Askep Pada Arteri Koroner

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    1/42

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

    DENGAN PENYAKIT ARTERI KORONER

    Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Sistem Kardiovaskular 1

    Dosen: Putria Carolina, S, Kep, Ns

    Disusun Oleh :

    KELOMPOK 6

    1. Apriadi Nyaru Kaharap2. Ella Sasmita3. Evi4. Jonli5. Novi Kristina6. Riza Tamala7. Wiwi Srinata

    YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

    SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2011/2012

    JL. BELIANG NO.110 TELP/FAX (0536) 3227707

    Email: [email protected]

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    2/42

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan

    makalah yang berjudul Askep Pada Klien Dengan Penyakit Arteri Koroner ini

    tepat pada waktunya.

    Makalah ini kami sajikan secara sistematis serta dengan bahasa yang

    sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Adapun makalah ini bersumber dari

    berbagai macam informasi, juga dari dunia maya. Dari sumber tersebut kami dapat

    mengembangkannya sehingga menjadi kumpulan informasi yang berguna.

    Dalam menulis makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan yang

    disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari

    berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat dikerjakan dengan baik. Oleh karena itu,

    jika seandainya dalam makalah ini terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan,

    kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang

    sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dilain kesempatan.

    Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita

    semua dan berguna bagi siapapun yang membacanya, amin.

    Palangkaraya, Juni 2012

    Penulis,

    Kelompok 6

    i

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    3/42

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi ii

    Bab 1 Tinjauan Teoritis

    1.1Pengertian 11.2Etiologi 31.3Manifestasi Klinis 71.4Pemeriksaan Penunjang 81.5Komplikasi 151.6Penatalaksanaan Medis 16Bab 2 Menajemen Keperawatan

    2.1 Pengkajian Keperawatan 26

    2.2 Diagnosa Keperawatan 29

    2,3 Intervensi Keperawatan 29

    2.4 Implementasi Keperawatan 33

    2.5 Evaluasi Kperawatan 35

    Bab 3 Kesimpulan

    3.1 Simpulan 38

    3.2 Saran 38

    Daftar Pustaka

    ii

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    4/42

    BAB 1

    TINJAUAN TEORITIS

    1.1PengertianMenurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

    Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:132). Istilah aterosklerosis

    berasal dari bahasa yunani dari kata athere, yang berarti bubur atau lunak. Istilah

    ini menggambarkan penampilan kasar dari bahan plak. Aterosklerosis adalah suatu

    proses panjang yang dimulai jauh sebelum gejala dirasakan. Aterosklerosis sudah di

    mulai sejak usia anak-anak, tetapi proses ini memerlukan waktu bertahun-tahun

    sampai terbentuk suatu mature plaks yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis

    yang timbul yang timbul di kemudian hari. Untungnya, sebagian besar plaks pada

    pembuluh darah koroner relatif tidak berbahaya, plaks ini hanya mempersempit

    lumen pembuluh darah.

    Jika pembuluh darah berkonstriksi atau terjadi spasme, maka akan

    menyebabkan angina pektoris yang merupakan penyakit jinak. Klaien dengan

    angina akan tetap stabil dan hidup lama sepajang plaks yang miliki juga bersipat

    stabil atau hanya berkembang perlahan-lahan. Penelitian menunjukan bahwa stabilitas

    plak sangat bergantung pada komposisi dan kandungan seluler plak itu sendiri.

    Kolagen yang dihasilkan oleh sel otot polos menunjang stabilitas plak, sedangkan

    lipid dan makrofag bersifat mendestabilisasi plak, sehingga membuat plak menjadi

    lebih mudah hancur.

    Koyaknya plak yang disertai trombosis merupakan penyebab utama sindrom

    koroner akut yang terdiri atas angina tidak stabil, infark miokardium, dan mati

    mendadak. Oleh karena itu, perhatian dan penelitian harus lebih berfokus pada plak

    aterosklerosis yang mudah koyak untuk mencegah terjadinya serangan jantung dan

    meningkatkan kelangsungan hidup penderita dengan penyakit jantung iskemik.

    Menurut buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Sylvia

    A.Price dan Lorranie M.Wilson (2003:576) Istilah aterosklerosis adalah peebalan

    tunika intima arteri dan penimbunan lipid yang mencirikan lesi yang khas. Secara

    1

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    5/42

    2

    morfologi, aterosklerosis terdiri atas lesi-lesi fokal yang terbatas pada arteri-arteri

    otot dan jaringan elastis berukuran besar dan sedang seperti, aorta (yang dapat

    menyebabkan penyakit aneurisma), arteri popliteal dan femoralis (meyebabkan

    penyakit pembuluh darah perifer), arteri karotis (menyebabkan stroke), arteri renalis

    (menyebabkan penyakit jantung iskemik atau infark miokardium). Aterosklerosis

    merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di Negara maju. Namun

    demikian penyakit aterosklerotik yang memengaruhi arteri koronaria merupakan

    penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas. Pada tahun 1997, penyakit jantung

    aterosklerotik coroner menyebabkan 466.101 kematian dan saat ini tetap merupakan

    penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Masalah mendasar yang disebabkan

    oleh aterosklerosis pembuluh darah arteri koroner adalah ketidakseimbangan antara

    penyediaan dan kebutuhan oksigen sehingga menyebabkan penyakit jantung iskemia

    atau infark miokardium.

    Menurut buku Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem

    Kardiovaskular, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (1993) Penyakit jantung

    koroner/penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu

    menifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri kroner. Plaque terbentuk pada

    percabangan arteri yang kearah aterion kiri, arteri koronia kanan dan agak jarang pada

    arteri sirromflekx. Aliran darah ke distal dapat mengelami obstruksi plaque atau

    pengumpilan. Sirkurasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang

    menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardiaum.

    Kegagalan sirkurasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang

    adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronia, gangguan aliran

    darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dam

    obstruksi permanen (miocard infart). (pusat pendidikan tenaga kesehatan Dep.kes

    1993).

    Menurut buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner & Suddarth edisi 8

    (2002:776). Penyakit jantung yang paling sering di amerika serikat adalah

    ateroklerosis koroner. Kondisi patologis arteri koroner ini ditandai dengan

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    6/42

    3

    penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding

    pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan

    penurunan aliran darah ke jantung. Penyakit aterosklerosis mungkin disebabkan

    akibat kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah, dan keadaan biofisika serta

    biokimia dinding arteri.

    Meskipun terdapat perbedaan pendapat diantara beberapa ahli mengenai

    bagaimana aterosklerosisi bermula, namun telah disetujui bahwa aterosklerosis

    merupakan penyakit progresif, dapat dikurangi dan pada beberapa kasus dapat

    dihilangkan.

    1.2EtiologiMenurut buku Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem

    Kardiovaskular, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (1993) Penyakit arteri koronia

    merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama

    kematian di USA . walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan

    angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk

    mengadakan upaya pencegahan dan penaganan. Penyakit jantung iskemik banyak di

    alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun angka kematian 20%.

    Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koronel dapat di

    golongkan secara logis sebagai berikut:

    1.2.1 Sifat pribadi aterogenikSifat aterogenik mencangkup lipid darah, tekanan darah tekanan darah dan

    diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar menentukan kecepatan

    artero-genisis (kaplan dan stamler, 1991).

    1.2.2 Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak ditentukan semuanya.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    7/42

    4

    Gaya hidup yang mempresdisposisi individu kepenyakit jantung koroner

    adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori , lemak jenuh, kolestrol, garam serta oleh

    kelembapan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendali, merokok sigaret dan

    penyalah gunaan alkolhol (kaplan dab stamer, 1991).

    1.2.3 Faktor resiko kecil dan lannya.Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tampak menjelsakan

    keseluruhan perbedaan dalam kematian karean penyakit jantung koroner, maka ada

    kecurigaan ada faktor resiko yang ada anyara lain kontrasepsi oral, keterunan hospes,

    umur dan jenis kelamin (Kaplan dan stamer, 1991).

