesar dari harga mutlak selisih dan
dibandingkan dengan Ltabel dari tabel Liliefors. Dengan kriteria:
Terima H0 jika L0(hitung) < Ltabel artinya data berdistribusi normal
Tolak Ho jika L0(hitung) > Ltabel artinya data berdistribusi tidak normal
Ltabel atau nilai kritis untuk uji liliefors dengan n > 30 dan taraf nyata
(α) 0,05 adalah Ltabel =
g) Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, maka nilai L0 dikonsultasikan kendalam tabel
nilai kritis L dengan taraf signifikan α = 0,05. Kriteria pengujian
populasi ini dianggap berdistribusi normal jika L0 lebih kecil dari Ltabel
(angka kritis).
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan
42
ke homogenan populasi. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji
Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:28
a) Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus
S2 = 3-9
b) Menentukan Fhitung dengan rumus
3-10
c) Menentukan nilai Ftabel dengan rumus:
dk pembilang = n-1 (untuk varians terbesar)
dk penyebut = n-1 (untuk varians terkecil)
dengan taraf signifikan (α) = 0,05, maka dicari pada tabel F.
d) Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, dengan kriteria pengujian
berikut:
(1) Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua
populasi tidak homogen.
(2) Jika Fhitung Ftabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua
populasi homogen
b. Pengujian Hipotesis
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan, maka
selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan uji-t pada taraf signifikasi (α) = 0,05, berikut
ini adalah langkah-langkah perhitungannya:29
1) Mencari deviasi standar gabungan (dsg)
3-11
Keterangan:
n1 : banyaknya data kelas eksperimen
n2 : banyaknya data kelas kontrol
V1 : varians data kelas eksperimen
V2 : varians data kelas kontrol
28
Riduwan, op.cit., h. 120 29
Subana, dkk., Statistik Pendidikan (Cet. 10; Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 171-
173.
43
2) Menentukan t hitung
3-12
Keterangan:
: Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen
: Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol
dsg : Nilai deviasi standar gabungan
3) Menentukan derajat kebebasan (db)
Rumusnya: db = n1 + n2 – 2 3-13
4) Menentukan ttabel
5) Pengujian hipotesis, dengan kriteria sebagai berikut:
H0 diterima jika thitung < ttabel.
H0 ditolak jika thitung > ttabel.
2. Data Observasi
Untuk mengukur sejauh mana keterlaksanaan tahapan model
inkuiri terbimbing melalui observasi, maka kriteria yang digunakan pada
lembar observasi tersebut adalah skala likert dengan lima pilihan, yaitu:
sangat baik – baik – sedang – buruk – buruk sekali. Dengan menggunakan
skala likert, maka bobot nilai pada tiap item observasi yang diberikan
dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:30
Tabel 3.6 Bobot Nilai Item Observasi Berdasarkan Skala Likert
30 Riduwan, op. cit., h. 88
Pilihan Jawaban Skor Item
Sangat Baik
Baik
Sedang
5
4
3
44
Setelah seluruh butir soal jawaban siswa diberi skor, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung persentase skor jawaban dari tiap item atau
butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
3-14
Selanjutnya persentase skor yang didapat dibandingkan pada
kriteria interpretasi skor pada tabel 3.6 berikut:31
Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Lembar Observasi
Persentase Jawaban Kriteria Penilaian
81% – 100% Sangat Baik
61% – 80% Baik
41% – 60% Sedang
21% – 40% Buruk
0% – 20% Buruk Sekali
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistiknya yaitu :
H0 : μ1 = μ2
Ha : μ1 > μ2
H0 dan Ha dalam bentuk kalimat:
H0 : Terdapat perbedaan rata-rata skor yang signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Ha : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor yang sigifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
31
Ibid., h. 89
Buruk
Buruk Sekali
2
1
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif berupa tes kemampuan berpikir kreatif siswa
diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan di kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Tes berpikir kreatif siswa berupa 10 butir soal uraian
(essay) yang telah diuji validitasnya di kelas XII IPA yang bertempat di SMAI
Yaspia Kabupaten Bekasi sehingga instrumen ini layak digunakan dalam
penelitian ini. Sementara itu, data kualitatif diperoleh dari hasil observasi
siswa yang dilakukan di kelas eksperimen.
1. Hasil Pretest Berpikir Kreatif Siswa
Data pretest yang terkumpul dari hasil tes berpikir kreatif siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya dianalisis dan
dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan data pretest tersebut disajikan
dalam tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah Sampel 26 26
Nilai Minimum 22 25
Nilai Maksimum 41 42
Mean 30,54 32,50
Modus 27,50 26,40
Median 29,50 31,70
Varians 30,98 31,38
Standar Deviasi 5,57 5,60
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan jumlah sampel yang
sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 26 menghasilkan
46
nilai rata-rata kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen dalam hasil
pretest berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat diamati dari nilai rata-rata
kelas kontrol sebesar (32,50) dengan varians (30,98) lebih tinggi dari pada
nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar (30,54) dengan varians (31,38).
Hasil pretest kedua kelas penelitian selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran halaman 162.
Selanjutnya data pretest dari kedua kelas tersebut dihitung
berdasarkan indikator masing-masing soal tes berpikir kreatif yang
diberikan. Penyajian data berdasarkan indikator berpikir kreatif dapat
dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Pretest Indikator Berpikir Kreatif Siswa
Dari tabel indikator hasil tes berpikir kreatif di atas, dapat diamati
bahwa nilai rata-rata indikator berpikir kreatif kelas eksperimen tertinggi
ada pada indikator flexibility (berpikir luwes) yaitu sebesar 44,13 dengan
kriteria cukup kreatif dan terendah ada pada indikator elaboration
(berpikir merinci) yaitu sebesar 14,93 dengan kriteria tidak kreatif.
Sedangkan nilai rata-rata indikator berpikir kreatif kelas kontrol tertinggi
ada pada indikator originality (berpikir orisinal) yaitu sebesar 46,60
dengan kriteria cukup kreatif dan terendah ada pada indikator elaboration
(berpikir merinci) yaitu sebesar 15,80 dengan kriteria tidak kreatif. Secara
No. Indikator
Nilai Rata-Rata
Kelas
Eksperimen Kriteria
Kelas
Kontrol Kriteria
1 Fluency
(Berpikir Lancar) 27,90
Kurang
Kreatif 32,70
Kurang
Kreatif
2 Flexibility
(Berpikir Luwes) 44,13
Cukup
Kreatif 43,20
Cukup
Kreatif
3 Elaboration
(Berpikir Merinci) 14,93
Tidak
Kreatif 15,80
Tidak
Kreatif
4 Originality
(berpikir orisinal) 42,10
Cukup
Kreatif 46,60
Cukup
Kreatif
47
keseluruhan hasil pretest berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu dibawah kriteria
kreatif.
2. Hasil Posttest Berpikir Kreatif Siswa
Setelah dilakukan perlakuan yeng berbeda pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model
inkuiri sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model
pembelajaran konvensional, selanjutnya dilakukan pengumpulan data
posttest. Data posttest yang terkumpul dari hasil tes berpikir kreatif siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya dianalisis dan
dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan data posttest tersebut disajikan
dalam tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah Sampel 26 26
Nilai Minimum 55 40
Nilai Maksimum 90 81
Mean 73,35 58,15
Modus 75,50 50,00
Median 74,00 56,30
Varians 111,60 167,42
Standar Deviasi 10,56 12,94
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan jumlah sampel yang
sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 26 menghasilkan
nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dalam hasil
posttest berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat diamati dari nilai rata-rata
kelas eksperimen sebesar (73,35) dengan varians (111,60) lebih tinggi dari
pada nilai rata-rata kelas kontrol sebesar (58,15) dengan varians (167,42).
48
Hasil posttest kedua kelas penelitian selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran halaman 162.
Selanjutnya data posttest dari kedua kelas tersebut dihitung
berdasarkan indikator masing-masing soal tes berpikir kreatif yang
diberikan. Penyajian data berdasarkan indikator berpikir kreatif dapat
dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Posttest Indikator Berpikir Kreatif Siswa
No. Indikator
Nilai Rata-Rata
Kelas
Eksperimen Kriteria
Kelas
Kontrol Kriteria
1 Fluency
(Berpikir Lancar) 97,10
Sangat
Kreatif 59,60
Cukup
Kreatif
2 Flexibility
(Berpikir Luwes) 72,85 Kreatif 46,18
Cukup
Kreatif
3 Elaboration
(Berpikir Merinci) 74,80 Kreatif 66,15 Kreatif
4 Originality
(Berpikir Orisinal) 88,50
Sangat
Kreatif 66,60 Kreatif
Dari tabel indikator hasil tes berpikir kreatif di atas, dapat diamati
bahwa nilai rata-rata indikator berpikir kreatif kelas eksperimen tertinggi
ada pada indikator fluency (berpikir lancar) yaitu sebesar 97,10 dengan
kriteria sangat kreatif dan terendah ada pada indikator flexibility (berpikir
luwes) yaitu sebesar 72,85 dengan kriteria kreatif. Sedangkan nilai rata-
rata indikator berpikir kreatif kelas kontrol tertinggi ada pada indikator
originality (berpikir orisinal) yaitu sebesar 66,60 dengan kriteria kreatif
dan terendah ada pada indikator flexibility (berpikir luwes) yaitu sebesar
46,18 dengan kriteria cukup kreatif. Menunjukkan hasil posttest yang
cukup jauh berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap
kemampuan berpikir kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
49
model inkuri dalam proses pembelajaran menghasilkan pengaruh yang
positif terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa.
3. Hasil Lembar Observasi
Pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing pada konsep hidrolisis garam
menggunakan lembar observasi. Lembar observasi dibuat berdasarkan
tahapan model inkuiri terbimbing yang ada, yaitu merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat
kesimpulan. Hasil lembar observasi diperoleh dengan melakukan
pengamatan terhadap siswa kelas eksperimen yang dilakukan oleh 2 orang
pengamat (observer) pada setiap pertemuannya. 2 orang pengamat
(observer) terkait dalam penelitian ini adalah seseorang yang ahli/tahu
dibidang kimia yaitu guru kimia di SMA Darul Muttaqin Kabupaten
Bekasi.
Dari hasil pengamatan aktivitas siswa terhadap keterlaksanaan
tahapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh observer, maka
didapat hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 4.5 dibawah ini.
(perhitungan selengkapnya pada lampiran halaman 171).
Tabel 4.5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Model Inkuiri
Terbimbing
No. Tahapan Model Inkuiri
Terbimbing Persentase (%)
Kriteria
Penilaian
1 Merumuskan Masalah 79 Baik
2 Merumuskan Hipotesis 75 Baik
3 Mengumpulkan Data 86 Sangat Baik
4 Analisis Data 79 Baik
5 Membuat Kesimpulan 87 Sangat Baik
Rata-Rata Keseluruhan 81,2 Sangat Baik
50
Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase keseluruhan hasil
observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing adalah sebesar
81,2 dengan kriteria penilaian sangat baik. Hal itu menunjukkan bahwa
penerapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan pada kelas
eksperimen terlaksana dengan sangat baik.
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Pretest
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan
uji Liliefors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi
normal bila memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel sedangkan jika Lhitung > Ltabel
maka data tidak berdistribusi normal diukur pada taraf signifikasi (α)
tertentu. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan taraf signifikan
(α) = 0,05, maka untuk n = 26 didapatkan harga Ltabel = 0,173.
Hasil uji normalitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat seperti pada tabel 4.6 di bawah ini, sedangkan perhitungan
lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 182 dan 186.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Lhitung 0,121 0,157
Ltabel 0,173 0,173
Kesimpulan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Dari tabel di atas teramati bahwa hasil uji normalitas pretest pada
kelas eksperimen didapatkan Lhitung (0,121) < Ltabel (0,173) menunjukkan
data berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan
Lhitung (0,157) < Ltabel (0,173) menunjukkan data berdistribusi normal.
51
Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel penelitian pada data
pretest berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel.
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelas sampel penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya untuk mengetahui
kesamaan antara dua populasi. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas
didapat dengan menggunakan uji homogenitas dua varians atau uji Fisher
dimana varians terbesar dibanding varians terkecil. Kriteria pengujian
yang digunakan yaitu jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, yang berarti
varians dua populasi homogen. Sedangkan jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0
ditolak, yang berarti varians dua populasi tidak homogen.
Hasil uji homogenitas pretest kedua kelas sampel penelitian dapat
dilihat seperti pada tabel 4.7 di bawah ini, sedangkan perhitungan lengkap
dapat dilihat pada lampiran halaman 190.
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest
Statistik Hasil
Varians Terbesar 31,38
Varians Terkecil 30,98
Fhitung 1,01
Ftabel 1,94
Kesimpulan Homogen
Pengujian dilakukan pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) penyebut 25 dan derajat kebebasan (dk) pembilang 25,
maka didapat harga Ftabel = 1,96. Dari tabel di atas, teramati bahwa pada
hasil uji homogenitas pretest Fhitung (1,01) < Ftabel (1,94), maka dapat
disimpulkan bahwa hasil uji homogenitas pretest kelas sampel penelitian
menunjukkan varians dua populasi homogen karena memenuhi kriteria
pengujian Fhitung ≤ Ftabel.
52
3. Uji Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelas eksperimen
dengan rata-rata skor pretest kelas kontrol. Hasil perhitungan uji hipotesis
hasil pretest disajikan pada tabel 4.8 di bawah ini. Adapun penghitungan
uji hipotesis hasil pretest selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
halaman 192.
Tabel 4.8 Uji Hipotesis Hasil Pretest
Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah Sampel 26 26
Nilai Rata-Rata 30,54 32,50
Sg 5,58
thitung −1,27
ttabel 1,68
Kesimpulan Tidak Berbeda
Dari tabel di atas diperoleh nilai thitung sebesar −1,27 dan ttabel 1,68
pada taraf signifikan (α) = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 50. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung (−1,27) < ttabel (1,68),
maka H0 diterima dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata skor pretest kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelas
kontrol. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda ketika kedua kelas
sampel penelitian belum diberikan perlakuan dalam proses pembelajaran.
C. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Posttest
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan
uji Liliefors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
53
berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi
normal bila memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel sedangkan jika Lhitung > Ltabel
maka data tidak berdistribusi normal diukur pada taraf signifikasi (α)
tertentu. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan taraf signifikan
(α) = 0,05, maka untuk n = 26 didapatkan harga Ltabel = 0,173.
Hasil uji normalitas posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat seperti pada tabel 4.9 di bawah ini, sedangkan perhitungan
lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 184 dan 188.
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Posttest
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Lhitung 0,110 0,151
Ltabel 0,173 0,173
Kesimpulan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Dari tabel di atas teramati bahwa hasil uji normalitas posttest pada
kelas eksperimen didapatkan Lhitung (0,110) < Ltabel (0,173) menunjukkan
data berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan
Lhitung (0,151) < Ltabel (0,173) menunjukkan data berdistribusi normal.
Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel penelitian pada data
posttest berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel.
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelas sampel penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya untuk mengetahui
kesamaan antara dua populasi. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas
didapat dengan menggunakan uji homogenitas dua varians atau uji Fisher
dimana varians terbesar dibanding varians terkecil. Kriteria pengujian
yang digunakan yaitu jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, yang berarti
varians dua populasi homogen. Sedangkan jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0
ditolak, yang berarti varians dua populasi tidak homogen.
54
Hasil uji homogenitas posttest kedua kelas sampel penelitian dapat
dilihat seperti pada tabel 4.10 di bawah ini, sedangkan perhitungan
lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 191.
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Posttest
Statistik Hasil
Varians Terbesar 167,42
Varians Terkecil 111,60
Fhitung 1,50
Ftabel 1,94
Kesimpulan Homogen
Pengujian dilakukan pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) penyebut 25 dan derajat kebebasan (dk) pembilang 25,
maka didapat harga Ftabel = 1,96. Dari tabel di atas, teramati bahwa pada
hasil uji homogenitas posttest Fhitung (1,50) < Ftabel (1,94). Maka dapat
disimpulkan bahwa hasil uji homogenitas posttest kelas sampel penelitian
menunjukkan varians dua populasi homogen karena memenuhi kriteria
pengujian Fhitung ≤ Ftabel.
3. Uji Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelas eksperimen
dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol. Hasil perhitungan uji hipotesis
hasil posttest disajikan pada tabel 4.11 di bawah ini. Adapun penghitungan
uji hipotesis hasil posttest selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
halaman 194.
55
Tabel 4.11 Uji Hipotesis Hasil Posttest
Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah Sampel 26 26
Nilai Rata-Rata 73,35 58,15
Sg 11,81
thitung 4,64
ttabel 1,68
Kesimpulan Berbeda
Dari tabel di atas diperoleh nilai thitung sebesar 4,64 dan ttabel 1,68
pada taraf signifikan (α) = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 50. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung (4,64) > ttabel (1,68),
maka H0 ditolak dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
skor posttest kelas eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
penggunaan model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan pretest, nilai rata-rata kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol. Namun, setelah kedua kelas
tersebut diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, hasil rata-
rata posttest berpikir kreatif siswa kelas eksperimen menjadi lebih tinggi dari
pada kelas kontrol. Hal ini karena model inkuiri yang diterapkan pada kelas
eksperimen membantu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Hal tersebut semakin jelas adanya setelah dilakukan pengujian
hipotesis dengan uji-t pada data pretest dan posttest. Uji perbedaan dua rata-
rata hasil pretest dengan rata-rata kelas eksperimen sebesar 30,54 dan rata-rata
kelas kontrol sebesar 32,50 menghasilkan thitung sebesar −1,27. Sedangkan ttabel
56
yang dihasilkan dari 26 sampel kelas eksperimen dan 26 sampel kelas kontrol
dengan taraf signifikan (α) = 0,05 sebesar 1,68. Nilai rata-rata yang tidak jauh
berbeda sehingga menghasilkan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) hasil pretest
yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung (−1,27) < ttabel (1,68), sehingga
memenuhi kriteria dimana H0 diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak
dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
pretest kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelas kontrol.
Sedangkan pada uji perbedaan dua rata-rata hasil posttest dengan rata-rata
kelas eksperimen sebesar 73,35 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 58,15
menghasilkan thitung sebesar 4,64. Dari 26 sampel kelas eksperimen dan 26
sampel kelas kontrol dengan taraf signifikan (α) = 0,05 dihasilkan ttabel sebesar
1,68. Menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil uji perbedaan dua rata-
rata pada hasil pretest, hasil uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) hasil posttest
yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung (4,64) > ttabel (1,68), sehingga
memenuhi kriteria dimana H0 ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
skor posttest kelas eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol
dimana model inkuiri yang diterapkan menunjukkan peningkatan yang
signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen.
Dengan kata lain, terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model inkuiri
terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep
hidrolisis garam.
Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri siswa terlibat
langsung dalam setiap tahap pembelajarannya. Menurut Eggen dan Kauchack
tahapan model inkuiri adalah merumuskan pertanyaan atau permasalahan,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis/analisis data
dan membuat kesimpulan.1 Melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam
setiap tahap pembelajaran membantu melatih kemampuan berpikir kreatif
siswa karena siswa belajar mandiri dalam menemukan pembuktian kebenaran
1 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam
Kelas, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 95
57
suatu konsep. Jadi siswa tidak hanya sekedar mendengarkan dan menerima
informasi begitu saja tapi mentelaah dan mengembangkan informasi yang
didapatnya sehingga kemampuan berpikir kreatifnya dapat dikembangkan
secara lebih maksimal. Keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran teramati dari hasil observasi
sebesar 81,2 dengan kriteria penilaian sangat baik. Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan pada kelas
eksperimen terlaksana dengan sangat baik.
Selanjutnya dapat kita amati kemampuan berpikir kreatif yang
berkembang dari hasil pretest dan posttest kedua sampel kelas penelitian
dengan lebih terperinci pada tiap indikator berpikir kreatif. Perhitungan tiap
indikator berpikir kreatif hasil pretest kedua sampel kelas penelitian
menunjukkan hasil yang sama. Indikator terendah berada pada kriteria tidak
kreatif sedangkan indikator tertinggi berada pada kriteria cukup kreatif. Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa sangat minim yaitu
dibawah kriteria kreatif.
Sedangkan pada hasil posttest, kelas eksperimen mengalami
peningkatan yang maksimal disetiap indikator berpikir kreatif dari pada kelas
kontrol. Indikator berpikir lancar (fluency) kelas eksperimen berada pada
kriteria sangat kreatif sedangkan kelas kontrol hanya berada pada kriteria
cukup kreatif. Hal ini berarti bahwa pada kelas eksperimen siswa lebih mampu
mencetuskan banyak gagasan yang relevan. Indikator berpikir luwes
(flexibility) kelas eksperimen berada pada kriteria kreatif sedangkan kelas
kontrol hanya berada pada kriteria cukup kreatif. Hal ini berarti bahwa pada
kelas eksperimen siswa lebih mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau
pertanyaan yang bervariasi sehingga siswa dapat melihat masalah dari sudut
pandang yang berbeda serta mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-
beda. Indikator berpikir merinci (elaboration) kelas eksperimen dan kelas
kontrol berada pada kriteria yang sama yaitu kreatif. Hal ini berarti bahwa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa mampu mengembangkan dan
memperkaya atau memperluas suatu gagasan atau ide sehingga menjadi lebih
58
menarik. Indikator berpikir orisinal (originality) kelas eksperimen berada pada
kriteria sangat kreatif sedangkan kelas kontrol hanya berada pada kriteria
kreatif. Hal ini berarti bahwa pada kelas eksperimen siswa lebih mampu
melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
Ketercapaian yang maksimal kelas eksperimen pada setiap indikator
berpikir kreatif disebabkan karena penggunaan model inkuiri dalam proses
pembelajaran. Melalui model inkuiri siswa dilatih menggunakan segala
potensinya (kognitif, afektif dan psikomotor), terutama proses mentalnya
untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip IPA layaknya
seorang ilmuan sehingga siswa dapat menemukan “konsep diri”, kritis dan
kreatif.2 Sedangkan penggunaan model pembelajaran konvensional dapat
dijadikan salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa.
