26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan keadaan semata mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Devinisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekadar keadaan tanpa penyakit. Orang yang memiliki kesejahteraan emosional, fisik, dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif, dalam kehidupan sehari-hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri mereka sendiri. Tidak ada satupun devinisi universal kesehatan jiwa, tetapi kita dapat menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari perilakunya. Karena perilaku seseorang dapat di lihat atau ditafsirkan berbeda oleh orang lain, yang bergantung pada nilai dan keyakinan, maka penentuan definisi kesehatan jiwa menjadi sulit (Sheila, 2008). Berdasarkan data WHO (2001), 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO di berbagai negara menunjukkan sebesar 20-30 %, pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of Health and Human Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis 1

askep DPD RUSMIAITI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

depisit perawatan diri

Citation preview

Page 1: askep DPD RUSMIAITI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan

sehat fisik, mental, dan sosial, bukan keadaan semata mata keadaan tanpa penyakit atau

kelemahan. Devinisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang

positif, bukan sekadar keadaan tanpa penyakit. Orang yang memiliki kesejahteraan

emosional, fisik, dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi

dengan efektif, dalam kehidupan sehari-hari, dan puas dengan hubungan interpersonal

dan diri mereka sendiri. Tidak ada satupun devinisi universal kesehatan jiwa, tetapi kita

dapat menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari perilakunya. Karena perilaku

seseorang dapat di lihat atau ditafsirkan berbeda oleh orang lain, yang bergantung pada

nilai dan keyakinan, maka penentuan definisi kesehatan jiwa menjadi sulit (Sheila, 2008).

Berdasarkan data WHO (2001), 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang

terganggu jiwanya. Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO di

berbagai negara menunjukkan sebesar 20-30 %, pasien yang datang ke pelayanan

kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of Health and Human

Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami

gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa

yang berat dan 4 juta diantaranya adalah anak-anak dan remaja (Videbeck, 2008).

Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang

penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres

atau disabilitas (kerusakan pada satu atau 2 lebih area fungsi yang penting) atau disertai

peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan

kebebasan (Sheila, 2008).

Gangguan jiwa adalah gejala-gejala patologok dominan berasal dari unsur psike.

Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu (Yosep, 2007). Keperawatan

jiwa mempelajari berbagai macam kasus yang berhubungan dengan gangguan jiwa

sesorang. Salah satunya adalah Defisit Perawatan Diri (Personal Hygiene). Kurang

perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa merupakan : Suatu keadaan dimana

1

Page 2: askep DPD RUSMIAITI

seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

(kegiatan hidup sendiri).

Defisit Perawatan Diri merupakan akibat dari ketidak mampuan seseorang dalam

perawatan dirinya karena lupa akan caranya maupun ketidak tahuan dalam perawatan diri.

Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan

secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar (BAB)/Buang

Air Kecil(BAK)} secara mandiri ( http://www.scribd.com/doc/94266201/BAB-I).

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya

perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri

menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri,

makan secara 3 mandiri,berhias secara mandiri,dan toileting, buang air besar/buang air

kecil (Damaiyanti, 2008).

Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan

diri di pengaruhi berbagai faktor diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu, atau

kelurga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri

(Hidayat, 2006). Memandang permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk

mengambil judul karya tulis ilmiah Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Utama

Gangguan Devisit Perawatan Diri / Personal Hygiene sebagai kasus kelolaan dalam

penyusunan tugas akhir ini

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal

hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau

keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya

mempengaruhi praktik hygiene klien.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1.2.1. Pengertian defisit perawatan diri

1.2.2. etiologi/penyebab defisit perawatn diri

1.2.3. tanda dan gejala defisit perawatan diri

2

Page 3: askep DPD RUSMIAITI

1.2.4. Manifestasistasi klinis defisit perawatan diri

1.2.5. Mekanisme koping defisit perawatan diri

1.2.6. Masalah keperawatan defisit perawatan diri

1.2.7. Pohon masalah defisit perawatan diri

1.2.8. Asuhan keperawatan defisit perawatan diri

1.3. Tujuan penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu memahami konsep tentang Devisit Perawatan Diri / Personal

hygiene dan melakukan asuhan keperawatan yang tediri dari pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari makalah ini adalah :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian defisit perawatan diri.

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan dapat menjelaskan etiologi/penyebab defisit

perawatan diri.

