28
Hukum Adat Dayak Maanyan Yang Mengatur Perkawinan Perkawinan yang diatur menurut hukum adat ditata secara bijaksana sebagai jaminan bagi masyarakat untuk menghindari semua jenis pelanggaran hukum adat. Berkaitan dengan perkawinan, para remaja Dayak Manyaan umumnya memilih sendiri pasangan hidup mereka. Setelah saling jatuh cinta dan yakin bahwa pilihannya tidak keliru jalan yag ditempuh menuju jenjang perkawinan dapat berupa: Ijari Pasangan calon pengantin mengunjungi tokoh masyarakat / pengurus agama lalu menyerahkan pernyataan tertulis disertai barang bukti yang menguatkan pernyataan. Biasanya disusul dengan musyawarah antar ahli waris kedua belah pihak untuk perencanaan kapan dan bagaimana perkawinan anak-anak mereka dilaksanakan. Pertemuan tersebut menghasilkan surat pertunangan yang kelak akan digunakan sebagai bukti resmi saat perkawinan dilaksanakan. Peminangan Acara peminangan biasanya didahului oleh kesepakatan kecil antara ahli waris kedua remaja saling jatuh cinta. Dalam acara peminangan dibuat surat pertunangan yang mencantumkan hasil kesepakatan antara kedua belah pihak termasuk mencatat pula semua barang bukti peminangan dan tata cara / hukum adat perkawinan. Macam-macam Tata Cara Perkawinan Adat

Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

Hukum Adat Dayak Maanyan Yang Mengatur Perkawinan

Perkawinan yang diatur menurut hukum adat ditata secara bijaksana sebagai jaminan bagi

masyarakat untuk menghindari semua jenis pelanggaran hukum adat. Berkaitan dengan

perkawinan,  para remaja Dayak Manyaan umumnya memilih sendiri pasangan hidup

mereka. Setelah saling jatuh cinta dan yakin bahwa pilihannya tidak keliru jalan yag

ditempuh menuju jenjang perkawinan dapat berupa:

Ijari

Pasangan calon pengantin mengunjungi tokoh masyarakat / pengurus agama lalu

menyerahkan pernyataan tertulis disertai barang bukti yang menguatkan pernyataan.

Biasanya disusul dengan musyawarah antar ahli waris kedua belah pihak untuk perencanaan

kapan dan bagaimana perkawinan anak-anak mereka dilaksanakan. Pertemuan tersebut

menghasilkan surat pertunangan yang kelak akan digunakan sebagai bukti resmi saat

perkawinan dilaksanakan.

Peminangan

Acara peminangan biasanya didahului oleh kesepakatan kecil antara ahli waris kedua remaja

saling jatuh cinta. Dalam acara peminangan dibuat surat pertunangan yang mencantumkan

hasil kesepakatan antara kedua belah pihak termasuk mencatat pula semua barang bukti

peminangan dan tata cara / hukum adat perkawinan.

Macam-macam Tata Cara Perkawinan Adat

Singkup Paurung Hang Dapur

Tata cara ini merupakan tata cara yang paling sederhana dalam hukum perkawinan Dayak

Manyaan. Perkawinan resmi ini hanya dihadiri oleh beberapa orang mantir (Tokoh Adat) dan

Ahli Waris kedua pengantin.

Dalam tata cara ini ada hukum adat yang mengatur berupa:

Keagungan Mantir

Kabanaran

Pamania Pamakaian

Tutup Huban (kalau ada)

Kalakar, Taliwakas

Page 2: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

Turus Tajak

Pilah Saki tetap dilaksanakan.

Adu Bakal

Upacara Adu Bakal dianggap perlu agar kedua pengantin dapat hidup sah bersama untuk

mempersiapkan perkawinan lanjutan. Adu Bakal berlaku 100 hari, apabila perkawinan

lanjutan tertunda melebihi masa 100 hari perkawinan adu bakal, maka pengantin akan

dikenakan denda saat perkawinan lanjutan dilaksanakan berupa “Hukum Sapuhirang”.

