Upload
phamtruc
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS POSITIONING PELAYANAN KLINIK SARAF RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
Naskah Publikasi
oleh:
Syamsul Rizal Sinulingga NIDN : 1012128302
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES PRIMA NUSANTARA
2009
2
ANALISIS POSITIONING PELAYANAN KLINIK SARAF RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA
POSITIONING ANALYSES ON NEUROLOGY CLINIC SERVICES IN BETHESDA HOSPITAL, YOGYAKARTA
ABSTRACT
Background: Business environment, now day, become more turbulent and competitive. The competition among hospital as social institution previously was considered as taboo, however, today it become important as maintaining the life of hospital organization. Given this situation, hospital should determine its positioning to make differentiation from competitor over product or services that being offered. Objective: This research intended to describe and determine neurology clinic services position of Bethesda hospital over Panti Rapih Hospital according to consumer perception. Method: This research is descriptive research with cross sectional survey design. Sample was taken used systematic sampling technique. Research subjects are 200 patient neurology clinics in each hospital. Method that being used is multidimensional scalling (MDS) Result: MDS analyzes reveals that position of each hospital attributes forming into group and several attribute were being closer and separated. Each hospital attributes have evenly distributes and located in competitive-local quadrant. Competition is not frontally colliding. Attributes point is being distribute, which mean that there are no closely competition except for human resource and philosophy that indicate closely competition. Each hospital seek to differentiate competitor’s attribute determines positioning. Conclusion: Competition does not frontally occur. Most attribute were having separated point, however, few were in close point that is human resources attribute and hospitals philosophy and policy that indicate tight competition. Keywords: positioning, neurology clinic, marketing
3
Pendahuluan
Lingkungan bisnis yang turbulen dan kompetitif akan mendorong suatu
organisasi untuk mengikuti trend perubahan yang terjadi. Rumah sakit sebagai
suatu organisasi dibidang jasa pelayanan kesehatan harus mempunyai
kemampuan menganalisis setiap perubahan agar tetap dapat bertahan dan
tumbuh ditengah persaingan bisnis yang semakin kompetitif1. Persaingan bisnis
rumah sakit meningkat seiring dengan terjadinya pergeseran peran rumah sakit
yang semula hanya sebagai lembaga sosial berubah fungsinya menjadi lembaga
usaha dan sosial. Dalam hal ini rumah sakit melaksanakan dua peran sekaligus
yaitu menerapkan prinsip bisnis agar dapat tumbuh dan berkembang, serta peran
berikutnya yaitu fokus kepada pelanggan, sebagai bentuk tanggung jawab rumah
sakit kepada sosial. Hal inilah yang mendorong rumah sakit menjadi organisasi
yang memproduksi berbagai macam produk layanan dengan masing-masing unit
usaha strategisnya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan2.
Rumah sakit sebagai organisasi yang bergerak di bidang pelayanan
kesehatan saat ini tidak hanya bergerak dalam sosial saja, namun juga terlibat
dalam hal ekonomi yang dalam perkembangannya harus melaksanakan prinsip
ekonomi3. Dalam hal ini pemasaran rumah sakit yang dulu dianggap tabu
sekarang sudah dijalankan secara efektif terutama oleh rumah sakit swasta. Salah
satu bentuk informasi penting dalam pemasaran yaitu mengenali faktor-faktor yang
mempengaruhi minat pelanggan dalam menggunakan suatu produk. Dalam hal
pemanfaatan rumah sakit faktor produk layanan merupakan hal penting yang
mempengaruhi pasien memilih rumah sakit. Produk rumah sakit berupa layanan
medis serta akses untuk memperoleh layanan tersebut merupakan faktor utama
dalam pemilihan tempat pelayanan kesehatan4.
Adanya persaingan dengan munculnya rumah sakit swasta baru dan
semakin berkembangnya rumah sakit swasta lain menyebabkan pengguna rumah
sakit mempunyai banyak pilihan. Namun di sisi lain kondisi ini menimbulkan
persaingan antar rumah sakit. Agar rumah sakit dapat tetap hidup dan
berkembang perlu ada beberapa langkah yang harus diambil antara lain
4
penyempurnaan organisasi dengan membentuk satuan kerja yang
menyelenggarakan fungsi pemasaran, meliputi kegiatan penelitian pasar,
perencanaan pemasaran dan perebutan pelanggan. Hal ini sangat penting karena
kedudukan konsumen adalah vital dan merupakan sumber pendapatan rumah
sakit. Suatu perusahaan harus membangun posisi dalam pikiran pelanggan, harus
tunggal, dengan memberikan pesan yang sederhana dan konsisten. Disamping itu
posisi itu harus membedakan perusahaan dari pesaing-pesaingnya. Tujuan
utamanya adalah menekankan kelebihan uniknya dan membedakan dengan
pesaing5.
