37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sesuai dengan perkembangan banyaknya penyakit Emboli (Embolus) yang menyerang masyarakat maka dalam makalah ini kami berusaha mencari berbagai faktor penyebab atau tanda gejala , diagnosa, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan . Oleh karena itu di harapkan setelah adanya makalah ini kita bisa mengatur atau mengetahui tentang penyakit Emboli karena penyakit ini Merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet), mengurangi kebiasaan merokok, menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi. Khususnya pencegahan yang dilakukan penderita Emboli adalah bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi gumpalan darah dan melakukan latihan kaki secara rutin. 1.2 Rumusan masalah 1

ASKEP Emboli Paru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP Emboli Paru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Sesuai dengan perkembangan banyaknya penyakit Emboli

(Embolus) yang menyerang masyarakat maka dalam makalah ini

kami berusaha mencari berbagai faktor penyebab atau tanda gejala ,

diagnosa, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan

penatalaksanaan . Oleh karena itu di harapkan setelah adanya

makalah ini kita bisa mengatur atau mengetahui tentang penyakit

Emboli karena penyakit ini

Merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan pada

manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti

pengaturan makanan (diet), mengurangi kebiasaan merokok,

menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan

hipertensi. Khususnya pencegahan yang dilakukan penderita Emboli

adalah bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi gumpalan

darah dan melakukan latihan kaki secara rutin.

1.2Rumusan masalah

a. Bagaimana definisi tentang penyakit Emboli...?

b. Apa saja klasifikasi penyakit Emboli...?

c. Apa penyebab penyakit Emboli..?

d. Apa tanda dan gejala / manifestasi klinisnya....?

e. Bagaimana patofisiologi Emboli.....?

f. Apakah bisa terjadi komplikasi..?

g. Bagaimana pemeriksaan penunjang...?

h. Bagaimana penatalaksanaanya...?

1

Page 2: ASKEP Emboli Paru

1.3Tujuan

a.untuk mengetahui definisi penyakit Emboli

b.untuk mengetahui klasifikasi penyakit Emboli

c.untuk mengetahui penyebabnya

d.untuk mengetahui tanda atau gejala penyakit Emboli

e.untuk mengetahui patofisiologi Emboli

f.untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang dapat di lakukan

g.untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaannya

2

Page 3: ASKEP Emboli Paru

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian

Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteriparu-

paru) oleh suatu embolus secara tiba-tiba terjadi. (Perisai Husada-kliniks

pecialis penyakit dalam dansyaraf)

Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau lebih arteri pulmonalis

oleh trombus yang berasal dari suatu tempat. (brunner dan suddarth,

1996, 620)

Emboli Adalah suatu benda asing yang tersangkut pada suatu

tempat dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut terbawa oleh aliran

darah, dan berasal dari suatu tempat lain daripada susunan sirkulasi

darah.

Macam-macam emboli(embolus) yaitu:

1. Embolus Vena

Berasal dari vena, tungkai bawah kemudian dari vena dalam

pelvis

Embolus —> mengikuti pengaliran vena —> vena yang lebih

besar —> vena cava —> jantung kanan -–> tersangkut

dalam sirkulasi paru —> sumbatan /oklusi a. pulmonalis shg

tdp blokade sirkulasi pulmonal —> insufisiensi a. coronaria

dan infark miokard, anoksemia, anoksia umum —> kematian

mendadak

Adanya refleks vagal pulmo coronary —> menimbulkan

spasme pada pembuluh paru dan koroner -–> kematian

mendadak

Embolus paru-paru yang besar jarang menimbulkan infark

krn pasien sudah meninggal terlebih dahulu. Embolus paru-

paru sering disertai infark terutama pada lobus kanan bawah.

3

Page 4: ASKEP Emboli Paru

2. Embolus Arteri

Berasal dari trombus mural dalam jantung, trombus yang

melekat pada empang-empang jantung dan aorta

Embolus arteri sering mengenai otak, ginjal, limpa, dan anggota

tubuh bawah.