    Menurut buku Menurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

    Sistem Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:132) Terbentuknya plak

    aterosklerosis merupakan proses aktif yang merupakan hasil interaksi antara dinding

    vaskular, unsur-unsur dalam sirkulasi, dan gangguan pada aliran darah. Menurut

    japimoru (2000) ada tujuh faktor yang berperan pada perkembangan plak biologis.

    1.Akumulasi LipitPeningkatan konsentrasi lipoprotein plasma, terutama LDL. LDL adalah

    sumber dari akumulasi kolestrol pada dinding arteri yamg menyebabkan retensi LDL.

    Retensi LDL srta dinding arteri terjadi karena terperangkapnya lipoprotein, kemudian

    termodifikasi (teroksidasi) dan ditangkap oleh makrofag, sehingga menyebabkan

    terjadinya sel busa (foam cell)

    2.Disfungsi EndotelialDalam keadaan normal, sel-sel endotel dapat mencegah masuknya lipoprotein

    dan monosit kedalam intima, menjaga irama vaskular, serta mencegah koagulasi dan

    trombosis. Disfungsi endotel menyebabkan peningkatan permeabilitas, peningkata

    adhesi dan infiltrasi monosit, peningkatan sekresi molekul vasoaktif dan imflamasi,

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    8/42

    5

    peningkatan adhesi agregasi trombosit, serta peningkatan aktivitas prokoagulan dan

    gangguan fibrinolisis.

    3.Aktivitas Monosit Dan MakrofagOksidasi fosfolipid yang ada didalam lipoprotein menghasilkan LDL yang

    termodofikasi minimal, sehingga dapat merangsang endotel untuk menyekresikan

    faktor hemotaksis seperti monocyte chemotactic protein-1 (MCP-1) dan faktor

    diferensiasi monosit seperti monocyte colony stimulating faktor (M-CSF). Selain

    menangkap LDL teroksidasi, makrofag juga menyekresi bermacam-macam faktor

    pertumbuhan, komotaktik, sitokin, pro-oksidan, dan lain-lain, sehingga proses

    aterogenesis akan berlanjut.

    4.Perubahan Sel Otot PolosEndotel yang rusak akan menghasilkan faktor pertumbuhan seperti platelet-

    derived growth faktor (PDGF) dan transforming growth faktor (TGF-) yang akan

    menstimulasi sel otot polos untuk bermigrasi daari media ke intima. Selanjutnya, di

    intima sel otot polos berproliferasi dan menyekresi matriks ekstraseluler. Bersamaan

    dengan proses tersebut tejadi perubahan sel otot polos karena aktivitas enzim protease

    dan endoglikosidase yang disekresi oleh makrofag. Enzim ini juga dapat

    mendegradasi komponen heparan sulfat dari miofilamen sel otot polos.

    5.Matriks EkstraselulerAkumulasi matriks ekstraseluler yang terjadi atas kolagen, elastin,

    proteoglikan, dan protein mikrofibrier merupakan ciri dari arteri aterosklerosis dan

    hipertensif. Sel otot polos vaskular merupakan sumber utama dari matriks ini.

    6.Trombosit Dan Faktor Koagulasi

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    9/42

    6

    Disfungsi endotel yang merupakan pertanda awal proses aterosklerosis dapat

    meningkatkan adhesi dan agregasi trombosit. Adhesi , aktivitas dan agregasi

    trombosit, serta faktor-faktor koagulasi aktif berperan pada pembentukan trombus.

    7.Virus Dan BakteriBakteri seperti Chlamydia pneumoniae, Helicobacter pylori, adenovirus, virus

    coxsackie, dan virus herpes diduga beperan pada proses patogenesis aterosklerosis

    dan PJK. Sitotoksin bakteri dapat merangsang produksi beberapa sitokin (termasuk

    IL-1, IL-6, dan TNF-) yang dapat mengaktivikasi endotel vaskular untuk mengubah

    sistem hemostatik dengan peningkatan ekspresi molekul prokoagulan (fibrinogen

    dan faktor jaringan) serta menurunkan regulasi sistem fibrinolitik, sehingga

    menyebabkan terjadinya disfungsi endotel.

    Menurut buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner & Suddarth edisi 8

    (2002:730). Riwayat kesehatn, sebagai bagian dari pengkajian kardiovaskuler, harus

    meliputi pertanyaan mengenai praktek promosi kesehatan pasien. Penelitian

    epidemologis menunjukan bahwa berbagai kondisi atau tingkah laku tertentu, yang

    dinamakan faktor risiko berhubungan dengan tingginya insidens penyakit arteri

    koroner. Faktor risiko diklasifikasikan berdasarkan sejauh mana hal tersebut dapat

    diubah melalui perubahan gaya hidup atau tingkah laku.

    Faktor risiko yang tidak dapat dirubah meliputi yang berikut :

    1.Riwayat keluarga positif masalah jantung2.Peningkatan usia3.Jenis kelamin ( pria mempunyai risiko yang lebih besar dibanding wanita

    premenopause )

    4.Ras ( insidens lebih tinggi pada orang amerika keturunan afrika dibanding orangkaukasia )

    Faktor risiko yang dapat dirubah meliputi yang berikut :

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    10/42

    7

    1. Tingginya kadar kolesterol darah2. Tingginya tekanan darah3. Merokok4. Tingginya kadar glukosa darah ( diabetes meletus )5. Obesitas6. Inaktivitas fisik7. Stres8. Penggunaan kontrasepsi oral

    1.3 Manifestasi KlinisMenurut buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner & Suddarth edisi 8

    (2002:777). Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai

    akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan

    aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak adekuat ( iskemia )

    yang ditimbulkan akan membuat sel sel otot kekurangan komponen darah yang

    dibutuhkan untuk hidup.

    Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat. Manifestasiutama iskemia miokardium adalah nyeri dada. Angina pektoris adalah nyeri dada

    yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan ireversibel sel - sel jantung. Iskemia

    yang lebih berat, disertai kerusakan sel dinamakan infrark miokardium. Jantung yang

    mengalami kerusakan irevesibel akan mengalami degenerasi dan kemudian di ganti

    dengan jaringan parut. Bila kerusakan jantung sangat luar, jantung akan mengalami

    kegagalan, artinya, ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan darah

    dengan memberikan curah jantung yang adekuat.

    Manifestasi klinis lain penyakit arteri koroner dapat berupa perubahan pola

    EKG, aneurisma ventrikel, disritmia, dan kematian mendadak. Palpitasi merupakan

    manifestasi penyakit janyung koroner meskipun tidak spesifik. Manifestasi penyakit

    jantuing koroner bervariasi tergantung pada derajat aliran darah arteri koroner. Bila

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    11/42

    8

    aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan tidak akan

    menimbulakan keluhan/ manifestasi klinik. Faktor yang mempengaruhi besar dan

    sifat arus koroner antara lain keadaan antara lain keadaan anatomi dan faktor

    mekanisme, sistem autoregulasi dan tahanan perifer.

    Adapun faktor pencetus yang menambah iskemia seperti, aktivitas fisik, stres,

    dan lainlain. Angina pektoris yang spesifik merupakan gejala utama dan khas bagi

    penyakit jantung koroner. Sesak nafas mulai dengan nafas pendek sewaktu

    melakukan aktivitas yang cukup berat, makin lama sesak makin bertambah. Pasa

    keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi fisik.

    1.4 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan akan mendapatkan data yang sesuai dengan adanya factor-faktor

    risiko penyakit jantung koroner, misalnya :

    1.4.1 Hipertensi

    1.4.2 Hiperlipidemia

    1.4.3 Diabetes Militus

    1.4.4 Merokok

    1.4.5 Usia

    1.4.6 Obesitas

    1.4.7 Keturunan

    Pemeriksaan fisik: TTV, perpusi perifer (kulit, pulsasi arteri). Menurut buku

    Menurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    12/42

    9

    dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:161) Pemeriksaan Fisik klien terdiri

    atas keadaan umum dan B1-B6.

