Upload
trinhquynh
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi
Vol. 4, No. 1, Mei 2012, 113 - 126
113
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2010
M. Umar Mai Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung
Abstract
This study aims to determine and analyze the influence of profitability, growth opportunities, firm size, and firm’s life-cycle stage on dividend policy. The sample used was the manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange with the observation period starting in 2004 to 2010. The results showed that: 1) Profitability is measured as the ratio of earnings after tax to the book value of total equity (return on equity) have a positive and significant impact on dividend policy represented by dividend payout ratio; 2) Growth opportunities is measured as the percent change in a firm’s total assets have a negative effect and significant impact on dividend policy, represented by dividend payout ratio; 3) Firm size is measured as the book value of total assets have a negative effect and significant impact on dividend policy, represented by dividend payout ratio; and 4) Firm’s life-cycle stage is measured as the ratio of retained earnings to total book equity does not affect significantly to dividend policy represented by dividend payout ratio . Key Word: dividend policy, profitability, growth opportunities, firm size, firm’s life-cycle stage. return on equity, dividend payout ratio, and total assets.
PENDAHULUAN
Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang dibagikan oleh perusahaan
kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya
(Martin et al., 1994). Bagi investor dividen merupakan komponen return disamping
capital gain, sedangkan bagi perusahaan kebijakan dividen adalah suatu keputusan
yang sangat penting. Pentingnya kebijakan dividen bagi perusahaan karena
pembayaran dividen mungkin akan mensejahterakan para pemilik saham yang pada
gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan, namun di sisi lain laba ditahan
merupakan sumber dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan
perusahaan (Brigham dan Houston, 2006). Literatur keuangan menyarankan bahwa
sebaiknya perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang optimal, yaitu kebijakan
yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa
mendatang yang dapat memaksimalkan harga saham (Van Horne et al., 2004).
Menjelaskan kebijakan dividen merupakan suatu hal yang sulit dan
merupakan tantangan bagi ahli ekonomi bidang keuangan. Meskipun beberapa
dekade yang lalu telah banyak dilakukan studi, dan telah banyak fakta yang berhasil
dikumpulkan, namun para ahli mengakui ternyata masih harus melengkapi
Ekspansi
Keuangan
114
pemahaman tetang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan cara
bagaimana faktor-faktor itu saling berhubungan. Brealey dan Myers (2005)
mengurutkan dividen sebagai salah satu dari sepuluh permasalahan yang penting
yang tak terpecahkan di dalam keuangan menguatkan pernyataan ini.
Fama dan French (2001) menemukan bukti bahwa ada tiga karakteristik
yang mempengaruhi perusahaan untuk membayar dividends, yaitu ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan peluang-peluang investasi. Megginson (1997)
menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam industri yang mature
cenderung untuk membayarkan lebih banyak deviden daripada perusahaan yang
masih muda dan sedang mengalami pertumbuhan. Sejalan dengan itu, De Angelo,
De Angelo dan Stulz (2006) menyatakan bahwa dividen cenderung dibayar oleh
perusahaan yang berada pada tahapan mature dimana kesempatan untuk
berkembangan sudah rendah dan tingkat keuntungan yang diperoleh sudah tinggi.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
menguji kembali faktor-faktor penentu dari suatu kebijakan pembayaran dividen
perusahaan. Khususnya, penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan:
Apakah profitabilitas (profitability), tahapan daur hidup (life-cycle stage), peluang
pertumbuhan (growth opportunities), dan ukuran perusahaan (firm size)
berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen?
TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Hubungan Profitabilitas dengan Kebijakan Dividen
Studi DeAngelo dan DeAngelo (1990) dan DeAngelo dan Skinner (1992)
menemukan bukti bahwa profitability berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kebijakan dividen. Pruitt and Gitman (1991) di U.S. menemukan bukti bahwa
kebijakan dividen suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh tingkat profitability
pada periode yang berjalan dan periode-periode sebelumnya, temuan ini sejalan
dengan hasil penelitian Baker dan Powell (2000). Studi Baker, Veit, dan Powell
(2001) menemukan bukti di perusahaan-perusahaan Nasdaq bahwa pembayaran
dividen sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu stabilitas dari earnings, tingkat
earnings pada periode yang bersangkutan, dan tingkat earnings yang diharapkan
pada periode-periode yang akan datang, temuan ini sejalan dengan hasil penelitian
dari Baker, Mukherjee, dan Paskelian (2005).
Goaied, dan Belanes (2006) menemukan bukti di Tunisia bahwa profitability
berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend yield. Denis dan Osobov
(2007) menemukan bukti di enam negara yaitu; U.S.A., Kanada, United Kingdom,
M. Umar Mai
115
Jerman, Prancis dan Jepang, bahwa profitability berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kebijakan pembayaran dividen. Al-Malkawi (2007) menemukan bukti di
Jordania bahwa profitability berpengaruh positif terhadap dividend yield. Hedensted
dan Raaballe (2007) menyimpulkan bahwa kemurahan hati dari perusahaan-
perusahaan di Denmark dalam pembayaran dividen adalah secara positif
berhubungan dengan return on equity. Dengan demikian, berdasarkan telaah
pustaka yang telah diuraikan maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1:
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan pembayaran dividen. Hubungan Peluang Pertumbuhan Perusahaan dengan Kebijakan Dividen
Smith dan Watts (1992) serta Gaver dan Gaver (1993) menemukan bahwa
perusahaan high growth membayar dividen yang rendah. Perusahaan high growth
mempunyai kesempatan investasi yang lebih tinggi daripada low growth sehingga
memerlukan dana yang cukup besar untuk investasi. Dana internal akan lebih
murah dibandingkan dengan mencari pendanaan eksternal (leverage dan atau
penerbitan ekuitas baru) sehingga penggunaan dana internal yang tinggi akan
mengurangi porsi earnings yang dibagikan sebagai dividen.
Megginson (1997) menyatakan bahwa di Amerika rata-rata nisbah
pembayaran deviden suatu industri adalah berhubungan positif dengan
ketersediaan set kesempatan investasi. Sementara itu, Allen dan Michaely (2002)
menyatakan bahwa penurunan dalam kesempatan investasi akan menghasilkan
peningkatan dalam aliran kas bebas, dimana hal ini akan mendorong pada
peningkatan pembayaran deviden. Hasil studi Smith dan Watts (1992) menyatakan
bahwa bahwa perusahaan dengan kesempatan bertumbuh yang lebih besar
memiliki tingkat hasil deviden yang rendah, leverage yang rendah, dan kompensasi
pada eksekutif yang tinggi.
Gaver dan Gaver (1993) melakukan penelitian lanjutan terhadap temuan
Smith dan Watts (1992), hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif
antara kesempatan investasi dengan tingkat hasil dividen. Gul (1999) melakukan
penelitian untuk masalah yang sama di China. Hasilnya menunjukkan bahwa set
kesempatan investasi memiliki hubungan negatif dengan penentuan kebijakan
pembayaran deviden. Dengan demikian, berdasarkan telaah pustaka yang telah
diuraikan maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 2:
Peluang pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen
Ekspansi
Keuangan
116
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen
Semakin besar ukuran perusahan maka dividen yang dibagikan akan
bertambah pula (Gaver dan Gaver; 1993). Menurut Crutchley dan Hansen (1989)
perusahaan besar akan menghadapi liquidity based diversification cost bagi
manajer yang semakin tinggi, dan flotation cost yang rendah. Selanjutnya, flotation
cost yang rendah didukung dengan pembagian dividen yang tinggi. Selanjutnya,
Papadopoulos dan Charalambidis (2007) berdasarkan hasil penelitiannya di Athens
Stock Exchange, menemukan bukti bahwa firm size berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pembayaran dividen tunai. Al-Malkawi (2007) menemukan bukti
di Jordania bahwa firm size berpengaruh positif terhadap dividend yield.
