Upload
buikhuong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TUGAS AKHIR
ANALISIS FAKTOR PENENTU LOKASI AMAN
PADA KAWASAN TERLANDA TSUNAMI TAHUN 2006
DI KABUPATEN CILACAP
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai
Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh :
PUTRI WARDIASTAMA
I0608008
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
ANALISIS FAKTOR PENENTU LOKASI AMAN
PADA KAWASAN TERLANDA TSUNAMI TAHUN 2006
DI KABUPATEN CILACAP
Putri Wardiastama
I 0608008
Menyetujui,
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I
Ir. Soedwiwahjono, MT
NIP. 19620306 199003 1 001
Pembimbing II
Istijabatul Aliyah, ST, MT
NIP. 19690923 199702 2 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT
NIP. 19620610 199103 1 001
Ketua Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota
Ir. Galing Yudana, MT
NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik
Kusno Adi Sambodo, ST, MT, Ph.D
NIP. 19691026 199503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRAK
Bencana tsunami yang melanda Kabupaten Cilacap tahun 2006 silam mendorong perlunya
dilakukan langkah mitigasi sesuai dengan arahan Undang-Undang No.24 Tahun 2007 yang
menyebutkan bahwa daerah yang ditetapkan sebagai daerah rawan bencana harus melakukan
upaya penanggulangan bencana. Peraturan perundangan tersebut juga diperkuat oleh Undang-
Undang No.27 tahun 2007 serta PP No.64 Tahun 2010. Upaya mitigasi yang ditekankan disini
adalah mitigasi non struktural, dimana di dalam mitigasi non struktural tersebut terdapat
beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap. Dari beberapa
langkah tersebut, salah satu langkah yang belum dilakukan oleh Pemkab Cilacap adalah
penyusunan peraturan dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir. Karena
muatan dari RTBL terdiri dari beberapa hal maka topik difokuskan pada muatan peruntukan
lahan. Untuk dapat menjadikan penelitian ini sebagai input muatan peruntukan lahan pada
RTBL Kawasan pesisir, maka perlu dilakukan analisis terkait karakteristik tsunami tahun
2006 yang meliputi karakteristik run up dan innudation dikaitkan dengan karakteristik
penggunaan lahan kawasan pesisir di area terlanda tsunami di Cilacap yang terdiri dari
karakteristik fisik lingkungan, ekosistem laut, jenis penggunaan lahan serta karakteristik
masyarakat. Dengan melihat keterkaitan diantara kedua karakter khusus di daerah terlanda
tsunami Cilacap tahun 2006 tersebut diharapkan mampu diperoleh faktor penentu lokasi aman
dari bencana tsunami.
Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan deduktif.
Penelitian ini dideduksi dari teori yang telah dikumpulkan sebelumnya. Dalam hal ini teori
yang digunakan adalah teori terkait bencana tsunami dan teori terkait penggunaan lahan
kawasan pesisir perkotaan. Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini
mencakup teknik analisis deskriptif yang digunakan dalam menjabarkan karakteristik bencana
tsunami Cilacap tahun 2006 maupun karakteristik penggunaan lahan area terlanda tsunami
Kabupaten Cilacap tahun 2006. Selanjutnya dilakukan analisis korelasi diantara kedua
karakteristik tersebut. Analisis korelasi dilakukan pada masing-masing zona terlanda yang di
dalam penelitian ini meliputi tigabelas zona. Namun, sebelum dilakukan analisis korelasi
terlebih dahulu dilakukan pembagian area aman dan tidak aman berdasarkan dampak tsunami
yang ditimbulkan tahun 2006 silam. Sehingga analisis korelasi dilakukan pada area aman dan
area tidak aman dengan menggunakan teknik analisisi korelasi Spearman’s.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang searah antara karakteristik
bencana tsunami dengan karakteristik penggunaan lahan. Korelasi tersebut dapat dilihat
sebagai berikut : (1) semakin rendah kelerengan suatu daerah pesisir maka akan sangat peka
terhadap ketinggian serta jarak landaan gelombang tsunami, (2) semakin rendah topografi
suatu daerah pesisir maka akan sangat peka terhadap ketinggian gelombang tsunami, (3) jenis
penggunaan lahan yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya turbulensi gelombang
tsumai sehingga gelombang tsunami akan menyebar ke dalam daratan, (4) karakteristik fisik
lingkungan akan sangat peka terhadap ketinggian dan jarak landaan tsunami jika mempunyai
bentuk datar memanjang dan berpasir.
Dengan melihat hasil penelitian bencana tsunami dengan penggunaan lahan daerah terlanda
tsunami tahun 2006 silam maka perlu dilakukan zonasi ulang penggunaan lahan agar lebih
terstruktur serta perlu dilakukan upaya perencanaan teknis terkait bangunan yang diletakkan
pada tapak yang lebih tinggi maupun pembuatan batu-batu di tepi pantai yang berguna
sebagai pelambat arus gelombang tsunami.
Kata Kunci : Tsunami, Penggunaan Lahan, RTBL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRACT
The existence of the tsunami that struck Cilacap in the last 2006 prompted the government to
carry out mitigation measures in accordance with the directives of Act No.24 of 2007, which
states that areas designated as disaster-prone areas have to do disaster relief efforts. The
legislation also strengthened by the Act No.27 of 2007 and Government Regulation No.64 of
2010. Mitigation measures that emphasized in here is the non-structural mitigation, which in
the non-structural mitigation, there are several steps that must be done by Cilacap
Government. Of these steps, one step is not performed by Cilacap government, that is drafting
legislation and Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Because RTBL contain
many aspects, the topic focused on land use topic. To be able to make this research as an
input topic of land use in the Coastal Zone RTBL, needs to analyze the characteristics of the
tsunami in 2006, which includes the run-up and innudation characteristics associated with
characteristics of coastal land use in areas devastated by the tsunami in Cilacap.
Characteristics of land use consists the physical characteristics of the environment, marine
ecosystem, types of land use and community characteristics. By looking at the relationship
between the two characters in the devastated area in 2006 Cilacap’s tsunami is expected to
obtain the location determinants of safe of the tsunami disaster.
The approach used in this research is deductive approach. This research is deduced from the
theory that has been collected previously. In this case the theory is related to tsunami and
urban coastal areas land use. Analytical techniques used in conducting this research includes
descriptive analysis techniques, that techniques used in describing the characteristics of 2006
Cilacap’s tsunami and land use characteristics of area devastated by 2006 tsunami. Then
perform a correlation analysis between two characteristics. Correlation analysis performed
on each of the devastated zone, in this study includes thirteen zones. Before perform
correlation analysis, this research divide area into safe and unsafe areas based on 2006
tsunami. The correlation analysis performed on the safe area and unsafe area by using
Spearman's correlation analysis.
The results showed that there is a direct correlation between the characteristics of tsunami
with land use characteristics. The correlation can be seen as follows: (1) the lower the slope
of a coastal area it will be very sensitive to height and distance of tsunami waves, (2) the
lower topographic of a coastal area it will be very sensitive to the height of tsunami waves,
(3) unstructured land use will result turbulence in tsunami wave so that tsunami waves will
spread to the mainland (4) the physical characteristics environment will be very sensitive to
the height and distance of tsunami if it has forms of elongated flat and sandy.
By looking at the research result, it is necessary to do rezoning of land use to be more
structured, do a technical planning related to the building that placed in higher site, and
making artificial rocks on the beach in order to slow down tsunami waves.
Keyword : Tsunami, Land Use, RTBL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan-
Nya, sehingga Tugas Akhir dengan judul “Analisis Faktor Penentu Lokasi Aman Pada
Kawasan Terlanda Tsunami Tahun 2006 Pada Kabupaten Cilacap” dapat diselesaikan dengan
baik.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, kesehatan, rizky dan nikmat-Nya.
2. Kedua Orang tua tercinta yang selalu menyertai dengan doa dan dukungan baik secara
moril maupun materil.
3. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret.
4. Ir. Galing Yudana, MT, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
5. Ir. Soedwiwahjono, MT, selaku pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan
waktunya dalam memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan tugas akhir ini.
6. Istijabatul Aliyah, ST, MT, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan banyak
masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.
7. Ir. Winny Astuti, M.Sc, Ph.d, selaku penguji pertama yang telah banyak memberi
masukan yang membangun pada tersusunnya tugas akhir ini.
8. Rr. Ratri W, ST, MT, selaku penguji kedua yang telah banyak memberi masukan yang
membangun pada tersusunnya tugas akhir ini.
9. Isti Andini, ST, MT, yang telah banyak membantu Penulis melakukan penyusunan tugas
akhir ini serta selalu memberikan support kepada Penulis.
10. Hamzah Syafroedin, ST, MM, selaku Kepala Bidang Prasarana dan Pengembangan
Wilayah Bappeda Kabupaten Cilacap .
11. Bapak Herman selaku Sekretaris BPBD Cilacap yang sangat membantu dalam hal
perijinan dan pencarian data.
12. Bapak Kun selaku Kabid Mitigasi BPBD Cilacap yang telah memberi arahan, bimbingan
serta kemudahan dalam mencari data-data yang dibutuhkan.
13. BMKG Cilacap yang telah memberi kemudahan dalam mengakses data yang dibutuhkan.
14. Dr.-Ing.Widjo Kongko, selaku Kepala Bidang Proses dan Teknik Lingkungan BPPT
Yogyakarta yang telah memberi banyak informasi dan data yang dibutuhkan di dalam
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
15. Ibu Cici, Bapak Agus dan Bapak Arif selaku staf Bidang Prasarana dan Pengembangan
Wilayah yang senantiasa memberi kemudahan dalam pencarian data.
16. Para karyawana Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bappeda Cilacap yang
senantiasa membantu dalam memberikan perijinan.
17. Bapak Kelik yang bekerja di Dinas Perhubungan Cilacap yang telah membantu dalam
pencarian data.
18. Keluarga Riyan Ilham yang bersedia memberi tumpangan hidup selama dilakukannya
proses pencarian data serta banyak memberi bantuan dalam banyak hal terkait tugas akhir
ini.
19. Adryan Aji yang selalu memberikan support dan bantuan serta selalu siaga di dalam
proses penyusunan tugas akhir ini.
20. Didit “Madrid” Puryanto, Yuli Nurhidayah, Tole Alfi, Ayu Naimma, Lolita, Adit, Gian
Wicakso, Ramdhan Hendardi, Kenya Giovani, Anita Briana, Pramudya, Nursita yang
selalu memberi dukungan di saat Penulis merasa putus asa.
21. Anisa Febrina, Intan Savira, Amallia Ardana, Elyta Rahmi, Cinandhi Nurmega, Irma
Febrianti yang selalu memberi support, semangat dan sandaran kepada Penulis.
22. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas
bantuannya, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.
Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
Tugas Akhir ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk hasil yang lebih baik di kemudian
hari. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Cover .................................................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ........................................................................................................... ii
Abstrak ............................................................................................................................... iii
Abstract ............................................................................................................................... iv
Kata Pengantar .................................................................................................................. v
Daftar Isi ............................................................................................................................ vii
Daftar Tabel ....................................................................................................................... ix
Daftar Gambar................................................................................................................... xi
Daftar Peta ......................................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ................................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian ...................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan .............................................................................................................. 4
1.3.2 Sasaran ............................................................................................................. 4
1.4 Keluaran Penelitian ...................................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 5
1.5.1 Manfaat Praktis .............................................................................................. 5
1.5.2 Manfaat Teoritis ............................................................................................. 5
1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................................. 5
1.6.1 Ruang Lingkup Spasial ................................................................................... 5
1.6.2 Ruang Lingkup Substansi ................................................................................ 6
1.7 Posisi Penelitian ............................................................................................................ 6
1.8 Kerangka Pikir ............................................................................................................. 8
BAB II KAJIAN LITERATUR ......................................................................................... 9
2.1 Bencana Tsunami ....................................................................................................... 9
2.2 Korelasi Muatan Teori Karakteristik Tsunami ............................................................ 15
2.3 Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir Perkotaan di Indonesia ....................................... 15
2.3.1 Pengertian Kawasan Pesisir ............................................................................... 15
2.3.2 Karakteristik Kawasan Pesisir ............................................................................ 16
2.3.3 Jenis Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir ........................................................... 18
2.4 Karakteristik Masyarakat Kawasan Pesisir di Indonesia............................................... 20
2.4.1 Klasifikasi Masyarakat ............................................................................... 20
2.4.2 Karakteristik Masyarakat .............................................................................. 21
2.5 Korelasi Muatan Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir ........................................ 22
2.6 Korelasi Bencana Tsunami Dengan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir..................... 22
2.6.1 Kepekaan Tsunami Terhadap Kelerengan Pantai ................................................ 22
2.6.2 Kepekaan Tsunami Terhadap Kekasaran Pantai .................................................. 23
2.6.3 Kriteria Penggunaan Lahan Agar Aman dari Bencana Tsunami ......................... 23
2.7 Pemanfaatan Lahan Tepi Pantai ................................................................................... 28
2.8 Kerangka Teori ........................................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................... 32
3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................................................. 32
3.2 Jenis Penelitian ........................................................................................................ 32
3.3 Variabel Penelitian ...................................................................................................... 33
3.4 Kerangka Analisis ....................................................................................................... 34
3.5 Metode Penelitian........................................................................................................ 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
3.5.1 Kebutuhan Data ................................................................................................. 35
3.5.2 Pengumpulan Data ............................................................................................. 35
3.6 Teknik Sampling ........................................................................................................ 39
3.6.1 Populasi ........................................................................................................ 39
3.6.2 Sampel ........................................................................................................ 39
3.7 Teknik Analisis ........................................................................................................ 44
BAB IV KOMPILASI DATA ............................................................................................ 47
4.1 Gambaran Umum Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap ............................... 47
4.2 Karakteristik Bencana Tsunami di Kab. Cilacap Tahun 2006....................................... 50
4.2.1 Penyebab Tsunami Cilacap Tahun 2006............................................................. 50
4.2.2 Karakteristik Run up Tsunami Cilacap Tahun 2006 ........................................... 52
4.2.3 Karakteristik Innudation Tsunami Cilacap Tahun 2006...................................... 55
4.2.4 Run up dan Innudation Tiap Zona Terlanda di Kab.Cilacap ............................... 57
4.3 Karakteristik Penggunaan Lahan Daerah Rawan Tsunami Tahun 2006 ........................ 65
4.3.1 Karakteristik Topografi dan Kelerengan ............................................................ 65
4.3.2 Karakteristik Fisik Lingkungan Bentuk Pantai ................................................... 69
4.3.3 Karakteristik Kondisi Ekosistem ........................................................................ 72
4.3.4 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan ............................................................... 73
4.3.5 Karakteristik Sosial Masyarakat ........................................................................ 89
4.4 Dampak Tsunami ........................................................................................................ 89
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................................... 92
5.1 Analisis Dampak Area Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006 ................................... 92
5.2 Analisis Karakteristik Tsunami di Aera Terlanda Cilacap Th 2006 .............................. 95
5.2.1 Analisis Run up Tsunami di Area Terlanda Cilacap Th 2006 .............................. 95
5.2.2 Analisis Innudation Tsunami di Area Terlanda Cilacap Th 2006 ........................ 96
5.3 Analisis Karakteristik Penggunaan Lahan Area Terlanda Tsunami
di Cilacap Tahun 2006 ................................................................................................. 97
5.3.1 Analisis Topografi dan Kelerengan Area Terlanda Kab. Cilacap ......................... 97
5.3.2 Analisis Karakteristik Fisik Lingkungan Area Terlanda Kab. Cilacap .................. 99
5.3.3 Analisis Karakteristik Ekosistem Area Terlanda Kab. Cilacap ............................. 100
5.3.4 Analisis Jenis Penggunaan Lahan Area Terlanda Tsunami Th.2006 ..................... 101
5.3.5 Analisis Karakteristik Masyarakat Pesisir dalam Penggunaan Lahan ................... 102
5.4 Analisis Korelasi Karakteristik Tsunami dan Penggunaan Lahan di
AreaTerlanda Cilacap Tahun 2006 ................................................................................ 104
5.5 Sintesa Perumusan Faktor Penentu Lokasi Aman dari Tsunami ..................................... 107
BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 110
6.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 110
6.2 Saran ........................................................................................................ 111
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 112
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... 115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Posisi Penelitian .................................................................................................. 7
Tabel 2.1 Skala Intensitas Kerusakan Run up ...................................................................... 13
Tabel 2.2 Korelasi Ketinggian, Intensitas dan Kelas Tsunami .............................................. 14
Tabel 2.3 Peringkat Landaan (Run up) ................................................................................ 14
Tabel 2.4 Klasifikasi Tsunami Berdasarkam Jarak Limpasan .............................................. 15
Tabel 2.5 Klasifikasi Masyarakat ........................................................................................ 20
Tabel 2.6 Kelerengan Pantai ................................................................................................ 22
Tabel 2.7 Kekasaran Pantai ................................................................................................. 23
Tabel 2.8 Struktur Bangunan Aman dari Tsunami ................................................................ 24
Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Terpilih ............................................................................. 33
Tabel 3.2 Analisis dan Kebutuhan Data ............................................................................... 37
Tabel 3.3 Iterasi dan Jumlah Sampel .................................................................................... 41
Tabel 3.4 Sampel Kelompok Terpaan Tsunami .................................................................... 41
Tabel 3.5 Sampel Tiap Morfologi......................................................................................... 42
Tabel 3.6 Arah Analisis Korelasi .......................................................................................... 46
Tabel 4.1 Luasan Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006..................................................... 48
Tabel 4.2 Data Run up Tsunami Pada Juli 2006 Kabupaten Cilacap ..................................... 52
Tabel 4.3 Data Innudation Tsunami Pada Juli 2006 Kab. Cilacap ........................................ 55
Tabel 4.4 Topografi Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap .................................... 66
Tabel 4.5 Kelerengan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap .................................. 66
Tabel 4.6 Morfologi Pantai Zona Terlanda Tsunami 2006 .................................................... 70
Tabel 4.7 Penggunaan Lahan Daerah Terlanda Tsunami 2006 .............................................. 73
Tabel 4.8 Penggunaan Lahan Zona 1 .................................................................................... 75
Tabel 4.9 Penggunaan Lahan Zona 2 .................................................................................... 76
Tabel 4.10 Penggunaan Lahan Zona 3 .................................................................................. 77
Tabel 4.11 Penggunaan Lahan Zona 4 .................................................................................. 78
Tabel 4.12 Penggunaan Lahan Zona 5 .................................................................................. 79
Tabel 4.13 Penggunaan Lahan Zona 6 .................................................................................. 80
Tabel 4.14 Penggunaan Lahan Zona 7 .................................................................................. 81
Tabel 4.15 Penggunaan Lahan Zona 8 .................................................................................. 82
Tabel 4.16 Penggunaan Lahan Zona 9 .................................................................................. 83
Tabel 4.17 Penggunaan Lahan Zona 10 ................................................................................ 84
Tabel 4.18 Penggunaan Lahan Zona 11 ................................................................................ 85
Tabel 4.19 Penggunaan Lahan Zona 12 ................................................................................ 86
Tabel 4.20 Penggunaan Lahan Zona 13 ................................................................................ 87
Tabel 4.21 Korban Jiwa Tsunami Cilacap Tahun 2006 ......................................................... 90
Tabel 5.1 Pembagian Area Terdampak ................................................................................. 92
Tabel 5.2 Pembagian Area Terdampak dan Luasannya ......................................................... 95
Tabel 5.3 Teori dan Skoring Ketinggian Run up ................................................................... 95
Tabel 5.4 Karakteristik Run up AreaAman ........................................................................... 95
Tabel 5.5 Karakteristik Run up Area Tidak Aman ................................................................ 95
Tabel 5.6 Klasifikasi dan Skoring Tsunami Berdasarkan Jarak Limpasan ............................. 96
Tabel 5.7 Karakteristik Innudation Area Aman .................................................................... 96
Tabel 5.8 Karakteristik Innudation Area Tidak Aman .......................................................... 97
Tabel 5.9 Asumsi Skoring Topografi Area Terlanda............................................................. 97
Tabel 5.10 Asumsi Skoring Kelerengan Pantai ..................................................................... 98
Tabel 5.11 Karakteristik Ketinggian Area Aman .................................................................. 98
Tabel 5.12 Karakteristik Ketinggian Area Tidak Aman ........................................................ 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Tabel 5.13 Karakteriktik Kelerengan Area Aman ................................................................. 98
Tabel 5.14 Karakteristik Kelerengan Area Tidak Aman ....................................................... 98
Tabel 5.15 Asumsi Skoring Kekasaran Pantai ..................................................................... 99
Tabel 5.16 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Aman ........................................................ 99
Tabel 5.17 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Tidak Aman .............................................. 99
Tabel 5.18 Karakteristik Ekosistem Laut Area Aman ........................................................... 100
Tabel 5.19 Karakteristik Ekosistem Laut Area Tidak Aman ................................................. 100
Tabel 5.20 Skoring Penggunaan Lahan Berdasarakan Luasan .............................................. 101
Tabel 5.21 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Aman ............................................. 101
Tabel 5.22 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Tidak Aman ................................... 101
Tabel 5.23 Perbandingan Penggunaan Lahan ...................................................................... 102
Tabel 5.24 Rangkuman Interpretasi Korelasi Spearman’s ..................................................... 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Lokus Penelitian .............................................................................................. 6
Gambar 1.2 Kerangka Pikir ................................................................................................. 8
Gambar 2.1 Karakteristik Penjalaran Tsunami...................................................................... 10
Gambar 2.2 Proses Tsunami Akibat Gerakan Tanah ............................................................. 11
Gambar 2.3 Simulasi Gelombang Akibat Letusan Gunung Api ............................................ 12
Gambar 2.4 Proses Longsoran .............................................................................................. 12
Gambar 2.5 Ilustrasi Meteor Jatuh ke Bumi.......................................................................... 12
Gambar 2.6 Batas-Batas Fisik Wilayah Pesisir ..................................................................... 16
Gambar 2.7 Konsep Teoritis Pentaan Ruang Kota Pesisir ..................................................... 23
Gambar 2.8 Permukiman Aman Dengan Barier Vegetasi Pantai ........................................... 25
Gambar 2.9 Permukiman Aman Dengan Tembok Penahan................................................... 26
Gambar 2.10 Perkampungan Aman Dengan Pola Sejajar ..................................................... 26
Gambar 2.11 Perkampungan Tidan Aman Dengan Pola Tidak Beraturan ............................. 26
Gambar 2.12 Pantai Berbentuk Teluk Kurang Baik untuk Permukiman ................................ 26
Gambar 2.13 Pantai Lurus Aman Dengan Perlindungan Vegetasi Pantai .............................. 27
Gambar 2.14 Kerangka Teori ............................................................................................... 31
Gambar 3.1Kerangka Analisis .............................................................................................. 34
Gambar 3.2 Daerah Populasi ................................................................................................ 39
Gambar 3.3 Daerah Sampel .................................................................................................. 42
Gambar 4.1 Peta Kunci Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap ............................... 48
Gambar 4.2 Run up dan Innudation Zona 1 .......................................................................... 57
Gambar 4.3 Run up dan Innudation Zona 2 .......................................................................... 58
Gambar 4.4 Run up dan Innudation Zona 3 .......................................................................... 58
Gambar 4.5 Run up dan Innudation Zona 4 .......................................................................... 59
Gambar 4.6 Run up dan Innudation Zona 5 .......................................................................... 60
Gambar 4.7 Run up dan Innudation Zona 6 .......................................................................... 60
Gambar 4.8 Run up dan Innudation Zona 7 .......................................................................... 61
Gambar 4.9 Run up dan Innudation Zona 8 .......................................................................... 62
Gambar 4.10 Run up dan Innudation Zona 9 ........................................................................ 62
Gambar 4.11 Run up dan Innudation Zona 10 ...................................................................... 63
Gambar 4.12 Run up dan Innudation Zona 11 ...................................................................... 64
Gambar 4.13 Run up dan Innudation Zona 12 ...................................................................... 64
Gambar 4.14 Run up dan Innudation Zona 13 ...................................................................... 65
Gambar 4.15 Morfologi Pantai Kabupaten Cilacap .............................................................. 69
Gambar 4.16 Hutan Mangrove Segara Anakan ..................................................................... 72
Gambar 4.17 Peta Penggunaan Lahan Zona 1....................................................................... 75
Gambar 4.18 Peta Penggunaan Lahan Zona 2....................................................................... 76
Gambar 4.19 Peta Penggunaan Lahan Zona 3....................................................................... 77
Gambar 4.20 Peta Penggunaan Lahan Zona 4....................................................................... 78
Gambar 4.21 Peta Penggunaan Lahan Zona 5....................................................................... 79
Gambar 4.22 Peta Penggunaan Lahan Zona 6....................................................................... 80
Gambar 4.23 Peta Penggunaan Lahan Zona 7....................................................................... 81
Gambar 4.24 Peta Penggunaan Lahan Zona 8....................................................................... 82
Gambar 4.25 Peta Penggunaan Lahan Zona 9....................................................................... 83
Gambar 4.26 Peta Penggunaan Lahan Zona 10 ..................................................................... 84
Gambar 4.27 Peta Penggunaan Lahan Zona 11 ..................................................................... 85
Gambar 4.28 Peta Penggunaan Lahan Zona 12 ..................................................................... 86
Gambar 4.29 Peta Penggunaan Lahan Zona 13 ..................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Gambar 4.30 Kondisi Pantai Widarapayung Saat Terkena Tsunami tahun 2006 ................... 90
Gambar 4.31 Kondisi Pantai Muara Kaliyasa ...................................................................... 91
Gambar 4.32 Rekaman Gelombang di Satu Sisi PLTU Mertasinga....................................... 91
Gambar 5.1 Proporsi Alasan Memilih Tempat Tinggal ......................................................... 103
Gambar 5.2 Pemahaman Bencana Tsunami .......................................................................... 104
Gambar 5.3 Hasil SPSS Korelasi Area Aman ....................................................................... 105
Gambar 5.4 Hasil SPSS Korelasi Area Tidak Aman ............................................................. 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR PETA
Halaman
Peta 1 Daerah Terlanda Tsunami Kabupaten Cilacap Tahun 2006 ........................................ 49
Peta 2 Titik Gempa Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap Th. 2006 ...................... 51
Peta 3 Titik Run up Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap Th. 2006 ...................... 54
Peta 4 Titik Innudation Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab. Cilacap Th. 2006 ................ 56
Peta 5 Topografi Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap ................................ 67
Peta 6 Kelerengan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap ............................. 68
Peta 7 Morfologi Pantai Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Cilacap ..................... 71
Peta 8 Penggunaan Lahan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kab.Cilacap Th 2006 .............. 88
Peta 9 Area Terdampak Tsunami Cilacap Tahun 2006 ......................................................... 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Populasi Delapan Kecamatan Daerah Rawan Tsunami di Kab. Cilacap ............. 115
Lampiran 2 Identifikasi Populasi Kelurahan Terlanda di Kab. Cilacap ................................. 116
Lampiran 3 Identifikasi Populasi Kelurahan Tidak Terlanda di Kab.Cilacap ........................ 117
Lampiran 4 Identifikasi Sampel Kelurahan Terlanda di Kab.Cilacap .................................... 118
Lampiran 5 Identifikasi Sampel Kelurahan Tidak Terlanda di Kab.Cilacap .......................... 119
Lampiran 6 Lembar Kuisioner dan wawancara ..................................................................... 120
Lampiran 7 Skoring Karakter Sosial Kemasyarakatan Pesisir Cilacap .................................. 125
Lampiran 8 Koordinat Run up Tsunami Cilacap Tahun 2006 ............................................... 130
Lampiran 9 Koordinat Innudation Tsunami Cilacap Tahun 2006 ......................................... 132
Lampiran 10 Perhitungan Spearman’s Area Aman ............................................................... 134
Lampiran 11 Perhitungan Spearman’s Area Tidak Aman .................................................... 137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keunikan tersendiri, hal tersebut
dikarenakan busur kepulauan Indonesia terbentuk dari interaksi tiga lempeng yaitu
lempeng Samudra Hindia, Pasifik dan Eurasia. Dengan keberadaan ketiga lempeng yang
terdapat di wilayah Indonesia tersebut maka Indonesia selain mempunyai potensi sumber
daya mineral serta sumber daya energi juga mempunyai ancaman bencana yaitu bencana
geologi. Bencana geologi yang membayangi wilayah Indonesia tersebut adalah letusan
gunung berapi, gempa bumi dan tsunami, namun secara khusus akan dibahas terkait
dengan bencana tsunami yang merupakan tema terpilih mengingat wilayah Indonesia
yang sebagian besar berbatasan dengan laut.
