Upload
ichsan-arshady-m
View
203
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Teori Proses Dan Aplikasi
Diajukan untuk melengkapi Program Perkuliahan S1
Oleh:
M. Ichsan Arshady 064010150Rezi Adriadi 064010108Ardiatma Budiman 064010109Iqbal Tawaka 054010074Jurida 064010296
JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASUNDANBANDUNG
2010
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan. Makalah ini disususun untuk
memenuhi salah satu kelulusan mata kuliah Perilaku Organisasi pada Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung yang berjudul “TEORI PROSES dan
APLIKASI”.
Dalam menyelesaikan laporan kuliah Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih kepada Ibu dan Bapak selaku kedua orang tua
yang telah memberikan do’a yang tulus, serta motivasi baik moril maupun materil.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kuliah ini, masih banyak
kekurangan, maka untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan laporan kuliah ini, dan penulis berharap semoga laporan kuliah praktek kerja ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amien.
Wassallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
September 2010, Bandung
Penyusun
1. PERILAKU KEORGANISASIAN
A. Pengertian Organisasi
Money (1974): organisasi adalah bentuk perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan
bersama.
Davis (1951): organisasi adalah sesuatu kelompok orang-orang yang sedang bekerja ke arah
tujuan bersama di bawah kepemimpinan.
Millet (1954): organisasi adalah orang-orang yang bekerjasama dan mengandung ciri-ciri
hubungan-hubungan manusia yang timbul dalam aktivitas kelompok.
Grifith (1959):organisasi adalah seluruh orangorang yang melaksanakan fungsi-fungsi yang
berbeda tetapi saling berhubungan dan dikoordinasikan agar supaya sebuah tugas atau lebih dapat
diselesaikan.
Massie (1964): organisasi merupakan struktur dan proses kelompok orang yang bekerjasama
yang membagi tugas-tugasnya diantara para anggota, menetapkan hubungan, dan menyatukan
aktivitasaktivitasnya ke arah tujuan bersama.
What does organization
mean?
Sekumpulan orang.
Berinteraksi/Bekerjasama.
Tujuan bersama.
Koordinasi.
B. Unsur-Unsur Organisasi
1. Organisasi memiliki anggota. Anggota merupakan asset terbesar yang dimiliki oleh suatu
organisasi atau institusi.
2. Terdapat pola hubungan. Pola hubungan berupa aturan-aturan, nilai-nilai yang berlaku dalam
berinteraksi antara anggota satu dengan lainnya.
3. Organisasi selalu berada dalam kontekas lingkungan. Organisasi akan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya (termasuk outputnya).
4. Organisasi memiliki tujuan. Tujuan menjadi acuan dalam melakukan aktivitas bersama.
5. Pemanfaatan teknologi. Teknologi merupakan sarana bantu yang dapat mepercepat atau
memperlancar berjalannya proses-proses yang berlangsung dalam organisasi.
C. Asas-asas Organisasi
1. Tujuan organisasi harus dirumuskan dengan jelas. Tujuan ini yang akan memandu setiap orang
dalam organisasi. Semakin jelas tujuan yang akan diraih maka semakin mudah pula organisasi
menentukan langkah yang tepat.
2. Departemenisasi. Penyusunan bagian-bagian yang akan menjalankan tugas-tugas sesuai bidang
tertentu. Dapat dilakukan dengan mengelompokkan tugas-tugas sejenis.
3. Pembagian kerja. Setelah dilakukan departemenisasi perlu pengisian aktifitas kerja sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
4. Koordinasi. Koordinasi dimaksudkan untuk mencapai keselarasan dalam organisasi.
5. Pelimpahan wewenang. Pelimpahan kewenangan dari pejabat yang lebih tinggi ke pejabat yang
lebih rendah atau antar pejabat yang setara.
6. Rentang kendali (span of control). Merupakan jumlah bawahan yang dipimpin dengan baik oleh
seorang pemimpin di atasnya.
7. Jenjang organisasi/hiraki. Menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan yang perlu dilewati dalam
menentukan sebuah keputusan.
