50
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae, terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Infeksi ini terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2001). Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai dengan infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal apabila tidak diberi tindakan yang adekuat.Mastitisjuga seringkali disebut sebagai abses payudara, dimana terjadi pengumpulan nanah lokal di dalam payudara. Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk pengobatannya. Penelitian terbaru juga ada yang menyatakan bahwa mastitis dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui menyusui. Pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang kurang benar merupakan penyebab yang penting, tetapi pada kenyataannya saat ini masih banyak petugas kesehatan yang menganggap bahwa mastitis masih sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak 1

Askep Mastitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep Mastitis oke

Citation preview

Page 1: Askep Mastitis

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae terutama pada primipara

yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus Infeksi ini terjadi melalui

luka pada puting susu tetapi mungkin juga melalui peredaran darah

(Prawirohadjo 2001) Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai

atau tidak disertai dengan infeksiPenyakit ini biasanya menyertai laktasi

sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis Kadang-

kadang keadaan ini dapat menjadi fatal apabila tidak diberi tindakan yang

adekuatMastitisjuga seringkali disebut sebagai abses payudara dimana terjadi

pengumpulan nanah lokal di dalam payudara Keadaan ini menyebabkan beban

penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk

pengobatannya Penelitian terbaru juga ada yang menyatakan bahwa mastitis

dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui menyusui

Pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang kurang

benar merupakan penyebab yang penting tetapi pada kenyataannya saat ini masih

banyak petugas kesehatan yang menganggap bahwa mastitis masih sama dengan

infeksi payudara Mereka sering tidak mampu membantu pasien mastitis untuk

terus menyusui dan mereka bahkan mungkin menyarankan pasien tersebut untuk

berhenti menyusui yang sebenarnya hal tersebut tidak perlu

Makalah ini disusun untuk menyajikan informasi tentang konsep dasardan

asuhan keperawatanmastitis laktasional untuk menuntun penatalaksanaan praktik

yang tepat sehingga pasien mastitis masih dapat mempertahankan agar tetap dapat

memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif

1

12 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis membuat suatu rumusan masalah

yaitu bagaimana asuhan keperawatan yang dapat di berikan pada pasien yang

menderita mastitis

13 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain

131 mengetahui anatomi dan fisiologi payudara

132 mengetahui definisi mastitis

133 mengetahui epidemiologi mastitis

134 mengetahui etiologi mastitis

135 mengetahui tanda dan gejala mastitis

136 mengetahui patofisiologi mastitis

137 mengetahui komplikasi dan prognosis mastitis

138 mengetahui pengobatan mastitis

139 mengetahui pencegahan mastitis

1310 mengetahui pemeriksaan penunjang mastitis

1311 mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan mastitis

14 Manfaat

Manfaat makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut

141 Bagi mahasiswa hasil makalah diharapkan dapat memberikan pemahaman

dan pengertian terhadap pentingnya kesehatan dan mampu memberikan

asuhan keperawatan dengan benar

142 Bagi penulis makalah ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan

wawasan pengetahuan dan pengalaman belajar yang terkait dengan masalah

pada sistem reproduksi wanita yaitu penyakit mastitis inisehingga dalam

mempraktikkan ilmu yang terkait akan lebih mudah

2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

21 Definisi

Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara

Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus Bakteri

biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka

Pada infeksi yang berat atau tidak diobati dapat terbentuk abses payudara

(penimbunan nanah di dalam payudara) Mastitis adalah reaksi sistematik seperti

demam terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan

saluran air susu (Masjoer 2001)

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai

infeksiPenyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut juga mastitis

laktasional atau mastitis puerperalisKadang-kadang keadaan ini dapat menjadi

fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuatAbses payudara pengumpulan

nanah lokal di dalam payudara merupakan komplikasi berat dari mastitis

Keadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I

Severin VX 2003 dalam Anonim 2013)

Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan peradangan

pada payudara yang terjadi melalui luka pada puting dapat berasal dari peredaran

darah Tandandashtanda mastitis yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai

kenaikan suhu ibu merasa lesu tidak nafsu makan payudara membesar nyeri

perabaan mengkilat dan kemerahan pada payudara dan terjadi pada 3ndash4 minggu

masa nifas Hal ini dapat diatasi dengan membersihkan puting sebelum dan

sesudah menyusui menyusui pada payudara yang tidak sakit kompres dingin

sebelum menyusuimenggunakan BH untuk menyokong payudara berikan

antibiotik dan analgetik istirahat yang cukup dan banyak minum (USU tanpa

tahun)

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada

duktus hingga puting susu mengalami sumbatan Mastitis paling sering terjadi

pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiranPenyebab penting dari mastitis ini

adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang

3

burukUntuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan

bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya

(Sally I 2003 dalam Anonim 2013)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu

kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara

yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk

melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka

Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis yaitu mastitis puerparalis

epidemic mastitis aninfeksosa mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa Dimana

keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda Diantaranya

adalah sebagai berikut (Bertha 2002 dalam Djamudin 2009)

1 Mastitis Puerparalis Epidemik

Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi

dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen Masalah

ini paling sering terjadi di rumah sakit yaitu dari infeksi silang atau

bekesinambungan strain resisten

2 Mastitis Noninfesiosa

Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau

seluruh payudara produksi ASI melambat dan aliran terhentiNamun proses ini

membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2ndash3 minggu

Untuk sementara waktu akumulasi ASI dapat menyebabkan respons

peradangan

3 Mastitis Subklinis

Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat

disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat sehingga produksi ASI

sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 mlhari (lt400

mlhari)

