Upload
lythuy
View
235
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
i
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. A UMUR 1 TAHUN
DENGAN ISPA RINGAN DI BPS NGUDI WARAS
JABUNG, PLUPUH, SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Kiki Fatmala
NIM B12024
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. A UMUR 1 TAHUN
DENGAN ISPA RINGAN DI BPS NGUDI WARAS
JABUNG, PLUPUH, SRAGEN
Diajukan Oleh :
Kiki Fatmala
NIM B12024
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal :
Pembimbing
Ika Budi W, SST., M.Sc.
NIK 200680024
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. A UMUR 1 TAHUN
DENGAN ISPA RINGAN DI BPS NGUDI WARAS
JABUNG, PLUPUH, SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
Kiki Fatmala
NIM B12024
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal :
PENGUJI I PENGUJI II
Ambarsari, S.ST Ika Budi W, SST., M.Sc
NIK. 201087048 NIK. 200680024
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi DIII Kebidanan
Retno Wulandari, S.ST
NIK. 200985034
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :"Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An. A
Umur 1 Tahun dengan ISPA Ringan di BPS Ngudi Waras, Jabung, Plupuh,
Sragen". Karya tulis ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi DIII Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, Selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari, SST selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Ika Budi W, SST., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Ibu Sri Rejeki Dwi Hastuti, Amd.Keb, selaku Kepala BPS Ngudi Waras
Plupuh Sragen, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam
pengambilan data.
5. Ny.Tiandara, selaku orang tua pasien yang telah bersedia memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan observasi pada anaknya.
6. Seluruh dosen dan staff prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian
v
selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Juni 2015
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Nama : Kiki Fatmala
NIM : B12 024
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. A UMUR 1 TAHUN
DENGAN ISPA RINGAN DI BPS NGUDI WARAS
JABUNG PLUPUH SRAGEN
xii + 76 halaman + 13 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Menurut SDKI 2012, angka kematian balita (AKB) tahun 2012
masih tinggi yaitu 32 per 1.000 kelahiran. Menurut WHO (2007) Penyakit ISPA
merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortilitas penyakit menular
di dunia. ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan yang menyebabkan
kematian paling sering pada anak–anak di bawah usia lima tahun di Negara
berkembang. Di Indonesia, penyakit ISPA merupakan penyakit yang termasuk
dalam 10 penyakit utama yang menyebabkan kematian pada balita.
Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan kebidan pada baliata sakit An. A umur 1
tahun dengan ISPA ringan sesuai tujuh langkah manajemen kebidanan Varney.
Metode Penelitian : Jenis studi yang digunakan adalah deskritif dengan metode
studi kasus, dilakukan di BPS Ngudi Waras Jabung, Plupuh, Sragen pada balita
sakit An A umur 1 tahun dengan ISPA ringan dan dilaksanakan tanggal 07 mei
sampai 15 mei 2014. Adapun teknik pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik.
Hasil Studi Kasus: Asuhan kebidanan pada anak ISPA ringan dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau kondisi pasien. Asuhan kebidanan dilakukan
meliputi pemenuhan kebutuhan makan, istirahat, kebersihan personal dan
lingkkungan dan pemberian terapi obat. Terapi obat dilakukan dengan
memberikan amox syrup 3x1 sehari dan peacedine syrup 3x1 sehari. Dukungan
keluarga yang baik dalam asuhan kebidanan ini, memberikan efek yang baik bagi
pasien, yaitu dengan delapan hari asuhan kebidanan, kondisi pasien sudah baik,
tidak batuk dan tidak pilek lagi.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan 7
langkah Varney dapat mengatasi masalah dan mencegah keberlanjutan penyakit.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan ISPA ringan ini terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek, yaitu pada pencegahan infeksi tidak
menggunakan masker.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Balita, ISPA.
Kepustakaan : 28 literatur (Tahun 2007-2014)
vii
MOTTO
v Keberhasilan cita – cita akan terasa membahagiakan apalagi diraih dengan
penuh perjuangan (penulis).
v Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tapi berusahalah
menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa (penulis).
v Hidup adalah suatu perjuangan yang di dalamnya banyak rintangan untuk
untuk menuju kesuksesan (penulis).
v Jadikan setiap yang kita lakukan adalah ibadah dan lakukan itu semua
dengan ikhlas untuk mencapai Ridho-Nya (penulis).
v Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti di sertai dengan kemudahan
(QS. Al-insyiroh : 6).
PERSEMBAHKAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini
penulis persembahkan :
v Bapak dan ibu tercinta terimakasih atas doa
dan restunya dan cinta kasihnya selama ini.
v Tunanganku Rudy Hendro Purwanto tercinta
yang selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat di setiap langkahku.
v Teman – teman Green koss ( ayuk, sri, ike )
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini.
v Almamater tercinta STIkes Kusuma Husada
Surakarta.
viii
viii
CURICULUM VITAE
Nama : Kiki Fatmala
Tempat / Tanggal Lahir : Sukoharjo, 08 Januari 1994
Agama : Islam
Alamat : Sukoharjo Rt 003 / Rw 002 Sukoharjo.
Riwayat pendidikan
1. MI Miftahul Huda, Pamanukan LULUS TAHUN 2006
2. SMP N 02 Binong LULUS TAHUN 2009
3. MAN Binong LULUS TAHUN 2012
4. Prodi D III Kebidanan STIkes Kusuma Husada Angkatan 2012
ix
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
CURICULUM VITAE ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................. 4
D. Manfaat Studi Kasus................................................................. 5
E. Keaslian Studi Kasus ............................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................. 8
1. Balita ................................................................................. 8
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ........................... 12
B. Teori Manajemen Kebidanan .................................................. 21
1. Pengertian Manajemen Kebidanan ................................... 21
2. Proses Asuhan Kebidanan ................................................ 21
C. Landasan Hukum ..................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ..................................................................... 39
B. Lokasi Studi Kasus .................................................................. 39
C. Subjek Studi Kasus ................................................................... 39
D. Waktu Studi Kasus ................................................................... 40
E. Instrumen Studi Kasus ............................................................. 40
x
x
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 40
G. Alat- alat Yang Digunakan ...................................................... 44
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus….. .................................................................... 46
B. Pembahasan…… ....................................................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ….. ......................................................................... 74
B. Saran……. ................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal penelitian
Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 8. Format Asuhan Kebidanan Balita Sakit dan Data Perkembangan
Lampiran 9. Lembar observasi
Lampiran 10. Satuan acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 13. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ISPA merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas penyakit menular di dunia (WHO, 2007). ISPA merupakan salah
satu penyakit pernafasan yang menyebabkan kematian paling sering pada
anak-anak usia di bawah lima tahun (Elyana dan Candra, 2009).
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) saat ini masih
merupakan masalah kesehatan utama. World Health Organization
(WHO), menyebutkan bahwa 3,9 juta orang yang meninggal setiap tahun
disebabkan oleh ISPA (WHO, 2013a), +1,4 juta anak diantaranya
meninggal karena pneumonia yang merupakan kelanjutan dari ISPA yang
berlarut-larut (Kemkes RI, 2009) dan salah satu penyebab utama kematian
anak-anak di negara berkembang (WHO, 2013b).
Episode penyakit batuk pilek pada anak usia dibawah lima tahun (balita)
di Indonesia diperkirakan sebesar 2 sampai 3 kali setiap tahun (Kemkes RI,
2012). Pada banyak negara berkembang, lebih dari 50% kematian pada umur
anak-anak balita disebabkan karena infeksi saluran pernafasan akut, yakni
infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru. Salah satu yang termasuk
dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, radang
tenggorokan, dan influenza (BPOM RI, 2013).
2
Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun,
menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat. Penyakit infeksi dan kurang
gizi masih termasuk penyebab kematian balita, terutama ISPA merupakan
penyakit yang termasuk dalam daftar 10 penyakit utama. Berdasarkan laporan
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2004 menyatakan bahwa ISPA menempati peringkat pertama 10 penyakit utama
pasien rawat jalan di Rumah Sakit dengan persentase 15,1% (Depkes RI, 2007).
Angka kematian balita (AKB) berdasarkan hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 32 per 1000 kelahiran hidup.
Angka tersebut menunjukkan penurunan yang lambat dibandingkan AKB pada
tahun 2007, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup (Kemkes RI, 2013). AKB di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1000 kelahiran hidup, meningkat
dibandingkan tahun 2011 sebesar 10,34/1000 kelahiran hidup (Dinkes Jawa
Tengah, 2012). Hal ini berlawanan dengan tujuan MDGs yang seharusnya turun,
namun angka ini sudah memenuhi angka target MDGs ke-4, dimana tahun 2015
yaitu AKB sebesar 23/1000 kelahiran hidup (Bappenas RI, 2004).
Kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi DPT menyebabkan
banyaknya balita terkena ISPA, imunisasi DPT yakni imunisasi yang
diberikan agar balita tidak rentan terkena Infeksi Saluran Pernafasan.
Diperkirakan kasus pertusis sejumlah 51 juta dengan kematian lebih dari
600.000 orang, namun hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari 163 negara
dalam tahun 1983. Hampir 80% anak-anak yang tidak di imunisasi menderita
3
sakit pertusis sebelum umur 5 tahun. Kematian karena pertusis, 5 0 % terjadi
pada bayi (umur < 1 tahun) (WHO, 2007).
