113
ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MITRA KPHP LIMAU UNIT VII HULU KABUPATEN SAROLANGUN SUCI ANDIKA PROGRAM STUDI KEHUTANAN JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2021

ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN

KAYU (HHBK) MITRA KPHP LIMAU UNIT VII

HULU KABUPATEN SAROLANGUN

SUCI ANDIKA

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 2: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN

KAYU (HHBK) MITRA KPHP LIMAU UNIT VII

HULU KABUPATEN SAROLANGUN

SUCI ANDIKA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperolah Sarjana Kehutanan

pada Program Studi Kehutanan Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 3: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Pendapatan Petani Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Mitra KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun

Nama : SUCI ANDIKA

NIM : L1A117044

Program Studi : KEHUTANAN

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Fazriyas, M.Si., IPU Rince Muryunika, S.P, M.Si

NIP. 196707271993031007 NIDN. 0007118901

Diketahui Oleh :

Ketua Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Dr. Forst. Ir. Bambang Irawan, S.P., M.Sc., IPU

NIP. 19690611 1994031003

Page 4: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : SUCI ANDIKA

NIM : L1A117044

Jurusan/Fakultas : KEHUTANAN/PERTANIAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan dimana

pun juga dan/atau oleh siapa pun juga.

2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima

selama penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan/dinyatakan

pada bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiarisme.

3. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan dan dalam

proses pengajuan oleh pihak lain dan/atau terdapat plagiarisme di dalam skripsi

ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Pasal 12 Ayat (1) butir (g)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, yakni

Pembatalan Ijazah.

Jambi, Juli 2021

Yang membuat pernyataan,

Suci Andika

Page 5: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

RINGKASAN

ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU

(HHBK) MITRA KPHP LIMAU UNIT VII HULU KABUPATEN

SAROLANGUN (Suci Andika dibawah bimbingan Bapak Ir. Fazriyas, M.Si., I.PU

dan Ibu Rince Muryunika, S.P., M.Si)

KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun merupakan salah satu instansi pengelolaan

hutan pada tingkat tapak di Provinsi Jambi. Pembentukan KPHP Limau Unit VII

Hulu Kabupaten Sarolangun berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor SK.714/Menhut-II/2011 tanggal 19 Desember 2011 tentang Penetapan

Wilayah KPHP Model Limau di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi seluas ±

121.102 Ha. Kawasan hutan di KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun menyimpan

potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Masyarakat desa yang tergabung dalam

Kelompok Tani Hutan (KTH) bersama KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun

menjalin kemitraan dalam memanfaatkan dan mengelola HHBK unggulan yaitu

madu dan kepayang. Penelitian ini bertujuan mengetahui berapa besar pendapatan

petani yang bermitra dengan KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun

dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) madu Trigona sp. dan minyak kepayang

serta kontribusinya terhadap pendapatan total petani.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun

yaitu Desa Raden Anom, Sungai Bemban dan Sungai Baung di Kecamatan Batang

Asai. Data pendapatan diambil dengan cara wawancara serta bantuan kuisioner.

Penentuan responden menggunakan metode Purpossive sampling dengan jumlah

responden sebanyak 89 responden yang terdiri dari 3 KTH.

Hasil dari dari penelitian ini menunjukkan pendapatan petani HHBK madu Trigona

sp. yang bermitra dengan KPHP Limau VII Hulu Sarolangun di KTH Harapan Jaya

dan KTH Puding Mas masing-masing Rp. 67.084/Tahun dan Rp. 52.167/Tahun dari

pendapatan KTH Rp. 1.341.687/Tahun dan Rp. 1.304.187/Tahun. Pendapatan

petani HHBK minyak kepayang di KTH Talun Sakti adalah Rp. 42.365/Tahun dari

pendaptan total KTH Rp. 1.864.062/Tahun. Kontribusi pendapatan petani HHBK

madu Trigona sp. terhadap pendapatan total petani KTH Harapan Jaya dan KTH

Puding Mas yaitu 0,05% dan 0,06%. Sedangkan kontribusi pendapatan petani

HHBK minyak kepayang KTH Talun Sakti terhadap pendapatan total petani yaitu

0,04%.

Page 6: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Analisis Pendapatan Petani Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Mitra KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun“. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Jambi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

pembimbing skripsi yaitu Bapak H. Fazriyas, M.Si., I.PU selaku pembimbing I dan

Ibu Rince Muryunika, S.P., M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan baik dari segi penyusunan maupun dari penulisannya. Kritik dan saran

yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi menyempurnakan skripsi

ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jambi, Juli 2021

Penulis

Page 7: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ..................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi

I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4

2.1 KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun ................................... 4

2.2 Kemitraan .................................................................................. 4

2.3 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ............................................. 5

2.4 Madu ........................................................................................... 6

2.5 Kepayang .................................................................................... 8

2.6 Pendapatan dan Kontribusi ......................................................... 9

2.7 Penelitian Terdahulu ................................................................... 10

2.8 Kerangka Pemikiran ................................................................... 13

III. METODE PENELITIAN ............................................................... 14

3.1 Ruang Lingkup Penenlitian ........................................................ 14

3.2 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 15

3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................ 15

3.4 Metode Pengumpulan Data......................................................... 15

3.5 Metode Pengambilan Sampel ..................................................... 16

3.6 Metode Analasis Data ................................................................. 17

3.6.1 Analisis Pendapatan ........................................................... 17

3.6.2 Analisis Kontribusi Pendapatan ........................................ 18

3.7 Konsepsi Pengukuran ................................................................. 19

Page 8: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 20

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................... 20

4.1.1 Aksesibilitas ...................................................................... 21

4.1.2 Luas Wilayah dan Kependudukan ..................................... 21

4.2 Identitas Responden .................................................................... 22

4.2.1 Umur Responden ............................................................... 22

4.2.2 Tingkat Pendidikan ............................................................ 22

4.2.3 Luas Lahan Responden ...................................................... 23

4.3 Kemitraan KTH Bersama KPHP Limau Unit VII Hulu

Sarolangun .................................................................................. 24

4.4 Produksi Madu Trigona sp. dan Minyak Kepayang ................... 25

4.2.1 Produksi Madu Trigona sp. ............................................... 25

4.2.2 Produksi Minyak Kepayang .............................................. 26

4.5 Hasil Analisis Pendapatan Petani HHBK Madu Budidaya

Trigona Sp .................................................................................. 28

4.5.1 Penerimaan KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas .... 28

4.5.2 Biaya Produksi KTH Harapan Jaya dan KTH

Puding Mas ....................................................................... 29

4.5.3 Pendapatan KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas .... 29

4.6 Kontribusi Pendapatan Petani Dari HHBK Madu Trigona sp.

Terhadap Pendapatan Total Petani ............................................. 30

4.7 Hasil Analisis Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang .... 33

4.7.1 Penerimaan KTH Talun Sakti .......................................... 33

4.7.2 Biaya Produksi KTH Talun Sakti ..................................... 33

4.7.3 Pendapatan KTH Talun Sakti ........................................... 34

4.8 Kontribusi Pendapatan Petani Dari HHBK Minyak Kepayang

Terhadap Pendapatan Total Petani .............................................. 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 37

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 37

5.2 Saran ............................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39

LAMPIRAN ............................................................................................... 43

Page 9: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

iv

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 13

2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................... 14

3. Proses pemanenan madu Trigona sp. ............................................ 25

4. Pencucian dan perebusan biji kepayang ........................................ 27

5. Pencongkelan, perendaman dan pengeringan air kepayang .......... 27

6. Pencincangan dan penepungan kepayang ..................................... 28

7. Pengepressan kepayang ................................................................. 28

8. Grafik kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total di

KTH Harapan Jaya ........................................................................ 32

9. Grafik kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total. di

KTH Puding Mas .......................................................................... 32

10. Grafik pendapatan petani terhadap pendapatan total petani di

KTH Talun Sakti ........................................................................... 36

Page 10: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

v

DAFTAR TABEL

1. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ................................. 15

2. Jenis dan Jumlah KTH di Kecamatan Batang Asai ...................... 16

3. Sampel KTH dan Jumlah Responden ........................................... 17

4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kelas Umur ...... 22

5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ..................................................................................... 23

6. Luas Lahan Responden ................................................................. 23

7. Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. ............................... 29

8. Kontribusi Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH

Harapan Jaya Terhadap Pendapatan Total Petani ......................... 30

9. Kontribusi Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH

Puding Mas Terhadap Pendapatan Total Petani............................ 31

10. Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang .............................. 34

11. Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Minyak Kepayang

KTH Talun Sakti Terhadap Pendapatan Total Petani ................... 35

Page 11: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner Penelitian Kelompok Tani (Minyak Kepayang) ......... 43

2. Kuisioner Kelompok Tani (Madu) ................................................ 55

3. Identitas Responden KTH Harapan Jaya, Desa Sungai Baung ..... 67

4. Identitas Responden KTH Puding Mas, Desa Sungai Bemban .... 68

5. Identitas Responden Talun Sakti, Desa Raden Anom .................. 69

6. Analisis Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH

Harapan Jaya dan KTH Puding Mas ............................................ 71

7. Biaya Produksi Padi KTH Harapan Jaya ...................................... 73

8. Biaya Produksi Karet KTH Harapan Jaya .................................... 75

9. Pendapatan Total Petani KTH Harapan Jaya ................................ 77

10. Biaya Produksi Padi KTH Puding Mas ......................................... 78

11. Biaya Produksi Karet KTH Puding Mas ....................................... 81

12. Pendapatan Total Petani KTH Puding Mas .................................. 84

13. Analisis Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang di KTH

Talun Sakti .................................................................................... 86

14. Biaya Produksi Padi KTH Talun Sakti ......................................... 90

15. Biaya Produksi Karet KTH Talun Sakti........................................ 94

16. Pendapatan Total Petani KTH Talun Sakti ................................... 99

17. Dokumentasi Hasil Wawancara .................................................... 102

Page 12: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki hutan yang luas. Namun, dari tahun ke tahun mengalami

penurunan. Tercatat kurang lebih 126,094 juta ha hutan dan kawasan hutan yang

tersisa di Indonesia (BPS, 2018). Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi

yang memiliki wilayah hutan yang cukup luas. Menurut SK.No.421/Kpts-II/1999

luas hutan di Jambi 2.179.440 ha. Di dalam kawasan hutan yang ada di Provinsi

Jambi, terdapat suatu instansi pengelolaan hutan pada tingkat tapak yaitu Kesatuan

Pengelolaan Hutan (KPH). Peraturan Menteri Kehutanan No.P.6/Menhut-II/2009,

menjelaskan bahwa Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan wilayah

pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola

secara efisien dan lestari. KPH meliputi KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung

(KPHL) dan KPH Produksi (KPHP). Salah satu KPHP yang mengelola hutan di

Provinsi Jambi yaitu KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun.

Pembentukan KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.714/Menhut-II/2011

tanggal 19 Desember 2011 tentang Penetapan Wilayah KPHP Model Limau di

Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi seluas ± 121.102 Ha. Kondisi tutupan lahan

pada wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun didominasi areal berhutan

(60%) dan sisanya terdiri dari tanaman budidaya masyarakat, tanah kosong,

tambang dan pemukiman. Kawasan hutan di KPHP Limau Unit VII Hulu

Sarolangun menyimpan potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

Potensi HHBK di KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun meliputi

kepayang, madu, rotan, bambu, karet, dan lain sebagainya (RPHJP KPHP Model

Unit VII Limau Hulu Kabupaten Sarolangun, 2016). Keberadaan potensi HHBK

sangat penting untuk terus dikembangkan dan dimanfaatkan mengingat

produktivitas kayu dari hutan alam semakin menurun (Palmolina, 2014). Nilai

ekonomi yang dihasilkan dari pemanfaatan HHBK jauh lebih besar dari kayu selain

itu, tidak menyebabkan kerusakan hutan seperti hilangnya fungsi-fungsi dan nilai

jasa dari hutan (Pohan et al., 2014). Sehingga, HHBK dapat dijadikan sebagai suatu

peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan sumber mata pencaharian sekaligus

Page 13: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

2

untuk mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan kayu.

Karena, HHBK merupakan bagian dari ekosistem hutan yang memiliki peranan

beragam untuk lingkungan dan kehidupan manusia. Sesuai dengan pernyataan

Herwanti (2017), menyatakan bahwa masyarakat yang hidup di sekitar hutan

mempunyai hubungan interaksi dan ketergantungan yang sangat erat dengan hutan

dan HHBK serta sumber daya yang ada didalamnya.

Masyarakat di sekitar kawasan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun

sebagian besar memanfaatkan HHBK untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Umumnya masyarakat bermata pencaharian dari sektor pertanian berupa

persawahan irigasi dan non irigasi, pertanian lahan kering, perkebunan khususnya

kebun karet dan sebagian lagi dari penduduk bekerja dibidang perdagangan dan

pegawai negeri sipil (RPHJP KPHP Model Unit VII Limau Hulu Kabupaten

Sarolangun). Pada wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun masyarakat

desa yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) memanfaatkan dan

mengelola HHBK unggulan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun yaitu madu

dan kepayang.

Masyarakat Kecamatan Batang Asai aktif melakukan pengelolaan madu dan

kepayang di Desa Raden Anom, Sungai Bemban dan Sungai Baung. Madu dan

kepayang memiliki manfaat serta nilai tambah ekonomi yang tinggi. Tetapi dalam

pengelolaan dan peningkatan nilai tambahnya belum optimal karena pengetahuan,

teknologi dan keterampilan masyarakat setempat masih rendah. Sehingga untuk

mengatasi kendala tersebut KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun bersama

Kelompok Tani Hutan (KTH) menjalin kemitraan. Kelompok Tani Hutan sebagai

penghasil madu dan kepayang sedangkan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun

berperan dalam melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran.

Setiap kegiatan tersebut membutuhkan biaya dalam pelaksanaanya yaitu mulai dari

proses produksi hingga pemasaran. Oleh karena itu, perlunya pertimbangan

ekonomi untuk pengambilan keputusan yang tepat berkaitan dengan biaya-biaya

yang akan dikeluarkan dalam pengelolaan madu dan kepayang.

Menurut Soeparmoko (2001), setiap pengusaha dalam menjalankan

usahanya tentu saja mempunyai tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya

dengan jalan memaksimumkan pendapatan, meminimumkan biaya dan

Page 14: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

3

memaksimumkan penjualan. Dengan berjalannya kemitraan, petani dapat

meningkatkan nilai tambah dari madu dan kepayang. Maka hal ini akan

mempengaruhi pendapatan petani. Karena, menurut Hafsah (2003), salah satu

tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan yaitu untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat dan usaha kecil serta meningkatkan nilai tambah bagi

pelaku kemitraan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Analisis Pendapatan Petani Hasil Hutan Bukan

Kayu (HHBK) Mitra KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan hal yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa besar pendapatan petani madu budidaya yang bermitra dengan KPHP

Limau Unit VII Hulu Sarolangun?

2. Berapa besar pendapatan petani minyak kepayang yang bermitra dengan KPHP

Limau Unit VII Hulu Sarolangun?

3. Berapa besar kontribusi pendapatan dari HHBK Madu Budidaya dan Minyak

Kepayang terhadap pendapatan total petani?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk:

1. Menganalisis pendapatan petani madu budidaya yang bermitra dengan KPHP

Limau Unit VII Hulu Sarolangun.

2. Menganalisis pendapatan petani minyak kepayang yang bermitra dengan KPHP

Limau Unit VII Hulu Sarolangun.

3. Mengetahui kontribusi pendapatan petani dari HHBK Madu Budidaya dan

Minyak Kepayang terhadap pendapatan total petani.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi pelaksanaan

kemitraan yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Batang Asai bersama KPHP

Limau Unit VII Hulu Sarolangun agar dapat berjalan dengan baik serta memperoleh

hasil yang optimal. Serta digunakan sebagai sumber referensi dan informasi bagi

pihak-pihak yang memerlukan.

Page 15: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun

Penetapan wilayah KPH Provinsi Jambi oleh Menteri Kehutanan melalui

SK.No.77/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 terdapat 17 KPH di wilayah

Provinsi Jambi meliputi area dengan luas ± 1.458.934 Ha terdiri dari Hutan Lindung

(HL) dengan luas ±175.483 Ha, Hutan Produksi (HP) ± 981.530 Ha dan Hutan

Produksi Terbatas (HPT) ±301.922 Ha. Salah satu KPH tersebut adalah KPHP

Model Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Secara geografis KPHP Limau Unit VII

Hulu Sarolangun terletak pada 102º46’12” sampai dengan 103º15’36” Bujur Timur

dan 02º45’00” sampai dengan 03º16’48” Lintang Selatan.

Secara administrasi pemerintahan, wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu

Sarolangun terletak di 4 (empat) Kecamatan, yaitu Kecamatan Pelawan, Kecamatan

Limun, Kecamatan Cermin Nan Gedang dan Kecamatan Batang Asai. Berdasarkan

analisis Peta Kelas Lereng Provinsi Jambi dan berdasarkan pengamatan secara

umum kawasan hutan KPHP Limau Unit VII Hulu mempunyai medan datar sampai

dengan bergelombang dengan persentase kelerengan yang bervariasi yang terdiri

dari 80% areal bertopografi datar (0 – 8%), 10% bertopografi landai (8 – 15%) dan

10% areal bertopografi agak curam (15 – 25%). Kawasan KPHP Limau Unit VII

Hulu mempunyai ketinggian diantara 50 – 300 dari permukaan laut.

2.2 Kemitraan

Dalam melakukan pengelolaan hutan, berdasarkan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016

tentang Perhutanan Sosial, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) wajib

melaksanakan pemberdayaan masyarakat setempat melalui kemitraan kehutanan.

Kemitraan kehutanan adalah kerja sama antara masyarakat setempat dengan

pengelola hutan, pemegang izin kawasan hutan/jasa hutan, izin pinjam pakai

kawasan hutan atau pemegang izin usaha industri primer hasil hutan.

Kemitraan Kehutanan (KK) merupakan salah satu dari 5 skema Perhutanan

Sosial, yaitu Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman

Rakyat (HTR), dan Hutan Adat (HA). Kemitraan Kehutanan diwilayah KPH

adalah kerjasama antara masyarakat setempat dengan KPH, yang bertujuan untuk

Page 16: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

5

menyelesaikan permasalahan tenurial dan keadilan bagi masyarakat setempat yang

berada disekitar kawasan hutan dalam rangka kesejahteraan masyarakat dan

pelestarian fungsi hutan melalui prinsip keadilan, keberlanjutan, kepastian hukum,

partipatif dan bertanggung gugat. Kemitraan merupakan strategi bisnis yang

dilakukan oleh 2 (dua) pihak atau lebih, dalam jangka waktu tertentu, untuk meraih

keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan

(Soemardjo, 2004).

Kemitraan merupakan pemecah masalah untuk meningkatkan kesempatan

petani kecil dalam perekonomian nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan

rakyat. Kemitraan merupakan suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih

yang membentuk ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan saling membutuhkan

(Sulistyani, 2004). Menurut Hafsah (2003), dalam kondisi yang ideal, tujuan yang

ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkret adalah :

a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat.

b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan.

c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil.

d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional.

e. Memperluas lapangan kerja.

f. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

2.3 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No.P.35/Menhut-II/2007, Hasil

Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati

baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang

berasal dari hutan. HHBK merupakan sumber daya alam yang masih banyak

terdapat di Indonesia dan keberadaannya dimanfaatkan sebagai mata pencaharian

oleh masyarakat. HHBK meliputi rotan, bambu, getah, daun, kulit, buah dan madu

serta masih banyak lagi. Jenis tumbuhan tersebut beberapa diantaranya bahkan

memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi bila dijadikan produk olahan. Banyaknya

jenis HHBK dapat dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar hutan (Nono et al.,

2017).

Beberapa produk HHBK di Indonesia sudah sejak lama diusahakan dan

diambil hasilnya oleh masyarakat di sekitar hutan. Bahkan ada sebagian masyarakat

Page 17: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

6

yang menjadikan pemanfaatan HHBK sebagai sumber utama atau bahkan satu –

satunya sumber penghasilan. Hasil hutan bukan kayu merupakan hal yang sangat

penting sebagai mata pencaharian penduduk miskin di pedesaan. Hasil hutan bukan

kayu memberikan kontribusi sebesar 7 – 95 % pendapatan keluarga per tahun, dan

menyediakan cadangan pangan manakala sumber pendapatan lain gagal (Marshall

et al., 2006) dalam (Chairan & Aidar, 2018).

Walaupun peranan HHBK sudah dirasakan masyarakat sebagai salah satu

sumber pendapatan, namun sistem pengelolaannya masih bersifat tradisional

sehingga kualitas yang dihasilkan masih jauh dari standar yang diharapkan dan

harganya masih tergolong rendah (Sakala et al., 2012). HHBK atau Non-Timber

Forest Product memiliki nilai yang sangat strategis. HHBK merupakan salah satu

sumberdaya hutan yang memiliki keunggulan yang kooperatif dan bersinggungan

langsung dengan masyarakat sekitar hutan (Moko, 2008).

