170
i Sarbaini Sarbaini Sarbaini Sarbaini Sarbaini MODEL PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOGNITIF MORAL: BERBASIS KOGNITIF MORAL: BERBASIS KOGNITIF MORAL: BERBASIS KOGNITIF MORAL: BERBASIS KOGNITIF MORAL: Dari Teori ke Aplikasi Dari Teori ke Aplikasi Dari Teori ke Aplikasi Dari Teori ke Aplikasi Dari Teori ke Aplikasi Laboratorium Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Lambung Mangkurat

Dari Teori ke Aplikasi

  • Upload
    lyque

  • View
    266

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dari Teori ke Aplikasi

i

SarbainiSarbainiSarbainiSarbainiSarbaini

MODEL PEMBELAJARANMODEL PEMBELAJARANMODEL PEMBELAJARANMODEL PEMBELAJARANMODEL PEMBELAJARANBERBASIS KOGNITIF MORAL:BERBASIS KOGNITIF MORAL:BERBASIS KOGNITIF MORAL:BERBASIS KOGNITIF MORAL:BERBASIS KOGNITIF MORAL:

Dari Teori ke AplikasiDari Teori ke AplikasiDari Teori ke AplikasiDari Teori ke AplikasiDari Teori ke Aplikasi

Laboratorium

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Universitas Lambung Mangkurat

Page 2: Dari Teori ke Aplikasi

ii

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Page 3: Dari Teori ke Aplikasi

iii

SarbainiSarbainiSarbainiSarbainiSarbaini

MODEL PEMBELAJARANMODEL PEMBELAJARANMODEL PEMBELAJARANMODEL PEMBELAJARANMODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS KOGNITIF MORAL:BERBASIS KOGNITIF MORAL:BERBASIS KOGNITIF MORAL:BERBASIS KOGNITIF MORAL:BERBASIS KOGNITIF MORAL:

Dari Teori ke AplikasiDari Teori ke AplikasiDari Teori ke AplikasiDari Teori ke AplikasiDari Teori ke Aplikasi

Laboratorium

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Universitas Lambung Mangkurat

2011

Page 4: Dari Teori ke Aplikasi

iv

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

MODEL PEMBELAJARAN BERBASISMODEL PEMBELAJARAN BERBASISMODEL PEMBELAJARAN BERBASISMODEL PEMBELAJARAN BERBASISMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

KOGNITIF MORALKOGNITIF MORALKOGNITIF MORALKOGNITIF MORALKOGNITIF MORAL

SarbainiLaboratorium Pendidikan Pancasila dan KewarganegaraanBanjarmasin 2011

All right reserve

Hak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atauseluruh isi buku ini dengan cara apapun, tanpa izin tertulisdari penerbit

x + 160 Halaman; 14,5 x 21 cmISBN: 979-26-8544-8

Rancang Sampul: AgvendaPenata Isi: Lusiana Susanti

Diterbitkan oleh:LaboratoriumPendidikan Pancasila dan KewarganegaraanUniversitas Lambung Mangkurat

Cetakan 1. Laboratorium PPKn (2001)Cetakan 2. Edisi Revisi (2011)

Dicetak oleh:ASWAJA PRESSINDOJl. Plosokuning V No. 73 MinomartaniNgaglik Sleman YogyakartaTelp.: (0274) 4462377 e-mail: [email protected]

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang

Page 5: Dari Teori ke Aplikasi

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kepada Allah SWT, atasrahmat, nikmat dan karunia Allah semata, dapatlahdiselesaikan penyusunan salah satu buku pegangan untukmahasiswa dalam mata kuliah Dasar-Dasar PendidikanMoral dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan SMP dan SMA, khususnya Model PembelajaranBerbasis Teori Perkembangan Moral Kognitif pada ProgramStudi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan IlmuPengetahuan Sosial FKIP UNLAM.

Materi buku ini, selain berisi beberapa artikel tentangpendidikan moral dalam tataran teoritis dan praktis, jugamemuat cakupan materi dari buku “Moral Reasoning: ATeaching Handbook for Adapting Kohlberg to th Classroom”,karya Ronald E Galbraith dan Thomas M.Jones, terutamapada bab VII, VIII dan IX, dan implementasinya dalampembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), disertaidengan beberapa model dan bentuk cerita tentatifnya.

Terima kasih kepada pihak yang telah membantupenyelesaian buku ini, khususnya para guru PKn SMP yangtelah menyelesaikan tugas perkuliahan dalam bentukmembuat model pembelajaran PKn yang berbasis kognitif

Page 6: Dari Teori ke Aplikasi

vi

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

moral. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan balasanyang setimpal atas bantuan yang diberikan. Buku ini pertamakali diterbitkan oleh Laboratorium Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan (PPKn) FKIP UNLAM pada tanggal 17Juni 2001, namun atas permintaan teman-teman guru matapelajaran PKn dan memenuhi kebutuhan literatur untukmahasiswa dalam mata kuliah Dasar-Dasar PendidikanMoral dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan SMP dan SMA, sekaligus revisi terhadap berbagaikoreksi dalam teknis pengetikan, maka diterbitkan kembalibuku sebagai edisi revisi. Mudah-mudahan buku ini bergunabagi kita semua.

Banjarmasin, Maret 2011

Penyusun,

SARBAINI

Page 7: Dari Teori ke Aplikasi

vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...........................................................v

DAFTAR ISI .........................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................1

BAB II MORALITAS MENURUT PERSPEKTIF

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF

MORAL.............................................................7

A. Pandangan Piaget ....................................9

B. Pandangan Kohlberg ...............................11

BAB III KONSEP PERKEMBANGAN DAN

PERTIMBANGAN MORAL ...........................15

A. Perkembangan Moral

(Moral Development) ...................................15

B. Pertimbangan Moral

(Moral Judgement) .....................................19

Page 8: Dari Teori ke Aplikasi

viii

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

BAB IV TEORI PERKEMBANGAN MORAL

KOHLBERG .....................................................21

A. Enam Tahap Pertimbangan Moral .........21

B. Beberapa Kesimpulan Terhadap

Teori Kohlberg ...........................................26

BAB V TEORI DAN KONSEP

PERKEMBANGAN KOGNITIF UNTUK

PEMBELAJARAN MORAL ............................33

A. Teori Perkembangan Kognitif untuk

Pembelajaran Moral .................................33

B. Konsep Perkembangan Kognitif untuk

Pembelajaran Moral .................................35

BAB VI MODEL PEMBELAJARAN

PERKEMBANGAN KOGNITIF MORAL .......39

A. Konsep .......................................................39

B. Asumsi .......................................................40

C. Tujuan ........................................................41

D. Posisi Guru ................................................41

E. Substansi Model Pembelajaran ...............42

F. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran ...43

BAB VII CERITA DILEMA MORAL..............................45

A. Unsur-unsur Esensial Sebuah

Kisah Dilema .............................................45

B. Contoh Kisah Dilema Moral ....................48

BAB VIII PERENCANAAN PEMBELAJARAN ............57

A. Tiga Bagian dari Perencanaan

Mengajar ...................................................57

Page 9: Dari Teori ke Aplikasi

ix

B. Perencanaan Mengajar “Hei, Sam,

Truk ada di sini!” ......................................65

C. Perencanaan Mengajar: “Sebuah

Surat Peringatan” .....................................67

BAB IX PROSES PEMBELAJARAN............................71

A. Elemen Proses Pembelajaran

yang Efektif ...............................................71

B. Proses Pembelajaran .................................74

C. Langkah-langkah Pembelajaran

Dilema Moral ............................................77

BAB X IMPLEMENTASI MODEL

PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM

PEMBELAJARAN PKn SMP ..........................133

A. Bentuk-bentuk Model Tentatif .................133

B. Bentuk-bentuk Kisah Dilema

Moral Tentatif ............................................150

DAFTAR PUSTAKA ............................................................157

BIODATA PENULIS ...........................................................159

Daftar Isi

Page 10: Dari Teori ke Aplikasi

x

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Page 11: Dari Teori ke Aplikasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah moral, demikian pula pembelajaran moral, ataukarakter moral masa sekarang, agaknya hangat

dibicarakan, terutama dikaitkan dengan kualitas karaktermoral manusia di era reformasi ini. Tingkatan kualitaskarakter moral manusia Indonesia, selain menghadapimasalah rancunya atau anomali nilai moral yang terjadi dimasyarakat, juga diduga tengah menuju pada pada tataranyang paling rendah dalam kulitas kehidupan berbangsa danbernegara. Bahkan sempat pula dipertanyakan, apakahmasih ada moral (yang baik) pada bangsa, negara danmasyarakat Indonesia ini? Sekarang nilai moral sudahdiputarbalikkan untuk memenuhi kepentingan pribadi,kepentingan kelompok dan kepentingan kekuasaan sesaat,dan kepentingan itu, tidak ada ujung pangkalnya.Kepentingan negara, kepentingan rakyat dan kepentinganmasyarakat pada umumnya diletakkan pada kepentinganpribadi, kekuasaan dan kelompoknya. Di sinilah muaratumbuhnya kerancuan nilai moral, pada gilirannyamemuntahkan dilema moral yang terjadi di masyarakat,khususnya terhadap generasi muda yang sedang tumbuh,berkembang dan mencari jawaban moral dalamkehidupannya.

Page 12: Dari Teori ke Aplikasi

2

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Dalam menghadapi kerancuan nilai moral yang terjadidi dalam masyarakat, sekaligus melahirkan dilema moral bagisubjek yang menghadapinya, maka kebiasaan konvensionalyang berlaku masyarakat, terutama bagi orang tua adalahmemberikan contoh atau nasehat tentang moral yang baikdan moral yang buruk, maupun dengan cara memberikanganjaran, jika moral yang baik dipatuhi, dan menghukum,kalau moral yang buruk dilanggar. Namun demikianmenurut studi Hartshorne dan May (dalam Duska danWhelan, 1982: 15-16) bahwa dalam pendidikan karaktermoral, maka prinsip-prinsip yang diajarkan dengan caramemberi contoh, menasehati, memberi hadiah dan memberihukum adalah tidak efektif untuk menghasilkan tingkah lakumoral yang dikehendaki. Dengan kata lain, bahwa metodekonvensional dalam pendidikan karakter moral warga negara(civics virtue)., tidak memadai lagi, maka diperlukan suplemenmetode agar pendidikan karakter moral warga negara (civ-ics virtue). menjadi lebih efektif. Lalu apakah yang dapatdilakukan oleh para orang tua serta para pendidik supayahal itu menjadi lebih efektif?

Jawaban terhadap permasalahan pendidikan karaktermoral warga negara (civics virtue) sekarang, salah satunya,paling tidak secara ilmiah terdapat pada karya Jean Piagetdan Lawrence Kohlberg. Penemuan-penemuan merekamenunjang keyakinan bahwa pertimbangan moralberkembang dengan melalui rentetan reorganisasi kognitifyang disebut tahap-tahap. Setiap tahap mempunyai bentuk,pola dan organisasi yang dapat diidentifikasi. Tahapantersebut merupakan suatu proses yang membutuhkanperubahan struktur kognitif, dan perubahan tersebuttergantung dari perkembangan kognitif dan rangsangan darilingkungan sosial ( Duska dan Whelan, 1982: 16-17 ).

Page 13: Dari Teori ke Aplikasi

3

Materi buku ini pada mulanya ditujukan terhadapmahasiswa Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan,karena Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan selainbertujuan untuk menyiapkan tenaga calon guru PKn, jugabertujuan membentuk mahasiswanya menjadi warga negarayang mempunyai karakter moral yang baik. Namundemikian dalam perkembangannya, materi bukumenumbuhkan minat para guru dan praktisi pendidikkarakter moral warga negara (civics virtue) di sekolah,terutama, baik dalam kaitannya dengan pengembangankarakter moral peserta didik, juga berhubungan denganpengembangan model pembelajaran karakter moral,khususnya model pembelajaran karakter moral warganegaradalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.Karakter moral warga negara tersebut hendaknya mengarahkepada karakter moral bernegara, berbangsa danbermasyarakat.

Menurut Udin S Winataputra (2000) secara substantifdan pedagogis, program civic education dirancang sebagaiwahana pendidikan yang bertujuan untuk memfasilitasipeserta didik, agar dapat memgembangkan dirinya menjadiwarga negara yang cerdas, bertanggungjawab, danberkeadaban atau “smart and good citizens”.

Menurut Endang Sumantri (2008: 34) yang amat lebihpenting adalah bahwa pendidikan kewarganegaraanmemperlihatkan potensi yang kuat untuk mengembangkansecara lengkap baik fisik maupun mental manusia danmendorong pengembangan keterampilan-keterampilan,pengetahuan dan perilaku yang akan memungkin merekauntuk meningkatkan kondisi-kondisi kehidupan mereka.Tujuan yang diharapkan dari pendidikan kewarganegaraansekarang akan menerima oleh posisi-posisi ideologis, religiusdan kultural sebagai elemen-elemen esensial dalam tujuan-

Pendahuluan

Page 14: Dari Teori ke Aplikasi

4

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

tujuan pendidikan kewarganegaraan. Hal demikiandiperkuat oleh pendapat Barret (1980) tentang ideologi,Kohlberg (1986) tentang religi, dan Giroux Krech, Crutchfield& Ballachey (1962) tentang kultur (dalam Endang Sumantri,2008),

Udin S Winataputra (2000) dan Endang Sumantri (2008),nampaknya sepakat bahwa Pendidikan Kewarganegaraanbaik sebagai program, proses, fase dan produk memadukansecara integral aspek pengetahuan, sikap, keterampilan, fisikdan mental, individu dan kolektif dalam perilaku untukmenjadi warga negara yang demokratis, sekaligus menjadiwarga negara yang baik.

Buku ini bertujuan agar mahasiswa, guru dan praktisipendidikan karakter moral warga negara (civics virtue) dapatmemahami dasar-dasar dan konsep-konsep pendidikankarakter moral pada umumnya, dan khususnya untukkepentingan pengembangan pendidikan karakter moraldalam kaitannya dengan pengembangan etika kewargane-garaan yang mendukung watak/karakter kewarganegaraan,sehingga terbentuk warga negara yang baik guna menujumasyarakat madani. Dalam kegiatan pembelajarannya telahdilaksanakan berbagai model pembelajaran yang berorientasipada karakter moral warga negara (civics virtue), sepertimodel konsiderasi, model pembentukan rasional, modelperkembangan kognitif, model analisis nilai, model klarifikasinilai, dan model aksi sosial. Dari berbagai model pembelajarankarakter moral warga negara (civics virtue), ada dua modelyang lebih kaitannya dengan problem kerancuan dan dilemanilai moral, yaitu model perkembangan kognitif dan modelklarifikasi nilai.

Dalam pelaksanaan kedua model tersebut, peserta didik,mahasiswa, guru dan praktisi pendidikan karakter moral, danpendidikan kewarganegaraan di sekolah dihadapkan dengan

Page 15: Dari Teori ke Aplikasi

5

kasus-kasus aktual dalam berbagai aspek kehidupan. Namundari kedua model tersebut yang cendrung berperan dalampengembangan struktur kognitifnya adalah model per-kembangan kognitif. Meskipun model pembelajaran kognitifkurang begitu dipopulerkan sebagaimana model klarifikasinilai, dalam pembelajaran karakter moral warga negara (civ-ics virtue)., akan tetapi paling tidak, model perkembangankognitif sesuai dengan upaya pemerintah sekarang. Karenapemerintah sekarang dalam bidang pendidikan berupayauntuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitastinggi.

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pem-bentukan sumber daya manusia dalam pendidikan adalahupaya untuk mengaktifkan struktur kognitif peserta didik,agar dapat membangun makna dari apa yang dipelajari. Disinilah terdapat kesejajaran dan kesamaan orientasi untukmengaktifkan struktur kognitif peserta didik, dengan modelperkembangan kognitif sebagai model pembelajaran karaktermoral warga negara. Di samping itu pengaktifan strukturkognitif juga memerlukan proses yang membutuhkanperubahan struktur kognitif pula. Perubahan dan pengaktifanstruktur kognitif akan mempengaruhi perkembangankognitif, dan semua itu rangsangan dari lingkungan sosial.Masalahnya adalah apakah rangsangan lingkungan sosialtersebut dapat mengaktifkan atau merubah struktur kognitifpeserta didik, dan jika terjadi perubahan, pada tingkat apaperkembangannya, cendrung meningkat atau menurun? Jikapun terjadi perubahan, bagaimana pengaruhnya terhadapkemampuan melakukan pertimbangan karakter moralsebagai landasan dari perubahan atau perkembangankarakter moral peserta didik.

Adanya perubahan dan perkembangan karakter moralakan menuju pada peluang terbentuknya kemampuan

Pendahuluan

Page 16: Dari Teori ke Aplikasi

6

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

melakukan pertimbangan-pertimbangan moral yangmatang. Maka dengan pertimbangan moral yang matang,tentu seseorang akan mencapai kematangan moral.Kematangan moral merupakan karakteristik dari seseorangyang mempunyai pendirian moral yang benar dan bertindaksesuai dengan pendiriannya itu. Kematangan moral selainmenyangkut faktor pengetahuan yang mendalam tentangbenar dan salah, juga berkaitan dengan watak atau kemauanbertindak sesuai dengan cara berpikir yang lurus, baik danbenar.

Page 17: Dari Teori ke Aplikasi

7

BAB II

MORALITAS MENURUT PERSPEKTIF

TEORI PERKEMBANGAN

KOGNITIF MORAL

Para pakar teori perkembangan kognitif moral menelitibagaimana perubahan kondisi karakter moral dikaitkan

dengan pertambahan usia. Mereka percaya bahwapeningkatan kematangan kognitif dan pengalaman sosial,secara perlahan membimbing anak untuk memperolehpemahaman yang lebih baik tentang tingkatan-tingkatankerja sama sosial yang mengatur tanggungjawab moral.

Pemahaman anak-anak tentang tingkatan-tingkatansosial berkembang dari hal yang sederhana, yaitupemahaman kongkrit tentang kewajiban antara manusiakepada hal yang lebih abstrak, yaitu apresiasi pemahamantentang lembaga sosial yang lebih luas dan sistem pembuatanhukum sebagaimana pemahaman masyarakat danperubahan-perubahan struktur sosial. Karakter moral anakyang ideal adalah konsepsi mereka tentang apa yangsebenarnya dilakukan ketika kebutuhan dan keinginanmanusia saling bertentangan satu sama lain, juga perbaikan-perbaikan lainnya, seperti perbaikan terhadap peningkatanpenyelesaian secara jujur, adil, dan seimbang terhadapmasalah-masalah moral (Rest, 1983, dalam Beck, 1989).

Page 18: Dari Teori ke Aplikasi

8

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Perkembangan kognitif tidak bisa dianggap sebagailaporan karakter moralitas yang lengkap. Hal ini disebabkanoleh pemikiran tentang apakah karakter moral tidakmenjamin orang bersikap yang sesungguhnya sesuai dengantingkat kognitifnya. Berbagai contoh mucul untuk menunjuk-kan, bahwa anak-anak dan orang dewasa sering mengkom-promikan ide-ide tentang kejujuran, memenuhi keinginannyauntuk mendapatkan kepuasan, walaupun mereka tahu,bahwa hal itu tidak benar. Beberapa dekade yang lalu, dalampenelitian klasiknya tentang perilaku moral, Harthson danMay menemukan bahwa terdapat hubungan yang rendahantara penalaran moral anak dengan tingkah laku merekayang sesungguhnya dalam kondisi yang beragam (Harthson,May dan Shuttleworth, 1930, dalam Beck, 1989)

Meskipun demikian, bagian integral dari pendekatanperkembangan kognitif adalah bahwa pemahaman moraltidak mempengaruhi dorongan moral. Karenanya kognitifseharusnya menunjang hubungan-hubungan terhadaptindakan moral, meskipun tidak sempurna. Kalangan teorisiperkembangan kognitif percaya bahwa ketika anak-anakmulai mengerti tujuan dan fungsi tingkatan-tingkatan kerja-sama sosial, mereka mengembangkan kemampuankerjasama untuk mereka sendiri dan orang-orang yangbekerja melindungi dan membantu mereka. Hasilnya,mereka sedikit demi sedikit menyadari bahwa sikap dan caraberpikir adalah bagian penting dari keberadaan dan pertahan-an dalam dunia sosial (Rest, 1893, Beck, 1989). Berdasarkanpendapat tersebut, pendekatan perkembangan kognitifmemperkirakan suatu hubungan yang sangat spesifik antarapemikiran moral dan perilaku moral, keduanya sebaiknyasaling berdekatan sebagai kemajuan setiap individu ke arahtingkatan-tingkatan yang lebih tinggi dari pemahamanmoral.

Page 19: Dari Teori ke Aplikasi

9

Sebuah alasan penting yang dinyatakan pada penelitianHarthson dan May (Harthson, May dan Shuttleworth, 1930,dalam Beck, 1989), seperti dikemukakan di atas adalahditemukannya hubungan yang sangat kecil antara penalaranmoral dengan perilaku yang terjadi, karena subjek-subjeknyatidak mengalami kemajuan yang berarti dalamperkembangan moral. Untuk memiliki pemikiran yang inte-gral dengan tindakan, bukti-bukti baru kini mengindikasikanbahwa di antara anak-anak yang lebih tua, remaja dandewasa, terdapat konsistensi yang cukup antara kondisi moraldan sikap moral. Oleh karena itu, pikiran moral bukan tidakbergantung dan tidak relevan dengan tindakan moral. Tetapihal demikian merupakan faktor penting di antara jumlahbesar faktor lainnya yang membantu menjelaskan mengapamanusia berkelakuan seperti yang mereka lakukan.

A. Pandangan Piaget

Piaget dalam penelitiannya meminta anak-anakuntuk menilai kenakalan suatu tokoh yang telahmemutuskan suatu rangkaian tindakan moral. KemudianPiaget mengemukakan bahwa pemahaman terhadapresiprositas moral (moral timbal balik) adalah pentingdalam rangka memperlakukan orang lain sebagaimanaseseorang yang memerlukan perlakuan. Hal ini menggaris-bawahi terjadinya perubahan dari karakter moralkepatuhan terhadap otoritas kepada moralitas untukkerjasama sosial. Meskipun Piaget mengemukakan bahwapenghargaan anak terhadap resiprositas berkembangantara usia 6-12 tahun, tetapi dia tidak begitu memper-hatikan grafik perkembangan.

Resiprositas bisa dipahami dalam dua cara yangberbeda, pertama, pada pandangan kongkrit, yaitu sebagaisuatu hal hubungan (pertukaran) sejajar di antara orang-

Moralitas Menurut Perspektif Teori Perkembangan Kognitif Moral

Page 20: Dari Teori ke Aplikasi

10

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

orang. Seorang yang memahami resiprositas dengan caraini, percaya bahwa keadilan dianjurkan manakalakebaikan atau ketidakbaikan (keramahan atau kekasaran)dari orang lain yang dibahas dengan hal yang serupa.Resiprositas juga bisa dihayati melalui sudut pandang yanglebih abstrak dan idealistik. Moralitas didasarkan padamemperlakukan orang lain sebagaimana mestinya.Pembahasan tentang bagaimana kamu sebaiknya ingindiperlakukan, jika kamu dan orang lain harus bertukarposisi seperti teori ‘Kompleksnya Selman”, yaituketerampilan perspektif timbal balik yang salingmenguntungkan. Oleh karena itu, kita tidak akan bisamengharapkan kepada anak untuk memiliki tingkatpenghargaan yang tinggi terhadap resiprositas sampaimemasuki tahun-tahun pertama remaja.

Pada usia 5 tahun, anak-anak memandang resiprositaskongkrit sebagai dasar yang penting pada penilaian moral,dan terjadilah perpindahan perkembangan menjadi masaresiprositas yang ideal pada akhir masa anak-anak dantahun-tahun awal masa remaja. Baldwin dan Baldwin(1970, dalam Beck, 1989) memberikan anak-anak pasang-an cerita-cerita yang dirancang untuk menilai macam-macam tingkah laku. Cerita pertama menyuruh anakmengidentifikasikan dari dua tingkah laku, yang manakahyang lebih baik; membalas kebaikan untuk kebaikan yangditerima di masa lalu, atau melakukan kebaikan terlepasdari kemurahan hati dari tingkah laku yang lalu.Kebanyakan anak-anak menilai sebuah hubungan timbalbalik seperti itu adalah baik. Tetapi kemampuan menilaiini lebih berkembang pada pertengahan masa anak-anakdan awal masa remaja, dan kecendrungan ini disetujui olehpenelitian-penelitian lainnya (Peterson, Hartmann danGelfand, dalam Beck,1989).

Page 21: Dari Teori ke Aplikasi

11

Temuan di atas menandakan bahwa pemahamananak terhadap resiprositas menjadi lebih abstrak danidealistis pada masa-masa sekolah dasar. Tetapi belumbegitu jelas mengenai faktor-faktor apa saja yangmenyebabkan perubahan tersebut, karena resiprositasyang ideal memerlukan berbagai kemampuan, yakniperkembangan kognitiflah yang paling berperan dalampembentukan kemampuan-kemampuan tersebut. Namundemikian pengalaman-pengalaman juga bisa menentukanpembentukan kemampuan perkembangan kognitifterhadap resiprositas ideal.

B. Pandangan Kohlberg

Kohlberg dalam penelitiannya memberikan subjekpenelitiannya dilema-dilema moral hipotesis, berupapertimbangan moral yang saling beradu mungkin terjadi,dan meminta mereka untuk menunjukkan apa yang harusdilakukan si tokoh dan mengapa harus. Kohlberg memintasubjeknya untuk tidak hanya memutuskan, tetapi jugamembenarkan rangkaian tindakan, Kohlberg bisamemperoleh ide yang lebih jelas tentang penalaran dimana keputusan moral subjek didasarkan.

Bagi Kohlberg (1969; 1976, dalam Beck, 1989) dan pem-buat teori perkembangan kognitif lainnya (Damon,1977;Selman,1977, Beck, 1989) telah berargumentasi bahwaperkembangan moralitas tergantung pada kognitif danketerampilan-keterampilan pemilihan pandangan padacara spesifik. Setiap tahapan moralitas diasumsikanmenuntut pemerolehan kognitif tertentu dan tahap-tahappemilihan pandangan. Namun pembuat teori per-kembangan kognitif juga percaya bahwa perkembanganmoral tidak sepenuhnya dikurangi sampai pada segi-segipertumbuhan kognitif lainnya.

Moralitas Menurut Perspektif Teori Perkembangan Kognitif Moral

Page 22: Dari Teori ke Aplikasi

12

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Pemahaman moral diasumsikan melibatkan beberapapengorganisasian ulang kognitif tambahan yangseluruhnya unik terhadap domain moral. Sebagaiakibatnya, Kohlberg dan lainnya telah menghipotesiskanbahwa tahap-tahap pemilihan pandangan dari kognitifadalah penting tapi bukan kondisi yang mencukupiuntuk tiap tahapan moralitas. Jika Kohlberg benar bahwaasumsi yang penting, tapi tidak mencukupi, juga berlakuterhadap perkembangan moral, maka kematangan moraltidak hanya sejajar, tapi juga ketinggalan dari pemerolehantahap kognitif dan pemilihan pandangan yang terkait,namun tak pernah mendahuluinya.

Selain faktor kognitif non-sosial berupa prestasipemilihan pandangan sebagai bangunan penting bagipenalaran moral, maka faktor kognitif berupa pengalamanjuga sangat penting. Pengalaman yang menyebabkanketidakseimbangan kognitif adalah sangat penting bagiperubahan moral, yakni menghadapkan orang padainformasi yang menyebabkan konflik sedikit di atastingkat moral mereka. Konflik-konflik moral biasanyadilandasi oleh prinsip-prinsip keterbukaan, kesamaan,resiprositas, dan keadilan. Konflik tersebut akanmenantang mereka untuk memperbaharui penalaranmereka pada arah pemikiran moral yang lebih maju.Sejumlah penghasil teori ini, percaya bahwa konflikkognitif adalah bahan paling dasar bagi perubahanpengalaman moral (Berkowitz, 1965; Haan, Aerts danCooper, 1985; Kohlberg, 1984; Turiel. 1977, dalam Beck,1989), dan faktor paling kritis yang menjembatani jarakantara kognitif, perolehan pilihan pandangan dan tahapmoral seseorang. Dengan kata lain, menurut Duska danWhelan (1984) kematangan kognitif yang lebih besar,disertai berbagai macam pengalaman sosial, akan

Page 23: Dari Teori ke Aplikasi

13

memperluas perspektif moral seseorang. Perkembanganmoral, bukanlah suatu proses menanamkan bermacam-macam peraturan dengan sifat-sifat baik, tetapi suatuproses yang membutuhkan perubahan struktur kognitif.Perubahan struktur kognitif tergantung dariperkembangan kognitif dan rangsangan dari lingkungansosial.

Dengan demikian menurut Kohlberg, moralitas padadasarnya mengalami perkembangan dan berpusat padaranah kognitif, bersifat interaksional dan dilandasi olehprinsip-prinsip keterbukaan, kesamaan, resiprositas, dankeadilan. Moral bagi Kohlberg dibatasi oleh satu konstruklain yang disebut pertimbangan (judgment), terutamakarakter formal dari pertimbangan dan bukan isinya.