Di Indonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukan
prevalensi nasional ISPA 25,5%, dan khusus untuk Jawa Tengah memiliki angka
prevalensi lebih tinggi dari angka nasional yaitu 29,1%. Prevalensi di atas
Provinsi Jawa Tengah, ditemukan di 16 Kabupaten/Kota, salah satunya adalah
Kabupaten Sragen yaitu 32,5% (Kemkes, 2009). Hasil riset terbaru menunjukkan
penurunan prevalensi nasional dari 25,5% menjadi 25,0% dan prevalensi provinsi
Jawa Tengah dari 29,1% menjadi 26,6% (Kemkes RI, 2013).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di BPS Ngudi Waras,
Jabung Plupuh Sragendidapatkan data dari rekam medik selama tahun 2014, pada
bulan Januari 2014 sampai September 2014 terdapat jumlah kasus balita sakit
sebanyak 350 balita dengan 145balita dengan febris (41,43 %), balita dengan
ISPA sebanyak 148 balita (42,29%), balita dengan diare sebanyak 33 balita
(9,43%), balita dengan dermatitis sebanyak 24 balita (6,86%). Adapun balita
dengan ISPA diketahui balita dengan ISPA ringan 105 balita, balita dengan ISPA
berat sebanyak 43 balita (RegisterBPS Ngudi waras, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus
dengan judul “Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An. Aumur 1 tahun dengan
ISPARingan di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen” dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan Varney yang diharapkan dapat memberikan
asuhan kebidanan yang lebih baik, bermanfaat dan berkualitas.
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diambil perumusan
masalah sebagai berikut : “Bagaimana penerapan asuhan kebidanan balita sakit
pada An. Aumur 1 tahun dengan ISPA Ringan di BPS Ngudi Waras Jabung,
Plupuh, Sragen dengan menggunakan pendekatan Manajemen Kebidanan 7
Langkah Varney?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan balita sakit pada An. A dengan ISPA
Ringan, dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis Mampu
1) Melakukan pengkajian data pada An. Aumur 1 tahundengan ISPA
ringan.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan pada An. Aumur 1 tahundengan ISPA ringan.
3) Menentukan diagnosa potensial yang timbul pada An. Aumur 1
tahundengan ISPA ringan.
4) Menerapkan antisipasi/tindakan segera pada An. Aumur 1
tahundengan ISPA ringan.
5
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada An. Aumur 1
tahundengan ISPA ringan.
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada An. Aumur 1
tahundengan ISPA ringan sesuai pelayanan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dicapai pada kasus
An. Aumur 1 tahun dengan ISPA ringan.
b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus
nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada
balita sakit dengan ISPA ringan.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Memberikan kesempatan pada penulis untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan terutama manajemen
asuhan kebidanan pada balita sakit dengan ISPA ringan dalam situasi yang
nyata.
2. Bagi Profesi
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan kebidanan pada
balita sakit dengan ISPA ringan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kesehatan.
6
3. Bagi Institusi
a. BPS
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan kebidanan
pada balita sakit dengan ISPA ringan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan di BPS.
b. Pendidikan
Dapat sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan kebidanan khususnya dalam asuhan kebidanan
balita dengan ISPA ringan.
4. Bagi keluarga pasien
Untuk menambah tentang pengetahuan tanda dan gejala anak dengan
ISPA ringan sehingga segera dapat mencari bantuan kepada tenaga
kesehatan untuk menghindari kegawatdaruratan.
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus tentang anak dengan ISPA pernah di lakukan oleh:
1. Ika Kunti Rini (2014) dari STIkes Kusuma Husada dengan judul “Asuhan
Kebidanan Balita Sakit pada Anak I Umur 15 Bulan dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Ringan di BPS Margi Lestari Kabupaten Sragen.
Jenis studi yang digunakan adalah deskriptif dengan metode studi kasus.
Adapun teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik. Asuhan kebidanan yang diberikan meliputi pemenuhan
7
kebutuhan makanan, istirahat, kebersihan lingkungan dengan pemberian
terapi yaitu syrup cotrimoxazole 400mg, chlorpheniramin maleat (CTM 2
tablet 4 mg), glyceryl guaiacolate (GG 2 tablet 100 mg). Hasilnya setelah
dilakukan perawatan 5 hari keadaan umum baik, sudah tidak batuk, pilek dan
rewel.
2. Reni Istiyantiningsih (2012) dari Stikes Muhammadiyah Klaten dengan judul
“Asuhan Kebidanan Balita pada An. dengan ISPA Ringan di BPS Indarwati
Mranggen, Jatinom. Peneliti ini menggunakan metode penelitian studi kasus
dengan analisis deskriptif. Hasil studi kasus tersebut telah menggunakan
manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney dalam mengatasi
ISPA pada anak. Dalam mengatasi masalah asuhan yang di berikan dengan
cara memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan
pemberian terapi dengan di beri puyer 10 bungkus berikan 3 x 1 per hari
yang berisi: Paracetamol 500 mg, 5 btr, Cotrimuxazole 3 btr, dan CTM 4 mg
5 btr . Setelah di berikan asuhan selama tujuh hari di dapatkan hasil bahwa
sekarang anak tidak rewel, batuk, pilek, nafsu makan baik dan anak sudah
dalam keadaan sehat.
Perbedaan antara kedua kasus diatas terletak perbedaan pada lokasi,
waktu dan tempat yaitu Sragen dan Jatinom,tahun 2014 dan 2012, BPS Margi
Lestari Kabupaten Sragen, BPS Indrawati Mranggen, Jatinom.
Persamaan antara kedua kasus diatas terletak pada terapi obat yaitu
cotrimuxazol dan CTM.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Balita
a. Pengertian Balita
Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), Bayi Lima Tahun atau
sering disingkat sebagai balita merupakan salah satu periode usia
manusia setelah bayi sebelum anak awal.
b. Tahapan Perkembangan Balita
Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), tahapan perkembangan
balita sebagai berikut:
1) Umur 12–18 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.
c) Berjalan mundur 5 langkah.
d) Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu
dengan kata “mama”.
e) Menumpuk 2 kubus.
f) Memasukkan kubus di kotak.
9
g) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau
merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu.
h) Memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing.
2) Umur 18-24 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.
b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
c) Bertepuk tangan, melambai-lambai.
d) Menumpuk 4 buah kubus.
e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
f) Menggelindingkan bola ke arah sasaran.
g) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
h) Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga.
i) Memegang cangkir sendiri, belajar makan – minum sendiri.
3) Umur 24-36 bulan
a) Jalan naik tangga sendiri.
b) Dapat bermain dan menendang bola kecil.
c) Mencoret-coret pensil pada kertas.
d) Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.
e) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta.
f) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2
benda atau lebih.
10
g) Membantu memungut mainannya sendiri ataau membantu
mengangkat piring jika diminta.
h) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
i) Melepas pakaiannya sendiri.
4) Umur 36-48 bulan
a) Berdiri 1 kaki 2 detik.
b) Melompat kedua kaki diangkat.
c) Mengayuh sepeda roda tiga.
d) Menggambar garis lurus.
e) Menumpuk 8 kubus.
f) Mengenal 2-4 warna.
g) Menyebut nama, umur, tempat.
h) Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan.
i) Mendengarkan cerita.
j) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
k) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan.
l) Mengenakan sepatu sendiri.
m) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju.
5) Umur 48-60 bulan
a) Berdiri 1 kaki 6 detik.
b) Melompat-lompat 1 kaki.
c) Menari.
d) Menggambar tanda silang.
11
e) Menggambar lingkaran.
f) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
g) Mengancing baju atau pakaian boneka.
h) Menyeebut nama lengkap tanpa dibantu.
i) Senang menyebut kata-kata baru.
j) Senang bertanya tentang sesuatu.
k) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
l) Bicaranya mudah dimengerti.
m) Bisa membandingkan atau membedakan sesuatu dari
ukuran dan beentuknya.
n) Menyebut angka, menghitung jari.
o) Menyebut nama-nama hari.
p) Berpakaian sendiri tanpa dibantu.
q) Menggosok gigi tanpa dibantu.
r) Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.
c. Penyakit yang umum diderita bayi dan balita
Untuk menangani bayi dan balita sakit, WHO
memperkenalkan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) pada
tahun 1996.MTBS merupakan suatu sistem untuk mempermudah
serta meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas.Beberapa
penyakit yang termasuk MTBS yaitu infeksi, diare, ikterus,
BBLR, dan permasalahan dalam pemberian ASI
(Marmi dan Rahardjo, 2012).
12
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak ditemui pada
masyarakat.Pembagian penyakit infeksi dasar utamanya adalah dasar
penyebabnya.
Adapun faktor penyebabnya adalah :
1) Bakteri misalnya pada penyakit Difteri, Tetanus, TBC, Typhus.
2) Virus misalnya pada penyakit Demam Berdarah, Influenza.
3) Jamur misalnya pada anak-anak yang menderita gangguan
imunologis tanda-tandanya warna putih pada mulut anak, bisa juga
terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit lama yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
Penyakit infeksi yang dimaksud dalam MTBS yaitu salah
satunya adalah ISPA.
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
a. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah radang akut
saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh
infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau
disertai dengan radang parenkim paru.ISPA merupakan masuknya
mikroorganisme (bakteri, virus, reketsia) ke dalam saluran
pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari (Wijayaningsih, 2013).
13
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut,
adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah, biasanya menular,
yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar
dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang
parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor
lingkungan, dan faktor pejamu (WHO, 2007).
b. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan
ricketsia serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan
Miksovirus (termasuk didalamnya virus influensa, virus para-
influensa), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus. Bakteri penyebab ISPA antara lain Streptokokus
hemolitikus, stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus influenza,
Bordetella pertusis, Korinebakterium diffteria. Bakteri dan virus yang
paling sering menjadi penyebaran ISPA adalah bakteri stafilokokus dan
streptokokus serta virus influenza yang berada di udara bebas masuk
dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas (Wijayaningsih,
2013).
Faktor lain yang menyebabkan ISPA mudah menjangkit adalah
lemah dan belum sempurnanya kekebalan tubuh bayi, sehingga lebih
mudah terjangkiti ISPA. Rendahnya asupan gizi, status gizi kurang dan
buruknya sistem sanitasi lingkungan juga diperkirakan berkontribusi
14
dalam kejadian ISPA, terlebih lagi apabila pada peralihan musim
kemarau ke musim hujan (Wijayaningsih, 2013).
c. Patofisiologi
ISPA disebabkan oleh lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
ricketsia.Virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran nafas.