Positioning merupakan konsep psikologis yang terkait bagaimana
konsumen yang ada maupun calon konsumen dapat menerima perusahaan
tersebut dan produknya dibandingkan dengan perusahaan lain. Latar belakang
pemikiran positioning adalah untuk menciptakan citra (image) yang diharapkan,
maksudnya adalah langsung terkait dengan bagaimana konsumen yang berada di
segmen pasar tertentu atau spesifik itu mempersepsikan jasa perusahaan6.
Positioning memerankan peran penting dalam strategi pemasaran karena
hubungannya antara analisis pemasaran dan analisis persaingan dalam analisis
internal. Positioning merupakan kegiatan mendesain penawaran dan citra
perusahaan sehingga menempati posisi yang berbeda dalam pikiran target pasar .
Positioning diperlukan dan menjadi sangat penting karena adanya tingkat
persaingan yang sangat tinggi. Lingkungan bisnis dalam hal jasa, khususnya jasa
rumah sakit saat ini sangat kompetitif, dengan demikian perlu dilakukan positioning
untuk mengetahui posisi sehingga dapat bersaing dengan tepat 7.
Positioning pada sebuah lembaga usaha memiliki lingkup yang meliputi
empat area, yaitu ; (a) menggambarkan hubungan antara kepuasan pelanggan
dan perusahaan dan kinerja kompetitor (b) membantu untuk mengidentifikasi
peluang market baru (c) menyesuaikan produk yang ditawarkan, harga, dan lokasi
yang menjadi target pasar, dan (d) mengkomunikasikan target pasar melalui
hubungan komunikasi personal dan non-personal terhadap produk yang mereka
tawarkan 8.
5
Positioning adalah strategi komunikasi yang dilakukan untuk menjembatani
suatu produk dengan calon konsumen. Komunikasi berhubungan dengan atribut-
atribut yang secara fisik maupun non fisik yang melekat pada suatu produk/jasa
layanan. Disamping itu positioning bersifat dinamis, yaitu persepsi konsumen
terhadap suatu produk/jasa bersifat relatif terhadap struktur persaingan. Begitu
keadaan pasar berubah, maka positioning suatu produk akan berubah, sehingga
harus terus menerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara, dan dibesarkan.
Positioning berhubungan dengan citra di benak konsumen. Marketer harus
mengembangkan strategi marketing public relation (MPR) yang sesuai dengan
karakter produk/jasa yang ditawarkan9.
Untuk dapat menginterpretasikan posisi atribut pembentuk persepsi
responden, maka dibawah ini adalah penjelasan letak kuadran-kuadran :
1. Pada kuadran I, menunjukkan persepsi yang sangat baik pada atribut
tertentu pada rumah sakit yang diteliti (performa rumah sakit yang tinggi dan
dianggap sangat penting oleh responden).
2. Pada kuadran II menunjukkan adanya persepsi agak baik pada atribut
tertentu pada rumah sakit yang diteliti (atribut dianggap sangat penting,
namun performa rumah sakit rendah).
3. Pada kuadran III menunjukkan adanya tingkat persepsi yang kurang baik
pada atribut tertentu pada rumah sakit yang diteliti (performa yang diberikan
oleh rumah sakit sangat rendah, juga tidak dianggap penting oleh
responden).
4. Pada kuadran IV, menunjukkan tingkat persepsi yang baik pada atribut
tertentu rumah sakit (performa rumah sakit yang tinggi namun tidak
dianggap penting oleh responden).
6
Bahan dan Cara Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada klinik saraf RS Bethesda dan RS Panti Rapih.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross
sectional survey , yaitu dilakukan penelitian terhadap persepsi konsumen
mengenai atribut-atribut dari produk/pelayanan, harga, lokasi, promosi, dan SDM,
serta preferensi konsumen terhadap pelayanan klinik saraf kedua rumah sakit.
Analisis data menggunakan analisis Multidimensional Scalling (MDS).