8. Kesatuan perintah. Masing-masing pejabat dalam hirarki yang berlaku hanya bertanggungjawab
kepada satu atasan tertentu dan hanya menerima perintah darinya.
9. Fleksibilitas. Organisasi semestinya menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Perubahan
tersebut antara lain mencakup revisi tujuan, teknologi, SDM yang spesialis, dll.
10. Berkesinambungan. Organisasi setelah dibentuk diharapkan terus beroperasi dan memenuhi
kebutuhan stakeholders-nya.
11. Keseimbangan. Bagian atau satuan dalam organisasi yang memiliki peran yang sama pentingnya
harus ditempatkan pada level yang sama pula.
D. Jenis Organisasi
Menurut Blau dan Scott:
1. Organisasi saling menguntungkan,
2. Organsiasi perusahaan,
3. Organisasi pengabdian,
4. Organisasi pemerintah
Herbeert Hicks:
1. Organisasi formal:mempunyai struktur yang dinyatakan dengan baik yang dapat menggambarkan
hubungan wewenang, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawab,
2. Organisasi informal:disusun secara bebas, flexible, tak pasti, dan spontan.
Talcot Parson:
1. Organisasi ekonomi,
2. Organsasi politik,
3. Organisasi integratif,
4. Organisasi pemeliharaan.
Jenis Organisasi Menurut Parson.
1. Organisasi ekonomi: organisasi yang melakukan aktivitas memproduksi dan mendistribusikan
barang dan jasa.
2. Organisasi politik: organisasi yang melakukan aktivitas utama untuk mencapai pembagian
kekuasaan dalam masyarakat
3. Organisasi integratif: organisasi yang melakukan aktivitas guna memberikan pelayanan social
kepada masyarakat.
4. Organisasi pemeliharaan: organisasi yang melakukan aktivitas memelihara kebudayaan,
pendidikan dan kesenian.
2. Teori Perilaku dan Efektifitas Organisasi
Beberapa Teori Organisasi :
4 Prinsip scientific manajemen (Fayol) dalam pengembangan organisasi:
1. Penggantian metode pekerjaan secara ilmiah,
2. Selekasi dan pelatihan secara ilmiah,
3. Kerjasama antara manajemen dan pekerja dilakukan dengan metode ilmiah,
4. Pembagian tanggung jawab yang merata.
Max Weber : model struktural sebagai alat yang efisien bagi organisasi : adanya pembagian kerja, hirarki
wewenang yang jelas, prosedur seleksi formal, peraturan rinci, hubungan formal.
1. Organisasi modern/contemporary cenderung memakai pendekatan dan metode ilmiah dan
penggunaan teknologi.
2. Contoh: banyak corporasi besar yang awalnya dikelola kekeluargaan karena semakin banyak
persaingan lalu dikelola secara professional:
a) Toyota Company mengganti managing director-nya dengan orang profesional,
b) Bakri Brothers.
3. Organisasi tradisional dengan anggota sedikit masih mungkin dikelola secara tradisional dan
ikatan hubungan social.
Doglas McGregor: Teori X--Teori Y
(Manusia perlu dipertahankan pada suatu tingkat keseimbangan).
Teori X
Pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan/berusaha menghindarinya.
Sehingga harus pegawai perlu untuk dikendalikan/dipaksa/ancaman hukuman.
Pegawai cenderung mengelak tanggung jawab/mencari pengarahan formal.
Pegawai cenderung mencari rasa aman, sedikit ambisi.
Doglas McGregor: Teori X--Teori Y
Teori Y
Pegawai melihat pekerjaan seperti hal-hal biasa (beristirahat, bermain).
Menentukan arahnya sendiri, mengendalikan diri dan merasa terikat dengan tujuan.
Kreatifitas, kemampuan untuk berinisiatif, mengambil keputusan untuk kemajuan organisasi.
Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi: merupakan penelaahaan perilaku, sikap dan prestasi manusia/individu dalam
suatu kerangka organisasi.
Menggunakan teori, metode, prinisp berbagai disiplin ilmu: psikologi, sosiologi, antropologi
budaya, dll.
Hal yang dipelajari: persepsi, nilai-nilai, kapasitas belajar, tindakan individu ketika bekerja di
dalam kelompok/organisasi.