Menurut Sudrajat dalam Zakaria (1996) terdapat enam kelompok wilayah di Indonesia
yang termasuk ke dalam pesisir rawan tsunami, seperti kelompok pantai barat Sumatra
dan Selatan Jawa, kelompok pantai NTB, kelompok pantai Laut Banda, kelompok pantai
Sulawesi Utara dan Maluku Utara, kelompok pantai barat Sulawesi dan pantai timur
Kalimanan Timur serta pantai di Irian Utara. Banyaknya wilayah Indonesia yang
termasuk ke dalam pesisir rawan tsunami tersebut disebabkan letak Indonesia di daerah
rawan bahaya tsunami di Kawasan Pasifik. Begitu juga yang terjadi di Kabupaten
Cilacap, dimana wilayah ini merupakan salah satu daerah yang berisko tinggi terhadap
bahaya tsunami di Indonesia. Salah satu peristiwa tsunami di masa lalu yang menimpa
Kabupaten Cilacap atau lebih dikenal dengan Bencana Tsunami Pangandaran terjadi pada
17 Juli 2006, dimana tsunami tersebut diawali dengan gempa bumi.
Meski tsunami yang terjadi di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 silam tidak sebesar
seperti tsunami di Aceh, namun dampak yang ditimbulkan ternyata juga tidak kecil, yaitu
berupa korban sumber daya manusia yang menewaskan 160 jiwa di 14 kecamatan,
kerusakan sumber daya alam yaitu berupa kerusakan pantai serta kerusakan infrastruktur
yaitu rusaknya dermaga-dermaga nelayan (sumber : hasil wawancara penduduk).
Dengan melihat dampak dari bencana tsunami di Kabupaten Cilacap tersebut maka sesuai
dengan Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana maka
setiap daerah wajib melakukan upaya penanggulangan bencana. Upaya penanggulangan
bencana (Hamzah Latief, 2007) terdiri dari upaya pra dan pasca bencana, namun didalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pembahasan kali ini akan ditekankan pada pra bencana karena dengan upaya kesiapan
yang matang dalam menghadapi bencana diharapkan dampak yang timbul saat bencana
terjadi dapat diminimalisir.
Upaya pra bencana yang akan dikupas adalah upaya mitigasi, karena upaya mitigasi lebih
bersifat tegas dan sudah diatur dalam peraturan perundangan. Mitigasi menurut Undang-
Undang No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
mempunyai arti sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur
atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun non struktural atau
nonfisik melalui penongkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah
pesisir atau pulau-pulau kecil. Upaya mitigasi sendiri sesuai dengan PP No. 64 Tahun
2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terbagi
menjadi dua, mitigasi struktural dan non struktural.
Sementara itu untuk bagian penyusunan tata ruang pada mitigasi non struktural
didetailkan kedalam tiga tahap proses penataan ruang (sesuai dengan Operasional
Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang), yaitu tahapan
perencanaan, pemanfaatan ruang serta tahap pengendalian pemanfaatan ruang. Ketiga
tahapan tersebut harus dilaksanakan secara menyeluruh dan tidak sepotong-potong untuk
mengurangi resiko bencana yang terdapat pada suatu daerah rawan bencana tertentu.
Dengan melihat upaya mitigasi non struktural (tahapan proses penataan ruang pada
daerah rawan bencana) terkait penyusunan tata ruang kawasan rawan bencana tsunami
secara normatif dengan upaya mitigasi yang sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten
Cilacap, maka penelitian akan menyorot pada upaya-upaya yang belum dilakukan
Kabupaten Cilacap serta memiliki nilai kemendesakan tinggi. Hal tersebut dilakukan
untuk mendorong terwujudnya upaya mitigasi bencana tsunami secara keseluruhan di
Kabupaten Cilacap pada umumnya serta pada daerah terlanda tsunami pada khususnya.
Daerah yang dianggap rawan bencana tsunami tersebut telah ditetapkan pada RTRW
Kabupaten Cilacap yaitu terdiri dari delapan kecamatan, Nusawungu, Binangun, Adipala,
Kasugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan dan Kampung Laut.
Salah satu upaya yang belum dilakukan adalah Penyusunan Peraturan dan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dimana penyusunan peraturan dan RTBL dianggap
penting dan harus segera diwujudkan, hal tersebut dikarenakadengan adanya rencana
yang mendetail pada kawasan pesisir rawan bencana tsunami diharapkan segala
Peruntukan lahan yang terdapat di kawasan pesisir dapat terminimalisir dari resiko
bencana tsunami yang dapat terjadi pada sewaktu-waktu. Oleh sebab itu, penelitian ini
akan diarahkan pada tahap persiapan dalam mewujudkan peyusunan peraturan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
rencana tata bangunan dan lingkungan di kawasan pesisir rawan bencana Kabupaten
Cilacap.
Dari uraian topik yaitu upaya persiapan dalam mewujudkan penyusunan peraturan dan
RTBL, maka dapat dikaji secara mendalam lagi untuk memperoleh rumusan masalah dari
topik tersebut. Dengan melihat komponen pokok didalam pembahsan RTBL yang terdiri
dari :
1. Struktur peruntukan lahan
2. Intensitas pemanfaatan lahan
3. Tata bangunan
4. Sistem sirkulasi dan jalur pwnghubung
5. Sistem ruang terbuka dan tata hijau
6. Tata kualitas lingkungan
7. Sistem prasaranan dan utilitas lingkungan
Dari tujuh poin yang dapat dijadikan sebagai alternatif penelitian, terpilih poin pertama
yaitu struktur Peruntukan lahan. Hal tersebut dikarenakan struktur Peruntukan lahan
merupakan satu komponen yang mendasari komponen lainnya serta bersifat non
struktural. Terkait untuk merekomendasikan tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan khususnya untuk komponen struktur Peruntukan lahan maka akan dilakukan
penelitian yang berhubungan dengan penggunaan lahan di kawasan pesisir yang akan
dikorelasikan dengan histori bencana tsunami yang permah melanda Cilacap.
Penggunaan lahan dalam arti ruang merupakan cerminan dari produk aktivitas ekonomi
masyarakat serta interaksi secara ruang dan waktu. Dinamika perubahan penggunaan
lahan sangat dipengaruhi oleh faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk (jumlah dan
distribusinya), pertumbuhan ekonomi dan juga dipengaruhi oleh faktor fisik seperti
topografi, jenis tanah dan iklim (Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157). Menurut
Dahuri et al (2001:122) kegiatan pembangunan yang dilakukan di kawasan pesisir
meliputi pembangunan kawasan permukiman, kegiatan industri, kegiatan rekreasi dan
pariwisata bahari serta konservasi hutan. Mengingat sangat beragamnya penggunaan
lahan kawasan pesisir maka perlu dilakukan pengidentifikasian penggunaan lahan yang
terdapat di daerah rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap. Penelitian ini akan
difokuskan pada upaya pengidentifikasian tata guna lahan yang aman dikaitkan dengan
bencana tsunami yang pernah melanda Kabupaten Cilacap tahun 2006 silam. Sehingga
dari hasil penelitian akan diperoleh sutau hubungan yang menunjukkan faktor-faktor
yang berpengaruh pada pentepan lokasi aman di daerah terlanda bencana tsunami
Kabupaten Cilacap pada tahun 2006.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dari
penelitian ini adalah “Apa saja faktor yang mempengaruhi penetapan lokasi aman
pada daerah terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006?”
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan seperti berikut ini :
1. Mengidentifikasikan karakteristik tsunami yang terjadi di Kabupaten Cilacap
tahun 2006
2. Mengidentifikasi karakteristik penggunaan lahan di kawasan terlanda bencana
tsunami Kabupaten Cilacap sesuai dengan aktivitas yang telah berkembang
pada tahun 2006
3. Mengkorelasikan karakter bencana tsunami pada tahun 2006 dengan
penggunaan lahan daerah terlanda tsunami tahun 2006 untuk mengetahui
komposisi faktor penentuan lokasi aman
1.3.2 Sasaran
Sasaran dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Teridentifikasinya karakteristik run up tsunami di Kabupaten Cilacap pada
tahun 2006
2. Teridentifikasinya karakteristik jarak landaan (innudation) tsunami di
Kabupaten Cilacap pada tahun 2006
3. Teridentifikasinya karakteristik fisik lingkungan (bentuk pantai) kawasan
pesisir di Kabupaten Cilacap
4. Teridentifikasinya karakteristik ekosistem kawasan pesisir di Kabupaten
Cilacap pada tahun 2006
5. Teridentifikasinya jenis penggunaan lahan di kawasan pesisir pada Kabupaten
Cilacap pada tahun 2006
6. Teridentifikasinya karakteristik masyarakat kawasan pesisir di Kabupaten
Cilacap
7. Analisis korelasi faktor penentuan lokasi aman pada daerah terlanda tsunami
di kawasan pesisir Kabupaten Cilacap
8. Merumuskan faktor yang menentukan lokasi aman pada daerah terlanda
tsunami di kawasan pesisir Kabupaten Cilacap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1.4 Keluaran Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberi hasil yang objektif terkait dengan hubungan
antara penggunaan lahan daerah terlanda dengan karakteristik bencana tsunami yang
melanda Kabupaten Cilacap pada tahun 2006, lebih spesifiknya adalah dapat diketahui
faktor penentu lokasi aman pada daerah terlanda bencana tsunami di kawasan pesisir
Cilacap sehingga nantinya hasil dari penelitian ini dapat dijadikan input dalam
penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir Rawan Bencana
Tsunami khususnya muatan Peruntukan Lahan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
1. Dengan adanya penelitian dapat diketahui tentang karakter tsunami yang
melanda kawasan pesisir di Kabupaten Cilacap
2. Dengan adanya penelitian dapat diketahui tentang karakter penggunaan
lahan pada kawasan terlanda bencana tsunami
3. Dengan adanya penelitian dapat diketahui faktor penentu lokasi aman pada
kawasan terlanda bencana tsunami
4. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai input dalam menetapkan peraturan
dan rencana tata bangunan lingkungan yang sesuai diterapkan di daerah
pesisir rawan bencana tsunami khususnya dalam komponen struktur
peruntukan lahannya
1.5.2 Manfaat Teoritis
1. Diperoleh pengetahuan baru terkait karakteristik tsunami yang beragam dari
berbagai teori kebencanaan
2. Diperoleh pengetahuan baru mengenai penggunaan lahan pada daerah
pesisir yang mempunyai ancaman bahaya tsunami
3. Diperoleh pengetahuan tentang korelasi karakteristik tsunami dengan
karakteristik penggunaan lahan sehingga didapat faktor penentu lokasi aman
pada daerah pesisir yang rawan bencana tsunami
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Spasial
Ruang lingkup penelitian adalah daerah terlanda bencana tsunami di Kabupaten
Cilacap karena fokus penelitian adalah faktor lokasi aman pada lokasi rawan
bencana tsunami (daerah terlanda tsunami) di Cilacap. Dimana daerah rawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
bencana tsunami pada Kabupaten Cilacap terdiri dari delapan kecamatan yaitu
Nusawungu, Binangun, Adipala, Kasugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah,
Cilacap Selatan dan Kampung Laut. Unit analisis yang akan digunakan dalam
pembahasan penelitian ini adalah per zona daerah terlanda. Pengurutan zona
akan dilakukan dimulai dari perhitungan zona paling timur.
Sumber : RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2031
Gambar 1.1 Lokus Penelitian
1.6.2 Ruang Lingkup Substansi
Aspek yang dikaji adalah aspek faktor yang menyebabkan daerah rawan bencana
tsunami di Cilacap dalam kondisi aman. Kajian faktor penentu lokasi tersebut
aman didapat dari kajian karakteristik bencana tsunami yang melanda Cilacap
dikaitkan dengan penggunaan lahan yang terkena tsunami di daerah rawan
tersebut. Dimana karakteristik bencana tsunami yang sesuai teori dari
operasional penataan ruang terdiri dari karakter penyebab, batimetri, run up dan
inundation. Maka pada penelitian ini karakter tsunami dibatasi pada karakter run
up dan inundation, mengingat penyebab yang ditimbulkan hanya satu yaitu
gempa bumi serta karakter batimetri yang tidak berpengaruh pada gelombang
tsunami.
1.7 Posisi Penelitian
Penelitian terkait korelasi antara penggunaan lahan kawasan pesisir dengan karakter
bencana alam khususnya bencana tsunami untuk mengetahui faktor penentu lokasi aman
pada daerah rawan bencana sangatlah kompleks dan mendetail. Beberapa penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
terkait dengan aspek penggunaan lahan dan bencana tsunami dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 1.1 Posisi Penelitian No Nama Peneliti Tahun Judul Aspek
1 Johannes Hanzen
Saruksuk
2006 Konsep Jaringan Jalan Pada
Kota Yang Rawan Bencana
Gempa dan Tsunami (Studi
Kasus Kota Sibolga)
Memuat konsep jaringan jalan yang sudah
menerapkan upaya mitigasi sebagai respon
terhadap adanya ancaman bencana gempa
dan tsunami di Kota Sibolga. Di dalam
penelitian akan dikaji kondisi eksisting
jaringan jalan yang telah ada lalu
dibandingkan dengan konsep yang telah
diberi pendekatan mitigasi yaitu sudah
memperhatikan pentingnya jalur evakuasi.
2 Paula Issabel
Baun
2008 Kajian Pengembangan
Pemanfaatan Ruang Terbangun di Kawasan Pesisir Kota
Kupang
Penelitian tersebut berisi kajian
pembangunan pemanfaatan ruang terbanun di kawasan pesisir Kota Kupang berdasarkan
aspek fisik kawasan pesisir, aspek sosial
ekonomi serta aspek kebijakan tata ruang
kawasan pesisir Kota Kupang.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Beberapa hal mendasar yang mengenai keaslian penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Topik : Upaya Persiapan Penyusunan RTBL Kawasan Rawan Bencana Tsunami di
Cilacap khususnya muatan struktur Peruntukan lahan
2. Lokasi : Kawasan Pesisir Kabupaten Cilacap yang di dalam RTRW Kab. Cilacap
Th.2011-2031 ditetapkan sebagai daerah rawan bencana tsunami (daerah terlanda
yang terdiri dari delapan kecamatan yaitu Kecamatan Adipala, Binangun,
Nusawungu, Kesugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah, Cilacap Selatan dan
Kecamatan Kampung Laut.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya belum ada yang mempunyai lokus dan fokus
yang sama dengan penelitian yang Penulis lakukan, sehingga penelitian ini dapat dijamin
keasliannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1.8 Kerangka Pikir
Gambar 1.2 Kerangka Pikir
Isu Mitigasi Bencana Tsunami 1. Tsunami bencana laten 2. Banyak daerah belum siap menghadapi bencana ini 3. Belum terdapat perencanaan yang komprehensif terkait bencana tsunami
Fenomena 1. Cilacap sebagai salah satu kabupaten yang rawan
bencana tsunami 2. Dampak yang ditimbulkan pada tsunami sebelumnya cukup
besar, melanda 14 kecamatan dan 8 kecamatan ditetapkan sebagai daerah rawan
3. Kabupaten Cilacap belum mempunyai rencana kawasan rawan bencana tsunami
4. Perlu upaya kajian terkait tsunami dan penggunaan lahan sebagai input pembuatan rencana khusus rawan bencana khususnya RTBL
Rumusan Masalah Apa saja faktor yang mempengaruhi penetapan lokasi aman pada daerah terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006?
Tujuan 1. Mengidentifikasikan karakteristik tsunami yang terjadi di
Kabupaten Cilacap tahun 2006 2. Mengidentifikasi karakter penggunaan lahan di kawasan terlanda
bencana tsunami Kabupaten Cilacap tahun 2006 3. Mengkorelasikan karakter tsunami tahun 2006 dengan
penggunaan lahan daerah terlanda tahun 2006 untuk mengetahui faktor penentuan lokasi aman
Teori Karakteristik Tsunami
(penyebab tsunami, karakter run up, karakter innudation)
Teori Karakter Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir (karakter fisik kawasan pesisir, karakter ekosistem kawasan
pesisir, penggunaan lahan kawasan pesisitr, penggunaan lahan yang aman kawasan pesisir, karakter masyarakat
kawasan pesisir)
Data Lapangan
Histori karakter tsunami di Cilacap tahun 2006
Data Lapangan
Karakter penggunaan lahan kawasan pesisir rawan bencana
tsunami di Kabupaten Cilacap tahun 2006
Analisis Korelasi Dengan menganalisis hasil identifikasi karakter
tsunami dihubungkan dengan analisis identifikasi karakter penggunaan lahan kawasan pesisir rawan
tsunami Cilacap
Kesimpulan Didapat suatu susunan korelasi antara bencana
tsunami dengan penggunaan lahan sehingga didapat faktor-faktor penentu lokasi aman di area
terlanda tsunami di Cialcap
Normatif 1. UU No.24 Tahun 2007 Setiap daerah wajib melakukan
upaya penanggulangan bencana 2. UU No. 27 Tahun 2007 perlu adanya upaya mitigasi
bencana 3. PP No.64 Tahun 2010 mitigasi non struktural sebagai
domain perencanaan (difokuskan pada pra bencana) 4. Tahapan perencanaan pra bencana sesuai dengan
Operasional Program Penanganan Bencana menyebut perlu adanya RTBL (khususnya muatan struktur Peruntukan lahan)
Analisis Deskripsi Karakteristik Masyarakat Dengan menganalisis hasil identifikasi karakteristik
masyarakat pesisir Kabupaten Cilacap terkait dengan latar belakang penggunaan lahan serta pemahaman
terkait dengan bencana tsunami tahun 2006 silam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Bencana Tsunami
Secara geologi, gugusan kepulauan Indonesia merupakan pertemuan lempeng-lempeng
besar yang saling berinteraksi. Bergesernya lempeng besar beserta lempeng yang lebih
kecil (Lempeng Laut Filipina dan Lempeng Laut Cina) menyebabkan tatanan tektonik
kepulauan Indonesia menjadi rumit. Busur kepulauan Indonesia terbentuk dari interaksi
tiga lempeng, yaitu Samudra Indonesia, Pasifik dan Eurasia. Batas ketiga lempeng
tersebut digambarkan oleh zona kegempaan aktif, yang merupakan zona kegempaan
geologi.
Katili dan Tjia (dalam Zulfiadi Zakaria, 2004) mengelompokkan neotektonik Indonesia
menjadi tiga tipe berdasarkan pengangkatan dan penurunan, pelengkungan, perlipatan
dan patahan. Aktivitas neotektik berkaitan dengan pergerakan lempeng-lempeng kulit
bumi, salah satu indikasinya ditandai dengan pergerakan sesar-sesar aktif atau sesar tua
yang aktif kembali. Daerah yang berhubungan dengan aktivitas tektonik merupakan
daerah berpotensi bencana. Kebencanaan geologi yang berhubungan dengan aktivitas
tektonik serta melanda Indonesia adalah gempa tektonik dan volcano, tsunami dan
letusan gunung berapi.
Tsunami berkaitan dengan perubahan perubahan bentuk yang terjadi tiba-tiba pada
lantai laut, karena gempa bumi (diikuti degan perubahan bentuk dasar laut khsusunya
terjadinya patahan/sesar, letusan gunung api ataupun longsoran di dasar laut). Indonesia
terletak pada daerah yang rawan bencana tsunami di Kawasan Pasifik. Berdasarkan
analisis tektonik, pantai-pantai yang rawan terhadap bencana tsunami di Indonesia dapat
dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan sifat-sifat tektonik daerah yang
bersangkutan (Sudrajat, 1996), yaitu Kelompok Pantai Barat Sumatra dan Selatan Jawa,
Kelompok Pantai Nusa Tenggara Barat, Kelompok Pantai di sekitar Laut Banda,
Kelompok Pantai di Sulawesi Utara dan Maluku bagian Utara, Kelompok Pantai di
Selat Makasar yaitu pantai barat Sulawesi dan pantai timur Kalimantan Timur dan
Kelompok Pantai di Irian bagian Utara.
Menurut teori tsunami, Tsunami adalah rangkaian gelombang panjang yang terbentuk
akibat adanya gangguan hebat pada kolom air di lautan. Sementara itu, menurut Nanang
Dalil, tsunami adalah gelombang yang terjadi karena gempa bumi atau letusan gunung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
api di laut. Berbeda dengan gelombang yang diakibatkan angin yang hanya
menggerakkan air laut bagian atas, pada tsunami seluruh kolam air dari permukaan
sampai dasar bergerak dalam segala arah. Serta menurut Buku Menghadapi Tsunami,
tsunami merupakan serangkaian gelombang tinggi yang disebabkan oleh perpindahan
sejumlah besar air laut secara tiba-tiba. Saat gelombang tsunami menjalar ke perairah
lebih dangkal, tsunami mengalami shoaling (efek pendangkalan) dan refraksi
(pembelokan) . Akibat efek pendangkalan, tsunami akan mengalami pembesaran dan
perlambatan.
Sumber : pantai-kelautan.blogspot.com
Gambar 2.1 Karakteristik Penjalaran Tsunami
Ketika tsunami tiba di daerah pantai, bentuk gelombang dapat berupa gelombang
raksasa takpecah atau berupa dinding air raksasa dengan buih-buih di atasnya yang
diikuti dengan tumpahan air bah (bores) . Penjalaran tsunami di daratan berubah
menjadi aliran yang kompleks dimana gelombang pecah menimbulkan turbulensi yang
bercampur dengan topografi dan material-material terhanyutkan (debris).
Berdasarkan arah vertikal, limpasan tsunami (run up) didefinisikan sebagai jarak elevasi
maksimum di atas muka laut yang tercapai oleh air bah. Pada arah horisontal, jarak dari
limpasan ini disebut jarak rendaman (innudation distance).
Jadi dapat disimpulkan tsunami adalah salah satu bencana geologi berupa rangkaian
gelombang dengan kekuatan yang relatif besar, dimana bencana tersebut disebabkan
oleh adanya gerakan di dalam laut, baik yang disebabkan oleh gempa, gunung api
bawah laut, tanah longsor bawah laut, meteor yang jatuh di bawah laut ataupun tanah
pesisir yang longsor ke dalam laut. Semakin besar kekuatan tsunami yang melanda
daratan, maka semakin besar perubahan tata ruang pada daerah terlanda. Disamping
kekuatan tsunami, struktur penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik akan
berkolerasi positif terhadap kerusakan di daerah terlanda (Operasional Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang). Berikut akan dijabarkan penyebab
tsunami menurut Hamzah Latief dalam presentasi bahan kuliah di ITB (2007) :
1) Gempa bumi. Pada umumnya, gempa bumi adalah penyebab utama terjadinya
tsunami. Gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami adalah yang memiliki ciri-
ciri sebagai berikut ini :
a) Sesar berada di bawah laut serta Sesar vertikal dan terangkat beberapa meter
b) Sesar aktif menimbulkan gempa dengan luas displacement lebih dari ratusan ribu
kilometer persegi
c) Gempa bumi berkekuatan 6 SR dan Kedalaman epicenter gempa <40 km
Sumber : Hamzah Latief, 2007
Gambar 2.2 Proses Tsunami Akibat Gerakan Tanah
Gempa bumi merupakan sumber terbanyak penyebab terjadinya tsunami yaitu
sebesar 72%. Pergerakkan yang tiba-tiba dari dasar laut menyebabkan seluruh kolom
air (perumpaan laut) terhentak dan menjalarkan energinya dalam bentuk pergerakan
muka air ke segala arah di lautan lepas. Kejadian tsunami yang disebabkan oleh
gempa bumi di laut tergantung pada beberapa faktor, yaitu kedalaman pusat gempa,
kekuatan gempa dan kedalaman air di atas episetrum.
2) Erupsi vulkanik atau letusan gunung berapi. Letusan gunung berapi juga dapat
menimbulkan terjadinya tsunami, khususnya letusan gunung berapi bawah laut. Hal
tersebut disebabkan letusan gunung berapi bawah laut dapat mengganggu
kesetimbangan badan air, menimbulkan pergerakan vertikal dasar laut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sumber : Hamzah Latief, 2007
Gambar 2.3 Simulasi Gelombang Akibat Letusan Gunung Berapi (searah jarum jam)
3) Longsor yang terjadi di dasar laut. Longsoran tersebut dapat menimbulkan tsunami
karena beberapa alasan sebagai berikut :
a) Luncuran apisan tanah di sekitar pantai atau di bawah dasar laut dalam jumlah
besar menimbulkan tidak adanya kesetimbangan air
b) Penambahan volume sedimen kedalam badan air menimbulkan pergerakan
vertikal
Sumber : Hamzah Latief, 2007
Gambar 2.4 Proses Longsoran 4) Terjangan benda langit (meteor). Terjangan benda langit dapat menimbulkan
tsunami, hal tersebut pernah terjadi pada 56 tahun yang lalu di sekitar lautan Caribia,
Meksiko dengan diameter meteor kurang lebih 10 km.
Sumber : Hamzah Latief, 2007
Gambar 2.5 Ilustrasi Meteor Jatuh ke Bumi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Selain itu juga akan dijelaskan terkait karakteristik gelombang tsunami di perairan
pantai menurut Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan
Ruang sebagai berikut :
1) Run Up (Tinggi Landaan)
Tinggi rendahnya landasan merupakan indikator penting terkait bencana tsunami.