Adu Jari (adu biasa)

Pada perkawinan resmi ini, pengantin diapit oleh rekan masing-masing mempelai. Perempuan

mendampingi pengantin perempuan dan laki-laki mendampingi pengantin laki-laki. Setelah

upacara perkawinan ada ketentuan yang disebut “pangasianan” asal kata “Kasianan” yang

artinya mertua. Acara “Pangasianan” adalah bertujuan untuk meningkatkan penyesuaian

antara mertua dengan menantu dan lingkungan yang baru. Dalam perkawinan ini ada hukum

“lanyung ume petan gantung”

Adu hante

Pada tata cara ini perkawinan diadakan secara meriah (baik keluarga mampu maupun kurang

mampu) dengan acara wurung jue dan igunung pirak. Tata cara perkawinan ini disertai

upacara belian 2 malam untuk memberi restu, mendoakan agar menjadi pasangan yang

berhasil. Kedua pengantin biasanya disanding di atas gong yang dilapisi 9 susun kain dan

diapit 9 orang pemuda/i.

Begunung perak adalah prosesi perkawinan adat dayak kalsel yang hampir punah.

Perkawinan adat dayak ini menurut ketua adat setempat diadakan terakhir pada

tahun 1983.

Desa warukin terletak di kabupaten tabalong, kalimantan selatan. Dari

Banjarmasin 6 jam driving (kalo jalanan lancar, ada titik2

kemacetan pada siang hari), arah ke utara melalui jalan lintas propinsi menuju

ke balikpapan. Untuk akses darat bisa menggunakan bus jurusan balikpapan di

sore sampai malam hari, atau menggunakan angkot. Akses udara bisa menggunakan

Page 3: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

pelita air dengan durasi + 45 menit pada jam 12.30 siang (hari minggu off),

Sedangkan untuk akses air bisa menggunakan speed boat dari pelabuhan trisakti

(banjarmasin) + 4-5jam. Tapi sayang untuk menuju ke lokasi tidak ada

transportasi umum. Untuk akses darat dan udara hanya bisa sampai jalan lintas

propinsi saja. Apalagi dengan akses sungai hanya bisa sampai di daerah kelanis

( 1,5jam kearah barat warukin).

Suku Dayak Maanyan

Suku Dayak Maanyan

Orang Maanyan yang baru dibaptis tahun 1920.

Jumlah populasi

kurang lebih 71.000 jiwa

Kawasan dengan populasi yang signifikan

Kalimantan Tengah: 71.000.

Bahasa

Maanyan, Ngaju, Banjar, Indonesia

Agama

Page 4: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

Kristen, dan Kaharingan

Kelompok etnik terdekat

Banjar, Dusun Witu, Paku,Dusun Malang

Suku Dayak Maanyan (olon Maanjan/meanjan) atau Suku Dayak Barito Timur merupakan

salah satu dari bagian sub suku Dayak dan juga merupakan salah satu dari suku-suku Dusun

(Kelompok Barito bagian Timur) sehingga disebut juga Dusun Maanyan. Suku-suku Dusun

termasuk golongan rumpun Ot Danum (Menurut J.Mallinckrodt 1927) walaupun dikemudian

hari teori tersebut dipatahkan oleh A.B Hudson 1967 yang berpendapat bahwa orang

Maanyan adalah cabang dari "Barito Family". Mereka disebut rumpun suku Dayak sehingga

disebut juga Dayak Maanyan. Suku Dayak Maanyan mendiami bagian timur

provinsi Kalimantan Tengah, terutama diKabupaten Barito Timur dan sebagian Kabupaten

Barito Selatan yang disebut Maanyan I. Suku Dayak Maanyan juga mendiami bagian utara

provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya di Kabupaten Tabalong yang disebut Dayak

Warukin. Dayak Balangan (Dusun Balangan) yang terdapat di Kabupaten

Balangan dan Dayak Samihim yang terdapat di Kabupaten Kotabaru juga digolongkan ke

dalam suku Dayak Maanyan. Suku Maanyan di Kalimantan Selatan dikelompokkan sebagai

Maanyan II.

Suku Maanyan secara administrasi baru muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan

2,80% dari penduduk Kalimantan Tengah, sebelumnya suku Maanyan tergabung ke dalam

suku Dayak pada sensus 1930.

Menurut orang Maanyan, sebelum menempati kawasan tempat tinggalnya yang sekarang,

mereka berasal dari hilir (Kalimantan Selatan). Walaupun sekarang wilayah Barito Timur

tidak termasuk dalam wilayah Kalimantan Selatan, tetapi wilayah ini dahulu termasuk dalam

wilayah terakhir Kesultanan Banjar sebelum digabung ke dalam Hindia Belanda tahun 1860,

yaitu wilayah Kesultanan Banjar yang telah menyusut dan tidak memiliki akses ke laut, sebab

dikelilingi daerah-daerah Hindia Belanda.