Subjek yang diteliti adalah pasien klinik saraf kedua rumah sakit. Populasi
subjek penelitian ini pasien yang berobat selama satu bulan dilihat dari jumlah
kunjungan bulan sebelumnya, atau pada bulan yang sama pada tahun
sebelumnya. Hampir semua criteria pasien diikutsertakan sebagai subjek, kecuali
pada pasien dengan gangguan mental. Jumlah sampel yang diambil pada masing-
masing rumah sakit sebesar 100 responden, sehingga jumlah kumulatifnya adalah
200 responden. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Juli-
Agustus dengan alokasi waktu satu bulan di RS Bethesda, dan satu bulan di RS
Panti Rapih. Pengambilan sampel menggunakan teknik systematic sampling.
Ujicoba dilakukan pada 30 responden selama satu minggu di RS Bethesda
yaitu pada klinik selain klinik saraf, untuk mengukur validitas dan reliabilitas alat
ukur. Hasil ujicoba menunjukkan terdapat beberapa item pertanyaan yang tidak
valid. Namun ada beberapa item yang sengaja diikutkan kembali agar tidak
mengurangi substansi penelitian. Setelah diuji kembali, akhirnya didapatkan
sejumlah pertanyaan yang valid.
Hasil penelitian dan pembahasan
Dari data yang dikumpulkan, sejumlah 200 kuesioner yang memenuhi
syarat untuk dianalisis kemudian disusun distribusi frekuensi responden
berdasarkan alamat, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan
perbulan, sumber dana untuk keperluan rawat jalan, lama responden berobat pada
masing-masing rumah sakit dan anjuran untuk menggunakan pelayanan klinik
saraf di rumah sakit.
7
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
Karakteristik
RS Bethesda
RS Panti Rapih Total Signifikansi
N N %
Alamat DIY 75 86 80,5
0,50 Luar DIY 25 14 19,5
Usia
9 - 16 tahun 2 8 5
0,983
17 - 23 tahun 20 10 15
24 - 30 tahun 16 15 15,5
31 - 40 tahun 13 19 16
41 - 50 tahun 15 14 14,5
> 50 tahun 34 34 34
Jenis kelamin Laki-laki 44 41 42,5
0,670 Perempuan 56 59 57,5
Pendidikan
SMP 5 8 6,5
0,285
SMU 43 29 36
D3 21 27 24
S1 28 32 30
S2 3 4 3,5
Pekerjaan
Swasta 53 50 51,5
0,345 Wiraswasta 16 10 13
PNS 16 18 17
Pelajar/mahasiswa 15 22 18,5
pengeluaran/bln
< 1.000.000 23 35 29
0,015 1.000.000 - 3.000.000 48 49 48,5
3.000.000 - 5.000.000 19 10 14,5
> 5.000.000 10 6 8
Sumber dana
Pribadi 68 44 56
0,01 Orang tua 13 25 19
Perusahaan 14 13 13,5
Asuransi 5 18 11,5
Lama berobat
< 1 tahun 58 66 62
0,460
1 - 2 tahun 15 5 10
2 - 3 tahun 3 5 4
4 - 5 tahun 3 2 2,5
> 5 tahun 21 22 21,5
Anjuran berobat
Keinginan sendiri 70 64 67
0,393 Teman 5 9 7
Saudara 11 9 10
Dokter umum 14 18 16
8
Berdasarkan tabel 1 perbedaan yang terjadi dapat terlihat bahwa pasien RS
Bethesda memiliki pengeluaran belanja keluarga diatas tiga juta rupiah. Demikian
juga untuk sumber dana untuk berobat, sebagian besar pasien RS Bethesda
menggunakan dana pribadi. Hanya sedikit yang menggunakan fasilitas asuransi.
Hal ini menunjukkan bahwa status ekonomi pasien RS Bethesda lebih tinggi
dibandingkan pasien RS Panti rapih. Tentu saja perbedaan kedua karakteristik ini
sedikit banyak akan mempengaruhi segmentasi pasar.
Analisis Multidimensional Scalling (MDS)
Dari 200 kuesioner yang memenuhi syarat untuk dianalisis, kemudian
disusun untuk memperoleh rata-rata persepsi responden terhadap pelayanan klinik
saraf RS Bethesda dan RS Panti Rapih yang ditampilkan pada tabel 3. Urutan
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap preferensi responden
terhadap pelayanan klinik saraf RS Bethesda dan Panti Rapih ditampilkan pada
tabel 2
Tabel 2. Rata-rata persepsi responden terhadap pelayanan klinik saraf di RS Bethesda dan RS Panti Rapih berdasarkan skala pada kuesioner
.