Karena proses pembelajarannya hanya berorientasi pada penguasaan sejumlah
informasi/konsep belaka, penekanannya lebih pada hapalan tanpa
dikembangkan dan ditelaah secara terperinci oleh siswa tersebut sehingga
kemampuan kreatif siswa tidak dilatih karena siswa sekedar menerima
instruksi tanpa diberi kesempatan menemukan sendiri suatu konsep.
Akibatnya potensi kreatif siswa tak dapat dikembangkan. Hal ini senada
dengan yang dikemukakan oleh Parnes, bahwa siswa menerima begitu banyak
instruksi bagaimana melakukan sesuatu di sekolah, di rumah, dan di dalam
pekerjaan sehingga kebanyakan dari siswa kehilangan hampir setiap
kesempatan untuk kreatif.3
Pada kelas eksperimen, perhitungan tiap indikator berpikir kreatif hasil
posttest menunjukkan peningkatan. Pada hasil pretest indikator nilai terendah
berada pada kriteria tidak kreatif meningkat hingga kriteria kreatif pada hasil
posttest. Sedangkan, hasil pretest indikator nilai tertinggi berada pada kriteria
cukup kreatif meningkat hingga kriteria sangat kreatif dengan presentase
97,10% pada hasil posttest, peningkatan yang sangat signifikan/maksimal
2 Moh. Amin, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan
Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta:P2LPTK, 1987), h. vii 3 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta : Rineka Cipta,
2009), h. 11
59
dengan presentase hampir mencapai 100%. Peningkatan yang maksimal
tersebut disebabkan karena penerapan model inkuri terbimbing dalam proses
pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa terlibat langsung
dalam setiap tahap pembelajarannya. Akibatnya, potensi kreatif siswa dapat
dikembangkan tanpa terbatasi oleh peraturan dan persyaratan yang membatasi.
Pada hasil posttest indikator nilai tertinggi berada pada indikator berpikir
lancar dengan kriteria sangat kreatif. Hal ini berarti bahwa melalui penerapan
model inkuiri terbimbing siswa lebih mampu menghasilkan banyak gagasan,
jawaban dan penyelesaian masalah serta memikirkan lebih dari satu jawaban
dengan sangat kreatif.
Sedangkan pada kelas kontrol, perhitungan hasil pretest indikator nilai
terendah berada pada kriteria tidak kreatif meningkat hanya pada kriteria
cukup kreatif pada hasil posttest dengan presentase jawaban kurang dari 50%.
Sedangkan, hasil pretest indikator nilai tertinggi berada pada kriteria cukup
kreatif meningkat hingga kriteria kreatif pada hasil posttest dengan presentase
jawaban kurang dari 70%. Hal ini berarti bahwa peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa yang terjadi pada kelas kontrol belum secara maksimal.
Peningkatan yang tidak maksimal tersebut disebabkan karena proses
pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas pada pemberian informasi/konsep
belaka dari seorang guru sehingga tidak memberikan kesempatan pada siswa
terlibat langsung dalam setiap tahap pembelajarannya. Akibatnya, potensi
kreatif siswa tidak dapat dikembangkan.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa model inkuiri terbimbing mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa secara lebih maksimal
karena model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan artinya siswa bertindak sebagai subjek
belajar.4 Jadi, model inkuiri terbimbing tidak hanya sebatas pada kegiatan
mendengarkan tapi juga terlibat langsung dalam kegiatan mengatakan dan
melakukan. Sedangkan model pembelajaran tidak secara inkuiri atau secara
4 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet. 1; Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h. 44
60
konvensional, siswa bertindak sebagai objek belajar artinya aktivitas siswa
hanya sebatas kegiatan mendengarkan dan menerima informasi yang diberikan
oleh guru tanpa dikembangkan dan ditelaah secara terperinci oleh siswa
tersebut. Jika siswa hanya melakukan kegiatan mendengar, maka siswa ingat
20% dari yang mereka dengar. Sedangkan, jika siswa melakukan kegiatan
mengatakan dan melakukan, maka siswa ingat 90% dari yang mereka katakan
dan lakukan.5
Peneliti mengamati beberapa perbedaan dan perubahan sikap pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan penggunan model pembelajaran
yang berbeda di kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen yang
menggunakan model inkuiri ketika mempelajari konsep hidrolisis garam siswa
lebih antusias mengikuti setiap langkah pembelajaran yang dilakukan dari
pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Salah satu ciri antusiasme siswa pada kelas eksperimen adalah dimana siswa
lebih aktif bertanya dan antusias melakukan eksperimen dari pada siswa kelas
kontrol yang cenderung pasif. Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam
pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan
ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam
mengembang keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan
penelitian sehingga memungkinkan mereka pebelajar sepanjang hayat.6 Pada
proses pembelajaran secara konvensional tampak keterlibatan siswa sangat
minimal. Guru banyak berperan aktif menjelaskan materi, sedangkan siswa
cenderung pasif dan lebih banyak menunggu penjelasan materi dari guru
daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan serta
sikap yang mereka butuhkan. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir
kreatif siswa tidak terlatih dengan baik.
Dalam proses penelitian, terungkap beberapa faktor yang menjadi
dasar sebab efektifnya penggunaan model inkuiri terbimbing dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pertama, pada kelas
5 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Cet
6;Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), h. 75 6 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, op. cit., h. 94
61
eksperimen yang menggunakan model inkuiri terbimbing pembelajaran
diarahkan pada suatu proses belajar dalam hal mencari dan menemukan
pembuktian terhadap kesimpulan dari konsep hidrolisis garam. Kedua,
pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
serangkaian tahapan pembelajaran secara mandiri melalui LKS yang telah
disusun agar mampu mengungkap kemampuan berpikir kreatif siswa. Ketiga,
pembelajaran memberikan kepercayaan kapada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri ini membuat
banyak variasi gagasan yang dihasilkan siswa serta meningkatkan orisinalitas
dalam tiap gagasan siswa tersebut.
Retno menjelaskan bahwasanya model inkuiri akan efektif apabila: (1)
guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan sehingga penguasaan materi bukan tujuan utama karena ynag
terpenting adalah proses belajar, (2) bahan pelajaran yang akan diajarkan
adalah berupa kesimpulan yang perlu pembuktian, (3) proses pembelajaran
berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu, (4) siswa adalah anak
yang memiliki kemauan dan kemapuan berpikir, (5) jumlah siswa tidak terlalu
banyak agar mudah dikendalikan, dan (6) guru memiliki banyak waktu untuk
melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.7
7 Retno Dwi Suyanti, loc. cit.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menghasilkan rata-rata
posttest kelas eksperimen sebesar 73,35 dan rata-rata posttest kelas kontrol
sebesar 58,15 sehingga diperoleh thitung (4,64) > ttabel (1,68). Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
B. Saran
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru, model inkuiri perlu mendapat perhatian dan tanggapan,
dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dikelas, karena
terbukti dalam penelitian ini model inkuiri dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dilanjutkan pada
tingkatan model inkuiri berikutnya seperti inkuiri bebas (open inquiry).
Karena pada tingkat open inqury, siswa dituntut labih mandiri selama
proses inkuiri, artinya siswa lebih diberi kebebasan dalam hal
mengembangkan gagasan dan idenya sehingga dapat lebih menggali
kemampuan berpikir kreatif siswa.
3. Model inkuiri dapat diterapkan pada konsep lain selain konsep hidrolisis
garam, salah satu konsepnya adalah konsep laju reaksi. Karena pada
konsep laju reaksi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya yang
kebenarannya perlu dibuktikan. Pengujian kebenaran suatu teori tersebut
yang mengharuskan model inkuri diterapkan pada konsep tersebut, dimana
siswa melakukan eksperimen sendiri untuk menguji kebenaran sebuah
teori. Dalam konsep laju reaksi, kemampuan berpikir kreatif siswa dapat
terlatih melalui model inkuiri.
63
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khalili, Amal Abdussalam. 2005. Mengembangkan Kreativitas Anak. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Amien, Moh. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
Menggunakan Metode Discovery atau Inquiry. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Amri, Sofan & IIF Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan
Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Awaludin, Dosen tetap di FKIP Unhalu. Ringkasan Penelitian. Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Siswa dengan Kemampuan
Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open-Ended dengan Pemberian
Tugas Tambahan, diakses 24/04/2014. 17:19 WIB dari
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=10330.
Bono, Edward De. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung: Kaifa.
Hartanto, Jurnal Kependidikan Triadik vol. 14, no. 1. 2011. Mengembangkan
Kreaivitas Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan
Inkuiri. Bengkulu: FKIP Universitas Bengkulu.
Ida Bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP No. 3 Th,
XXXIX, ISSN 0215-8250. 2006. Pengaruh Penerapan Strategi
Pembelajarn Inovatif Pada Pembelajaran Biologi Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa SMA. Singaraja: fakultas pendidikan MIPA.
Iska, Zikri Neni. 2008. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan.
Jakarta: Kizi Brother’s.
Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching and Learning Menjadikan
Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung:
MCC.
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Kimia 2. Yudhistira.
Kardius Richi Yosada, VOX Edukasi vol.1 No.1. 2010. Model Pembelajaran
Inkuiri Sosial Dalam Mengembangkan Berpikir kreatif Siswa pada Bidang
Studi IPS Ekonomi Melalui Isu-isu Ekonomi Kontemporer.
64
Kusmana, Suherli. 2010. Model Pembelajaran Siswa Aktif. Jakarta: Sketsa Aksara
Lalitya.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah
Penuntun Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT Grasindo.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
N. K., Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Ramadhan Witarsa, 38 ISSN 1412-565X Edisi Khusus No. 2. 2011. Analisis
Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi dan Belum
Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Subana. Dkk. 2000. Statisik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsini, Maria dan Dyah Saptarini. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup
Pelajaran Kimia untuk SMA/MA. Jakarta: Ganeca Exact.
Sumarna, Omay. Dkk. 2006. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Bogor: Regina.
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktif &
Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
65
Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Tatag Yuli E. S., Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, juni 2005. Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wiwik Hardani, Jurnal BORNEO,Vol.1 No. 1 Juli 2007. Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran Berpikir.
Yuli Nurul Fauziah. 2011. Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengembangkan
Keterampilan Merpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V Pada
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: UPI.
Zulfiani. Dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta.
LAMPIRAN
66
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama sekolah : SMA Darul Muttaqin
Mata pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI / 2
Alokasi waktu : 2 x 2 jam pelajaran
Pertemuan : ke-1 dan ke-2
Standar kompetensi:
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya.
Kompetensi dasar:
4.4. Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan
garam tersebut.
Indikator:
Pertemuan ke-1
4.4.1. Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam
air.
4.4.2. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi.
Pertemuan ke-2
4.4.3. Menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis.
A. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian konsep hidrolisis.
2. Mengidentifikasi sifat garam yang dapat terhidrolisis dalam air
berdasarkan kekuatan asam dan basa pembentuknya.
3. Menjelaskan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi.
Lampiran A1 : RPP Kelas Kontrol
67
Pertemuan ke-2
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :
1. Menghitung pH larutan garam menurut jenis garam yang terhidrolisis.
Karakter siswa yang diharapkan :
~ Rasa Ingin Tahu, Berani, Komunikatif, Tanggung Jawab, Berpikir Kritis.
B. Materi Ajar
Pertemuan ke-1
1. Pengertian Hidrolisis Garam
Hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang
berarti penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dalam
air membentuk ion-ionnya. Ion-ion garam dalam air bereaksi sedemikian
rupa dengan air sehingga menyebabkan air terurai menjadi ion hidroksida
(OH−) dan ion hydronium (H3O
+).
2. Sifat Larutan Garam
a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak
memberikan perubahan warna lakmus, baik lakmus merah maupun
lakmus biru. Hal ini menunjukkan bahwa larutan garam bersifat netral.
b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengubah
lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah warna lakmus merah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam.
c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat
Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat mengubah
lakmus merah menjadi biru dan tidak mengubah warna lakmus biru.
Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat basa.
d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah
68
Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah
mengalami hidrolisis total (sempurna) mengubah lakmus merah
menjadi biru dan mengubah lakmus biru menjadi merah. Sifat larutan
tergantung pada kekuatan relatif asam dan basanya (tergantung pada
nilai Ka dan Kb). Jika Ka < Kb larutan akan bersifat basa. Jika Kb <
Ka larutan akan bersifat asam. Jika Ka = Kb larutan akan bersifat
netral.
3. Reaksi Ionisasi
a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat
Contohnya, garam natrium klorida tersusun atas HCl (asam
kuat) dan NaOH (basa kuat).
NaCl(aq) → Na+
(aq) + Cl−
(aq)
Na+
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
Cl−
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion Cl
− berasal dari asam
kuat, sehingga tidak akan terhidrolisis akan tetapi mengalami hidrasi
(dikelilingi oleh molekul-molekul H2O). oleh karena itu, larutan NaCl
bersifat netral karena [H+] = [OH
−].
b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah
Contohnya garam ammonium klorida yang tersusun dari HCl
(asam kuat) dan NH4OH (basa lemah).
NH4Cl(aq) → NH4+
(aq) + Cl−
(aq)
NH4+
(aq) + H2O(l) NH3(aq) +H3O+
(aq)
Cl−
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
NH4+
akan terhidrolisis, sedangkan Cl−
tidak terhidrolisis
sehingga garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dan larutannya bersifat asam.
c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat
Contohnya adalah garam natrium asetat yang tersusun dari
CH3COOH (asam lemah) dan NaOH (basa kuat).
CH3COONa(aq) → CH3COO−
(aq) + Na+
(aq)
69
CH3COO−
(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH−
(aq)
Na+
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
CH3COO−
akan terhidrolisis, sedangkan Na+
tidak terhidrolisis
sehingga garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dan larutannya bersifat basa.
d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah
Contoh garam ammonium asetat yang tersusun dari CH3COOH
(asam lemah) dan NH4OH (basa lemah). CH3COONH4 akan terionisasi
menjadi CH3COO− dan NH4
+, kedua ion tersebut dapat terhidrolisis
dengan reaksi sebagai berikut:
CH3COONH4(aq) → CH3COO−
(aq) + NH4+
(aq)
CH3COO−
(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH−
(aq)
NH4+
(aq) + H2O(l) NH3(aq) + H3O+
(aq)
CH3COO− dan NH4
+ akan terhidrolisis sehingga garam yang
terbentuk dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis
total (sempurna).
Kebanyakan garam yang bersifat netral terbentuk oleh kation dan anion
yang dalam air hanya terhidrasi. Berikut merupakan kation dan anion yang
terhidrasi dalam air.
Kation : Na+, K
+, Rb
+, Cs
+, Mg
+2, Ca
2+, Sr
2+, Ba
2+
Anion : Cl−, Br
−, I
−, SO4
2−, ClO3
−, ClO4
−, BrO3
−, NO3
−
Pertemuan ke-2
1. PH Larutan Garam
a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat (pH = 7)
Garam yang terbentuk tidak mengalami hidrolisis sehingga bersifat
netral dengan nilai pH = 7.
b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah (pH < 7)
70
c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat (pH > 7)
d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lema (pH tergantung
Ka atau Kb)
C. Metode Pembelajaran
Pendekatan : problem solving
Metode : ceramah
D. Alat dan Sumber Belajar
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI
E. Penilaian
Nilai diperoleh dari hasil uji kemampuan (pretest) dan hasil evaluasi (posttest)
masing-masing siswa setelah pembelajaran.
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia
Slamet Utomo, S.Pd
NIP.
Jakarta, 17 Mei 2013
Peneliti
Irma Idrisah
NIM. 108016200002
71
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Kegiatan
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter Yang
Diharapkan
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
Guru memberikan apersepsi dengan
memberikan beberapa aplikasi hidrolisis
garam.
Kalau kita makan, karbohidrat akan
terhidrolisis dengan bantuan berbagai
enzim menjadi glukosa.
Banyak obat yang dibuat dalam bentuk
garamnya agar mudah larut. Obat batuk
dibuat dengan melarutkan garam asam
lemah kedalam larutannya. Oleh karena
itu kita sering menemukan aturan
“kocok dahulu” pada label botol obat.
Bagaimana dengan garam dapur, apakah
mengalami hidrolisis?
Untuk mengetahui hal ini, sekarang kita
Siswa memberikan respon sesuai
pengetahuan awal.
Membangkit-
kan rasa ingin
tahu
10 menit
72
akan mempelajari tentang hidrolisis
garam.
Kegiatan
Inti
Guru menjelaskan hidrolisis garam
secara aktif dengan memberikan
pertanyaan.
1. Apa yang dimaksud dengan hidrolisis
garam?
2. Apa saja sifat larutan garam
berdasarkan asam dan basa
pembentuknya?
3. Bagaimanakah persamaan reaksi
ionisasinya?
Guru melengkapi jawaban siswa dengan
menjelaskan jawaban dari pertanyaan
tersebut dengan disertai contoh.
Hidrolisis berasal dari kata hydro yang
berarti air dan lysis yang berarti
penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi
penguraian molekul dalam air
Siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan guru sesuai pengetahuan
awal dengan memperhatikan
referensi yang ada.
Siswa memperhatikan penjelasan
guru
Berpikir kritis
Rasa ingin tahu
75 menit
73
membentuk ion-ionnya. Ion-ion garam
dalam air bereaksi sedemikian rupa
dengan air sehingga menyebabkan air
terurai menjadi ion hidroksida (OH−)
dan ion hydronium (H3O+).
a) Garam yang tersusun dari asam kuat
dan basa kuat
Contohnya, garam natrium klorida
tersusun atas HCl (asam kuat) dan
NaOH (basa kuat). Reaksi ionisasinya:
NaCl(aq) → Na+
(aq) + Cl−
(aq)
Na+
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
Cl−(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion
Cl− berasal dari asam kuat, sehingga
tidak akan terhidrolisis akan tetapi
mengalami hidrasi (dikelilingi oleh
molekul-molekul H2O). oleh karena itu,
larutan NaCl bersifat netral karena [H+]
74
= [OH−].
b) Garam yang tersusun dari asam kuat
dan basa lemah
Contohnya garam ammonium klorida
yang tersusun dari HCl (asam kuat) dan
NH4OH (basa lemah). Reaksi
ionisasinya:
NH4Cl(aq) → NH4+
(aq) + Cl−
(aq)
NH4+
(aq) +H2O(l) NH3(aq) + H3O+
(aq)
Cl−
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
NH4+ akan terhidrolisis, sedangkan Cl
−
tidak terhidrolisis sehingga garam yang
terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
mengalami hidrolisis sebagian (parsial)
dan larutannya bersifat asam.
c) Garam yang tersusun dari asam
lemah dan basa kuat
Contohnya adalah garam natrium asetat
yang tersusun dari CH3COOH (asam
75
lemah) dan NaOH (basa kuat).
CH3COONa(aq) →CH3COO−
(aq) + Na+
(aq)
CH3COO−
(aq) + H2O(l)
CH3COOH(aq) + OH−
(aq)
Na+
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
CH3COO−
akan terhidrolisis, sedangkan
Na+
tidak terhidrolisis sehingga garam
yang terbentuk dari asam kuat dan basa
lemah mengalami hidrolisis sebagian
(parsial) dan larutannya bersifat basa.
d) Garam yang tersusun dari asam
lemah dan basa lemah
Contoh garam ammonium asetat yang
tersusun dari CH3COOH (asam lemah)
dan NH4OH (basa lemah). CH3COONH4
akan terionisasi menjadi CH3COO− dan
NH4+, kedua ion tersebut dapat
terhidrolisis dengan reaksi sebagai
berikut:
76
CH3COONH4(aq) → CH3COO−
(aq) +
NH4+
(aq)
CH3COO−
(aq) + H2O(l)
CH3COOH(aq) + OH−
(aq)
NH4+
(aq) + H2O(l) NH3(aq) +
H3O+
(aq)
CH3COO− dan NH4
+ akan terhidrolisis
sehingga garam yang terbentuk dari
asam lemah dan basa lemah akan
mengalami hidrolisis total (sempurna).
Siswa diberikan kesempatan bertanya
bila ada yang tidak dimengerti.
Guru memberikan soal untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Ramalkan sifat (asam, basa atau netral)
larutan garam berikut ini dengan
menuliskan reaksi ionisasinya!
a. K2SO4
b. NH4Cl
Siswa bertanya apabila ada yang
belum dimengerti.
Siswa mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru.
Jawaban yang diharapkan:
a. K2SO4 (garam netral)
K2SO4 → K+
+ SO42−
K+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
SO42−
+ H2O → (Tidak ada
Berani,
komunikatif
Tanggung
jawab
77
c. NaHCO3
d. Ca(CH3COO)2
e. NH4NO3
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengerjakan soal didepan.
reaksi)
b. NH4Cl (garam asam)
NH4Cl → NH4+ + Cl
−
NH4+
+ H2O NH3 +H3O+
(terhidrolisis)
Cl− + H2O → (Tidak ada reaksi)
c. NaHCO3 (garam basa)
NaHCO3 → Na+
+ HCO3−
Na+
+ H2O → (Tidak ada
reaksi)
HCO3−
+ H2O H2CO3 +
OH−
(terhidrolisis)
d. Ca(CH3COO)2 (garam basa)
Ca(CH3COO)2 → Ca2+
+
CH3COO−
Ca2+
+ H2O → (Tidak ada
reaksi)
CH3COO−
+ H2O
CH3COOH + OH−
78
Pertemuan ke-2
Kegiatan
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter Yang
Diharapkan
Alokasi
Waktu
Kegiatan Guru mereview materi sebelumnya Siswa menjawab pertanyaan yang Membangkit- 5 menit
Guru bersama-sama dengan siswa
mengkoreksi jawaban dari soal tersebut.