Pada paparan pertama virus akan menyebabkan mukosa membengkak
dan menghasilkan banyak lendir sehingga akan menghambat aliran
udara melalui saluran nafas. Batuk merupakan mekanisme pertahan
tubuh untuk mengeluarkan lendir keluar dari saluran pernafasan.
Bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa yang
terserang virus, sehingga hal ini menyebabkan infeksi sekunder, yang
akan menyebabkan terbentuknya nanah dan memperburuk penyakit
(Nurhidayah, dkk, 2008).
d. Tanda dan gejala
Menurut Wijayaningsih (2013), adapun pembagian tanda dan gejala
ISPA sebagai berikut:
1) ISPA ringan.
Di tandai dengan satu atau lebih gejala berikut:
a) Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit
b) Hidung tersumbat atau berair
c) Telinga berair
d) Tenggorokan merah
15
2) ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan di tambah satu atau lebih gejala
berikut:
a) Pernafasan cepat tanpa stridor
b) Gendang telinga merah
c) Sakit/keluar cairan dari telinga kurang dari 2 minggu
d) Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang
nyeri tekan.
3) ISPA berat
Meliputi gejala ISPA sedang / ringan tambah satu atau lebih
gejala berikut:
1) Pernafasan cepat dan stridor
2) Membran keabuan di faring
3) Bibir / kulit kebiruan (sianosis)
4) Kejang, apnea, dehidrasi berat
e. Klasifikasi ISPA
Menurut Kemkes RI (2012), Klasifikasi menurut Program
Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Klasifikasi berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi
penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur
dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit
yaitu :
16
a. Pneumonia berat : ditandai dengan batas napas cepat untuk
golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau
lebih.
b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan
tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas
cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada tiga
klasifikasi penyakityaitu :
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik
napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang
tldak menangis atau meronta).
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah
untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan
untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan
tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
2. Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan penyakit
a. ISPA ringan, penatalaksaan cukup dengan tindakan penunjang
tanpa pengobatan anti mikroba. Tanda dan gejalanya: batuk,
pilek, sesak dengan ataupun tanpa napas, keluarnya cairan dari
telinga yang lebih dari 2 minggu tanpa rasa sakit di telinga.
b. ISPA sedang, penatalaksanaannya memerlukan pengobatan anti
mikroba, tetapi tidak perlu dirawat. Tanda dan gejalanya:
17
pernapasan cepat (lebih dari 50 kali permenit), wheezing, napas
menciut-ciut dan panas.
c. ISPA berat, kasus ISPA yang perlu pananganan langsung oleh
tenaga madis atau tenaga kesehatan. Tanda dan gejalanya:
penarikan dada ke dalam pada saat penarikan napas, pernasan
ngorok, tak mau makan, kulit kebiru-biruan, dehidrasi,
kesadaran menurun.
f. Faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi ISPA
Menurut Kemkes RI (2012), faktor-faktor risiko yang dapat
mempengaruhi peningkatan morbiditas dan mortalitas ISPA antara
lain:
1) Usia
Anak yang usianya leih muda, kemungkinan unuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak
yang usianya lebih tua karena daya tahannya lebih rendah
(Wijayaningsih, 2013).
2) Status gizi balita
Asupan gizi seseorang dapat mempengaruhi kerentanan
tubuh terhadap infeksi. Balita merupakan kelompok yang rentan
terhadap berbagai permasalahan kesehatan dan apabila asupan
gizinya kurang maka akan sangat mudah terserang oleh infeksi.
18
3) Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan
kekebalan tubuh agar terhindar dari infeksi. Imunisasi yang
lengkap terdiri dari vaksin polio, vaksin campak, vaksin BCG,
vaksin DPT, dan vaksin Toxoid Difteri. Imunisasi yang tidak
lengkap dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit
ISPA karena tubuh balita menjadi lebih rentan.
4) Polusi udara dan lingkungan
Polusi udara dapat menimbulkan penyakit ISPA dan dapat
memperberat kondisi seseorang yang sudah menderita pneumonia,
terutama pada balita. Asap dapur yang masih menggunakan kayu
bakar dapat menjadi faktor penyebab polusi apabila ventilasi
rumah kurang baik dan tata letak rumah yang kurang sesuai. Selain
itu asap rokok yang terdapat pada udara rumah juga dapat menjadi
salah satu faktor penyebab ISPA. Pajanan di dalam ruangan
terhadap polusi udara sangat penting karena anak-anak
menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah.
5) Perilaku hidup bersih dan sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat menjadi salah satu
kebutuhan dasar yang penting untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Kondisi sehat dapat dicapai dengan
mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan
menciptakan lingkungan sehat di
19
rumah tangga. Keluarga yang melaksanakan PHBS dapat
meningkatkan derajat kesehatan keluarga tersebut dan anggota
keluarganya menjadi tidah mudah sakit.
g. Upaya pencegahan penyakit ISPA
Bagian yang penting dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular adalah dengan memutus rantai penularan. Pemutusan
rantai penularan dapat dilakukan dengan menghentikan kontak agen
penyebab penyakit dengan pejamu.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit ISPA pada anak antara lain (Wijayaningsih, 2013):
1) Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya
dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung
cukup gizi.
2) Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
4) Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satunya
adalah dengan memakai penutup hidung dan mulut bila kontak
langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang
menderita penyakit ISPA.
20
h. Upaya Penatalaksanaan penyakit ISPA
Menurut Maryunani (2010), penanganan terhadap ISPA
disesuaikan dengan tingkatannya antara lain:
1) Penanganan ISPA berat
Penderita ISPA berat harus dirawat di Rumah Sakit dan
yang dilakukan adalah dengan memberikan antibiotik parenteral
dan oksigen.
2) Penanganan ISPA Ringan
Pengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan dapat
dilakukan di rumah. Jika anak menderita ISPA ringan maka yang
harus dilakukan adalah:
a) Tanpa pemberian obat antibitoik, untuk batuk dapat digunakan
obat batuk tradisional, misalnya pengobatan dengan jeruk nipis
atau kencur atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan sepertikodein, dekstromertofan dan
antihistamin.
b) Bila demam diberikan obat penurun panas. Untuk anak yang di
bawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol, ibuprofen atau
asetosal.
21
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Menurut Varney yang dikutip oleh Sari (2012), manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan, dan rangkaian atau
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien.
2. Proses Asuhan Kebidanan
Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari tujuh
langkah yaitu sebagai berikut:
a. Langkah I: Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengumpulan data dasar dilakukan dengan melakukan pengkajian
melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap. Teknik pengumpulan
data ada 3, yaitu observasi, wawancara, dan pemeriksaan. Data
diklasifikasikan menjadi data subyketif dan data obyektif (Sari,
2012).
1) Data Subyektif
Data subyektif berupa data fokus yang dibutuhkan untuk
menilai keadaan pasien sesuai dengan kondisinya (Romauli,
2011). Data subyektif terdiri dari:
22
a) Identitas
Menurut Matondang (2013), Identitas diperlukan untuk
memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang
dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain. Kesalahan
identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis,
etika, maupun hukum. Identitas tersebut meliputi:
(1) Nama balita
Nama harus jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(2) Umur
Dikaji untuk mengingat periode anak yang mempunyai
kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas,
usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan
apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut sesuai
umurnya (Matondang, 2013).
(3) Jenis Kelamin
Dikaji untuk membedakan dengan balita lain, juga untuk
penilaian data pemeriksaan klinis (Matondang, 2013).
(4) Anak ke
Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien
(Matondang, 2013).
23
(5) Nama orang tua
Dikaji agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru
dengan orang lain mengingat banyak nama yang sama
(Matondang, 2013).
(6) Umur orang tua
Sebagai tambahan identitas, dapat menggambarkan
kakuratan data yang akan diperoleh serta dapat
ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis
(Matondang, 2013).
(7) Agama
Agama dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien
tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(8) Pendidikan
Dikaji untuk memperoleh keakuratan data yang
diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan
anamnesis. Tingkat pedidikan orang tua juga berperan
dalam pemeriksaan penunjang pasien selanjutnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
24
(9) Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk
membiayai perawatan anaknya, selain itu juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(10)Alamat
Alamat dikaji untuk kejelasan, misalnya pasien menjadi
sangat gawat dan perlu tindakan segera sehingga
sewaktu-waktu dapat dihubungi. Disamping itu, setelah
pasien pulang mungkin diperlukan kunjungan rumah
(Matondang, 2013).
b) Keluhan datang
Menurut Matondang (2013), dikaji untuk mengetahui
keluhan klien datang ke tempat pelayanan kesehatan. Pada kasus
ISPA, ibu klien mengatakan bahwa ingin memeriksakan
anaknya karena batuk pilek dengan atau tanpa demam,
tenggorokan merah (Wijayaningsih, 2013).
c) Keluhan utama
Menurut Matondang (2013), keluhan utama adalah
keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa berobat.
Pada kasus ISPAkeluhan yang dirasakan balita biasanya adalah
batuk, pilek,demam dan rewel. Secara teoritis pada klien dengan
ISPA
25
didapatkan data-data antara lain demam, batuk, pilek, sakit
tenggorokan (Wijayaningsih, 2010).
d) Riwayat kesehatan yang lalu
(1) Imunisasi
Status imunisasi klien diperlukan untuk mengetahui
status perlindungan pediatrik yang diperoleh dan juga
membantu menentukan diagnosis, dan untuk memperoleh
data balita tentang imunisasi apakah yang sudah didapat oleh
anak (Matondang, 2013).