Moralitas Menurut Perspektif Teori Perkembangan Kognitif Moral

Page 24: Dari Teori ke Aplikasi

14

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Page 25: Dari Teori ke Aplikasi

15

BAB III

KONSEP PERKEMBANGAN DAN

PERTIMBANGAN MORAL

A. Perkembangan Moral (Moral Development)

Pada mulanya manusia itu belum memiliki kesadaranmoral, tidak memiliki moral, tetapi mempunyai potensimoral. Moral dapat dimiliki seseorang dari hasil pergaulandengan lingkungan, masyarakat dan orang tua. Per-kembangan moral seseorang itu dapat dipengaruhi olehberbagai faktor ditumbuhkembangkan melalui berbagaimodel/pola, yaitu kognitif, afektif dan behavioristik.Kesemuanya ini dikembangkan secara terpadu.

Secara keseluruhan moral yang dianut seseorang itudipengaruhi/dilandasi oleh nilai agama, nilai sosial budaya,dan pada hal-hal tertentu bisa juga dari nilai-nilaimetafisika, hukum dan ilmu pengetahuan. Tumbuh-kembangnya nilai moral berlangsung sejak prenatalsampai akhir hayat. Dalam kehidupan nyata terutamadalam situasi yang mengandung konflik moral, makamoral yang dianut seseorang akan tergantung pada situasiyang dirasakan atau dialaminya. Apabila situasinya dalamkeadaan kritis dan ekstrim, maka moral yang dimiliki(moral sense) seseorang cendrung lebih rendah dibanding-kan dengan moral seseorang yang berada dalam situasi

Page 26: Dari Teori ke Aplikasi

16

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

yang santai/berandai-andai, maka moralnya cendrungtinggi. Bahwa dalam proses pendidikan karakter moral,maka orientasinya bukan seperti mencetak (proses print-ing), tetapi seperti menggambar (drawing), artinya potensianak/orang yang harus banyak bicara.

Moral yang dianut dan diyakini seseorang tidaklahberjalan stagnan (diam-menetap), tetapi mengalamitahapan-tahapan perkembangan moral (moral developmentstages). Menurut Kohlberg moral development stages adalahlaju perkembangan landasan moral seseorang dari apayang sebaiknya, atau menurut Melden sebagai laju per-kembangan motivasinya (dalam Djahiri dan Wahab, 1996:44). Salah satu dari landasannya adalah aspek kognitif,atau menurut Loevinger (dalam Karger, 1983, dikutipDjahiri dan Wahab, 1996: 46) melalui integrasi perkem-bangan kepribadian dengan the inner logic of the cognitifstructure.

Kohlberg memberikan rumusan pengertian moral de-velopment stages ini dengan rumusan yang lebih melebar,yakni sebagai “laju perkembangan landasan moral sese-orang dari is to ought”. Sedangkan Richard Mleden (1977)memberikan rumusan sebagai “ sensitivity in thought, feel-ing and action towards others “. Selanjutnya Meldenmenjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sensitivityialah “laju perkembangan motivasinya”, terutama per-hitungan yang menjadi landasan sensitivity ini. Menurut-nya ada dua landasan yakni perhitungan-perhitunganyang menyangkut aspek kognitif dan aspek afektual, baikmenyangkut dirinya maupun orang lain. Loevinger(Krager, 1983) menjelaskan bahwa:” Moral developmentstages adalah ego development, yakni perubahan kualitatifdiri melalui berbagai tahapan perkembangan, antara lain

Page 27: Dari Teori ke Aplikasi

17

melalui berbagai tahapan perkembangan personality denganthe inner logic of the cognitive stucture”.

Masalah orientasi moral sebenarnya adalah mem-bicarakan dasar landasan orientasi pola perkembangan moralatau hal yang mendasari perhitungan ketaatan dan kepatuhanseseorang) atau dasar penilaian seseorang terhadap sesuatu(nilai moral). Oleh karenanya “moral orientation” ini oleh Peter(1979) diidentikan dengan Moral Self (moral position;ketetapan hati). Ketetapan hati seseorang terhadap suatu nilaimoral didasari oleh dua landasan perhitungan/penilaian,yaitu:

a. Cognitive motivation aspects, yang memuat perhitunganantisipatif resiko-resiko yang ditimbulkan akibat suatukeputusan, baik bagi dirinya maupun orang lain.

b. Affective motivational aspects, yakni perhitungan hal-halemosional yang diakibatkan keputusan tersebut baik bagidirinya maupun orang lain.

Peter sebagai pengkuti aliran Kohlberg beranggapanbahwa pada akhirnya kemampuan struktur kognitif akanlebih dominan sebagai dasar motivasi ketetapan hati.Pandangan ini tidak selamanya benar dan tidak selalu bisaditerapkan. Banyak faktor lain yang turut bicara dalammenentukan ketetapan hati, antara lain:

a. Kondisi diri dan lingkungan

b. Kualitas kelompok dan peringkat kedudukan diri bila kitaada dalam suatu kelompok.

c. Pola tatanan nilai dan moral yang mengikatnya.

d. Kepentingan (interest) dan kualitas diri yang bersangkutanitu sendiri.

Dalam mempelajari teori-teori perkembangan moral,maka ada tiga sudut tinjauan yang harus dijadikan acuan,yaitu:

Konsep Perkembangan dan Pertimbangan Moral

Page 28: Dari Teori ke Aplikasi

18

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

a. Tingkah laku moral (moral behavior), yaitu denganmelihat tingkah laku dari moral itu sendirti, lalu datanyadikumpulkan, kemudian dibanding-bandingkansehingga jadi sebuah teori.

b. Pernyataan moral (moral statement), caranya denganmemperhatikan pernyataan moral, kemudiandibanding-bandingkan sehingga menjadi sebuah teori.

c. Pertimbangan moral (moral judgement ), caranyadengan mencari suatu alasan, komentar yangmenyangkut tingkah laku

Perkembangan moral dapat dikatakan terjadi karenaadanya aspek motivasi, salah satunya adalah aspek kog-nitif. Landasan perkembangan moral, kadangkala disebutjuga orientasi moral, karena orientasi moral membicarakandasar dari landasan orientasi pola perkembangan moral,atau hal yang mendasari perhitungan ketaatan/kepatuhanseseorang terhadap sesuatu nilai, dasar penilaian seseorangterhadap nilai moral, atau yang menjadi acuan dalamupaya memecahkan persoalan yang mengandung dilemamoral. Oleh karena itu, “moral orientation” oleh Peter (1979,dalam Djahiri dan Wahab, 1996: 46) diidentikkan denganmoral self (moral position; ketetapan hati), moral stages(tahap-tahap moral), development of moral orientation(perkembangan orientasi moral), dan moral judgement(pertimbangan moral)

Jadi perkembangan moral dapat dikatakan mencakuppengertian tentang laju perkembangan landasan moralseseorang, khususnya yang menjadi landasan orientasimoralnya. Laju perkembangan moral pada prinsipnyamengacu pada adanya tahap perkembangan moral (moralstages), sehingga tahapan perkembangan moral adalahmembahas tahapan atau pola perkembangan kejiwaan

Page 29: Dari Teori ke Aplikasi

19

manusia dalam menginternalisasi, mempersonalisasi danmengembangkan serta dalam mematuhi, melaksanakanatau menentukan pilihan, menyikapi atau menilai, danmelakukan ajukan nilai moral.

B. Pertimbangan Moral (Moral Judgement)

Pertimbangan merupakan suatu urusan yang begitukompleks terutama kalau berhadapan dengan adanyadilema moral. Untuk melakukan pertimbangan moraldiperlukan adanya kemampuan mengevaluasi kepentingan-kepentingan yang berbeda berdasarkan kriteria atau prinsipmaupun standar yang diakui oleh umum, yang konsisten,bukan atas dasar situasi tertentu atau pertimbangan tentatifsemata, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan tentangkarakter moralitas, apakah itu kita anggap baik atauburuk. Dengan demikian pertimbangan moral merupakanmanifestasi untuk membuat kesimpulan atau keputusantentang sesuatu, baik yang berkaitan dengan berbagaidilema/konflik moral antar hal yang harus menjadikenyataan, maupun yang berhubungan pula denganpihak lain, antara lain Tuhan, manusia lain dan diri sendiri.

Pertimbangan moral sangat tergantung kepadaperhatian, akan tetapi pertimbangan moral juga tidaklepas dari tuntutan-tuntutan intelektual. Untuk melakukanpertimbangan moral, diperlukan pengetahuan moral yangmemadai tentang sesuatu. Pengetahuan akan mem-pengaruhi rasional untuk melakukan pertimbangan gunamencapai moralitas. Berbeda dengan perhatian yangmementingkan masalah efektif, maka pertimbanganmoral tidak terlepas dari perhatian dan tuntutan rasional.

Pertimbangan moral seseorang terhadap sesuatu, menurutKohlberg tidak sama, tetapi berada dalam rangkaian tahapanyang beragam, tergantung pada tahapan perkembangan

Konsep Perkembangan dan Pertimbangan Moral

Page 30: Dari Teori ke Aplikasi

20

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

kognitifnya. Kohlberg (dalam Galbraith dan Jones, 1976),mengemukakan bahwa individu-individu menyusun kembalikemampuan rasionalnya tentang masalah moral dan sosialbersamaan dengan perkembangan struktur kognitif dari yangsangat kongkrit ke yang lebih abstrak. Pertimbangan moralyang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan penilaianmoral, dan penilaian moral yang dilakukan seseorang terhadapsesuatu tergantung dan menggambarkan tahapanperkembangan moralnya.

Perkembangan moral demikian dialami oleh seseorang,dan setiap pertimbangan moral yang dilakukan terhadapsesuatu hal, termasuk masalah moral dan sosial, tidaklahterlepas dari pertimbangan moral yang menjadi landasanorientasi penilaian moralnya. Pertimbangan moral danlandasan orientasi moral seseorang, menurut Kohlberg akandapat ditingkatkan melalui model pembelajaran yangmenekankan pada perkembangan kognitif.

Terhadap masalah perkembangan dan pertimbanganmoral dari aspek kognitif ini, teoritikus yang mendalami,umumnya pakar barat, yang tentu dasar berpikir, objek studidan landasan teoritik serta nilai moralnya adalah juga sesuaidengan nilai moral anutan mereka, Di antara teoritisi ini, antaralain adalah; John Dewey, Nurman Y.Bull, Piaget, LawrenceKohlberg, Mc Dougal, R.M.Liebert, Barbara Stange,Eckenberger, Loevinger, dan Gilligan. Teoritisi yang palingdominan dalam membahas teori perkembangan moral adalahJean Piaget dan Lawrence Kohlberg. Namun demikian, pal-ing tidak kita telah memiliki wacana tentang perkembangandan pertimbangan moral dari perspektif kognitif moral.Wacana ini mudah-mudahan memacu dan memicu kitauntuk menelaah perkembangan dan pertimbangan moraldalam tataran kognitif berbasis budaya masyarakat Indo-nesia.

Page 31: Dari Teori ke Aplikasi

21

BAB IV

TEORI PERTIMBANGAN

MORAL KOHLBERG

A. Enam Tahap Pertimbangan Moral

Di akhir tahun 1950-an, Lawrence Kohlberg mulaimengumpulkan data yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang moral. Kohlberg telah mengkaji hasilkerja terdahulu dari Jean Piaget dalam perkembangankognitif dan moral, serta menggunakannya sebagailandasan kajian selama 15 tahun tentang pertimbanganmoral. Kajian Piaget terutama menitikberatkan padapengungkapkan tahapan kognitif. Kajian Kohlberg jugamengacu pada suatu rentang perkembangan tahap-tahapdan mengungkapkan bagaimana seseorang membentukpemikiran mereka tentang pertanyaan sosial dan moralsebagaimana mereka membentuk struktur kesadaran darihal yang paling nyata hingga bersumber kepada hal yangpaling abstrak.

1. Tingkat Pre-Konvensional

Pada tingkatan ini anak peka terhadap peraturan-peraturan yang berlatar belakang budaya dan terhadappenilaian baik-buruk, benar-salah, tetapi mengarti-kannya dari aspek akibat-akibat fisik suatu tindakan,atau dimensi enak-tidaknya akibat-akibat itu

Page 32: Dari Teori ke Aplikasi

22

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

(hukuman, ganjaran disenangi orang), atau dari sudutada-tidaknya kekuasaan fisik dari yang memberikanperaturan-peraturan atau memberi penilaian baik-buruk itu. Dalam tingkat ini dibagi dalam dua tahap:

a. Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Kepatuhan

Akibat-akibat fisik tindakan akan menentukanbaik-buruknya tindakan itu, entah apa pun arti ataunilai akibat-akibat itu bagi manusia. Menghindarihukuman dan tunduk pada kekuasaan (tanpamempersoalkannya ) mempunyai nilai pada dirinya,bukan atas dasar hormat pada peraturan moral yangmendasarinya, tetapi karena hukuman dan otoritas.

b. Tahap 2: Orientasi Relativis Instrumental

Tindakan benar adalah tindakan sebagai alatdapat memenuhi kebutuhan sendiri atau kadang-kadang juga memenuhi kebutuhan orang-orang lain.Hubungan antar manusia dianggap sebagaimanahubungan orang di pasar. Unsur-unsur sikap adil,hubungan timbal balik, kesamaan dalam ambilbagian terhadap kondisi yang sudah ada, tapisemuanya dimengerti secara fisik dan pragmatis.Hubungan timbal balik antar manusia adalah soal “kalau kamu menggarukkan pungggungku, saya akangarukkan punggungmu “, sebagai hubunganpragmatis, bukan karena loyalitas (kesetiaan), rasaterima kasih atau keadilan.

2. Tingkat Konvensional (Kebiasaan)

Pada tingkatan ini, memenuhi harapan-harapankeluarga, kelompok atau bangsa dianggap sebagaisesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, tidakperduli apa pun akibat-akibat yang langsung dan yang

Page 33: Dari Teori ke Aplikasi

23

kelihatan. Sikap ini bukan hanya mau menyesuaikandiri dengan harapan-harapan orang tertentu atauketertiban sosial, tetapi sikap ingin loyal, sikap inginmenjaga, menunjang dan memberi pembenaran padaketertiban itu dan sikap ingin mengidentifikasikan diridengan orang-orang atau kelompok yang ada didalamnya. Pada tingkat kebiasaan ini terdapat duatahap, yaitu:

a. Tahap 3: Orientasi masuk ke kelompok “anak baik”dan “anak manis”

Tingkah laku yang baik adalah tingkah lakuyang menyenangkan atau membantu orang-oranglain dan yang mendapat persetujuan mereka. Adabanyak usaha menyesuaikan diri dengan gambaran-gambaran stereotipe yang ada pada mayoritas ataudengan tingkah laku yang dianggap lazim “umum”.Tingkah laku sering kali dinilai menurut intensinya.“ Dia bermaksud baik “ untuk pertama kalinyamenjadi penting. Orang berusaha untuk diterimaoleh lingkungan dengan bersikap “manis”.

b. Tahap 4: Orientasi hukum dan ketertiban

Ada orientasi kepada otoritas, peraturan-peraturan yang sudah pasti, dan usaha memeliharaketertiban sosial. Tingkah laku yang benar berupakewajiban, menunjukkan rasa hormat kepadaotoritas, dan memelihara ketertiban sosial yangsudah ada demi ketertiban itu sendiri.

3. Tingkat Post-Konvensional (Post-Kebiasaan)

Pada tingkat ini, ada usaha yang jelas untukmengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yangsahih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas

Teori Pertimbangan Moral Kohlberg

Page 34: Dari Teori ke Aplikasi

24

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

kelompok atau orang yang memegang prinsip-prinsiptersebut dan terlepas dari apakah individu yangbersangkutan termasuk kelompok-kelompok itu atautidak. Tingkat ini mempunyai dua tahap:

a. Tahap 5: Orientasi kontrak-sosial legalistis.

Biasanya dengan tekanan mementingkan ke-gunaannya (utilitaristis). Tindakan benar cendrungdimengerti dari segi hak-hak individual yang umumdan dari segi patokan-patokan yang sudah dikajidengan kritis dan disetujui oleh seluruh masyarakat.Ada kesadaran yang jelas bahwa nilai-nilai dan opinipribadi itu relatif dan oleh karenanya perlu adanyaperaturan prosedural untuk mencapai konsensus. Disamping apa yang telah disetujui secara konstitusio-nal dan secara demokratis, hak tak lain merupakannilai-nilai dan opini pribadi. Akibatnya ada tekananpada pandangan legalistis, tetapi juga menekankanbahwa hukum dapat diubah atas dasar rasional demikemaslahatan masyarakat (tidak secara kaku maumempertahankannya seperti dalam tahap 4:Orientasi hukum dan ketertiban). Di luar bidanghukum, persetujuan bebas dan kontrak merupakanunsur pengikat dari kewajiban. Itulah moralitas“resmi” dari pemerintah dan konstitusi.

b. Tahap 6: Orientasi asas etika universal

Benar diartikan dengan keputusan suara hati,sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dipilihsendiri, dengan berpedoman pada kekom-prehensipan logis, universalitas dan konsistensi.Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis (GoldenRule, hukum emas, imperatif kategoris) dan bukanperaturan-peraturan moral yang kongkrit. Pada

Page 35: Dari Teori ke Aplikasi

25

intinya itulah prinsip-prinsip universal mengenaikeadilan, pertukaran hak (reciprocity) dan kesamaanhak asasi manusia dan penghormatan kepadamartabat manusia sebagai pribadi (person).

Keenam tahap di atas menghadirkan suatu polapemikiran yang menyatu pada setiap pengalamanseseorang dan pandangannya atas hal-hal yang khusustentang moral. Sekali pun setiap orang boleh menjadimampu mengingat kaidah umum (civic virtues) tertentu,tidak setiap orang akan berpikir tentang isu-isu umum(civic issue) yang penting dengan cara yang sama ataubertindak sesuai kaidah yang telah sama “dipelajari”. Olehkarena itu, tidak hanya mengajar ketentuan moral yangberhubungan dengan situasi tertentu, para guru juga perlumenolong siswa menguji alasan yang biasa digunakanuntuk mengatasi moral atau masalah moral yang ada. Paraguru membantu siswa menguji pertimbangan moral yangmereka miliki dan pertimbangan orang lain denganmenyelenggarakan diskusi tentang situasi-situasidilema.

Suatu diskusi tentang dilema moral menitikeratkanpada perbedaan pertimbangan yang digunakan untukmengatasi suatu masalah dibanding pula pada tingkah lakuyang disarankan dari karakter tokoh utama. Peserta yangmenyarankan tingkah laku sama sering memiliki alasanberbeda untuk saran-saran mereka. Menguji perbedaanini menjadi kunci bagi penelitian Kohlberg dalamperkembangan moral. Tanggapan-tanggapan dalamdiskusi terhadap kasus “ Sebuah Surat Peringatan “ berikutakan menunjukkan bagaimana tanggapan setiap individudari perbedaan tahap orientasi-orientasi tingkatanKohlberg.

Teori Pertimbangan Moral Kohlberg

Page 36: Dari Teori ke Aplikasi

26

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

B. Beberapa Kesimpulan Terhadap Teori

Kohlberg

Kohlberg memperoleh tahapan-tahapan pertimbanganmoral secara empiris dari kajian-kajian yang panjang diAmerika Serikat. Teori tahapan itu juga telah divalidasimelalui kajian-kajian lintas-budaya dan program-programpenelitian terkait lainnya selama dekade yang lalu. Bekerjasama dengan Lawrence Kohlberg, berbagai kelompokpendidik dan psikolog lebih lanjut memperbaiki teori ituselama 15 tahun melalui penelitian yang memperhatikancara setiap individu dalam melakukan pertimbanganmengenai problema-problema moral. Berikut beberapageneralisasi yang dikemukakan dari hasil-hasil penelitian:

1. Tahapan merupakan lintas-budaya

Dalam kajian-kajian lintas-budaya melibatkansejumlah pria kota kelas menengah di AS, Taiwan danMexico, dan para petani kelas bawah yang tinggal diTurki dan Yukatan, hasil-hasilnya memperkuat teoriperkembangan. Meskipun berbeda latar belakangbudaya, sosial dan religi, para subjek bergerak melaluitahapan yang sama dalam perkembangan moral dandalam rangkaian yang sama. Sementara kecepatanpergerakan bervariasi antara berbagai budaya, konsepdasar dari tahapan-tahapan universal perkembanganmoral telah tumbuh dengan nyata.

2. Pergerakan tahapan-tahapan meningkat melaluiurutan yang sama, dan tahapan-tahapan tidakdapat dilewati.

Buktinya memberi kesan bahwa setiap individuberkembang melalui urutan yang sama dari tahapan-tahapan. Pencapaian tahapan yang lebih tinggi akan

Page 37: Dari Teori ke Aplikasi

27

selalu didahului oleh pencapaian seluruhan tahapan-tahapan yang lebih rendah. Karena setiap tahapmensyaratkan pertimbangan dari setiap dan masing-masing tahapan sebelumnya, itu tidak mungkin untukmelewati tahapan-tahapan perkembangan. Sebagaicontoh, pertimbangan tahap 1 dan 2 mesti telah terpadudengan mode berpikir tahap 3, dan oleh karena itu,seseorang tidak dapat melompat dari tahap 2 ke tahap 4.

3. Perkembangan terjadi karena daya tarik daritahapan yang lebih tinggi berikutnya dari daripertimbangan.

Individu mempunyai kapasitas untuk memahamipertimbangan yang dikemukakan pada tahapan yanglebih tinggi berikutnya. Karena pertimbangan barang-kali nampak lebih logis dan komprehensif, dan olehkarena itu, lebih memadai dalam berhadapan dengansituasi dilema, setiap individu mungkin tertarik padatahapan pertimbangan selanjutnya. Itu tidak dimaksud-kan bahwa tahapan yang lebih tinggi selalu diadopsi ataubahkan diungkapkan, tetapi pendengar mungkin mulaimemadukan elemen-elemen tahapan yang lebih tinggiterhadap solusi-solusi masa depan terhadap problema-problema moral. Pertimbangan secara konstan danrestrukturisasi pertimbangan moral memberikan elemendasar bagi perkembangan teori.

4. Ada perbedaan-perbedaan individu dalam kecepatanperkembangan moral dan dalam mencapai tingkatyang tertinggi dari kematang moral.

Walaupun anak-anak dan para remaja berkembangdalam berbagai tingkat kecepatan melewati tahap-tahap,pra-remaja bergerak melewati tingkat pra-konvensional

Teori Pertimbangan Moral Kohlberg

Page 38: Dari Teori ke Aplikasi

28

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

dan para orang dewasa berkembang ke arah post-konvensional dari berpikir. Namun demikian, setiap individudapat menjadi diam tak berkembang pada beberapatingkat. Sebetulnya, kurang lebih 20% dari populasi orangdewasa berpikir pada tingkat post-konvensional. Tahap 4,berorientasi pada hukum dan ketertiban, adalah senantiasamerupakan tahap yang lebih umum, dan itu mungkin bagipara orang dewasa untuk berpikir pada tahapan yang lebihrendah dari perkembangan moral.

5. Tingkatan-tingkatan bukan sejumlah keyakinan-keyakinan kultural yang diajarkan pada para siswa.

Satu analisis terhadap teori perkembangan moral.khususnya sebagai sesuatu yang berhubungan denganproses mengajar, menunjukkan bahwa tahapan-tahapantidak memperlihatkan sejumlah pepatah moral yang dapatdiajarkan kepada anak-anak oleh orang dewasa. Tahapanmenunjukkan abstraksi-abstraksi, yaitu anak-anak(kemudian orang dewasa) berkembang pada diri merekasendiri sebagai kematangan-kematangan kecerdasanmereka dan mereka berupaya untuk menguasai secarakonsisten terhadap dilema-dilema yang muncul danargumentasi yang mereka dengar. Penelitian Leary (1972)menunjukkan bahwa penyajian yang bersifat mendidikdari dilema moral punya sedikit atau tidak berakibatterhadap tingkat perkembangan berpikir siswa.

6. Kematangan moral meningkatkan kemampuanseseorang untuk memecahkan konflik-konflikmoral.

Dengan kematangan-kematangan invidual dapatmelakukan empati terhadap sejumlah besar individudalam berbagai situasi-situasi dilema. Pada tingkat

Page 39: Dari Teori ke Aplikasi

29

perkembangan moral yang lebih tinggi, banyakpandangan ditempatkan ke dalam catatan per-timbangan tentang konflik-konflik moral.

7. Pertimbangan moral berhubungan denganperilaku.

Meskipun bukti tambahan harus dikumpulkanlebih lanjut untuk mendukung generalisasi ini, berbagaipenelitian menunjukkan bahwa kematangan pertim-bangan moral yang diperlihatkan oleh setiap individuyang juga bertindak dengan cara-cara moral yangsesungguhnya. Berbagai penelitian terbatas berkaitandengan aktivitas dan kepatuhan siswa menunjukkankorelasi antara tindakan-tindakan dengan orientasitahapan tertentu dari subjek.

8. Perkembangan moral dapat distimulasi dalamkelas

Penelitian Kohlberg dan koleganya juga menetap-kan bahwa siswa-siswa yang berpartisipasi secara tetapdalam berbagai diskusi dilema-dilema moral seringdiawali dengan mengemukakan pertimbangan tahapperkembangan yang lebih tinggi. Khususnya, dalamdiskusi-diskusi yang mempromosikan beberapaperubahan atau kematangan dalam bentuk pertim-bangan moral untuk beberapa peserta diskusi. Diskusi-diskusi yang mempromosikan banyak perubahanmelibatkan para peserta diskusi yang berbeda, tetapidengan tahap-tahap yang berdekatan. Oleh karena itu,diskusi yang aktif di antara peserta diskusi pada tingkatyang berbeda nampaknya akan menghasilkanperubahan.

Teori Pertimbangan Moral Kohlberg

Page 40: Dari Teori ke Aplikasi

30

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Beberapa generalisasi memberikan arah bagi bentuknon-indoktrinasi baru dari pendidikan moral. Per-tumbuhan moral ditentukan oleh kesadaran individu daripandangan-pandangan yang melampaui kepentingan dirisendiri. Pertumbuhan moral memperlihatkan kemampuanuntuk melihat sisi orang lain dan berfokus pada isu-isubesar. Selanjutnya dalam pertumbuhan moral, setiapindividu membutuhkan kesempatan berperan menjadiorang lain dalam situasi-situasi dilema. Setiap individu,khususnya para siswa, membutuhkan kesempatan untukmenggunakan sarana diskusi-diskusi tentang problema-problema sosial dan moral. Para peserta diskusi dalamberbagai diskusi membutuhkan kesempatan untukmengemukakan pertimbangan mereka sendiri dan untukmendengarkan pendapat-pendapat orang lain.

Pemahaman terhadap teori Kohlberg tentang per-timbangan moral ini mengimplikasikan strategi mengajaryang khusus untuk menstimulasi perkembangan moral.Diskusi dari dilema moral akan memberikan para siswakesempatan-kesempatan berikut:

1. Mempertimbangkan problema-problema moralsesungguhnya.

2. Mengalami konflik-konflik kognitif dan sosialsesungguhnya selama diskusi problema moral

3. Mengaplikasikan tingkat berpikir tertentu merekaterhadap situasi-situasi problematis.

4. Terbuka terhadap tingkat berpikir berikutnya yanglebih tinggi.

5. Menghadapkan ketidakkonsistenan pertimbanganmereka sendiri terhadap berbagai isu-isu moral tanpaseseorang yang menekankan pada jawaban benaratau salah.

Page 41: Dari Teori ke Aplikasi

31

Materi-materi kurikulum mengutamakan kisah-kisahdilema yang dirancang untuk menghadapkan para siswadengan problema-problema sesungguhnya. Menciptakansituasi di mana para siswa tidak sepakat terhadap tindakanyang tepat terhadap tokoh utama yang menghadirkankonflik kognitif dan sosial sesungguhnya. Diskusi kelasdengan fokus pertimbangan-pertimbangan untuk mereko-mendasi wacana tertentu terhadap tindakan memberikankesempatan kepada para siswa untuk mengaplikasitingkat tertentu dari kemampuan berpikir mereka. Sebuahdiskusi yang aktif di antara para siswa juga menciptakansuasana yang membuka tingkat-tingkat pertimbanganmoral yang lebih tinggi. Akhirnya, meminta para siswauntuk belajar melalui sejumlah problema sosial dan moralsepanjang pengalaman pendidikan mereka memberikankesempatan untuk mereka untuk menghadapi berbagaiketidakkonsistenan mereka dalam berpikir.

Teori Pertimbangan Moral Kohlberg

Page 42: Dari Teori ke Aplikasi

32

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Page 43: Dari Teori ke Aplikasi

33

BAB V

TEORI DAN KONSEP

PERKEMBANGAN KOGNITIF UNTUK

PEMBELAJARAN MORAL

A. Teori Perkembangan Kognitif untuk

Pembelajaran Moral

Moralitas individu dapat dipengaruhi oleh pengetahu-an moral, kuantitas dan kualitas pengetahuan nilai moral,serta “tidak selalu menjamin” kualitas perilaku moralseseorang, sehingga tidak selalu berkorelasi (moral knowl-edge `” moral behavior), akan tetapi dapat membantuperkembangan moral. Karena pengetahuan (aspekkognitif) yang bisa mempengaruhi sikap seseorang“penting”, pengetahuan (aspek kognitif) merupakan“awal” dari perubahan perilaku

Berdasarkan teori perkembangan moral kognitif,maka perkembangan tahapan kognitif moral menurutKohlberg terdiri dari tiga tingkatan, masing- masingtahapan terdiri dari dua tahapan, yaitu;

1. Tingkatan Prekonvensional

a. Tahapan 1, berorientasi pada hukuman dankepatuhan (otoritas)

b. Tahapan 2, berorientasi pada relativis instrumen-tal (praktis-pragmatis)

Page 44: Dari Teori ke Aplikasi

34

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

2. Tingkatan Konvensional

a. Tahapan 3, berorientasi konformitas terhadap citrastereotipe mayoritas (orientasi masuk kelompok“godboy” dan “nicegirls”)

b. Tahapan 4, berorientasi pada ketertiban hukum,sosial dan agama (orientasi hukum dan ketertiban)

3. Tingkatan Postkonvensional

a. Tahapan 5, berorientasi pada kontrak sosiallegalistis (berorientasi pada kemanfaatan sosialberdasarkan hak-hak individual dan berdasarkanstandar yang telah dikaji secara kritis, dandisetujui oleh masyarakat)

b. Tahapan 6, berorientasi pada asas etika universal(berorientasi pada keputusan hati-nuraniberdasarkan prinsip-prinsip etika pilihan sendiri,secara rasional, dan komprehesif)

Perkembangan moral kognitif demikian dialami olehseseorang dan setiap pertimbangan moral yang dilakukanterhadap sesuatu hal, termasuk masalah moral dan sosial,tidak terlepas dari pertimbangan moral yang menjadilandasan orientasi penilaian moralnya. Karena tahapanperkembangan moral merupakan satu sistem pemikiranyang terorganisir, yang memperkuat dan sekaligusmengarahkan kepada keputusan- keputusan moraltertentu.