Embolus dalam a. mesenterica —>  infark usus

Embolus dalam a. coronaria —> kematian mendadak

3. Embolus Lemak

Lemak ini masuk kedalam sirkulasi darah dan menyumbat arteri

atau kapiler shg menjadi suatu embolus –> menyebabkan

kematian

Embolus lemak paling sering terjadi karena trauma tulang atau

jaringan lemak yaitu patah tulang panjang terutama femur dan

tibia yang disertai kerusakan sum-sum tulang juga terjadi pada

masa nifas. Selain itu juga terjadi pada : akibat luka bakar pada

kulit ; pada radang yg mengenai tulang atau jaringan lemak ;

pada perlemakan hati akibat gizi buruk atau alkoholisme

4. Embolus cairan amnion

Keadaan ini jarang ditemukan, gejala-gejalanya adalah:

sesak nafas

Shock

Kematian mendadak yg tidak disangka-sangka pada wanita

yang sudah melahirkan atau dalam masa nifas. Embolus dalam

a. Pulmonalis mengandung carik-carik jaringan epitel kulit bayi,

verniks caseosa, lendir dan lanugo

4

Page 5: ASKEP Emboli Paru

5. Embolus Gas

Gelembung-gelembung gas masuk kedalam susuna sirkulasi

sehingga menyumbat dan dapat menimbulkan kematian

misalnya pada tindakan vaginal douche. Dapat juga disebabkan

oleh pembedahan thoraks akibat vena besar terpotong atau

sobek. Dapat juga disebabkan oleh transfusi darah atau infus

cairan intravena. Penulis harapkan, anda lebih profesional

dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada suatu

keadaan yang dapat menimbulkan keadaan emboli pada

pasien.

2.2 Etiologi

Kebanyakan kasus emboli paru brunner dan suddarth (1996, 620)

disebabkan oleh :

1. Bekuan darah

2. Gelembung udara

3. lemak

4. gumpalan parasit

5. sel tumor

2.3 ManifestasiKlinis

Gejala-gejala embolisme paru tergantung pada ukuran thrombus

dan area dari arteri pulmonal yang tersumbat oleh thrombus.Gejala-gejala

mungkin saja tidak spesifik.Nyeri dada adalah gejala yang paling umum

dan bias anya mempunyai awitan mendadak dan bersifat pleuritik.Kadang

dapat subternal dan dapat menyerupai angina pectoris atau infark

miokardium. Dyspnea adalah gejala yang paling umum kedua yang di ikuti

dengan takipnea, takikardi, gugup, batuk, diaforesis, hemoptisis, dan

sinkop. (brunner dan suddarth, 1996, 621)

Embolisme massif yang menyumbat bifurkasi arteri pulmonal dapat

menyebabkan dyspnea nyata, nyeri substernal mendadak, nadi cepat dan

5

Page 6: ASKEP Emboli Paru

lemah, syok, sinkop dan kematian mendadak. (brunnerdansuddarth, 1996,

621)

Emboli kecil multiple dapat tersangkut pada arteri pulmonal

terminal, mengakibatkan infark kecil multiple pada paru-paru. Gambaran

klinis dapat menyerupai bronkopneumoni atau gagal jantung. (brunner dan

suddarth, 1996, 622)

2.4 Patofisiologi

Ketika thrombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri pulmonal,

ruang rugi alveolar membesar karena area, meski terus mendapat

ventilai, menerima aliran darah sedikit maupun tidak sama sekali. Selain

itu sejumlah subtansi yang dilepaskan dari bekuan dan menyebabkan

pembuluh darah bronkhiolus berkonstriksi. Reaksi ini diseimbangi

ketidakseimbangan ventilasi perfusi, menyebabkan darah terpirau da

nmengakibatkan penurunan kadar O2 dan peningkatan CO2. (brunner

dan suddarth, 1996, 621)

Konsekuwensi himidinamik adalah peningkatan tahanan vascular paru

akibat penurunan ukuran jarring-jaring vascular pulmonal.,menyebabkan

peningkatan tekanan arteri pulmonal dan akhirnya mningkatkan kerja

ventrikel kanan untuk mempertahankan aliran darah pulmonal. Bila

kebutuhan ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi gagal

ventrikel kanan yang mengarah pada penurunan tekanan darah sistemik

dan terjadinya syok. (brunner dan suddarth, 1996, 621)

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic emboli paru menurut brunner dan

suddarth, (1996, 622) adalah :

1. Rontgen dada

rontgen dada pada emboli paru biasanya normal tetapi dapat

meunjukkan pneumokontriksi, infiltrat, atelektasis, elevasi

6

Page 7: ASKEP Emboli Paru

diagfragma pada posisi yang sakit, atau dilatasi besar arteri pulonal

dan efussi pleura.

