Aplikasi Teori Jean Watson

  • Upload
    zaky

  • View
    125

  • Download
    11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aplikasi jean watson

Citation preview

Desain Aplikasi Teori Dengan Pendekatan Kasus Masalah Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan Dengan Menggunakan Proses KeperawatanProses keperawatan pada kasus Tuberculosis dibawah ini didasarkan pada aplikasi teori Watson dalam George (1995). Empat derajat kebutuhan digunakan dalam tahap pengkajian dan sepuluh faktor karatif digunakan dalam tahap perencanaan dan implementasi. Adapun kasus tersebut adalah sebagai berikut:Ny. S, 70 tahun dilarikan ke sebuah rumah sakit pemerintah oleh para tetangganya karena sesak nafas dan batuk-batuk berdahak saat sedang mencuci pakaian di depan rumahnya. Ny. S tampak kurus, kulit kering, badan lemah dan muka pucat. Para pengantar mengatakan selama ini Ny. S tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi. Ny. S termasuk kurang mampu. Ny. S sehari-hari bekerja sebagai pengumpul botol-botol yang akan dijual kepada pabrik pengolah plastik. Ny. S tinggal di rumah sempit dan kurang ventilasi. Dari hasil pemeriksaan saat masuk rumah sakit didapatkan data tekanan darah 80/60 mmmHg, nadi 100 kali/menit, suhu 37 derajat Celcius, pernafasan 25 kali/menit, dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 10 gr/dl, Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000 ul, dan albumin diperiksa dengan hasil 3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan adanya TB paru.

Proses keperawatan menurut teori Watson untuk kasus Ny. S adalah :PengkajianMeliputi observasi, identifikasi, dan review masalah; menggunakan pengetahuan dari literature yang dapat diterapkan, melibatkan pengetahuan konseptual untuk pembentukan dan konseptualisasi kerangka kerja yang digunakan untuk memandang dan mengkaji masalah dan pengkajian juga meliputi pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam memecahkan masalah Watson (1979) dalam Julia (1995) menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji oleh perawat yaitu: biofisik, psikofisik, psikososial, dan intrapersonal.Pengkajian pada kasus Ny. S sesuai dengan teori Watson berdasarkan 4 derajat kebutuhan manusia yakni :1. Kebutuhan derajat lebih rendah (Biofisik) mencakup : Kebutuhan makanan & cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan ventilasiDari hasil pengkajian pada kasus Ny. S kebutuhan biofisik adalah : Ny. S. Mengalami Sesak nafas dan batuk-batuk berdahak saat sedang mencuci pakaian di depan rumahnya. Ny. S tampak kurus, kulit kering, badan lemah dan muka pucat. tinggal di rumah sempit dan kurang ventilasi, Dari hasil pemeriksaan saat masuk rumah sakit didapatkan data tekanan darah 80/60 mmmHg, nadi 100 kali/menit, suhu 37 derajat Celcius, pernafasan 25 kali/menit, dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 10 gr/dl, Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000 ul, dan albumin diperiksa dengan hasil 3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan adanya TB paru.2. Kebutuhan derajat lebih rendah (Psikofisik) mencakup : Kebutuhan aktifitas & istirahat, kebutuhan seksualitasHasil pengkajian kebutuhan psikofisik pada Ny. S adalah : Badan lemah, bekerja sebagai pengumpul botol-botol yang akan dijual kepada pabrik pengolah plastik, tinggal sendiri, tidak punya keluarga lagi. Pada kebutuhan ini menggambarkan kebutuhan fungsional dari diri klien meliputi kebutuhan aktifitas-inaktifitas dan kebutuhan seksualitas. Pengkajian yang perlu dilakukan pada bagian ini meliputi pandangan klien terhadap citra dirinya, apakah klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai dengan usianya. Bagaimana pandangan dan kondisi kehidupan seksualitas klien

3. Kebutuhan derajat lebih tinggi (Psikososial) mencakup : Kebutuhan berprestasi, kebutuhan berorganisasiHasil pengkajian yang dilakukan kebutuhan psikososial : Para pengantar mengatakan selama ini Ny. S tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi. Perawat yang bertugas merawat klien diatas perlu mengkaji apakah hubungan klien dengan rekan seusianya memuaskan, apakah sesak nafas yang dialami menghambat hidupnya. Selain itu apakah lingkungan sekitarnya memfasilitasi dirinya untuk menjalani hidup dan mencapai tujuan serta dapat bergabung dengan lingkungan itu. Perlu juga dikaji apakah klien merasa dapat mencintai dan dicintai.

