27
BAB II PEMBAHASAN 2.1 PT. ADARO INDONESIA PT Adaro Indonesia adalah salah satu kontraktor pemerintah melalui Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama yang telah dirikan pada tahun 1982 dan melakukan kegiatan eksplorasi, penambangan batubara di Kalimantan Selatan mulai berproduksi secara komersial tahun 1992. Lokasipenambangan terletak di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, berjarak lebih kurang 220 km dari kota Banjarmasin ke arah utara yang dapat ditempuh melaui jalan darat, dengan waktu tempuh sekitar empat (4) jam. Lokasi pengolahan batubara (crushing plant) berada di Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Lokasi penambangan dan pengolahan batubara dihubungkan dengan jalan khusus angkutan batubara yang dibangun oleh PT Adaro Indonesia, berjarak 80 km. Lokasi jalan ini berada di wilayah Kabupaten Tabalong, Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito Selatan. Dasar hukum operasional PT Adaro Indonesia adalah Perjanjian Karya Pengusahaan Penambangan Batubara (PKP2B) Nomor J2/J.i.DU/52/82 tanggal 16 November 1982 antara PT Adaro Indonesia dengan Perum Tambang Batubara sebagai prinsipal dan pemegang Kuasa Pertambangan atas wilayah tersebut. Berdasarkan Kepres

Hampir Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hch

Citation preview

Page 1: Hampir Fix

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PT. ADARO INDONESIA

PT Adaro Indonesia adalah salah satu kontraktor pemerintah melalui Perjanjian

Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama yang

telah dirikan pada tahun 1982 dan melakukan kegiatan eksplorasi,

penambangan batubara di Kalimantan Selatan mulai berproduksi secara komersial

tahun 1992. Lokasipenambangan terletak di Kabupaten Balangan dan Kabupaten

Tabalong Kalimantan Selatan, berjarak lebih kurang 220 km dari kota Banjarmasin ke

arah utara yang dapat ditempuh melaui jalan darat, dengan waktu tempuh sekitar

empat (4) jam. Lokasi pengolahan batubara (crushing plant) berada di Kabupaten

Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Lokasi penambangan dan pengolahan

batubara dihubungkan dengan jalan khusus angkutan batubara yang dibangun

oleh PT Adaro Indonesia, berjarak 80 km. Lokasi jalan ini berada di wilayah

Kabupaten Tabalong, Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Barito Selatan.

Dasar hukum operasional PT Adaro Indonesia adalah Perjanjian Karya

Pengusahaan Penambangan Batubara (PKP2B) Nomor J2/J.i.DU/52/82 tanggal

16 November 1982 antara PT Adaro Indonesia dengan Perum Tambang Batubara

sebagai prinsipal dan pemegang Kuasa Pertambangan atas wilayah tersebut.

Berdasarkan Kepres No. 75 tahun 1996, kedudukan Perum Batubara sebagai

prinsipal digantikan oleh Pemerintah dalam hal ini Departemen Pertambangan dan

Energi (yang sat ini merupakan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral).

Berdasarkan PKP2B, PT Adaro Indonesia berhak melakukan eksplorasi,

penambangan dan pemasaran batubara untuk jangkawaktu 30 tahun sejak dimulainya

tahap produksi tahun 1991 dan pada tahun 1992 yang merupakan tahun pertama

produksi komersial. Awalnya wilayah PKP2B PT Adaro Indonesia mencakup

area seluas 148.148 Ha dan setelah mengalami beberapa kali penciutan

wilayah yang dipertahankan seluas 35.800,80 Ha berdasarkan Surat Envirocoal

PT Adaro Energy, tbk Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi Desember 2013 4 PT

ADAROENERGY, Tbk Keputusan Dirjen Pertambangan Umum No.

635.K/20.01/DJP/1998 area KW 96P00144 dan No. 67.K/2014/DDJP/1995 area KW

Page 2: Hampir Fix

96PP0386 yang telah disesuaikan pula dengan pembayaran iuran tetap/deadrentseluas

35.800,80 Ha tiap semesternya.

Gambar 1. Lokasi Tambang PT Adaro Indonesia

2.2 Genesa Batubara

Batubara adalah batuan sediment (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari

tumbuhan, yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan

penghancuran yang sempurna karena aktivitas bakteri anaerob, berwarna coklat

sampai hitam yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia, yang mana

mengakibatkan pengayaan kandungan karbon.

