133
1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) OLEH MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR JULIANA A. SIHOMBING DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

1

PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)

OLEH MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN

DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER

SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

JULIANA A. SIHOMBING

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 2: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

i

RINGKASAN

JULIANA ANGGRAINI SIHOMBING. E14070027. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur. Dibimbing oleh SUDARYANTO.

Hasil hutan bersifat multi komoditas yang berupa barang, yaitu: hasil hutan

kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta jasa lingkungan. Hasil hutan bukan kayu telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan. Selain karena HHBK mudah diperoleh dan tidak membutuhkan teknologi yang rumit untuk mendapatkannya juga karena HHBK dapat diperoleh gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang penting. Hal ini menjelaskan bahwa keberadaan HHBK diyakini paling bersinggungan dengan kepentingan masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat, mengetahui tingkat pemanfaatannya terhadap hasil hutan, dan mengetahui tingkat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari. Metode pengambilan sample dilakukan dengan purposive sampling dengan kriteria responden yang dipilih adalah responden yang langsung memanfaatkan HHBK. Responden yang dipilih berasal dari 2 desa, yaitu: Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan masing-masing berjumlah 30 responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, studi literatur, dan data statistik. Analisis data yang digunakan adalah analisis tabulasi secara kualitatif, metode penilaian berdasarkan harga dan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat dilakukan dengan persentase dan skala likert.

Jenis-jenis HHBK yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan adalah HHBK nabati, meliputi: rotan, getah karet, pasak bumi, akar kuning, anggrek, gingseng, sarang semut, jamur dan HHBK hewani, seperti: babi hutan, rusa, kijang, kancil, landak,lebah madu, dan monyet beruk. Nilai manfaat HHBK yang diperoleh responden di Desa Mamahak Teboq sebesar Rp. 1.834.800.000,- /tahun dan di Desa Lutan nilai manfaat yang diperoleh adalah sebesar Rp. 744.690.000,-/tahun. Kontribusi pemanfaatan HHBK terhadap pendapatan total Rumah Tangga yang diperoleh responden Desa Mamahak Teboq sebesar 86,1%, sedangkan responden di Desa Lutan 76,3%. Besarnya kontribusi pemanfaatan HHBK tersebut menunjukkan bahwa masih besarnya tingkat pemanfaatan dan ketergantungan mayarakat terhadap HHBK.

Pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari berdasarkan skala likert tergolong tinggi dengan rata-rata skor sebesar 2,78. Masyarakat memahami bahwa dengan memanfaatkan sumber daya hutan secara terus-menerus dapat mempengaruhi ketersediaan sumber daya yang dimanfaatkan. Untuk itu, perlu dilakukannya pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari dengan mengikuti kaidah atau peraturan-peraturan yang berlaku dan mencari alternatif lain untuk menambah pendapatan.

Kata kunci: Pemanfaatan, Hasil Hutan Bukan Kayu, Pemahaman, Skala Likert

i

Page 3: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

ii

SUMMARY

JULIANA ANGGRAINI SIHOMBING. E14070027. Non Timber Forest Products (NTFPs) Utilization by village society around forest in IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Samarinda, East Borneo. Supervised by SUDARYANTO.

Forest products in the form of multi-commodity goods namely timber forest products, non-timber forest products (NTFPs), and services. Non-timber forest products have been used by communities around the forest. Besides NTFPs being readily available and does not require complicated technology to get it also because of NTFPs can be obtained free of charge and has an important economic value. This explains the existence of most NTFPs are believed to intersect with the interests of forest communities to fulfil their alive need.

The objectives of this research are: to determine the types of forest products is utilized by the people, to know the level of public utilization of forest products, and to know the level of understanding of rural communities around the forests about sustainable utilization of forest resources. Sampling method was performed using purposive sampling method. Respondents were selected two villages namely Mamahak Teboq Village and Lutan Village each number 30 respondents. Data collection is obtained from interviews, literature studies, field observation, and statistical data. Data calculation on value of forest product by tabulated in a qualitative analysis, based on the price, and community understanding using percentage and Likert scale.

The types of non-timber forest products (NTFPs) are utilized by people living around forest are the plant NTFPs, include: rattan, rubber, earth peg, yellow root, orchid, ginseng, ant nests, fungal, and the animal NTFPs, such as: wild boar, deer, antelope, deer, porcupines, monkeys, and honey. The value of the benefits of non-timber forest products (NTFPs) obtained by the respondents in the Village Mamahak Teboq Rp. 1.8348 billion, - / year and in the Village Lutan Rp. 744.69 million, -/tahun. Contribution of NTFP utilization of total revenue earned Household respondents Mamahak Teboq Village for 86.1% and respondents in the Lutan Village for 76.3%. The amount of the contribution of NTFPs indicate the level utilization of NTFPs still high and sustain community still dependence on NTFPs.

People's understanding of the utilization of forest resources liqueur based Likert scale is high which is an average score of 2.78. People understand that by utilizing forest resources can constantly affect the availability of resources utilized. For that, the utilization of the resources needed to do sustainable forest by following the rules or regulations and seek other alternatives to increase revenue. Key words: Utilization, Non-Timber Forest Products, Understanding, Likert Scale

Page 4: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

i

PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)

OLEH MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN

DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER

SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

JULIANA A. SIHOMBING

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 5: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

iii

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Skripsi berjudul Pemanfaatan Hasil

Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh masyarakat Desa Sekitar Hutan di IUPHHK-

HA PT. Ratah Timber, Samarinda, Kalimantan Timur adalah benar-benar hasil

karya penulis sendiri dengan Dosen pembimbing dan belum pernah digunakan

sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, September 2011

Juliana A. Sihombing

NRP E14070027

Page 6: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh

Masyarakat Desa sekitar Hutan di IUPHHK-HA

PT. RATAH TIMBER Samarinda, Kalimantan Timur

Nama Mahasiswa : Juliana A. Sihombing

NIM : E14070027

Menyetujui,

Pembimbing Akademik

Ir. Sudaryanto

NIP 194803101980031001

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS

NIP 196304011994031001

Tanggal Lulus :

Page 7: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala kasih sayang dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh Masyarakat

Desa Sekitar Hutan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Samarinda, Kalimantan

Timur” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

Skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Penulis juga berharap semoga

penelitian ini dapat menjadi sumbangan informasi yang bermanfaat bagi siapapun

yang membacanya.