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata persepsi pasien terhadap
seluruh variabel klinik saraf RS Bethesda adalah baik, kecuali pada variabel
promosi. Hal ini menunjukkan bahwa variabel promosi mendapat persepsi yang
kurang baik dari responden. Persepsi pasien terhadap klinik saraf RS Panti Rapih
Variabel RS
Bethesda RS
Panti Rapih
Produk/layanan Baik Baik
Harga Baik Baik
Promosi Agak baik Baik
Lokasi Baik Agak baik
Staf pemasaran Baik Baik
Sumber Daya Manusia (SDM) Baik Baik
Filosofi dan kebijakan perusahaan Baik Baik
9
sebagian besar juga baik, kecuali pada variabel lokasi. Pada atribut ini responden
memberikan nilai yang kurang baik.
Selanjutnya menentukan urutan faktor yang mempengaruhi responden
terhadap pelayanan klinik saraf RS Bethesda dan RS Panti Rapih bervariasi. Pada
RS Bethesda, atribut SDM berada pada urutan pertama, dan atribut lokasi menjadi
urutan terakhir yang mempengaruhi preferensi responden. Pada RS panti Rapi
atribut produk/pelayanan yang berada pada urutan pertama, dan atribut lokasi
merupakan urutan terakhir yang mempengaruhi preferensi responden.
Tabel 3. Urutan rata-rata faktor preferensi responden terhadap pelayanan klinik
saraf RS Bethesda dan RS Panti Rapih
Pada tabel 3 menunjukkan urutan faktor preferensi responden terhadap
pelayanan klinik saraf kedua rumah sakit. Terdapat perbedaan urutan yaitu atribut
SDM pada RS Bethesda dan atribut produk/pelayanan pada RS Panti Rapih.
Namun ada kesamaan pada urutan promosi dan lokasi yang menempati urutan
terakhir. Kedua atribut ini bukan merupakan prioritas yang utama bagi responden.
Dengan demikian, harapan masing-masing responden rumah sakit akan
pelayanan yang mereka butuhkan berbeda.
Urutan Preferensi
RS Bethesda
RS Panti Rapih
1
SDM
Produk/pelayanan
2
Produk/pelayanan
SDM
3
Filosofi dan kebijakan
Harga
4
Harga
Staf pemasaran
5
Staf pemasaran
Filosofi dan kebijakan
6
Promosi
Promosi
7
Lokasi
Lokasi
10
KUADRAN II
(Kurang
disukai)
Gambar 1. Peta posisi pelayanan klinik saraf RS Bethesda terhadap RS RS Panti Rapih berdasarkan atribut pembentuk persepsi.
Keterangan :
= RS Bethesda = RS Panti Rapih
Berdasarkan gambar 1, posisi masing-masing atribut rumah sakit
menunjukkan pengelompokan dan sebagian besar atribut yang berjauhan dan
sebagian kecil saling berdekatan. Secara umum atribut masing-masing RS
tersebar merata dan menunjukkan posisi kompetitif. Atribut kedua rumah sakit
tersebar dan menempati posisi yang berbeda. Jarak antar atribut saling berjauhan
yang berarti tidak ada persaingan yang erat kecuali atribut SDM dan filosofi yang
0.0
0.5
2.0
1.5
1.0
- 0.5
- 1.0
- 1.5
- 2.0
Staf
pemasaran
Staf
pemasaran
Produk
Produk
Lokas
i
Lokas
i
Filo
sofi Filoso
fi
Promos
i
Promos
i
SDM
SDM
Tarif
Tari
f
-1 0 1 2 3 -2 -3
11
mengindikasikan terdapat persaingan yang cukup erat antar keduanya dalam
meraih pelanggan. Tidak terjadi persaingan yang bertubrukan secara frontal antara
kedua rumah sakit. Masing-masing berusaha untuk mendiferensiasikan atribut
pembentuk positioning dari pesaing.Semakin dekat jarak antar posisi atau
koordinat, persaingan semakin dekat dan erat10.
