8
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-283 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM DEMAND) DALAM MENINGKATKAN PERANAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PARIWISATA DI BALI Nyoman Budiartha R.M. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran–Bali–Indonesia; email: [email protected] ABSTRAK Makalah ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan mengajukan alternatif model perencanaan infrastruktur transportasi untuk meningkatkan keberlanjutan dan daya saing (Agent of Development ) pariwisata Bali. Model perencanaan diuji dengan penilaian atribut yang terdiri dari: (1) perjalanan, (2) motivasi, (3) destinasi. Selanjutnya, dari atribut tersebut dapat disusun Model Agregat Preferensi Wisatawan (MAPW) atas obyek wisata dan tujuan kunjungannya. Dalam model ini diasumsikan bahwa pada dasarnya wisatawan dianggap tidak dapat menggambarkan secara persis (presisi) alasan pemilihan lokasi tujuan wisata yang diinginkan sebagai akibat informasi tidak presisi (imprecise information), dan bukan akibat adanya variabel acak (randomness). Oleh karena itu, MAPW disusun dengan menggunakan pendekatan model Fuzzy AHP dan TOPSIS. Implementasi model pada studi kasus daerah wisata di Bali mengindikasikan bahwa mencari kesenangan dengan pelarian total terhadap kejenuhan/kegiatan sehari-hari (escape), keamanan pribadi, dan persahabatan menjadi 3 faktor yang paling penting untuk wisatawan yang berkunjung ke Bali. Biaya ternyata tidak begitu penting. Paket destinasi Kuta, Sanur dan Ubud menjadi 3 besar prioritas utama dalam kunjungan ke Bali. Kata Kunci: Agent of Development, Model fuzzy AHP dan TOPSIS, Model Aggregat Preferensi Wisatawan (MAPW). PENDAHULUAN 1. Pertumbuhan wisatawan yang cukup signifikan akhir-akhir ini dengan penggunaan alat transportasi yang semakin besar dan canggih, preferensi wisatawan terhadap destinasi wisata dan kendala waktu yang ketat merupakan komponen-komponen yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terkait dengan perencanaan infrastruktur transportasi. Penelitian-penelitian sebelumnya pada umumnya mengasumsikan pelaku ekonomi dalam transport selalu mengikuti hasil optimasi yaitu biaya transportasi yang paling rendah, sebagian besar penulis membahas kebutuhan transportasi yang efisien sebagai keseluruhan elemen dalam keberhasilan program pengembangan pariwisata, hanya sedikit yang benar-benar melakukan penelitian bahwa transportasi sebagai faktor yang sangat berarti dalam pengembangan destinasi (Agent of Development). Hal ini diperkuat oleh kenyataan tidak diperhitungkan dan tidak sepenuhnya dimengerti bahwa wisatawan memiliki kebutuhan yang berbeda dari penduduk lokal. Sebagian besar penelitian yang sudah dilakukan untuk kebijakan dan manajemen transportasi cenderung menerapkan strategi lokal. Salah satu tantangan yang utama dalam studi dampak infrastruktur transportasi adalah untuk mengidentifikasi kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan mengetahui derajat ketergantungan infrastruktur transportasi terhadap industri-industri tersebut. Bagaimana suatu rancangan fasilitas transportasi dapat mendukung peningkatan wisatawan dan akses yang menjadikan suatu kawasan destinasi yang memiliki daya tarik luar biasa dan menguntungkan dari segi peningkatan keuangan dapat ditawarkan. Pendekatan perencanaan ini dibutuhkan tidak hanya untuk alasan keindahan tetapi yang lebih penting untuk alasan ekonomi. Selanjutnya dampak dari infrastruktur transportasi tidak hanya terbatas pada identifikasi terhadap industri transportasi dan derajat ketergantungan infrastruktur transportasi terhadap industri pariwisata, tetapi pada akhirnya pengembangan untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia khususnya daerah Bali. Data dan fakta seperti diungkapkan di atas mengilustrasikan bahwa perekonomian Bali memang tidak terbantahkan sangat tergantung pada pariwisata. Bukan hanya pemerintah daerah yang banyak berharap dari sektor jasa ini untuk menggerakkan roda pembangunan, tetapi juga sebagian besar masyarakat hidupnya tergantung pada sektor jasa ini. Jadi dapat dikatakan bahwa pariwisata Bali telah menjadi mesin penggerak perekonomian rakyat di Bali, bahkan ikut menggerakkan perekonomian propinsi berdekatan melalui permintaan produk produk kebutuhan masyarakat Bali dan wisatawan yang diproduksikan di propinsi tersebut; misalnya, bahan pangan dari Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.

ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM …konteks.id/p/05-075.pdf · 2016-12-15 · kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan ... di udara dan bandara,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM …konteks.id/p/05-075.pdf · 2016-12-15 · kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan ... di udara dan bandara,

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-283 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM DEMAND) DALAM MENINGKATKAN PERANAN

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PARIWISATA DI BALI

Nyoman Budiartha R.M.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran–Bali–Indonesia; email: [email protected]

ABSTRAK Makalah ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan mengajukan alternatif model perencanaan infrastruktur transportasi untuk meningkatkan keberlanjutan dan daya saing (Agent of Development ) pariwisata Bali. Model perencanaan diuji dengan penilaian atribut yang terdiri dari: (1) perjalanan, (2) motivasi, (3) destinasi. Selanjutnya, dari atribut tersebut dapat disusun Model Agregat Preferensi Wisatawan (MAPW) atas obyek wisata dan tujuan kunjungannya. Dalam model ini diasumsikan bahwa pada dasarnya wisatawan dianggap tidak dapat menggambarkan secara persis (presisi) alasan pemilihan lokasi tujuan wisata yang diinginkan sebagai akibat informasi tidak presisi (imprecise information), dan bukan akibat adanya variabel acak (randomness). Oleh karena itu, MAPW disusun dengan menggunakan pendekatan model Fuzzy AHP dan TOPSIS. Implementasi model pada studi kasus daerah wisata di Bali mengindikasikan bahwa mencari kesenangan dengan pelarian total terhadap kejenuhan/kegiatan sehari-hari (escape), keamanan pribadi, dan persahabatan menjadi 3 faktor yang paling penting untuk wisatawan yang berkunjung ke Bali. Biaya ternyata tidak begitu penting. Paket destinasi Kuta, Sanur dan Ubud menjadi 3 besar prioritas utama dalam kunjungan ke Bali.

Kata Kunci: Agent of Development, Model fuzzy AHP dan TOPSIS, Model Aggregat Preferensi Wisatawan (MAPW).

PENDAHULUAN 1.Pertumbuhan wisatawan yang cukup signifikan akhir-akhir ini dengan penggunaan alat transportasi yang semakin besar dan canggih, preferensi wisatawan terhadap destinasi wisata dan kendala waktu yang ketat merupakan komponen-komponen yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terkait dengan perencanaan infrastruktur transportasi. Penelitian-penelitian sebelumnya pada umumnya mengasumsikan pelaku ekonomi dalam transport selalu mengikuti hasil optimasi yaitu biaya transportasi yang paling rendah, sebagian besar penulis membahas kebutuhan transportasi yang efisien sebagai keseluruhan elemen dalam keberhasilan program pengembangan pariwisata, hanya sedikit yang benar-benar melakukan penelitian bahwa transportasi sebagai faktor yang sangat berarti dalam pengembangan destinasi (Agent of Development). Hal ini diperkuat oleh kenyataan tidak diperhitungkan dan tidak sepenuhnya dimengerti bahwa wisatawan memiliki kebutuhan yang berbeda dari penduduk lokal. Sebagian besar penelitian yang sudah dilakukan untuk kebijakan dan manajemen transportasi cenderung menerapkan strategi lokal.

Salah satu tantangan yang utama dalam studi dampak infrastruktur transportasi adalah untuk mengidentifikasi kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan mengetahui derajat ketergantungan infrastruktur transportasi terhadap industri-industri tersebut. Bagaimana suatu rancangan fasilitas transportasi dapat mendukung peningkatan wisatawan dan akses yang menjadikan suatu kawasan destinasi yang memiliki daya tarik luar biasa dan menguntungkan dari segi peningkatan keuangan dapat ditawarkan. Pendekatan perencanaan ini dibutuhkan tidak hanya untuk alasan keindahan tetapi yang lebih penting untuk alasan ekonomi. Selanjutnya dampak dari infrastruktur transportasi tidak hanya terbatas pada identifikasi terhadap industri transportasi dan derajat ketergantungan infrastruktur transportasi terhadap industri pariwisata, tetapi pada akhirnya pengembangan untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia khususnya daerah Bali.

Data dan fakta seperti diungkapkan di atas mengilustrasikan bahwa perekonomian Bali memang tidak terbantahkan sangat tergantung pada pariwisata. Bukan hanya pemerintah daerah yang banyak berharap dari sektor jasa ini untuk menggerakkan roda pembangunan, tetapi juga sebagian besar masyarakat hidupnya tergantung pada sektor jasa ini. Jadi dapat dikatakan bahwa pariwisata Bali telah menjadi mesin penggerak perekonomian rakyat di Bali, bahkan ikut menggerakkan perekonomian propinsi berdekatan melalui permintaan produk produk kebutuhan masyarakat Bali dan wisatawan yang diproduksikan di propinsi tersebut; misalnya, bahan pangan dari Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Page 2: ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM …konteks.id/p/05-075.pdf · 2016-12-15 · kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan ... di udara dan bandara,

Transport

T-284 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model terintegrasi sektor pariwisata–transportasi–tata guna lahan, dalam konteks peranan infrastruktur transportasi dalam meningkatkan keberlanjutan dan daya saing pariwisata Bali. Model ini diharapkan menggambarkan sistem Transportasi secara utuh (holistic) dan terintegrasi sehingga dapat digunakan mengukur kinerja keseluruhan rantai nilai (value chain) yang terlibat dan menghindari local optimization yang cenderung kurang konstruktif pada sistem secara keseluruhan.