Bogor, September 2011

Penulis

Page 8: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siborongborong, Tapanuli Utara pada

tanggal 17 Juli 1989 sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara

pasangan Bapak S. Sihombing dan Ibu E. Simamora. Penulis

memulai pendidikan di SD Negeri 2 No. 173271 Siborongborong

pada Tahun 1995-2001, SMP Negeri 1 Siborongborong Tahun

2001-2004. Pada Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Siborongborong

dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Manajemen

Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutana IPB, penulis telah

melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cikeong-

Burangrang pada Tahun 2009 dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan

Pendidikan Gunung Walat pada Tahun 2010. Pada Tahun 2011 penulis

melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber

Kalimantan Timur.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam beberapa organisasi

diantaranya menjadi Anggota Komisi Pelayanan Anak UKM PMK-IPB, Seksi

Kerohanian di Persekutuan Fakultas Kehutanan dan Ketua Organisasi Mahasiswa

Daerah GAMASINTAN serta ikut menjadi panitia di beberapa acara yang

diadakan di lingkungan kampus.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyelesaikan

Skripsi dengan judul Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh Masyarakat

Desa Sekitar Hutan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Samarinda, Kalimantan

Timur .

Page 9: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

kasih karunia-Nya sehingga penulisan Skripsi ini telah berhasil diselesaikan.

Keberhasilan penulis tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang

telah membantu proses penulisan Skripsi ini. pada kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan kepada terima kasih kepada:

1. Orang tuaku tersayang S. Sihombing dan E. Simamora atas segala kasih

sayang, dukungan spiritual dan material, perhatian, dan doa yang diberikan

kepada penulis. Skripsi ini dipersembahkan untuk Mama dan Bapak.

2. Ir. Sudaryanto selaku dosen Pembimbing yang telah baik dan sabar

membimbing penulis mulai dari penyusunan Proposal penelitian hingga

Skripsi ini dapat selesai. Terimakasih untuk arahan dan dukungan yang

telah diberikan.

3. Kakak tercinta Indra Hayati Sihombing dan adik-adikku tersayang Nora

Waty, Henny Berlianti, Lucky Boy, Ranapan Alex, dan Reinaldi untuk

perhatian dan semangat yang telah diberikan.

4. Bapak Wahyul, Bapak Djatmiko, Bapak Wasis, Bapak Wahyudi dan

kepada seluruh pihak PT. Ratah Timber yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT. Ratah

Timber dan menyediakan segala keperluan penelitian selama di lapangan.

5. Karyawan di PT. Ratah Timber khususnya Bapak Hajang, Pak Kurnia, Pak

Samusi, Mas Adi, Mas Muji, Ka Irvan, Om Paulus, Pak Ading, Pak Huvat,

Pak Koko atas bantuan yang diberikan selama penelitian di lapangan.

6. Teman-teman tersayang di Istana BILO, Yusenda Sitompul, Tio Panta

Sihombing, Lisbet Girsang, Renatalia Parhusip, Jenny Sianipar, Anette

Sihombing atas semangat, dukungan, dan bantuannya.

7. Untuk yang terkasih Ribkha Sinaga untuk semangat dan bantuannya,

untuk Johan, Jimmy, Adi, Christa, Marisa, Kristi, Grace, Nia, Monika dan

teman-teman MNH 44 yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

8. Untuk James Siahaan, Charles Sianturi, Fernando Hasudungan Sianturi

dan bang Sahat Simamora untuk dukungan, semangat dan doanya.

Page 10: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .......................................... ........Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 4

1.4 Manfaat ..................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ................................................................ 5

2.2 Karakteristik Masyarakat ............................................................................ 10

2.3 Pemberdayaan Masyarakat .......................................................................... 11

2.4 Focus Group Discussion ............................................................................. 14

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 15

3.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 15

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 18

3.3 Objek Penelitian .......................................................................................... 18

3.4 Ruang Lingkup ............................................................................................ 18

3.5 Metode Penelitian ........................................................................................ 18

3.5.1 Metode Pengambilan Contoh .......................................................... 18

3.5.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 19

3.5.3 Metode Analisis Data ...................................................................... 19

3.5.4 Jenis Data yang Diperlukan ............................................................ 21

Page 11: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

ix

BAB IV KONDISI UMUM .................................................................................. 22

4.1 Kondisi Biofisik .......................................................................................... 22

4.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi ....................................................................... 32

4.3 Gambaran Umum Desa Penelitian .............................................................. 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 41

5.1 Karakteristik Reponden ............................................................................... 41

5.2 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu ........................................................ 51

5.2.1 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu Nabati ...................................... 53

5.2.2 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu Hewani .................................... 59

5.3 Pendapatan dari Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ............................ 66

5.4 Pendapatan di Luar Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ....................... 67

5.5 Pengeluaran Rumah Tangga untuk Berbagai Kebutuhan ............................ 69

5.6 Kontribusi Hasil Hutan terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga .......... 70

5.7 Pemahaman Masyarakat terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Hutan ........ 71

5.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................................... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 84

6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 84

6.2 Saran ............................................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86

LAMPIRAN .......................................................................................................... 88

Page 12: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis data penelitian yang diperlukan ................................................... 21

Tabel 2 Batas-batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT.RATAH TIMBER ............................................................................................... 22