Dickens, Casey, dan Newman (2002) menemukan bukti di U.S. bahwa bank-
bank yang berukuran besar, dan mungkin mempunyai biaya kebangkrutan yang
lebih rendah, membayar dividends lebih tinggi, temuan ini sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan Barclay, Smith, and Watts (1995) pada
perusahaan-perusahaan manufaktur di U.S. Denis dan Osobov (2007) menemukan
bukti di enam negara U.S..A, Kanada, United Kingdom, Jerman, Prancis dan
Jepang, bahwa dividen, yang diukur dengan dummy variable, dipengaruhi positif
oleh firm size.
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori keagenan menggunakan tiga
asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri
(self interest); (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality); dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk
averse). Berdasarkan pada asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai
manusia akan bertindak opportunistic, yaitu akan mengutamakan kepentingan bagi
pribadinya. Dalam situasi ini, maksimisasi kekayaan pemegang saham akan
mengambil tempat dibagian belakang jika muncul konflik dengan tujuan manajer.
Tujuan utama para manajer adalah memaksimalkan besarnya perusahaan, karena
dengan menciptakan perusahaan yang tumbuh cepat dan besar, manajer (i)
meningkatkan keamananan akan pekerjaan mereka, karena kecil kemungkinan
perusahaan akan diambil alih secara paksa, (ii) meningkatkan jabatan, status, dan
gaji mereka, serta (iii) meningkatkan kesempatan bagi manajer tingkat bawah dan
menengah. Lebih jauh, karena manajer perusahaan besar hanya memiliki saham
dalam presentase yang kecil, maka mereka hanya memikirkan gaji serta kebutuhan
akan barang mewah, dan menyumbangkan dana perusahaan untuk nama baik
mereka, tetapi atas beban pemegang saham lainnya (Brigham dan Houston, 2001).
M. Umar Mai
117
Sejalan dengan teori keagenan, Naceur, Goaied, dan Belanes (2006)
menemukan bukti di Tunisia bahwa firm size berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap dividend yield. Hasil penelitian Hedensted dan Raaballe (2007)
menyimpulkan bahwa kemurahan hati dari perusahaan-perusahaan di Denmark
dalam pembayaran dividen adalah secara negatif berhubungan dengan
concentrated owner structure dan firm size. Dengan demikian, berdasarkan telaah
pustaka yang telah diuraikan di atas maka hipotesis yang diajukan adalah mengacu
pada agency theory dan hasil-hasil penelitian yang dirujuk terakhir, yaitu sebagai
berikut:
Hipotesis 3:
Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan pembayaran dividen Hubungan Tahapan Daur Hidup Perusahaan dengan Kebijakan Dividen
Senchak dan Lee (1980) menemukan bukti bahwa pada saat mengalami
pertumbuhan pesat (tahapan growth), perusahaan yang mengadopsi full financing
position maka tidak akan membayar dividen sama sekali. Pada tahap pertumbuhan
rendah (tahapan mature), perusahaan tetap menggunakan kebijakan zero dividend,
namun untuk pembiayaan dipergunakan bauran hutang dan laba ditahan. Pada
tahap pertumbuhan negatif (tahapan decline), perusahaan akan melakukan
kebijakan liquidating dividend dan kebijakan pembayaran hutang.
Penelitian empiris yang dilakukan Fama dan French (2001) membagi
tahapan daur hidup menjadi dua yakni strong growth (tahapan growth) dan low
growth (tahapan mature). Dengan mempergunakan 750 sampel untuk periode tahun
1963 sampai dengan tahun 1998, menemukan adanya hubungan antara tahapan
daur hidup dengan kebijakan pembayaran dividen, dimana perusahaan pada
tahapan growth cenderung untuk mempertahankan labanya. Hal ini berbeda dengan
perusahaan pada tahapan mature, ditandai dengan kencenderungan pembayaran
dividen.