2. EKG

EKG biasanya menunjukkan sinus takikardia, atrial flutter

atau fibrilasi dan kemungkinan penyimpangan aksis kanan, atau

regangan vcentrikel kanan.

3. Pletismografi impedans

pletismografi impedans dilakukan untuk menentukan adanya

troimbosis pada vena profunda.

4. Gas darah arteri

gas darah arteri pada emboli paru dapat mennjukkan

hipoksemia dan hipokapnea.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan darah tepi: Kadang – kadang ditemukan

leukositosis dan laju endap darah yang sedikit tinggi.

b. Kimia darah: Peningkatan kadar enzim SGOT, LDH

c. Analisis gas darah: Pao2 rendah (Hipoksemia), menurunnya Pa

Co2 atau dibawah 40 mmHg.

2. Elektrokardiografi

Kelainan yang ditemukan pada elektrokardiografi juga tidak spesifik

untuk emboli paru, tetapi

paling tidak dapat dipakai sebagai pertanda pertama dugaan adanya

emboli paru, terlebih kalau digabungkan dengan keluhan dan gambaran

klinis lainnya.

7

Page 8: ASKEP Emboli Paru

3. Rontgen Thorax

Pada pemeriksaan foto rontgen dada pasien emboli paru, biasanya

ditemui kelainan yang sering berhubungan dengan adanya kelainan

penyakit kronik paru atau jantung pada pasien emboli paru tanda radiologi

yang sering didapatkan adalah pembesaran arteri pulmonalis desendens,

peninggian diagfrakma bilateral, pembesaran jantung kanan, densitas

paru daerah terkena dan anda westermark.

2.7 Komplikasi

Komplikasi akibat emboli paru adalah :

1. Gagal napas,

2. Gagal jantung kanan akut, dan

3. hipotensi

2.8 Penatalaksanaan Medis

Menurut brunner dan suddarth (1996, 623) Tujuan pengobatan

adalah untuk menghancurkan (lisis) emboli yang ada dan mencegah

pembentukan yang baru. Pengobatan embolisme paru dapat mencakup

beragam modalitas :

terapi antikoagulan

terapi trombolitik

tindakan umum untuk meningkatkan status pernafasan dan

vascular

intervensi bedah

terapi koagulasi meliputi heparin, natrium warfarin telah menjadi

metoda primer secara tradisional untuk mengatasi trombosis vena

profunda akut dan embolisme paru.

Terapi tromboilitik meliputi urokinase, streptokinase mungkin juga

digunakan dalam mengatasi embolisme paru, terutama pada paien yang

sangat terganggu. Terapi trombolitik menghancurkan trombus atau emboli

lebih cepat dan memulihkan fungsi himodinamik sirkulasi paru lbih besar,

8

Page 9: ASKEP Emboli Paru

karena mengurang hipertensi paru dan memperbaiki perfusi, oksigenasi,

dan curah jantung.

Tindakan umum dilakukan untuk memperbaiki status pernafasan

dan vaskular pasien. Terapi oksigen diberikan untuk memperbaiki hipoksia

dan untuk menghilangkan vasokontriksi vaskular paru dan dan

mengurangi hipertensi paru.

Intervensi bedah yang dilakukan adalah embolektomi paru tapi

embolektomi dapat diindikasikandalam kondisi berikut :

jika pasien mengalami hipotensi persisten, syok, dan gawat panas

jika tekanan arteri pulmonal sangat tinggi

jika anngiogram menunjukkan obtruksi bagian besar mbuluh darah

paru.

Embolektomi pulmonari membutuhkan torakotomi dengan teknik bypass

jantung paru.

2.9 Pencegahan

Pencegahan emboli paru adalah :

Pada orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru,

dilakukan berbagai usaha untuk mencegah pembentukan gumpalan darah

di dalam vena. Untuk penderita yang baru menjalani pembedahan

(terutama orang tua), disarankan untuk:

1. menggunakan stoking elastis

2. melakukan latihan kaki

3. bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera

mungkin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

pembentukan gumpalan.

Stoking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah,

mengurangi kemungkinan pembentukan gumpalan, sehingga

menurunkan resiko emboli paru.

Terapi yang paling banyak digunakan untuk mengurangi pembentukan

gumpalan pada vena tungkai setelah pembedahan adalah heparin. Dosis

9

Page 10: ASKEP Emboli Paru

kecil disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasidanselama 7

harisetelahoperasi.

