Upload
lalu-yodha-anggara
View
656
Download
111
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asuhan keperawatan kesehatan dan keselamatan kerja
Citation preview
KOMUNITAS
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Disusun oleh,
LALU YODHA ANGGARA
116 STYC 12
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI S1 KEPERAWATAN
2015
1
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3) PADA TN “S” DI KONTRUKSI BANGUNAN KELURAHAN REMBIGA
KECAMATAN SELAPARANG
Disusun oleh
NAMA: Lalu Yodha Anggara
NIM: 116 STYC 12
(IRWAN BUDIANA S.Kep, Ners)
Mataram, 7 Mei 2015
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas ini.
kami menyadari bahwa tugas ini belum maksimal dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap masukan, kritikan dan saran para
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga amal baik semua pihak diterima oleh Allah dan
mendapatkan balasan darinya dengan pahala yang setimpal dan semoga makalah
ini bermanfaat bagi saya dan juga bagi pembaca sekalian.Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Mataram, 23 April 2015
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................5
1.2 Tujuan........................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Profile kelompok kerja..............................................................................9
2.2 Gambaran lokasi kegiatan..........................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN K3
3.1 Pengkajian.................................................................................................11
3.2 Analisa Data..............................................................................................13
3.3 Diagnosa...................................................................................................15
3.4 Intervensi..................................................................................................15
3.5 Implementasi.............................................................................................18
3.6 Evaluasi.....................................................................................................20
3.7 Planing of action.......................................................................................21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...............................................................................................22
4.2 Saran.........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (Dokumentasi)
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya
dilakukan satu kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu
yang pendek. Didalam rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut,
biasanya terdapat suatu proses yang berfungsi untuk mengolah sumber daya
proyek sehingga dapat menjadi suatu hasilkegiatan yang menghasilkan sebuah
bangunan (Soeharto, 2001)
Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi
akan menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas
pekerjaan proyek. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi
diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini
juga merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek.
Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada
perusahaanperusahaan besar melalui Undang-undang Ketenagakerjaan, baru
menghasilkan 2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di
Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah
itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program
K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika
diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan
kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya
mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah
K3 tidak selayaknya diabaikan.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di
Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih
5
tingginya angka kecelakaan kerja. Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Konstruksi (A2K4) Indonesia Anas Zaini Z Iksan
mengatakan, “setiap tahun terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja”. Dari jumlah
ini, sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada proyek jasa konstruksi dan
sisanya terjadi di sektor Industri manufaktur (Suara Karya, 2010).
Sejak awal tahun 1980-an pemerintah telah mengeluarkan suatu
peraturan tentang keselamatan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1980.
Peraturan mengenai keselamatan kerja untuk konstruksi tersebut, walaupun
belum pernah diperbaharui sejak dikeluarkannya lebih dari 20 tahun silam,
namun dapat dinilai memadai untuk kondisi minimal di Indonesia. Hal yang
sangat disayangkan adalah pada penerapan peraturan tersebut di lapangan.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah keselamatan kerja, dan
rendahnya tingkat penegakan hukum oleh pemerintah, mengakibatkan
penerapan peraturan keselamatan kerja yang masih jauh dari optimal, yang
pada akhirnya menyebabkan masih tingginya angka kecelakaan kerja.
Pada proyek konstruksi , kecelakaan kerja yang terjadi dapat
menimbulkan kerugian terhadap pekerja dan kontraktor, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kecelakaan kerja tersebut dapat disebabkan oleh tiga
faktor yaitu faktor manusia, faktor peralatan, dan faktor lingkungan kerja.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan
faktor paling dominan menjadi penyebab kecelakaan kerja. Hal ini sering kali
disebabkan oleh kurangnya kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan
kerja. Selain itu, faktor peralatan seperti crane ataupun faktor lingkungan
kerja juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja jika tidak dikelola dengan
benar (Ikmal, 2010).