Pertimbangan moral dan landasan orientasi moralseseorang, menurut Kohlberg akan dapat ditingkatkanmelalui model pembelajaran moral yang menekankanpada perkembangan kognitif. Perkembangan kognitifmoral seseorang melalui tahapan-tahapan yang mestidilaluinya, dapat ditingkatkan dengan meminta siswa

Page 45: Dari Teori ke Aplikasi

35

untuk mengambil keputusan moral yang menantangmelalui isu nilai-nilai tertentu atau nilai-nilai yangberdimensi dilema moral yang dihadapkan kepada siswa.Maksud dari model pembelajaran moral yang menekan-kan pada perkembangan kognitif adalah tidak sekedaruntuk membuka atau membentuk penalaran seseorang/siswa, atau hanya membiasakan siswa dengan keberadaanisu-isu nilai-nilai tertentu atau nilai-nilai yang berdimensidilema moral, tetapi merupakan bagian dari upaya agarsiswa melampaui tahapan perkembangan kognitif moralsudah dicapainya dan untuk mencapai tahapan yang lebihtinggi lagi.

B. Konsep Perkembangan Kognitif untuk

Pembelajaran Moral

Konsep dalam pembelajaran moral ini disebut“kognitif”, karena mengakui bahwa pendidikan moraldidasarkan pada stimulasi berpikir aktif terhadap isu-isudan keputusan moral. Disebut sebagai “perkembangan”,karena memandang tujuan pendidikan moral adalahsebagai upaya mengembangkan penalaran dan per-timbangan moral melalui tingkatan dan tahapan moral.

Pembelajaran berbasis perkembangan moral kognitifadalah berdasarkan pada teori perkembangan moralkognitif yang dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg, danbertolak pada pendapat Dewey dan Piaget mengenaiperkembangan berpikir moral. Menurut Dewey (dalamPurpel dan Ryan, 1976) tujuan dari pendidikan moraladalah membantu sekolah untuk pembangunan manusiayang berkarakter bebas dan kuat. Kohlberg meyakinibahwa nilai-moral-norma hanya akan mempribadi (per-sonalized), melalui struktur kognitif, atau cognitive conflictdan penalaran, di mana akan terjadi transaksi intelektual

Teori dan Konsep Perkembangan Kognitif untuk Pembelajaran Moral

Page 46: Dari Teori ke Aplikasi

36

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

taksonomi tinggi dalam mencari pemecahan suatumasalah yang termuat dalam stimulus pembelajaran.Kadar dilema dalam stimulus menentukan peringkattransaksi intelektual (Djahiri dan Wahab, 1996: 41)

Pelaksanaan model perkembangan kognitif dalamkegiatan pembelajaran adalah berupaya menstimuligerakan struktur kognitif untuk melakukan “moral rea-soning” ke tahap perkembangan kognitif moral yang lebihmeningkat. Alasan lain, antara lain, adalah (Purpel danRyan, 1976: 185-186) perubahan terjadi lebih banyak padacara pemikiran dibandingkan pada keyakinan tertentu;peserta didik di dalam sebuah kelas berada dalam tahapan-tahapan yang berbeda, tujuannya untuk membantuperkembangan kognitif peserta didik ke tahap selanjutnya;dan mempertimbangkan pendapat yang berada padatahapan yang lebih baik.

Moralitas individu dapat dipengaruhi oleh pengetahu-an moral, tetapi tidak selalu berkorelasi (moral knowledgetidak sama dengan moral behavior), dan dapat membantuperkembangan moral. Pengetahuan (aspek kognitif) yangmempengaruhi sikap seseorang “penting”, karenamerupakan “awal” dari perubahan perilaku. Kuantitas dankualitas pengetahuan moral tidak selalu menjamin kualitasperilaku moral seseorang.

Pembelajaran moral dalam konsep perkembangankognitif adalah tipe pembelajaran yang mengarahkan ataumenstimulasikan perkembangan moral peserta didikselaras dengan keadilan dan bisa dianggap memenuhikeabsahan. Lantaran pembelajaran moral menurut konsepini, tidak bersifat memaksa dan netral. Selain itu, kerangkametodologisnya begitu menghargai kemampuan pesertadidik dalam melakukan refleksi dan pilihan.

Page 47: Dari Teori ke Aplikasi

37

Beberapa konsep perkembangan kognitif yang dapatdijadikan acuan untuk pembelajaran moral adalah bahwa;

1. Moralitas

Perkembangan moralitas seseorang terletak padapenekannya yang konsisten terhadap peranan kognisidalam moralitas. Peran kognisi merupakan pintu masukbagi perkembangan moralitas seseorang.

2. Orang yang Bermoral

Menurut konsep perkembangan kognitif dalampembelajaran nilai moral diharapkan akanmenghasilkan pribadi yang terdidik secara moral, yaitu:

a. Pribadi yang mampu menunjukkan suatu kombi-nasi dari berbagai karakteristik, seperti refleksi,prinsip, memancarkan nilai-nilai moral keadilan,memiliki disposisi dalam bertindak, sadar akankeharusan berinteraksi dengan situasi sosial dandalam menghadapi situasi moral

b. Pribadi yang mampu menyerap proses per-timbangan moral maupun melaksanakan prosestersebut, sehingga memiliki kesadaran akanadanya prinsip-prinsip di dalam kehidupan ini.

3. Guru/Pendidikan

Guru dalam pembelajaran nilai moral hendaknyamelaksanakan tugas utama, yakni memberikankontribusi terhadap proses perkembangan moral pesertadidik dengan berperan sebagai fasilitator. Hakekat daritugas tersebut adalah mengembangkan kemampuanpeserta didik dalam proses berpikir, mempertim-bangkan dan memutuskan.

Teori dan Konsep Perkembangan Kognitif untuk Pembelajaran Moral

Page 48: Dari Teori ke Aplikasi

38

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Tugas-tugas utama guru mencakup pula empattugas lain, yaitu guru hendaknya membantu pesertadidiknya dalam:

a. Memfokuskan pandangan atau dalam meng-hadapi konflik-konflik moral yang sebenarnya.Hal ini, baik dengan memanfaatkan materipelajaran sehari-hari maupun secara sistematikmenyajikan dilema-dilema hipotesis.

b. Merefleksikan alternatif cara-cara menalar konflikmoral sekaligus memecahkannya.

c. Merefleksikan secara kritis proses berpikir yangpeserta didik terapkan.

d. Memberikan saran kepada peserta didikmengenai prosedur refleksi dan pemecahan yanglebih efisien dibandingkan metode yang merekakembangkan.

Dalam pembelajaran moral menurut konsepperkembangan kognitif, yang ditekankan sekali adalahperanan guru dalam suasana diskusi mengenai dilema-dilema moral dan dalam mengajarkan unit-unitkurikulum yang formal. Guru hendaknya memanfaat-kan situasi moral hipotesis atau situasi-situasi sosiologisdan historis yang nyata. Selain itu, guru memanfaatkanjuga masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun dalam membahas masalah-masalah moral.

Page 49: Dari Teori ke Aplikasi

39

BAB VI

MODEL PEMBELAJARAN

PERKEMBANGAN KOGNITIF MORAL

A. Konsep

Model merupakan “a way of thinking about the pro-cesses of caring, judging, and acting in an educational set-ting” (Hersh, 1980: 7). Model mengandung teori atau sudutpandang, cara berpikir tentang suatu proses dari perhatian,pertimbangan dan tindakan dalam tatanan pendidikan.Model akan membantu dalam memahami dan menerap-kan suatu teori dalam suasana pendidikan, termasuk didalamnya pendidikan moral. Model pembelajaran berbasisperkembangan kognitif moral adalah model pembelajaranyang merujuk pada proses “judging” (pertimbangan,penalaran, kognitif). Model yang berlandaskan padaproses “judging” dikenal dengan nama Model Pertim-bangan Moral (Moral Judgement Model). Model Per-timbangan Moral terdiri dari model-model pembelajaranPembentukan Rasional, Perkembangan Kognitif Moral,Model Analisis Nilai, dan Model Klarifikasi Nilai. Modelpembelajaran Perkembangan Kognitif Moral adalah modelyang berupaya mengembangkan penalaran danpertimbangan moral melalui tingkatan dan tahapan moral(moral stage). Basis utama dari model pembelajaran

Page 50: Dari Teori ke Aplikasi

40

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

perkembangan kognitif moral adalah kemampuanpenalaran (kognitif) terhadap berbagai isu-isu moral.

B. Asumsi

Model pembelajaran perkembangan kognitif moraladalah salah satu dari beberapa model pembelajarankarakter moral warga negara (civics virtue). Modelpembelajaran yang berorientasi pada perkembangankognitif ini didasari oleh asumsi-asumsi yang menjadi tiangpancang pelaksanaan kegiatannya dalam pembelajar-an,yaitu:

1. Pendidikan moral (moral kewarganegaraan, etikahidup bernegara, karakter bernegara) adalah jugapendidikan intelektual yang didasarkan pada stimulasiberpikir aktif dari peserta didik terhadap isu-isu dankeputusan moral, termasuk kaitannya dengan moralbermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Perkembangan adalah upaya mengembangkanpenalaran dan pertimbangan moral melalui tingkatandan tahapan moral (moral stage), yang terdiri dari:

a. Tingkat premoral (prekonvensional); perilaku yangdidorong oleh impuls-impuls biologis dan sosialdengan hasil moral, dengan orientasi kepadakepatuhan dan hukuman.

b. Tingkat konvensional; perilaku yang menerimadengan sedikit kritis terhadap standar kelompok

c. Tingkat postkonvensional (autonomous); tindakandibimbing oleh penilaian dan penalaran individual.

3. Setiap orang harus bergerak melampaui setiaptahapan secara runtut, tidak dapat melangkahi tahapdi atasnya.

Page 51: Dari Teori ke Aplikasi

41

4. Proses pertimbangan moral dapat dipelajari.

5. Standar moralitas didasarkan pada konsep filosofisuniversal dari “keadilan”

6. Demokrasi membutuhkan warganegara yangmemiliki penilaian moral yang baik dan keterampilanmoral yang berkembang dengan baik pula.

7. Penilaian moral merupakan pemecahan dari konflik-konflik di antara nilai-nilai (moral dilema); sebagaihasil suatu pertimbangan moral, di mana nilaiditempatkan secara rasional sebagai prioritas.

8. Penilaian moral dibuat dari hal-hal keseharian danmerujuk langsung perilaku kita.

C. Tujuan

Setiap model pembelajaran moral, termasuk modelpembelajaran berbasis perkembangan kognitif moral tentumemiliki tujuan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaranberdasarkan strategi model perkembangan kognitif moralberupaya untuk mencapai suatu tujuan. Adapun tujuandari model pembelajaran perkembangan kognitif moraladalah membantu peserta didik secara bertahap (dari satutahap pada suatu waktu) berkembang hierarki moralnya,dan berarti mengembangkan penalaran moral untukmenghasilkan moral yang “lebih baik” dan warga negarayang juga lebih baik.

D. Posisi Guru

Untuk melaksanakan strategi pembelajaran denganmenggunakan model perkembangan kognitif moral,maka ada beberapa posisi guru yang harus menjadiperhatian, yaitu:

Model Pembelajaran Perkembangan Kognitif Moral

Page 52: Dari Teori ke Aplikasi

42

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

1. Guru membantu mengembangkan tahap yang lebihtinggi dalam penalaran moral melalui “pengajaranterpimpin “( mempergunakan situasi dilema moraldengan pertanyaan ’lacakan’ ) dalam seluruh bahanatau isi materi pelajaran.

2. Membantu peserta didik mengembangkanlingkungan/suasana yang lebih “adil, bermoral” yangmempengaruhi seluruh aspek kehidupan sekolah/kelas.

E. Substansi Model Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang menggunakan modelperkembangan kognitif moral, harus terdiri dari 5 ( lima )hal yang merupakan substansi (inti) dari modelpembelajaran perkembangan kognitif moral, yaitu:

1. Fokus

Fokus dari model pembelajaran ini adalah berupaatau dalam bentuk adanya “situasi dilematis”. Situasidilematis ini harus antara lain, berfokus pada kehidupanpeserta didik, isi/materi pelajaran, atau pada kehidupanmasyarakat, pemerintahan, dan negara yang aktual.Situasi dilema yang dikehendaki haruslah “asli” ataumencerminkan hal yang “sesungguhnya” darikehidupan nyata.

2. Tokoh Utama

Dilema harus melibatkan seorang tokoh utama ataukelompok utama dari tokoh-tokoh cerita sekitar dilemaitu terfokus. Peserta didik membuat penilaian moralmengenai apa yang harus dilakukan tokoh utama.

Page 53: Dari Teori ke Aplikasi

43

3. Pilihan

Tokoh utama harus memiliki dua pilihan alternatiftindakan yang menumbuhkan satu konflik tertentu.Pilihan tidak harus berupa jawaban yang “benar”menurut kelaziman di masyarakat.

4. Isu-Isu Moral

Situasi dilema dan tokoh utama berkaitan dengannorma-norma sosial, politik, ekonomi, budaya, keluar-ga, masyarakat, dan lain-lain, misalnya hukuman, seks,politisi busuk, dan koruptor.

5. Pertanyaan Tindakan

Pertanyaan tindakan adalah berupa tindakan apayang harus dilakukan tokoh utama. Tindakan inimerupakan inti kegiatan diskusi yang berpusat padapenilaian moral dalam suatu dilema.

F. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran

Supaya pelaksanaan strategi pembelajaran denganmenggunakan model perkembangan kognitif moral inisesuai dengan asumsi dan tujuannya, maka dipaparkanlangkah-langkah prosedur pelaksanaannya;

1. Menghadapkan peserta didik dengan satu dilemamoral, dapat berupa antara lain lembar cerita, role-playing, fragmen film, atau klipping koran. Pesertadidik harus dapat memahami “masalah pokok” yangdilematis yang dihadapi tokoh utama dalam cerita.

2. Menetapkan posisi sementara. Guru memberikesempatan kepada peserta didik untuk menetapkanposisi sementara dirinya dalam dilema moral yang

Model Pembelajaran Perkembangan Kognitif Moral

Page 54: Dari Teori ke Aplikasi

44

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

dihadapi, dengan cara menuliskan posisinya.Kemudian guru mengelompokkan posisi yang sama.

3. Mengkaji penalaran/pertimbangan moral. Pesertadidik dibagi ke dalam kelompok-kelompok keciluntuk mengkaji pertimbangan moralnya (moral rea-soning) dalam kelompoknya.

4. Memikirkan secara mendalam setiap posisi individual(Reflect on the Individual Position). Guru membantupeserta didik sekali lagi untuk merenungi posisinyadalam dilema moral tersebut.

5. Dilema moral disesuaikan dengan perkembanganpeserta didik, misalnya:

a. Tingkat SD; dilema tentang kerjasama, sikap adil,memahami orang lain, kerukunan dalamkeragaman

b. Tingkat SMP; dilema persahabatan, hubungandengan kekeluargaan, tekanan teman sebaya,kesetiaan, dan kepercayaan.

c. Tingkat SMA;dilema masalah keadilan, penerap-an hukum, aturan dan lain-lain.

Page 55: Dari Teori ke Aplikasi

45

BAB VII

CERITA DILEMA MORAL

A. Unsur-Unsur Esensial Sebuah Kisah Dilema

Metode ini digunakan lebih sering menghadapkan parasiswa dengan situasi-situasi sosial dan moral yangsesungguhnya yang mengandung dilema moral. Kisahdilema moral barangkali dapat disampaikan melalui bacaan,film, bermain peran (role playing ) atau media lain. Dilema-dilema bisa juga muncul paling sedikit dari tiga sumber: materikhusus kurikulum, isu-isu mutakhir dalam masyarakat saatkini, situasi-situasi dilema yang berhubungan secara langsungdengan kehidupan para siswa. Suatu kisah dilema mencakuplima unsur-unsur esensial:

1. Fokus

Sebuah situasi dalam dilema sebaiknya difokuskanpada kehidupan para siswa, materi kurikulum, ataumasyarakat terkini. Sebuah dilema sebaiknya merupakanhal yang sesungguhnya.

2. Tokoh Sentral

Dilema sebaiknya berisi tokoh sentral atau tokohkelompok utama yang berada dalam dilema yang telahdifokuskan

Page 56: Dari Teori ke Aplikasi

46

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

3. Pilihan

Kisah atau situasi harus mengandung pilihan bagitokoh sentral. Tokoh dalam dilema sebaiknya memilikidua pilihan tindakan yang memperlihatkan konfliknyata. Tak ada satupun tindakan pilihan yang di-pandang secara kultural akan diakui sebagai jawaban“benar”. Dalam dilema Sebuah Surat Peringatan, IbuWati memiliki pilihan antara mematuhi peringatanpengawasnya atau mendukung para siswa dalamketerlibatan dengan isu-isu masyarakat. Ibu Wati tentusaja merasa norma-norma sosial yang menariknyadalam dua kutub dan menciptakan konflik baginya.Setiap kisah dilema mesti mencakup konfliksesungguhnya untuk tokoh utama.

4. Isu-Isu Moral

Dilema-dilema moral berkisar sekitar isu-isu moralutama. Kohlberg mengidentifikasi beberapa isu-isutersebut, yaitu: Norma-norma sosial, hak-hak (kebebas-an-kebebasan) sipil, Kehidupan, Sex, Kesadaran Per-sonal, Perjanjian, Kepemilikan, Peran-peran dan Isu-Isudari Dukungan, Kekuasaan, Hukuman dan Kebenaran.

Sebuah Surat Peringatan, sebagai contoh,mengandung isu-isu dari kekuasaan, kesadaran pribadi,peran-peran kasih sayang, hak-hak sipil dan peluangkontrak kerja. Peserta diskusi barangkali memilih untukmemusatkannya pada satu atau beberapa isu dalamdilema, dan guru (fasilitator) akan diminta menyiapkanpertanyaan-pertanyaan yang cocok yang berhubungandengan setiap isu moral dalam cerita.

Page 57: Dari Teori ke Aplikasi

47

5. Pertanyaan “ Sebaiknya”

Setiap dilema moral diakhiri dengan pertanyaankhusus yang meminta tentang apa yang sebaiknyatokoh lakukan dalam situasi itu. Permintaan pertanyaan“sebaiknya” menjaga agar diskusi tetap terpusat padapertimbangan-pertimbangan moral dalam dilema.Namun demikian, jika kamu minta peserta diskusiuntuk menanggapi terhadap apa yang Ibu Wati akanlakukan dalam situasi itu, kamu meminta mereka untukmemprediksi apa yang ia mungkin lakukan. Sebelumpara individu menyadari untuk memprediksi tindakandalam situasi yang ditemui, mereka sering menghendakisetiap kemungkinan secara rinci tentang tokoh utamadan materi-materi dari tindakan.

Para siswa juga enggan untuk menjawab per-tanyaan, seperti: Apa yang akan kamu lakukan dalamsituasi itu? Lagi pula, sebelum setiap orang menyadariadanya kesamaan prediksi mereka dalam perilakumereka, mereka ingin diakui bahwa mereka memiliki“jawaban yang benar”. Bagaimanapun, setiap orang,dapat sama pikirannya terhadap apa yang orang lainsebaiknya lakukan dalam situasi yang sulit.

Diskusi terhadap apa yang seseorang akanlakukan, walaupun sering menarik dan kadang-kadangrelevan dengan pertimbangan-pertimbangan moral,sering mendorong pada penggunaan-penggunaankemampuan psikologis ketimbang moralitas.

Hanya setelah peserta diskusi mendiskusikan apayang sebaiknya dilakukan, itu membantu untukmembahas kemungkinan perbedaan antara apa yangsebaiknya dilakukan dan apa yang akan dilakukan.Sebagai contoh di kelas 1 SMP pada mata pelajaranPKn atau IPS, para siswa mengunakan sedikit waktu

Cerita Dilema Moral

Page 58: Dari Teori ke Aplikasi

48

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

untuk berdebat apakah ya atau tidak tokoh dalam kisahdilema sebaiknya meniru lembar jawaban soal dalamujian yang penting ( yang ia temukan dalam tongsampah sekolah ) untuk belajar bagi ujian yang akandatang. Meskipun para siswa tidak sepakat terhadaptindakan apa yang sebaiknya lakukan dan merekamempunyai beragam alasan untuk mempertahankanmateri dari tindakan, mereka akhirnya dipusatkan padaperbedaan potensial antara apa sebaiknya oranglakukan – sesuatu yang “benar” untuk dilakukan- danapa yang mungkin secara nyata dilakukan orangdalam situasi itu. Dalam kasus ini, suatu diskusi terhadapsebaiknya dan akan (mungkin) respon-respon yangmuncul dapat menolong sekali dalam memberikankesempatan para siswa untuk menguji kemungkinanketidakkonsistenan antara pertimbangan-pertimbang-an moral mereka sendiri dengan tindakan moral. Berikutkisah yang dirancang untuk para siswa, lihat lima unsuresensial dalam kisah dilema ini

B. Contoh Kisah Dilema Moral

Berikut kisah yang dirancang untuk para siswa, lihatdan cermati lima unsur esensial dalam kisah dilema ini.

1. “Hei, Sam, Truk ada di sini”

Tambang-tambang telah ditutup hampir enamminggu hingga sekarang, karena mogok. Minggupertama sampai minggu ketiga tidak begitu buruk.Setiap pekerja tambang dan termasuk serikat pekerjaberharap sekali-kali mogok dan biasanya dipenuhi hal-hal tertentu. Para keluarga menyimpan makanantambahan dan mempunyai sedikit tabungan-tabunganuang. Serikat pekerja memberikan beberapa makanan

Page 59: Dari Teori ke Aplikasi

49

dan uang tambahan sedikit untuk pekerja yang melaku-kan mogok. Sekarang, bagaimana, lemari makanankosong dan tabungan-tabungan telah habis- bahkanbantuan-bantuan dana serikat pekerja pun hanya cukupuntuk para pekerja tambang yang telah bekerja lebihdari 15 tahun. Anak-anak membawa makan siangdengan porsi yang lebih sedikit, dan makanan keluargaterdiri dari sop dan roti yang sudah basi. Mereka sudahmendekati kondisi kelaparan.

Sam mengelola toko pangan yang besar dalamkomunitas penambang kecil. Sam telah bekerja dipertambangan lebih dari 25 tahun dan mengetahuikondisi-kondisi yang buruk sekali dan resiko-resikokeselamatan yang serikat pekerja protes. Sam berterimakasih bahwa ia dapat menafkahi keluarganya hinggasekarang dan anak perempuan yang paling bungsusedang duduk di perguruan tinggi dari pendapatannyasebagai manejer toko. Istrinya gembira bahwa Samtidak pernah pergi ke dalam lobang hitam lagi.

Sam hanya menjawab telepon selama jam 6 padasetiap sore. Ia terus menerima panggilan demi pangilandari teman-teman lamanya dan penambang-penambang yang lain dalam masyarakat yangmenanyakannya tentang kemungkinan pinjaman daritoko. Sam berada dalam kesulitan yang mendalam.Pemilik toko juga pemilik separo saham dalamperusahaan pertambangan dan ingin sekali pemogokandiakhiri. Pemilik toko mengintruksikan Sam bahwatidak ada pinjaman yang akan diberikan kepada parapekerja tambang yang melakukan pemogokan.

Hari berikutnya Sam menerima dua panggilanlebih awal pada pagi hari. Pertama dari pemilik toko: “Sam, saya dengar orang akan meminta kepada kamu

Cerita Dilema Moral

Page 60: Dari Teori ke Aplikasi

50

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

pinjaman di toko. Saya tahu bahwa kami simpati denganserikat pekerja dan para pekerja, dan menempatkan kamudalam posisi yang sulit. Ijinkan saya membuatnya lebihmudah untukmu – jika kamu membatalkan kebijakantidak memberikan pinjaman, kamu dapat bekerja kembalidalam pertambangan”. Dan kamu saya laporkan kepolisi, karena bertindak illegal. Kedua, panggilan datangdari teman lama dan organisator serikat pekerjapenambang: “ Sam, orang ingin mendapatkan pinjamandi tokomu. Kamu dapat memberikan orang-orang denganberbagai makanan, Sam, saya akan meyakinkan tokobahwa akan dibayar kembali setelah pemogokan berakhir.Saya mengirim truk yang datang untuk mengangkutmuatan barang-barang yang dibagi-bagi kepada 30keluarga. Itu akan dilakukan pada jam 09.30, saya punyatruk yang lain di sini sore nanti”

Apakah sebaiknya Sam memenuhi pesanan ketikatruk tiba? Ya atau tidak, Mengapa?

2. “ Sebuah Surat Peringatan “ (diadaptasi dariThe Memo)

Ibu Wati, seorang guru PKn kelas 2 SMA,menyuruh para siswa pada mata pelajarannya tentang“ Hak dan Kewajiban Warga Negara “ untuk menjadiwarga negara yang aktif, bertanggung jawab danmampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Salahsatu tugas kelas menuntut para siswa untuk melakukansuatu Progam Aksi sebelum akhir semester. ProgramAksi itu bisa mencakup sejumlah pengalaman di luarkelas. Untuk kegiatan itu, sejumlah pelajar meluangkanwaktu berkeliling atau berpatroli bersama kesatuanpatroli polisi dan mengunjungi pengadilan negeri,pelajar lain menyelidiki editorial atau berita utama

Page 61: Dari Teori ke Aplikasi

51

televisi terbaru tentang ketidakamanan dari tindakanpara preman, pejahat atau pejambret terhadap warganegara. Beberapa pelajar memutuskan untuk menggu-gah kesadaran masyarakat terhadap masalah angkutansetempat. Baru-baru ini sejumlah warga usia lanjut telahmengajukan usulan pada perusahaan bis danpemerintah kota untuk mengeluarkan karcis bebas bagiwarga usia lanjut dilanjutkan naik bis tanpa bayar danpemerintah kota yang mensubsidi perusahaan bis.

Kelompok pelajar ini menyelenggarakan kam-panye atau unjuk rasa untuk mengangkat masalahyang berkenaan dengan kebutuhan transportasi bagiwarga yang berusia lanjut. Mereka membentukkelompok kajian untuk menyelidiki permasalahantersebut. Mereka mengirim surat kepada para politisidan para pengusaha, bahkan mereka tampil pada“Suara Masyarakat” sebuah acara televisi yangmenampilkan masalah lokal. Namun demikian parapemimpin masyarakat mengabaikan para pelajar danmenolak usulan itu. Ibu Wati berusaha mencari dukung-an dari sejumlah besar pelajar sekolah menengah laindan mengatur suatu rencana untuk menarik perhatianmasyarakat pada masalah transportasi bagi wargalanjut usia. Bagian pertama dari rencana itu adalahmengajak para pelajar sekolah menengah lainnya,dengan cara menolak menggunakan bis yang telahdisediakan untuk pergi sekolah. Mereka meminta agarmereka diantar oleh orang tua mereka untuk diantarsekolah. Bagian kedua dari rencana berikutnya, merekameminta para pelajar semua naik bis keliling kota padajam ramai. Oleh karena para pelajar memiliki karcisbebas yang membolehkan mereka menaiki bis apa pun,mereka dapat menggunakan karcis bebas tersebut dan

Cerita Dilema Moral

Page 62: Dari Teori ke Aplikasi

52

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

menguasai angkutan umum dengan menaiki bistertentu dan mencegah penumpang lain mengguna-kannya. Para pelajar menerapkan boikot atau monopolidan tampaknya berhasil pada hari pertama. Bis sekolahmenjadi kosong, pada tengah hari jam ramai, terminalbis menerima laporan bahwa lalu lintas kota dipenuhipara pelajar yang menyanyi dan tertawa.

Hari berikutnya ibu Wati diberitahu oleh atasanbeliau bahwa para politisi tidak membenarkanperbuatan para pelajar. Ibu Wati menjelaskan padaatasannya bahwa dia telah menjelaskan kegiatan ter-sebut dengan para siswa dan kepala sekolah pada awaltahun ajaran dan dia tampak senang dengan carasejumlah pelajar terlibat bermasyarakat. Namundemikian, ibu Wati menerima sebuah surat peringatanresmi di dalam kotak pos sekolah pada siang hariberikutnya.