Oleh karena itu dibutuhkan informasi sejauh mana hubungan antara landasan
tsunami dengan sjala kerugian. Imamura dan Iida (dalam Immamura, 2001) telah
mempelajari hubungan antara ketinggian gelombang tsunami dan skala kerugian
yang ditimbulkannya. Dimana didaalm teori tersebut disebutkan terdapat enam kelas
efek tsunami berkisar dari 0-5 yang merupakan deskripsi dari kerusakan atau
kehancuran yang ditimbulkan dari ketinggian tsunami tertentu. Selanjutnya skala
tersebut di korelasikan dengan skala intensitas baru yang telah berkembang di
Amerika Utara dan Eropa. Dimana masing-masing skala memuat tiga point utama
yaitu :
a) efek pada manusia
b) efek pada objek
c) kerusakan pada bangunan
Tabel 2.1 Skala Intensitas
No Skala Kelas Parameter
1 I Not felt a) tidak terasa bahkan dalam keadaan yang paling tidak menguntungkan
b) tidak ada efek
c) tidak merusak
2 II Scareely felt a) dirasakan oleh sedikit orang yang sedang melakukan perjalanan dengan kapal
b) tidak ada efek
c) tidak merusak
3 III Weak a) dirasakan oleh kebanyakan orang di kapal pada kapal kecil serta diamati oleh beberapa orang di pantai
b) tidak ada efek
c) tidak merusak
4 IV Largely observed
a) dirasakan oleh semua orang di dalam kapal kecil dan oleh sedikit orang di kapal besar serta diamati oleh kebanyakan orang di pantai
b) beberapa kapal kecil menepi ke darat
c) tidak merusak
5 V Strong a) dirasakan oleh semua orang pada kapal besar dan diamati oleh semua orang di
pantai, serta terdapat beberapa orang ketakutan dan berlari ke tempat yang lebih tinggi
b) banyak kapal kecil yang bergerak ke darat dan beberapa mengalami kecelakaan di laut karena terkena gelombang
c) terjadi banjir di sekitar pantai
6 VI Slightly damaging
a) banyak orang ketakutan dan berlairan ke tempat yang lebih tinggi
b) banyak kapal menepi ke darat dan kecelakaan kapal banyak terjadi
c) kerusakan dan banjir melanda sekitar pantai dan bangunan tepi pantai
7 VII Damaging a) kebanyakan orang mengalami ketakutan dan mencoba menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi
b) terdapat banyak kecelakaan laut serta kapal-kapal besar mulai berusaha menepi ke darat
c) kerusakan bangunan di sekitar pantai mulai banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Lanjutan Tabel 2. 1 No Skala Kelas Parameter
8 VIII Heavily damaging
a) semua orang menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan sedikit orang mulai hanyut terkena gelombang
b) banyak kapal yang rusak dan hanyut, serta pantai mulai erosi dan kotor akibat gelombang tsunami
c) banyak bangunan hancur dan hanyut oleh gelombang tsunami
9 IX Destructive a) banyak orang yang hanyut terbawa gelombang
b) banyak kapal kecil hanyut dan kapal besar terbawa gelombang ke darat, serta terjadi erosi dan kerusakan pantai dalam lingkup yang luas
c) kerusakan bangunan di sekitar pantai semakin banyak
10 X Very destructive
a) terjadi kepanikan pada lingkungan masyarakat karena semakin banyaknya orang yang hanyut
b) banyak terjadi kerusakan bangunan di darat karena diterjang oleh kapal-kapal besar yang hanyut terbawa gelombang ke darat. Selain itu, banyak terjadi kehancuran lingkungan akibat adanya tumpahan minyak dari berbagai industri yang diterjang gelombang tsunami
c) kerusakan bangunan sangat parah dan semakin meluas
11 XI Devastating a) -
b) Garis kehidupan terganggu, banyak terjadi kerusakan di daratan akibat banyaknya material laut yang menghantam seluruh bangunan di daratan
c) Banyak bangunan rusak parah dan hanyut terbawa gelombang tsunami
12 XII Completely devastating
a) -
b) -
c) Tidak terdapat bangunan yang tersisa, semua rusak dan hanyut terbawa gelombang
Sumber : Papadopoulus, G., and F. Imamura, “A proposal for a new tsunami intensity
scale,” International Tsunami Symposium Proceedings, Session 5, Number 5-1, Seattle, 2001.
Jika skala intesitas tsunami di atas dikorelasikan dengan ketinggian tsunami serta
efek kelas tsunami maka akan didapat tabel korelasi sebagai berikut (Shuto dalam
Immamura, 2001 ).
Tabel 2.2 Korelasi Ketinggian, Intensitas dan Kelas Tsunami No Skala Intensitas H (m) i (kelas)
1 I – V < 1.0 0
2 VI 2.0 1
3 VII – VIII 4.0 2
4 IX – X 8.0 3
5 XI 16.0 4
6 XII 32.0 5
Sumber : Papadopoulus, G., and F. Imamura, “A proposal for a new tsunami intensity
scale,” International Tsunami Symposium Proceedings, Session 5, Number 5-1, Seattle, 2001
Berdasarkan teori Imamura yang telah disesuaikan dengan landaan maksimum di
pesisir selatan Pulau Jawa yaitu yang hanya berkisar 21 meter maka dapat dibuat
peringkat landaan sebagai berikut (dalam tabel).
Tabel 2.3 Peringkat Landaan (Run up)
No Kelas Ketinggian Landaan Skala Kerugian
1 Rendah < 2 m Kerusakan di kawasan pantai dan kapal
2 Sedang 2 – 6 m Kerusakan dan korban jiwa di suatu daerah tertentu
3 Tinggi >6 - 12, 5 m Kerusakan sepanjang pantai lebih dari 400
meter
4 Tinggi Sekali >12,5 - 21 m Kerusakan yang sangat parah
Sumber : Oki Oktariadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Innudation (Landaan)
Sementara untuk daerah terpaan akan dijelaskan melalui tabel klasifikasi kriteria
tsunami berdasarkan jarak limpasan (innudation) berdasar dari adaptasi teori pada
jurnal ilmiahterkait dengan bencana tsunami. Dimana jarak limpasan akan terbagi
dalam beberapa kategori seperti di bawah ini :
Tabel 2.4 Klasifikasi Tsunami Berdasar Jarak Limpasan
Classification of Coast Description of the Coast
Tsunami Hazard Category (Based on
Innudation Extent (in M))
Over High Medium Low
Open Coast Zone
Relatively in the lower
position with reference to the
MSL
>400 301-400 201-300 0-200
Estuary Zone Coasts neighbouring a river mouth/tidal ilet/creek an
similar other coastal features
>750 501-750 251-500 0-250
Upland Zone
Coasts which are
comparatively elevated will
above the MSL
>300 201-300 101-200 0-100
Sumber : Tsunami Impacts On Morphology Of Beaches Along South Kerala Coast, West
Coast Of India. K. A. Abdul Rasheed, V. Kesava Das, C. Revichandran, P. R. Vijayan And
Tony J. Thottam. National Institute Of Oceanography, Kochi, Kerala, India -Science Of Tsunami Hazards The International Journal Of The Tsunami Society Volume 24 Number 1
Published Electronically 2006
2.2 Korelasi Muatan Teori Karakteristik Tsunami
Terdapat keterkaitan antar masing-masing indikator dari karakteristik tsunami yang
telah diulas pada pada bagian sebelumnya. Penyebab tsunami yang paling sering terjadi
di Indonesi adalah berasal dari gempa bumi bawah laut, semakin besar kekuatan
gempanya maka kerusakan yang ditimbulkan akan semakin besar pula. Begitu pula jika
hal tersebut dikaitkan dengan run up dan innudation dari tsunami. Semakin besar
kekuatan gempa yang memicu terjadinya tsunami, maka akan semakin tinggi ombak
yang dihasilkan serta semakin luas jarak landaannya.
2.3 Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir Perkotaan
2.3.1 Pengertian Kawasan Pesisir
Pemahaman mengenai definisi dan karakteristik terkait kawasan pesisir sangatlah
penting, hal tersebut dikarenakan kawasan pesisir merupakan suatu komponen
penting dari penelitian ini. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman yang mendalam
terkait kawasan pesisir, baik dari definisi maupun karakteristik yang terlingkupi
dari kawasan pesisir tersebut. Berikut ini adalah definisi dari beberapa sumber
mengenai wilayah pesisir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Menurut Ketchum dalam Kay dan Alder (1999: 2) “ The band of dry land
adjancent ocean space (water dan submerged land) in wich terrestrial processes
and land uses directly affect oceanic processes and uses, and vice versa”.
Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau
batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau
aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi
kelautan. Sementara itu, pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir
internasional adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah
darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang
surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Beatley
et al, dalam Dahuri, dkk, 2001: 9).
Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang batasan wilayah pesisir, kearah daratan
mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 (dua
belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan
kepulauan.
Sumber : Brahtz dalam Supriharyono (2002: 2)
Gambar 2.6 Batas-Batas Fisik Wilayah Pesisir
Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah
pesisir merupakan wilayah yang secara nyata tidak jelas batasannya, karena
wilayah pesisir merupakan perpaduan antara daratan dan lautan. Hal ini
menunjukan garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir
hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi
setempat.
2.3.2 Karakteristik Kawasan Pesisir
1) Karakteristik Fisik Lingkungan
Karakter fisik lingkungan kawasan pesisir dapat ditunjukkan dari karakteristik
pantainya. Secara geomorfologi, karakteristik pantai secara umum (Hantoro,
2004) adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
a) Pantai curam singkapan batuan
Jenis pantai ini umumnya ditemukan di pesisir yang menghadap ke laut
lepas dan merupakan bagian jalur tunjaman/tumbukan, berupa pantai
curam singkapan batu volkanik, terobosan, malihan atau sedimen.
b) Pantai landai atau dataran
Pesisir datar hingga landai menempati bagian mintakat kraton stabil atau
cekungan belakang. Pembentukan pantai dikendalikan oleh proses eksogen
cuaca.
c) Pantai dataran endapan lumpur
Estuari lebar menandai muara dengan tutupan tebal bakau. Bagian pesisir
dalam ditandai dataran rawa atau lahan basah. Sedimentasi kuat terjadi di
perairan bila di hulu mengalami erosi. Progradasi pantai atau pembentukan
delta sangat lazim. Kompaksi sedimen diiringi penurunan permukaan
tanah, sementara air tanah tawar sulit ditemukan.
d) Pantai dengan bukit atau paparan pasir
Pantai menghadap perairan bergelombang dan angin kuat dengan asupan
sedimen sungai cukup, umumnya membentuk rataan dan perbukitan pasir.
e) Pantai lurus dan panjang dari pesisir datar
Pantai tepian samudra dengan agitasi kuat gelombang serta memiliki
sejumlah muara kecil berjajar padanya dengan asupan sedimen, dapat
membentuk garis lurus dan panjang pantai berpasir.
f) Pantai teluk dataran tebing karang
Bentang pantai ini ditemukan di berbagai mintakat berbeda, yaitu di jalur
tumbukan/tunjaman, jalur volkanik, pulau-pulau sisa tinggian di paparan
tepi kontinen, jalur busur luar atau jalur tektonik geser. Terjalnya tebing
pantai dan kuatnya agitasi gelombang meniadakan peluang terumbu
karang tumbuh, demikian halnya dengan bakau. Tutupan tumbuhan masih
mampu tumbuh di lapukan batuan, terutama di kawasan dengan curah
hujan memadai.
g) Pantai erosi
Jenis pantai seperti ini terdapat dibeberapa tempat yang menghadap
perairan dengan agitasi gelombang kuat.
h) Pantai akresi
Proses akresi terjadi di pesisir yang menerima asupan sedimen lebih dari
jumlah yang kemudian dierosi oleh laut. Akresi pantai oleh sedimen halus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sering diikuti tumbuhnya bakau yang berfungsi kemudian sebagai penguat
endapan baru dari erosi atau longsor.
2) Karakteristik Ekosistem
Disamping karakteristik pantai, karakteristik fisik kawasan pesisir tidak bisa
dilepaskan dari karakteristik ekosistem di kawasan pesisir itu sendiri.
Ekosistem di perairan laut dangkal pada umumnya terdiri dari terumbu
karang, padang lamun, dan hutan mangrove yang pada dasarnya kesemuanya
tersebut dilindungi oleh Undang-Undang No.4/1982 dan UU No. 5/1990.
Berikut akan dijabarkan secara detail ekosistem yang berada di sekitar
kawasan pesisir :
a) Ekosistem Estuaria
Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas
dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur
dengan air tawar (Pritchard dalam Supriharyono, 2002: 12).
b) Ekosistem Mangrove/ Komunitas Hutan Bakau
Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu
komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap
kadar garam/salinitas (pasang-surut air laut), dan kedua sebagai individu
spesies (Macnae dalam Supriharyono, 2007: 40).
c) Ekosistem Padang Lamun
Padang lamun (seagrass beds) juga merupakan salah satu ekosistem yang
terletak di daerah pesisir atau perairan laut dangkal. Keunikan dari
tumbuhan lamun dari tumbuhan laut lainnya adalah adanya perakaran yang
ekstensif dan sistem rhizome. Karena tipe perakaran ini menyebabkan
daun-daun tumbuhan lamun menjadi lebat, dan ini besar manfaatnya
dalam menopang keproduktifan ekosistem padang lamun (Supriharyono,
2007: 72).
d) Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reefs) merupakan masyarakat organisme yang
hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang
cukup kuat menahan gaya gelombang laut (Dawes dalam Supriharyono,
2002: 62).
2.3.3 Jenis Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir
Kawasan pesisir yang merupakan perpaduan antara wilayah daratan dan lautan
serta mempunyai potensi pengembangan yang besar tidak lepas dari pemanfaatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
ruang yang dilakukan oleh berbagai pihak. Pemanfaatan ruang tersebut
membentuk blok-blok penggunaan lahan tertentu sesuai dengan tingkat
kepentingan masing-masing pihak. Dinamika perubahan penggunaan lahan sangat
dipengaruhi oleh faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk (jumlah dan
distribusinya), pertumbuhan ekonomi dan juga dipengaruhi oleh faktor fisik
seperti topografi, jenis tanah dan iklim (Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157).
Key dan Alder (1999:25) membagi penggunaan lahan pesisir menjadi beberapa
fungsi, yaitu akan dijabarkan sebagai berikut :
1) Eksploitasi sumber daya (perikanan, hutan dan pertambangan)
Sumber daya pesisir yang dapat diperbaharui adalah eksploitasi primer dalam
sektor perikanan komersial, penghidupan dan rekreasi perikanan serta industri
budidaya air. Sedangkan yang dapat tidak diperbaharui adalah minyak dan
pertambangan.
2) Infrastruktur (transportasi, pelabuhan dan pertahanan)
Pembangunan infrastruktur utama di pesisir meliputi : pelabuhan sungai dan
laut, fasilitas yang mendukung untuk operasional dan sistem transportasi yang
bermacam-macam, jalan dan jembatan serta instalasi pertahanan.
3) Pariwisata dan rekreasi
Berkembangnya pariwisata merupakan sumber potensial bagi pendapatan
negara karena potensi pariwisata banyak menarik turis untuk berkunjung
sehingga dalam pengembangannya memerlukan faktor-faktor pariwisata
secara langsung berdampak pada penggunaan lahan.
4) Konservasi alam dan perlindungan sumber daya alam
Hanya sedikit sumber daya alam di pesisir yang dikembangkan untuk
melindungi kawasan pesisir tersebut (konservasi area sedikit)
Selain itu masih terdapat kegiatan pembangunan yang banyak dilakukan di
kawasan pesisir. Menurut Dahuri et al (2001:122) kegiatan pembangunan yang
dilakukan di kawasan pesisir adalah sebagai berikut :
1) Pembangunan kawasan permukiman
Pembangunan kawasan permukiman di pesisir pantai sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan penduduk akan fasilitas tempat tinggal.
2) Kegiatan industri
Kawasan industri haruslah mempunyai luas yang cukup dan diletakkan pada
zona yang sesuai untuk menghindari lingkungan sekeliling menjadi buruk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Kegiatan rekreasi dan pariwisata bahari
Hal ini sekaligus bertujuan untuk menciptakan kawasan lindung bagi biota
yang hidup pada ekosistem laut dalam cakupan pesisir.
4) Konservasi hutan menjadi lahan pertambakan tanpa memperhatikan
terganggunya fungsi ekologis hutan mangrove terhadap lingkungan fisik
biologi.
2.4 Karakteristik Masyarakat Kawasan Pesisir di Indonesia
Berdasarkan pendapat Nikijuluw dalam Dietriech (2001) “Masyarakat pesisir itu sendiri
dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di
daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung
pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir”. Mereka terdiri dari nelayan pemilik,
buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah
ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan. Dalam bidang non-perikanan,
masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa transportasi dan lain-lain.
Setiap komunitas memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda-beda. Untuk
memperjelas perbedaan masyarakat pesisir dengan yang lain, maka akan dijelaskan
pada bagian berikutnya mengenai matriks masyarakat berdasarkan unsure pengikat
sosial sosial yang terjadi pada suatu komunitas.
2.4.1 Klasifikasi Masyarakat
Tabel 2.5 Klasifikasi Masyakarat
Unsur Pengikat
Sosial
Kerumunan Golongan
Sosial
Jaringan
Sosial
Kelompok
Sosial
Himpunan Komunitas
Pusat orientasi Dasar Mungkin ada Ada Ada Ada Ada
Sarana interaksi Tidak ada Mungkin ada Dasar Ada Ada Ada
Aktivitas interaksi Mungkin ada Mungkin ada Dasar Ada Ada Ada
Kesinambungan Tidak ada Dasar Mungkin ada Ada Ada Ada
Identitas Tidak ada Mungkin ada Mungkin ada Dasr Dasar Dasar
Lokasi Tidak relevan Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada Mungkin
ada
Dasar
Adat, norma Tidak ada Dasar Mungkin ada Dasar Dasar Dasar
Organisasi Tidak ada Tidak ada Mungkin ada Tidak ada Dasar Ada
Pimpiman Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada Dasar Ada Ada
Sumber : Koentjaraningrat dalam Dietriech, 2001
Berdasarkan klasifikasi di atas, merujuk pada pendapat Redfield maka
karakteristik sosial masyarakat pesisir berada pada setiap komunitas. Namun,
kebanyakan masyarakat pesisir merupakan tipe komunitas desa petani dan desa
terisolasi. Desa terisolasi diantaranya para nelayan yang tidak punya akses dan
hanya mengabdikan dirinya kepada sumber laut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat agraris
atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat
dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak
yang mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang
mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata
pencahariannya didominasi dengan nelayan. Nelayan bergelut dengan laut untuk
mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa
dikontrol.
2.4.2 Karakteristik Masyarakat
Terkait dengan posisi sosial nelayan, pada umumnya, nelayan bergolong kasta
rendah. Hal tersebut didasari dari mayoritas nelayan yang hanya mengenyam
pendidikan tingkat rendah serta kondisi perekonomian dengan kelas menengah ke
bawah. Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal
struktur sosial yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan
pasar pada usaha perikanan. “Patron memberikan bantuan berupa modal kepada
klien. Hal tersebut merupakan taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan
utangnya sehingga bisnis tetap berjalan” (Satria dalam Dietriech, 2001). Dari
masalah utang piutang tersebut sering terjadi konflik, namun konflik yang
mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam memperebutkan sumberdaya
ikan yang jumlahnya terbatas. Jika dirinci secara lebih dalam maka karakteristik
masyarakat pesisir menurut kondisi ekonomi, sosial dan budayanya adalah
sebagai berikut (anonim, 2008) :
1) Masyarakat pesisir beranggapan bahwa pantai merupakan suatu tempat yang
mempunyai keunggulan lokasi yang dapa menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi
2) Masyarakat pesisir mempunyai kegiatan sosial-ekonomi yang berorientasi ke
darat dan laut
3) Rata-rata masyarakat pesisir termasuk dalam golongan ekonomi lemah dengan
latar belakang pendidikan relatif terbatas
4) Pengetahuan akan lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi
kebiasaan “tidak sadar lingkungan” serta cenderung kurang memperhatikan
bahaya dan resiko
5) Terdapat masyarakat yang secara tradisi terbiasa hidup (bahkan tidak dapat
dipisahkan) di atas air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2.5 Korelasi Muatan Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir
Hubungan antar indikator yang termuat dalam teori penggunaan lahan kawasan pesisir
dapat diuraikan sebagai berikut. Kondisi politik, ekonomi, sosial kemasyarakat di
kawasan pesisir sangat dipengaruhi oleh kondisi pantai dan ekosistemnya. Ekosistem
dan kondisi pantai yang mendukung timbulnya aktivitas akan memancing adanya
aktivitas-aktivitas yang membutuhkan ruang di sekitar kawasan pantai. Adanya
aktivitas-aktivitas tersebut nantinya akan menimbulkan penggunaan lahan tertentu di
kawasan pesisir tersebut. Dan nantinya penggunaan lahan tertentu tersebut akan kembali
berdampak pada lingkungan sekitar di kawasan pesisir. Dari uraian tersebut dapat
dilihat hubungan erat antara indikator-indikator yang termuat didalam teori penggunaan
lahan kawasan pesisir.
2.6 Korelasi Karakteristik Bencana Tsunami Dengan Penggunaan Lahan Kawasan
Pesisir
2.6.1 Kepekaan Tsunami Terhadap Kelerengan Pantai
Menurut Shuto (1993), jarak jangkauan tsunami ke daratan sangat ditentukan oleh
terjal-landainya morfologi pantai. Pada pantai yang terjal, tsunami tidak akan
terlalu jauh mencapai daratan karena tertahan dan dipantulkan kembali oleh tebing
pantai. Sementara di pantai yang landai, landaan tsunami dapat menerjang sampai
beberapa kilometer masuk ke daratan. Berdasarkan pemahaman tersebut di atas,
maka kelerengan pantai menurut USDA-NRCS (1986) dapat diklasifikasikan
seperti berikut :
Tabel 2.6 Kelerengan Pantai
No Jenis Kelerengan Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami
1 Sangat curam Tidak peka
2 Curam Kurang peka
3 Agak curam Agak peka
4 Landai Peka
5 Datar Sangat peka
Sumber : USDA-NRCS, 1986
Selain itu terdapat oknfigurasi tipe pantai yang berkorelasi dengan jenis impasan
gelombang tsunami. Yaitu sebagai berikut :
a) Tipe teluk (shape) akan mengalami amplifikasi/peningkatan energi gelombang
berlipat ganda
b) Tipe tanjung akan mengalami reduksi energi gelombang
c) Single island dan akan mengalami impasan dari samping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2.6.2 Kepekaan Tsunami Terhadap Kekasaran Pantai
Ditinjau dari sudut pandang geomorfologi, keberadaan material permukaan dapat
menunjukkan tingkat kekasaran pantai. Dampak positif kekasaran pantai adalah
semakin padu material permukaan akan semakin besar energi tsunami yang
teredam, sedangkan dampak negatifnya adalah semakin lepas material permukaan
akan semakin besar kerusakan sarana dan prasarana berikut kehilangan jiwa
manusia. USDA-NRCS (1986) mengklasifikasikan kekasaran pantai seperti
berkut :
Tabel 2.7 Kekasaran Pantai
No Jenis Kekasaran Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami
1 Batuan beku Tidak peka
2 Batu karang di teluk-teluk pantai Kurang peka
3 Beting karang Agak peka
4 Rawa Peka
5 Pasir memanjang Sangat peka
Sumber : USDA-NRCS, 1986
2.6.3 Kriteria Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir Agar Aman dari Bencana
Tsunami
Secara umum, penggunaan lahan pada kawasan pesisir dapat aman jika pada suatu
kawasan sudah terdapat beberapa pengaturan yang telah disosialisasikan dalam
buku Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang
dan buku Menghadapi Bencana Tsunami yang disusun oleh Masyarakat
Lingkungan Binaan untuk Komisi Darurat Kemanusiaan Nagroe Aceh
Darussalam dan Sumatra Utara. Karakteristik lokasi aman di kawasan pesisir
rawan bencana tsunami disusun berdasarkan Konsep Teoritis Penataan Ruang
Kota Pesisir di Wilayah Bahaya Tsunami. Dimana didalam konsep tersebut dapat
dilihat struktur penggunaan lahan yang aman pada daerah pesisir rawan bencana.
Sumber : Operasional Prgrm. Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang
Gambar 2.7 Konsep Teoritis Penataan Ruang Kota Pesisir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Berikut akan diterangkan terkait infrastruktur pendukung penggunaan lahan yang
aman sesuai dengan konsep di atas :
1) Terdapat pengembangan sistem informasi, monitoring dan peringatan dini di
kawasan pesisir
2) Terdapat sistem pertahanan pantai, dimana terdapat tiga kondisi yang
merupakan sistem pertahanan pantai yaitu :
a) Kehadiran tebing tinggi pantai
b) Rataan depan pantai (shore platform)
c) Jalur vegetasi pantai nipah dan magrove di sepanjang pantai
3) Terdapat sistem penanggulangan dampak tsunami seperti berikut :
a) Pemberian sistim tanggul (dike) tepi pantai untuk bangunan tepi pantai
yang bernilai penting seperti pelabuhan.
b) Pada pantai teluk yang berbentuk kantong yang menyempit ke arah darat,
jarak bangunan di darat dari garis pantai harus cukup jauh (lebih dari 200
meter) untuk mencegah amplifikasi energi dan ketinggian gelombang yang
mencapai pantai dan dataran pantai.
c) Terdapat tanggul pematang di dataran pantai yang cukup tinggi, dan
berlapis dengan jarak antar tanggul yang cukup lebar.
4) Terdapat jalur evakuasi berdasarkan peta microzoning kawasan rawan bencana
tsunami.
5) Terdapat tempat-tempat perlindungan (shelter), dapat berupa daerah perbukitan
atau bangunan tinggi (bertingkat) yang dirancang tahan terhadap gelombang
Tsunami. Bangunan ini dapat berfungsi sebagai tempat evakuasi/perlindungan
penduduk selama adanya bencana Tsunami dan gelombang pasang.
6) Selain itu, bangunan-bangunan pada tiap penggunaan lahan seharusnya
menggunakan empat teknik bangunan agar terkena dampak paling kecil dari
sapuan gelombang tsunami (dijelaskan dalam tabel).
Tabel 2.8 Struktur Bangunan Aman dari Tsunami No Gambar Jenis Keterangan
1
Struktur untuk
menghindari
tsunami
Penempatan bangunan dan infrastruktur di bagian
tapak yang tinggi atau menaikkan struktur di atas
ketinggian terpaan tsunami atau memperkuat podium (tempat berpijaknya bangunan) akan membuat
bangunan aman dari terpaan tsunami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Lanjutan Tabel 2.8
No Gambar Jenis Keterangan
2
Struktur untuk
memperlambat arus
Arus dari gelombang tsunami akan mengalami
perlambatan jika di sekitar penggunaan lahan terdapat elemen yang dapat berfungsi sebagai
pelambat arus, dimana elemen-elemen tersebut
terdiri dari hutan buatan yang dirancang khusus, saluran air, kontur tanah serta jalur hijau. Upaya
memperlambat arus gelombang dapat mengurangi
daya hancur dari tsunami.
3
Struktur untuk membelokkan air
Gelombang tsunami akan mengalami pembelokkan jika pada suatu kawasan pesisir sudah terdapat
penggunaan tembok-tembok bersudut dan saluran
jalannya aliran air pada tiap bangunan di masing-masing penggunaan lahan, sehingga daya hancur
tsunami juga dapat terminimalisir, karena air
mengalir pada “aliran” yang sengaja telah dibentuk.