Grullon, Michaely dan Swaminathan (2002) menyatakan bahwa ketika
perusahaan masuk pada tahap daur hidup mature, maka kesempatan investasi
akan menjadi berkurang. Pada saat perusahaan mencapai tahapan mature, maka
pada saat itu pula terjadi penurunan risiko sistematis. Penurunan risiko ini
disebabkan karena asset yang ada saat ini mengalami penurunan risiko dan
perusahaan menghadapi kesempatan untuk tumbuh kembang yang semakin kecil.
Penurunan kesempatan investasi akan mendorong pada peningkatan aliran kas
bebas, sehingga akhirnya berdampak pada peningkatan pembayaran dividen.
Ekspansi
Keuangan
118
Hasil penelitian De Angelo, De Angelo dan Stulz (2006) menyatakan bahwa
dividen cenderung dibayar oleh perusahaan yang berada pada tahapan mature
dimana kesempatan untuk berkembangan sudah rendah dan tingkat keuntungan
yang diperoleh sudah tinggi. Sedangkan perusahaan yang berada pada tahapan
growth dengan kesempatan investasi yang tinggi cenderung untuk
mempertahankan labanya daripada membayar dalam bentuk dividen. Dengan
demikian, berdasarkan telaah pustaka yang telah diuraikan maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 4:
Tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan periode pengamatan mulai tahun 2004
sampai tahun 2010. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling, dengan kriteria sebagai berikut; (1) Perusahaan menerbitkan laporan
keuangan dari tahun 2004 sampai tahun 2010; (2) Perusahaan memiliki data
laporan keuangan lengkap selama periode yang diamati; (3) Perusahaan
membagikan dividen tunai. Berdasarkan pada kriteria-kriteria pemilihan sampel
tersebut, maka diperoleh sebanyak 294 sampel perusahaan. Selanjutnya untuk
mendapatkan normalitas data secara multivariate, maka sebanyak 94 sampel
perusaan yang bersifat outlier dibuang. Dengan demikian, penelitian ini hanya
menggunakan 200 sampel perusahaan.
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan satu model persamaan regresi dari lima model
yang disarankan oleh Gujarati (2003) untuk menangani pooled data atau gabungan
antara crossection data dan time series data. Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Pooled Regression Model, yaitu suatu model yang relatif
sederhana karena mengasumsikan intercept dan koefisien regresi (slope) adalah
konstan untuk setiap perusahaan dan periode yang dianalisis. Dengan demikian
metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Adapun, model
persamaan regresi linier berganda yang dimaksud dapat dikemukakan sebagai
berikut:
DPR = α0 + α1 ROE + α2 GROWTH + α3 SIZE + α4 RE/EQ + ε.................(1)
M. Umar Mai
119
Berdasarkan pada persamaan regresi linier berganda di atas, dapat
diketahui bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel
dependen dan empat independen, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Dependent Variable:
Penelitian ini hanya menggunakan satu dependent variable, yaitu kebijakan
dividen (dividend policy) yang diproksi dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dan
diperoleh dengan menggunakan rumus:
EAT
DPSDPR
Dimana:
DPS = Dividend Per Share; dan EPS = Earnings Per Share
Independent Variable:
Penelitian ini menggunakan empat idependent variable yaitu terdiri dari:
profitability, growth opportunities; life-cycle stage; dan firm size. Selanjutnya, untuk
menentukan nilai dari masing-masing variabel independen tersebut, maka akan
digunakan rumus sebagai berikut:
1. Profitability:
Profitabilitas diproksi dengan Return on Equity (ROE), yaitu rasio Earnings
After Tax ( EAT)/Book Value of Equity, atau menggunakan rumus sebagai berikut:
EquityTotal
EATROE
2 Growth Opportunities:
Peluang pertumbuhan atau growth opportunities (GROWTH) diproksi
dengan persentase perubahan dalam total assets selama setahun, atau
menggunakan rumus:
1
1
t
tt
A
AAGROWTH
Dimana
At = Nilai total asset suatu perusahaan pada suatu tahun tertentu (t) At-1 = Nilai total asset untuk suatu perusahaan pada satu tahun sebelumnya (t-1)
3. Firm Size
Ekspansi
Keuangan
120
Ukuran perusahaan (Firm Size) diproksi dengan total assets, atau dapat
dituliskan sebagai berikut: AssetsTotalASIZE t
4. Life-Cycle Stage
Tahapan daur hidup (life-cycle stage) perusahaan diproksi dengan Ratio
Retained Earning to The Book Value of Total Equity (RE/EQ).