Efektivitas Organisasi
Organisasi perlu diukur kinerja/performance-nya dengan konsep:
(1) efisiensi dan
(2) efektifitas.
Efisiensi: melakukan pekerjaan dengan benar (doing thing right)/mengacu pada ukuran
penggunaan sumberdaya yang langka.
Efektifitas: melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things)penilaian berkaitan dengan
prestasi individu, kelompok dan organisasi.
Tiga macam perspektif kefeketifan organisasi :
A. Kefektifan individu, proses evaluasi kinerja individu secara rutin, dijadikan dasar bagi promosi,
kenaikan gaji, dll.
Sebab keefektifan individu: kemampuan, keahlian, pengetahuan, sikap, motivasi, stress
B. Keefektifan kelompok.: kontribusi individu bagi kelompok.
Sebab keefektifan kel: kepaduan, kepemimpinan, struktur, status, peranan dan norma-norma
C. Keefektifan organisasi: akumulasi individu dan kefektifan kelompok.
Sebab keefektifan organisasi: lingkungan, teknologi, pilihan strategis, struktur, proses,
kebudayaan.
Manajemen Perilaku
1. Strategi Media Visual untuk menunjang kemampuan berkomunikasi dan sosial.
2. Ciptakan lingkungan (belajar) yang lebih terstruktur.
3. Instruksi langsung yang positif dan asertif untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan.
4. Tetapkan batasan/aturan.
5. Penguat perilaku
1. Strategi Media Visual
Individu ASD memiliki masalah dengan kemampuan KOMUNIKASI dan SOSIAL. Masalah
perilaku sering kali timbul karena mereka memiliki masalah dalam memproses dan memahami informasi
atau kejadian sosial atau menyampaikan apa yang diinginkan.
Gunakan media VISUAL untuk membantu individu memahami pesan, suatu kejadian,
mengutarakan keinginan, perasaan memahami suatu konsep . pesan, kejadian, keinginan,
perasaan, konsep.
2. Lingkungan yang terstruktur
- Lingkungan fisik yang terstruktur;
- Ciptakan rutin;
- Gunakan media visual;
- Jadwal.
3. Instruksi langsung yang positif dan
Asertif
- Hargaiiindividu yang andaaajakbbicara(mengejek, menjelek-jelekan individu)
- Tenang dan terkendali.
- Dekati individu
- Dapatkanpperhatianiindividutterlebih dahulu
- Tegasddankkonsisten(bukan galak-galak)
- Gunakan kalimat positif (hindari kata “jangan” atau bukan kalimat Tanya.
- Jangan member pertanyaan yang tidak dapatd didijawab oleh si individu.
- Kalimat yang yang spesifik namun tidak rumit
- “Ya” tehnik
- Jangan terjebak dalam argumentasi anak
- TehnikTehnik““KasetKasetrusakrusak””
- Katakan sesuatu yang mungkin dilakukan (hindari ancaman)
4. Tetapkan batasan/aturan
- Sedapat mungkin melibatkan individu
- Perilaku yang diharapkan haruslah tertulis/tergambar dengan jelas disesuaikan dengn kemampuan anak
- Aturan harus spesifik
- Lebih sedikit leih baik.
- Sertakan penguat perilaku/konsekuensi
5. Penguat Perilaku
- Penguat Positif untuk meningkatkan ,perilaku yang diinginkan.i
- Beri perhatian pujian, senyuman, tepukan di bahu, duduk bersama individu. Perilaku.
- Gunakan apa yang disukai stiker, mainan, bersepeda, komputer,dsb..
- Penguat Negatif untuk memunculkan perilaku yang diinginkan.
Teori Harapan (Expectancy)
Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan
yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari
hubungan timbal balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Berapa
besar ia yakin perusahaannya akan memberikan pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan
atas usaha yang dilakukannya itu. Bila keyakinan yang diharapkan cukup besar untuk
memperoleh kepuasannya maka ia akan bekerja keras pula dan sebaliknya (Hasibuan, 1996).