4
Struktur untuk menghambat
terpaan tsunami
Gelombang tsunami juga dapat ditahan sementara sehingga gelombang tidak menerjang kawasan
pesisir yang tseharusnya terlanda. Meski diketahui,
upaya menahan hanyalah upaya sementara yang
dapat mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang balik atau mengarahkan tenaga gelombang ke daerah
lain.Gelombang tsunami dapat tertahan tidak
melanda suatu penggunaan lahan tertentu di sekitar kawasan pesisir jika pada kawasan tersebut sudah
mempunyai struktur penahan yang kokoh seperti
tembok, terasering (penataan gundukan/tanah curam berbentuk anak tangga) atau jalur hijau, struktur
parkir dan konstruksi lain yang kokoh dapat
menahan kekuatan gelombang.
Sumber : Menghadapi Bencana, 2005
Secara khususnya akan dibahas terkait kondisi aman pada masing-masing
penggunaan lahan di kawasan pesisir rawan bencana tsunami seperti berikut ini :
1) Permukiman
Suatu permukiman yang aman apabila dalam pembangunya sudah memikirkan
struktur dan penempatan lokasi pada topografi yang dianggap aman, yaitu di
atas batas ketinggian genangan air jika tsunami menerjang. Berikut merupakan
beberapa struktur permukiman aman yang terletak di pesisir pantai.
Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.8 Permukiman Aman Dengan Barier Vegetasi Pantai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.9 Permukiman Aman Dengan Tembok Penahan
Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.10 Perkampungan Aman Dengan Pola Sejajar
Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.11 Perkampungan Tidak Aman Dengan Pola Tidak Beraturan
Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.12 Pantai Berbentuk Teluk Kurang Baik Untuk Permukiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang
Gambar 2.13 Pantai Lurus Aman Dengan Perlindungan Vegetasi Pantai
2) Lingkungan Binaan Baru dan Subdivisi
Sementara itu, struktur lingkungan binaan baru dan subdivisi yang aman dari
bencana tsunami harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Adanya jarak ruang yang maksimum antar bangunan.
b) Adanya upaya meninggikan bangunan di atas batas ketinggian terpaan
banjir.
c) Menempatkan rumah-rumah di belakang hutan pengontrol tsunami atau
bangunan-bangunan yang besar dan kuat.
d) Menempatkan jalan-jalan akses utama di luar area banjir, dan jalan-jalan
akses penunjang tegak lurus dengan tepi laut.
3) Bangunan Hotel Bertingkat Tinggi
Daerah pesisir yang sudah sangat berkembang sektor pariwisatanya pasti akan
terbangun banyak bangunan hotel bertingkat tinggi sebagai penunjang
pariwasata tersebut. Pengembangan hotel bertingkat tinggi serta resort pada
kawasan pesisir yang rawan bencana tsunami agar dapat meminimalisir
kerusakan harus mencontoh struktur ruang dan bangunan dari bangunan hotel
di Hawaii. Dimana rangka bangunan hotel merupakan rangka beton yang kuat,
dan dibangun di atas tanah yang sudah diteliti kestabilannya. Selain itu, bagian
yang rendah pada bangunan-bangunan ini dapat dirancang untuk area publik
seperti lobi dan fungsi-fungsi penunjang bagi ruangan-ruangan di atasnya,
seperti perparkiran. Bangunan-bangunan ini didesain untuk menahan gangguan
tsunami dan gempa. Selain itu, pemanfaatan lahan untuk bangunan hotel dan
resort juga harus menyediakan ruang terbuka dan hutan tsunami yang berfungsi
sebagai daerah penghambat gelombang tsunami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4) Komunitas Komersial dan Industri
Menguatkan dan memperluas struktur pelabuhan dapat membantu melindungi
wilayah komersial yang berdekatan. Tergantung pada besarnya tsunami,
pecahan gelombang pada saat pasang naik dapat mengakibatkan banjir dan
struktur tersebut menjadi tidak efektif. Struktur bangunan yang kuat dan
berlokasi di atas ambang batas banjir dari tsunami merupakan kriteria aman
dari komunitas bangunan komersial dan industri di kawasan pesisir.
Melindungi bangunan komersial dan fasilitas industri dengan tembok dan
penjangkaran yang kuat dapat membantu. Meskipun demikian, menempatkan
penggunaan strategi jenis-jenis ini di luar wilayah terpaan adalah teknik
penanggulangan yang paling efektif.
2.7 Pemanfaatan Lahan Tepi Pantai
Berikut akan dipaparkan terkait ketentuan umum penggunaan lahan pada kawasan tepi
air perkotaan sesuai dengan Pedoman Pemanfaatan Ruang Tepi Pantai di Kawasan
Perkotaan.
1) Kawasan Lindung
Kawasan lindung atau konservasi meliputi kawasan bergambut, kawasan sempadan
pantai, kawasan pantai berhutan bakau, dan kawasan rawan bencana. Pengaturan
pemanfaatan ruang pada kawasan lindung tersebut secara umum terdiri dari dua yaitu
sebagai berikut :
Ditetapkan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan Kota
sebagai kawasan lindung;
Kegiatan budidaya terbatas diijinkan dengan syarat tidak mengganggu fungsi
lindung kawasan.
Hal khusus yang membedakan pengaturan pemanfaatan ruang di kawasan lindung
tersebut di atas adalah fungsi masing-masing kawasan serta letaknya yang harus
berada di sisi terkuar dari kawasan pesisir.
a) Kawasan Bergambut
Kawasan bergambut berfungsi sebagai penambat air karena kemampuan
mengikat air yang sangat tinggi, pencegah banjir dengan mengabsorbsi air yang
datang, habitat flora dan fauna tertentu serta pembentuk ekosistem yang khas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b) Kawasan Sempadan Pantai
Sempadan pantai berfungsi sebagai pengatur iklim, sumber plasma nutfah serta
benteng wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut ataupun bencana
kelautan.
c) Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau berfungsi sebagai sumber bahan organik, habitat
berbagai hewan aquatik bernilai ekonomis tinggi, pelindung garis pantai dari
abrasi, penahan intrusi air laut serta sebagai barier jika terjadi gelombang tinggi
akibat dinamika laut ataupun kebencanaan.
2) Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya meliputi kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan
perdagangan dan jasa, kawasan pariwisata, serta kawasan pelabuhan. Faktor utama
yang harus dipertimbangkan dalam pemanfaatan ruang kawasan budidaya adalah
kawasan tersebut telah ditetapkan di dalam RTRW kabupaten dan Kota sebagai
kawasan budidaya.
a) Kawasan perumahan
Kawasan perumahan mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal atau
hunian yang dilengkapi dengan prasaranan dan sarana lingkungan. Kriteria
pemanfaatan ruang kawasan perumahan adalah:
Tersedia sumber air yang cukup, sistem drainase yang baik dan sistem
pengolahan sampah yang baik
Tersedia aksesibilitas yang baik ke pusat-pusat kegiatan maupun sarana
publik
Terhindar dari bahaya abrasi pantai
Lebar garis sempadan 30-100 meter dari titik pasang tertinggi
b) Kawasan industri
Kawasan industri merupakan kawasan untuk kegiatan industri pengolahan yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang dan memiliki kriteria
pemanfaatan ruang sebagai berikut :
Penggunaan lahan disesuaikan dengan ketentuan/peraturan yang berlaku
Tersedia akses ke pusat pelayanan niaga dan pelayanan pelabuhan
Tersedia sistem pengelolaan limbah dan drainase yang baik
Luas lahan disesuaikan dengan jenis industrinya
Membatasi penggunaan air tanah untuk mencegah intrusi air laut
Lebar garis sempadan pantai 100-300 meter dari titik pasang tertinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c) Kawasan perdagangan dan Jasa
Kawasan perdagangan dan jasa merupakan tempat pusat kegiatan perdagangan
dan jasa dengan kriteri pemanfaatan ruang sebagai berikut :
Tersedia aksesibilitas yang memadai dan dapat menjangkau pusat pelayanan
niaga (pasar), pelayanan pelabuhan dan kawasan industri terkait
Tersedia saranan dan prasana (utilitas)
Pencemaran bahan buangan kapal harus diminimalkan
Lebar garis sempadan pantai 100-300 metrer dari titik pasang tertinggi
d) Kawasan Pariwisata
Kawasan pariwisata merupakan kawasan yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhan kegiatan pariwisata dengan kriteria pemanfaatan ruang sebagai
berikut :
Tersedia sarana dan prasarana serta aksesibilitas yang tinggi ke pusat
pelayanan niaga dan kesehatan
Pengaturan pemakaian air tanah yang disesuaikan dengan kapasits
ketersediaan air tanah dan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian kembali
Lebar garis sempadan pantai 100-300 meetr dari titik pasang tertinggi
e) Kawasan Pelabuhan
Kawasan pelabuhan terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya tempat kapal
bersandar, berlabuh, naik turun penumpang, bongkar muat barang yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran, kegiatan penunjang
pelabuhan dan antar moda transportasi. Pemanfaatan ruang kawasan pelabuhan
mempunyai kriteria sebagai berikut :
Tersedia aksesibilitas yang tinggi ke pusat pelayanan distribusi barang dan
penumpang
Penataan letak pusat-pusat pelayanan harus efisien dan efektif
Tersedia sistem pengolahan limbah
Pengawasan terhadap tingkat sedimentasi yang berpengaruh terhadap
kedalaman laut terutama di sekitar dermaga dan akses keluar masuk kapal
Pengembangan teknologi yang menunjang aktivitas pelabuhan untuk
mengantisipasi perubahan iklim yang berpengaruh terhadap fluktuasi
pasang-surut, tinggi gelombang laut dan kesecapatan arus laut
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan di sekitar pelabuhan untuk
menjamin ketersediaan lahan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2.8 Kerangka Teori
Gambar 2.14 Kerangka Teori
Faktor Penetu Lokasi Aman Pada
Daerah Terlanda Tsunami Cilacap Pada
Tahun 2006
Teori Karakteristik Tsunami
Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir
1. Pemahaman Kebencanaan Geologi
(Zakaria,2004)
2. Pengertian dan Penyebab tsunami
(Hamzah Latief, 2007)
3. Karakter Run up tsunami (teori
Imamura, 2001 ; USDA-NRCS, 1986
; Oki Oktariadi, 2009)
4. Karakter Innudation tsunami (Journal
Of The Tsunami Society Volume 24
Number 1 Published Electronically
2006)
1. Pengertian kawasan pesisir (Brahtz dalam
Supriharyono, 2002: 2; Sorenson dan Mc.
Creary dalam Clark (1996: 1); Ketchum
dalam Kay dan Alder, 1999: 2; Beatley et al,
dalam Dahuri, dkk , 2001: 9; Suprihayono,
2007: 14; UU No. 27 Tahun 2007)
2. Karakteristik bentuk pantai kawasan pesisir
(Hantoro, 2004)
3. Karakteristik ekosistem kawasan pesisir (UU
No.4/1982 dan UU No. 5/1990; Pritchard
dalam Supriharyono, 2002: 12; Macnae
dalam Supriharyono, 2007: 40;
Supriharyono, 2007: 72; Dawes dalam
Supriharyono, 2002: 62)
4. Jenis Penggunaan lahan kawasan pesisir
(Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157;
Key dan Alder , 1998:25; Dahuri et al,
2001:122 ; Suprijanto, 2008: 295)
5. Karaktersitik masyarakat pesisir (Dietriech,
2001 ; Koentjaraningrat dalam Dietriech,
2001 ; Satria, 2002; anonim, 2008)
Kriteria penggunaan lahan yang aman pada kawasan pesisir rawan
bencana tsunami (buku Operasional Program Penanganan
Bencana Alam Bidang Penataan Ruang 2007 dan buku
Menghadapi Bencana Tsunami disusun oleh Masy. Lingk. Binaan
untuk Komisi Darurat Kemanusiaan NAD dan Sumut 2005)
Kepekaan tsunami
berdasarkan
kelerengan pantai
(USDA-NRCS, 1986)
Kepekaan tsunami berdasarkan kekasaran
pantai (Operasional Program Penanganan
Bencana Alam Bidang Penataan Ruang,
2007; USDA-NRCS, 1986)
Korelasi Guna Lahan dan Karakter Tsunami untuk menentukan
Lokasi Aman Kawasan Pesisir dari Bencana Tsunami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Nazir (2003: 1), metode penelitian merupakan satu kesatuan sistem dalam
penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian.
Prosedur memberikan kepada peneliti urut-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam
suatu penelitian, sedangkan teknik penelitian memberikan alat-alat ukur apa yang diperlukan
dalam melaksanakan suatu penelitian.
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan dipakai penulis dalam melakukan penelitian terkait
pencarian faktor penentu lokasi aman pada daerah rawan bencana tsunami di Kabupaten
Cilacap adalah pendekatan kuantitaif, dengan menggunakan jenis penelitian korelasi.
Pendekatan kuantitaif merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat
deskripsi objektif tentang fenomena terbatas dan menentukan apakah fenomena dapat
dikontrol melalui beberapa intervensi1.
Pendekatan kuantitatif tersebut dipilih karena tujuan penelitian yang akan dilakukan
yaitu untuk mengetahui korelasi antara karakteristik bencana tsunami dengan
penggunaan lahan pada Kabupaten Cilacap pada tahun 2006, tujuan penelitian yang
mengarah pada korelasi lebih ke arah perhitungan statistik dengan menggunakan
program aplikasi tertentu. Tujuan penelitian tersebut mengarah pada objetivitas,
berusaha memelihara pandangan, biases dari pengaruh pengumpulan data dan analisis
proses serta melibatkan interaksi minimal dan jika interaksi diperlukan (wawancara)
diperlukan maka berusaha dibakukan prosesnya, hal tersebut merupakan salah satu cirri
dari pendekatan kuantitatif. Selain itu, pendekatan yang digunakan di dalam teori ini
adalah pendekatan deduktif dimana penelitian ini dideduksi dari teori tentang apa yang
akan diamati, dalam hal ini teori terkait bencana tsunami dan penggunaan lahan.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif, hal ini dikarenakan pada penelitian ini, Penulis bermaksud menggali lebih
dalam karakteristik hubungan antara bencana tsunami dengan penggunaan lahan pada
kawasan pesisir sehingga diketahui faktor penentu lokasi aman pada daerah rawan
1 Dr. Ir. Masyuri, MP dan Drs. Zainuddin, MA “ Metode Penelitian : Pendekatan Praktis dan Aplikatif”.2008.
Hal. 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
bencana tsunami. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan
fenomena lainnya (Sukma Dinata dalam Masyuri dan Zainuddin, 2008). Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasikan sesuatu, misalnyakondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang
berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau
tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu konsep yang mempunyai nilai berubah-ubah atau
tidak tetap. Variabel dapat juga diartikan sebagai konsep dalam bentuk konkret atau
operasional. Guna mengoperasionalkannya maka variabel perlu diperjelas dengan
parameter atau indikator-indikatornya. Berdasarkan pengertian variabel di atas maka
variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Varibel dan Indikator Terpilih
No Variabel Indikator
1 Karakteristik bencana tsunami 1. Karakter run up tsunami
2. Karakter innudation tsunami
2 Karakteristik penggunaan lahan di kawasan
pesisir
1. Karakteristik fisik lingkungan (bentuk
pantai) kawasan pesisir 2. Karakteristik ekosistem kawasan pesisir
3. Jenis guna lahan kawasan pesisir
4. Karakteristik masyarakat pesisir terhadap
penentuan penggunaan lahan kawasan
pesisir
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Unit analisis dari tiap indikator pada masing-masing variabel adalah pada tiap zona
terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap. Zona-zona tersebut nantinya akan dilakukan
pengurutan pembahasan dimulai dari daerah terlanda ujung timur sampai ke barat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3.4 Kerangka Analisis
Gambar 3.1 Kerangka Analisis
Karakteristik bencana tsunami
Karakteristik penggunaan lahan
kawasan pesisir
Analisis Karakteristik bencana tsunami
Membandingkan teori dengan histori
tsunami Cilacap 2006 :
a) Karakter run up tsunami
b) Karakter innudation tsunami
Analisis Karakteristik penggunaan
lahan kawasan pesisir Membandingkan teori dengan histori
eksisting penggunaan lahan daerah
rawan bencana tsunami Cilacap :
a) Karakteristik fisik lingkungan
b) Karakteristik ekosistem kawasan
pesisir
c) Jenis penggunaan lahan kawasan
pesisir
d) Karakteristik masyarakat pesisir
dalam menentukan penggunaan
lahannya
Identifikasi Karakteristik
bencana tsunami
Identifikasi Karakteristik
penggunaan lahan kawasan
pesisir
Analisis Korelasi karakteristik
bencana tsunami dengan
penggunaan lahan kawasan pesisir
(kepekaan tsunami berdasar
kelerengan dan kekasaran pantai
serta penggunaan lahan aman dari
tsunami)
Komposisi faktor yang saling
berkolerasi dalam penetuan
lokasi aman pada kawasan
pesisir daerah rawan bencana
tsunami Kabupaten Cilacap
INPUT PROSES OUTPUT
Sintesa perumusan faktor-faktor
penentu lokasi aman dari bencana
tsunami
Rumusan faktor penetu lokasi
aman dari bencana tsunami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3.5 Metode Penelitian
3.5.1 Kebutuhan Data
Di dalam penelitian ini kebutuhan data yang digunakan untuk menunjang
analisis terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dengan cara observasi lapangan, wawancara serta kuisioner. Sementara data
sekunder diperoleh dari data yang berasal dari instansional dan literatur.
3.5.2 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada objek penelitian di lapangan,
baik melalui pengamatan (observasi) langsung maupun wawancara (interview)
serta penyebaran angket/kuisioner, sedangkan pengumpulan data sekunder
dilakukan peneliti dengan cara tidak langsung ke objek penelitian tetapi
melalui penelitian terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek
penelitian (Singarimbum, 1995). Berikut akan dijelaskan secara lebih lengkap
terkait dengan data primer dan data sekunder :
1) Data primer
Pengumpulan data primer yang akan dilakukan dalam penelitian ini
meliputi 3 (tiga) cara :
a) Observasi lapangan
Manfaatnya peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam
keseluruhan situasi sosial, memperoleh pengalaman langsung, melihat
hal-hal yang kurang atau tidak di amati orang lain, menemukan hal-hal
yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dan di luar persepsi
responden dan tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya tetapi juga
memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial
yang diteliti (Sugiyono dalam Johannes Hanzen Saruksuk, 2006).
Pengamatan langsung dalam penelitian ini ditujukan untuk mengamati
dan mendokumentasikan kondisi eksisting kawasan pesisir rawan
bencana tsunami Kabupaten Cilacap baik dari segi penggunaan lahannya,
karakter masyarakat, dampak tsunami pada tahun 2006 silam serta
karakteristik bentuk pantainya.
b) Wawancara
Wawancara yang ditujukan pada institusi yang terkait pengelolaan
bencana tsunami maupun badan perencanaan di Kabupaten Cilacap guna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
mengetahui histori tsunami pada tahun 2006 serta mengetahui perubahan
kondisi tata guna lahan eksisting pasca bencana.
c) Kuesioner
Kuisioner digunakan untuk memperoleh data maupun informasi dengan
cara menyebarkan kuesioner ke masyarakat yang bermukim pada
kawasan pesisir rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap, terkait
dengan data aktivitas masyarakat pesisir dalam penggunaan lahan pesisir,
histori tsunami di masa lalu serta pemahaman masyarakat terkait dengan
bencana tsunami.
2) Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dalam 2 (dua) cara yaitu sebagai
berikut :
a) Instansi
Data instansi merupakan sumber data utama dalam penelitian ini, karena
penelitian ini dilakukan pada fenomena yang terjadi pada tahun 2006
silam. Data-data yang diperoleh dari instansi tersebut adalah dokumen
historis bencana tsunami pada tahun 2006 silam, dokumen kondisi
geologi Kabupaten Cilacap, dokumen dan peta penggunaan lahan pada
tahun 2006, jumlah penduduk pada daerah yang rawan bencana tsunami,
peta tingkat kerawanan bencana tsunami pada tahun 2006 silam, peta
topografi dan kelerengan Kabupaten Cilacap, peta jenis tanah Kabupaten
Cilacap serta dokumen ekosistem di kawasan pesisir Cilacap pada tahun
2006 silam. Data-data instansi tersebut dapat didapat pada Bappeda
Cilacap, BPBD Cilacap, Dinas Kelautan Cilacap serta BPBT Yogyakarta.
b) Literatur
Data literature digunakan untuk mengelompokkan data yang didapat dari
lapangan maupun instansi sehingga lebih mudah dipahami. Literature
yang digunakan adalah yang terkait dengan pembagian morfologi pantai
serta pengelompokkan beberapa karakter tsunami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 3.2 Analisis dan Kebutuhan Data
No Sasaran Analisis Variabel Indikator Kebutuhan Data
Cara Memperoleh Data
Primer Sekunder Sumber
Q W O L I
1
Identifikasi
karakteristik run up
tsunami Analisis
Identifikasi
Karakteristik
Bencana
Tsunami
Karakteristik
bencana
tsunami
karakteristik run
up tsunami pada
titik terlanda
Dokumen histori bencana BPBD
Dokumen histori bencana BPPT
Peta histori tsunami 2006
- √ - √ √
1. Bappeda Cilacap
2. BPBD Cilacap
3. Dinas Kelautan
Cilacap
4. BMKG Cilacap
5. BPPT Yogyakarta 6. Masyarakat Pesisir
Daerah Rawan
Bencana Tsunami
Kabupaten Cilacap
7. Daerah Pesisir rawan
bencana tsunami
Kabupaten Cilacap
2
Identifikasi jarak
landaan (innudation)
tsunami
jarak landaan
(innudation)
tsunami pada
titik yang terlanda
Dokumen histori bencana BPBD
Dokumen histori bencana BPPT
Peta histori tsunami 2006
Kondisi kawasan pesisir Kabupaten Cilacap
- √ √ √ √
3
Identifikasi karakter
fisik (bentuk pantai)
kawasan pesisir Analisis
Identifikasi
Karakteristik
Penggunaan
Lahan
Kawasan
Pesisir
karakteristik
penggunaan
lahan
kawasan
pesisir
karakter fisik
(bentuk pantai)
kawasan pesisir
Dokumen kelautan
Dokumen terkait asal tutupan
lahan kawasan pesisir
Peta kelautan
Peta topografi
Peta Jenis Tanah
- - √ √ √
4
Identifikasi
karakteristik ekosistem
kawasan pesisir
karakteristik
ekosistem
kawasan pesisir
Dokumen kelautan
Dokumen lingkungan hidup
Peta lingkungan hidup
Informasi terkait berbagai jenis
ekosistem dari masyarakat dan
tokoh institusi
√ √ √ √ √
5
Identifikasi jenis
penggunaan lahan di
kawasan pesisir Analisis
Identifikasi
Karakteristik
Penggunaan
Lahan
Kawasan
Pesisir
karakteristik
penggunaan
lahan
kawasan
pesisir
jenis
penggunaan
lahan di
kawasan pesisir
Dokumen RTRW Kabupaten Cilacap
Peta Penggunaan Lahan
Kabupaten Cilacap
Peta Rencana Peruntukkan Lahan
Kabupaten Cilacap
Kondisi di Lapangan Penggunaan
Lahan di kawasan pesisir
- √ √ √ √
6
Identifikasi
karakteristik
masyarakat pesisir
karakteristik
masyarakat
pesisir
Aktivitas masyarakat pesisir
Pemahaman Masyarakat Pesisir
Terhadap Bencana
Bentuk sosialisasi mitigasi
bencana kepada masyarakat pesisir
√ - √ - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Lanjutan Tabel 3.2
No Sasaran Analisis Variabel Indikator
Kebutuhan Data Cara Memperoleh Data
Primer Sekunder Sumber
Q W O L I
7
Analisis korelasi
penentu faktor-faktor aman pada kawasan
pesisir rawan bencana
tsunami
Analisis Korelasi
Karakteristik Bencana
Tsunami dengan
Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir
-
Input dari hasil analisis
karakteristik tsunami dan
penggunaan lahan kawasan pesisir
- - - - -
1. Bappeda Cilacap
2. BPBD Cilacap
3. Dinas Kelautan
Cilacap
4. BMKG Cilacap
5. BPPT Yogyakarta
6. Masyarakat Pesisir
Daerah Rawan
Bencana Tsunami
Kabupaten Cilacap 7. Daerah Pesisir rawan
bencana tsunami
Kabupaten Cilacap
kepekaan tsunami
berdasarkan kelerengan
pantai
Peta Zonasi Kerawanan Bencana
Tsunami
Peta Topografi
Dokumen histori tsunami tahun
2006
- √ √ √ √
kepekaan tsunami
berdasarkan kekasaran
pantai
Peta Zonasi Kerawanan Bencana
Tsunami
Peta tutupan tanah
Dokumen histori tsunami tahun
2006
- √ √ √ √
penggunaan lahan yang
aman dari bencana tsunami
di kawasan pesisir
Peta Zonasi Kerawanan Bencana
Tsunami
Peta Penggunaan Lahan
Sebaran Bangunan dan jalur
evakuasi
Dokumen histori tsunami tahun
2006
Aktivitas masyarakat
√ √ √ √ √
Q (Quisioner) ; W (Wawancara) ; O (Observasi) ; L (Literatur) ; I (Instansi)
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3.6 Teknik Sampling
3.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek dengan
kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulan. Dalam hal ini populasi berkenaan dengan data
bukan pada orangnya atau bendanya (Nazir, 2003: 327). Populasi yang termasuk
ke dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh masyarakat pesisir yang tergolong
kedalam tipe morofologi pantai tertentu, yaitu penduduk yang terdapat pada
delapan kecamatan yang ditetapkan sebagai daerah rawan bencana tsunami
Kecamatan Adipala, Binangun, Nusawungu, Kesugihan, Kampung Laut, Cilacap
Utara, Cilacap Tengah dan Cilacap Selatan. Dari populasi tersebut, diharapkan
diperoleh data terkait dengan karakteristik masyarakat pesisir dalam penggunaan
lahan di sekitar pantai serta pemahaman masyarakat terkait bencana tsunami pada
tahun 2006 silam. Total penduduk yang terdiri dari delapan kecamatan tersebut
berjumlah 566.671 jiwa.
Sumber : RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2031
Gambar 3.2 Daerah Populasi
3.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa sampel adalah wakil dari populasi yang
dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi
(Nazir, 2003: 325). Penetapan sampel penelitian ini ditempuh melalui teknik area
sampling, dimana populasi yang berada pada daerah besar kemudian dibagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
menjadi daerah-daerah kecil yang jelas batas-batasanya (Bungin dalam Johanes
Hansen Saruksuk, 2006).
Penentuan sampel pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data
terkait dengan karakteristik masyarakat pesisir serta mereview kondisi pada saat
terjadi bencana tsunami pada tahun 2006 silam di Kabupaten Cilacap. Dalam
penelitian ini akan digunakan teknik sampling probability dimana teknik tersebut
memberikan peluang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Jenis probability sampling yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis multiphase sampling, dimana terdapat beberapa tahapan
dalam pengambilan sampel.
