23
Asuhan Keperawatan Lansia dengan Reumatoid Artritis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I IPENDAHULUAN................................................... ...................... 1 BAB 2 TINJAUAN TEORI............................................................ ........... 2 2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS....................................... 2 2.1.1 Definisi......................................................... .......................... 2 2.1.2 Etiologi......................................................... .......................... 2 2.1.3 Patofisiologi.................................................... ........................ 3 2.1.4 Manifestasi Klinis........................................................... ........ 5 2.1.5 Komplikasi....................................................... ....................... 6 2.1.6 Kriteria Diagnostik....................................................... .......... 6 2.1.7 Penatalaksanaan.................................................. .................... 7 2.2.... TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN.................... 8

Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Reumatoid Artritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

my files askep

Citation preview

Asuhan Keperawatan Lansia dengan Reumatoid ArtritisDAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISI

BAB IIPENDAHULUAN......................................................................... 1BAB 2 TINJAUAN TEORI....................................................................... 22.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS....................................... 22.1.1 Definisi................................................................................... 22.1.2 Etiologi................................................................................... 22.1.3 Patofisiologi............................................................................ 32.1.4 Manifestasi Klinis................................................................... 52.1.5 Komplikasi.............................................................................. 62.1.6 Kriteria Diagnostik................................................................. 62.1.7 Penatalaksanaan...................................................................... 72.2.... TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN.................... 82.2.1 Pengkajian.............................................................................. 82.2.2 Diagnosa/Intervensi................................................................ 10BAB 3 Kesimpulan dan Saran.................................................................... 19 3.1 Kesimpulan............................................................................... 19 3.2 Saran......................................................................................... 19DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangPerubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua system musculoskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan musculoskeletal terutama adalah atritis rheumatoid. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Arthritis rheumatoid memang lebih sering dialami oleh lansia, untuk itu perlu perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan arthritis rheumatoid terutama dalam keluarga.Asuhan keperawatan harus didasarkan pada kepercayaan bahwa pemeliharaan mobilitas merupakan hal yang kritis untuk kesehatan, kesejahteraan dan kualitas hidup. Perawat juga memainkan suatu peran penting dalam mengenali dan mengajarkan kepada orang lain tentang kerentanan lansia karena perpaduan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan usia dan kemungkinan adanya faktor iatrogenic yang terjadi pada lansia yang dirawat di rumah sakit kerena gangguan mobilitas mereka.

BAB IITINJAUAN TEORITIS

2.1TINJAUAN TEORITIS MEDIS2.1.1DefinisiKata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama,arthron, yang berarti sendi. Kedua, itisyang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.Artritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.AR adalah suatu penyakit kronis, seistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. AR ditandai oleh periode-periode remisi dan bertambah parahnya penyakit.

2.1.2EtiologiPenyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus.Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :1.Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus2.Endokrin3.Autoimun4.Metabolik5.Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

2.1.3PatofisiologiPada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

2.1.4Manifestasi KlinisPada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok.Kelompok 1 adalah RA klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat. Terdapat faktor rheumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi kriteria dariAmerican Rheumatologic Associationuntuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.Kelompok 3, sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan penggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindromcarpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap.1.Terapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.2.Secara radiologis, keruakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.3.Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.4.Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak sepewrti nodula-nodula mungkin terjadi.

2.1.5KomplikasiKelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

2.1.6Kriteria DiagnostikDiagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar pada evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala.Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:1.Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)2.Arthritis pada tiga atau lebih sendi3.Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan4.Arthritis yang simetris5.Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum6.Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu.

2.1.7PenatalaksanaanPenanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens antiinflamasi, obat yang dapat dipilih adalahaspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet per hari, yang dapat menyebabkan gejala system gastrointestinal dan system saraf pusat. Obat anti-inflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati perlu dilakukan.Terapi kortikosteroid yang di injeksikan melalui sendi mungkin di gunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi,mereka harus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi.

2.2TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN2.2.1Pengkajian Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.1.Aktivitas/ istirahatGejalaNyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.TandaMalaiseKeterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.2.KardiovaskulerGejalaFenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).3.Integritas egoGejalaFaktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,Faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).

