Upload
nhovi-kristina
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
1/42
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PENYAKIT ARTERI KORONER
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Sistem Kardiovaskular 1
Dosen: Putria Carolina, S, Kep, Ns
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
1. Apriadi Nyaru Kaharap2. Ella Sasmita3. Evi4. Jonli5. Novi Kristina6. Riza Tamala7. Wiwi Srinata
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2011/2012
JL. BELIANG NO.110 TELP/FAX (0536) 3227707
Email: [email protected]
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
2/42
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Askep Pada Klien Dengan Penyakit Arteri Koroner ini
tepat pada waktunya.
Makalah ini kami sajikan secara sistematis serta dengan bahasa yang
sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Adapun makalah ini bersumber dari
berbagai macam informasi, juga dari dunia maya. Dari sumber tersebut kami dapat
mengembangkannya sehingga menjadi kumpulan informasi yang berguna.
Dalam menulis makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan yang
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat dikerjakan dengan baik. Oleh karena itu,
jika seandainya dalam makalah ini terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan,
kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dilain kesempatan.
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita
semua dan berguna bagi siapapun yang membacanya, amin.
Palangkaraya, Juni 2012
Penulis,
Kelompok 6
i
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
3/42
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1 Tinjauan Teoritis
1.1Pengertian 11.2Etiologi 31.3Manifestasi Klinis 71.4Pemeriksaan Penunjang 81.5Komplikasi 151.6Penatalaksanaan Medis 16Bab 2 Menajemen Keperawatan
2.1 Pengkajian Keperawatan 26
2.2 Diagnosa Keperawatan 29
2,3 Intervensi Keperawatan 29
2.4 Implementasi Keperawatan 33
2.5 Evaluasi Kperawatan 35
Bab 3 Kesimpulan
3.1 Simpulan 38
3.2 Saran 38
Daftar Pustaka
ii
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
4/42
BAB 1
TINJAUAN TEORITIS
1.1PengertianMenurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:132). Istilah aterosklerosis
berasal dari bahasa yunani dari kata athere, yang berarti bubur atau lunak. Istilah
ini menggambarkan penampilan kasar dari bahan plak. Aterosklerosis adalah suatu
proses panjang yang dimulai jauh sebelum gejala dirasakan. Aterosklerosis sudah di
mulai sejak usia anak-anak, tetapi proses ini memerlukan waktu bertahun-tahun
sampai terbentuk suatu mature plaks yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis
yang timbul yang timbul di kemudian hari. Untungnya, sebagian besar plaks pada
pembuluh darah koroner relatif tidak berbahaya, plaks ini hanya mempersempit
lumen pembuluh darah.
Jika pembuluh darah berkonstriksi atau terjadi spasme, maka akan
menyebabkan angina pektoris yang merupakan penyakit jinak. Klaien dengan
angina akan tetap stabil dan hidup lama sepajang plaks yang miliki juga bersipat
stabil atau hanya berkembang perlahan-lahan. Penelitian menunjukan bahwa stabilitas
plak sangat bergantung pada komposisi dan kandungan seluler plak itu sendiri.
Kolagen yang dihasilkan oleh sel otot polos menunjang stabilitas plak, sedangkan
lipid dan makrofag bersifat mendestabilisasi plak, sehingga membuat plak menjadi
lebih mudah hancur.
Koyaknya plak yang disertai trombosis merupakan penyebab utama sindrom
koroner akut yang terdiri atas angina tidak stabil, infark miokardium, dan mati
mendadak. Oleh karena itu, perhatian dan penelitian harus lebih berfokus pada plak
aterosklerosis yang mudah koyak untuk mencegah terjadinya serangan jantung dan
meningkatkan kelangsungan hidup penderita dengan penyakit jantung iskemik.
Menurut buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Sylvia
A.Price dan Lorranie M.Wilson (2003:576) Istilah aterosklerosis adalah peebalan
tunika intima arteri dan penimbunan lipid yang mencirikan lesi yang khas. Secara
1
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
5/42
2
morfologi, aterosklerosis terdiri atas lesi-lesi fokal yang terbatas pada arteri-arteri
otot dan jaringan elastis berukuran besar dan sedang seperti, aorta (yang dapat
menyebabkan penyakit aneurisma), arteri popliteal dan femoralis (meyebabkan
penyakit pembuluh darah perifer), arteri karotis (menyebabkan stroke), arteri renalis
(menyebabkan penyakit jantung iskemik atau infark miokardium). Aterosklerosis
merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di Negara maju. Namun
demikian penyakit aterosklerotik yang memengaruhi arteri koronaria merupakan
penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas. Pada tahun 1997, penyakit jantung
aterosklerotik coroner menyebabkan 466.101 kematian dan saat ini tetap merupakan
penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Masalah mendasar yang disebabkan
oleh aterosklerosis pembuluh darah arteri koroner adalah ketidakseimbangan antara
penyediaan dan kebutuhan oksigen sehingga menyebabkan penyakit jantung iskemia
atau infark miokardium.
Menurut buku Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (1993) Penyakit jantung
koroner/penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu
menifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri kroner. Plaque terbentuk pada
percabangan arteri yang kearah aterion kiri, arteri koronia kanan dan agak jarang pada
arteri sirromflekx. Aliran darah ke distal dapat mengelami obstruksi plaque atau
pengumpilan. Sirkurasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardiaum.
Kegagalan sirkurasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang
adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronia, gangguan aliran
darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dam
obstruksi permanen (miocard infart). (pusat pendidikan tenaga kesehatan Dep.kes
1993).
Menurut buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner & Suddarth edisi 8
(2002:776). Penyakit jantung yang paling sering di amerika serikat adalah
ateroklerosis koroner. Kondisi patologis arteri koroner ini ditandai dengan
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
6/42
3
penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan
penurunan aliran darah ke jantung. Penyakit aterosklerosis mungkin disebabkan
akibat kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah, dan keadaan biofisika serta
biokimia dinding arteri.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat diantara beberapa ahli mengenai
bagaimana aterosklerosisi bermula, namun telah disetujui bahwa aterosklerosis
merupakan penyakit progresif, dapat dikurangi dan pada beberapa kasus dapat
dihilangkan.
1.2EtiologiMenurut buku Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (1993) Penyakit arteri koronia
merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama
kematian di USA . walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan
angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk
mengadakan upaya pencegahan dan penaganan. Penyakit jantung iskemik banyak di
alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun angka kematian 20%.
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koronel dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
1.2.1 Sifat pribadi aterogenikSifat aterogenik mencangkup lipid darah, tekanan darah tekanan darah dan
diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar menentukan kecepatan
artero-genisis (kaplan dan stamler, 1991).
1.2.2 Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak ditentukan semuanya.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
7/42
4
Gaya hidup yang mempresdisposisi individu kepenyakit jantung koroner
adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori , lemak jenuh, kolestrol, garam serta oleh
kelembapan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendali, merokok sigaret dan
penyalah gunaan alkolhol (kaplan dab stamer, 1991).
1.2.3 Faktor resiko kecil dan lannya.Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tampak menjelsakan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karean penyakit jantung koroner, maka ada
kecurigaan ada faktor resiko yang ada anyara lain kontrasepsi oral, keterunan hospes,
umur dan jenis kelamin (Kaplan dan stamer, 1991).