Tahap pertama yang akan dilakukan dalam menentukan sampel adalah dengan
mengelompokkan kelurahan-kelurahan di delapan Kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Cilacap ke dalam dua kelompok besar yaitu daerah yang terkena
tsunami dan daerah yang tidak terkena tsunami. Pengelompokkan ini didasarkan
pada pencapaian aspek penelitian yaitu faktor penentu lokasi aman di daerah
rawan bencana tsunami. Dari hasil pengelompokkan maka didapat jumlah sampel
total pada daerah terlanda yaitu 318.938 jiwa, sementara jumlah sampel daerah
tidak terlanda yaitu 247.733 jiwa.
Setelah diketahui jumlah per bagian maka besarnya ukuran sampel dapat dicari
dengan jenis ukuran sampel untuk pengujian kebermaknaan hubungan2.
Pemakaian formula jenis sampel tersebut didasarkan pada metode analisis yang
akan dipakai yaitu metode korelasi atau kebermaknaan hubungan, sehingga
formula sampel yang dirasa paling sesuai dengan jenis analisis yang akan
dilaksanakan pada penelititan ini adalah formula ini. Berikut rumusan formula
sampel berjenis kebermaknaan hubungan :
𝑛 =(𝑍1−𝛼 + 𝑍1−𝛽)2
𝑈𝑝2+ 3
Dimana :
𝑈𝑝1 =1
2ln(
1 + 𝜌
1 − 𝜌)
𝑈𝑝2 =1
2ln(
1 + 𝜌
1 − 𝜌) +
𝜌
2(𝑛 − 1)
Up merupakan iterasi dan dilakukan perhitungan sampai terjadi keseimbangan
perhitungan untuk mengetahui jumlah n (ukuran sampel). Semetara rho
2 Drs. Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, S.Pd. “ Aplikasi Statistika Dalam Penelitian”.2011. Hal. 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
merupakan perkiranan koefisien korelasi antara variabel X dan Y (diambil dari
koefisien korelasi terkecil, apabila tidak diketahui disarankan 0, 30) dan untuk
nilai alfa dan beta jika tidak diketahui dianggap sebagai 0, 05. Sehingga diperoleh
konstanta Zx dimana nilai dari konstanta tersebut dapat dilihat dalam tabel Z
(Sample Sizea For Detecting a Statistically Significant Correlation Coeficient).
Operasi rumus di atas adalah iteratif (dioperasikan ulang sampai diperoleh n yang
stabil/ konvergen). Dengan menggunakan formula rumus di atas maka didapat
hasil perhitungan sebagai berikut ini :
Tabel 3.3 Iterasi dan Jumlah Sampel
Iterasi Jumlah Sampel
Up1 0,30952 n1 163,3968
up2 0,310443 n2 162,4438
up3 0,311372 n3 161,4937
up4 0,312307 n4 160,5465
up5 0,313247 n5 159,6022
up6 0,314193 n6 158,6608
up7 0,315144 n7 157,7224
up8 0,316101 n8 156,7868
up9 0,317064 n9 155,8542
up10 0,318033 n10 154,9245
up11 0,319007 n11 153,9977
up12 0,319988 n12 153,0739
up13 0,320974 n13 152,1529
up14 0,321967 n14 151,2349
up15 0,322965 n15 150,3198
up16 0,32397 n16 149,4076
up17 0,32498 n17 148,4983
up18 0,325997 n18 147,592
up19 0,327021 n19 146,6885
up20 0,32805 n20 145,788
Sumber : Hasil Perhitungan Penulis, 2012
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah ukuran sampel adalah 145,788
yang setara dengan 146 responden.
1. Nkelompok = (jumlah penduduk per kelompok tsunami)
(jumlah penduduk Total)
Tabel 3.4 Sampel Kelompok Terpaan Tsunami Jumlah Sampel
sampel terkena tsunami 82
sampel yg tidak kena
tsunami 64
Sumber : Hasil Perhitungan Penulis, 2012
X Sampel total (n)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Setelah diketahui Nkelompok maka dapat dilanjutkan dengan meghitung Nkelurahan
dengan rumus proporsional yang sama tetapi dikalikan dengan jumlah sampel
masing-masing kelompok sehingga didapat hasil sampel untuk masing-masing
kelurahan.
Setelah diketahui jumlah sampel per kelurahan dengan dua pengelompokkan
utama yaitu berdasarkan daerah terpaan tsunami. Maka masing-masing responden
tersebut akan dibagi lagi ke dalam 7 tipe pantai. Karena penelitian ini juga akan
menyangkut data kawasan pesisir. Pengelompokkan morfologi pantai tersebut
dilakukan dengan menzonasi wilayah penelitian berdasarkan topografi daerahnya
serta jenis pantai yang terdapat di kawasan pesisir. Klasifikasi topografi tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Datar : 0-2%
2. Landai : 2-5%
3. Agak Curam : 5-15%
4. Curam : 15-40%
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Gambar 3.3 Daerah Sampel
Setelah itu responden pada tiap kelompok akan didistribusikan kedalam tujuh tipe
morfologi pantai tersebut sehingga didapat hasil pendistribusian sebagai berikut :
Tabel 3.5 Sampel Tiap Morfologi
Kecamatan Identifikasi
Tsunami Kelurahan
Morfologi Pantai
Datar
dan
Lurus
Datar
dan
Teluk
Landai
dan
Lurus
Agak
Curam dan
Lurus
Agak
Curam dan
Teluk
Curam
dan
Lurus
Curam
dan
Teluk
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Binangun Terkena Tsunami
Widarapayung kl 1 - - - - - -
Sidayu 1 - - - - - -
Widarapayung Wt 1 - - - - - -
Sidaurip 1 - - - - - -
Pegubugan Kulon 1 - - - - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Lanjutan Tabel 3.5
Kecamatan Identifikasi
Tsunami Kelurahan
Morfologi Pantai
Datar
dan
Lurus
Datar
dan
Teluk
Landai
dan
Lurus
Agak
Curam dan
Lurus
Agak
Curam dan
Teluk
Curam
dan
Lurus
Curam
dan
Teluk
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Binangun
Terkena Tsunami Pagubugan 1 - - - - - -
Tidak Terkena
Tsunami
Karang Nangka 1 - - - - - -
Kemojing 1 - - - - - -
Pesawahan 1 - - - - - -
Pesuruhan 1 - - - - - -
Alangamba 1 - - - - - -
Binangun 1 - - - - - -
Bangkal 1 - - - - - -
Jepara Wetan 1 - - - - - -
Jepara Kulon 2 - - - - - -
Kepudang 1 - - - - - -
Jati 1 - - - - - -
Kesugihan
Terkena Tsunami
Menganti 3 - - - - - -
Karangkandri 2 - - - - - -
Slarang 2 - - - - - -
Kalisabuk 2 - - - - - -
Tidak terkena
tsunami
Kesugihan Kidhul 2 - - - - - -
Kesugihan 1 - - - - - -
Kuripan Kidul - - 2 - - - -
Kuripan - - 2 - - - -
Jangrana - - 1 - - - -
Planjan 1 - - 2 - 1 -
Dondong 1 - - 1 - 1 -
Ciwuni 1 - - 1 - 1 -
Karangjengkol 1 - - 1 - 1 -
Keleng 1 - - - - 1 -
Pasanggrahan 1 - - - - 1 -
Bulupayung 1 - - - - 1 -
Adipala
Terkena Tsunami
Welahan Wetan 1 - - - - - -
Adiraja 1 - - - - - -
Adireja Wetan 1 - - - - - -
Adireja Kulon 1 - - - - - -
Adipala 2 - - - - - -
Gombolharjo 1 - - - - - -
Bunton 1 - - - - - -
Karanganyar 1 - - - - - -
Tidak Terkena
Tsunami
Wlahar 1 - - - - - -
Karangbenda 1 - - - - - -
Pedasong 1 - - - - - -
Dlempangpasir 1 - - - - - -
Penggalang 2 - - - - - -
Karangsari 2 - - - - - -
Kalikudi 1 - - - - - -
Doplang 1 - - - - - -
Nusawungu
Terkena Tsunami
Karang Tawang 2 - - - - - -
Karang Pakis 2 - - - - - -
Banjarsari 1 - - - - - -
Jetis 2 - - - - - -
Tidak Terkena
Tsunami
Banjareja 1 - - - - - -
Kedung Benda 1 - - - - - -
Klumprit 1 - - - - - -
Karangsembung 1 - - - - - -
Purwadadi 1 - - - - - -
Nusawangkal 1 - - - - - -
Karangputat 1 - - - - - -
Banjarwaru 1 - - - - - -
Danasri 1 - - - - - -
Danasri Kidul 1 - - - - - -
Nusawungu 1 - - - - - -
Danasri Lor 1 - - - - - -
Sikanco 1 - - - - - -
Cilacap
Utara
Terkena Tsunami Mertasinga 4 - - - - - -
Tidak Terkena
Tsunami
Kebon Manis 3 - - - - - -
Gumilir 3 - - - - - -
Karang Talun 3 - - - - - -
Tritih Kulon 2 - 2 - - - -
Cilacap
Tengah Terkena Tsunami
Kutawaru - 3 - - - - -
Lomanis - 1 - - - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Lanjutan Tabel 3.5
Kecamatan Identifikasi
Tsunami Kelurahan
Morfologi Pantai
Datar
dan
Lurus
Datar
dan
Teluk
Landai
dan
Lurus
Agak
Curam dan
Lurus
Agak
Curam dan
Teluk
Curam
dan
Lurus
Curam
dan
Teluk
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Cilacap
Tengah Terkena Tsunami
Donan - 6 - - - - -
Sidanegara - 7 - - - - -
Gunungsimping - 4 - - - - -
Cilacap
Selatan Terkena Tsunami
Tambakreja - 4 - - 2 - 0
Tegalreja - 3 - - - - -
Sidakaya - 3 - - - - -
Cilacap - 4 - - - - -
Tegal Kamulyan - 4 - - - - -
Kampung
Laut Terkena Tsunami
Ujunggagak - 1 - - - - -
Ujunggalang - 1 - - - - -
Klaces - 1 - - - - -
Panikel - 1 - - - - -
Total Responden 146 84 43 7 4 2 7 0
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Daerah yang termasuk kedalam kelompok morofologi pantai tersebut adalah daerah
yang pada kolom sisi kanannya terisi angka (0-9). Sementara daerah yang kolom sisi
kanannya berupa kosongan menunjukkan daerah tersebut bukan termasuk kedalam
kelompok morfologi tersebut. Pada sampel akhir ini terdapat satu daerah yang tidak
mempunyai responden. Hal tersebut dikarenakan daerah tersebur merupakan kawasan
hutan dan rutan (Pulau Nusakambangan).
3.7 Teknik Analisis
Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat teknik
analisis utama yiatu teknik analisis identifikasi karakteristik bencana tsunami Cilacap
tahun 2006, analisis identifikasi karakteristik penggunaan lahan daerah terlanda tsunami
Cilacap tahun 2006, analisis keterkaitan serta sintesa analisis. Sebelum dilakukan
analisis tersebut, nantinya akan dilakukan pengelompokan area aman dan tidak aman
berdasarkan dampak yang ditimbulkan pada tiap zona terlanda. Berikut akan dijelaskan
terkait dengan teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini :
1. Analisis Karakteristik Bencana Tsunami di Cilacap Tahun 2006
Analisis karakteristik bencana tsunami yang terjad di Cilacap pada tahun 2006 silam
dilakukan dengan cara mengolah data histori tsunami terkait data run up dan
innudation tsunami pada tahun 2006 silam. berikut secara lebih rinci akan dijelaskan
pada point di bawah ini :
a. Data run up yang nantinya akan dianalisis dengan disesuaikan terhadap teori
kerusakan run up berdasarkan ketinggian dan skala kerugiannya
b. Data innudation yang nantinya akan dianalisis dengan disesuaikan terhadap
teori skala kerugian pada masing-masing jarak landaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Kesemua data tersebut nantinya akan disajikan dalam bentuk penjabaran deskriptif
serta diperjelas dalam bentuk tabel sehingga dapat diketahui uraian terkait
karakteristik bencana tsunami pada tahun 2006 silam.
2. Analisis Karakteristik Penggunaan Lahan di Daerah Terlanda Tsunami Cilacap
Tahun 2006
Analisis karakteristik penggunaan lahan kawasan pesisir dilakukan dengan
melakukan pengolahan terkait data-data penggunaan lahan di kawasan pesisir pada
tahun 2006 silam. Pengolahan data tersebut melingkupi data-data sebagai berikut :
a. Data karakteristik fisik lingkungan, yaitu menganalisis karakteristik topografi
dan kelerengan serta bentuk fisik pantai pada kawasan pesisir disesuiakan
dengan teori karakteristik fisik lingkungan kawasan pesisir yang ada
b. Data karakteristik ekosistem yaitu dengan melakukan deskripsi ekosistem yang
terdapat di kawasan pesisir pada tahun 2006 disesuaikan dengan teori ekosistem
kelautan kawasan pesisir
c. Data jenis penggunaan lahan kawasan pesisir Cilacap pada tahun 2006 yaitu
dengan melihat kecenderungan penggunaan lahan pada kawasan pesisir dengan
melihat teori penggunaan lahan kawasan pesisir
d. Data karakteristik masyarakat di kawasan pesisir dalam hal kecenderungan
menggunakan lahan serta pemahamannya dalam kaitannya tsunami
Selanjutnya data-data tersebut akan diolah secara deskriptif sehingga diketahui
karakteristik penggunaan lahan di kawasan pesisir Cilacap pada tahun 2006 silam.
pengolahan secara deskriptif akan dilengkapi dengan tabel dan peta sehingga uraian
akan lebih jelas maknanya.
3. Analisis keterkaitan karakteristik bencana tsunami dengan penggunaan lahan daerah
terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006
Analisis keterkaitan karakteristik bencana tsunami dengan penggunaan lahan daerah
terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 dilakukan dengan teknik
analisis korelasi. Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah
satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Analisis
korelasi yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada penelitian non-
parametrik karena belum pernah ada penelitian sebelumnya yang membahas
masalah yang sama yaitu mencari hubungan antara karakter bencana tsunami
dengan karakter penggunaan lahan. Dengan melihat data dari kedua variable yaitu
data dari variable penggunaan lahan serta data dari karakter bencana, sehingga
terdapat dua jenis data yaitu data ordinal yang berasal dari kedua jenis karakteristik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
tersebut. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan analisis, maka akan dilakukan konversi
data nominal maupun interval dari penggunaan lahan ke bentuk data ordinal dengan
berdasarkan teori tingkat kepekaan tsunami berdasarkan kelerengan maupun jenis
penggunaan lahannya. Sehingga pada saat dilakukan analisis sudah terjadi kesamaan
jenis data yang dapat memudahkan proses analisis korelasi dengan hasil yang
objektif.
Tabel 3.6 Arah Analisis Korelasi Jenis penggunaan
lahan
Karakteristik
Fisik Lingkungan
Topografi Kelerengan
Run up Dilakukan korelasi Dilakukan korelasi Dilakukan korelasi Dilakukan korelasi
Innudation Dilakukan korelasi Dilakukan korelasi Dilakukan korelasi Dilakukan korelasi
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Analisis korelasi tersebut dilakukan pada kedua area yaitu area aman dan area tidak
aman berdasarkan dampak tsunami yang ditimbulkan pada tahun 2006 silam.
Setelah dilakukan analisis korelasi tersebut, maka analisis juga akan diperkuat
secara deskriptif terkait indikator karakteristik masyarakat kawasan pesisir dalam
menentukan penggunaan lahannya serta pemahaman masyarakat pesisir terkait
bencana tsunami pada tahun 2006 silam dari hasil kuisioner dan akan dilakukan
penjelasan terkait ekosistemnya.
4. Sintesa Perumusan Faktor Penentu Lokasi Aman
Setelah dilakukan analisis korelasi di antara karakteristik yang melekat pada
masing-masing area (area aman dan tidak aman), maka dilanjutkan dengan sintesa
perumusan faktor penentu lokasi aman di daerah terlanda tsunami Cilacap pada
tahun 2006 silam. Sintesa ini dilakukan dengan melakukan deskripsi pada masing-
masing faktor sesuai dengan urutan mulai dari faktor paling berkolerasi dilihat dari
koefisien korelasinya.
Bencana
Tsunami
Penggunaan
Lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
KOMPILASI DATA
4.1 Gambaran Umum Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Cilacap
Kabupaten Cilacap secara geografis berada di antara 108º4’30”-109º30’30” BT dan
7º30”-7º45’20” LS dengan luas 225.360, 840 Ha (termasuk Pulau Nusakambangan)
serta secara administratif letaknya berbatasan dengan :
1. Sebelah timur : Kabupaten Kebumen dan Banyumas
2. Sebelah selatan : Samudra Hindia
3. Sebelah barat : Kabupaten Ciamis dan Kuningan
4. Sebelah utara : Kabupaten Brebes
Secara administratif, wilayah Kabupaten Cilacap terdiri dari 23 wilayah kecamatan serta
280 desa/kelurahan. Kecamatan-kecamatan yang terlingkup dalam wilayah Kabupaten
Cilacap meliputi :
1. Kecamatan Dayeuhluhur
2. Kecamatan Wanareja
3. Kecamatan Majenang
4. Kecamatan Cimanggu
5. Kecamatan Karangpucung
6. Kecamatan Cipari
7. Kecamatan Sidareja
8. Kecamatan Kedungreja
9. Kecamatan Patimuan
10. Kecamatan Bantarsari
11. Kecamatan Kawunganten
12. Kecamatan Gandrungmangu
13. Kecamatan Jeruklegi
14. Kecamatan Kesugihan
15. Kecamatan Adipala
16. Kecamatan Maos
17. Kecamatan Sampang
18. Kecamatan Kroya
19. Kecamatan Binangun
20. Kecamatan Nusawungu
21. Kecamatan Cilacap Selatan
22. Kecamatan Cilacap Tengah
23. Kecamatan Cilacap Utara
Dari 23 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Cilacap, ditetapkan delapan kecamatan
sebagai daerah rawan bencana tsunami. Penetapan daerah rawan bencana tsunami
tersebut tertuang di dalam RTRW Kabupaten Cilacap 2011-2031. Penetapan tersebut
didasarkan pada terlandanya daerah-daerah tersebut pada tsunami tahun 2006 silam.
Namun, pada kenyataannya, setelah dilakukan pengecekan di lapangan maupun dari
data yang dimiliki oleh instansi lain yaitu BPPT dari delapan kecamatan tersebut hanya
enam kecamatan yang merupakan daerah terlanda atau daerah rawan tsunami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Dimana kawasan rawan tsunami ini berada pada daerah-daerah sepanjang pantai timur
Cilacap dengan luasan kurang lebih 5.856 hektar yaitu dari Kecamatan Nusawungu
sampai dengan Kecamatan Cilacap Selatan. Wilayah Kabupaten Cilacap yang
ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana tsunami meliputi :
1. Kecamatan Nusawangu
2. Kecamatan Binangun;
3. Kecamatan Adipala;
4. Kecamatan Kesugihan;
5. Kecamatan Cilacap Utara;
6. Kecamatan Cilacap Selatan.
Sumber : Survey Primer Penulis dan Data BPPT, 2012
Gambar 4. 1 Peta Kunci Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Cilacap
Berikut akan dijabarkan terkait luasan masing-masing desa di masing-masing kecamatan
di Kabupaten Cilacap yang terlanda tsunami pada tahun 2006 silam. Daerah terlanda
tersebut dibahas dengan unit analisis zona dengan urutan dari ujung timur ke barat.
Tabel 4.1 Luasan Daerah Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006 Kecamatan Desa Zona Luas m
2
Nusawungu Jetis Zona 1 1.648.318,83
Binangun Sidaurip Zona 2 63.940,810
Widarapayung Wetan Zona 3 117.355,76
Widarapayung Kulon Zona 4 1.174.171,69
Sidayu Zona 5 459.698,10
Adipala Karangbenda Zona 6 1.643.019,28
Bunton Zona 7 5.173.726,70
Kesugihan Karangkandri Zona 8 2.363.750,58
Menganti Zona 9 1.937.660,97
Cilacap Utara Mertasinga Zona 10 947.929,53
Cilacap Selatan Tegalkamulyan Zona 11 1.601.447,57
Cilacap Zona 12 261.331,76
Tambakreja Zona 13 1.038.219,54
Sumber : BPPT Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
PETA LUASAN TERLANDA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4.2 Karakteristik Bencana Tsunami di Kabupaten Cilacap Tahun 2006
4.2.1 Penyebab Tsunami Cilacap Tahun 2006
Karakteristik tsunami yang paling mendasar adalah penyebab tsunami itu
sendiri. Begitu juga yang terjadi pada bencana tsunami di Kabupaten Cilacap
pada 17 Juli 2006 silam. Bencana tsunami Cilacap pada tahun 2006 tersebut
disebabkan oleh gempa bumi di laut. Menurut pencatatan Pusat Gempa
Nasional selama bulan Juli 2006 terjadi 27 kali gempa yang dirasakan di
wilayah Indonesia. Pusat gempa umumnya terjadi di laut dengan kekuatan
gempa yang bervariasi yaitu antara 3,0 SR sampai dengan 6,8 SR. Lokasi
gempa 33% terjadi di sekitar Sumatra, 41% terjadi di sekitar Jawa, 11% terjadi
di sekitar laut Maluku dan 15% terjadi di sekitar Nusa Tenggara. Gempa
terbesar terjadi pada tanggal 17 Juli 2006 dengan pusat gempa sekitar 282 km
barat daya Cilacap dan berakibat menimbulkan gelombang tsunami. Sampai
dengan akhir Juli 2006 tercatat delapan kali gempa bumi susulan, dimana
frekuesi gempa susulan semakin jarang dan kekuatan gempa bumi susulan
cenderun g melemah. Berikut akan dipaparkan tabel rekapan terjadinya gempa
bumi selama bulan Juli yang terjadi sekitar Jawa :
Gempa yang menimbulkan tsunami di Kabupaten Cilacap adalah gempa yang
yang mempunyai kekuatan 6,8 SR pada kedalaman 33 Km, sementara untuk
gempa lain yang bersumber di sekitar perairan Samudra Hindia dan berada di
kawasan Pangandaran sampai Cilacap tidak menimbulkan tsunami karena
gempa-gempa tersebut tidak menimbulkan sesar vertikal, sehingga
pengaruhnya hanya berupa goyangan di daratan saja (sumber : BPBD Cilacap).
Gempa 6,8 SR tersebut dapat menimbulkan tsunami karena mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :
a. Sesar berada di bawah laut
b. Sesar vertikal dan terangkat beberapa meter
c. Gempa bumi dengan minimal berkekuatan 6 SR
d. Kedalaman epicenter gempa <40 km
Namun dari sumber lain yaitu dari BPBD Cilacap menyebutkan besar gempa
yang terjadi di Cilacap pada Juli 2006 silam adalah 7,7 SR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
PETA GEMPA BUMI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
4.2.2 Karakteristik Run Up Tsunami Cilacap Tahun 2006
Menurut survey Tim Posko Gempa Stasiun BMG Jawa Tengan dan DIY serta
berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi DIY yaitu dengan berdasarkan pada peninjauan lapangan yang
dilakukan langsung oleh kedua tim tersebut serta berdasarkan pada laporan
masyarakat menunjukkan bahwa tinggi gelombang tsunami yang terjadi di
Cilacap pada Juli 2006 silam berkisar antara 1-20 meter. Berikut akan
dipaparkan data run up dalam bentuk tabel dan peta yang terdapat di
Kabupaten Cilacap.
Tabel 4. 2 Data Run Up Tsunami Pada Juli 2006 di Kabupaten Cilacap
Kecamatan Lokasi Ketinggian Run up (Meter)
Binangun
Widarapayung, Binangun 6.4
Widarapayung kulon, Binangun 6.7
Pantai Widarapayung, Binangun 3.7
Widarapayung Wetan, Binangun 1.2
Widarapayung Wetan, Binangun 1
Widarapayung Wetan, Binangun 1.7
Widarapayung Wetan, Binangun 3.5
Widarapayung Wetan, Binangun 3.5
Widarapayung Wetan, Binangun 5.9
Widarapayung Wetan, Binangun 2.7
Widarapayung Wetan, Binangun 6.5
Widarapayung Wetan, Binangun 6.7
Widarapayung kulon, Binangun 5.2
Sidaurip, Binangun 3.9
Sidayu, Binangun 5.4
Sidayu, Binangun 5.1
Sidayu, Binangun 4
Kesugihan
Menganti , Kesugihan 1.5
Menganti, Kesugihan 1.3
Menganti, Kesugihan 5.1
Menganti, Kesugihan 4
Menganti, Kesugihan 4
Menganti, Kesugihan 5
Menganti, Kesugihan 2.2
Karangkandri, Kesugihan 1.4
Karangkandri, Kesugihan 5
Karangkadri, Kesugihan 3.3
Karangkadri, Kesugiham 4.3
Karangkadri, Kesugihan 3.5
Karangkadri, Kesugihan 6.2
Adipala
Bunton, Adipala 1.9
Bunton, Adipala 5.7
Bunton, Adipala 5.7
Bunton, Adipala 3.3
Bunton, Adipala 2.4
Bunton, Adipala 5
Pantai Bunton, Adipala 0.7
Nusawungu Jetis, Nusawungu 1.5
Cilacap Utara Mertasinga, Cilacap Utara 3.1
Cilacap Selatan
Cilacap, Cilacap Selatan 1
Cilacap, Cilacap Selatan 2
Cilacap, Cilacap Selatan 2.4
Cilacap, Cilacap Selatan 2.3
Cilacap, Cilacap Selatan 2.6
Cilacap, Cilacap Selatan 2.7
Cilacap, Cilacap Selatan 2.8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Lanjutan Tabel 4.2 Kecamatan Lokasi Ketinggian Run up (Meter)
Cilacap Selatan
Tegalkamulyan, Cilacap Selatan 2.6
Tegalkamulyan, Cilacap Selatan 3.3
Nusakambangan Permisan 10.7
Nusakambangan Permisan 10.7
Nusakambangan Permisan 11.1
Nusakambangan Permisan 10.3
Nusakambangan Permisan 12.1
Nusakambangan Permisan 8.2
Nusakambangan Permisan 8.8
Nusakambangan Permisan 13.3
Nusakambangan Permisan 16.1
Nusakambangan Permisan 14.8
Nusakambangan Permisan 20.9
Nusakambangan Permisan 15.1
Nusakambangan Permisan 18.4
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data
And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
PETA RUN UP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4.2.3 Karakteristik Innudation Tsunami Cilacap Tahun 2006
Innudation atau jarak landaan tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006
berkisar dari range terendah 15 meter dari bibir pantai sampai range tertinggi
700 meter dari bibir pantai. Berikut akan dipaparkan data jarak landaan
tsunami yang terjadi di daerah rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap pada
Juli 2006 silam.