Depdiknas Kota Banjarmasin

Sekolah Menengah Atas Negeri

Drs. Anang Baderi, Kepala Sekolah

Kepada : Ibu Dra. Wati

Dari : Kepala Sekolah

Tanggal : 18 Mei 2003

Masalah : Protes Siswa yang MenggunakanTransportasi Umum

Sebagaimana pembicaraan kita kemarin, andamesti sadar bahwa para siswa dari matapelajaranmu “PKn” telah mengorganisir protes

Page 63: Dari Teori ke Aplikasi

53

yang mengganggu terhadap kebijakan transportasipublik tertentu. Situasi demikian tidak dapatdibiarkan,dan anda mesti memerintahkan parasiswa menghentikan boikot segera dan menahandiri dari menggunakan bis-bis keliling kota selamajam-jam ramai. Para siswamu akan diinstruksikansegera (setiap individu dan secara pribadi dengantelepon jika perlu ) untuk membatalkan isu tersebutatau resikonya anda akan dikeluarkan dari sekolah

Saya yakin kamu akan sepakat bahwamasalah ini akan ditangani oleh sekolah karena halitu dimulai sebagai tugas kelas. Jika para siswa tidakmengikuti instruksimu, bagaimana punpemerintah kota telah menyiapkan tindakan yangtepat. Termasuk memecat anda

Apakah sebaiknya ibu Wati akan memanggil parasiswanya dan membatalkan tugas yang diberikannya?

Pilih satu: Ya______________ Tidak _______________

Pertimbangan-Pertimbangan _________________________

3.”Obat Langka”

Seorang wanita dari keluarga miskin di satu kotasedang dalam keadaan sakit parah dan dalam keadaansekarat, karena diserang penyakit kanker yang aneh.Hanya ada satu obat yang menurut dokter mungkindapat menyembuhkannya. Obat yang mengandungradium itu baru saja ditemukan oleh seorang ahli farmasidi kota itu. Obat itu mahal pembuatannya, dan ahlifarmasi di kota itu menuntut bayaran 10 kali lipat dari

Cerita Dilema Moral

Page 64: Dari Teori ke Aplikasi

54

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

biaya pembuatannya. Ia mengeluarkan Rp.20.000.000.sebagai biaya pembuatan radium itu, dan menetapkanharga Rp.200.000.000,-, untuk biaya obat itu dalam dosiskecil.

Suami perempuan yang sakit itu, Palui, menemuisetiap kenalan dan keluarganya, untuk meminjam uanguntuk membeli obat itu. Akan tetapi setelah semuakenalan dan keluarga, dan habis pergi ke sana ke mari,Palui hanya berhasil mengumpulkan uang sebanyakRp.100.000.000,-. Jadi hanya separuh dari harga obatyang diperlukan.

Disampaikan Palui kepada ahli farmasi itu, bahwaisterinya sedang sakit parah dan dalam kondisi sekarat,lalu mohon agar dapat memperoleh obat itu, denganharga yang lebih murah atau membolehkannyamembayar dulu RP.100.000.000,- dan sisanya kemudian.Ahli farmasi itu berkata: “ Tidak bisa, sayalah yangmenemukan obat itu, dan saya akan berusaha untukmengeruk uang dengan penemuan itu “.

Apakah sebaiknya Palui mencuri obat itu untukmengobati isterinya yang sekarat atau tidak?

Pilih satu: Ya_______________ Tidak ______________

Alasan: _______________________________________

4. Iwan dan Dani: Kepantasan Berperilaku

Dani tinggal di sebuah kompleks perumahan yangpenghuninya memiliki latar belakang kehidupanberbeda-beda. Ada orangtuanya yang bekerja sebagaipengusaha, ada juga sebagai pegawai biasa, pedagang,

Page 65: Dari Teori ke Aplikasi

55

malah ada yang sekedar sebagai penjual jasa denganmembuka warung kecil.

Dani adalah anak seorang pegawai biasa yang jugatinggal di kompleks perumahan tersebut. Dia ber-sebelahan rumah dengan seorang pengusaha kaya,yang anaknya bernama Iwan, satu sekolah dan seringbelajar bersama dalam satu kelompok dengan Dani.Tetapi Iwan, tidak mau berteman dengan Dani, bila dikompleks perumahan. Iwan lebih suka berkawandengan teman-teman yang sesuai dengan kekayaan-nya, bahkan kadang-kadang mengejeknya di depanteman-temannya. Sedangkan Dani cukup bermain boladi lapangan.

Suatu hari Iwan terjatuh dari sepeda motornya, saatpulang dari sekolah, dan tidak dapat bangkit, atauberjalan, karena kakinya luka berdarah. Dani melihat-nya, tetapi ada rasa enggan di benaknya untukmembantu Iwan. Ia langsung pulang saja, tanpamemperdulikan Iwan yang kesakitan dan sendirian ditepi jalan. Pantaskah kelakuan Dani terhadap Iwan?(Sumber: Dimodifikasi dari Jurkanie Dharma,2004)

Pilih satu: Ya _______________ Tidak _______________

Alasan: _______________________________________

5. Lala Hidup Sederhana

Lala anak seorang pengusaha kaya raya. Orangtuanya memiliki banyak uang dan harta kekayaan,bahkan berlebihan. Akan tetapi kehidupan Lala sepertilayaknya orang kebanyakan. Ia berpakaian biasa-biasasaja, seperti pakaian yang dipakai teman-temannya.Pergi ke sekolah naik taksi umum serta akrab bergaul

Cerita Dilema Moral

Page 66: Dari Teori ke Aplikasi

56

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

dengan teman-temannya di sekolah maupun dikampung. Selain itu, Lala juga suka menabung untukkeperluan masa depannya. Lala suka memberi per-tolongan kepada teman-teman yang mendapatmusibah atau perlu bantuan segera yang harusdipenuhi. Pergaulan Lala biasa saja, tidak menunjukkanbahwa dirinya anak seorang pengusaha yang kayaraya, padahal jika melihat kekayaan ayahnya Lala bisaberfoya-foya dalam hidupnya. Namun Lala tidakmelakukannya. Melihat sikap Lala demikian, ayah danibunya kecewa, dan berpikir bahwa kekayaan yangmereka miliki dan susah payah membanting tulang,tidak berguna dan tidak diperdulikan oleh Lala. Pantas-kan Lala bersikap demikian? (Sumber: Dimodifikasidari Jurkanie Dharma,2004)

Pilih satu: Ya _______________ Tidak _______________

Alasan: _______________________________________

Page 67: Dari Teori ke Aplikasi

57

BAB VIII

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Tiga Bagian dari Perencanaan Mengajar

1. Dilema Orisinal

Bagian pertama dari persiapan mengajar untukdilema moral meliputi bimbingan mengawali diskusikelas. Setelah lebih dahulu mengklarifikasi fakta-faktadan istilah-istilah dalam kisah, guru sebaiknyamenentukan sejumlah ketidaksetujuan terhadap pilihanyang dilakukan oleh tokoh utama. Dilema-dilema moralsebaiknya menciptakan konflik sesungguhnya bagipara siswa. Meskipun teori Kohlberg menghendaki parasiswa fokus terhadap alasan-alasan yang berbeda untukmerekomendasikan materi-materi tertentu daritindakan, kisah dilema yang baik, sebaiknya jugamenghasilkan perbedaan opini mengenai tindakan. Jikapara siswa tidak setuju terhadap posisi tindakan, merekaakan lebih cendrung untuk mendiskusikan alasan-alasan untuk perbedaan rekomendasi-rekomendasimereka. Sebagai contoh, para siswa dengan cepat men-diskusikan isu-isu moral yang terdapat dalam situasiSam, jika mereka sejak awalnya tidak setuju terhadaptindakan Sam, apakah sebaiknya memenuhi atau tidak

Page 68: Dari Teori ke Aplikasi

58

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

pesanan, ketika truk tiba. Setiap perencanaan mengajarmencakup pembelajaran tentang ketidaksetujuanterhadap posisi tindakan.

2. Dilema-dilema Alternatif

Para siswa akan banyak terlibat dalam diskusi, jikamereka sejak awal mengalami berbagai konflik tentangtindakan yang ditanyakan. Rangkaian alternatif untukdilema sesungguhnya bermanfaat untuk mendorongkonflik dalam kisah. Alternatif-alternatif barangkalimendorong konflik melalui pemusatan lebih khususpada salah satu dari isu-isu moral dalam kisah ataudengan menghadirkan salah satu dari norma-normasosial yang bertentangan dalam dilema. Sebagai contoh,jika lebih banyak para siswa dalam kelas setuju bahwaSam sebaiknya memenuhi pesanan, guru dapatmemperlihatkan alternatif dalam kisah yang menunjuk-kan bahwa Sam mungkin menghadapi tuduhanbertindak kriminal karena menolong para pekerjatambang untuk memenuhi apa yang tidak dipunyaimereka.

Suatu alternatif yang menekankan pada isuhukuman dan dapat menyebabkan beberapa siswamenentukan bahwa Sam sebaiknya tidak memenuhipesanan. Hal itu menyebabkan terjadinya satu diskusiterhadap alasan-alasan dari berbagai orang, yang akanmampu merubah posisi awal mereka terhadaptindakan, karena isu hukuman telah dikenalkan dalamdiskusi. Guru dapat juga mengenalkan alternatif yangkhusus bahwa Sam lumpuh sama sekali dan mungkintidak dapat menemukan pekerjaan lain, jika Samdipecat dari toko. Alternatif ini mendramatisir salah satudari norma-norma sosial yang sedang berkonflik untuk

Page 69: Dari Teori ke Aplikasi

59

Sam (kewajibannya untuk memelihara pekerjaanberhadapan dengan kewajibannya terhadappersahabatan dengan para pekerja tambang lainnya).

Selama kelas tidak setuju tentang tindakan yangditanyakan dengan paling sedikit terbagi antara 70%-30%, itu sebaiknya tidak diperlukan untuk mengguna-kan salah satu dari beberapa alternatif dilema.Bagaimanapun, alternatif-alternatif untuk kisahsesungguhnya barangkali mungkin digunakan sebagaitopik tambahan dari diskusi setelah kelas menggalikisah dilema. Guru barangkali memilih untuk meng-gunakan alternatif hukuman setelah dalam diskusi, jikapara siswa tidak menyebutkan pertimbangan tertentu.

3. Pertanyaan Pelacak

Guru sebagai fasilitator dalam diskusi dilema moralmempunyai dua tugas utama: mendorong interaksisiswa dan membuat pasti bahwa diskusi tetapdifokuskan pada isu-isu moral dalam kisah. Selanjutnyamengerjakan dua tujuan, guru dapat menggunakanbentuk-bentuk teknik pertanyaan yang berbeda.Beberapa pertanyaan yang menggiring interaksi ataupandangan untuk menolong mendorong interaksi diantara angota-anggota kelas, misalnya:

“Apakah kamu setuju dengan apa yang Hariansyahbaru saja katakan tentang cerita dilemma itu, Nurbaiti?”

“Apakah seseorang akan menyimpulkan alasan-alasan yang baru saja diberikan untuk Sam yangmenolak memenuhi pesanan?”

“Apakah kamu akan menanggapi terhadapkomentar Jubaidah tentang kebebasan-kebebasan sipil?”

Perencanaan Pembelajaran

Page 70: Dari Teori ke Aplikasi

60

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

“ Amir, kamu sejak awal tidak setuju dengan posisi Yenimengenai Sam. Dapatkah kamu menguraikan dengan kata-kata sendiri posisi Yeni dan menanggapi Yeni menurutpendapatmu?”

Pertanyaan-pertanyaan itu akan mendorong parasiswa untuk berbicara dengan setiap siswa yang lain tentangdilema. Para guru sebaiknya menggunakan tipepertanyaan yang lebih spesifik untuk memfokuskan diskusipada isu-isu moral yang terdapat pada dilema. Pertanyaan-pertanyaan pelacak telah dipersiapkan sebagai bagianketiga dari Perencanaan Mengajar untuk menolongmelaksanakan tujuan pengajaran. Isu yang berhubunganpelacakan, pergantian peran pelacak dan konsekuensi uni-versal pelacakan, semuanya menolong untuk menstimulasidiskusi terhadap aspek-aspek moral dari cerita dilema.

a. Melacak yang berhubungan dengan isu: Beberapapertanyaan pelacakan termasuk dalam Perencanaan-perencanaan Mengajar yang dirancang untukdifokuskan pada isu-isu moral tertentu dalam kisahdilema;

Apakah ibu Wati mempunyai kewajiban untukmematuhi perintah Kepala Sekolah? Mengapa yaatau mengapa tidak?

Apakah ibu Wati punya kewajiban terhadap parasiswa di kelasnya?

Apakah ibu Wati sebaiknya mematuhi memo, jikaitu dimaksudkan bahwa ia akan menerima resikountuk dipecat?

Apakah Sam punya kewajiban terhadappemogokan pekerja tambang? Mengapa ya ataumengapa tidak?

Page 71: Dari Teori ke Aplikasi

61

Apakah Sam punya berbagai kewajibanterhadap pemilik toko? Mengapa ya ataumengapa tidak?

Pertanyaan-pertanyaan pelacakan yangdicantumkan di atas terfokus pada isu-isu kewajibandan hukuman. Kamu mungkin menggunakan isu-isu yang berhubungan dengan pertanyaan pelacakpaling sedikit dalam dua cara. Pertama, para siswabarangkali sejak awal berdiskusi terhadap isutertentu seperti hukuman. Ketika ini terjadi, paraguru boleh memilih untuk mempertajam fokus padaisu melalui penggunaan pertanyaan pelacak yangberada dalam karakter dilema dengan kontaklangsung terhadap isu-isu: “Apakah Sam mengetahuibahwa ia akan berada dalam kesulitan denganpemilik toko?” Tipe dari pertanyaan pelacak inisecara khusus berguna bila para siswa hanyamenyebut isu, tetapi para siswa tidak mengakuinyasebagai pertimbangan penting dalam cerita. Kedua,Para siswa mungkin tetap terlibat dalam diskusidilema moral dan tidak merasakan isu tertentu.Suatu isu yang berhubungan dengan pertanyaanpelacak barangkali menggerakkan diskusi kelaskepada pengujian isu moral yang spesifik.

b. Melacak melalui peran pengganti

Sebagian besar porsi dari diskusi dilema moralberkisar sekitar apa yang sebaiknya tokoh utamalakukan dalam kisah. Setelah para siswa mendis-kusikan alasan-alasan mereka dari berbagaipandangan terhadap tokoh utama, pertanyaanmelalui peran pengganti mendorong mereka untukmempertimbangkan alasan mereka dari apa yang

Perencanaan Pembelajaran

Page 72: Dari Teori ke Aplikasi

62

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

dikemukakan oleh tokoh yang lain. Pertanyaan-pertanyaan pelacak melalui peran pengganti secarakhusus menolong para siswa dalam memberikankesempatan untuk melihat sisi yang lain dari isu atausituasi, untuk memperluas pandangan-pandanganmereka terhadap situasi-situasi sosial dan moral yangkompleks. Berikut contoh-contoh pertanyaan yangmenggali atau melacak melalui peran pengganti:

Dari pandangan kedua orang tua yang tinggaldi daerah itu, apakah sebaiknya ibu Watimembatalkan tugas yang diberikan kepadasiswanya? Mengapa?

Dari pandangan orang yang lebih tua diBanjarmasin, apakah sebaiknya ibu Watimembatalkan tugas yang diberikan kepadasiswanya? Mengapa?

Mengapa kamu pikir bahwa pemilik tokomungkin tidak mau Sam memenuhi pesananmakanan untuk para penambang?

Dari pandangan pembeli yang lain di toko,apakah Sam sebaiknya memenuhi perananmakanan untuk penambang yang melakukanpemogokan? Mengapa ya atau mengapatidak?

Pelacakan melalui peran pengganti dapat secarakhusus berguna dalam memeriksa konsistensi alasandan menguji perubahan alasan pada kisah dilemayang sama. Sebagai contoh; para siswa mungkinmemtuskan bahwa Sam sebaiknya memenuhipesanan makanan untuk para penambang yangmelakukan pemogokan, karena Sam mau menolongseseorang untuk keluar dari masalah itu, jika ia masih

Page 73: Dari Teori ke Aplikasi

63

ikut melakukan pemogokan. Bila mereka dimintauntuk mempertimbangkan pertanyaan daripandangan pemilik toko, bagaimanapun, merekamungkin memutuskan bahwa pemilik toko punyahak untuk melindungi tokonya dan untukmenggunakan bisnisnya untuk memaksa pekerjatambang kembali bekerja. Pertentangan dari alasan-alasan terhadap kisah dilema yang sama, mem-berikan kesempatan yang baik sekali untuk mengujiperbedaan antara menolong teman-teman dan patuhpada majikan. Pada umumnya pertanyaan lacakandapat meneruskan perbedaan ini: “Apakah kamupikir itu lebih penting, menolong beberapa temanyang mungkin melakukan kejahatan ataumematuhi perintah-perintah dari majikanmu?Mengapa? “. Melacak melalui peran penggantibarangkali sering memberikan para siswakesempatan untuk merespon dilema dari tahap yanglebih tinggi dari kemampuan berpikir mereka.

c. Melacak melalui konsekuensi universal:

Biasanya mendekati akhir diskusi, guru bolehmengajukan pertanyaan yang mempertimbangkankonsekuensi-konsekuensi dari berpikir yang telahdiuji. Berikut paparan contoh pertanyaan yangsifatnya menggali atau melacak dengan melaluikonsekuensi universal:

Apakah para siswa sebaiknya memiliki hak-hak yang sama seperti para warga yang lain?

Sebaiknya kamu selalu melakukan protesterhadap ketidakadilan yang kamu temukandalam masyarakat, bahkan jika protes ituberarti melanggar hukum?

Perencanaan Pembelajaran

Page 74: Dari Teori ke Aplikasi

64

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Sebaiknya seseorang selalu/tidak pernahmenolong teman yang meminta kamumelakukan sesuatu yang melanggar hukum?

Sebaiknya orang yang melanggar peraturanatau hukum selalu dihukum jika dia di-tangkap?

Mempertimbangkan terhadap konsekuensi-konsekuensi universal, akan menolong para siswaberpikir tentang implikasi berpikir mereka terhadapmasyarakat secara keseluruhan. Pertanyaan-pertanyaan itu, dilakukan secara terbuka, bentuknon-indoktrinasi, akan mengesankan kepada parasiswa bahwa kegiatan berpikir mereka tentangproblema-problema sosial dan moral yang pentingakan mempengaruhi seluruh masyarakat.Pertanyaan-pertanyaan lacakan, yang ditunjukkandalam Perencanaan Mengajar dan yang para gurubuat selama diskusi, bermanfaat untuk berbagaifungsi yang penting. Pertanyaan lacakan yang tepatdapat berguna untuk mendorong kelambatandiskusi. Pertanyaan lacakan juga dapat memfokus-kan diskusi terhadap pentingnya isu-isu moral danmembangkitkan berpikir tentang isu-isu yang lebihbesar dan perspektif sosial yang terdapat dalam kisahdilema.

Pertanyaan-pertanyaan lacakan telah dikaji olehpara guru yang memprioritaskan diskusi kelas dandigunakan pada waktu yang tepat di kelas. Satu dariketerampilan-keterampilan yang amat penting dariguru/fasilitator adalah mengetahui kapan meng-gunakan pertanyaan yang tepat yang akanmendorong interaksi siswa atau memusatkan pada

Page 75: Dari Teori ke Aplikasi

65

aspek-aspek penting dari kisah dilema. Daftarpertanyaan lacakan dalam setiap PerencanaanMengajar akan ditafsirkan hanya sebagai bimbingan.Karena itu tidak selalu diperlukan untukmenggunakan semua jenis lacakan. Pertanyaanlacakan hanya digunakan, bila untuk tujuan khusus.Bentuk-bentuk yang amat umum dari lacakanmengandung penggunaan pertanyaan-pertanyaan:“ Mengapa itu penting bagi kamu?”, “ Dapatkahkamu menceritakan kepada kita sedikit banyaktentang alasanmu?”, dan “Apakah alasan yangsangat penting bagi tokoh utama yang harusdipertimbangkan dalam membuat keputusannya?“

B. Perencanaan Mengajar: “ Hei, Sam, Truk

ada di sini “

1. Bagian Pertama: Hei, Sam, Truk ada Di sini

Bagikan kepada siswa dalam kelas naskah kisah”Hei, Sam, Truk ada di sini “ yang menguraikan Samdan para penambang. Pastikan bahwa para siswamemahami istilah dalam dilema dan dapat menjelaskandilema yang Sam hadapi.

Tentukan melalui tunjukan tangan atau berbagaicara lain bagaimana kelas merasakan tentang apakahSam memenuhi pesanan untuk para penambang.

Jika kelas dibagi dengan paling sedikit 1-3 dari parasiswa atas setiap aspek isu, pilih satu strategi daripembentukan kelompok kecil yang terdapat pada babIX. Diteruskan dengan diskusi, menuju ke tahap dilema-dilema alternatif.

Perencanaan Pembelajaran

Page 76: Dari Teori ke Aplikasi

66

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

2. Bagian Kedua: Dilema-Dilema Alternatif

Jika kelas setuju bahwa Sam SEBAIKNYA me-menuhi pesanan, satu dari dilema-dilema alternatifdapat digunakan untuk memancing ketidaksetujuan.

a. Pemilik toko memanggil Sam sekali lagi. Iamenjelaskan kepada Sam bahwa jika ia menolongorang memberikan milik yang mestinya bukanuntuk mereka, Sam tidak hanya akan dipecat,tetapi ia juga akan dituntut oleh pemilik toko.Aapakah Sam sebaiknya memenuhi pesanan?

b. Jika Sam sama sekali cacat dan tidak sanggupuntuk bekerja di pertambangan, jika ia kehilanganpekerjaannya di toko, apakah sebaiknya Sammemenuhi pesanan?

Jika kelas setuju bahwa Sam SEBAIKNYA TIDAKmemenuhi pesanan, satu dari dilema-dilema alternatifberikut dapat digunakan untuk menumbuhkanketidaksetujuan.

a. Sam menerima panggilan telepon yang lain.Seseorang berkata bahwa beberapa penambangyang mogok berencana untuk memulai mencurimakanan, jika mereka tidak dapat memperolehmakanan dengan berbagai cara lain. Apakahsebaiknya Sam memenuhi pesanan danmencegah kemungkinan dari pencurian?

b. Seorang ibu muda datang ke toko dan berceritapada Sam bahwa keadaan makanan telah begituburuk dan beberapa orang merencanakanmengirim anak-anak mereka untuk hidup denganfamili di kota yang lain. Apakah sebaiknya Sammencoba untuk mencegahnya dengan memenuhipesanan?

Page 77: Dari Teori ke Aplikasi

67

3. Bagian Ketiga: Pertanyaan-pertanyaan Pelacak

a. Apakah Sam punya kewajiban terhadap pemogok-an para penambang? Mengapa ya atau mengapatidak?

b. Apakah Sam punya kewajiban terhadap pemiliktoko? Mengapa ya atau mengapa tidak?

c. Apakah hak pemilik toko melarang pinjamanterhadap para penambang yang lapar? Mengapaya atau mengapa tidak?

d. Apakah teman Sam sebaiknya menempatkan Sampada posisi dengan memohonnya untuk mengisitruk penuh dengan makanan? Mengapa ya ataumengapa tidak?

e. Apakah sebaiknya para penambang mogok?Mengapa ya atau mengapa tidak?

f. Apakah sebaiknya pihak pemerintah memberikanpara keluarga yang melakukan mogok, cukupmakanan yang dengan begitu tidak akanmembuat mereka lapar? Mengapa ya atau tidak?

C. Perencanaan Mengajar: “ Sebuah Surat

Peringatan “

1. Bagian Pertama: Dilema Sesungguhnya

Biarkan peserta diskusi membaca “ Sebuah SuratPeringatan”. Pastikan peserta diskusi mengetahui fakta-fakta dasar dan kondisi-kondisi yang dipaparkan dalamdilema. Kamu boleh bertanya, “Apa yang terjadi padaibu Wati dan para siswa dalam kelas studi sosialnya?”

Tentukan bagaimana peserta diskusi dibagi dalamisu apakah ibu Wati sebaiknya memanggil para siswanyadan membatalkan tugasnya?.

Perencanaan Pembelajaran

Page 78: Dari Teori ke Aplikasi

68

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Jika kelas dibagi dengan paling sedikit 1-3 dari kelasatas setiap isu, pilih strategi pembentukan kelompokkecil yang terdapat dalam bab IV dan teruskan dengandiskusi.

Jika di sana terlalu kecil ketidaksetujuan terhadapisu, teruskan kepada dilema-dilema alternatif di bawahini. Beberapa dilema akan membantu untuk meng-hasilkan banyak ketidaksetujuan dan mempertinggidiskusi.

2. Bagian Kedua: Dilema-Dilema Alternatif

Jika lebih banyak dari peserta diskusi setuju bahwaIbu Wati SEBAIKNYA memanggil para siswanya,gunakan satu dari alternatif berikut:

a. Beberapa orang tua dan anggota DPRDmemanggil ibu Wati. Mereka menyatakan bahwamereka meyakini pada apa yang ia lakukan danakan mendukungnya. Mereka telah mendorong-nya untuk tidak membatalkan tugas itu.

b. Ibu Wati telah setuju dengan para siswanya bahwaia tidak akan ikut campur dengan usaha-usahapara siswa terlibat dalam berbagai isu masyarakat.

Jika sebagian besar peserta diskusi setuju bahwaibu Wati SEBAIKNYA TIDAK memanggil para siswa,gunakan satu dari alternatif berikut:

a. Ibu Wati bukan guru tetap. Persatuan GuruBanjarmasin menyatakan kepadanya bahwamereka tidak dapat mendukungnya, jika kepalasekolah menyarankan bahwa kontrak kerjanyamungkin tidak diperbaharui lagi.

b. Bapak Hadri, SH, pengacara yang mewakili lebihdari 60 organisasi, memanggil ibu Wati dan

Page 79: Dari Teori ke Aplikasi

69

meminta kepadanya untuk membatalkan tugas danmengecilkan hati para siswanya. Pengacara itumengindikasikan bahwa aksi-aksi para siswa dapatmencampuri urusan-urusan khusus antarapemerintah kota dengan organisasi.

c. Ibu Wati telah diberitahu bahwa perusahaan bus telahmerencanakan untuk menarik kembali tiket bebasseluruh siswa, jika protes terus dilanjutkan.

Bila peserta diskusi tidak setuju terhadap tindakansetelah mendiskusikan satu dari beberapa alternatif, pilihstrategi pembentukan kelompok kecil yang terdapat dalambab IX dan teruskan diskusi

3. Bagian Ketiga: Pertanyaan-Pertanyaan Lacakan

Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut pada saatyang tepat untuk memudahkan diskusi:

a. Dari pandangan seseorang yang berusia 62 tahun dantinggal dengan penghasilan tertentu yang kecil,apakah yang sebaiknya ibu Wati lakukan? Mengapa?

b. Apakah ibu Wati punya kewajiban mendukung parasiswa dalam kelasnya yang melaksanakan tugasmodel aksi? Apakah itu?

c. Apakah ibu Wati punya kewajiban untuk mematuhiperintah pengawas? Mengapa ya atau mengapatidak?

d. Dari pandangan orang tua di wilayah itu apakahsebaiknya ibu Wati membatalkan tugasnya?Mengapa ya atau mengapa tidak?

e. Apakah sebaiknya yang menjadi pertimbangansangat penting untuk ibu Wati, bila ia merespon suratperintah? Mengapa hal itu merupakanpertimbangan penting?

Perencanaan Pembelajaran

Page 80: Dari Teori ke Aplikasi

70

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

f. Apakah lebih penting perannya sebagai pendudukatau perannya sebagai guru dalam situasi itu?Mengapa?

g. Apakah sebaiknya para guru mengijinkan untukmemberikan tugas-tugas yang membolehkan parasiswa terlibat dalam kasus-kasus masyarakat?Mengapa ya atau mengapa tidak?

h. Apakah para siswa punya kewajiban untukmelakukan protes terhadap ketidakadilan dalamtransportasi publik di Banjarmasin? Mengapa yaatau mengapa tidak?

i. Apakah pengawas punya kewajiban terhadap parasiswa yang terlibat dalam protes? Apakah itu?

j. Apakah sebaiknya para siswa punya hak-hak yangsama seperti warga penduduk yang lain? Mengapaya atau mengapa tidak?

k. Apakah sebaiknya sekolah-sekolah diorganisiruntuk mendorong kebebasan dan tanggung jawabindividu untuk kesejahteraan bagi yang lain?Apakah kamu pikir Lingkungan Sekolah KawasanBanjarmasin mendorong tanggung jawab wargapenduduk? Mengapa ya atau mengapa tidak?

Untuk mengarahkan diskusi dilema moral, gurusebaiknya mempunyai segenggam kepercayaan yangsama dalam Proses Pembelajaran terhadap kisah dilematertentu. Bagian berikutnya mencakup tahap demi tahapbimbingan untuk memudahkan diskusi kelas terhadapproblema moral. Seluruh isi dari langkah-langkah ProsesPembelajaran, kamu akan mencatat koordinasi antaraproses keseluruhan dan secara khusus PerencanaanPembelajaran.

Page 81: Dari Teori ke Aplikasi

71

BAB IX

PROSES PEMBELAJARAN

A. Elemen Proses Pembelajaran yang Efektif

Dalam mengajar perkembangan moral, gurumenempatkan kelas melalui 4 tahap Proses Pembelajaran.Untuk Proses Pembelajaran yang lebih efektif, ada tigaelemen lain yang membuat diskusi akan bermakna danharus dipertimbangkan, seperti peranan guru, peranansiswa dan iklim kelas.