Menurut situs "Joshua Project" suku Maanyan berjumlah 71.000 jiwa.

Page 5: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

Menurut sastra lisan suku Maanyan, setelah mendapat serangan Marajampahit (Majapahit)

kepada Kerajaan Nan Sarunai, suku ini terpencar-pencar menjadi beberapa sub-etnis. Suku

ini terbagi menjadi beberapa subetnis, di antaranya:

Maanyan Paku

Maanyan Paju Epat (murni)

Maanyan Dayu

Maanyan Paju Sapuluh (ada pengaruh Banjar)

Maanyan Banua Lima/Paju Dime (ada pengaruh Banjar)

Maanyan Warukin (ada pengaruh Banjar)

Maanyan Jangkung (sudah punah, ada pengaruh Banjar)

Keunikan Suku Dusun Maanyan, antara lain mereka mempraktikkan ritus pertanian, upacara

kematian yang rumit, serta memanggil dukun (balian) untuk mengobati penyakit mereka.

Bahasa Dayak Maanyan banyak memiliki persamaan dengan bahasa di Madagaskar. contoh

bahasa Maanyan adalah

kamu = Hanyu

Mandi = Mandrus

Tidur = manree

Dari tulisan Rolland Oliver dan Brian M. Fagan dalam bukunya "Africa in the Iron Age"

tahun 1978, yang mengatakan bahwa orang Maanyan datang dan menetap di pulau

Madagaskar pada tahun 945 - 946 M, berlayar langsung melalui Samudera Hindia dengan

1000 buah perahu bercadik. Dan berdasar fakta sejarah setiap bingkai relief di Candi

Borobudur mengkisahkan atau menceritakan kondisi Nusantara pada waktu masa kejayaan

agama Budha.

Yang menarik, Kerajaan Sriwijaya, NanSarunai dan Majapahit. Dalam perjalanan sejarahnya

menggunakan perahu bercadik ini.

Page 6: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

Jika merujuk pada buku tulisan Sanusi Pane, Sejarah Indonesia I, tahun 1965 halaman 58 -

59. Kerajaan Sriwijaya memperluas kekuasaannya sampai meliputi wilayah Jawa Barat

hingga sebagian Jawa Tengah dan Empu Sendok dari Kerajaan Mataram Hindu sedang

terdesak sampai ke Jawa Timur dari tahun 929 - 947 M, maka besar kemungkinan ahli

sastra/seniman pada masa itu mengabadikan peristiwa tersebut ( orang Ma'anyan melakukan

evakuasi besar-besaran dengan menggunakan 1000 buah perahu bercadik pada tahun 945 -

946 M) pada relief-relief Candi.

Organisasi[sunting | sunting sumber]

Organisasi suku ini adalah "Dusmala" yang menggabungkan 3 suku Dayak yang serumpun

yaitu Dusun, Maanyan dan Lawangan.

Lagu Daerah Dayak Maanyan[sunting | sunting sumber]

Tumpi Wayu

Tataku Balinga

Miheput

NGANO

Suku Maanyan di Kabupaten Tabalong dan Balangan di Kalimantan Selatan[sunting | sunting

sumber]

Peta Kecamatan Tanta, di dalamnya terdapat dua desa yang dihuni Dayak Maanyan

Orang Dayak Maanyan Warukin yang sering disebut Dayak Warukin adalah subetnis suku

Dayak Maanyan yang mendiami desa Warukin, Haus, dan sekitarnya di Kabupaten

Tabalong, Kalimantan Selatan.[3]

Page 7: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

Pemukiman Dayak Warukin terdapat dalam daerah kantong/enclave yang di sekitarnya

adalah daerah pemukiman suku Banjar.

Dayak Warukin di desa Warukin, Kecamatan Tanta, Tabalong merupakan bagian

dari Maanyan Benua Lima. Maanyan Benua Lima merupakan subetnis Maanyan yang

terdapat di kecamatan Benua Lima, Barito Timur. Nama asalnya Maanyan Paju Lima. Istilah

"benua" berasal dari Bahasa Melayu Banjar.