Teori harapan itu didasarkan atas:
a) Harapan (Expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi
karena perilaku. Harapan nol menunjukkan bahwa tidak ada kemungkinan
sesuatu hasil akan muncul sesudah prilaku atau tindakan tertentu dilakukan.
Harapan ini dinyatakan dalam kemungkinan (Probabilitas).
b) Nilai (Valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat
tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu yang bersangkutan. Suatu
hasil mempunyai valensi positif apabila disiplin dan lebih disegani, tetapi
sebaliknya mempunyai valensi negatif jika tidak disiplin dan tidak disegani.
Suatu hasil mempunyai nilai (valensi) nol, jika orang acuh tak acuh untuk
mendapatkannya.
c) Pertautan (instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat
pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua. Victor Vroom
mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar nol dan
minus satu. Hasil valensi minus satu (-1) menunjukkan persepsi bahwa
tercapainya tingkat kedua adalah pasti tanpa hasil tingkat pertama. Dan tidak
mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat pertama (+1) menunjukkan
bahawa hasil tingkat pertama itu perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil
tingkat kedua, karena hal ini menggambarkan suatu gabungan (asosiasi) maka
instrumentality dapat dipikirkan sebagai pertautan (korelasi).
d) Motivasi adalah menilai besarnya dan arahnya semua kekuatan yang
mempengaruhi perilaku individu. Tindakan yang didorong oleh kekuatan yang
paling besar adalah tindakan yang paling mungkin dilakukan.
e) Ability (kemampuan) adalah menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan
pekerjaan. Kemampuan ini mungkin dimanfaatkan sepenuhnya atau mungkin
juga tidak. Kemampuan ini berhubungan erat dengan daya pikir dan daya fisik
yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan pekerjaan.
Prinsip-prinsip teori harapan:
(1) P = F (M x A), Perfomance (P = prestasi) adalah fungsi (F) perkalian
antara motivasi (M) dengan kekuatan dan kemampuan (A).
(2) M = F (V1 x XE), motivasi adalah (F) perkalian antara valensi (V1)
dari setiap perolehan tingkat pertama (V1) dan expectancy (E = harapan)
bahwa perilaku tertentu akan diikuti oleh suatu perolehan tingkat pertama,
jika harapan itu rendah maka motivasinya kecil.
(3) V1 = F (V2 x I), valensi yang berhubungan dengan berbagai macam
perolehan tingkat pertama (V1), merupakan fungsi (F) perkalian antara
jumlah valensiyang melekat pada semua perolehan tingkat kedua (V2) dan
instrumentality (I) atau pertautan antara pencapaian perolehan tingkat
kedua.
Keterangan:
P = Perfomance
M = Motivation
A = Ability
V = Valence/nilai
E = Expectancy
I = Instrumentality
Kritik Terhadap Teori Harapan
Ruang lingkup terhadap teori ini terlalu luas karena komunikasi non-verbal adalah area
yang sangat luas.
Kemungkinan pengujian merupakan kemampuan teori ini untuk dapat dibuktikan
kebenaran atau kesalahannya kenyataannya teori ini hanya sebatas memprediksi respon
terhadap pelanggaran norma-norma suatu hubungan.
Teori Keadilan
Rawls mengemukakan suatu ide dalam bukunya A Theory of Justice bahwa teori
keadilan merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menghasilkan keadilan. Ada prosedur-
prosedur berfikir untuk menghasilkan keadilan.
Teori Rawls didasarkan atas dua prinsip yaitu Ia melihat tentang Equal Right dan juga
Economic Equality. Dalam Equal Right dikatakannya harus diatur dalam tataran leksikal, yaitu
different principles bekerja jika prinsip pertama bekerja atau dengan kata lain prinsip perbedaan
akan bekerja jika basic right tidak ada yang dicabut (tidak ada pelanggaran HAM) dan
meningkatkan ekspektasi mereka yang kurang beruntung. Dalam prinsip Rawls ini ditekankan
harus ada pemenuhan hak dasar sehingga prinsip ketidaksetaraan dapat dijalankan dengan kata
lain ketidaksetaraan secara ekonomi akan valid jik tidak merampas hak dasar manusia.