4.Makanan/ cairanGejalaKetidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksiaKesulitan untuk mengunyahTandaPenurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.5.HygieneGejalaBerbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.6.NeurosensoriGejalaKebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.7.Nyeri/ kenyamananGejalaFase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).8.KeamananGejalaKulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.9.Interaksi sosialGejalaKerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.

2.2.2Diagnosa1.Nyeri (akut )Berhubungan denganAgen pencedera : distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi sendi.Ditandai denganKeluhan nyeri atau ketidaknyamanan, kelelahanBerfokus pada diri/penyempitan focusPerilaku distraksi/respon autonomicPerilaku berhati-hati atau melindungiKriteria hasil/ kriteria evaluasiMenunjukkan nyeri hilang/terkontrolTerlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuanMengikuti program farmakologis yang diresepkanMenggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program control/nyeriTindakan KeperawatanTindakan/intervensiRasional

Mandiri

1.Kaji keluhan nyeri, kukalitas, lokasi, intensitas (skala 0-10), dan waktu. Catat faktor yang mempercepat dan tanda rasa sakit nonverbalMembantu menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program

2.Berikan matras/kasur lembut dan bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhanMatras lembut dan bantal kecil mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, mengistirahatkan sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan sendi yang terinflamasi/nyeri

3.Berikan posisi nyaman waktu tidur/duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasiPenyakit berat/eksaserbasi, tirah baring diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi

4.Pantau penggunaan bantal, karung pasir, bebat, danbraceMengistirahatkan sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Catatan : penggunaanbracemenurunkan nyeri, dan mengurangi kerusakan sendi.

5.Anjurkan mandi air hangat/pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang sakit beberapa kali.Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat hilang dan luka dermal. Dapat sembuh

6.Berikan massase yang lembutMeningkatkan relaksasi atau mengurangi ketegangan otot.

7.Gunakan teknik manajemen stress, missal, relaksasi progresif dan distraksi, sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hipnotis diri dan pengendalian napas.Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa control, dan meningkatkan kemampuan koping.

8.Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai situasi individuMemfokuskan kembali perhatian,memberikan stimulasi, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.

Kolaborasi

9.Berikan obat sesuai petunjuk-Asetilsalisilat (Aspirin)

-NSAID lainnya ; ibuprofen, naproksen, piroksikam, fenoprefen-D-penisilamin ( cuprimine )

-Antasida

-Produk kodein

ASA bekerja antiinflamasi dan efek analgesic ringan mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.Digunakan bila tidak ada efek terhadap aspirin

Mengontrol efek sistemik rematoid arthritis jika terapi lainnya tidak berhasilDiberikan dengan agen NSAID untuk meminimalkan iritasi atau ketidaknyaman lambung.Narkotik umumnya kontraindikasi karena sifat kronis dari kondisi.

10.Bantu dengan terapi fisik, missal sarung tangan parafinMember dukungan panas untuk sendi yang sakit

11.Siapkan intervensi operasi( sinovektomi )Penangkatan sinovium yang meradang mengurangi nyeri dan membatasi progresif perubahan degenerative.

2.Kerusakan mobilitas fisikBerhubungan denganDeformitas skeletalNyeri, ketidaknyamananIntoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.Ditandai denganKeengganan untuk mencoba bergerak atau ketidakmampuan untuk bergerak dalam lingkungan fisikMembatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/kontroldan massa (tahap lanjut).Kriteria hasil/kriteria evaluasiMempertahankan fungsi posisi dengan pembatasan kontrakturMempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/atau kompensasi bagian tubuhMendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

Tindakan KeperawatanTindakan/intervensiRasional

Mandiri

1.Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendiTingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan proses inflamasi

2.Pertahankan tirah baring.duduk. jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat terus-menerus dan tidur malam hariIstirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan.

3.Bantu rentang gerak aktif/pasif, latihan resistif dan isometrikMeningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina

4.Ubah posisi dengan seringMenghilangkan tekanan jaringan dan meningkatkan sirkulasi

5.Posisikan dengan bantal, kantung pasir, bebat, danbraceMeningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi risiko cedera), mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktur.