HHBK merupakan salah satu sumberdaya hutan yang memiliki

keunggualan komparatif dan bersinggungan langsung dengan masyarakat di sekitar

hutan. Kontribusi HHBK (rotan, damar, arang, getah-getahan, gaharu dan lain-lain)

pada tahun 1999 tercatat sebesar US $ 8,4 juta, kemudian meningkat menjadi US $

19,74 juta pada tahun 2002. Jumlah tersebut belum termasuk kontribusi dari

perdagangan flora dan fauna yang tidak dilindungi sebesar US $ 61,3 ribu kemudian

meningkat menjadi US $ 3,34 juta pada tahun 2003. Hasil ini terus meningkat

sejalan dengan permintaan pasar yang terus meningkat secara signifikan (Hidayat,

2008).

2.4 Madu

Madu merupakan bahan makanan yang baik untuk dikonsumsi karena rasa,

nilai gizi dan khasiatnya yang tinggi. Madu banyak disukai oleh banyak orang

sebagai jenis makanan yang unik sekaligus bersifat obat serta dapat memberikan

tambahan tenaga bagi tubuh. Telah berabad-abad lamanya madu memiliki peranan

penting bukan hanya sebgai bahan makanan dan pemanis tetapi juga sebagai

pencegah berbagai penyakit. Nilai gizi madu yang tinggi membuat madu bagus

untuk dikonsumsi oleh anak-anak maupun orang dewasa terlebih bagi orang-orang

yang telah lanjut usia. Secara tradisional madu sudah lama digunakan untuk tujuan

medis dan therapis, dan perawatan kecantikan serta keperluan industri (Sarwono,

Page 18: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

7

2001). Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan

budidaya lebah madu, karena kondisi iklimnya yang mendukung dalam

pengembangan usaha budidaya lebah madu (Radam, 2011). Menurut data Badan

Pusat Statistik, jumlah produksi madu di Indonesia yaitu berkisar antara 52 – 540

ton/tahun dalam dalam rentang waktu dari tahun 2011 - 2015 (BPS, 2012). Produksi

madu yang ada di Indonesia umumnya diperoleh dari empat jenis lebah madu yaitu

Apis dorsata (lebah hutan), Apis florea, Apis cerana (lebah lokal) dan Apis mellifera

(lebah Eropa) (Hadisoesilo, 2001). Kebutuhan akan madu di Indonesia untuk

dikonsumsi secara langsung maupun digunakan sebagai bahan baku industri

kosmetik/farmasi diperkirakan mencapai 10.000 - 15.000 ton/tahun (Bank

Indonesia, 2012). Tingginya permintaan akan madu yang tidak diimbangi oleh

jumlah produksi madu nasional merupakan permasalahan yang penting. Sehingga

peningkatan peningkatan jumlah produksi madu nasional perlu dilakukan untuk

dapat memenuhi permintaan madu nasional maupun global (Sarah et al., 2019).

Madu terdiri dari dua jenis yaitu madu hutan dan madu ternak/budidaya.

Pembuatan sarang lebah madu ini dilakukan dengan berbagai cara dengan tujuan

menghasilkan jumlah lebah madu yang lebih banyak. Di Indonesia pada dasarnya

terdapat dua cara yaitu cara tradisional yang menggunakan tikung (sarang buatan),

lalau (lebah bersarang di kayu besar) dan repak (lebah yang bersarang disembarang

tempat). Sedangkan cara modern dengan menggunakan stup dari kayu yang berisi

bingkai sisiran atau kotak kayu (Kurniawan & Rafik, 2015).

Lebah kelulut disebut juga “Lanceng” dengan nama latin (Trigona itama).

Lebah ini tidak menyengat seperti lebah madu pada umumnya, berukuran kecil,

produksi madunya sedikit dan bisa hidup disekitar manusia (Dewantari &

Suranjaya, 2019). Pendapatan peternak lebah Apis cerana lebih besar dibandingkan

pendapatan peternak lebah Trigona sp. dikarenakan lebih sedikitnya biaya produksi

yang dikeluarkan peternak lebah Apis cerana dan besarnya nilai produksi yang

diterima oleh peternak lebah Apis cerana menyebabkan pendapatan peternak lebah

Apis cerana lebih besar dibandingkan pendapatan peternak lebah Trigona sp.

Faktor pendukung dan penghambat dalam membudidayakan lebah Trigona sp

terdiri dari aspek habitat lebah, aspek teknik budidaya, aspek dukungan kapasitas

atau pelatihan, dan aspek pemasaran (Kamaria et al., 2015).

Page 19: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

8

2.5 Kepayang

Tanaman kepayang atau disebut juga Pangi merupakan salah satu plasma

nutfah flora yang menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi dan berpotensi

sebagai obat serta ramu-ramuan. Tumbuhan pangi tersebar di wilayah Malaysia,

Indonesia dan Papua Nugini (Sari & Suharti, 2015). Tanaman kepayang dalam

IUCN Red-List adalah berstatus kelangkaan atau Least Concern. Klasifikasi ilmiah

jenis kepayang menurut IUCN RediList (2016) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Achariacea

Genus : Pangium

Spesies : Pangium Edule Reinw.

Ciri-ciri fisik dari buah kepayang adalah bulat lonjong, tekstur kulit harus

bewarna kecoklatan seperti sawo matang tidak beduri. Daging buahnya berwarna

putih, namun setelah dibusukkan berubah warna menjadi kekuning-kuningan.

Setiap buah yang siap panen memiliki bji yang berbeda tergantung dari ukuran

besar buah kepayang dan umumnya buah kepayang rata-rata memiliki 14-18 biji

dari setiap buahnya (Mahandari et al., 2011).

Pohon kepayang tersebar di seluruh nusantara dengan berbagai nama. Di

daerah Sunda pohon kepayang dikenal sebagai pohon picung, di daerah Batak dan

Bali dikenal sebagai pangi, di Jawa disebut pakem atau pucung dan di Sumbawa

dan Makassar disebut kalowa. Pohon kepayang tumbuh pada daerah ketinggian

1.000 mdpl dengan tinggi pohonnya dapat mencapai 40 meter serta besar batangnya

sampai 2,5 meter. Biji buah kepayang mengandung asam sianida oleh karena itu

dalam pengelolaannya menjadi bumbu masak asam sianida ini harus dihilangkan

terlebih dahulu dengan proses penyimpanan selama 10-14 hari kemudian direbus

dan dikubur dalam tanah selama 40 hari. Pengolahan secara tradisional untuk

memperoleh minyak dari kepayang pada zaman dahulu adalah dengan merebus

buah yang matang selama 2-3 jam kemudian dikupas dan dikeringkan sampai

minyaknya keluar kemudian dikempa dengan papan (Wahyuni et al., 2011).

Page 20: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

9

Pemanfaatan buah kepayang terutama pada bagian daging bijinya telah

dikenal diseluruh Indonesia dengan hasil akhir bervariasi sebelum dikonsumsi.

Beberapa bentuk hasil pengelolaan daging biji kepayang yang dikenal untuk

dikonsumsi antara lain : minyak goreng, daging biji kepayang kering (pedo) dan

bahan sayur (Yohar, 2012).

2.6 Pendapatan dan Kontribusi

Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas

prestasi kerjanya selama satu periode tertentu baik harian, mingguan, bulanan

ataupun tahunan (Sadono & Sukirno, 2006). Pendapatan adalah penerimaan total

dari penjualan hasil produksi sebelum dikurangi dengan biaya produksi. Besarnya

pendapatan dipengaruhi oleh jumlah barang yang dihasilkan atau diproduksi dan

harga masing-masing jenis serta kualitas produk (Trianggana, 2012). Pendapatan

merupakan hasil pengurangan anatara hasil penjualan dengan semua biaya yang

dikeluarkan mulai dari produksi sampai produk tersebut berada ditangan konsumen

(Mubyarto,2004).

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan semua biaya.

Analisis pendapatan usaha tani dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat apakah

suatu usaha tani menguntungkan atau merugikan, sampai seberapa besar

keuntungan atau kerugian tersebut (Soekartawi, 2006). Menurut Suhartati dan

Fathorrozi (2003), biaya dapat dibagi berdasarkan sifatnya, artinya mengkaitkan

antara pengeluaran yang harus dibayar dengan produk atau output yang dihasilkan

yaitu :

1. Biaya Tetap (Fixed Cost) merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu

perusahaan per satuan waktu tertentu untuk keperluan pembayaran semua input

tetap dan besarnya tidak bergantung dari jumlah produk yang dihasilkan.

2. Biaya Variabel (Variabel Cost) adalah kewajiban yang harus dibayar oleh suatu

perusahaan pada waktu tertentu untuk pembayaran semua input variabel yang

digunakan dalam proses produksi.

3. Biaya Total (Total Cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya

variabel dalam proses produksi.

Kontribusi memiliki arti sebagai sumbangan atau bagian (Saad, 2006).

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution maknanya

Page 21: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

10

adalah keikutsertaan, keterlibatan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini

kontribusi dapat berupa materi maupun tindakan. Menurut Supriadi & Saliem

(2006), sumber pendapatan keluarga petani berasal dari usaha tani yang dilakukan

sendiri (on farm), dari sektor bukan pertanian (non farm) yaitu dagang, jasa, serta

dari luar usaha tani sendiri seperti berburuh tani (off farm).

Pendapatan rumah tangga petani dipedesaan pada umumnya tidak hanya

berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan

(Wokas, 2002). Beragamnya sumber pendapatan tersebut dapat dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan usahatani. Tingkat pendapatan yang relatif rendah

mengharuskan anggota rumah tangga petani untuk lebih giat bekerja. Bagi sebagian

rumah tangga petani, upaya tersebut tidak hanya menambah waktu jam kerja tetapi

juga melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu oleh Taha & Alam (2016) dengan judul Analisis

Pendapatan Dan Kelayakan Usaha Industri Minyak Nilam Di Desa Lumbutarombo

Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala didapatkan hasil pendapatan atau

keuntungan sangat tergantung pada jumlah penerimaan dan besarnya biaya yang

dikeluarkan. Pendapatan atau keuntungan bersih yang diperoleh usaha industri

minyak nilam per Bulan sebesar Rp. 15.950.375. Pendapatan ini diperoleh dari

selisih antara penerimaan total produksi minyak nilam per Bulan sebesar Rp.

100.000.000 dan dikurangi dengan biaya sebesar Rp. 84.049.625. Hal ini berarti

usaha industri minyak nilam baik untuk diusahakan. Usaha industri minyak nilam

dalam memproduksi minyak nilam layak untuk diusahakan yang diindikasikan nilai

a ˃ 1 sebesar 1.18.

Pada penelitian Simarmata (2017) yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha

Industri Minyak Kepayang Di KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun didapatkan

hasil pengusahaan minyak kepayang di Desa Sungai Bemban belum layak karena

pengusahaan tersebut belum mengalami keuntungan (tidak berada pada titik impas

produksi, harga dan penerimaan). Hal tersebut dapat dilihat dari nilai R/C Ratio dan

B/C Ratio di Desa Sungai Bemban yang nilainya lebih kecil dari satu yaitu 0,60 dan

-0,39 dengan nilai BEP produksi, harga dan penerimaan berturut-turut yaitu -14,53,

Rp. 174.357,57/kg dan Rp. 2.533.415,49. Nilai R/C Ratio dan B/C Ratio di pihak

Page 22: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

11

KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun yaitun 1,48 dan 0,48. Hanya nilai R/C

Ratio yang lebih besar dari 1 yang artinya dari segi penerimaan sudah layak namun

dari segi pendapatan bersih belum layak. Nilai BEP produksi, harga dan penerimaan

di pihak KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun sudah berada pada titik impas

dengan nilai masing-masing yaitu 87,34 botol, Rp. 1.080.808,08/botol dan Rp.

94.397.777,70. Aspek sosial yang mempengaruhi pengusahaan minyak kepayang

di Desa Sungai Bemban terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota

keluarga dan lama usaha.

Penelitian Terdahulu Kamaria (2016) dengan judul Studi Komparatif

Pendapatan Peternak Lebah Madu Apis cerana Dan Trigona Sp Di Kecamatan

Gangga Kabupaten Lombok Utara dari hasil analisisnya menunjukan rata-rata

pendapatan peternak lebah Apis cerana sebesar Rp. 2.875.037 atau 58.741 per stup

per periode pemeliharaan, sedangkan rata-rata pendapatan peternak lebah Trigona

sp sebesar Rp. 2.488.028 atau Rp. 33.471 per stup per periode pemeliharaan. Hasil

Uji-T menunjukan nilai thitung

0,22 < ttabel

1,69, yang artinya pendapatan peternak

lebah Apis cerana dan peternak lebah Trigona sp tidak bedanyata. Faktor

pendukung budidaya lebah Apis cerana dan Trigona sp adalah kedua jenis lebah ini

mudah dipelihara dan mudah dalam memasarkan madu, sedangkan faktor

penghambat budidaya lebah Apis cerana dan Trigona sp adalah kurangnya jumlah

pakan, terserang hama, cuaca yang tidak menentu sehingga lebah Apis cerana

rentan kabur. Faktor penghambat lainnya adalah kurangnya modal untuk pembelian

stup dan kurangnya pelatihan budidaya lebah madu dari pemerintah sehingga

kurangnya pengetahuan peternak dalam membudidayakan lebah madu.

Pada penelitian Harijah et al., (2018) yang berjudul Kontribusi Industri

Kerajinan Rotan (Calamus spp) dan Bambu (Bambusa sp) Terhadap Pendapatan Petani

di Desa Pihaung Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan, di dapatkan hasil

bahwa masyarakat di Desa Pihaung bermata pencaharian sampingan yaitu sebagai

pembuat kerajinan rotan dan bambu yang berbentuk anyaman seperti lanjung, tangguk,

nyiru, dan cupikan. Pendapatan dari hasil kerajinan anyaman/tahun yaitu sebesar Rp.

129.055.000,- dan pendapatan total Rp. 471.805.000,- sehingga kontribusi kerajinan

rotan dan bambu terhadap pendapatan total petani pengrajin anyaman yaitu 27,35%

Page 23: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

12

yang artinya pendapatan pengrajin anyaman berpengaruh terhadap pendapatan total

petani pengrajin anyaman.

Hasil Penelitian Kartila et al., (2018) yang berjudul Kontribusi Hasil Hutan

Bukan Kayu Kemiri (Aleurites moluccana) Terhadap Pendapatan Petani HKm

Tangga Desa Selengen Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara didapatkan

bahwa kontribusi pendapatan yang diberikan dari usaha kemiri di dalam kawasan

HKm Tangga adalah sebesar 51,3 % per luas lahan garapan per tahun atau 52,6%

per hektar per tahun dengan total pendapatan Rp. 2.630.893 per luas lahan garapan

per tahun atau Rp. 3.417.632 per hektar per tahun. Faktor pendukung dalam usaha

kemiri didalam kawasan HKm Tangga adalah tidak memerlukan modal dalam

kegiatan penanaman, teknologi peralatan yang sederhana dalam kegiatan

pemeliharaan, pemanenan yang mudah dilakukan oleh semua kalangan dan harga

produksi yang cukup tinggi. Sedangkan faktor penghambat dalam usaha kemiri

ialah kurangnya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki petani dilihat dari

jenjang pendidikan formal yang ditempuh.

Page 24: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

13

2.8 Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

HHBK

Minyak Kepayang

Madu Trigona sp

NON HHBK

Perkebunan

Pertanian

Pekerjaan lain

Analisis Pendapatan

Kelompok Tani Hutan

(KTH)

KPHP Limau Unit VII

Hulu Sarolangun

Kontribusi Pendapatan

HHBK terhadap

pendapatan total petani

Page 25: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

14

III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun,

yang terfokus di Kecamatan Batang Asai yaitu Desa Raden Anom, Sungai Bemban

dan Sungai Baung. Desa tersebut dipilih karena merupakan desa yang aktif dalam

mengelola madu dan kepayang serta bermitra dengan KPHP Limau Unit VII Hulu

Sarolangun. Penelitian dilakukan ± 2 bulan dimulai pada bulan April sampai Mei

2021.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun, 2020).

HHBK Madu dan kepayang merupakan HHBK yang dominan dikelola oleh

masyarakat di wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Responden pada

penelitian ini yaitu petani madu budidaya dan petani kepayang yang tergabung

kedalam Kelompok Tani Hutan (KTH). Penentuan sampel KTH menggunakan

metode Purposive Sampling dan penentuan responden menggunakan metode

sampling jenuh.

Page 26: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

15

3.2 Alat dan Bahan Peneltian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, alat dokumentasi

berupa kamera dan alat rekam, laptop, Software pengelola angka dan kuesioner

sebagai panduan dalam melakukan wawancara.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan

data sekunder. Data Primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh

peneliti untuk menjawab masalah ataupun tuijuan penelitian. Data primer diperoleh

melalui wawancara langsung dengan responden yang dipandu dengan kuisoner.

Sedangkan Data Sekunder adalah data yang dihimpun dari sumber-sumber yang

relevan dengan sasaran penelitian , serta jurnal maupun karya tulis ilmiah (studi

pustaka yang terkait dalam penelitian).

Tabel 1. Data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Jenis Data

Data yang diambil

(Madu dan

Kepayang)

Sumber Data

Metode Desa

Raden

Anom

Desa

Sungai

Baung

Desa

Sungai

Bemban

Data Primer

Jumlah

biaya

produksi

Analisis

Harga

penjualan Wawancara

Volume

produksi Wawancara

Pendapatan

dari non

HHBK

Wawancara

Data

Sekunder

Deskripsi

KTH

Studi

Pustaka Potensi

HHBK

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan cara sebagai berikut :

1. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi yaitu dengan

melakukan pengamatan dan peninjauan langsung ke lokasi penelitian dan

menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan mengajukan pertanyaan-

Page 27: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

16

pertanyaan kepada responden dengan panduan kuisoner yang berhubungan

dengan penelitian ini

2. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari literatur atau jurnal karya

ilmiah hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian, serta

penelusuran dokumen untuk penunjang dari pengumpulan data di lapangan

3.5 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara sengaja atau menggunakan

metode Purposive Sampling. Menurut Bungin (2005), untuk menggunakan teknik

purposive ini peneliti seharusnya mengetahui karakteristik populasi. Berikut tabel

jenis dan jumlah KTH yang ada di Kecamatan Batang Asai.

Tabel 2. Jenis dan Jumlah KTH di Kecamatan Batang Asai

Sumber: RPHJP KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun Tahun 2020

Ditentukan sebagai sampel penelitian yaitu Desa Sungai Bemban, Desa

Sungai Baung dan Desa Raden Anom Kecamatan Batang Asai Kabupaten

Sarolangun yang berada di wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Desa

tersebut dipilih karena sebagai desa yang aktif dan bermitra dengan KPHP Limau

Unit VII Hulu Sarolangun. KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun dipilih karena

merupakan salah satu KPH yang terkenal dengan produk HHBK unggulannya yaitu

madu dan minyak kepayang. Sedangkan untuk penentuan responden menggunakan

metode sampling jenuh karena jumlah populasi relatif kecil yaitu 20 – 44 orang

petani. Istilah lain sampel jenuh menurut sugiyono (2013) adalah sensus dimana

semua anggota populasi dijadikan sampel. Berikut tabel sampel KTH dan jumlah

responden pada penelitian ini.

Jenis KTH Jumlah KTH

KTH Madu Budidaya (Trigona Sp) 2

KTH Kepayang 26

Page 28: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

17

Tabel 3. Sampel KTH dan Jumlah Responden

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis

deskriptif dilakukan untuk mengetahui proses produksi dari pengolahan minyak

kepayang dan madu Trigona sp. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk

menganalisis pendapatan petani dari HHBK madu Trigona sp dan Minyak

Kepayang serta kontribusinya terhadap pendapatan total petani. Metode analisis

mencakup antara lain biaya total, penerimaan total, pendapatan, pendapatan total

petani dan kontribusi pendapatan HHBK. Teknik analisis tersebut diolah dengan

menggunakan Microsoft Excel.

3.6.1 Analisis Pendapatan

Menurut (Rahayu et al., 2004) dalam (Handayani et al., 2019) besarnya

pendapatan petani dari hasil pengelolaan HHBK dapat dihitung dengan rumus :

Π = TR – TC

Keterangan :

Π = Total pendapatan (Rp)

TR = Total penerimaan (Rp)

TC = Biaya total (Rp)

Sedangkan menurut Pane et al., (2013) analisis biaya dan pendapatan dapat

dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

TR = P X Q

Jenis KTH Sampel KTH Jumlah Anggota KTH

KTH Madu Budidaya

(Trigona Sp) KTH Harapan Jaya 20 Petani

KTH Madu Budidaya

(Trigona Sp) KTH Puding Mas 25 Petani

KTH Kepayang KTH Talun Sakti 44 Petani

Jumlah 89 Petani

Page 29: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

18

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TR = Total penerimaan (Rp)

P = Harga (Rp)

Q = Kuantitas (Unit)

TC = Biaya total (Rp)

TFC = Biaya tetap (Rp)

TVC = Biaya variabel (Rp)

Menurut Diniyati &Achmad (2015) Pendapatan petani dari Non HHBK

dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Pn = Pkb + Ppt + Ppl

Keterangan :

Pn = Pendapatan petani dari Non HHBK (Rp)

Pkb = Pendapatan petani dari perkebunanan (Rp)

Ppt = Pendapatan petani dari pertanian (Rp)

Ppl = Pendapatan petani dari pekerjaan lainnya (Rp)

3.6.2 Analisis Kontribusi Pendapatan

Untuk menghitung kontribusi dari pendapatan HHBK menggunakan rumus

(Suratiyah, 2008) :

K = Ph

Ptx 100%

Keterangan :

K = Kontribusi pendapatan dari HHBK (%)

Ph = Pendapatan petani dari HHBK (Rp)

Pt = Pendapatan total petani (Rp)

Pendapatan total petani dihitung dengan menjumlahkan pendapatan yang

diperoleh petani dari HHBK dan Non HHBK.