Siswa diberikan kesempatan bertanya
bila ada yang tidak dimengerti.
(terhidrolisis)
e. NH4NO3 (garam asam)
NH4NO3 → NH4+
+ NO3−
NH4+ + H2O NH3 +H3O
+
(terhidrolisis)
NO3−
+ H2O → (Tidak ada
reaksi)
Siswa memperhatikan penjelasan
guru.
Siswa bertanya apabila ada yang
belum dimengerti.
Kegiatan
Penutup
Guru membuat kesimpulan bersama-
sama dengan siswa.
Siswa membuat kesimpulan
bersama-sama dengan guru.
Komunikatif 5 menit
79
Awal tentang sifat larutan garam dengan
pertanyaan:
Bagaimana sifat larutan garam
berdasarkan asam dan basa
pembentuknya?
Dari sifat larutan tersebut berapakah
diberikan oleh guru.
a. Garam yang tersusun dari asam
kuat dan basa kuat bersifat netral
b. Garam yang tersusun dari asam
kuat dan basa lemah bersifat
asam
c. Garam yang tersusun dari asam
lemah dan basa kuat bersifat basa
d. Garam yang tersusun dari asam
lemah dan basa lemah sifat
larutan tergantung pada kekuatan
relatif asam dan basanya
(tergantung pada nilai Ka dan
Kb). Jika Ka < Kb larutan akan
bersifat basa. Jika Kb < Ka
larutan akan bersifat asam. Jika
Ka = Kb larutan bersifat netral.
kan rasa ingin
tahu
80
nilai pH nya?
Untuk mengetahui hal ini, sekarang kita
akan mempelajari tentang pH garam.
Kegiatan
Inti
Guru menjelaskan pH garam secara aktif
dengan disertai contoh soal.
a. Garam yang tersusun dari asam kuat
dan basa kuat (pH = 7)
Garam yang terbentuk tidak
mengalami hidrolisis sehingga
bersifat netral dengan nilai pH = 7.
b. Garam yang tersusun dari asam kuat
dan basa lemah (pH < 7)
c. Garam yang tersusun dari asam
lemah dan basa kuat (pH > 7)
d. Garam yang tersusun dari asam
lemah dan basa lema (pH tergantung
Siswa memperhatikan penjelasan
guru.
Berpikir kritis
75 menit
81
Ka atau Kb)
Contoh soal:
Tentukan pH dan sifat larutan yang
terbentuk dari garam CH3COONa 0,1 M
jika Ka = 10-5
!
Penyelesaian:
CH3COONa → CH3COO− + Na
+
CH3COO−
+ H2O CH3COOH +
OH−
(terhidrolisis)
Na+
+ H2O → (tidak terhidrolisis)
82
Garam yang terbentuk dari asam lemah
dan basa kuat bersifat basa dengan nilai
pH = 9.
Siswa diberikan kesempatan bertanya
bila ada yang tidak dimengerti.
Guru memberikan soal untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Garam NH4Cl mempunyai nilai pH = 8.
Hitunglah molaritasnya jika Kh=10−5
!
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengerjakan soal didepan.
Siswa bertanya apabila ada yang
belum dimengerti
Siswa mengerjakan soal yang
diberikan guru.
Jawaban yang diharapkan:
NH4Cl → NH4+ + Cl
−
NH4+ + H2O NH3 + H3O
+
(terhidrolisis)
Cl− + H2O → (tidak terhidrolisis)
Berani,
komunikatif
83
Guru bersama-sama dengan siswa
mengkoreksi jawaban dari soal tersebut.
Siswa diberikan kesempatan bertanya
bila ada yang tidak dimengerti
pH = 8
[H+] = 10−8
Siswa bertanya apabila ada yang
belum dimengerti
Kegiatan
Penutup
Guru bersama-sama dengan siswa
membuat kesimpulan.
Siswa bersama-sama dengan guru
membuat kesimpulan.
Komunikatif 10 menit
100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama sekolah : SMA Darul Muttaqin
Mata pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI / 2
Alokasi waktu : 2 x 2 jam pelajaran
Pertemuan : ke-1 dan ke-2
Standar kompetensi:
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya.
Kompetensi dasar:
4.4. Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan
garam tersebut.
Indikator:
Pertemuan ke-1
4.4.1. Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam
air melalui percobaan.
Pertemuan ke-2
4.4.2. Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi.
4.4.3. Menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis.
A. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian konsep hidrolisis.
2. Mengidentifikasi sifat garam yang dapat terhidrolisis dalam air
berdasarkan kekuatan asam dan basa pembentuknya.
Lampiran A2 : RPP Kelas Eksperimen
101
Pertemuan ke-2
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi.
2. Menghitung pH larutan garam menurut jenis garam yang terhidrolisis.
Karakter siswa yang diharapkan :
~ Jujur, Kerja Keras, Teliti, Rasa Ingin Tahu, Berani, Komunikatif,
Menghargai Orang Lain, Tanggung Jawab, Berpikir Kritis dan Kreatif.
B. Materi Ajar
Pertemuan ke-1
1. Pengertian Hidrolisis Garam
Hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang
berarti penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dalam
air membentuk ion-ionnya. Ion-ion garam dalam air bereaksi sedemikian
rupa dengan air sehingga menyebabkan air terurai menjadi ion hidroksida
(OH−) dan ion hydronium (H3O
+).
2. Sifat Larutan Garam
a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak
memberikan perubahan warna lakmus, baik lakmus merah maupun
lakmus biru. Hal ini menunjukkan bahwa larutan garam bersifat netral.
b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengubah
lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah warna lakmus merah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam.
c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat
Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat mengubah
lakmus merah menjadi biru dan tidak mengubah warna lakmus biru.
Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat basa.
102
d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah
Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah
mengalami hidrolisis total (sempurna) mengubah lakmus merah
menjadi biru dan mengubah lakmus biru menjadi merah. Sifat larutan
tergantung pada kekuatan relatif asam dan basanya (tergantung pada
nilai Ka dan Kb). Jika Ka < Kb larutan akan bersifat basa. Jika Kb <
Ka larutan akan bersifat asam. Jika Ka = Kb larutan akan bersifat
netral.
Pertemuan ke-2
1. Reaksi Ionisasi
a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat
Contohnya, garam natrium klorida tersusun atas HCl (asam
kuat) dan NaOH (basa kuat).
NaCl(aq) → Na+
(aq) + Cl−
(aq)
Na+
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
Cl−
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion Cl
− berasal dari asam
kuat, sehingga tidak akan terhidrolisis akan tetapi mengalami hidrasi
(dikelilingi oleh molekul-molekul H2O). oleh karena itu, larutan NaCl
bersifat netral karena [H+] = [OH
−].
b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah
Contohnya garam ammonium klorida yang tersusun dari HCl
(asam kuat) dan NH4OH (basa lemah).
NH4Cl(aq) → NH4+
(aq) + Cl−
(aq)
NH4+
(aq) + H2O(l) NH3(aq) +H3O+
(aq)
Cl−
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
NH4+
akan terhidrolisis, sedangkan Cl−
tidak terhidrolisis
sehingga garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dan larutannya bersifat asam.
c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat
103
Contohnya adalah garam natrium asetat yang tersusun dari
CH3COOH (asam lemah) dan NaOH (basa kuat).
CH3COONa(aq) → CH3COO−
(aq) + Na+
(aq)
CH3COO−
(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH−
(aq)
Na+
(aq) + H2O(l) → (Tidak ada reaksi)
CH3COO−
akan terhidrolisis, sedangkan Na+
tidak terhidrolisis
sehingga garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dan larutannya bersifat basa.
d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah
Contoh garam ammonium asetat yang tersusun dari CH3COOH
(asam lemah) dan NH4OH (basa lemah). CH3COONH4 akan terionisasi
menjadi CH3COO− dan NH4
+, kedua ion tersebut dapat terhidrolisis
dengan reaksi sebagai berikut:
CH3COONH4(aq) → CH3COO−
(aq) + NH4+
(aq)
CH3COO−
(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH−
(aq)
NH4+
(aq) + H2O(l) NH3(aq) + H3O+
(aq)
CH3COO− dan NH4
+ akan terhidrolisis sehingga garam yang
terbentuk dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis
total (sempurna).
Kebanyakan garam yang bersifat netral terbentuk oleh kation dan anion
yang dalam air hanya terhidrasi. Berikut merupakan kation dan anion yang
terhidrasi dalam air.
Kation : Na+, K
+, Rb
+, Cs
+, Mg
+2, Ca
2+, Sr
2+, Ba
2+
Anion : Cl−, Br
−, I
−, SO4
2−, ClO3
−, ClO4
−, BrO3
−, NO3
−
2. PH Larutan Garam
a) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat (pH = 7)
Garam yang terbentuk tidak mengalami hidrolisis sehingga bersifat
netral dengan nilai pH = 7.
b) Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah (pH < 7)
104
c) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat (pH > 7)
d) Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lema (pH tergantung
Ka atau Kb)
C. Model, Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Model : Inkuiri terbimbing
Pendekatan : Kontekstual
Metode : Eksperimen
D.
105
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Alat dan Bahan yang dibutuhkan dalam percobaan
F. Penilaian
Nilai diperoleh dari hasil uji kemampuan (pre test), mengerjakan LKS, dan
hasil evaluasi (post test) masing-masing siswa setelah pembelajaran.
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Kimia
Slamet Utomo, S. Pd
NIP.
Jakarta,17 Mei 2013
Peneliti
Irma Idrisah
NIM. 108016200002
90
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Kegiatan
Pembelajaran
Tahap Model
Inkuiri Terbimbing Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter Yang
Diharapkan
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
Guru memberikan apersepsi dengan
memberikan beberapa aplikasi
hidrolisis garam.
Kalau kita makan, karbohidrat akan
terhidrolisis dengan bantuan
berbagai enzim menjadi glukosa.
Banyak obat yang dibuat dalam
bentuk garamnya agar mudah larut.
Obat batuk dibuat dengan
melarutkan garam asam lemah
kedalam larutannya. Oleh karena itu
kita sering menemukan aturan
“kocok dahulu” pada label obat.
Bagaimana dengan garam dapur,
apakah mengalami hidrolisis?
Siswa memberikan respon sesuai
pengetahuan awal.
Membangkit-
kan rasa
ingin tahu
5 menit
91
Untuk mengetahui hal ini, sekarang
kita akan mempelajari tentang sifat
garam yang terhidrolisis.
Kegiatan
Inti
Guru meminta siswa untuk duduk
sesuai dengan kelompok yang ada.
Guru membagikan LKS kepada
setiap siswa
Guru menjelaskan ketentuan dalam
pembelajaran
1. Bekerjasama dengan kelompok
dalam memahami LKS
2. Bekerjasama dalam melakukan
percobaan
3. Menjawab pertanyaan yang
terdapat dalam LKS
4. Laporan eksperimen dikumpulkan
secara individu setelah kegiatan
eksperimen selesai.
Siswa duduk berdasarkan
kelompoknya
Siswa menerima LKS yang
dibagikan guru
Siswa memperhatikan penjelasan
guru
Kerjasama
dan
menghargai
orang lain
75
menit
92
Eksplorasi
Merumuskan
Masalah
Siswa diberikan kesempatan
bertanya bila ada yang tidak
dimengerti.
Siswa diberikan fenomena untuk
merumuskan permasalahan yang
terkait dengan materi yang akan
dipelajari
Guru meminta siswa untuk
memahami LKS pada bagian
fenomena sambil menjelaskan
kepada siswa.
”pada LKS terdapat bagian
fenomena, perhatikan dan pahami
fenomena tersebut”
Fenomena:
Seorang siswa akan mengidentifikasi
jenis garam yang terdapat pada
beberapa bahan-bahan hasil industri.
Beberapa bahan-bahan hasil industri
Siswa bertanya apabila ada yang
belum dimengerti
Siswa membaca LKS sambil
memperhatikan penjelasan guru.
93
yang akan diuji adalah sabun cuci,
tawas, garam, pemutih pakaian, urea,
detergen, dan soda kue.
Pada tahap pertama siswa tersebut
melarutkan bahan-bahan yang akan
diuji dengan air didalam gelas kimia
(kecuali yang sudah dalam wujud
cair), aduk homogen. Selanjutnya
larutan tersebut diuji jenis garamnya
dengan kertas lakmus merah dan
lakmus biru, ternyata kedua lakmus
tersebut mengalami perubahan
warna.
Berdasarkan fenomena yang
diberikan oleh guru, siswa
ditugaskan untuk merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan
dengan dibimbing oleh guru.
Rumusan masalah yang diharapkan:
Siswa membuat rumusan masalah
berdasarkan fenomena yang telah
dijelaskan oleh guru dalam bentuk
pertanyaan.
Berpikir
kritis
94
Membuat
Hipotesis
1. Bagaimana perubahan warna
kertas lakmus merah dan lakmus
biru pada masing-masing larutan
garam?
2. Apa ciri-ciri dari larutan asam dan
basa berdasarkan perubahan
warna pada kertas lakmus merah
dan lakmus biru
Untuk membuat hipotesis, siswa
diberikan pertanyaan oleh guru
terkait jawaban dari rumusan
masalah dengan memperhatikan
LKS bagian terminologi.
- Ada berapa jenis larutan garam
yang akan di uji?
- Bagaimana cara mengidentifikasi
sifat garam dari larutan tersebut?
- Bagaimana perubahan warna
kertas lakmus merah dan lakmus
- Ada 7 jenis larutan garam.
- Dengan menggunakan kertas
lakmus merah dan lakmus biru.
- Lakmus merah berubah warna
menjadi biru dalam larutan basa
Berani,
komunikatif
95
Mengumpulkan
Data
biru dalam larutan garam asam,
basa dan netral?
Guru meminta siswa membuat
hipotesis berdasarkan jawaban dari
pertanyaan yang telah dijelaskan.
Guru membimbing siswa dalam
merancang kegiatan percobaan.
sedangkan dalam larutan asam dan
netral tidak terjadi perubahan
warna. Lakmus biru berubah
warna menjadi warna merah dalam
larutan asam sedangkan dalam
larutan basa dan netral tidak terjadi
perubahan warna.
Siswa membuat hipotesis
berdasarkan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan oleh
guru.
Masing-masing kelompok
merancang percobaan untuk
membuktikan hipotesis mereka
sesuai dengan arahan percobaan
yang terdapat dalam LKS.
Siswa melakukan percobaan sesuai
dengan rancangan percobaan yang
telah dibuat.
Berpikir
kritis dan
kreatif
Berpikir
Kreatif
Tanggung
jawab
96
Elaborasi
Analisis Data
Guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal pada LKS.
Siswa mencatat data hasil
percobaan berdasarkan tabel
pengamatan pada LKS.
Siswa menjawab pertanyaan dalam
LKS.
Siswa menyimpulkan hasil
percobaan.
Teliti,
Bekerja
keras, Jujur.
Berpikir
kritis dan
kreatif.
Kegiatan
Penutup
Konfirmasi
Membuat
Kesimpulan
Guru membuat kesimpulan dengan
memberikan pertanyaan kepada
siswa.
1. Bagaimana perubahan kertas
lakmus dari masing-masing
larutan garam?
2. Jelaskan sifat dari masing-
masing larutan garam tersebut!
Siswa menjawab:
Larutan
Perubahan warna
Lakmus
merah
Lakmus
biru
sabun cuci biru biru
tawas merah merah
garam merah biru
pemutih pakaian biru biru
urea merah merah
detergen biru biru
Soda kue biru biru
2. Garam bersifat netral karena tidak
mengubah warna lakmus merah
dan lakmus biru. Tawas dan urea
bersifat asam karena mengubah
Berani,
komunikatif,
berpikir kritis
dan kreatif
10
menit
97
Pertemuan ke-2
Kegiatan
Pembelajaran
Tahap Model
Inkuiri Terbimbing Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Karakter Yang
Diharapkan
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
Guru memberikan apersepsi dengan
memberikan pertanyaan kepada
siswa.
“Pada percobaan yang kalian
Siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
Diuji dengan menggunakan kertas
Membangkit-
kan rasa
ingin tahu
5 menit
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya bila
ada yang belum dimengerti.
warna lakmus biru menjadi merah
sedangkan lakmus merah tidak
berubah. Sabun cuci, pemutih
pakaian, detergen dan soda kue
bersifat basa karena mengubah
warna lakmus merah menjadi biru
sedangkan lakmus biru tidak
berubah warna.
Siswa bertanya bila ada yang belum
dimengerti.
98
lakukan pada pertemuan
sebelumnya, bagaimana cara
mengidentifikasi larutan garam
asam, larutan garam basa dan
larutan garam netral? Bagaimana
perubahan kertas lakmus merah dan
lakmus biru pada larutan garam
asam, larutan garam basa dan
larutan garam netral?”
Tidak hanya melalui uji kertas
lakmus, sifat larutan garam juga
dapat diidentifikasi melalui nilai
pH.
“Bagaimana cara menentukan nilai
pH dari larutan garam asam, garam
basa dan garam netral?”
Untuk mengetahui hal ini, sekarang
kita akan mempelajari tentang pH
larutan garam yang terhidrolisis.
lakmus merah dan lakmus biru.
Lakmus merah berubah warna
menjadi biru dalam larutan basa
sedangkan dalam larutan asam dan
netral tidak terjadi perubahan warna.
Lakmus biru berubah warna menjadi
warna merah dalam larutan asam
sedangkan dalam larutan basa dan
netral tidak terjadi perubahan warna.
99
Kegiatan
Inti
Guru meminta siswa untuk duduk
sesuai dengan kelompok pada
praktikum sebelumnya.
Guru membagikan LKS kepada
setiap siswa
Guru menjelaskan ketentuan dalam
pembelajaran
1. Bekerjasama dengan kelompok
dalam memahami LKS
2. Bekerjasama dalam melakukan
percobaan
3. Menjawab pertanyaan yang
terdapat dalam LKS
4. Laporan eksperimen
dikumpulkan setelah kegiatan
eksperimen selesai dan
dikumpulkan secara individu.
Siswa diberikan kesempatan
Siswa duduk berdasarkan
kelompoknya
Siswa menerima LKS yang
dibagikan guru
Siswa memperhatikan penjelasan
guru
Siswa bertanya apabila ada yang
Kerjasama
dan
menghargai
orang lain
75
menit
100
Eksplorasi
Merumuskan
Masalah
bertanya bila ada yang tidak
dimengerti.
Siswa diberikan fenomena untuk
merumuskan permasalahan yang
terkait dengan materi yang akan
dipelajari
Guru meminta siswa untuk
memahami LKS pada bagian
fenomena sambil menjelaskan
kepada siswa.
”pada LKS terdapat bagian
fenomena, perhatikan dan pahami
fenomena tersebut”
Fenomena:
Seorang siswa mengidentifikasi sifat
garam yang terdapat pada beberapa
bahan-bahan hasil industri melalui
nilai pH dan persamaan reaksi
ionisasi. Beberapa bahan-bahan hasil
belum dimengerti
Siswa membaca LKS sambil
memperhatikan penjelasan guru.
101
industri yang akan diuji adalah sabun
cuci, tawas, garam, pemutih pakaian,
urea, detergen, dan soda kue. Untuk
uji nilai pH dari larutan garam
tersebut dapat menggunakan
indikator universal. Indicator
universal yang digunakan siswa
tersebut adalah indicator kertas. Pada
tahap pertama sehelai kertas
indikator dicelupkan kedalam larutan
garam yang akan diukur pH nya
kemudian dibandingkan dengan peta
warna yang tersedia. Ternyata
masing-masing larutan garam
tersebut mengalami perubahan
warna yang menghasilkan nilai pH
yang relatif berbeda.
Berdasarkan fenomena yang
diberikan oleh guru, siswa
Siswa membuat rumusan masalah
berdasarkan fenomena yang telah
Berpikir
kritis
102
Membuat
Hipotesis
ditugaskan untuk merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan
dengan dibimbing oleh guru.
Rumusan masalah yang diharapkan:
1. Apa ciri-ciri dari larutan garam
asam dan basa berdasarkan nilai
pH?
2. Berapa nilai pH pada larutan
garam tesebut?
Untuk membuat hipotesis, siswa
diberikan pertanyaan oleh guru
terkait jawaban dari rumusan
masalah dengan memperhatikan
LKS bagian terminologi.
- Ada berapa jenis larutan yang akan
di uji?
- Bagaimana cara mengukur pH dari
suatu larutan?
- Bagaimana ciri-ciri dari larutan
dijelaskan oleh guru dalam bentuk
pertanyaan.
- Ada 7 jenis larutan
- Dengan menggunakan indikator
universal.
- Larutan garam asam mempunyai
Berani,
komunikatif
103
Mengumpulkan
Data
garam asam, basa dan netral
berdasarkan nilai pH?
Guru meminta siswa membuat
hipotesis berdasarkan jawaban dari
pertanyaan yang telah dijelaskan.
Guru membimbing siswa dalam
merancang kegiatan percobaan.
nilai pH <7. Larutan garam basa
mempunyai nilai pH >7.
Sedangkan larutan garam netral
mempunyai nilai pH = 7.
Siswa membuat hipotesis
berdasarkan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan oleh
guru.
Masing-masing kelompok
merancang percobaan untuk
membuktikan hipotesis mereka
sesuai dengan arahan percobaan
yang terdapat dalam LKS.
Siswa melakukan percobaan sesuai
dengan rancangan percobaan yang
telah dibuat.
Siswa mencatat data hasil
percobaan berdasarkan tabel
Kreatif
Tanggung
jawab,
bekerja keras
Teliti, jujur
104
Elaborasi
Analisis Data
Guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal pada LKS.
pengamatan pada LKS.
Siswa menjawab pertanyaan dalam
LKS dan menyimpulkan hasil
percobaan.