EquityTotal
EarningtainedEQRE
Re/
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa penelitian ini menggunakan metode
analisis data regresi linier berganda dengan program SPSS for Windows versi 15.
Adapun, hasil analisis tersebut dapat disajikan pada Tabel 1, sebagai berikut:
TABEL 1
SIGNIFIKANSI KOEFISIEN REGRESI PENGARUH ROE, RE/EQ, GROWTH , DAN SIZE TERHADAP DPR
Unstandardized Coefficients
B Std. Error t - statistics Sig.
Constanta 0,301 0,028 10,851 0,000
ROE 0,004 0,001 2,677 0,008
GROWTH -0,275 0,074 -3,716 0,000
SIZE -0,007 0,004 -1,993 0,048
RE/EQ -0,038 0,045 -0,846 0,399
R2 0,101 Std. Error of The Estimate 0,15325
Adjusted R2 0,082 Sig F 0,000
a
F. Statistic 5,463 Durbin-Watson 1,864
Dependent Variable: Dividend Payout Ratio (DPR)
Sumber: Ringkasan hasil analisis data mengggunakan Program SPSS
Tabel 1 menunjukkan bahwa model persamaan regresi linier berganda
dalam penelitian ini mempunyai nilai adjusted R2 sebesar 0,082. Berarti variasi dari
nilai variabel DPR ditentukan oleh variasi dari nilai-nilai variabel ROE, GROWTH,
SIZE, dan RE/EQ sebesar 8,20%. Gooness of fit dari model ini adalah baik, hal ini
ditunjukkan dengan nilai F statistic sebesar 5,463 dan level of significance sebesar
α = 1%. Sebelum hasil analisis ini digunakan untuk menguji keempat hipotesis yang
mengikutinya, maka serangkaian pengujian asumsi klasik akan dilakukan.
M. Umar Mai
121
Pengujian asumsi-asumsi klasik tersebut terdiri dari: (1) ada tidaknya multilinieritas,
(2) ada tidaknya heteroskedastisitas, dan (3) ada tidaknya autokorelasi.
Model persamaan regresi dikatakan tidak mempunyai gejala multikolinieritas
apabila koefisien korelasi antara variabel independen <0,5. selanjutnya, dapat
dikemukakan bahwa hasil pengujian menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara
variabel independen (ROE, GROWTH, SIZE, RE/EQ) semuanya mempunyai nilai
koefisien korelasi < 0,5. Berarti bahwa pada model regresi linier berganda ini tidak
ditemukan adanya gejala multikolinieritas.
Pengujian untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskesidastisitas pada
model regresi di atas, digunakan metode Park Gleyser. Hasil analisis pengujian
memperlihatkan bahwa siginifansi-t untuk variabel independen return on equity
adalah 0,238, lyfe-sicle stage 0,445, growth opportunity 0,345 dan firm size adalah
0,387 yang mana keempat variabel independen tersebut lebih besar dari alpha (α)
yang ditentukan yaitu 0,05. Dengan demikian model persamaan regresi linier
berganda di atas terbebas dari gejala heteroskedastisitas.