Heparin bias menyebabkan perdarahan dan memperlambat

penyembuhan, sehingga hanya diberikan kepada orang yang memiliki

resiko tinggi mengalami pembentukan gumpalan, yaitu:

1. penderita gagal jantung atau syok

2. penyakit paru menahun

3. kegemukan

4. sebelumnya sudah mempunyai gumpalan.

Heparin tidak digunakan pada operasi tulang belakang atau otak

karena bahaya perdarahan pada daerah ini lebih besar.

Kepada pasien rawat inap yang mempunyai resiko tinggi menderita

emboli paru bisa diberikan heparin dosis kecil meskipun tidak akan

menjalani pembedahan.Dekstran yang harus diberikan melalui infus, juga

membantu mencegah pembentukan gumpalan. Seperti halnya heparin,

dekstran juga bisa menyebabkan perdarahan.

Pada pembedahan tertentu yang dapat menyebabkan terbentuknya

gumpalan, (misalnya pembedahan patah tulang panggul atau

pembedahan untuk memperbaiki posisi sendi), bisa diberikan warfarin per-

oral. Terapi ini bisa dilanjutkan untuk beberapa minggu atau bulan setelah

pembedahan.

10

Page 11: ASKEP Emboli Paru

2.10 pathways emboli

11

sistem pernafasan

Terus mendapat ventilasi

ruang rugi alveolar membesar

alveolar membesar

aliran darah sedikit

Materi emboli (embolus)

Beredar di pembuluh darah

Sampai di sirkulasi pulmonal

Tersangkut di cabang-cabang arteri pulmonal

Emboli paru

Sistem kardiovaskuler

meningkatkan kerja ventrikel kanan

gagal ventrikel kanan

penurunan tekanan darah sistemik

Sistem neurologi

Oksigen menurun

Hipoksia jaringan otak

sakit kepala daerah frontal

Sistem perkemihan

Oksigen menurun

MK

Perubahan eliminasi urine

Hilangnya kapasitas vaskuler

Frekuensi urine menurun

Sistem hemodinamik

Obstruksi trombolik

Page 12: ASKEP Emboli Paru

12

Substansi melepaskan bekuan

pembuluh darah bronkhiolus berkonstriksi

Ketidak seimbangan ventilasi perfusi

darah terpirau

penurunan kadar O2

dan peningkatan CO2

MK:1.GANGGUAN PERTUKARAN GAS2.KETIDAK EFEKTIFAN POLA NAFAS3.

terjadinya syok

MK:1.RESIKO SYOK2.PENURUNAN

CURAH JANTUNG

perfusi jaringan

Penurunan kesadaran

MK

Resiko cedera

Gangguan perfusi jaringan serebral

MK

Penurunan curah jantung

bradikardi

hipotensi

Aliran darah meningkat

Page 13: ASKEP Emboli Paru

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN EMBOLI

IDENTITAS

Nama Klien : Ank. H Nama Orang Tua : Tn. Y.E

Tgl Lahir : 9 Juli 1995 Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Wanita Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : TK pendidikan : SLTA

Pekerjaan : - Pekerjaan : Karyawan Pabrik

Alamat : Gubeng Jaya Sby

I. RIWAYAT KEPERAWATAN

Keluhan Utama

Klien sering mengeluh nyeri dada tiba – tiba dan sesak napas, Batuk dan gugup

1.2Riwayat Keperawatan Sekarang

Klien masuk rumah sakit dengan dibawa oleh keluarga/orang tua setelah sebelumnya mengalami batuk semenjak hari rabu siang dan klien mengkonsumsi obat batuk yang di belinya apotek tapi tiga hari tidak kunjung sembuh dan mendadak klien mengeluh nyeri pada dada, batuk, lemah dan

gugup setelah melakukan aktifitas.

1.3Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara umum perawat menanyakan tentang :

a. Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal :

13

Page 14: ASKEP Emboli Paru

1.      Usia mulainya merokok secara rutin.2.      Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari3.      Usia melepas kebiasaan merokok.

b.      Pengobatan saat ini dan masa laluc.       Alergid.      Tempat tinggal

1.4Riwayat Kesehatan Keluarga

Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan social pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :

1) Penyakit infeksi tertentu :khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.

2) Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.

3) Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi.Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.

1.5Riwayat Kesehatan Lingkungan

Lingkungan pasien dekat dengan pabrik dan pemukiman padat penduduk yang sangat kumuh.