Upacara adat rukun kematian Kaharingan pada Dayak Warukin disebut mambatur. Istilah ini

pada subetnis Maanyan Benua Lima pada umumnya disebut marabia.

Kekerabatan bahasa Maanyan Warukin dengan bahasa Banjar Kuala Lupak (Banjar Kuala)

sekitar 50%. Kekerabatan bahasa Maanyan Warukin dengan bahasa Banjar Asam-

Asam sekitar 57%.

Di Kabupaten Tabalong ini terbagi menjadi empat wilayah keadatan Dayak, salah satu

diantaranya wilayah keadatan Dayak Maanyan yaitu :

Wilayah keadatan Dayak Maanyan di desa Warukin

Wilayah keadatan Dayak Deyah Kampung Sepuluh, meliputi sepuluh desa di kecamatan

Upau, Haruai, Bintang Ara.

Wilayah keadatan Dayak Deyah Muara Uya dan Jaro.

Wilayah keadatan Dayak Lawangan di desa Binjai.

Di luar keempat daerah-daerah kantong keadatan Dayak Kabupaten Tabalong tersebut juga

terdapat suku Banjar yang merupakan mayoritas populasi penduduk Tabalong dan suku

Banjar ini tidak terikat dengan Hukum Adat Dayak.

Seni tari : Tari Giring-Giring.

Dayak maanyan Warukin

Desa Warukin adalah salah satu desa yang terdapat di kabupaten Tabalong,ter letak sekitar 13

KM dari kota Tanjung, dengan berkecamatan Tanta. Jumlah penduduk di desa ini ±1858

orang,dengan mata pencaharian rata-rata sebagai petani Karet.

Mayoritas penduduk desa ini iyalah suku dayak, sedangkan suku-suku lain yang berbaur

Page 8: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

didalamnya adalah suku Banjar, Batak, Jawa, dll. Selain itu juga hidup brdampingan

masyarakan antar umat beragama. Dalam kehidupan yang berdampingan terikatlah tali

persaudaraan antar suku, agama, dan ras.

Hanya saja di desa ini dudah hampir tak ada lagi yang menganut keyakinan KAHARINGAN.

Pusat kegiatan ekonomi desa ini terletak pada pasar Rabu, yang di kenal dengan sebutan

pasar Bajud, sesuai dengan tempatnya. Disinilah terjadi transaksi dan interaksi antar warga.

2.Asal usul

Warukin sendiri berasal dari kata Weruken,yang dulunya adalah tempat yang banyak terdapat

pohon durian/papaken (ma’anyan, yang disukai oleh binatang sejenis kera yang di sebutnya

weruk (ma’anyan).

Tempat ini juga konon katanya diberi nama oleh seseorang pengembara yang mencari tempat

tinggal, dimana untuknya melanjutkan hidup dan mencari makan. Seorang ini sanagat sakti,

Tampan dan Gagah. Dengan Hipet(dayak) yang digunakannya untuk mencari tempat tinggal

ia tembakan dan jatuh tepat ditempat yang banyak di tumbuhi pohon papaken, yang amat

disukai oleh weruk. Maka dijadikannyalah tempat itu sebagai tempat tinggalnya yang

kemudian di beri nama Weruken atau dikenal dengan sebutan Warukin(sekarang).

Sebagaimana suku lainnya, suku dayak di daerah ini juga memiliki kebudayaan dan ritual

serta upacara adat. Misalnya pada saat perkawinan, kematian, upacara ucapan syukur, pesta

panen, dll

3.Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat ini iyalah bahasa ma’anyan, tidak jauh beda dengan

suku dayak yang ada di daerah Bar-tim hanya saja mungkin karena terpengaruh dengan

dialeg sekitar nya maka dialeg dan gaya bicaranya sedikit beda dengan suku dayak yang ada

di Bartim. Setidaknya mungkin karena desa ini adalah satu-satunya pemukiman masyarakat

dayak di daerah tabalong.

Menurut orang Maanyan, sebelum menempati kawasan tempat tinggalnya yang sekarang,

mereka berasal dari hilir (Kalimantan Selatan). Walaupun sekarang wilayah Barito Timur

tidak termasuk dalam wilayah Kalimantan Selatan, tetapi wilayah ini dahulu termasuk dalam

wilayah terakhir Kesultanan Banjar sebelum digabung ke dalam Hindia Belanda tahun 1860

yaitu wilayah Kesultanan Banjar yang telah menyusut dan tidak memiliki akses ke laut, sebab

dikelilingi daerah-daerah Hindia Belanda.