4

4 Mastitis Infeksiosa

Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh

faktor imun dalam ASI dan oleh responndashrespon inflamasi Secara normal ASI

segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

22 Epidemiologi

Organisasi kesehatan duniaWHO (2008) memperkirakan lebih dari 14 juta

orang terdiagnosis menderita mastitis The American Society memperkirakan

241240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis Sedangkan di Kanada

jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24600 orang dan di Australia

sebanyak 14791 orang Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis

mastitis adalah berjumlah 876665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara

40-60 wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin 2009)

Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita mastitis di

Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-Desember)

adalah sebanyak 30 orang Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya

pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam teknik menyusui

yang baik (Fitri 2009)

Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi Insiden

yang dilaporkan bervariasi sampai 33 wanita menyusui tetapi biasanya di

bawah 10 Walaupun demikian menurut beberapa laporan terutama dari

negara-negara berkembang suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan

mastitis yang nyata Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga

pasca kelahiran dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74 sampai

95 kasus terjadi dalam 12 minggu pertama Namun mastitis juga dapat

terjadipada setiap tahap laktasi termasuk pada tahun kedua Abses payudara juga

paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul

kemudian (Anonim 2013)

5

23 Faktor Resiko

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo

2010) yaitu

a Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada

wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun

b Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat

teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki

c Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun

penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko

d Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi

terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami

mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E

vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis

e Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan

dalam payudara

f Pekerjaan di luar rumah

Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam

pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI

g Trauma

Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak

jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis

6

24 Etiologi

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan

pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal

dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau

retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang

menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah

melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa

minggu pertama setelah melahirkan

Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara

(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut

a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis

b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara

bengkak

c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement

sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis

d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah

terkena infeksi

Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan

peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu

Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran

air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan

payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah

stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang

dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958

menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi

ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah

keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi

diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri

Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang

pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari

payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu

7

a Stasis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara

Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap

saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara

pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui

sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui

untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus

menyusui tentunya dengan teknik yang benar

b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya

bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan

tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non

infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui

c Mastitis infeksiosa

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah

nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka

pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau

mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan

teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau

menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati

dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang

efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa

dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses

25 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa

a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa

nyeri

b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata

c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap

ASI sampai pembengkakan berkurang

8

d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa

dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit

e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

payudara yang terkena

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak

karena sumbatan saluran ASI antara lain

a Payudara terasa nyeri

b Teraba keras

c Tampak kemerahan

d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash

pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa

infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara

juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila

didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan

permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit

pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka

hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)

26 Patofisiologi

Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi

karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses

infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal

Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini

membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan

lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi

ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk

ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi

hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang

9

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang

terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul

fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae

27 Komplikasi dan Prognosis

271 Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis

a Abses payudara

Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi

karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah

payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka

kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari

kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara

diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini

dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai

diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum

secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan

terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur

agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya

b Mastitis berulangkronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau

tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum

mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada

kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

10

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 2: Askep Mastitis

12 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis membuat suatu rumusan masalah

yaitu bagaimana asuhan keperawatan yang dapat di berikan pada pasien yang

menderita mastitis

13 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain

131 mengetahui anatomi dan fisiologi payudara

132 mengetahui definisi mastitis

133 mengetahui epidemiologi mastitis

134 mengetahui etiologi mastitis

135 mengetahui tanda dan gejala mastitis

136 mengetahui patofisiologi mastitis

137 mengetahui komplikasi dan prognosis mastitis

138 mengetahui pengobatan mastitis

139 mengetahui pencegahan mastitis

1310 mengetahui pemeriksaan penunjang mastitis

1311 mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan mastitis

14 Manfaat

Manfaat makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut

141 Bagi mahasiswa hasil makalah diharapkan dapat memberikan pemahaman

dan pengertian terhadap pentingnya kesehatan dan mampu memberikan

asuhan keperawatan dengan benar

142 Bagi penulis makalah ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan

wawasan pengetahuan dan pengalaman belajar yang terkait dengan masalah

pada sistem reproduksi wanita yaitu penyakit mastitis inisehingga dalam

mempraktikkan ilmu yang terkait akan lebih mudah

2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

21 Definisi

Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara

Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus Bakteri

biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka

Pada infeksi yang berat atau tidak diobati dapat terbentuk abses payudara

(penimbunan nanah di dalam payudara) Mastitis adalah reaksi sistematik seperti

demam terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan

saluran air susu (Masjoer 2001)

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai

infeksiPenyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut juga mastitis

laktasional atau mastitis puerperalisKadang-kadang keadaan ini dapat menjadi

fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuatAbses payudara pengumpulan

nanah lokal di dalam payudara merupakan komplikasi berat dari mastitis

Keadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I

Severin VX 2003 dalam Anonim 2013)

Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan peradangan

pada payudara yang terjadi melalui luka pada puting dapat berasal dari peredaran

darah Tandandashtanda mastitis yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai

kenaikan suhu ibu merasa lesu tidak nafsu makan payudara membesar nyeri

perabaan mengkilat dan kemerahan pada payudara dan terjadi pada 3ndash4 minggu

masa nifas Hal ini dapat diatasi dengan membersihkan puting sebelum dan

sesudah menyusui menyusui pada payudara yang tidak sakit kompres dingin

sebelum menyusuimenggunakan BH untuk menyokong payudara berikan

antibiotik dan analgetik istirahat yang cukup dan banyak minum (USU tanpa

tahun)