Berpikir
kritis dan
kreatif
Kegiatan
Penutup
Konfirmasi
Membuat
Kesimpulan
Guru membuat kesimpulan dengan
memberikan pertanyaan kepada
siswa.
1. Berapa harga pH masing-masing
larutan garam?
2. Jelaskan sifat dari masing-
masing larutan garam tersebut!
3. Adakah hubungan antara sifat
garam (netral, asam, basa)
dengan sifat komponen asam dan
basa pembentuknya?
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya bila
ada yang belum dimengerti.
Siswa menjawab:
Siswa bertanya bila ada yang belum
dimengerti.
Larutan Asam
pembentuk
Basa
pembentuk pH
Sifat
larutan
sabun cuci lemah kuat >7 basa
tawas kuat lemah <7 asam
garam kuat kuat 7 netral
pemutih
pakaian lemah kuat >7 basa
urea kuat lemah <7 asam
detergen lemah kuat >7 basa
Soda kue lemah kuat >7 basa
Berani,
komunikatif,
berpikir kritis
dan kreatif
10
menit
106
Nama :
Kelas :
Kelompok :
Pertemuan : ke-1
A. TERMINOLOGI
Hidrolisis garam adalah penguraian suatu senyawa dalam air menjadi
garamnya. Konsep hidrolisis garam begitu aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini terbukti dengan banyak ditemukan bahan-bahan hasil industri yang
digunakan dalam kebutuhan sehari-hari dibuat dalam bentuk garamnya. Larutan
garam ada yang bersifat asam, basa dan netral.
Untuk mengidentifikasi sifat larutan garam dapat menggunakan kertas
lakmus. Lakmus merah berubah warna menjadi biru dalam larutan basa
sedangkan dalam larutan asam dan netral tidak terjadi perubahan warna. Lakmus
biru berubah warna menjadi warna merah dalam larutan asam sedangkan dalam
larutan basa dan netral tidak terjadi perubahan warna.
B. FENOMENA
Seorang siswa akan mengidentifikasi jenis garam yang terdapat pada
beberapa bahan-bahan hasil industri dan menentukan pH dari larutan tersebut
menggunakan indikator universal. Beberapa bahan hasil industri yang akan diuji
adalah sabun cuci, tawas, garam, pemutih pakaian, urea, detergen, dan soda kue.
Pada tahap pertama siswa tersebut melarutkan bahan-bahan yang akan
diuji dengan air didalam gelas kimia (kecuali yang sudah dalam wujud cair), aduk
homogen. Selanjutnya larutan tersebut diuji jenis garamnya dengan kertas lakmus
merah dan lakmus biru, ternyata kedua lakmus tersebut mengalami perubahan
warna.
Lampiran A3 : Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen
107
Berdasarkan fenomena diatas, rumuskan masalah apa saja yang dihadapi oleh
siswa tersebut? Nyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Buatlah hipotesis (jawaban sementara) berdasarkan permasalahan diatas!
Untuk menguji kebenaran hipotesis yang kamu buat, lakukan percobaan
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Bahan yang akan digunakan adalah larutan garam dari bahan-bahan hasil
industri. Bagaimana penampilan fisik dari bahan-bahan tersebut?
2. Jika ingin mengetahui sifat dari masing-masing larutan garam tersebut, apa
yang harus dilakukan?
C. RUMUSAN MASALAH
D. HIPOTESIS
E. ARAHAN PERCOBAAN
108
3. Alat apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan tersebut?
4. Berdasarkan bahan dan alat yang tersedia, rancang langkah kerja untuk
mengidentifikasi sifat larutan garam!
5. Tuliskan data hasil pengamatan kedalam tabel yang telah disediakan!
1. Bagaimana perubahan kertas lakmus merah dan lakmus biru pada masing-
masing larutan garam?
2. Larutan mana saja yang termasuk dalam larutan garam asam, basa dan netral?
3. Mengapa suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral?
4. Kesimpulan apa yang kalian dapat ambil tentang sifat hidrolisis garam dari
percobaan tersebut?
Larutan
Perubahan Warna Sifat
Larutan Lakmus
Merah
Lakmus
Biru
sabun cuci
tawas
garam
pemutih pakaian
urea
detergen
soda kue
F. ANALISIS DATA
109
Nama :
Kelas :
Kelompok :
Pertemuan : ke-2
B. TERMINOLOGI
Indikator universal adalah indikator yang terdiri atas berbagai macam
indikator yang memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1-14. Indikator
universal ada yang berupa larutan ada juga yang berupa kertas. Paket indikator
universal tersebut selalu dilengkapi dengan warna standar untuk pH 1-14.
Dengan mengetahui nilai pH maka dapat ditentukan apakah larutan
tersebut bersifat asam, basa atau netral. Larutan garam asam mempunyai nilai pH
<7. Larutan garam basa mempunyai nilai pH >7. Sedangkan larutan garam netral
mempunyai nilai pH = 7.
B. FENOMENA
Seorang siswa mengidentifikasi sifat garam yang terdapat pada beberapa
bahan-bahan hasil industri melalui nilai pH dan persamaan reaksi ionisasi.
Beberapa bahan-bahan hasil industri yang akan diuji adalah sabun cuci, tawas,
garam, pemutih pakaian, urea, detergen, dan soda kue. Untuk uji nilai pH dari
larutan garam tersebut dapat menggunakan indikator universal. Indikator
universal yang digunakan siswa tersebut adalah indikator kertas.
Pada tahap pertama sehelai kertas indikator dicelupkan kedalam larutan
garam yang akan diukur pH nya kemudian dibandingkan dengan warna standar
yang tersedia. Ternyata masing-masing larutan garam tersebut mengalami
perubahan warna yang menghasilkan nilai pH yang relatif berbeda.
110
Berdasarkan fenomena diatas, rumuskan masalah apa saja yang dihadapi oleh
siswa tersebut? Nyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Buatlah hipotesis (jawaban sementara) berdasarkan permasalahan diatas!
Untuk menguji kebenaran hipotesis yang kamu buat, lakukan percobaan
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Bahan yang akan digunakan adalah larutan garam dari bahan-bahan hasil
industri. Bagaimana reaksi ionisasi dari larutan garam tersebut?
2. Jika ingin mengetahui nilai pH dari larutan garam, apa yang harus dilakukan?
3. Alat apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan percobaan tersebut?
C. RUMUSAN MASALAH
D. HIPOTESIS
E. ARAHAN PERCOBAAN
111
4. Berdasarkan bahan dan alat yang tersedia, rancang langkah kerja untuk
mengidentifikasi sifat larutan garam!
5. Tuliskan data hasil pengamatan kedalam tabel yang telah disediakan!
1. Berapa perkiraan harga pH dari masing-masing larutan garam?
2. Adakah hubungan antara sifat garam (netral, asam, basa) dengan sifat
komponen asam dan basa pembentuknya?
3. Tuliskan persamaan reaksi ionisasi dari masing-masing larutan garam!
4. Hitung pH jika diketahui konsentrasi dari masing-masing larutan garam
adalah 0,1 M, (Ka = 10-5
; Kb = 10-5
)!
5. Kesimpulan apa yang kalian dapat ambil tentang hidrolisis garam dari
percobaan tersebut?
Larutan Asam Pembentuk Basa Pembentuk pH Sifat Larutan
sabun cuci
tawas
garam
pemutih pakaian
urea
detergen
Soda kue
F. ANALISIS DATA
112
SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Indikator
konsep
Indikator keterampilan
berpikir kreatif
Sub indikator keterampilan
berpikir kreatif Butir soal
Menjelaskan
pengertian
hidrolisis
garam
Menjelaskan
aplikasi
hidrolisis
garam
fluency
(Berpikir lancar)
Menghasilkan banyak
gagasan, jawaban dan
penyelesaian masalah.
(soal no.1 dan 4)
Memikirkan lebih dari
satu jawaban. (soal no.2
dan 3)
Pernahkah kamu merasakan nyeri seperti sakit kepala dan sakit gigi?
Untuk mengatasi rasa nyeri biasanya dokter memberikan obat yang
mengandung asam asetil salisilat yang dikenal dengan nama aspirin.
Aspirin sebenarnya merupakan garam dari asam lemah asetil salisilat.
Aspirin akan larut dalam darah dan menekan rasa sakit yang sedang
kamu rasakan. Proses melarutnya aspirin tersebut merupakan salah satu
contoh aplikasi dari konsep hidrolisis.
1. Apa yang kamu ketahui tentang pengertian hidrolisis garam?
2. Mengapa aspirin dikatakan sebagai contoh aplikasi dari konsep
hidrolisis garam?
3. Selain aspirin, sebutkan aplikasi hidrolisis garam yang lain dalam
kehidupan sehari-hari!
4. Jika suatu tanah diberi pupuk NH4NO3, apakah tanah tersebut
cenderung bersifat asam atau basa? Jelaskan!
Lampiran B1 : Soal Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas)
113
Mengidenti-
fikasi sifat
larutan
garam
Menuliskan
persamaan
reaksi
ionisasi
Flexibility
(berpikir luwes)
Menghasilkan gagasan,
jawaban dan penafsiran
(interpretasi) yang
bervariasi terhadap suatu
masalah. (soal no. 5, 6, 7)
Menggolongkan hal-hal
menurut pembagian
(kategori) yang berbeda-
beda. (soal no. 8, 9 dan
10)
Amati tabel hasil pengamatan berikut!
5. Mengapa suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau
netral?
6. Bagaimana cara mengetahui suatu larutan garam ada yang bersifat
asam, basa atau netral?
7. Adakah hubungan antara sifat garam (netral, asam, basa) dengan
sifat komponen asam dan basa pembentuknya?
8. Mana sajakah larutan garam yang mengalami hidrolisis parsial dan
hidrolisis total? Tuliskan persamaan reaksi ionisasinya!
9. Didalam laboratorium terdapat banyak sekali zat kimia. Zat yang
tersedia adalah NH4Cl, NaOH, Al2(SO4)3, HOCl, HCl, H2SO4,
NaOCl, Al(OH)3, NH4OH. Bantulah laboran tersebut dengan
Larutan Basa
Pembentuk
Asam
Pembentuk
Perubahan Warna Sifat
Larutan pH Lakmus
Merah
Lakmus
Biru
NaCl Kuat Kuat Merah Biru Netral 7
Al2(SO4)3 Lemah Kuat Merah Merah Asam <7
NaOCl Kuat Lemah Biru Biru Basa >7
CH3COONH4 Lemah Lemah Merah Biru Basa >7
114
membuat tabel hidrolisis garam yang berisi asam pembentuk, basa
pembentuk dengan garamnya!
10. Na+, CN
−, CO3
2−, Al
3+, S
2−, SO4
2−. Dari ion-ion tersebut, manakah
yang mengalami hidrolisis dengan air? Jelaskan!
Menghitung
pH
Menentukan
sifat garam
yang
terhidrolisis
dari
persamaan
reaksi
ionisasi
Elaboration
(Berpikir merinci)
Mencari arti yang lebih
mendalam terhadap
jawaban atau pemecahan
masalah dengan
melakukan langkah-
langkah yang terperinci.
(soal no. 11, 12, dan 13)
Mengembangkan,
menambah, memperkaya
suatu gagasan. (soal no.
14 dan 15)
11. Jika diketahui:
a. 50 mL HCl 0,1 M
b. 50 mL CH3COOH 0,1 M
c. 50 mL NaOH 0,1 M
d. 50 mL NH4OH 0,1 M
Tentukan pH dan sifat larutan yang terbentuk jika Ka = 5x10-6
dan
Kb = 5x10-6
!
a) HCl + NaOH
b) HCl + NH4OH
c) CH3COOH + NaOH
d) CH3COOH + NH4OH
12. Manakah campuran larutan berikut yang menghasilkan garam
terhidrolisis? Jelaskan!
a. 100 mL HCl 0,1 M + 100 mL NaOH 0,1 M
b. 100 mL CH3COOH 0,1 M+ 50 mL NaOH 0,1 M
c. 50 mL HCl 0,1 M + 50 mL NH4OH 0,1 M
115
13. Ramalkan sifat (asam, basa atau netral) larutan garam berikut ini.
Jelaskan!
a. K2SO4
b. NH4Cl
c. NaHCO3
d. Ca(CH3COO)2
e. NH4NO3
14. Anita adalah seorang siswi yang mempunyai rasa ingin tahu yang
tinggi. Ia selalu ingin mencoba eksperimen baru, saat ini ia ingin
membuat larutan garam yang mempunyai pH = 9. Anita
menyediakan 2 liter larutan natrium asetat (Ka = 10-5
). Tetapi Anita
bingung, berapa massa natrium asetat yang terdapat dalam larutan
tersebut? (Ar H = 1, C = 12, O = 16, Na = 23)
15. Misalkan anda ingin membuat larutan dengan pH = 8 dengan cara
melarutkan suatu garam dalam air. Diantara garam berikut,
manakah yang akan anda gunakan jika Kh=10−5
? Tentukan pula
molaritasnya!
a. NH4Cl
b. KNO2
c. NaNO3
116
Menentukan
sifat larutan
garam
Menjelaskan
kurva titrasi
Originality
(Berpikir orisinal)
Memiliki cara berpikir
yang lain dari yang lain.
(soal no. 16)
Mampu melahirkan
ungkapan yang baru. (soal
no.17)
16. Sarah ingin melakukan percobaan pada sejumlah larutan garam
yang belum diketahui sifatnya. Biasanya dia menguji sifat larutan
garam dengan menggunakan kertas lakmus. Tetapi Sarah merasa
bingung karena kertas lakmus yang biasa digunakan untuk menguji
sifat larutan garam tidak tersedia dilaboratorium. Menurut kalian,
tindakan apakah yang seharusnya diambil oleh Sarah? Jelaskan!
17. a.
c.
b. d.
Informasi apakah yang dapat kamu peroleh dari kurva titrasi diatas?
117
KUNCI JAWABAN
1. Pengertian hidrolisis garam adalah:
- Hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang berarti
penguraian.
- Hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dalam air membentuk ion-
ionnya.
- Hidrolisis garam adalah reaksi kation atau anion suatu garam dengan air.
- Ion-ion garam dalam air bereaksi sedemikian rupa dengan air sehingga air
terurai menjadi ion hidroksida (OH−) dan ion hidronium (H3O
+).
Skor Maksimal: 4
2. - Karena aspirin merupakan garam dari asam lemah asetil salisilat.
- Karena aspirin mudah larut dalam darah.
Skor Maksimal: 2
3. Aplikasi hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari adalah:
- Sabun Cuci
Garam natrium stearat (C17H35COONa) akan mengalami hidrolisis dalam
air menghasilkan asam asam stearat dan basanya yaitu natrium hidroksida.
- Urea
Agar mudah larut pupuk dibuat dalam bentuk pellet (garamnya) untuk
menurunkan pH tanah. Misalnya pupuk (NH4)2SO4. garam (NH4)2SO4
bersifat asam, inon NH4+ akan terhidrolisis dalam tanah membentuk NH3
dan H+ yang bersifat asam.
- Pemutih Pakaian
Pemutih pakaian mengandung garam NaClO yang sangat reaktif sehingga
mampu menghilangkan noda pakaian. Garam NaClO terbentuk dari asam
lemah HOCl dengan basa kuat NaOH. Ion OCl− terhidrolisis menjadi
HOCl dan OH−sehingga garam NaClO bersifat basa.
- Pengawet Makanan
Lampiran B2 : Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas)
118
Natrium benzoat salah satu jenis pengawet makanan yang dibuat dari asam
benzoat (asam lemah) kemudian dijadikan garam natrium benzoat (bentuk
garamnya) karena kelarutannya lebih besar.
- Pembersih Porselen
Pembersih Porselen biasanya ditambahkan garam NaHSO4 agar daya
bersihnya lebih maksimal.
- Detergen
Tripoli Sodium Fosfat (TSP) merupakan salah satu contoh polifosfat yang
sering digunakan sebagai zat pembangun dalam pembuatan deterjen.
Polifosfat bersifat basa, berfungsi melunakkan air sadah.
- Tawas
Al2(SO4)3 digunakan pada penjernihan air PAM. Tingginya muatan kation
Al3+
akan membentuk sistem koloid Al(OH)3 yang mampu mengadsorpsi
dan mengendapkan kotoran air.
Skor Maksimal: 4
4. - Tanah akan cenderung bersifat asam.
- Garam NH4NO3 dapat menurunkan pH.
- Garam NH4NO3 akan terionisasi menjadi ion NH4+ dan NO3
−.
- Ion NH4+ akan terhidrolisis dalam tanah membentuk NO3 dan H
+ yang
bersifat asam.
Skor Maksimal: 5
5. Suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral karena:
- Pada uji kertas lakmus menghasilkan perubahan warna yang berbeda.
Lakmus merah berubah warna menjadi biru dalam larutan basa sedangkan
dalam larutan asam dan netral tidak terjadi perubahan warna. Lakmus biru
berubah warna menjadi warna merah dalam larutan asam sedangkan dalam
larutan basa dan netral tidak terjadi perubahan warna.
- Pada uji nilai pH dengan indikator universal menghasilkan nilai pH yang
beragam.
119
- Hasil perhitungan nilai pH. Jika nilai pH <7 larutan bersifat asam. Jika
nilai pH >7 laruan bersifat basa. Sedangkan jika nilai pH = 7 larutan
bersifat netral.
- Berasal dari asam dan basa pembentuk yang berbeda sehingga dalam
persamaan reaksi ionisasi terdapat ion yang terhidrolisis dan atau ion yang
terhidrasi.
Skor Maksimal: 4
6. Cara mengetahui sifat larutan garam yaitu:
- Uji kertas lakmus
- Uji nilai pH dengan indikator universal
- Mengetahui komponen asam dan basa pembentuknya melalui persamaan
reaksi ionisasi
- Menghitung nilai pH
Skor Maksimal: 4
7. Ada hubungan antara sifat garam dengan komponen asam dan basa
pembentuknya, yaitu:
Garam dari asam kuat dan basa kuat larutannya bersifat netral.
Garam dari asam kuat dan basa lemah larutannya bersifat asam.
Garam dari asam lemah dan basa kuat larutannya bersifat basa.
Garam dari asam lemah dan basa lemah sifat larutan bergantung pada Ka
dan Kb.
- Jika Ka = Kb larutan bersifat netral
- Jika Ka > Kb larutan bersifat asam
- Jika Ka < Kb larutan bersifat basa
Skor Maksimal: 5
8. - NaCl (tidak mengalami hidrolisis)
NaCl + H2O → NaOH + HCl
NaCl → Na+ + Cl
−
120
Na+ + H2O → (tidak ada reaksi)
Cl− + H2O → (tidak ada reaksi)
Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion Cl
− berasal dari asam kuat,
sehingga tidak akan terhidrolisis akan tetapi mengalami hidrasi.
- Al2(SO4)3 (mengalami hidrolisis parsial)
Al2(SO4)3 + 6 H2O → 2Al(OH)3 +H2SO4
Al2(SO4)3 → Al3+
+ SO42−
Al3+
+ H2O Al(OH)3 + H+ (terhidrolisis)
SO42−
+ H2O → (tidak ada reaksi)
Ion Al3+
berasal dari basa lemah sehingga akan terhidrolisis, sedangkan
ion SO42−
berasal dari asam kuat sehingga tidak akan terhidrolisis. Maka
dari itu, garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami
hidrolisis sebagian (parsial).
- NaOCl (mengalami hidrolisis parsial)
NaOCl + H2O → HOCl + NaOH
NaOCl → Na+ + OCl
−
Na+ + H2O → (tidak ada reaksi)
OCl− + H2O HOCl + OH
− (terhidrolisis)
Ion Na+ berasal dari basa kuat sehingga tidak akan terhidrolisis,
sedangkan ion OCl−berasal dari asam lemah sehingga akan terhidrolisis.
Maka dari itu, garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat
mengalami hidrolisis sebagian (parsial).
- CH3COONH4 (mengalami hidrolisis total)
CH3COONH4+ H2O → CH3COOH + NH4OH
CH3COONH4 → CH3COO− + NH4
+
CH3COO−
+ H2O CH3COOH + OH−
NH4+ + H2O NH3 + H3O
+
Ion CH3COO− berasal dari asam lemah dan ion NH4
+ berasal dari basa
lemah sehingga akan terhidrolisis. Maka, garam yang terbentuk dari asam
lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis total (sempurna).
Skor Maksimal: 6
121
9. Tabel hidrolisis garam.
Asam pembentuk Basa pembentuk Garam
HCl NH4OH NH4Cl
H2SO4 Al(OH)3 Al2(SO4)3
HOCl NaOH NaOCl
Skor Maksimal: 3
10. - Na+
+ H2O → (tidak terhidrolisis) karena ion Na+
berasal dari basa kuat.
- CN− + H2O HCN + OH
− (terhidrolisis) karena ion CN
− berasal dari
asam lemah.
- CO32−
+ H2O H2CO3 + OH− (terhidrolisis) karena ion CO3
2−
berasal dari asam lemah.
- Al3+
+ H2O Al(OH)3 + H+ (terhidrolisis) karena ion Al
3+ berasal
dari basa lemah.
- S2−
+ H2O H2S + OH− (terhidrolisis) karena ion S
2− berasal dari
asam lemah.
- SO42−
+ H2O → (tidak terhidrolisis) karena ion SO42−
berasal dari asam
kuat.