    Keadaan Umum

    Pada pemeriksaan keadaan umum klien IMA biasanya didapatkan kesadaran

    baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan

    perfusi system saraf pusat.

    B1 (Breathing)

    Terlihat sesak keadaan napas melebihi normal, dan keluhan napas sepertitecekik. Biasanya juga terdapat dyspnea kardia. Sesak napas ini terjadi akibat

    pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik dari

    ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena

    terdapat kegagalan peningkatan curah darah ventrikel kiri [ada waktu melakukan

    kegiatan fisik. Dyspnea kardia dapat timbul pada waktu beristirahat bila keadaannya

    sudah parah.

    B2 (Bleeding)

    Pemeriksaan B2 yang dilakukan dapat melalui teknik inspeksi, palpasi, dan

    auskultasi.

    Inspeksi

    Inspeksi adanya parut.

    Palpasi

    Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi biasanyatidak didapatkan.

    Auskultasi

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    13/42

    10

    Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup pada

    IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak didapatkan pada

    IMA tanpa komplikasi.

    Perkusi

    Tidak ada pergeseran tanda jantung.

    B3 (Brain)

    Kesaran biasanya CM, tidak didapatkan sianosi perifer. Pengkajian objektif

    klien berupa adanya wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,

    meregang, menggeliat.

    B4 (Bladder)

    Pengukuran volume keluar urine berhubungan dengan asupan cairan, oleh

    karena itu, perawat perlu memantau adanya oliguria pada klien IMA karena

    merupakan tanda awal dari syok kardiogenik.

    B5 (Bowel)

    Kaji pola makan klien apakah sebelumnya terdapat peningkatan konsumsi

    garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan respons mual dan muntah. Palpasi

    abdomen didapatkan nyeri tekan pada keempat kuadran. Penurunan peristaltic usus

    merupakan tanda kardial pada IMA.

    B6(Bone)

    Hasil yang biasanya terdapat pada pemeriksan B6 adalag sebagi berikut :

    1. Aktivitas, gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, gerak statis, danjadwal olahraga tidak teratur.

    2. Tanda takikardia, dyspnea: pada saat istirahat/aktivitas, dan kesulitanmelakukan tugas perawatn diri.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    14/42

    11

    Pemeriksaan Diagnostik

    Pemeriksaan diagnostik utama pada klien infark miokardium adalah EKG dan

    pemeriksaan enzim jantung.

    Pemeriksaan Elektrokardiogram

    EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung. Melalui

    pembacaan dari waktu ke waktu, dokter mampu memantau perkembangan dan

    resolusi suatu infark miokardium (MI). Lokasi dan ukuran relative infark juga dapat

    ditentukan dengan EKG.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Analisis enzim jantung dalam plasma meupakan bagian dari profil diagnostik

    yang meliputi: riwayat, gejala, dan elektrokardiogram untuk mendiagnosis infark

    miokardium.

    Enzim dilepaskan dari sel bila sel mengalami cedera dan membrannya pecah.

    Kebanyakan enzim tidak spesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang

    rusak. Seperti yang telah diketahui CKMB tidak terlalu spesifik untuk otot jantung.

    Sepuluh tahun terakhir ini, troponin T (cTnT) merupakan indicator yang sensitif dan

    spesifik untuk infark miokardium (MI). Lebih pentingnya lagi dapat digunakan untuk

    statifikasi risiko klien dengan infark miokardium.

    Parameter biokimiawi diyakini akan terus berkembang sebagai penunjang

    diagnosis infark miokardium, infact sizing, stratifikasi risiko, dan pemantauan

    reperfusi. Bahkan akan mempuyai peran pada continuum dari ACS (acute coronary

    syndrome) dari hancurnya plak. Terdapat inflamasi dan iskemia, sampai manifestasi

    klinis berupa angina dan infark miokardium.

    Evaluasi pertanda jantung generasi baru harus dibandingkan dengan CK-MB

    yang selama ini telah menjadi gold standard. Kinetic pelepasan enzim dan pertanda

    jantung lain akan meningkat bila klien MI berhasil diberikan pengobatan trombolitik

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    15/42

    12

    atupun angiolasti yang dinyatakan dengan terjadinya reperfusi dari arteri coroner

    yang tersumbat.

    Pengkajian FisikMenurut buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner

    & Suddarth edisi 8 (2002:733) yaitu:

    Pemeriksaan nadi. Saat memeriksa nadi, faktor faktor yang perlu

    dievaluasi adalah kecepatan, irama, kualitas, konfigurasi gelombang nadi, dan

    kualitas pembuluh darah itu sendiri.

    Frekuensi nadi.frekuensi nadi normal bervariasi dari serendah 50 pada orang

    muda sehat atletis sampai sehingga lebih dari 100 setelah latihan atau saat

    kegirangan. Ansietas sering juga meningkatkan kecepatan nadi selama pemeriksaan

    fisik. Bila kecepatannya lebih dari yang diharapkan, maka perlu dikaji ulang pada

    akhir pemeriksaan fisik, saat pemeriksaan telah mempunyai hubungan yang lebih

    baik dengan pasien.

    Irama nadi. Irama nadi sama pentingnya dengan frekuensi nadi untuk dikaji.

    Ketidakteraturan minimal pada nadi masih dianggap normal. Kecepatan nadi,

    terutama pada orang muda, meningkatkan selama inspirasi dan melambat selama

    ekspirasi. Dinamakan distritmia sinus. Untuk pemeriksaan jantung awal atau bila

    irama nadi tidak teratur, maka frekuensi harus dihitung dengan mengauskultasi

    denyut alpikal selama satu menit penuh sambil merabah denyut nadi. Setiap

    perbedaan antara kontraksi yang terdengar dan nadi yang teraba harus dicatat.

    Gangguan irama ( disritmia ) sering mengakibatkan defisit nadi, suatu perbedaan

    antara frekuensi apeks ( frekuensi jantung yang terdengar di apeks jantung ) dan

    frekuensi nadi. Defisi nadi biasanya terjadi fibrilasi atrium, flutter atrium, kontraksi

    ventrikel prematur dan berbagai derajat blok jantung.

    Kualitas nadi. Kualitas atau amplitudo nadi dapat dinyatakan normal,

    berkurang atau hilang. Beberapa pengarang menganjurkan klasifikasi angka dengan

    skala 0 sampai 4 :

    0tidak ada nadi

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    16/42

    13

    +1gangguan nadi berat

    + 2gangguan nadi sedang

    + 3gangguan nadi ringan

    + 4nadi normal

    Konfigurasi Nadi. Konfigurasi atau konturnadi erring dapat memberikan

    informasi penting. Pada stenotis katup aorta, dimana muara katup menyempit, disertai

    penurunan jumlah darah yang disemburkan keaorta, maka tekanan nadi akan

    mengecil dan nadi akan terasa lemah. Pada infusiensi aorta, dimana katup aorta tidak

    dapat menutup sempurna sehingga darah mengalir balik atau bocor dato aorta ke

    ventrikel kiri, akan terjadi peningkatan gelombang nadi, yang mendadak atau

    menurun pula secara mendadak-nadi colaps. Konfigurasi nadi paling baik diperiksa

    dengan palpasi pada arteri karotis, dan bukan pada arteri radialis distal, karena

    karakteristik dramatic gelombang nadi bisa kacau ketika nadi dihantarka ke pembuluh

    darah yang kecil.