Bagi Rawls rasionalitas ada 2 bentuk yaitu Instrumental Rationality dimana akal budi
yang menjadi instrument untuk memenuhi kepentingan-kepentingan pribadi dan kedua yaitu
Reasonable, yaitu bukan fungsi dari akal budi praktis dari orang per orang. Hal kedua ini
melekat pada prosedur yang mengawasi orang-orang yang menggunakan akal budi untuk
kepentingan pribadinya untuk mencapai suatu konsep keadilan atau kebaikan yang universal.
Disini terlihat ada suatu prosedur yang menjamin tercapainya kebaikan yang universal, dengan
prosedur yang mengawasi orang per orang ini akan menghasilkan public conception of justice.
Untuk itu Rawls mengemukakan teori bagaimana mencapai public conception, yaitu
harus ada well ordered society (roles by public conception of justice) dan person moral yang
kedunya dijembatani oleh the original position. Bagi Rawls setiap orang itu moral subjek, bebas
menggagas prinsip kebaikan, tetapi bisa bertolak belakang kalau dibiarkan masyarakat tidak
tertata dengan baik. Agar masyarakat tertata dengan baik maka harus melihat the original
position. Bagi Rawls public conception of justice bisa diperoleh dengan original position.
Namun bagi Habermas prosedur yang diciptakan bukan untuk melahirkan prinsip publik tentang
keadilan tetapi tentang etika komunikasi, sehingga muncul prinsip publik tentang keadilan
dengan cara consensus melalui percakapan diruang public atau diskursus.
Ada beberapa basic assumption agar dalam masyarakat bekerja sama dalam kondisi Fair,
pertama, anggota masyarakat tidak memandang tatanan sosial masyarakat tidak berubah.
Masyarakat harus menuju keadilan, sehingga masyarakat terbuka pada perubahan, terutama
perubahan struktur sosial. Kedua, kerjasama dibedakan dengan aktifitas yang terkoordinasi hal
ini dapat dilihat dari :
1. Bentuk kerjasama selalu berpijak pada keadilan sedangkan coordinated activity berpijak
pada efektifitas/ efisiensi
2. Kerjasama (organizing principle) aturan dibuat untuk mengatur anggota-anggotanya
(mengikat, mengatur kepentingan-kepentingan anggota) sedangkan dalam coordinated
activity aturan dibuat untuk kepentingan yang membuat aturan.
3. Dalam kerjasama (organizing principle) harus sah secara publik (harus disepakati oleh
partisipan) sedangkan dalam coordinated activity tidak ada organisasi, aturan tidak harus
sah secara publik.
Ketiga, gagasan kerjasama yang fair mengandaikan kebaikan akan keuntungan partisipan
(partisipan punya gagasan sendiri dan bertemu dengan gagasan lainnya dengan cara rasionalitas)
bukan masing-masing pihak melepaskan kepentingan tapi masing-masing ingin punya
keuntungan yang rasional (karena ingin mendapatkan untung maka ada kerjasama, kalau saling
mengalah tidak akan tercapai kerjasama)
Resiprositas dalam kerjasama yang Fair mempunyai arti bukan meninggalkan
kepentingan pribadi untuk kepentingan bersama dan juga bukan merumuskan aturan berdasarkan
kekinian dan ekspektasinya.
Untuk mencapai Keadilan mengukur keuntungan atau hasil pengukuran keuntungan
bukan bertolak dari orang per porang (particular) tetapi bertolak dari pure procedural of justice.
Ide dari resiprositas adalah ada pada different principles yang mempunyai fungsi untuk
mengijauantahkan ide resiprositas. Prinsip perbedaan merupakan peningkatan kekinian dan
ekspektasi orang yang beruntung harus sama dengan kekinian dan ekspektasi orang yang kurang
beruntung (resiprositas)
Resiprositas bukan merupakan imparsilaitas atau pun win win solution, juga bukan
marxisme yang menekankan pada sama rasa sama rata, atau pun liberalisme yang dilihat sebagai
ideology yang melihat tidak ada kerjasama tapi interaksi (ada equilibrium). Resiprositas bukan
doktrin melainkan sebuah gagasan tentang prosedur untuk memperoleh keadilan yang resiprokal.