Pembahasan
Semua lembaga usaha baik secara langsung atau tidak langsung telah
melakukan aktifitas promosi secara kontinyu. Tujuannya adalah untuk
mempercepat keputusan pembelian atau memotivasi pelanggan menggunakan
jasa tertentu, lebih lama untuk mengkonsumsi, dan menumbuhkan sikap loyalitas
yang tinggi. Pelanggan yang setia mempunyai kontribusi besar dalam
menghasilkan sejumlah laba. Disamping itu, kegiatan promosi seharusnya
dibarengi dengan pendidikan bagi pelanggan. Pelanggan tidak hanya menerima
ajakan untuk membeli suatu produk/jasa yang ditawarkan , tetapi juga memberikan
edukasi yang bermanfaat dalam konsumsi jasa yang dibelinya5.
1. Atribut produk/pelayanan
Berdasarkan hasil analisa gambar MDS, posisi atribut produk/pelayanan RS
Bethesda menunjukkan jarak antar objek yang berjauhan. Tidak terdapat
persaingan yang erat antar kedua rumah sakit. Atribut produk/pelayanan RS Panti
Rapih bukan merupakan saingan utama bagi RS Bethesda. Masing-masing
responden memberikan persepsi yang baik pada kedua atribut. Pasien yang loyal
akan selalu mempersepsikan rumah sakit tidak hanya sebagai sarana
penyembuhan secara medis, namun juga menumbuhkan sikap untuk saling
memiliki.
Menjadi organisasi yang fokus kepada konsumen adalah pilihan strategis
bagi penyedia jasa layanan kesehatan agar mampu bertahan di tengah situasi
lingkungan ekonomi yang memperlihatkan kecenderungan fluktuasi curam,
perubahan demi perubahan, persaingan tinggi, dan semakin tingginya kualitas
12
hidup. Salah satu cara adalah melalui peningkatan kualitas pelayanan suatu
produk jasa yang dihasilkan, karena pelanggan adalah fokus utama sebuah
rumah sakit ketika ingin mempertahankan lebih lama mengkonsumsi jasa yang
ditawarkan. Hampir semua penyedia jasa layanan kesehatan dapat menghasilkan
pelayanan yang berkualitas demi memenuhi harapan pelanggan6.
Kualitas pelayanan berkontribusi signifikan bagi penciptaan diferensiasi,
positioning, dan strategi bersaing setiap organisasi pemasaran rumah sakit.
Dengan demikian profitabilitas sebuah rumah sakit berkaitan positif dengan
persepsi terhadap kualitas pelayanan sebuah organisasi. Kualitas pelayanan
berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Pelayanan yang bagus memberikan
dorongan khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling
menguntungkan dalam jangka panjang dengan organisasi penyedia jasa. Ikatan
emosinal seperti ini memungkinkan rumah sakit untuk memahami dengan
seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan. Bagi RS Bethesda, jelas ini
merupakan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, mengingat
pentingnya untuk memahami konsumen. Pelayanan yang mendapatkan persepsi
kurang baik oleh responden akan mempegaruhi citra rumah sakit11.
2. Atribut Harga
Posisi atribut tarif RS Bethesda yang terdapat pada gambar MDS
menunjukkan jarak antar objek yang berjauhan. Sebagian besar responden
memberikan persepsi tarif pelayanan adalah baik. Jika dibandingkan dengan
rumah sakit lain yang sejenis juga dianggap masih lebih terjangkau. Sebagian
besar juga memberikan persepsi tarif yang mereka bayar setimpal dengan
pelayanan yang mereka terima. Demikian juga dengan jarak antar kedua atribut
juga menunjukkan saling berjauhan. Tidak terdapat persaingan yang erat pada
kedua rumah sakit. Masing-masing atribut rumah sakit menempati posisi yang
berbeda dalam fikiran pasien.
Harga yang ditawarkan memainkan peranan penting terhadap pelanggan,
dan terkait langsung dengan pendapatan yang diterima oleh rumah sakit. Harga
13
yang dibebankan terhadap jasa yang ditawarkan menjadi indikasi kualitas jasa
yang akan diterima. Nilai suatu jasa tidak ditentukan oleh harga melainkan manfaat
yang didapatkan oleh pelanggan ketika mengkonsumsi jasa tersebut relatif
terhadap biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh layanan jasa tersebut, dan
harga dari jasa yang bersifat alternatif yang dimiliki kompetitor.akan memiliki
dampak terhadap pelanggan dan pesaing. Keputusan dalam penentuan harga
Penentuan harga harus dipandang dari perspektif yang berorientasi ke pasar6.