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada

duktus hingga puting susu mengalami sumbatan Mastitis paling sering terjadi

pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiranPenyebab penting dari mastitis ini

adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang

3

burukUntuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan

bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya

(Sally I 2003 dalam Anonim 2013)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu

kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara

yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk

melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka

Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis yaitu mastitis puerparalis

epidemic mastitis aninfeksosa mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa Dimana

keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda Diantaranya

adalah sebagai berikut (Bertha 2002 dalam Djamudin 2009)

1 Mastitis Puerparalis Epidemik

Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi

dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen Masalah

ini paling sering terjadi di rumah sakit yaitu dari infeksi silang atau

bekesinambungan strain resisten

2 Mastitis Noninfesiosa

Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau

seluruh payudara produksi ASI melambat dan aliran terhentiNamun proses ini

membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2ndash3 minggu

Untuk sementara waktu akumulasi ASI dapat menyebabkan respons

peradangan

3 Mastitis Subklinis

Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat

disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat sehingga produksi ASI

sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 mlhari (lt400

mlhari)

4

4 Mastitis Infeksiosa

Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh

faktor imun dalam ASI dan oleh responndashrespon inflamasi Secara normal ASI

segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

22 Epidemiologi

Organisasi kesehatan duniaWHO (2008) memperkirakan lebih dari 14 juta

orang terdiagnosis menderita mastitis The American Society memperkirakan

241240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis Sedangkan di Kanada

jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24600 orang dan di Australia

sebanyak 14791 orang Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis

mastitis adalah berjumlah 876665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara

40-60 wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin 2009)

Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita mastitis di

Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-Desember)

adalah sebanyak 30 orang Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya

pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam teknik menyusui

yang baik (Fitri 2009)

Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi Insiden

yang dilaporkan bervariasi sampai 33 wanita menyusui tetapi biasanya di

bawah 10 Walaupun demikian menurut beberapa laporan terutama dari

negara-negara berkembang suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan

mastitis yang nyata Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga

pasca kelahiran dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74 sampai

95 kasus terjadi dalam 12 minggu pertama Namun mastitis juga dapat

terjadipada setiap tahap laktasi termasuk pada tahun kedua Abses payudara juga

paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul

kemudian (Anonim 2013)

5

23 Faktor Resiko

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo

2010) yaitu

a Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada

wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun

b Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat

teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki

c Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun

penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko

d Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi

terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami

mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E

vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis

e Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan

dalam payudara

f Pekerjaan di luar rumah

Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam

pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI

g Trauma

Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak

jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis

6

24 Etiologi

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan

pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal

dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau

retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang

menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah

melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa

minggu pertama setelah melahirkan

Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara

(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut

a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis

b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara

bengkak

c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement

sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis

d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah

terkena infeksi

Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan

peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu

Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran

air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan

payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah

stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang

dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958

menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi

ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah

keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi

diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri

Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang

pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari

payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu

7

a Stasis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara

Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap

saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara

pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui

sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui

untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus

menyusui tentunya dengan teknik yang benar

b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya

bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan

tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non

infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui

c Mastitis infeksiosa

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah

nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka

pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau

mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan

teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau

menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati

dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang

efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa

dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses

25 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa

a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa

nyeri

b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata

c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap

ASI sampai pembengkakan berkurang

8

d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa

dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit

e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

payudara yang terkena

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak

karena sumbatan saluran ASI antara lain

a Payudara terasa nyeri

b Teraba keras

c Tampak kemerahan

d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash

pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa

infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara

juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila

didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan

permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit

pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka

hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)

26 Patofisiologi

Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi

karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses

infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal

Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini

membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan

lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi

ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk

ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi

hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang

9

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang

terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul

fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae

27 Komplikasi dan Prognosis

271 Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis

a Abses payudara

Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi

karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah

payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka

kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari

kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara

diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini

dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai

diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum

secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan

terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur

agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya

b Mastitis berulangkronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau

tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum

mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada

kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

10

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 3: Askep Mastitis

BAB 2 TINJAUAN TEORI

21 Definisi

Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara

Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus Bakteri

biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka

Pada infeksi yang berat atau tidak diobati dapat terbentuk abses payudara

(penimbunan nanah di dalam payudara) Mastitis adalah reaksi sistematik seperti

demam terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan

saluran air susu (Masjoer 2001)

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai

infeksiPenyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut juga mastitis

laktasional atau mastitis puerperalisKadang-kadang keadaan ini dapat menjadi

fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuatAbses payudara pengumpulan

nanah lokal di dalam payudara merupakan komplikasi berat dari mastitis

Keadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I

Severin VX 2003 dalam Anonim 2013)

Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan peradangan

pada payudara yang terjadi melalui luka pada puting dapat berasal dari peredaran

darah Tandandashtanda mastitis yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai

kenaikan suhu ibu merasa lesu tidak nafsu makan payudara membesar nyeri

perabaan mengkilat dan kemerahan pada payudara dan terjadi pada 3ndash4 minggu

masa nifas Hal ini dapat diatasi dengan membersihkan puting sebelum dan

sesudah menyusui menyusui pada payudara yang tidak sakit kompres dingin

sebelum menyusuimenggunakan BH untuk menyokong payudara berikan

antibiotik dan analgetik istirahat yang cukup dan banyak minum (USU tanpa

tahun)

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada

duktus hingga puting susu mengalami sumbatan Mastitis paling sering terjadi

pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiranPenyebab penting dari mastitis ini

adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang

3

burukUntuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan

bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya

(Sally I 2003 dalam Anonim 2013)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu

kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara

yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk

melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka

Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis yaitu mastitis puerparalis

epidemic mastitis aninfeksosa mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa Dimana

keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda Diantaranya

adalah sebagai berikut (Bertha 2002 dalam Djamudin 2009)