Tabel 3 Luas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan fungsi hutan ..................................................................................................... 23

Tabel 4 Luas Real IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan jenis tanah .. 23

Tabel 5 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT.RATAH TIMBER ............ 24

Tabel 6 Data curah hujan dan hari hujan bulanan rata-rata di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER ......................................................... 25

Tabel 7 Luas Sub DAS, Debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa titik sungai di areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER ........................ 26

Tabel 8 Sub-sub DAS di DAS PT. RATAH TIMBER ...................................... 27

Tabel 9 Kondisi penutupan lahan di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER .... 27

Tabel 10 Perkiraan kondisi penutupan lahan di Areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER pada akhir 2010 .................................................................... 28

Tabel 11 Sediaan Tegakan di Areal berhutan IUPHHK PT RATAH TIMBER berdasarkan hasil IHMB ....................................................................... 29

Tabel 12 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Laham dan Long Hubung 30

Tabel 13 Desa yang berada di sekitar areal IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER .............................................................................................................. 32

Tabel 14 Jumlah kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER ............................................................................................... 33

Tabel 15 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah timber ................................................................... 34

Tabel 16 Jumlah sarana pendidikan di sekitar areal PT. RATAH TIMBER ....... 36

Tabel 17 Persentase responden berdasarkan kelompok umur.............................. 42

Tabel 18 Persentase responden menurut tingkat pendidikan ............................... 43

Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga................. 44

Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan ................................ 45

Tabel 21 Distribusi responden berdasarkan jarak tempat tinggal dari hutan ....... 47

Tabel 22 Persentase penggunaan lahan berdasarkan jenis lahan ......................... 48

Tabel 23 Distribusi responden berdasarkan luas kepemilikan lahan ................... 49

Tabel 24 Persentase responden berdasarkan jenis tanaman ................................. 49

Tabel 25 Distribusi responden berdasarkan pemanfaatan areal hutan dalam kegiatan usaha tani................................................................................ 50

Tabel 26 Persentase hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh responden 52

Page 13: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

xi

Tabel 27 Persentase responden berdasarkan tujuan pemanfaatan Sumber daya hutan ..................................................................................................... 53

Tabel 28 Persentase pemanfaatan tumbuhan dari hutan ...................................... 58

Tabel 29 Persentase pemanfaatan satwa liar oleh responden............................... 63

Tabel 30 Pendapatan dari pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu ...................... 66

Tabel 31 Pendapatan di luar pemanfaatan hasil hutan bukan kayu ..................... 67

Tabel 32 Pengeluaran rumah tangga untuk berbagai kebutuhan ......................... 69

Tabel 33 Kontribusi manfaat hasil hutan ............................................................. 70

Tabel 34 Tingkat pemahaman berdasarkan interval nilai tanggapan ................... 71

Tabel 35 Pemahaman responden mengenai pemanfaatan hasil hutan ................ 72

Tabel 36 Pemahaman responden tentang SDH sebagai salah satu sumber pendapatan ............................................................................................ 74

Tabel 37 Pemahaman Responden tentang kerusakan dan kondisi hutan ............. 75

Tabel 38 Pemahaman responden tentang ladang berpindah ................................ 78

Tabel 39 Pemahaman Responden tentang kelestarian hutan ............................... 81

Page 14: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. ......................................................... 17

Gambar 2 Diagram persentase jumlah keluarga pertanian di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER. ...................................................... 35

Gambar 3 Rotan mentah yang dipungut dari hutan. .......................................... 54

Gambar 4 Pemanfaatan rotan; (a) Lanjung; (b) Anjat ukuran sedang; (c) Anjat ukuran besar. ...................................................................................... 55

Gambar 5 Pemanfaatan rotan yang dikombinasikan dengan daun Kajang dan daun biru; (a) Seraung; (b) Tas gendong dan Tampi beras. ............... 55

Gambar 6 Pemanfaatan getah karet; (a) Lahan masyarakat yang ditananami Karet; (b) Getah karet yang ditores. ................................................... 57

Gambar 7 Pohon Kempas (Koompassia excelsa) sebagai sarang madu hutan. . 60

Gambar 8 Jenis-jenis satwa liar yang dimanfaatkan dan diburu oleh masyarakat. ............................................................................................................ 61

Gambar 9 Jerat yang dipasang di dalam hutan.................................................... 62

Gambar 10 (a) Kerusakan hutan akibat pembukaan jalan sarad (b)Kerusakan hutan akibat penebangan pohon. ...................................................... 76

Gambar 11 Kerusakan hutan akibat perladangan berpindah................................ 79

Page 15: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta areal konsesi PT. RATAH TIMBER ....................................... 89

Lampiran 2 Identitas responden Desa Lutan ....................................................... 90

Lampiran 3 Identitas responden Desa Mamahak Teboq ..................................... 92

Lampiran 4 Identitas responden Desa Mamahak Teboq Lanjutan...................... 93

Lampiran 5 Kepemilikan lahan responden Desa Lutan ...................................... 94

Lampiran 6 Kepemilikan lahan responden Desa Lutan Lanjutan ....................... 95

Lampiran 7 Kepemilikan lahan responden Desa Mamahak Teboq .................... 96

Lampiran 8 Kepemilikan lahan responden Desa Mamahak Teboq Lanjutan ..... 97

Lampiran 9 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Lutan .. 98

Lampiran 10 Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Mamahak Teboq .......................................................................... 100

Lampiran 11 Pendapatan dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Lutan ................................................................. 102

Lampiran 12 Pendapatan dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh responden Desa Mamahak Teboq ............................................... 104

Lampiran 13 Pengeluaran responden Desa Lutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS........................................................ 106

Lampiran 14 Pengeluaran responden Desa Mamahak Teboq untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS ...................................... 108

Lampiran 15 Tingkat kesejahteraan responden Desa Lutan menurut indikator kemiskinan Sajogyo..................................................................... 110