    Kualitas Pembuluh Darah. Kondisi dinding pembuluh darah juga

    mempengaruhi nadi dan harus diperhatikan, terutama pada lansia. Begitu ketepatan

    dan irama, maka kualitas pembuluh darah haru dikaji dengan maraba sepanjang arteri

    radialis dan membandingkannya dengan pembuluh normal. Untuk mengkaji

    peredaran darah perifer, rabalah dan evaluasilah semua denyut arteri. Denyut arteri

    dapat diraba pada titik titik dimana arteri mendekati permukaan kulit dan mudak

    ditekan ke tulang atau otot yang padat. Denyutan dapat diperiksa pada arteri

    temporalis, karotis, Brakialis, Radialis, Femoralis, politeadorsalis pedis, dan tibialis

    posterior.

    Tangan. Sianosis perifer, dimana kulit tampak kebiruan, menunjukkan

    penurunan kecepatan aliran darah ke perifer, sehingga perlu waktu yang lebih lama

    bagi hemoglobin mengalami desaturasi. Normal terjadi pada vasokonstriksi perifer

    akibat udara dingin, atau pada penurunan aliran darah patologis, misalnya : syok dan

    jantung. Pucat dapat menandakan anemia atau peningkatan tahanan vaskuler sistemik.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    17/42

    14

    Waktu pengisian kapiler merupakan dasar memperkirakan kecepatan darah

    perifer. Temperatur dan kelembapan tangan dikontrol oleh system saraf otonom. Pada

    syok jantung, angan sangat dingin dan basah akibat stimulasi system saraf simpatis

    dan mengakibatkan vasokonstriksi. Edema meregangkan kulit dan membuatnya susah

    dilipat. Penurunan turgor kulit terjadi pada rehidrasi dan penuaan. Penggadaan

    (clubbing) jari tangan dan jari kaki menunjukkan desaturasi hemoglobin kronis,

    seperti pada penyakit jantung kongetinal.

    Kepala Leher. Pemeriksaan kepala sebagai bagian pengkajian kardiovaskular

    difokuskan untuk mengkaji bibir dan cuping telinga guna memgetahui adanya

    sianosis perifer atau kebiruan. Sianosis perifer disebabkan oleh adanya penurunan

    aliran darah ke perifer. Semakin banyak oksigen yang dilepaskan dari hemoglobin,

    akan menimbulkan warna kebiruan. Distensi vena jugularis disebbkan oleh

    peningkatan volume dan tekanan pengisian pada sisi kanan jantung.

    Jantung. Diperiksa secara langsung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan

    auskultasi dinding dada. Pendekatan sistemik merupakan dasar pengkajian seksama.

    Pemeriksaan bayak dilakukan dengan pasien dalam posisi supine, dan kepala sedikit

    dinaikkan.

    Pemeriksaan Tekanan Darah. Tekanan darah adalah tekanan yang

    ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

    seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan (

    viskositas ) darah. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut

    tekanan sistolik. Tekanan sistolik adalah tekanan terendah, yang terjadi saat jantung

    beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik

    terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar daro 100/60

    sampai 140/90. Ratarata tekanan darah normalnya 120/80.

    Tekanan nadi. Perbedaan antara tekanan sistolik dan distolik dinamakan

    tekanan nadi. Nilai normalnya sekitar 40 mm hg. Peningkatan tekanan darah

    dinamakan hipertensi; penurunan disebut hipotensi. Bila hanya tekanan sistolik saja

    yang meningkat ( hipertensi sistolik ), terjadi pelebaran tekanan nadi. Hal ini terjadi

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    18/42

    15

    pada aterosklerosis ( pengerasan arteri ) dan pada tirotoksikosis. Peningkatan

    tekanan diastolik. Menikatan tekanan diastolik sampai 95 mm hg harus diperhatikan

    terutama pada pasien muda; peningkatan tekanan diastolik melebihi 95 mm hg

    menunjukan hipertensi yang sebenarnya dan memerlukan penelitian dan

    pengontrolan.

    Pengukuran tekanan darah. Tekanan darah dapat diukur secara langsung

    atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukan kedalam arteri,

    seperti yang akan didiskusikan lebih lanjut pada bab inipengukuran tidak langsung

    dilakukan dengan sfikmomanometer dan stestokop. Sfigmomanometer tersusun atas

    manset yang dapat dikembang dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan

    ronga dalam manset alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang

    terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang

    dihantarkan oleh arteri brakialis.manset dibalutkan dengan kencang dan lembut pada

    lengan atas dan dekembangkan dengan pompa tekanan dalaman set dinaikan sampai

    denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukan bahwa

    tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset

    dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mm hg diatas titik hilangnya denyutan

    radial. Manset kemudian dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara

    auskultasi maupun palpasi. Dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik

    dan diastolik dengan lebih akurat.

    1.5 KomplikasiMenurut buku Menurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

    Sistem Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:152). Perawat perlu

    mengetahui komplikasi pascainfark dengan tujuan untuk menurunkan risiko

    komplikasi. Komplikasi penyakit arteri koroner sangat bergantung pada ukuran dan

    lokasi iskemia serta infark yanf mengenai miokardium. Menurut Price dan wilson

    (1995), komplikasi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    19/42

    16

    1. Gagal jantung kongestif.2. Syok kardiogenik.3. Edema paru akut.4. Disfungsi otot papilaris.5. Defek septum ventrikel.6. Ruptur jantung.7. Aneurisma ventrikel.8. Tromboembolisme.9. Perikarditis.10.Aritmia.

    1.6 Penatalaksanaan MedisMenurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

    Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:132) Penatalaksanaan masalah

    arteri koroner dimulai pada fase prarumah sakit, untuk itu diperlukan edukasi yang

    memadai, baik untuk masyarakat umum petugas kesehatan. Penanggulanagan rasa

    nyeri harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah aktivasi saraf simpatis, karena

    aktivasi saraf simpatis ini dapat menyebabkan takikardi, vasokonstriksi, dan

    peningkatan tekanan darahyang lebih lanjut dapat memperberat beban jantung dan

    memperluas kerusakan miokardium. Tujuan penatalaksaan adalah untuk menurunkan

    kebutuhan oksigen jantung dan meningkatkan suplai oksigen.

    Penangan yang dilakukan secara dini juga terbukti memperbaiki harapan

    hidup. Hal ini disebabkan oleh halhal sebagai berikut.

    1. Sebagian besar kematian awal pada IMA terjadi akibat fiblirasi ventrikel yangsebetulnya dapat diobati. Sekitar 30% kematian timbul pada jam pertama setelah

    timbulnya serangan dan 60% kematian terjadi di luar rumah sakit.

    Untuk itu, masyarakat umum, terutama keluarga penderita PIK harus dilatih untuk

    melakukan resusitasi jantung paru dan memberikan bantuan hidup dasar (basic life

    support).

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    20/42

    17

    2.Reperfusi dini dengan trombolitik maupun dengan primary PTCA dapatmengurangi luasnya infark dan memperbaiki angka harapan hidup serta kualitas

    hidup penderita.

    Penatalaksanaan yang umum dilakukan medis pada fase serangan akut untuk

    memberi implikasi keperawatan pada klien IMA meliputi hal-hal sebagai berikut.

    1.Penanganan nyeriPenanganan nyeri dapat berupa terapi farmakologi : morfin sulfat, nitrat, beta bloker.

    2.Membatasi ukuran infark miokardiumPenatalaksaan yang diberikan untuk pembatasan ukuran infark secara selektif

    dilakukan dengan meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium dan untuk

    memelihara, mempertahankan, atau memulihkan sirkulasi.

    Keempat golongan utama adalah sebagai berikut : antikoagulan, trombilitik,

    antilipidemik, vasodilidator.Antikoagulan mencegah pembentukan bekuan darah

    yang menyumbat sirkuklasi. Trombolitik sering disebut sebagai penghancur bekuandarah, menyerang, dan melarutkan tekanan darah. Antilipidemik juga disebut

    hipolipidemik atau antihiperlipidemik, menurunkan konsentrasi lipid dalam darah.

    Vasolidator perifer meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang menyempit karena

    farmakologis berupa pemberian antiplatelet, antikoagulan, fan trombolik.