Skor Maksimal: 6
11. a) HCl + NaOH
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Awal : 5 mmol 5 mmol
Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol
Setimbang : − − 5 mmol
Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral dengan
nilai pH = 7.
b) HCl + NH4OH
HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
Awal : 5 mmol 5 mmol
Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol
122
Setimbang : − − 5 mmol
NH4Cl → NH4+ + Cl
−
NH4+ + H2O NH3 + H3O
+ (terhidrolisis)
Cl− + H2O → (tidak ada reaksi)
Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam
dengan nilai pH = 5.
c) CH3COOH + NaOH
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 5 mmol 5 mmol
Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol
Setimbang : − − 5 mmol
CH3COONa → CH3COO− + Na
+
CH3COO−
+ H2O CH3COOH + OH−
(terhidrolisis)
Na+
+ H2O → (tidak ada reaksi)
123
Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa dengan
nilai pH = 9.
d) CH3COOH + NH4OH
CH3COOH + NH4OH → CH3COONH4 + H2O
Awal : 5 mmol 5 mmol
Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol
Setimbang : − − 5 mmol
CH3COONH4 → CH3COO− + NH4
+
CH3COO− + H2O CH3COOH + OH
− (terhidrolisis)
NH4+ + H2O NH3 + H3O
+ (terhidrolisis)
124
Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami
hidrolisis total (sempurna). Sifat larutan tergantung pada kekuatan relatif
asam dan basanya (tergantung pada nilai Ka dan Kb). Nilai Ka = Kb maka
garam bersifat netral dengan nilai pH = 7.
Skor Maksimal: 22
12. Campuran larutan yang menghasilkan garam terhidrolisis adalah:
a. 100 mL HCl 0,1 M + 100 mL NaOH 0,1 M
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Awal : 10 mmol 10 mmol
Bereaksi : −10 mmol −10 mmol +10 mmol
Setimbang : − − 10 mmol
Tidak menghasilkan garam terhidrolisis karena terbentuk dari asam kuat
dan basa kuat.
b. 100 mL CH3COOH 0,1 M+ 50 mL NaOH 0,1 M
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 10 mmol 5 mmol
Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol
Setimbang : 5 mmol − 5 mmol
Bukan merupakan hidrolisis garam karena menyisakan asam dan
garamnya yang merupakan larutan penyangga (buffer).
c. 50 mL NH4OH 0,1 M + 50 mL HCl 0,1 M
NH4OH + HCl → NH4Cl + H2O
Awal : 5 mmol 5 mmol
Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol
Setimbang : − − 5 mmol
Menghasilkan garam terhidrolisis karena terbentuk dari asam kuat dan
basa lemah. Dalam reaksi merupakan hidrolisis garam karena menyisakan
garamnya.
Skor Maksimal: 12
125
13. a. K2SO4 (garam netral)
K2SO4 → K+
+ SO42−
K+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
SO42−
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
b. NH4Cl (garam asam)
NH4Cl → NH4+ + Cl
−
NH4+
+ H2O NH3 +H3O+
(terhidrolisis)
Cl− + H2O → (Tidak ada reaksi)
c. NaHCO3 (garam basa)
NaHCO3 → Na+
+ HCO3−
Na+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
HCO3−
+ H2O H2CO3 + OH
− (terhidrolisis)
d. Ca(CH3COO)2 (garam basa)
Ca(CH3COO)2 → Ca2+
+ CH3COO−
Ca2+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
CH3COO−
+ H2O CH3COOH + OH−
(terhidrolisis)
e. NH4NO3 (garam asam)
NH4NO3 → NH4+
+ NO3−
NH4+ + H2O NH3 +H3O
+ (terhidrolisis)
NO3−
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
Skor Maksimal: 20
14. CH3COONa → Na+ + CH3COO
−
Na+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
CH3COO−
+ H2O CH3COOH + OH−
(garam basa)
pH = 9
POH = 14 – 9
= 5
[OH−] = 10
−5
126
Skor Maksimal: 8
15. a. NH4Cl (garam asam)
NH4Cl → NH4+ + Cl
−
NH4+
+ H2O NH3 +H3O+
(terhidrolisis)
Cl− + H2O → (Tidak ada reaksi)
pH = 8
[H+] = 10
−8
127
b. KNO2 (garam basa)
KNO2 → K+
+ NO2−
K+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
NO2− + H2O HNO2 +OH
− (terhidrolisis)
pH = 8
POH = 14 – 8 = 6
[OH−] = 10
−6
c. NaNO3
NaNO3 → Na+ + NO3
−
Na+ + H2O → (Tidak ada reaksi)
NO3− + H2O → (Tidak ada reaksi)
Garam NaNO3 tidak bisa digunakan untuk membuat pH = 8 karena
bersifat netral dengan pH = 7.
Skor Maksimal: 4
16. Sarah mencari alternatif lain untuk mengidentifikasi sifat larutan garam.
Misalnya:
- Jika tersedia, uji nilai pH dengan indikator universal.
- Menghitung nilai pH jika diketahui tetapan ionisasi asam (Ka) atau tetapan
ionisasi basa (Kb) dan konsentrasi (M) garam.
128
- Mengetahui komponen asam dan basa pembentuknya melalui persamaan
reaksi ionisasi.
Skor Maksimal: 3
17. Informasi yang dapat diperoleh dari kurva titrasi tersebut adalah:
a. - Merupakan kurva titrasi asam kuat dan basa kuat.
- Basa kuat yang ditambahkan ke asam kuat.
- Kurva dimulai pada pH rendah (±1) yang menunjukan asam kuat dan
berakhir pada pH tinggi (±13) yang menunjukan basa kuat.
- Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH=7.
- Merupakan garam netral.
b. - Merupakan kurva titrasi asam kuat dan basa lemah
- Basa lemah yang ditambahkan ke asam kuat.
- Kurva dimulai pada pH rendah (±1) yang menunjukan asam kuat dan
berakhir pada pH ±10 yang menunjukan basa lemah.
- Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH<7
- Merupakan garam asam.
c. - Merupakan kurva titrasi asam lemah dan basa kuat
- Basa kuat yang ditambahkan ke asam lemah.
- Kurva dimulai pada pH ±3 yang menunjukan asam lemah dan berakhir
pada pH ±13 yang menunjukan basa kuat.
- Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH>7.
- Merupakan garam basa.
d. - Merupakan kurva titrasi basa lemah dan asam lemah
- Asam lemah yang ditambahkan ke basa lemah.
- Kurva dimulai pada pH ±10 yang menunjukan basa lemah dan
berakhir pada pH ±3 yang menunjukan asam lemah.
- Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH~7 karena sulit diamati, akibat
tidak terdapat kenaikan pH yang tajam.
Skor Maksimal: 16
129
RUBRIK PENILAIN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
1. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menjawab sebanyak ≥ 4 gagasan tepat
- Skor 3 jika menjawab sebanyak 3 gagasan tepat
- Skor 2 jika menjawab sebanyak 2 gagasan tepat
- Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 gagasan tepat
- Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah
2. Skor Maksimal = 2
- Skor 2 jika menjawab sebanyak ≥ 2 gagasan
- Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 gagasan
- Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah
3. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menjawab sebanyak ≥ 7 aplikasi
- Skor 3 jika menjawab sebanyak 5 – 6 aplikasi
- Skor 2 jika menjawab sebanyak 3 – 4 aplikasi
- Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 – 2 aplikasi
- Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah
4. Skor Maksimal = 5
- Skor 5 jika penjelasan benar dengan persamaan reaksi yang tepat
- Skor 4 jika penjelasan benar tetapi persamaan reaksi kurang tepat
- Skor 3 jika penjelasan kurang benar tetapi persamaan reaksi tepat
- Skor 2 jika penjelasan kurang benar dan persamaan reaksi kurang tepat
- Skor 1 jika penjelasan benar tetapi tidak dituliskan dengan persamaan reaksi
- Skor 0 jika penjelasan salah dan tidak ada persamaan reaksinya
5. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menjawab sebanyak ≥ 4 alasan tepat
- Skor 3 jika menjawab sebanyak 3 alasan tepat
- Skor 2 jika menjawab sebanyak 2 alasan tepat
- Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 alasan tepat
- Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah
6. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menjawab sebanyak 3 – 4 gagasan
- Skor 2 jika menjawab sebanyak 1 – 2 gagasan
- Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah
7. Skor Maksimal = 5
- Skor 5 jika terdapat hubungan serta penjelasan tepat
- Skor 3 jika terdapat hubungan tetapi penjelasan kurang tepat
- Skor 1 jika terdapat hubungan tetapi tidak ada penjelasan
8. Skor Maksimal = 6
- Skor 6 jika pengelompokkan benar dengan persamaan reaksi tepat
Lampiran B3 : Rubrik Penilain Tes Berpikir Kreatif (Sebelum Uji Validitas)
130
- Skor 5 jika pengelompokkan kurang benar tetapi persamaan reaksi tepat
- Skor 4 jika pengelompokkan benar tetapi persamaan reaksi kurang tepat
- Skor 3 jika pengelompokkankurang benar dan persamaan reaksi kurang tepat
- Skor 2 jika pengelompokkan benar tetapi tidak ada persamaan reaksi
- Skor 1 jika pengelompokkankurang benar tetapi tidak ada persamaan reaksi
- Skor 0 jika penjelasan salah dan tidak ada persamaan reaksinya
9. Skor Maksimal = 3
- Skor 3 jika menjawab 3 pasangan asam, basa dan garamnya dengan tepat
- Skor 2 jika menjawab 2 pasangan asam, basa dan garamnya dengan tepat
- Skor 1 jika menjawab 1 pasangan asam, basa dan garamnya dengan tepat
10. Skor Maksimal = 6
- Skor 6 jika semua ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat
- Skor 5 jika 5 ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat
- Skor 4 jika 4 ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat
- Skor 3 jika 3 ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat
- Skor 2 jika 2 ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat
- Skor 1 jika 1 ion penjelasan benar dan persamaan reaksi tepat
- Skor 0 jika tidak memberikan jawaban/jawaban salah
11. Skor Maksimal =22
a. Skor Maksimal = 4
- Skor 1 untuk menuliskan reaksi kesetimbangan
- Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi
- Skor 1 untuk nilai pH tepat
- Skor 1 untuk sifat larutan tepat
b. Skor Maksimal =6
- Skor 1 untuk menuliskan reaksi kesetimbangan
- Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi
- Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur
- Skor 1 untuk hasil akhir tepat
Skor 1 untuk sifat larutan tepat
c. Skor Maksimal = 6
- Skor 1 untuk menuliskan reaksi kesetimbangan
- Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi
- Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur
- Skor 1 untuk hasil akhir tepat
Skor 1 untuk sifat larutan tepat
d. Skor Maksimal = 6
- Skor 1 untuk menuliskan reaksi kesetimbangan
- Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi
- Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur
- Skor 1 untuk hasil akhir tepat
Skor 1 untuk sifat larutan tepat
12. Skor Maksimal = 12
a. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar
131
- Skor 3 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang
benar
- Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan
benar
- Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan
kurang benar
b. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar
- Skor 3jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang
benar
- Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan
benar
- Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan
kurang benar
c. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar
- Skor 3 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang
benar
- Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan
benar
- Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan
kurang benar
13. Skor Maksimal = 20
a. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar
- Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah
- Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat
larutan benar
- Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat
larutan salah
- Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar
- Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah
b. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar
- Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah
- Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat
larutan benar
- Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat
larutan salah
- Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar
- Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah
c. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar
- Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah
- Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat
larutan benar
132
- Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat
larutan salah
- Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar
- Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah
d. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar
- Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah
- Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat
larutan benar
- Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat
larutan salah
- Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar
- Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah
e. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar
- Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah
- Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat
larutan benar
- Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat
larutan salah
- Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar
- Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah
14. Skor Maksimal = 8
- Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat
- Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur
- Skor 1 untuk nilai konsentrasi benar
- Skor 1 untuk perhitungan mencari mol
- Skor 1 untuk nilai mol benar
- Skor 1 untuk perhitungan mencari massa
- Skor 1 untuk nilai massa benar
15. Skor Maksimal = 4
- Skor 1 untuk penjelasan benar
- Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat
- Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur
- Skor 1 untuk nilai konsentrasi benar
16. Skor Maksimal = 3
- Skor 3 jika memberikan ≥3 alternatif lain untuk mengidentifikasi sifat larutan
garam - Skor 2 jika memberikan 2 alternatif lain untuk mengidentifikasi sifat larutan
garam - Skor 1 jika memberikan 1 alternatif lain untuk mengidentifikasi sifat larutan
garam - Skor 0 jika tidak memberikan alternatif lain untuk mengidentifikasi sifat
larutan garam
133
17. Skor Maksimal = 16
a. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat
- Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat
- Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat
- Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat
- Skor 0 jika memberikan informasi salah
b. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat
- Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat
- Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat
- Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat
- Skor 0 jika memberikan informasi salah
c. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat
- Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat
- Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat
- Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat
- Skor 0 jika memberikan informasi salah
d. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat
- Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat
- Skor 2 jika memberikan <3informasi dan tepat
- Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat
- Skor 0 jika memberikan informasi salah
134
SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Indikator
konsep
Indikator keterampilan
berpikir kreatif
Sub indikator keterampilan
berpikir kreatif Butir soal
Menjelaskan
aplikasi
hidrolisis
garam
Fluency
(Berpikir lancar)
Memikirkan lebih dari satu
jawaban. (soal no.1)
Pernahkah kamu merasakan nyeri seperti sakit kepala dan sakit gigi?
Untuk mengatasi rasa nyeri biasanya dokter memberikan obat yang
mengandung asam asetil salisilat yang dikenal dengan nama aspirin.
Aspirin sebenarnya merupakan garam dari asam lemah asetil
salisilat. Aspirin akan larut dalam darah dan menekan rasa sakit
yang sedang kamu rasakan. Proses melarutnya aspirin tersebut
merupakan salah satu contoh aplikasi dari konsep hidrolisis.
1. Selain aspirin, sebutkan aplikasi hidrolisis garam yang lain
dalam kehidupan sehari-hari!
Lampiran B4 : Soal Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas)
135
Mengidenti-
fikasi sifat
larutan garam
Menuliskan
persamaan
reaksi
ionisasi
Flexibility
(berpikir luwes)
Menghasilkan gagasan,
jawaban dan penafsiran
(interpretasi) yang
bervariasi terhadap suatu
masalah. (soal no. 2, 3, 4)
Menggolongkan hal-hal
menurut pembagian
(kategori) yang berbeda-
beda. (soal no. 5)
Amati tabel hasil pengamatan berikut!
2. Mengapa suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau
netral?
3. Bagaimana cara mengetahui suatu larutan garam ada yang
bersifat asam, basa atau netral?
4. Adakah hubungan antara sifat garam (netral, asam, basa) dengan
sifat komponen asam dan basa pembentuknya?
5. Mana sajakah larutan garam yang mengalami hidrolisis parsial
dan hidrolisis total? Tuliskan persamaan reaksi ionisasinya!
Larutan Basa
Pembentuk
Asam
Pembentuk
Perubahan Warna Sifat
Larutan pH Lakmus
Merah
Lakmus
Biru
NaCl Kuat Kuat Merah Biru Netral 7
Al2(SO4)3 Lemah Kuat Merah Merah Asam <7
NaOCl Kuat Lemah Biru Biru Basa >7
CH3COONH4 Lemah Lemah Merah Biru Basa >7
Menghitung
pH
Menentukan
Elaboration
(Berpikir merinci)
Mencari arti yang lebih
mendalam terhadap
jawaban atau pemecahan
6. Manakah campuran larutan berikut yang menghasilkan garam
terhidrolisis? Jelaskan!
a. 100 mL HCl 0,1 M + 100 mL NaOH 0,1 M
136
sifat garam
yang
terhidrolisis
dari
persamaan
reaksi
ionisasi
masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang
terperinci. (soal no. 6 dan
7)
Mengembangkan,
menambah, memperkaya
suatu gagasan. (soal no. 8
dan 9)
b. 100 mL CH3COOH 0,1 M+ 50 mL NaOH 0,1 M
c. 50 mL HCl 0,1 M + 50 mL NH4OH 0,1 M
7. Ramalkan sifat (asam, basa atau netral) larutan garam berikut ini.
Jelaskan!
a. K2SO4
b. NH4Cl
c. NaHCO3
d. Ca(CH3COO)2
e. NH4NO3
8. Anita adalah seorang siswi yang mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi. Ia selalu ingin mencoba eksperimen baru, saat ini ia
ingin membuat larutan garam yang mempunyai pH = 9. Anita
menyediakan 2 liter larutan natrium asetat (Ka = 10-5
). Tetapi
Anita bingung, berapa massa natrium asetat yang terdapat dalam
larutan tersebut? (Ar H = 1, C = 12, O = 16, Na = 23)
9. Misalkan anda ingin membuat larutan dengan pH = 8 dengan
cara melarutkan suatu garam dalam air. Diantara garam berikut,
manakah yang akan anda gunakan jika Kh=10−5
? Tentukan pula
molaritasnya!
137
a. NH4Cl
b. KNO2
c. NaNO3
Menentukan
sifat larutan
garam
Menjelaskan
kurva titrasi
Originality
(Berpikir orisinal)
Mampu melahirkan
ungkapan yang baru. (soal
no.17)
10. a.
c.
b. d.
Informasi apakah yang dapat kamu peroleh dari kurva titrasi
diatas?
138
KUNCI JAWABAN
1. Aplikasi hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari adalah:
- Sabun Cuci
Garam natrium stearat (C17H35COONa) akan mengalami hidrolisis dalam
air menghasilkan asam asam stearat dan basanya yaitu natrium hidroksida.
- Urea
Agar mudah larut pupuk dibuat dalam bentuk pellet (garamnya) untuk
menurunkan pH tanah. Misalnya pupuk (NH4)2SO4. garam (NH4)2SO4
bersifat asam, inon NH4+ akan terhidrolisis dalam tanah membentuk NH3
dan H+ yang bersifat asam.
- Pemutih Pakaian
Pemutih pakaian mengandung garam NaClO yang sangat reaktif sehingga
mampu menghilangkan noda pakaian. Garam NaClO terbentuk dari asam
lemah HOCl dengan basa kuat NaOH. Ion OCl− terhidrolisis menjadi
HOCl dan OH−sehingga garam NaClO bersifat basa.
- Pengawet Makanan
Natrium benzoat salah satu jenis pengawet makanan yang dibuat dari asam
benzoat (asam lemah) kemudian dijadikan garam natrium benzoat (bentuk
garamnya) karena kelarutannya lebih besar.
- Pembersih Porselen
Pembersih Porselen biasanya ditambahkan garam NaHSO4 agar daya
bersihnya lebih maksimal.
- Detergen
Tripoli Sodium Fosfat (TSP) merupakan salah satu contoh polifosfat yang
sering digunakan sebagai zat pembangun dalam pembuatan deterjen.
Polifosfat bersifat basa, berfungsi melunakkan air sadah.
- Tawas
Al2(SO4)3 digunakan pada penjernihan air PAM. Tingginya muatan kation
Al3+
akan membentuk sistem koloid Al(OH)3 yang mampu mengadsorpsi
dan mengendapkan kotoran air.
Lampiran B5 : Kunci Jawaban Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas)
139
Skor Maksimal: 4
2. Suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral karena:
- Pada uji kertas lakmus menghasilkan perubahan warna yang berbeda.
Lakmus merah berubah warna menjadi biru dalam larutan basa sedangkan
dalam larutan asam dan netral tidak terjadi perubahan warna. Lakmus biru
berubah warna menjadi warna merah dalam larutan asam sedangkan dalam
larutan basa dan netral tidak terjadi perubahan warna.
- Pada uji nilai pH dengan indikator universal menghasilkan nilai pH yang
beragam.
- Hasil perhitungan nilai pH. Jika nilai pH <7 larutan bersifat asam. Jika
nilai pH >7 laruan bersifat basa. Sedangkan jika nilai pH = 7 larutan
bersifat netral.
- Berasal dari asam dan basa pembentuk yang berbeda sehingga dalam
persamaan reaksi ionisasi terdapat ion yang terhidrolisis dan atau ion yang
terhidrasi.
Skor Maksimal: 4
3. Cara mengetahui sifat larutan garam yaitu:
- Uji kertas lakmus
- Uji nilai pH dengan indikator universal
- Mengetahui komponen asam dan basa pembentuknya melalui persamaan
reaksi ionisasi
- Menghitung nilai pH
Skor Maksimal: 4
4. Ada hubungan antara sifat garam dengan komponen asam dan basa
pembentuknya, yaitu:
Garam dari asam kuat dan basa kuat larutannya bersifat netral.
Garam dari asam kuat dan basa lemah larutannya bersifat asam.
Garam dari asam lemah dan basa kuat larutannya bersifat basa.
140
Garam dari asam lemah dan basa lemah sifat larutan bergantung pada Ka
dan Kb.
- Jika Ka = Kb larutan bersifat netral
- Jika Ka > Kb larutan bersifat asam
- Jika Ka < Kb larutan bersifat basa
Skor Maksimal: 5
5. - NaCl (tidak mengalami hidrolisis)
NaCl + H2O → NaOH + HCl
NaCl → Na+ + Cl
−
Na+ + H2O → (tidak ada reaksi)
Cl− + H2O → (tidak ada reaksi)
Ion Na+ berasal dari basa kuat dan ion Cl
− berasal dari asam kuat,
sehingga tidak akan terhidrolisis akan tetapi mengalami hidrasi (dikelilingi
oleh molekul-molekul H2O).
- Al2(SO4)3 (mengalami hidrolisis parsial)
Al2(SO4)3 + 6 H2O → 2Al(OH)3 +H2SO4
Al2(SO4)3 → Al3+
+ SO42−
Al3+
+ H2O Al(OH)3 + H+ (terhidrolisis)
SO42−
+ H2O → (tidak ada reaksi)
Ion Al3+
berasal dari basa lemah sehingga akan terhidrolisis, sedangkan
ion SO42−
berasal dari asam kuat sehingga tidak akan terhidrolisis. Maka
dari itu, garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami
hidrolisis sebagian (parsial).
- NaOCl (mengalami hidrolisis parsial)
NaOCl + H2O → HOCl + NaOH
NaOCl → Na+ + OCl
−
Na+ + H2O → (tidak ada reaksi)
OCl− + H2O HOCl + OH
− (terhidrolisis)
Ion Na+ berasal dari basa kuat sehingga tidak akan terhidrolisis,
sedangkan ion OCl−berasal dari asam lemah sehingga akan terhidrolisis.