Page 30: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

19

Pt = Ph + Pn

Keterangan :

Pt = Pendapatan total petani (Rp)

Ph = Pendapatan dari HHBK (Rp)

Pn = Pendapatan dari Non HHBK (Rp)

3.7 Konsepsi Pengukuran

1. Pendapatan petani merupakan semua penghasilan yang diterima oleh petani dari

usahanya yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.

2. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan produsen dalam

usahanya yang jumlahnya tetap dan tidak dipengaruhi tingkat produksi.

3. Biaya Variabel (Variabel Cost) adalah biaya yang totalnya berubah secara

proporsional dengan perubahan total kegiatan atau volume yang berkaitan

dengan biaya variabel tersebut.

4. Biaya Total (Total Cost) merupakan semua biaya yang digunakan dalam usaha

yang dilakukan oleh petani yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, yang

dinyatakan dengan satuan rupiah.

5. Penerimaan merupakan nilai uang dari total produk atau hasil perkalian antara

total produk (Q) dan harga produk (P).

6. Pendapatan total petani didapatkan dengan menjumlahkan pendapatan yang

diperoleh petani dari HHBK dan pendapatan dari Non HHBK.

7. Kontribusi pendapatan dari HHBK dapat dihitung dengan pendapatan petani dari

HHBK dibagi pendapatan petani total dikali seratus persen (100%).

Page 31: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun berada di

Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Berdasarkan analisis Peta Rupa Bumi

Indonesia (RBI) skala 1 : 50.000, wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu termasuk

lahan kering dengan topografi datar sampai bergunung, dengan ketinggian 26 -

2380 mdpl. Berikut batas-batas wilayah KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun :

a. Sebelah utara berbatasan dengan APL dan HP. Batang Asai (Kabupaten

Merangin).

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan HL. Hulu Landai Bukit Pale (Kabupaten

Merangin).

d. Sebelah Timur berbatasan dengan APL.

Adapun kawasan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun yang dijadikan

sebagai lokasi penelitian yaitu Desa Sungai Baung, Desa Sungai Bemban dan Desa

Raden Anom, Kecamatan Batang Asai. Berikut batas-batas wilayah Desa sungai

Baung :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Bukit Rayo

b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sungai Bemban

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pulau Salak Baru dan Desa Lubuk

Bangkar

d. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Muara Cuban

Desa Sungai Bemban merupakan salah satu desa binaan KPHP Limau Unit

VII Hulu Sarolangun, Batas-batas wilayah Desa Sungai Bemban Kecamatan

Batang Asai Kabupaten Sarolangun adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Muara Cuban

b. Sebelah timur berbtasan dengan Desa Kasiro

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bukit Kalimau Ulu

d. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Sungai Baung

Desa Raden Anom juga termasuk kedalam desa binaan KPHP Limau Unit

VII Hulu Sarolangun. Dimana memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Page 32: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

21

a. Sebelah utara berbatasan dengan Bukit Kalimau Ulu

b. Sebelah timur berbtasan dengan Desa Padang Jering Barat

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Napal Melintang Kec. Limun dan

berbatasan langsung dengan Sumatera Selatan

d. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Pekan Gadang

4.1.1 Aksesibilitas

Akses menuju KPHP Limau dapat ditempuh melalui jalur darat dari Ibukota

Kabupaten Sarolangun dan Provinsi Jambi. Wilayah Batang Asai merupakan Jarak

terjauh dari ibukota kabupaten Sarolangun yang memerlukan perjalanan 5 jam

dengan jalan menuju lokasi Desa Sungai Baung, Sungai Bemban dan Desa Raden

Anom sebagian sudah jalan aspal dan sebagian lagi masih berupa jalan tanah.

Perjalanan menuju batang asai akan menempuh jalan yang membelah kawasan

hutan yaitu Bukit Raya. Sehingga akses menuju lokasi dapat dilalui menggunakan

kendaraan roda empat Double Gardan maupun kendaraan roda dua. Namun untuk

akses lokasi ke Dusun Muaro Seluro, Desa Raden Anom hanya dapat menggunakan

kendaraan roda dua karena jalan hanya bisa dilewati motor dan harus melewati 2

jembatan gantung untuk sampai ke lokasi.

4.1.2 Luas Wilayah dan Kependudukan

Desa Sungai Baung memiliki luas wilayah ±3.600 Ha, dengan jumlah

penduduk pada tahun 2020 yaitu 1.025 jiwa yang terdiri dari 471 laki-laki dan 554

perempuan dengan persentase masing-masing 45,95% dan 54,04% mayoritas

penduduk dari suku melayu jambi dan beragama islam.

Desa Sungai Bemban memiliki luas wilayah ±6.000 Ha dengan jumlah

penduduk pada tahun 2020 yaitu 1.150 jiwa yang terdiri dari 580 jiwa laki-laki dan

570 perempuan dengan persentase masing-masing 50,43% dan 49,56% mayoritas

penduduk dari suku melayu dan penduduk Desa Sungai Bemban beragama islam

100%.

Desa Raden Anom memiliki luas wilayah ±20.722 Ha dengan jumlah

penduduk 1.807 jiwa yang terdiri dari 833 laki-laki dan 974 perempuan dengan

persentase masing-masing 46,09% dan 53,90%. Penduduk Desa Raden Anom

mayoritas berasal dari suku melayu dan beragama islam.

Page 33: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

22

4.2 Identitas Responden

4.2.1 Umur Responden

Umur responden merupakan salah satu karakteristik individu yang berperan

dalam menentukan kemampuan kerja seseorang (Kadir et al., 2012). Umur yang

produktif adalah umur penduduk antara 15–59 tahun dan umur non produktif antara

0-14 tahun serta lebih atau sama dengan dari 60 tahun. Jumlah dan persentase

responden berdasarkan kelas umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kelas Umur.

umur (Tahun) KTH Harapan Jaya KTH Puding Mas KTH Talun Sakti

JR (orang) persentase (%) JR

(orang) Presentase (%) JR (orang) presentase (%)

25-30 0 0 8 32 4 9

31-35 0 0 4 16 5 11

36-40 6 30 3 12 18 41

41-45 9 45 6 24 12 27

46-50 4 20 1 4 3 7

51-55 1 5 1 4 2 5

56-60 0 0 2 8 0 0

Jumlah 20 100 25 100 44 100

Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Tabel 4 menunjukkan bahwa semua anggota petani KTH Harapan Jaya dan

KTH Talun Sakti berumur produktif. Sedangkan petani KTH Puding Mas dari 25

petani terdapat 2 petani yang berumur non produktif. Pada umur produktif tersebut,

masyarakat masih potensial dalam menjalankan usaha HHBK madu Trigona sp.

dan minyak kepayang hanya saja perlu pelatihan dan pembinaan kembali oleh

KPHP Limau agar tercapainya produktivitas petani yang tinggi.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Disamping kemampuan dan keterampilan petani juga memerlukan

pendidikan. Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir petani dalam menjalankan

umur

(Tahun)

KTH Harapan Jaya KTH Puding Mas KTH Talun Sakti

ΣR

(orang)

persentase

(%)

ΣR

(orang)

Presentase

(%)

ΣR

(orang)

presentase

(%)

25-30 - - 8 32 4 9

31-35 - - 4 16 5 11

36-40 6 30 3 12 18 41

41-45 9 45 6 24 12 27

46-50 4 20 1 4 3 7

51-55 1 5 1 4 2 5

56-60 - - 2 8 - -

Jumlah 20 100 25 100 44 100

Page 34: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

23

usahanya dan pengambilan keputusan dalam pemasaran produk yang

dihasilkannya. Kemudian, pendidikan juga akan mempengaruhi petani dalam

menyerap informasi terbaru yang dapat diterapakan dalam kegiatan usahanya.

Berikut tabel jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat sebagian besar responden dari KTH

Harapan Jaya, KTH Puding Mas dan KTH Talun Sakti bahwa sebagian besar adalah

tamatan SD (Sekolah Dasar) dengan persentase masing-masing 40%, 48% dan

50%. Pada umumnya masyarakat tidak melanjutkan ketingkat pendidikan

selanjutnya dikarenakan masalah biaya pendidikan, jarak sekolah yang jauh dari

tempat tinggal dan ada juga yang lebih tertarik kerja daripada sekolah.

4.2.3 Luas Lahan Responden

Luas lahan yang dimiliki oleh responden dapat mempengaruhi pendapatan

total yang diterima, semakin luas lahan maka semakin besar pendapatan. Luas lahan

responden KTH Harapan Jaya, KTH Puding Mas dan KTH Talun Sakti sebagian

besar memiliki luas lahan berkisar 0-4 Ha dengan persentase 50%, 92% dan 64%.

Luas lahan responden dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Luas Lahan Responden

Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Tingkat

Pendidikan

KTH Harapan Jaya KTH Puding Mas KTH Talun Sakti

ΣR

(orang)

persentase

(%)

ΣR

(orang)

Presentase

(%)

ΣR

(orang)

presentase

(%)

Tidak sekolah 0 0 0 0 0 0

SD 8 40 12 48 22 50

SMP 3 15 2 8 12 27

SMA 5 25 8 32 7 16

Perguruan

Tinggi 4 20 3 12 3 7

Jumlah 20 100 25 100 44 100

Luas Lahan

(Ha)

KTH Harapan Jaya KTH Puding Mas KTH Talun Sakti

ΣR

(orang)

persentase

(%)

ΣR

(orang)

Presentase

(%)

ΣR

(orang)

presentase

(%)

0-4 10 50 23 92 28 64

5-9 9 45 2 8 16 36

10-14 1 5 - - - -

Jumlah 20 100 25 100 44 100

Page 35: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

24

4.3 Kemitraan KTH Bersama KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun

Kemitraan merupakan solusi untuk meningkatkan kesempatan petani kecil

dalam perekonomian nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kemitraan adalah salah satu dari 5 skema perhutanan sosial. Kesatuan Pengelolaan

Hutan (KPH) wajib melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan

berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

No.P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016.

KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun melaksanakan kemitraan bersama

petani HHBK madu dan kepayang yaitu KTH Harapan Jaya, KTH Puding Mas dan

KTH Talun Sakti di Kecamatan Batang Asai yang merupakan wilayah kerja dari

KPHP Limau. Kemitraan antara KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas dalam

pengelolaan madu Trigona sp. bersama KPHP Limau dimulai pada tahun 2017.

Sedangkan kemitraan pengelolaan minyak kepayang bersama KTH talun Sakti

sejak tahun 2013. Kemitraan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahtraan masyarakat yang berada disekitar kawasan hutan.

Dalam pelaksanaan kemitraan KPHP Limau membantu dalam aspek

pemasaran dimana KTH sebagai penghasil madu/minyak kepayang dan KPHP

Limau Unit VII Hulu Sarolangun sebagai penampung dan melakukan pemasaran

kembali minyak kepayang dalam bentuk kemasan serta diberi label. Selain itu

KPHP Limau bersama Forest Investment Program II (FIP-II ) juga membantu pada

aspek pelatihan, pembinaan serta alat pengolahan HHBK kepada KTH.

KTH Talun Sakti mendapatkan bantuan alat produksi dan rumah produksi

untuk pengolahan minyak kepayang. Alat produksi yang diberikan yaitu mesin

pemecah biji kepayang, mesin pengering kepayang (oven), mesin penepung

kepayang, mesin press, alat pengukusan, mesin pencincang, kawah, tungku, terpal,

tank penampung minyak, drigen, ember dan keranjang. Sedangkan KTH Harapan

Jaya dna KTH Puding Mas masing-masing mendapatkan bantuan 25 stup madu

beserta lebah/bibitnya dan tempat stup madu. Dengan adanya bantuan alat secara

tidak langsung KPHP Limau membantu mengurangi biaya produksi KTH dalam

pengolahan madu dan minyak kepayang.

Page 36: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

25

4.4 Produksi Madu Trigona sp. dan Minyak Kepayang

4.4.1 Produksi Madu Trigona sp.

Produksi madu Trigona sp. oleh KTH Harapan Jaya dan KTH Puding mas

dilakukan 3 kali dalam setahun yaitu 6 bulan sekali dan 3 bulan dua kali. Rata-rata

1 stup menghasilkan 0,5 ons madu. Harga jual madu Trigona sp. ke KPHP Limau

yaitu Rp. 350.000/Kg. Pada tahun 2020 KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas

masing-masing menjual 4 Kg madu Trigona sp. ke KPHP Limau. Jumlah stup yang

dimiliki KTH Harapan Jaya yaitu 33 stup sedangkan KTH Puding Mas memiliki 25

stup. Banyaknya madu yang dihasilkan tergantung dengan musim jika musim

bunga lebah akan mendapatkan banyak pakan dan produksi madu yang dihasilkan

banyak. Dalam melakukan pemanenan harus pada saat cuaca bagus karena jika saat

cuaca hujan dilakukan pemanenan lebah dapat berserakan dan tidak kembali ke

stup. Alat yang digunakan dalam pemanenan madu sangat sederhana yaitu hanya

menggunakan pisau, saringan, baskom dan sarung tangan. Proses pemanenan madu

yang dilakukan oleh KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas sama saja yaitu

dengan cara :

a. Buka stup madu terlebih dahulu kemudian buka plastik yang ada didalam stup

b. Pukul pelan-pelan stup madu sampai induknya/ratu keluar, agar pada saat

pemanenan induk tidak menempel pada madu karena jika menempel pada madu

maka induk akan mati.

c. Ambil madu menggunakan pisau kemudian diperas dan disaring untuk

memisahkan madu dari ampasnya sehingga madu yang dihasilkan bersih.

Berikut disajikan proses pemanenan madu Trigona sp. pada gambar 3.

(a) (b)

Gambar 3. (a) Buka plastik stup (b) Ambil madu menggunakan pisau.

Page 37: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

26

4.4.2 Produksi Minyak Kepayang

Pengolahan minyak kepayang oleh petani diawali dari tahap pengumpulan

bahan baku sampai proses pengepressan dan menghasilkan minyak kepayang.

Minyak kepayang kemudian di jual ke KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun

dalam satuan kg dengan harga Rp. 50.000/Kg. Dalam melakukan kemitraan KTH

sebagai penghasil minyak kepayang dan KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun

sebagai penampung dan melakukan pemasaran kembali minyak kepayang dalam

bentuk kemasan serta diberi label.

Proses pembuatan minyak kepayang membutuhkan waktu yang relatif lama

±15 hari dan melibatkan seluruh anggota KTH Talun Sakti. Pada tahun 2020 KTH

Talun Sakti mendapat bantuan alat produksi yang diberikan oleh KPHP Limau

bersama program FIP-II. Semua alat produksi dalam pembuatan minyak kepayang

sudah difasilitasi/diberikan oleh KPHP Limau bersama FIP-II jadi KTH Talun

Sakti tidak mengeluarkan biaya produksi yaitu biaya tetap alat dan bahan dalam

pembuatan minyak kepayang. KTH Talun Sakti hanya mengeluarkan biaya variabel

yaitu biaya bahan bakar dan biaya tenaga kerja. Berikut proses pembuatan minyak

kepayang di KTH Talun Sakti :

a. Pengumpulan biji kepayang

Pengumpulan biji kepayang dari buah yang telah masak dilakukan oleh

petani anggota KTH Talun Sakti. Buah yang masak adalah buah dengan ciri-ciri

daging buah berwarna kuning dan biji yang keras serta jatuh secara alami (tidak

diambil dari atas pohon). Biji buah kepayang yang terkumpul pada tahun 2020 yaitu

635 Kg biji. Biji dikumpulkan selama ±1 bulan sampai sudah tidak ada lendir.

b. Pencucian Biji, Perebusan dan pemecahan biji

Biji kepayang dimasukkan kedalam karung dan dicuci dengan air yang

mengalir. Setelah bersih biji kepayang direbus menggunakan kawah selama

3jam/kawah. Waktu yang dihabiskan untuk proses pencucian dan perebusan ±3

hari. Setelah direbus selanjutnya biji dipecah menggunakan mesin pemecah biji

kepayang. Proses pemecahan biji membutuhkan waktu selama ±1 hari. Berikut

disajikan gambar 4. proses pencucian dan perebusan biji kepayang.

Page 38: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

27

(a) (b)

Gambar 4. (a) Pencucian biji (b) Perebusan biji.

c. Pencongkelan, perendaman dan pengeringan air pada kepayang

Selanjutnya setelah pemecahan biji yaitu pencongkelan isi biji buah

kepayang. Proses ini membutuhkan waktu yang lama ±4 hari untuk pencongkelan

biji kepayang sebanyak 635 Kg. Isi biji kepayang yang sudah dicongkel direndam

selama 2 hari 2 malam tujuannya untuk membuang racun alami (asam sianida) yang

terdapat di kepayang. Kemudian setelah direndam dilakukan pengepressan untuk

pengeringan kepayang dari air setelah direndam. Proses pencongkelan, perendaman

dan pengeringan kepayang dapat dilihat pada gambar 5.

(a) (b)

(c)

Gambar 5. (a) Pemecahan biji (b) Pencongkelan biji (c) Pengeringan air.

d. pencincangan, penjemuran dan penepungan.

Daging kepayang kemudian dicincang menggunakan mesin pencincang

kepayang selama 3 jam. Selanjutnya proses penjemuran kepayang, proses ini

tergantung cuaca jika cuaca panas ±5 hari sampai warna kepayang coklat dan

Page 39: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

28

mengeluarkan minyak. Proses penjemuran/pengeringan kepayang ini dapat juga

dilakukan dengan menggunakan oven. Namun, hasil minyak kepayang tidak

memuaskan menjadi kuning dan tidak bagus oleh karena itu dilakukan penjemuran

dengan panas matahari. Kepayang yang sudah kering selanjutnya

dihaluskan/dilakukan penepungan menggunakan mesin penepung selama 1 jam.

Berikut disajikan gambar 6. Proses pencincangan dan penepungan kepayang

menggunakan mesin.

(a) (b)

Gambar 6. (a) pencincangan daging kepayang (b) Penepungan kepayang.

e. Pengukusan dan pengepressan

Setelah menjadi tepung kepayang dikukus selama 30 meit/kukus. Dan

proses terakhir kepayang dipress untuk menghasilkan minyak kepayang dengan

waktu yang diperlukan 3jam/pengepresan.

Gambar 7. Pengepressan kepayang.

4.5 Hasil Analisis Pendapatan Petani HHBK Madu Budidaya Trigona Sp

Trianggana (2012) menyatakan bahwa pendapatan adalah penerimaan total

dari penjualan hasil produksi dikurangi dengan biaya produksi. Besarmya

pendapatan dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga produk.

4.5.1 Penerimaan KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas

Penerimaan merupakan nilai uang dari total produksi yang dihasilkan atau

penerimaan KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas dari HHBK madu Trigona

sp. adalah total produksi madu yang dihasilkan oleh KTH dikali dengan Harga

Page 40: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

29

madu. Pada tahun 2020 KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas sama-sama

memproduksi madu sebanyak 4 Kg dengan harga madu Rp. 350.000/Kg. Sehingga

penerimaan masing-masing KTH dari madu Trigona sp. pada tahun 2020 yaitu Rp.

1.400.000/Tahun.

4.5.2 Biaya Produksi KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas

Biaya produksi adalah semua biaya yang digunakan dalam pengelolaan

madu budidaya Trigona sp. yang tediri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

tetap pada pengelolaan madu di KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas yaitu

pisau, baskom, saringan, sarung tangan dan plastik. Biaya variabel adalah biaya

tenaga kerja. Stup dan tempat stup tidak dihitung sebagai biaya tetap karena bantuan

dari KPHP Limau sehingga KTH tidak mengeluarkan biaya untuk itu.. Sedangkan

untuk biaya variabel bahan baku, transportasi tidak ada karena bahan baku/bibit

Trigona sp. diberi oleh KPHP Limau dan biaya transportasi juga tidak ada karena

bila madu telah diproduksi tim dari KPHP Limau yang langsung membeli madu ke

KTH. Untuk uraian lebih rinci biaya produksi dapat dilihat pada lampiran 10.