Menurut buku Menurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:132) Terbentuknya plak
aterosklerosis merupakan proses aktif yang merupakan hasil interaksi antara dinding
vaskular, unsur-unsur dalam sirkulasi, dan gangguan pada aliran darah. Menurut
japimoru (2000) ada tujuh faktor yang berperan pada perkembangan plak biologis.
1.Akumulasi LipitPeningkatan konsentrasi lipoprotein plasma, terutama LDL. LDL adalah
sumber dari akumulasi kolestrol pada dinding arteri yamg menyebabkan retensi LDL.
Retensi LDL srta dinding arteri terjadi karena terperangkapnya lipoprotein, kemudian
termodifikasi (teroksidasi) dan ditangkap oleh makrofag, sehingga menyebabkan
terjadinya sel busa (foam cell)
2.Disfungsi EndotelialDalam keadaan normal, sel-sel endotel dapat mencegah masuknya lipoprotein
dan monosit kedalam intima, menjaga irama vaskular, serta mencegah koagulasi dan
trombosis. Disfungsi endotel menyebabkan peningkatan permeabilitas, peningkata
adhesi dan infiltrasi monosit, peningkatan sekresi molekul vasoaktif dan imflamasi,
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
8/42
5
peningkatan adhesi agregasi trombosit, serta peningkatan aktivitas prokoagulan dan
gangguan fibrinolisis.
3.Aktivitas Monosit Dan MakrofagOksidasi fosfolipid yang ada didalam lipoprotein menghasilkan LDL yang
termodofikasi minimal, sehingga dapat merangsang endotel untuk menyekresikan
faktor hemotaksis seperti monocyte chemotactic protein-1 (MCP-1) dan faktor
diferensiasi monosit seperti monocyte colony stimulating faktor (M-CSF). Selain
menangkap LDL teroksidasi, makrofag juga menyekresi bermacam-macam faktor
pertumbuhan, komotaktik, sitokin, pro-oksidan, dan lain-lain, sehingga proses
aterogenesis akan berlanjut.
4.Perubahan Sel Otot PolosEndotel yang rusak akan menghasilkan faktor pertumbuhan seperti platelet-
derived growth faktor (PDGF) dan transforming growth faktor (TGF-) yang akan
menstimulasi sel otot polos untuk bermigrasi daari media ke intima. Selanjutnya, di
intima sel otot polos berproliferasi dan menyekresi matriks ekstraseluler. Bersamaan
dengan proses tersebut tejadi perubahan sel otot polos karena aktivitas enzim protease
dan endoglikosidase yang disekresi oleh makrofag. Enzim ini juga dapat
mendegradasi komponen heparan sulfat dari miofilamen sel otot polos.
5.Matriks EkstraselulerAkumulasi matriks ekstraseluler yang terjadi atas kolagen, elastin,
proteoglikan, dan protein mikrofibrier merupakan ciri dari arteri aterosklerosis dan
hipertensif. Sel otot polos vaskular merupakan sumber utama dari matriks ini.
6.Trombosit Dan Faktor Koagulasi
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
9/42
6
Disfungsi endotel yang merupakan pertanda awal proses aterosklerosis dapat
meningkatkan adhesi dan agregasi trombosit. Adhesi , aktivitas dan agregasi
trombosit, serta faktor-faktor koagulasi aktif berperan pada pembentukan trombus.
7.Virus Dan BakteriBakteri seperti Chlamydia pneumoniae, Helicobacter pylori, adenovirus, virus
coxsackie, dan virus herpes diduga beperan pada proses patogenesis aterosklerosis
dan PJK. Sitotoksin bakteri dapat merangsang produksi beberapa sitokin (termasuk
IL-1, IL-6, dan TNF-) yang dapat mengaktivikasi endotel vaskular untuk mengubah
sistem hemostatik dengan peningkatan ekspresi molekul prokoagulan (fibrinogen
dan faktor jaringan) serta menurunkan regulasi sistem fibrinolitik, sehingga
menyebabkan terjadinya disfungsi endotel.
Menurut buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner & Suddarth edisi 8
(2002:730). Riwayat kesehatn, sebagai bagian dari pengkajian kardiovaskuler, harus
meliputi pertanyaan mengenai praktek promosi kesehatan pasien. Penelitian
epidemologis menunjukan bahwa berbagai kondisi atau tingkah laku tertentu, yang
dinamakan faktor risiko berhubungan dengan tingginya insidens penyakit arteri
koroner. Faktor risiko diklasifikasikan berdasarkan sejauh mana hal tersebut dapat
diubah melalui perubahan gaya hidup atau tingkah laku.
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah meliputi yang berikut :
1.Riwayat keluarga positif masalah jantung2.Peningkatan usia3.Jenis kelamin ( pria mempunyai risiko yang lebih besar dibanding wanita
premenopause )
4.Ras ( insidens lebih tinggi pada orang amerika keturunan afrika dibanding orangkaukasia )
Faktor risiko yang dapat dirubah meliputi yang berikut :
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
10/42
7
1. Tingginya kadar kolesterol darah2. Tingginya tekanan darah3. Merokok4. Tingginya kadar glukosa darah ( diabetes meletus )5. Obesitas6. Inaktivitas fisik7. Stres8. Penggunaan kontrasepsi oral
1.3 Manifestasi KlinisMenurut buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner & Suddarth edisi 8
(2002:777). Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai
akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan
aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak adekuat ( iskemia )
yang ditimbulkan akan membuat sel sel otot kekurangan komponen darah yang
dibutuhkan untuk hidup.
Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat. Manifestasiutama iskemia miokardium adalah nyeri dada. Angina pektoris adalah nyeri dada
yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan ireversibel sel - sel jantung. Iskemia
yang lebih berat, disertai kerusakan sel dinamakan infrark miokardium. Jantung yang
mengalami kerusakan irevesibel akan mengalami degenerasi dan kemudian di ganti
dengan jaringan parut. Bila kerusakan jantung sangat luar, jantung akan mengalami
kegagalan, artinya, ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan darah
dengan memberikan curah jantung yang adekuat.
Manifestasi klinis lain penyakit arteri koroner dapat berupa perubahan pola
EKG, aneurisma ventrikel, disritmia, dan kematian mendadak. Palpitasi merupakan
manifestasi penyakit janyung koroner meskipun tidak spesifik. Manifestasi penyakit
jantuing koroner bervariasi tergantung pada derajat aliran darah arteri koroner. Bila
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
11/42
8
aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan tidak akan
menimbulakan keluhan/ manifestasi klinik. Faktor yang mempengaruhi besar dan
sifat arus koroner antara lain keadaan antara lain keadaan anatomi dan faktor
mekanisme, sistem autoregulasi dan tahanan perifer.
Adapun faktor pencetus yang menambah iskemia seperti, aktivitas fisik, stres,
dan lainlain. Angina pektoris yang spesifik merupakan gejala utama dan khas bagi
penyakit jantung koroner. Sesak nafas mulai dengan nafas pendek sewaktu
melakukan aktivitas yang cukup berat, makin lama sesak makin bertambah. Pasa
keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi fisik.
1.4 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan akan mendapatkan data yang sesuai dengan adanya factor-faktor
risiko penyakit jantung koroner, misalnya :
1.4.1 Hipertensi
1.4.2 Hiperlipidemia
1.4.3 Diabetes Militus
1.4.4 Merokok
1.4.5 Usia
1.4.6 Obesitas
1.4.7 Keturunan
Pemeriksaan fisik: TTV, perpusi perifer (kulit, pulsasi arteri). Menurut buku
Menurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
12/42
9
dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:161) Pemeriksaan Fisik klien terdiri
atas keadaan umum dan B1-B6.
Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien IMA biasanya didapatkan kesadaran
baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan
perfusi system saraf pusat.
B1 (Breathing)
Terlihat sesak keadaan napas melebihi normal, dan keluhan napas sepertitecekik. Biasanya juga terdapat dyspnea kardia. Sesak napas ini terjadi akibat
pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik dari
ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena
terdapat kegagalan peningkatan curah darah ventrikel kiri [ada waktu melakukan
kegiatan fisik. Dyspnea kardia dapat timbul pada waktu beristirahat bila keadaannya
sudah parah.
B2 (Bleeding)
Pemeriksaan B2 yang dilakukan dapat melalui teknik inspeksi, palpasi, dan
auskultasi.
Inspeksi
Inspeksi adanya parut.
Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi biasanyatidak didapatkan.
Auskultasi
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
13/42
10
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup pada
IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak didapatkan pada
IMA tanpa komplikasi.
Perkusi
Tidak ada pergeseran tanda jantung.
B3 (Brain)
Kesaran biasanya CM, tidak didapatkan sianosi perifer. Pengkajian objektif
klien berupa adanya wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,
meregang, menggeliat.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluar urine berhubungan dengan asupan cairan, oleh
karena itu, perawat perlu memantau adanya oliguria pada klien IMA karena
merupakan tanda awal dari syok kardiogenik.
B5 (Bowel)
Kaji pola makan klien apakah sebelumnya terdapat peningkatan konsumsi
garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan respons mual dan muntah. Palpasi
abdomen didapatkan nyeri tekan pada keempat kuadran. Penurunan peristaltic usus
merupakan tanda kardial pada IMA.
B6(Bone)
Hasil yang biasanya terdapat pada pemeriksan B6 adalag sebagi berikut :
1. Aktivitas, gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, gerak statis, danjadwal olahraga tidak teratur.
2. Tanda takikardia, dyspnea: pada saat istirahat/aktivitas, dan kesulitanmelakukan tugas perawatn diri.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
14/42
11
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik utama pada klien infark miokardium adalah EKG dan
pemeriksaan enzim jantung.
Pemeriksaan Elektrokardiogram
EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung. Melalui
pembacaan dari waktu ke waktu, dokter mampu memantau perkembangan dan
resolusi suatu infark miokardium (MI). Lokasi dan ukuran relative infark juga dapat
ditentukan dengan EKG.
Pemeriksaan Laboratorium
Analisis enzim jantung dalam plasma meupakan bagian dari profil diagnostik
yang meliputi: riwayat, gejala, dan elektrokardiogram untuk mendiagnosis infark
miokardium.
Enzim dilepaskan dari sel bila sel mengalami cedera dan membrannya pecah.
Kebanyakan enzim tidak spesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang
rusak. Seperti yang telah diketahui CKMB tidak terlalu spesifik untuk otot jantung.
Sepuluh tahun terakhir ini, troponin T (cTnT) merupakan indicator yang sensitif dan
spesifik untuk infark miokardium (MI). Lebih pentingnya lagi dapat digunakan untuk
statifikasi risiko klien dengan infark miokardium.
Parameter biokimiawi diyakini akan terus berkembang sebagai penunjang
diagnosis infark miokardium, infact sizing, stratifikasi risiko, dan pemantauan
reperfusi. Bahkan akan mempuyai peran pada continuum dari ACS (acute coronary
syndrome) dari hancurnya plak. Terdapat inflamasi dan iskemia, sampai manifestasi
klinis berupa angina dan infark miokardium.
Evaluasi pertanda jantung generasi baru harus dibandingkan dengan CK-MB
yang selama ini telah menjadi gold standard. Kinetic pelepasan enzim dan pertanda
jantung lain akan meningkat bila klien MI berhasil diberikan pengobatan trombolitik
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
15/42
12
atupun angiolasti yang dinyatakan dengan terjadinya reperfusi dari arteri coroner
yang tersumbat.
Pengkajian FisikMenurut buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner
& Suddarth edisi 8 (2002:733) yaitu:
Pemeriksaan nadi. Saat memeriksa nadi, faktor faktor yang perlu
dievaluasi adalah kecepatan, irama, kualitas, konfigurasi gelombang nadi, dan
kualitas pembuluh darah itu sendiri.
Frekuensi nadi.frekuensi nadi normal bervariasi dari serendah 50 pada orang
muda sehat atletis sampai sehingga lebih dari 100 setelah latihan atau saat
kegirangan. Ansietas sering juga meningkatkan kecepatan nadi selama pemeriksaan
fisik. Bila kecepatannya lebih dari yang diharapkan, maka perlu dikaji ulang pada
akhir pemeriksaan fisik, saat pemeriksaan telah mempunyai hubungan yang lebih
baik dengan pasien.
Irama nadi. Irama nadi sama pentingnya dengan frekuensi nadi untuk dikaji.
Ketidakteraturan minimal pada nadi masih dianggap normal. Kecepatan nadi,
terutama pada orang muda, meningkatkan selama inspirasi dan melambat selama
ekspirasi. Dinamakan distritmia sinus. Untuk pemeriksaan jantung awal atau bila
irama nadi tidak teratur, maka frekuensi harus dihitung dengan mengauskultasi
denyut alpikal selama satu menit penuh sambil merabah denyut nadi. Setiap
perbedaan antara kontraksi yang terdengar dan nadi yang teraba harus dicatat.
Gangguan irama ( disritmia ) sering mengakibatkan defisit nadi, suatu perbedaan
antara frekuensi apeks ( frekuensi jantung yang terdengar di apeks jantung ) dan
frekuensi nadi. Defisi nadi biasanya terjadi fibrilasi atrium, flutter atrium, kontraksi
ventrikel prematur dan berbagai derajat blok jantung.
Kualitas nadi. Kualitas atau amplitudo nadi dapat dinyatakan normal,
berkurang atau hilang. Beberapa pengarang menganjurkan klasifikasi angka dengan
skala 0 sampai 4 :
0tidak ada nadi
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
16/42
13
+1gangguan nadi berat
+ 2gangguan nadi sedang
+ 3gangguan nadi ringan
+ 4nadi normal
Konfigurasi Nadi. Konfigurasi atau konturnadi erring dapat memberikan
informasi penting. Pada stenotis katup aorta, dimana muara katup menyempit, disertai
penurunan jumlah darah yang disemburkan keaorta, maka tekanan nadi akan
mengecil dan nadi akan terasa lemah. Pada infusiensi aorta, dimana katup aorta tidak
dapat menutup sempurna sehingga darah mengalir balik atau bocor dato aorta ke
ventrikel kiri, akan terjadi peningkatan gelombang nadi, yang mendadak atau
menurun pula secara mendadak-nadi colaps. Konfigurasi nadi paling baik diperiksa
dengan palpasi pada arteri karotis, dan bukan pada arteri radialis distal, karena
karakteristik dramatic gelombang nadi bisa kacau ketika nadi dihantarka ke pembuluh
darah yang kecil.