141
Maka dari itu, garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat
mengalami hidrolisis sebagian (parsial).
- CH3COONH4 (mengalami hidrolisis total)
CH3COONH4+ H2O → CH3COOH + NH4OH
CH3COONH4 → CH3COO− + NH4
+
CH3COO−
+ H2O CH3COOH + OH−
NH4+ + H2O NH3 + H3O
+
Ion CH3COO− berasal dari asam lemah dan ion NH4
+ berasal dari basa
lemah sehingga akan terhidrolisis. Maka dari itu, garam yang terbentuk
dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis total
(sempurna).
Skor Maksimal: 6
6. Campuran larutan yang menghasilkan garam terhidrolisis adalah:
a. 100 mL HCl 0,1 M + 100 mL NaOH 0,1 M
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Awal : 10 mmol 10 mmol
Bereaksi : −10 mmol −10 mmol +10 mmol
Setimbang : − − 10 mmol
Tidak menghasilkan garam terhidrolisis karena terbentuk dari asam kuat
dan basa kuat.
b. 100 mL CH3COOH 0,1 M+ 50 mL NaOH 0,1 M
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Awal : 10 mmol 5 mmol
Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol
Setimbang : 5 mmol − 5 mmol
Bukan merupakan hidrolisis garam karena menyisakan asam dan
garamnya yang merupakan larutan penyangga (buffer).
c. 50 mL NH4OH 0,1 M + 50 mL HCl 0,1 M
NH4OH + HCl → NH4Cl + H2O
Awal : 5 mmol 5 mmol
142
Bereaksi : −5 mmol −5 mmol +5 mmol
Setimbang : − − 5 mmol
Menghasilkan garam terhidrolisis karena terbentuk dari asam kuat dan
basa lemah. Dalam reaksi merupakan hidrolisis garam karena menyisakan
garamnya.
Skor Maksimal: 12
7. a. K2SO4 (garam netral)
K2SO4 → K+
+ SO42−
K+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
SO42−
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
b. NH4Cl (garam asam)
NH4Cl → NH4+ + Cl
−
NH4+
+ H2O NH3 +H3O+
(terhidrolisis)
Cl− + H2O → (Tidak ada reaksi)
c. NaHCO3 (garam basa)
NaHCO3 → Na+
+ HCO3−
Na+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
HCO3−
+ H2O H2CO3 + OH
− (terhidrolisis)
d. Ca(CH3COO)2 (garam basa)
Ca(CH3COO)2 → Ca2+
+ CH3COO−
Ca2+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
CH3COO−
+ H2O CH3COOH + OH−
(terhidrolisis)
e. NH4NO3 (garam asam)
NH4NO3 → NH4+
+ NO3−
NH4+ + H2O NH3 +H3O
+ (terhidrolisis)
NO3−
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
Skor Maksimal: 20
8. CH3COONa → Na+ + CH3COO
−
Na+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
143
CH3COO−
+ H2O CH3COOH + OH−
(garam basa)
pH = 9
POH = 14 – 9
= 5
[OH−] = 10
−5
Skor Maksimal: 8
9. a. NH4Cl (garam asam)
NH4Cl → NH4+ + Cl
−
NH4+
+ H2O NH3 +H3O+
(terhidrolisis)
Cl− + H2O → (Tidak ada reaksi)
pH = 8
[H+] = 10
−8
144
b. KNO2 (garam basa)
KNO2 → K+
+ NO2−
K+
+ H2O → (Tidak ada reaksi)
NO2− + H2O HNO2 +OH
− (terhidrolisis)
pH = 8
POH = 14 – 8
= 6
[OH−] = 10
−6
c. NaNO3
NaNO3 → Na+ + NO3−
Na+ + H2O → (Tidak ada reaksi)
145
NO3− + H2O → (Tidak ada reaksi)
Garam NaNO3 tidak bisa digunakan untuk membuat pH = 8 karena
bersifat netral dengan pH = 7.
Skor Maksimal: 4
10. Informasi yang dapat diperoleh dari kurva titrasi tersebut adalah:
a. - Merupakan kurva titrasi asam kuat dan basa kuat.
- Basa kuat yang ditambahkan ke asam kuat.
- Kurva dimulai pada pH rendah (±1) yang menunjukan asam kuat dan
berakhir pada pH tinggi (±13) yang menunjukan basa kuat.
- Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH=7.
- Merupakan garam netral.
b. - Merupakan kurva titrasi asam kuat dan basa lemah
- Basa lemah yang ditambahkan ke asam kuat.
- Kurva dimulai pada pH rendah (±1) yang menunjukan asam kuat dan
berakhir pada pH ±10 yang menunjukan basa lemah.
- Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH<7
- Merupakan garam asam.
c. - Merupakan kurva titrasi asam lemah dan basa kuat
- Basa kuat yang ditambahkan ke asam lemah.
- Kurva dimulai pada pH ±3 yang menunjukan asam lemah dan berakhir
pada pH ±13 yang menunjukan basa kuat.
- Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH>7.
- Merupakan garam basa.
d. - Merupakan kurva titrasi basa lemah dan asam lemah
- Asam lemah yang ditambahkan ke basa lemah.
- Kurva dimulai pada pH ±10 yang menunjukan basa lemah dan
berakhir pada pH ±3 yang menunjukan asam lemah.
- Titik ekuivalen ditunjukan dengan pH~7 karena sulit diamati, akibat
tidak terdapat kenaikan pH yang tajam.
Skor Maksimal: 16
146
RUBRIK PENILAIAN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
1. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menjawab sebanyak ≥ 7 aplikasi
- Skor 3 jika menjawab sebanyak 5 – 6 aplikasi
- Skor 2 jika menjawab sebanyak 3 – 4 aplikasi
- Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 – 2 aplikasi
- Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah
2. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menjawab sebanyak ≥ 4 alasan tepat
- Skor 3 jika menjawab sebanyak 3 alasan tepat
- Skor 2 jika menjawab sebanyak 2 alasan tepat
- Skor 1 jika menjawab sebanyak 1 alasan tepat
- Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah
3. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menjawab sebanyak 3 – 4 gagasan
- Skor 2 jika menjawab sebanyak 1 – 2 gagasan
- Skor 0 jika tidak menjawab sama sekali/jawaban salah
4. Skor Maksimal = 5
- Skor 5 jika terdapat hubungan serta penjelasan tepat
- Skor 3 jika terdapat hubungan tetapi penjelasan kurang tepat
- Skor 1 jika terdapat hubungan tetapi tidak ada penjelasan
5. Skor Maksimal = 6
- Skor 6 jika pengelompokkan benar dengan persamaan reaksi tepat
- Skor 5 jika pengelompokkan kurang benar tetapi persamaan reaksi tepat
- Skor 4 jika pengelompokkan benar tetapi persamaan reaksi kurang tepat
- Skor 3 jika pengelompokkan kurang benar dan persamaan reaksi kurang tepat
- Skor 2 jika pengelompokkan benar tetapi tidak ada persamaan reaksi
- Skor 1 jika pengelompokkan kurang benar tetapi tidak ada persamaan reaksi
- Skor 0 jika penjelasan salah dan tidak ada persamaan reaksinya
6. Skor Maksimal = 12
a. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar
- Skor 3 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang benar
- Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan benar
- Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan
kurang benar
b. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar
- Skor 3 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang benar
- Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan benar
- Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan
kurang benar
c. Skor Maksimal = 4
Lampiran B6 : Rubrik Penilaian Tes Berpikir Kreatif (Setelah Uji Validitas)
147
- Skor 4 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan benar
- Skor 3 jika menuliskan reaksi kesetimbangan tepat dan penjelasan kurang benar
- Skor 2 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan benar
- Skor 1 jika menuliskan reaksi kesetimbangan kurang tepat dan penjelasan
kurang benar
7. Skor Maksimal = 20
a. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar
- Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah
- Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan
benar
- Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan
salah
- Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar
- Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah
b. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar
- Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah
- Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan
benar
- Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan
salah
- Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar
- Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah
c. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar
- Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah
- Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan
benar
- Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan
salah
- Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar
- Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah
d. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar
- Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah
- Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan
benar
- Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan
salah
- Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar
- Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah
e. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan benar
- Skor 3 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat dan sifat larutan salah
- Skor 2 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan
benar
148
- Skor 1 jika menuliskan persamaan reaksi ionisasi kurang tepat dan sifat larutan
salah
- Skor 1 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan benar
- Skor 0 jika tidak menuliskan persamaan reaksi ionisasi dan sifat larutan salah
8. Skor Maksimal = 8
- Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat
- Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur
- Skor 1 untuk nilai konsentrasi benar
- Skor 1 untuk perhitungan mencari mol
- Skor 1 untuk nilai mol benar
- Skor 1 untuk perhitungan mencari massa
- Skor 1 untuk nilai massa benar
9. Skor Maksimal = 4
- Skor 1 untuk penjelasan benar
- Skor 1 untuk menuliskan persamaan reaksi ionisasi tepat
- Skor 2 untuk perhitungan pH dengan teratur
- Skor 1 untuk nilai konsentrasi benar
10. Skor Maksimal = 16
a. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat
- Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat
- Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat
- Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat
- Skor 0 jika memberikan informasi salah
b. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat
- Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat
- Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat
- Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat
- Skor 0 jika memberikan informasi salah
c. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat
- Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat
- Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat
- Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat
- Skor 0 jika memberikan informasi salah
d. Skor Maksimal = 4
- Skor 4 jika memberikan ≥3 informasi dan tepat
- Skor 3 jika memberikan ≥3 informasi dan kurang tepat
- Skor 2 jika memberikan <3 informasi dan tepat
- Skor 1 jika memberikan <3 informasi dan kurang tepat
- Skor 0 jika memberikan informasi salah
149
LEMBAR OBSERVASI
KETERLAKSANAAN TAHAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING
TAHAP 1
Sub Materi : Sifat Larutan Garam
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
Petunjuk pengisian:
Berilah nilai pada kolom kode siswa sesuai dengan hasil observasi anda terhadap
keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh siswa.
Tahapan Model Inkuiri
Terbimbing
Kode Siswa Keterangan
1 2 3 4 5
Membuat rumusan masalah
berdasarkan fenomena yang
dijelaskan oleh guru
Membuat hipotesis dengan
memperhatikan terminologi
Mengumpulkan data meliputi:
- Merancang percobaan melalui
arahan percobaan pada LKS
- Mencatat hasil percobaan dalam
sebuah tabel hasil pengamatan
Menganalisis data dengan menjawab
pertanyaan dalam LKS
Membuat kesimpulan
Keterangan skor:
5 = Sangat baik 3 = Sedang 1 = Buruk Sekali
4 = Baik 2 = Buruk
Observer
Lampiran B7: Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen
150
LEMBAR OBSERVASI
KETERLAKSANAAN TAHAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING
TAHAP 2
Sub Materi : pH Larutan Garam
Anggota Kelompok :
6.
7.
8.
9.
10.
Petunjuk pengisian:
Berilah nilai pada kolom kode siswa sesuai dengan hasil observasi anda terhadap
keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh siswa.
Tahapan Model Inkuiri
Terbimbing
Kode Siswa Keterangan
1 2 3 4 5
Membuat rumusan masalah
berdasarkan fenomena yang
dijelaskan oleh guru
Membuat hipotesis dengan
memperhatikan terminologi
Mengumpulkan data meliputi:
- Merancang percobaan melalui
arahan percobaan pada LKS
- Mencatat hasil percobaan dalam
sebuah tabel hasil pengamatan
Menganalisis data dengan menjawab
pertanyaan dalam LKS
Membuat kesimpulan
Keterangan skor:
5 = Sangat baik 3 = Sedang 1 = Buruk Sekali
4 = Baik 2 = Buruk
Observer
151
RUBRIK PENILAIAN OBSERVASI
TAHAP 1
1. Merumuskan masalah
- Skor 5 jika siswa membuat 2 rumusan masalah dengan benar
- Skor 4 jika siswa membuat 2 rumusan masalah dan keduanya kurang
benar
- Skor 3 jika siswa membuat 1 rumusan masalah dengan benar
- Skor 2 jika siswa membuat 1 rumusan masalah kurang benar
- Skor 1 jika siswa membuat rumusan masalah salah
Skor Maksimal = 5
2. Membuat Hipotesis
- Skor 5 jika siswa membuat 2 hipotesis dengan benar
- Skor 4 jika siswa membuat 2 hipotesis dan keduanya kurang benar
- Skor 3 jika siswa membuat 1 hipotesis dengan benar
- Skor 2 jika siswa membuat 1 hipotesis kurang benar
- Skor 1 jika siswa membuat hipotesis salah
Skor Maksimal = 5
3. Mengumpulkan Data
Merancang Percobaan
- Skor 5 jika membuat rancangan percobaan tepat dengan menjawab
pertanyaan arahan percobaan benar
- Skor 4 jika membuat rancangan percobaan tepat dengan menjawab
pertanyaan arahan percobaan kurang benar
- Skor 3 jika membuat rancangan percobaan kurang tepat dengan
menjawab pertanyaan arahan percobaan benar
- Skor 2 jika membuat rancangan percobaan kurang tepat dan menjawab
pertanyaan arahan percobaan kurang benar
- Skor 1 jika membuat rancangan percobaan dan menjawab pertanyaan
arahan percobaan salah
Skor Maksimal = 5
Lampiran B8 : Rubrik Penilaian Observasi
152
Mencatat Hasil Percobaan
- Skor 5 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat
larutan benar sebanyak ≥ 6 larutan
- Skor 4 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat
larutan benar sebanyak 4−5 larutan
- Skor 3 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat
larutan benar sebanyak 2−3 larutan
- Skor 2 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat
larutan benar sebanyak 1 larutan
- Skor 1 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat
larutan salah
Skor Maksimal = 5
4. Analisis Data
- Skor 5 jika siswa menjawab 3 pertanyaan dengan benar
- Skor 4 jika siswa menjawab 2 pertanyaan dengan benar
- Skor 3 jika siswa menjawab 1 pertanyaan dengan benar
- Skor 2 jika siswa menjawab pertanyaan kurang benar
- Skor 1 jika siswa menjawab pertanyaan salah
Skor Maksimal = 5
5. Membuat Kesimpulan
- Skor 5 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan tepat
- Skor 3 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan kurang tepat
- Skor 1 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan salah
Skor Maksimal = 5
153
RUBRIK PENILAIAN OBSERVASI
TAHAP 2
1. Merumuskan masalah
- Skor 5 jika siswa membuat 2 rumusan masalah dengan benar
- Skor 4 jika siswa membuat 2 rumusan masalah dan keduanya kurang
benar
- Skor 3 jika siswa membuat 1 rumusan masalah dengan benar
- Skor 2 jika siswa membuat 1 rumusan masalah kurang benar
- Skor 1 jika siswa membuat rumusan masalah salah
Skor Maksimal = 5
2. Membuat Hipotesis
- Skor 5 jika siswa membuat 2 hipotesis dengan benar
- Skor 4 jika siswa membuat 2 hipotesis dan keduanya kurang benar
- Skor 3 jika siswa membuat 1 hipotesis dengan benar
- Skor 2 jika siswa membuat 1 hipotesis kurang benar
- Skor 1 jika siswa membuat hipotesis salah
Skor Maksimal = 5
3. Mengumpulkan Data
Merancang Percobaan
- Skor 5 jika membuat rancangan percobaan tepat dengan menjawab
pertanyaan arahan percobaan benar
- Skor 4 jika membuat rancangan percobaan tepat dengan menjawab
pertanyaan arahan percobaan kurang benar
- Skor 3 jika membuat rancangan percobaan kurang tepat dengan
menjawab pertanyaan arahan percobaan benar
- Skor 2 jika membuat rancangan percobaan kurang tepat dan menjawab
pertanyaan arahan percobaan kurang benar
- Skor 1 jika membuat rancangan percobaan dan menjawab pertanyaan
arahan percobaan salah
Skor Maksimal = 5
154
Mencatat Hasil Percobaan
- Skor 5 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat
larutan benar sebanyak ≥ 6 larutan
- Skor 4 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat
larutan benar sebanyak 4−5 larutan
- Skor 3 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat
larutan benar sebanyak 2−3 larutan
- Skor 2 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat
larutan benar sebanyak 1 larutan
- Skor 1 jika siswa mencatat hasil percobaan dan menentukan sifat
larutan salah
Skor Maksimal = 5
4. Analisis Data
- Skor 5 jika siswa menjawab 4 pertanyaan dengan benar
- Skor 4 jika siswa menjawab 3 pertanyaan dengan benar
- Skor 3 jika siswa menjawab 2 pertanyaan dengan benar
- Skor 2 jika siswa menjawab 1 pertanyaan dengan benar
- Skor 1 jika siswa menjawab pertanyaan kurang benar
Skor Maksimal = 5
5. Membuat Kesimpulan
- Skor 5 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan tepat
- Skor 3 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan kurang tepat
- Skor 1 jika siswa membuat kesimpulan dengan penjelasan salah
Skor Maksimal = 5
161
Lampiran. Hasil Pretest dan Posttest Siswa Kelas Eksperimen
DATA NILAI KELAS EKSPERIMEN (PRETEST DAN POSTTEST )
No. Nama Siswa Kelas Eksperimen
Pretest Posttest
1 Aas Nurasiah 30 88
2 Abdul Manan 35 73
3 Adzkia Fahruz Zulmi 28 88
4 Andri Suyanto 27 70
5 Eneng Solihat 28 70
6 Fuad Hasan 30 75
7 Hermansyah 41 84
8 Indriani 23 61
9 Inta Irwana 41 84
10 Isam Ismaya 28 78
11 Jamilatusyadiah 33 61
12 Kamaludin 36 84
13 Lika Sauqiah 29 55
14 Miftahul Hayat 29 69
15 Munir 22 55
16 Niman Ganim 31 73
17 Nurul Komarudin 37 84
18 Onya Nuryana 28 67
19 Rafi Mulki 33 90
20 Sifa Nurohmah 23 58
21 Siti Halimah 41 78
22 Siti Rohmat 25 61
23 Siti Sawiyah 25 69
24 Taufik Hidayat 31 84
25 Yayan Nuriah 25 73
26 Yayang Kurniawan 35 75
Jumlah 794 1907
Mean 30,54 73,35
Median 29,5 74
Modus 27,5 75,5
Standar Deviasi 5,57 10,56
Varians 30,98 111,60
162
Lampiran. Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas Kontrol
DATA NILAI KELAS KONTROL (PRETEST DAN POSTTEST )
No. Nama Siswa Kelas Kontrol
Pretest Posttest
1 Abdul Kholik 27 40
2 Andri Maulana 39 55
3 Animan Mulyana 27 42
4 Devi Ratna Sari 28 81
5 Farida 33 52
6 Hendra Ardiansyah 28 52