Hampir dalam kebanyakan situasi, pelanggan secara tidak langsung
menimbulkan berbagai jenis jasa non-finansial berupa waktu, upaya, dan
ketidaknyamanan yang terkait dengan pencarian, pembelian, dan penggunaan
jasa. Keterlibatan pelanggan dalam produksi berarti bahwa pelanggan
menimbulkan berbagai beban seperti upaya fisik dan mental, dan mendapatkan
pengalaman-pengalaman inderawi yang tidak diinginkan seperti kebisingan,
panas, dan bau. Secara psikologis, tingkat kecemasan yang tinggi merupakan
suatu biaya tidak langsung yang harus ditanggung oleh pelanggan5.
Menurut Lane (1998), salah satu faktor yang mempengaruhi pasien dalam
memilih pelayanan rumah sakit adalah harga/biaya yang ditimbulkan atas
pelayanan yang didapatkan. Faktor harga ini menjadi sangat penting untuk
dipertimbangkan baik oleh pasien maupun dari manajemen rumah sakit. Harga
yang ditawarkan oleh RS Bethesda mendapat penilaian yang positif. Perlu
dilakukan penelitian secara periodik untuk mengetahui tingkat penerimaan pasien
terhadap harga. Terlebih lagi jika terjadi kenaikan tarif pelayanan yang disebabkan
oleh perubahan iklim ekonomi12.
Persepsi terhadap harga yang lebih murah menjadi alasan bagi para
pelanggan untuk memilih berobat ke RS Bethesda. Faktor ini dapat mencerminkan
kekuatan dan keunggulan kompetitif rumah sakit. Keadaan yang baik ini dapat
menjadikan RS Bethesda sebagai pelopor sebagai penyedia jasa layanan
kesehatan dengan tarif murah dan terjangkau. Pada akhirnya akan terbentuk
kedekatan secara emosional antara pasien dan rumah sakit sebagai sebuah
lembaga13.
14
3. Atribut Promosi
Posisi atribut promosi menunjukkan jarak antar keduanya yang saling
berjauhan. Tidak terjadi persaingan yang erat antar kedua rumah sakit. Responden
merasakan media promosi yang digunakan sangat menarik minat untuk tetap setia
menunggu dokter datang, atau menunggu antrian berobat. Hanya sebagian kecil
saja responden yang memberikan persepsi kurang baik pada atribut ini.
Promosi merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang
sangat penting dilaksanakan oleh rumah sakit dalam memasarkan produk jasa.
Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara rumah sakit
dengan pelanggan, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen
dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya. Hal ni dilakukan dengan menggunakan alat-alat sebagai media
promosi6.
Media promosi yang digunakan oleh RS Bethesda adalah brosur dan
poster. Ketersediaan media televisi pada ruang tunggu pasien hanya merupakan
hiburan. Tayangan ini bukan merupakan media yang memperkenalkan tentang
keunggulan pelayanan dan teknologi rumah sakit. Ruang tunggu pasien RS
Bethesda merupakan ruang tersediri yang berada di area klinik saraf, berbeda
dengan ruang tunggu pasien klinik saraf RS Panti Rapih yang masih bergabung
dengan pasien klinik lainnya. Justru dengan keadaan demikian, dapat menyajikan
informasi tentang dunia kedokteran melalui layar televisi yang besar. Disamping
juga secara bergantian diselingi dengan hiburan yang ditujukan untuk segmen
anak-anak. Ruang tunggu yang tersendiri sangat memudahkan pasien untuk
mencari lokasi klinik. Walalupun pada kenyataannya membutuhkan banyak lagi
media yang mempromosikan tentang dunia kesehatan.
Bentuk dari promosi adalah dengan membentuk sebuah komunikasi
pemasaran. Komunikasi bukanlah sekedar mempromosikan jasa baru dan
mendorong orang menggunakan jasa tersebut. Menyebarkan kualitas jasa tidaklah
cukup dari mulut ke mulut. Komunikasi pemasaran ini mencakup menginformasilan
15
dan mendidik pelanggan atau calon pelanggan tentang jasa yang ditawarkan.
Disamping itu yang tak kalah penting adalah memelihara hubungan dengan
pelanggan yang sudah ada dan memberikan berita terbaru dan informasi lebih
jauh tentang bagaimana manfaat yang diterima pelanggan dalam mengkonsumsi
jasa yang ditawarkan5.