4.5.3 Pendapatan KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas

Pendapatan KTH madu budidaya Trigona sp. yaitu KTH Harapan Jaya dan

KTH Puding Mas adalah penghasilan yang diterima oleh KTH dari usaha budidaya

madu yang dihitung dengan total penerimaan dikurangi total biaya produksi.

Sedangkan pendapatan anggota KTH dapat dihitung dari pendapatan KTH dibagi

dengan jumalah anggota KTH. Berikut hasil analisis pendapatan petani madu

Trigona sp. KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas.

Tabel 7. Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp.

Nama KTH Penerimaan

(Rp/Tahun)

Biaya Produksi

(Rp/Tahun)

Pendapatan KTH

(Rp/Tahun)

Pendapatan

Anggota

(Rp/Tahun)

KTH Harapan Jaya 1.400.000 58.313 1.341.687 67.084

KTH Puding Mas 1.400.000 95.813 1.304.187 52.167

Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Tabel 7 menunjukkan pendapatan KTH Harapan Jaya Desa Sungai Baung

Rp. 1.341.687/Tahun dan pendapatan anggota KTH dari HHBK Madu budidaya

Trigona sp. masing-masing Rp. 67.084/Tahun. Total produksi Madu Trigona sp.

KTH Harapan Jaya tahun 2020 adalah 5 Kg dari 33 stup dengan frekuensi

pemanenan 3 kali/Tahun. Hasil produksi tersebut di jual ke KPHP Limau sebanyak

Page 41: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

30

4 Kg dan sisanya dibagi untuk anggota KTH. Sedangkan masing-masing

pendapatan Anggota KTH dari HHBK madu Trigona sp. pada KTH Puding Mas

yaitu Rp. 1.304.187/Tahun. Total produksinya pada tahun 2020 adalah 4 Kg dari

total stup yang dimiliki 25 stup. KTH menjual madu Trigona sp. ke KPHP Limau

dengan Harga Rp. 350.000/Kg. Biaya produksi dalam budidaya madu Trigona sp.

cukup rendah karena tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pengelolaannya.

Namun, produksi madu sangat dipengaruhi oleh musim yaitu jika musim

bunga/buah maka akan semakin banyak pakan lebah sehingga produksi madu lebih

banyak selain itu juga dipengaruhi tempat peletakan stup dimana stup yang

diletakkan di sekitar pekarangan rumah akan menghasilkan produksi madu lebih

sedikit dibanding stup yang diletakkan dikebun karena sumber pakannya lebih

banyak.

4.6 Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Madu Trigona sp Terhadap

Pendapatan Total Petani

Kontribusi adalah sumbangan atau pemasukan yang dalam hal ini kontribusi

pendapatan yaitu sumbangan atau pemasukan yang ada didalam pendapatan petani

(Anton, 2016). Kontribusi pendapatan petani HHBK madu Trigona sp. KTH

Harapan Jaya terhadap pendapatan total petani dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Kontribusi Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH Harapan

Jaya Terhadap Pendapatan Total Petani

Sumber Pendapatan Pendapatan Petani

(Rp/Tahun)

Kontribusi Terhadap

Pendapatan Total (%)

HHBK (Madu Trigona sp.) 67.084 0,05

NON HHBK 131.012.143 99,95

Perkebunanan (Karet) (Ha/Tahun) 34.890.000 26,62

Pertanian (Padi) (Ha/Tahun) 4.265.000 3,25

PNS 30.000.000 22,89

Pedagang 22.857.143 17,44

Bengkel 15.800.000 12,05

Meubel 16.000.000 12,21

Buruh 7.200.000 5,49

Total 131.079.227 100

Sumber : Data Primer Diolah,2021

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa pendapatan petani KTH Harapan

Jaya dari HHBK madu Trigona sp. memberikan kontribusi 0,05% terhadap

pendapatan total petani. Sedangkan kontribusi pendapatan petani dari Non HHBK

Page 42: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

31

memberikan kontribusi jauh lebih besar yaitu 99,95% terhadap pendapatan total

petani. Pendapatan Non HHBK dari sektor perkebunan yaitu karet memberikan

kontribusi paling besar 26,62% hal ini dikarenakan rata-rata responden menjadikan

perkebunan sebagai pekerjaan utama. Pada KTH Puding Mas kontribusi

pendapatan petani dari HHBK madu Trigona sp. terhadap pendapatan total petani

juga sangat rendah dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Kontribusi Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH Puding

Mas Terhadap Pendapatan Total Petani

Sumber Pendapatan Pendapatan Petani

(Rp/Tahun)

Kontribusi Terhadap

Pendapatan Total (%)

HHBK (Madu Trigona sp.) 52.167 0,06

NON HHBK 87.076.667 99,94

Perkebunan (Karet) (Ha/Tahun) 34.690.000 39,81

Pertanian (Padi) (Ha/Tahun) 4.136.667 4,75

Pedagang 25.500.000 29,27

Pegawai 12.000.000 13,77

Jasa 10.750.000 12,34

Total 87.128.834 100

Sumber : Data Primer Diolah,2021

Tabel 9 menunjukkan bahwa hanya 0.06% kontribusi pendapatan petani

dari HHBK madu Trigona sp. terhadap pendapatan total petani. Kontribusi paling

besar 99,94% pendapatan petani dari Non HHBK. Kontribusi pendapatan petani

dari HHBK madu Trigona sp. terhadap pendapatan petani di KTH Harapan Jaya

dan KTH Puding Mas sangat rendah yaitu 0,05% dan 0,06% dapat dilihat dari tabel

9 dan tabel 10. Rendahnya kontribusi tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu

sedikitnya jumlah produksi madu yang dihasilkan oleh KTH. Sesuai dengan

sedikitnya jumlah stup yang dimiliki KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas.

Dari tahun 2017 bantuan 25 kotak stup dan tempat stup yang diberikan oleh KPHP

Limau Unit VII Hulu Sarolangun dikembangkan KTH Harapan Jaya menjadi 33

stup pada tahun 2020. Namun di KTH Puding Mas pada tahun 2020 jumlah stup

madu yang ada masih tetap 25 tidak ada perkembangan. berdasarkan data yang

didapatkan hambatan petani dalam pengembangan budidaya madu Trigona sp.

yaitu sulitnya mendapatkan bibit/koloni serta pembuatan stup yang banyak akan

membutuhkan biaya yang banyak pula. Untuk mendapatkan produksi yang banyak

seharusnya stup madu diletakkan dikebun agar mendapatkan banyak pakan dari

Page 43: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

32

bunga/buah yang ada dikebun, tetapi karena sering adanya pencurian stup madu

maka stup madu hanya diletakkan di pekarangan rumah. Hambatan lainnya petani

juga hanya mendapatkan satu kali pelatihan mengenai pengelolaan madu Trigona

sp. yang diwakilkan oleh masing-masing ketua KTH pada tahun 2017 dan hingga

saat ini belum ada pelaksanaan pelatihan lanjutan. Untuk melihat lebih jelas

kontribusi sumber pendapatan petani lainnya terhadap pendapatan total petani di

KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas dapat dilihat pada gambar 8 dan 9 yaitu

grafik kontribusi masing-masing sumber pendapatan petani terhadap pendapatan

total petani.

Gambar 8. Grafik kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total di KTH Harapan Jaya

Gambar 9. Grafik kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total. di KTH Puding Mas

Berdasarkan gambar 3 dan 4 dapat diketahui bahwa kontribusi pendapatan

petani dari sektor perkebunan di KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas yaitu

karet paling besar yaitu 26,62% dan 39,81%. Hal ini dikarenakan mayarakat di

Sungai Baung dan Desa Sungai Bemban sebagian besar merupakan petani karet dan

rata-rata memiliki kebun karet sendiri. Selanjutnya 22,89% dari PNS di KTH

Harapan Jaya dan di KTH Puding Mas kontribusi 29,27% sumber pendapatan

0,05

26,62

3,25

22,89

17,44

12,05 12,21

5,49

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

Madu

Trigona sp.

Karet Padi PNS Pedagang Bengkel Meubel Buruh

Ko

ntr

ibusi

(%

)

Sumber Pendapatan

Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Madu Trigona sp. KTH Harapan Jaya

Terhadap Pendapatan Total Petani

0,06

39,81

4,75

29,27

13,77 12,34

0

10

20

30

40

50

Madu Trigona

sp.

Perkebunan

(Karet)

Pertanian

(Padi)

Pedagang Pegawai Jasa

Kon

trib

usi

(%

)

Sumber Pendapatan

Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Madu Trigona sp. KTH

Puding Mas Terhadap Pendapatan Total Petani

Page 44: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

33

petani dari pedagang. Untuk sumber pendapatan ketiga terbesar yang berkontribusi

terhadap pendapatan petani pada masing-masing KTH Harapan Jaya dan KTH

Puding Mas adalah pendapatan dari Pedagang 17,44% dan pegawai13,77%.

Pegawai yang dimaksud adalah responden yang bekerja sebagai aparat desa seperti

Kepala Desa, Kepala Dusun, Pegawai sarak dan guru honorer. Sedangkan

kontribusi dari sektor pertanian yaitu padi hanya berkontribusi 3,25% di KTH

Harapan Jaya dan dan 4,75% di KTH Puding Mas. Jenis padi yang dikelola oleh

masyarakat Desa Sungai Baung dan Desa Sungai Bemban adalah padi ladang

pemanenan padi dilakukan selama satu tahun sekali. Sedangkan kontribusi

pendapatan paling rendah terhadap pendapatan total petani di KTH Harapan Jaya

dan KTH Puding Mas adalah 0,05% dan 0,06% pendapatan petani dari HHBK

madu Trigona sp.

4.7 Hasil Analisis Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang

KTH Talun Sakti Desa Raden Anom melakukan pengolahan HHBK

Minyak Kepayang. Pendapatan KTH Talun Sakti dari pengolahan minyak

kepayang dipengaruhi oleh total penerimaan dan biaya produksi selama pengolahan

minyak kepayang.

4.7.1 Penerimaan KTH Talun Sakti

Penerimaan KTH Talun Sakti dari HHBK minyak kepayang pada tahun

2020 adalah Rp. 2.500.000/Tahun. Penerimaan KTH Talun Sakti dihitung dari total

produksi minyak kepayang yang dijual ke KPHP Limau pada tahun 2020 yaitu 50

Kg dikali dengan harga minyak kepayang Rp. 50.000/Kg.

4.7.2 Biaya Produksi KTH Talun Sakti

Dalam pengolahan minyak kepayang KTH Talun Sakti telah mendapatkan

bantuan alat produksi dari KPHP Limau melalui program FIP-II. Sehingga KTH

Talun Sakti tidak mengeluarkan biaya tetap. Sedangkan untuk biaya variabel yaitu

biaya bahan bakar seperti solar, bensin dan kayu bakar serta biaya variabel lainnya

yaitu tenaga kerja. Biaya tenaga kerja mempengaruhi besarnya biaya produksi

berdasarkan Lampiran 9. Dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di KTH Talun

Sakti sebanyak 44 orang dalam satu kali produksi dengan total 215 HOK kegiatan

mulai dari pengumpulan biji kepayang sampai pengepressan minyak kepayang.

Page 45: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

34

Jadi, total biaya produksi yang dikeluarkan oleh KTH Talun Sakti dalam

pengolahan minyak kepayang pada tahun 2020 adalah Rp. 635.938/Produksi.

4.7.3 Pendapatan KTH Talun Sakti

Pendapatan KTH Talun Sakti dari pengolahan minyak kepayang dapat

dihitung dengan cara total penerimaan KTH Talun Sakti dari minyak kepayang

dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam pengolahan minyak

kepayang. Sedangakan pendapatan anggota KTH adalah total pendapatan KTH

dibagi dengan jumlah anggota KTH. Berikut hasil analisis pendapatan KTH dan

pendapatan anggota KTH dari HHBK Minyak Kepayang KTH Talun Sakti dapat

dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang

Nama KTH Penerimaan

(Rp/Tahun)

Biaya

Produksi

(Rp/Tahun)

Pendapatan KTH

(Rp/Tahun)

Pendapatan Anggota

(Rp/Tahun)

KTH Talun Sakti 2.500.000 635.938 1.864.062 42.365

Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Besarnya hasil produksi minyak kepayang di KTH Talun Sakti pada tahun

2020 yaitu sebanyak 65 Kg minyak kepayang dari bahan baku biji kepayang 635

Kg atau 10,23% minyak kepayang yang dihasilkan dari biji. Minyak kepayang

dijual ke KPHP Limau 50 Kg dan sisanya untuk anggota KTH. Berdasarkan tabel

10 dapat diketahui pendapatan KTH Talun Sakti dari HHBK minyak kepayang

adalah Rp. 1.864.062/Tahun yang didapatkan setelah penerimaan Rp.

2.500.000/Tahun dikurangi dengan biaya produksi Rp. 635.938/Produksi.

Sedangkan pendapatan masing-masing anggota yaitu pendapatan KTH dibagi

dengan jumlah anggota KTH, maka pendapatan petani HHBK minyak kepayang

Rp. 42.365/Tahun. Rendahnya pendapatan petani dari HHBK minyak kepayang

dikarenakan kepayang merupakan tanaman musiman yang hanya berbuah setahun

sekali sehingga produksi juga dilakukan setahun sekali. Musim buah kepayang pada

bulan juli – agustus dan buah jatuh dari pohon pada bulan september – oktober.

Selanjutnya petani pengumpul biji kepayang mengumpulkan biji setiap hari agar

tidak dimakan hama. Populasi pohon kepayang yang ada di desa Raden Anom

cukup banyak namun tidak semuanya mencapai umur berbuah. Oleh karena itu,

Page 46: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

35

pentingnya dilakukan budidaya kepayang agar kedepannya produksi minyak

kepayang semakin meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan pasar.

4.8 Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Minyak Kepayang

Terhadap Pendapatan Total Petani

Pendapatan Petani dari Usahatani minyak kepayang oleh KTH Talun sakti

memberikan kontribusi yang sangat rendah terhadap pendapatan total petani.

Sumbangan/Kontribusi pendapatan petani dari HHBK minyak kepayang terhadap

pendapatan total petani dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK Minyak Kepayang KTH Talun

Sakti Terhadap Pendapatan Total Petani

Sumber Pendapatan Pendapatan Petani

(Rp/Tahun)

Kontribusi Terhadap

Pendapatan Total (%)

HHBK (M. Kepayang) 42.365 0,04

NON HHBK 99.791.396 99,96

Perkebunanan (Karet) (Ha/Tahun) 32.724.052 32,78

Pertanian (Padi) (Ha/Tahun) 4.530.677 4,54

PNS 30.000.000 30,05

Pedagang 25.336.667 25,38

Buruh 7.200.000 7,21

Total 99.833.761 100

Sumber : Data Primer Diolah, 2021

Tabel 11 menunjukkan bahwa hanya 0,04% kontribusi pendapatan petani

dari HHBK minyak kepayang terhadap pendapatan total petani. Kontribusi

pendapatan terbesar adalah dari sektor perkebunan yaitu karet dimana total

pendapatan petani Rp. 32.724.052 Ha/Tahun dengan kontribusi 32,78%.

Rendahnya kontribusi pendapatan petani dari HHBK minyak kepayang terhadap

pendapatan total petani KTH Talun Sakti disebabkan pengolahan minyak kepayang

hanya dilakukan satu kali dalam setahun dan kepayang merupakan tanaman

musiman. Pengolahan minyak kepayang juga membutuhkan waktu yang lama ±15

hari dari tahap pengumpulan hingga pengepressan menjadi minyak kepayang.

Maka dibutuhkan banyak tenaga kerja yang terlibat dalam pengolahannya hal ini

juga akan mempengaruhi besarnya biaya produksi untuk tenaga kerja dan

mengurangi pendapatan yang akan diterima oleh petani.

Page 47: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

36

Gambar 10. Grafik pendapatan petani terhadap pendapatan total petani di KTH Talun Sakti

Gambar 10. Menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan petani dari sektor

perkebunan yaitu karet memberikan kontribusi paling besar 32,78%. Selanjutnya

kontribusi dari PNS 30,05%, pedagang 25,38%, buruh 7,21%, padi 4,54% dan

pendapatan petani dari HHBK minyak kepayang memberikan kontribusi paling

kecil yaitu hanya 0,04% terhadap pendapatan total petani. Hal ini dikarenakan

mayoritas masyarakat di Desa Raden Anom menjadikan sektor perkebunan yaitu

karet sebagai pekerjaan utama mereka. Berdasarkan tabel 6 Luas lahan responden

di KTH Talun Sakti sebanyak 60% responden memiliki luas lahan 0-4 Ha. Selain

karet sumber pendapatan masyarakat Desa Raden Anom juga berasal dari sektor

pertanian yaitu komoditi padi ladang.

0,04

32,78

4,54

30,05

25,38

7,21

0

5

10

15

20

25

30

35

M. Kepayang Karet Padi PNS Pedagang Buruh

Ko

ntr

ibusi

(%

)

Sumber Pendapatan

Kontribusi Pendapatan Petani dari HHBK M. Kepayang KTH

Talun Sakti Terhadap Pendapatan Total Petani

Page 48: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pendapatan petani HHBK madu Trigona sp. yang bermitra dengan KPHP

Limau VII Hulu Sarolangun di KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas

masing-masing Rp. 67.084/Tahun dan Rp. 52.167/Tahun dari

pendapatan KTH Harapan Jaya Rp. 1.341.687/Tahun dan KTH Puding

Mas Rp. 1.304.187/Tahun. Rendahnya pendapatan petani disebabkan

oleh stup madu yang dimilki masing-masing KTH sangat sedikit

sehingga produksi madu yang dihasilkan selama satu tahun juga sedikit.

Selain itu kurangnya pembinaan dan pelatihan bagi KTH untuk

pengembangan dan pengelolaan madu Trigona sp.

2. Pendapatan petani HHBK minyak kepayang yang bermitra dengan

KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun di KTH Talun Sakti adalah Rp.

42.365/Tahun dari pendaptan total KTH Rp. 1.864.062/Tahun.

3. Kontribusi pendapatan petani HHBK madu Trigona sp. terhadap

pendapatan total petani di KTH Harapan Jaya dan KTH Sungai baung

adalah 0,05% dan 0,06%. Sedangkan kontribusi pendapatan petani

HHBK minyak kepayang KTH Talun Sakti terhadap pendapatan total

petani yaitu 0,04%.

5.2 Saran

1. Untuk meningkatkan pendapatan petani dari HHBK madu Trigona sp.

disetiap KTH perlu dilakukan pembinaan dan pelatihan agar

pengembangan dan pengelolaan HHBK dapat dilakukan oleh petani

secara efektif dan efisien. Seperti pelatihan pengembangan stup madu

dan penempatan stup madu agar pakan yang diperoleh lebah lebih

banyak. Kemudian pentingnya pengawasan stup madu yang dikelola.

2. Agar pendapatan petani dari HHBK minyak kepayang tinggi maka perlu

dilakukan perluasan wilayah budidaya kepayang agar bahan baku biji

kepayang kedepannya semakin banyak dan produksi minyak kepayang

pun meningkat.

Page 49: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

38

3. KPHP Limau sebaiknya melakukan kemitraan dengan KTH yang

menjadikan pengelolaan dan pengembangan HHBK sebagai fokus utama

dibandingkan pekerjaan petani lainnya. Agar produksi HHBK meningkat

dan pendapatan juga meningkat sehingga kontribusi pendapatan petani

dari HHBK terhadap pendapatan total petani semakin besar.

Page 50: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

39

DAFTAR PUSTAKA

Anton G dan Marhawati. (2016). Kontribusi Usahatani Padi Sawah Pada

Pendapatan Usahatani Keluarga di Desa Ogamas II Kecamatan Sojol Utara

Kabupaten Donggala. Jurnal Agro Tekdis, 4(1):106-112.

Badan Pusat Statistik. 2012-2016. Jawa Barat dalam Angka. Pages: 261-374. Badan

Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

Bank Indonesia. 2012. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK): Budidaya Lebah

Madu. Pages: 11.

Bungin B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media

Grup. Jakarta.

Chairan dan Aidar N. 2018. Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu Terhadap

Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus Desa Panton Pawoh). Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah,

3 (3) : 379 - 390.

Dewantari M dan Suranjaya IG. 2019. Pengembangan Budidaya Lebah Madu

Trigona Spp Ramah Lingkungan di Desa Antapan Kecamatan Baturiti

Kabupaten Tabanan. Buletin Udayana Mengabdi. 18(1):114-119.

Diniyati D dan Achmad B. 2015. Kontribusi Pendapatan Hasil Hutan Bukan Kayu

Pada Usaha Hutan Rakyat Pola Agroforestri Di Kabupaten Tasikmalaya.

Jurnal Ilmu Kehutanan ,9 (1) : 23-31.

Hadisoesilo S. 2001. Keanekaragaman spesies lebah madu asli Indonesia.

Biodiversitas 2: 123-128.

Hafsah MJ. 2003. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan.

Jakarta.

Handayani Y, Hardiansyah G dan dham M. 2019. Studi Pemanfaatan Rotan oleh

Masyarakat Desa Landau Mentail Kecamatan Boyan Tanjung Kabupaten

Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari, 7 (2) : 835 - 843.