(2) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji untuk memperoleh gambaran keadaan sosial,
ekonomi, budaya dan kesehatan keluarga pasien.
Berbagai penyakit bawaan dan penyakit keturunan
seperti terdapat riwayat hipertensi, riwayat kembar, dan
penyakit seperti asma, hepatitis, jantung dan lain-lain
karena penyakit-penyakit tersebut mempunyai pengaruh
negatif pada balita, misalnya dapat mengganggu
metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang
permasalahan makanan balita (Matondang, 2013).
e) Riwayat sosial
Menurut Matondang (2013), riwayat sosial dapat
diketahui dari:
26
(1) Yang mengasuh
Dikaji untuk mengetahui aktifitas balita dalam
kesehariannya.
(2) Hubungan dengan anggota keluarga
Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan anggota
keluarga.
(3) Hubungan dengan teman sebaya
Dikaji untuk mengetahui keharmonisan balita dengan teman
sebayanya.
(4) Lingkungan rumah
Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan lingkungan
sekitar rumah.
f) Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Pola nutrisi
Pola nutrisi menggambarkan tentang pola makan dan
minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010).Pasien
dengan ISPA ringan biasanya nafsu makannya berkurang
(Maryunani, 2010).
(2) Pola istirahat/tidur
Pola istirahat/tidur menggambarkan pola istirahat dan
tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum
tidur misalnya membaca, mendengarkan musik,
27
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).Pasien dengan ISPA
ringan cenderung anak gelisah dan menyebabkan anak
susah tidur (Maryunani, 2010).
(3) Pola hygiene
Pola hygiene dikaji untuk mengetahui apakah
selalu menjaga kebersihan tubuh dengan baik
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Pola aktivitas
Pola aktivitas menggambarkan pola aktivitas pasien
sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
tehadap kesehatannya (Ambarwati dan Wulandari,
2010).Pasien dengan ISPA ringan pola aktivitasnya
terganggu karena terdapat anak cenderung rewel dan gelisah
(Maryunani, 2010).
(5) Pola eliminasi
Pengkajian tentang pola eliminasi menggambarkan pola
fungsi sekresi ayitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan
buang air kecil (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Data Obyektif
Data objektif diperlukan untuk melengkapi data subyektif dalam
menegakkan diagnosis (Romauli, 2011).
28
(a) Keadaan umum
Penilaian keadaan umum pasien mencakup kesan keadaan
sakit, kesadaran, dan kesan status gizi (Matondang, 2013).
(1) Kesan Keadaan sakit
Kesan keadaan saki dilihat dari apakah pasien tidak
tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang, ataukah sakit
berat (Matondang, 2013).
(2) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai
composmentis, apatis, somnolen, soper, koma, delirium.
Pasien dengan dermatitis kesadarannya composmentis.
Pasien dengan ISPA ringan kesadarannya composmentis
(Matondang, 2013).
(3) Kesan status gizi
Kesan status gizi dapat dilihat dari bagaimana
proporsi atau postur tubuhnya, apakah baik, kurus, atau
gemuk (Matondang, 2013).
(b) Tanda-tanda vital meliputi :
(1) Denyut jantung
Pemeriksaan denyut jantung dinilai dari frekuensi
atau laju nadi, irama, isi atau kualitas dan ekualitas nadi.
Denyut jantung normal pada anak adalah 80-115 x/menit.
29
Denyut jantung pada pasien dengan ISPA ringan biasanya
cepat 120 x/menit (Matondang, 2013).
(2) Pernafasan
Pemeriksaan pernafasan mencakup laju pernafasan,
irama atau keteraturan, kedalama, dam tipe atau pola
pernafasan. Tipe pernafasan anak dalam keadaan normal
adalah abdominal atau diafragmatik (Matondang, 2013).
Pasien dengan ISPA ringan pernafasannyacepat, yaitu
kurang dari 40 x/menit (Wijayaningsih, 2013).
(3) Temperatur
Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5oC. Suhu
tubuh lebih dari 37oC perlu diwaspadai adanya infeksi
(Romauli, 2011). Temperatur pada pasien dengan ISPA
ringan biasnaya mengalami peningkatan diatas 37,5°C
(Wijayaningsih, 2013).
(c) Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan atropometri meliputi :
(1) Berat badan : Parameter pertumbuhan yang paling
sederhana, mudah diukur dan diulang,
merupakan indeks nutrisi sesaat
(Matondang, 2013).
30
(2) Panjang badan : Untuk mengukur tinggi badan,
hasilnya dikaitkan dengan berat badan
memberikan informasi terkait status
nutrisi dan pertumbuhan fisik anak
(Matondang, 2013).
(3) Lingkar kepala : Dipengaruhi oleh status gizi anak
hingga usia 3 tahun, pengukuran untuk
mengetahui pertumbuhan otak
(Matondang, 2013).
(d) Pemeriksaan sistematis
1) Kulit
Pemeriksaan kulit meliputi warna kulit, turgor kulit,
kelembaban kulit, dan tekstur kulit.Pada pasienISPA
ringan kulitnya terasa hangat (Matondang, 2013).
2) Kepala
Pemeriksaan kepala meliputi bentuk dn ukuran kepala,
kontrol kepala, rambut, dan kulit kepala (Matondang, 2013).
3) Muka
Pemeriksaan muka meliputi apakah wajah
simetri, terjadi pembengkakan atau tidak, normal atau
tidak (Matondang, 2013).
31
4) Mata
Adakah kotoran di mata, konjungtiva merah
muda, sklera putih, kelopak mata tidak cekung, pasien
dengan dermatitis tampak merah muda, kelopak mata
tidak cekung (Priharjo, 2007).
5) Telinga
Adakah cairan atau kotoran, bagaimana keadaan tulang
rawannya (Priharjo, 2007).
6) Hidung
Adakah kotoran yang membuat jalan nafas sesak dan
terganggu (Matondang, 2013).Pasien denganISPA ringan,
hidungnya tersumbat dan berair (Wijayaningsih, 2013).
7) Mulut
Bibir berwarna kemerahan, lidah kemerahan sedangkan pada
pasien dengan ISPA ringan bibir kemerahan (pucat)
(Matondang, 2013).
8) Leher
Adakah pembesaran kalenjar tiroid, kalenjar limfe dan
kalenjar gondok (Priharjo, 2007).
9) Dada
Adakah retraksi pada dada atau tidak, simetris atau
tidak(Priharjo, 2007).
32
10) Perut
Untuk menilai perut kembung atau tidak, turgornya baik atau
buruk, pasien dengan ISPA ringan biasanya tidak
kembung.(Matondang, 2013).
11) Ekstremitas
Berbagai kelainan congenital dapat terjadi pada
ekstremitas superior maupun inferior, diantaranya Amelia
(tidak terdapatnya semua anggota gerak), ekstromelia
(tidak ada salah satu anggota gerak), fokomelia (anggota
gerak bagian proksimal yang pendek), sindaktili
(bergabungnya jari-jari), atau polidaktili (jumlah jari
lebih dari normal) (Matondang, 2013).
12) Anogenital
Pemeriksaan genitalia pada anak dilakukan dengan cara
inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan genitalia pada
neonates sangat penting untuk deteksi dini beberapa
kelainan bawaan (Matondang, 2013).
(e) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan
di luar pemeriksaan fisis. Pemeriksaan penunjang dimaksudkan
untuk alat diagnostik, petunjuk tata laksana, dan petunjuk
33
prognosis (Matondang, 2013).Pada kasus ISPA ringan, tidak
dilakukan pemeriksaan penunjang (Somantri, 2007).
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Interpretasi data dasar dilakukan dengan mengidentifikasi data
secara benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan pasien
(Sari, 2012). Pada langkah ini data yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah, dan
kebutuhan.
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah pengolahan atau analisa data yaitu
menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan lainnya
sehingga tergambar fakta. Diagnosa untuk anak dengan ISPA ringan
adalah sebagai berikut (Hidayat dan Sujiyatini, 2010):
An. … umur .... jenis kelamin .... dengan ISPA ringan
Data dasar :
a) Data subjektif (Hidayat dan Sujiyatini, 2010):
(1) Ibu mengatakan anaknya berumur ….
(2) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin ….
(3) Ibu mengatakan balitanya batuk dan hidungnya tersumbat
sejak … hari yang lalu.
34
b) Data objektif (Hidayat dan Sujiyatini, 2010):
(1) Keadaan umum : Baik
(2) Kesadaran : Composmentis
(3) TTV : S: °C, R : x/menit, N : x/menit.
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
berdasarkan data dasar yang berupa data subyektif dan data
obyektif (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Permasalahan yang
terjadi pada ISPA ringan adalah anak rewel dan susah tidur
(Wijayaningsih, 2013).
3) Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu
(Wildan dan Hidayat, 2011).Kebutuhan untuk pasien ISPA
adalah mengusahakan pernafasan normal, menurunkan suhu
dengan pemberian ibuprofen, istirahat yang cukup, dan
pemenuhan nutrisi (Hartono dan Rahmawati, 2012).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin
akan terjadi.Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa,
hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
35
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Diagnosa potensial yang dapat muncul pada bayi dengan ISPA
ringan adalah potensial terjadi ISPA sedang, berat atau bahkan
pneumonia (Kemkes, 2009).
d. Langkah IV : Antisipasi
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Antisipasi yang dilakukan agar ISPA ringan tidak semakin
parah dapat dilakukan dengan pemberian vaksin ulangan influenza
dan pneumonia (Somantri, 2007).
e. Langkah V : Rencana tindakan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari
setiap masalah yang berkaitan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
36
Perencanaan yang dilakukan untuk penanganan ISPA ringan
dapat dilakukan dengan (Hartono dan Rahmawati, 2012):
1) Usahakan pernafasan normal pada anak
2) Berikan istirahat yang cukup
3) Buat anak menjadi nyaman
4) Lakukan pencegahan penyebaran infeksi, untuk anak yang batuk
bisa dengan diminta menggunakan masker
5) Turunkan suhu anak menjadi normal
6) Berikan nutrisi yang cukup
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan (Wildan dan Hidayat, 2011).Pelaksanaan asuhan pada
balita dengan ISPA ringan disesuaikan dengan rencana tindakan.