Menurut situs "Joshua Project" suku Maanyan berjumlah 71.000 jiwa.

Menurut sastra lisan suku Maanyan, setelah mendapat serangan Marajampahit (Majapahit)

kepada Kerajaan Nan Sarunai, suku ini terpencar-pencar menjadi beberapa subetnis. Suku

Page 9: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

terbagi menjadi 7 subetnis, diantaranya :

* Maanyan Paju Epat (murni)

* Maanyan Dayu

* Maanyan Paju Sapuluh (ada pengaruh Banjar)

* Maanyan Benua Lima/Paju Lima (ada pengaruh Banjar)

* Maanyan Tanta (ada pengaruh Banjar)

* dan lain-lain

Keunikan Suku Dusun Maanyan, antara lain mereka mempraktikkan ritus pertanian, upacara

kematian yang rumit, serta memanggil dukun (balian) untuk mengobati penyakit mereka.

1. Kematian

Makam suku Maanyan menunjukkan hierarki sosial. Jajaran makam kaum bangsawan

terletak di hulu sungai, disusul ke arah hilir untuk makam kaum tentara, penduduk biasa, dan

yang paling hilir adalah makam untuk kaum budak.indonesia

TRANSISI ADAT PERKAWINAN WARGA DAYAK Musik Pop Gantikan Giring-giring

LAGU pop bernada ceria membahana dari lokasi hajatan pernikahan salah satu warga Dayak

Manyan di Desa Warukin, Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong, Sabtu (26/5).

Dua speaker di sudut kiri halaman rumah mempelai di RT 3 desa itu berdetak kencang seiring

tempo lagu. Para tamu yang hadir pun tampak larut dalam alunan lagu-lagu yang sedang

ngetop itu.

Ini berbeda dari kebiasaan warga suku itu, yang biasanya menyajikan hiburan saat pesta

pernikahan dengan tarian giring-giring. "Sekarang disesuaikan kemampuan yang punya

hajatan," kata Ulinawati, Kepala Desa Warukin.

Mencari penari giring-giring di zaman seperti sekarang, menurutnya relatif sulit. Di desa

setempat hanya ada satu grup tari yang kini sedang bertolak mengikuti festival tari Dayak ke

Jakarta.

Ditambah lagi saat ini banyak warga Desa Warukin bekerja di sektor formal seperti di

perusahaan atau pegawai negeri. Karena itu mereka tidak punya banyak waktu dan dana

untuk menggelar hajatan sesuai adat yang biasanya berlangsung sampai tiga hari berturut-

turut.

Page 10: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

Humas Adat warga Dayak Manyan Warukin, Deny Djohn, mengatakan tak hanya pakaian

pengantin dan hiburan bagi para tamu yang mulai mengalami pergeseran mengikuti tren

zaman. Ada pula sejumlah tahapan adat yang sengaja dipangkas karena bukan keharusan.

"Misalnya, tradisi potong tali banjang sebagai bentuk penerimaan keluarga salah satu

mempelai yang berasal dari luar kampung. Sebagian dari kami tidak menyelenggarakan lagi,

karena sudah cukup prosesi inti, seperti hukum adat," paparnya.

Menurutnya prosesi potong tali banjang-- berupa tali katun yang digantungi aneka buah-

buahan dan janur, kini merepotkan karena harus mengundang balian dari luar kampung.

Di kampung setempat tidak ada lagi balian, karena rata-rata warga telah beragama Kristen.

Dari semua tahapan pernikahan warga Dayak, hanya hukum adat saja yang masih

dipertahankan. Biasanya tahapan simbolis ini dilakukan sehari atau sesaat sebelum kedua

mempelai dipertemukan dan duduk di pelaminan.

Hukum adat adalah tahapan pembicaraan lebih lanjut yang melibatkan seluruh anggota

keluarga besar terhadap lamaran yang diajukan mempelai pria.

Pada kesempatan itu keluarga besar kedua belah pihak juga saling berkenalan,

menyampaikan tanggapan dan persetujuan atas pernikahan yang akan dilaksanakan.

Selain hukum adat tradisi yang masih lestari adalah turus tajak atau pembacaan sumbangan

para tamu undangan. Pada kesempatan ini jumlah sumbangan dan pesan si penyumbang

dibacakan secara langsung oleh penghulu adat atau yang bersangkutan sebagai kenang-

kenangan dan ucapan selamat.