Manusia dapat menerima keadilan dengan menganut system kerjasama atau keadilan yang fair.
Rawls percaya bahwa ada kemampuan orang untuk revising. Person moral adalah warga
negara yang sama dalam 2 daya moral. Pertama, membentuk, merevisi, menjalankan gagasan
keuntungan atau keadilan yang rasional untuk kebaikan atau tujuan final. Kedua, daya untuk
memahami, menerapkan dan bertindak pada kesepakatan yang telah dicapai yang mencerminkan
keikhlasan untuk mencapai kepentingan atau keuntungan bersama.
Dalam suatu masyarakat tentunya tidak akan pernah lepas dari banyak ukuran keadilan
yang diturunkan dari doktrin komprehensif yang berbeda-beda baik dari institusi agama, politik,
pendidikan dan lain sebagainya.
Bagi Rawls hal ini mungkin terjadi karena ia percaya kepelbagaian komprehensif itu
merupakan corak dari rezim demokratis. Rezim demokrasi itu sangat dimungkinkan adanya
banyak doktrin-doktrin komprehensif yang saling berkompetisi dan berkontesasi satu dengan
yang lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh beberap fakta umum, yaitu
1. Fakta umum tentang kemajemukan doktrin kemprehensif yang merupakan fakta adanya
satu budaya rezim demokratis.
2. Fakta umum kedua yaitu kesetiaan pada satu atau singular doktrin komprehensif hanya
bisa dipertahankan oleh kekuasaan koersif Negara. Ketinggalan doktrin hanya bias
dipertahankan oleh kekuatan koersif Negara yang nantinya dapat memancing munculnya
kekuatan-kekuatan anti doktrin tunggal.
3. Fakta umum ketiga adalah rezim demokratis yang relative stabil mesti didukung secara
sukarela dan bebas oleh warga Negara yang secara politik aktif. Konsepsi public tentang
keadilan harus didukung dari dalam bangunan doktrik komprehensif yang berbeda-beda.
4. Fakta umum keempat, sebuah kultur masyarakat demokratis yang baik yang secara lama
dengan kultur yang semakin mengakar dan mengurat, bisa dieksplisitkan gagasan yang
fundamental seperti kesepakatan yang tidak reasonable dimana semakin matang
demokrasi suatu Negara makan semakin reasonable ketidaksepakatan yang terjadi. Atau
bisa terjadi resistensi terhadap doktrin tunggal dan social cooperation muncul.
Karena itu Overlapping consensus dapat terjadi yang mengisyaratkan adanya reasonable
disagreement, sehingga tercapai kesepakatan secara minimal tentang konsep public tentang
keadilan dan konsep publik tentang keadilan dapat dicapai jika ada banyak doktrin keadilan yang
sifatnya reasonable (reasonable disagreement).
Menurut Rawls mengapa reasonable disagreement sampai terjadi atau tidak bisa dihindari,
karena :
1. Antara dua klaim yang bertentangan, bukti empiris yang ilmiah bisa bertentangan dan
kompleks sehingga sulit untuk di evaluasi.
2. Meskipun ada kesepakatan tentang hal yang dipertimbangkan bisa ada perbedaan tentang
bobotnya sehingga bisa tidak dicapai kesepakatan.
3. Konsep-konsep yang dimiliki ambigu sehingga masih bersandar pada keputusan terhadap
intepretasi bukan pada fakta keras (hard facts). Fakta-fakta keras belum bisa menunjang
satu keputusan yang truly scientific (setiap orang memiliki interpretasi masing-masing)
4. Cara orang menimbang dan evaluasi putusan dibentuk oleh sejarah, pengalaman yang
berbeda-beda.