7 Hoerudin 41 73
8 Intan Nur'aeni 37 52
9 Jaelani 36 45
10 Lindawati 29 66
11 Liri Saifullah 33 51
12 M. Ismail Sholeh 42 76
13 Miftah Maulana 27 55
14 Neng Sari 28 47
15 Nurmia 39 57
16 Omid Sahmidi 33 57
17 Ratu Iqrimah 40 81
18 Seri Mulyati 27 57
19 Siti Aisah 27 63
20 Siti Suci Nurjanah 31 47
21 Siti Suhaebah 27 40
22 Tiyas Wahyuni 40 77
23 Wahyudin 27 63
24 Wawan 39 43
25 Yulia Ningsih 25 77
26 Zulfi Hamid Fauzi 35 63
Jumlah 845 1512
Mean 32,50 58,15
Median 31,25 56,3
Modus 26,5 50
Standar Deviasi 5,60 12,94
Varians 31,38 167,42
163
Lampiran C3 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (Pretest)
No. Responden
Nomor Soal Jumlah
Skor Nilai Fluency Flexibility Elaboration Originality
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 AE 1 2 1 3 2 4 4 0 0 8 25 30
2 BE 2 2 2 1 2 4 8 0 0 8 29 35
3 CE 1 1 3 3 2 2 4 0 0 7 23 28
4 DE 1 2 2 3 2 4 4 0 0 4 22 27
5 EE 1 1 1 3 3 2 4 0 0 8 23 28
6 FE 1 2 2 1 2 4 6 0 0 7 25 30
7 GE 2 1 3 3 3 6 8 0 0 8 34 41
8 HE 1 1 2 3 2 4 2 0 0 4 19 23
9 IE 2 2 3 3 3 6 8 0 0 7 34 41
10 JE 1 2 2 1 1 4 4 0 0 8 23 28
11 KE 1 3 2 3 2 4 4 0 0 8 27 33
12 LE 1 2 3 4 2 4 6 0 0 8 30 36
13 ME 1 1 2 3 2 4 4 0 0 7 24 29
14 NE 1 2 2 2 2 3 4 0 0 8 24 29
15 OE 1 1 2 2 2 2 4 0 0 4 18 22
16 PE 1 3 3 3 2 6 4 0 0 4 26 31
17 QE 2 1 3 1 3 6 8 0 0 7 31 37
18 RE 1 2 1 2 2 4 4 0 0 7 23 28
19 SE 2 2 2 3 3 4 4 0 0 7 27 33
20 TE 1 1 1 1 1 4 6 0 0 4 19 23
21 UE 2 2 2 3 3 4 10 0 0 8 34 41
164
22 PE 0 1 2 3 2 4 2 0 0 7 21 25
23 WE 0 2 1 3 2 2 4 0 0 7 21 25
24 XE 1 2 2 1 2 6 4 0 0 8 26 31
25 YE 0 2 2 1 2 4 6 0 0 4 21 25
26 ZE 1 1 1 3 3 6 6 0 0 8 29 35
Jumlah 29 44 52 62 57 107 132 0 0 175 658 793
Skor Maksimal 104 104 104 130 156 312 520 208 104 416 2158 2600
Presentase (%) 27,9 42,3 50 47,7 36,5 34,3 25,4 0 0 42,1 30,54
Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen (Pretest)
No. Indikator Nomor Soal Total Skor (%) Rata-rata (%) Kriteria
1 Fluency
(Berpikir Lancar) 1 27,9 27,90 Kurang Kreatif
2 Flexibility
(Berpikir Luwes)
2 42,3
44,13 Cukup Kreatif 3 50,0
4 47,7
5 36,5
3 Elaboration
(Berpikir Merinci)
6 34,3
14,93 Tidak Kreatif 7 25,4
8 0
9 0
4 Originality
(Berpikir Orisinal) 10 42,1 42,10 Cukup Kreatif
165
Lampiran C4 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (Posttest)
No. Responden
Nomor Soal Jumlah
Skor Nilai Fluency Flexibility Elaboration Originality
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 AE 4 3 4 4 5 11 18 6 4 14 73 88
2 BE 4 3 3 3 3 11 10 8 4 12 61 73
3 CE 4 3 4 4 5 11 18 6 4 14 73 88
4 DE 4 3 4 3 3 9 10 3 4 15 58 70
5 EE 4 4 4 3 3 6 8 6 4 16 58 70
6 FE 4 4 3 5 2 11 10 3 4 16 62 75
7 GE 4 3 4 3 6 11 17 6 4 12 70 84
8 HE 4 3 3 3 2 4 6 8 4 14 51 61
9 IE 4 3 4 4 5 11 15 6 4 14 70 84
10 JE 4 4 3 5 3 10 10 6 4 16 65 78
11 KE 4 3 3 3 4 4 4 6 4 16 51 61
12 LE 4 3 4 5 6 12 19 3 3 11 70 84
13 ME 4 2 3 3 1 4 5 4 4 16 46 55
14 NE 4 2 3 3 1 11 6 7 4 16 57 69
15 OE 3 2 2 3 2 4 6 6 4 14 46 55
16 PE 3 3 3 4 4 11 10 6 4 13 61 73
17 QE 4 3 4 3 5 12 15 8 4 12 70 84
18 RE 4 2 4 3 4 6 8 6 4 15 56 67
19 SE 4 3 4 4 6 12 18 8 4 12 75 90
20 TE 4 3 4 3 2 7 6 3 4 12 48 58
21 UE 4 3 4 5 4 11 10 6 4 14 65 78
166
22 PE 4 4 3 3 1 8 4 5 4 15 51 61
23 WE 4 3 3 3 4 6 10 6 4 14 57 69
24 XE 4 2 4 5 5 11 18 3 4 14 70 84
25 YE 4 2 3 3 4 11 8 6 4 16 61 73
26 ZE 3 2 4 3 4 9 10 8 4 15 62 75
Jumlah 101 75 91 93 94 234 279 149 103 368 1587 1907
Skor Maksimal 104 104 104 130 156 312 520 208 104 416 2158 2600
Presentase (%) 97,1 72,1 87,5 71,5 60,3 75 53,7 71,6 99 88,5 73,35
Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen (Posttest)
No. Indikator Nomor Soal Total Skor (%) Rata-rata (%) Kriteria
1 Fluency
(Berpikir Lancar) 1 97,1 97,10 Sangat Kreatif
2 Flexibility
(Berpikir Luwes)
2 72,1
72,85 Kreatif 3 87,5
4 71,5
5 60,3
3 Elaboration
(Berpikir Merinci)
6 75,0
74,80 Kreatif 7 53,7
8 71,6
9 99,0
4 Originality
(Berpikir Orisinal) 10 88,5 88,50 Sangat Kreatif
167
Lampiran C5 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol (Pretest)
No. Responden
Nomor Soal Jumlah
Skor Nilai Fluency Flexibility Elaboration Originality
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 AC 1 1 2 3 2 4 2 0 0 7 22 27
2 BC 2 2 2 3 3 4 8 0 0 8 32 28
3 CC 1 1 2 3 2 4 2 0 0 7 22 33
4 DC 1 1 1 3 3 2 4 0 0 8 23 27
5 EC 1 3 2 3 2 4 4 0 0 8 27 28
6 FC 1 2 2 1 1 4 4 0 0 8 23 41
7 GC 2 2 3 3 3 6 8 0 0 7 34 37
8 HC 2 1 3 1 3 6 8 0 0 7 31 36
9 IC 1 2 3 4 2 4 6 0 0 8 30 29
10 JC 1 1 2 3 2 4 4 0 0 7 24 33
11 KC 2 2 2 3 3 4 4 0 0 7 27 42
12 LC 2 2 3 3 3 6 8 0 0 8 35 27
13 MC 1 1 1 1 1 4 6 0 0 7 22 28
14 NC 0 1 2 3 2 4 4 0 0 7 23 39
15 OC 2 2 2 3 3 4 8 0 0 8 32 33
16 PC 1 1 1 1 3 6 6 0 0 8 27 40
17 QC 2 2 1 3 3 4 10 0 0 8 33 27
18 RC 1 2 2 1 2 4 6 0 0 4 22 39
19 SC 1 2 2 1 2 6 4 0 0 8 26 31
20 TC 0 1 2 2 2 3 4 0 0 8 22 27
21 UC 2 2 1 3 3 4 10 0 0 8 33 40
168
Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol (Pretest)
22 PC 1 1 2 2 2 2 4 0 0 8 22 27
23 WC 2 1 3 1 3 6 8 0 0 8 32 39
24 XC 1 2 2 1 1 2 6 0 0 7 22 27
25 YC 1 2 2 1 2 2 4 0 0 7 21 25
26 ZC 2 2 2 1 2 4 8 0 0 8 29 35
Jumlah 34 42 52 57 60 107 150 0 0 194 696 845
Skor Maksimal 104 104 104 130 156 312 520 208 104 416 2158 2600
Presentase (%) 32,7 40,4 50 43,9 38,5 34,3 28,9 0 0 46,6 32,50
No. Indikator Nomor Soal Total Skor (%) Rata-rata (%) Kriteria
1 Fluency
(Berpikir Lancar) 1 32,7 32,70 Kurang Kreatif
2 Flexibility
(Berpikir Luwes)
2 40,4
43,20 Cukup Kreatif 3 50
4 43,9
5 38,5
3 Elaboration
(Berpikir Merinci)
6 34,3
15,80 Tidak Kreatif 7 28,9
8 0
9 0
4 Originality
(Berpikir Orisinal) 10 46,6 46,60 Cukup Kreatif
169
Lampiran C6 : Hasil Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol (Posttest)
No. Responden
Nomor Soal Jumlah
Skor Nilai Fluency Flexibility Elaboration Originality
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 AC 1 1 2 3 2 4 4 3 4 9 33 42
2 BC 2 3 1 1 3 10 8 6 3 9 46 81
3 CC 1 1 2 2 2 4 6 3 2 12 35 52
4 DC 3 2 1 3 6 9 16 8 4 15 67 40
5 EC 3 1 2 1 3 6 10 6 4 7 43 52
6 FC 3 2 2 1 2 9 6 6 4 8 43 73
7 GC 2 3 2 3 4 11 15 6 4 11 61 52
8 HC 3 2 3 3 3 9 6 3 2 9 43 45
9 IC 2 2 2 2 2 9 6 3 2 7 37 66
10 JC 2 1 1 3 4 9 15 6 2 12 55 51
11 KC 1 3 2 3 3 9 6 3 4 8 42 76
12 LC 3 2 2 4 5 11 10 8 4 14 63 55
13 MC 3 1 2 3 3 11 8 4 2 9 46 47
14 NC 3 1 2 1 3 6 10 3 2 8 39 57
15 OC 2 2 1 3 2 10 6 6 3 12 47 57
16 PC 2 2 3 2 3 6 8 6 4 11 47 81
17 QC 3 2 1 3 6 11 15 8 4 14 67 63
18 RC 2 2 1 1 2 11 8 6 4 15 52 55
19 SC 2 2 1 3 1 9 4 6 2 9 39 47
20 TC 2 1 1 1 2 4 8 4 2 8 33 40
21 UC 3 3 1 3 4 11 15 8 4 12 64 77
170
22 PC 3 1 2 1 5 9 15 6 4 6 52 63
23 WC 3 2 2 2 2 4 4 3 2 12 36 43
24 XC 3 2 2 1 1 9 8 6 3 12 47 57
25 YC 3 2 2 3 5 12 15 6 4 12 64 77
26 ZC 2 2 2 1 2 9 6 8 4 16 52 63
Jumlah 62 48 45 57 80 222 238 141 83 277 1253 1512
Skor Maksimal 104 104 104 130 156 312 520 208 104 416 2158 2600
Presentase (%) 59,6 46,2 43,3 43,9 51,3 71,2 45,8 67,8 79,8 66,6 58,15
Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indikator Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol (Posttest)
No. Indikator Nomor Soal Total Skor (%) Rata-rata (%) Kriteria
1 Fluency
(Berpikir Lancar) 1 59,6 59,60 Cukup Kreatif
2 Flexibility
(Berpikir Luwes)
2 46,2
46,18 Cukup Kreatif 3 43,3
4 43,9
5 51,3
3 Elaboration
(Berpikir Merinci)
6 71,2
66,15 Kreatif 7 45,8
8 67,8
9 79,8
4 Originality
(Berpikir Orisinal) 10 66,6 66,60 Kreatif
171
Lampiran C7 : Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen
HASIL PERHITUNGAN LEMBAR OBSERVASI SISWA TAHAP 1
Kelompok Tahapan Model
Inkuiri Terbimbing
Kode Siswa Rata-
Rata (%)
1 2 3 4 5
1
Merumuskan Masalah 5 4 3 3 4 3,8 76
Merumuskan Hipotesis 4 5 3 3 4 3,8 76
Mengumpulkan Data 4,5 4 4 4 5 4,25 85
Analisis Data 4 4 4 4 4 4 80
Membuat Kesimpulan 5 5 4 4 5 4,6 92
2
Merumuskan Masalah 4 4 3 3 4 3,6 72
Merumuskan Hipotesis 3 3 3 3 4 3,2 64
Mengumpulkan Data 4 3,5 3,5 3,5 4 4 80
Analisis Data 4 3 3 3 4 3,4 68
Membuat Kesimpulan 4 4 3 3 4 3,6 72
3
Merumuskan Masalah 4 4 3 3 4 3,6 72
Merumuskan Hipotesis 4 4 3 3 3 3,4 68
Mengumpulkan Data 5 5 4 4 4 4,4 88
Analisis Data 4 4 3 3 3 3,4 68
Membuat Kesimpulan 5 5 4 4 4 4,4 88
4
Merumuskan Masalah 5 5 4 4 4 4,4 88
Merumuskan Hipotesis 4 5 3 4 3 3,8 76
Mengumpulkan Data 4,5 4,5 4 5 4,5 4,5 90
Analisis Data 4 5 3 4 4 4 80
Membuat Kesimpulan 5 5 4 5 4 4,6 92
5
Merumuskan Masalah 4 3 3 3 4 3,4 68
Merumuskan Hipotesis 4 3 3 3 3 3,2 64
Mengumpulkan Data 4,5 3,5 3,5 4 3 3,5 70
Analisis Data 4 3 3 3 3 3,2 64
Membuat Kesimpulan 5 3 4 3 3 3,6 72
6
Merumuskan Masalah 4 4 4 5 4 4,2 84
Merumuskan Hipotesis 3 3 4 4 5 3,8 76
Mengumpulkan Data 3,5 3,5 4 5 5 4,67 93
Analisis Data 4 3 4 4 5 4 80
Membuat Kesimpulan 5 4 4 5 5 4,6 92
172
HASIL PERHITUNGAN LEMBAR OBSERVASI SISWA TAHAP 2
Kelompok Tahapan Model
Inkuiri Terbimbing
Kode Siswa Rata-
Rata (%)
1 2 3 4 5
1
Merumuskan Masalah 5 4 4 4 4 4,2 84
Merumuskan Hipotesis 4 5 4 4 4 4,2 84
Mengumpulkan Data 5 4 4,5 4 5 4,5 90
Analisis Data 5 4 5 4 5 4,6 92
Membuat Kesimpulan 5 4 5 4 5 4,6 92
2
Merumuskan Masalah 4 4 4 3 4 3,8 76
Merumuskan Hipotesis 4 4 3 4 4 3,8 76
Mengumpulkan Data 4,5 4 4 4 4 4 80
Analisis Data 5 3 3 4 4 3,8 76
Membuat Kesimpulan 5 4 4 3 5 4,2 84
3
Merumuskan Masalah 4 4 3 3 4 3,6 72
Merumuskan Hipotesis 4 4 3 3 4 3,6 72
Mengumpulkan Data 5 5 4 4 4 4,4 88
Analisis Data 5 5 4 4 4 4,4 88
Membuat Kesimpulan 5 5 5 4 4 4,6 92
4
Merumuskan Masalah 5 5 4 4 4 4,4 88
Merumuskan Hipotesis 4 5 4 4 4 4,2 84
Mengumpulkan Data 4,5 4,5 4 5 4,5 4,5 90
Analisis Data 4 4 4 4 4 4 80
Membuat Kesimpulan 4 4 4 4 4 4 80
5
Merumuskan Masalah 4 4 3 4 4 3,8 76
Merumuskan Hipotesis 4 3 3 4 4 3,6 72
Mengumpulkan Data 5 4 4 4,5 4 4,3 85
Analisis Data 4 3 4 4 4 3,8 76
Membuat Kesimpulan 5 4 4 5 4 4,4 88
6
Merumuskan Masalah 4 4 4 5 5 4,4 88
Merumuskan Hipotesis 4 4 4 4 5 4,2 84
Mengumpulkan Data 4 4 4,5 5 5 4,5 90
Analisis Data 4 4 5 5 5 4,6 92
Membuat Kesimpulan 4 4 5 5 5 4,6 92
173
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Lembar Observasi Siswa
Keterlaksanaan Tahapan Model Inkuiri Terbimbing
No. Tahapan Model
Inkuiri Terbimbing
Persentase (%) Rata-
Rata Kategori
Tahap 1 Tahap 2
1 Merumuskan Masalah 76 81 79 Baik
2 Merumuskan Hipotesis 71 79 75 Baik
3 Mengumpulkan Data 84 87 86 Sangat Baik
4 Analisis Data 73 84 79 Baik
5 Membuat Kesimpulan 85 88 87 Sangat Baik
Rata-Rata Keseluruhan 81,2 Sangat Baik
174
Lampiran D1 : Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest)
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN (PRETEST)
1. Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar
22 23 23 25 25 25 27 28 28 28
28 29 29 30 30 31 31 33 33 35
35 36 37 41 41 41
2. Banyak Kelas
Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 26
= 5,67 ≈ 5 (dibulatkan ke bawah)
3. Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Data terbesar – Data terkecil
= 41 – 22
= 19
4. Panjang Kelas Interval
Panjang Kelas (P) =
=
= 3,8 ≈ 4 (dibulatkan ke atas)
5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest)
Interval Batas
Bawah
Batas
Atas fi xi xi
2 fi . xi fi . xi
2 fka fkb
Frek
Absolut
Frek
Relatif
22 – 25 21,5 25,5 6 23,5 552 141 3313.5 6 26 6 23,1
26 – 29 25,5 29,5 7 27,5 756 193 5293.8 13 20 7 26,9
30 – 33 29,5 33,5 6 31,5 992 189 5953.5 19 13 6 23,1
34 – 37 33,5 37,5 4 35,5 1260 142 5041 23 7 4 15,4
38 – 41 37,5 41,5 3 39,5 1560 119 4680.8 26 3 3 11,5
6. Median
Median (Me) = Tb + P│ │
175
n = jumlah siswa
f = frekuensi kelas median
F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median
letak Me = = 13
Kelas median = 26 – 29
Tb (tepi bawah) = 25,5
f = 7
F = 6
Me = Tb + P│ │
= 25,5 + 4 │ │
= 29,5
7. Modus
Modus (Mo) = Tb + p │ │
Mo = nilai yang sering muncul
b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya
b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya
kelas modus = 26 – 29
Tb (tepi bawah) = 25,5
P (panjang kelas) = 4
b1 = 7 – 6 = 1
b2 = 7 – 6 = 1
Mo = Tb + P │ │
= 25,5 + 4 │ │
= 25,5 + 2
= 27,5
176
Lampiran D2 : Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Posttest)
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN (POSTTEST)
1. Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar
55 55 58 61 61 61 67 69 69 70
70 73 73 73 75 75 78 78 84 84
84 84 84 88 88 90
2. Banyak Kelas
Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 26
= 5,67 ≈ 6 (dibulatkan ke atas)
3. Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Data terbesar – Data terkecil
= 90 – 55
= 35
4. Panjang Kelas Interval
Panjang Kelas (P) =
=
= 5,83 ≈ 6 (dibulatkan ke bawah)
5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest)
Interval Batas
Bawah
Batas
Atas fi xi xi2 fi . xi fi . xi2 fka fkb
Frek
Absolut
Frek
Relatif
55 – 60 54,5 60,5 3 57,5 3306 173 9918 3 26 3 11,54
61 – 66 60,5 66,5 3 63,5 4032 191 12097 6 23 3 11,54
67 – 72 66,5 72,5 5 69,5 4830 348 24151 11 20 5 19,23
73 – 78 72,5 78,5 7 75,5 5700 529 39902 18 15 7 26,92
79 – 84 79,5 84,5 5 81,5 6642 408 33211 23 8 5 19,23
85 – 90 84,5 90,5 3 87,5 7656 263 22969 26 3 3 11,54
177
6. Median
Median (Me) = Tb + P│ │
n = jumlah siswa
f = frekuensi kelas median
F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median
letak Me = = 13
Kelas median = 73 – 78
Tb (tepi bawah) = 72,5
f = 7
F = 11
Me = Tb + P│ │
= 72,5 + 6 │ │
= 74
7. Modus
Modus (Mo) = Tb + p │ │
Mo = nilai yang sering muncul
b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya
b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya
kelas modus = 73 – 78
Tb (tepi bawah) = 72,5
P (Panjang Kelas) = 6
b1 = 7 – 5 = 2
b2 = 7 – 5 = 2
Mo = Tb + P │ │
= 72,5 + 6 │ │
= 72,5 + 3
= 75,5
178
Lampiran D3 : Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol (Pretest)
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL (PRETEST)
1. Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar
25 27 27 27 27 27 27 27 28 28
28 29 31 33 33 33 35 36 37 39
39 39 40 40 41 42
2. Banyak Kelas
Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 26
= 5,67 ≈ 6 (dibulatkan ke atas)
3. Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Data terbesar – Data terkecil
= 42 – 25
= 17
4. Panjang Kelas Interval
Panjang Kelas (P) =
=
= 2,83 ≈ 3 (dibulatkan ke atas)
5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest)
Interval Batas
Bawah
Batas
Atas fi xi xi
2 fi . xi fi . xi
2 fka fkb
Frek
Absolut
Frek
Relatif
25 – 27 24,5 27,5 8 26 676 208 5408 8 26 8 30,8
28 – 30 27,5 30,5 4 29 841 116 3364 12 18 4 15,4
31 – 33 30,5 33,5 4 32 1024 128 4096 16 14 4 15,4
34 – 36 33,5 36,5 2 35 1225 70 2450 18 10 2 7,7
37 – 39 36,5 37,5 4 38 1444 152 5776 22 8 4 15,4
40 – 42 39,5 42,5 4 41 1681 164 6724 26 4 4 15,4
179
6. Median
Median (Me) = Tb + P│ │
n = jumlah siswa
f = frekuensi kelas median
F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median
letak Me = = 13
Kelas median = 31 – 33
Tb (tepi bawah) = 30,5
f = 4
F = 12
Me = Tb + P│ │
= 30,5 + 3 │ │
= 31,25
7. Modus
Modus (Mo) = Tb + p │ │
b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya
b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya
kelas modus = 25 – 27
Tb (tepi bawah) = 24,5
P (panjang kelas) = 3
b1 = 8 – 0 = 8
b2 = 8 – 4 = 4
Mo = Tb + P │ │
= 24,5 + 3│ │
= 24,5 + 2
= 26,5
180
Lampiran D4 : Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol (Posttest)
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL (POSTTEST)
1. Urutan nilai dari yang terkecil hingga terbesar
40 40 42 43 45 47 47 51 52 52
52 55 55 57 57 57 63 63 63 66
73 76 77 77 81 81
2. Banyak Kelas
Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 26
= 5,67 ≈ 6 (dibulatkan ke atas)
3. Rentang Kelas
Rentang Kelas (R) = Data terbesar – Data terkecil
= 81 – 40
= 41
4. Panjang Kelas Interval
Panjang Kelas (P) =
=
= 6,83 ≈ 7 (dibulatkan ke atas)
5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Pretest)
Interval Batas
Bawah
Batas
Atas fi xi xi
2 fi . xi fi . xi
2 fka fkb
Frek
Absolut
Frek
Relatif
40 – 46 39,5 46,5 5 43 1849 215 9245 5 26 5 19,2
47 – 53 46,5 53,5 6 50 2500 300 15000 11 21 6 23,1
54 – 60 53,5 60,5 5 57 3249 285 16245 16 15 5 19,2
61 – 67 60,5 67,5 4 64 4096 256 16384 20 10 4 15,4
68 – 74 67,5 74,5 1 71 5041 71 5041 21 6 1 3,9
75 – 81 74,5 81,5 5 78 6084 390 30420 26 5 5 19,2
181
6. Median
Median (Me) = Tb + P│ │
n = jumlah siswa
f = frekuensi kelas median
F = jumlah semua frekuensi diatas kelas median
letak Me = = 13
Kelas median = 54 – 60
Tb (tepi bawah) = 53,5
f = 5
F = 11
Me = Tb + P│ │
= 53,5+ 7 │ │
= 56,3
7. Modus
Modus (Mo) = Tb + p │ │
b1 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat diatasnya
b2 = frekuensi kelas modus – frekuensi terdekat dibawahnya
kelas modus = 47 – 53
Tb (tepi bawah) = 46,5
P (panjang kelas) = 7
b1 = 6 – 5 = 1
b2 = 6 – 5 = 1
Mo = Tb + P │ │
= 46,5 + 7 │ │
= 46,5 + 3,5
= 50
182
Lampiran D5 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretest)
Tabel Persiapan Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretest)
2
2
22 1 484 22 484
23 2 529 46 1058
25 3 625 75 1875
27 1 729 27 729
28 4 784 112 3136
29 2 841 58 1682
30 2 900 60 1800
31 2 961 62 1922
33 2 1089 66 2178
35 2 1225 70 2450
36 1 1296 36 1296
37 1 1369 37 1369
41 3 1681 123 5043
Jumlah 26 12513 794 25022
1. Menentukan Mean
Mean (
=
= 30,54
2. Menentukan Varians
Si2 =
=
=
= 30,98
3. Menentukan Standar Deviasi (Simpangan Baku)
S =
183
=
= 5,57
Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretest)
Perhitungan uji normalitas menggunakan uji liliefors dengan (α) 5% (0,05).
xi fi zi f(zi) s(zi) │f(z)-s(z)|
22 1 -1,533 0,063 0,039 0,024
23 2 -1,354 0,088 0,115 0,028
25 3 -0,995 0,16 0,231 0,071
27 1 -0,636 0,263 0,269 0,007
28 4 -0,456 0,324 0,423 0,099
29 2 -0,277 0,391 0,5 0,109
30 2 -0,097 0,461 0,577 0,116
31 2 0,083 0,533 0,654 0,121
33 2 0,442 0,671 0,731 0,06
35 2 0,801 0,788 0,808 0,019
36 1 0,98 0,837 0,846 0,01
37 1 1,16 0,877 0,885 0,008
41 3 1,878 0,97 1 0,03
L0(hitung) 0,121
L(tabel) 0,173
o Menentukan
o Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,121
o Menentukan Ltabel:
Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 26 dan α = 0,05 di dapat harga Ltabel =
26
886,0 = 0,173
o Kriteria pengujian:
Diterima H0 jika L0(hitung) < Ltabel (0,121 < 0,173).