Tabel 4. 3 Data Innudation Tsunami Pada Juli 2006 di Kabupaten Cilacap
Kecamatan Lokasi Jarak Landaan (Meter)
Binangun
Widarapayung, Binangun 200
Widarapayung kulon, Binangun 127
Pantai Widarapayung, Binangun 73
Widarapayung Wetan, Binangun 97
Widarapayung Wetan, Binangun 97
Widarapayung Wetan, Binangun 182
Widarapayung Wetan, Binangun 226
Widarapayung kulon, Binangun 181
Sidaurip, Binangun 111
Sidayu, Binangun 87
Kesugihan
Menganti, Kesugihan 86
Menganti , Kesugihan 300
Menganti, Kesugihan 94
Menganti, Kesugihan 94
Menganti, Kesugihan 295
Menganti , Kesugihan 295
Menganti, Kesugihan 295
Karangkandri, Kesugihan 295
Karangkandri, Kesugihan 300
Karangkadri, Kesugihan 20
Karangkadri, Kesugihan 74
Karangkadri, Kesugiham 31
Karangkadri, Kesugihan 35
Adipala
Bunton, Adipala 150
Bunton, Adipala 700
Bunton, Adipala 460
Bunton, Adipala 457
Pantai Bunton, Adipala 296
Nusawungu Jetis, Nusawungu 100
Cilacap Utara Mertasinga, Cilacap Utara 55
Cilacap Selatan
Cilacap, Cilacap Selatan 15
Cilacap, Cilacap Selatan 26
Cilacap, Cilacap Selatan 22
Cilacap, Cilacap Selatan 111
Tegalkamulyan, Cilacap Selatan 23
Tegalkamulyan, Cilacap Selatan 81
Nusakambangan Permisan 38
Nusakambangan Permisan 53
Nusakambangan Permisan 95
Nusakambangan Permisan 106
Nusakambangan Permisan 76
Nusakambangan Permisan 65
Nusakambangan Permisan 44
Nusakambangan Permisan 42
Nusakambangan Permisan 52
Nusakambangan Permisan 427
Nusakambangan Permisan 209
Nusakambangan Permisan 401
Nusakambangan Permisan 65
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data
And Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Peta Inudasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4.2.4 Run Up dan Innudation Tiap Zona Terlanda di Kab. Cilacap
Dimana untuk mempermudah pembahasan akan dilakukan pemberian notasi
pada tiap daerah terlanda agar tidak terjadi kerenacuan. Berikut akan
dijabarkan notasi-notasinyadalam bentuk unit analisis per zona terlanda :
1. Zona 1 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Jetis, Kecamatan Nusawungu
Mempunyai ketinggian run up yang berkisar pada angka 1,5 meter.
Sementara itu, jarak landaan gelombang tsunami yang menerpa Zona ini
pada tahun 2006 silam adalah 100 meter dari garis pantai. Berikut dapat
dilihat pada gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.2 Titik Run Up dan Innudation Zona 1
2. Zona 2 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Sidaurip, Kecamatan
Binangun
Zona 2 yang terletak di Kelurahan Sidaurip mempunyai rata-rata ketinggian
run up 3,9 meter. Dimana luasan daerah terlanda tergolong cukup kecil.
Sedangkan jarak landaan dari Zona 2 adalah berkisar 111 meter dari garis
pantai. Berikut dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.3 Run Up dan Innudation Zona 2
3. Zona 3 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Widarapayung Wetan,
Kecamatan Binangun
Zona 3 yang terletak di Kelurahan Widarapayung Wetan mempunyai
ketinggian run up yang cukup beragam. Yaitu dari ketinggian 1 meter
hingga ketinggian run up 6,7 meter. Dimana terdapat juga data run up di
perairannya yaitu 3,7 meter. Ketinggian run up yang beragam ini
dikarenakan Zona ini tergolong ke dalam zona ekstrem run up (sumber :
hasil wawancara dengan BPPT Jogjakarta). Sementara itu, untuk jarak
landaan dari Zona 3 adalah dari 97-226 meter dari garis pantai. Berikut
dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.4 Run Up dan Innudation Zona 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4. Zona 4 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Sidayu, Kecamatan Binangun
Ketinggian run up pada Zona 4 yang terdapat di sebagian kawasan pesisir
Kelurahan Sidayu berkisar antara 4-5,5 meter. Sementara untuk jarak
landaan Zona 4 yaitu 87 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat dari
gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.5 Run Up dan Innudation Zona 4
5. Zona 5 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Widarapayung Kulon,
Kecamatan Binangun
Ketinggian dari run up di wilayah ini berada pada kisaran 3,7-6,7 meter.
Ketinggian run up di Zona ini juga tergolong tinggi dan beragam, hal
tersebut dikarenakan Zona ini juga tergolong ke dalam estreme run up.
Sementara itu, untuk jarak landaan pada Zona ini berada pada kisaran 127-
181 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat secara lebih jelas pada
gambar peta di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.6 Run Up dan Innudation Zona 5
6. Zona 6 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Karangbenda, Kecamatan
Adipala
Zona 6 mempunyai ketinggian run up rata-rata 3,5 meter. Daerah terlanda
dari Zona ini cukup luas yaitu di kawasan pesisir di Kelurahan
Karangbenda. Sementara itu untuk jarak landaan pada Zona 6 adalah 35
meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat pada gambar peta di bawah
ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.7 Run Up dan Innudation Zona 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
7. Zona 7 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Bunton, Kecamatan Adipala
Zona 7 juga tergolong pada daerah ekstrem run up karena beragamnya
ketinggian run up di wilayah ini. Ketinggian minimum run up pada Zona
ini adalah 0,7 meter sedangkan ketinggian maksimum run up pada Zona ini
adalah 5,7 meter. Untuk data jarak landaan gelombang tsunami pada Zona
ini adalah berkisar 150-700 meter dari garis pantai. Berikut dapat dilihat
pada gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.8 Run Up dan Innudation Zona 7
8. Zona 8 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Karangkandri, Kecamatan
Kesugihan
Zona 8 mempunyai ketinggian run up yang cukup beragam. Ketinggian
minimum run up di Zona 8 adalah 1,4 meter. Sedangkan ketinggian
maksimumnya adalah 6,2 meter. Di samping itu, data terkait jarak landaan
gelombang tsunami yang menerpa Zona ini yaitu antara 20-300 meter dari
garis pantai. Berikut dapat dilihat pada gambar peta di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.9 Run Up dan Innudation Zona 8
9. Zona 9 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Menganti, Kecamatan
Kesugihan
Ketinggian run up pada Zona 9 juga beragam seperti Zona 8. Ketinggian
minimum run up pada Zona 9 adalah 1,5 meter. Sementara itu untuk
ketinggian maksimum run up pada Zona 9 adalah 5,1 meter. Di samping itu
untuk data jarak landaan gelombang tsunami yang menerpa Zona 9
mempunyai range jarak 94-295 meter dari garis pantai. Berikut dapat
dilihat pada gambar peta di bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.10 Run Up dan Innudation Zona 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
10. Zona 10 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Mertasinga, Kecamatan
Cilacap Utara
Zona 10 merupakan satu Zona kecil yang termasuk ke dalam pesisir
Kelurahan Cilacap Utara. Ketinggian run up di Zona 10 rata-rata
mempunyai tinggi gelombang tsunami 3,1 meter. Sedangkan untuk jarak
landaan gelombang tsunami yang menerpa Zona ini mempunyai jarak dari
garis pantai sekitar 55 meter. Berikut dapat dilihat dari gambar peta di
bawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.11 Run Up dan Innudation Zona 10
11. Zona 11 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Tegalkamulyan, Kecamatan
Cilacap Selatan
Zona 11 tergolong Zona terlanda yang letaknya menyebar. Berikut
ketinggian minimum run up di Zona 11 yaitu 2,6 sementara ketinggian
maksimumnya adalah 3,3 meter. Sementara itu untuk jarak landaan
gelombang tsunami yang menerpa Zona 11 mempunyai jarak yang berkisar
dari 23-81 meter. Berikut dapat dilihat dalam gambar peta di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.12 Run Up dan Innudation Zona 11
12. Zona 12 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Cilacap, Kecamatan Cilacap
Selatan
Zona 12 mempunyai ketinggian yang relatif rendah di banding dengan
Zona-Zona lainnya. Ketinggian run up di Zona 12 mempunyai range antara
1-2,8 meter. Sementara untuk jarak landaan tsunami yang menerpa pada
tahun 2006 silam di wilayah ini mempunyai range antara 15-111 meter dari
garis pantai. Berikut dapat dijelaskan dalam gambar peta dbawah ini.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.13 Run Up dan Innudation Zona 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
13. Zona 13 sebagai daerah terlanda di Kelurahan Tambakreja, Kecamatan
Cilacap Selatan
Letak Zona 13 adalah di Pulau Nusakambangan. Ketinggian run up yang
dihasilkan oleh gelombang tsunami pada tahun 2006 silam cukup tinggi
yaitu berkisar antara 8,2-20,9 meter. Sementara itu, untuk jarak landaan
pada Zona 13 yaitu dari range 38-407 meter dari garis pantai.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko
Gambar 4.14 Run Up dan Innudation Zona 13
4.3 Karakteristik Penggunaan Lahan di Daerah Rawan Bencana Tsunami Pada
Tahun 2006
4.3.1 Karakteristik Topografi dan Kelerengan Area Terlanda Tsunami
Secara umum kondisi topografi Kabupaten Cilacap ke arah tenggara terbagi
menjadi dua kawasan bentang alam, di bagian utara berupa pegunungan dan
bagian selatan berupa dataran miring landai ke arah baratdaya – selatan,
berelevasi kurang dari 100 meter dpl dan berbatasan dengan pantai Segara
Anakan. Bagian paling timur berupa dataran dan di bagian selatan berbatasan
langsung dengan Samudera Hindia. Sementara untuk karakteristik topografi
pada daerah rawan bencana tsunami rata-rata memiliki ketinggian 0-100 meter,
karena wilayah rawan bencana tsunami yang berada di pesisir Samudra Hindia.
Ketinggian antara 200-300 meter terdapat di wilayah perbukitan di
Nusakambangan serta ketinggian antara 200-300 meter terdapat di wilayah
Kesugihan bagian utara. Kondisi ketinggian hasil pengukuran di tempat
tertentu di daerah rawan bencana tsunami Kabupaten Cilacap secara rinci dapat
dilihat pada peta di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4. 4 Topografi Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Cilacap
Desa/Kelurahan Zona Topografi
(meter DPL)
Jetis Zona 1 0
Sidaurp Zona 2 0
Widarapayung Wetan Zona 3 0
Sidayu Zona 4 0
Widarapayung Kulon Zona 5 0
Karangbenda Zona 6 0
Bunton Zona 7 0
Karangkandri Zona 8 0
Menganti Zona 9 100
Mertasinga Zona 10 0
Tegalkamulyan Zona 11 0
Cilacap Zona 12 0
Tambakreja Zona 13 200
Sumber : RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2010-2031
Selain itu, kondisi kelerengan yang terdapat di daerah rawan bencana tsunami
Kabupaten Cilacap (delapan kecamatan) terbagi ke dalam 4 kelas yaitu
kelerengan 0-2%, 2-5%, 5-15% serta 25-40%. Dimana mayoritas wilayah
pesisir mempunyai kelerengan antara 0-2%.
Tabel 4. 5 Kelerengan Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Cilacap
Desa/Kelurahan Zona Kelerengan
Jetis Zona 1 0-2%
Sidaurp Zona 2 0-2%
Widarapayung Wetan Zona 3 0-2%
Sidayu Zona 4 0-2%
Widarapayung Kulon Zona 5 0-2%
Karangbenda Zona 6 0-2%
Bunton Zona 7 0-2%
Karangkandri Zona 8 0-2%
Menganti Zona 9 0-2%
Mertasinga Zona 10 0-2%
Tegalkamulyan Zona 11 0-2%
Cilacap Zona 12 0-2%
Tambakreja Zona 13 5-15%
Sumber : RTRW Kabupaten Cilacap Tahun 2010-2031
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Peta topografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Peta kelerengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
4.3.2 Karakteristik Fisik Lingkungan Bentuk Pantai
Bentuk pantai di daerah rawan bencana tsunami Cilacap jika dibandingkan
dengan teori morfologi pantai (Hantoro, 2004) serta berdasarkan kelerengan
daerah rawan bencana tsunami yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Datar : 0-2%
2. Landai : 2-5%
3. Agak Curam : 5-15%
4. Curam : 15-40%
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Gambar 4. 15 Morfologi Pantai Kabupaten Cilacap
Maka didapat hasil morfologi pantai di daerah rawan bencana tsunami Cilacap
yaitu ke dalam tujuh kriteria sebagai berikut :
1. Datar dan Lurus : morfologi datar dan lurus hampir dominan terdapat di
pesisir Kabupaten Cilacap, karena memang pada dasarnya mayoritas pantai
di Cilacap berupa hamparan pasir yang memanjang dengan ketinggian yang
sangat flat (datar).
2. Datar dan Teluk dengan tebing karang : morfologi kedua yang juga
dominan di daerah pesisir Kabupaten Cilacap adalah morfologi datar dan
teluk dengan tebing karang. Morfologi ini terdapat di sisi barat Kabupaten
Cilacap.
3. Landai dan Lurus : morfologi landai dan lurus pada dasarnya hampir sama
dengan morfologi datar dan lurus, yaitu mempunyai bentuk pantai
terhampar memanjang, namun yang membedakan adalah kelerengannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
yang lebih tinggi yaitu 2%-5%. Daerah yang termasuk ke dalam morfologi
ini adalah Kuripan Kidul, Kuripan, Jangrana, Tritih Kulon 2.
4. Agak Curam dan Lurus : hampir sama dengan morfologi landai dan lurus,
morfologi ini juga mempunyai bentuk pantai berupa hamparan pantai yang
memanjang namun kelerengannya berbeda yaitu berkisar 5%-15%.
5. Agak Curam dan Teluk : morfologi ini mempunyai bentuk pantai berupa
teluk dengan adannya paparan bukit karang serta memiliki kelerengan
antara 5%-15%.
6. Curam dan Lurus : morfologi curam dan lurus terdapat pada bagian atas
pesisir dimana kelerengan daerahnya berkisar 15%-40%.
7. Curam dan Teluk : morfologi curam dan teluk pada dasarnya hampir sama
dengan morfologi agak curam dan teluk yaitu memiliki bentuk pantai teluk
dengan adanya paparan karang. Perbedaan diantara kedua morfologi
tersbeut adalah pada kisaran kelerengan, dimana kelerengan pada
morfologi ini lebih tinggi yaitu berkisar 15%-40%.
Sementara itu untuk Zona yang terlanda tsunami pada tahun 2006 silam
mempunyai bentuk karakteristik fisik sebagai berikut :
Tabel 4.6 Morfologi Pantai Zona Terlanda Tsunami 2006
Desa/Kelurahan Zona Morfologi Pantai Foto Udara
Jetis Zona 1
Datar dan lurus, karena Zona
terlanda ini berada kelerengan 0-
2% dan mempunyai bentuk pantai
yang memanjang terbuka dengan
hamparan pasirnya.
Sidaurp Zona 2
Widarapayung Wetan Zona 3
Sidayu Zona 4
Widarapayung Kulon Zona 5
Karangbenda Zona 6
Bunton Zona 7
Karangkandri Zona 8
Menganti Zona 9
Mertasinga Zona 10
Tegalkamulyan Zona 11
Datar dan teluk, karena Zona
terlanda ini mempunyai
kelerengan 0-2% serta mempunyai
bentuk pantai yang membentuk
teluk serta terdapat beberapa
karang.
Cilacap Zona 12
Tambakreja Zona 13
Agak curam dan teluk, karena
Zona ini mempunyai kelengen 5-
15% serta mempunyai bentuk
pantai yang membentuk teluk meski kecil serta terdapat karang-
karang di sepanjang pantainya.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
PETA MORFOLOGI PANTAI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4.3.3 Karakteristik Kondisi Ekosistem
Ekosistem yang terdapat di kawasan pesisir rawan bencana tsunami Kabupaten
Cilacap terdiri dari ekosistem estuaria serta ekosistem mangrove. Ekosistem
tersebut tidak terletak di sepanjang pesisir dikarenakan pesisir Cilacap
berbatasan langsung laut sehingga tidak menunjang terhadap keberlangsungan
hidup ekosistem kedua tumbuhan tersebut.
1. Ekosistem Estuaria
Segara Anakan merupakan perairan estuaria semi tertutup yang terketak di
sebelah barat selatan Kabupaten Cilacap, perairan ini merupakan muara
beberapa sungai besar yang berhulu di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Kondisi estuaria semi tertutup perairan Segara Anakan diakibatkan oleh
adanya Pulau Nusakambangan yang berfungsi sebagai barier antara
perairan tersebut dengan Samudra Hindia, hanya saja efek
hidrooceonografi Samudra Hindia masih berpengaruh di perairan Segara
Anakan.
2. Ekosistem Mangrove
Keberadaaan Segara Anakan yang masih dipengaruhi pasang surut dari
Samudra Hindia serta suplai air tawar dari berbagai sungai besar,
mengakibatkan kawasan ini merupakan wilayah habitat tumbuhnya spesies
mangrove, yang membenruk kawasan hutan. Hutan mangrove di sekitar
perairan Segara Anakan, merupakan hutan mangrove yang cukup luas akan
tetapi terus mengalami tekanan akibat penebangan kayu untuk keperluan
ekonomi dan konversi menjadi lahan pertanian, pertambakan serta
permukiman. Luas hutan mangrove pada tahun 2006 adalah
66.004.690,390 m2.
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan, 2012
Gambar 4.16 Hutan Mangrove Segara Anakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
4.3.4 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan daerah rawan bencana tsunami di Kabupaten Cilacap pada
tahun 2006 sangatlah beragam. Meski wilayah tersebut merupakan wilayah
pesisir yang seharusnya mempunyai jenis penggunaan lahan yang terbatas,
namun keadaan tersebut tidak berlaku bagi kawasan pesisir di Cilacap. Hal
tersebut dikarenakan sejak tahun 1990-an kepemilikan kawasan pesisir Cilacap
menjadi konflik antara pihak Bappeda Cilacap dengan Badan Pertahanan dan
Keamanan di Cilacap, dan pada akhirnya kepemilikan seluruh kawasan pesisir
yaitu wilayah pantai pasir sampai dengan jarak 200 meter dari garis pantai
berada di bawah kekuasaan Badan Pertahanan dan Keamanan Kabupaten
Cilacap. Pemberian ijin dan pengendalian perkembangan wilayah pesisir oleh
pihak Bappeda Cilacap sebagai badan perencanaan tertinggi di Cilacap menjadi
sangat terbatas, karena semua perijinan penggunaan lahan kawasan pesisir
bukan menjadi kewenangan pihak Bappeda melainkan menjadi kewenangan
Badan Pertahanan dan Keamanan Kabupaten Cilacap.
Penggunaan lahan yang sebetulnya penting namun pada tahun 2006 jumlahnya
masih terbatas adalah daerah RTH (kebun) berupa pohon kelapa di daerah
pesisir. Penggunaan lahan pohon kelapa tersebut sangat berpengaruh dalam
meredam gelombang tsunami yang terjadi di Cilacap.
Tabel 4. 7 Penggunaan Lahan Daerah Terlanda Tsunami 2006 Desa/Kelurahan Zona Jenis Penggunaan Lahan Luas (m
2)
Jetis Zona 1 Kebun 29.235,08
Permukiman 258.925,68
Sawah tadah hujan 124.825,87
Tegal 1.235.320,26
Sidaurip Zona 2 Kebun 53.977,52
Pasir 8.814,09
Sawah tadah hujan 1.149,20
Widarapayung Wetan Zona 3 Kebun 24.081,66
Pasir 6.324,51
Sawah tadah hujan 86.949,59
Sidayu Zona 4 Pasir 663,26
Pasir pantai 2,10
Permukiman 2.401,56
Sawah tadah hujan 280.757,65
Tegalan 175.873,53
Widarapayung Kulon Zona 5 Pasir pantai 83,35
Permukiman 15.972,52
Sawah irigasi 204.308,61
Widarapayung Kulon Zona 5 Sawah tadah hujan 640.661,79
Tegalan 312.914,84
Karangbenda Zona 6 Hutan 93.940,76
Permukiman 168.608,86
Rumput 590.725,40
Sawah irigasi 735.808,24
Semak 30.901,95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Lanjutan Tabel 4.7 Desa/Kelurahan Zona Jenis Penggunaan Lahan Luas (m
2)
Bunton Zona 7 Kebun 477.967,35
Permukiman 159.237,44
Rawa 403.898,14
Rumput 1.270.484,07
Sawah irigasi 2.713.231,80
Karangkandri Zona 8 Permukiman 219.167,35
Rawa 306.972,58
Rumput 133.673,80
Sawah irigasi 1.703.936,85
Menganti Zona 9 Empang 49.709,67
Gedung 3.377,41
Permukiman 97.756,42
Rumput 108.484,52
Sawah irigasi 1.678.321,42
Mertasinga Zona 10 Gedung 1.439,86
Kebun 5.918,48
Permukiman 18.105,13
Sawah irigas 922.461,66
Tegalkamulyan Zona 11 Empang 34.157,16
Gedung 13.105,36
Kebun 35.855,32
Permukiman 398.888,29
Rumput 498.478,12
Sawah irigasi 620.603,24
Cilacap Zona 12 Kebun 22.789,71
Permukiman 35.696,03
Rumput 202.078,81
Gedung 236,60
Tambakreja Zona 13 Gedung 2.552,54
Hutan 62.289,24
Kebun 116.044,91
Permukiman 148.580,63
Tambakreja Zona 13 Rumput 90.070,53
Sawah irigasi 116.077,96
Semak 364.516,23
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Berikut akan dijelaskan penggunaan lahan pada masing-masing Zona sebagai
daerah terlanda tsunami pada tahun 2006 silam.
1. Penggunaan Lahan Zona 1
Penggunaan lahan pada Zona 1 di tahun 2006 (atau pada saat terjadinya
tsunami) adalah kebun, permukiman, sawah tadah hujan dan tegalan.
Penggunaan lahan yang dominan pada saat terjadinya bencana tsunami
adalah tegalan. Dimana penggunaan lahan tegalan yang terdapat di
kawasan pesisir adalah berupa palawija. Berikut beberapa dokumentasi
penggunan lahan di Zona 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.8 Penggunaan Lahan Zona 1
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Kebun kelapa yang dulunya
terhempas oleh gelombang
tsunami, untuk saat ini masih tetepa dipertahankan dan
ditingkatkan jumlahnya guna
sebagai barier hijau tepi pantai.
Permukiman yang dulunya terkena tsunami kini masih
tetap berfungsi sebagai
permukiman
Tegalan yang dulu terkena tsunami sampai saat ini masih
tetap sebagai tegalan
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.17 Peta Penggunaan Lahan Zona 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2. Penggunaan Lahan Zona 2
Penggunaan lahan pada daerah terlanda kedua yaitu menerpa pesisir di
Desa Sidaurip terdiri dari penggunaan lahan kebun, pasir dan sawah tadah
hujan. Dimana penggunaan lahan yang paling terdampak adalah kebun
pohon kelapa. Berikut secara lebih jelasnya dapat dilihat dari beberapa
dokumentasi serta peta penggunaan lahan pada Zona 2.
Tabel 4.9 Penggunaan Lahan Zona 2
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Pasir pantai yang terletak di Zona 2 dulunya terlanda oleh
gelombang tsunami dan kini
sudah mampu bangkit dan
menjadi tempat wisata pantai kembali
Kebun ini dulunya terlanda
tsunami dan kini lahan tersebut masih dimanfaatkan sebagai
Zona perkebunan
Sawah tadah hujan ini terletak
di pinggir jalan Zona 2,
dulunya sawah tersebut tergenang oleh air laut yang
terbawa sampai darat,
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.18 Peta Penggunaan Lahan Zona 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
3. Penggunaan Lahan Zona 3
Penggunaan lahan yang terdapat di Zona 3 terdiri dari kebun, pasir serta
sawah tadah hujan. Penggunaan lahan yang terdapat pada Zona 3 hampir
sama dengan penggunaan lahan yang terdapat di Zona 1. Penggunaan lahan
yang mempunyai luasan terbesar akibat terlanda tsunami adalah
penggunaan lahan sawah tadah hujan. Berikut secara lebih jelasnya akan
dijelaskan melalui beberapa dokumentasi dan peta penggunaan lahan pada
Zona 3.
Tabel 4.10 Penggunaan Lahan Zona 3
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Penggunaan lahan sebagai pasir pantai
dulunya terlanda, mengingat pantai yang
letaknya berbatasan langsung dengan lautan Samudra Hindia.
Penggunaan lahan pada Zona 3 ini dulunya sebagai sawah tadah hujan dan terlanda
genangan air. Namun, sekarang
penggunaan lahan berubah-ubah, yaitu pada saat kemarau sawah tadah hujan tersebut
berubah menjadi tegalan. (dokumentasi
disamping diambil dari arsip Bapak Dr.-
Ing. Widjo Kongko)
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.19 Peta Penggunaan Lahan Zona 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4. Penggunaan Lahan Zona 4
Penggunaan lahan pada Zona 4 meliputi pasir pantai, permukiman, sawah
tadah hujan dan tegalan. Dimana penggunaan lahan terlanda terluas adalah
sawah tadah hujan. Namun, sifat landaan hanya menggenangi saja. Berikut
akan dijelaskan melalui beberapa dokumentasi serta gambar peta
penggunaan lahan di Zona 4.
Tabel 4.11 Penggunaan Lahan Zona 4
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Sawah tadah hujan yang dulunya tergenang oleh ai laut
yang terbawa gelombang
tsunami, saat ini pun masih
sebagai sawah tadah hujan.
Permukiman yang dulu tergenang air laut yang
terbawa tsunami, saat ini pun
masih sebagai permukiman
dengan kepadatan sedang.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.20 Peta Penggunaan Lahan Zona 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
5. Penggunaan Lahan Zona 5
Penggunaan lahan pada Zona 5 terdiri dari pasir pantai, permukiman,
sawah irigasi, sawah tadah hujan serta tegalan. Dimana penggunaan
terendam terluas adalah pada sawah tadah hujan serta pada tegalan. Berikut
akan lebih dijelaskan mealui beberapa dokumentasi penggunaan lahan serta
gambar peta penggunaan lahan Zona 5.
Tabel 4.12 Penggunaan Lahan Zona 5
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Pasir pantai di sekitar pantai widarapayung yang terkena
hempasan gelombang tsunami
sekarang sudah pulih dan
bergerak kembali di bidang pariwisata pantai
Permukiman di sekitar
kawasan pantai yang dahulu terkena gelombang tsunami
dan rusak, kini telah dirubah
menjadi permukiman yang
tanggap bahaya bencana tsunami
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.21 Peta Penggunaan Lahan Zona 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
6. Penggunaan Lahan Zona 6
Penggunaan lahan yang terdapat di Zona 6 adalah hutan, permukiman,
rumput, semak dan sawah irigasi. Di mana penggunaan lahan terlanda
terluas adalah sawah irigasi dan padang rumput. Berikut akan dijelaskan
melalui beberapa dokumentasi dan gambar peta penggunaan lahan pada
zona 6.