4. Kebutuhan derajat lebih tinggi(Intrapersonal) mencakup : Kebutuhan aktualisasi diriHasil pengkajian Intrapersonal pada kasus Ny. S adalah : Para pengantar mengatakan selama ini Ny. S tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi. Ny. S termasuk kurang mampu.Pada pengkajian kebutuhan derajat yang tertinggi menurut Watson yaitu kebutuhan aktualisasi diri perawat perlu mengkaji bagaimana perasaan klien terhadap dirinya, apakah klien menyukai dunia yang dijalaninya, dan apakah klien telah merasa mencapai tujuan dirinya. Pada intinya pengkajian bagian ini ingin melihat sejauh mana klien memandang dirinya telah atau belum mencapai aktualisasi diri dalam hidupnya. Pada kasus diatas klien termasuk usia lansia yang mungkin memiliki pandangan aktualisasi diri yang berbeda dengan klien yang lebih mudaDiagnosa Keperawatan :Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekresi meningkat yang ditandai dengan klien sesak nafas dan batuk-batuk berdahak, tinggal di rumah sempit dan kurang ventilasi dan hasil rontgen dada menunjukkan adanya TB paru.Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan metabolisme meningkat berhubungan dengan tampak kurus, kulit kering, badan lemah dan muka pucat dan dan albumin diperiksa dengan hasil 3 gr/dl.

Perencanaan dan ImplementasiPerencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable-variabel akan diteliti atau diukur, meliputi suatu pendekatan konseptual atau design untuk memecahan masalah yang mengacu pada asuhan keperawatan serta meliputi penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada siapa dan bagaimana data akan dikumpulkanPerencanaan dan Implementasi pada kasus Ny. S berdasarkan 10 faktor karatif yakni :1. Formasi sistem nilai-nilai humanistik-altruistik :Menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman untuk klien, menempatkan pasien ditempat tidur, melakukan pengkajian mengenai bio-psikososial dan spiritual contoh jalan nafas,dan segera melakukan tindakan keperawatan seperti mengatur posisi tidur setengah duduk/ sesuai kebutuhan klien; memasang oksigen dan melakukan nebulizer sesuai hasil kolaborasi dokter.

2. Penanaman keyakinan-harapan (Faith-hope)Membina hubungan saling percaya, memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya, memberikan kesempatan pada klien mengutarakan apa yang klien lakukan saat mengalami kasus seperti yang dialami saat ini, mengajarkan pasien untuk batuk efektif, memberikan kesempatan klien untuk melakukan batuk efektif, menanyakan kepada klien apa yang dirasakan setelah melakukan batuk efektif, dan memotivasi klien untuk melakukan batuk efektif saat dibutuhkan.3. Pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lainMenolong pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, melakukan tindakan segera sesuai dengan respon klien

4. Membangun hubungan tolong menolong-kepercayaanMembina hubungan saling percaya, memberikan kesempatan pada klien untukmengkapkan perasaannya, mendengarkan dengan penuh perhatian keluhan pasien, menciptakan komunikasi terbuka, membuat kontrak waktu dengan klien setiap melakukan tindakan keperawatan

5. Peningkatan dan penerimaan ekspresi positif dan negatifMemberikan wadah kepada klien saat klien batuk, memasang oksigen saat sesak, memberikan makan pada waktu makan, mendengarkan dengan penuh perhatian saat klien mengeluh dan menjawabnya sesuai dengan kebutuhan

6. Penggunaan secara sistematik metode ilmiah problem solving dalam pengambilan keputusanMengkaji fungsi respirasi, seperti suara nafas, rate, irama, kedalaman dan penggunaan otot pernafasan, kemampuan batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis, mengatur posisi posisi semi fowler dan nyaman, motivasi klien untuk mengeluarkan sekret saat batuk, memberikan wadah saat batuk, melakukan fisioterapi dada sesuai indikasi, melakukan suction jika perlu, pertahankan intake cairan 2500 ml/hari sesuai kebutuhan, melakukan kolaborasi untuk pemasangan oksigen, berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti mukolitik, bronkodilator, siapkan atau bantu dengan intubasi darurat untuk masalah pernafasan, sedangkan untuk masalah nutrisi memberikan makan sedikit tapi sering dan sesuai dengan program gizi, memperhatikan intake makanan, menganjurkan untuk menghindari makanan yang merangsang batuk, mengontrol kadar albumin, Hb, protein sesuai dengan kolaborasi dokter.7. Peningkatan pengajaran-pengajaran antar personalMelibatkan klien dalam perencanaan tindakan, melakukan edukasi untuk mengatasi masalah pernafasan dan masalah nutrisi, mengajarkan tehnik batuk yang efektif, mengajarkan klien bagaimana menghadapi konflik atau masalah