5. Masing-masing kelompok punya ruang nilai yang berbeda-beda.
Reasonable disagreement sifatnya permanent dalam masyarakat demokratis, sehingga Rawls
menawarkan ada 2 penyelesaian, yaitu :
1. Koersif dimana yang dominant diberlakukan (terdapat doktrin tunggal)
2. Secara procedural kelompok-kelompok yang ada masuk dalam original position lalu
memilih konsep tentang keadilan dengan kata lain disini ada hal mmbatasi sekaligus
memfasilitasi doktrin-doktrin keadilan yang berbeda itu bias beririsan sehingga dapat
tercapai konsep public tentang keadilan. (procedural of justice yang mengusung fairness)
Situasi yang ingin dicapai oleh Rawls adalah kondisi highest ordered interest yang akan
tercapai apabila tercipta pula public conception of justice, dimana ada keinginan bahwa interest
masyarakat tidak diatur oleh interest kelompok maka ada langkah-langkah yang Rawls sebut
sebagai the Reasonable. Maka dapat dikatakan bahwa the highest ordered interest mempunyai
hubungan erat dengan public conception of justice.
Rawls mempunyai hipotesa bahwa kalau semua orang diletakkan pada original position,
ditutup dari klaim-klaim yang mereka anut (termasuk doktrin tentang kebaikan, moral, agama
dan lain-lain) mereka akan memilih the highest ordered interest, mereka tidak mungkin memilih
higher ordered interest karena mereka tidak tahu tentang interest mereka.
Setiap manusia menurut Rawls selalu mengejar kepentingan mereka yang beragam (multy
purpose goods). Mereka bisa mengejar kepentingan apapun karena mereka memilih primery
goods. Bagi Rawls primary goods tidak akan terlepas dari beberapa konsep dibawah ini yaitu:
1. Kebebasan dasar, memungkinkan perkembangan dan pelaksanaan prinsip keadilan di
dalam kondisi sosial yang bebas.
2. Kebebasan bergerak dan pilihan bebas akan pekerjaan berlatarkan pelbagai peluang yang
ada.
3. Kekuasaan dan prerogatif pada jabatan publik yang akuntabel diperlukan untuk memberi
ruang bagi kapasitas swa-regulasi dan kapasitas sosial dari diri.
4. Income, untuk mencapai tujuan apapun pasti membutuhkan biaya
5. The social basis of self-respect, setiap orang pasti mempunyai rasa kelayakan.
Pada original position otonomi individu berdasarkan pada pilihan rasional manusia tidak
dibimbing dari prinsip-prinsip kebikan dan keadilan yang independen dari prosedur serta
berdasarkan pada dorongan kepentingan tertinggi (the highest ordered interest) dan didorong
oleh tujuan final yang tidak pasti (belum tahu apa) sehingga mereka memilih primary goods
untuk mencapai tujuan final.
Posisi asali merupakan instrument of representation yaiu suatu representasi dari pihak-
pihak yang sepakat untuk mencapai keadilan. Untuk menjamin kemurnian dari prosedur dan fair-
nya kesepakatan maka dalam prosedurnya harus tidak ada pengaruh individu atau kelompok.
Posisi asali lebih pada posisi hipotetis dan non histories yang menempatkan semua pihak
pada the veil of ignorance (tabir ketidaktahuan)
Posisi asali disebut hipotetis karena apa yang akan disepakati bukan apa yang sudah
disepakati. Tidak seperti Kaum utilitarian berpendapat yang adil adalah yang memaksimalkan
keuntungan sosial. Dalam posisi asali yang disepakati adalah kesepakatan. Posisi asali disebut
non histories karena tidak pernah ditemukan dalam periode sejarah tertentu, bukan kondisi riil
dari sejarah.
Tabir ketidaktahuan adalah kondisi dimana semua pihak tidak punya pengetahuan tentang
posisi sosial dan doktrin tertentu (tidak tahu tentang ras, etnis, seks dan kekuatan alamiah
lainnya, termasuk talenta, intelegensia). Setiap orang dalam tabir ketidaktahuan manusia
berusaha menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan untuk menciptakan atau melahirkan
public conception of justice sehingga ada jaminan untuk mendapatkan hak dan melakukan
kewajiban.
Dalam prinsip posisi asali ini orang selalu mempersiapkan diri mereka pada posisi yang
tidak beruntung (ingat 2 kekuatan moral). Untuk memaksimalkan pilihan-pilihan dari kondisi
terburuk ini ada beberapa syarat diantaranya:
Pihak-pihak tidak memiliki dasar yang kuat (nirprobabiliti) untuk memperkirakan
kemungkinan situasi sosial yang mempengaruhi posisi fundamental seseorang.