1. Peranan Siswa

Baca kembali transkrip diskusi yang membahasSebuah Surat Peringatan. Dalam kasus ini, para gurutelah berpartisipasi dalam diskusi sebagai siswa. Kamusebaiknya dapat menentukan berbagai karakteristikterhadap peranan siswa. Berikut kata-kata yangmencerminkan peranan mereka selama mendiskusikandilema ibu Wati, yaitu: mendengarkan; memper-tahankan posisi individu; bertanya; melacak; merasakanperasaan orang lain (empati); berargumentasi; teloransi;berpikir; dan merespon pertanyaan-pertanyaan.

Selama diskusi yang telah direkam, peserta diskusilebih banyak menggunakan waktu berbicara antara

Page 82: Dari Teori ke Aplikasi

72

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

satu dengan lain, bukan dengan fasilitator. Merekabertanya satu sama lain, tergantung posisi merekasendiri, dan respon terhadap pertanyaan-pertanyaandari fasilitator, yang juga memenuhi peran tertentu.

2. Peranan Guru

Bentuk kepemimpinan atau arahan apakah yangdilakukan guru? Apa yang dilakukan fasilitator selamadiskusi berlangsung? Apakah fasilitator pernahmenentukan posisi seorang siswa atau menentukanarah memberikan argumentasi terhadap kelompoksiswa. Apakah kata-kata yang akan kamu gunakanuntuk menguraikan peranan guru selama diskusi.

Para pendidik yang diobservasi secara sukarelaselama diskusi, melahirkan beberapa peranan sepertidaftar kata berikut yang mengkarakterisasikan perananguru selama diskusi, yaitu; pemberi-tugas; pemimpinkelompok; menggerakkan diskusi; sedikit mengguna-kan waktu; fleksibel, masih memerintah; toleran;mengendalikan; penanya; pendengar; terbuka untuksemua gagasan; tidak untuk “menjawab”; peringkas;mengklarifikasi gagasan; informal, dan bersungguh-sungguh.

Perhatikan bentuk-bentuk pertanyaan yangfasilitator minta:

• “ Anisa, apakah kamu setuju dengan Imam?”

• “Dapatkah kamu menjelaskan kepada kitatentang itu lebih banyak lagi, Nurbaiti?”

• “Nurbaiti, kamu pikir apakah Ibu Wati mem-punyai kewajiban lebih besar terhadap para siswadari pada terhadap hukum?”

Page 83: Dari Teori ke Aplikasi

73

• “ Hariansyah, antara kamu dengan Imam sama-sama setuju, bahwa Ibu Wati sebaiknya mem-batalkan tugas-tugas, namun sebelumnya kamumasing-masing menyebutkan alasan-alasanberbeda dalam posisi masing-masing. Dapatkahkamu menjelaskan kepada kita, apa yang kamupikir adalah berbeda dengan alasanmu?”

Pertanyaan-pertanyaan itu adalah bukanmengancam dan bukan mendorong jawaban tertutup.Setiap pertanyaan diupayakan untuk mendorongmempertajam fokus pada problema dan tingkatinteraksi yang lebih besar antara siswa dengan siswa.Guru/fasilitator sebaiknya tidak memberikan kontribusiyang terlalu banyak terhadap diskusi yang membahasproblema sosial atau moral; namun bagaimana punguru dibutuhkan untuk membimbing diskusi danmengambil tanggung jawab untuk menjaga pertukaranpendapat yang difokuskan pada problema.

3. Iklim Kelas

Daftar kata-kata yang menggambarkan peranguru dan siswa selama diskusi dilema moral jugamenyarankan perlunya iklim kelas. Pendekatan khususuntuk menganalisa problema sosial dan moraltergantung pada tatanan yang mendorong diskusi dapatberjalan bebas, spesifik, dengan inkuiri terbimbing.Perkembangan pertimbangan moral yang lebihmatang muncul, terutama disebabkan para siswamemiliki kesempatan untuk menguji pertimbanganmereka sendiri dengan menjelaskan alasan yangdiberikan kepada siswa lain dalam diskusi.

Karena penelitian menunjukkan bahwa tingkatanargumen-argumen yang lebih tinggi, barangkali

Proses Pembelajaran

Page 84: Dari Teori ke Aplikasi

74

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

kelihatan lebih konsisten dan lebih logis dari siswa-siswayang berpikir di bawah tingkat tertentu, karena iklimkelas mendorong para siswa untuk berbicara bebas danmendengar secara mendalam. Para pengamat diskusikelas dari dilema moral menggunakan kata-kata berikutuntuk mengkarakterisasikan iklim kelas, seperti;terbuka; menyerupai debat; hidup; berorientasi padasiswa; ramai kadang-kadang agresif; penasaran-tidakada jawaban yang jelas; informal; berorientasi padatugas; mendorong berpikir; tidak direkayasa;merangsang; berorientasi pada problema, terlibat danbersungguh-sungguh.

Peranan guru dalam menata iklim kelas yangtepat, tetap diperhatikan, tetapi tidak terlalu diutama-kan. Para siswa membutuhkan keyakinan bahwa kamusungguh-sungguh tertarik dengan mereka dan kamumenyukai menolong mereka untuk dapat mengertiterhadap beberapa problema yang membingungkanmereka.

B. Proses Pembelajaran

Mengajar perkembangan moral menghendaki guruyang diasumsikan berperan sebagai fasilitator. Kemudianmenunjukkan bahwa diskusi akan melalui beberapatahapan, proses pembelajaran dibagi dalam langkah-langkah spesifik. Guru sebaiknya melalui empat langkahmengajar dilema moral.

Langkah 1: Menghadapi Dilema Moral

Para guru memberikan para siswa ke-sempatan untuk menghadapi dilema moral.Para guru menyajikan kisah dilema, pastikanbahwa para siswa dapat memahami kondisi-

Page 85: Dari Teori ke Aplikasi

75

kondisi dalam kisah, pastikan bahwa semuaistilah tepat dijelaskan, dan pastikan bahwapara siswa memahami problema yangdihadapi tokoh utama.

Langkah 2: Menyatakan Posisi Sementara

Guru akan memberikan kesempatan kepadasiswa untuk menyatakan posisi sementaraterhadap dilema moral. Pertama, para siswamembutuhkan waktu untuk berpikir tentangdimana mereka berdiri terhadap isu-isu moralyang terdapat dalam kisah. Kedua, merekamembutuhkan kesempatan untuk me-nempatkan posisi secara individu terhadapdilema, sering melalui tulisan di bawah posisimereka dan alasan-alasan mereka untukmendukungnya. Ketiga, para guru perlumenentukan bagaimana seluruh kelompokbersikap terhadap dilema moral. Inibarangkali bisa diselesaikan dengan melaluicara menunjukkan tangan-tangan ataubeberapa teknik pemungutan suara yang lainyang akan menunjukkan, apakah ya atautidak terhadap berbagai konflik sesungguh-nya mengenai tindakan yang tepat untuktokoh utama lakukan. Guru bahkanmungkin ingin memberikan kesempatankepada beberapa siswa, untuk mengeks-presikan alasan mereka mengambil posisi-posisi tertentu terhadap dilema, ini akanmenolong untuk menunjukkan kepadakelompok bahwa ada perbedaan posisi-posisisecara individual terhadap kisah dilema.

Proses Pembelajaran

Page 86: Dari Teori ke Aplikasi

76

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Langkah 3: Menguji Alasan

Guru akan memilih strategi-strategipenyebaran yang cocok dan mengajukanpertanyaan-pertanyaan yang tepat, yangakan mendorong secara maksimal diskusisiswa terhadap isu-isu moral dalam cerita.Berbagai kelompok kecil yang ditata seringmemberikan lingkungan yang terbaik bagipara siswa untuk mengawali pertukaranpikiran-pikiran terhadap keputusan yangdihadapi tokoh utama. Kelompok-kelompokkecil menolong untuk memastikan setiap o-rang memberikan kesempatan menyampai-kan alasannya dan memberikan pemanasanyang baik sekali untuk diskusi kelas yangluas. Setelah periode waktu yang dicurahkanuntuk diskusi kelompok kecil, para guruselanjutkan akan membantu diskusi yangdilaksanakan dalam kelas. Setelah para siswamemiliki kesempatan untuk bertukar alasan-alasan dalam kelompok-kelompok kecil,mereka butuh partisipasi dalam diskusi yanglebih besar di mana fasilitator dapatmenolong membimbing diskusi terhadapdilema.

Langkah 4: Menunjukkan Posisi Masing-Masing

Pada tahap akhir diskusi kelas, para gurusebaiknya menolong para siswa menunjuk-kan sekali lagi posisi mereka terhadap dilema.Para siswa barangkali diminta untukmeringkas alasan yang mereka dengarselama diskusi atau untuk menyatakan posisi

Page 87: Dari Teori ke Aplikasi

77

mereka setelah mereka mendengar seluruhpendapat-pendapat yang lain yang ditawar-kan dengan mengistirahatkan kelas.Meskipun beberapa siswa mungkin me-nunjukkan bahwa mereka merubah pikiranmereka selama diskusi, tujuannya bukanuntuk bentuk konsensus atau mencobamencapai kesimpulan tentang tindakan yangtepat terhadap tokoh yang mengalamidilema. Proses ini tetap terbuka-tidak dibatasi,dan para siswa akan didorong untukmelanjutkan terus berpikir mereka tentangposisi-posisi mereka sendiri dan komentar-komentar yang mereka dengar dalam diskusikelompok.

C. Langkah-Langkah Pembelajaran Dilema

Moral

Berikut empat langkah proses pembelajaran danbeberapa sub langkah- langkahnya.

LANGKAH 1

MENGHADAPKAN DILEMA MORAL

a. Menyajikan Dilema

Kisah dilema mungkin disampaikan dalamberbagai cara. Kisah “Sebuah Surat Peringatan,misalnya disampaikan dalam bentuk naskah cetakanuntuk para guru yang dibaca khusus untukdidiskusikan. Bermain peran (role-playing), ceritatertentu dari sebuah film, klipping surat kabar, ataurekaman dari audio-tape, merupakan metode-metode alternatif untuk menyampaikan dilema-

Proses Pembelajaran

Page 88: Dari Teori ke Aplikasi

78

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

dilema kepada kelas. Menggunakan berbagai me-dia, menolong para siswa melihat bahwa dilemamoral tidak selalu datang dari media cetak dalamkurikulum mereka. Tujuan utama adalah menunjuk-kan kepada para siswa bahwa tokoh utama adalahorang yang berhadapan dengan problema sosial ataumoral yang sulit.

b. Menyatakan Keadaan

Sebelum para siswa dapat secara seriusmendiskusikan isu-isu moral yang terdapat dalamkisah, mereka harus memahami dan menjelaskankeadaan-keadaan dari situasi. Siapa tokoh-tokohdalam kisah, dan apakah hubungan mereka satusama lainnya? Apa yang terjadi terhadap tokohutama? Apa fakta-fakta dalam kisah? Minta parasiswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaandengan kata-katanya sendiri. Setelah seorang siswamenguraikan keadaan-keadaan, yang lain didoronguntuk menambah dengan komentar-komentar danpengamatan-pengamatan mereka, dan menguraikandengan cara lain terhadap alur kisah. Prosesterjemahan dan klarifikasi ini berlanjut sampai kamumerasa yakin bahwa kelas memahami keadaan-keadaan dalam kisah. Para siswa secara individualtidak dapat membuat pertimbangan moral terhadapsituasi yang mereka tidak pahami secara jelas.Sebuah diskusi awal terhadap keadaan-keadaanakan menolong untuk mendorong siswa terlibat danakan menunjukkan pada para siswa bahwa kamu(guru) benar-benar tertarik dalam mengajak merekauntuk mencari jawaban-jawaban dalam memecah-kan problem.

Page 89: Dari Teori ke Aplikasi

79

c. Merumuskan Istilah

Merumuskan istilah adalah seperti untukmenjelaskan keadaan-keadaan. Para siswa harusmemahami semua aspek dari kisah dilema danselanjutnya menempatkan posisi individu, sertaberusaha memberi alasan terhadap problem.Sebagai, contoh, peserta diskusi dari kisah “SebuahSurat Peringatan” yang tidak memahami istilah“boikot” akan menjadi hambatan serius. Para gurusebaiknya mencermati kembali setiap kisah dilemadan berusaha untuk mengidentifikasi istilah-istilahyang mungkin sulit bagi para siswa mereka. Parasiswa akan, kapanpun mungkin, merumuskanistilah-istilah.

d. Menyatakan Problema Tokoh Utama

Langkah terakhir untuk menolong para siswadalam menghadapi dilema terletak pada pernyataanyang jelas terhadap problem yang dihadapi tokohutama. Sebagai contoh, jika kelas yakin bahwa: “Hei Sam. Truk ada Di sini “ adalah menyangkut apa-kah para pekerja tambang sebaiknya mogok, merekatidak memahami problem yang dihadapi tokohutama. Mereka tidak akan dapat merespon terhadapisu mengenai permintaan terhadap pemilik toko danberikutnya keputusan dari Sam. Seseorang dalamkelas sebaiknya dapat meringkas problem Sam: “Sam harus memutuskan apakah memenuhipermintaan para temannya untuk memiliki makan-an dari toko “ atau “ Sam memutuskan antarakewajibannya terhadap teman-temannya dan ke-wajibannya terhadap pemilik toko “. Salinan berikutmenunjukkan jenis diskusi dari “ Hei, Sam. Truk ada

Proses Pembelajaran

Page 90: Dari Teori ke Aplikasi

80

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Di Sini”. Bagian ini kelas melalui langkah pertama,Menghadapkan sebuah Dilema. Sebagaimana kamu bacamelalui salinannya, identifikasi berbagai sub langkah-langkahnya.

CATATAN:

Berikut salinan yang menunjukkan sebuah contohdari guru yang menggunakan cerita dilema moraldalam mata pelajaran PPKn atau IPS. Kelas inimembahas pokok bahasan Sejarah Indonesia dengansub pokok bahasan perkembangan organisasi buruh.

Guru:

Selamat pagi. Dalam beberapa hari terakhir ini,kelas kita telah mencermati beberapa kondisi-kondisi yang dihasilkan dalam perkembanganorganisasi-organisasi buruh di Indonesia.Pendapat-pendapat apa saja yang secara nyataada dalam pikiran kalian seperti yang telahterdapat dalam materi yang berhubungan dengansejarah perburuhan?

Anna:

Kita telah mempelajari bahwa para pekerja pabrikdan tambang berada dalam kondisi yang amatburuk.

Guru:

Apa yang kamu kamu maksudkan dengan kondisiyang buruk?

Anna:

Baik, para pekerja tambang bekerja dalam waktuyang panjang dan tidak dibayar amat banyak

Page 91: Dari Teori ke Aplikasi

81

Deri:

Beberapa orang bahkan mendapat luka yangserius ketika mereka bekerja

Guru:

Bagaimana masyarakat dimana para buruh itubekerja?

Pani:

Kondisi di sana buruk juga

Anna:

Ya, seperti perumahan yang jelek dan fakta bahwamereka tidak pernah mempunyai banyak uang.

Budi:

Kota-kota di pertambangan mempunyai toko-toko dimana para pekerja membeli semuakebutuhan mereka

Deni:

Tetapi tidakkah mereka telah mencoba untukmemulai organisasi buruh merubah berbagaikeadaan itu?

Mega:

Ya, para buruh tambang telah mencoba mengajakpara pekerja untuk secara bersama bergabungmemprotes masalah-masalah keselamatan dalambekerja, upah yang rendah, dan waktu bekerjayang lama.

Budi:

Mereka telah memprotes melalui pemogokan

Proses Pembelajaran

Page 92: Dari Teori ke Aplikasi

82

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Guru:

Berapa dari kamu yang mengetahui seseorang-keluarga atau tetangga- yang menjadi anggotadalam beberapa organisasi buruh?

Sebagai besar siswa mengangkat tangan-tanganmereka untuk menunjukkan bahwa merekamengetahui seseorang yang menjadi anggota dalamorganisasi buruh.

Baiklah, Berapa dari kalian yang mengetahuiseseorang yang ikut serta dalam pemogokansebagai bagian dari protes organisasi?

Setengah dari siswa mengangkat tangan-tanganmereka?

ISTIRAHAT (JEDA)

Guru:

Bagaimana para keluarga bisa bertahansementara suami atau isteri tidak bekerja?

Suriati:

Mereka tidak punya uang dan tidak dapatmembeli makan dan bahan-bahan.

Pani:

Mereka menggunakan tabungan mereka !

Raihanah:

Bagaimana kalau mereka tidak mempunyaitabungan?

Page 93: Dari Teori ke Aplikasi

83

Pani:

Saya ingat ketika membaca tentang pemogokanPullman. Organisasi minta bagian sebagai hakorganisasi untuk memberikan bantuan danadalam menolong para pekerja dalam kasus yangmereka sebut pemogokan.

Suriati:

Jadi organisasi mempunyai tabungan-tabunganyang mereka gunakan !

Guru:

Apakah kamu pikir para keluarga mengalamimasa yang berat selama pemogokan?

Raihanah:

Ya, karena para pekerja tidak mendapatkan gajimereka secara penuh.

Guru:

Baiklah, mari kita lihat kisah tentang sekelompokorang dalam masyarakat yang sedang melaku-kan pemogokan.

Guru membagikan naskah cerita dari “ Hei, Sam,Truk ada di sini “

Berikan waktu beberapa menit dan baca cerita.Pikirkan tentang semua tokoh-tokoh dalam ceritadan apa masalah yang terlihat.

Para siswa membaca seluruh kisah sampai selesai.

Dapatkah seseorang menceritakan kepada kitadengan kata-katamu sendiri apa yang terjadidalam kisah itu?

Proses Pembelajaran

Page 94: Dari Teori ke Aplikasi

84

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Debbi:

Seseorang yang bernama Sam bekerja di toko,toko grosir, yang menjual bahan-bahan kepadapara pekerja yang sedang mogok.

Pani:

Sam adalah manajer !

Taty:

Sam pernah bekerja sebagai penambang, jadiSam adalah teman dari beberapa pemogok.

Raihanah:

Para pekerja tidak memperoleh tambahan uanglain dari organisasi

Sarah:

Kondisi para keluarga mereka sedang lapar !

Guru:

Keluarga-keluarga siapa?

Sarah:

Para pemogok

Deri:

Ya, anak-anak punya jatah makan siang yanglebih sedikit.

ISTIRAHAT (JEDA)

Guru:

Apakah ada tokoh lain lagi dalam kisah ini? Samdan para pekerja tertentu yang terlihat. Apakahseseorang yang lain juga terlibat?

Page 95: Dari Teori ke Aplikasi

85

Daud:

Atasan Sam, pemilik toko

Budi:

Dan ia minta kepada Sam untuk tidak mem-berikan kredit (menghutangi) kepada para pekerjatambang yang mogok.

Guru:

Mengapa kamu pikir atas Sam tidak akanmemberikan kredit (menghutangi)?

ISTIRAHAT (JEDA)

Anna:

Sebab ia juga pemilik tambang

Budi:

Ia pemilik setengah dari tambang

Anna:

Tetapi ia mau pemogokan diakhiri. Tapi mengapaia tidak mau memberikan lebih banyak kredit(menghutangi)

Guru:

Mengapa para pemogok begitu membutuhkankredit?

Daud:

Karena mereka tidak mendapat gaji tambahan?

Guru:

Siapa yang mengetahui apa yang dimaksuddengan pemberian “gaji tambahan”

Proses Pembelajaran

Page 96: Dari Teori ke Aplikasi

86

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Sarah:

Tidakkah itu uang yang disimpan organisasiuntuk digunakan dalam peristiwa pemogokan?Pemogokan yang terakhir begitu lamaberakhirnya.

Guru:

Baiklah, beberapa pekerja menghendaki gajitambahan.

Kisah ini juga berkaitan dengan lubang hitam.Apakah yang kamu pikir dengan hal itu?

Pani:

Tambang !

Guru:

Tetapi mengapa mereka sebut dengan lubanghitam?

Anna:

Sebab tidakkah mungkin resiko yang besar sekaliuntuk bekerja di bawah sana. Kisah itumengatakan bahwa itulah alasan mengapamereka melakukan mogok sebagai alasanpertama.

Guru:

Terima kasih, Anna. Ingat tulisan yang telah kitabahas yang menyatakan bahwa banyak ke-hidupan yang hilang dalam pekerjaan-pekerjaanmenambang dari pada pekerjaan-pekerjaan yanglain?

Page 97: Dari Teori ke Aplikasi

87

ISTIRAHAT (JEDA)

Guru:

Baiklah, Mari kita daftar pada papan tulisperbedaan karakter tokoh yang terdapat dalamkisah.

Para siswa membaca kembali daftar karakter tokoh-tokoh seperti yang guru tulis pada papan tulis.

Budi:

Kita melupakan anak perempuan Sam. Sammencoba menyekolahkan anaknya ke perguruantinggi.

Guru:

Mengapa itu penting bagi kita untuk mengingatanak perempuan Sam?

Mega:

Sebab Sam butuh untuk tetap pada pekerjaannya.

Guru:

Baiklah, apakah masalah Sam dalam kisah ini?

ISTIRAHAT (JEDA)

Suriati:

Sam berada di tengah-tengah !

Guru:

Suriati, apa yang kamu maksud dengan Samsedang berada di tengah-tengah?

Proses Pembelajaran

Page 98: Dari Teori ke Aplikasi

88

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Suriati:

Baiklah, para temannya ingin Sam - atau berharappada Sam - memberikan mereka makanandengan kredit (hutang), dan pemilik toko mintaSam, agar ia lebih baik tidak memberikan kredit(hutang).

Taty:

Pemilik toko minta Sam untuk mencari pekerjaanlain, jika ia memberikan kredit (hutang) kepadapara pemogok.

Riduan:

Ya, dan truk telah tiba dan Sam lebih baikmemutuskan pendiriannya.

LANGKAH 2

MENYATAKAN POSISI SEMENTARA

a. Memikirkan Posisi Masing-Masing Individu

Setelah para siswa berhadapan dengan kisahdilema, mereka membutuhkan kesempatan untukberpikir tentang pertanyaan terakhir. Satu keadaandari kisah dipahami lebih jelas. Suatu kondisi yangtenang barangkali mendorong secara serius kepadapara siswa untuk memikirkan pertanyaan tindakan:“ Sebaiknya Sam memenuhi permintaan makanan,ketika truk tiba?”

b. Menentukan Posisi Masing-Masing Individu

Setelah setiap orang punya kesempatan untukberpikir tentang pertanyaan tindakan, waktutambahan yang telah diberikan untuk menentukan

Page 99: Dari Teori ke Aplikasi

89

posisi secara individual terhadap tindakan dan untukmenunjukkan alasan bagi tindakan. Kamu mungkiningin meminta para siswa untuk menggunakan kartuberukuran 3x5cm atau kembali pada handout dilemadan menulis di bawahnya dua tanggapan: [1] Responpertama “ ya “ atau “tidak” terhadap pertanyaan tin-dakan, dan [2] alasan perorangan untuk menjawabya atau tidak. Menuliskan tanggapan-tanggapansecara pribadi menghindari konflik bersamaandengan tekanan teman-teman, dapat mendorongbeberapa siswa untuk memberikan tanggapan dalambentuk tertentu. Ini adalah waktu untuk berpikir secarapribadi dan menunjukkan tanggapan sebagaipersiapan yang penting diskusi kelas. Para siswamembutuhkan waktu untuk berpikir tentang alasan-alasan utama mereka sendiri dan juga untukmendengar berbagai alasan-alasan yang lain. Setelahsemua itu, masa jeda kelas akan disediakan untukmenggali berbagai tanggapan terhadap cerita dilema.Jika para siswa secara serius menyiapkan tanggapanyang mereka miliki terhadap dilema, mereka akandapat menyajikan dan mempertahankan posisi-posisiyang mereka pilih dan mendengarkan posisi-posisiyang lain. Para guru akan menekankan pada bentuksementara dari tanggapan pertama yang muncul.Setiap orang yang pada akhirnya merubah posisinyadan alasannya kemudian mengadopsi elemen-elementambahan dari diskusi ke dalam kerangka berpikiryang dimilikinya.

c. Menentukan Posisi Kelas

Setelah menolong para siswa menentukan posisi-posisi mereka secara individual terhadap tindakan

Proses Pembelajaran

Page 100: Dari Teori ke Aplikasi

90

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

tokoh utama dalam kisah dilema telah ditetapkan,kamu butuh menentukan tanggapan-tanggapanberbeda di antara seluruh kelas. Menentukansejumlah ketidaksepakatan terhadap tindakan tokohutama, menolong kamu mengetahui apakahpertentangan pendapat-pendapat yang ada akanmembantu mendorong diskusi. Kamu mungkinmeminta para siswa untuk menyatakan kepadaseluruh siswa terhadap posisi mereka denganmenggunakan berbagai metode pemungutan suara:

1) Minta para siswa untuk menunjukkan posisi-posisi mereka dengan mengangkat tangan.Tiga posisi mungkin ditentukan, ya, tidak dantidak memutuskan. Kamu barangkali jugaminta para siswa untuk menutup mata merekauntuk metode ini, jika kamu rasa bahwatekanan sesama teman menolong untukmenentukan posisi-posisi dalam kelas.

2) Beragam metode menunjukkan tangantermasuk minta para siswa untuk memberikantanggapan berupa “ menunjukkan ibu jariuntuk menyatakan setuju”, “menurunkan ibujari tanda tak setuju”, atau “ melipat tangantanda tidak memutuskan” terhadap per-tanyaan dilema. Diskusi yang baik terhadapdilema moral tergantung pada ketidak-sepakatan awal di antara anggota kelasterhadap apa yang tokoh sebaiknya atau tidaklakukan. Kamu akan menentukan pembagianyang tepat dalam kelas sejauh yang dapatkamu putuskan, apakah untuk mengikutidiskusi dilema sesungguhnya atau mengambilsikap terhadap alternatif dilema di kelas. Sekali

Page 101: Dari Teori ke Aplikasi

91

kamu tentukan bahwa para siswa tidak setujuterhadap tindakan yang tepat, kamu memilikikelas yang terbaik untuk langkah berikutnya-diskusi terhadap alasan-alasan untukmengambil posisi terhadap pertanyaantindakan: “ Sebaiknya Sam memenuhipermintaan makan ketika truk tiba? “

d. Menentukan Alasan-Alasan untuk PosisiMasing-Masing Individu

Setelah menentukan bahwa anggota-anggotakelas tidak setuju terhadap tindakan yang tepat.Kamu sebaiknya menolong para siswa untukmemulai menyatakan beberapa alasan merekauntuk membuat keputusan. Menghabiskan sedikitwaktu meminta orang yang berbeda dalam kelasuntuk secara sukarela menghubungkan alasanmereka dengan kisah dilema. Mendaftar beberapavariasi alasan pada papan tulis atau hanyamenyebutkan beberapa variasi alasan yang secaraindividu yang terekam selama masa penentuan awalakan menolong mempersiapkan para siswa untukdiskusi kelompok kecil dan akan juga menunjukkanpada para siswa bahwa orang mempunyai sejumlahalasan berbeda untuk merekomendasi posisitindakan tertentu.

CATATAN:

Jangan memutuskan dilema sesungguhnyadengan amat cepat bahkan jika di kelas tidak jelaspembagian terhadap tindakan yang tepat. Berikanbeberapa menit untuk menggali alasan yang para siswamiliki, bahkan jika mereka setuju terhadap posisi

Proses Pembelajaran

Page 102: Dari Teori ke Aplikasi

92

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

tindakan awal. Kemudian, jika tidak berkembangpembagian, teruskan dilema alternatif dalamperencanaan mengajar

Salinan diskusi kelas tentang “ Hei, Sam, Trukada Di sini “ dipaparkan di bawah ini danmenyajikan tahapan kedua Menyatakan PosisiSementara, dari Proses Pembelajaran.

Guru:

Saya akan senang setiap dari kamu selamabeberapa menit untuk berpikir tentang situasiSam. Kamu sebaiknya mempertimbangkansemua keadaan dan berbagai implikasi terhadaptokoh yang berbeda karakternya dalam kisah.

ISTIRAHAT (JEDA)

Ambil satu kartu berukuran 3x5cm yang sayaletakkan di meja, dan tulis di bawahnya dua hal.Pertama, nyatakan posisi dengan “ya” atau“tidak” apa yang kamu pikir Sam sebaiknyalakukan. “Ya” jika kamu pikir bahwa Samsebaiknya memenuhi permintaan ketika truk tiba;dan “tidak” jika kamu pikir ia tidak me-lakukannya. Buat tanggapan secara perorangan-kamu akan memiliki kesempatan untuk melihatbagaimana orang lain memutuskan nanti! Kedua,tuliskan alasan untuk menentukan posisi.Mengapa kamu pikir Sam sebaiknya memenuhiatau tidak memenuhi permintaan. Dua hal di ataskartu, ya atau tidak terhadap pertanyaan dilemadan mengapa kamu mendukung posisi tersebut.

Page 103: Dari Teori ke Aplikasi

93

Heri:

Bagaimana jika saya tidak mengetahui?

Guru:

Apa yang kamu maksudkan, Heri?

Heri:

Baiklah, saya tidak dapat memutuskan

Guru:

Baiklah, Coba tentukan posisi jika mungkin. Cobauntuk menentukan mana posisi yang kamu rasalebih kuat. Jika itu tidak mungkin dan kamusungguh-sungguh tidak bisa memutuskan, tulisberikut di atas kartumu; pertama, tunjukkankeputusan kamu dengan menandai pertanyaandari “ya” atau “tidak”; kedua, sedikitnya duapertanyaan yang kamu akan sukai untukdijawab, guna menolong kamu untuk membukapikiranmu. Setiap orang yang juga tidak bisamemutuskan, boleh mengikuti prosedur yangsama.