Lemah nya pengawasan pada proyek konstruksi. Kurang disiplin nya
tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan K3 dan kurang memadainya kuantitas
dan kualitas alat perlindungan diri di proyek konstruksi bangunan membuat
6
resiko pekerja mengalami kecelakaan kerja lebih tinggi seperti luka-luka,
Jatuh dari ketinggian, tertimpa benda jatuh, terjepit, tersengat aliran listrik dan
terkena radiasi yang membuat penyakit timbul akibat kerja umumnya
disebabkan oleh kesalahan pekerja atau human error baik aspek kompetensi
para pelaksana maupun kurang pemahaman arti penting penyelenggaraan K3.
Memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi ini, sudah merupakan suatu keharusan untuk sebuah perusahaan
dan telah menjadi peraturan. terutama pada proyek konstruksi.
Oleh sebab itu, perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk dapat
mewujudkan terlaksananya keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja.
Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:106) seluruh tenaga kerja harus
mendapat pendidikan dan pelatihan serta bimbingan dalam keselamatan dan
kesehatan kerja dengan ketentuan yang dibuat sebagai berikut :
1. Mengeluarkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja para pegawai.
2. Menerapkan program kesehatan kerja bagi para pegawai.
3. Menerapkan sistem pencegahan kecelakaan kerja pegawai.
4. Membuat prosedur kerja.
5. Membuat petunjuk teknis tentang pelaksanaan kerja termasuk penggunaan
sarana dan prasarananya.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Untuk mengidentifikasi masalah atau resiko keselamatan dan kesehatan
kerja di kontruksi bangunan
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan K3 di kelompok pekerja kontruksi
bangunan .
7
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritasmasalah
akibat kecelakaan kerja
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahanmasalah kesehatan/
keperawatan akibat kecelakaan kerja
d. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (selfcare) dalam kesehatan dan keselamatan kerja
e. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
f. Tertanganinya kelompok pekerja kontruksi bangunan terhadap resiko
tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan akibat kecelakaa kerja
8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pofile Kelompok Kerja
Pekerja kontruksi bangunan masih tidak mematuhi prosedur
Kesehatan dan keselamatan kerja artinya beresiko tinggi dalam terjadinya
penyakit akibat kerja.
Kegiatan pembangunan di mulai pukul 08.00-17.30 WITA, waktu
istrhat hanya pukul 12.30-14.00 WITA. persiapan pekerjaan mulai dari alat
dan bahan, , pengolahan bahan bangunan
Persiapan alat dan bahan serta pengolahan bahan- bahan tidak
menggunakan alat pelindung diri sesuai standar kesehatan dan keselamatan
kerja, tentu penunjang dalam kesehatan dan keselamatan kerja wajib di
utamakan. Pekerja konstruksi bangunan menggunkan sistem kontrak
tergantung keahlian. Pekerja bangunan pun di bagi sesuai keahlian dan
bidangnya.
Pengerjaan kontruksi bangunan ini masih minim dalam menunjang
keselamatan pekerjanya di samping itu kurangnya kesadaran pekerja
membuat K3 tidak terlaksana maksimal. Alat pelindung diri untuk
keselamatan kerja seperti, Pakaian Kerja, Sepatu Kerja, Kacamata Kerja,
Sarung Tangan, Helm, Sabuk Pengaman, Penutup Telinga, Masker, P3K
masih belum di gunakan pekerja.
2.2 Gambaran Lokasi Kegiatan UKK
Lokasi UKK, Observasi yang di lakukan tepatnya di Jln. Jendral
Jendral Sudirman, Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, Kota
Mataram. Letak Geografis, bagian barat berbatasan dengan lingkungan
Gegutu Timur, bagian timur bersebelahan dengan Lingkungan Derman Sari
Sayang-sayang, bagian utara bersebelahan dengan lingkungan Gegutu Barat,
9
bagian selatan bersebelahan dengan lingkungan dasan kelurahan Sayang-
sayang.