Pihak-pihak hanya dimungkinkan mengevaluasi berbagai posisi asali dari hasil yang
terburuk, pihak-pihak tersebut tidak terfokus lebih dari hasil yang terburuk, mengadopsi
hasil terbaik dari hasil terburuk lainnya, tidak mempunyai harapan lebih.
Alternatif-alternatif lain harus berada secara signifikan dibawah level of guarantee.
Robert Nozick: Kritik terhadap Rawls
Secara garis besar perbedaan antara Rawls dan Nozick ada pada 3 bidang yaitu pertama
tentang moral principles. Nozik menekankan pada self ownership, dimana segara sumber daya
yang dimiliki individu adalah hak sepenuhnya bagi individu itu termasuk apa yang dihasilkan
dari sumber daya yang ia miliki. Rawls menekankan bahwa segala sumnber daya yang dimiliki
oleh individu sifatnya arbitrer, atau dengan kata lain tidak dimiliki sepenuhnya karena itu
merupakan kebetulan/ keberuntungan (natural lotery)
Perbedaan kedua adalah berkaitan dengan aturan (roles). Nozick mengatakan bahwa
sesuatu perbuatan disebut adil jika memenuhi dalam arti akusisi atau individu dapat
menggunakan resourse tanpa merugikan keuntungan orang lain. sedangkan Rawls tetap
memegang keyakinan dengan prinsip perbedaannya, dimana ekspektasi orang yang beruntung
juga harus meningkankan ekspektasi orang yang paling tidak beruntung.
Perbedaan ketiga berkaitan dengan distribusi, bagi Nozick sebuah distribusi sah jika
beranjak dari klaim yang sah atas barang/ talenta (bisa diserahkan, dipertukarkan,
diperdagangkan). Sedangkan Rawls melihat pola distribusi sah jika primary goods teristribusi
secara merata/ sempurna, atau dengan kata lain keberuntungan orang yang beruntung harus
mengangkat juga orang yang paling tidak beruntung.
Kritik Nozick pada Rawls dari sisi historis, bagi Nozick Rawls tidak melacak kesejarahan
dari suatu peristiwa, dimana dari setiap peristiwa itu terjadi proses untuk mendapatkan
keuntungan bagi individu yang tidak bisa diterangkan oleh Rawls. Bagi Nozick suatu distribusi
valid jika kesejarahan orang yang mendistribusikan sumber dayanya terungkap.
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang
diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat
hal sebagai pembanding, yaitu :
Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan
kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat
pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta
melakukan kegiatan sejenis;
Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang
merupakan hak para pegawai.
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan
petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan
timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul
berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang
tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat
kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan
pegawai ke organisasi lain.
Teori penetapan tujuan
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c)
tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-
rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
Peran yang aktif dalam memotivasi karyawan
1. Manajer bisa mempengaruhi motivasi karyawan. Kalau prestasi perlu
ditingkatkan. Lalu manajer harus melakukan intervensi dan membantu
menciptakan suatu atmosfir yang mendorong. Mendukung dan mempertahankan
peningkatan
2. Manajer harus ingat bahwa kemampuan, kompetensi dan kesempatan memainkan
peran dalam motivasi. Seseorang dengan kemampuan yang rendah atau sedikit
keterampilan akan mengalami kesulitan saat ingin menjadi produktif. Suatu
organisasi yang tidak mempunyai kesempatan dan dengan hambatan seperti
peralatan yang jelek. Kondisi kerja yang tidak memenuhi syarat, dan manajer
yang mempunyai tata cara yang kacau akan sukar membantu menciptakan
atmosfir yang mendorong motivasi umum dan motivasi diri.
3. Manajer perlu sensitif terhadap variasi kebutuhan karyawan, kemampuan dan
tujuan. Mereka harus juga mempertimbangkan perbedaan dalam presferensi
(valensi) imbalan. Perbedaan individu berati bahwa menyesuaikan upaya motivasi
sebaiknya menjadi bagian dari usaha manajer untuk memotivasi.