Waktu penyelenggaraan pernikahan juga relatif unik, biasanya menjelang Magrib sampai dini

hari. Menurut Ulinawati, hal tersebut sudah dilakukan sejak dulu menyiasati kesibukan

tetangga dan handai taulan di ladang pada siang hari. 

Baluntang, Simbol Status Keluarga Dayak

SEBUAH patung kayu ulin sederhana seperempat bagiannya menggambarkan rupa manusia,

berhias ukiran tampak kokoh berdiri di halaman depan rumah Rumisah (85), warga Dayak

Manyan di Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Tabalong.

Page 11: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

Nuansa magis langsung terasa saat menatap patung setinggi 4-5 meter yang disebut warga

setempat Baluntang. Baluntang merupakan batur atau nisan leluhur atau kerabat yang telah

meninggal.

Rumisah, satu dari sedikit warga di sana yang masih memiliki benda itu. Selain nisan,

baluntang pun dikenal sebagai simbol status dan derajat pemiliknya dalam masyarakat. Setiap

baluntang memiliki ciri khas yang menunjukkan status atau pangkat almarhum saat masih

hidup.

Ciri khas dilihat dari pose purwarupa manusia pada patung. Menurut Rumisah yang dulu

menyandang status balian tetamba (dukun pengobatan), bila rupa manusia itu tampak berdiri

dan menyandang tongkat kecil sebagai kiasan giring-giring, berarti baluntang tersebut adalah

batur seorang balian.

Sedangkan yang membawa mandau atau tombak, berarti pejuang atau ksatria. "Bila duduk di

kursi berarti seorang pejabat seperti penghulu atau pembakal," jelasnya.

Status sosial masyarakat dayak bisa dilihat dari kepemilikan baluntang. Meskipun orang

biasa, bila memiliki baluntang bisa dikatakan sebagai orang berpunya, karena mendirikan

balutang perlu kerja keras dan kesiapan dana besar mecapai puluhan juta bahkan ratusan juta,

bila diukur dengan nilai uang saat ini.

Pelaksanannyapun harus melewati upacara atau aruh adat yang mengundang seluruh kerabat,

tetuha bahkan balian atau dukun dari kampung lain. Deny Djohn, tokoh adat warga dayak

dari Desa Bajut, Warukin memaparkan pendirian baluntang sangat sakral karena

menggambarkan kesempurnaan proses pengantaran arwah ke nirwana.

Karenanya meskipun besar biayanya, tetap diusahakan dilaksanakan. "Bahkan bisa saja satu

baluntang dibangun untuk lebih dari satu leluhur, asalkan masih satu garis keturunan,"

ujarnya.

Meskipun sederhana, baluntang pernah menjadi incaran pencuri sekitar tahun 1970-an karena

nilai seninya. Karena itu banyak baluntang milik warga yang hilang dicuri dan dijual keluar

negeri. Pemkab Tabalong berupaya melindungi aset budaya daerah ini dengan menjadikan

desa itu sebagai kawasan cagar budaya. 

Adat perkawinan bagunung perak bagi kalangan warga Dayak Manya sepreti di Desa

Warukin Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong sangat sakral. Tidak sembarangan orang

Page 12: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

dapat melaksanakan ritual persandingan pengantin yang memerlukan dana cukup besar itu.

Warga dayak Warukin mempertontonkan tahapan adat dalam perkawinan bagunung perak

yang langka karena sudah lebih lima puluh tahun tidak pernah digelar lagi.

Selain kendala biaya dan karena mayoritas warga dayak setempat yang telah memeluk

agama, tidak sembarang orang bisa menggelar ritual itu. Perkawinan adat atau iwurung juee

bagunung perak hanya dapat dilakukan keturunan raja, bangsawan atau orang kaya.

Bila dalam garis keturunan tidak pernah ada yang melaksanakan, maka anak cucunya juga

tidak boleh atau akan terkena bala. Acara kemarin merupakan upaya mengangkat khasanah

budaya dayak yang langka itu, yang dibesut Bagian Pariwisata Kabupaten Tabalong bekerja

sama dengan perusahaan swasta (PT Adaro Indonesia) melalui dana community development

(CD)nya.