4. Atribut Lokasi
Atribut lokasi menunjukkan jarak antar kedua atribut juga saling berjauhan.
Hal ini mengindikasikan tidak terdapat persaingan secara erat antar rumah sakit.
Sebagian besar responden menjawab sangat mudah untuk menuju ke lokasi
kedua rumah sakit. Responden memberikan persepsi baik untuk atribut lokasi RS
Bethesda, dibandingkan dengan responden RS Panti Rapih yang memberikan
persepsi agak baik. Kenyamanan tempat parkir juga merupakan pertimbangan
yang mempengaruhi persepsi. Kecuali untuk keramahan petugas parkir yang
dianggap belum bersikap antusias. Tetapi jauh lebih baik dibandingkan RS Panti
Rapih.
Lokasi tempat pemberian pelayanan kesehatan merupakan faktor penting
yang berpengaruh terhadap preferensi pelanggan, karena erat kaitannya dengan
pasar potensial wilayah lingkup pelayanan. Ada dua kemungkinan pertimbangan
dalam hal lokasi fasilitas pelayanan yaitu pertama, pelanggan mendatangi rumah
sakit yang diinginkan. Hal ini secara umum yang terjadi pada fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia. Kedua adalah penyedia jasa yang mendatangi pelanggan.
Selain itu penyedia jasa dimungkinkan mengkombinasikan keduanya11.
Atribut lokasi sangat berpengaruh terhadap dimensi-dimensi stratejik seperti
fleksibilitas, competitive positioning, manajemen permintaan, dan fokus stratejik.
Fleksibilitas sebuah lokasi merupakan ukuran sejauh mana sebuah pelayanan
kesehatan mampu beraksi terhadap situasi perekonomian yang berubah. Faktor
lokasi berkaitan denga komitmen jangka panjang terhadap aspek-aspek demografi
pelanggan, karena itu penyedia jasa harus benar-benar mempertimbangkan lokasi
yang responsif terhadap kemungkinan perubahan ekonomi, demografi, budaya,
16
persaingan, dan peraturan di masa mendatang. Competitive positioning adalah
metode-metode yang digunakan agar perusahaan penyedia jasa layanan
kesehatan dapat mengembangkan posisi relatifnya dibandingkan pesaing11.
5. Atribut Staf Pemasaran
Posisi staf pemasaran menunjukkan letaknya yang berjauhan, tidak
terdapat kemiripan dan tidak terjadi persaingan yang erat antar rumah sakit.
Responden rumah sakit memberikan persepsi yang positif pada staf informasi.
Sebagian besar menjawab baik dan sangat baik berdasarkan skala kuesioner.
Hanya sebagian kecil yang merasa tidak puas dengan kinerja staf informasi. Dasar
pembentukan positioning adalah persepsi yang diberikan oleh responden terhadap
objek rumah sakit.
6. Atribut SDM
Posisi atribut SDM kedua rumah sakit menunjukkan jarak antar keduanya
berdekatan. Terdapat kemiripan antar kedua atribut. Dapat dikatakan terdapat
persaingan yang cukup erat antar rumah sakit. Pada umumnya responden rumah
sakit sangat loyal terhadap dokter dan perawat. Rata-rata persepsi terhadap atribut
kedua rumah sakit adalah sama. Beberapa juga memberikan persepsi yang tidak
baik atas keterlambatan kehadiran dokter di klinik rumah sakit. Persepsi ini bersifat
relatif dan subjektif.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pasien dalam memilih rumah
sakit. Salah satunya adalah faktor sumber daya manusia yang terlibat didalamnya,
dalam hal ini dokter dan perawat. Keunggulan yang dimiliki RS Bethesda adalah
pribadi dokter dan perawat yang selalu perhatian dengan pasien. Selalu
menunjukkan ketertarikan dan keinginan untuk mendengarkan keluhan pasien,
dan menjelaskan tentang tindakan yang akan maupun telah dilakukan. Kemudian
secara tidak langsung sikap para dokter dan perawat yang demikian akan
menciptakan suasana kekeluargaan, sehingga pasien merasa akan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan harapan terpenuhi12.