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian data pretest
kelas eksperimen berdistribusi normal.
184
Lampiran D6 : Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Posttest)
Tabel Persiapan Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Posttest)
2
2
55 2 3025 110 6050
58 1 3364 58 3364
61 3 3721 183 11163
67 1 4489 67 4489
69 2 4761 138 9522
70 2 4900 140 9800
73 3 5329 219 15987
75 2 5625 150 11250
78 2 6084 156 12168
84 5 7056 420 35280
88 2 7744 176 15488
90 1 8100 90 8100
Jumlah 26 64198 1907 142661
1. Menentukan Mean
Mean (
=
= 73,35
2. Menentukan Varians
Si2 =
=
=
= 111,60
3. Menentukan Standar Deviasi (Simpangan Baku)
S =
185
=
= 10,56
Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Posttest)
Perhitungan uji normalitas menggunakan uji liliefors dengan (α) 5% (0,05).
xi fi zi f(zi) s(zi) │f(z)-s(z)|
55 2 -1,738 0,041 0,077 0,036
58 1 -1,454 0,073 0,115 0,042
61 3 -1,16 0,121 0,231 0,110
67 1 -0,601 0,274 0,269 0,005
69 2 -0,412 0,34 0,346 0,006
70 2 -0,317 0,376 0,423 0,048
73 3 -0,033 0,487 0,538 0,052
75 2 0,156 0,562 0,615 0,053
78 2 0,44 0,67 0,692 0,022
84 5 1,009 0,843 0,885 0,041
88 2 1,387 0,917 0,962 0,044
90 1 1,577 0,943 1 0,057
L0(hitung) 0,110
L(tabel) 0,173
o Menentukan Zi
o Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,110
o Menentukan Ltabel:
Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 26 dan α = 0,05 di dapat harga Ltabel =
26
886,0 = 0,173
o Kriteria pengujian:
Diterima H0 jika L0(hitung) < Ltabel (0,110 < 0,173).
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian data posttest
kelas eksperimen berdistribusi normal.
186
Lampiran D7 : Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretest)
Tabel Persiapan Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretest)
2
2
25 1 625 25 625
27 7 729 189 5103
28 3 784 84 2352
29 1 841 29 841
31 1 961 31 961
33 3 1089 99 3267
35 1 1225 35 1225
36 1 1296 36 1296
37 1 1369 37 1369
39 3 1521 117 4563
40 2 1600 80 3200
41 1 1681 41 1681
42 1 1764 42 1764
Jumlah 26 15485 845 28247
1. Menentukan Mean
Mean (
=
= 32,5
2. Menentukan Varians
Si2 =
=
=
= 31,38
3. Menentukan Standar Deviasi (Simpangan Baku)
S =
187
=
= 5,60
Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretest)
Perhitungan uji normalitas menggunakan uji liliefors dengan (α) 5% (0,05).
xi fi zi f(zi) s(zi) │f(z)-s(z)|
25 1 -1.339 0.09 0.038 0.052
27 7 -0.982 0.163 0.308 0.145
28 1 -0.804 0.211 0.346 0.135
29 2 -0.625 0.266 0.423 0.157
31 2 -0.268 0.394 0.5 0.106
33 3 0.089 0.536 0.615 0.08
35 1 0.446 0.672 0.654 0.019
36 1 0.625 0.734 0.692 0.042
37 1 0.804 0.789 0.731 0.058
39 3 1.161 0.877 0.846 0.031
40 2 1.339 0.91 0.923 0.013
41 1 1.518 0.935 0.962 0.026
42 1 1.696 0.955 1 0.045
L0(hitung) 0,157
L(tabel) 0,173
o Menentukan Zi
Zi = S
XX i
o Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,157
o Menentukan Ltabel:
Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 26 dan α = 0,05 di dapat harga Ltabel =
26
886,0 = 0,173
o Kriteria pengujian:
Diterima H0 jika L0(hitung) < Ltabel (0,157 < 0,173).
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian data pretest
kelas kontrol berdistribusi normal.
188
Lampiran D8 : Uji Normalitas Kelas Kontrol (Posttest)
Tabel Persiapan Uji Normalitas Kelas Kontrol (Posttest)
2
2
40 2 1600 80 3200
42 1 1764 42 1764
43 1 1849 43 1849
45 1 2025 45 2025
47 2 2209 94 4418
51 1 2601 51 2601
52 3 2704 156 8112
55 2 3025 110 6050
57 3 3249 171 9747
63 3 3969 189 11907
66 1 4356 66 4356
73 1 5329 73 5329
76 1 5776 76 5776
77 2 5929 154 11858
81 2 6561 162 13122
Jumlah 26 52946 1512 92114
1. Menentukan Mean
Mean (
=
= 58,15
2. Menentukan Varians
S2 =
=
=
= 167,42
3. Menentukan Standar Deviasi (Simpangan Baku)
S =
189
=
= 12,94
Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol (Posttest)
Perhitungan uji normalitas menggunakan uji liliefors dengan (α) 5% (0,05).
xi fi zi f(zi) s(zi) │f(z)-s(z)|
40 2 -1.403 0.08 0.077 0.003
42 1 -1.248 0.106 0.115 0.009
43 1 -1.171 0.121 0.154 0.033
45 1 -1.016 0.155 0.192 0.038
47 2 -0.862 0.194 0.269 0.075
51 1 -0.553 0.29 0.308 0.017
52 3 -0.475 0.317 0.423 0.106
55 2 -0.243 0.404 0.5 0.096
57 3 -0.089 0.465 0.615 0.151
63 3 0.375 0.646 0.731 0.085
66 1 0.607 0.728 0.769 0.041
73 1 1.148 0.874 0.808 0.067
76 1 1.379 0.916 0.846 0.07
77 2 1.457 0.927 0.923 0.004
81 2 1.766 0.961 1 0.039
L0(hitung) 0,151
L(tabel) 0,173
o Menentukan Zi
Zi = S
XX i
o Berdasarkan tabel uji normalitas di dapat harga L0(hitung) = 0,151
o Menentukan Ltabel:
Dari harga kritis Uji Liliefors untuk n = 26 dan α = 0,05 di dapat harga Ltabel =
26
886,0 = 0,173
o Kriteria pengujian:
Diterima H0 jika L0(hitung) < Ltabel (0,151< 0,173).
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian data pretest
kelas kontrol berdistribusi normal.
190
Lampiran D9 : Uji Homogenitas Pretest
UJI HOMOGENITAS PRETEST
Perhitungan uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas
dengan varians terbesar disbanding varians terkecil atau uji Fisher. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
dimana S2 =
Langkah–langkah pengujian :
1. H0 = sampel homogen
Ha = sampel tidak homogen
2. Kriteria Pengujian
- Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians dua populasi
homogen
- Jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians dua populasi tidak
homogen
3. Mencari varians masing-masing
- Kelas eksperimen diperoleh varians S2
= 30,98
- Kelas kontrol diperoleh varians S2
= 31,38
4. Tentukan F hitung
= = 1,01
5. Tentukan dk pembilang ( varians terbesar) dan dk penyebut ( varians terkecil)
db1 = n-1 = 26 – 1 = 25
db2 = n-1 = 26 – 1 = 25
6. Harga selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel dengan = 0.05.
Ftabel dengan dk pembilang 25 dan dk penyebut 25 pada taraf signifikansi 5%
adalah 1,96.
7. Kesimpulan
Harga Fhitung (1,01) < Ftabel (1,96) maka H0 diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa varians kedua populasi homogen.
191
Lampiran D10 : Uji Homogenitas Posttest
UJI HOMOGENITAS POSTTEST
Perhitungan uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas
dengan varians terbesar disbanding varians terkecil atau uji Fisher. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
dimana S2 =
Langkah–langkah pengujian :
1. H0 = sampel homogen
Ha = sampel tidak homogen
2. Kriteria Pengujian
- Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians dua populasi
homogen
- Jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians dua populasi tidak
homogen
3. Mencari varians masing-masing
- Kelas eksperimen diperoleh varians S2
= 111,6
- Kelas kontrol diperoleh varians S2
= 167,42
4. Tentukan F hitung
= = 1,50
5. Tentukan dk pembilang ( varians terbesar) dan dk penyebut ( varians terkecil)
dk1 = n – 1 = 26 – 1 = 25
dk2 = n – 1 = 26 – 1 = 25
6. Harga selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel dengan = 0.05.
Ftabel dengan dk pembilang 25 dan dk penyebut 25 pada taraf signifikansi 5%
adalah 1,96.
7. Kesimpulan
Harga Fhitung (1,50) < Ftabel (1,96) maka H0 diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa varians kedua populasi homogen.
192
Lampiran D11 : Uji Hipotesis Pretest
UJI HIPOTESIS PRETEST
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, berikut ini
adalah langkah-langkah perhitungannya:
1. Hipotesis penelitian
H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen
dengan siswa kelas kontrol.
Ha = Terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen dengan
siswa kelas kontrol.
2. Mean dan varians (S2)
- Kelas eksperimen diperoleh mean = 30,54 dan varians (S2) = 30,98
- Kelas kontrol diperoleh mean = 32,50 dan varians (S2) = 31,38
3. Menentukan harga thitung
Untuk pengujian hipotesis penelitian digunakan rumus :
thitung =
Dimana :
Sg=
Sg=
Sg=
Sg=
Sg= 5,58
Maka didapat thitung :
thitung =
193
thitung =
thitung =
thitung = −1,27
4. Menentukan harga ttabel
Derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2 = 26 + 26 – 2 = 50
Untuk hipotesis satu ekor, pada taraf signifikan (α) = 0,05 maka diperoleh
ttabel = 1,68
5. Kriteria pengujian
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima
Jika thitung > ttabel maka Ha diterima
6. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan di atas, ternyata thitung (−1,27) ≤ ttabel (1,68) maka H0
diterima, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Dengan kata lain
tidak terdapat perbedaan terhadap hasil pretest antara siswa kelas
eksperimen dengan siswa kelas kontrol.
194
Lampiran D12 : Uji Hipotesis Posttest
UJI HIPOTESIS POSTTEST
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, berikut ini
adalah langkah-langkah perhitungannya:
1. Hipotesis penelitian
H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen
dengan siswa kelas kontrol.
Ha = Terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen dengan
siswa kelas kontrol.
2. Mean dan varians (S2)
- Kelas eksperimen diperoleh mean = 73,35 dan varians (S2) = 111,60
- Kelas kontrol diperoleh mean = 58,15 dan varians (S2) = 167,42
3. Menentukan harga thitung
Untuk pengujian hipotesis penelitian digunakan rumus :
thitung =
Dimana :
Sg=
Sg=
Sg=
Sg=
Sg= 11,81
Maka didapat thitung :
thitung =
195
thitung =
thitung =
thitung = 4,64
4. Menentukan harga ttabel
Derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2 = 26 + 26 – 2 = 50
Pada taraf signifikan (α) = 0,05 maka diperoleh ttabel = 1,68
5. Kriteria pengujian
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima
Jika thitung > ttabel maka Ha diterima
6. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan di atas, ternyata thitung (4,64 ) > ttabel (1,68) maka H0
ditolak, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan kata lain
terdapat perbedaan terhadap hasil posttest antara siswa kelas eksperimen
dengan siswa kelas kontrol.
196
Lampiran E : Foto-Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Siswa bekerjasama melakukan
percobaan uji sifat larutan garam
Guru menjelaskan ketentuan dalam
pembelajaran
Siswa mengerjakan LKS dibawah
bimbingan guru
Observer melakukan pengamatan aktivitas siswa terhadap keterlaksanaan
tahapan model inkuiri terbimbing selama proses pembelajaran
Siswa bersama kelompoknya
mempersiapkan percobaan
197
Siswa kelas kontrol mengisi tes
kemampuan berpikir kreatif
Percobaan uji sifat larutan garam
dengan kertas lakmus
Percobaan uji pH larutan garam
dengan indikator universal
Siswa bekerjasama melakukan
percobaan uji pH larutan garam
Siswa mencatat hasil percobaan
selanjutnya melakukan analisis data
Siswa kelas eksperimen mengisi tes
kemampuan berpikir kreatif
UJI REFERENSI
Nama : Irma Idrisah
NIM : 108016200002
Prodi/Semester : Pendidikan Kimia/XII
Judul Skripsi : Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa
No. Referensi Paraf Pembimbing
I II
BAB I
1 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet.
1; Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), h. 9
2 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan
“Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 175
3 Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan
Sains Tahun X, No. 1; Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan
Masalah, (Yogyakara: FMIPA Unesa, 2005), h. 6
4 Wiwik Haryani & Purwandhi, Jurnal BORNEO, Vol. 1
No. 1; Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Berpikir, (Bandung: FKIP Unmul, 2007), h. 12
5 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning
Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan
dan Bermakna, (Bandung: MCC, 2006), h. 218
6 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan
Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 45
7 Moh. Amien, Mengajarkan ............... h. 170
8 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1;
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 46
9 Ramadhan Witarsa, 38 ISSN 1412-565X Edisi Khusus
No. 2; Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah
Tersertifikasi dan Belum Tersertifikasi Dalam
Pembelajaran Sains SD, (Agustus 2011), h. 38
10 Moh. Amien, Mengajarkan ............... h. 173
11 Zulfiani dkk, Strategi ............... h. 47
12 Paul Suparno, Metodologi ............... h. 65
13 Yuli Nurul Fauziah, Analisis Kemampuan Guru dalam
Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
Sekolah Dasar Kelas V Pada Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam, (Bandung: UPI, 2011), h. 98
14 Kardius Richi Yosada, VOX Edukasi vol.1 No.1; Model
Pembelajaran Inkuiri Sosial dalam Mengembangkan
Berpikir Kreatif Siswa pada Bidang Studi IPS Ekonomi
Melalui Isu-isu Ekonomi Kontemporer, (Maret 2010), h.
52
BAB II
1 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Cet.
1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 85
2 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Cet. 8;
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 108
3 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1;
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119
4 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet.
1; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 43
5 Zulfiani dkk, Strategi ............... h. 119
6 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet.
1; Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), h. 65
7 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses.......... h. 85
8 Zulfiani dkk, Strategi ............... h. 121-122
9 Paul Suparno, Metodologi ............... h.68
10 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses.......... h. 89
11 Suherli Kusmana, Model ................ h. 49
12 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses .......... h. 89
13 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses ..... h. 89-90
14 Retno Dwi Suyanti, Strategi ............... h. 46-48
15 Paul Suparno, Metodologi............... h. 65-66
16 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2007), h. 137-138
17 Suherli Kusmana, Model ................ h. 56-57
18 Retno Dwi Suyanti, Strategi ............... h. 45
19 Retno Dwi Suyanti, Strategi ............... h. 44
20 Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Cet. 7;
Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 77-79
21 Roestiyah N.K., Strategi Belajar…………… h. 79
22 Roestiyah N.K., Strategi Belajar…………… h. 76-77
23 Edward De Bono, Mengajar Berpikir, (Cet 2; Jakarta:
Erlangga, 1992), h. 34
24 Edward De Bono, Mengajar Berpikir ............... h. 36
25 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Cet 5; Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976), h.
526
26 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning
Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan
dan Bermakna, (Bandung: MCC, 2006), h. 214-215
27 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan
Kreativitas Anak, (Cet. 1; Jakarta: Pusaka Al-Kautsar,
2005), h. 37
28 Elaine B. Johnson, Contextual ............... h. 218
29 Elaine B. Johnson, Contextual ............... h. 222
30 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan
“Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 166
31 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan
Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 47
32 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 47
33 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 48
34 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 48
35 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 50
36 Moh. Amien, Mengajarkan ............... h. 170
37 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 73
38 Utami Munandar, Pengembangan ............... h. 10
39 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 88
40 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 88
41 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan
Kreativitas ............... h. 176
42 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 88
43 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 88-89
44 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan
Kreativitas............... h. 177
45 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan
Kreativitas ............... h. 177
46 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 89
47 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 89
48 Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan
Kreativitas ............... h. 178
49 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 89-90
50 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 90
51 Amal abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan
Kreativitas ............... h. 179
52 Utami Munandar, Mengembangkan ............... h. 90
53 Elaine B. Johnson, Contextual ............... h. 215
54 Elaine B. Johnson, Contextual ............... h. 221
55 Elaine B. Johnson, Contextual ............... h. 217
56 Utami Munandar, Pengembangan ...............h. 223
57 Maria Suharsini dan Dyah Saptarini, Kimia dan
Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia untuk SMA/MA,
(Cet 1; Jakarta: Ganeca Exact, 2007) h. 244
58 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2, (Cet 2;
Yudhistira, 2009), h. 195
59 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI,
(Cet 1; Bogor: Regina, 2006), h. 251
60 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 195
61 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 195
62 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk…………… h. 253
63 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 195
64 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 196
65 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ………. h. 196
66 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk …………… h. 252
67 Sandri Justiana dan Muchtaridi, Kimia 2 ….. h. 197-199
68 Omay Sumarna dkk, Kimia untuk …………… h. 267
69 Ida Bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran IKIP No. 3 Th, XXXIX, ISSN 0215-8250;
Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajarn Inovatif
Pada Pembelajaran Biologi Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa SMA, (Singaraja: Fakultas
Pendidikan MIPA, 2006)
70 Hartanto, Jurnal Kependidikan Triadik vol. 14, no. 1;
Mengembangkan Kreaivitas Siswa Melalui
Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri,
(Bengkulu: FKIP Universitas Bengkulu, 2011)
71 Tatag Yuli E. S, Jurnal Pendidikan Matematika dan
Sains Tahun X, No. 1; Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan
Masalah, (Yogyakara: FMIPA Unesa, 2005)
72 Awaludin, Dosen tetap di FKIP Unhalu. Ringkasan
Penelitian. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Siswa dengan Kemampuan Matematis
Rendah Melalui Pembelajaran Open-Ended dengan
Pemberian Tugas Tambahan, dapat diakses di
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tam
pil&id=10330, 24/04/2014. 17:19 WIB.
BAB III
1 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian
Pendidikan (Cet. 5; Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), h. 44
2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Cet ke-15; Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 116
3 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ............... h. 44
4 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ............... h. 44
5 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-
Karyawan dan Peneliti Pemula (Cet. VI; Bandung:
ALFABETA, 2009), h. 54
6 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ............... h. 85
7 Riduwan, Belajar ............... h. 63
8 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian ...............h. 12
9 Nana Sudjanadan Ibrahim, Penelitian ...............h. 12
10 Riduwan, Belajar............... h. 70
11 Riduwan, Belajar............... h. 69
12 Riduwan, Belajar............... h. 76
13 Riduwan, Belajar............... h. 76
14 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri
dan Lingkungan (Cet. 2; Jakarta: Kizi Brother’s, 2008),
h. 36
15 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, (Cet. 14; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h. 12
16 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan
(Cet. 10; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 64-65
17 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar............... h. 72
18 Nana Sudjana, Penilaian............... h. 16
19 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar............... h.109
20 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar............... h. 207
21 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Cet. 3;
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 272
22 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran …………. h. 272
23 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar............... h. 211
24 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran …………. h. 273
25 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran …………. h. 274
26 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar ............... h. 65
27 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005),
h. 466-467
28 Riduwan, Belajar ............... h. 120
29 Subana, dkk., Statistik Pendidikan (Cet. 10; Bandung:
CV Pustaka Setia, 2000), h. 171-173
30 Riduwan, Belajar ............... h. 88
31 Riduwan, Belajar ............... h. 89
BAB IV
1 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Cet.
1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 95
2 Moh. Amin, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan
“Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. vii
3 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 11
4 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet.
1; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 44
5 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dan Kontekstual (Cet. 6; Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), h. 75
6 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses .......... h. 94
7 Retno Dwi Suyanti, Strategi ............... h. 44
Jakarta, April 2014
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I
Dedi Irwandi, M.Si
NIP: 19710528 200003 1 002
Pembimbing II
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP: 19770201 200801 1 011