Lampiran 16 Tingkat kesejahteraan responden Desa Mamahak Teboq menurut indikator kesejahteraan Sajogyo .................................................. 112

Lampiran 17 Pemahaman responden Desa Lutan dan Desa Mamahak Teboq mengenai pemanfaatan SDH yang lestari .................................... 114

Lampiran 18 Hasil uji validitas dan uji reliabilitas pemahaman pemanfaatan SDH dengan lestari ...................................................................... 115

Lampiran 19 Daftar dan status jenis satwa liar di PT. RATAH TIMBER ....... 117

Page 16: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem pada hamparan lahan yang luas yang

berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan yang berperan

sangat penting bagi kehidupan di muka bumi ini. Paradigma baru sektor

kehutanan telah memandang hutan sebagai multi fungsi, baik fungsi ekonomi,

ekologi dan sosial. Selain multifungsi, sumber daya hutan juga bersifat multi

komoditas berupa barang dan jasa. Adapun komoditas barang yaitu manfaat yang

dapat dirasakan secara langsung berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan

kayu. Sedangkan, komoditas jasa adalah manfaat yang dirasakan secara tidak

langsung.

Sebagai negara mega biodiversity, Indonesia memiliki kekayaan hayati yang

sangat beragam sekitar 30.000 - 40.000 jenis tumbuhan yang tersebar di hutan

tropis di tiap pulau. Dari jenis tersebut yang tersebar di hutan tropis, 5%

diantaranya memberikan hasil hutan berupa kayu dan selainnya justru memiliki

potensi memberikan hasil hutan bukan kayu. Selain itu, Indonesia memiliki fauna

berupa satwa liar yang juga sangat beranekaragam.

Hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disebut dengan HHBK adalah

hasil yang bersumber dari hutan selain kayu baik berupa benda-benda nabati

seperti rotan, nipah, sagu, bambu, getah-getahan, biji-bijian, daun-daunan, obat-

obatan dan lain-lain maupun berupa hewani seperti satwa liar dan bagian-bagian

satwa liar tersebut (tanduk, kulit, dan lain-lain).

Pemanfaatan sumber daya hutan dengan tujuan utama ekstraksi kayu

(timber management) masih mendominasi. Meski demikian, HHBK juga tidak

dapat diabaikan begitu saja karena HHBK menjadi salah satu peluang yang tepat

untuk dikembangkan dan hal ini tentu saja dapat mengurangi tingkat

ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan kayu.

HHBK telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan baik secara

langsung maupun tidak. Selain karena HHBK mudah diperoleh dan tidak

membutuhkan teknologi yang rumit untuk mendapatkannya juga karena HHBK

Page 17: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

2

dapat diperoleh gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang penting. Hal ini

menjelaskan bahwa keberadaan HHBK diyakini paling bersinggungan dengan

kepentingan masyarakat sekitar hutan dalam memenuhi kebutuhan pangan, papan

maupun ritual dan lain-lain.

Tingkat pemanfaatan masyarakat yang tinggi terhadap hasil hutan

diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran memelihara kawasan hutan. Tentu

saja dengan bantuan tindakan pengelolaan sosial oleh perusahaan untuk

memberikan jaminan akses pemanfaatan sumber daya hutan bagi kehidupan

masyarakat.

Supaya hutan tetap memberikan manfaat yang optimal bagi perusahaan

maupun masyarakat di sekitarnya maka dibutuhkan pengelolaan hutan lestari

untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Pengelolaan hutan lestari tersebut dapat

terwujud dengan adanya kesadaran masyarakat yang diikuti dengan pemahaman

mereka terhadap pemanfaatan sumber daya hutan.

Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan lestari dan memperhatikan

kondisi sosial masyarakat sekitar hutan maka IUPHHK diwajibkan mengadakan

program kelola sosial yang salah satunya adalah Pembinaan Masyarakat Desa

Hutan (PMDH). Program ini merupakan salah satu program yang dilakukan oleh

IUPHHK untuk memberdayakan masyarakat yang hidup dan bertempat tinggal di

dalam dan di sekitar hutan.

1.2 Perumusan Masalah

Secara sosiologis, keberadaan HHBK diyakini sepenuhnya paling

bersinggungan dengan kepentingan masyarakat di sekitar hutan. HHBK terbukti

menjadi penopang kelangsungan hidup masyarakat secara lintas generasi,

sekaligus memberi dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat sekitar

hutan.

Masyarakat yang tinggal di dalam maupun di sekitar hutan memanfaatkan

sumber daya hutan berupa hasil hutan bukan kayu untuk memenuhi kebutuhan

sandang, pangan, papan, dan lain-lain. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang

dipungut maupun dibudidayakan merupakan salah satu sumber mata pencaharian

masyarakat sekitar hutan baik sebagai mata pencaharian utama maupun

sampingan.

Page 18: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

3

Keberadaan perusahaan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) sebagai

penghasil produksi kayu melalui kegiatan penebangan serta kegiatan lainnya akan

berperan negatif terhadap ketersediaan hasil hutan yang dimanfaatkan oleh

masyarakat dan mengancam kelestarian sumber daya hutan. Selain oleh IUPHHK,

pemanfaatan HHBK oleh masyarakat yang tidak diikuti dengan pengelolaan

secara berkelanjutan juga akan mempengaruhi ketersediaan HHBK yang ada.

Pengurangan hasil hutan yang disebabkan oleh kegiatan tersebut tentu akan

mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih mengandalkan

HHBK sebagai sumber pendapatannya.

Dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan kajian mengenai tingkat

pemanfaatan dan pemahaman masyarakat terhadap sumber daya hutan sehingga

dapat merupakan dasar penentuan kebijakan pengembangan HHBK selanjutnya.