    3.Pemberian oksigenTerapi oksigen dimulai saat terjadi onset nyeri. Oksigen yang dihirup akan

    langsung meningkatkan saturasi darah. Efektivitas terapeutik oksigen ditentukan

    dengan observasi kecepatan dan irama pertukaran pernapasan dan pasien mampu

    bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam darah secara bersamaan diukur

    dengan pulsa oksimetri.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    21/42

    18

    4.Pembatasan aktivitas fisikPengurangan atau penghentian seluruh aktivitas pada umumnya akan

    mempercepat pembebasan rasa sakit. Klien boleh diam tidak bergerak atau

    dipisahkan untuk duduk atau sedikit melakukan aktivitas.

    Terapi Farmakolgis

    Obat-obat antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, baik dengan

    menambah suplai oksigen maupun dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan

    oksigen. Jenis antiangina meliputi hal-hal berikut ini :

    1. Morfin sulfat2. Nitrat3. Penghambat beta4. Penghambat rantaui kalsium5. Antirombolitik

    Efek sistemetikutama dari nitrat adalah penurunan tonus vena yang

    menurunkan beban kerja jantung. Penghambat rantai kalsium menurangi beban kerja

    jantung serta mengurangi kebutuhan oksigen.

    Morfin Sulfat

    Pada tahun 1803, seorang ahli farmasi jerman mengisolasi morfin dari opium.

    Morfin sulfat, suatu analgetik narkotik, biasanya digunakan untuk mengobati angina

    yang berkaitan dengan infark miokardium akut. Morfin menghilangkan sakit,

    memperlebar pembuluh vena, dan mengurangi beban jantung. Dosis standar morfin

    sulfat adalah 2-5 mg intraven (IV), diulang setiap 5-30 menit sampai sakit dada

    hilang. Perawat harus waspada terhadap depresi pernapasan dan hipotensi yang

    merupakan reaksi merugikan yang sering timbul. Pemantauan yang ketat perlu

    dijalankan. Bisa diberikan antagonis narkotik naloxon 9narcan0 untuk melawan kerja

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    22/42

    19

    morfin jika reaksi merugikan yang timbul membahayakan klien. Dosisinya

    0,1-0,2 mg setiap 2-3 menit sesuai indikasi.

    Implikasi keperawatan pemberian morfin

    1.PengkajianDapatkan riwayat klien mengenai masalah kesehatannya yang merupakan

    kontraindikasipemakaiana narkotik, seperti distres pernapasan, cedera kepala, atau

    epilepsi. Narkotik dapat menambah tekanan intrakranial dan kejang. Periksa adanya

    riwayat hipersensitivitas. Dapatkan tanda-tanda vital dasar untuk digunakan

    perbandingan tanda-tnda vital dimasa mendatang.

    2.Rencana intervensiTujuan pemberian trombolitik melipiuti :

    1) Klien akan bebas dari nyeriatau intensitas nyeri berkurang dalam waktu 3-5hari.

    2) Tanda-tanda vital klien akan tetap stabil selama dan sesudah terapi.Intervensi keperawatan pada klien de3ngan pemberian trombolitik meliputi hal-

    hal berikut ini :

    1) Berikut narkotik sebelum nyeri mencapai puncaknya untuk memaksimalkanefektivitas obat.

    2) Amati klien terhadap efek samping dan narkotik, termasuk distrespernapasan 9 RR < 10 ? menit 0, hipotensi ortostatik, mengantuk,

    mentalberkabut, retensi urine, konstipasi, konstriksi pupuil ( toksisitas dan

    preparat opium ), dan gejalagejala putus obat.

    3) Pantau keluaran urine klien. Narkotik dapat menyebabkan retensi urine.Keluaran harus sekurang-kurangnya 600ml perhari.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    23/42

    20

    4) Periksa bising untuk mengtahui apakah terjadi penurunan peristaltik, suatupenyebab konstiopasi. Laksatif ringan atau perubahan diet mungkin

    didiperlukan.

    5) Periksa klien lebih lanjut usia terhadap efeksamping nafrkotik. Dosismungkin perku disesuaikan. Terapi tepi tempat tidur dan tindakan lainnya.

    Mungkin perlu dilakukan.

    3.Pendidikan kesehatanPerawat perlu memberikan pendidikan kesehatan pada klien dengan pembrian horpin

    , meliputi hal-hal berikut:

    1) Beritahu klien tidak untuk tidak minum alkolhol atau penekan SSP denganalan getik karena bertambahnya derspresi sistem saraf puasat dan

    pernapasan.

    2) Anjurkan klien untuk mencari pertolangan propisioanal dalm mengurangiadiksi narkotik.

    3) Peringatkan klien bahwa pamakaaian narkotik yang terus-menerus dapatmenimbulakn adiksi.

    4) Beritahu klien untuk melaporkan jika mengelami pusing atau sulit bernapasketika mengunakan narkotik.

    5) Beritahu klien untuk melaporkan jika megelami konstipasi dan rentensiurine.

    6) Evaluasi efektivitas terapi.7) Evaluasi efeketivitas analgetik dalam mengurangi atau meredakan nyeri.

    Jika nyeri mentap setelah bebereapa hari penyebab harus ditentukan atau

    narkotik perlu diganti.

    8) Evaluasi stabilitas tanda-tanda vital. Tanda-tanda abnormal sepertipenurunan tekanan darah harus dilaporkan.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    24/42

    21

    Nitrat

    Nitrat atau vasodilator koroner yang dikembangka pada tahun 1840-an

    merupakan agen-agen pertama yang digunakan untuk meredakan angina.

    Nitrogliserin

    Senyawa nitra masih merupakan obat untuk menengani angina pektoris.

    Nitrogliserin di berikan untuk menurunkan konsumsi oksigen jantung yang akan

    mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri angina. Nitrigliserin adalah bahan

    vasoaktif yang berfungsi melebarkan, baik vena maupun arteri, sehingga

    memengaruhi sirkurasi pariter. Dengan ppelebaran vena, terjadi pengumpulan darah

    vena di selurh tubuh. Akibatnnya, hanya sedikit darah sedikit darah yang kembali ke

    jantung dan terjadilah penurunan tekanan pengisihan (preload)

    Tablet sublingual tersedia dalam dosis berbeda-beda, tetapi dosis rata-rata

    yang diresepkan adalah 0,4 mg atau 1/150 gram setelah mengelami nyeri jantung, di

    ulang setiap 5 menit sampai 3 dosis. Klien dapat mengelami pusing ,ingin pingsan ,

    atau sakit kepala akibat vasolilatasi juga tersedia dalam bentuk topikal (oistment,

    patch transdemal) dan bentuk intravena.Farmakokinetik. nitrat yang digunakan secara sublingual dengan cepat

    diabsorsi da langsung menuju vena jugularis internal dan antrium kanan. Sekitar 40-

    50% nitrat yang melalui saluran gastrointestinal akan diinaktivasi oleh metabolisme

    hati (metabolisme first-pass dari hati). Nitrogliserin dalam salep akan diabsorpsi

    secara perlahan melalui kulit.

    Farmakokidinamik. Nitrat bekerja langsung apad otot polos pembuluh

    darah, meyebabkan relaksasi dan dilatasi. Obat-obat ini menurunkan reload jantung

    (jumlah darah dalam ventrikel pada akhi diastolik) dan afterload (tahanan pembuluh

    darah perifer). Mengurangi kebutuhan oksigen miokardium. Dengan terjadinya

    dilatasi, maka akan lebih sedkit darah yang kembali ke jantung dengan terjadinya

    dilatasi arteri, maka vasokonstriksi dan tahanan akan juga berkurang.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    25/42

    22

    Mula kerja gliserin bergantung pada pola pemberiannya. Pada pemakain

    sublingual dan intra vena mula kerjanya cepat (1-3menit) dan pada metode

    transdermal akan lebih lambat (30-60menit). Masa kerja patch trasderm nitro

    diperkirakan 24 jam. Oleh karena salep Nitro Bid hanya efektif selama 6-8 jam,

    maka salap ini akan dioleskan kembali 3-4 kali sehari. Pemakaian salap Nitro Bid

    semakin kurang populer karena kelebihan dari patch transderm nitro yang hanya perlu

    ditempel sekali sehari.