8. Tersedianya mental suportif, protektif atau korelatif, lingkungan fisik, sosiokultural dan spiritualMenciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien, baik secara fisik, psikis, sosial dan spiritual memfasilitasi hubungan dengan masyarakat dengan meningkatkan otonomi, mendorong klien mengkaji interaksi sosialnya dan mengembangkan kepuasan diri.

9. Bantuan dengan pemuasan kebutuhan-kebutuhan manusia ( Human needs essistance)Melakukan tindakan keperawatan dengan penuh perhatian, tanggung jawab dan perasaan senang10. Kelonggaran kekuatan-kekuatan eksistensial-fenomenologis.Memolong klien untuk menghadapi kehidupan

Evaluasi Merupakan metoda dan proses untuk menganalisa data, juga untuk meneliti efek dari intervensi berdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil, tingkat dimana suatu tujuan yang positif tercapai, dan apakah hasil tersebut dapat digeneralisasikan.Apakah hubungan saling percaya telah tercapai? Apakah Ny. S telah menunjukkan tanda-tanda normal dalam area yang dikaji, biofisik, psikofisik, psikososial, intrapersonal? Apakah Ny. S telah belajar usaha untuk dapat menjalani hidup dengan sukses? Kriteria evaluasi, jalan nafas paten, sekret dikeluarkan tanpa bantuan, menunjukkan perilaku mempertahankan jalan nafas yang bersih, berpartisipasi dalam perawatan sesuai kemampuan, mengidentifikasi komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat.Analisis dan mengkritisi teori/ Model Konsep Keperawatan yang dirancang dalam situasi praktik keperawatanPenerapan teori Watson pada proses asuhan keperawatan lebih menekankan caring. Watson percaya caring adalah inti dari praktik keperawatan. Selain itu Watson juga menekankan bahwa praktik perawat yang professional adalah praktik yang menggabungkan ilmu, seni, nilai kemanusiaan dan human care. Pada penerapan teori Watson pada kasus diatas semua faktor ini berusaha untuk digabungkan dan diselaraskan dalam bentuk proses keperawatan yang holistik.Pada pengkajian terdapat empat derajat kebutuhan yang digunakan dalam teori Watson. Pada kasus diatas, untuk kebutuhan derajat lebih rendah berupa kebutuhan biofisik, kebutuhan psikofisik, psikososial, dan kebutuhan derajat yang lebih tinggi ( intrapersonal). Dari keempat kebutuhan yang perlu dikaji menurut watson, penting perawat memiliki pengetahuan yang tinggi untuk mampu menganalisis setiap kebutuhan klien. Perawat harus memahami bahwa hubungan perawat-klien yang saling percaya dan membantu perlu dikembangkan sejak kontak awal dengan klien. Perawat harus menujukkan sikap caring sedini mungkin kepada klien. pada kasus diatas klien adalah lansia, sehingga perawat perlu memahami konsep dasar tentang lansia dan kondisinya supaya dapat melakukan pengkajan dengan lancar dan tepat. Juga perlu dikaji keterbatasan klien dalam melakukan aktifitas sesuai usianya, apa yang telah dan dapat dilakukannya dan apa yang belum atau tidak dapat dilakukannya. Menurut Watson, setelah dilakukan pengkajian kemudian dibuat perencanaan dan dilakukan implementasi dari rencana yang telah dibuat. Hasil pengkajian dianalisa untuk kemudian dibuat perencanaan yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dari hasil pengkajian menyeluruh terhadap klien pada kasus diatas yaitu Ny. S dapat dirumuskan salah satu diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi lendir meningkat. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, kemudian disusun rencana asuhan keperawatan. Pada kasus ini, rencana asuhan keperawatan dikombinasikan antara rencana tindakan berdasarkan teori Watson yang lebih menekankan pada aspek psikologis dan rencana tindakan yang lebih menekankan pada biofisik. Untuk dapat menerapkan teori Watson dengan efektif dan tepat, sepuluh faktor karatif dan asumsi Watson terhadap caring perlu menjadi landasan yang kuat dalam impelementasi rencana asuhan keperawatan tersebut. Rincian rencana keperawatan seperti yang telah dijabarkan pada proses keperawatan pada kasus tersebut. Setelah rencana tindakan diimplementasikan kemudian dilakukan evaluasi terhadap hasil implementasi yang dilakukan perawat tersebut. Untuk mengevaluasi ditetapkan kriteria evalusi dan hal-hal apa saja yang akan dievalusi. Hasil evalusi selanjutnya akan dijadikan masukan untuk membuat perencanaan berikutnya. Dari hasil evaluasi ini bisa saja timbul rencana baru atau melanjutkan rencana sebelumnya. Ini tergantung hasil evaluasi yang dilakukan perawat. Hal penting yang perlu dipahamai dalam menerapkan teori Watson dalam praktik