Jika tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap sumber daya hutan cukup tinggi

maka dibutuhkan tindakan pengembangan HHBK yang sesuai dengan sumber

daya yang dimiliki.

Adanya pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan dan pelestarian

sumber daya hutan juga sangat dibutuhkan demi terwujudnya sumber daya hutan

yang lestari. Hal ini karena pelestarian hutan tidak hanya berkaitan dengan

kegiatan penebanganan, pemeliharaan, dan pemulihan ekosistem hutan tetapi juga

menyangkut kehidupan masyarakat tradisional yang secara alamiah diakui sebagai

faktor penentu dalam pelestarian hutan. Masyarakat yang menyadari pentingnya

fungsi hutan bagi keseimbangan ekosistem akan selalu berusaha mempertahankan

keberadaan dan peran serta sumber daya hutan bagi kehidupannya.

Mengukur dan menetapkan pemanfaatan masyarakat di dalam maupun di

sekitar kawasan hutan terhadap hasil hutan bukan kayu merupakan suatu kajian

yang perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data mengenai perananan

dan pengaruh hutan serta fungsinya terhadap ketergantungan hidup masyarakat.

Page 19: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

4

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di

sekitar hutan

2. Mengetahui tingkat pemanfaatan masyarakat desa sekitar hutan terhadap

hasil hutan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya

3. Mengetahui tingkat pemahaman masyarakat desa sekitar hutan terhadap

pemanfaatan sumber daya hutan yang lestari.

1.4 Manfaat

Memperoleh informasi dan data pengaruh hutan dan fungsinya terhadap

masyarakat kepada PT. RATAH TIMBER dan seberapa besar tingkat

pemanfaatan HHBK oleh masyarakat sekitar hutan sehingga mampu untuk

melakukan kebijakan dan kelola sosial yang berkaitan dengan HHBK

Page 20: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Menurut Peraturan Menteri No. P35/ Menhut-II/ 2007, hasil hutan bukan

kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati

maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu sebagai segala

sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang dimanfatkan bagi kegiatan

ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam upaya mengubah haluan pengelolaan hutan dari timber extraction

menuju sustainable forest management, hasil hutan bukan kayu (HHBK) atau Non

Timber Forest Products (NTFP) memiliki nilai yang sangat strategis. Hasil hutan

bukan kayu (HHBK) merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki

keunggulan komparatif dan bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar

hutan. Sehingga, tidak dipungkiri lagi bahwa masyarakat di dalam maupun di

sekitar kawasan hutan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan hasil

hutan bukan kayu.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan

dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak

lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil

Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) yang tertuang pada Pasal 1 (13) dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 yang merupakan revisi dari

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007, adalah izin usaha

yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam

pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan,

pemeliharaan, dan pemasaran.

Klasifikasi dan Jenis-jenis Hasil Hutan bukan Kayu (HHBK)

HHBK dari ekosistem hutan sangat beragam jenis sumber penghasil

maupun produk serta produk turunan yang dihasilkannya. Sesuai Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P.35/ Menhut-II / 2007 tentang Hasil Hutan Bukan

Page 21: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

6

Kayu, maka dalam rangka pengembangan budidaya maupun pemanfaatannya

HHBK dibedakan dalam HHBK nabati dan HHBK hewani.

1. Kelompok Hasil Hutan dan Tanaman

a. Kelompok Resin: agatis, damar, embalau, kapur barus, kemenyan,

kesambi, rotan jernang, tusam.

b. Kelompok minyak atsiri: akar wangi, cantigi, cendana, ekaliptus, gaharu,

kamper, kayu manis, kayu putih.

c. Kelompok minyak lemak: balam, bintaro, buah merah, croton, kelor,

kemiri, kenari, ketapang, tengkawang.

d. Kelompok karbohidrat : aren, bambu, gadung, iles-iles, jamur, sagu,

terubus, suweg.

e. Kelompok buah-buahan: aren, asam jawa, cempedak, duku, durian,

gandaria, jengkol, kesemek, lengkeng, manggis, matoa, melinjo, pala,

mengkudu, nangka, sawo, sarikaya, sirsak, sukun.

f. Kelompok tannin: akasia, bruguiera, gambir, nyiri, kesambi, ketapang,

pinang, rizopora, pilang.

g. Bahan pewarna: angsana, alpokat, bulian, jambal, jati, kesumba, mahoni,

jernang, nila, secang, soga, suren.

h. Kelompok getah: balam, gemor, getah merah, hangkang, jelutung, karet

hutan, ketiau, kiteja, perca, pulai, sundik.

i. Kelompok tumbuhan obat: adhas, ajag, ajerar, burahol, cariyu, akar binasa,

akar gambir, akar kuning, cempaka putih, dadap ayam, cereme.

j. Kelompok tanaman hias: angrek hutan, beringin, bunga bangkai, cemara

gunung, cemara irian, kantong semar, pakis, palem, pinang merah.

k. Kelompok palma dan bambu: rotan (Calamus sp, Daemonorops sp,

Korthalsia sp), bambu (Bambusa sp, Giganthocloa sp, Euleptorhampus

viridis, Dendrocalamus sp), agel, lontar, nibung.

l. Kelompok alkaloid: kina, dll.

2. Kelompok Hasil Hewan

a. Kelompok hewan buru :

1. Kelas mamalia: babi hutan, bajing kelapa, berut, biawak, kancil,

kelinci, lutung, monyet, musang, rusa.