TINJAUAN PUSTAKA 2.

Peranan infrastruktur transportasi dalam meningkatkan keberlanjutan dan daya saing pariwisata Chew (1987), Martin (1988) dan Inskeep (1991) sering mendiskusikan bahwa prasarana transportasi paling mendasar yang menentukan daya tarik suatu destinasi wisata. Kaul (1985) sependapat bahwa peranan jaringan (network) transportasi sebagai komponen yang esensial dari keberhasilan pengembangan pariwisata dan menyatakan bahwa transportasi memainkan peran yang penting dalam keberhasilan kreasi dan pengembangan atraksi baru dan juga peningkatan dari sebelumnya. Penyediaan transportasi yang nyaman merubah daerah yang sepi dari daya tarik wisatawan menjadi daerah yang hidup (active) dan makmur sehingga menjadi daya tarik banyak orang. Prideaux (2000) mendefinisikan ”relevansi sistem transportasi terhadap pariwisata cara operasi dan interaksi antara moda transportasi, jalan dan terminal yang mendukung wisatawan ke dan keluar dari destinasi dan juga penyediakan pelayanan transportasi di dalam destinasi” Suatu sistem transportasi yang berkualitas baik dan menarik serta tersedianya prasarana transportasi untuk pelayanan di udara dan bandara, sistem transportasi darat dan rute dan juga prasarana transportasi laut seperti pelabuhan.

Sistem transportasi Transportasi memegang peranan penting dalam pengembangan suatu destinasi. Prideaux (2000) juga menyatakan bahwa sistem transportasi mempunyai peran untuk daerah bangkitan wisatawan atau titik asal (origin points) ke daerah destinasi wisata. Termasuk juga beberapa fungsi yang lain, yakni menyediakan angkutan dari rumah wisatawan menuju ke terminal dimana perjalanan akan dimulai menuju ke destanasi wisata; memberikan pelayanan yang aman, nyaman, tarif yang bersaing dan cepat; menyediakan transportasi didalam daerah tujuan wisata (menuju ke suatu pertunjukan, hotel, shopping); Jika perjalanan wisatawan ke dan didalam daerah tujuan wisata (destinasi) yang diminati terjadi hambatan akibat tidak efisiennya sistem transportasi, seperti misalnya harga yang tidak kompotitif atau perjalanan panjang yang tidak nyaman, ada kemungkinan mereka akan mencari alternatif destinasi yang lain.

Daya tarik wisata dan akomodasi yang menarik tak akan banyak maknanya tanpa dukungan sistem transportasi yang andal dengan tingkat daya hubung yang tinggi dan andal pula. Keandalan pelayanan transportasi adalah prasyarat upaya pengembangan destinasi pariwisata.

Penelitian yang terkait Penelitian yang menilai peranan prasarana transportasi (transport infrastructure) dalam pengembangan destinasi sulit ditemukan. Kebanyakan studi-studi mengenai pariwisata, menghubungkan antara transportasi dan pariwisata didefinisikan hanya dalam bentuk aksesbilitas yakni transportasi dipandang sebagai penghubung antara daerah bangkitan wisatawan (tourist generating) dan daerah destinasi wisata. Beberapa penulis menguji sejarah dari pariwisata dari perspektif perkembangan berbagai moda transportasi (Dickman 1994) yang lain (Mill and Morrison 1985) diantara mereka memberikan perspektif interdisiplin, memandang transportasi hanya sebagai salah satu dari banyak komponen yang bersama-sama sebagai bagian dari sistem pariwisata. Model-model aliran transportasi wisatawan (flow patterns of tourists) juga sudah dikembangkan, tetapi dengan peranan transportasi yang terbatas. Chew (1987), Abeyratne (1993) dan Prideaux (2000) memposisikan bahwa walaupun kebanyakan penulis menyatakan kebutuhan transportasi yang efisien sebagai suatu elemen yang menyeluruh dalam suatu keberhasilan program pengembangan pariwisata, akan tetapi, hanya sedikit yang melakukan investigasi transportasi sebagai suatu faktor dalam pengembangan destinasi

Model arus pariwisata juga telah dikembangkan, tetapi transportasi memiliki peran yang terbatas. Lundgren (1982), misalnya, melihat transportasi dari perspektif geografis dan analisis arus pariwisata antara metropolitan dan tujuan pedesaan. Namun model memperlakukan industry transportasi sebagai elemen dari hirarki spasial antara daerah pedesaan dan metropolitan. Dalam ringkasan ini studi sebelumnya, meskipun mengakui hubungan antara pariwisata dan transportasi, gagal untuk mengidentifikasi hubungan kausal tertentu

Penelitian-penelitian yang ada saat ini masih didominasi oleh model-model ekonometri yang mengikuti pendekatan linier demikian juga beberapa studi lanjutan yang dilakukan terhadap sistem permintaan. Meskipun kontribusi teori permintaan tradisional dalam penelitian pariwisata masih mempunyai peranan yang penting, namun mempunyai kekurangan yang serius karena mengabaikan kekhasan produk (Rugg 1973; Eymann and Ronning 1992; Morley 1992). Lebih jauh lagi, model-model permintaan yang ada tidak melakukan pengukuran sikap wisatawan termasuk layanan atribut persepsi dan perasaan pribadi terhadap berbagai destinasi dan/ atau jasa, mereka tidak peka terhadap

Page 3: ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM …konteks.id/p/05-075.pdf · 2016-12-15 · kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan ... di udara dan bandara,

Transport

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-285 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

berbagai strategi yang dapat dirancang untuk memotivasi / mempengaruhi atau mengubah perjalanan perilaku konsumen.