Para siswa menggunakan beberapa menit menulistanggapan-tanggapan mereka pada kartu-kartu

Guru:

Apakah setiap orang sudah selesai menulis dikartu? Saya perlu untuk mengetahui berapajumlah kalian yang setuju dan tidak setujuterhadap apa yang Sam lakukan. Kita akan dapatmenentukan dengan menunjukkan tangan. Jikakamu telah menulis pada kartumu bahwa Sam

Proses Pembelajaran

Page 104: Dari Teori ke Aplikasi

94

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

sebaiknya memenuhi permintaan ketika truk tiba,angkat tanganmu

Dua puluh siswa mengangkat tangan-tanganmereka

Guru:

Baiklah, berapa jumlah orang yang menunjukkandi atas kartu bahwa Sam sebaiknya tidakmemenuhi permintaan?

Lima siswa mengangkat tangan

Adakah beberapa orang yang tidak dapatmemutuskan dengan satu cara dengan cara yanglain?

Heri dan satu siswa yang lain mengangkat tanganmereka

Suriati:

Lihat. Hampir setiap orang berkata bahwa kamusebaiknya menolong teman-temanmu

Guru:

Mengapa demikian? Apakah beberapa dari alasanyang kamu telah tulis adalah untuk mengusulkanbahwa Sam sebaiknya menolong teman-temannya untuk memenuhi permintaanmakanan?

Diana:

Sebab kamu sebaiknya menolong teman-temanmu

Page 105: Dari Teori ke Aplikasi

95

Guru:

Mengapa itu begitu penting?

Diana:

Teman-teman adalah penting. Orang tidakmemiliki banyak teman, dan di samping itu,beberapa orang sedang dalam keadaan lapar.Sebelum truk tiba dan menjelaskan padanyabahwa jika ia menolong orang secara pantas, yangtidak semestinya bagi mereka, ia tidak hanya akanmendapat dukungan tetapi akan diberikanpembayaran terhadapnya. Apakah kamu pikirSam akan lakukan?

ISTIRAHAT ( JEDA)

Berikan beberapa menit untuk berpikir tentangsituasi baru. Semua keadaan sama kecuali pemilikmemanggil Sam sekali lagi dengan kata-katabaru.

Guru menunggu, tetapi beberapa siswa menunjuk-kan mereka ingin memberikan tanggapan

Guru:

Baiklah, beberapa orang tentu mau berkomentarterhadap hal yang baru dari kisah ini, tetapipertama saya ingin mengetahui sesuatu. Berapadari kamu yang sekarang berpikir bahwa Samsebaiknya memenuhi permintaan? Silahkanangkat tanganmu

Lima belas siswa mengangkat tangan

Proses Pembelajaran

Page 106: Dari Teori ke Aplikasi

96

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Berapa yang masih merasa bahwa ia tidak akanmemenuhi?

Tujuh siswa mengangkat tangan mereka

Dan, yang tidak memutuskan?

Heri mengangkat tangannya

Guru:

Baiklah, ini beberapa aspek dari situasi untukberpikir tentangnya. Saya akan senang kamumenggunakan waktu dalam kelompok lebih kecil,di mana kamu akan berkesempatan untukmendiskusikan posisi kamu dan pikiran-pikiranmu tentang Sam, pemilik toko dan pekerjayang melakukan mogok.

LANGKAH 3

MENGUJI ALASAN

a. Menguji Alasan-Alasan dalam Kelompok-Kelompok Kecil

Sebelum seluruh kelas mulai mendiskusikankisah dilema, para siswa memerlukan kesempatanuntuk bertemu dalam kelompok-kelompok keciluntuk menguji alasan-alasan mereka danmengabsahkan posisi tindakan mereka. Pertemuandalam kelompok kecil menjamin bahwa setiapindividu punya kesempatan untuk bertukar pikirandengan siswa lain sesama anggota kelas. Prioritaswaktu ini digunakan untuk kegiatan diskusi kelasterbuka yang lebih luas membolehkan kelompok

Page 107: Dari Teori ke Aplikasi

97

berpikir tentang alasan-alasan yang berbedaterhadap setiap posisi tertentu dan mengujikemampuan yang lain untuk mempertahankanposisi.

1) Mengatur Kelompok-Kelompok Kecil

Teori Kohlberg mengemukakan bahwa parasiswa perlu mendengarkan alasan pada tahapanberikutnya yang lebih tinggi bagi terjadinyaperkembangan moral. Pendekatan yangmenggunakan teori Kohlberg yang diuraikandalam buku ini berasumsi bahwa pada sejumlahindividual di kelas, yakni para siswa bertindakpada tahapan-tahapan perkembangan moralyang berdekatan.

Oleh karena itu, kelompok-kelompok bekerjabersama terhadap tugas-tugas yang berfokuspada kemungkinan memaksimalkan alasan daripara siswa untuk mendengar pandangan tentanghal-hal lain yang membahas isu-isu tertentu.Dalam kelompok-kelompok kecil, para siswamengerjakan tugas-tugas yang menghendakimereka untuk menjelaskan, merumuskan danmendengarkan alasan-alasan dari posisi tertentu.

Di samping itu beberapa tujuan berhubungansecara langsung dengan perkembangan moral,bahwa bekerja dalam kelompok-kelompok keciladalah menolong para siswa untuk mencapaisejumlah tujuan lain yang berhubungan denganketerampilan-keterampilan belajar dan konsepdiri. Bekerja dalam kelompok-kelompok kecilmenolong para siswa menyelesaikan tugas spesifikdalam mengembangkan keterampilan-ke-

Proses Pembelajaran

Page 108: Dari Teori ke Aplikasi

98

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

terampilan mendengarkan, dan menjadi sadaruntuk menerima berbagai pendapat.

Para guru yang tidak segera menggunakanpenyebaran kelompok kecil dalam kelas, perlumemikirkan beberapa waktu tambahan. Parasiswa butuh bersosialisasi dengan aktivitas-aktivitas kelompok kecil. Para guru sebaiknyamemilih tugas-tugas yang cocok denganpengalaman dan kemampuan-kemampuan parasiswa mereka.

Sebagai peraturan umum yang menonjolsekali, aktivitas-aktivitas kelompok sebaiknyadimulai dengan tugas-tugas yang relatifsederhana seperti mendaftar semua alasan paraanggota dalam kelompok dan menyeleksi duaalasan terbaik dari daftar itu. Setelah para siswamenunjukkan kemampuan untuk menyelesaikantugas-tugas sederhana, itu tepat untukmelanjutkan pada tugas-tugas yang lebihkompleks, seperti menentukan peran ataumenyiapkan untuk melakukan debat.

Kemampuan para siswa untuk bekerja dalamkelompok-kelompok kecil tergantung padakeahlian guru. Guru dapat menggunakansejumlah kegiatan untuk menolong kelompokbekerja dan mengalami keberhasilan, dengancara-cara:

a) Berikan tugas-tugas dengan rumusan yangjelas dan berhubungan dengan dilema danmemperhitungkan kemampuan-kemampu-an para siswa. Kartu-kartu tugas yangmenyatakan tujuan-tujuan khusus bagikerja kelompok menolong kelompok-

Page 109: Dari Teori ke Aplikasi

99

kelompok untuk memfokuskan pada tugas-tugas yang diberikan.

b) Selama kamu berjalan dari kelompok kekelompok, masuki kelompok-kelompoktanpa menganggu diskusi. Guru sebaiknyamemasuki kelompok sebagai pendengardan membuat keputusan secara tepatdidasarkan atas bagaimana sebaiknyakelompok-kelompok bekerja untukmelengkapi tugas yang diberikan.Tindakan-tindakan yang tepat bagi paraguru termasuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan tipe melacak, dan memberikantugas-tugas tambahan yang bermakna,akan menolong kelompok menyiapkandiskusi kelas.

c) Kelompok kecil menghendaki dukunganlebih tinggi dari tingkat keramaian biasadalam kelas. Para guru sebaiknya seringmundur menjauh dari kelompok danmengamati ke dalam kelas untukmendapatkan gambaran bagaimana kelasbekerja dalam tatanan kelompok kecil.

d) Para guru sebaiknya berupaya melakukanbermacam-macam kegiatan dan tugaskelompok kecil dari pelajaran ke pelajaran.

e) Para guru mungkin menemukan cara yangmenolong dalam mencatat berbagai diskusiyang menempatkan kelompok-kelompokdalam melaksanakan diskusi-diskusi kelas.

Secara umum, para guru sebaiknyamenggunakan beragam strategi pembentukan

Proses Pembelajaran

Page 110: Dari Teori ke Aplikasi

100

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

kelompok yang didasarkan atas kemampuan parasiswa dan/atau bentuk dilema. Kelompok kecilyang bekerja dibawa langsung ke dalam aktivitas-aktivitas kelas yang lain, dan kelompok kelompokdalam kurikulum regular akan meningkatkankualitas pelajaran perkembangan moral.

2) Strategi-Strategi Kelompok Kecil

• Strategi A ( Kelompok yang Sama Pilihan )

Penyebaran:

Bagi kelas ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 5 sampai 8siswa. Setiap kelompok akan terdiri dariindividu-individu yang setuju dengantindakan yang tepat dalam dilema

Tugas Siswa:

Setiap kelompok mengisi daftaralasan-alasan untuk mendapatkan posisiyang dipilih. Setelah kelompok-kelompokbekerja untuk jangka waktu yang di-tentukan pada tugas permulaan, kemudianmereka memilih dua alasan yang terbaikyang mereka pikir mencerminkanpembelaan terbaik dari posisi mereka atasdilema moral.

Catatan untuk Guru:

Kamu sebaiknya berjalan darikelompok ke kelompok, jika perlumenolong setiap kelompok mengembang-kan daftar alasan-alasan mereka. Setelahberjalan sekitar 15 menit kelompokbekerja, minta catatan dari setiap

Page 111: Dari Teori ke Aplikasi

101

kelompok untuk melaporkan daftar ter-akhir dari alasan-alasan terbaik. Karenakamu akan memiliki beberapa kelompokyang bekerja dalam mendaftar alasan-alasan yang memilih posisi berlawananterhadap dilema moral.

Diskusi kelas secara keseluruhandifokuskan pada penalaran moral, danakan diikuti pelaporan dari kelompok-kelompok. Mendorong para siswa untukmenantang satu alasan yang lain danmenolong memfokuskan dialog padamengapa individu-individu meyakini satualasan lebih tepat dari yang lain. Diskusiakan sering terfokus pada dua atau tigaalasan yang bertentangan.

Jika diskusi kelas secara keseluruhanmenjadi begitu berulang-ulang atauberjalan lambat, gunakan pertanyaanlacakan sebagai alternatif dilema untukmemfokuskan kembali diskusi ataumencek konsistensi dari alasan para siswaterhadap posisi tertentu. Sering-seringminta para siswa yang tidak aktif dalamdiskusi untuk menyimpulkan dialog atauminta pendapat mereka dalam diskusi.

• Strategi B (Kelompok yang BeragamPilihan)

Penyebaran:

Atur kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil dengan setiap kelompokterdiri dari anggota-anggota yang setuju,

Proses Pembelajaran

Page 112: Dari Teori ke Aplikasi

102

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

yang tidak setuju, dan yang belummampu memutuskan posisi terhadaptindakan pada dilema. Sebagai contoh,dalam strategi ini kelompok mungkinterdiri dari dua atau tiga individu-individuyang berpikir Sam sebaiknya memenuhipermintaan, tiga atau empat yang berpikirbahwa Sam sebaiknya tidak memenuhi-nya, dan siswa yang tidak dapatmemutuskan.

Tugas Siswa:

Minta para siswa dalam kelompok-kelompok beragam untuk mendiskusikanposisi-posisi dan alasan-alasan mereka danselanjutnya menghasilkan daftar yangberisi dua alasan terbaik (sesuai dengankelompok) mengapa Sam sebaiknyamemenuhi permintaan, dan dua alasanterbaik mengapa Sam sebaiknya tidakmemenuhinya.

Catatan untuk Guru:

Satu dari tujuan strategi ini adalahagar para siswa mendiskusikan dilemasetiap posisi dari tindakan yang meru-pakan tugas dari kelompok yang bertitiktolak pada alasan ketimbang posisi awal.Diskusi kelas umum sebaiknya mengikutilaporan-laporan kelompok. Denganstrategi ini, kamu mungkin menemukancara menolong kelompok-kelompokmencatat alasan-alasan terbaik merekapada papan tulis, jadi setiap orang dapat

Page 113: Dari Teori ke Aplikasi

103

melihat cara-cara berbeda dalam berpikirtentang dilema.

• Strategi C

Penyebaran:

Setelah menentukan pembagian kelasterhadap tindakan, bagi kelas ke dalamkelompok-kelompok terdiri dari 5 sampai8 siswa yang merupakan anggota-anggota setuju tentang tindakan yangtepat terhadap dilema.

Tugas Siswa:

Para anggota dari setiap kelompokberbagi alasan-alasan mereka untukmenentukan posisi-posisi yang merekapilih. Berikan setiap kelompok 5 atau 10menit untuk bertukar alasan-alasan. Setiapsiswa sebaiknya mencatat alasan-alasanyang dikemukakan dalam kelompok.

Catatan untuk Guru:

Guru sebaiknya berjalan darikelompok ke kelompok untuk mendengar-kan diskusi. Berikutnya, atur kembalikelompok-kelompok ke dalam bentuk,separuh kelompok yang menyatakan satuposisi yang mengalami perubahan tempat,dengan separuh dari kelompok yangmenyatakan posisi berlawanan dalamtindakan. Para anggota dari kelompok-kelompok yang baru (sekarang campuran)mengerjakan tugas-tugas berikut:

Proses Pembelajaran

Page 114: Dari Teori ke Aplikasi

104

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

a) Laporkan terhadap kelompok setengahyang lain dari alasan-alasan kelompokmereka yang dikembangkan dalamdiskusi sebelumnya.

b) Diskusi alasan-alasan. Secara khusus,setengah kelompok baru akan me-nantang alasan-alasan yang dikemuka-kan oleh setengah kelompok yang laindan ajukan pertanyaan tentangmengapa mereka berpikir bahwaalasan-alasan mereka dianggap baik.

c) Setengah kelompok yang barukemudian membahas tiga sampai 5menit dan memutuskan alasan yangdikemukakan setengah kelompok lainkelihatan lebih tepat. Mereka menentu-kan bahwa alasan yang mereka dengardari setengah kelompok yang lain yangdikemukakan- bukan alasan yangmereka perlu setujui. Sebagai contoh,tiga siswa yang yakin bahwa Samsebaiknya memenuhi permintaan, akanmencoba untuk setuju pada alasan(lebih dapat diterima mereka) terbaikyang mereka dengar dari kelompokyang yakin bahwa Sam sebaiknyatidak memenuhi permintaan makananuntuk teman-temannya, para pekerjatambang.

d) Kelompok-kelompok melaporkankeputusan-keputusan mereka terhadapkelas dengan menekankan secarakhusus pada mengapa setiap bagian

Page 115: Dari Teori ke Aplikasi

105

kelompok memilih alasan tertentu yanglain-lain telah dikemukakan.

Guru mungkin akan menyiapkankertas tugas kelompok yang menjelaskantugas-tugas kelompok-kelompok keciluntuk strategi ini. Berikan cukup waktuuntuk kelompok-kelompok dalammengerjakan tugas-tugas. Strategi inimenekankan analisis terhadap alasan yangdigunakan oleh setiap individu-individuyang mengusulkan posisi tindakan yangberlawanan.

• Strategi D

Penyebaran:

Setelah beberapa diskusi kelasterhadap dilema dan alasan-alasan dariposisi individu tertentu, bagi kelas kedalam kelompok-kelompok yang terdiridari 5 sampai 8 siswa.

Tugas Siswa:

Minta setiap anggota kelompok untukmengajukan suatu pendapat tentangperanan tertentu dalam dilema danpertimbangkan, dari pandangan tokoh,apa yang sebaiknya tokoh utama dalamdilema lakukan dan mengapa.

Catatan untuk Guru:

Setelah kelompok bertemu, anggota-anggota dari setiap boleh mempre-sentasikan tokoh mereka dalam dialog

Proses Pembelajaran

Page 116: Dari Teori ke Aplikasi

106

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

utama tentang dilema. Diskusi sebaiknyatetap pada mengapa tokoh yakin tindakanyang dipilihnya adalah benar. Strategi inisecara khusus digunakan untuk menolongpara siswa berpikir tentang cerita dilemadari pandangan-pandangan dan peranyang berbeda.

• Strategi E

Jika para siswa kamu tidak setuju denganposisi tindakan dalam cerita dilema ( bahkansetelah menggunakan dilema-dilema alternatifyang digunakan dalam Perencaanan Mengajar), kamu mungkin ingin menggunakan strategiyang mengabaikan penentuan keputusanterhadap tindakan dan meneruskan diskusidengan menekankan pada alasan-alasan yangberbeda.

Penyebaran:

Bagi kelas ke dalam 4 kelompok

Tugas Siswa:

Minta dua dari kelompok untukmengajukan memilih posisi “ya” terhadappertanyaan dilema dan dua kelompokyang lain untuk memilih posisi “tidak”.Minta kelompok-kelompok untuk me-mikirkan terhadap seluruh alasan yangberbeda dari yang mungkin diberikan or-ang untuk menanggapi apakah “ya” atau“tidak” terhadap pertanyaan.

Page 117: Dari Teori ke Aplikasi

107

Catatan untuk Guru:

Setelah memberikan kelompok cukupwaktu untuk membahas daftar alasan-alasan, minta kelompok-kelompok untukmenolong kamu menuliskan di papan tulisdaftar alasan-alasan berdasarkan kategorisetiap tindakan ( ya dan tidak ). Setelahkamu mempunyai berbagai alasan yangtelah disusun dalam daftar, kamu dapatminta kelas untuk menunjukkan alasanyang lebih dapat diterima bagi merekasebagai jalan pembenaran yang secarakhusus diikuti oleh tindakan. Kamubarangkali bahkan minta mereka untukmenyusun peringkat alasan yang telahdidaftar, minta mereka untukmendiskusikan mengapa itu lebih dapatditerima. Sebaiknya dimulai dengandiskusi terhadap pertimbangan moral.

3) Para Siswa yang tidak Memutuskan

Beberapa strategi yang disarankan seringdilakukan untuk menata kelas sesuai denganposisi-posisi secara individual terhadap pertanyaantindakan. Para siswa yang tetap tidak memutus-kan terhadap keputusan tindakan mungkin dapatberpartisipasi dalam berbagai cara.

a) Para siswa yang tidak memutuskan bolehbersama sejumlah kelompok dengantanggung jawab yang jelas dalam men-dengarkan diskusi dan mengajukanpertanyaan-pertanyaan tentang alasan-alasan terhadap posisi-posisi tertentu.

Proses Pembelajaran

Page 118: Dari Teori ke Aplikasi

108

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

b) Para siswa yang tidak memutuskan dapatjuga membentuk kelompok yang terpisahuntuk mengembangkan daftar daripertanyaan-pertanyaan yang mereka akansukai untuk dijawab oleh kelompok-kelompok lain untuk menolong merekamenghasilkan keputusan.

c) Para siswa yang tidak memutuskan dapatmencatat berbagai alasan yang diberikanselama diskusi kelas dan memilih apa yangmereka pikir dan tunjukkan sebagai alasan-alasan terbaik yang diberikan untuk setiapposisi tindakan.

b. Menguji Alasan-Alasan yang Berbeda terhadapIstilah dalam Isu-Isu, Dilema-Dilema yang Serupa,Konsekuensi-Konsekuensi dan Dilema-DilemaSebelumnya

Sebuah diskusi bergerak dari kelompok-kelompok kecil ke dalam diskusi kelas, kisah dilemabarangkali dapat dianalisa dalam istilah:

Isu-Isu:

Setiap masalah sosial atau moral mengan-dung sejumlah isu-isu moral yang spesifik. Metodeyang terbaik untuk memfokuskan pada isu-isutertentu adalah menggunakan satu dari per-tanyaan-pertanyaan lacakan yang diberikandalam Perencanaan Mengajar. Guru sebaiknyamencoba mengenalkan isu yang dihubungkandengan pertanyaan lacakan dengan jalan tidakmengganggu jalannya diskusi siswa. Mengenal-kan isu yang dihubungkan dengan pertanyaan

Page 119: Dari Teori ke Aplikasi

109

lacakan sama seperti para siswa mulai untukberbicara tentang isu-isu tertentu atau ketikadiskusi nampak berjalan lambat dan isu belumcukup dibahas. Sebagai contoh, jika para siswakamu tidak mendiskusikan apakah Sam punyakewajiban terhadap pemilik toko, kamu mungkinmengenalkan lacakan “Apakah Sam punyakewajiban terhadap pemilik toko? Mengapa yaatau mengapa tidak?”

Dilema-Dilema yang Serupa:

Dilema yang serupa adalah berbagai kisahatau situasi yang berhubungan secara langsungdengan dilema yang sedang dibahas. Dilema yangserupa adalah serupa dalam istilah-istilah ataukeadaan-keadaan dan mengandung isu-isu moralyang sama. Para siswa mungkin menunjukkandilemma-dilema serupa; kamu mungkin berpikirtentang situasi-situasi serupa yang lebih bermaknauntuk kehidupan-kehidupan atau pengalaman-pengalaman para siswa; atau kamu mungkinmenemukan materi-materi dari surat-surat kabaratau majalah lokal yang menyajikan situasi dilemaserupa tentang cerita yang kamu dan kelas bahas.

Jika kelas menghadapi kesukaran mengana-lisis dilema tertentu, kamu bisa menyajikandilema serupa untuk menolong mendorong diskusikelas lebih produktif. Sebagai contoh, siswa-siswakelas 3 SMP yang membahas kasus Walter Hickel,mereka tidak dapat benar-benar terlibat dalamdiskusi terhadap dilema apakah Walter Hickelakan meletakkan jabatan atau tidak, padaposisinya dalam kabinet sebagai Sekretaris

Proses Pembelajaran

Page 120: Dari Teori ke Aplikasi

110

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Pribadi, sebab ia tidak percaya terhadap semuaaktivitas-aktivitas kerja Nixon.

Oleh karena itu, guru bisa mengenalkansituasi lain yang menyangkut seorang siswa SMPyang telah ditetapkan sebagai bendahara padaOSIS, hanya untuk menemukan bahwa anggota-anggota lain dari OSIS yang merencanakanaktivitas sosial, secara sengaja akan melakukandiskriminasi terhadap kelompok-kelompok lain disekolah. “ Sebaiknya siswa itu mengundurkan diridari posisi bendahara ketimbang sebagai bagiandari yang aktivitas sosial direncanakan?”.Ternyata para siswa mulai amat hidup diskusinyaterhadap isu-isu yang dihubungan dengan situasiserupa.

Konsekuensi-Konsekuensi:

Banyak diskusi dari masalah-masalah sosialdan moral, biasanya termasuk berbagai per-timbangan terhadap konsekuensi-konsekuensidari tindakan seseorang. Guru boleh memilihuntuk mengawali diskusi dengan meminta parasiswa membahas konsekuensi-konsekuensi yangberhubungan dengan salah satu bagian daritindakan yang ditunjukkan dalam kisah dilema.Daftarlah berbagai konsekuensi dan pengaruhnyaterhadap tokoh-tokoh tertentu dalam dilema yangmungkin berguna, prioritas langkah berikutnyaadalah meminta para siswa menentukan posisitindakan dan menunjukkan alasan. Berpikirdalam istilah konsekuensi-konsekuensi sebaiknyajuga menolong para siswa memulai memper-timbangkan tambahan peran-peran dan

Page 121: Dari Teori ke Aplikasi

111

pandangan-pandangan dalam setiap situasi.Fokus dari diskusi, bagaimanapun, akan tetappada alasan terhadap posisi tertentu dan bukankeputusan “benar” yang didasarkan ataskekuatiran dari konsekuensi-konsekuensi moral.

Dilema-Dilema Sebelumnya:

Sebagaimana kamu menghadapkan parasiswa dengan sejumlah masalah-masalah moralselama kegiatan pembelajaran pada tahun ajaransekolah, banyak dari cerita-cerita akan menyang-kut isu-isu serupa. Kamu mungkin menemukanpara siswa yang memberi tanggapan denganalasan yang tidak konsisten terhadap situasi-situasi atau isu-isu serupa. Ini biasa, dan itumemberikan kesempatan untuk menolong parasiswa memikirkan kemungkinan yang tidakkonsisten dari alasannya terhadap isu-isu moraltertentu. Mengupayakan memecahkan kembaliketidakkonsistenan dan perjuangan dengan isu-isu moral yang serupa seperti mereka menghadapisituasi-situasi berbeda, dapat memudahkanperkembangan moral.

Guru sebaiknya menunjukkan beberapaketidakkonsistenan secara terbuka, tidakmengancam dan dengan cara tidak menghakimidan minta siswa untuk memikirkannya. Sebagaimisal, guru dapat berkata, “ Tono, saya ingatbahwa menjelaskan kepada kita beberapa mingguyang lalu, bahwa orang tidak akan pernahmelakukan apapun untuk menyakiti teman,sebab teman yang sama dapat menolongmemberikan jalan keluar dari masalah pada suatu

Proses Pembelajaran

Page 122: Dari Teori ke Aplikasi

112

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

waktu. Sekarang kamu berkata bahwa Samsebaiknya memikirkan pemilik toko dan meng-hilangkan seluruh hal yang Sam dapat lakukandengan memberikan kredit pada pekerjatambang yang mogok. Dapatkah kamu menjelas-kan kepada kita sesuatu tentang bagaimana ataumengapa kamu merubah pikiranmu? “. Rupanyaketidakkonsistenan Tono tidak menunjukkanbahwa ia tidak merespon secara serius terhadapmasalah yang didiskusikan, tetapi bahwa iaberjuang dengan pandangan-pandangan baruyang berkenaan dengan isu-isu tertentu. Penelitianmenunjukkan bahwa sering ketika orang nampaktidak konsisten dalam pikiran mereka (disebutsebagai “ketidakseimbangan”), mereka mungkinmengalami pertumbuhan terbesar mereka dalamkematangan moral.

Berikut salinan selanjutnya selama tahap ketigadalam proses pembelajaran.

Guru:

Saya akan menyukai 11 orang yangmenunjukkan bahwa mereka berpendapatbahwa Sam sebaiknya tidak memenuhipermintaan, untuk memisahkan diri ke dalamdua kelompok dan berkumpul pada sudut ini.Saya akan menyukai 15 atau lebih orang yangberpendapat bahwa Sam sebaiknya memenuhipermintaan, untuk memisahkan diri ke dalamtiga kelompok dan mengatur beberapa kursidi sekitar jendela untuk membentuk kelompok-kelompok kamu. Heri, maukah kamumenggunakan beberapa waktu dalam kelom-

Page 123: Dari Teori ke Aplikasi

113

pok “ya” dan kelompok “tidak” dan menulisbeberapa catatan tidak resmi terhadap apayang berlangsung, apa alasan-alasan yangmereka berikan untuk pandangan-pandanganyang saling berlawanan. Kemudian,barangkali, kita dapat mengawali diskusi besarkita dengan kesimpulanmu terhadap apa yangkamu dengar selama berlangsung diskusidalam kelompok-kelompok.

Sekarang, setiap kelompok kecil akanpunya waktu 10 menit untuk mengerjakantugas berikut: [1] berikan setiap orangkesempatan untuk menyampaikan alasannyadengan berkata bahwa Sam sebaiknyamemberikan atau tidak memberikan kreditterhadap pekerja yang mogok; [2] lihat kamudapat setuju terhadap alasan yang terbaik,alasan yang lebih dapat diterima untuktindakan yang dipilih, [3] Berikan pertanyaandengan cara baik dari kelompok kamuterhadap satu yang kamu sukai dari kelompok-kelompok lain yang membicarakan posisi yanglain. Baiklah, bekerja dengan kelompok-kelompokmu

Diana:

Tunggu dulu, apakah kita masih termasuksesuatu yang kamu tambahkan terakhirtentang pemilik toko mengancam Samdijebloskan dalam penjara?

Guru:

Ya, cerita adalah sama dengan pandanganyang saya tambahkan bahwa pemilik toko

Proses Pembelajaran

Page 124: Dari Teori ke Aplikasi

114

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

menjelaskan pada Sam bahwa pemilik tokoakan minta Sam ditahan, jika Sam memenuhipermintaan.

Para siswa berdiskusi dalam berbagaikelompok dengan banyak pembicaraan dankomentar tentang dimana Heri akan pergimendengarkan dan bagaimana Sam mungkin akantinggal di pertambangan. Pembicaraan di dalamkelompok-kelompok kecil biasanya di sekitartingkat kerumitan situasi dilema. Salinan iniakan terfokus pada dua kelompok kecil.

Kelompok 1

Mega:

Apa yang kita dukung untuk melakukannya?

Marsih:

Jelaskan kepada setiap orang mengapa kitaberpikir Sam sebaiknya tidak akan memenuhipermintaan, ketika truk tiba.

Dewi:

Kemudian setiap orang di sini mengatakan“tidak” !

Suriati:

Kita juga punya alasan terbaik dan menulisbeberapa pertanyaan untuk diajukan selamadiskusi terakhir, dan kita hanya punya waktu10 menit.

Mega:

Baiklah, saya yang pertama. Saya tidak berpikirSam sebaiknya memenuhi permintaan, sebab

Page 125: Dari Teori ke Aplikasi

115

ia dapat kehilangan pekerjaannya dan anakperempuannya akan dikeluarkan dari sekolah.

Debbi:

Ya, loyalitasnya yang pertama adalah terhadapkeluarga dan bukan terhadap organisasi buruh.

Suriati:

Di samping itu, pemilik toko telah menolongSam dan Sam sebaiknya tidak menghilangkankepercayaan yang pemilik toko berikankepadanya.