3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tanda dan gejala defisit

perawatan diri

4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasistasi klinis defisit perawatan diri

5. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme koping pada defisit perawatan diri

6. Mahasiswa mampu mengetahui masalah keperawatan defisit perawatan diri

7. Mahasiswa mampu mengetahui dari pohon masalah defisit perawatan diri

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Bagi Penulis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang proses keperawatan jiwa

dalam sistem neurobehavior 2 tentang defisit perawatan diri.

1.4.2 Manfaat Bagi Pembaca

Sebagai salah satu sumber literature dalam pengembangan bidang profesi

keperawatan khususnya dalam keperawatan jiwa sistem neurobehavior serta

memberikan masukan pembaca khususnya kepada defisit perawatan diri

3

Page 4: askep DPD RUSMIAITI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika

tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah

gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,

makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan diri. Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri

secara mandiri.

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami

kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri

secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK

(toileting) (Fitria, 2009).

Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan

diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan

untuk dirinya (Maslim, 2001).

Defisit keperawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya, dan kesajahteraannya, sesuia kondisi kesehatannya. Klien

dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya.

(Gondohutomo, 2008).

Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya

perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri

menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan

4

Page 5: askep DPD RUSMIAITI

secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar atau Buang

Air Kecil) (Mukhripah, 2008).

2.2. Etiologi

     Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah

sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor predisposisi :

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan

inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan

diri.

c. Kemampuan realistis turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan

diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya

situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah / lemah yang

dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan

perawatan diri.

Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang mempengaruhi personal

hygiene adalah :

a. Body Image

5

Page 6: askep DPD RUSMIAITI

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri,

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli

dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka kemungkinan

akan terjadi perubahan pada personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat

gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik

dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia

harus menjaga kebersihan kakinya.

e. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan Seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

g. Kondisi Fisik atau Psikis

Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan

perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hygiene :

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering

terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,

infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan rasa

nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan

gangguan interaksi sosial.

6

Page 7: askep DPD RUSMIAITI

2.3. Tanda Dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri

adalah :

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor

b. Rambut dan kulit kotor

c. Kuku panjang dan kotor

d. Gigi kotor disertai mulut bau

e. Penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif

b. Menarik diri, isolasi diri

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina

3. Sosial

a. Interaksi kurang

b. Kegiatan kurang

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma

d. Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan

mandi tidak mampu mandiri.

2.4. Manifestasi Klinik

Adapun jenis –jenis dan karakteristik kurang perawatan diri tanda dan gejala

menurut Nanda (2006) meliputi :

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai

pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan

aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting7

Page 8: askep DPD RUSMIAITI

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas toileting sendiri

(Nurjannah : 2004, 79)

2.5. Mekanisme Koping

1. Regresi

Regresi adalah suatu mekanisme dimana individu untuk menghindarkan diri dari

kenyataan yang mengancam, kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah itu.

2. Penyangkalan

Denial merupakan menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari

realitas tersebut, mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.

3. Isolasi diri, menarik diri

Isolasi adalah Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat

bersifat sementara atau berjangka lama.

4. Intelektualisasi

Intelektualisasi adalah Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk

menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor

meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan interpersonal, organisasi yang

dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk

mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and

Sundeen, 1998).

2.6. Masalah Keperawatan

Menurut Keliat (2006) masalah keperawatan yang muncul untuk kasus ini adalah

1. isolasi sosial

2. Defisit perawatan diri : mandi, berhias.

3. Menarik diri

8

Page 9: askep DPD RUSMIAITI

2.7. Pohon Masalah

Akibat : isolasi sosial

Core problem

Penyebab: harga diri rendah : menarik diri

Skema 1 : pohon masalah defisit perawatan diri : mandi, berhias (Sumber : Keliat,

2006)

9

Defisit perawatan diri

Page 10: askep DPD RUSMIAITI

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Ny D, 50 tahun, tampak sering ditempat tidur, jarang bercakap-cakap dengan

klien lain maupun perawat, cenderung menghindar kontak mata, sering

menunduk. Klien tampak lesu, tubuh kotor dan berbau, baju kotor, kuku panjang

dan kotor, gigi dan telinga kotor, tidak pernah merapikan rambut. Dari hasil

wawancara didapat data : klien mengatakan malas berbicara dengan klien lain

merasa tidak bisa apa-apa dan tidak beharga. Klien mengatakan malas mandi dan

berdandan

1.1. Pengkajian

1. Identitas

a) perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan

klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan klien, tujuan waktu ,

tempat pertemuan dan topik yang akan dibicarakan.

b) Usia dan No. RM

2. Alasan Masuk

Tanyakan kepada klien /keluarga:

a) Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke RS saat ini?

b) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?

c) Bagaimana hasilnya?