keperawatan di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain adalah perlunya kerjasama dari berbagai unsur dalam insitusi tersebut. Misalnya dalam membuat formulir pengkajian, perencanaan dan implementasi dan evaluasi harus disesuaikan dengan yang dipaparkan dalam teori Watson. Untuk itu perlu diskusi dan persamaan persepsi tentang cara mengaplikasikan teori ini. Selain itu, seperti yang telah disampaikan sebelumnya, sebaiknya penerapan teori ini juga dikombinasikan atau dimodifikasi dengan teori lain sehingga akan menghasilkan bentuk aplikasi teori dalam praktik keperawatan yang lebih komprehensif dan saling mengisi dan melengkapi kekurangan dari teori yang digunakan. Teori Watson ini lebih menekankan pada aspek psikologis karena Watson memiliki latar belakang pendidikan yang lebih kuat pada bidang keperawatan psikologis-mental sehingga jika teorinya lebih menekankan pada aspek psikologis keperawatan. Oleh karena itu perawat harus membiasakan diri untuk berdiskusi bersama rekan sejawat dan bila perlu melibatkan para pakar untuk menentukan teori apa yang baik dan sesuai untuk diterapkan, sesuai dengan kondisi dan situasi institusi pelayanan tempat perawat tersebut bekerja.Kekuatan hasil kerja Watson terletak pada tidak hanya membantu memberi kualitas perawatan yang klien seharusnya terima tapi juga memberi perawatan yang memuaskan bagi jiwa untuk beberapa perawat. Karena ilmu keperawatan bergerak dari biofisik melalui intrapersonal, masing-masing perawat menjadi partisipan aktif dalam memberikan pelayanan untuk mencapai aktualisasi diri klien dan diri perawat. Batasan mungkin menjadi isu yang sama. Hospitalisasi, lama dirawat, kemajuan teknologi, membuat perawatan yang berkualitas dianggap tidak mungkin diberikan di rumah sakit. Struktur birokraktik tidak dikenal untuk perhatian mereka terhadap sesuatu diluar rasio untung-rugi. Reward dari dalam hanya untuk sebuah kerja yang teratur, bukan untuk inti keperawatan yang dilakukan, sering menempatkan praktisi dalam posisi yang tidak dapat dipertahankan. Perawat yang berada pada posisi struktural birokratik berfokus pada penyelesaian tugas, apakah struktur di rumah sakit, departemen kesehatan, perkumpulan perawat, atau tempat lain adalah subjek keterbatasan teori Watson. Meskipun Watson mengakui kebutuhan biofisik dalam keperawatan, namun area ini mendapat perhatian yang sedikit dalam tulisannya. Sepuluh faktor karatif terutama hanya merencanakan kebutuhan psikososial (George, 1995).

Kesimpulan dan Saran1. Kesimpulan :Pada dasarnya semua teori keperawatan yang telah diciptakan oleh para pakar keperawatan adalah hasil yang baik karena telah melalui tahap-tahap metode ilmiah yang sistematis. Teori yang dihasilkan juga telah melaui suatu proses panjang untuk dapat diakui oleh komunitas keperawatan di seluruh dunia sebagai bagian dari teori keperawatan. Hal yang perlu dilakukan oleh komunitas perawat terutama perawat di Indonesia adalah terus berusaha menerapkan teori yang telah ada dalam praktik keperawatan. Praktik keperawatan yang baik dan professional hanya praktik yang didasarkan pada nilai-nilai perawat professional yang salah satunya tercermin dalam teori keperawatan. Untuk itu salah satu cara meningkatkan kualitas pelayanan atau asuhan keperawatan adalah dengan menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori keperawatan, bukan praktik yang berdasarkan perintah atau order dokter, atau praktik keperawatan yang hanya berdasarkan rutinitas semata. Inilah yang dinamakan Evidence based practice, yang menjadi salah satu kunci berhasilnya perkembangan keperawatan di luar negeri. Jean Watson telah memberikan salah satu pilihan bagi perawat di Indonesia untuk mulai menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori dengan menciptkan teori yang telah diakui komunitas perawat di dunia, yaitu Philosophy and Science of Caring. Sekarang semua kembali kepada diri perawat sendiri, apakah sudah siap dan mulai berpikir untuk menerapkan teori yang telah ada di instistusinya. Kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk menjadikan praktik keperawatan yang professional dan berkualitas dapat diwujudkan.Melihat besarnya manfaat caring, seharusnya caring tercermin dalam setiap interaksi perawat dan klien, bukan malah dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan dalih beban kerja yang tinggi, atau pengaturan manajemen askep ruangan yg kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan, bukan hanya sebagai pelengkap penderita.