Pentingnya analisis permintaan pariwisata adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang perilaku publik terhadap destinasi/ wilayah tertentu. Oleh karena itu, menarik untuk mengetahui bagaimana keputusan pilihan destinasi untuk liburan mereka (holidaymakers) dan menyelidiki faktor-faktor yang menentukan pilihan mereka. Kajian pustaka permintaan pariwisata (tourism demand) yang ada didominasi oleh model-model ekonometri yang mengikuti pendekatan linier demikian juga beberapa studi lanjutan yang dilakukan terhadap sistem permintaan. Meskipun kontribusi teori permintaan tradisional dalam penelitian pariwisata masih mempunyai peranan yang penting, namun mempunyai kekurangan yang serius karena mengabaikan kekhasan produk (Rugg 1973; Eymann and Ronning 1992; Morley 1992). Lebih jauh lagi, model-model permintaan yang ada tidak melakukan pengukuran sikap wisatawan termasuk layanan atribut persepsi dan perasaan pribadi terhadap berbagai destinasi dan / atau jasa, mereka tidak peka terhadap berbagai strategi yang dapat dirancang untuk memotivasi / mempengaruhi atau mengubah perjalanan perilaku konsumen.

Metode preferensi dengan model Fuzzy AHP dan TOPSIS dapat memberikan kerangka analitis yang cukup peka dan akurat yang pada gilirannya akan memungkinkan pengukuran persepsi dan preferensi wisatawan menuju suatu tujuan secara eksplisit. Informasi ini sangat penting bagi pengambil kebijakan untuk memahami proses pengambilan keputusan liburan individual.

METODELOGI PENELITIAN 3.

Konsep model Studi ini mencoba mengembangkan model yang dapat mengintergrasikan preferensi wisatawan terhadap destinasi dengan perencanaan infrastruktur transportasi. Model yang terbentuk menunjukkan hubungan yang dinamis antara destinasi dan titik asal wisatawan. Model ini diuji dengan menganalisis peran transportasi dalam pengembangan destinasi wisata di Bali dengan memeriksa pengaruh motivasi dan preferensi wisatawan terhadap suatu destinasi. Model perencanaan infrastruktur transportasi dimulai dengan pendekatan perspektif preferensi wisatawan. Hal ini kontras dan sangat berbeda dengan dengan studi-studi pengembangan destinasi yang selama ini dilakukan, dimana pada umumnya menggunakan pendekatan dari perspektif spasial atau perspektif geografi, dan perspektif ekonomi (Prideaux 2000; Jamell Khadaroo 2008; Mark S.Rosentraub 2009).

Untuk mengilustrasikan model perencanaan infrastruktur transportasi dalam pengembangan pariwisata, dalam tulisan ini diuraikan Model Agregat Preferensi Wisatawan (MAPW) dalam struktur model Analytical Hierarchy Process (AHP), model Fuzzy dan TOPSIS.

Prosedur penelitian Kerangka penelitian dalam mencari preferensi wisatawan ini meliputi dua langkah. Langkah pertama adalah mengevaluasi faktor-faktor yang memotivasi wisatawan melakukan perjalanan dengan menggunakan metode fuzzy AHP. Dengan menggunakan metode fuzzy AHP ini, dapat dilakukan penyesuaian kualitatif untuk membuat perbandingan yang lebih intuitif dan mengurangi atau mengeliminir penilaian bias dalam proses perbandingan berpasangan. Langkah kedua, Dengan merespon setiap faktor dari hasil yang didapat selanjutnya digunakan untuk input bobot dalam algoritma TOPSIS untuk mengukur preferensi destinasi wisata

Faktor-faktor kunci yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 22 atribut untuk membentuk 4 level hirarki dalam pemilihan destinasi wisata (Tzu-Kuang Hsu, Yi-Fan Tsai et al. 2009). Pengembangan atirubut ini dilakukan melalui kajian pustaka dan focus group discussion bersama para ahli dan praktisi di bidang pariwisata.

Metode pengumpulan dan pengolahan data

Merancang kuesioner Komposisi kuesioner terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari 22 atribut yang dirancang untuk memahami motivasi wisatawan Untuk bepergian ke suatu destinasi. Responden menyerahkan jawaban yang disesuaikan dengan nilai numerik dari atribut yang relatif penting berkenaan dengan pencapaian secara menyeluruh.