2.2.1 Sejarah Geologi Batubara Dunia

Periode pembentukan batubara pertama (Anthracolithicum) yang

berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu terjadi dari

Zaman Karbon Bawah sampai Zaman Permian dan merupakan pembentukan

batubara maha hebat khususnya Zaman Karbon, dan sebagian besar

pembentukan batubara pada zaman ini, terjadi pada belahan bumi bagian

Page 3: Hampir Fix

Utara. Contohnya di Amerika Utara dan Eropa (kedalaman 3 mil dan

membentang dari Scotlandia sampai Silesia (Polandia).

Periode pembentukan batubara kedua, terjadi dari Zaman Cretacius

Bawah sampai Zaman Tersier. dan hampir seluruh batubara muda (lignit) dan

batubara coklat (Brown Coal) terbentuk pada periode ini, kecuali batubara di

Cekungan Moscow yang berasal dari Zaman Karbon Bawah.Selanjutnya

seluruh endapan gambut diasumsikan terjadi pada Zaman Kuarter.

2.1.2 Genesa Bahan Galian Batubara

Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran

kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut

yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan

tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi.

Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut

mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan

tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara. Pembentukan batubara

dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu

Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara

360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara

ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang

disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi

lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara coklat)’ – Ini adalah batu

bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara

jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam

pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang

terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan

yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu

bara muda menjadi batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan fisika

terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh

hitam dan membentuk ‘bitumen’atau‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat,

penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga

membentuk antrasit. Jenis-jenis Batu Bara Tingkat perubahan yang dialami

batu bara, dari gambut sampai menjadi antrasit – disebut sebagai pengarangan

– memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai

Page 4: Hampir Fix

‘tingkat mutu’ batu bara. Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu

bara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh

dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat

kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan

demikian kandungan energinya rendah. Batu bara dengan mutu yang lebih

tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam

cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki

kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah

dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit Definisi Batu bara

adalah bahan bakar fosil. Batu bara dapat terbakar, terbentuk dari endapan,

batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu

bara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan

lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan

tahun sehingga membentuk lapisan batu bara.

Gambar2.. Jenis batubara berdasarkan kalori

Gambar 3. Skema Pembentukan Batubara

Page 5: Hampir Fix

2.2 TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA

Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei tinjau,

prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan geologi

ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran,

kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu bara sebagai dasar analisis/kajian

kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut menentukan

tingkat keyakinan geologi dan kelas sumber daya batubara yang dihasilkan.

2.2.1 Survei Tinjau (Reconnaissance)

Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batu bara yang paling awal

dengan tujuan mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis

mengandung endapan batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut

serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan

kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran

penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan

pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1

: 100.000.

Pada tahap survei awal, pertama dilakukan survei formasi pembawa

batubara atau cool-bearing yang terbuka secara alami dan beberapa pengeboran

untuk mengetahui kedalaman dari lapisan batubara kearah kemiringan dengan

maksud memastikan deposit batubara yang potensial. Kemudian akan berlanjut

kepada teknik eksplorasi yang lebih tinggi menggunakan mesin dan peralatan

yang spesifik.

2.2.2 Prospeksi (Prospecting)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran

endapan yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini, di antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal

1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan

sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan dan analisis. Metode tidak

langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan apabila dianggap

perlu. Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk

analisa kondisi geologi dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi

batubara dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi

untuk memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas

lapisan batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyertai penambahan

Page 6: Hampir Fix

batubara. Dan juga mengkompensasi berbagai masalah yang tidak terhindar

apabila hanya dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman

sesungguhnya dari lapisan penting, terutama lapisan batubara atau sequence

rinci dari lapisan batubara termasuk parting dan lain lain.

2.2.3 Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan

kualitas serta gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan

yang dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000,

pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi

geologinya, penarnpangan (logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji,

dan pencontohan yang handal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi

mulai dapat dilakukan.

2.2.4 Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas clan

kualitas serta bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang harus

dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal

1:2.000, pemboran, dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai

dengan kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, pengkajian

geohidrologi, dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan pencontohan

batuan, batubara dan lainnya yang dipandang perlu sebagai bahan pengkajian

lingkungan yang berkaitan denqan rencana kegiatan penambangan.

Page 7: Hampir Fix

Pada tahap survei awal, pertama dilakukan survei formasi cool-bearing

yang terbuka secara alami dan beberapa pengeboran untuk mengetahui

kedalaman dari lapisan batubara kearah kemiringan dengan maksud memastikan

deposit batubara yang potensial. Kemudian akan berlanjut kepada teknik

eksplorasi yang lebih tinggi menggunakan mesin dan peralatan yang spesifik.