Ritual dimulai dengan kedatangan mempelai lelaki bernama Mangaci ke rumah mempelai

wanita bernama Rohepilina di balai adat desa setempat sekitar pukul 09.30 Wita.

Dalam perkawinan bagunung perak sebenarnya biasanya semua prosesi dilakukan sore

menjelang malam. Sebab pada saat itu semua warga kampung dan tamu undangan yang

datang dari jauh sudah selesai bekerja sehingga dapat meluangkan waktu hadir.

Keluarga mempelai lelaki minta izin masuk dengan berbalas pantun. Setelah diizinkan,

mempelai lelaki melakukan natas banyang atau potong pantan, yakni menggunting tali dari

janur sebagai tanda membuka pagar. Rombongan masuk sambil diiringi tarian dan musik

tradisional, simbol kebahagiaan.

Lalu dengan diiringi tarian dan musik keluarga mempelai dikawal penari dan balian bawo

masuk ke rumah mempelai wanita. Balian bawo lalu berhenti di depan pintu dan menyapa

keluarga wanita dalam bahasa manyan sebelum masuk.

Dan seperti ritual adat lainnya, dilakukan musyawarah saat pembicaraan lamaran yang

disebut ngusul pakat atau mufakat. Tahapan ini dilakukan setelah acara dibuka oleh tetua adat

dengan minum bersama tuak air tapai ketan yang dicampur sedikit merica dan pewarna daun

pandan.

Setelah didapat kata sepakat, maka pengulu adat yang bertugas menikahkan pasangan

tersebut menyatakan pemenuhan hukum adat sesuai dengan hukum yang sudah diatur dan

dijalankan. Pasangan mempelai pun siap disandingkan di pelaminan yang disangga kepala

kerbau.

Mereka sudah cantik dan gagah mengenakan pakaian pengantin dayak dari beludru hitam

bermotif flora nuansa keemasan. Di rambut mereka juga tersemat bulu elang sebagai simbol

Page 13: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

kejantanan dan kebangsawanan.

Dengan bersandingnya kedua mempelai, prosesi hampir selesai. Sebab setelah dilakukan saki

pilah atau pemalasan pengantin agar direstui Shang Hiyang Bihatara, kedua mempelai resmi

diserahkan oleh keluarga masing-masing.

DESA & KELURAHAN

Berdasarkan surat keputusan bersama Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Desa dan

Departemen Dalam Negeri, Kabupaten Tabalong terdiri dari 12 kecamatan dan 131

desa/kelurahan yang dibagi menjadi 9 kelurahan dan 122 desa.