Harijah R, Itta D dan Yoesran M. 2018. Kontribusi Industri Kerajinan Rotan

(Calamus spp) dan Bambu (Bambusa sp) Terhadap Pendapatan Petani di

Desa Pihaung Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Jurnal

Sylva Scienteae, 1 (2) : 272 - 279.

Herwanti S, Safe’I R dan Hidayat W. 2017. Jenis hasil hutan bukan kayu yang

dikembangkan di taman hutan raya Wan Abdul Ranchman. Prosiding

seminar nasional pengabdian kepada masyarakat. pp. 117-122.

Page 51: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

40

Kamaria N. 2016. Studi Komparatif Pendapatan Peternak Lebah Madu Apis Cerana

Dan Trigona Sp Di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Thesis.

Universitas Mataram.

Kartila N, Ichsan AC dan Markum M. 2018. Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu

Kemiri (Aleurites moluccana) Terhadap Pendapatan Petani Hutan

Kemasyarakatan (HKm) Tangga Desa Selengen Kecamatan Kayangan

Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Belantara, 1(2), 89-100.

KPHP Limau. 2016. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Model

Unit VII - Hulu Kabupaten Sarolangun 2016-2025. Jambi.

Kurniawan TA dan Rafik A. 2015. Beda Madu Hutan dan Madu Ternak. Tempo.

Jakarta.

Mahandari CP, Wiwik dan A Fatoni. 2011. Perbandingan Minyak Nabati Kasar

Hasil Ekstraksi Buah Kepayang Segar Dengan Kluwek: Prosiding Seminar

Nasional AVoER ke-3. Palembang. pp 472-473.

Moko. 2008. Menggalakan Hasil Hutan Bukan KayuSebagai Produk Unggulan.

Informasi Teknis Vol.6 No.2. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan

Pemulian Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Mubyarto. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.

Nono, Diba F dan Fahrizal. 2017. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh

Masyarakat di Desa Labian Ira'ang dan Desa Datah Diaan di Kabupaten

Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari, 5 (1) : 76 - 87.

Novandra A dan IW Made. 2013. Peluang pasar produk perlebahan indonesia.

Balai Penelitian, Jakarta.

Palmolina M. 2014. Peranan Hasil Hutan Bukan Kayu dalam Pembangunan Hutan

Kemasyarakatan di Perbukitan Menoreh (Kasus di Desa Hargorejo, Kokap,

Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan, 8 (2) : 117 - 125.

Pane OP, Azhar I dan Sucipto T. 2013. Jenis Rotan, Produk Rotan Olahan dan

Analisis Ekonomi Pada Industri Pengolahan Rotan Komersial di Kota

Medan. Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara, 2 (1) : 168 - 175.

Pohan RM, Purwoko A dan Martial T. 2014. Kontribusi hasil hutan bukan kayu

dari hutan produksi terbatas bagi pendapatan rumah tangga masyarakat.

Peronema Forestry Science Journal. 3(2).

Radam R. 2011. Produktivitas dan Kontribusi Peternakan Lebah Madu Terhadap

Pendapatan Masyarakat Di Desa Muara Pamangkih Kabupaten Hulu Sungai

Tengah. Jurnal Hutan Tropis Volume 12 No.32. Program Studi Teknologi

Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat.

Page 52: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

41

Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan. Lembaran Negara RI Tahun 1999. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan

Hutan. Lembaran Negara RI Tahun 2009. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/Menhut-

II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.

Sadono dan Sukirno. 2006. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali

Press.

Sakala FJ, Nugroho B dan Nurrochmat DR. 2012. Strategi Kebijakan Pemasaran

Hasil Hutan Bukan Kayu di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi

Maluku. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 9(1), 50-65.

Sarah D, Suryana RN dan Kirbrandoko K. 2019. Strategi Bersaing Industri Madu

(Studi Kasus: CV Madu Apiari Mutiara). Jurnal Aplikasi Bisnis dan

Manajemen (JABM), 5(1), 71-71.

Sari R dan Suhartati. 2015. Pangi (Pangium edule Reinw) sebagai Tanaman

Serbaguna dan Sumber Pangan. Info Teknis Eboni Vol. 12 No.1, Juli 2015:

23-37.

Sarwono B. 2001. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Lebah Madu. Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Setiadi A, Ekowati T. 2017. Kontribusi Usahatani Bunga Krisan Terhadap

Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Bandungan Kabupaten

Semarang. Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 1(1),26-33.

Simarmata A. 2017. Analisis Kelayakan Usaha Industri Minyak Kepayang Di

KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun. Skripsi. Fakultas Kehutanan,

Universitas Jambi, Jambi, Indonesia.

Soekartawi, 2006. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. PT. Grafindo Persada.

Jakarta.

Soeparmoko. 2001. Ekonomika Untuk Manajerial. BPFE. Yogyakarta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta,

Bandung.

Suhartati dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Pertama. Salemba

Empat. Jakarta.

Page 53: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

42

Sulistiyani AT. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gava Media,

Jogjakarta.

Supriadi H dan Saliem PH. 2006. Kondisi Sosial Ekonomi dan Implikasi Kebijakan

terhadap Upaya Pengembangan Pertanian di Lahan Kering Marginal. Balai

Penelitian, Jakarta.

Suratiyah K. 2006. Ilmu Ushatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Taha AM dan Alam MN. 2016. judul Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usaha

Industri Minyak Nilam Di Desa Lumbutarombo Kecamatan Banawa

Selatan Kabupaten Donggala. e-J. Agrotekbis 4 (6) : 719 – 724.

Trianggana O. 2012. Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan

Rumah Tangga dan Analisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat (Studi di Desa

Babakanreuma, Kecamatan Sindangagung, Kabupaten Kuningan, Provinsi

Jawa Barat. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, 1 - 64.

Wahyuni RS, Mahandari CP, Fatoni A dan Wiwik. 2011. Kajian Awal Biji Buah

Kepayang sebagai Bahan Baku Minyak Nabati Kasar. Seminar Nasional

Teknik Industri Universitas Gadjah Mada Juli 2011. Yogyakarta.

Yohar. 2012. Kepayang Tanaman Konservasi Bernilai Ekonomi. Yayasan Genesis

dan Fauna dan Flora Internasional. Mukomuko.

Page 54: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

43

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Kelompok Tani (Minyak Kepayang)

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama/Umur : ......................./ .......... tahun /No HP............

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Alamat

Dusun : ...............................................................

Desa : ...............................................................

Kecamatan : ...............................................................

4. Pekerjaan

a. Utama : ...........(Petani/PNS/Pedagang/Buruh Tani)

b. Sampingan : ...............................................................

5. Status Penduduk : Asli Pendatang

6. Jika “Asli atau pendatang”

a. Suku : ..............................................................

b. Tahun Tinggal : ..............................................................

c. Alasan Penetap di sekitar Kawasan: Pekerjaan Lainnya

d. Jika “alasan pekerjaan” sebagai: Buruh Tani Lahan baru

Petani ...................

........................

7. Anggota kelompok Tani Hutan : YA TIDAK...Nama Kelompok..

8. Nama Perhutan sosial ( PS) : ...................................................................

Jika Ya, Kelompok.......................................

9. Status Tempat Tinggal : Rumah Sendiri Menumpang

........................

10. Kondisi pemukiman/Perumahan :

Nama Enumerator : ..................................................................

Hari/Tanggal : ..................................................................

Jam : ..................................................................

Desa/Dusun : Desa Raden Anom....................................

Page 55: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

44

Luas Lahan : ..............................

Luas Bangunan : ..............................

Type Rumah : Permanen/Tidak Permanen/Papan

Sumber Air Minum : Sumur/Sungai/Mata Air/Air Hujan/Lainnya.............

Sumber Penerangan: PLN/Diesel/Kincir/Lam[u Minyak/Lainnya..............

11. Status Sosial Dalam Masyarakat :

Masyarakat Biasa Tokoh Agama Tokoh Adat

Tokoh Pemuda Tokoh Wanita Aparat Desa/Pemerintahan

12. Struktur Anggota Keluarga

No Nama dan Umur

Jenis

Kelamin

Hubungan

Kekerabatan

Pendidikan

Terakhir Pekerj

aan

saat ini

Jumlah

tanggung

keluarga

saat ini

Lk Pr S/I A K L TS SD S SMP SSMA PT

1

2

3

4

5

6

7

Keterangan: S/I = suami/isteri, A = Anak, K = Kerabat/saudara dan L = Lainnya

II. Proses dan Produksi Minyak Kepayang

1. Apakah status pekerjaan usaha minyak kepayang?

a. Pekerjaan Utama

Page 56: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

45

b. Pekerjaan Sampingan

Jika utama alasannya............................................................................

Jika sampingan alasannya ……………………………………………

2. Sejak kapan bapak/ibu mulai usaha minyak kepayang ? tahun………………….

3. Apa yang menjadi alasan utama Bapak/Ibu dalam melakukan usaha minyak

kepayang?

a. Keinginan sendiri

b. Ajakan teman

c. Dukungan KPHP ?

d. Penghasilan dan harga yang baik

e. Potensi buah kepayang yang banyak?

f. …………….

Alasan: ………………………………..

4. Ilmu dan Pengetahuan Usaha Minyak Kepayanng diperoleh dari ……?

a. turun temurun dari orang tua atau nenek moyang

b. dari penyuluh/ KPH

c. dari teman

d……………………

5. Menurut bapak/ibu ketersedian/potensi biji kepayang di desa saat ini

a. Sangat banyak

b. Banyak

c. Sedang

d. Sedikit

Kira-kira berapa ton potensi biji kepayang yang dapat dihasilkan desa ini per

tahun….(ton)

6. Dimanakah lokasi pengambilan biji kepayang ?

a. Dikebun sendiri… luasnya……..ha

b. Dihutan…………..luasnya ……..ha..

c. …………

7. Berapa waktu tempuh (jam) untuk pergi mengambil biji/buah kepayang dari

rumah?.........Jam

8. Bulan apa saja untuk mengambil biji/buah kepayang….

Page 57: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

46

a. bulan…………..dan ………………bulan …………..dan ………bulan…

b. Berapa lama waktu memungut buah kepayang..? jam………atau hari….

c. Berapa jarak tempuh bapak pergi mengambil buah kepayang ?..........km

d. Berapa kali dalam sebulan pergi mengambil biji kapayang……………….

Atau berapa kali bapak pergi mengambil buah kepayang dalam 1 kali musim ?

Uraikan frekwensi pengambilan buah kepayang………………….....................

………………………………………………………………………………......

9. Memungut buah/biji kepayang apakah

a. sendiri……….

b. dengan keluarga

c. bersama kelompok/KTH …….. (berapa orang)

Berapa lama waktu diperlukan memungut buah kepayang ?...............jam/hari….

10. Alat dan Bahan yang digunakan untuk memungut/mengambil biji kepayang..

No Jenis alat dan bahan Jumlah ( unit)

1

2

3

4

5

Adakah peraturan terkait teknik pemanenan buah kepayang dari pihak desa atau

KPHP Limau?

a. Ada

b. Tidak ada

Jika ada apa ………………………………………………………...........

11. Berapa jumlah produksi biji kepayang saat sekali pemungutan ?.... kg atau ton.

12. Berapa total produksi biji kepayang yang diambil dalam 1 kali musim buah

.....kg/ton.

13. Berapa kira2 jika 1 kilo biji kepayang menjadi minyak kepayang………ons

14. Ceritakan tahap-tahap buah kepayang menjadi minyak kepayang

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Page 58: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

47

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

15. Berapakah produksi minyak kepayang dihasilkan oleh kelompok tani dalam

a. satu kali produksi…………………kg

b. total produksi minyak kepayang selama musim buah kepayang …….kg

16. Berapa harga jual minyak kepayang ……………………………………Rp/kg

17. Dalam bentuk apa bapak menjual minyak kepayang ?

a. bentuk curah (kiloan…..)

b. bentuk kemasan ( jelaskan macam2 kemasan…….)

c. Derijen ( jelaskan ukuran nya………..)

d. ……………….

18. Pemasaran Hasil Minyak Kepayang

Kemanakah bapak menjual hasil minyak kepayang ?

a. Lansung ke konsumen …. Jika ada berapa banyak ?.......................

b. Kepasar …………………Jika ada berapa banyak ? ………………

c. Ke UPTD KPHP Lima Jika ada berapa banyak ……………….

d. Pihak lain ( sebutkan………………….) jika ada berapa banyak …….?

19. Kemitraan KTH dengan KPHP LIMAU

A. Sejak kapan dilakukan kemitraan KTH dengan KPHP ? tahun …………

B. Apa saja bentuk kemitraan dengan KPH

1. Kemitraan pemasaran……..uraikan………………………….............

2. Kemitraan pengolahan hasil……uraikan …………………...............

3. Kemitraan pelatihan ……………uraikan ……………………..........

4. Kemitraan pengemasan produk …….uraikan………………….........

5. ……………………………………………………….........................

C. Apakah Bapak/ibu atau KTH mendapat bantuan dari KPHP dalam bentuk?

1. Bantuan modal dari KPHP jika ada berapa …………………..............

2. Bantuan teknologi dari KPHP jika bentuk apa ?..dan berapa banyak...

3. Bantuan pelatihan dari KPHP jika ada bentuk apa….dan berapa kali...

4. Bantuan pemasaran dari KPHP jika ada berapa banyak………..........

D. Selama ini apakah ada bantuan dari pihak lain selain KPHP Unit Limau?

Page 59: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

48

1. LSM ? jika ada……apa

2. Pemerintah sarolangun jika ada apa……..

3. KLHK …………………………………

4. Lainnya……. ………………………………………….

III. Penerimaan dan Biaya Produksi Minyak Kepayang

1. Jumlah produksi minyak kepayang yang dijual per satuan kg……..(dalam 1 kali

musim)

2. Harga jual yang diterima petani dalam satuan Rp/kg…………………............

3. Kegiatan apa saja yang dilakukan baik secara individu dan kelompok pada saat

pengolahan minyak kepayang?

Nama.

Responden

Kegiatan (Jam) Total

jam kerja HOK

a b c d e f g h

Jumlah

Rataan

Keterangan kegiatan:

a = Pengumpulan buah

b = Pembersihan/pembusukan biji

c = Perebusan biji

d = Pencungkilan daging biji

e = Pencucian dan perendaman daging biji

f = Pencincangan, pengayakan dan penjemuran daging biji

g = Penghalusan dan pengukusan daging biji

h = Pengempaan

D. Biaya-biaya Minyak Kepayang di Desa Raden Anom

1. Biaya Tetap

No. Nama Alat Jumlah

(Unit)

Harga Perolehan

(Rp)

Umur

Ekonomis

(Tahun)

Pemakaian

(tahun ke-)

Page 60: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

49

2. Biaya Variabel

2.1 Bahan Baku

No. Uraian Jamlah (Kg) Harga/Kg (Rp/Kg)

2.2 Bahan Bakar

No. Bahan Bakar Jamlah (unit) Harga/Kg (Rp/unit)

2.3 Transportasi

No. Uraian Upah(Rp)

2.4 Tenaga Kerja

No. Uraian Jamlah tenaga

kerja (orang)

Hari Orang

Kerja(HOK)

Upah tenaga

kerja

(Upah/hari)

IV. PEMBAGIAN KEUNTUNGAN USAHA MINYAK KEPAYANG KTH

TERHADAP MASING ANGGOTA……………………………………………..

………………………………………………………………………………………

V. PRODUKSI, BIAYA, PENERIMAAN RUMAH TANGGA DILUAR

USAHA MINYAK KEPAYANG

1. Luas lahan milik : ………………. Ha

2. Lokasi lahan : Satu Tempat Terpisah

Page 61: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

50

3. Lokasi lahan jika “terpisah” :

No Luas

(Ha)

Jenis

Tanaman

Lokasi Lahan Akses ke lahan

Dusun

Sendiri

Dusun

Lain

Desa

Lain Jarak Waktu

Cara Mencapai

Jalan Sepeda Motor Perahu

1

2

3

4

5

a. Lokasi Lahan garapan

No Jenis Lahan Jenis

Tanaman Luas (Ha)

Cara Memperoleh

(Buka sendiri/Beli/Sewa.........)

1 Lahan Kosong

2 Lahan Kebun

3 Lahan Pangan

4 Lainnya

(Pemukiman)

5

Page 62: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

51

b. Produksi dan Penerimaan Usahatani Pangan

No Jenis

Komoditas

Lokasi Produktivitas Biaya

Desa

Sendi

ri

Desa

Lain Luas

Produksi

Terakhir

Frekuen

si

Tanam/t

hn

Harga

Jual

Teta

p

Vari

abl dll

1 Padi

2

3

4

5

c. Produksi dan Penerimaan Usahatani Perkebunan

No

Jenis

Komodita

s

Umur/

Tahun

Tanam

Lokasi Produktivitas Biaya

Desa

Sendiri

Kawas

an

Lua

s

Produksi

Terakhir

Frekuen

si/ Thn

Harga

Jual

Teta

p

Teta

p dll

1 Kelapa

sawit

2 Karet

3

4

5

Keterangan: Jika komoditas sama tetapi pada lokasi berbeda agar diberi tanda 1

atau 2 misalnya Kelapa 1, Kelapa 2 dst

Page 63: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

52

d. Produksi dan Penerimaan Hasil Hutan

No Jenis

Komoditas

Umu

r/

Tahu

n

Tana

m

Lokasi Produktivitas Biaya

Desa

Sendiri

Kawas

an

Lua

s

Produksi

Terakhir

Frekuen

si/ Thn

Harga

Jual

Teta

p

Vari

abel dll

1 Kayu

2 Rotan

3 Madu

4 Jernang

5.

6.

7.

8.

e. Produksi dan Penerimaan Usaha Perikanan

No Jenis

Sarana

Jumlah dan Tahun

Pembangunan/Pembelian

Kondisi Alat dan

Perlengkapan Biaya

Jumla

h Luas

Tahu

n

Status Masih

Baik

Kurang

Baik

Rusa

k

Rusa

k

Total

G

S SW

S

H

Perikanan

Sungai

1 Perahu

2 Kapal

Keterangan: GS = Digunakan Sendiri, SW = Disewakan tunai pada orang lain, SH

= Disewakan dalam bentuk bagi hasil

Page 64: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

53

f. Sumber Pendapatan Keluarga Lainnya

No Jenis Pekerjaan dan Siapa yang Bekerja Penerimaan (Rupiah) Sifat Pekerjaan

Tetap Musiman

1

2

3

VI. PERSEPSI

1. Selama ini pengembangan minyak kepayang apa saja hambatan yang

bapak hadapi ?

………………………………………………………………………………

……

………………………………………………………………………………

……

2. Menurut bapak/ibu apa saja kebutuhan jika ingin pengembangan minyak

kepayang ini biasa berkembangan dengan lebih maju ?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

3. Menurut bapak/ibu apa saja peran UPTD KPHP Limau dalam membantu

pengembangan minyak kepayang (KTH) di desa bapak/ibu?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

4. Kedepannya kira-kira apa-apa saja menurut bapak/ibu peran UPTD KPHP

dalam pengembangan minyak pada kelompok tani (KTH) di desa ini ?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

..

Page 65: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

54

Kotak Catatan Penting:

Page 66: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

55

Lampiran 2. Kuisioner Kelompok Tani (Madu)

Nama Enumerator : ..................................................................

Hari/Tanggal : ..................................................................

Jam : ..................................................................

Desa/Dusun : Sungai Baung-Sungai Bemban................

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama/Umur :........................../..........tahun/No HP...........

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Alamat

Dusun : ...............................................................

Desa : ...............................................................

Kecamatan : ...............................................................

4. Pekerjaan

a. Utama : .............(Petani/PNS/Pedagang/Buruh Tani)

b. Sampingan : ...............................................................

5. Status Penduduk : Asli Pendatang

6. Jika “Asli atau pendatang”

c. Suku : ..............................................................

d. Tahun Tinggal : ..............................................................

e. Alasan Menetap di sekitar Kawasan : Pekerjaan Lainnya

f. Jika “alasan pekerjaan” sebagai : Buruh Tani Lahan baru

Petani .................

7. Anggota kelompok Tani Hutan : YA TIDAK..

Nama Kelompok..................

8. Nama Perhutan sosial ( PS) : …………………………….

Jika Ya, Kelompok................

9. Status Tempat Tinggal : Rumah Sendiri Menumpang

........................

Page 67: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

56

10. Kondisi pemukiman/Perumahan :

Luas Lahan : ..............................

Luas Bangunan : ..............................

Type Rumah : Permanen/Tidak Permanen/Papan

Sumber Air Minum : Sumur/Sungai/Mata Air/Air Hujan/Lainnya.........

Sumber Penerangan : PLN/Diesel/Kincir/Lampu/ Minyak/Lainnya.......