Yang melatar belakangi melakukan observasi di kontruksi bangunan di
kelurahan Rembiga Kecamatan Selaparang karena pekerja kontruksi
bangunan tersebut harus di bina dan di beri pendidikan mengenai K3, agar
menumbuhkan rasa kesadaran terhadap penyakit akibat kerja jika tidak
memaksimalkan alat pelindung diri ketika bekerja.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3) PADA TN “S” DI KONTRUKSI BANGUNAN KELURAHAN
REMBIGA KECAMATAN SELAPARANG
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn “S”
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : Belum kawin\
Suku : Sasak
Alamat : Gegutu ledang Kec.Gunung Sari Lombok Barat
Pekerjaan : pekerja bangunan
Tanggal pengkajian : 20-22 april 2015
Sumber informasi : pekerja
2. Keluhan
Pekerja mengatakan sering mengalami gatal-gatal di kulit dan merasa
kulitnya iritasi.
3. Lingkungan
11
1) Kebersihan : Pekerja mengatakan tidak selalu menjaga kebersihan
limbah hasil kerja di buang sembarangan yang penting sudah di
serap oleh tanah dan tidak tersedianya air bersih.
2) Sanitasi : Pekerja mengatakan tidak adanya sanitasi untuk
lingkungan tempatnya bekerja
4. Pemeriksaan kesehatan
Pekerja mengatakan tidak pernah memeriksakan kesehatannya baik itu
sebelum maupun sesudah bekerja, dan tidak ada pengarahan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja terutama untuk penggunaan alat
pelindung diri.
5. Jaminan kesehatan
Pekerja mengatakan tidak ada jaminan kesehatan yang di dapat dan tidak
ada pemberian informasi mengenai jaminan kesehatan.
6. Pemakaian APD
Pekerja mengatakan tidak mengetahui mengenai alat pelindung diri dalam
bekerja, pekerja tampak tidak menggunakan tutup kepala, masker, sarung
tangan, sepatu. dan pekerja tampak bingung ketika di tanya mengenai Alat
pelindung diri saat bekerja.
7. Keluhan pekerja
Pekerja mengatakan tidak tersedianya air bersih di tempat kerja, kulit
pekerja tampak kering dan Pekerja mengatakan sering mengalami gatal-
gatal di kulit, pekerja tampak terus menggaruk-garuk.
8. Proses kerja
Dalam kontruksi bangunan ruko Persiapan alat dan bahan serta
pengolahan bahan- bahan pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri.
12
Dan resiko kecelakaan yang terjadi maupun resiko penyakit yang di alami
saat bekerja sangat tinggi.
9. Kecelakaan yang sering terjadi
Pekerja mengatakan sering mengalami Cedera kaki.
10. P3K
Pekerja mengatakan tidak ada tersedia P3K di tempat kerja.
11. Jam kerja
Pekerja mengatakan bekerja di mulai pukul 08.00-17.30 WITA, waktu
istrhat hanya pukul 12.30-14.00 WITA.
3.2 Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1 Ds :
- Pekerja
mengatakan
sering gatal-
gatal di kulitnya
- Pekerja
mengatakan
tidak
tersedianya air
bersih di tempat
kerja
Do :
- Pekerja tampak
menggaruk-
Pruritus (gatal-gatal) Gangguan
integritas kulit
13
garuk
- kulit pekerja
tampak kering
2 Ds :
- Pekerja
mengatakan
tidak
mengetahui
mengenai alat
pelindung diri
dalam bekerja
- Pekerja
mengatakan
tidak ada
pengarahan
mengenai
kesehatan dan
keselamatan
kerja terutama
untuk
penggunaan alat
pelindung diri.
Do :
- Pekerja tampak
tidak
menggunakan
tutup kepala,
Kurangnya informasi
mengenai
penggunaan Alat
pelindung diri bagi
pekerja.