Kualitas Pembuluh Darah. Kondisi dinding pembuluh darah juga
mempengaruhi nadi dan harus diperhatikan, terutama pada lansia. Begitu ketepatan
dan irama, maka kualitas pembuluh darah haru dikaji dengan maraba sepanjang arteri
radialis dan membandingkannya dengan pembuluh normal. Untuk mengkaji
peredaran darah perifer, rabalah dan evaluasilah semua denyut arteri. Denyut arteri
dapat diraba pada titik titik dimana arteri mendekati permukaan kulit dan mudak
ditekan ke tulang atau otot yang padat. Denyutan dapat diperiksa pada arteri
temporalis, karotis, Brakialis, Radialis, Femoralis, politeadorsalis pedis, dan tibialis
posterior.
Tangan. Sianosis perifer, dimana kulit tampak kebiruan, menunjukkan
penurunan kecepatan aliran darah ke perifer, sehingga perlu waktu yang lebih lama
bagi hemoglobin mengalami desaturasi. Normal terjadi pada vasokonstriksi perifer
akibat udara dingin, atau pada penurunan aliran darah patologis, misalnya : syok dan
jantung. Pucat dapat menandakan anemia atau peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
17/42
14
Waktu pengisian kapiler merupakan dasar memperkirakan kecepatan darah
perifer. Temperatur dan kelembapan tangan dikontrol oleh system saraf otonom. Pada
syok jantung, angan sangat dingin dan basah akibat stimulasi system saraf simpatis
dan mengakibatkan vasokonstriksi. Edema meregangkan kulit dan membuatnya susah
dilipat. Penurunan turgor kulit terjadi pada rehidrasi dan penuaan. Penggadaan
(clubbing) jari tangan dan jari kaki menunjukkan desaturasi hemoglobin kronis,
seperti pada penyakit jantung kongetinal.
Kepala Leher. Pemeriksaan kepala sebagai bagian pengkajian kardiovaskular
difokuskan untuk mengkaji bibir dan cuping telinga guna memgetahui adanya
sianosis perifer atau kebiruan. Sianosis perifer disebabkan oleh adanya penurunan
aliran darah ke perifer. Semakin banyak oksigen yang dilepaskan dari hemoglobin,
akan menimbulkan warna kebiruan. Distensi vena jugularis disebbkan oleh
peningkatan volume dan tekanan pengisian pada sisi kanan jantung.
Jantung. Diperiksa secara langsung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi dinding dada. Pendekatan sistemik merupakan dasar pengkajian seksama.
Pemeriksaan bayak dilakukan dengan pasien dalam posisi supine, dan kepala sedikit
dinaikkan.
Pemeriksaan Tekanan Darah. Tekanan darah adalah tekanan yang
ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan (
viskositas ) darah. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut
tekanan sistolik. Tekanan sistolik adalah tekanan terendah, yang terjadi saat jantung
beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik
terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar daro 100/60
sampai 140/90. Ratarata tekanan darah normalnya 120/80.
Tekanan nadi. Perbedaan antara tekanan sistolik dan distolik dinamakan
tekanan nadi. Nilai normalnya sekitar 40 mm hg. Peningkatan tekanan darah
dinamakan hipertensi; penurunan disebut hipotensi. Bila hanya tekanan sistolik saja
yang meningkat ( hipertensi sistolik ), terjadi pelebaran tekanan nadi. Hal ini terjadi
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
18/42
15
pada aterosklerosis ( pengerasan arteri ) dan pada tirotoksikosis. Peningkatan
tekanan diastolik. Menikatan tekanan diastolik sampai 95 mm hg harus diperhatikan
terutama pada pasien muda; peningkatan tekanan diastolik melebihi 95 mm hg
menunjukan hipertensi yang sebenarnya dan memerlukan penelitian dan
pengontrolan.
Pengukuran tekanan darah. Tekanan darah dapat diukur secara langsung
atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukan kedalam arteri,
seperti yang akan didiskusikan lebih lanjut pada bab inipengukuran tidak langsung
dilakukan dengan sfikmomanometer dan stestokop. Sfigmomanometer tersusun atas
manset yang dapat dikembang dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan
ronga dalam manset alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang
terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang
dihantarkan oleh arteri brakialis.manset dibalutkan dengan kencang dan lembut pada
lengan atas dan dekembangkan dengan pompa tekanan dalaman set dinaikan sampai
denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukan bahwa
tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset
dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mm hg diatas titik hilangnya denyutan
radial. Manset kemudian dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara
auskultasi maupun palpasi. Dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik
dan diastolik dengan lebih akurat.
1.5 KomplikasiMenurut buku Menurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:152). Perawat perlu
mengetahui komplikasi pascainfark dengan tujuan untuk menurunkan risiko
komplikasi. Komplikasi penyakit arteri koroner sangat bergantung pada ukuran dan
lokasi iskemia serta infark yanf mengenai miokardium. Menurut Price dan wilson
(1995), komplikasi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
19/42
16
1. Gagal jantung kongestif.2. Syok kardiogenik.3. Edema paru akut.4. Disfungsi otot papilaris.5. Defek septum ventrikel.6. Ruptur jantung.7. Aneurisma ventrikel.8. Tromboembolisme.9. Perikarditis.10.Aritmia.
1.6 Penatalaksanaan MedisMenurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:132) Penatalaksanaan masalah
arteri koroner dimulai pada fase prarumah sakit, untuk itu diperlukan edukasi yang
memadai, baik untuk masyarakat umum petugas kesehatan. Penanggulanagan rasa
nyeri harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah aktivasi saraf simpatis, karena
aktivasi saraf simpatis ini dapat menyebabkan takikardi, vasokonstriksi, dan
peningkatan tekanan darahyang lebih lanjut dapat memperberat beban jantung dan
memperluas kerusakan miokardium. Tujuan penatalaksaan adalah untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantung dan meningkatkan suplai oksigen.
Penangan yang dilakukan secara dini juga terbukti memperbaiki harapan
hidup. Hal ini disebabkan oleh halhal sebagai berikut.
1. Sebagian besar kematian awal pada IMA terjadi akibat fiblirasi ventrikel yangsebetulnya dapat diobati. Sekitar 30% kematian timbul pada jam pertama setelah
timbulnya serangan dan 60% kematian terjadi di luar rumah sakit.
Untuk itu, masyarakat umum, terutama keluarga penderita PIK harus dilatih untuk
melakukan resusitasi jantung paru dan memberikan bantuan hidup dasar (basic life
support).
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
20/42
17
2.Reperfusi dini dengan trombolitik maupun dengan primary PTCA dapatmengurangi luasnya infark dan memperbaiki angka harapan hidup serta kualitas
hidup penderita.
Penatalaksanaan yang umum dilakukan medis pada fase serangan akut untuk
memberi implikasi keperawatan pada klien IMA meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.Penanganan nyeriPenanganan nyeri dapat berupa terapi farmakologi : morfin sulfat, nitrat, beta bloker.
2.Membatasi ukuran infark miokardiumPenatalaksaan yang diberikan untuk pembatasan ukuran infark secara selektif
dilakukan dengan meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium dan untuk
memelihara, mempertahankan, atau memulihkan sirkulasi.
Keempat golongan utama adalah sebagai berikut : antikoagulan, trombilitik,
antilipidemik, vasodilidator.Antikoagulan mencegah pembentukan bekuan darah
yang menyumbat sirkuklasi. Trombolitik sering disebut sebagai penghancur bekuandarah, menyerang, dan melarutkan tekanan darah. Antilipidemik juga disebut
hipolipidemik atau antihiperlipidemik, menurunkan konsentrasi lipid dalam darah.
Vasolidator perifer meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang menyempit karena
farmakologis berupa pemberian antiplatelet, antikoagulan, fan trombolik.