    Efek Samping. Sakit kepala merupakan salah satu efek samping yang paling

    sering dari nitrogliserin, tetapi jika terus digunakan akan menjadi lebih jarang timbul.

    Selain itu, asetaminofen apat meghilangkan sakit kepala yang timbul. Efek samping

    lain hipotensi, pusing, lemah, dan ingin pingsan. Jika salap nitrogliserin atau patch

    transdermal digunakan, dosis harus digunakan secara bertahap dalam beberapa

    minggu untuk mencegah efek rebound dari nyeri yang akibat iskemiamiokardium

    (kurang suplai darah untuk otot jantung). Toleransi nitrat dapat tejadi pada pemakaian

    dosis ynag terus bertambah atau pemakaian yang terus menerus.

    Penghambat Beta

    Penghambat (adenergik) beta menghambat reseptol betal. Dengan demikian,

    obat ini dapat mengurangi denyut jantung. Obat-obat ini digunakan sebagai

    antiangina, antiaritma, dan antihipertensi. Penghambat beta efektif sebagai antiangina

    karena mengurnagi denyut jantung dan kontraktilitas miokardium. Obat ini

    menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen, dengan demikian dapat merendahkan

    rasa nyeri angina. Obat-obat golongan ini lebih berguna dari pada obat angina klasik.

    Penghambat dibagi menjadi penghambat beta tidak selektif (menghambat beta 1 dan

    beta 2) dan penghambat beta (jantung) selektif (menghambat beta). Contoh

    penghambat beta tidak selektif adalah propanolol (inderal), nadolol (cogard), dan

    pindolo (visken). Obat-obat ini menurunkan denyut jantung yang menyebabkan

    bronkokonstriksi. Penghambat beta selektif (kardioselektif) bekerja lebih kuat

    terhadap respon beta 1, sehingga mengurangi denyut jantung. Contoh obat-obat

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    26/42

    23

    golongan ini adalah tenolol (tenormin) dan metroprolol (lopresor). Golongan yang

    terakhir ini adalah pilihan untuk mengobati angina pektoris.

    Farmokokinetik. Secara oral, penghambat beta diabsorsi dengan baik.

    Absorsi kapsul sustained relase diabsorsi secara lambat. Waktu paruh propanolol

    (inderal) adalah 3 sampa 6 jam. Dari golongan penghambata data selektif, atenolol

    (tenormin) memiliki waktu paruh 6 sampai 9 jam dan metoporolol (lopresor) 3

    sampai 7 jam. Propanolol dan metoprolol dimetabolisme dan dikeluarkan oleh hai. 50

    % atenol yang dikeluarkan tidak berubah oleh ginjal dan sisanya diekskresikan tanpa

    diabsorsi oleh feses.

    Farmakodinamik.Oleh karena penghambat beta mengurangi kekuatan

    kontraksi miokardium, maka kebutuhan miokardium akan oksigen juga berkurang.

    Dengan demikian, klien mampu melakukan kerja yang lebih dengan kebutuhan

    oksigen yang berkurang.

    Mula kerja dari penghambat beta nonselektif propanolol adalah 30 menit, kerja

    puncaknya dicapai dalam 1-1,5 jam, dan masa kerjanya adalah 4-12 jam. Pada

    penghambat beta selektif, mula kerja dari atenolol adalah 60 menit, puuncak kerjanya

    dicapai dalam 2-4 jam, dan masa kerjanya adalah 24 jam. Sedangkan mula kerja dari

    metoprolol dicapai dalam 15 menit dan lama kerjanya 6-12 jam.

    Efek samping. Penghambat, baik yang nonselektif maupun selektif dapat

    menyebabkan penurunan denyut nadi dan tekanan darah.

    Bronkospasme, respon psikotik atau tingkah laku, dan inpotens (pada pemakaian

    inderal) merupakan reaksi merugikan yang mungki terjadi pada pemakaian

    penghambat beta nonselektif. Tanda-tanda vital perlu dipantau ketat pada tahap awal

    terapi menghambat beta.

    Pada penghentian pemakaian, dosis pelu diturunkan terhadap selama 1 atau 2

    minggu untuk mencegah efek rebound (replekstakikardia dan vasokontriksi).

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    27/42

    24

    Antagonis Ca

    Penghambat rantai kalsium juga dikena sebagai penghambat kalsium,

    merupakan kelompok obat terbaru yang dipasarkan (1982). Untuk pengobatan angina

    pectoris aritmia tertentu, dan hipertensi. Kalsium mengaktivasi ontraksi miokardium,

    menambah beban kerja jantung, dan keperluan jantung akan oksigen. Penghambat

    kalsium menurunkan kontraktilitas jantung (efek inotropic) dan beban kerja jantung,

    sehingga mengurangi beban keperluan kerja jantung, akan oksigen. Obat ini efektif

    dalam mengendalikan angina varian dengan merelaksasikan arteri coroner meredakan

    angina klasik dengan mengurangi kebutuhan oksigen.

    Farmakokinetik. Tiga penghambat kalsium yaitu: verapamil (calan),

    nifedipine (Procardia), dan diltiazen (cardizen) telah digunakan dengan efektif dalam

    pengobatan angina jangka panjang.

    Sebanyak 80-90% penghambat rantai kalsiun diabsorpsi melalui mukosa

    gastrointestinal. Akan tetapi, metabolisme first-pass oleh hati akan mengurangi

    tersedianya obat bebas dalam sirkulasi. Hanya 20% ari verapamil, 45-65% diltiazen,

    dan 35-40% nifedipien yang bioavailable. Ketiga obat ini diberikan dengan protein

    (80-90%) dan waktu paruhnya adalah 2-6jam.

    Farmakodinamik. Brakikardia meruapakan masalah yang sering terjadi pada

    verapamil, penghambat kalsium pertama. Nifedipin, penghambat kalsium yang paling

    kuat, menambah vasodilatasi coroner perifer yang dapat menyebabkan hipertensi.

    Mula kerjanya 10 menit untuk verapamil serta 30 menit untuk nifedipen dan diltiazen.

    Lama kerjanya adalah 3-7 jam (PO) dan 2 jam (IV) untuk verapamil da 6-8 jam untuk

    nifedipin dan diltiazem.

    Efek samping. Efek samping penghambat kalsium adalah sakit kepala,

    hipotensi (lebih sering pada nifedipin dan lebih jarang diltiazem), pusing, dan

    flushing pada kulit. Refleks takikardia dapat terjadi akibat hipotensi.

    Penghambat kalsium dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada fungsi

    hati dan ginjal. Enzim hati dalam serum harus diperiksa secara berkala. Penghambat

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    28/42

    25

    kalsium sering kali diberikan dengan obat-obat anti angina lainnya, seperti nitrat

    untuk mencegah angina.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    29/42

    BAB 2

    MENAJEMEN KEPERAWATAN

    2.1.PengkajianMenurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

    Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:159). Pengkajian pada klien

    dengan infark miokardium akut merupakan salah satu aspek penting dalam proses

    keperawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Perawat

    mengumpulkan data dasar informasi status terkini klien mengenai pengkajian sistem

    kardiovaskular sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian sistematis pasien mencakup

    riwayat yang berhubungan dengan gambaran gejala berupa nyeri dada, sulit bernafas

    (dispnea), palpitasi , pingsan (sinkop), dan keringat dingin (diaforesis). Masing-

    masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinnya serta faktor yang mencetuskan

    dan yang meringankan.