Dewi:

Ada alasan lain yang saya pikir penting.Apakah jika ia menangkap dan pemilik tokomenempatkan Sam di kantor polisi. Kemudiania tidak memberikan keuntungan apa punterhadap pemilik toko, keluarganya atau or-ang-orang yang mogok.

Guru mendekati kelompok dan duduk dengantenang mendengarkan diskusi

Mega:

Baiklah, apa alasan terbaik kita?

JEDA

Dewi:

Kita belum mendengarkan Marsih

Marsih:

Saya setuju dengan Suriati. Sam tidakmenghilangkan kepercayaan pemilik toko yangdiberikan kepadanya.

Proses Pembelajaran

Page 126: Dari Teori ke Aplikasi

116

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Debbi:

Saya masih berpikir Sam sebaiknya pertamamemikirkan keluarganya. Sesudah itu, ia telahmenggunakan 25 tahun dalam pertambanganuntuk membuat posisi keluarga lebih baikdalam kehidupan. Mengapa sebaiknya iamenanggung resiko untuk seluruh penam-bang?

Suriati:

Jika pekerja tambang adalah teman-temanbaik, mereka sebaiknya tidak menempatkanSam dalam situasu yang sulit. Teman-temanbaik tidak akan melakukan sesuatu seperti itukepada yang lain.

Mega:

Saya tidak berpikir tentang hal itu. Mari kitagunakan alasan Suriati sebagai alasan terbaikkita, ketika kita membicarakannya denganorang lain.

Guru bergerak ke arah kelompok lain.

Kelompok 2

Deni:

Baiklah, seperti saya katakan, Sam berada disuatu daerah pertambangan dan ia mungkinmelakukan pemogokan, juga. Ia mengetahuibagaimana orang-orang rasakan dan jika iadapat menolong mereka mencari jalan keluar,itu adalah kewajibannya, jika tidak, siapa yangakan melakukannya?

Page 127: Dari Teori ke Aplikasi

117

Sarah:

Tidakkah seseorang yang lain seperti pemerintahatau yang lain memberikan makanan kepadapekerja tambang itu? Sam sebaiknya tidakterkena akibatnya dari semua kesalahan itu.

Budi:

Tidak ada seorangpun yang menyalahkan Sam.Ia hanya terjadi pada posisi untuk menolong paratemannya. Di samping itu, pemerintah tidakdapat datang ke sana memberi makanan padasetiap orang yang melakukan pemogokan.

Raihanah:

Ya, tetapi pemerintah sebaiknya menolong or-ang-orang itu.

Budi:

Lihat, bagaimana Sam dapat tinggal menetapdi kota dan di lingkungan semua orang, jika iatidak menolong mereka mendapat makanan. Itubukan seperti perbuatan kriminal atau sesuatu– ia hanya menolong teman-temannya.

JEDA

Guru sedang mendengarkan diskusi kelompok

Guru;

Apakah kamu pikir Sam punya kewajibanterhadap pemilik toko?

Sarah:

Tidak seperti kewajiban terhadap teman-temannya !

Proses Pembelajaran

Page 128: Dari Teori ke Aplikasi

118

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Guru:

Jelaskan kepada kita lebih banyak tentang itu,Sarah

Deni:

Tunggu sebentar, Sarah. Sam memberikanpemilik toko sesuatu. Sesudah itu, ia percayaSam dapat mengatur toko.

Sarah:

Baiklah, mungkin, tetapi teman-teman Sammengharapkannya.

Deni:

Dan pemilik toko mengharapkan Sam untukmelindungi toko

Jusuf:

Ya, dan pemilik toko kemudian melemparkanSam ke dalam penjara itu tidak bersahabat.

Kelompok tertawa saat Jusuf tiba-tibamemberikan komentar

Guru:

Tunggu sebentar. Jusuf hanya membuat kitamemikirkan sesuatu. Apakah pemilik tokopunya hak untuk meminta Sam untuk tidakmemberikan kredit?

JEDA

Budi:

Tentu, ia pemilik toko dan makanannya

Page 129: Dari Teori ke Aplikasi

119

Guru:

Jadi, jika saya setuju untuk menjaga sesuatudari kepunyaanmu dan kamu memberikansaya perintah-perintah khusus untukmeminjamkan barang-barangmu kepada o-rang lain. Apakah saya punya kewajiban untukmemenuhi keinginan-keinginanmu?

Budi:

Ya

Deni:

Itu berbeda

Guru:

Mengapa?

Deni:

Dalam cerita orang-orang sedang lapar !

Guru:

Jadi Sam punya hak untuk memberikanmakanan pemilik toko?

Raihanah:

Tidak, tidak boleh

Guru:

Mengapa?

Raihanah:

Baiklah, mungkin ini adalah isu kepantasan

Guru:

Sekarang kamu mengatakan Sam sebaiknyatidak memenuhi permintaan, Raihanah?

Proses Pembelajaran

Page 130: Dari Teori ke Aplikasi

120

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Raihanah:

Saya tidak tahu. Orang-orang sebaiknya tidakdalam keadaan lapar, tetapi pemilik tokosebaiknya tidak dikurangi makanan miliknya.

Guru:

Baiklah, kamu punya waktu sekitar 2 menituntuk bekerja dalam kelompok kecil. Saya maumendengarkan kelompok yang lain. Pikirkantentang isu yang kalian diskusikan, dan bersiapuntuk menjelaskan kepada setiap orang alasanterbaik untuk Sam untuk memenuhipermintaan. Atau jika beberapa di antara kamutelah berubah pikiran dari seluruh anggota,buat catatan untuk dirimu sendiri tentang apayang kamu dengar dan merubah pikiran, danbersiap untuk membaginya dengan kitasemua.

Guru minta kelompok-kelompok kecil untukmerubah meja-meja di sekeliling, jadi merekadapat melihat satu dengan yang lain. Siswaduduk dalam bentuk lingkaran dengan meja-mejamereka, selanjutnya mulai diskusi yangmelibatkan seluruh kelas.

Guru:

Heri, kamu masih duduk di antara beberapakelompok. Apakah bentuk-bentuk alasan yangtelah didiskusikan dalam berbagai kelompoktentang apa yang Sam sebaiknya lakukan?

Heri:

Orang-orang yang berkata Sam sebaiknyatidak memenuhi permintaan beralasan bahwa

Page 131: Dari Teori ke Aplikasi

121

loyalitas pertama Sam adalah keluarganya.Mereka juga menyatakan bahawa jika Sammemberikan perbekalan, ia akan kehilangankepercayaan yang diberikan oleh pemilik toko.Kelompok “ya” menyatakan bahwa perhatianpertama Sam sebaiknya terhadap teman-temanyang melakukan mogok.

Guru:

Heri, alasan-alasan mana yang kamu temukanyang paling menarik?

Heri:

Saya masih belum memutuskan. Ia punyakewajiban untuk menolong pemogok, tetapi tidak,jika ia mendapatkan resiko kehilangan pekerjaandan mungkin akan ditahan. Sam akan maumenolong teman-temannya, tetapi juga tidak inginmasuk penjara. Saya masih belum tahu.

Guru:

Apakah kamu punya beberapa pikiran tentangapa yang Sam sebaiknya lakukan, Heri?

Heri:

Saya pikir ia sebaiknya mencoba untukmenolong para pemogok, tetapi ia sebaiknyatidak membuat dirinya kesulitan dengan pemiliktoko.

Pani:

Tetapi Heri, kamu tidak dapat melakukan kedua-duanya. Ia salah satunya adalah menolongteman-temannya atau tetap dengan pemilik toko.

Proses Pembelajaran

Page 132: Dari Teori ke Aplikasi

122

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Guru:

Saya dengar sejumlah siswa dari kelompokkecil mendiskusikan kewajiban Sam. Dapatkahseseorang dengan senang hati menjelaskankepada siapa Sam punya kewajiban yang lebihbesar?

Tomi:

Sam sebaiknya pertama memikirkan dirinyasendiri

Duriah:

Tidak, apakah jika semua pekerja mem-batalkan pemogokan di Pullman hanya melihatuntuk diri mereka sendiri? Gerakan buruhtidak akan pernah memulai?

Sarah:

Itu benar, tetapi itu lebih dari hanya mencobauntuk menjaga organisasi bersama. Kelompokkita membicarakan tentang kewajiban Samterhadap teman-temannya.

Jusuf:

Ya, mungkin Sam telah bekerja bersama-samadengan beberapa orang di pertambangan, danmereka merupakan teman-teman baik. Kamutidak dapat meninggalkan teman-teman baikketika mereka membutuhkanmu.

Guru:

Mengapa itu demikian penting? Apakah jikaSam sebagai seorang dari pekerja yang mogokdan mengetahui orang yang mengelola toko?

Page 133: Dari Teori ke Aplikasi

123

Daud:

Apakah yang kamu maksudkan ia akanmengorbankan keluarganya untuk menolongteman-temannya? Pemilik toko akan meng-harapkan pertolongan dari manajer, jikakeluarganya dalam keadaan lapar.

Guru:

Kewajiban mana yang lebih penting? Kewajibanuntuk teman-temannya atau kewajiban terhadapkeluarganya?

Sarah:

Itu lebih dari hanya memberikan pertolonganatau mengharapkan seseorang untuk menolong-mu. Teman-teman baik percaya terhadap satudengan yang lain. Seperti ketika Sam bekerja dipertambangan. Kamu percaya orang yangbekerja selanjutnya akan menolongmu saatkamu dalam kesulitan. Sam tidak selayaknyameninggalkan teman dalam kesulitan.

Debbi:

Apakah yang kamu maksudkan mengorbankankeluargamu untuk menolong teman-temanmu?

Raihanah:

Bagaimana ia akan mengorbankan keluarga-nya?

Debbi:

Anak perempuannya akan dikeluarkan dariperguruan tinggi. Ia tidak akan dapat mem-berikan ketenangan terhadap keluarganya.

Proses Pembelajaran

Page 134: Dari Teori ke Aplikasi

124

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Guru:

Kita telah mendiskusikan kewajiban Samterhadap keluarganya dan teman-temannya.Marilah pikirkan tentang isu yang lain. Apakahkewajiban Sam melindungi hak milik pemiliktoko?

Pada saat ini para siswa memusatkan diskusimereka pada kewajiban Sam terhadap pemiliktoko. Selama diskusi siswa memandang faktabahwa pemilik toko memiliki simpanan besar dipertambangan dan mulai menanyakan hakpemilik toko untuk memaksa para pemogokkembali bekerja melalui penolakan kredit. Satusiswa menyarankan solusi terhadap problemaSam.

Pani:

Pemilik toko mengetahui bahwa para pemogokberencana untuk minta Sam memenuhipermintaan kredit. Jadi, pemilik toko dapatmenutup toko dan memanggil polisi dan akanmenghentikan Sam dari upaya memberikanmakanan.

Mega:

Jika itu terjadi, para pemogok hanya akanmeninggalkan toko dan memperoleh makan-an yang mereka butuhkan untuk bertahanhidup.

Guru:

Apa kamu pikir para pemogok akan me-lakukannya?

Page 135: Dari Teori ke Aplikasi

125

Budi:

Tidak, sebab pemilik toko punya hak untukmelakukan apa yang ia mau dengan tokonya.

Deni:

Tetapi tidak jika orang mati kelaparan

Raihanah:

Itu benar. Hidup manusia lebih penting daripada hak milik

Guru:

Isu terhadap hak-hak milik dan hidup manusianampak menjadi penting. Saya dengarbeberapa dari kamu berbicara dalam kelom-pok-kelompok kecil tentang apa yang lebihpenting. Sekarang Tono mengemukakannyasekali lagi. Mari kita fokuskan terhadap konflikhak-hak milik dan hidup manusia. Adakahseseorang yang merespon pendapat Tonotentang hidup manusia adalah lebih pentingdari hak-hak milik?

CATATAN:

Para siswa mulai mendiskusikan pentingnyahak-hak milik dan hidup manusia sepertimereka berhubungan dengan situasi Sam. Parasiswa memberikan pendapat-pendapat utamayang penting. Guru memberikan beberapa caramengelola diskusi dengan menulis daftar padapapan tulis beberapa pemikiran siswa tentangpentingnya hak-hak milik dan hidup manusia.

Proses Pembelajaran

Page 136: Dari Teori ke Aplikasi

126

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

LANGKAH 4

MENGGAMBARKAN POSISI MASING-MASING INDIVIDU

Tahapan terakhir dari diskusi kelas akanmenitikberatkan pada periode yang lain, yaitumenggambarkan posisi setiap individu. Diharapkanpara siswa tidak akan menutup pintu untuk diskusi,ketika mereka meninggalkan kelas. Posisi-posisi yangkamu minta kepada mereka untuk menentukannyasebagai posisi sementara, dan pertimbangan yangmereka sampaikan kepada yang lain, selanjutnya akanterbuka untuk dianalisis. Oleh karena, tahapan terakhirmeliputi beberapa rangkaian waktu tambahan disamping untuk ringkasan terhadap alasan-alasan yangdikembangkan selama diskusi dan kesempatan untukmenyatakan alasan secara individual sekali lagi.

a. Meringkas Alasan

Beberapa metode dapat digunakan untukmenghasilkan ringkasan dari alasan-alasan yangdidiskusikan di kelas.

1) Minta para siswa untuk berpikir tentangalasan-alasan yang diberikan denganmenentukan beberapa posisi tindakan yangberlawanan. Sebagai contoh, “Jika kamu yakinbahwa Sam sebaiknya memenuhi permintaanmakanan, apakah alasan terbaik yang kamudapat sarankan bahwa Sam sebaiknya tidakmemenuhinya? “

2) Minta para siswa untuk mengingat kembalibeberapa alasan yang diberikan selama diskusi.Catat beberapa di papan tulis. Kemudian,

Page 137: Dari Teori ke Aplikasi

127

minta para siswa untuk setuju terhadap urutanperingkat terhadap urutan alasan-alasan. ( Pilihsatu yang lebih dapat diterima, kedua terbaik,dan selanjutnya ). Kamu mungkin akan punyadua susunan yang menggabungkan posisi-posisi tindakan yang berbeda. Tugas iniberguna sebagai teknik meringkas dan jugamendorong diskusi lebih lanjut terhadap prob-lem moral.

b. Menyatakan Alasan

Para siswa sebaiknya memiliki kesempatanuntuk mengemukakan kembali alasan-alasanmereka terhadap posisi tertentu. Beberapa siswasecara individual mungkin ingin menambah gagasanterhadap alasan mereka setelah mendengarkomentar-komentar selama diskusi. Siswa yang lainmungkin memilih berubah posisi atau secarasignifikan merubah alasan awal yang merekasampaikan. Beberapa metode mungkin mendorongpertimbangan ini:

1) Minta para siswa untuk menulis posisi merekadan alasan-alasan mereka (seperti merekalakukan di awal diskusi kelas). Dorong merekauntuk menambah beberapa pandangan atauungkapan baru yang mereka dengar selamadiskusi dan yang mereka pikir penting sekali.

2) Minta para siswa untuk mencatat beberapaperubahan yang mereka temukan terhadappikiran mereka sendiri. Tekankan padabeberapa orang yang mungkin memilikipengalaman tidak berubah dan yang amatumum. Bagaimanapun beberapa orang

Proses Pembelajaran

Page 138: Dari Teori ke Aplikasi

128

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

mengambil beberapa pendapat selama diskusi.Berikan mereka contoh suatu perubahan: “Saya masih berpikir bahwa Sam sebaiknyamemenuhi permintaan makanan ketika truktiba, tetapi saya juga setuju bahwa pemilik tokopunya hak untuk menolak memberikan kreditterhadap para pekerja tambang yangmelakukan mogok ! Saya tidak memikirkansebelumnya “

CATATAN:

Cara lain untuk menutup diskusi kelasterhadap cerita dilema adalah minta kepada parasiswa, jika dilema itu nampak nyata bagi merekaatau jika mereka melihat situasi yang serupa dengankehidupan mereka. Teknik ini juga memberikankamu beberapa tingkatan umpan balik tentangperhatian mereka terhadap pekerjaan denganproblema-problema sosial dan moral dalam kelas.

Bagian terakhir dari salinan ini mem-perlihatkan tahapan akhir dari ProsesPembelajaran:

Guru;

Saya ingatkan bahwa kita hanya punya waktutiga menit sebelum jam pelajaran berakhir.Saya akan senang jika kamu melakukansesuatu yang terakhir. Pikirkan dalam semenittentang semua alasan-alasan yang berbedayang kalian bicarakan terhadap posisi tindakanyang berlawanan dari kamu. Sebagai contoh,jka kamu mengatakan pada awal diskusibahwa Sam sebaiknya tidak memenuhi

Page 139: Dari Teori ke Aplikasi

129

permintaan pinjaman kredit bahan-bahanmakanan dari para pemogok, kemudianpikirkan tentang alasan-alasan yang kamudengar dari siswa lain yang berkata bahwaSam tidak punya kewajiban untuk menolongpara pemogok. Di balik kartu berukuran 3x5cm, tulis alasan yang paling dapat diterimayang kamu ingat untuk seseorang yangberbicara tentang posisi yang lain.

Diana:

Kamu maksudkan bahwa saya mengambilbeberapa alasan yang saya setujui dari sisi yanglain?

Guru:

Kamu mungkin tidak setuju dengannya, tetapiambil satu yang paling dapat kamu terimauntuk seluruh alasan yang kamu dengarselama diskusi.

Heri:

Saya tidak punya posisi

Guru:

Baiklah, Heri, maukah kamu sekarangmencoba untuk menentukan posisi? Alasan apayang kamu anggap terbaik dan mengapa?Tulis pada kartumu, jika kamu bersedia.

Jusuf:

Dapatkah saya menulis di kartu, mengapa sayapikir beberapa alasan itu lebih dapat diterima?

Proses Pembelajaran

Page 140: Dari Teori ke Aplikasi

130

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Guru:

Tentu, saya menganjurkannya

Debbi:

Apakah jika kamu berubah pikiranmu secaranyata dan sekarang menentukan posisi yangberlawanan dengan dirimu sendiri? Saya bah-kan lebih tidak bisa memutuskan dan mungkinbahkan merasa bahwa Sam sebaiknyamemenuhi permintaan setelah semua berbicaratentang hak-hak asasi manusia.

Guru:

Baik, Debbi, tulis pada kartumu dan tunjukkanbentuk-bentuk alasan yang kamu dengar, yangmenyebabkan kamu memikirkan kembaliposisi kamu sesungguhnya.

Para siswa mulai menulis kartu-kartu 3x5 danmemungut buku-buku mereka untuk menyerah-kannya.

Guru:

Satu hal lagi! Besok kamu akan punyakesempatan untuk minta beberapa orang yanglain tentang pandangan-pandangan merekaterhadap problema ini. Tuan Wahid, petugasorganisasi buruh lokal dan Nona Seliah, orangyang mewakili kota dalam seluruh perunding-an dengan organisasi-organisasi buruh, telahsetuju untuk datang ke kelas kita. Kamubahkan boleh berkeinginan untuk mengajukanseseorang di luar kelas untuk memberitanggapan mereka terhadap kisah ini.

Page 141: Dari Teori ke Aplikasi

131

Para siswa meninggalkan sekolah saat belberbunyi. Mereka menyerahkan pada guru kartu-kartu ukuran 3x5, satu siswa mendekat danmengajukan pertanyaan.

Heri:

Apakah yang kamu pikirkan tentang Samsebaiknya lakukan. Pak Guru?

Guru:

Baiklah, itu keputusan yang berat untukmemilih di antara menolong para temannyadan pergi kepada pekerja atau peraturanterhadap beberapa hal. Saya telah memper-lihatkan melalui satu dari komentar-komentaryang saya dengar selama diskusi. Seseorangmemandang bahwa isu yang lebih luas dariteman-teman dan makanan – itu adalah sebuahisu tentang hak-hak asasi manusia, hak milik,dan hak pemilik toko yang juga mengontrolperusahaan pertambangan dan mengontrolpersediaan makanan. Mungkin Sam dapatmenolong para pekerja dan tetap tidakmenolong mereka yang melanggar hukum.

JEDA

Guru:

Bagaimanapun, posisi yang dibuat itu nampakseperti saya lihat hanya sebagai jalan keluardari dilema itu. Saya duga yang benarsekarang adalah saya pikir Sam sebaiknyatidak memenuhi permintaan; setelah semua itu,dengan memenuhi permintaan secara tidak le-

Proses Pembelajaran

Page 142: Dari Teori ke Aplikasi

132

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

gal, ia dapat juga menolong untuk memulaibeberapa kekerasan secara nyata. MungkinSam sebaiknya melepaskan pekerjaannyasebagai manejer jika ia pikir posisi pemilik tokoadalah tidak bermoral. Saya kira saya tidakdapat kembali pada kenyataan bahwa Sambenar-benar tidak punya hak untukmemberikan bahan-bahan makanan dengankredit.

Siswa terakhir meninggalkan ruangan danmencoba menyakinkan siswa yang lain bahwaSam akan dapat keluar dari situasi itu denganberbagai cara dan masih tetap mempertahankanpekerjaan dan teman-temannya.

Materi kurikulum, suasana kelas dan prosespembelajaran yang telah didiskusikan dalam bagianpendahuluan memberikan satu cara untuk mengajarpertimbangan ( memberikan alasan/dasar suatutindakan ) moral. Dalam hal ini, proses pembelajaranberisi empat langkah utama. Dalam diskusi kelas,para siswa membutuhkan waktu untuk berhadapandengan dilema sosial dan moral yang spesifik;menetapkan posisi tindakan awal dan mengembang-kan alasan-alasan untuk mendukung posisinya;menguji alasan-alasan mereka dalam diskusikelompok kecil dan paripurna; dan menggambarkanposisi awal mereka melalui beberapa tipe aktivitasmeringkas posisi secara individual.

Page 143: Dari Teori ke Aplikasi

133

BAB X

IMPLEMENTASI MODEL

PERKEMBANGAN KOGNITIF

DALAM PEMBELAJARAN PKn SMP

A. Bentuk-Bentuk Model Tentatif

Model perkembangan kognitif dapat diterapkandalam kegiatan pembelajaran PKn di sekolah, salahsatunya di tingkat SMP. Dari beberapa penugasan yangdiberikan kepada para mahasiswa Program PenyetaraanD2/D3 Program Studi PKN, untuk mengalikasikan modelperkembangan kognitif ke dalam suatu rencanapembelajaran PKn, maka diperoleh beberapa modelrencana pembelajaran berdasarkan pokok-pokok bahasanyang ada dalam materi PKn, khususnya dalam KurikulumPKN 1994. Model rencana pembelajaran meskipun tidakseluruhnya persis dengan langkah-langkah seharusnyadari model pembelajaran berbasis perkembangan kognitif,namun para guru sudah mampu “mengkreasinya” sesuaikebutuhan di sekolah masing-masing.

1. Model Implementasi dari Mustakimah, Guru SMPNegeri 1 Gambut Kabupaten Banjar (2003)

Page 144: Dari Teori ke Aplikasi

134

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Pokok Bahasan : Kedisiplinan

Kelas/Semester : II/2 (dua)

Langkah-langkah Pembelajaran

a. Guru membimbing siswa menganalisis kasusyang disajikan secara rasional dan sesuaidengan kehidupan keseharian yang merujuklangsung pada perilaku kita;

Sudah tiga bulan ini orang tua Ratno tidakbekerja, menganggur akibat PHK. Sementarakeperluan keluarga sehari-hari termasuk biayapendidikan Ratno berserta adik-adiknya harusterpenuhi. Lebih parah lagi, pada semester iniRatno memerlukan biaya yang dirasa amat beratbaginya, sebab telah memasuki semester akhirperkuliahan, tentunya memerlukan banyakbiaya, untuk berbagai keperluan penelitian,penyusunan skripsi, yudisium, wisuda dansebagainya.

Menghadapi problematika seperti itu, Ratnomencoba mencari pekerjaan di berbagai tempat,agar ia dapat bekerja secara paroh waktu (parttime). Ternyata keburuntungan Ratno belumkunjung juga. Ia belum mendapatkan pekerjaanyang diharapkan.

Sebagai anak jujur dan bertanggungjawab,Ratno merasa galau menghadapi kenyataan itu.Pada saat itulah ia mendapat keterangan dari Doniuntuk memperjualbelikan narkoba. Dari ke-terangan Doni dapat diambil kesimpulan bahwadengan pekerjaan itu, persoalan yang dihadapiRatno akan tuntas teratasi, sebab begitu gampang

Page 145: Dari Teori ke Aplikasi

135

dan begitu cepat mendapatkan uang dalamjumlah yang banyak.

Semula Ratno menolak ajakan Doni itu,tetapi mengingat keperluan biaya keluarganyatidak bisa ditunda lagi, maka dengan berat hati,ia menerimanya. Harapannya problematika yangmelilit dirinya segera teratasi dan sesudahnya iaakan menghentikan pekerjaan itu.

b. Guru membimbing siswa menganalisis kasusdengan menggunakan pertanyaan lacakanyang kemungkinan jawabannya sebagaiberikut:

1).Apakah sebaiknya Ratno melakukanpekerjaan haram itu?

a) Ya, karena keadaan ekonomi keluarga-nya benar-benar pada posisi terjepit danRatno adalah harapan satu-satunya.

b) Tidak, karena jika ia ulet berusaha,mungkin akan mendapat pekerjaanlain yang lebih baik dan halal.

2).Apakah sesorang anak sebaiknya ber-kewajiban bekerja untuk mengatasikeuangan keluarga, meskipun pekejaan itutidak halal?

a) Ya, apalagi jika ia anak tertua

b) Ya, karena bila tidak, keadaan keluarga-nya terutama ayahnya yang tengah dilanda depresi akibat PHK, akansemakin parah, beitupun ekonomikeluarganya.

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 146: Dari Teori ke Aplikasi

136

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

c) Tidak, seorang anak hanya berkewajib-an membantu orang tua. Jadi anaktidak perlu harus bekerja, bila pekerjanitu tidak halal dan membahayakan.

3).Mengapa sindikat barang haram seperti ituseolah tahu kondisi Ratno yang sedanggalau dirundung masalah keuangan?

4).Ratno tertangkap ketika sedang menjalan-kan operasinya. Sebaiknya hukum me-menjarakan Ratno dan menghancurkanimpiannya jadi sarjana dan masa depan diadan keluarganya, ataukah memberikesempatan kepada Ratno untuk menye-lesaikan skripsi hingga wisuda sambilmempertanggungjawabkan perbuatannyayang terjebak dalam jaringan sindikatnarkoba itu?

5).Dari analisis yang dilakukan bersamadengan kawan-kawannya di kelas diharap-kan siswa dapat memberikan penilaianmoral terhadap dilema moral yang terjadidi lingkungan kehidupannya berdasarkankonsep, filosofis universal dari standarmoral.

2. Model Implementasi dari Jurkani Dharma, GuruSMP Negeri 2 Kuripan Kabupaten Barito Kuala(2003)

Pokok Bahasan : Kesederhanaan

Kelas/Semester : II/2 (dua)

Langkah-langkah Pembelajaran

Page 147: Dari Teori ke Aplikasi

137

a. Pendahuluan

1).Guru memasuki ruang kelas, lalu membalasucapan salam dari siswa serta memeriksadaftar hadir, kemudian mempersilahkansiswa menyiapkan perlengkapanbelajarnya.

2).Guru melakukan apersepsi dan motivasidengan menampilkan gambar seorang anaknaik sepeda pergi ke sekolah. Kemudianmelakukan tanya jawab hal-hal yang dapatdiambil manfaat dari kegiatan bersepedatersebut oleh siswa maupun orang lain.

3).Beberapa tanggapan siswa menyatakanhemat, cermat, dan bermanfaat serayamemberikan alasan-alasan berdasarkanpengalaman mereka masing-masing.Kemudian guru menjelaskan arti hemat,cermat dan bermanfaat sebagai salah satuciri kehidupan yang sederhana.

4).Guru melaksanakan tes awal sebagai upayauntuk mengetahui pengetahuan yang sudahdiketahui siswa terhadap materi yangdisajikan, siswa mengerjakan soal-soalsebanyak 10 butir dalam waktu yangdisediakan, yaitu 10 menit.

b. Kegiatan Inti

1).Guru menempelkan lembar peraga materipelajaran tentang hidup sederhana di papantulis, yaitu;

HIDUP SEDERHANA adalah

Hidup wajar hemat

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 148: Dari Teori ke Aplikasi

138

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Hidup cermat

Hidup secara tepat

Hidup bermanfaat

2).Melalui lembar peraga tersebut gurumenjelaskan pengertian hidup sederhana,kemudian tanya jawab dan memintatanggapan serta contoh-contoh perilakuyang mencerminkan ciri-ciri hidup seder-hana sebagaimana lembar peraga tersebut

3).Guru selanjutnya membagi siswa dalam 6kelompok belajar terdiri dari 4 anggota yangdisusun secara acak antara pria dan wanitaserta atas pengalaman guru ditentukan pulaberdasarkan latar belakang ekonomi ataustatus sosial. Selanjutnya guru membagikansuatu kasus untuk dibaca, dipahami, dandiberikan tanggapan dengan satu keputus-an bersama kelompoknya.

Cerita kasus tersebut adalah

Galuh anak seorang pengusaha kayu.Orang tuanya memiliki banyak uang danharta kekayaan. Akan tetapi, kehidupanGaluh seperti layaknya orang lain. Iaberpakaian biasa-biasa saja seperti pakai-an yang dikenakan teman-temannya.Pergi ke sekolah naik kelotok serta akrabbergaul dengan teman-temannya disekolah maupun di kampung. Selain itu,Galuh juga menabung untuk keperluanmasa depannya. Ia juga sangat perhatiankepada mereka yang kurang mampu.