6.Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leherMencegah fleksi leher

7.Dorong klien memeprtahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, serta berjalanMemaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas

8.Berikan lingkungan aman, misal menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas atau kursi rodaMenghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh

Kolaborasi

9.Konsul dengan ahli terapi fisik atau okupasi dan spesialis vokasionalMemformulasikan program latihan berdasarkan kebutuhan individual dang mengindentifikasi bantuan mobilitas.

10.Berikan matras busa atau pengubah tekananMenurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah dan mengurangi risko imobilitas dan dekubitus.

11.Berikan obat sesuai indikasi :-Agen antireumatik, misal emas, natrium tiomelat (myochrysin) atau auranofin (ridaura)

-SteroidKrisoterapi (garam emas) menghasilkan remisi terus-menerus, tetapi mengakibatkan inflamasi rebound bila terjadi penghentian/efek samping, mis pusing, penglihatan kabur, syok anafilaksis.Menekan inflamasi sistemik.

3.Gangguan Gambaran DiriBerhubungan denganPerceptual kognitifPsikososialPerubahan kemampuan untuk melakukan tugas umumPeningkatan penggunaan energy, ketidakseimbangan mobilitasDitandai denganRespon verbal terhadap perubahan struktur atau fungsi dari bagian tubuh yang sakitBicara negative tentang diri sendiri, focus pada kekuatan/fungsi masa lalu, dan penampilanPerubahan gaya hidup/kemampuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, dan ketergantungan pada orang terdekatPerubahan padea keterlibatan social, rasa terisolasiPerasaan tidak brdaya, putus asaKriteria hasil/kriteria evaluasiMengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasanMenerima perubahan gaya tubuh dan mengintegrasikan ke dalam konsep diriMenyusun tujuan/rencana realitas untuk masa depanMengembangkan keterampilan perawatan diri agar dapat berfungsi dalam masyarakat.Tindakan KeperawatanTindakan/intervensiRasional

Mandiri

1.Dorong pengungkapan mengenai proses penyakit dan harapan masa depanBerikan kesempatan mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep dan menghadapi secara langsung

2.Diskusikan persepsi klien mengenai bagaimana keluarga menerima keterbatasanIsyarat verbal atau nonverbal keluarga berpengaruh pada bagaimana klien memandang dirinya

3.Bantu klien mengekspresikan perasaan kehilanganUntuk mendapatkan dukungan proses berkabung yang adaptif

4.Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal/terlalu memperhatikan tubuhMenunjukkan emosional/metode koping maladaptive sehingga membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis.

5.Bantu klien mengidentifikasi perilaku positif yang membantu kopingMembantu mempertahankan control diri dan meningkatkan harga diri.

6.Ikutkan klien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitasMeningkatkan perasaan kompetisi atau harga diri, mendorong kemandirian, dan partisipasi terapi.

7.Berikan bantuan positifMemungkinkan klien merasa senang terhadap dirinya; menguatkan perilaku positif;serta meningkatkan percaya diri

Kolaborasi

8.Rujuk pada konselling psikiatriKlien/keluarga membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang

9.Berikan obat sesuai indikasi (missal antiansietas)Dibutuhkan saat munculnya depresi hebat sampai klien dapat menggunakan kemampuan koping efektif.

4.Kurang Perawatan DiriBerhubungan denganKerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, dan nyeri pada waktu bergerakDepresiPembatasan aktivitasDitandai denganKetidakmampuan mengatur aktivitas kehidupan sehari-hari (makan, mandi, berpakaian, dan eliminasi).Kriteria hasil/kriteria evaluasiMelaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individualMendemonstrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diriMengidentifikasi sumber pribadi atau komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.Tindakan KeperawatanTindakan/intervensiRasional

Mandiri

1.Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul penyakitMelanjutkan aktivitas dengan beradaptasi pada keterbatasan saat ini

2.Kaji respons emosional klien terhadap merawat kemampuan merawat diri yang menurun dan beri dukungan emosional.Perubahan kemampuan merawat diri dapat membangkitkan perasaan cemas dan frustasi, dimana dapat mengganggu kemampuan lebih lanjut

3.Pertahankan mobilitas, control terhadap nyeri dan program latihanMendukung kemandirian fisik atau emosional

4.Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi modifikasi lingkungan.Meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri

5.Beri dorongan agar berpartisipasi dalam merawat diri. Aktivitas yang terjadwal memungkinkan waktu untuk merawat diri.Partisipasi klien dalam merawat diri meningkatkan harga diri dan menurunkan perasaan ketergantungan.