    2.1.1. Aktivitas dan istirahat

    Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin didapatkan

    Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas)2.1.2. Sirkulasi

    1. Mempunyai riwayat IMA, penyakit jantung koroner, CHF, tekanan darah tinggi,

    diabetes melitus.

    2. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat,nadi mungkin normal atau

    terlambatnya capilary refill time, disritmia.

    3. Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan

    terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.

    26

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    30/42

    27

    4. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris

    yang tidak berfungsi.

    5. Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan ( tachy atau bradi cardia).

    6. Irama jantung mungkin iregular atau juga normal.

    8. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul

    dengan gagal jantung.

    9. Warna kulit mungkin pucat baik dibibir maupun dikuku.

    2.1.3. Eliminasi

    Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

    2.1.4. Nutrisi

    Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak,

    muntah dan perubahan berat badan.

    2.1.5. Hygiene perseorangan

    Dipsnea tau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan

    aktivitas.

    2.1.6. Neoru sensori

    Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.

    2.1.7. Kenyamanan

    Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat

    atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin

    menyebar sampai kelengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat dikatakan

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    31/42

    28

    sebagai rasa nyeri yang sangat pernah dialami. Sebagai akibat nyeri tersebut

    mungkin didapatkan wajah yang menyeringai, perubahan struktur tubuh, menangis,

    penurunan otak batang, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan

    warna kulit serta tingkat kesadaran.

    2.8 Respirasi

    Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan

    penyakit pernapasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatan

    respirasi, pucat atau cyanosis, suara napas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler.

    Sputum jernih atau juga merah muda/pink tinged.

    2.1.9 Interaksi Sosial

    Stress, kesulitan dalam berdaptasi denga stressor emosi yang tak terkontrol.

    2.1.10 Pengetahuan

    Riwayat dalam keuarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,

    hipertensi, perokok.

    2.1.11 Studi Diagnostic

    ECG menunjukkan : adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari iskemi

    gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q

    yang mencerminkan adanya nekrosis. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB

    meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT

    dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam. Elektrolit: ketidakseimbangan

    yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas

    jantung seperti hipo atai hyperkalemia. Whole Blood cell: leukositosis mungkin

    timbul pada keesokan hari setelah serangan. Analisa gas darah: menunjukkan terjadi

    hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis/akut. Kolesterol atau trigliseid:

    mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arterios klerosis.

    Chest X ray; mungkin norma atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    32/42

    29

    ventrikiller. Echocardiogram: mungkin harus dilakukan guna menggambarkan

    fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung. Exercise Stres test:

    Menunjukkan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/aktivitas.

    2.2 Diagnosa KeperawatanMenurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

    Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:138) yaitu :

    2.2.1Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantungatau sumbatan pada arteri koronaria.

    2.2.2 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

    kebutuhan oksigen, adanya jaringan nekrotik dan iskemi pada miokard.

    2.2.3 Risiko terjadinya penurunan cardian output berhubungan dengan perubahan

    dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya reload atau peningkatan

    SVR, miocardial infark.

    2.3 Intervensi KeperawatanMenurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

    Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:145)

    2.3.1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung

    atau sumbatan pada arteri koronaria.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien diharapkan mampu

    menunjukkan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukkan adanya

    penurunan tekanan darah dan cara berelaksasi.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    33/42

    30

    No. Intervensi Rasional Kriteria Hasil

    1. Monitor dan kaji

    karakteristik dan lokasi

    nyeri

    Mempermudah untuk

    mengetahui letak nyeri

    pada pasien.

    Nyeri berkurang atau

    hilang, pola napas eupnea,

    mual dan muntah hilang,

    reaksi non-verbal baik.

    2. Monitor tanda-tanda

    vital (tekanan darah,

    nadi respirasi,

    kesadaran).

    Tanda dan gejala tersebut

    membantu diagnosis

    jantung coroner.

    3. Anjurkan pada pasienagar segera melaporkan

    bila terjadi nyeri dada.

    Data tersebut dalammenentukan penyebab

    dan efek nyeri dada.

    Nyeri dada dapat menjadi

    indikasi adanya iskemia

    dan injuri miokard.

    4. Ciptakan suasana

    ligkungan yang tenang

    dan nyaman.

    4-5 perasaan nyaman dan

    tenang memberikan efek

    relaksasi yang mendukng

    pembatasan aktivitas

    sehngga mengurangi

    konsumsi oksigen

    miokard.

    5. Ajarkan dan anjurkan

    pada pasien untuk

    melakukan teknik

    relaksasi.

    Terapi oksigen akan

    meningkatkan suplai

    oksigen jaringan.

    6. Kolaborasi dalam:

    pemberian oksigen dan

    Untuk mengetahui

    pekemangan keadaan

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    34/42

    7.

    obat-obatan

    (betablocer, anti angina

    Ukur tanda vital

    sebelum dan sesudah

    dilakukan pengobatan

    dengan narkosa.

    pasien.

    2.3.2. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dankebutuhan oksigen,adanya jaringan yang nekrotik dan iskmia pada miokard.

    Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunjukan

    peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan

    darah,nadi,irama dalam batas normal) tidak adanya angina.

    No. Intervensi Rasional Kriteria hasil

    1 Catat irama

    jantung,tekanan darah dan

    nadi sebelum,selama dan

    sesudah melakukan

    aktivitas

    Untuk mengetahui

    kondisi alat vital

    setiap setelah

    melakukan aktivitas.

    Suplai dan kebutuhan

    oksigen seimbang dan

    tidak adanya jaringan

    yang nekrotik dan

    iskemia pada miokard.

    2 Anjurkan pada pasien

    agar lebih banyak

    bertirahat trlebihdahulu.

    2-3 pembatasan

    aktivitas dan istirahat

    mengurangi konsumsi

    oksigen miokard dan

    badan kerja jantung.

    3 Jelaskan pada pasiententang tahap-tahap

    aktivitas yang boleh

    dilakukan oleh pasien.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    35/42

    4 Anjurkan pada pasien

    agar tidak ngeden pada

    saat buang air besar.

    Agar pasien tidak

    kehilangan

    energi/tenaga

    5 Tujukan pada pasien

    tentang tanda-tanda fisik

    ahwa aktivitas melebihi

    batas.

    Agar pasien tidak

    melakukan aktivitas

    yang berat/berlebihan

    2.3.3. Risiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan

    dalam rate, irama, konduks jantung menurunnya preload atua peningkitan

    SVR, miokardial infark.

    Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama dilakukan tindakan

    keperawatan.

    No Intervensi Rasional Kriteria hasil

    1 Lakukan pengukuran

    tekanan darah

    (bandingkan kedua

    lengan pada posisi

    berdiri, duduk dan

    tiduran jika

    memungkinkan)

    1-3 tanda dan gejala

    membantu diagnosis

    jantung koroner

    Tidak adanya penurunan

    preload atau peningkatan

    SVR, dan konduksi irama

    jantung normal.

    2 Kaji kualitas nadi

    3 Catat pekembangan

    dari adanya S3 dan S4.

    4 Auskultasi suara nafas Peningkatan tekanan

    darah meningkatkan

    preload dan beban kerja

    jantung. Terdengarnya

    crakles, di basal paru

    mengindikasikan

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    36/42

    kongesti vulmonal,

    akibat peningkatan

    tekanan jantung sisi kiri

    5 Damping pasien pada

    melakukan aktivitas

    Agar perawat

    mengetahui aktiitas

    yang dilakukan pasien

    6 Sajikan makanan yang

    mudah di cerna dan

    kurangi konsomsi

    kafeine

    Agar kebutuhan serat

    yang diperlukan pasien

    lancer

    7 Kolaborasi dalam;pemerisaan serial

    ECG, foto thorax,

    pemberian obat-obatan

    anti disritmia

    Untuk mengetahuiapakah ada pembesaran

    pada jantung atau tidak

    2.4Implementasi KeperawatanDalam buku Doenges E Mmarilyn,dkk,2000. Pada tahap ini untuk

    melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktiviats yang telah dicatat dalam rencana

    perawatan paisen.agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu

    dan efektif maka perlu mengidentivikasi prioritas perawatan memantau dan mencatat

    respon pasien terhadap setiap intervnsi yang dlaksanakan serta mendokumentasikan

    pelaksanaan perawatan.