Pelaksanaan penanganan ISPA ringan dilakukan sesuai
dengan perencanaan (Hartono dan Rahmawati, 2012) yaitu:
1) Mengusahakan pernafasan normal pada anak
2) Memberikan istirahat yang cukup
3) Membuat anak menjadi nyaman
4) Melakukan pencegahan penyebaran infeksi, untuk anak yang batuk
diminta menggunakan masker.
37
5) Menurunkan suhu anak menjadi normal
6) Memberikan nutrisi yang cukup
g. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan bidan (Wildan dan Hidayat, 2011). Hasil yang
diharapkan setelah melakukan asuhan kebidanan pada balita sakit
dengan ISPA ringan adalah (Hartono dan Rahmawati, 2012):
1) Pernafasan anak dalam batas normal
2) Anak istirahat dan tidur yang nyenyak
3. Data perkembangan
Menurut Rismalinda (2014), metode pendokumentasian yang
digunakan dalam asuhan kebidanan pada balita dengan ISPA ringan adalah
SOAP, adalah sebagai berikut:
S : Subjektif
Data yang berhubungan/masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan
langsung dengan diagnosis (Rismalinda, 2014).
O : Objektif
Data obyektif hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain
(Rismalinda, 2014).
38
A : Assesment
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari
data subyektif dan obyektif (Rismalinda, 2014).
P : Planning
Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan
datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang
sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya
(Rismalinda, 2014).
C. Landasan Hukum
Menurut Permenkes RI No. 149/Menkes/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan pasal 10 ayat 2 pelayanan kebidanan kepada
bayi meliputi : pemeriksaan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan
bayi, resusitasi pada bayi baru lahir, pemberian imunisasi dan pemberian
penyuluhan (Kemkes RI, 2010).
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita tertuang
dalam standar kompetensi ke-7 yaitu bidan memberikan pengobatan sesuai
kewenangan, kolaborasi atau merujuk dengan cepat dan tepat sesuai keadaan
bayi dan balita.
39
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus
Metode deskriptif adalah suatu metode studi kasus yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan secara objektif. Dalam studi ini menggunakan metode deskriptif
dengan rancangan studi kasus yaitu laporan yang dilakukan dengan cara
meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
tunggal, pada kasus ini mendeskripsikan tentang asuhan kebidanan balita
sakit pada An. Aumur 1 tahundengan ISPA ringan di BPS Ngudi Waras,
Jabung, Plupuh, Sragen dengan manajemen 7 langkah Varney dan data
perkembangan dengan SOAP (Notoatmodjo, 2012)
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat yang akan digunakan penulis untuk
pengambilan laporan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang
digunakan dalam melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di BPS Ngudi
Waras, Jabung, Plupuh, Sragen.
C. Subyek Studi Kasus
Merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan
kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang digunakan dalam kasus ini adalah
An. Aumur 1 tahunyang menderita ISPA ringan.
40
D. Waktu Pelaksanaan
Merupakan batas waktu yang digunakan penulis untuk melakukan
pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini
dilaksanakan pada bulan Mei 2015.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang
variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif (Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format dokumentasi
asuhan kebidanan pada balita sakit dengan metode Varney dan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara penelitian untuk
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007).
Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari obyek penelitian oleh
peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Data primer dalam
penelitian ini meliputi :
41
a. Pemeriksaan fisik
Menurut Matondang (2013), pemeriksaan fisik digunakan
untuk memperoleh informasi keadaan fisis anak secara lengkap
dan akurat. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara :
1) Inspeksi
Merupakan memeriksa dengan cara melihat atau
memandang (Romauli, 2010). Pada inspeksi umum pemeriksa
melihat perubahan yang terjadi secara umum, sehingga dapat
diperoleh kesan keadaan umum pasien. Pada inspeksi lokal,
dilihat perubahan-perubahan lokal sampai yang sekecil-
kecilnya (Matondang, 2013). Pada kasus ISPA ringan inspeksi
dilakukan dengan melihat apakah mukosa hidung-faring
tampak kemerahan, tonsil tampak kemerahan dan ederma,
tampak batuk tidak produktif, tidak ada jaringan parut pada
leher, tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan, pernafasan cuping hidung (Wijayaningsih, 2013).
2) Palpasi
Merupakan teknik pemeriksaan dengan meraba
mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat
peraba yang terdapat pada telapak jari tangan. Dengan palpasi
dapat ditentukan bentuk, besar, tepi, permukaan serta
konsistensi organ. Ukuran organ dapat dinyatakan dengan
besaran yang
42
sudah dikenal secara umum misalnya bola pingpong atau telur
ayam, tetapi lebih dianjurkan untuk menyatakannya dalam
ukuran, misalnya sentimeter (Matondang, 2013).Palpasi yang
berhubungan dengan ISPA yaitu adanya demam, teraba
adanya pembesaran limfe servikalis, dan tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tyroid (Wijayaningsih, 2013).
3) Perkusi
Perkusi dilakukan dengan cara mengetukkan ujung jari
II atau III langsung pada daerah yang diperkusi. Secara garis
besar suara perkusi dibagi menjadi 3 macam, yakni sonor
(suara yang terdengar pada perkusi paru normal), pekak (suara
yang terdengar pada perkusi otot), dan timpani (suara yang
terdengar pada perkusi abdomen bagian lambung)
(Matondang, 2013). Pada kasus ISPA ringan dilakukan untuk
mengetahui apakah suara paru normal (Wijayaningsih, 2013).
4) Auskultasi
Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop
untuk mendengarkan suara pernapasan, bunyi dan bising
jantung, peristaltik usus, dan aliran darah dalam pembuluh
darah (Matondang, 2013). Auskultasi yang berhubungan
dengan ISPA ringan yaitu suara nafas vesikuler/tidak
terdengar ronchi pada kedua sisi paru (Wijayaningsih, 2013).
43
b. Wawancara
Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu metode
yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti
mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari klien, atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to
face). Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan bidan dan
keluarga pasien di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen untuk
menilai keadaan atau masalah pada pasien.
c. Observasi
Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu prosedur
yang berencana meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah
situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Pada kasus ISPA ringan observasi dilakukan dengan mengobservasi
keadaan umum, tanda-tanda vital (nadi, respirasi, suhu), intake dan
output cairan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Observasi pada studi kasus ini direncanakan dilakukan secara teratur
setiap hari dari pasien masuk hingga pulang dan melakukan
kunjungan rumah.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil
maupun non komersil (Riwidikdo, 2013). Data sekunder diperoleh dengan
cara :
44
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disiapkan
karena adanya permintaan seorang penyidik. Pada laporan kasus ini
penulis mendokumentasikan setiap tahapan asuhan kebidanan pada
balita dengan sistem SOAP (Rismalinda, 2014). Pengambilan studi
kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang ada
di BPS Ngudi Waras Jabung, Plupuh, Sragen berupa no registrasi
pasien, riwayat kesehatan, buku periksa pasien, buku KIA.
b. Studi kepustakaan
Bahan pustaka merupakan hal yang penting dalam menunjang
latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2013). Studi
kasus ini diambil dari buku-buku referensi tentang balita dan penyakit
ISPA tahun 2004 - 2014.
G. Alat Yang Digunakan
Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain:
1. Alat dan bahan untuk wawancara:
a. Format pengkajian pada balita sakit.
b. Alat tulis (buku dan bolpoint).
c. Buku register di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen.
45
2. Alat dan bahan untuk observasi
a. Timbangan berat badan.
b. Alat pengukur tinggi badan.
c. Pita pengukur lingkar lengan atas.
d. Stetoskop.
e. Termometer.
46
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
Tanggal : 07 Mei 2015 Pukul : 09.30 WIB
a. Anamnesa (Data Subyektif)
1) Identitas Anak
a) Nama Anak : An. A
b) Umur : 1 Tahun (12 bulan)
c) Anak Ke : 1
d) Jenis Kelamin : Perempuan
e) Alamat :Menjingan Rt 03/Rw 01, Jabung, Plupuh
Sragen
2) Identitas Ibu Identitas Ayah
a) Nama : Ny. T Nama : Tn. P
b) Umur : 23 Tahun Umur : 27 Tahun
c) Agama : Islam Agama : Islam
d) Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
e) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
g) Alamat : Menjingan Rt 03/Rw 01, Jabung, Plupuh Sragen
47
3) Keluhan Datang
Ibu mengatakan alasan datang ke RB adalah ingin memeriksakan
anaknya yang sejak tadi malam rewel karena pilek dan ibu juga
mengatakan anaknya belum diberi obat apapun sejak semalam (1
hari)
4) Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa anaknya batuk, pilek, dan rewel.
5) Riwayat Kesehatan
(a) Imunisasi
(1) BCG
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi BCG pada
tanggal 20 April 2014.
(2) DPT 1
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunasi DPT 1 pada
tanggal 21 Mei 2014.
(3) DPT 2
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi DPT 2 pada
tanggal 20 Juli 2014.
(4) DPT 3
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi DPT 3 pada
tanggal 20 Agustus 2014.
(5) Polio 1
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 1 pada
tanggal 20 April 2014.
48
(6) Polio 2
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 2 pada
tanggal 21 Mei 2014.
(7) Polio 3
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi polio 3 pada
tanggal 20 Juli 2014.
(8) Polio 4
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 4 pada
tanggal 20 Agustus 2014.
(9) Hepatitis B 1
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi HB 1 pada
tanggal 21 Mei 2014.
(10) Hepatitis B 2
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi HB 2 pada
tanggal 20 Juli 2014.