1.6PEMERIKSAAN FISIK

Tanda- tanda Vital

TD : 50 mmHg perpalpasi,

N : 60 x/menit,

S : 37°C,

RR : 30x/ menit,

HR : 150 x/menit

P : saat istirahat

Q : Nyeri Sedang

14

Page 15: ASKEP Emboli Paru

R : di area dada sebelah kanan

S : 7

T : Malam hari

1.7PEMERIKSAAN PERSISTEM

A. Sistem Pernapasan / Respirasi

Inspeksi: kesulitan bernapas, peningkatan frekuensi / takipnea penggunaan asesori pernapasan

B. Sistem Cardiovaskuler

Auskultasi: takikardia, Penurunan tekanan darah (hipotensi)

C. Sistem Persyarafan / neurologi

Inspeksi : kehilangan kesadaran sementara, sakit kepala daerah frontal, perubahan mental (bingung, somnolen), disorientasi

D. Sistem perkemihan

Inspeksi: Frekuensi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam

E. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal

Auskultasi: Bising usus samar

F. Sistem integumen

Inspeksi: berkeringat, kemerahan,kulit pucat

G. POLA KONSEP DIRI

1. CitraTubuh :

Adalah bagaimana sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.

2. Ideal Diri :

15

Page 16: ASKEP Emboli Paru

Bagaimana klien mempersepsi ia harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku.Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.

16

Page 17: ASKEP Emboli Paru

3. HargaDiri :

Bagaimana penilaian klien terhadap hasil pencaian yang dicapai dengan menganalisis sejauh mana perilaku yang sesuai dengan ideal diri. Jika individu selau sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga dirinya rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.

4. Peran Diri :

bagaimana pola, perilaku nilai yang diharapkan klien berdasarkan fungsinya di dalam masyarakat.

H. POLA PERSEPSI TATA LAKSANA HIDUP SEHAT

1. Bagaimana kebiasaan klien dalam tata cara hidup sehat (pola

makan termasuk Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan

aktivitas fisik setiap hari, , menggunakan air bersih, Mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan jamban

sehat).

2. Pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan yang terdekat

dalam mengatasi permasalahan kesehatan ( PKM, Tenaga

kesehatan, dukun, alternatif, ramuan obat –obatan herbal,

membeli obat –obat bebas di toko obat/ apotek ).

3. Kebiasaan sehari-hari : mandi, keramas, sikat gigi, memotong

kuku, ganti pakaian dll yang berhubungan dengan pola hidup

sehat.

I. POLA NILAI DAN KEPERCAYAAN/ SPIRITUAL

Konsep klien tentang kepercayaan/ keyakinan terhadap Tuhan YME, sumber kekuatan/ harapan saat sakit. Bagaimana cara yang klien lakukan dalam melaksanakan pendekatan terhadap Tuhan YME saat sakit. Bagaimana cara klien melaksanakan kegiatan keagamaannya/ kepercayaannya saat sakit di Rumah Sakit.

Bagaimana budaya untuk mencari pengobatan saat sakit yang berhubungan dengan nilai kepercayaan dan keagamaan yang dianut. Bagaimana kepercayaan/ keyakinan klien terhadap situasi

17

Page 18: ASKEP Emboli Paru

sakit dan penyebab sakitnya, serta cara penanganannya/ penanggulangannya.

J. POLA MEKANISME KOPING

Mengkaji bagaimana individu dalam mengahapi persepsi diri yang tidak menyenangkan terhadap diri klien sendiri atau dalam menghadapi masalah / penyakit yang sedang di alaminya.

K. HUBUNGAN PERAN

Bagaimana peran klien dalam masyarakat saat sebelum sakit dan bagaimana setelah sakit , apakah perannya terganggu ataukah ada yang menggantikan perannya saat klien sakit.

L. POLA ISTIRAHAT TIDUR

Apa kebiasaan yang dilakukan klien sebelum tidur, berapa lama klien tidur pada siang hari dan malam hari, kebiasaan klien tidur siang pukul berapa dan tidur malam berapa lama.

M. POLA PSIKOSOSIAL

Meliputi reaksi psikologi atau Verbal & Non verbal klien:

Mengamati ekspresi muka, apakah menunjukkan kemarahan, kesedihan, kesakitan, apa gelisah, melamun, takut, bingung, pendiam, agresif, banyak bicara, bicara lambat atau menangis, ada perasaan bersalah dan hanya berespon bila ditanya.