Kurang
pengetahuan
14
masker, sarung
tangan, sepatu,
- Pekerja tampak
bingung ketika
di tanya
mengenai Alat
pelindung diri
saat bekerja.
3.3 RUMUSAN DIAGNOSA
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus (gatal-gatal) yang
di tandai dengan pekerja tampak menggaruk-garuk
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja di tandai dengan pekerja
tampak tidak menggunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, sepatu.
3.4 RENCANA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx Rencana dan
kriteria hasil
Intervensi Rasional
1 1 Setelah di lakukan
tindakan
keperawatan 1x24
jam di harapkan
gangguan integritas
kulit berkurang
Kriteria hasil :
1. Gangguan
intergritas kulit
1. Observasi
keadaan umum
pekerja
2. Anjurkan pekerja
untuk Mandi
paling tidak sekali
sehari selama 15 –
20 menit.
1. Untuk
mengetahui
keadaan umum
2. dengan mandi air
akan meresap
dalam saturasi
kulit..
15
berkurang
2. Mempertahank
an agar Tidak
terjadi
peradangan
3. Gatal-gatal
yang di alami
pekerja
berkurang
3. Anjurkan pekerja
untuk
menggunakan air
hangat jangan
panas.
4. Anjurkan pekerja
untuk
menggunakan
sabun yang
mengandung
pelembab atau
sabun untuk kulit
sensitive. Hindari
mandi busa.
5. Anjurkan pekerja
untuk
mengoleskan
salep atau krim
yang telah
diresepkan setelah
mandi
6. Anjurkan pekerja
untuk selalu
menjaga
kebersihan diri
dan lingkungan
3. air panas
menyebabkan
vasodilatasi yang
akan
meningkatkan
pruritus.
4. sabun yang
mengandung
pelembab lebih
sedikit kandungan
alkalin dan tidak
membuat kulit
kering, sabun
kering dapat
meningkatkan
keluhan.
5. Pengolesan krim
pelembab selama
2 – 4 menit
setelah mandi
untuk mencegah
penguapan air
dari kulit dan
akan
melembabkan
kulit
6. Personal hygiene
merupakan hal
terpenting untuk
terhindar dari
pruritus.
16
2 2 Setelah di lakukan
tindakan
keperawatan 1x24
jam di harapkan
pekerja memahami
mengenai
penggunaan alat
dan pelindung diri
saat bekerja
Kriteria hasil :
1. Pekerja
menyatakan
paham
mengenai
penggunaan
alat
pelindung
diri saat
bekerja
2. Pekerja
mampu
menjelaskan
kembali
mengenai
penggunaan
alat
pelindung
diri saat
bekerja
1. Kaji tingkat
pengetahuan
pekerja mengenai
alat pelindung diri
2. Jelaskan
penggunaan alat
pelindung diri saat
bekerja dengan
cara yang tepat.
3. Anjurkan pekerja
untuk selalu
menggunakan alat
pelindung diri saat
bekerja
4. Berikan informasi
pada pekerja
mengenai resiko
jika tidak
menggunakan alat
pelindung diri
dengan cara yang
tepat
1. mengetahui
tingkat
pengetahuan
pekerja mengenai
penggunaan alat
pelindung diri
2. penggunaan alat
pelindung diri
sangat di
butuhkan pekerja
untuk menunjang
kesehatan dan
keselamatan kerja
3. Alat pelindung
diri merupakan
hal terpenting
bagi pekerja
untuk mengurangi
resiko kecelakaan
kerja
4. Penyakit akibat
kerja dapat timbul
jika pekerja
melalaikan
penggunaan alat
pelindung diri
17
5. Berikan
kesempatan
pekerja untuk
menjelaskan
kembali
penggunaan alat
pelindung diri saat
bekerja
5. Ukuran
pemahaman
pekerja mengenai
alat pelindung
diri harus dapat di
tinjau kembali
guna mengetahui
tingkat
pengetahuannya.