Tabel 4.13 Penggunaan Lahan Zona 6
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Sawah irigasi di samping pada saat terjadi tsunami tahun 2006
silam tergenang oleh air laut
yang terbawa gelombang.
Padang rumput di sekitar
pantai yang dulunya terlanda
tsunami pada tahun 2006 silam.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.22 Peta Penggunaan Lahan Zona 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
7. Penggunaan Lahan Zona 7
Penggunaan lahan pada zona 7 terdiri dari kebun, permukiman, padang
rumput dan semak, rawa serta sawah irigasi. Penggunaan lahan yeng
mempunyai luasan besar saat terlanda gelombang tsunami adalah sawah
irigasi dan padang rumput si sekitar kawasan pantai. Berikut akan
dijelaskan dalam beberapa dokumentasi serta gambar peta penggunaan
lahan pada zona 7.
Tabel 4.14 Penggunaan Lahan Zona 7
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Permukiman tepi pantai zona 7
ini dulunya terlanda oleh tsunami. Dan saat ini pun
penggunaan lahan pada zona
ini tetap untuk permukiman.
Padang rumput di sekitar zona
7 ini dulunya terkena
gelombang tsunami.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.23 Peta Penggunaan Lahan Zona 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
8. Penggunaan Lahan Zona 8
Penggunaan lahan pada zona 8 terdiri dari permukiman, rawa, rumput dan
sawah irigasi. Dari keempat jenis penggunaan lahan pada zona terlanda
tsunami kedelapan, penggunaan lahan yang terluas terkena gelombang
tsunami adalah sawah irigasi. Berikut akan lebih jelas dapat dilihat melalui
beberapa dokumentasi terkait penggunaan lahan di zona 8 serta gambar
peta penggunaan lahan zona 8.
Tabel 4.15 Penggunaan Lahan Zona 8
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Permukiman tepi pantai ini
dulunya juga tergenang oleh gelombang tsunami.
Sawah irigasi ini dulunya juga
terendam oleh gelombang
tsunami.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.24 Peta Penggunaan Lahan Zona 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
9. Penggunaan Lahan Zona 9
Penggunaan lahan pada zona 9 terdiri dari empang, gedung, permukiman,
rumput serta sawah irigasi. Penggunaan lahan yang terlanda paling luas
adalah sawah irigasi. Berikut akan dijelaskan beberapa dokumentasi terkait
penggunaan lahan dan gambar peta penggunaan lahan pada zona 9.
Tabel 4.16 Penggunaan Lahan Zona 9
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Sawah irigasi ini pada saat
terjadi tsunami pada tahun
2006 silam terendam oleh air
laut.
Gedung ini adalah salah satu
gedung di zona 9 yang tergenang oleh air laut dari
tsunami.
Salah satu pantai di zona 9
yang pada tahun 2006 silam terkena tsunami.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.25 Peta Penggunaan Lahan Zona 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
10. Penggunaan Lahan Zona 10
Penggunaan lahan yang terdapat di zona 10 terdiri dari gedung, kebun,
permukiman serta sawah irigasi. Dimana luasan terbesar untuk penggunaan
lahan yang terlanda tsunami pada tahun 2006 silam adalah persawahan
irigasi. Berikut akan dijelaskan terkait beberapa dokumentasi serta gambar
peta penggunaan lahan di zona 10.
Tabel 4.17 Penggunaan Lahan Zona 10
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Sawah irigasi ini terletak di sebelah selatan
dari gedung PLTU Mertasinga. Sawah ini
pada tahun 2006 silam terendam oleh air bah
dari gelombang tsunami.
Gedung ini adalah salah satu gedung di zona
9 yang tergenang oleh air laut dari tsunami.
Gedung ini adalah gedung PLTU
Mertasinga, dimana bagian gedung yang
terkena tsunami hanyalah bagian selasar
yang berbatasan langsung dengan laut.
(gambar Gedung PLTU kedua diambil dari
LIPPI)
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.26 Peta Penggunaan Lahan Zona 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
11. Penggunaan Lahan Zona 11
Penggunaan lahan pada zona 11 terdiri dari empang, gedung, permukiman,
rumput serta sawah irigasi. Dimana penggunaan lahan terluas yang terlanda
dari bencana tsunami 2006 silam adalah sawah irigasi, disusul oleh padang
rumput dan permukiman. Berikut akan dijelaskan melalui beberapa
dokumentasi serta gambar peta penggunaan lahan pada zona 11.
Tabel 4.18 Penggunaan Lahan Zona 11
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Empang ini dulunya juga
tersapu oleh gelombang tsunami. Dan sekarang telah
pulih dan dimanfaatkan
kembali sebagai empang oleh
warga sekitar.
Permukiman nelayan tersebut padatsunami pada tahun 2006
silam juga tergenang oleh
luapan sungai yang langsung bermuara ke laut.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.27 Peta Penggunaan Lahan Zona 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
12. Penggunaan Lahan Zona 12
Penggunaan lahan pada zona 12 terdiri dari kebun, permukiman, rumput
serta gedung. Dimana penggunaan lahan terlanda terluas pada zona ini
adalah padang rumput. Berikut akan dijelaskan melalui beberapa
dokumentasi serta gambar peta penggunaan lahan pada zona 12.
Tabel 4.19 Penggunaan Lahan Zona 12
Penggunaan Lahan Dokumentasi
Rumput-rumput tersbeut pada
tahun 2006 silam tergenang oleh genangan air laut yang
terbawa oleh gelombang
tsunami.
Bangunan dermaga in ipada
tahun 2006 silam sempat
terkena gelombang tsunami.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006 dan Survey Lapangan
Gambar 4.28 Peta Penggunaan Lahan Zona 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
13. Penggunaan Lahan Zona 13
Penggunaan lahan pada zona 13 terdiri dari gedung, hutan, kebun,
permukiman, rumput, sawah irigasi dan semak. Dari penggunaan lahan
tersebut, penggunaan lahan yang mempunyai luasan terbesar adalah semak.
Berikut akan dijelaskan melalui beberapa dokumentasi dan gambar
penggunaan lahan zona 13.
Tabel 4.20 Penggunaan Lahan Zona 13 Penggunaan Lahan Dokumentasi
Dokumentasi di samping
menunjukkan kebun kelapa yang berdekatan dengan pantai yang
diterjang oleh gelombang tsunami
tahun 2006 silam.
(gambar tersebut merupakan salah satu dokumentasi dari Dr.-Ing. Widjo
Kongko)
Semak tersebut pada tahun 2006 terkena gelombang tsunami.
Salah satu pantai pada zona 13
dengan tebing-tebing karang di
sekitarnya pada tahun 2006 silam juga terkena gelombang tsunami
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
Sumber : Data Dokumen Bappeda Tahun 2006dan Survey Lapangan
Gambar 4.29 Peta Penggunaan Lahan Zona 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
PETA PENGGUNAAN LAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
4.3.5 Karaktersitik Sosial Masyarakat
Karakter sosial masyarakat kawasan pesisir daerah rawan bencana tsunami di
Cilacap dapat diketahui dari hasil skoring kuisioner dengan Likert, yang
dilakukan pada wilayah pesisir yang terkena tsunami maupun yang tidak
terkena tsunami pada ketujuh morfologi bentuk pantainya. Hasil skoring terkait
dengan keadaan bermukim serta pemahaman tsunami pada tahun 2006.
Secara garis besar baik pada daerah yang terkena gelombang tsunami maupun
yang tidak terkena gelombang tsunami. Maka dapat disimpulkan bahwa
masyarakat pesisir baik pada daerahyang terlanda tsunami maupun tidak
terlanda pada dasarnya melakukan aktivitas di sekitar kawasan pesisir dengan
melihat berbagai kepentingan dan potensi.
1. Masyarakat pesisir melakukan kegiatan bermukim di sekitar pantai pada
dasarnya terdiri dari 3 alasan mayoritas dari hasil skoring yaitu karena
memang rumah tersebut merupakan warisan orang tua, selanjutnya adalah
alasan kedekatan dengan mata pencaharian dan yang terakhir dikarenakan
akibat terkena penggusuran oleh pertamina serta tanah di pesisir memiliki
nilai ekonomi yang terjangkau
2. Masyarakat pesisir melakukan aktivitas ekonomi di sekitar kawasan pesisir
dengan melihat potensi yang dimiliki di pesisir serta sudah adanya aktivitas
tersebit sejak lama. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya aktivitas
pertambakan, perdagangan ikan, serta pertambangan pantai yang
keseuamnya merupakan potensi alam yang terus mereka gali sebagai
sumber mata pencaharian.
Sementara itu, jika dilihat dari penggunaan lahan masyarakat pesisir serta
dilihat dari hasil skoring terkait dengan pemahaman masyarakat terkait
bencana tsunami maka dapat digeneralisasikan bahwa masyarakat pesisir
mayoritas udah mengetahui apa yang dimaksud tsunami namun mereka belum
memahami cara menyelamatkan diri karena pada tahun 2006 diakui belum
terdapat upaya sosialisasi tsunami oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap
.
4.4 Dampak Tsunami
Dampak bencana tsunami yang terjadi di Kabupaten Cilacap pada Juli 2006 silam cukup
besar. Karena dampak yang ditimbulkan selain korban jiwa juga terdapat beberapa
kerusakan baik kerusakan infrastruktur maupun kerusakan lingkungan. Berikut akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
dipaparkan dampak yang dihasilkan dari bencana tsunami tahun 2006 silam bersumber
dari data rekapan Bappeda dan BPBD Kabupaten Cilacap.
1. Terhadap Sumber Daya Manusia
Dengan adanya bencana tsunami pada tahun 2006 silam maka menimbulkan
beberapa korban jiwa di wilayah kampung tepi laut Cilacap, yaitu 160 korban jiwa
di 14 kecamatan. Selain itu, masyarakat pesisir Cilacap sempat merasakan trauma
untuk melaut karena masih dibayangi oleh bencana tsunami.
Tabel 4. 21 Korban Jiwa Tsunami Cilacap Tahun 2006 No Kecamatan Jumlah
1. Binangun 60
2. Sampang 3
3. Adipala 53
4. Nusawungu 7
5. Cilacap Selatan 18
6. Kesugihan 1
7. Cilacap Tengah 6
8. Kp. Laut 3
9. Maos 1
10. Jeruklegi 1
11. Bantarsari 2
12. Dayeuhluhur 2
13. Patimuan 1
14. Wanareja 1
Jumlah 160
Sumber : Dokumen Rekapan Bappeda Cilacap Tahun 2006
2. Terhadap Sumber Daya Alam
Pada saat bencana tsunami tahun 2006 silam, bagian yang paling banyak
mengalami kerusakan adalah bagian wisata pantai, karena mayoritas wilayah di
Cilacap hanya terlanda wilayah wisata pantainya. Pantai yang mengalami
kerusakan terparah adalah Pantai Permisan di Nusakambangan, Pantai Bunton di
Adipala serta Pantai Widarapayung di Binangun. Selain kerusakan pantai,
beberapa titik pertambangan bijih besi yang terletak di pesisir Adipala ke timur
juga terkena gelombang tsunami.
Sumber : Dokumentasi BPBD Cilacap Tahun 2006
Gambar 4.30 Kondisi Pantai Widarapayung Saat Terkena Tsunami Tahun 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Sumber : Dokumentasi BPBD Cilacap Tahun 2006
Gambar 4.31 Kondisi Pantai Muara Kaliyasa
3. Terhadap Infrastruktur
Kerusakan infrastruktur dapat dilihat dari rusaknya sebagian dermaga-dermaga
nelayan disekitar pantai, rumah-rumah penduduk yang terletak di sekitar pantai
yaitu di daerah Widarapayung Kecamatan Binangun, jaringan jalan disekitar
pantai serta halaman depan PLTU yang terletak di Mertasinga. Kerusakan
infrastruktur ini tentunya memberi kerugian material sebesar Rp 34.876.490,00.
Sumber : Data Tesis South Java Tsunami Model Using Highly Resolved Data And
Probable Tsunamigenic Source Tahun 2011 oleh Dr.-Ing. Widjo Kongko Gambar 4. 32 Rekaman Gelombang di Satu Sisi PLTU Mertasinga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisis Dampak Area Terlanda Tsunami Cilacap Tahun 2006
Sebelum masuk ke dalam analisis terkait karakteristik tsunami dan penggunaan lahan
serta analisis korelasi diantara keduanya, maka akan dilakukan analisis pembagian area
terlanda berdasarkan dampak tsunami yang ditimbulkan pada tahun 2006 silam. Hal ini
dilakukan agar hasil analisis untuk memperoleh faktor penentu lokasi aman pada daerah
rawan bencana tsunami dapat dicapai secara lebih objektif.
Dari hasil wawancara serta hasil dokumentasi beberapa instansi terkait dengan dampak
yang ditimbulkan pada saat tsunami Cilacap tahun 2006 yang lalu maka dapat diperoleh
dua area utama yaitu area aman dan area tidak aman. Area aman merupakan asumsi dari
area yang mengalami kerusakan tidak begitu parah sedangkan area tidak aman
diasumsikan area yang memiliki tingkat kerusakan parah. Kerusakan parah dan tidak
parah didasarkan pada jumlah korban jiwa serta kondisi kerusakan infrastruktur. Berikut
akan dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Pembagian Area Terdampak
Area Aman Area Tidak Aman
Pengelompokkan area aman didasarkan
pada daerah terlanda yang memiliki
kerusakan yang tidak begitu parah, seperti hanya tergenang dan tidak menimbulkan
kerusakan yang berarti serta mempunyai
karakter tsunami yang dapat dikategorikan mayoritas rendah. Jika menilik dari alasan
tersebut maka zona 8,9,10,11,12,13
merupakan area aman. Hal tersebut
dikarenakan korban jiwa yang dihasilkan dari area ini berjumlah 36 korban jiwa serta
tidak terdapat kerusakan bangunan yang
berarti, hal tersebut dapat dilihat dari Bangunan PLTU yang hanya terkena
bagian selasarnya saja, serta rumah-rumah
yang hanya tergenang saja. (sumber : Hasil wawancara dengan pihak BPBD Cilacap
dan BPPT Jogjakarta)
Pengelompokkan area tidak aman didasarkan pada
kerusakan yang parah dari zona terlanda tsunami di Cilacap
tahun 2006 silam. Jika berlandaskan hal tersebut maka area tidak aman akan meliputi zona 1,2,3,4,5,6,7 dimana secara
keseluruhan area tersebut memakan korban yang cukup
banyak serta menimbulkan kerusakan yang cukup parah
dibandingkan area sebelumnya. Jumlah korban yang dihasilkan dari bencana tsunami pada area ini totalnya
adalah 124 jiwa. Sementara itu, pada area ini juga terdapat
beberapa kerusakan pada perkebunan yaitu dengan rusaknya area perkebunan di beberapa zona karena banyak
pohon yang hanyut terbawa arus, kerusakan rumah akibat
terbawa arus sehingga menyebabkan harus diganti dengan
rumah panggung tanggap tsunami yang berjumlah 14 unit di zona 5 (Sekitar Pantai Widarapayung). Kerusakan
infrastruktur yang lebih parah dari area sebelumnya karena
ketinggian gelombang pada area ini cukup besar dari area sebelumnya yaitu melipuri kerusakan jaringan jalan di
sekitar area pantai, yaitu hampir semua jaringan jalan pada
zona 1-7, kerusakan jembatan yang berjumlah 15 unit yang menyebar pada zona 1-zona 7. Dengan adanya kerusakan
infrastruktur, perumahan serta korban jiwa yang lebih
banyak serta tingkat kerusakan yang lebih besar maka area
ini diasumsikan area tidak aman. (sumber : Hasil wawancara dengan pihak BPBD Cilacap dan BPPT
Jogjakarta)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Lanjutan Tabel 5.1
Area Aman Area Tidak Aman
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Peta area terdampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Dari data di atas maka dapat dibuat dua pengelompokkan area pada daerah terlanda terkait
kerusakan parah dan kerusakan tidak parah. Kerusakan parah dapat diasumsikan sebagai
daerah tidak aman dan kerusakan tidak parah diasumsikan sebagai daerah aman. Berikut akan
dipaparkan pembagiannya :
Tabel 5.2 Pembagian Area Terdampak dan Luasannya
Area Aman Area Tidak Aman
Kelurahan Zona Luasan Kelurahan Zona Luasan
Karangkandri Zona 8 2.363.750,58 Jetis Zona 1 1.648.318,83
Menganti Zona 9 1.937.660,97 Sidaurip Zona 2 63.940,810
Mertasinga Zona 10 947.929,53 Widarapayung Wetan Zona 3 117.355,76
Tegalkamulyan Zona 11 1.601.447,57 Sidayu Zona 4 459.698,10
Cilacap Zona 12 261.331,76 Widarapyung Kulon Zona 5 1.174.171,69
Tambakreja Zona 13 1.038.219,54 Karangbenda Zona 6 1.643.019,28
Bunton Zona 7 5.173.726,70
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
5.2 Analisis Karakteristik Tsunami di Area Terlanda Cilacap Tahun 2006
5.2.1 Analisis Run up Tsunami di Area Terlanda Cilacap Th. 2006
Analisis run up akan dilakukan dengan membandingkan run up dari fenomena
bencana tsunami tahun 2006 silam dengan teori terkait run up yang telah
dibahas pada bagian sebelumnya. Berikut akan lebih dijelaskan melalui tabel di
bawah ini.
Tabel 5.3 Teori dan Skoring Ketinggian Run up No Kelas Ketinggian Landaan Asumsi Skoring
1 Rendah < 2 m 1
2 Sedang 2 – 6 m 2
3 Tinggi >6 - 12, 5 m 3
4 Tinggi Sekali >12,5 - 21 m 4
Sumber : Oki Oktariadi, 2009
Tabel 5.4 Karakteristik Run up Area Aman Area Aman
Kelurahan Zona Run up Skoring
Karangkandri Zona 8 3,3 m 2
Menganti Zona 9 1,5 m 1
Mertasinga Zona 10 3,1 m 2
Tegalkamulyan Zona 11 3,3 m 2
Cilacap Zona 12 2,8 m 2
Tambakreja Zona 13 20,9 m 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.5 Karakteristik Run up Area Tidak Aman
Area Tidak Aman
Kelurahan Zona Run up Skoring
Jetis Zona 1 1,5 m 1
Sidaurip Zona 2 3,9 m 2
Widarapayung Wt Zona 3 3,6 m 2
Sidayu Zona 4 5,4 m 2
Widarapyung Kl Zona 5 6,7 m 3
Karangbenda Zona 6 3,5 m 2
Bunton Zona 7 5,7 m 2
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Karakteristik run up pada ketigabelas zona di area terlanda tsunami baik pada
area aman maupun area tidak aman sangat beragam. Pada area aman yaitu pada
zona 8,9,10,11,12 dan zona 13 ketinggian run up yang menerpa area tersebut
yaitu mulai dari 1,5 meter yaitu pada zona 9, serta sampai dengan ketinggian
maksimum yaitu 20,9 meter yang melanda zona 13.
Dari fakta di atas, jika dibandingkan dengan teori run up maka didapat skoring
yang menunjukkan hubungan ketinggian dengan kelas kerusakannya. Sehingga
didapat hasil, bahwa rata-rata ketinggian run up yang terjadi di area terlanda
baik dalam area aman maupun tidak aman mempunyai ketinggian gelombang
tsunami yang berkisar antara 2-6 meter yang tergolong dalam kelas sedang.
5.2.2 Analisis Innudation Tsunami di Cilacap Tahn 2006
Analisis innudation akan membandingkan antara fenomena innudation tsunami
pada tahun 2006 silam dengan teori innudation yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya. Berikut akan dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5.6 Klasifikasi dan Skoring Tsunami Berdasar Jarak Limpasan
Classification of
Coast
Description of the
Coast
Tsunami Hazard Category (Based on
Innudation Extent (in M))
Over High Medium Low
Open Coast Zone Relatively in the lower position with reference
to the MSL
>400 301-400 201-300 0-200
Skoring 4 3 2 1
Sumber : Tsunami Impacts On Morphology Of Beaches Along South Kerala Coast, West
Coast Of India. K. A. Abdul Rasheed, V. Kesava Das, C. Revichandran, P. R. Vijayan And
Tony J. Thottam. National Institute Of Oceanography, Kochi, Kerala, India -Science Of
Tsunami Hazards The International Journal Of The Tsunami Society Volume 24 Number 1
Published Electronically 2006 Tabel 5.7 Karakteristik Innudation Area Aman
Area Aman
Kelurahan Zona Innudation Skoring
Karangkandri Zona 8 300 m 3
Menganti Zona 9 295 m 2
Mertasinga Zona 10 55 m 1
Tegalkamulyan Zona 11 81 m 1
Cilacap Zona 12 111 m 1
Tambakreja Zona 13 427 m 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 5.8 Karakteristik Innudation Area Tidak Aman
Area Tidak Aman
Kelurahan Zona Innudation Skoring
Jetis Zona 1 100 m 1
Sidaurip Zona 2 111 m 1
Widarapayung Wt Zona 3 226 m 2
Sidayu Zona 4 87 m 1
Widarapyung Kl Zona 5 200 m 1
Karangbenda Zona 6 35 m 1
Bunton Zona 7 457 m 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Dari data di atas, maka dapat diuraikan bahwa jarak landaan gelombang
tsunami yang menerpa zona terlanda di Kabupaten Cilacap tahun 2006 sangat
beragam. Jarak landaan terjauh gelombang tsunami pada area aman 427 meter
dari garis pantai di zona 13. Sementara itu, jarak landaan terjauh pada area
tidak aman yaitu 457 meter dari garis pantai di zona 7.
Fenomena jarak landaan gelombang tsunami pada area terlanda tersebut jika
dihubungkan dengan teori jarak landaan maka dapat disimpulkan bahwa rata-
rata jarak landaan gelombang tsunami di Kabupaten Cilacap adalah berada
pada kisaran 0-200 meter dari garis pantai atau pada kelas rendah., namun
terdapat beberapa titik yang mempunyai landaan sangat tinggi yaitu lebih dari
400 meter yakni di zona 7 dan zona 13.
5.3 Analisis Karakteristik Penggunaan Lahan Area Terlanda di Cilacap Tahun 2006
5.3.1 Analisis Topografi dan Kelerengan Area Terlanda Tsunami Tahun 2006
di Kabupaten Cilacap
Analisis topografi dan kelerengan dilakukan dengan mengaitkan tingkat
topografi dan kelerengan dengan kepekaan terhadap tsunami. Analisis ini akan
menggunakan panduan teori yang sama karena pada dasarnya topografi dan
kelerengan mempunyai basis yang sama yaitu menunjukkan daerah-daerah
yang mempunyai perbedaan ketinggian. Berikut akan dijelaskan dalam teori
serta fenomena di lapangan.
Tabel 5.9 Asumsi Skoring Topografi Area Terlanda
No Jenis Kelerengan Pantai Ketinggian di Cilacap Skoring
1 Tinggi 300 1
2 Agak tinggi 200 2
3 Rendah 100 3
4 Sangat rendah 0 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 5.10 Asumsi Skoring Kelerengan Pantai
No Jenis Kelerengan Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami Kelerengan di Cilacap Skoring
1 Curam Kurang peka 15-40 1
2 Agak curam Agak peka 5-15 2
3 Landai Peka 2-5 3
4 Datar Sangat peka 0-2 4
Sumber : USDA-NRCS, 1986
Tabel 5.11 Karakteristik Ketinggian Area Aman
Area Aman
Kelurahan Zona Ketinggian Skoring
Karangkandri Zona 8 0 4
Menganti Zona 9 100 3
Mertasinga Zona 10 0 4
Tegalkamulyan Zona 11 0 4
Cilacap Zona 12 0 4
Tambakreja Zona 13 200 2
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.12 Karakteristik Ketinggian Area Tidak Aman Area Tidak Aman
Kelurahan Zona Ketinggian Skoring
Jetis Zona 1 0 4
Sidaurip Zona 2 0 4
Widarapayung Wt Zona 3 0 4
Sidayu Zona 4 0 4
Widarapyung Kl Zona 5 0 4
Karangbenda Zona 6 0 4
Bunton Zona 7 0 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.13 Karakteristik Kelerengan Area Aman
Area Aman
Kelurahan Zona Kelerengan Skoring
Karangkandri Zona 8 0-2% 4
Menganti Zona 9 0-2% 4
Mertasinga Zona 10 0-2% 4
Tegalkamulyan Zona 11 0-2% 4
Cilacap Zona 12 0-2% 4
Tambakreja Zona 13 5-15% 2
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.14 Karakteristik Kelerengan Area Tidak Aman Area Tidak Aman
Kelurahan Zona Kelerengan Skoring
Jetis Zona 1 0-2% 4
Sidaurip Zona 2 0-2% 4
Widarapayung Wt Zona 3 0-2% 4
Sidayu Zona 4 0-2% 4
Widarapyung Kl Zona 5 0-2% 4
Karangbenda Zona 6 0-2% 4
Bunton Zona 7 0-2% 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Area terlanda tsunami Cilacap pada tahun 2006 silam mempunyai karakteristik
topografi yang hampir sama di semua zona, yaitu mempunyai topografi yang
rendah sehingga kelerengan yang dihasilkan pun juga tidak begitu tinggi.
Terdapat dua zona yang memiliki ketiggian yang berbeda yaitu pada zona 9
mempunyai ketinggian 100 meter DPL serta zona 13 mempunyai ketinggian
300 meter DPL. Selain itu, karakteristik kelerengan pada dua area terlanda
tsunami mayoritas berada pada kelerengan 0-2% , hanya terdapat satu zona
yang mempunyai kelerengan 5-15% yaitu pada zona 13.
Hasil perbandingan antara teori dengan fenomena yang ada menyebutkan
bahwa hampir semua wilayah pada ketigabelas zona mempunyai kelas respon
sangat peka terhadap gelombang tsunami. Hal tersebut didasari hampir semua
zona berada pada ketinggian dan kelerengan kelas rendah.
5.3.2 Analisis Karakteristik Fisik Lingkungan Area Terlanda Kab. Cilacap
Analisis karakteristik fisik lingkungan dilakukan dengan membandingan
bentuk karakteristik fisik lingkungan pada area terlanda dengan teori yang ada.
Berikut akan dijelaskan secara lebih detail ke dalam tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 5.15 Asumsi Skoring Kekasaran Pantai
No Jenis Kekasaran Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami Skoring
1 Batu karang di teluk-teluk pantai Kurang peka 1
2 Tebing karang Agak peka 2
3 Rawa Peka 3
4 Pasir memanjang Sangat peka 4
Sumber : USDA-NRCS, 1986
Tabel 5.16 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Aman
Area Aman
Kelurahan Zona Bentuk Pantai Skoring
Karangkandri Zona 8 Datar lurus pasir memanjang 4
Menganti Zona 9 Datar lurus pasir memanjang 4
Mertasinga Zona 10 Datar lurus pasir memanjang 4
Tegalkamulyan Zona 11 Datar teluk berkarang 1
Cilacap Zona 12 Datar teluk berkarang 1
Tambakreja Zona 13 Curam dengan teluk berkarang 1
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.17 Karakteristik Fisik Lingkungan Area Terlanda
Area Tidak Aman
Kelurahan Zona Bentuk Pantai Skoring
Jetis Zona 1 Datar lurus pasir memanjang 4
Sidaurip Zona 2 Datar lurus pasir memanjang 4
Widarapayung Wt Zona 3 Datar lurus pasir memanjang 4
Sidayu Zona 4 Datar lurus pasir memanjang 4
Widarapyung Kl Zona 5 Datar lurus pasir memanjang 4
Karangbenda Zona 6 Datar lurus pasir memanjang 4
Bunton Zona 7 Datar lurus pasir memanjang 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Fenomena karakteristik fisik lingkungan pada area terlanda yaitu menunjukkan
bahwa zona-zona pada area terlanda sebagian besar mempunyai bentuk pantai
yang datar lurus memanjang dengan tutupan pantai berupa partikel pasir.