3.Pemberian oksigenTerapi oksigen dimulai saat terjadi onset nyeri. Oksigen yang dihirup akan
langsung meningkatkan saturasi darah. Efektivitas terapeutik oksigen ditentukan
dengan observasi kecepatan dan irama pertukaran pernapasan dan pasien mampu
bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam darah secara bersamaan diukur
dengan pulsa oksimetri.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
21/42
18
4.Pembatasan aktivitas fisikPengurangan atau penghentian seluruh aktivitas pada umumnya akan
mempercepat pembebasan rasa sakit. Klien boleh diam tidak bergerak atau
dipisahkan untuk duduk atau sedikit melakukan aktivitas.
Terapi Farmakolgis
Obat-obat antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, baik dengan
menambah suplai oksigen maupun dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan
oksigen. Jenis antiangina meliputi hal-hal berikut ini :
1. Morfin sulfat2. Nitrat3. Penghambat beta4. Penghambat rantaui kalsium5. Antirombolitik
Efek sistemetikutama dari nitrat adalah penurunan tonus vena yang
menurunkan beban kerja jantung. Penghambat rantai kalsium menurangi beban kerja
jantung serta mengurangi kebutuhan oksigen.
Morfin Sulfat
Pada tahun 1803, seorang ahli farmasi jerman mengisolasi morfin dari opium.
Morfin sulfat, suatu analgetik narkotik, biasanya digunakan untuk mengobati angina
yang berkaitan dengan infark miokardium akut. Morfin menghilangkan sakit,
memperlebar pembuluh vena, dan mengurangi beban jantung. Dosis standar morfin
sulfat adalah 2-5 mg intraven (IV), diulang setiap 5-30 menit sampai sakit dada
hilang. Perawat harus waspada terhadap depresi pernapasan dan hipotensi yang
merupakan reaksi merugikan yang sering timbul. Pemantauan yang ketat perlu
dijalankan. Bisa diberikan antagonis narkotik naloxon 9narcan0 untuk melawan kerja
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
22/42
19
morfin jika reaksi merugikan yang timbul membahayakan klien. Dosisinya
0,1-0,2 mg setiap 2-3 menit sesuai indikasi.
Implikasi keperawatan pemberian morfin
1.PengkajianDapatkan riwayat klien mengenai masalah kesehatannya yang merupakan
kontraindikasipemakaiana narkotik, seperti distres pernapasan, cedera kepala, atau
epilepsi. Narkotik dapat menambah tekanan intrakranial dan kejang. Periksa adanya
riwayat hipersensitivitas. Dapatkan tanda-tanda vital dasar untuk digunakan
perbandingan tanda-tnda vital dimasa mendatang.
2.Rencana intervensiTujuan pemberian trombolitik melipiuti :
1) Klien akan bebas dari nyeriatau intensitas nyeri berkurang dalam waktu 3-5hari.
2) Tanda-tanda vital klien akan tetap stabil selama dan sesudah terapi.Intervensi keperawatan pada klien de3ngan pemberian trombolitik meliputi hal-
hal berikut ini :
1) Berikut narkotik sebelum nyeri mencapai puncaknya untuk memaksimalkanefektivitas obat.
2) Amati klien terhadap efek samping dan narkotik, termasuk distrespernapasan 9 RR < 10 ? menit 0, hipotensi ortostatik, mengantuk,
mentalberkabut, retensi urine, konstipasi, konstriksi pupuil ( toksisitas dan
preparat opium ), dan gejalagejala putus obat.
3) Pantau keluaran urine klien. Narkotik dapat menyebabkan retensi urine.Keluaran harus sekurang-kurangnya 600ml perhari.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
23/42
20
4) Periksa bising untuk mengtahui apakah terjadi penurunan peristaltik, suatupenyebab konstiopasi. Laksatif ringan atau perubahan diet mungkin
didiperlukan.
5) Periksa klien lebih lanjut usia terhadap efeksamping nafrkotik. Dosismungkin perku disesuaikan. Terapi tepi tempat tidur dan tindakan lainnya.
Mungkin perlu dilakukan.
3.Pendidikan kesehatanPerawat perlu memberikan pendidikan kesehatan pada klien dengan pembrian horpin
, meliputi hal-hal berikut:
1) Beritahu klien tidak untuk tidak minum alkolhol atau penekan SSP denganalan getik karena bertambahnya derspresi sistem saraf puasat dan
pernapasan.
2) Anjurkan klien untuk mencari pertolangan propisioanal dalm mengurangiadiksi narkotik.
3) Peringatkan klien bahwa pamakaaian narkotik yang terus-menerus dapatmenimbulakn adiksi.
4) Beritahu klien untuk melaporkan jika mengelami pusing atau sulit bernapasketika mengunakan narkotik.
5) Beritahu klien untuk melaporkan jika megelami konstipasi dan rentensiurine.
6) Evaluasi efektivitas terapi.7) Evaluasi efeketivitas analgetik dalam mengurangi atau meredakan nyeri.
Jika nyeri mentap setelah bebereapa hari penyebab harus ditentukan atau
narkotik perlu diganti.
8) Evaluasi stabilitas tanda-tanda vital. Tanda-tanda abnormal sepertipenurunan tekanan darah harus dilaporkan.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
24/42
21
Nitrat
Nitrat atau vasodilator koroner yang dikembangka pada tahun 1840-an
merupakan agen-agen pertama yang digunakan untuk meredakan angina.
Nitrogliserin
Senyawa nitra masih merupakan obat untuk menengani angina pektoris.
Nitrogliserin di berikan untuk menurunkan konsumsi oksigen jantung yang akan
mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri angina. Nitrigliserin adalah bahan
vasoaktif yang berfungsi melebarkan, baik vena maupun arteri, sehingga
memengaruhi sirkurasi pariter. Dengan ppelebaran vena, terjadi pengumpulan darah
vena di selurh tubuh. Akibatnnya, hanya sedikit darah sedikit darah yang kembali ke
jantung dan terjadilah penurunan tekanan pengisihan (preload)
Tablet sublingual tersedia dalam dosis berbeda-beda, tetapi dosis rata-rata
yang diresepkan adalah 0,4 mg atau 1/150 gram setelah mengelami nyeri jantung, di
ulang setiap 5 menit sampai 3 dosis. Klien dapat mengelami pusing ,ingin pingsan ,
atau sakit kepala akibat vasolilatasi juga tersedia dalam bentuk topikal (oistment,
patch transdemal) dan bentuk intravena.Farmakokinetik. nitrat yang digunakan secara sublingual dengan cepat
diabsorsi da langsung menuju vena jugularis internal dan antrium kanan. Sekitar 40-
50% nitrat yang melalui saluran gastrointestinal akan diinaktivasi oleh metabolisme
hati (metabolisme first-pass dari hati). Nitrogliserin dalam salep akan diabsorpsi
secara perlahan melalui kulit.