1 Mastitis Puerparalis Epidemik

Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi

dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen Masalah

ini paling sering terjadi di rumah sakit yaitu dari infeksi silang atau

bekesinambungan strain resisten

2 Mastitis Noninfesiosa

Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau

seluruh payudara produksi ASI melambat dan aliran terhentiNamun proses ini

membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2ndash3 minggu

Untuk sementara waktu akumulasi ASI dapat menyebabkan respons

peradangan

3 Mastitis Subklinis

Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat

disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat sehingga produksi ASI

sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 mlhari (lt400

mlhari)

4

4 Mastitis Infeksiosa

Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh

faktor imun dalam ASI dan oleh responndashrespon inflamasi Secara normal ASI

segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

22 Epidemiologi

Organisasi kesehatan duniaWHO (2008) memperkirakan lebih dari 14 juta

orang terdiagnosis menderita mastitis The American Society memperkirakan

241240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis Sedangkan di Kanada

jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24600 orang dan di Australia

sebanyak 14791 orang Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis

mastitis adalah berjumlah 876665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara

40-60 wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin 2009)

Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita mastitis di

Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-Desember)

adalah sebanyak 30 orang Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya

pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam teknik menyusui

yang baik (Fitri 2009)

Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi Insiden

yang dilaporkan bervariasi sampai 33 wanita menyusui tetapi biasanya di

bawah 10 Walaupun demikian menurut beberapa laporan terutama dari

negara-negara berkembang suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan

mastitis yang nyata Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga

pasca kelahiran dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74 sampai

95 kasus terjadi dalam 12 minggu pertama Namun mastitis juga dapat

terjadipada setiap tahap laktasi termasuk pada tahun kedua Abses payudara juga

paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul

kemudian (Anonim 2013)

5

23 Faktor Resiko

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo

2010) yaitu

a Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada

wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun

b Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat

teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki

c Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun

penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko

d Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi

terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami

mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E

vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis

e Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan

dalam payudara

f Pekerjaan di luar rumah

Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam

pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI

g Trauma

Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak

jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis

6

24 Etiologi

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan

pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal

dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau

retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang

menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah

melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa

minggu pertama setelah melahirkan

Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara

(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut

a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis

b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara

bengkak

c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement

sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis

d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah

terkena infeksi

Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan

peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu

Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran

air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan

payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah

stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang

dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958

menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi

ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah

keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi

diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri

Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang

pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari

payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu

7

a Stasis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara

Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap

saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara

pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui

sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui

untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus

menyusui tentunya dengan teknik yang benar

b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya

bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan

tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non

infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui

c Mastitis infeksiosa

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah

nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka

pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau

mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan

teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau

menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati

dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang

efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa

dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses

25 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa

a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa

nyeri

b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata

c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap

ASI sampai pembengkakan berkurang

8

d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa

dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit

e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

payudara yang terkena

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak

karena sumbatan saluran ASI antara lain

a Payudara terasa nyeri

b Teraba keras

c Tampak kemerahan

d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash

pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa

infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara

juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila

didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan

permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit

pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka

hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)

26 Patofisiologi

Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi

karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses

infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal

Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini

membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan

lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi

ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk

ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi

hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang

9

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang

terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul

fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae

27 Komplikasi dan Prognosis

271 Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis

a Abses payudara

Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi

karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah

payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka

kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari

kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara

diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini

dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai

diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum

secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan

terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur

agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya

b Mastitis berulangkronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau

tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum

mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada

kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

10

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 4: Askep Mastitis

burukUntuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan

bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya

(Sally I 2003 dalam Anonim 2013)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu

kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara

yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk

melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka

Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis yaitu mastitis puerparalis

epidemic mastitis aninfeksosa mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa Dimana

keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda Diantaranya

adalah sebagai berikut (Bertha 2002 dalam Djamudin 2009)

1 Mastitis Puerparalis Epidemik

Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi

dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen Masalah

ini paling sering terjadi di rumah sakit yaitu dari infeksi silang atau

bekesinambungan strain resisten

2 Mastitis Noninfesiosa

Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau

seluruh payudara produksi ASI melambat dan aliran terhentiNamun proses ini

membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2ndash3 minggu

Untuk sementara waktu akumulasi ASI dapat menyebabkan respons

peradangan

3 Mastitis Subklinis

Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat

disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat sehingga produksi ASI

sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 mlhari (lt400

mlhari)

4

4 Mastitis Infeksiosa

Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh

faktor imun dalam ASI dan oleh responndashrespon inflamasi Secara normal ASI

segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

22 Epidemiologi

Organisasi kesehatan duniaWHO (2008) memperkirakan lebih dari 14 juta

orang terdiagnosis menderita mastitis The American Society memperkirakan

241240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis Sedangkan di Kanada

jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24600 orang dan di Australia

sebanyak 14791 orang Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis

mastitis adalah berjumlah 876665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara

40-60 wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin 2009)

Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita mastitis di

Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-Desember)

adalah sebanyak 30 orang Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya

pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam teknik menyusui

yang baik (Fitri 2009)

Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi Insiden

yang dilaporkan bervariasi sampai 33 wanita menyusui tetapi biasanya di

bawah 10 Walaupun demikian menurut beberapa laporan terutama dari

negara-negara berkembang suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan

mastitis yang nyata Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga

pasca kelahiran dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74 sampai

95 kasus terjadi dalam 12 minggu pertama Namun mastitis juga dapat

terjadipada setiap tahap laktasi termasuk pada tahun kedua Abses payudara juga

paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul

kemudian (Anonim 2013)