Hanya terdapat tiga zona yang memiliki bentuk pantai berbeda. Zona 10 dan 11
mempunyai bentuk pantai teluk berkarang yang datar, sementara itu zona 13
mempunyai bentuk pantai teluk berkarang curam.
Dari hasil analisis skoring di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar wilayah terlanda (area aman maupun tidak aman) sangat peka terhadap
bencana tsunami karena karakteristik pantainya merupakan pasir memanjang.
5.3.3 Analisis Karakteristik Ekosistem Area Terlanda Kabupaten Cilacap
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian kompilasi data sebelumnya,
ekosistem pantai yang terdapat di area terlanda secara pengamatan di lapangan
maupun dari data sekunder tidak diketemukan adanya ekosistem pantai seperti
mangrove dan rumput laut di area terlanda.
Seluruh ekosistem pantai berpusat di Segara Anakan yang letaknya di bagian
dalam Nusakambangan. Hal tersebut mengartikan bahwa keberadaan ekosistem
laut berada di luar wilayah penelitian. Di samping itu keberadaan ekosistem
yang berada cukup jauh dari wilayah pesisir tidak dapat memberi pengaruh
yang berarti terhadap kepekaannya pada terpaan bencana tsunami.
Tabel 5.18 Karakteristik Ekositem Laut Area Aman Area Aman
Kelurahan Zona Ekosistem Skoring
Karangkandri Zona 8 Tidak ada 0
Menganti Zona 9 Tidak ada 0
Mertasinga Zona 10 Tidak ada 0
Tegalkamulyan Zona 11 Tidak ada 0
Cilacap Zona 12 Tidak ada 0
Tambakreja Zona 13 Tidak ada 0
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.19 Karakteristik Ekosistem Laut Area Tidak Aman
Area Tidak Aman
Kelurahan Zona Ekosistem Skoring
Jetis Zona 1 Tidak ada 0
Sidaurip Zona 2 Tidak ada 0
Widarapayung Wt Zona 3 Tidak ada 0
Sidayu Zona 4 Tidak ada 0
Widarapyung Kl Zona 5 Tidak ada 0
Karangbenda Zona 6 Tidak ada 0
Bunton Zona 7 Tidak ada 0
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Dengah kondisi di lapangan yang tidak mengindikasikan terdapat ekosistem
laut pada area terlanda, maka data terkait area terlanda tidak dapat dimasukkan
ke dalam perhitungan analisis korelasi dengan menggunakan program SPSS.
5.3.4 Analisis Jenis Penggunaan Lahan Area Terlanda Tsunami Tahun 2006
Analisis jenis penggunaan lahan area terlanda tsunami pada tahun 2006 silam
dilakukan dengan skoring luasan jenis penggunaan lahannya, dari yang paling
luas terkena gelombang hingga yang paling sempit. Berikut skoring jenis
penggunaan lahan pada 13 zona berdasarkan luasan
terbesarnya.
Tabel 5.20 Skoring Penggunaan Lahan Berdasarkan Luasan Jenis Penggunaan Lahan Luasan Dampak Skoring
Pasir Pantai Kecil 1
Permukiman Sedang 2
Ruang Terbuka Hijau (kebun, semak, rumput, rawa) Luas 3
Sawah Sangat Luas 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.21 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Aman
Area Aman
Kelurahan Zona TGPL Skoring
Karangkandri Zona 8 Sawah 4
Menganti Zona 9 Sawah 4
Mertasinga Zona 10 Sawah 4
Tegalkamulyan Zona 11 Sawah 4
Cilacap Zona 12 RTH 3
Tambakreja Zona 13 RTH 3
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.22 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Tidak Aman
Area Tidak Aman
Kelurahan Zona TGPL Skoring
Jetis Zona 1 Permukiman 2
Sidaurip Zona 2 RTH 3
Widarapayung Wt Zona 3 Sawah 4
Sidayu Zona 4 Sawah 4
Widarapyung Kl Zona 5 Sawah 4
Karangbenda Zona 6 RTH 3
Bunton Zona 7 Sawah 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Selain skoring, juga dilakukan analisis terkait perbandingan struktur
penggunaan lahan eksisting dengan struktur penggunaan lahan yang
seharusnya terdapat di kawasan pesisir (sesuai dengan Operasional Program
Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang). Berikut uraian
penjelasannya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 5.23 Perbandingan Penggunaan Lahan
Struktur Penggunaan Lahan Yang Sesuai Struktur Penggunaan Lahan Yang Sebenarnya
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jenis penggunaan lahan
yang terkena terpaan tsunami terluas adalah sawah baik sawah tadah hujan,
sawah irigasi maupun tegalan, sehingga kerugian yang ditimbulkan cukup
banyak, mengingat nilai ekonomis dari persawahan sebagai salah satu sumber
penghidupan masyarakat terlanda tsunami.
Padahal diketahui bahwa sesuai dengan standart pengaturan penggunaan lahan
yang dikeluarkan oleh pemerintah, kawasan budidaya seharusnya terletak pada
jarak 30-300 meter dari titik pasang tertinggi. Namun, pada kenyataannya,
hampir mayoritas semua zona pada area aman maupun tidak aman penggunaan
lahan untuk kawasan budidaya letaknya sangat berdekatan dengan titik pasang
tertinggi.
5.3.5 Analisis Karakteristik Masyarakat Pesisir Dalam Penggunaan Lahan
Seperti yang telah diuraikan pada tahapan kompilasi data dimana telah
dilakukan skoring terkait dengan pemahaman masyarakat pesisir terhadap
penggunaan lahan di kawasan pesisir maupun terkait dengan pemahaman
masyarakat terhadap bencana tsunami pada tahun 2006 silam dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Aktivitas Masyarakat
Masyarakat pada umumnya memilih untuk hidup di pesisir dengan dua
alasan yang cenderung dominan dari hasil survey yang dilakukan penulis,
yaitu alasan warisan orang tua dan kedekatan dengan tempat bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Gambar 5.1 Proporsi Alasan Memilih Tempat Tinggal
Masyarakat pesisir mayoritas bekerja sebagai nelayan ataupun buruh pada
tambak-tambak ataupun pertambangan-pertambangan tepi pantai di
Cilacap. Alasan itulah yang mendasari mereka memilih untuk tinggal pada
daerah pesisir tersebut. Permukiman yang ditempati masyarakat pesisir
hanya berjarak >80 meter dari pantai. Jarak yang terlalu dekat dengan garis
pantai tersebut jika dikembalikan sesuai dengan peraturan maka akan
menunjukkan penyimpangan. Hal tersebut dikarenakan sesuai peraturan
pemanfaatan lahan kawasan pesisir perkotaan, kawasan permukiman
seminimnya berjarak 100 meter dari titik pasang tertinggi. Adanya
permukiman yang cenderung kurang sesuai peraturan tersebut dilatar
belakangi oleh pemahaman masyarakat yang terbatas serta adanya tumpang
tindih pengaturan kawasan pesisir antara pihak Bappeda Cilacap dengan
Badan Pertahanan dan Keamanan Cilacap.
Kegiatan ekonomi di sekitar wilayah pantai pun amat sangat beragam yaitu
terdiri dari perdagangan untuk menunjang wisata pantai, perdagangan ikan,
pertambangan serta perkebunan Nipah. Kegiatan perokoniman tersebut
berada membaur dengan lingkungan permukiman masyarakat, sehingga
jarak kegiatab perekonomian dengan garis pantai juga berada pada kisaran
80 meter dari pantai. Kegiatan ekonomi yang berjarak sangat dekat dengan
pantai sesungguhnya sangat berbahaya bagi masyarakat pesisir, mengingat
bahaya tsunami yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
2. Pemahaman bencana tsunami pada tahun 2006
Sementara itu, terkait dengan pemahaman masyarakat pesisir serta review
bencana tsunami pada tahun 2006 silam. Mayoritas masyarakat pesisir
52%42%
6%
Alasan Memilih Tempat Tinggal di Pesisir
warisan orang tua
dekat dengan pekerjaan
akobat terkena gusuran pertamina dan tanah pesisir lebih murah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
mengatakan sudah mengetahui terkait bencana tsunami melalui informasi
yang didapat dari media pertelevisian, mengingat telah terjadi bencana
tsunami di Aceh pada tahun 2004 (dua tahun sebelumnya).
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Gambar 5.2 Pemahaman Bencana Tsunami
Namun, terkait dengan upaya sosialisasi evakuasi, mayoritas masyarakat
pesisir mengaku belum pernah mendapatkan sosialisasi, meski terdapat
juga beberapa masyarakat yang mengatakan sudah pernah dilakukan
sosialisasi sebelum bencana terjadi. Sosialisasi yang dimaksud oleh
beberapa masyarakat tersebut adalah dari pemberitaan media televisi.
Upaya penandaan ke daerah yang lebih aman belum dilakukan pada saat
terjadi bencana tsunami tahun 2006 silam. Sehingga pada saat bencana
tsunami terjadi, mayoritas masyarakat menyebar tidak terarah karena belum
adanya penandaan ke arah yang aman.
5.4 Analisis Korelasi Karakteristik Tsunami dan Penggunaan Lahan di Area Terlanda
Cilacap Tahun 2006
Setelah dilakukan analisis terkait karakteristik tsunami maupun analisis penggunaan
lahan di zona-zona terlanda maka dapat dibuat analisis korelasi antara karakteristik
bencana tsunami dengan penggunaan lahan yaitu dengan menggunakan teknik analisis
korelasi data ordinal-ordinal, dengan software SPSS 17.0 (analisis korelasi
Spearman’s). Setelah dilakukan analisis maka didapat hasil seperti berikut :
1. Analisis Korelasi Pada Area Aman
Hasil dari analisis korelasi antara karakteristik bencana tsunami dengan karakteristik
penggunaan lahan pada area terlanda tsunami di Cilacap adalah sebagai berikut :
86%
14%
Pemahaman Bencana Tsunami Sebelum Tahun 2006
paham terkait tsunami
tidak paham terkait tsunami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Gambar 5.3 Hasil SPSS Korelasi Area Aman
Dari hasil di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan keterkaitan
searah antara karakteristik bencana tsunami dengan karakteristik penggunaan lahan
area terlanda, hal ini dapat dilihat dengan angka korelasi yang positif diantara data-
data tersebut. Berikut akan coba diinterpretasikan melalui rangkuman hasil analisis
Spearman’s dalam tabel di bawah ini :
Tabel 5.24 Rangkuman Interpretasi Korelasi Spearman’s Korelasi Koefisien
Korelasi
Arah
Korelasi
Kesimpulan
Run up-innudation 0,359 Searah Terdapat korelasi searah
Run up-topografi 0,200 Searah Terdapat korelasi searah
Run up-kelerengam 0,775 Searah Terdapat korelasi searah
Run up-karakter fisik lingkungan 0,577 Searah Terdapat korelasi searah
Run up-jenis penggunaan lahan 0,612 Searah Terdapat korelasi searah
Innudation-topografi 0,718 Searah Terdapat korelasi searah
Innudation-kelerengan 0,696 Searah Terdapat korelasi searah
Innudation-karakter fisik lingkungan -0,104 Berlawanan
arah
Terdapat korelasi yang kurang
signifikan dan berlawanan
arah
Innudation-jenis penggunaan lahan 0,220 Searah Terdapat korelasi searah
Topografi-kelerengam 0,775 Searah Terdapat korelasi searah
Topografi-karakter fisik leingkungan 0,115 Searah Terdapat korelasi searah
Topografi-jenis penggunaan lahan 0,367 Searah Terdapat korelasi searah
Kelerengan-karakter fisik lingkungan 0,447 Searah Terdapat korelasi searah
Kelerengan-jenis penggunaan lahan 0,632 Searah Terdapat korelasi searah
Karakter fisik lingkungan-jenis penggunaan
lahan
0,707 Searah Terdapat korelasi searah
Sumber : Hasi Analisis Penulis, 2012
Jika diurutkan sesuai dengan koefisien korelasinya, maka korelasi antara bencana
tsunami yaitu dalam hal ini adalah run up dan innudation dengan penggunaan lahan
yaitu topografi, kelerengan, bentuk pantai dan jenis penggunaan lahan maka didapat
urutan korelasi sebagai berikut :
a. Kelerengan kawasan pesisir
b. Topografi kawasan pesisir
c. Jenis penggunaan lahan kawasan pesisir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
d. Bentuk akarakteristik fisik pantai
2. Analisis Korelasi Pada Area Tidak Aman
Pada analisis korelasi area tidak aman tidak dapat dilakukan analisis korelasi
dikarenakan data ordinal dari masing-masing variabel konstan sehingga tidak bisa
dilakukan proses selanjutnya. Berikut dapat dilihat hasil analisis korelasi
Spearman’s dengan menggunakan software SPSS 17.0
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Gambar 5.4 Hasil SPSS Korelasi Area Tidak Aman
Karena tidak dapat dilakukannya perhitungan korelasi pada area tidak aman ini
maka akan dilakukan analisis deskriptif dengan melihat kecenderungan tipe run up
dan innudation di area ini serta dibandingan dengan karakteristik penggunaan
lahannya. Jika dilhat dari karakteristik penggunaan lahannya, dapat disimpulkan
bahwa area ini memiliki keanekaragaman penggunaan lahan . Hal tersebut dapat
dilihat dari jenis penggunaan lahan terlanda tsunami pada tahun 2006 yang terdiri
dari sawah, ruang terbuka hijau serta permukiman.
Di samping itu wilayah ini mempunyai kelerengan dan topografi yang sangat datar
yaitu hanya berada pada 0-2% serta mempunyai jenis pantai yang lurus memanjang.
Karaktreristik penggunaan lahan tersebut jika dikaitkan dengan tipe run up dan
innudation gelombang tsunami tahun 2006 silam dapat ditarik sebuah korelasi
positif. Korelasi tersebut dapat dilihat dari kondisi geografis area yang datar serta
bentuk pantai yang memanjang bertutupan pasir maka dikaitkan dengan besar
tsunami yang terjadi yaitu dapat dilihat pada run up yang mempunyai ketinggian
antara 2-6,7 meter serta jarak landaan yang berkisar 200->400 meter dari garis
pantai. Ketinggian run up tsunami dan besarnya jarak landaan juga dapat dikaitkan
dengan penggunaan lahan area ini yang memiliki keanekaragaman tinggi serta pola
yang kurang terstruktur. Penggunaan lahan yang sedemikian rupa menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
adanya arus turbulensi yang menyebar ke segala arah dengan jarak yang semakin
jauh.
5.5 Sintesa Perumusan Faktor Penentu Lokasi Aman dari Tsunami 2006
Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan spss 17.0 maka dapat dilanjutkan
dengan menyusun faktor penentu lokasi aman dari hasil analisis pada area aman
maupun tidak aman, yaitu dengan melihat angka koefisien korelasi hasil analisis
Spearman’s.
1. Kelerengan
Seperti diketahui bahwa zona terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun
2006 silam mayoritas berada pada kelerengan yang berkisar 0-2%. Kelerengan yang
sangat kecil tersebut menyebabkan gelombang tsunami mempunyai kekuatan dan
jarak landaan yang cukup besar angkanya. Hal tersebut didasari oleh teori yang
menyebutkan bahwa semakin datar kelerengan suatu wilayah maka perambatan
gelombang tsunami akan semakin jauh menjalar ke dalam wilayah pesisir. Zona
yang paling terlihat hubungan sangat kuat antara antara kelerengan dengan
ketinggian run up serta besarnya jarak landaan adalah zona 7 dimana pada
kelerengan 0-2% maka ketinggian run up mencapai 5,7 meter (kategori sedang)
serta mempunyai jarak landaan mencapai 700 meter (kategori sangat tinggi).
2. Topografi
Faktor yang mempengaruhi keamanan dari bencana tsunami yang kedua adalah
topografi. Diketahui semakin tinggi suatu wilayah maka semakin kecil dampak yang
dihasilkan. Mayoritas area terlanda tsunami di Kabupaten Cilacap pada tahun 2006
silam mempunyai ketinggian yaitu 0 meter DPL. Hanya terdapat beberapa zona
yang mempunyai ketinggian 100-200 meter, yaitu di area aman pada zona 9 dan
zona 13. Meski pada zona tersebut terlanda tsunami dengan ketinggian yang cukup
tinggi namun dampak yang dihasilkan tidak begitu parah. Hal tersebut dikarenakan
gelombang tsunami mengalami penyurutan akibat adanya perbedaan ketinggian di
sekitar kawasan pesisir.
3. Jenis penggunaan lahan
Struktur jenis penggunaan lahan juga berperan penting dalam menciptakan kondisi
yang aman pada daerah tepi pantai yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana
tsunami. Jika dilihat dari struktur penggunaan lahan yang sesuai, disebutkan bahwa
kawasan budidaya seperti permukiman dan sawah seharusnya terletak pada bagian
dalam dan agak jauh dari garis tepi pantai, yaitu untuk kawasan permukiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
berjarak 30-100 meter dari titik pasang tertinggi (pada saat keadaan gelombang
pasang normal), kawasan bangunan industri, pariwisata bahari serta perdagangan
dan jasa berjarak 100-300 meter dari titik pasang tertinggi.
Namun, pada kenyataannya, penggunaan lahan di kawasan pesisir Cilacap
khususnya pada daerah terlanda tsunami, tidak sesuai dengan ketetapan penggunaan
lahan yang aman tersebut. Penggunaan lahan pada daerah terlanda tsunami di
Cilacap tidak membentuk pola yang teratur sehingga gelombang tsunami mengalami
turbulensi. Selain itu, pagar hijau yang terdapat di kawasan pesisir pada tahun 2006
belum terintegrasi dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dengan tidak terdapatnya
pagar hijau di beberapa zona seperti zona 1,4,5,8,9 dan zona 10.
4. Karakter fisik pantai
Faktor terakhir yang menentukan lokasi aman pada daerah rawan bencana tsunami
di Kabupaten Cilacap adalah karakter fisik pantai dimana karakter fisik pantai
merupakan gabungan antara bentuk morfologi pantai dengan kondisi geologis
pantai. Seperti diketahui bahwa sebagian besar wilayah pantai di daerah terlanda
tsunami Cilacap berbentuk pantai memanjang dengan penutup berupa pasir,
sementara itu juga terdapat beberapa bagian yang berbentuk cekung dengan partikel
penyusun berupa karang yang berada di tepi pantai.
Kondisi pertama yaitu berupa pasir memanjang merupakan kondisi yang rentan
terhadap gelombang tsunami, karena dengan kondisi yang demikian serta ditunjang
dengan penggunaan lahan yang tidak terstruktur akan menyebabkan terjadinya
turbulensi pada kawasan tersebut. Kondisi tersebut dapat terlihat pada zona 3,4,5
dan zona 7. Sementara itu, untuk kondisi pantai yang bebentuk cekung dengan
karang sebagai partikel penyusunnya mempunyai kecenderungan dalam memecah
gelombang, sehingga dampak yang ditimbulkan pun akan semakin kecil.
Dengan melihat faktor penentu lokasi aman tersebut maka dapat dilakukan sebuah
upaya yang mengarah untuk menciptakan lokasi aman pada daerah terlanda di
Kabupaten Cilacap khususnya pada daerah pesisir yang terlanda tsunami pada tahun
2006 silam. Upaya yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan bencana tsunami dan penggunaan lahan
area terlanda tsunami Kabupaten Cilacap, maka dapat dilakukan langkah awal yaitu
melakukan zonasi ulang kawasan pesisir Cilacap. Zonasi ulang penggunaan lahan di
pesisir Cilacap diharapkan mampu membentuk pola penggunaan lahan yang
terstruktur dengan baik serta aman dari bencana kelautan khususnya bencana
tsunami. Pola penggunaan lahan yang aman sesuai dengan Pedoman Pemanfaatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Kawasan Tepi Pantai Perkotaan antara lain memuat ketentuan terkait garis
sempadan tiap penggunaan lahan sebagai berikut :
a. Penggunaan lahan untuk kawasan lindung seperti untuk hutan bakau serta
kawasan bergambut dan perkebunan kelapa harus diletakkan di sepanjang
pantai sebagai barier pantai (pagar hijau)
b. Penggunaan lahan permukiman mempunyai lebar garis sempadan 30-100 meter
dari titik pasang tertinggi dan berbentuk sejajar
c. Penggunaan lahan untuk kawasan industri, perdagangan dan jasa serta
pariwisata mempunyai lebar garis sempadan 100-300 meter dari titik pasang
tertinggi
Selain pengaturan zonasi juga perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait
dengan penggunaan lahan yang aman, karena seperti yang diketahui bahwa
masyarakat pesisir umumnya awam akan pemahaman penggunaan lahan yang aman
dari bencana.
2. Dengan melihat karakteristik kelerengan, topografi, jenis penggunaan lahan serta
karakteristik fisik lingkungan pesisir Cilacap, maka dapat dilakukan upaya
perencanaan teknis terkait dengan bangunan-bangunan yang terdapat di kawasan
tersebut. Tipe bangunan panggung merupakan salah satu tipe yang cocok
diterapkan pada kawasan ini, hal tersebut dikarenakan dengan menempatkan
bangunan pada bagian tapak yang tinggi di atas ketinggian terpaan tsunami maka
akan membuat bangunan berada pada kondisi yang lebih aman dari terpaan
gelombang tsunami.
Selain itu, perlu dibuat elemen yang berfungsi memperlambat gelombang tsunami
yaitu berupa batu-batu pemecah gelombang di sepanjang pantai di kawasan pesisir.
Hal tersebut berguna sebagai pelambat arus, sehingga dapat mengurangi daya
hancur tsunami. Upaya perencanan teknis juga harus memuat pengaturan penandaan
serta pengaturan letak-letak shelter tempat evakuasi pada saat terjadi bencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Bencana tsunami yang melanda Kabupaten Cilacap pada tahun 2006 silam mempunyai
karakteristik tersendiri, yaitu mempunyai run up yang relatif sedang namun jarak
landaan yang dihasilkan relatif jauh. Selain itu, penggunaan lahan yang terdapat di
daerah terlanda tsunami pada tahun 2006 silam juga memiliki karakteristik tertentu,
berikut akan dipaparkan ringkasan karakteristiknya :
1. Mempunyai karakteristik run up yang sangat beragam dari zona 1-zona 13 yaitu dari
run up rendah setinggi 1 meter sampai run up kelas tinggi sekali mencapai 20 meter
yang terletak di zona 13 (Tambakreja, Nusakambangan), namun mayoritas
ketinggian run up pada kelas sedang yaitu berkisar 2-6 meter
2. Mempunyai karakteristik innudation yang sangat beragam yaitu dari 15 meter
hingga 457 meter yaitu di zona 7 dan 13. Namun, jarak landaan gelombang tsunami
Cilacap mayoritas berada pada kelas 0-200 meter dari garis tepi pantai
3. Area terlanda tsunami di Cilacap yang terdiri dari 13 zona mayoritas tergolong ke
dalam karakter fisik jenis pantai datar dan memanjang, karena sebagian besar zona
mempunyai topografi dan kelerengan yang rendah dan datar (0 DPL dan 0-2%),
serta mempunyai jenis pantai memanjang dengan tutupan pasir. Hanya zona 11 yang
mempunyai bentuk pantai teluk serta zona 13 yang mempunyai karakter fisik agak
curam dan berbentuk teluk karena pada zona 13 mempunyai kelerengan 5-15%
4. Ekosistem laut yang terdapat di Kabupaten Cilacap berada di luar area terlanda,
yaitu pada Pulau Nusakambangan arah utara. Letak ekosistem laut yang berada jauh
dari garis pantai menyebabkan daerah pesisir tidak mempunyai wilayah perlambatan
arus gelombang tsunami.
5. Jenis penggunaan lahan yang terdapat di area terlanda tsunami Kabupaten Cilacap
cukup beragam, yaitu terdiri dari ruang terbuka hijau (rumput, semak, dll), pasir,
persawahan, tegalan serta permukiman. Pola dari penggunaan lahan pada area
terlanda belum membentuk suatu pola yang terstruktur dengan baik.
6. Masyarakat pesisir di area terlanda pada umumnya belum mempunyai pengetahuan
yang cukup terkait dengan penggunaan lahan yang aman pada area pesisir, karena
orientasi bermukim masyarakat hanya didasarkan atas latarbelakang perekonomian.
Selain itu, pemahaman mereka terkait dengan kebencanaan tsunami pada tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
2006 silam, masyarakat mengaku belum mengetahui bagaimana cara
menyelamatkan diri. Hal tersebut dikarekanan sebelum tahun 2006 belum dilakukan
sosialisasi terkait upaya evakuasi oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap.
7. Jika dikorelasikan antara karakteristik bencana tsunami Cilacap tahun 2006 silam
dengan karakteritik penggunaan lahan area terlanda di Cilacap tahun 2006 silam
maka didapat faktor penentu lokasi aman dengan urutan sebagai berikut :
a. Kelerengan yang semakin rendah akan sangat peka terhadap ketinggian
gelombang tsunami
b. Topografi yang rendah akan sangat peka terhadap ketinggian gelombang
tsunami
c. Jenis penggunaan lahan yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya
turbulensi gelombang tsunami, sehingga gelombang tsunami akan menyebar ke
dalam daratan
d. Karakter fisik lingkungan akan sangat peka terhadap ketinggian dan jarak
landaan tsunami jika memiliki karakter datar dan pasir. Semakin datar pantai
serta semakin lembut partikel penyusun pantainya maka ketinggian dan jarak
landaan tsunami akan semakin besar.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan masukan terkait muatan
peruntukkan lahan pada dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan
Pesisir Rawan Bencana Tsunami yang belum tersusun.
6.2 Saran
Setelah dilakukan analisis terkait bencana tsunami dengan penggunaan lahan di area
terlanda Cilacap tahun 2006 maka disarankan dilakukan zonasi ulang terkait
penggunaan lahan kawasan pesisir serta perlu dilakukan upaya perencanaan teknis
terkait usaha untuk memperlambat gelombang tsunami.
Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk dilakukan penelitian lanjutan terkait
dengan diupayakannya permodelan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan input
bahan dalam penelitian selanjutnya. Dengan adanya penelitian lanjutan maka tujuan
awal penelitian ini sebagai persiapan dalam melakukan penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pesisir Kabupaten Cilacap khususnya dalam
muatan peruntukkan lahan dapat terpenuhi.