Bagaimana respon psikologis yang digunakan : tmenurunkan ketegagangan , Menarik diri, kecemasan, HDR.

Bagaimana Interaksi klien dengan orang lain. Siapa hubungan klien yang palin dekat / paling

Bagaimana dukungan keluarga, kelompok dan masyarakat pada klien saat sakit.

Bagaimana interaksi klien dengan perawat, klien di dekatnya dan dokter.

1.8 Data Penunjang

Hb: 14,1 g/dl, LED: 33 mm/jam, leukosit: 12.200/μl, Ht: 42 vol ٪,

18

Page 19: ASKEP Emboli Paru

trombosit 204000/μl , Eritrosit : 4,54 juta/μl,

1.9 Diagnosa

1. pola nafas in efektif ; dyspnea berhubungan dengan penurunan

kemampuan paru nyeri dada berhubungan dengan infark paru-paru

2. gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi

3. Resiko gagal jantung kanan berhubungan dengan peningkatan

kerja ventrikel kanan

4. intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen

dalam jaringan

ANALISA DATA :

NS. DIAGNOSIS :

(NANDA-I)

Nyeri akut

DEFINITION:

Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam karusakan sedemikian rupa ( International Association For The Study of Pain ) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi dan berlangsung ˂6 bulan .

DEFINING CHARACTERISTICS

• Perubahan selera makan

• Perubahan tekanan darah

• Perubahan frekuensi pernapasan

• Laporan isyarat

• Diaforesis

• Perilaku distraksi (mis.,berjalan mondar

19

Page 20: ASKEP Emboli Paru

mandir ,mencari orang lain dan/atau aktivitas

lain ,aktivitas yang berulang)

• Mengekspresikan perilaku

(mis.,gelisah,merengek,menangis,waspada,iritabilit

as,mendesah)

• Masker wajah (mis., mata kurang

bercahaya ,tampak kacau,geraka mata berpencar

atau tetap pada satu fokus, meringis)

• Perilaku berjaga-jaga/melindungi area nyeri

• Fokus menyempit (mis., gangguan persepsi

nyeri ,hambatan proses berpikir,penurunan

interaksi dengan orang dan lingkungan)

• Indikasi nyeri yang dapat diamati

• Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

• Sikap tubuh melindungi

• Dilatasi pupil

• Fokus pada diri sendiri

• Gangguan tidur

• Melaporkan nyeri secara verbal

RELATED

FACTORS:

• Agens cedera (mis.,bilogis ,zat kimia, fisik,

psikologis )

20

Page 21: ASKEP Emboli Paru

AS

SE

SS

ME

NT

Subjectiv data entry

Pasien mengatakan nyeri dada

Objective data entry

Tanda- tanda Vital

TD : 50 mmHg perpalpasi,

N : 60 x/menit,

S : 37°C,

RR : 30x/ menit,

HR : 150 x/menit

DIA

GN

OS

IS ClientDiagnosticStatement:

Ns. Diagnosis (Specify):Nyeri akut

• Related to: nyeri akut berhubungan dengan

emboli paru.

21

Page 22: ASKEP Emboli Paru

Inisial Pasien :____________Nama Mhs:___________________

Tanggal:_________________

Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut

Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam karusakan sedemikian rupa ( International Association For The Study of Pain ) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi dan berlangsung ˂6 bulan .

NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR

1.Menegement Nyeri(1400)

Def: pengurangan nyeri atau

suatu pengurangan nyeri untuk tingkat kenyamanan yang bisa diterima pasien

PENGKAJIAN Lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan faktor pesipitasi)

Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi teraipetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien

Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu

Kontrol lingkungan yang dapat

1: Paint control (1605)

Def: tindakan seseorang untuk mengontrol nyeri

Mengenal serangan nyeri (3)

Faktor yang berhubungan (2)

Menggunakan catatan untuk

memonitoring waktu akhir gejala

(3)

Menggunakan tindakan

pencegahan(4)

Tindakan meringankan dengan

menggunakan non analgesik(2)

Menganjurkan penggunaan

analgesik(4)

Melaporkan perubahan gejala

nyeri menjadi sehat (3)

22

Page 23: ASKEP Emboli Paru

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan

Ajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi

Berikan analgetik untuk menguranggi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Anjurkan klien untuk beristirahat

Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Melaporkan gejala tidak terkontrol

pada kesehatan (4)

Menggunakan sumber yang

ada(3)