(11) Hepatitis B 3
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi HB 3 pada
tanggal 20 Agustus 29014.
(12) Campak
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Campak pada
tanggal 10 Desembr 2015.
49
(13) Imunisasi lain
Ibu mengatakan anaknya belum mendapatkan imunisasi
lainnya.
(b) Riwayat penyakit yang lalu :
Ibu mengatakan anaknya belum pernah menderita penyakit
apapun yang menyebabkan harus dibawa ke rumah sakit.
(c) Riwayat Penyakit sekarang :
Ibu mengatakan anaknya sekarang rewel karena ada batuk dan
pilek sehingga susah tidur.
(d) Riwayat Penyakit keluarga/menurun :
Ibu mengatakan dalam keluarga baik keluarga istri maupun
keluarga suami tidak ada riwayat penyakit menurun (Jantung,
Diabetes Milietus, Asma) dan riwayat penyakit menular
(Hepatitis, TBC, HIV/AIDS).
6) Riwayat Sosial
(a) Yang Mengasuh
Ibu mengatakan yang mengasuh anaknya adalah ibu sendiri dan
suaminya.
(b) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga
lain baik.
50
(c) Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan hubungan dengan temannya sebayanya baik dan
anaknya aktif bermain.
(d) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, bersih letak rumah
berdeketan dengan rumah yang lain.
7) Pola Kebiasaan Sehari-hari (Sebelum Sakit dan Selama Sakit)
a. Nutrisi
1) Sebelum sakit :
Pola nutrisi yang diberikan
a) Pagi jam : Ibu mengatakan pukul 07.30 WIB.
b) Siang jam : Ibu mengatakan pukul 11.00 WIB.
c) Malam jam : Ibu mengatakan pukul 17.00 WIB.
2) Selama sakit :
Pola nutrisi yang diberikan
a) Pagi jam : Ibu mengatakan pukul 07.30 WIB.
b) Siang jam : Ibu mengatakan pukul 11.00 WIB.
c) Malam jam : Ibu mengatakan pukul 17.00 WIB.
Baik sebelum atau selama sakit tidak ada perubahan pola nutrisi.
Nutrisi yang diberikan ke anak berupa nasi, sayur, lauk, air
putih, susu formula, dan kadang diberikan biskuit.
51
b. Istirahat atau Tidur
1) Sebelum sakit :
a) Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang
selama 1 - 2 jam.
b) Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur
malamselama 9 - 10 jam.
2) Selama sakit :
a) Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang
selama 1 jam.
b) Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur
malamselama 8-9 jam.
Ibu mengatakan bahwa anaknya menjadi susah tidur.
c. Mandi
1) Sebelum sakit :
a) Pagi jam : Ibu mengatakan pada pukul 07.00 WIB.
b) Sore jam : Ibu mengatakn pada pukul 16.00WIB.
2) Selama sakit :
a) Pagi jam : Ibu mengatakan pada pukul 07.30 WIB.
b) Sore jam : Ibu mengatakn pada pukul 16.00WIB.
d. Aktifitas
1) Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif bermain.
2) Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya menjadi rewel dan
tidak mau bermain.
52
e. Eliminasi
1) Sebelum sakit :
a) BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 3 - 4 kali
sehari warna kuning pekat.
b) BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari
dan konsistensinya lembek.
2) Selama sakit :
a) BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 3 – 5 kali
sehariwarna kuning pekat.
b) BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari
dan konsistensinya lembek.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalis
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV R : 33 x/menit
N : 110 x/menit
S : 37°C
d) BB/TB : 9,6 kg / 75 cm
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan.
b) Muka : Bersih, tidak ada oedema.
c) Mata : Simetris, conjungtiva merah muda , sklera putih.
53
d) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen.
e) Hidung : Simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih
dan encer, kulit hidung bagian luar tampak
kemerahan.
f) Mulut : bibir berwarna merah muda, lidah bersih, tidak
ada stomatis, gusi tidak bengkak, tenggorokan
kemerahan.
g) Leher : Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran
kelenjar limfe dan thiroid.
h) Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada saat
bernapas, tidak ada bunyi stridor dan tidak ada
bunyi weezing.
i) Perut : Tidak ada benjolan, tidak kembung
j) Ekstermitas : Simetris kanan kiri, jari-jari lengkap, gerakan
aktif.
k) Genetalia : Testis sudah turun ke skrotum, penis berlubang.
l) Anus : Berlubang (positif)
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan :
a) Belajar berdiri sendiri dengan berpegangan.
b) Dapat berjalan dengan ditutun.
c) Memanggil ayah dengan kata "bapak", memanggil ibu dengan
kata "ibu".
54
4) Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan
2. Interpretasi Data
Tanggal : 07 Mei 2015 Pukul :10.00 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
An. A umur 1 tahun, jenis kelamin perempuan dengan ISPA ringan.
Data Dasar
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan anaknya bernama An. A umur 1 tahun.
2) Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin perempuan.
3) Ibu mengatakan anaknya batuk dan pilek dan belum diberi obat
sejak semalam (1 hari).
4) Ibu mengatakan anaknya rewel.
5) Ibu mengatakan anaknya makan dalam porsi sedikit dan hanya
minum asi saja.
Data Obyektif :
1) Keadan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV R : 33 x/menit
N : 110 x/menit
S : 37°C
4) BB/TB : 9,6 kg / 75 cm
5) Pemeriksaan Fisik
55
a) Hidung : Simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih
dan encer, kulit hidung bagian luar tampak
kemerahan dan tidak ada benjolan.
b) Mulut : bibir berwarna merah muda, lidah bersih, tidak
ada stomatis, gusi tidak bengkak, tenggorokan
kemerahan.
c) Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada saat
bernapas, tidak ada bunyi stridor dan tidak ada
bunyi weezing.
b. Masalah
Anak rewel dan susah tidur karena batuk dan pilek.
c. Kebutuhan
Beritahu ibu agar anaknya istirahat cukup dan anjurkan ibu untuk
menenangkan anaknya dengan sabar.
3. Diagnosa Potensial
Berlanjut menjadi ISPA sedang atau berat.
4. Antisipasi
Memberikan terapi secara mandiri berupa obat batuk dan pilek
a. Satu sendok teh Amox syrup 3x1 sehari
b. Satu sendok teh peacedine syrup 3x1 sehari
5. Perencanaan
Tanggal : 07 Mei 2015 Pukul : 10.20 WIB
a. Beritahu hasil pemeriksaan anaknya pada ibu.
56
b. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi yang
seimbang pada anaknya.
c. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
d. Anjurkan ibu untuk membersikan membersihkan hidung jika anak
pilek
e. Anjurkan ibu untuk menenangkan anak agar dapat beristirahat
cukup.
f. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika anak
belum sembuh.
g. Beritahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu pada tanggal 10 Mei
2015.
6. Pelaksanaan
Tanggal : 07 Mei 2015 Pukul : 10.30 WIB
a. Pukul 10.30WIB: Memberitahu ibu hasil pemeriksaan anaknya
bahwa anaknya menderita ISPA ringan (SAP
terlampir).
b. Pukul 11.00WIB: Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan nutrisi yang seimbang pada anaknya
yaitu makanan yang mengandung karbohidrat
(nasi), protein (lauk pauk), mineral (sayuran),
lemak (minyak kelapa dan minyak ikan) dan
vitamin (buah dan sayur) dan cairan secukupnya.
57
c. Pukul 11.05 WIB: Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
perorangan dan lingkungan yaitu dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah memegang anak dan
membersihkan lingkungan di sekitar rumah agar
terbebas dari penyakit.
d. Pukul 11.10 WIB: Menganjurkan ibu untuk membersihkan hidung
jika anak pilek menggunakan tissu dan kain bersih.
e. Pukul 11.15 WIB: Menganjurkan ibu untuk menenangkan anak agar
dapat beristirahat cukup yaitu tidur siang ± 2 jam
dan tidur malam ± 10 jam.
f. Pukul 11.20 WIB: Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat
amox syrup di minumnya 3x1 sehari 1 sendok teh
@ 2,5 ml dan peacedine syrup 3x1 sehari 1 sendok
teh @ 2,5 ml sampe habis atau jika anak belum
sembuh.
g. Pukul 11.25 WIB: Memberitahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu
pada tanggal 10 Mei 2015.
7. Evaluasi
Tanggal : 07 Mei 2015 Pukul : 11.30 WIB
a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya.
b. Ibu bersedia untuk memenuhikebutuhan cairan dan nutrisi yang
seimbang pada anaknya.
c. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
58
d. Ibu bersedia untuk membersikan membersihkan hidung jika anak pilek
e. Ibu bersedia untuk menenangkan anak agar dapat beristirahat cukup.
f. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika anak
belum sembuh.
g. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah untuk pemeriksaan
pada anaknya
59
DATA PERKEMBANGAN I
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 10 Mei 2015 Pukul : 15.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya masih batuk dan pilek.
2. Ibu mengatakan sudah memberikan obat kepada anaknya.
3. Ibu mengatakan anaknya makan dalam porsi sedang( nasi, sayur,
lauk dan buah ).
4. Ibu mengatakan anaknya minum ASI dan air putih.
O : Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : R : 33 x/menit
S : 36,8 °C
N : 110 x/menit
4. BB/TB : 9,6 kg / 75 cm
5. Pemeriksaan Fisik :
a. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih,
agak sembab.
60
b. Hidung : Simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih dan
encer, kulit hidung bagian luar tampak kemerahan
dan tidak ada benjolan.
A : Assesment
An. A umur 1 tahun, jenis kelamin perempuan dengan ISPA ringan
hari ketiga.
P : Planning
Tanggal : 10 Mei 2015 Pukul : 15.20 WIB
1. Pukul 15.20 WIB: Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
bahwa anaknya masih mengalami ISPA
ringan.