Pengujian ada tidaknya gejala autokorelasi dilakukan dengan
memperhatikan nilai Durbin-Watson. Berdasarkan hasil analisis regresi linier
berganda sebagaimana dicantumkan pada Tabel 1, model ini mempunyai nilai
Durbin Watson sebesar 1,862. Sedangkan dari tabel diperoleh nilai dL untuk jumlah
sampel n = 200, k = 4 dan alpha = 0,05 adalah sebesar 1,679, nilai dU adalah
sebesar 1,788. Dengan demikian nilai Durbin-Watson dari model persamaan regresi
linier berganda ini berada pada ”dU s.d 4 – dU” yang berarti tidak mengandung
gejala autokorelasi.
Berdasarkan hasil pengujian kelayakan model (gooness of fit) dan asumsi-
asumsi klasik, maka dapat disimpulkan bahwa hasil analisis regresi linier berganda
dalam penelitian ini adalah layak untuk menguji hipotesis-hipotesis yang
mengikutinya. Selanjutnya, berdasarkan pada Tabel 1 di atas, maka dapat disusun
persamaan regresi linier berganda, sebagai berikut:
DPR = 0,301 + 0,004 ROE - 0,275 GROWTH - 0,007 SIZE
(t) (0,000) (0,008) (0,000) (0,048)
-0,038 RE/EQ.............................................................................. (2)
(t) (0,399)
Pembahasan Hasil Penelitian
Ekspansi
Keuangan
122
Hasil analisis data yang disajikan dalam persamaan regresi linier berganda
di atas, menunjukkan bahwa pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,004 dan nilai sig-t
0,008, yang berarti suatu pengaruh positif dan signifikan pada tingkat = 1%. Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan
yang diukur dengan return on equity, maka akan semakin besar pembayaran
dividen perusahaan yang diukur dengan dividend payout ratio. Dengan demikian
hipotesis 1, yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap
kebijakan pembayaran dividen, dapat diterima. Hasil penelitian ini mendukung
studi Al-Malkawi (2007) di Jordania dan Denis dan Osobov (2007) di enam negara
yaitu; U.S.A., Kanada, United Kingdom, Jerman, Prancis dan Jepang, yang
menemukan bukti bahwa profitability berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kebijakan pembayaran dividen.
Hasil analisis data yang disajikan pada persamaan 2, menunjukkan bahwa
pengaruh Growth Opportunities (GROWTH) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0,275 dan nilai sig-t 0,000, yang berarti
suatu pengaruh negatif dan signifikan pada tingkat = 1%. Dengan demikian
hipotesis 2, yang menyatakan bahwa peluang pertumbuhan perusahaan
berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen, dapat diterima. Hasil penelitian
ini mendukung temuan Smith dan Watts (1992), Gaver dan Gaver (1993), dan
Gugler (2003) yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan kesempatan investasi
(peluang pertumbuhan) yang rendah akan membayarkan dividen dalam jumlah
besar. Hal ini mengindikasikan terdapatnya hubungan negatif antara peluang
pertumbuhan dengan kebijakan pembayaran deviden.
Hasil analisis data yang disajikan pada persamaan 2, menunjukkan bahwa
pengaruh Firm Size (SIZE) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) mempunyai nilai
koefisien regresi sebesar -0,007 dan nilai sig-t 0,048, yang berarti suatu pengaruh
negatif dan signifikan pada tingkat = 5%. Dengan demikian hipotesis 3, yang
menyatakan bahwa peluang ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh negatif
terhadap pembayaran dividen, dapat diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa para manajer dari perusahaan-perusahaan yang terpilih menjadi anggota
sampel cenderung untuk berperilaku oportunistik. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan temuan Naceur, Goaied, dan Belanes (2006) di Tunisia dan temuan
Hedensted dan Raaballe (2007) di Denmark.