Farmakokidinamik. Nitrat bekerja langsung apad otot polos pembuluh
darah, meyebabkan relaksasi dan dilatasi. Obat-obat ini menurunkan reload jantung
(jumlah darah dalam ventrikel pada akhi diastolik) dan afterload (tahanan pembuluh
darah perifer). Mengurangi kebutuhan oksigen miokardium. Dengan terjadinya
dilatasi, maka akan lebih sedkit darah yang kembali ke jantung dengan terjadinya
dilatasi arteri, maka vasokonstriksi dan tahanan akan juga berkurang.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
25/42
22
Mula kerja gliserin bergantung pada pola pemberiannya. Pada pemakain
sublingual dan intra vena mula kerjanya cepat (1-3menit) dan pada metode
transdermal akan lebih lambat (30-60menit). Masa kerja patch trasderm nitro
diperkirakan 24 jam. Oleh karena salep Nitro Bid hanya efektif selama 6-8 jam,
maka salap ini akan dioleskan kembali 3-4 kali sehari. Pemakaian salap Nitro Bid
semakin kurang populer karena kelebihan dari patch transderm nitro yang hanya perlu
ditempel sekali sehari.
Efek Samping. Sakit kepala merupakan salah satu efek samping yang paling
sering dari nitrogliserin, tetapi jika terus digunakan akan menjadi lebih jarang timbul.
Selain itu, asetaminofen apat meghilangkan sakit kepala yang timbul. Efek samping
lain hipotensi, pusing, lemah, dan ingin pingsan. Jika salap nitrogliserin atau patch
transdermal digunakan, dosis harus digunakan secara bertahap dalam beberapa
minggu untuk mencegah efek rebound dari nyeri yang akibat iskemiamiokardium
(kurang suplai darah untuk otot jantung). Toleransi nitrat dapat tejadi pada pemakaian
dosis ynag terus bertambah atau pemakaian yang terus menerus.
Penghambat Beta
Penghambat (adenergik) beta menghambat reseptol betal. Dengan demikian,
obat ini dapat mengurangi denyut jantung. Obat-obat ini digunakan sebagai
antiangina, antiaritma, dan antihipertensi. Penghambat beta efektif sebagai antiangina
karena mengurnagi denyut jantung dan kontraktilitas miokardium. Obat ini
menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen, dengan demikian dapat merendahkan
rasa nyeri angina. Obat-obat golongan ini lebih berguna dari pada obat angina klasik.
Penghambat dibagi menjadi penghambat beta tidak selektif (menghambat beta 1 dan
beta 2) dan penghambat beta (jantung) selektif (menghambat beta). Contoh
penghambat beta tidak selektif adalah propanolol (inderal), nadolol (cogard), dan
pindolo (visken). Obat-obat ini menurunkan denyut jantung yang menyebabkan
bronkokonstriksi. Penghambat beta selektif (kardioselektif) bekerja lebih kuat
terhadap respon beta 1, sehingga mengurangi denyut jantung. Contoh obat-obat
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
26/42
23
golongan ini adalah tenolol (tenormin) dan metroprolol (lopresor). Golongan yang
terakhir ini adalah pilihan untuk mengobati angina pektoris.
Farmokokinetik. Secara oral, penghambat beta diabsorsi dengan baik.
Absorsi kapsul sustained relase diabsorsi secara lambat. Waktu paruh propanolol
(inderal) adalah 3 sampa 6 jam. Dari golongan penghambata data selektif, atenolol
(tenormin) memiliki waktu paruh 6 sampai 9 jam dan metoporolol (lopresor) 3
sampai 7 jam. Propanolol dan metoprolol dimetabolisme dan dikeluarkan oleh hai. 50
% atenol yang dikeluarkan tidak berubah oleh ginjal dan sisanya diekskresikan tanpa
diabsorsi oleh feses.
Farmakodinamik.Oleh karena penghambat beta mengurangi kekuatan
kontraksi miokardium, maka kebutuhan miokardium akan oksigen juga berkurang.
Dengan demikian, klien mampu melakukan kerja yang lebih dengan kebutuhan
oksigen yang berkurang.
Mula kerja dari penghambat beta nonselektif propanolol adalah 30 menit, kerja
puncaknya dicapai dalam 1-1,5 jam, dan masa kerjanya adalah 4-12 jam. Pada
penghambat beta selektif, mula kerja dari atenolol adalah 60 menit, puuncak kerjanya
dicapai dalam 2-4 jam, dan masa kerjanya adalah 24 jam. Sedangkan mula kerja dari
metoprolol dicapai dalam 15 menit dan lama kerjanya 6-12 jam.
Efek samping. Penghambat, baik yang nonselektif maupun selektif dapat
menyebabkan penurunan denyut nadi dan tekanan darah.
Bronkospasme, respon psikotik atau tingkah laku, dan inpotens (pada pemakaian
inderal) merupakan reaksi merugikan yang mungki terjadi pada pemakaian
penghambat beta nonselektif. Tanda-tanda vital perlu dipantau ketat pada tahap awal
terapi menghambat beta.
Pada penghentian pemakaian, dosis pelu diturunkan terhadap selama 1 atau 2
minggu untuk mencegah efek rebound (replekstakikardia dan vasokontriksi).
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
27/42
24
Antagonis Ca
Penghambat rantai kalsium juga dikena sebagai penghambat kalsium,
merupakan kelompok obat terbaru yang dipasarkan (1982). Untuk pengobatan angina
pectoris aritmia tertentu, dan hipertensi. Kalsium mengaktivasi ontraksi miokardium,
menambah beban kerja jantung, dan keperluan jantung akan oksigen. Penghambat
kalsium menurunkan kontraktilitas jantung (efek inotropic) dan beban kerja jantung,
sehingga mengurangi beban keperluan kerja jantung, akan oksigen. Obat ini efektif
dalam mengendalikan angina varian dengan merelaksasikan arteri coroner meredakan
angina klasik dengan mengurangi kebutuhan oksigen.
Farmakokinetik. Tiga penghambat kalsium yaitu: verapamil (calan),
nifedipine (Procardia), dan diltiazen (cardizen) telah digunakan dengan efektif dalam
pengobatan angina jangka panjang.
Sebanyak 80-90% penghambat rantai kalsiun diabsorpsi melalui mukosa
gastrointestinal. Akan tetapi, metabolisme first-pass oleh hati akan mengurangi
tersedianya obat bebas dalam sirkulasi. Hanya 20% ari verapamil, 45-65% diltiazen,
dan 35-40% nifedipien yang bioavailable. Ketiga obat ini diberikan dengan protein
(80-90%) dan waktu paruhnya adalah 2-6jam.
Farmakodinamik. Brakikardia meruapakan masalah yang sering terjadi pada
verapamil, penghambat kalsium pertama. Nifedipin, penghambat kalsium yang paling
kuat, menambah vasodilatasi coroner perifer yang dapat menyebabkan hipertensi.
Mula kerjanya 10 menit untuk verapamil serta 30 menit untuk nifedipen dan diltiazen.
Lama kerjanya adalah 3-7 jam (PO) dan 2 jam (IV) untuk verapamil da 6-8 jam untuk
nifedipin dan diltiazem.
Efek samping. Efek samping penghambat kalsium adalah sakit kepala,
hipotensi (lebih sering pada nifedipin dan lebih jarang diltiazem), pusing, dan
flushing pada kulit. Refleks takikardia dapat terjadi akibat hipotensi.
Penghambat kalsium dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada fungsi
hati dan ginjal. Enzim hati dalam serum harus diperiksa secara berkala. Penghambat
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
28/42
25
kalsium sering kali diberikan dengan obat-obat anti angina lainnya, seperti nitrat
untuk mencegah angina.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
29/42
BAB 2
MENAJEMEN KEPERAWATAN
2.1.PengkajianMenurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:159). Pengkajian pada klien
dengan infark miokardium akut merupakan salah satu aspek penting dalam proses
keperawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Perawat
mengumpulkan data dasar informasi status terkini klien mengenai pengkajian sistem
kardiovaskular sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian sistematis pasien mencakup
riwayat yang berhubungan dengan gambaran gejala berupa nyeri dada, sulit bernafas
(dispnea), palpitasi , pingsan (sinkop), dan keringat dingin (diaforesis). Masing-
masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinnya serta faktor yang mencetuskan
dan yang meringankan.