5

23 Faktor Resiko

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo

2010) yaitu

a Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada

wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun

b Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat

teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki

c Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun

penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko

d Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi

terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami

mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E

vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis

e Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan

dalam payudara

f Pekerjaan di luar rumah

Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam

pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI

g Trauma

Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak

jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis

6

24 Etiologi

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan

pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal

dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau

retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang

menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah

melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa

minggu pertama setelah melahirkan

Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara

(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut

a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis

b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara

bengkak

c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement

sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis

d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah

terkena infeksi

Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan

peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu

Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran

air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan

payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah

stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang

dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958

menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi

ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah

keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi

diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri

Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang

pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari

payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu

7

a Stasis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara

Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap

saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara

pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui

sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui

untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus

menyusui tentunya dengan teknik yang benar

b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya

bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan

tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non

infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui

c Mastitis infeksiosa

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah

nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka

pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau

mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan

teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau

menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati

dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang

efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa

dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses

25 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa

a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa

nyeri

b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata

c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap

ASI sampai pembengkakan berkurang

8

d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa

dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit

e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

payudara yang terkena

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak

karena sumbatan saluran ASI antara lain

a Payudara terasa nyeri

b Teraba keras

c Tampak kemerahan

d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash

pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa

infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara

juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila

didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan

permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit

pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka

hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)

26 Patofisiologi

Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi

karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses

infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal

Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini

membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan

lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi

ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk

ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi

hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang

9

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang

terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul

fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae

27 Komplikasi dan Prognosis

271 Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis

a Abses payudara

Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi

karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah

payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka

kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari

kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara

diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini

dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai

diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum

secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan

terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur

agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya

b Mastitis berulangkronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau

tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum

mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada

kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

10

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 5: Askep Mastitis

4 Mastitis Infeksiosa

Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh

faktor imun dalam ASI dan oleh responndashrespon inflamasi Secara normal ASI

segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

22 Epidemiologi

Organisasi kesehatan duniaWHO (2008) memperkirakan lebih dari 14 juta

orang terdiagnosis menderita mastitis The American Society memperkirakan

241240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis Sedangkan di Kanada

jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24600 orang dan di Australia

sebanyak 14791 orang Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis

mastitis adalah berjumlah 876665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara

40-60 wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin 2009)

Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita mastitis di

Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-Desember)

adalah sebanyak 30 orang Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya

pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam teknik menyusui

yang baik (Fitri 2009)

Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi Insiden

yang dilaporkan bervariasi sampai 33 wanita menyusui tetapi biasanya di

bawah 10 Walaupun demikian menurut beberapa laporan terutama dari

negara-negara berkembang suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan

mastitis yang nyata Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga

pasca kelahiran dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74 sampai

95 kasus terjadi dalam 12 minggu pertama Namun mastitis juga dapat

terjadipada setiap tahap laktasi termasuk pada tahun kedua Abses payudara juga

paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul

kemudian (Anonim 2013)

5

23 Faktor Resiko

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo

2010) yaitu

a Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada

wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun

b Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat

teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki

c Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun

penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko

d Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi

terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami

mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E

vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis

e Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan

dalam payudara

f Pekerjaan di luar rumah

Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam

pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI

g Trauma

Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak

jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis

6

24 Etiologi

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan

pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal

dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau

retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang

menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah

melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa

minggu pertama setelah melahirkan

Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara

(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut

a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis

b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara

bengkak

c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement

sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis

d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah

terkena infeksi

Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan

peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu

Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran

air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan

payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah

stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang

dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958

menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi

ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah

keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi

diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri

Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang

pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari

payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu

7

a Stasis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara

Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap

saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara

pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui

sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui

untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus

menyusui tentunya dengan teknik yang benar

b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya

bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan

tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non

infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui

c Mastitis infeksiosa

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah

nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka

pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau

mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan

teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau

menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati

dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang

efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa

dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses

25 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa

a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa

nyeri

b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata

c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap

ASI sampai pembengkakan berkurang

8

d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa

dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit

e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

payudara yang terkena

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak

karena sumbatan saluran ASI antara lain

a Payudara terasa nyeri

b Teraba keras

c Tampak kemerahan

d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash

pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa

infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara

juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila

didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan

permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit

pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka

hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)

26 Patofisiologi

Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi

karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses

infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal

Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini

membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan

lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi

ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk

ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi

hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang

9

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang

terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul

fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae

27 Komplikasi dan Prognosis

271 Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis

a Abses payudara

Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi

karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah

payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka

kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari

kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara

diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini

dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai

diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum

secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan

terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur

agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya

b Mastitis berulangkronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau

tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum

mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada

kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

10

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 6: Askep Mastitis

23 Faktor Resiko

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo

2010) yaitu

a Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada

wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun

b Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat

teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki

c Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun

penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko

d Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi

terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami

mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E

vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis

e Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan

dalam payudara

f Pekerjaan di luar rumah

Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam

pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI

g Trauma

Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak

jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis

6

24 Etiologi

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan

pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal

dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau

retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang

menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah

melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa

minggu pertama setelah melahirkan

Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara

(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut

a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis

b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara

bengkak

c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement

sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis

d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah

terkena infeksi

Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan

peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu

Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran

air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan

payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah

stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang

dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958

menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi

ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah

keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi

diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri

Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang

pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari

payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu

7

a Stasis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara

Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap

saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara

pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui

sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui

untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus

menyusui tentunya dengan teknik yang benar

b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya

bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan

tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non

infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui

c Mastitis infeksiosa

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah

nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka

pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau

mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan

teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau

menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati

dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang

efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa

dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses

25 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa

a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa

nyeri

b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata

c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap

ASI sampai pembengkakan berkurang

8

d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa

dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit

e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

payudara yang terkena

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak

karena sumbatan saluran ASI antara lain

a Payudara terasa nyeri

b Teraba keras

c Tampak kemerahan

d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash

pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa

infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara

juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila

didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan

permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit

pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka

hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)