Hasil analisis data yang disajikan pada persamaan 2 di atas, menunjukkan
bahwa pengaruh Life-Cycle Stage (RE/EQ) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
M. Umar Mai
123
mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0,038 dan nilai sig-t 0,399, yang berarti
suatu pengaruh negatif tetapi tidak signifikan. Hasil pengujian ini, walau pun tidak
signifikan, menunjukkan arah hubungan kausalitas yang bertentangan dengan
pernyataan hipotesis. Dengan demikian hipotesis 4, yang menyatakan bahwa
tahapan daur hidup (life-cycle stage) perusahaan berpengaruh positif terhadap
kebijakan deviden, tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini ternyata tidak
mendukung malah dapat dikatakan bertolak belakang dengan temuan Megginson
(1997), Senchak dan Lee (1980), Fama dan French (2001), Grullon, Michaely dan
Swaminathan (2002), dan De Angelo, De Angelo dan Stulz (2006) menyatakan
bahwa dividen cenderung dibayar oleh perusahaan yang berada pada tahapan
mature dimana kesempatan untuk berkembangan sudah rendah dan tingkat
keuntungan yang diperoleh sudah tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
pembayaran dividen yang diproksi dengan Dividend Payout Ratio adalah signifikan
dipengaruhi: 1) secara positif oleh profitabilitas yang diproksi dengan Return on
Equity; 2) secara negatif oleh peluang pertumbuhan yang diproksi dengan
persentase perubahan dalam total assets selama setahun; dan 3) secara negatif
oleh firm size yang diproksi dengan total assets perusahaan.
Hasil analisis yang telah dilakukan ini, juga menunjukkan bahwa Tahapan
Daur Hidup (Life-Cycle Stage) perusahaan yang diproksi dengan Ratio Retained
Earning to The Book Value of Total Equity tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, hasil penelitian ini menyarankan kepada
para investor atau para calon investor, bahwa apabila akan melakukan investasi
hendaknya memilih perusahaan-perusahaan yang profitable. Apabila investor atau
calon investor tersebut tidak menyukai dividen, karena satu dan lain hal seperti
investor yang tidak membutuhkan uang tunai, investor yang terkena pajak tinggi,
maka hendaknya memilih perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh atau
perusahaan yang mempunyai growth opportunities yang tinggi. Selanjutnya, hindari
perusahaan yang mempunyai ukuran yang besat dengan tingkat profitabilitas yang
rendah.
Ekspansi
Keuangan
124
DAFTAR PUSTAKA
Al-Malkawi, Husam-Aldin Nizar (2007), “Determinants of Corporate Dividend Policy in Jordan: An Application of the Tobit Model”. Journal of Economic and Administrative Sciences, Vol. 23, No. 2: pp. 44-70.
Allen, F., dan R. Michaely, 2002, Payout Policy, Working Paper, Code: 01-21 B, The
Wharton Financial Institution Center. Baker, H. Kent and Gary E. Powell (2000), “Factors Influencing Dividend Policy
Decision”. Financial Practice and Education. Forthcoming in Spring/Summer issue.
Baker, H. Kent, E. Theodore Veit, dan Gary E. Powell (2001), “Factors Influencing
Dividend Policy Decisions Of Nasdaq Firms”. The Financial Review. Vol. 38: pp. 19-38.
Baker, H. Kent; Tarun K. Mukherjee; Ohannes George Paskelian (2005), ”corporate
dividend policy: the views of british financial managers”. JEL classification: G35.
Barclay, M.J., Smith, C.W., Jr., and R.L. Watts (1995), “The Determinants of
Corporate Leverage and Dividend Policies”. Journal of Applied Corporate Finance, Vol. 8: pp. 4-19.
Brigham, Eugene F. and Houston Joel F. (2006), “Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Jilid 1”. Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto, Edisi Kesepuluh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Brealey, R., and S. Myers (2005), Principles of Corporate Finance, 8th edn. London: McGraw-Hill.
Crutchley, Claire E Marlin R.H. Jensen, John S Jahera, Jr, Jennie E. Raymond,
1999, Agency Problems and The Simultaneity of Financial Decision Making The Role of Institutional Ownership, International Review of
Financial Analysis; 8:2, pp. 177-197 DeAngelo, H. and L. DeAngelo (1990), “Dividend policy and financial distress: An
empirical investigation of troubled NYSE firms”. Journal of Finance, Vol.