Page 22: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

7

2. Kelas reptilia: buaya, bunglon, cicak, kadal, londok, tokek, jenis ular

3. Kelas amfibia: bebagai jenis katak

4. Kelas aves: alap-alap, beo, betet, kakatua, kasuari, kuntul merak, nuri

perkici, serindit

b. Kelompok hasil penangkaran: arwana irian, buaya, kupu-kupu, rusa

c. Kelompok hasil hewan: burung wallet, kutu lak, lebah, ulat sutera

HHBK dalam pemanfaatannya memiliki keunggulan dibanding hasil kayu,

sehingga HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya. Adapun

keunggulan HHBK dibandingkan dengan hasil kayu adalah sebagai berikut:

1. Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan yang besar terhadap

hutan dibandingkan dengan pemanfaatan kayu. Karena pemanenannya

tidak dilakukan dengan menebang pohon, tetapi dengan penyadapan,

pemetikan, pemangkasan, pemungutan, perabutan dll.

2. Beberapa HHBK memiliki nilai ekonomi yang besar per satuan volume

(gaharu).

3. Pemanfaatan HHBK dilakukan oleh masyarakat secara luas dan

membutuhkan modal kecil sampai menengah. Dengan demikian

pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan usaha

pemanfaatannya dapat dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat.

4. Teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengolah HHBK

adalah teknologi sederhana sampai menengah.

5. Bagian yang dimanfaatkan, yaitu: daun, kulit, getah, bunga, biji, kayu,

batang, buah, dan akar cabutan. Dengan demikian pemanfaatan HHBK

tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan.

Walaupun HHBK memiliki keunggulan dibandingkan dengan hasil kayu,

tetapi pemanfaatan HHBK belum dilaksanakan secara optimal. Beberapa

permasalahan yang terkait dengan pemanfaatan HHBK adalah sebagai berikut:

1. Belum ada data tentang potensi, sebaran dan pemanfaatan HHBK baik

yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui manfaatnya. Hal

tersebut menyebabkan perencanaan pemanfaatan HHBK tidak dapat

dilakukan.

Page 23: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

8

2. Pemanfaatan HHBK hanya terfokus pada HHBK yang memiliki nilai

ekonomi tinggi sehingga mengancam kelimpahan populasi HHBK.

3. Budidaya HHBK belum seluruhnya diketahui secara pasti. Karena selama

ini pemanfaatan HHBK berasal dari hutan alam dan upaya untuk

melakukan budidaya belum dilakukan. Sehingga perlu dilakukan upaya

mendapatkan teknologi budidaya HHBK.

4. Pemanfaatan HHBK hanya dilakukan secara tradisional. Karena sifatnya

tradisional maka kualitas produk masih rendah.

5. Tata niaga HHBK masih banyak yang tersembunyi dan ketiadaan akses

informasi pasar sehingga tidak memberikan margin pemasaran yang besar

pada petani/pengambil HHBK. Untuk itu perlu dilakukan analisis

pemasaran untuk memberikan margin pemasaran yang besar bagi petani.

6. Pemerintah kurang memberikan kebijakan yang bersifat insentif baik pada

aspek pemanfaatan HHBK maupun pengembangannya.

Pengembangan HHBK

Meskipun potensi hasil hutan bukan kayu cukup berlimpah tidak semua

hasil hutan bukan kayu tersebut dapat dikembangkan. Ada beberapa strategi

pengembangan yang harus dilakukan untuk memilih jenis prioritas hasil hutan

bukan kayu yang diunggulkan dan layak untuk dikembangkan. Strategi

pengembangan yang harus dilakukan harus sesuai dengan kriteria, indikator, dan

standar yang ditetapkan. Tersedianya jenis komoditas HHBK unggulan maka

usaha dan pemanfaatannya dan dapat dilakukan lebih terencana sehingga

pengembangan HHBK dapat berjalan dengan baik, terarah, dan berkelanjutan.

Jenis HHBK unggulan adalah jenis hasil hutan bukan kayu yang memiliki

potensi ekonomi yang dapat dikembangkan budidaya maupun pemanfaatannya di

wilayah tertentu sesuai kondisi biofisik setempat guna meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan masyarakat yang dipilih berdasarkan kriteria dan indikator

tertentu yang ditetapkan. HHBK unggulan ditetapkan berdasarkan beberapa

kriteria mencakup kriteria ekonomi, biofisik dan lingkungan, kelembagaan, sosial

dan kriteria teknologi. Jenis HHBK unggulan dikelompokkan dalam 3 (tiga)

unggulan, yaitu: unggulan nasional, unggulan provinsi, dan unggulan lokal

(kabupaten/kota setempat). HHBK unggulan tersebut dapat dipergunakan sebagai

Page 24: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

9

arahan dalam mengembangkan jenis HHBK di tingkat pusat dan daerah. Sesuai

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P 21/Menhut-II/2009

kriteria dan indikator HHBK unggulan adalah sebagai berikut:

1. Kriteria ekonomi

Kriteria ekonomi adalah aspek yang mengukur besaran ekonomi dari jenis

HHBK yang sedang dievaluasi. Parameter ekonomi mempunyai bobot terbesar

(35%) dalam pemilihan komoditas unggulan HHBK mengingat pengembangan

HHBK diarahkan untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Besaran ekonomi meliputi 7 (tujuh) indikator sebagai berikut:

a. Nilai perdagangan ekspor

b. Nilai perdagangan dalam negeri

c. Lingkup pasar

d. Potensi pasar internasional

e. Mata rantai pasar

f. Cakupan pengusahaan

g. Investasi usaha

2. Kriteria biofisik dan lingkungan

Biofisik dan lingkungan merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan

dalam pengembangan suatu jenis HHBK. Indikator-indikator pada kriteria biofisik

dan lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Potensi tanaman

b. Penyebaran

c. Status konservasi

d. Budidaya

e. Aksesbilitas ke sumber HHBK

3. Kriteria kelembagaan

Kelembagaan merupakan aspek penting dalam penentuan tingkat

keunggulan suatu komoditas HHBK karena menyangkut unsur pelaku dan tata

aturan produksi dan perdagangan HHBK tersebut. Enam indikator pada kriteria

kelembagaan yang dipergunakan dalam penentuan tingkat keunggulan suatu

komoditas HHBK adalah sebagai berikut:

a. Jumlah kelompok usaha (produsen/koperasi)