11. Status Sosial Dalam Masyarakat :

Masyarakat Biasa Tokoh Agama Tokoh Adat

Tokoh Pemuda Tokoh Wanita Aparat Desa/Pemerintahan

12. Struktur Anggota Keluarga

No Nama dan Umur

Jenis

Kelamin

Hubungan

Kekerabat

an

Pendidikan

Terakhir Pekerjaan

saat ini

Jumlah

tanggun

g

keluarga

saat ini Lk Pr S/I A K L TS SD SMP SMA PT

1

2

3

4

5

6

Keterangan: S/I = suami/isteri, A = Anak, K = Kerabat/saudara dan L = Lainnya

II. Proses dan Produksi Madu Budidaya

1. Apakah status pekerjaan usaha Madu Budidaya?

c. Pekerjaan Utama

d. Pekerjaan Sampingan

Jika utama alasannya.............................................................................................

Page 68: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

57

Jika sampingan alasannya ……………………………………………………….

2. Sejak kapan bapak/ibu mulai usaha Madu Budidaya ?

tahun……………………….

3. Apa yang menjadi alasan utama Bapak/Ibu dalam melakukan usaha Madu

Budidaya?

g. Keinginan sendiri

h. Ajakan teman

i. Dukungan KPHP ?

j. Penghasilan dan harga yang baik

k. Potensi hasil madu yang banyak?

l. …………….

Alasan: ………………………………..

4. Menurut bapak/ibu ketersediaan/potensi madu Trigona sp di desa saat ini

a. Sangat banyak

b. Banyak

c. Sedang

d. Sedikit

Kira-kira berapa ton potensi madu sialang yang dapat dihasilkan desa ini per

tahun …..(ton)

5. Apakah saat ini bapak masih membudidyakan madu Trigona sp.?

Jika iya……….berapa produksi madu Trigona sp yang pernah bapak dapat

dalam satu kali musim panen ?

Berapa kali panen dalam satu kali musim madu sialng bapak mengambil di

pohon sialang ?..........

Berapa harga jual madu alam ? ...............

Bagaimana bentuk pengemasan madu alam

(sialang)……………..........................

Pemasaran madu alam (sialang) kemana ?...................................................

Berapa jarak pemanenan madu sialang…….Km atau berapa jam ………

5. Ilmu dan Pengetahuan Usaha madu budidaya diperoleh dari ……?

a. turun temurun dari orang tua atau nenek moyang

b. dari penyuluh/ KPH

Page 69: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

58

c. dari teman

d……………………

6. Jenis madu budidaya yang bapak/ibu usahakan jenis apa?

a. Madu kelulut ( Trigona sp)

b. Madu lebah besar ( apis cerana)

c. Apis melivera

d. ……………..

Kenapa bapak memilih budidaya salah satu jenis madu diatas ?

…………………………………………………………………………………

6. Dimanakah lokasi madu budidaya yang bapak usahakan ?

a. Dikebun sendiri… ……….Jumlah stup yang dimiliki……….

b. Dihutan…………………..Jumlah stup…………

c. …………

7. Berapa waktu tempuh (jam) untuk pergi mengambil hasil madu budidaya dari

rumah ?.........Jam

8. Panen madu budidaya

a. Panen madu sekali berapa ?…………..

b. 1 stup madu berapa produksi madunya ?..........kg

c. Berapa banyak stup madu yang bapak punya ?...........buah atau unit

d. Berapa kali dalam sebulan pergi mengambil hasil madu budidaya ?…………

Atau berapa kali bapak pergi mengambil hasil madu dalam 1 kali musim ?

9. Pemanenan madu apakah

a. sendiri……….

b. dengan keluarga

c. bersama kelompok/KTH …….. (berapa orang)

Berapa lama waktu diperlukan memungut madu ?.....................jam/hari….

Jika berkelompok bagaimana mekanisme kerja kelompok?...........................

Jika berkelompok bagaimana bagi hasilnya ……………………………….

10. Alat dan Bahan yang digunakan untuk panen madu…………….

No Jenis alat dan bahan Jumlah ( unit)

1

2

3

Page 70: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

59

11. Adakah peraturan terkait teknik pemanenan madu budidaya dari pihak desa atau

KPHP Limau?

c. Ada

d. Tidak ada

Jika ada apa? …………………………………………………………………

12. Ceritakan tahap-tahap proses panen Madu Budidaya

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

13. Berapa harga jual Madu Budidaya …………………………………… Rp/kg .

14. Dalam bentuk apa bapak menjual Madu Budidaya ?

a. bentuk curah (kiloan…..)

b. bentuk kemasan ( jelaskan macam2 kemasan…….)

c. Derijen ( jelaskan ukuran nya………..)

d. ……………….

15. Pemasaran Hasil Madu Budidaya

Kemanakah bapak menjual hasil Madu Budidaya ?

e. Lansung ke konsumen …. Jika ada berapa banyak ?.......................

f. Kepasar …………………Jika ada berapa banyak ? ………………

g. Ke UPTD KPHP Lima Jika ada berapa banyak ……………….

h. Pihak lain ( sebutkan………………….) jika ada berapa banyak …….?

16. KEMITRAAN KTH DENGAN KPHP LIMAU

A. Sejak kapan dilakukan kemitraan KTH dengan KPHP ? tahun ................

B. Apa saja bentuk kemitraan dengan KPH

1. Kemitraan pemasaran……..uraikan………………………………….

2. Kemitraan pengolahan hasil……uraikan …………………………….

3. Kemitraan pelatihan ……………uraikan ……………………………

4. Kemitraan pengemasan produk …….uraikan………………………..

5. ……………………………………………………………..................

C. Apaakah Bapak/ibu atau KTH mendapat bantuan dari KPHP dalam bentuk?

Page 71: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

60

1. bantuan modal dari KPHP jika ada berapa …………………..............

2. bantuan teknologi dari KPHP jika bentuk apa ?...dan berapa banyak…

3. bantuan pelatihan dari KPHP jika ada bentuk apa……..dan berapa kali...

4. bantuan pemasaran dari KPHP jika ada bentuk apa……………………

D. Selama ini apakah ada bantuan dari pihak lain selain KPHP Unit Limau ?

1. LSM ? jika ada……apa

2. Pemerintah sarolangun jika ada apa……..

3. KLHK …………………………………

4. Lainnya……. ………………………………………….

III. Penerimaan dan Biaya Produksi Madu Budidaya

1. Jumlah produksi Madu Budidaya yang dijual per satuan kg………..(dalam 1

kali musim)

2. Harga jual yang diterima petani dalam satuan Rp/kg......................................

3. Kegiatan apa saja yang dilakukan baik secara individu dan kelompok pada saat

pengolahan Madu Budidaya?

Nama.

Responden

Kegiatan (Jam) Total

jam kerja HOK

a b c d e f g h

Jumlah

Rataan

Keterangan kegiatan:

Page 72: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

61

D. Biaya-biaya Madu Budidaya

1. Biaya Tetap

No. Nama Alat Jumlah

(Unit)

Harga Perolehan

(Rp)

Umur

Ekonomis

(Tahun)

Pemakaian

(tahun ke-)

1. Stup

2. Biaya Variabel

2.1 Bahan Baku/……..

No. Uraian Jamlah (Kg) Harga/Kg (Rp/Kg)

2.2 Bahan Bakar/……….

No. Bahan Bakar Jamlah (unit) Harga/Kg (Rp/unit)

2.3 Transportasi/……..

No. Uraian Upah(Rp)

Page 73: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

62

2.4 Tenaga Kerja

No. Uraian Jamlah tenaga

kerja (orang)

Hari Orang

Kerja(HOK)

Upah tenaga

kerja

(Upah/hari)

IV. PEMBAGIAN KEUNTUNGAN USAHA MADU BUDIDAYA KTH

TERHADAP MASING ANGGOTA…………..

………………………………………………………………………………………

V. PRODUKSI, BIAYA, PENERIMAAN RUMAH TANGGA DILUAR

USAHA MADU BUDIDAYA

1. Luas lahan milik : ………………. Ha

2. Lokasi lahan : Satu Tempat Terpisah

3. Lokasi lahan jika “terpisah” :

No Luas

(Ha)

Jenis

Tanaman

Lokasi Lahan Akses ke lahan

Dusun

Sendiri

Dusun

Lain

Desa

Lain Jarak Waktu

Cara Mencapai

Jalan Sepeda Motor Perahu

1

2

3

4

5

Page 74: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

63

a. Lokasi Lahan garapan

No Jenis Lahan Jenis

Tanaman Luas (Ha)

Cara Memperoleh

(Buka sendiri/Beli/Sewa.........)

1 Lahan Kosong

2 Lahan Kebun

3 Lahan Pangan

4 Lainnya

(Pemukiman)

5

b. Produksi dan Penerimaan Usahatani Pangan

No Jenis

Komoditas

Lokasi Produktivitas Biaya

Desa

Sendi

ri

Desa

Lain Luas

Produksi

Terakhir

Frekuen

si

Tanam/t

hn

Harga

Jual

Teta

p

Vari

abl dll

1 Padi

2 Jagung

3

4

Page 75: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

64

c. Produksi dan Penerimaan Usahatani Perkebunan

No

Jenis

Komodita

s

Umur/

Tahun

Tanam

Lokasi Produktivitas Biaya

Desa

Sendiri

Kawas

an

Lua

s

Produksi

Terakhir

Frekuen

si/ Thn

Harga

Jual

Teta

p

Teta

p dll

1 Kelapa

sawit

2 Karet

3

4

5

Keterangan: Jika komoditas sama tetapi pada lokasi berbeda agar diberi tanda 1

atau 2 misalnya Kelapa 1, Kelapa 2 dst

d. Produksi dan Penerimaan Hasil Hutan

No Jenis

Komoditas

Umur/

Tahun

Tanam

Lokasi Produktivitas Biaya

Desa

Sendir

i

Kawas

an Luas

Produksi

Terakhir

Frekue

nsi/

Thn

Harga

Jual Tetap

Vari

abel dll

1 Kayu

2 Rotan

3 Minyak

Kepayang

4

5.

6.

7.

Page 76: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

65

e. Produksi dan Penerimaan Usaha Perikanan

No Jenis

Sarana

Jumlah dan Tahun

Pembangunan/Pembelian

Kondisi Alat dan

Perlengkapan Biaya

Jumla

h Luas

Tahu

n

Status

Masih

Baik

Kurang

Baik

Rusa

k

Rusa

k

Tota

l

G

S SW

S

H

Perikanan

Sungai

1 Perahu

2 Kapal

Keterangan: GS = Digunakan Sendiri, SW = Disewakan tunai pada orang lain, SH

= Disewakan dalam bentuk bagi hasil

f. Sumber Pendapatan Keluarga Lainnya

No Jenis Pekerjaan dan Siapa yang Bekerja Penerimaan (Rupiah) Sifat Pekerjaan

Tetap Musiman

1

2

3

VI. PERSEPSI.

1. Selama ini pengembangan Madu Budidaya apa saja hambatan yang bapak

hadapi?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

2. Menurut bapak/ibu apa saja kebutuhan jika ingin pengembangan Madu

Budidaya ini biasa berkembangan dengan lebih maju ?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

Page 77: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

66

3. Menurut bapak/ibu apa saja peran UPTD KPHP Limau dalam membantu

pengembangan Madu Budidaya (KTH) di desa bapak/ibu?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

4. Kedepannya kira-kira apa-apa saja menurut bapak/ibu peran UPTD KPHP

dalam pengembangan madu budidaya pada kelompok tani (KTH) di desa

ini ?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

Kotak Catatan Penting:

Page 78: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

67

Lampiran 3. Identitas Responden KTH Harapan Jaya, Desa Sungai Baung

No. Nama L/P Umur (Tahun) Pekerjaan utama Luas Lahan (Ha)

Tingkat Pendidikan Padi Karet

1. Yulius Arpan L 47 Guru (PNS) 1 5 PT

2. Usmar L 42 Petani 1 10 SMA

3. Antoni L 40 Petani 2 3 SD

4. Muslen L 40 Petani 1 2 PT

5. Abu Mansur L 45 Meubel 0 0 SD

6. Darhan L 43 petani 2 2 SMP

7. Endang L 50 Petani 2 3 SMA

8. M. Saib L 54 Petani 1 3 SMP

9. Darul Keni L 43 Guru (PNS) 1 3 PT

10. Sami'i L 40 Petani 1 1 SMP

11. M. Aziz L 48 Petani 1 2 SD

12. Amantubillahi L 43 Buruh 0 2 SD

13. Arsih L 38 Petani 1 1 SMA

14. Masri L 44 Petani 2 2 SD

15. Kholidin L 42 Petani 1 5 PT

16. Akadi L 42 Petani 1 3 SD

17. Kamri L 40 Petani 2 3 SMA

18. Darwi L 45 petani 1 4 SD

19. Amin L 50 Petani 2 1 SD

20. Agon nasrik L 38 Petani 1 1 SMA

Page 79: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

68

Lampiran 4. Identitas Responden KTH Puding Mas, Desa Sungai Bemban

No. Nama L/P Umur (Tahun) Pekerjaan utama Luas Lahan (Ha)

Tingkat Pendidikan Padi Karet

1. Sofyan L 45 Petani 1 2 SMA

2. Hendri L 43 KADES 2 2 PT

3. Sayuji L 59 Petani 1 1 SD

4. Suwir L 55 Petani 1 1 SD

5. Saruni L 60 Petani 1 2 SD

6. Syehnal L 28 Guru 2 2 PT

7. M. Syukur L 25 Petani 1 2 SMA

8. Muhajirin L 35 Petani 2 2 SD

9. Pawaris L 42 Petani 2 3 SMA

10. Sakir L 38 Petani 1 2 SD

11. Abu Bakar L 40 Petani 1 2 SD

12. Bustari L 47 Petani 2 1 SD

13. Robi Yahya L 38 Petani 1 3 SD

14. M. Zen L 32 Petani 1 2 SMA

15. Sattar L 42 Petani 2 2 SD

16. Habi L 27 Petani 1 2 SMA

17. Dimastra L 30 Petani 1 2 SMA

18. Saupi L 35 Petani 1 3 SD

19. Siti Rohana P 40 Petani 1 1 SD

20. Emilianti P 26 Pedagang 1 3 PT

21. Wartiani P 31 Pedagang 1 2 SMA

22. Harlen L 27 Petani 1 2 SMP

23. Amerudin L 45 KADUS 2 3 SMP

24. Munandar L 26 Petani 1 2 SMA

25. Saparudin L 30 Petani 1 2 SD

Page 80: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

69

Lampiran 5. Identitas Responden Talun Sakti, Desa Raden Anom

No. Nama L/P Umur (Tahun) Pekerjaan utama Luas Lahan (Ha)

Tingkat Pendidikan Padi Karet

1. M. Safar L 50 Petani 1 5 SD

2. Misnar L 32 Guru (PNS) 3 3 PT

3. Rafles Hendratno L 29 Buruh 0 0 PT

4. Ria Junita P 32 Guru (PNS) 2 3 PT

5. Asmawi L 27 Petani 2 2 SMA

6. Samsuarni L 40 Petani 1 2 SD

7. Hari Warhadi L 45 Petani 2 2 SD

8. Ahmad Sation L 43 Petani 1 3 SD

9. Karnadi L 38 Petani 3 5 SMA

10. Marjoni L 40 Petani 2 2 SMP

11. Asmulhadi L 43 Petani 2 3 SMP

12. Baijuri L 50 Petani 2 2 SD

13. Herauwati P 38 Petani 3 2 SMP

14. Titing Yani P 48 Petani 2 5 SD

15. Sutri Lasmini P 38 Petani 1 3 SMP

16. Gusni P 40 Petani 2 2 SD

17. Heni P 37 Petani 1 2 SD

18. Maryana P 35 Petani 2 3 SMP

19. Ahmad Nadar L 55 Petani 1 3 SD

20. Ermayana P 37 Petani 2 2 SMP

21. Nurhasanah P 38 Petani 1 2 SMA

22. Siska Yeni P 28 Petani 3 0 SMA

23. Patima Wati P 36 Petani 2 2 SMP

Page 81: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

70

24. Yulisnawati P 39 Petani 2 3 SD

25. Hadiyati P 35 Petani 1 2 SMP

26. Yudarti P 35 Petani 3 3 SMP

27. Eli P 29 Petani 2 2 SMA

28. Rita P 38 Petani 2 1 SMP

29. Bakri L 54 Petani 3 3 SD

30. Yusmanidar L 45 Petani 1 2 SD

31. Asnadi L 40 Petani 2 2 SMP

32. Ahmda Toni L 42 Petani 2 2 SD

33. Rosmiya P 37 Petani 1 3 SD

34. Darul Aris L 45 Petani 2 2 SD

35. Saipul Bahri L 45 Petani 2 0 SD

36. Rudison L 40 Pedagang 3 2 SMA

37. Diayarti P 42 Petani 3 4 SD

38. Anuar Sadat L 44 Petani 2 2 SD

39. Ramaini P 38 Petani 1 0 SD

40. Bastoni L 45 Petani 3 3 SMA

41. Mulyadi P 42 Petani 2 3 SD

42. Sayuti L 40 Petani 2 2 SD

43. Ahmad Rodi L 45 Petani 1 2 SD

44. Maskur L 40 Petani 3 3 SMP

Page 82: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

71

Lampiran 6. Analisis Pendapatan Petani HHBK Madu Trigona sp. KTH

Harapan Jaya dan KTH Puding Mas

Biaya Produksi Madu Trigona sp. KTH Harapan Jaya dan KTH Puding Mas :

a. Biaya Tetap

No. Nama Alat Jumlah

(Unit)

Harga

(Rp)

Total

(Rp)

Umur

Ekonomis

(Tahun)

Penyusutan

(Rp)

1. Pisau 1 10.000 10.000 2 5.000

2. Baskom 1 8.000 8.000 1 8.000

3. Saringan 1 15.000 15.000 2 7.500

4. Sarung tangan

plastik

1 5.000 5.000 1 5.000

Total Rp. 25.500

b. Biaya Variabel, Tenaga Kerja

KTH

pemerasan

madu

(menit)

penyaringan

(menit)

pembersihan

kotak

(menit)

jumlah

jam kerja

(menit)

Total

HOK

(jam)

biaya

TK

(Rp)

Harapan

Jaya 65 10 30 105 0,66 32.813

Puding

Mas 195 5 25 225 1,41 70.313

Penerimaan KTH Harapan Jaya = Total Produksi (Kg) x Harga (Rp)

= 4 Kg x Rp. 350.000

= Rp. 1.400.000

Pendapatan KTH Harapan Jaya = Total Penerimaan - Total Biaya

= Rp. 1.400.000 - Rp. 58.313

= Rp. 1.341.637

Pendapatan Anggota KTH = Pendapatan KTH : Jumlah Anggota KTH

= Rp. 1.341.637 : 20 orang

= Rp. 67.084/orang

Penerimaan KTH Puding Mas = Total Produksi (Kg) x Harga (Rp)

= 4 Kg x Rp. 350.000

= Rp. 1.400.000

Page 83: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

72

Pendapatan KTH Puding Mas = Total Penerimaan - Total Biaya

= Rp. 1.400.000 - Rp. 95.813

= Rp. 1.304.187

Pendapatan Anggota KTH = Pendapatan KTH : Jumlah Anggota KTH

= Rp. 1.304.187 : 25 orang

= Rp. 52.167/ orang

Page 84: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

73

Lampiran 7. Biaya Produksi Padi KTH Harapan Jaya

a. Biaya Tetap

No. Nama Cangkul

(Rp)

Parang

(Rp)

Sabit

(Rp)

Karung

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. Yulius Arpan 80.000 25.000 20.000 90.000 215.000

2. Usmar 40.000 25.000 25.000 75.000 165.000

3. Antoni 80.000 45.000 30.000 150.000 305.000

4. Muslen 37.500 25.000 20.000 90.000 172.500

5. Abu Mansur 0 0 0 0 0

6. Darhan 53.333 45.000 30.000 180.000 308.333

7. Endang 53.333 50.000 30.000 210.000 343.333

8. M. Saib 37.500 16.667 25.000 90.000 169.167

9. Darul Keni 40.000 25.000 20.000 90.000 175.000

10. Sami'i 26.667 16.667 25.000 90.000 158.334

11. M. Aziz 40.000 16.667 20.000 105.000 181.667

12. Amantubillahi 0 0 0 0 0

13. Arsih 37.500 25.000 20.000 90.000 172.500

14. Masri 75.000 33.333 37.500 165.000 310.833

15. Kholidin 40.000 25.000 20.000 90.000 175.000

16. Akadi 40.000 25.000 20.000 90.000 175.000

17. Kamri 53.333 50.000 20.000 180.000 303.333

18. Darwi 37.500 25.000 25.000 105.000 192.500

19. Amin 80.000 33.333 25.000 165.000 303.333

20. Agon nasrik 40.000 25.000 20.000 90.000 175.000

Page 85: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

74

b. Biaya Variabel

No. Nama Benih

(Rp)

Tenaga Kerja

(Rp)

Sewa mesin padi

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. Yulius Arpan 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000