Alternatif destinasi Alternatif destinasi didasarkan pada artikel Top Destination Bali 2008 – 2009 edisi Bahasa Indonesia dan Bali Tourism Statistics 2008. Sama dengan presedur diatas kemudian mengaplikasikan semua faktor-faktor yang berhubungan dengan level 3 dan kemudian level 4. Ringkasan pernyataan dari 22 item didalam kuisener juga dilakukan untuk memberikan pengertian yang lebih baik dari analisis. Dalam bagian 2, jawaban responden untuk mengevaluasi 47 destinasi lokal dengan tanggapan untuk setiap kreteria dengan menggunakan variable linguistic “very good”, “good”, “fair”, “ poor”, or “ very poor.” Agar supaya fungsi kumpulan keanggotaan dengan masing-masing variable linguistic, jawaban responden mengindikasikan dengan nomor-nomor kedalam skala 0 – 10

Page 4: ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM …konteks.id/p/05-075.pdf · 2016-12-15 · kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan ... di udara dan bandara,

Transport

T-286 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

koresponden untuk setiap variable linguistic yang subyektif. Sebagai contoh, responden menjawab, bagaimana anda akan mengevaluasi Ubud untuk menanggapi pelarian? Anda akan berkata “very good”, “good”, “fair”, “poor”, or “very poor?”, kemudian responden akan menjawab untuk menyerahkan suatu nilai untuk “very good”, “good” “fair”, “poor” and “very poor” yang diindikasikan oleh bilangan dari 0 sampai dengan 10 subyektif dan penyerahan sebagai nilai rendah, nilai tengah dan nilai tinggi.

Pengumpulan data Survei diadakan pada waktu yang paling baik seperti sewaktu liburan dari Oktober s/d Desember 2009. Data diambil di daerah-daerah wisatawan seperti hotel-hotel dengan bekerja sama dengan travel agen khususnya perjalanan local. Untuk wisatawan mancanegara di Nusa Dua, Kuta di Kabupaten Badung, Sanur dan kota Denpasar di kota madya Denpasar, Lovina di Singaraja,. Tiga kabupaten/Kodya ini pertama kali dipilih karena kota-kota ini adalah descender order, merupakan tiga kota terbesar di Bali, lokasinya di utara, selatan dan pusat kota provinsi Bali, berturut-turut, dimana jaringan travel relatif berkembang bagus disamping itu sering diadakan event-event yang penting. Kedua, dari Bandara Internasional Ngurah Rai cukup dekat kecuali Lovina (Kabupaten Buleleng jauh di utara) dan pelabuhan laut Benoa. Keduanya merupakan pintu gerbang wisatawan menuju Bali. Terakhir 36 dari 47 pilihan destinasi berlokasi di dekat kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Kerangka penelitian mencari peringkat minat (preferensi) wisatawan Kerangka penelitian dalam mencari preferensi wisatawan ini meliputi dua langkah Langkah pertama. Untuk mengevaluasi faktor-faktor yang memotivasi wisatawan yang melakukan perjalanan ke Bali dengan menggunakan metode AHP yang diimprovikasi dengan teori himpunan fuzzy. Dengan menggunakan metode fuzzy AHP, dapat dilakukan penyesuaian kwalitatif untuk membuat perbandingan yang lebih intuitif dan mengurangi atau mengeliminir penilaian bias dalam proses perbandingan berpasangan. Langkah kedua, Dengan merespon setiap faktor dari hasil yang didapat selanjutnya digunakan untuk input bobot dalam algoritme TOPSIS untuk mengukur preferensi destinasi wisata

KASUS APLIKASI 4.

Studi kasus untuk implementasi model ini adalah Pulau Bali. Pulau Bali dipilih sebagai lokasi studi kasus karena merupakan salah satu tujuan wisata utama yang paling diminati oleh turis mancanegara yang masuk ke Indonesia.

Analisis preferensi pemilihan destinasi wisata

Membangun hirarki evaluasi Faktor-faktor kunci yang terdiri dari 22 atribut akan digunakan untuk membangun hirarki empat tingkat, hirarki yang dibangun ini didasarkan pada keinginan dari wisata dan literatur terkait, konsultasi dengan para ahli (baik professional maupun akademisi yang berkaitan dengan sektor pariwisata), dan didasarkan pada 4 aksioma dari model AHP. Tingkat tertinggi dari hirarki adalah tujuan keseluruhan yaitu pemilihan destinasi. Dibawah tujuan keseluruhan, yaitu tingkat ke-2 merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan destinasi, meliputi faktor-faktor internal dan eksternal. Berbagai kelompok kriteria yang terkait dengan setiap faktor dalam tingkat ke-2 dihubungkan dengan tingkat ke-3. Yang terkait dengan dorongan internal terdapat empat kriteria yaitu faktor psikologi, faktor fisik, faktor sosial dan faktor petualangan. Sedangkan yang terkait dengan dorongan external yaitu faktor tangible dan faktor itangibel. Berbagai kelompok sub-kriteria (atribut) yang terkait dengan masing kriteria di tingkat ke-3 terkait dengan tingkat ke-4. Seperti yang terlihat pada Gambar 1, terdapat total 22 atribut pada tingkat empat