Mengenal gejala yang

berhubungan dengan nyeri (3)

Melaporkan kontrol nyeri(4)

Kontrol nyeri (4)

Memantau skala nyeri secara

umum (4)

Pemantauan efek samping dari

obat (3)

Mengambil tindakan untuk

mengurangi nyeri (4)

Mengambil tindakan untuk

menyediakan kenyamanan

Menyediakan informasi untuk

penggunaan managemen obat

Menyediakan informasi tentang

pilihan untuk managemen nyeri

Managemen nyeri tetap dengan

23

Page 24: ASKEP Emboli Paru

2. Pengelolaan obat penghilang rasa sakit(2210)

Def : Mengunakan obat untuk mengurangi atau menghapus rasa sakit/nyeri

Aktifitas

Menentukan lokasi nyeri, kerakteristik, kualitas, kekerasan sebelum mengobati pasien

Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

Cek riwayat alegi Monitor vital sign

sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali

Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efak samping)

2. Kepuasan pasien : managemen nyeri

Def : Mengukur persepsi positif terhadap asuhan keperawatan untuk mengurangi nyeri

kepercayaan budaya

Pendekatan , pencegahan

digunakan untuk managemen

nyeri

Menyediakan kesehatan kerja

sebagai tim untuk managemen

nyeri

Menyediakan informasi tentang

meringankan nyeri

Menyediakan informasi tentang

pilihan untuk managemen nyeri

setelah pelaksanaan

Penyerahan managemen nyeri

profesional kesehatan yang

diinginkan

24

Page 25: ASKEP Emboli Paru

Pelaksanaan tindakan

No. diagnose masalah kolaboratif

Tgl/jam Tindakan Paraf

1 5-6-2012/

08.00

09.00

10.00

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan faktor pesipitasi)

2. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

3. Menggunakan teknik komunikasi teraipetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien

4. Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lalu

5. Mengkontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan

6. Mengajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi

7. Memberikan analgetik untuk menguranggi nyeri

8. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri

9. Menganjurkan klien untuk beristirahat

10. Mengkolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

2 5-6-2012/

08.30

09.00

1. Menentukan lokasi nyeri, kerakteristik, kualitas, kekerasan sebelum mengobati pasien

2. Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

3. Mengecek riwayat alegi4. Memonitor vital sign sebelum dan

sesudah pemberian analgetik pertama kali

5. Memberikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

25

Page 26: ASKEP Emboli Paru

11.00

6. Mengevaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efak samping)

Evaluasi

Masalah kep/kolaboratif

Tgl/jam Catatan perkembangan Paraf

Nyeri akut 5-5-2012/

08.00

09.00

10.00

11.00

S : Klien masih mengatakan

nyeri pada dada, nyeri meningkat

jika dibuat bergerak , nyeri

seperti ditusuk-tusuk dan terasa

setiap saat.

O :

Ekspresi menyeringai

Pasien tidak berani

bergerak

Pasien sering mengelus-

elus daerah dada

Tanda- tanda VitalTD : > 120/80 mmHgNadi : > 80 x/menitSuhu : > 36,5 C

RR : > 24 x/menit

A : Pengobatan nyeri

P : rencana tindakan keperawatan 1,2,3 sampai 10 dilanjutkan

I :

26

Page 27: ASKEP Emboli Paru

BAB IV

PENUTUP

4.1 kesimpulan

Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteriparu-

paru) oleh suatu embolus secara tiba-tiba terjadi. (Perisai Husada-kliniks

pecialis penyakit dalam dansyaraf).

Penyebab dari Emboli paru adalah suatu benda asing yang

tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut

terbawa oleh aliran darah, dan berasal dari suatu tempat lain daripada

susunan sirkulasi darah.

4.2 Saran

Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan penyakit

autisme, hendaknya :

Klien diberi support agar dapat berkomunikasi dengan orang lain

dengan baik.

Memberi perawatan dan perhatian kepda klien dalam proses

perawatan.

Peningkatan dan penyedian sarana dan prasarana serta kerja

sama antara pihak rumah sakit dengan keluarga.

Diharapkan kepada keluarga kiranya dapat merawat klien apabila

dilakukan perawatan dirumah.

27

Page 28: ASKEP Emboli Paru

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddrath. 1996. buku ajarkeperawatan medikal-bedah.

Jakarta : Buku kedokteran EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ;

Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,

edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-emboli-paru/

28