26 Patofisiologi

Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi

karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses

infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal

Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini

membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan

lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi

ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk

ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi

hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang

9

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang

terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul

fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae

27 Komplikasi dan Prognosis

271 Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis

a Abses payudara

Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi

karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah

payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka

kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari

kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara

diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini

dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai

diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum

secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan

terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur

agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya

b Mastitis berulangkronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau

tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum

mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada

kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

10

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 7: Askep Mastitis

24 Etiologi

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan

pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal

dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau

retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang

menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah

melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa

minggu pertama setelah melahirkan

Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara

(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut

a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis

b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara

bengkak

c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement

sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis

d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah

terkena infeksi

Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan

peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu

Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran

air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan

payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah

stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang

dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958

menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi

ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah

keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi

diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri

Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang

pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari

payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu

7

a Stasis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara

Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap

saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara

pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui

sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui

untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus

menyusui tentunya dengan teknik yang benar

b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya

bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan

tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non

infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui

c Mastitis infeksiosa

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah

nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka

pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau

mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan

teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau

menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati

dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang

efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa

dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses

25 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa

a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa

nyeri

b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata

c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap

ASI sampai pembengkakan berkurang

8

d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa

dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit

e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

payudara yang terkena

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak

karena sumbatan saluran ASI antara lain

a Payudara terasa nyeri

b Teraba keras

c Tampak kemerahan

d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash

pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa

infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara

juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila

didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan

permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit

pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka

hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)

26 Patofisiologi

Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi

karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses

infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal

Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini

membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan

lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi

ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk

ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi

hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang

9

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang

terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul

fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae

27 Komplikasi dan Prognosis

271 Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis

a Abses payudara

Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi

karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah

payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka

kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari

kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara

diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini

dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai

diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum

secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan

terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur

agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya

b Mastitis berulangkronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau

tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum

mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada

kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

10

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 8: Askep Mastitis

a Stasis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara

Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap

saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara

pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui

sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui

untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus

menyusui tentunya dengan teknik yang benar

b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya

bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan

tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non

infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui

c Mastitis infeksiosa

Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah

nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka

pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau

mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan

teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau

menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati

dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang

efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa

dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses

25 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa

a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa

nyeri

b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata

c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap

ASI sampai pembengkakan berkurang

8

d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa

dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit

e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

payudara yang terkena

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak

karena sumbatan saluran ASI antara lain

a Payudara terasa nyeri

b Teraba keras

c Tampak kemerahan

d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash

pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa

infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara

juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila

didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan

permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit

pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka

hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)

26 Patofisiologi

Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi

karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses

infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal

Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini

membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan

lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi

ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk

ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi

hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang

9

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang

terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul

fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae

27 Komplikasi dan Prognosis

271 Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis

a Abses payudara

Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi

karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah

payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka

kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari

kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara

diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini

dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai

diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum

secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan

terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur

agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya

b Mastitis berulangkronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau

tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum

mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada

kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

10

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 9: Askep Mastitis

d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa

dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit

e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

payudara yang terkena

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak

karena sumbatan saluran ASI antara lain

a Payudara terasa nyeri

b Teraba keras

c Tampak kemerahan

d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash

pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa

infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara

juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah

Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila

didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan

permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit

pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka

hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)

26 Patofisiologi

Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi

karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses

infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal

Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini

membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan

lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi

ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk

ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi

hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang

9

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang

terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul

fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae

27 Komplikasi dan Prognosis

271 Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis

a Abses payudara

Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi

karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah

payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka

kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari

kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara

diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini

dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai

diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum

secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan

terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur

agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya

b Mastitis berulangkronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau

tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum

mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada

kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

10

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 10: Askep Mastitis

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang

terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul

fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae

27 Komplikasi dan Prognosis

271 Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis

a Abses payudara

Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi

karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah

payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka

kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari

kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara

diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini

dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai

diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum

secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan

terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur

agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya

b Mastitis berulangkronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau

tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum

mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada

kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

10

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 11: Askep Mastitis

c Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur

seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat

terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri

berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara

waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak

nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan

pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan

bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama

272 Prognosis

Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera

Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan

tindakan yang adekuat

28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah

pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi

antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena

biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis

cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian

penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis

benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian

dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah

kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-

duktus tersebut

11

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 12: Askep Mastitis

Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah

1 Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit

dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian

nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari

payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa

payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan

bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk

penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari

payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat

dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih

2 Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain

a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya

b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki

tanpa pembatasan

c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

3 Terapi antibiotik

Terapi antibiotik diindikasikan pada

a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan

infeksi

b Gejala berat sejak awal

c Terlihat puting pecah-pecah

d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus

aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin

paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur

dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan

12

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 13: Askep Mastitis

Tabel 11 Dosis Antibiotik

e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain

1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam

selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10

hari

2 Bantulah ibu agar tetap menyusui

3 Bebatsangga payudara

4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan

nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

dan lakukan evaluasi secara rutin

Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada

dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila

badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian

payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan

air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit

istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi

sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak

air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan

nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas

seperti semula

13

Antibiotik Dosis

Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 14: Askep Mastitis

4 Terapi simtomatik

Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan

sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi

dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat

penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi

menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang

dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan

menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu

cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada

payudara yang terkena

a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan

sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang

Sangga payudara

Kompres dingin

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang

kemerahan)