Page 25: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

10

b. Asosiasi kelompok usaha

c. Aturan tentang komoditas bersangkutan

d. Peran institusi

e. Standar komoditas bersangkutan

f. Sarana/fasilitas pengembangan bersangkutan

4. Kriteria sosial

Dipilihnya aspek sosial sebagai salah satu kriteria dalam penentuan tingkat

keunggulan komoditas HHBK merupakan keberpihakan kepada masyarakat lokal

dalam pengusahaan HHBK. Indikator yang dipilih berupa keterlibatan dan

kepemilikan masyarakat dalam usaha HHBK adalah sebagai berikut:

a. Pelibatan masyarakat

b. Kepemilikan usaha

5. Kriteria teknologi

Aspek teknologi dipilih sebagai kriteria penentuan unggulan komoditas

HHBK karena memiliki peran dalam pengembangan HHBK tersebut baik dalam

menjamin pasokan HHBK sebagai bahan baku maupun dalam peningkatan nilai

tambah HHBK tersebut. Indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Teknologi budidaya

b. Teknologi pengolahan hasil

Berdasarkan pengelompokannya HHBK terdiri dari 9 kelompok yang terdiri

dari 557 spesies tumbuhan dan hewan. Namun, saat ini hanya terdapat 5 jenis

HHBK yang ditetapkan pemerintah yang mendapat prioritas pengembangannya.

Kelima komoditas HHBK unggulan tersebut,yaitu: rotan, bambu, lebah, sutera,

dan gaharu.

2.2 Karakteristik Masyarakat

Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.01/Menhut-II/ 2004 tentang

Pemberdayaan Masyarakat Setempat di Dalam dan atau Sekitar Hutan Dalam

Rangka Social Forestry, masyarakat di dalam dan atau sekitar hutan adalah

kesatuan komunitas sosial didasarkan pada mata pencaharian yang bergantung

pada hutan, kesejarahan, keterikatan tempat tinggal serta pengaturan tata tertib

kehidupan bersama dalam wadah kelembagaan. Masyarakat perdesaan di sekitar

Page 26: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

11

hutan adalah masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan, kesejahteraan,

inisiasi, dan daya kreasi yang relatif rendah.

Pengelolaan sumber daya hutan dan komponen masyarakat sekitarnya

merupakan hal penting dalam menjaga kelastarian hutan. Masyarakat lokal yang

tinggal, hidup, dan mencari makan di sekitar hutan, kehidupannya telah menyatu

dengan alam lingkungan yang saling mempengaruhi. Disisi lain, kehidupan

masyarakat lokal sekitar hutan belum juga terangkat secara ekonomi dan masih

tetap miskin.

Masyarakat lokal sekitar hutan tidak hanya memandang hutan sebagai

penghasil produksi atau ekonomi saja, tetapi juga memandang sebagai sumber

manfaat lain baik dari aspek ekologis maupun dari aspek cultural. Kepentingan

masyarakat lokal sekitar hutan yang menyangkut sendi kehidupannya itu

menimbulkan komitmen yang kuat guna memanfaatkan sumber daya hutan

sebaik-baiknya yang tentunya, dengan kearifan lokal yang mereka punyai dalam

pengelolaan hutan. Dengan demikian kelestarian hutan dan manfaat hutuan,

kehidupan mereka secara individu dan kelompok serta dapat menjaga hubungan

baik mereka dengan alam.

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

Subejo dan Supriyanto (2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai

upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,

memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective

action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan

kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Dalam pengertian yang lebih

luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan

mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan

menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk

mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.

Okupasi dan enclave tidak dapat dipisahkan dari kawasan hutan, bukan

hanya disebabkan oleh luasnya kawasan hutan namun juga dipengaruhi oleh

cepatnya pertambahan penduduk dan pembangunan diluar kehutanan yang

menggunakan lahan. Sementara itu, pengelolaan sumber daya yang lestari tentu

Page 27: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

12

saja bertujuan untuk mendapatkan manfaat yang optimal. Sesuai perkembangan

paradigma pengelolaan kawasan hutan dalam Peraturan pemerintah RI No. 3

Tahun 2008 yang merupakan revisi dari Peraturan pemerintah RI No. 6 Tahun

2007 cenderung melibatkan masyarakat melalui pemberdayaan sehingga okupasi

dan enclave dapat diselesaikan. Pemberdayaan dapat dilakukan melalui

pembentukan hutan desa, hutan kemasyarakatan, dan atau hutan kemitraan. Pada

hutan lindung dan produksi pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan

membangun hutan desa.

Pemberian hak pengelolaan hutan desa baik oleh pemerintah, pemerintah

provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya memberikan

fasilitas sebagai berikut:

1. Pengembangan kelembagaan dan Pengembangan usaha (Pembentukan

kelompok tani dan fasilitasi)

2. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM (Bimbingan teknologi,

pendidikan, magang, dan latihan)

3. Peningkatan akses dan asset sosial(regulasi)

Terdapat 2 (dua) cakupan pada kelola sosial atau pemberdayaan masyarakat

yaitu program pengembangan masyarakat yang terdiri dari PMDH (Pembinaan

Masyarakat Desa Hutan), CSR (Corporate Social Responsibility), dan CD

(Community Development) serta pengelolaan dan pemantauan dampak

lingkungan.