    Dalam buku Nursing The Series Clinical Excellence, Lippincott dan Williams

    &Wilkins (2008:6) Sindrom koroner akut umumnya muncul saat trombus

    berkembang dan memacetkan aliran darah melalui arteri koroner. Ilustrasi berikut ini

    menujukkan pembuluh koroner utama yang bisa terlibat.

    2.4.1 Lakukan pemantauan kardiak secara kontinu dan seringkali pantaualahelektrokardiogram (ECG) Untuk mendeteksi tingkat perubahan atau aritmia.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    37/42

    34

    Tempatkan strip ritme dibagan pasien secara periodik sesuia dengan

    kebijakan di tempat anda.

    2.4.2 Pantau dan catat tekanan darah, suhu, dan bunyi jantung dan napas pasein.2.4.3 Jelaskan pentingnya segera memberitahukan rasa nyeri.2.4.4 Dapatkan ECG12-leat selama berlansungnya rangkaian nyeri di dada.2.4.5 Kenali dan catat lokasi, keparahan, dan durasi nyeri.2.4.6 Beri analgesik dan medikasi lain sesuia resep.2.4.7 Periksa tekanan darah pasien setelah ia diberi nitrogliselin, teruma setelah

    dosis pertama.

    2.4.8 Secara seksama, pantau asupan dan output pasien.2.4.9 Pantau adakah dedas, batuk, takipnea, dan edema pada pasien, yang bisa

    mengindikasikan akan terjadi gagal jantung sisi-kiri.

    2.4.10 Jika pasien telah menjalani PTCA, lakukan perawatan pada selumbungangioplasti. Beri pasien jadwal ketat untuk beristarahat diranjang dan lakukan

    imobilasi pada kaki yang diberikan selubung. Pantau pendarahan secara

    seksama. Seringkali periksalah denyut nadi periferal pada kaki yang diserang.

    2.4.11 Beri dukungan emosional,dan bantu pasien mengurangi stres dankeresahannya.

    2.4.12 Mulailah rehabilitasi kardiak menurut protokol ditempat anda.2.4.13 Ulaslah batasan-batasan diet dengan pasien. Jika ia harus menjalani diet

    rendah-kolesterol,rendah-natrium,rendah-lemak, dan berserat tinggi, sediakan

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    38/42

    35

    daftar makanan yang sebaiknya ia hindari.mintalah ahli diet untuk berbicara

    dengan pasien dan keluaganya.

    2.4.14 Sarankan pasien mengikuti program berhenti merokok, bila perlu.2.4.15 Jelaskan dengan cermat pada pasien mengenai aturan penanganan. Ingatkan

    pasien mengenai reaksi yang merugikan terhadap obat-obatan, dan sarankan ia

    melaporkan reaksi tersebut pada praktisnya.

    2.4.16 Saran pasien mengikuti program menurunkan berat badan, bila perlu.2.4.17 Anjurkan pasien memulai aktivitas seksualnya secara progresif.2.5 Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari rangkaian proses

    keperatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah

    dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.

    2.5.1 Diagnosa keperawatan pertamaGangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan iskemia jaringan

    jantung atau sumbatan pada ateri koronaria.

    S: Klien mengatakan kalau rasa nyeri berkurang

    O: Pasien tidak mual lagi dan tampak sehat

    A: Masalah teratasi

    P: Pertahanan intervensi

    2.5.1 Diagnosa keperawatan keduaIntoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan

    kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemia pada miokard.

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    39/42

    36

    S: Klien mengatakan bahwa sesak nafasnya berkurang

    O: Klien tampak sehat

    A: Masalah teratasi sebagian

    P: Lanjutkan intervensi

    2.5.2 Diagnosa Keperawatan KetigaRisiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan

    dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload atau peningkatan SVR,

    myocardial infark.

    S: Klien mengatakan bahwa nyeri dadanya sedikit kurang

    O: Klien tampak terlihat tenang

    A: Masalah teratasi sebagian

    P: Lanjutkan intervesi

    Menurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

    Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:191) Hasil ang diharapkan

    pada proses perawatan klien dengan infark miokardium tanpa komplikasi adalah

    sebagai berikut.

    1. Bebas Nyeri2. Menunjukkan peningkatan curah jantung3. Tanda-tanda vital kembali normal4. Terhindar dari risiko penurunan perfusi perifer5. Tidak terjadi kelebihan volume cairan. (Tidak sesak dn edema extremitas tidak

    terjadi).

    6. Menunjukkan penurunan kecemasan (memahami penyakit dan tujuankeperawatannya, mematuhi semua aturan media, mengetahui kapan harus

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    40/42

    37

    meminta bantuan media atau sifatnya berubah dan menghindari tinggal sendiri

    satt terjadi fase nyeri);.

    7. Memahami cara mencehad komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas darikomplikasi dengan cara sebagai berikut: (menjelaskan proses terjadinya angina,

    menjelaskan alas an tindaka pencegahan komplikasi, EKG dan kadar enzim

    jantung normal dan bebas dari tanda dan gejala infark miokardium akut).

    8. Mematuhi program perawatn dini (menunjukkan pemahaman mengenai terapifarmakologi dan kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup).

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    41/42

    BAB 3

    KESIMPULAN

    3.1SimpulanAterosklerosis adalah suatu proses panjang yang dimulai jauh sebelum gejala

    dirasakan. Aterosklerosis sudah di mulai sejak usia anak-anak, tetapi proses ini

    memerlukan waktu bertahun-tahun sampai terbentuk suatu mature plaks yang

    bertanggung jawab terhadap gejala klinis yang timbul yang timbul di kemudian hari.

    Untungnya, sebagian besar plaks pada pembuluh darah koroner relatif tidak

    berbahaya, plaks ini hanya mempersempit lumen pembuluh darah.

    Jika pembuluh darah berkonstriksi atau terjadi spasme, maka akan

    menyebabkan angina pektoris yang merupakan penyakit jinak. Klaien dengan

    angina akan tetap stabil dan hidup lama sepajang plaks yang miliki juga bersipat

    stabil atau hanya berkembang perlahan-lahan. Penelitian menunjukan bahwa stabilitas

    plak sangat bergantung pada komposisi dan kandungan seluler plak itu sendiri.

    Kolagen yang dihasilkan oleh sel otot polos menunjang stabilitas plak, sedangkan

    lipid dan makrofag bersifat mendestabilisasi plak, sehingga membuat plak menjadi

    lebih mudah hancur.

    Koyaknya plak yang disertai trombosis merupakan penyebab utama sindrom

    koroner akut yang terdiri atas angina tidak stabil, infark miokardium, dan mati

    mendadak. Oleh karena itu, perhatian dan penelitian harus lebih berfokus pada plak

    aterosklerosis yang mudah koyak untuk mencegah terjadinya serangan jantung dan

    meningkatkan kelangsungan hidup penderita dengan penyakit jantung iskemik.

    3.2 SaranKami berharap, makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan dapat

    diterima. Kami mohon kritik, saran yang bersifat membangun agar dalam penyusunan

    makalah berikutnya bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna bagi

    masyarakat dan siapapun yang membaca nya.

    38

  • 7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner

    42/42

    DAFTAR PUSTAKA

    Mutaqqin Arif. 2009.Menurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

    Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: EGC

    Lippincott dan Williams &Wilkins. 2008.Nursing The Series Clinical Excellence.

    Jakarta:PT. Indeks

    Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993).Proses Keperawatan Pada Pasien

    Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Departemen Kesehatan

    Sylvia A.Price dan Lorranie M.Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

    Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, edisi 8. Jakarta:

    EGC