2. Usmar 280.000 1.475.000 300.000 2.055.000

3. Antoni 560.000 2.025.000 600.000 3.185.000

4. Muslen 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000

5. Abu Mansur 0 0 0 0

6. Darhan 560.000 2.150.000 720.000 3.430.000

7. Endang 560.000 2.150.000 720.000 3.430.000

8. M. Saib 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000

9. Darul Keni 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000

10. Sami'i 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000

11. M. Aziz 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000

12. Amantubillahi 0 0 0 0

13. Arsih 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000

14. Masri 560.000 2.150.000 660.000 3.370.000

15. Kholidin 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000

16. Akadi 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000

17. Kamri 560.000 2.150.000 720.000 3.430.000

18. Darwi 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000

19. Amin 560.000 2.150.000 660.000 3.370.000

20. Agon nasrik 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000

Page 86: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

75

Lampiran 8. Biaya Produksi Karet KTH Harpan Jaya

a. Biaya Tetap

No. Nama Pisau sadap

(Rp)

Ember

(Rp)

Parang

(Rp)

Bak getah

(Rp)

Mangkok

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. Yulius Arpan 33.333 40.000 26.667 100.000 4.600.000 4.800.000

2. Usmar 66.667 66.667 33.333 250.000 8.000.000 8.416.667

3. Antoni 33.333 26.667 13.333 90.000 4.000.000 4.163.333

4. Muslen 50.000 35.000 17.500 50.000 1.600.000 1.752.500

5. Abu Mansur 0 - - - 0

6. Darhan 50.000 15.000 30.000 100.000 3.200.000 3.395.000

7. Endang 50.000 40.000 16.667 110.000 2.925.000 3.141.667

8. M. Saib 50.000 30.000 25.000 100.000 2.400.000 2.605.000

9. Darul Keni 50.000 40.000 25.000 100.000 2.400.000 2.615.000

10. Sami'i 25.000 20.000 16.667 55.000 1.000.000 1.116.667

11. M. Aziz 25.000 20.000 16.667 110.000 2.025.000 2.196.667

12. Amantubillahi 50.000 35.000 25.000 110.000 3.600.000 3.820.000

13. Arsih 25.000 40.000 16.667 100.000 1.125.000 1.306.667

14. Masri 25.000 40.000 16.667 100.000 3.600.000 3.781.667

15. Kholidin 33.333 40.000 50.000 100.000 4.800.000 5.023.333

16. Akadi 33.333 20.000 16.667 90.000 2.800.000 2.960.000

117. Kamri 33.333 20.000 16.667 100.000 3.000.000 3.170.000

18. Darwi 50.000 30.000 26.667 100.000 7.600.000 7.806.667

19. Amin 25.000 20.000 13.333 50.000 2.250.000 2.358.333

20. Agon nasrik 25.000 20.000 15.000 50.000 1.125.000 1.235.000

Page 87: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

76

b. Biaya Variabel

No. Nama Pestisida

(Rp)

Tenaga Kerja

(Rp)

Cuka getah

(Rp)

Transportasi

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. Yulius Arpan 1.260.000 7.350.000 900.000 240.000 9.750.000

2. Usmar 2.520.000 13.720.000 1.800.000 240.000 18.280.000

3. Antoni 750.000 4.410.000 540.000 120.000 5.820.000

4. Muslen 560.000 3.430.000 360.000 120.000 4.470.000

5. Abu Mansur 0 0 0 0 0

6. Darhan 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

7. Endang 1.008.000 4.410.000 540.000 120.000 6.078.000

8. M. Saib 840.000 4.410.000 540.000 120.000 5.910.000

9. Darul Keni 980.000 4.900.000 540.000 120.000 6.540.000

10. Sami'i 280.000 1.470.000 180.000 120.000 2.050.000

11. M. Aziz 600.000 2.940.000 360.000 240.000 4.140.000

12. Amantubillahi 720.000 3.430.000 360.000 240.000 4.750.000

13. Arsih 280.000 1.960.000 180.000 120.000 2.540.000

14. Masri 560.000 3.430.000 360.000 120.000 4.470.000

15. Kholidin 1.400.000 7.350.000 900.000 240.000 9.890.000

16. Akadi 864.000 4.410.000 540.000 240.000 6.054.000

17. Kamri 980.000 4.410.000 540.000 120.000 6.050.000

18. Darwi 1.120.000 5.880.000 720.000 120.000 7.840.000

19. Amin 280.000 1.960.000 180.000 120.000 2.540.000

20. Agon nasrik 300.000 1.715.000 180.000 240.000 2.435.000

Page 88: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

77

Lampiran 9. Pendapatan Total Petani KTH Harapan Jaya

No. Nama Padi

(Rp/Tahun)

Karet

(Rp/Tahun)

Pendapatan dari

madu pribadi

(Rp/Tahun)

Pendapatan

dari madu

KTH

(Rp/Tahun)

Pendapatan

Lainnya

(Rp/Tahun)

Pendapatan Total

Petani (Rp/Tahun)

1. Yulius Arpan 4.265.000 174.450.000 0 67.084 42.000.000 208.782.084

2. Usmar 3.292.500 351.303.333 0 67.084 34.857.142 377.520.060

3. Antoni 7.535.000 103.416.667 0 67.084 0 111.018.751

4. Muslen 4.307.500 69.377.500 0 67.084 0 73.752.084

5. Abu Mansur 0 0 0 67.084 28.000.000 16.067.084

6. Darhan 9.491.667 68.225.000 0 67.084 0 77.783.751

7. Endang 9.456.667 104.180.333 0 67.084 0 113.704.084

8. M. Saib 4.380.833 104.885.000 0 67.084 0 109.332.917

9. Darul Keni 4.375.000 104.245.000 674.500 67.084 42.000.000 139.361.584

10. Sami'i 4.391.666 34.633.333 0 67.084 0 39.092.083

11. M. Aziz 4.368.333 69.263.333 499.500 67.084 7.200.000 81.398.250

12. Amantubillahi 0 67.030.000 499.500 67.084 24.000.000 85.596.584

13. Arsih 4.307.500 33.953.333 0 67.084 0 38.327.917

14. Masri 8.446.667 67.348.333 0 67.084 0 75.862.084

15. Kholidin 4.375.000 174.086.667 0 67.084 0 178.528.751

16. Akadi 4.375.000 104.386.000 0 67.084 0 108.828.084

17. Kamri 9.496.667 104.180.000 0 67.084 0 113.743.751

18. Darwi 4.357.500 135.553.333 0 67.084 22.400.000 155.777.917

19. Amin 8.454.167 32.901.667 0 67.084 0 41.422.918

20. Agon nasrik 4.305.000 34.130.000 0 67.084 0 38.502.084

Total 2.184.402.822

Page 89: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

78

Pendapatan Lainnya KTH Harapan Jaya

No. Nama Sumber Pendapatan

Lainnya

Modal

awal (Rp)

biaya variabel

(TK,Rp/tahun)

Lama

usaha

(Tahun)

Total

penerimaan

(Rp/tahun)

Total

Pendapatan

(Rp/tahun)

1. Yulius arpan PNS 0 0 0 30.000.000 30.000.000

2. Abu mansur Meubel 10.000.000 1 (6.000.000) 5 24.000.000 16.000.000

3. M.aziz buruh tani( Jernang) 0 0 0 7.200.000 7.200.000

4. Usmar pedagang 8.000.000 0 7 24.000.000 22.857.143

5. Amantubillahi Tukang Bangunan 0 0 0 18.000.000 18.000.000

6. Darul PNS 0 0 0 30.000.000 30.000.000

7. Darwi Bengkel 8.000.000 1(6.000.000) 5 18.000.000 15.800.000

Lampiran 10. Biaya Produksi Padi KTH Puding Mas

a. Biaya Tetap

No. Nama Cangkul

(Rp)

Parang

(Rp)

Sabit

(Rp)

Karung

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. Sofyan 53.333 50.000 25.000 90.000 218.333

2. Hendri 75.000 45.000 30.000 165.000 315.000

3. Sayuji 40.000 25.000 12.500 75.000 152.500

4. Suwir 40.000 25.000 15.000 90.000 170.000

Page 90: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

79

5. Saruni 40.000 16.667 10.000 105.000 171.667

6. Syehnal 50.000 45.000 25.000 180.000 300.000

7. M. Syukur 40.000 25.000 15.000 98.000 178.000

8. Muhajirin 80.000 33.333 25.000 165.000 303.333

9. Pawaris 75.000 50.000 25.000 180.000 330.000

10. Sakir 53.333 16.667 12.500 90.000 172.500

11. Abu Bakar 50.000 16.667 15.000 90.000 171.667

12. Bustari 53.333 40.000 16.667 180.000 290.000

13. Robi Yahya 40.000 16.667 12.500 90.000 159.167

14. M. Zen 40.000 25.000 12.500 84.000 161.500

15. Sattar 50.000 26.667 30.000 177.000 283.667

16. Habi 40.000 25.000 12.500 90.000 167.500

17. Dimastra 40.000 45.000 16.667 93.000 194.667

18. Saupi 26.667 25.000 15.000 90.000 156.667

19. Siti Rohana 40.000 16.667 12.500 90.000 159.167

20. Emilianti 40.000 25.000 12.500 90.000 167.500

21. Wartiani 40.000 25.000 10.000 75.000 150.000

22. Harlen 53.333 25.000 12.500 90.000 180.833

23. Amerudin 75.000 30.000 25.000 180.000 310.000

24. Munandar 80.000 30.000 20.000 105.000 235.000

25. Saparudin 50.000 25.000 15.000 84.000 174.000

Page 91: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

80

b. Biaya Variabel

No. Nama Benih

(Rp)

TK

(Rp)

Sewa mesin padi

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. Sofyan 350.000 1.550.000 360.000 2.260.000

2. Hendri 560.000 2.175.000 720.000 3.455.000

3. Sayuji 280.000 1.425.000 336.000 2.041.000

4. Suwir 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000

5. Saruni 280.000 1.600.000 336.000 2.216.000

6. Syehnal 560.000 2.350.000 720.000 3.630.000

7. M. Syukur 350.000 1.550.000 360.000 2.260.000

8. Muhajirin 560.000 2.250.000 696.000 3.506.000

9. Pawaris 560.000 2.300.000 720.000 3.580.000

10. Sakir 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000

11. Abu Bakar 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000

12. Bustari 560.000 2.250.000 660.000 3.470.000

13. Robi Yahya 560.000 1.625.000 300.000 2.485.000

14. M. Zen 560.000 1.500.000 360.000 2.420.000

15. Sattar 560.000 1.875.000 720.000 3.155.000

16. Habi 280.000 1.425.000 360.000 2.065.000

17. Dimastra 350.000 1.550.000 360.000 2.260.000

18. Saupi 280.000 1.500.000 360.000 2.140.000

19. Siti Rohana 280.000 1.675.000 336.000 2.291.000

20. Emilianti 280.000 1.500.000 300.000 2.080.000

21. Wartiani 280.000 1.925.000 360.000 2.565.000

22. Harlen 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000

23. Amerudin 560.000 2.300.000 720.000 3.580.000

Page 92: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

81

24. Munandar 350.000 1.550.000 360.000 2.260.000

25. Saparudin 280.000 1.425.000 336.000 2.041.000

Lampiran 11. Biaya Produksi Karet KTH Puding Mas

a. Biaya Tetap

No. Nama Pisau sadap

(Rp)

Ember

(Rp)

Parang

(Rp)

Bak getah

(Rp)

Mangkok getah

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. Sofyan 50.000 40.000 50.000 100.000 2.000.000 2.240.000

2. Hendri 50.000 35.000 40.000 200.000 2.000.000 2.325.000

3. Sayuji 25.000 13.333 16.667 50.000 2.000.000 2.105.000

4. Suwir 25.000 20.000 25.000 50.000 2.250.000 2.370.000

5. Saruni 25.000 26.667 22.500 100.000 1.800.000 1.974.167

6. Syehnal 25.000 40.000 33.333 100.000 1.600.000 1.798.333

7. M. Syukur 25.000 40.000 13.333 50.000 3.600.000 3.728.333

8. Muhajirin 25.000 40.000 33.333 50.000 1.800.000 1.948.333

9. Pawaris 33.333 70.000 45.000 100.000 2.600.000 2.848.333

10. Sakir 25.000 40.000 16.667 90.000 2.025.000 2.196.667

11. Abu Bakar 25.000 40.000 50.000 100.000 1.800.000 2.015.000

12. Bustari 25.000 20.000 25.000 100.000 2.025.000 2.195.000

13. Robi Yahya 33.333 52.500 26.667 90.000 2.600.000 2.802.500

14. M. Zen 33.333 35.000 25.000 100.000 3.600.000 3.793.333

15. Sattar 50.000 35.000 25.000 50.000 1.800.000 1.960.000

Page 93: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

82

16. Habi 50.000 35.000 16.667 100.000 2.025.000 2.226.667

17. Dimastra 50.000 70.000 16.667 100.000 1.800.000 2.036.667

18. Saupi 50.000 53.333 23.333 100.000 2.800.000 3.026.666

19. Siti Rohana 16.667 23.333 25.000 50.000 2.000.000 2.115.000

20. Emilianti 50.000 60.000 33.333 90.000 2.600.000 2.833.333

21. Wartiani 16.667 40.000 25.000 50.000 1.800.000 1.931.667

22. Harlen 25.000 40.000 25.000 100.000 3.600.000 3.790.000

23. Amerudin 33.333 80.000 33.333 90.000 2.600.000 2.836.666

24. Munandar 16.667 40.000 22.500 50.000 1.800.000 1.929.167

25. Saparudin 33.333 40.000 25.000 50.000 2.025.000 2.173.333

b. Biaya Variabel

No. Nama Pestisida

(Rp)

Tenaga Kerja

(Rp)

Cuka getah

(Rp)

Transportasi

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. Sofyan 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

2. Hendri 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

3. Sayuji 300.000 1.470.000 180.000 120.000 2.070.000

4. Suwir 280.000 1.225.000 360.000 120.000 1.985.000

5. Saruni 560.000 2.940.000 360.000 240.000 4.100.000

6. Syehnal 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

7. M. Syukur 560.000 2.940.000 360.000 240.000 4.100.000

8. Muhajirin 560.000 2.940.000 360.000 240.000 4.100.000

Page 94: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

83

9. Pawaris 840.000 3.920.000 540.000 120.000 5.420.000

10. Sakir 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

11. Abu Bakar 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

12. Bustari 560.000 1.225.000 180.000 240.000 2.205.000

13. Robi Yahya 780.000 4.410.000 540.000 120.000 5.850.000

14. M. Zen 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

15. Sattar 560.000 2.940.000 360.000 240.000 4.100.000

16. Habi 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

17. Dimastra 560.000 2.940.000 360.000 240.000 4.100.000

18. Saupi 560.000 3.920.000 540.000 120.000 5.140.000

19. Siti Rohana 280.000 1.470.000 180.000 120.000 2.050.000

20. Emilianti 780.000 3.920.000 540.000 120.000 5.360.000

21. Wartiani 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

22. Harlen 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

23. Amerudin 840.000 3.920.000 540.000 120.000 5.420.000

24. Munandar 560.000 2.940.000 360.000 120.000 3.980.000

25. Saparudin 600.000 2.940.000 360.000 120.000 4.020.000

Page 95: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

84

Lampiran 12. Pendapatan Total Petani KTH Puding Mas

No. Nama Padi (Rp/Tahun) Karet

(Rp/Tahun)

Pendapatan dari

madu pribadi

(Rp/Tahun)

Pendapatan

dari madu

KTH

(Rp/Tahun)

Pendapatan

Lainnya

(Rp/Tahun)

Pendapatan

Total Petani

(Rp/Tahun)

1. Sofyan 4.136.667 69.380.000 0 52.167 10.750.000 50.718.834

2. Hendri 9.460.000 69.295.000 0 52.167 18.000.000 63.207.167

3. Sayuji 3.980.500 33.625.000 0 52.167 6.000.000 26.857.667

4. Suwir 4.380.000 33.445.000 0 52.167 0 17.577.167

5. Saruni 3.786.333 69.525.833 0 52.167 0 39.764.333

6. Syehnal 9.300.000 69.821.667 0 52.167 12.000.000 57.573.834

7. M. Syukur 4.177.000 67.771.667 0 52.167 0 38.400.834

8. Muhajirin 8.979.667 69.551.667 0 52.167 0 44.983.501

9. Pawaris 9.320.000 105.131.667 1.374.500 52.167 0 58.128.334

10. Sakir 4.377.500 69.423.333 0 52.167 0 40.253.000

11. Abu Bakar 4.308.333 69.605.000 0 52.167 0 40.365.500

12. Bustari 8.367.500 33.400.000 0 52.167 0 21.519.667

13. Robi Yahya 2.868.333 104.747.500 0 52.167 0 57.268.000

14. M. Zen 4.033.500 67.826.667 0 52.167 0 38.312.334

15. Sattar 9.791.333 69.540.000 0 52.167 0 45.783.500

16. Habi 4.382.500 69.393.333 0 52.167 0 40.228.000

17. Dimastra 4.160.333 69.463.333 0 52.167 0 40.075.833

18. Saupi 4.318.333 105.233.334 0 52.167 0 52.203.834

19. Siti Rohana 3.723.833 33.635.000 0 52.167 0 20.611.000

20. Emilianti 3.265.000 105.206.667 0 52.167 27.500.000 78.623.834

Page 96: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

85

21. Wartiani 3.900.000 69.688.333 1.024.500 52.167 23.500.000 64.565.000

22. Harlen 4.299.167 67.830.000 0 52.167 0 38.581.334

23. Amerudin 9.340.000 105.143.334 0 52.167 12.000.000 69.135.501

24. Munandar 4.120.000 69.690.833 0 52.167 0 40.263.000

25. Saparudin 3.959.000 69.406.667 0 52.167 0 39.817.834

Total 1.124.818.843

Pendapatan Lainnya KTH Puding Mas

No. Nama Pendapatan Lainnya Modal awal

(Rp)

biaya variabel

(TK,Rp/Tahun)

Lama

usaha

(Tahun)

Total penerimaan

(Rp/Tahun)

Total Pendapatan

(Rp/Tahun)

1. Sofyan Jasa las 5.000.000 1(6.000.000) 3 18.000.000 10.333.334

2. Wartani Pedagang 2.500.000 0 5 24.000.000 23.500.000

3. Amerudin Kadus 0 0 0 12.000.000 12.000.000

4. Sayuji Pegawai sarak 0 0 0 6.000.000 6.000.000

5. Syehnal Guru honor 0 0 0 12.000.000 12.000.000

6. Emilianti Pedagang ,konter 10.000.000 0 4 30.000.000 27.500.000

7. Hendri Kades 0 0 0 18.000.000 18.000.000

Page 97: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

86

Lampiran 13. Analisis Pendapatan Petani HHBK Minyak Kepayang di KTH Talun Sakti

a. Biaya Variabel

No. Nama kegiatan (jam)

Total jam

kerja HOK

Biaya TK

(Rp/produksi)

a b c d e f g h i j k l 1. M. Safar 12 1 x x x 1 x 1 x 1 x 1 17 0,53 26.563

2. Misnar x 1 x x 1 x x x x 1 x x 3 0,09 4.688

3.