Page 5: ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM …konteks.id/p/05-075.pdf · 2016-12-15 · kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan ... di udara dan bandara,

Transport

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-287 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Gambar 1. Hirarki dalam pemilihan Destinasi

Setelah struktur hirarki dibangun (matriks AHP), prosedur berikutnya adalah mulai menentukan prioritas kepentingan relatif dari unsur-unsur untuk setiap tingkat. Perhitungan yang dilakukan dengan perangkat lunak computer Excel untuk memperlihatkan bobot relatif dari setiap kriteria dengan langkah-langkah perhitungan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Bobot relatif dari setiap kriteria

Alternatif daerah tujuan wisata/DTW (Destinasi) Dipilih 47 daerah tujuan wisata (destinasi) yang menarik dari 266 destinasi yang biasa dikunjungi oleh wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Mengukur preferensi seluruh destinasi Preferensi alternatif yang sesuai untuk setiap criteria dievaluasi oleh responden kemudian diukur sebagai bilangan fuzzy dengan fungsi keanggotaan segitiga. Dengan menggunakan persamaan defuzzifikasi bilangan fuzzy kedalam bilangan tunggal (crisp numbers) sehingga bisa melakukan prosedur langkah-langkah TOPSIS.

Langkah-langkah perhitungan TOPSIS mengikuti langkah utama berikut ini:

G o a l F a k t o r s C r i t e r i a G l o b a l S u b - c r i t e r i a ( L o c a l ) G l o b a l R a n k

C h o i c e o f D e s t i n a t i o n

I n t e r n a l ( 0 . 5 0 3 )

P s y c h o l o g i c a l ( 0 . 3 7 3 ) 0 . 1 8 7 E s c a p e ( 0 . 5 0 0 ) 0 . 0 9 4 2

S e l f - a c t u a l i z a t i o n ( 0 . 5 0 0 ) 0 . 0 9 4 2

P h y s i c a l ( 0 . 2 3 9 ) 0 . 1 2 0

R e s t a n d r e l a x a t i o n ( 0 . 4 9 7 ) 0 . 0 6 0 4

M e d i c a l t r e a t m e n t ( 0 . 2 9 5 ) 0 . 0 3 5 1 0

H e a l t h a n d f i t n e s s ( 0 . 2 0 8 ) 0 . 0 2 5 1 4

S o c i a l i n t e r a c t i o n ( 0 . 2 3 9 ) 0 . 1 2 0 V i s i t i n g f r i e n d s / r e l a t i v e s ( 0 . 5 0 0 ) 0 . 0 6 0 4

M e e t i n g n e w p e o p l e ( 0 . 5 0 0 ) 0 . 0 6 0 4

S e e k i n g / e x p l o r a t i o n ( 0 . 1 4 9 )

0 . 0 7 5

N o v e l t y s e e k i n g ( 0 . 4 1 1 ) 0 . 0 3 1 1 1

C u l t u r e e x p l o r a t i o n ( 0 . 3 3 2 ) 0 . 0 2 5 1 3

A d v e n t u r e s e e k i n g ( 0 . 2 5 7 ) 0 . 0 1 9 1 6

E n j o y i n g n i g h t l i f e ( 0 . 0 0 0 ) 0 . 0 0 0 1 7

E x t e r n a l ( 0 . 4 8 8 )

T a n g i b l e ( 0 . 7 0 0 ) 0 . 3 4 8

T r a n s p o r t a t i o n f a c i l i t i e s ( 0 . 1 3 6 ) 0 . 0 4 7 7

F r i e n d l i n e s s o f p e o p l e ( 0 . 1 3 9 ) 0 . 0 4 8 6

Q u a l i t y a n d v a r i e t y o f f o o d ( 0 . 1 0 4 ) 0 . 0 3 6 9

A c c o m m o d a t i o n f a c i l i t i e s ( 0 . 1 0 6 ) 0 . 0 3 7 8

P e r s o n a l s a f e t y ( 0 . 1 8 6 ) 0 . 0 6 5 3

P r i c e ( 0 . 0 5 6 ) 0 . 0 1 9 1 5

C u l t u r e a n d h i s t o r i c a l r e s o u r c e s

( 0 . 0 9 0 ) 0 . 0 3 1 1 1

G o o d s h o p p i n g ( 0 . 0 7 7 ) 0 . 0 2 7 1 2

E n v i r o n m e n t a l s a f e t y a n d q u a l i t y

( 0 . 0 6 9 ) 0 . 0 2 4 1 5

I n t a n g i b l e ( 0 . 3 0 0 ) 0 . 1 4 9 D e s t i n a t i o n i m a g e ( 0 . 6 6 8 ) 0 . 0 9 9 1

B e n e f i t s e x p e c t a t i o n s ( 0 . 3 3 2 ) 0 . 0 4 9 5

Page 6: ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM …konteks.id/p/05-075.pdf · 2016-12-15 · kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan ... di udara dan bandara,

Transport

T-288 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

1. Susun Matriks Topsis X Alternatif dan Kriteria sesuai data hasil survei dan Bobot kriteria Fuzzy AHP dengan xij sebagai komponen dari tiap sel matrik

2. Langkah 1, Lakukan Nornalisasi komponen matriks X menjadi Matriks ternormalisasi R dengan persamaan

(2.18): 3. XàR atau xij à rij

Hasil perhitungan preferensi wisatawan terhadap destinasi wisata kemudian di validasi dengan membanding dari hasil survey yang dilakukan oleh dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Bali dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 Hasil perhitungan ranking dari Top Destinasi Bali

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.