6.Biarkan klien mengontrol lingkungan sebanyak mungkin, bantu klien hanya jika diminta.Memberi kesempatan mengontrol dapat meningkatkan harga diri dan menurunkan perasaan ketergantungan.

7.Jelaskan berapa lama kemampuan merawat diri yang menurun diharapkan untuk bertahan, jika diketahui.Dapat mengurangi ketakutan akan ketergantungan jangka panjang atau permanen.

Kolaborasi

8.Konsultasi dengan ahli terapi okupasiMenentukan alat bantu memenuhi kebutuhan individu.

5.Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar), mengenai Kondisi, Prognosis, dan PengobatanBerhubungan denganKurangnya pemajanan/mengingatKesalahan interpretasi informasiDitandai denganPertanyaan atau permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsepTidak dapat mengikuti instruksi atau terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.Kriteria hasil/kriteria evaluasiMenunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan perawatanMengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas atau pembatasan aktivitas.Tindakan KeperawatanTindakan/intervensiRasional

Mandiri

1.Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depanMemberikan pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

2.Diskusikan kebiasaan klien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat, latihan dan istirahat.Tujuan control penyakit adalah untuk menekan inflamasi atau jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas

3.Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realitas, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat, terapi fisik dan manajemen stress.Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks.

4.Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutikKeuntungan dari terapi obat tergantung pada ketepatan dosis, missal aspirin diberikan secara regular untuk mendukung kadar terapeutik darah 18-25 mg.

5.Rekomendasikan penggunaan aspirin bersalut atau salisilat nonasetilPreparat bersalut dicerna dengan makanan, meminimalkan iritasi gaster, mengurangi risiko perdarahan.

6.Anjurkan mencerna obat dengan makanan, susu, atau antasida pada sebelum tidurMembatasi iritasi gaster. Pengurangan nyeri dapat meningkatkan tidur dan kadar darah serta mengurangi kekakuan pada pagi hari.

7.Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat besi.Meningkatkan perasaan sehat dan perbaikan atau regenerasi jaringan.

8.Dorong klien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhanPenurunan berat badan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, dan telapak kaki.

9.Berikan informasi mengenai alat bantu, missal tongkat atau palang keamanan.Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan klien ikut serta seecara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan.

10.Diskusikan teknik menghemat energy, misal, duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandiMencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.

11.Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar pada saat istirahat dan waktu melakukan aktivitas, misal, menjaga agar sendi tetap meregang, tidak fleksiMekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup klien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanRA adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kroni yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oelh kerusakan dan poriliferasi membrane synovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.Sebagian besar penderita menunjukkangejala penyakitkronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini.hingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.

3.2 SaranPenyakit musculoskeletal bukan merupakan suatu konsekuensi penuaan yang tidak dapat dihindari dan karenanya harus dianggap sebagai suatu proses penyakit spesifik, tidak hanay sebagai akibat penuaan. Sebagai seorang perawat , untuk mengatasi terjadinya cedera sebagai akibat efek perubahan postur tubuh sebagai seorang perawat kita harus dapat menjadi perawat yang terpercaya untuk meningkatkan kesehatan merekan sendiri dan melakukan latihan yang teratur, postur tubuh dan diet yang benar setiap hari dalam kehidupan mereka sendiri, kemudian dalam merawat lansia yang mengalami masalah musculoskeletal kita harus dapat memahami suatu pemahaman terkait masalah tersebut, agar asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Marifatul.Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/rheumatoid-artritis.html. Askep Muskuloskeletal. dipostkan Tyo di 07.56 PM ( Diakses tanggal 11 April 2012)Kushariyadi.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010Mubaraq, Chayatin, Santoso.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta. 2011Stanley, Mickey.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006Tamher, S. Noorkasiani.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.Salemba Medika. Jakarta. 2011