Rafles

Hendratno 8 1 x 1 x x 1 1 x 1 x x 13 0,41 20.313

4. Ria Junita x x x x 1 x x x 1 x 1 x 3 0,09 4.688

5. Asmawi x 1 x 1 x x x x x x x 1 3 0,09 4.688

6. Samsuarni 4 x x x x x x x x x x 1 5 0,16 7.813

7. Hari Warhadi x x x 1 x x x x x 1 x 1 3 0,09 4.688

8. Ahmad Sation x x 1 x x x x x x 1 x x 2 0,06 3.125

9. Karnadi x x 1 x x 1 x x x x x 1 3 0,09 4.688

10. Marjoni 6 x x 1 x x x x x x x 1 8 0,25 12.500

11. Asmulhadi x x 2 x x x x x x x x x 2 0,06 3.125

12. Baijuri 4 1 x x x 1 x x x x x x 6 0,19 9.375

13. Herauwati x x x x 4 x x x x x 1 1 6 0,19 9.375

14. Titing Yani x x x x 2 x x x 1 x 1 x 4 0,13 6.250

15. Sutri Lasmini x x x x 2 x x x x x 1 x 3 0,09 4.688

16. Gusni x x x 1 2 x x x x x 1 x 4 0,13 6.250

17. Heni x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125

18. Maryana x x x x 3 x x x x x x x 3 0,09 4.688

Page 98: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

87

19. Ahmad Nadar 5 x 1 x x x 1 x x x x 1 8 0,25 12.500

20. Ermayana x x x x 2 x x x x x 1 x 3 0,09 4.688

21. Nurhasanah x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125

22. Siska Yeni x x x x 2 x x x 1 x 1 x 4 0,13 6.250

23. Patima Wati x x x x 1 x x x x x 1 x 2 0,06 3.125

24. Yulisnawati x x x x 1 x x x x x 1 x 2 0,06 3.125

25. Hadiyati x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125

26. Yudarti x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125

27. Eli x x x x 1 x x x x x x x 1 0,03 1.563

28. Rita x x x x 2 x x x 1 x x x 3 0,09 4.688

29. Bakri 6 x x x x x 1 1 x x x 1 9 0,28 14.063

30. Yusmanidar x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125

31. Asnadi 4 1 x 1 x x x 1 x x x 1 8 0,25 12.500

32. Ahmda Toni 7 x x x x x x 1 x x x 1 9 0,28 14.063

33. Rosmiya x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125

34. Darul Aris 4 x x x x x 1 1 x x x 1 7 0,22 10.938

35. Saipul Bahri 8 x 1 x x x x x x x x 1 10 0,31 15.625

36. Rudison 4 x x 1 x x x x x x x 1 6 0,19 9.375

37. Diayarti x x x x 1 x x x x x x x 1 0,03 1.563

38. Anuar Sadat 4 1 x x x x 1 x x x x 1 7 0,22 10.938

39. Ramaini x x x x 2 x x x x x x x 2 0,06 3.125

40. Bastoni 5 x x x x x x x x x x 1 6 0,19 9.375

41. Mulyadi x x x x 1 x x x x 1 x x 2 0,06 3.125

42. Sayuti 7 x x x x x x x x x x 1 8 0,25 12.500

43. Ahmad Rodi 4 1 x x x 1 1 x x x x 1 8 0,25 12.500

Page 99: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

88

44. Maskur 8 x x x x x x x x x x 1 9 0,28 14.063

Jumlah 100 8 6 7 40 4 6 6 4 6 9 19 215 6,72 335.938

Keterangan :

a. pengumpulan biji g. Pengepresan untuk pengeringan air

b. Pencucian/pembersihan biji h. Pencincangan menggunakan mesin

c. perebusan biji i. penjemuran

d. pemecahan biji menggunakan mesin j. Penepungan/penghalusan

e. Pencongkelan isis biji buah k.Pengukusan tepung

f. perendaman l. Pengepresan

Page 100: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

89

Total Biaya Variabel

No. Uraian Satuan Biaya (Rp)

1. Kayu bakar 2,5 kubik 100.000

2. Solar 10 L 100.000

3. Bensin 10 L 100.000

4. Tenaga Kerja 44 orang 335.938

Jumlah 635.938

Penerimaan KTH Talun Sakti = Total Produksi (Kg) x Harga (Rp)

= 50 Kg x Rp. 50.000

= Rp. 2.500.000

Pendapatan KTH Talun Sakti = Total Penerimaan - Total Biaya

= Rp. 2.500.000 - Rp. 635.938

= Rp. 1.864.062

Pendapatan Anggota KTH = Pendapatan KTH : Jumlah Anggota KTH

= Rp. 1.864.062 : 44 orang

= Rp. 42.365/orang

Page 101: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

90

Lampiran 14. Biaya Produksi Padi KTH Talun Sakti

a. Biaya tetap

No. Nama Cangkul

(Rp)

Parang

(Rp)

Sabit

(Rp)

Karung

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. M. Safar 80.000 50.000 25.000 90.000 245.000

2. Misnar 80.000 75.000 37.500 135.000 327.500

3. Rafles Hendratno 0 0 0 0 0

4. Ria Junita 80.000 75.000 25.000 180.000 360.000

5. Asmawi 80.000 45.000 30.000 180.000 335.000

6. Samsuarni 80.000 50.000 25.000 84.000 239.000

7. Hari Warhadi 80.000 50.000 37.500 180.000 347.500

8. Ahmad Sation 80.000 50.000 30.000 90.000 250.000

9. Karnadi 80.000 45.000 25.000 135.000 285.000

10. Marjoni 80.000 50.000 30.000 180.000 340.000

11. Asmulhadi 80.000 45.000 37.500 180.000 342.500

12. Baijuri 53.333 50.000 25.000 180.000 308.333

13. Herauwati 120.000 50.000 37.500 135.000 342.500

14. Titing Yani 80.000 45.000 25.000 180.000 330.000

15. Sutri Lasmini 80.000 50.000 25.000 84.000 239.000

16. Gusni 80.000 25.000 37.500 180.000 322.500

17. Heni 80.000 50.000 37.500 90.000 257.500

Page 102: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

91

18. Maryana 120.000 25.000 37.500 180.000 362.500

19. Ahmad Nadar 80.000 50.000 25.000 90.000 245.000

20. Ermayana 80.000 50.000 25.000 180.000 335.000

21. Nurhasanah 80.000 50.000 25.000 90.000 245.000

22. Siska Yeni 120.000 50.000 37.500 135.000 342.500

23. Patima Wati 120.000 50.000 30.000 180.000 380.000

24. Yulisnawati 80.000 50.000 25.000 180.000 335.000

25. Hadiyati 80.000 50.000 30.000 90.000 250.000

26. Yudarti 112.500 50.000 37.500 135.000 335.000

27. Eli 80.000 50.000 25.000 180.000 335.000

28. Rita 80.000 50.000 25.000 180.000 335.000

29. Bakri 112.500 75.000 37.500 135.000 360.000

30. Yusmanidar 42.500 50.000 30.000 90.000 212.500

31. Asnadi 80.000 50.000 37.500 180.000 347.500

32. Ahmda Toni 80.000 45.000 25.000 90.000 240.000

33. Rosmiya 42.500 50.000 12.500 84.000 189.000

34. Darul Aris 80.000 50.000 37.500 180.000 347.500

35. Saipul Bahri 53.333 50.000 45.000 165.000 313.333

36. Rudison 80.000 45.000 37.500 270.000 432.500

37. Diayarti 80.000 50.000 33.333 270.000 433.333

38. Anuar Sadat 75.000 50.000 37.500 180.000 342.500

39. Ramaini 40.000 50.000 30.000 90.000 210.000

40. Bastoni 80.000 75.000 50.000 135.000 340.000

Page 103: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

92

b. Biaya Variabel

No. Nama Benih

(Rp)

TK

(Rp)

Sewa mesin padi

(Rp)

Jumlah

(Rp)

1. M. Safar 280.000 1.400.000 360.000 2.040.000

2. Misnar 840.000 2.750.000 1.080.000 4.670.000

3. Rafles Hendratno 0 0 0 0

4. Ria Junita 560.000 1.975.000 720.000 3.255.000

5. Asmawi 560.000 1.875.000 720.000 3.155.000

6. Samsuarni 280.000 1.525.000 336.000 2.141.000

7. Hari Warhadi 560.000 2.200.000 720.000 3.480.000

8. Ahmad Sation 280.000 1.475.000 360.000 2.115.000

9. Karnadi 840.000 2.650.000 1.080.000 4.570.000

10. Marjoni 280.000 1.975.000 720.000 2.975.000

11. Asmulhadi 280.000 2.100.000 720.000 3.100.000

12. Baijuri 280.000 2.100.000 720.000 3.100.000

13. Herauwati 840.000 2.425.000 1.080.000 4.345.000

14. Titing Yani 700.000 2.075.000 720.000 3.495.000

15. Sutri Lasmini 350.000 1.475.000 336.000 2.161.000

41. Mulyadi 80.000 45.000 37.500 180.000 342.500

42. Sayuti 56.667 50.000 37.500 180.000 324.167

43. Ahmad Rodi 40.000 25.000 25.000 90.000 180.000

44. Maskur 53.333 45.000 37.500 135.000 270.833

Page 104: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

93

16. Gusni 560.000 2.175.000 720.000 3.455.000

17. Heni 280.000 1.575.000 360.000 2.215.000

18. Maryana 560.000 2.225.000 720.000 3.505.000

19. Ahmad Nadar 350.000 1.425.000 360.000 2.135.000

20. Ermayana 560.000 2.225.000 720.000 3.505.000

21. Nurhasanah 280.000 1.475.000 360.000 2.115.000

22. Siska Yeni 840.000 2.550.000 1.080.000 4.470.000

23. Patima Wati 560.000 1.950.000 720.000 3.230.000

24. Yulisnawati 560.000 1.850.000 720.000 3.130.000

25. Hadiyati 350.000 1.625.000 360.000 2.335.000

26. Yudarti 840.000 2.425.000 1.080.000 4.345.000

27. Eli 560.000 1.850.000 720.000 3.130.000

28. Rita 560.000 1.950.000 720.000 3.230.000

29. Bakri 840.000 2.250.000 1.080.000 4.170.000

30. Yusmanidar 280.000 1.475.000 360.000 2.115.000

31. Asnadi 560.000 2.425.000 720.000 3.705.000

32. Ahmda Toni 560.000 2.175.000 720.000 3.455.000

33. Rosmiya 280.000 1.500.000 336.000 2.116.000

34. Darul Aris 560.000 2.050.000 720.000 3.330.000

35. Saipul Bahri 560.000 1.950.000 660.000 3.170.000

36. Rudison 840.000 2.800.000 1.080.000 4.720.000

37. Diayarti 840.000 2.800.000 1.080.000 4.720.000

38. Anuar Sadat 560.000 2.275.000 720.000 3.555.000

39. Ramaini 350.000 1.525.000 360.000 2.235.000

Page 105: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

94

40. Bastoni 840.000 2.675.000 1.080.000 4.595.000

41. Mulyadi 560.000 2.275.000 720.000 3.555.000

42. Sayuti 560.000 1.975.000 720.000 3.255.000

43. Ahmad Rodi 280.000 1.475.000 360.000 2.115.000

44. Maskur 840.000 2.675.000 1.080.000 4.595.000

Lampiran 15. Biaya Produksi Karet KTH Talun Sakti

a. Biaya Tetap

No. Nama Pisau sadap

(Rp) Ember (Rp) Parang (Rp)

Bak getah

(Rp) Mangkok getah (Rp) Jumlah (Rp)

1. M. Safar 50.000 60.000 50.000 100.000 3.066.667 3.326.667

2. Misnar 50.000 40.000 50.000 100.000 1.600.000 1.840.000

3. Rafles Hendratno 0 0 0 0 0 0

4. Ria Junita 45.000 40.000 30.000 100.000 1.600.000 1.815.000

5. Asmawi 50.000 40.000 25.000 100.000 1.350.000 1.565.000

6. Samsuarni 33.333 40.000 25.000 100.000 1.800.000 1.998.333

7. Hari Warhadi 50.000 35.000 25.000 100.000 1.200.000 1.410.000

8. Ahmad Sation 50.000 40.000 75.000 100.000 2.400.000 2.665.000

9. Karnadi 67.500 35.000 67.500 60.000 2.333.333 2.563.333

10. Marjoni 50.000 40.000 25.000 100.000 1.800.000 2.015.000

11. Asmulhadi 50.000 40.000 50.000 60.000 2.000.000 2.200.000

12. Baijuri 50.000 35.000 67.500 50.000 1.800.000 2.002.500

Page 106: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

95

13. Herauwati 50.000 20.000 25.000 50.000 1.200.000 1.345.000

14. Titing Yani 50.000 60.000 50.000 60.000 2.566.667 2.786.667

15. Sutri Lasmini 50.000 35.000 67.500 100.000 1.600.000 1.852.500

16. Gusni 50.000 35.000 25.000 50.000 1.800.000 1.960.000

17. Heni 33.333 35.000 25.000 50.000 1.800.000 1.943.333

18. Maryana 67.500 40.000 50.000 100.000 1.750.000 2.007.500

19. Ahmad Nadar 67.500 80.000 50.000 100.000 2.400.000 2.697.500

20. Ermayana 50.000 40.000 25.000 100.000 1.800.000 2.015.000

21. Nurhasanah 50.000 35.000 25.000 50.000 1.800.000 1.960.000

22. Siska Yeni 0 0 75.000 100.000 0 175.000

23. Patima Wati 50.000 40.000 75.000 50.000 1.600.000 1.815.000

24. Yulisnawati 75.000 40.000 75.000 100.000 2.400.000 2.690.000

25. Hadiyati 50.000 40.000 50.000 45.000 1.600.000 1.785.000

26. Yudarti 75.000 70.000 50.000 100.000 1.866.667 2.161.667

27. Eli 50.000 40.000 22.500 90.000 1.800.000 2.002.500

28. Rita 25.000 40.000 25.000 50.000 800.000 940.000

29. Bakri 30.000 70.000 50.000 100.000 1.600.000 1.850.000

30. Yusmanidar 50.000 40.000 22.500 100.000 1.800.000 2.012.500

31. Asnadi 30.000 40.000 25.000 90.000 1.800.000 1.985.000

32. Ahmda Toni 50.000 26.667 25.000 100.000 1.800.000 2.001.667

33. Rosmiya 50.000 40.000 45.000 60.000 1.866.667 2.061.667

34. Darul Aris 50.000 40.000 25.000 100.000 1.800.000 2.015.000

35. Saipul Bahri 33.333 40.000 0 0 0 73.333

36. Rudison 50.000 35.000 50.000 100.000 1.800.000 2.035.000

Page 107: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

96

37. Diayarti 67.500 40.000 50.000 90.000 2.400.000 2.647.500

38. Anuar Sadat 50.000 26.667 25.000 100.000 1.800.000 2.001.667

39. Ramaini 0 0 0 0 0 0

40. Bastoni 50.000 35.000 50.000 100.000 1.600.000 1.835.000

41. Mulyadi 50.000 40.000 50.000 60.000 1.600.000 1.800.000

42. Sayuti 50.000 26.667 50.000 100.000 1.800.000 2.026.667

43. Ahmad Rodi 50.000 40.000 50.000 100.000 1.800.000 2.040.000

44. Maskur 67.500 35.000 30.000 90.000 1.600.000 1.822.500

b. Biaya Variabel

No. Nama Pestisida (Rp) Tenaga Kerja

(Rp) Cuka getah (Rp) Transportasi (Rp) Jumlah (Rp)

1. M. Safar 1.260.000 5.390.000 900.000 240.000 7.790.000

2. Misnar 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000

3. Rafles Hendratno 0 0 0 0 0

4. Ria Junita 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000

5. Asmawi 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500

6. Samsuarni 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500

7. Hari Warhadi 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500

8. Ahmad Sation 840.000 3.272.500 540.000 120.000 4.772.500

9. Karnadi 1.260.000 5.582.500 720.000 240.000 7.802.500

10. Marjoni 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000

Page 108: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

97

11. Asmulhadi 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000

12. Baijuri 700.000 2.310.000 360.000 240.000 3.610.000

13. Herauwati 700.000 2.310.000 360.000 240.000 3.610.000

14. Titing Yani 1.260.000 5.390.000 900.000 120.000 7.670.000

15. Sutri Lasmini 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000

16. Gusni 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000

17. Heni 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000

18. Maryana 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000

19. Ahmad Nadar 840.000 3.465.000 540.000 240.000 5.085.000

20. Ermayana 700.000 2.310.000 360.000 240.000 3.610.000

21. Nurhasanah 560.000 2.310.000 360.000 120.000 3.350.000

22. Siska Yeni 0 0 0 0 0

23. Patima Wati 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500

24. Yulisnawati 840.000 5.390.000 540.000 240.000 7.010.000

25. Hadiyati 560.000 2.117.500 360.000 120.000 3.157.500

26. Yudarti 840.000 5.390.000 540.000 240.000 7.010.000

27. Eli 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000

28. Rita 280.000 1.155.000 360.000 120.000 1.915.000

29. Bakri 840.000 3.465.000 360.000 120.000 4.785.000

30. Yusmanidar 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000

31. Asnadi 560.000 2.310.000 360.000 240.000 3.470.000

32. Ahmda Toni 560.000 2.310.000 360.000 120.000 3.350.000

33. Rosmiya 840.000 3.465.000 360.000 240.000 4.905.000

34. Darul Aris 560.000 2.117.500 360.000 120.000 3.157.500

Page 109: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

98

35. Saipul Bahri 0 0 0 0 0

36. Rudison 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500

37. Diayarti 1.120.000 4.427.500 360.000 240.000 6.147.500

38. Anuar Sadat 560.000 2.117.500 360.000 240.000 3.277.500

39. Ramaini 0 0 0 0 0

40. Bastoni 840.000 3.465.000 360.000 240.000 4.905.000

41. Mulyadi 840.000 3.465.000 360.000 240.000 4.905.000

42. Sayuti 700.000 2.310.000 360.000 240.000 3.610.000

43. Ahmad Rodi 700.000 2.310.000 360.000 240.000 3.610.000

44. Maskur 840.000 3.465.000 360.000 240.000 4.905.000

Page 110: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

99

Lampiran 16. Pendapatan Total Petani KTH Talun Sakti

No. Nama Padi

(Rp/Tahun)

Karet

(Rp/Tahun)

Pendapatan dari

Kepayang

(Rp/Tahun)

Pendapatan

Lainnya

(Rp/Tahun)

Pendapatan Total

Petani

(Rp/Tahun)

1. M. Safar 4.330.000 177.883.333 42.365 0 77.255.698

2. Misnar 14.847.500 106.475.000 42.365 30.000.000 91.964.865

3. Rafles Hendratno 0 0 42.365 7.200.000 7.242.365

4. Ria Junita 9.615.000 106.500.000 42.365 30.000.000 86.757.365

5. Asmawi 9.740.000 70.757.500 42.365 0 37.939.865

6. Samsuarni 3.794.000 70.324.167 42.365 0 31.560.532

7. Hari Warhadi 9.402.500 70.912.500 42.365 0 37.757.365

8. Ahmad Sation 4.250.000 105.962.500 42.365 0 47.854.865

9. Karnadi 14.990.000 178.634.167 42.365 0 91.666.532

10. Marjoni 9.915.000 70.115.000 42.365 0 40.472.365

11. Asmulhadi 9.787.500 106.115.000 42.365 0 56.544.865

12. Baijuri 9.821.667 69.987.500 42.365 0 40.251.532

13. Herauwati 15.157.500 70.645.000 42.365 0 46.244.865

14. Titing Yani 9.405.000 178.543.333 42.365 0 82.990.698

15. Sutri Lasmini 3.774.000 106.462.500 42.365 0 50.878.865

16. Gusni 9.452.500 70.170.000 42.365 0 40.064.865

17. Heni 4.142.500 70.186.667 42.365 0 34.771.532

18. Maryana 9.362.500 106.307.500 42.365 0 56.312.365

19. Ahmad Nadar 4.235.000 105.617.500 42.365 0 50.494.865

20. Ermayana 9.390.000 69.975.000 42.365 0 39.807.365

21. Nurhasanah 4.255.000 70.290.000 42.365 0 34.987.365

22. Siska Yeni 15.032.500 0 42.365 0 15.074.865

Page 111: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

100

23. Patima Wati 9.620.000 70.507.500 42.365 0 37.569.865

24. Yulisnawati 9.765.000 103.700.000 42.365 0 84.107.365

25. Hadiyati 4.030.000 70.657.500 42.365 0 32.129.865

26. Yudarti 15.165.000 104.228.333 42.365 0 90.035.698

27. Eli 9.765.000 70.127.500 42.365 0 40.334.865

28. Rita 9.665.000 34.945.000 42.365 0 24.852.365

29. Bakri 15.315.000 106.765.000 42.365 0 62.722.365

30. Yusmanidar 4.287.500 70.117.500 42.365 0 34.847.365

31. Asnadi 9.177.500 70.145.000 42.365 0 39.764.865

32. Ahmda Toni 9.535.000 70.248.333 42.365 0 40.225.698

33. Rosmiya 3.869.000 106.433.333 42.365 0 50.944.698

34. Darul Aris 9.552.500 70.427.500 42.365 0 37.422.365

35. Saipul Bahri 8.644.167 0 42.365 0 8.686.532

36. Rudison 14.692.500 70.287.500 42.365 28.400.000 70.822.365

37. Diayarti 14.691.667 142.405.000 42.365 0 74.939.032

38. Anuar Sadat 9.332.500 70.320.833 42.365 0 37.095.698

39. Ramaini 4.170.000 0 42.365 0 4.212.365

40. Bastoni 14.910.000 106.660.000 42.365 0 62.212.365

41. Mulyadi 9.332.500 106.695.000 42.365 22.333.334 79.003.199

42. Sayuti 9.650.833 69.963.333 42.365 0 40.056.531

43. Ahmad Rodi 4.320.000 69.950.000 42.365 0 34.712.365

44. Maskur 14.979.167 106.672.500 42.365 0 62.294.032

Total 2.147.887.726

Page 112: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

101

Pendapatan Lainnya KTH Talun Sakti

No. Nama Pendapatan Lainnya Modal Awal

(Rp)

Biaya Variabel

(TK,Rp/Tahun)

Lama Usaha

(Tahun)

Total Penerimaan

(Rp/Tahun)

Total

Pendapatan

(Rp/Tahun)

1. Rafles hendratno buruh 0 0 0 7.200.000 7.200.000

2. Misnar PNS 0 0 0 30.000.000 30.000.000

3. Ria junita PNS 0 0 0 36.000.000 30.000.000

4. Rudi shon Pedagang 8.000.000 0 5 30.000.000 28.400.000

5. Mulyadi Pedagang 5.000.000 0 3 24.000.000 22.333.334

Page 113: ANALISIS PENDAPATAN PETANI HASIL HUTAN BUKAN KAYU …

102

Lampiran 17. Dokumentasi Hasil Wawancara

Wawancara anggota KTH Harapan Jaya, Desa Sungai Baung

Wawancara Anggota KTH Talun Sakti, Desa Raden Anom

Wawancara Anggota KTH Puding Mas dan Aparat Desa Sungai Bemban