Bobot dari evaluasi kriteria Analisis preferensi dari wisatawan terhadap pemilihan destinasi mengindikasikan bahwa faktor internal yang mencakup kriteria psikologi, physik, interaksi sosial dan eksplorasi lebih mendominasi kriteria dalam memilih destinasi (50.3%). Sementara faktor eksternal sedikit dibawahnya yaitu sebesar 48.8%.

Yang menarik dalam hal ini adalah bahwa ternyata motivasi wisatawan dalam mengunjungi destinasi wisata lebih didominasi oleh keinginan untuk melakukan eksplorasi atas hal-hal baru yang ditemui di perjalanan. Sementara pertimbangan biaya perjalanan dalam hal ini bukan merupakan hal yang penting.

Untuk faktor eksternal, hal-hal yang bersifat tangible justru yang lebih dipentingkan oleh wisatawan cruise (70%). Mereka tidak mementingkan image dari destinasi yang ada dan manfaat ekonomis yang bisa diperoleh pada destinasi yang ada.

No

Lokasi Wisata (Alternatif)

Cci Rank

No Lokasi Wisata (Alternatif)

Cci Rank

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Sanur Museum Bali Tanjung Benoa GWK Sangeh Kuta Nusa Dua Uluwatu Jimbaran Taman Ayun Serangan Dreamland Peti Tenget Sukawati Ubud Tampaksiring Goa Gajah Batubulan Gunung Kawi Taman Burung Celuk Kintamani Danau Batur Gunung Batur

0.6710331 0.0452359 0.2481944 0.4439950 0.1220245 0.7953291 0.5616028 0.4520348 0.4312870 0.0473405 0.2900288 0.4286501 0.2409047 0.2555988 0.6459970 0.1882866 0.2059006 0.2559505 0.4685369 0.2049646 0.0904311 0.4244625 0.4043696 0.1965778

2 39 19 8

29 1 4 7 9

37 16 11 20 18 3

27 24 17 6

25 32 12 13 26

25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47

Penglipuran Goa Lawah Kerta Gosa Nusa Lembongan Nusa Penida Bedugul Tanah Lot Alas Kedaton Danau Beratan Jati Luwih Ujung Krgasem Besakih Amed Tirta Gangga Candi Dasa Tenganan Padangbai Gunung Agung Tulamben Pulau Menjangan Lovina Gitgit Pantai Medewi

0.0271571 0.2924228 0.0239321

0 0.1092314 0.4304719 0.5307002 0.0481484 0.0823792 0.0305523

0 0.3565929 0.2386486

0 0

0.0561781 0.1823986 0.2221632

0 0.0947520 0.2260227 0.0478273 0.1117671

41 15 42 - 31 10 5 35 37 40 - 14 21 - - 34 28 23 - 32 22 36 30

Page 7: ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM …konteks.id/p/05-075.pdf · 2016-12-15 · kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan ... di udara dan bandara,

Transport

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-289 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Tabel 3 Perbandingan Preferensi Wisatawan antara survei yang dilakukan dinas pariwisata Bali dengan hasil perhitungan dengan menggunakan model fuzzy AHP dan TOPSIS

Kuta menjadi peringkat nomor satu yang juga merupakan favorit tujuan wisatawan domestik. Kuta dianggap destinasi yang paling diinginkan sehubungan dengan “image”, “Escape”, “aktualisasi diri”, “keamanan pribadi”, “bertemu teman-teman baru”, “istirahat dan rilex”. Kuta telah mampu menjadi pusat pariwisata Bali karena telah dapat menyediakan fasilitas lengkap sesuai kebutuhan wisatawan seperti berbagai penginapan dan hotel, pusat-pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, sarana dan fasilitas olah raga seperti dan fasilitas yang lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN 6.Dari sudut pandang metodologis perencanaan infrastruktur transportasi, dapat disimpulkan sebagai berikut: Model yang dikembangkan dalam penelitian ini terbukti mampu mengatasi kesenjangan antara keinginan Perencana/ Pengambil Keputusan dengan Pengguna (User), dimana model menggunakan perpaduan model, yaitu: Model Perpaduan teori AHP fuzzy dan TOPSIS