3.5 IMPLEMENTASI
Hari/
tgl/
waktu
Dx Implementasi Respon hasil paraf
21 april
2015
1 1. Mengobservasi
keadaan umum
pekerja
2. menganjurkan pekerja
untuk Mandi paling
tidak sekali sehari
selama 15 – 20 menit.
3. menganjurkan pekerja
untuk menggunakan
air
4. menganjurkan pekerja
untuk menggunakan
sabun yang
1. Pekerja dalam
keadaan kelelahan
2. Pekerja mandi 2x
dalam sehari
3. Pekerja menggunakan
air suam suam kuku
untuk mandi
4. Pekerja menggunakan
sabun cair untuk
mandi
18
mengandung
pelembab
5. menganjurkan pekerja
untuk mengoleskan
salep atau pelembab
kulit
6. menganjurkan pekerja
untuk selalu menjaga
kebersihan diri dan
lingkungan
5. Pekerja menggunakan
pelembab kulit
setelah mandi
6. Pekerja tampak
mengerti dan paham
untuk selalu menjaga
personal hygiene dan
lingkungan.
2 2 1. Mengkaji tingkat
pengetahuan pekerja
mengenai penggunaan
alat pelindung diri
2. Menjelaskan
penggunaan alat
pelindung diri saat
bekerja dengan cara
yang tepat.
3. Menganjurkan pekerja
untuk selalu
menggunakan alat
pelindung diri saat
bekerja
4. Memberikan informasi
pada pekerja
mengenai resiko jika
1. Pekerja tampak
sedikit bingung
mengenai
penggunaan alat
pelindung diri
2. Pekerja mengerti
dengan penjelasan
penggunaan alat
pelindung diri
3. Pekerja tampak
mengerti dan
paham untuk
selalu
menggunakan alat
pelindung diri
4. Pekerja mengerti
dan paham
mengenai resiko
19
tidak menggunakan
alat pelindung diri
dengan cara yang tepat
5. Memberikan
kesempatan pekerja
untuk menjelaskan
kembali penggunaan
alat pelindung diri saat
bekerja
jika tidak
menggunakan alat
pelindung diri
5. Pekerja mampu
menjelaskan
penggunaan alat
pelindung diri saat
bekerja
3.6 EVALUASI
Hari/
tanggal/
waktu
Dx CATATAN PERKEMBANGAN Paraf
22 april
2015
1 S :
- pekerja mengatakan gatal-gatal
yang di alaminya berkurang
O :
- gangguan integritas kulit berkurang
- tidak terjadi peradangan pada kulit
- berkurangnya itensitas gatal-gatal
pekerja
- kulit tampak lembab kembali
A:
- gatal-gatal yang di alami pekerja
dapat berkurang (masalah dapat
teratasi)
P :
- Intervensi di hentikan
20
2 S :
- Pekerja menyatakan paham
mengenai penggunaan alat
pelindung diri saat bekerja
O :
- Pekerja mampu menjelaskan
penggunaan alat pelindung diri saat
bekerja
- Pekerja tampak menggunakan alat
pelindung diri saat bekerja
A :
- Pekerja mengerti dan paham
mengenai penggunaan alat
pelindung diri saat bekerja
(Masalah dapat teratasi)
P :
- Intervensi di hentikan
3.7 PLANING OF ACTION
Kegiatan
Pelaksanaan
Minggu 1 Minggu 2
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Observasi Tempat
Pengkajian
Intervensi
Implementasi
Evaluassi
21
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya
dilakukan satu kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu
yang pendek. Didalam rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut,
biasanya terdapat suatu proses yang berfungsi untuk mengolah sumber daya
proyek sehingga dapat menjadi suatu hasilkegiatan yang menghasilkan
sebuah bangunan (Soeharto, 2001)
4.2 SARAN
Penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja bangunan sangatlah di
butuhkan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja. Dan perusahaan
harus memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC :
Jakarta
23
DOKUMENTASI
24
25