Pada akhirnya, hasil aktural yang diperoleh dari survei umum dan rinci

adalah:

Survei Umum Survei Rinci

• Peta geologi 1:50.000-10.000 1:1.000-3.000

• Peta penampang geologi 1:50.000-10.000 1:1.000-3.000

• Peta penampang stratigrafi 1:500-1.000 1:200-500

• Peta korelasi penampang 1:500-1.000

stratigrafi / lapisan batubara

• Peta penampang columnar 1:20 –1.000 1:200-500

batubara

• Peta kontur lapisan batubara 1:25.000-10.000 1:1.000-5.000

• Peta isopach lapisan batubara 1:10.000 1:1.000-5.000

• Peta distribusi kualitas batubara

(ash, sulfur, pospor, dll) 1:10.000 1:1.000-5.000

• Peta kalkuasai cadangan batubara 1:10.000 1:1.000-5.000

• Tabel kalkualsi cadangan batu bara

Yang paling penting adalah mengidenfikasi outcrops, adalah in-situ atau

creep. Kemudian membaca arti secara geologi dan stratigrafi. Observasi harus

dilakukan baik terhadap bagian fresh maupun permukan yang telah dipengaruhi

cuaca (weathered facies), dan sampel diambil dari bagian fresh in-situ.

Kemudian gambarkan posisi outcrops dengan tepat diatas peta topografi, dan

cantumkan juga rute jalan telah dilalui. Pada saat sama, dilakukan sketsa

outcrop secara geologi dan stratigrafi dengan penjelasan seperlunya. Item yang

diobservasi dan diukur adalah :

1. Deskripsi permukaan batuan (rock facies) karakteristiknya : Ukiran butir,

bentuk butir, kepadatan, warna, bahan tambang pembentuk, stratifikasi,

kesamaan (sorting) struktur sedimentasi, keberadaan fosil, dll.

Page 8: Hampir Fix

2. Deskripsi lapisan batubara : Warna, kilatan, kekerasan, stratifikasi,

belahan(parting), retakan, hubungan antara batuan langit-langit dan lantai,

dll.

3. Perubahan stratifikasi dan struktur : Kesesuaian (conformity),

ketidaksesuaian (unconformity), erosi dalam lapisan, perubahan bertahap

(gradual),patahan, perubahan lateral dari permukaan batuan (litho-facies),

dll.

4. Arah, kemiringan dan ketebalan setiap lapisan/lapisan batubara.

Outcrop bisasanya tersebar di samping aliran di dalam lembah. Apabila

outcrop tidak kontinu dan tanah diatasnya tipis,maka dilakukan penggalian

(stripping) untuk membuat outcrop kontinu. Walaupun lapisan tanahnya tebal,

apabila diduga terdapat gejala geologi yang penting seperti lapisan batubara atau

pathan, maka sebaiknya dilakukan pencekan dengan menggali parit (trench)

dengan lebar 1m dan kedalaman 3m sampai 5m. Pekerjaan utama yang

dikaukan didalam parit sebagai berikut :

1. Pengukuran : mengukur arah orintasi dan kemiringan lapisan tanah dan

lapisan batubara

2. Observasi : mengukur dan mencantumkan penampang columnar berurutan

dari outcrop, tertua lapisan batubara

3. Sampling : sampling batubara lapis per lapis atau secra kunulatif dan

belahan (parting), langit-langit dan lantai dilakukan sampling masing-

masing.

4. Survai : melaksanakan survai dengan menghubungkan seluruh titik

observasi

Di tempat yang hutannya lebat dan tidak terdapat lapisan batubara terbuka

(outcrop), survai dengan pit kadangkala efektif terutama pada musim hujan,

deskripsi dan pengukuran harus dilakukan segera karena kan dihanyutkan oleh

air sehingga sulit pemulihannya.

Untuk mengungkapkan sifat dan bukti geologi seperti batuan, bahan

tambang, warna, bentuk, ukuran butir dan lain-lain, yang diperoleh dari survai

geologi, maka pendefenisian lambang dan singkatan geologi akan bermanfaat

untuk menyederhanakan seluruh ekspresi. Selain itu masih ada beberapa

penelitian unsur khusus di antaranya ada yang dapat menjadi indikator

lingkungan sedimentasi dan proses diagenesis selamjutnya. Misalnya, kandung

Page 9: Hampir Fix

sulfur ( termasuk isotopnya di dalam batu bara) dan karbon didalam shale,

kandungan klor didalam batubara, kandungan authogenic carbonate didalam

shale dan lain-lain.