2.1.1. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin didapatkan
Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas)2.1.2. Sirkulasi
1. Mempunyai riwayat IMA, penyakit jantung koroner, CHF, tekanan darah tinggi,
diabetes melitus.
2. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat,nadi mungkin normal atau
terlambatnya capilary refill time, disritmia.
3. Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
26
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
30/42
27
4. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris
yang tidak berfungsi.
5. Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan ( tachy atau bradi cardia).
6. Irama jantung mungkin iregular atau juga normal.
8. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul
dengan gagal jantung.
9. Warna kulit mungkin pucat baik dibibir maupun dikuku.
2.1.3. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
2.1.4. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak,
muntah dan perubahan berat badan.
2.1.5. Hygiene perseorangan
Dipsnea tau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan
aktivitas.
2.1.6. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
2.1.7. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat
atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin
menyebar sampai kelengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat dikatakan
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
31/42
28
sebagai rasa nyeri yang sangat pernah dialami. Sebagai akibat nyeri tersebut
mungkin didapatkan wajah yang menyeringai, perubahan struktur tubuh, menangis,
penurunan otak batang, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan
warna kulit serta tingkat kesadaran.
2.8 Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernapasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara napas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler.
Sputum jernih atau juga merah muda/pink tinged.
2.1.9 Interaksi Sosial
Stress, kesulitan dalam berdaptasi denga stressor emosi yang tak terkontrol.
2.1.10 Pengetahuan
Riwayat dalam keuarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,
hipertensi, perokok.
2.1.11 Studi Diagnostic
ECG menunjukkan : adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari iskemi
gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q
yang mencerminkan adanya nekrosis. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB
meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT
dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam. Elektrolit: ketidakseimbangan
yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas
jantung seperti hipo atai hyperkalemia. Whole Blood cell: leukositosis mungkin
timbul pada keesokan hari setelah serangan. Analisa gas darah: menunjukkan terjadi
hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis/akut. Kolesterol atau trigliseid:
mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arterios klerosis.
Chest X ray; mungkin norma atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
32/42
29
ventrikiller. Echocardiogram: mungkin harus dilakukan guna menggambarkan
fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung. Exercise Stres test:
Menunjukkan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/aktivitas.
2.2 Diagnosa KeperawatanMenurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:138) yaitu :
2.2.1Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantungatau sumbatan pada arteri koronaria.
2.2.2 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, adanya jaringan nekrotik dan iskemi pada miokard.
2.2.3 Risiko terjadinya penurunan cardian output berhubungan dengan perubahan
dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya reload atau peningkatan
SVR, miocardial infark.
2.3 Intervensi KeperawatanMenurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:145)
2.3.1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
atau sumbatan pada arteri koronaria.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien diharapkan mampu
menunjukkan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukkan adanya
penurunan tekanan darah dan cara berelaksasi.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
33/42
30
No. Intervensi Rasional Kriteria Hasil
1. Monitor dan kaji
karakteristik dan lokasi
nyeri
Mempermudah untuk
mengetahui letak nyeri
pada pasien.
Nyeri berkurang atau
hilang, pola napas eupnea,
mual dan muntah hilang,
reaksi non-verbal baik.
2. Monitor tanda-tanda
vital (tekanan darah,
nadi respirasi,
kesadaran).
Tanda dan gejala tersebut
membantu diagnosis
jantung coroner.
3. Anjurkan pada pasienagar segera melaporkan
bila terjadi nyeri dada.
Data tersebut dalammenentukan penyebab
dan efek nyeri dada.
Nyeri dada dapat menjadi
indikasi adanya iskemia
dan injuri miokard.
4. Ciptakan suasana
ligkungan yang tenang
dan nyaman.
4-5 perasaan nyaman dan
tenang memberikan efek
relaksasi yang mendukng
pembatasan aktivitas
sehngga mengurangi
konsumsi oksigen
miokard.
5. Ajarkan dan anjurkan
pada pasien untuk
melakukan teknik
relaksasi.
Terapi oksigen akan
meningkatkan suplai
oksigen jaringan.
6. Kolaborasi dalam:
pemberian oksigen dan
Untuk mengetahui
pekemangan keadaan
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
34/42
7.
obat-obatan
(betablocer, anti angina
Ukur tanda vital
sebelum dan sesudah
dilakukan pengobatan
dengan narkosa.
pasien.
2.3.2. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dankebutuhan oksigen,adanya jaringan yang nekrotik dan iskmia pada miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunjukan
peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan
darah,nadi,irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
No. Intervensi Rasional Kriteria hasil
1 Catat irama
jantung,tekanan darah dan
nadi sebelum,selama dan
sesudah melakukan
aktivitas
Untuk mengetahui
kondisi alat vital
setiap setelah
melakukan aktivitas.
Suplai dan kebutuhan
oksigen seimbang dan
tidak adanya jaringan
yang nekrotik dan
iskemia pada miokard.
2 Anjurkan pada pasien
agar lebih banyak
bertirahat trlebihdahulu.
2-3 pembatasan
aktivitas dan istirahat
mengurangi konsumsi
oksigen miokard dan
badan kerja jantung.
3 Jelaskan pada pasiententang tahap-tahap
aktivitas yang boleh
dilakukan oleh pasien.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
35/42
4 Anjurkan pada pasien
agar tidak ngeden pada
saat buang air besar.
Agar pasien tidak
kehilangan
energi/tenaga
5 Tujukan pada pasien
tentang tanda-tanda fisik
ahwa aktivitas melebihi
batas.
Agar pasien tidak
melakukan aktivitas
yang berat/berlebihan
2.3.3. Risiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan
dalam rate, irama, konduks jantung menurunnya preload atua peningkitan
SVR, miokardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama dilakukan tindakan
keperawatan.
No Intervensi Rasional Kriteria hasil
1 Lakukan pengukuran
tekanan darah
(bandingkan kedua
lengan pada posisi
berdiri, duduk dan
tiduran jika
memungkinkan)
1-3 tanda dan gejala
membantu diagnosis
jantung koroner
Tidak adanya penurunan
preload atau peningkatan
SVR, dan konduksi irama
jantung normal.
2 Kaji kualitas nadi
3 Catat pekembangan
dari adanya S3 dan S4.
4 Auskultasi suara nafas Peningkatan tekanan
darah meningkatkan
preload dan beban kerja
jantung. Terdengarnya
crakles, di basal paru
mengindikasikan
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
36/42
kongesti vulmonal,
akibat peningkatan
tekanan jantung sisi kiri
5 Damping pasien pada
melakukan aktivitas
Agar perawat
mengetahui aktiitas
yang dilakukan pasien
6 Sajikan makanan yang
mudah di cerna dan
kurangi konsomsi
kafeine
Agar kebutuhan serat
yang diperlukan pasien
lancer
7 Kolaborasi dalam;pemerisaan serial
ECG, foto thorax,
pemberian obat-obatan
anti disritmia
Untuk mengetahuiapakah ada pembesaran
pada jantung atau tidak
2.4Implementasi KeperawatanDalam buku Doenges E Mmarilyn,dkk,2000. Pada tahap ini untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktiviats yang telah dicatat dalam rencana
perawatan paisen.agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentivikasi prioritas perawatan memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervnsi yang dlaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan.