17
7. Atribut Filosofi dan Kebijakan Perusahaan
Posisi atribut filosofi dan kebijakan rumah sakit menunjukkan jarak antar
keduanya sangat dekat, sehingga ada kemiripan. Hal ini menunjukkan adanya
persaingan yang cukup erat. Posisi yang baik akan selalu menjadi sesuatu yang
harus dicapai. Pasien RS Bethesda memberikan persepsi yang baik untuk atribut
ini. Sebagian besar memberikan persepsi yang baik dan sangat baik untuk peran
rumah sakit dalam kegiatan donasi untuk amal kegiatan sosial. Yang lainnya juga
menganggap RS Bethesda adalah salah satu lembaga organisasi penyedia
lapangan kerja yang sangat baik. Ada kebanggan tersendiri untuk menjadi bagian
dari keluarga besar RS Bethesda.
Jadi positioning merupakan konsep psikologis yang terkait dengan
bagaimana konsumen yang ada maupun calon konsumen dapat menerima rumah
sakit tersebut dan produknya dibandingkan dengan rumah sakit lain. Positioning
mencakup perancangan dan penawaran citra rumah sakit agar pelanggan
mengetahui dan menganggap penting posisi rumah sakit di mata pesaing.
Positioning yang baik harus mencerminkan bagaimana pelanggan mendefinisikan
nilai dan melakukan pemilihan produk jasa yang bersaing, dan membedakan jasa
yang ditawarkan dari pesaing6.
Kesimpulan dan saran
Positioning bukanlah strategi produk, tetapi merupakan strategi komunikasi.
Positioning berhubungan dengan bagaimana konsumen menempatkan produk di
dalam otaknya. sehingga konsumen mempunyai penilaian tertentu dan
mengidentifikasikan dirinya dengan produk tersebut. Positioning merupakan
strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen, agar suatu produk
mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan
terhadap produk lain dalam bentuk hubungan asosiatif
Berdasarkan hasil analisa posisi pelayanan klinik syaraf RS Bethesda
terhadap RS Panti Rapih, keseluruhan atribut menempati posisi berbeda dalam
persepsi pasien dan berusaha untuk mendiferensiasikan produk yang mereka
18
tawarkan kepada pelanggan terhadap kompetitor. Atribut produk/pelayanan, tarif,
lokasi, promosi menunjukkan jarak yang berjauhan, tidak terdapat persaingan yang
erat. Atribut SDM dan filosofi dan kebijakan rumah sakit menunjukkan jarak yang
berdekatan yang menunjukkan persaingan yang cukup erat.
Persaingan yang terjadi tidak bertubrukan secara frontal. Jarak sebagian
besar atribut menunjukkan letak yang berjauhan yang mengindikasikan tidak
terdapat persaingan erat, namun sebagian kecil atribut menunjukkan letak yang
berdekatan yaitu atribut SDM dan filosofi dan kebijakan rumah sakit. Kedua atribut
ini mengindikasikan terjadi persaingan yang cukup erat antar rumah sakit.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Mulyadi, 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen edisi ketiga. Salemba Empat, Jakarta.
2. Trisnantoro, L. 2005. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen Rumah Sakit. Gadjah Mada University Press, Yoygakarta.
3. Ristrini, 2005. Perubahan Paradigma Jasa PelayananKesehatan Rumah Sakit dan Rekomendasi Kebijakan Strategis Bagi Pemimpin. JMPK, 08 (01) pp. 3-9.
4. Dharmmesta, B.S, dan Handoko, T.H, 2000. Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. Edisi pertama. BPFE, Yogyakarta.
5. Lovelock, C. dan Wright, L, 2005. Manajemen Pemasaran Jasa. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
6. Lupiyoadi, R dan Hamdani, A, 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
7. Kottler P, 1991. Marketing Management Analysis, Planing, Implementation, and Control. 7 Ed. New Jersey : Prentice Hall.
8. Reich, A.Z, 1997. Marketing Management For The Hospitality Industri a Strategyc Approach. New York : John Willey and Sons.
9. Kasali, R, 2003. Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi, Targeting, Positioning. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
10. Simamora, B, 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
11. Tjiptono, F dan Candra, G, 2005. Service, Quality & Satisfaction. Penerbit Andi Yogyakarta.
12. Lane, P,M and Lindquist,J,D, 1998. Hospital Choice : A Summary of The Key Empirical anf Hypothetical Findings of The 1980s. Journal of Health Care Marketing Vol.8 No.4 Desember.
13. Kartajaya, H, 2007. Hermawan Kartajaya on positioning. PT. Mizan Pustaka, Bandung.