2. Saran :Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang teori keperawatan yang telah ada sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan perawat.Perlu dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari organisasi profesi, institusi pendidikan tinggi keperawatan dan birokrasi agar praktik keperawatan yang berdasarkan teori dapat diwujudkan.Perlu adanya wadah atau forum diskusi bagi perawat di masing-masing institusi pelayanan atau komunitas perawat terdekat untuk bertukar pikiran tentang cara dan bagaimana praktik keperawatan yang berdasarkan teori atau evidence based practice dapat diwujudkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application. Fourth Edition. Mosby: Elsevier

George, Julia B. (1995). Nursing Theories. The Base for Professional Nursing Practice. (4th ed). Connecticut : Appleton & Lange.

Muhlisin & Ichsan (2008). Aplikasi model Konsep caring dari Jean Watson

Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha R. (1998). Nursing Theorists and Their Work. (4th ed). St Louis : Mosby-Year book Inc.

Watson, Jean. (2004). Theory of human caring. Http://www2.uchsc.edu/son/caring.

Role Play ROLE PLAY APLIKASI TEORI J. WATSONKASUS :Ny. S, 70 tahun dilarikan ke sebuah rumah sakit pemerintah oleh para tetangganya karena sesak nafas dan batuk-batuk berdahak saat sedang mencuci pakaian di depan rumahnya. Ny. S tampak kurus, kulit kering, badan lemah dan muka pucat. Para pengantar mengatakan selama ini Ny. S tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi. Ny. S termasuk kurang mampu. Ny. S sehari-hari bekerja sebagai pengumpul botol-botol yang akan dijual kepada pabrik pengolah plastik. Ny. S tinggal di rumah sempit dan kurang ventilasi. Dari hasil pemeriksaan saat masuk rumah sakit didapatkan data tekanan darah 80/60 mmmHg, nadi 100 kali/menit, suhu 37 derajat Celcius, pernafasan 25 kali/menit, dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 10 gr/dl, Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000 ul, dan albumin diperiksa dengan hasil 3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan adanya TB paru.

Aktris/ Aktor :Narator : Zaky S.APerawat K.: ArdhilesPerawat lain: Nurul FitriwatiKlien ( Ny.S): YunitaTetangga: Dudela

Sesi INarator : Kondisi pada Unit Gawat Darurat, semua petugas sibuk melayani pasien, tiba-tiba datanglah seorang pasien yang diantar oleh 3 orang. Pasien dipersilahkan untuk masuk diruang triase dan selanjutnya ditempatkan di ruang medik dan segera ditangani oleh perawat K dan seorang temannya yang sebelumnya perawat K memperkenalkan diri dan temannya. Saat perawat K melakukan pengkajian ABCD terhadap pasien Ny.S. para pengantar ( tetangga Ny. S. ) membantu menjawab. Proses interaksi berjalan perawat K dan seorang temannya sambil melakukan observasi kondisi Ny. S.

Perawat K: Selamat pagi bu, nama saya khadijah teman saya suster Afrida, kami berdua dan salah sedokter akan merawat ibu selama ibu diruangan ini, silahkan berbaring di tempat tidur ini ( sambil ditopang untuk pindah tempat) apa yang ibu rasakan? bagaimana awal mulanya sakit yang dirasakan ibu S. ( pertanyaan ke keluarga )Teman saya akan melakukan pengukuran tekanan darah ibu, denyut jantung ibu sekaligus respirasi ( tidak diberitahukan perhitungan respirasi ), dan suhu badan ibuSambil perawat melakukan observasi tentang kondisi klien.Pasien & Tetangga : Pasien : silahkan suster, saya sangat membutuhkan pertolongannya, badan saya terasa lemah dan sulit untuk bernafas, banyak lendir pada leher dan batuk-batuk. Tetangga : Ibu S. kami antar kesini karena mengalami sesak nafas dan batuk-batuk berdahak saat sedang mencuci pakaian di depan rumahnya .