2. Pukul 15.30 WIB: Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga nutrisi
dan asupan cairan untuk anaknya.
3. Pukul 15.35 WIB: Menganjurkan ibu untuk terus memberikan
terapi obat untuk anaknya.
4. Pukul 15.40 WIB: Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga
kebersihan personal anaknya khususnya
hidung jika meler.
5. Pukul 15.45 WIB: Memberitahukan ibu untuk membuat anaknya
tenang dan banyak istirahat.
61
6. Pukul 15.50 WIB: Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan
kunjungan rumah berikutnya yaitu tanggal 12
Mei 2015.
Evaluasi :
Tanggal : 10 Mei 2015 Pukul : 15.55 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya.
2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga nutrisi dan asupan cairan anaknya.
3. Ibu bersedia untuk tetap memberikan terapi obatnya hingga habis.
4. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan personal anaknya.
5. Ibu bersedia menenangkan anaknya agar banyak istirahat.
6. Ibu sudah mengetahui dan bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah
berikutnya yaitu pada tanggal 12 Mei 2015.
62
DATA PERKEMBANGAN II
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 12 Mei 2015 Pukul : 15.30 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel dan aktif bermain.
2. Ibu mengatakan batuk pilek anaknya berkurang.
3. Ibu mengatakan anaknya makan porsi sedang ( nasi, sayur, dan lauk
pauk ) buah dan biskuit.
4. Ibu mengatakan anaknya minum ASI, air putih dan 2 botol susu
formula.
O : Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : R : 32 x/menit
S : 36,5 °C
N : 111 x/menit
4. BB/TB : 9,6 kg / 75 cm
5. Pemeriksaan Fisik :
a. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih.
63
b. Hidung : Simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih
dan encer, kulit hidung bagian luar tampak
kemerahan.
A : Assesment
An. A umur 1 tahun, jenis kelamin perempuan dengan riwayat ISPA
ringan hari kelima.
P : Planning
Tanggal : 12 Mei 2015 Pukul : 15. 50 WIB
1. Pukul 15..50 WIB: Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
pada anaknya bahwa ISPA yang dialami
anaknya sudah lebih baik.
2. Pukul 15.55 WIB: Tetap menganjurkan ibu menjaga kebersihan
personal pada anaknya
3. Pukul 16.00 WIB: Menganjurkan ibu untuk memberikan sisa
obatnya amox syrup3x1 sehari 1 sendok teh
dan peacedine syrup3x1 sehari 1 sendok the
hingga habis.
4. Pukul 16.05 WIB: Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya
ke tenaga kesehatan jika terjadi kekambuhan.
64
5. Pukul 16.10 WIB: Memberitahukan ibu akan dilakukan
kunjungan rumah terakhir pada tanggal 15 Mei
2015.
EVALUASI
Tanggal : 12 Mei 2015 Pukul : 16.15 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan pada anaknya bahwa ISPA yang
diderita anaknya sudah membaik.
2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga daerah kebersihan personal pada
anaknya.
3. Ibu bersedia untuk tetap memberikan sisa obat yang diberikan.
4. Ibu bersedia membawa anaknya ke tenaga kesehatan jika terjadi
kekambuhan.
5. Ibu tahu dan bersedia dilakukan kunjungan terakhir pada tanggal 15 Mei
2015.
65
DATA PERKEMBANGAN III
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 15 Mei 2015 Pukul : 15.30 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah bermain sendiri lagi.
2. Ibu mengatakan batuk dan pilek anaknya sudah sembuh.
3. Ibu mengatakan anak makan porsi sedang (nasi, sayur, lauk dan buah).
4. Ibu mengatakan anaknya minum ASI, air putih, 4 botol susu formula.
O : Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : R : 32 x/menit
S : 36,5 °C
N : 111 x/menit
4. BB/TB : 9,6 kg / 75 cm
5. Pemeriksaan Fisik :
a. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih.
b. Hidung : Simetris, tidak terdapat cairan/lendir berwarna
jernih dan encer dan tidak ada benjolan pada
hidung.
66
A : Assesment
An. A umur 1 tahun, jenis kelamin perempuan dengan riwayat ISPA
ringan hari ke delapan.
P : Planning
Tanggal : 15 Mei 2015 Pukul : 15. 50 WIB
1. Pukul 15.50 WIB: Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
pada anaknya bahwa anaknya sudah sembuh.
2. Pukul 15.55 WIB: Menganjurkan ibu untuk menjaga waktu
istirahat anaknya.
3. Pukul 16.00 WIB: Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya
ke tenaga kesehatan jika terjadi kekambuhan.
Evaluasi
Tanggal : 15 Mei 2015 Pukul : 16.05 WIB
1. Ibu sudah mengetahui bahwa anaknya sudah sembuh.
2. Ibu bersedia untuk menjaga waktu istirahat bagi anaknya.
3. Ibu bersedia membawa anaknya ke tenaga kesehatan jika terjadi
kekambuhan.
67
B. Pembahasan
Studi kasus ini mempelajari tentang asuhan kebidanan pada anak An. A
umur 1 tahun dengan ISPA ringan di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen.
Studi kasus ini mengkaji ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek
pada asuhan kebidanan balita sakit dengan ISPA ringan.
Pelaksanaan studi kasus ini menggunakan manajemen kebidanan 7
langkah Varney yang terdiri dari: Pengkajian, Interpretasi Data, Diagnosa
Potensial, Antisipasi Tindakan Segera, Perencaaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
1. Pengkajian
Keluhan datang / data subyektif pada balita sakit adalah ibu klien
mengatakan bahwa ingin memeriksakan anaknya karena batuk pilek
dengan atau tanpa demam, tenggorokan merah ( wijayaningsih, 2013).
Pada data obyektif di dapatkan keadaan umum tampak sakit, sakit ringan,
sakit sedang, ataukah sakit berat, kesadaran composmentis, apatis,
somnolen, soper, koma, delirium Tanda-tanda vital meliputi Denyut
jantung normal pada anak adalah 80-115 x/menit (matondang, 2013).
Pernafasannya cepat, yaitu kurang dari 40 x/menit, Temperatur pada
pasien dengan ISPA ringan biasnaya mengalami peningkatan diatas
37,5°C (Wijayaningsih, 2013). Pemeriksaan sistematis: telinga : Adakah
cairan atau kotoran, bagaimana keadaan tulang rawannya (Priharjo, 2007).
hidung : Pasien dengan ISPA ringan, hidungnya tersumbat dan berair
(Wijayaningsih, 2013). Mulut : pasien dengan ISPA ringan bibir
68
kemerahan (pucat) (Matondang, 2013). Dada : Adakah retraksi pada dada
atau tidak, simetris atau tidak(Priharjo, 2007).
Hasil pengkajian pada tanggal 07 Mei 2015 diperoleh data subyektif
berupa data identitas pasien, ibu dan bapak. Keluhan ibu pasien datang ke
BPS adalah ibu mengatakan bahwa anaknya batuk dan pilek sehingga
anaknya menjadi rewel dan susah tidur. Data obyektif hasil keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, TTV : R : 33 x/menit, N : 110 x/menit, dan
S : 37°C, pemeriksaan fisik yaitu pada terdapat cairan/lendir yang encer
keluar dari hidung, kulit hidung bagian luar tampak kemerahan,
tenggorokan juga kemerahan.
Sehingga pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek dalam pengkajian
2. Interprestasi Data
(Sari, 2012). Pada langkah ini data yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah, dan
kebutuhan.Diagnosa kebidanan adalah pengolahan atau analisa data yaitu
menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan lainnya sehingga
tergambar fakta. Diagnosa untuk anak dengan ISPA ringan adalah sebagai
berikut (Hidayat dan Sujiyatini, 2010). Diagnisa kebidanan pada kasus ini
adalah An. X umur .... jenis kelamin .... dengan Permasalahan yang
muncul berdasarkan pernyataan pasien berdasarkan data dasar yang
berupa data subyektif dan data obyektif (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Permasalahan yang terjadi pada ISPA ringan adalah anak rewel
69
dan susah tidur (Wijayaningsih, 2013). Kebutuhan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien saat itu (Wildan dan Hidayat, 2011). Kebutuhan
untuk pasien ISPA adalah mengusahakan pernafasan normal,
menurunkan suhu dengan pemberian ibuprofen, istirahat yang cukup,
dan pemenuhan nutrisi (Hartono dan Rahmawati, 2012).
Pada kasus ini diagnosa kebidanan yaitu An. A umur 1 tahun, jenis
kelamin perempuan, dengan ISPA ringan. Masalah yang timbul pada anak
yaitu anak rewel dan sulit tidur karena batuk. Sedangkan kebutuhan pada
kasus ini yaitu memberikan anjuran kepada ibu untuk menenangkan
anaknya sehingga anaknya tidak bertambah rewel dan bisa beristirahat
lebih lama.
Sehingga pada kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek dalam menurunkan suhu anak karena dalam kasus anak tidak
mengalami demam.
3. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi.Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal
ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Diagnosa potensial
yang dapat muncul pada bayi dengan ISPA ringan adalah potensial terjadi
ISPA sedang, berat atau bahkan pneumonia (Kemkes, 2009).
70
Dalam kasus ini diagnosa yang dapat timbul yaitu ISPA sedang dan
ISPA berat. Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek dalam diagnosa potensial.
4. Antisipasi
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi
pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Antisipasi yang dilakukan
agar ISPA ringan tidak semakin parah dapat dilakukan dengan
pemberian vaksin ulangan influenza dan pneumonia (Somantri, 2007).
Dalam kasus ini, pasien diberikan terapi obat amox syrup dan
peacedine syrup.
Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan
praktek yaitu dalam pemberian vaksin ulang influenza dan pemberian
obat penurun panas paracetamol dan ibuprofen karena di kasus anak
tidak mengalami demam.
5. Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Perencanaan
71
yang dilakukan pada kasus ini merujuk pada langkah-langkah yang
disampaikan hartono dan rahmawati (2012) sertaMaryunani (2010),
yaitu memberitahu ibu untuk: Mengusahakan pernafasan normal pada
anak caranya dengan membersihkan hidung anak ketika hidung meler,
Memberikan istirahat yang cukup, Membuat anak menjadi
nyamanLakukan pencegahan penyebaran infeksi, untuk anak yang
batuk bisa dengan diminta menggunakan masker, Menurunkan suhu
anak menjadi normal, dilakukan dengan pemberian paracetamol dan
ibuprofen, Memberikannutrisi yang cukup.
Pada studi kasus ini perencanaan yang dilakukan adalah: Beritahu
hasil pemeriksaan anaknya pada ibu, Anjurkan ibu untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan nutrisi yang seimbang pada anaknya, Anjurkan
ibu untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, Anjurkan
ibu untuk membersikan membersihkan hidung jika anak pilek,
Anjurkan ibu untuk menenangkan anak agar dapat beristirahat cukup,
Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat amox syrup 3x1 sehari
1 sendok teh dan 3x1 sehari 1 sendik teh sampai habis atau jika anak
belum sembuh, Beritahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu pada
tanggal 10 Mei 2015.
Terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam
perencanaan pada kasus An. A dengan ISPA ringan ini karena tidak
menggunakan masker dalam pencegahan infeksi dan tidak diberikan
72
obat penurun suhu paracetamol dan ibuprofen karena An. A tidak
mengalami demam / panas.
6. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahapan pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan (Wildan dan Hidayat). Pelaksanaan asuhan pada balita
dengan ISPA ringan disesuaikan dengan rencana tindakan.
Pelaksanaan penanganan ISPA ringan dilakukan sesuai dengan
perencanaan (Hartono dan Rahmawati, 2012) yaitu: Mengusahakan
pernafasan normal pada anak, Memberikan istirahat yang cukup, Membuat
anak menjadi nyaman, Melakukan pencegahan penyebaran infeksi, untuk
anak yang batuk diminta menggunakan masker Menurunkan suhu anak
menjadi normal, Memberikan nutrisi yang cukup.
Pada langkah ini penulis melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan pada klien yaitu memberitahu hasil pemeriksaan
anaknya pada ibu, menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan nutrisi yang seimbang pada anaknya,menganjurkan ibu
untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, menganjurkan
ibu untuk membersihkan hidung jika anak pilek, menganjurkan ibu
untuk menenangkan anak agar dapat beristirahat cukup, menganjurkan
ibu untuk kunjungan ulang jika obat amox syrup 3x1 sehari 1 sendok
teh @ 2,5 ml dan 3x1 sehari 1 sendok the @ 2,5 ml sampai habis atau
73
jika anak belum sembuh.memberitahu ibu rencana kunjungan rumah
yaitu pada tanggal 10 Mei 2015.
Terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam
perencanaan pada kasus An. A dengan ISPA ringan ini karena tidak
menggunakan masker dalam pencegahan infeksi dan tidak diberikan
obat penurun suhu paracetamol dan ibuprofen karena An. A tidak
mengalami demam / panas.
7. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan,
yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun
pelaksanaan yang dilakukan bidan (Wildan dan Hidayat, 2011). Hasil
yang diharapkan setelah melakukan asuhan kebidanan pada balita
sakit dengan ISPA ringan adalah (Hartono dan Rahmawati, 2012):
Pernafasan anak dalam batas normal, Anak istirahat dan tidur yang
nyenyak
Evaluasi pada kasus An. A dengan ISPA ringan, dilakukan
selama 1 minggu dari 7-15 Mei 2015. Ibu pasien memperhatikan
dengan baik anjuran dari tenaga kesehatan sehingga pada hari kelima
sudah menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu batuk mulai
berkurang. Ibu pasien cukup berhati-hati menjaga kebersihan, nutrisi,
dan istirahat pasien. Sehingga, selama satu minggu batuk dan pilek
sudah sembuh.
Pada proses evaluasi ini tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan
pembahasan pada asuhan kebidanan pada An. A umur 1 tahun dengan ISPA
ringan di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen maka penulis mengambil
kesimpulan :
1. Pengkajian pasien ISPA ringan dengan melibatkan ibu dan keluarga serta
diperlukan pengkajian yang teliti pada daerah yang berhubungan langsung
dengan saluran pernapasan atas yaitu pada daerah hidung, tenggorokan,
dan dada.
2. Pada langkah interprestasi data untuk menentukan diagnosa, masalah, dan
kebutuhan diperlukan data yang cukup mendukung yaitu data dasar yang
terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Sehingga diagnosa kebidanan
yang didapatkan adalah adalah An. A umur 1 tahun jenis kelamin
perempuan dengan ISPA ringan, masalah yang muncul adalah anak
menjadi rewel dan susah tidur, dan kebutuhan pada kasus ini adalah
menganjurkan ibu untuk menenangkan anaknya sehingga tidak
bertambah rewel dan bisa beristirahat lebih lama.
3. Diagnosa potensial pada kasus balita sakit dengan ISPA ringan yaitu
potensial terjadi kekambuhan ISPA sedang atau berat, tetapi pada kasus ini
75
tidak terjadi karena An. A telah mendapatkan perawatan dan penanganan
yang baik dari tenaga kesehatan dan orang tua pasien.
4. Antisipasi yang dilakukan untuk menangani diagnosa potensial pada balita
sakit dengan ISPA ringan adalah dengan memberikan terapi amox
syrup3x1 sehari 1 sendok teh dan peacedine syrup 3x1 sehari 1 sendok teh.
5. Perencanaan dilakukan dengan memberikan anjuran kepada ibu untuk
memberikan terapi obat dan ditekankan untuk memberikan nutrisi yang
cukup pada pasien.
6. Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan pada An. A dengan ISPA ringan
dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun dan mendapatkan hasil yang maksimal karena adanya dukungan
keluarga.
7. Evaluasi dilakukan selama satu minggu dari 7-15 Mei 2015 sehingga
memastikan bahwa pasien sembuh, dan ibu tetap memberikan nutrisi yang
baik bagi anaknya.
8. Ada kesenjangan antara teori dan praktek, namun tidak terlalu signifikan
misalnya pada pemeriksaan sistematis dan antisipasi yang menggunakan
terapi obat bukan pemberian vaksin influenza.
76
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan
beberapa saran yang bermanfaat :
1. Bagi Profesi
Di harapkan untuk tenaga kesehatan terutama bidan untuk lebih
meningkatkan pemberian penyuluhan tenntang perawatan pada balita
sakit dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) agar balita dapat
terhindar dari masalah yang berpotensi terjadi.
2. Bagi Ibu dan Keluarga
Ibu dan keluarga diharapkan dapat mengenali tanda – tanda gejala ISPA
yang muncul dengan membaca buku atau mencari informasi melalui
media seperti internet agar keluarga dapat mengantisipasi, sehingga tidak
terjadi komplikasi yang lebih lanjut.
3. Bagi Institusi
a. BPS
Diharapkan agar BPS untuk tetap menjaga dan meningkatkan mutu
dan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan yang
optimal pada balita sakit dengan infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) Ringan.
b. Pendidikan / Institusi
Diharapkan agar lebih melengkapi / menambah referensi terbaru
tentang ISPA ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R., dan D. Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
BPOM RI. 2013. Informasi tentang Infeksi Saluran Pernafasan.
http://www.pom.go.id/pom/publikasi/artikel/artikel02.html diakses 30
November 2014
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Dinkes Jateng. 2012. Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2008-2012. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Elyana dan candra. 2009. Hubungan Frekuensi ISPA dengan Status Gizi
Balita.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=72033&val
=1248 diakses tanggal 10 Desember 2014.
Hartono, R. dan D. Rahmawati. 2012. ISPA: Gangguan Pernafasan pada Anak,
Panduan bagi Tenaga Kesehatan dan Umum. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hidayat, AA. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data.Surabaya : Salemba.
Ika Kunti Rini. 2014. Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada Anak I Umur 15 Bulan
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Ringan di BPS Margi
Lestari Kabupaten Sragen. Surakarta: STIkes Kusuma Husada.
Kementrian Kesehatan RI. 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
149/Menkes/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional RI. 2004. Indonesia. Laporan
Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium
Development Goals). Jakarta: Bappenas.
Marmi, dan K. Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus. Bayi. Balita. dan Anak
Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryunani, A. 2010.Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info
Media.
Matondang, CS. dkk. 2013. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi ke 2.Jakarta : CV.
Sagung Seto.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nurhidayah, I., dkk. 2008. Upaya Keluarga dalam Pencegahan dan Perawatan
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Rumah pada Balita di
Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.Bandung: Lembaga Penelitian
Univesitas Padjajaran.
Priharjo. R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Reni Istiyantiningsih. 2012. Asuhan Kebidanan Balita pada An. dengan ISPA
Ringan di BPS Indarwati Mranggen.Jatinom. Klaten: Stikes
Muhammadiyah Klaten.
Rismalinda, P.H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit In Media.
Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Romauli, S. 2011. Asuhan Kebidanan 1: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sari, R.N. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Somantri, I. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeks Saluran Penapasan Akut
(ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Pedoman Interim WHO.
http://www.who.int/csr/resources/publications/ diakses 30 November
2014
WHO. 2013a. Call to Action. Battle against Respiratory Viruses Initiative .
http://www.who.int/influenza/patient_care/clinical/brave/en diakses
30 November 2014
WHO. 2013b. Battle Against Respiratory Viruses (BraVe) Initiative.
http://www.who.int/influenza/patient_care/clinical/brave/en diakses
30 November 2014
Wijayaningsih, K.S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Trans Media
Info.
Wildan, M. dan Hidayat, A.A.A. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.