Diperlukan anestesi umum

Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak

mendorong saluran ASI

Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan

Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam

Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari

Sangga payudara

Kompres dingin

Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan

14

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 15: Askep Mastitis

Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus

Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari

Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah

serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat

diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat

tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya

29 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan

sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)

a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka

pada puting susu

d Minum banyak cairan

e Menjaga kebersihan puting susu

f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya mastitis yaitu

a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan

Menyusui dengan posisi yang benar

Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif

Makan dengan gizi yang seimbang

b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi

mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain

Penggunaan dot

Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama

Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi

siapuntuk menghisap payudara yang lain

15

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 16: Askep Mastitis

Beban kerja yang berat atau penuh tekanan

Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam

Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain

c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh

dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu

Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya

untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting

susu

Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi

menghendaki tanpa batas

Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan

ASI

d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu

harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan

nyeripanaskemerahan

Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui

Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala

Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu

untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada

payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena

berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah

benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah

tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik

selanjutnya

e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu

mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti

Nyeriputing pecah-pecah

Ketidaknyaman payudara setelah menyusui

Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi

melepaskan payudara)

16

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 17: Askep Mastitis

Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama

Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak

cukup

Pengenalan makanan lain secara dini

Menggunakan dot

f Pengendalian infeksi

Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan

sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti

dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk

mengurangi infeksi rumah sakit

210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas

dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro

2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila

a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2

hari

b terjadi mastitis berulang

c mastitis terjadi di rumah sakit dan

d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri

BAB 3 PATHWAYS

17

Stasis ASI Fisura pada puting

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 18: Askep Mastitis

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

18

Ukuran mammae

membesar

Gangguan citra

tubuh

Kurang pengetahuan

Resiko tinggi infeksi

Jaringan mammae menjadi tegang

Penekanan reseptor nyeri

Ketegangan pada jaringan

mammae

Lubang duktus laktiferus lebih

terbuka

Proses infeksi bakteri

Terbukanya port de entry

MASTITIS

Bakteri masuk

Laktasi terganggu

Reaksi imun

Nyeri akut

Muncul pus

Menyusui tidak efektif

Ansietas

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 19: Askep Mastitis

41 Pengkajian

a Identitas klien

Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-

harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan

Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami

mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan

di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat

reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga

belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali

untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan

memicu terjadinya mastitis ini

Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya

dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara

Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam

membimbing dan mengarahkannya lebih mudah

Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan

banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak

mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik

perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu

aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan

keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat

memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai

dengan kondisi pasien

Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)

saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah

termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis

Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi

penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan

terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus

penyakit mastitis ini

19

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 20: Askep Mastitis

Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan

mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu

dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi

pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini

Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan

kunjungan rumah post perawatan

b Riwayat kesehatan

1 Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-

faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga

dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara

(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak

mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis

adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab

terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran

susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti

stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area

puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut

kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan

oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat

menjadi penyebab terjadinya mastitis

2 Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat

celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak

dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang

adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara

infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan

tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang

perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb

3 Riwayat kesehatan keluarga

20

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 21: Askep Mastitis

Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis

c Pengkajian Keperawatan

1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang

sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien

dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama

pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih

2 Pola Nutrisi Metabolik

Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis

Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga

bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal

ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara

(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis

Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis

karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan

memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi

juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri

dan peningkatan suhu tubuh

3 Pola Eliminasi

Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang

spesifik akibat terjadinya mastitis

a Tidak ada nyeri saat berkemih

b Konsistensi dan warna normal

c Jumlah dan frekuensi berkemih normal

4 Pola Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38

derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami

penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul

5 Pola Tidur dan Istirahat

21

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 22: Askep Mastitis

Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri

Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula

6 Pola Kognitif dan Perseptual

Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya

nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui

dapat terjadi penurunan harga diri

7 Pola Persepsi Diri

Tidak ada gangguan

8 Pola Seksual dan Reproduksi

Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan

pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas

9 Pola Peran dan Hubungan

Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri

10 Pola Manajemen Koping-Stress

Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat

11 Sistem Nilai dan Keyakinan

Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung

pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin

ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada

individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari

Tuhan

d Pengkajian Fisik

1 Keadaan Umum

a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik

b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya

adalah compos mentis

c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup

2 Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital

22

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 23: Askep Mastitis

- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal

12080 mmHg

- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan

90-110menit Dimna normalnya 60-80menit

- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan

mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya

16-20xmenit

- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan

suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan

mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C

b) Kulit

Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu

pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara

c) Kepala

Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan

mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu

d) Wajah

Wajah terlihat meringis kesakitan

e) Mata

Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana

anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis

karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi

f) Hidung

Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)