Page 149: Dari Teori ke Aplikasi

139

Galuh suka memberi pertolongan kepadateman-teman yang mendapat musibahatau perlu bantuan segera yang harusdipenuhi. Pergaulan Galuh biasa-biasasaja, tidak menunjukkan bahwa dirinyaanak seorang pengusaha kayu, padahaljika mlihat harta kekayaannya Galuh bisasaja berfoya-foya dalam hidupnya.Namun Galuh tidak melakukannya.

4).Guru mempersilahkan siswa dalam kerjasama kelompok memberikan tanggapanatas cerita tersebut dengan beberapapertanyaan lacakan, yaitu:

a) Menurut pendapat kalian, pantaskahGaluh bertingkah laku seperti dalamcerita ini?

b) Benarkah tingkah laku Galuh tidakmencerminkan layaknya anak orangkaya dan terkesan menyiksa diri?

c) Pantaskah Galuh sebagai anak seorangpengusaha kaya berangkat ke sekolahhanya menumpang kelotok, pada halia punya speedboat, sepeda motor danmobil?

d) Benarkah sebagai anak orang kayaseharusnya tidak perlu lagi menabung,karena tabungan orang tuanya sudahbanyak?

e) Sebagai anak seorang pengusaha dankaya wajar-wajar saja bersifat boros?

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 150: Dari Teori ke Aplikasi

140

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

5).Siswa melalui pertanyaan lacakan diberikanpengetahuan dan pemahaman tentang artikesederhanaan sebagai suatu cara hidupsehari-hari yang terpuji di masyarakat.Waktu yang disediakan guru dalam kerjakelompok adalah 30 menit.

6).Melalui ketua kelas guru meminta siswauntuk mengumpulkan hasl kerja kelompok,setelah waktu penugasan berakhir.Kemudian secara acak memilih kelompok-kelompok yang maju ke depan kelasmembacakan dan membahas tanggapandari kelompok lainnya.

c. Penutup

1).Guru bersama siswa menyimpulkan materipelajaran tentang pengertian sederhana,bentuk-bentuk kesederhanaan dalammenggunakan harta, waktu, tenaga danpikiran sebagai bahan pengkajianpembelajaran PKn minggu ini.

2).Guru melaksanakan tes akhir untukmengetahui ketercapaian tujuan pem-belajaran khusus yang ditetapkan guru, soalsebanyak 10 butir dalam waktu 10 menit.

3).Guru kemudian menutup pelajaran danmeminta siswa untuk mencari contoh-contoh perilaku sederhana dalam kehidupansehari-hari di rumah, di sekolah dan dimasyarakat.

Page 151: Dari Teori ke Aplikasi

141

3. Model Implementasi dari Muslihah, Guru SMPNegeri 1 Mekar Sari Kabupaten Barito Kuala (2003)

Pokok Bahasan : Kebersihan

Kelas/Semester : II/2 (dua)

Langkah-langkah Pembelajaran

a. Pendahuluan

1).Guru memasuki ruang kelas, memeriksadaftar hadir dan mempersilahkan siswamenyiapkan kelengkapan belajarnya.Kemudian guru memperlihatkan hasilpengerjaan tugas PR siswa dan membaca-kannya di depan kelas. Melalui tanya jawabguru membahas tugas tersebut, yaitutentang arti penting kebersihan diri danlingkungan.

2).Guru melaksanakan tes awal dan membagi-kan soal-soal kepada siswa serta memper-silahkan siswa menjawab dengan waktu 10menit.

b. Kegiatan Inti

1).Guru meminta perhatian siswa untukmendengarkan penjelasan tentang kegiatanbelajar model perkembangan kognitifmoral. Guru menempelkan suatu ceritatentang kasus dilema moral sebagai berikut:

Seorang ibu di desa Mekar Sarisedang terserang penyakit muntaber yangsangat parah, ibu tersebut sudah tidakdapat bergerak lagi, karena kehabisan

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 152: Dari Teori ke Aplikasi

142

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

cairan di tubuhnya. Anaknya, Aluh berlari-lari menuju rumah teman sekelasnya yangkebetulan adalah orang kaya di kampungsebelahnya, yaitu Pasar Ahad. Aluh menge-tuk pintu berkali-kali sampai akhirnyadibukakan oleh Itai Langkar, sahabatnya itu.

Kemudian Aluh menceritakan sakitibunya yang terkena muntaber danmengharap Itai Langkar memberikan obatyang pernah diceritakannya di sekolah yangampuh mengobati sakit muntaber. Tetapi, ItaiLangkar menolak dan marah-marah padaAluh untuk tidak memberikan obat tersebut,sebab harganya mahal dan Aluh tidakmungkin dapat membayarnya. Aluh kembalike rumah dan meminta uang dari saudara-saudaranya sebesar Rp.100.000,- lalu kembaliberlari ke rumah Itai Langkar. Dan sekali lagiItai Langkar menolaknya, seraya berkata:”Makanya, hidup harus bersih dan janganmakan sembarangan, tidak bisa obat inimahal lebih dari Rp.100.000,-,” katanyahendak menutup pintu. Aluh putus asa danemosi, lalu menarik tangan Itai Langkar danmerampas obat muntaber tersebut.Kemudian berlari pulang ke rumahnya.

Pertanyakan Lacakan:

a) Apakah sebaiknya Aluh merampas obatitu?

b) Apakah hak Itai Langkar tidakmemberikan obat muntaber itu,padahal mereka bersahabat?

Page 153: Dari Teori ke Aplikasi

143

c) Bagaimana nasib Aluh, kalau sahabat-nya Itai Langkar melaporkan kepadapolisi tentang perampasan obatmuntaber malam itu, apakah sebaiknyaia ditangkap?

2).Kemudian guru membagikan naskah ceritatersebut kepada seluruh siswa dan memintasiswa membaca serta memahami jalanceritanya. Guru selanjutnya membagikanselembar kertas kepada semua siswa danmeminta siswa untuk menentukan posisidirinya dalam kasus itu ( memilih sebagaiAluh atau sebagai Itai Langkar) sertamenuliskan alasan memilih posisi tersebut.

3).Guru membagi 2 kelompok siswa, pertamakelompok dengan posisi sebagai Aluh dankelompok kedua dengan posisi sebagai ItaiLangkar. Selanjutnya meminta siswamenjawab pertanyaan lacakan yang terteradi bawah naskah cerita dalam kasus dilemamoral tersebut. Waktu untuk seluruhkegiatan ini adalah 20 menit.

4).Pada akhir kegiatan masing-masing siswayang ditunjuk guru menyampaikanjawaban dari pertanyaan lacakan sehubung-an kasus dilema tersebut. Baik kelompokposisi Aluh maupun kelompok posisi ItaiLangkar secara bergiliran maju ke depan,sehingga terlihat argumentasi masing-masing secara jelas dan mudah dipahami.

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 154: Dari Teori ke Aplikasi

144

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

c. Penutup

1).Guru mengambil satu jawaban daripertanyaan lacakan kasus dilema moral,baik dari kelompok posisi Aluh maupun darikelompok posisi Itai Langkar, kemudianmenyimpulkan materi pelajaran tentangarti penting kebersihan diri serta dampaknyabagi hubungan di masyarakat.

2).Guru melaksanakan tes akhir dan memba-gikan soal-soal tes kepada siswa untukselanjutnya dipersilahkan siswa menjawab-nya selama 10 menit.

3).Guru menutup pelajaran dan memper-silahkan siswa membaca pulang naskahcerita tadi, kemudian membuat tugas PRagar siswa memilih posisi diri yang lain dariyang sudah ditetapkan serta alasannya.

4. Model Implementasi dari Ardani, Guru SMP Negeri1 Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara(2003)

Pokok Bahasan : Kebersihan

Kelas/Semester : II/2 (dua)

Langkah-Langkah Pembelajaran

a. Pendahuluan (10 menit)

1) Melaksanakan prestest

2) Memotivasi siswa dengan menjelaskanmodel pembelajaran perkembangan kognitifmoral.

Page 155: Dari Teori ke Aplikasi

145

3) Menyampaikan tujuan pembelajarankhusus, melalui penyajian lembar ceritadilema tentang pencemaran lingkungan,siswa dapat:

a) Meentukan fokus permasalahan

b) Menentukan tokoh utama dalam cerita

c) Mejelaskan hubungan antar tokohdalam cerita

d) Menjelaskan dilema moral

e) Menentukan apa yang sebaiknyadilakukan tokoh utama

f) Mengidentifikasi perbedaan pendapatyang muncul

g) Terampil menyampaikan pendapatberdasarkan fakta/data dalam cerita.

h) Terampil merumuskan sikap yangterbaik dalam mengatasi dilema sosial.

i) Menghargai pendapat orang lain.

j) Bekerjasama dengan teman dalammengatasi suatu permasalahan.

b. Kegiatan Inti (60 menit)

Menyajikan informasi pendahuluan tentangsebuah dilema pencemaran lingkungan, sekaligusmembagikan lembar cerita sebuah dilema.

1) Fase ke-1, Menyajikan Dilema Moral

Menyajikan dilema,disampaikan dalambentuk naskah sebuah cerita dilema yangdibagikan kepada seluruh siswa dan di-tayangkan melalui OHP atau LCD

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 156: Dari Teori ke Aplikasi

146

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Masyarakat yang tinggal di sekitar pasartradisional Danau Panggang sangat merasakandampaknegatif dari pencemaran lingkungan,khususnya yang diakibatkan oleh pengelolaansampah yang kurang baik. Dampak tersebutantara lain; hilangnya selera makan, akibat bauyang tidak sedap, terjangkitnya berbagaipenyakit, seperti diare, infeksi saluran per-nafasan, radang paru-paru, infeksi kulit dansebagainya. Hal ini bukan hanya dirasakanoleh masyarakat sekitar, tetapi juga semua o-rang yang berbelanja di pasar tersebut.

Padahal pasar tersebut merupakan uratnadi perekonomian masyarakat yangdidukung oleh letaknya yang strategis, yaituberada di tepi peabuhan transportasi sungaiKalsel-Kalteng, tetapi karena dana pengelolaansampah sangat tidak memadai, untuk kondisitanah yang selalu becek dan tempat pem-buangan akhir sampah yang sangat jauh.Untuk meningkatkan pendanaan pengelolaansampah tersebut, cara satu-satunya hanyadengan menaikkan retribusi sampah.

Masyarakat setempat sudah beberapa kalimelayangkan surat kepada pemerintahkecamatan, khususnya pihak pengelola pasar,agar sampah dapat dikelola dengan sebaik-baiknya. Bahkan masyarakat dan pelajarberdemonstrasi meminta pertanggungjawabankepada pihak pengelola pasar dan menuntutagar pejabat pengelola pasar diturunkan saja.Karena dinilai tidak berfungsi maksimal.

Page 157: Dari Teori ke Aplikasi

147

Para pedagang juga berdemonstrasi agarpengelola pasar tidak menaikkan retribusisampah, karena menilai retribusi sampah yangsekarang ini sudah sangat tinggi, juga kenaikanretribusi tersebut sudah beberapa kali dalamkurun waktu yang sangat cepat. Apabila halini tidak diindahkan, maka mereka akanmogok berjualan/berdagang.

Apa yang sebaiknya dilakukan oleh pihakpengelola pasar? Menaikkan retribusi sampahatau tidak? Alasan kalian?

(1)Siswa diberikan kesempatan untukmemahami, menjelaskan situasi ataukeadaan-keadaan dalam cerita dilemasekaligus merumuskan istilah-istilahyang belum mereka pahami, dansetelah melalui tanya jawab, guru yakinbahwa siswa telah memahami keadaan-keadaan dan istilah-istilah dalam cerita.

(2)Siswa diberi kesempatan memahamimasalah yang dihadapi tokoh utama,kmudian melalui tanya jawab, guruyakin siswa telah memahami masalahyang dihadapi tokoh utama.

2) Fase ke-2, Menyatakan Posisi Sementara

a) Siswa diberikan kesempatan untukmemikirkan posisinya msing-masingterhadap masalah yang dihadapi tokohutama.

b) Siswa diberikan kesempatan untukmenentukan posisinya secara individualterhadap tindakan yang dilakukan oleh

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 158: Dari Teori ke Aplikasi

148

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

tokoh utama dan memberikan alasanterhadap tindakan tersebut melaluikartu-kartu yang telah disediakan.

c) Siswa diberikan kesempatan menentu-kan posisi mereka dalam keras dengancara seluruh siswa diminta untuk me-nunjukkan posisi mereka dengan caramenunjukkan ibu jari, untuk menun-jukkan setuju, menurunkan ibu jaritanda posisi tidak setuju, dan melipattangan dengan menutup mata, untukmenghindari pengaruh tekanan teman-teman yang lain, sebagai tanda posisitidak mengambil sikap apa-apa.

d) Menentukan alasan-alasan untuk posisimasing-masing individu denganmengisi kartu-kartu yang telah tersedia.

3) Fase ke-3, Menguji Alasan

a) Menguji alasan kelompok-kelompokini, siswa dibagi dalam beberapakelompok kecil yang terdiri dari darilima orang anggotadari berbagai posisi;setuju, tidak setuju; atau tidak me-mutuskan sikap apapun. Kemudianmereka diminta dalam kelompok yangberagam tersebut untuk mendiskusikanalasan-alasan mereka, dan menghasil-kan daftar alasan yang berisi dua alasanyang terbaik sesuai dengan posisinyamasing, yaitu, dua alasan terbaik dariposisi setuju, dua alasan terbaik dariposisi tidak setuju, dan dua alasan

Page 159: Dari Teori ke Aplikasi

149

terbaik dari posisi yang abstain, tidakmemutuskan sikap apapun.

b) Menguji alasan-alasan yang berbedadalam diskusi kelas di antara berbagaikelompok. Kemudian menyusun duaalasan terbaik dari posisi yang setujudan yang tidak setuju.

4) Fase ke-4, Menggambarkan Posisi Masing-Masing Individu

a) Meringkas Alasan,

Siswa diminta berpikir, dan mengingatkembali beberapa alasan yang dibahasdalam diskusi. Kemudian menyusun pering-kat alasan-alasan tersebut dan dimintamemberikan saran-saran terbaik.

b) Menyatakan Alasan Kembali,

Siswa diminta untuk menuliskan sekalilagi posisi dan alasan-alasan mereka, sambildodorong untuk memperhatikan beberapapandangan atau ungkapan baru yangmereka terima pada saat diskusi kelompokdan diskusi kelas. Posisi dan alasan tersebuthendaknya ditulis dengan susunan kalimatyag baru dan siswa diminta untuk mencatatbeberapa perubahan terhadap pikiranmereka dalam menuliskan posisi dan alasanmereka.

c. Penutup (20 menit)

1) Posttes

2) Menyimpulkan materi pembelajaran

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 160: Dari Teori ke Aplikasi

150

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

3) Guru memberikan tugas untukmembaca buku paket

Dari ke empat model pembelajaran yangberbasis pada perkembangan kognitif, makahanya model pembelajaran dari Ardani danMuslihah, yang agak mendekati acuan langkahpembelajaran normatif model pembelajaranperkembangan kognitif. Kekurangan Muslihahhanya dalam langkah penentuan posisi. Dalamlangkah penentuan posisi, maka posisi yang di-maksud adalah membagi siswa dalamkelompok yang setuju, yang tidak setuju, dantidak memberikan pendapat terhadap apa yangsebaiknya dilakukan tokoh utama dalam ceritaterhadap dilema moral yang dihadapinya,bukan kepada penentuan kelompok posisiberdasarkan dua tokoh cerita, Walaupunkurang sesuai dengan alur normatif modelpembelajaran berbasis perkembangan kognitif,“kreasi” Muslihah untuk membagi posisi atasdasar dua kelompok posisi tokoh cerita yangsaling brlawanan, patut dihargai dan sebaiknyaterus dikembangkan. Sedangkan modelpembelajaran perkembangan kognitif Ardaninampaknya hampir sesuai dengan normaacuan model pembelajaran perkembangankognitif.

B. Bentuk-Bentuk Kisah Dilema Moral Tentatif

Selain beberapa bentuk model pembelajaran, paraguru yang mengikuti Penyetaraan D2/D3 ke S1 jugaberhasil membuat beberapa bentuk cerita dilema moral

Page 161: Dari Teori ke Aplikasi

151

yang dapat dikembangkan lagi dalam penerapannya padapembelajaran PKn di sekolah tingkat SMP.

1. Muslihah (2003)

Pokok Bahasan : Kebersihan

Kelas/Semester : II/2 (dua)

Naskah Cerita :

Keluarga pak Masrani merupakan orangterhormat dikampung Jelapat Baru, ia seorang guruagama,punya anak perempuan yang bersekolah dipesantren, serta seorang anak asuh yang masihberumur 7 tahun dan belum bersekolah.

Tetangga sebelah rumahnya,yaitu keluarga pakTaberani adalah pedagang buah di Pasar Ahad, iamempunyai 3 orang anak yang masih kecil-kecil danbaru anak pertama yang besekolah di kelas 6 SD.

Kampung tempat mereka tinggal bernama MekarSari dengan predikat juara kebersihan lingkungan seKecamatan Tamban dan mendapat piala dari bapakCamat. Sayangnya pak Masrani dan pak Taberaniselalu bertengkar, tidak saling berteguran dan anak-anaknya pun sering berolok-olok, hingga sering terjadikeributan di antara dua keluarga itu. Pasalnya, kolamikan pak Masrani selalu dicemari oleh kotoran buah-buahan bekas dagangan pak Taberani yang busuk,karena tidak laku terjual habis dipasar.

Suatu hari pak Masrani menegur pak Taberani,yang kedapatan membuang mangga busuk ke dalamikannya. Maka terjadilah pertengkaran sengit yangmembuat pak Taberani mengancam pak Masraniuntuk berkelahi sambil membawa parang ditangannya.

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 162: Dari Teori ke Aplikasi

152

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Pertanyaan lacakan:

a. Haruskah pak Taberani berbuat nekad denganmengancam pak Maserani berkelahi serayamembawa parang?

b. Apakah pak Maserani sebagai guru agama sudahbenar berbuat menegur perilaku pak Taberaniyang membuang hasil sisa dagangan buah yangtidak laku di pasar secara sembarangan, malahke dalam kolam ikan orang lain?

c. Jika kamu adalah pak Maserani yang barukembali dari pesantren dan mengetahui kejadiantersebut, bagaimana kamu harus bertindak, baikterhadap pak Maserani sebagai orang tuamumaupun kepada pak Taberani sebagai tetangga-mu?

2. Herniyanti (2003)

Pokok Bahasan : Keyakinan

Kelas/Semester : II/1 (satu)

Naskah Cerita :

Tini dan Rusti sahabat dekat. Mereka saling ter-buka dalam segala permasalahan yang merekahadapi.Tini juga tahu, kalau ibu Rusti sakit jantung,dan mudah kambuh jika mendengar hal-hal yangmengagetkan. Suatu hari ketika Tini dan Rustipulang sekolah, tiba-tiba ada sepeda motor yangmenyerempet Rusti.

Rusti tidak sadarkan diri dan segera dibawa kerumah sakit. Tini bingung untuk menyiapkan beritatersebut kepada ibu Rusti. Jika Tini berterus terangmemberitahukan kepada ibu Rusti, takut nanti sakit

Page 163: Dari Teori ke Aplikasi

153

jantungnya akan kambuh. Tidak memberitahukan,berarti bohong, dan itu termasuk dosa. Apa sebaik-nya yang Tini lakukan? Memberitahu atau tidak?

3. Ardani (2003)

Pokok Bahasan : Disiplin

Kelas/Semester : II/1 (satu)

Naskah Cerita :

Seorang pemuda yang ingin bekerja padasebuah perusahaan jasa angkutan. Sudah beberapakali mengikuti seleksi, mulai seleksi administrasi,ujian tulis dan wawancara, kemudian dinyatakanlulus. Kemudian perusahaan akan mengangkatnyasebagai karyawan baru dengan persyaratan harusdatang sendiri dengan membawa SIM asli dan ijazahasli pada hari dan jam yang ditentukan, apabila tidakdatang tepat waktu dianggap mengundurkan diri.Pemberitahuan hal tersebut akan disampaikanmelalui surat pos.

Ternyata surat panggilan dari perusahaan me-lalui surat pos, baru diterima tepat pada hari di manaia harus datang, dan waktu yang hampir mendekatijam yang telah dipersyaratkan. Sedangkan jarakantara rumah dengan kantor perusahaan tersebutcukup jauh dengan kondisi jalan banyak per-simpangan dengan lampu traffic light. Satu-satunyaalat transportasi yang dimilikinya hanya sepedamotor. Mengendarai sepedamotor dengan kecepatannormal, akan sangat tidak mungkin mencapai jamyang telah ditetapkan. Satu-satunya cara adalahdengan kecepatan melewati batas maksimum, tetapiitu melanggar peraturan lalu lintas, dan pasti akan

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 164: Dari Teori ke Aplikasi

154

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

melanggar tanda lamu merah di setiap per-simpangan jalan menuju kantor perusahaan itu.

Apa sebaiknya yang dilakukan pemudatersebut?

4. Huzaini (2003)

Pokok Bahasan : Tanggung Jawab

Kelas/Semester : II/1 (satu)

Naskah Cerita :

Si Ahmad adalah seorang anak yang sudahdewasa, ayahnya seorang terpandang dan kaya raya.Karena satu dan lain hal, ayahnya meninggalkan ibusi Ahmad dan kawin lagi dengan wanita lain tanpamemberikan sedikitpun harta kepada si Ahmad danibunya.

Dari perkawinan ayahnya dengan wanita laintadi, memperoleh dua orang anak, satu laki-laki dansatu perempuan. Kedua saudara tirinya ini sangatsombong terhadap si Ahmad, juga ibu tirinya,ditambah lagi dengan sikap ayahnya yang tidak mauperduli terhadap kehidupan si Ahmad dan ibunya.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari siAhmad bekerja sebagai buruh pengangkut barang.Walaupun dengan penghasilan yang tidak seberapa,tetapi lumayan untuk mempertahankan hidup.

Ketika ibunya sakit tipes dan harus opname dirumah sakit, si Ahmad tidak punya persediaan uanguntuk biaya opname tersebut.Ahmad mencobamenghubungi ayahnya dan menyampaikan kabartentang sakit ibunya tersebut. Setelah bertemu,bukan bantuan yang didapatkan si Ahmad, malah

Page 165: Dari Teori ke Aplikasi

155

caci maki dan cemohan yang ia terima. Karena tidaktahan menahan sakit atau memang sudah ajalnyatiba, ibu si Ahmad meninggal dunia. Si Ahmad sangatkecewa terhadap ayahnya yang tidak perduli dengankondisi ibunya, namun ia sadar mungkin sudahmenjadi takdir yang harus ia terima.

Tidak lama setelah kematian ibunya, si Ahmadmenerima kabar bahwa ayahnya mengalami ke-celakaan, ia harus dioperasi, karena ginjalnya pecah,satu-satunya orang yang bisa menggantikan sangayah, hanya ginjal si Ahmad. Ayahnya sangat me-mohon supaya Ahmad mau menyumbangkan satuginjal untuk mengganti ginjal ayahnya.

Apa yang sebaiknya dilakukan si Ahmad?

5. Nafsiah (2003)

Pokok Bahasan : Disiplin

Kelas/Semester : II/1 (satu)

Naskah Cerita :

Ibu Ani sakit keras dan dalam keadaan kritis,sementara uang dari harta untuk berobat ibunya tidakpunya, keluarga lainnya sangat miskin. Ani merasabingung, bagaimana cara menolong orangtuanya. Didalam kebingungan itu, Ani mendapat pertolonganseorang lelaki kaya raya, tetapi dengan syarat, Aniharus menyerahkan kehormatannya. Ani merasaserba salah, di satu sisi, ia harus secepatnya menolongorangtuanya yang sedang kritis, namun di sisi lainnya,ada pertolongan yang sangat dibutuhkan, mekipunbertentangan dengan norma agama.

Apa yang sebaiknya dilakukan Ani?

Implementasi Model Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran...

Page 166: Dari Teori ke Aplikasi

156

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Beberapa bentuk cerita dilema moral yangdikemukakan di atas dapat dijadikan sebagai bahan ceritadalam pembelajaran PKn dengan model pembelajaranperkembangan kognitif. Meskipun tingkat konflik nilaimoralnya sangat tajam. Salah satu ciri khas daripembelajaran kognitif moral adalah adanya konflik nilaimoral yang dihadapi serang tokoh.

Konflik nilai moral yang terdapat dalam cerita men-dorong terjadinya pemilihan posisi dan menghendakialasan yang mengabsahkan posisi tersebut. Masalahnyaadalah apakah posisi dan alasan yang dipilih dapatditerima oleh semua orang, baik berdasarkan normaagama, norma sosial, norma susila dan norma hukum.

Konflik nilai moral juga akan mendorong terjadinyaproses berpikir, yang pada akhirnya melalui diskusi kelasdan kelompok, akan merangsang terjadinya perubahandan prkembangan struktur kognitif anak terhadap posisidan alasan nilai moral yang dipilih.

Indikator dari adanya perkembangan dan perubahanstruktur kognitif moral anak terlihat pada proses menentu-kan atau menyusun peringkat alasan yang mengabsahkanposisi yang dipilih. Dengan dihasilkannya peringkat alasanyang mengabsahkan posisi tindakan yang dipilih, makaanak akan memperoleh wawasan yang kaya sekaligusbeberapa alternatif alasan dalam memecahkan suatupermasalahan, termasuk di antaranya permasalahankonflik atau dilema moral.

Page 167: Dari Teori ke Aplikasi

157

DAFTAR PUSTAKA

Beck, Laura E, 1989. Child Development. Massachusetts: Allynand Bacon

Djahiri, A. Kosasih, dan Wahab, A.Azis, 1996. Dasar dan KonsepPendidikan Moral. Jakarta: PPTA Ditjen Dikti

Duska, Ronald dan Whelan, Mariellen, 1983. PerkembanganMoral, Perkenalan dengan Piaget dan Kohlberg,diindonesiakan oleh Dwija Atmaka, Yogyakarta:Penerbit Kanisius.

Galbraith, Ronald and Jones, Thomas M, 1976. MoralReasoning, A Teaching Handbook for AdaptingKohlberg to the Classroom. Greenhavenpress Inc

Herrycahyono, Cheppy, 1988. Pendidikan Moral dalamBeberapa Pendekatan. Jakarta: PPLPTK Ditjen Dikti.

Purpel, David and Ryan, Kevin, 1976. Moral Education … ItComes With The Territory. Berkeley: McCutchanPublishing Corporation.

Page 168: Dari Teori ke Aplikasi

158

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Page 169: Dari Teori ke Aplikasi

159

BIODATA PENULIS

Dr. H. Sarbaini, M.Pd adalahLektor Kepala pada Program StudiPendidikan Pancasila dan Kewarga-negaraan (PPKn) Jurusan PendidikanIPS FKIP Universitas LambungMangkurat (Unlam) di Banjarmasin.Lahir di Banjarmasin, pada tanggal 27Desember 1959. Suami dari Dra.Hj.Fatimah Maseri, M.Hum, dan ayahAulia Rahman dan Fani Akhmadi.

Penulis menyelesaikan pendidikan S1 (Drs) di Jurusan PMP-KN FKIP Unlam tahun 1984, gelar M.Pd diperoleh di IKIPBandung tahun 1993, dan gelar Dr diperoleh tahun 2011 diUPI Bandung, keduanya berbasis kajian Pendidikan Nilai.Sejak tahun 1986 menjadi pengajar di Program studi PPKn,pernah menjadi pengajar mata kuliah Pendidikan Pancasiladan Pendidikan Kewarganegaraan di PTS-PTS Banjarmasindi STKIP PGRI, UVAYA, STIE, STIKES Muhammadiyah,Politekes Banjarmasin, Akademi Kebidanan BungaKalimantan, dan STIKES Cahaya Bangsa. Aktif juga sebagaipengajar di Pascasarjana Pendidikan IPS Unlam, dan

Page 170: Dari Teori ke Aplikasi

160

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral: Dari Teori ke Aplikasi

Pascasarjana STIA Banjarmasin. Pelaku sejarah dan pelibatPusat Studi Kemasyarakatan dan Kebudayaan LembagaPenelitian Unlam bersama alm Prof.Dr. Noerid H.Radam,Ketua Program Studi PPKn FKIP Unlam (2000-2004).Sekarang menjabat Ketua UPT MKU Unlam (2006-sekarang), Tim Pokja PUG Bidang Pendidikan DinasPendidikan Kalsel (2007-sekarang), konsultan LPMP (2002-2004), Tim Pokja Peningkatan Mutu Pendidikan dan TenagaKependidikan Non Formal (2007-sekarang), Tutor UT UBJJBanjarmasin (2007- sekarang), anggota Forum PenelitiBalitbangda Kalsel (2008-sekarang), Tim Jaringan PenelitianBalitbangda Kalsel (2002-sekarang), dan Pimpinan WilayahMuhammadiyah Kalsel (2005-sekarang), Assesor SertifikasiGuru, Penyunting Jurnal Wiramartas, Jurnal Sosial danPendidikan IPS (2003-sekarang), nara sumber berbagaikegiatan seminar, pendidikan dan pelatihan, menulisbeberapa artikel di Vidya Karya, Jurnal Pendidikan danKebudayaan, Wiramartas, dan Jurnal Triwulanan LITBANG.Penulis dan editor buku; Masalah Hukum dan Politik (editor,2000), Model Pembelajaran Kognitif Moral, dari Teori keImplementasi (penulis, 2001).