Sesi IINarator: Setelah perawat K dan temannya melakukan pengkajian ABCD, perawat K dan temannya melakukan tindakan untuk mengatasi masalah ABCD dan dilanjutkan pengkajian kebutuhan biofisik, kebutuhan psikofisik, psikososial, dan kebutuhan derajat yang lebih tinggi ( intrapersonal ) dan melakukan tindakan lebih lanjutPerawat K dan teman : Ibu saya dan teman saya akan mengatur posisi biar nafasnya sedekit lega; kolaborasi dengan dokter dan melakukan tindakan hasil kolaborasi yakni pemasangan oksigen, memberikan, pemasangan infus, pemberian terapi mucolitik dll, pengambilan sampel darah dan rontgen serta melakukan tindakan keperawatan lainnya.Bagaimana makan dan minum ibu dirumah?, Apakah ada masalah dalam hal buang air kecil dan air besar?, Coba ibu ceritakan kondisi rumah ibu, apa pekerjaan ibu sehari-hari?, Bagaimana ibu terhadap diri ibu?, apakah ibu sudah berkeluarga? adakah kegiatan yang dilaksanakan dilingkungan tempat tinggal?, apakah ibu berpartisipasi dalam kegiatan dilingkungan seusia ibu, apakah hubungan ibu dengan teman seusia ibu memuaskan?, apakah sesak nafas yang dialami menghambat hidup ibu? Bagaimana pandangan ibu tentang tetangga atau lingkungan tempat tinggal ibu?, apakah ibu merasa diperhatikan oleh tetangga atau siapapun disekitar ibu?, bagaimana pandangan ibu tentang kehidupan yang ibu jalani?.Saya dan teman saya akan melakukan tindakan lebih lanjut

Pasien & tetangga : Pasien : makan saya tidak teratur, bila ada makanan baru saya makan, bisa 1 x saja makan dalam sehari, buang air kecil dan air besar lancar, tinggal saya sempit, pekerjaan saya hanya mengumpul botol-botol yang akan dijual ke pabrik pengelolah plastik, saya jalani hidup ini dengan sendiri, dan sangat menderita, apalagi sudah tua begini, cari makan sendiri, sakit hanya tetangga yang membantu, untung tetangganya baik-baik, saya pernah berkeluarga tapi sudah tidak ada lagi, saya biasa ikut pengajian ibu-ibu, di tempat tinggal saya, kami saling menolong satu sama lain, jadi saya sangat bersyukur sekali, apalagi kondisi saya seperti ini nafas saja sudah tidak kuat apalagi kerja, tetanggalah yang menolong, hidup saya sangat menderita, tapi apa boleh buat saya harus jalani. Tetangga : tempat tinggalnya dirumah sendiri tapi sangat kecil dan kurang ventilasi, ibu S tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi, ibu S sangat baik dengan tetangga dan ramah, ikut terlibat dalam pengajian ibu-ibu, tapi akhir-akhir ini jarang-jarang ikut karena sering sakit-sakitan.Hasil observasi :Pasien dan tetangga berpartisipasi setiap interview dan tindakan yang dilakukan. Ny. S tampak kurus, kulit kering, badan lemah dan muka pucat., Dari hasil pemeriksaan saat masuk rumah sakit didapatkan data tekanan darah 80/60 mmmHg, nadi 100 kali/menit, suhu 37 derajat Celcius, pernafasan 25 kali/menit, dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 10 gr/dl, Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000 ul, dan albumin diperiksa dengan hasil 3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan adanya TB paru.

Sesi IIINarator : Setelah tindakan semua dilakukan dan kondisi Ny. S. Stabil, perawat melakukan kontrak waktu dengan klien dan penungguinya setelah itu meninggalkan pasien sambil melakukan observasiPerawt K dan teman : Bagaimana kondisi ibu, alhamdulillah kalau ibu sudah merasa lebih baik. Baiklah ibu saya tinggalkan sebentar sambil melihat pasien lain, jika ibu butuh pertolongan panggil saya di meja depan atau bila saya dengan pasienPasien & tetangga :Baik sus, terima kasih atas bantuan