Pekerjaan pengeboran pada eksplorasi batubara menggunakan berbagai

tipe mesin bor dan perkakas tergantung dari tujuan dan tahapan eksplorasi

batubara.

Tugas pokok dari pengeboran adalah untuk :

1) memastikan letak dan kedalaman lapisan batubara sasaran .

2) mengetahui sequence stratigrafi dan geologi untuk maksud perbandingan.

3) memperoleh sampel lapisan batubara termasuk batuan langit-langit dan

lantainya.

4) melaksanakan berbagai jenis logging, dan lain-lain.

Pada eksplorasi tahap I, pengeboran sering dilakukan dengan coring

penuh dalam jarak yang lebar (jauh) dan dilakukan bersama logging geofisik.

Metode pengeboran banyak menggunakn pengeboran wireline dengan lebih NQ

(diameter lubang 75,7 mm) untuk mempermudah welllogging. Mesin ini

dirancang untuk melakukan pengeboran kontinu tanpa harus menarik keluar

batang bor pada setiap perpanjangan batang, dan core di tarik keluar oleh wire

melalui tangan batang (rod). Mesin yang umum digunakan adalah longyear LY-

39 atau LY-44 untuk pengeboran dengan kedalaman sedang. Diameter lubang

dan diameter core diperlihatkan pada tabel 6-1. (dari Field Geologist’sManual :

DA Berkman, 1976) Jarak antar lubang bor berbeda menurut kondisi geologi,

seperti daerah stabil dan labil secara struktur. Di daerah stabil jarak tersebut

adalah 500-700 m, atau kadang kala 1km, sedangkan untuk daerah labil adalah

300-500m.

Pada eksplorasi tahap II, jarak tersebut diperkecil, yakni 300-400 m grid

untuk daerah stabil, dan 250 m grid untuk daerah labil atau daerah sasaran

metallurgical coal. Pada tambang terbuka (open pit) beberapa pengeboaran

lubang dilakukan dengan metide non-core, seperti metode sirkulasi balik

(reverse circulation) atau dengan rotary rig. Dalam kasus demikian, dilakukan

logging geofisik untuk memperoleh informasi geologi dan kualitas batubara

yang rinci, serta kedalaman eksak dari lapisan sasaran.

Pada eksplorasi tahap III dilaksanakan pengeboran diameter besar

(biasanya 150-200 mm), untuk penelitian hidrologi dan mendapatkan sampel

Page 10: Hampir Fix

curahan untuk uji parameter preparasi batubara. Problem yang timbul dalam

pengeboran macam-macam, seperti hilang sirkulasi air, pembekakan (swelling)

diding lubang karena adanya bahan tambang tanah liat khusus yang mudah

mengembang seperti montmorillonite, coring batubara yang lunak, kehilangan

sifat air lumpur (drilling mud) karena emisi gas dalam jumlah besar dari lapisan

batubara, dan lain-lain.

2.2.5 METODE GEOFISIKA BATUBARA

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka

hadirlah survey geofisika tahanan jenis yang merupakan suatu metode yang

dapat memberikan gambaran susunan dan kedalaman lapisan batuan dengan

mengukur sifat kelistrikan batuan. Loke (1999) mengungkapkan bahwa survey

geofisika tahanan jenis dapat menghasilkan informasi perubahan variasi harga

resistivitas baik arah lateral maupun arah vertical. Metode ini memberikan

injeksi listrik kedalam bumi, dari injeksi tersebut maka akan mengakibatkan

medan potensial sehingga yang terukur adalah besarnya kuat arus (I) dan

potensial (∆V), dengan menggunakan survey ini maka dapat memudahkan para

geologist dalam melakukan interpretasi keberadaan cebakan-cebakan batubara

dengan biaya eksplorasi yang relatif murah.

2.3 Biaya Eksplorasi

Berikut merupakan biaya eksplorasi PT Adaro Indonesia pada periode bulan

Desember 2013.

Page 11: Hampir Fix

Tabel 1. Biaya Eksplorasi PT Adaro Indonesia Bulan Desember 2013

2.4 Perhitungan Cadangan Batubara

Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara

yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batu bara ini dibagi dalam kelas-

kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara

kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak

titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah

dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.

Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara

yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat

pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang. Klasifikasi sumber daya dan

cadangan batubara didasarkan pada tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan.

Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek, yaitu aspek geologi dan aspek

ekonomi.

2.4.1 Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara yaitu:

1. Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)

Sumber daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah

penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung

berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap

penyelidikan survei tinjau.

Sejumlah kelas sumber daya yang belum ditemukan yang sama

dengan cadangan batubara yg diharapkan mungkin ada di daerah atau

wilayah batubara yang sama dibawah kondisi geologi atau perluasan dari

sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya, sumberdaya berada pada

daerah dimana titik-titik sampling dan pengukuran serat bukti untuk

ketebalan dan keberadaan batubara diambil dari distant outcrops,

pertambangan, lubang-lubang galian, serta sumur-sumur. Jika eksplorasi

Page 12: Hampir Fix

menyatakan bahwa kebenaran dari hipotesis sumberdaya dan

mengungkapkan informasi yg cukup tentang kualitasnya, jumlah serta rank,

maka mereka akan di klasifikasikan kembali sebagai sumber daya

teridentifikasi (identified resources).

2. Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource)

Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah

penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung

berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap

penyelidikan prospeksi.

Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh sehingga

penilaian dari sumber daya tidak dapat diandalkan. Daerah sumber daya ini

ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas

data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam

daerah antara 1,2 km – 4,8 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan

ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau

lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm atau lebih.

3. Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)

Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah

penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung

berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk

tahap eksplorasi pendahuluan. Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup

untuk melakukan penafsiran secara relistik dari ketebalan, kualitas,

kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan dengan alasan sumber daya

yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup besar jika

eksplorasi yang lebih detail dilakukan. Daerah sumber daya ini ditentukan

dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik

pengukuran dan sampling berdasarkan bukti gteologi dalam daerah antara

0,4 km – 1,2 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm

atau lebih, sib bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan

ketebalan 150 cm.

4. Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)

Page 13: Hampir Fix

Sumber daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah

peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung

berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan untuk

tahap eksplorasi rinci.

Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk diandalkan untuk

melakukan penafsiran ketebalan batubara, kualitas, kedalaman, dan jumlah

batubara insitu. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan

dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan

sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4 km. Termasuk antrasit

dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan

ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.

2.4.2 Perhitungan Cadangan Batubara

Batubara merupakan endapan dengan tingkat homogenitas yang tinggi,

maka untuk perhitungan cadangan dapat diterapkan metoda konvensional

(klasik) dengan tingkat ketelitian yang cukup baik. Untuk tujuan praktis,

metoda penampang dapat diterapkan untuk perhitungan jumlah cadangan

tertambang

1. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang

Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda

penampang ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal

dengan membuat penampang-penampang yang representatif dan dapat

mewakili model endapan pada daerah tersebut. Pada masing-masing

penampang akan diperoleh (diketahui) luas batubara dan luas overburden.

Volume batubara & overburden dapat diketahui dengan mengalikan luas

terhadap jarak pengaruh penampang tersebut. Perhitungan volume tersebut

dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu) penampang, atau 2 (dua)

penampang, atau 3 (tiga) penampang, atau juga dengan rangkaian banyak

penampang:

a. Dengan menggunakan 1 (satu) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa 1 penampang mempunyai

daerah pengaruh hanya terhadap penampang yang dihitung saja

Volume = (A x d1) + (A x d2)

Page 14: Hampir Fix

dimana : A = luas overburden

d1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1

d2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2

Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh

penampang tersebut. Jika penampang tunggal tersebut merupakan

penampang korelasi lubang bor, maka akan merefleksikan suatu bentuk

poligon dengan jarak pengaruh penampang sesuai dengan daerah

pengaruh titik bor (poligon) tersebut.

b. Dengan menggunakan 2 (dua) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal

di antara 2 penampang tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah variasi

(perbedaan) dimensi antara kedua penampang tersebut. Jika tidak terlalu

berbeda, maka dapat digunakan rumus mean area & rumus kerucut

terpancung, tetapi jika perbedaannya terlalu besar maka digunakan

rumus obelisk.

c. Dengan menggunakan 3 (tiga) penampang

Metoda 3 (tiga) penampang ini digunakan jika diketahui adanya variasi

(kontras) pada areal di antara 2 (dua) penampang, maka perlu

ditambahkan penampang antara untuk mereduksi kesalahan. Untuk

menghitungnya digunakan rumus prismoida:

     2. Metode USGS 1984

Data yang digunakan dalam penghitungan hanya berupa data

singkapan, maka metode yang digunakan untuk penghitungan sumber daya

daerah penelitian adalah metode Circular (USGS.

Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat dihitung

dengan rumus: Tonnase batubara = A x B x C,

dimana: A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau m

B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton.

C = area batubara dalam acre atau hektar

Page 15: Hampir Fix

Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam

perhitungan sumber daya batubara. Bila lapisan batubara memiliki

kemiringan yang berbeda-beda, maka perhitungan dilakukan secara

terpisah.

1. Kemiringan 00 – 100

Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus

Tonnase = ketebalan batubara x berat jenis batubara x area batubara

2. Kemiringan 100 – 300

Untuk kemiringan 100 – 300, tonase batubara harus dibagi dengan

nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.

3. Kemiringan > 300

Untuk kemiringan > 300, tonase batubara dikali dengan

nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.

3. Metode Mean Area

Metode ini memerlukan  data primer berupa: data titik bor, data  

kualitas batubara,overallslope, lebar mineflor, striping ratio, geogicall

loose, mining recovery, processing recovery. Sedangkan data sekunder

berupa : peta topografi skala 1 : 4000, peta geologi daerah penelitian skala 1

: 100000, geologi lokal. Metode mean area ini terdiri dari beberapa langkah

yang harus dilakukan, meliputi: pembuatan penampang log bor, penentuan

kedudukan batubara, pembuatan iso struktur top dan bottom batubara,

pembuatan cropline, pembuatan peta kualitas batubara (kalori, sulfur dan

ash), perhitungan cadangan yang meliputi : pembuatan sayatan, pembuatan

penampang, perhitungan tonase serta striping ratio. Pembuatan garis

sayatan  dan penampang sayatan  menggunakan bantuan software autocad 

land development dimana jarak tiap penampang 20 m. Perhitungan volume

batubara dan overburden menggunakan metode mean area, yaitu dengan

mencari volume dari batubara, yang diperoleh dari rata-rata (mean) luas

area dikalikan dengan jarak penampang, selanjutnya didapatkan tonase dari

batubara dengan mengkalikan volume dengan berat jenis batubara, faktor

Page 16: Hampir Fix

geologi, mining recovery, dan processeding recovery. Sehingga diperoleh

nilai dari Striping ratio yaitu perbandingan antara

volume overburden dengan cadangan batubara.

4. Metode Cross Section

Masih sering dilakukan pada tahap-tahap paling awal

dari perhitungan. Hasil perhitungan secara manual ini dapat dipakai sebagai

alat pembanding untuk mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih

dengan menggunakan komputer.

Rumus prismoida :                                             

        V      = (S1 + 4M + S2) L  

                                                     6

    Keterangan : S1,S2    = Luas penampang ujung

M         = Luas penampang tengah

L          = Jarak antara S1 dan S2

V          = Volume

5. Metode Krigging

Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau simulasi

dari suatu variabel terregional (regionalized variable) yang memakai

pendekatan bahwa data yang dianalisis dianggap sebagai suatu realisasi dari

suatu variabel acak (random variable), dan keseluruhan variable acak dalam

daerah yang dianalisis tersebut akan membentuk suatu fungsi acak dengan

menggunakan model struktural variogram atau kovariogram (Dr. Ir.

Rukmana Nugraha Adhi, 1998).

Kriging adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang paling

bagus untuk mengestimasi kadar blok karena menghasilkan varians estimasi

minimum ’ BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). (Dr. Ir. Totok

Darijanto, 2003). Kriging diambil dari nama seorang pakar geostatistik dari

Afrika Selatan yaitu D.G Krige yang telah banyak memikirkan hal tersebut

sejak tahun 50an.

Page 17: Hampir Fix

Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan

geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot

yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada hubungannya secara

langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini

hanya tergantung pada konfigurasi conto di sekitar blok serta model

variogramnya.

Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang terlalu

kompleks untuk suatu komoditi tertentu. Hal ini sangat bermanfaat jika

dilakukan pada penentuan cadangan-cadangan yang mineable dengan

kadar-kadar di atas cut off grade. Secara sederhana, kriging menghasilkan

bobot sesuai dengan geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam

variogram. Bobot yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada

hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam

penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi conto di sekitar

blok serta model variogramnya.