45: pp. 1415-1431. DeAngelo, H., L. DeAngelo, and D. Skinner (1992), “Dividends and losses”. Journal
of Finance, Vol. 47: pp. 1837-1864.
DeAngelo, H., L. DeAngelo and D.J. Skinner (2002), “Are Dividend Disappearing?
Dividend Concentration and the Consolidation of Earning”. Working Paper, Code No. 02-9, USC Finance and Business Economics, USC Marshall School of Business.
DeAngelo, H., L. DeAngelo dan R.M. Stulz, 2006, Dividend Policy and the
Earned/Conributed Capital Mix: a Test of Life Cycle Theory, Journal of Financial Economics, Vol. 81: 227-254.
M. Umar Mai
125
Denis, David J., and Egor Osobov (2007), “Why Do Firm’s Pay Dividends ? International Evidence on The Determinants of Dividend Policy”. Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=887643.
Dickens, Ross N., Casey, K. Michael, and Newman, Joseph A. (2002), “Bank
Dividend Policy: Explanatory Factors”. Quarterly Journal of Business & Economics, Vol. 41, No. 1 & 2: pp. 1-12.
Fama, E. F. and K. R. French (2001), “Disappearing Dividends: Changing Firm
Characteristics or Lower Propensity to Pay”? Journal of Financial Economics, Vol. 60: pp. 3-43.
Gaver, Jennnifer J., and Kenneth M. Gaver (1993), “Additional Evidence on the
Association between the Invesment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 16: pp. 125-160.
Grullon, G., R. Michaely, dan B. Swaminathan, 2002, Are Dividend Changes a sign
of firm maturity?, Journal of Business, Vol. 75: 387-424. Gugler, K., 2003, Corporate Governance, Dividend Payout Policy, and the
Interrelation between Dividend, R&D, and Capital Investment, Journal of Banking and Finance, Vol. 27: 1297-1321.
Gujarati, Damodar N, 2003, Basic Econometrics, Fourth Edition, Mc Graw-Hill,
Inc. Gul, F.A., 1999a, Government Share Ownership,Investment Opportunity Set and
Corporate Policy Choices in China, Pacific Basin Finance Journal, Vol. 7: 157-172.
Gul, F.A., 1999b, Growth Opportunities, Capital Structure and Dividend Policies in
Japan, Journal of Corporate Finance, Vol. 5: 141-168. Martin, John D., Keown, Arthur J., Petty, J. William, and Scott, Jr., David F. (1994),
“Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Edisi Kelima, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Megginson, W.L., 1997, Corporate Finance Theory, Addison Wesley.
Naceur, Samy Ben., Mohamed Goaied., and Amel Belanes (2006), “On The
Determinants And Dynamics Of Dividend Policy”. International Review of Finance, Vol. 6. No. 1-2: pp. 1-23.
Papadopoulos, Dimitrios L., and Dimitrios P. Charalambidis (2007), “Focus on
Present Status and Determinants of Dividend Payout Policy: Athens Stock Exchange in Pespective”. Journal of financial Management and Analysis,
Vol. 20, No. 2: pp. 24-37. Pruitt, Stephen W. and Lawrence J. Gitman (1991), “The Interactions between the
Invesment, Financing, and Dividend Decisions of Major U.S. Firm”. Financial Review, Vol. 26, No. 3 (August): pp. 409-430.
Ekspansi
Keuangan
126
Smith, Jr., Clifford W., and Ross L. Watts (1992), “The Invesment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies”. Journal of Financial Economics, Vol. 32: pp. 263-292.
Senchack, A.J., dan W.Y. Lee, 1980, Comparative Dynamics in a Life Cycle Theory
of the Firm, Journal of Business Research, Vol._: 159-185.
Van Horne, James and Wachowich (2004),“Fundamental of Financial Management”.
Prentice Hall. England.
M. Umar Mai
127
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Ekspansi
Keuangan
128