Dari sudut aplikasi hasil studi kasus maka dapat disimpulkan bahwa: Hasil yang diperoleh pada implementasi model yang dikembangkan pada penelitian ini untuk studi kasus di Pulau Bali mengindikasikan bahwa mencari kesenangan dengan pelarian total terhadap kejenuhan/kegiatan sehari-hari (escape), keamanan pribadi, dan persahabatan nampaknya menjadi 3 faktor yang paling penting untuk kedatangan (inbound) wisatawan yang berkunjung ke Bali. Biaya ternyata tidak begitu penting. Paket destinasi Kuta, Sanur dan Ubud menjadi 3 besar prioritas utama dalam kunjungan ke Bali. Hasil ini dapat dijadikan dasar dalam mengoptimalkan peranan transportasi dan manajemen destinasi

DAFTAR PUSTAKA Abeyratne, R. I. R. (1993). "Air transport tax and its consequences on tourism." Annals of Tourism Research. 20:

450-460. Chew, J. (1987). "Transport and tourism in the year 2000." Tourism Management 8(2): 83-85. Dickman, S. (1994). "Tourism: An Introductory text (2nd ed). Sydney: Edward Arnold.". Eymann, A. and G. Ronning (1992). Discrete choice analysis of foreign travel demand. In H. J. Vosgerau (Ed.).

European integration in the world economy. Studies in international economics and institutions. Berlin Springer.

Inskeep, E. (1991). Tourism planning: An integrated and sustainable development approach. New York, Van Nostrand Reinhold.

Jamell Khadaroo, B. S. (2008). "The role of transport infrastructure in international tourism development: A gravity model approach." Tourism Management 29: 831-840.

Kaul, R. N. (1985). "Dynamics of tourism: A trilogy." New Delhi: Transportation and Marketing 111. Mark S.Rosentraub, M. J. (2009). "Tourism and economic development: Which investments produce gains for

regions?" Tourism Management 30: 759-770.

N o D e s t in a t io n

% T o u r is t P re fe re n c e

T O P S IS S u m a t io n

R a n k in g H a s il S u rv e i

D in a s P a r iw isa ta B a li

T a h u n 2 0 0 6

H a s il P e rh itu n g a n

T O P S IS

1 J im b a ra n , N u s a D u a , K u ta 3 3 .0 4 3 2 .6 9 4 8 9 0 5 3 .3 4 1 4 0 6 9 3 7 1

2 U b u d & G ia n y a r 2 2 .0 0 2 1 .0 5 1 4 6 7 0 5 2 .1 5 1 4 5 2 9 3 3 2

3 T a b a n a n 1 2 .6 3 1 1 .0 8 6 8 5 6 3 9 1 .1 3 3 0 7 3 0 3 7 3

4 K in ta m a n i & B a tu r 9 .3 0 9 .4 7 8 4 7 2 9 3 4 0 .9 6 8 6 9 6 7 8 2 4

5 K a ra n g a s e m 8 .3 4 8 .9 1 9 7 9 7 9 4 5 0 .9 1 1 6 0 0 3 8 4 5

6 S a n u r 7 .3 1 6 .6 3 1 4 9 8 9 3 7 0 .6 7 7 7 3 6 9 8 6 6

7 B u le le n g 3 .9 2 3 .3 1 9 7 6 4 2 8 5 0 .3 3 9 2 7 8 8 0 6 7

8 K lu n g k u n g 2 .6 8 3 .2 2 8 4 2 0 5 1 4 0 .3 2 9 9 4 3 5 0 3 8

9 S a n g e h & T a m a n A y u n 0 .5 3 1 .5 2 1 6 2 4 7 0 2 0 .1 5 5 5 0 9 5 3 9 9

1 0 P u la u M e n ja n g a n 0 .1 9 1 .2 3 9 8 7 1 2 3 9 0 .1 2 6 7 1 4 4 2 8 1 0

1 1 Je m b ra n a 0 .0 6 0 .8 2 7 3 3 5 4 9 8 0 .0 8 4 5 5 3 4 1 3 1 1

Page 8: ANALISIS PERMINTAAN PARIWISATA (TOURISM …konteks.id/p/05-075.pdf · 2016-12-15 · kaitan antara infrastruktur transportasi dan industri pariwisata dan ... di udara dan bandara,

Transport

T-290 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Martin, C. A. and S. F. Witt (1988). "Substitute prices in models of tourism demand." Annals of Tourism Research, 15, 255-268.

Mill, R. C. and A. M. Morrison (1985). The tourism system: An introductory text., Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Morley, C. L. (1992). "A Microeconomic Theory of International Tourism Demand." Annals of Tourism Research, 19: 250-267.

Prideaux, B. (2000). "The role of the transport system in destination development." Tourism Management 21: 53-63. Prideaux, B. (2000). "The role of transport system in destination development." Tourism Management 21: 53-63. Rugg, D. (1973). "The choice of journey destination: A theoretical and empirical analysis." The Review of

Economics and Statistics 55(1): 64-72. Tzu-Kuang Hsu, Yi-Fan Tsai, et al. (2009). "The preference analysis for tourist choice of destination: A case study

of taiwan." Tourism Management 30: 288-297.