Tidak ada gangguan pada area ini

g) Mulut

Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada

gangguan pad area ini

h) Telinga

Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan

ada area ini

23

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 24: Askep Mastitis

i) Tenggorokan

Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1

Tidak ada gangguan pada area ini

j) Leher

Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan

fisik

k) Kelenjar getah bening

Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi

pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena mastitis

l) Panyudara

Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat

gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat

lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan

tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan

palpasi terdapat pus

m) Toraks

Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris

Tidak ada gangguan pada derah toraks

Cordis

1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat

3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)

Pulmo

1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri

2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri

24

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 25: Askep Mastitis

3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru

4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)

n) Abdomen

1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post

partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat

2) Auskultasi bising usus (+) normal

3) Perkusi tympani

4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba

e Pemeriksaan penunjang

Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan

laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena

adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan

beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut

juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien

42 Diagnosa Keperawatan

a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui

sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu

c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan

d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan

e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

akibat penyakit

f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

25

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 26: Askep Mastitis

42 Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

nyeri dapat teratasi

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan nyaman

2 Ibu dapat beraktifitas

dengan normal

3Suhu tubuh menurun

4Payudara tidak bengkak

lagi dan lunak

5Nyeri mulai

berkuranghilang

1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri

lokasi lamanya dan intensitas nyeri)

2 Berikan kompres hangat

3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Anjurkan klien untuk tidak

menggunakan penyangga yang terlalu

ketat

5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik

dan antibiotic

6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden

biopsy jika ada abses

1 Membantudalammenentukan

identifikasiderajat ketidaknyamanan

dan dapat diberi tetapi yang tepat

2 Kompres hangat dapat menyebabkan

vasodilatasi sehingga aliran darah

lancar

3 Dengan perawatan yang benar dan

konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa

nyeri

4 Penyangga yang ketat dapat

menimbulkan rasa nyeri

5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran

infeksi secara berlebih dan analgetik

untuk mengurangi nyeri

6 Mencegah komplikasi sejak awal

26

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 27: Askep Mastitis

b Ketidakefektif

an pemberian

ASI

berhubungan

d

enganterhentin

ya menyusui

sekunder

akibat ibu

yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam pemberian ASI pada bayi

efektif

Kriteria Hasil

1 Ibu dapat menyusui

bayinya dengan rileks

2 Bayi mau menyusu lagi

3 Tidak ada lagi puting susu

luka atau lecet

1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan

baby oil pada puting sebelum dan

sesudah menyusui

2 Ajarkan cara menyusui yang tepat

agar tidak terjadi luka pada putting

3 Lakukan perawatan payudara dan

anjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara secara tepat

4 Anjurkan ibu menyusui dengan

menggunakan puting susu secara

perlahan-lahan

1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada

putting

2 meminimalkan luka pada putting susu

ibu

3 Dengan perawatan yang tepat dapat

mengatasi masalah menyusui

4 Untuk mencegah terjadinya iritasi

lanjut pada putting

c Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

d

engankerusaka

n jaringan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

tidak terdapat tanda dan

gejala terjadinya infeksi

1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya

infeksi

2 Lakukan perawatan luka abses dengan

set yang steril

3 Kolaborasi pemeriksaan darah

1 Peningkatan tanda vital dapat

menunjukkan terjadinya infeksi

2 Perawatan luka yang steril dapat

mengurangi terjadi pus atau resiko

infeksi

3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi

27

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 28: Askep Mastitis

Kriteria Hasil

1 TTV dalam batas normal

2 Mamae tidak merah dan

regang lagi

3 Tidak ada tanda infeksi

lengkap

4 Kolaborasi dalam melakukan insisi

biopsy dan pemberian antibiotik

5 Berikan informasi pentingnya menjaga

personal hygiene

pada tubuh ibu

4 Untuk mengurangi abses dan

penyebaran infeksi

5 Menjaga personal hygiene dapat

mencegah penyebaran infeksi atau

bakteri

44 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

a Nyeri akut

berhubungan

dengan proses

inflamasi

1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi

lamanya dan intensitas nyeri)

2 Telah doberikan kompres hangat

3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk

melakukan perawatan payudara

4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan

penyangga yang terlalu ketat

5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan

S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang

O a Klien tidak tampak meringis lagi

b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri

(1-10)

c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit

suhu 37oC

A Masalah teratasi sebagian

28

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 29: Askep Mastitis

antibiotic

6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

karena adanya abses

P Lanjutkan intervensi

b Ketidakefektifan

pemberian ASI

berhubungan

d

enganterhentinya

menyusui

sekunder akibat

ibu yang sakit

bayi tidak mau

menyusu

1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil

pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui

2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar

tidak terjadi luka pada putting

3 Telah melakukan perawatan payudara dan

menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan

payudara secara tepat dan rutin

4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan

menggunakan puting susu secara perlahan-lahan

S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada

bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau

menyusu

O

a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks

b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang

benar

c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak

ada

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

a Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan kerusakan

1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi

2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set

yang steril

3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan

S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan

nyeri lagi

O

a Tidak ada lecet pada puting susu

29

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 30: Askep Mastitis

jaringan darah lengkap

4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy

dan pemberian antibiotik

5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga personal hygiene

b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit

suhu 37oC

c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan

pengeluaran push dll pada payudara)

d Puting susu terlihat bersih

A Masalah teratasi

P Hentikan intervensi

30

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 31: Askep Mastitis

BAB 5 PENUTUP

51 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai

infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu

pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan

gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi

kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya

mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan

bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam

tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum

mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi

medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu

diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi

disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai

macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan

penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak

dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses

52 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk

selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis

Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis

yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan

saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi

menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu

lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman

tanpa menyusui

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga

nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik

31

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32

Page 32: Askep Mastitis

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC

Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius

NANDA 2010

Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP

Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC

Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)

Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)

Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)

Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)

USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)

32