Dalam buku Nursing The Series Clinical Excellence, Lippincott dan Williams
&Wilkins (2008:6) Sindrom koroner akut umumnya muncul saat trombus
berkembang dan memacetkan aliran darah melalui arteri koroner. Ilustrasi berikut ini
menujukkan pembuluh koroner utama yang bisa terlibat.
2.4.1 Lakukan pemantauan kardiak secara kontinu dan seringkali pantaualahelektrokardiogram (ECG) Untuk mendeteksi tingkat perubahan atau aritmia.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
37/42
34
Tempatkan strip ritme dibagan pasien secara periodik sesuia dengan
kebijakan di tempat anda.
2.4.2 Pantau dan catat tekanan darah, suhu, dan bunyi jantung dan napas pasein.2.4.3 Jelaskan pentingnya segera memberitahukan rasa nyeri.2.4.4 Dapatkan ECG12-leat selama berlansungnya rangkaian nyeri di dada.2.4.5 Kenali dan catat lokasi, keparahan, dan durasi nyeri.2.4.6 Beri analgesik dan medikasi lain sesuia resep.2.4.7 Periksa tekanan darah pasien setelah ia diberi nitrogliselin, teruma setelah
dosis pertama.
2.4.8 Secara seksama, pantau asupan dan output pasien.2.4.9 Pantau adakah dedas, batuk, takipnea, dan edema pada pasien, yang bisa
mengindikasikan akan terjadi gagal jantung sisi-kiri.
2.4.10 Jika pasien telah menjalani PTCA, lakukan perawatan pada selumbungangioplasti. Beri pasien jadwal ketat untuk beristarahat diranjang dan lakukan
imobilasi pada kaki yang diberikan selubung. Pantau pendarahan secara
seksama. Seringkali periksalah denyut nadi periferal pada kaki yang diserang.
2.4.11 Beri dukungan emosional,dan bantu pasien mengurangi stres dankeresahannya.
2.4.12 Mulailah rehabilitasi kardiak menurut protokol ditempat anda.2.4.13 Ulaslah batasan-batasan diet dengan pasien. Jika ia harus menjalani diet
rendah-kolesterol,rendah-natrium,rendah-lemak, dan berserat tinggi, sediakan
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
38/42
35
daftar makanan yang sebaiknya ia hindari.mintalah ahli diet untuk berbicara
dengan pasien dan keluaganya.
2.4.14 Sarankan pasien mengikuti program berhenti merokok, bila perlu.2.4.15 Jelaskan dengan cermat pada pasien mengenai aturan penanganan. Ingatkan
pasien mengenai reaksi yang merugikan terhadap obat-obatan, dan sarankan ia
melaporkan reaksi tersebut pada praktisnya.
2.4.16 Saran pasien mengikuti program menurunkan berat badan, bila perlu.2.4.17 Anjurkan pasien memulai aktivitas seksualnya secara progresif.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari rangkaian proses
keperatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
2.5.1 Diagnosa keperawatan pertamaGangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan iskemia jaringan
jantung atau sumbatan pada ateri koronaria.
S: Klien mengatakan kalau rasa nyeri berkurang
O: Pasien tidak mual lagi dan tampak sehat
A: Masalah teratasi
P: Pertahanan intervensi
2.5.1 Diagnosa keperawatan keduaIntoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemia pada miokard.
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
39/42
36
S: Klien mengatakan bahwa sesak nafasnya berkurang
O: Klien tampak sehat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
2.5.2 Diagnosa Keperawatan KetigaRisiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan
dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload atau peningkatan SVR,
myocardial infark.
S: Klien mengatakan bahwa nyeri dadanya sedikit kurang
O: Klien tampak terlihat tenang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervesi
Menurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi, Arif Muttaqin (2009:191) Hasil ang diharapkan
pada proses perawatan klien dengan infark miokardium tanpa komplikasi adalah
sebagai berikut.
1. Bebas Nyeri2. Menunjukkan peningkatan curah jantung3. Tanda-tanda vital kembali normal4. Terhindar dari risiko penurunan perfusi perifer5. Tidak terjadi kelebihan volume cairan. (Tidak sesak dn edema extremitas tidak
terjadi).
6. Menunjukkan penurunan kecemasan (memahami penyakit dan tujuankeperawatannya, mematuhi semua aturan media, mengetahui kapan harus
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
40/42
37
meminta bantuan media atau sifatnya berubah dan menghindari tinggal sendiri
satt terjadi fase nyeri);.
7. Memahami cara mencehad komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas darikomplikasi dengan cara sebagai berikut: (menjelaskan proses terjadinya angina,
menjelaskan alas an tindaka pencegahan komplikasi, EKG dan kadar enzim
jantung normal dan bebas dari tanda dan gejala infark miokardium akut).
8. Mematuhi program perawatn dini (menunjukkan pemahaman mengenai terapifarmakologi dan kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup).
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
41/42
BAB 3
KESIMPULAN
3.1SimpulanAterosklerosis adalah suatu proses panjang yang dimulai jauh sebelum gejala
dirasakan. Aterosklerosis sudah di mulai sejak usia anak-anak, tetapi proses ini
memerlukan waktu bertahun-tahun sampai terbentuk suatu mature plaks yang
bertanggung jawab terhadap gejala klinis yang timbul yang timbul di kemudian hari.
Untungnya, sebagian besar plaks pada pembuluh darah koroner relatif tidak
berbahaya, plaks ini hanya mempersempit lumen pembuluh darah.
Jika pembuluh darah berkonstriksi atau terjadi spasme, maka akan
menyebabkan angina pektoris yang merupakan penyakit jinak. Klaien dengan
angina akan tetap stabil dan hidup lama sepajang plaks yang miliki juga bersipat
stabil atau hanya berkembang perlahan-lahan. Penelitian menunjukan bahwa stabilitas
plak sangat bergantung pada komposisi dan kandungan seluler plak itu sendiri.
Kolagen yang dihasilkan oleh sel otot polos menunjang stabilitas plak, sedangkan
lipid dan makrofag bersifat mendestabilisasi plak, sehingga membuat plak menjadi
lebih mudah hancur.
Koyaknya plak yang disertai trombosis merupakan penyebab utama sindrom
koroner akut yang terdiri atas angina tidak stabil, infark miokardium, dan mati
mendadak. Oleh karena itu, perhatian dan penelitian harus lebih berfokus pada plak
aterosklerosis yang mudah koyak untuk mencegah terjadinya serangan jantung dan
meningkatkan kelangsungan hidup penderita dengan penyakit jantung iskemik.
3.2 SaranKami berharap, makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan dapat
diterima. Kami mohon kritik, saran yang bersifat membangun agar dalam penyusunan
makalah berikutnya bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
masyarakat dan siapapun yang membaca nya.
38
7/28/2019 Askep Pada Arteri Koroner
42/42
DAFTAR PUSTAKA
Mutaqqin Arif. 2009.Menurut buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: EGC
Lippincott dan Williams &Wilkins. 2008.Nursing The Series Clinical Excellence.
Jakarta:PT. Indeks
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993).Proses Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Departemen Kesehatan
Sylvia A.Price dan Lorranie M.Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, edisi 8. Jakarta:
EGC