3. Faktor Predisposisi

a) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatn diri. Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus

tersebut berpengaruh kepada proses kognitif, ada riwayat keluarga yang

menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan berpengaruh pada

fungsiperhatian, memory dan suplai oksigen serta glukosa terganggu.

b) Kemampuan Psikologis turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian diriya dan lingkungan termasuk perwatan

diri.10

Page 11: askep DPD RUSMIAITI

c) Sosial

Kurang dukungan dan laitahan kemampuan perawatan diri dari

lingkungannya.

4. Fisik.

Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ yang terdiri dari

TTV, ukur, keluhan fisik.

5. Psikososial

a) Genogram

b) Konsep diri

c) Hubungan sosial

d) spiritual

6. Status mental

a) Penampilan

b) Pembicara

c) Aktivitas motorik

d) Alam perasaan

e) Afek

f) Interaksi selama wawancara

g) Persepsi

h) Proses pikir

i) Isi pikir

j) Tingkat kesadaran

k) Memory

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

m) Kemampuan penilaian

n) Daya tilik diri

7. Kebutuhan Persiapan Pulang

a) Makan

b) BAB/BAK

c) Mandi

d) Berpakaian

e) Istirahat dan tidur

f) Penggunaan obat11

Page 12: askep DPD RUSMIAITI

g) Pemeliharaan kesehatan

h) Kegiatan didalam rumah

i) Kegiatan diluar rumah

8. Mekanisme koping

Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya

9. Malasah psikososial dan lingkungan

Data didapatkan melalui wawancara pada klien atau keluarganya

10. Pengetahuan

Data didapatkan melalui wawancara kepda klien.

11. Analisa data

Data Etiologi Masalah keperawatan

1. Do: klien tampak lesu, tubuh

kotor, dan berbau, baju kotor,

kuku panjang dan kotor, gigi

dan telinga kotor, tidak pernah

merapikan rambut

Ds: klien mengatakan malas

mandi dan berdandan

Faktor predisposisi dan faktor

presipitsi

Koping individu tidak efektif

HDR

Menarik diri

DPD

Defisit perawatan diri

2. Do: klien cenderung

menghindar kontak mata,

sering menunduk.

Ds: klien mengatakan malas

berbicara dengan klien lain

karena klien merasa tidak

bisa apa-apa dan tidak

beharga

Faktor predisposisi dan faktor

presipitsi

Koping individu tidak efektif

HDR

Harga diri rendah

12

Page 13: askep DPD RUSMIAITI

Menarik diri

DPD

3. Do: tampak sering ditempat

tidur, jarang bercakap-

cakap dengan klien lain

maupun perawat

Ds: klien mengatakan malas

berbicara dengan klien lain

karena klien merasa tidak

bisa apa-apa dan tidak

beharga

Isolasi sosial

1.2. Diagnosa dan intervensi Keperawatan Klien Gangguan jiwa ( defisit perawatan

diri)

Diagnosa Tindakan Pertemuan

1 2 3 4 5 s.d 12

Defisit

perawatan

diri

Pasien 1. Identifik

asi

masalah

keperaw

atan diri

:kebersi

han

diri,

berdand

an,

makan/

minum,

1.Evaluasi

kegiatan

kebersihan

diri. Berikan

pujian

2.Jelaskan cara

dan alat

untuk

berdandan

3.Latih cara

berdandan

setelahkeber

1. Evaluasi

kegiatan

kebersiahan

diri. Beri

pujian

2. Jelaskan

cara dan

alat untuk

berdandan

3. Latih cara

berdandan

setelah

1.Evaluasi

kegiatan

kebersiaha

n diri dan

berdandan.

Beri

pujian.

2.Jelaskan

cara

BAB/BAK

yang baik

3.Latih cara

1. Evaluasi

kegiatan

latihan

perawatan

diri:kebersiha

n ,

berdandan,

makan/

minum,

BAB/BAK..

berikan

pujian.