Tabel

Nama Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan

di Wilayah Administrasi Kabupaten Tabalong

Kecamatan Desa/Kelurahan

1. Banua Lawas 1. Desa Hapalah

2. Desa Batang Banyu

3. Desa Sunyai Durian

4. Desa Pematang

5. Desa Hariang

6. Desa Bungin

7. Desa Bangkiling

8. Desa Bangkiling Raya

9. Desa Banua Lawas

10. Desa Sungai Anyar

11. Desa Banua Rantau

12. Desa Habau

Page 14: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

13. Desa Purai

14. Desa Habau Hulu

15. Desa Talan

2. Pugaan 1. Desa Pugaan

2. Desa Pampanan

3. DesaTamunti

4. Desa Halangan

5. Desa Sungai Rukam I

6. Desa Sungai Rukam II

7. Desa Jirak

3. Kelua 1. Desa Telaga Itar

2. Desa Ampukung

3. Desa Pudak Setegal

4. Desa Bahungin

5. Desa Takulat

6. Kelurahan Pulau

7. Desa Masintan

8. Desa Paliat

9. Desa Sungai Buluh

10. Desa Binturu

11. Desa Karangan Putih

12. Desa Pasar Panas

Page 15: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

4. Muara Harus 1. Desa Madang

2. Desa Padangin

3. Desa Harus

4. Desa Tantaringin

5. Desa Manduin

6. Desa Mantuil

7. Desa Murung Karangan

5. Tanta 1. Desa Walangkir

2. Desa Pulau Ku’u

3. Desa Tamiyang

4. Desa Warukin

5. Desa Padang Panjang

6. Desa Barimbun

7. Desa Padangin

8. Desa Luk Bayur

9. Desa Mangkusip

10. Desa Tanta

11. Desa Tanta Hulu

12. Desa Puain Kanan

13. Desa Pamarangan Kanan

14. Desa Murung Baru

6. Tanjung 1. Desa Banyu Tajun

Page 16: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

2. Desa Sungai Pimping

3. Desa Pamarangan Kiwa

4. Desa Puain Kiwa

5. Kelurahan Jangkung

6. Kelurahan Tanjung

7. Kelurahan Agung

8. Desa Kambitin

9. Kelurahan Hikun

10. Desa Kambitin Raya

11. Desa Wayau

12. Desa Juai

13. Desa Garunggung

14. Desa Kitang

15. Desa Mahe Seberang

7. Murung Pudak 1. Desa Sulingan

2. Kelurahan Pembataan

3. Kelurahan Mabu’un

4. Desa Maburai

5.

Kelurahan

Belimbing Raya

6. Kelurahan Belimbing

7. Desa Kapar

Page 17: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

8. Desa Masukau

9. Desa Kasiau

10. Desa Kasiau Raya

8. Haruai 1. Desa Lok Batu

2. Desa Kembang Kuning

3. Desa Seradang

4. Desa Nawin Hulu

5. Desa Halong

6. Desa Suput

7. Desa Catur Karya

8. Desa Mahe Pasar

9. Desa Suriyan

10. Desa Hayup

11. Desa Bongkang

12. Desa Wirang

13. Desa Marindi

9. Bintang Ara 1. Desa Waling

2. Desa Usih

3. Desa Bintang Ara

4. Desa Argo Mulyo

5. Desa Burum

6. Desa Panaan

Page 18: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

7. Desa Hegar Manah

8. Desa Dambung Raya

9. Desa Bumi Makmur

10. Upau 1. Desa Masingai I

2. Desa Masingai II

3. Desa Bilas

4. Desa Kaong

5. Desa Pangelak

6. Desa Kinarum

11. Muara Uya 1. Desa Ribang

2. Desa Kupang Nunding

3. Desa Mangkupum

4. Desa Kampung Baru

5. Desa Palapi

6. Desa Pasar Batu

7. Desa Simpung Layung

8. Desa Uwie

9. Desa Muara Uya

10. Desa Lumbang

11. Desa Santu’un

12. Desa Binjai

13. Desa Salikung

Page 19: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

14. Desa Sungai Kumap

12. Jaro 1. Desa Namun

2. Desa Muang

3. DesaTeratau

4. Desa Purui

5. Desa Nalui

6. Desa Jaro

7. Desa Garagata

8. Desa Solan

9. Desa Lano

Sumber : Tabalong Dalam Angka 2013

Tari Tandik Balian (Balian   Bulat)

Tari Tandik Balian

Suku Dayak Warukin (Tabalong-Kalsel) merupakan salah satu subsuku Dayak Maanyan

yang memiliki upacara balian bulat. Tradisi balian ini dibuat menjadi sebuah atraksi kesenian

yang disebut Tari Tandik Balian.

Page 20: Artikel Adat Perkawinan di Desa Warukin Kabupatin Tabalong

Sekilas Tentang Dayak Warukin

Orang Dayak Warukin adalah suku Maanyan yang terdapat di desa Warukin dan desa Haus,

Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

Pemukiman Dayak Warukin terdapat dalam daerah kantong/enclave yang disekitarnya adalah

daerah pemukiman suku Banjar. Hal ini bisa terjadi karena dahulu kala daerah di sekitar

lembah sungai Tabalong pada umumnya adalah wilayah tradisonal suku Manyaan, tetapi

akhirnya mereka terdesak oleh perkembangan Kerajaan Negara Dipa yang menjadi cikal

bakal suku Banjar. Selanjutnya suku Maanyan terkonsentrasi di sebelah barat yaitu di

wilayah Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. Dan sebagian terdapat di sebelah

timur yaitu di Kabupaten Kota baru yang disebut Dayak Samihim.

Dayak Warukin di desa Warukin, Kecamatan Tanta, Tabalong merupakan bagian dari

Maanyan Benua Lima. Maanyan Benua Lima merupakan subetnis Maanyan yang terdapat di

kecamatan Benua Lima, Barito Timur. Nama asalnya Maanyan Paju Lima. Istilah “benua”

berasal dari Bahasa Melayu Banjar.

Upacara adat rukun kematian Kaharingan pada Dayak Warukin disebut mambatur. Istilah ini

pada subetnis Maanyan Benua Lima pada umumnya disebut marabia.