13

Page 14: askep DPD RUSMIAITI

BAB/B

AK,

2. Jelaskan

penting

nya

kebersih

an diri.

3. Jelaskan

cara dan

alat

kebersih

an diri

4. Latih

cara

menjaga

kebersih

an diri:

mandi

dan

ganti

pakaian,

sikat

gigi,

cuci

rambut,

dan

potong

kuku

5. Masuka

n pada

jadwal

kegiatan

untuk

latihan

mandi,

sikat

sihan

diri :sisiran,

rias muka

untuk

perempuan;s

isiran,

cukuran

untuk pria.

4.Masukan

pada jadwal

kegiatan

untuk

kebersihan

diri dan

berdandan

kebersihan

diri: sisiran,

rias muka

untuk

perempuan;

sisiran

cukuran

untuk pria.

4. Masukkan

pada jadwal

kegiatan

untuk

latihan

kebersihan

diri,

berdandan

makan/min

um yang

baik.

makan dan

minum

yang baik.

4.Masukkan

pada

jadwal

kagiatan

untuk

latihan

kebersihan

diri,

berdandan,

makan/min

um,

BAB/BAK

2. Latih

kegiatan

harian

3. Nilai

kemampuan

yang telah

mandiri.

4. Nilai apakah

perawatan

diri yang

telah baik.

14

Page 15: askep DPD RUSMIAITI

gigi 2x

sehari,

cuci

rambut

2x

semingg

u, dan

potong

kuku 1x

dalamse

mingUu

.

Keluarga 1. Diskusik

an

masalah

yang

dirasaka

n dalam

merawat

pasien.

2. Jelaskan

pengerti

an,

tanda,

dan

gejala,da

n proses

terjadiny

a defisit

perawata

n diri

/gunaka

n

booklet.

3. Jelaskan

cara

1.Evaluasi

kegiatan

dalam

merawat/

melatih

pasien

kebersihan

diri. Beri

pujian

2.Latih dua/

yang

lain ,cara

merawat:

makan

minum,

BAB/ BAK

3.Anjurkan

membantu

pasien

sesuai

jadwal dan

memberikan

pujian

1. Evaluasi

kegiatan

keluarga

dalam

merawat/

melatih

pasien

kebersihn

diri dan

berdandan.

Beri pujian

2. Bimbing

keluarga

merawat

kebersihan

diri dan

berdandan,

makan/minu

m pasie

3. Anjurkan

untuk

membantu

pasien sesuai

jadwal dan

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien kebersihan diri, berdandan , makan dan minum. Beri pujian.

2. Bimbing keluarga merawat BAB/BAK pasien.

3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan

4. Anjurkan membantu pasien sesuia jadwal dan berikan pujian.

1. Evaluasi

kegiatan

dalam

merawat/

melatih

pasien dalam

perawatan

diri:

berdandan,

makan/minu

m,

BAB/BAK.

Beri pujian

2. Nilai

kemampuan

keluarga

dalam

merawat

pasien

3. Nilai

kemampuan

keluarga

melakukan

kontrol ke 15

Page 16: askep DPD RUSMIAITI

merawat

defisit

perawata

n diri

4. Latih

dua cara

merarat :

kebersih

an diri

dan

berdand

an

5. Anjurka

n

memban

tu pasien

sesuai

jadwal

dan

memberi

kan

pujian.

berikan

pujian.

PKM.

16

Page 17: askep DPD RUSMIAITI

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk

kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat

memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit

dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.

4.2. Saran

Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran

sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik

17

Page 18: askep DPD RUSMIAITI

Daftar pustaka

Stuart gail wiscars, Sundeen sandra j. 1995. Keperawatan jiwa edisi 3. jakarta : penerbit buku

kedokteran EGC

Copel linda german. 2002. Kesehatan jiwa dan psikiatri : pedoman klinis perawat. Jakarta :

Penerbit buku kedokteran EGC

Keliat budi anna, akemat. 2007. Model praktik keperawatan jiwa propesional, jakarta :

Penerbit buku kedokteran EGC

Dikutip dari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-lilikadiir-

6730-2-babii.pdf ( tanggal 16-10-2015 )

Dikutip dari : http://dokumen.tips/documents/defisit-perawatan-diri-

55f5c740a78af.html ( tanggal 16-10-2015 )

18