PMDH merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang

HPH/HPHTI dengan menyumbang dan menyisihkan sebagian keuntungannya

(sebagai biaya sosial) untuk membantu kesejahteraan masyarakat yang hidup di

dalam dan sekitar hutan yang berdekatan dengan areal kerja HPH mereka. Sesuai

dengan Kepmenhut No. 69/Kpts-II/1995 tentang kewajiban HPH dan HPHTI,

Pembinaan Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan

2. Meningkatkan kualitas sumber daya hutan

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah bentuk tanggung

jawab perusahaan, tidak saja HPH atai HPHTI tetapi semua perusahaan terhadap

pemberdayaan masyarakat sekitar. Prinsip sebuah CSR adalah menyeimbangkan

Page 28: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

13

unsur ekonomi dan sosial. Perusahaan dituntut tidak saja mengejar keuntungan

ekonomi namun disisi lain perusahaan dituntun untuk memperhatikan

kesejahteraan terhadap kondisi lingkungan.

Giarci (2001) memandang community development sebagai suatu hal yang

memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan

umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan

agar mereka mampu memutuskan, merencanakan, dan mengambil tindakan untuk

mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan

sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan collective action dan

networking yang dikembangkan masyarakat. Program Community Development

memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based),

berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan

(sustainable). Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa perusahaan melakukan

kegiatan community development, antara lain adalah:

1. Izin lokal untuk beroperasinya perusahaan dalam mengembangkan

hubungan dengan masyarakat lokal.

2. Mengetahui sosial budaya masyarakat lokal.

3. Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program community

development. Reputasi hubungan baik antara perusahaan dengan

masyarakat lokal dan community development dapat menciptakan

kesempatan usaha yang baru.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pemberdayaan masyarakat

adalah sebagai berikut:

1. Menjamin keseimbangan ekologis, ekonomi, maupun sosial budaya , serta

kelestarian hutan Dan kawasan hutan.

2. Mengaktualisasikan akses masyarakat terhadap hutan dan kawasan hutan

dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

3. Melibatkan masyarakat desa setempat dalam pengelolaan hutan, sejak

tahap perencanaan, pelaksanaan hingga monev, khususnya PMDH.

4. Meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai pendukung utama dalam

pembangunan kehutanan melalui peningkatan ekonomi kerakyatan di

sekitar kawasan hutan.

Page 29: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

14

2.4 Focus Group Discussion

FGD (Focus Group Discussion) adalah suatu proses pengumpulan data

dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat

spesifik melalui diskusi kelompok. FGD merupakan bentuk penelitian kualitatif,

dimana sekelompok orang yang bertanya tentang sikap mereka terhadap suatau

permasalahan. Pertanyaan diminta dalam group pengaturan interaktif dimana

peserta bebas untuk bicara dengan anggota kelompoknya.

Menurut Irwanto (2006) keberhasilan FGD ditentukan oleh peranan

moderator. Adapun prinsip-prinsip pada FGD adalah:

1. FGD merupakan kelompok diskusi interaktif, hidup, dan dinamis

2. FGD adalah group bukan individu

3. FGD adalah diskusi terfokus bukan diskusi bebas

Beberapa kelebihan dalam pengumpulan informasi dengan menggunakan

metode FGD adalah sebagai berikut:

1. Interaksi anggota kelompok bermanfaat menggali tanggapan, pendapat,

dan saran selama diskusi

2. Prosedur penelitian berorientasi sosial

3. Biaya lebih rendah dan depth interview (wawancara mendalam)

4. Face validity tinggi

5. Responden bisa bersikap lebih tinggi

Adapun kelemahan dalam pengumpulan informasi dengan metode FGD

adalah sebagai berikut:

1. Efek dari peserta/anggota yang kemungkinan mendominasi diskusi

2. Sulitnya mengelompokkan responden yang pertanyaan atau pendapatnya

ingin digali lebih dalam

3. Datanya bersifat kualitatif sehingga sangat tergantung kepada daya tafsir

moderator

4. Memerlukan moderator yang pakar dan berpengalaman

Page 30: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Pada awalnya, kegiatan pengelolaan hutan Indonesia didominasi oleh

ekstraksi hutan berupa hasil hutan kayu. Pemanfaatan hutan dengan ekstraksi

kayu telah mengakibatkan degradasi hutan sehingga menyebabkan kerusakan

habitat hutan yang berdampak negatif terhadap ketersediaan HHBK. Namun

paradigma tersebut telah bergeser menjadi sebuah paradigma pengelolaan hutan

yang baru. Paradigma pengelolaan hutan yang semula terpusat pada ekstraksi

kayu (timber management) kini telah berubah menjadi pengelolaan hutan sebagai

sebuah ekosistem (forest resource based management) yang bersifat multi fungsi,

multi guna dan memuat multi kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk

mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Paradigma baru sektor kehutanan berorientasi pada dimensi ekologi yang

bertujuan mempertahankan sumber daya, dimensi ekonomi yang mencakup

komoditi dan jasa serta dimensi sosial yang mencakup manusia yang membuat

proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Adanya pandangan tersebut maka diharapkan pengembangan pengelolaan hutan

dilakukan dengan berbasiskan pengelolaan sumber daya hutan yang

berkesinambungan (Sustainable Forest Management).

Paradigma baru sektor kehutanan menuntut adanya keterlibatan oleh semua

pihak, yaitu pihak pengelola atau pemegang hak pengelolaan hutan, pemerintah

dan bahkan keterlibatan masyarakat yang hidup dan tinggal di sekitar hutan yang

secara nyata paling berinteraksi langsung dengan hutan. Pengelolaan hutan

menyangkut multi kepentingan, dimana pengelolaan hutan tidak lepas dari

kepentingan antara pemerintah dan kepentingan masyarakat yang dapat

mengakibatkan terabaikannya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Untuk

mewujudkan paradigma hutan yang multi fungsi, maka dibutuhkan peran serta

masyarakat secara langsung dalam pengelolaan hutan yang lestari.

Page 31: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

16

Menurut Sumadiwangsa dan Gusmailina (2006), pengembangan sumber

daya hutan yang berkesinambungan membuka peluang pengembangan produk

hasil hutan bukan kayu (HHBK) karena memiliki keunggulan yang komparatif

serta sangat bersentuhan langsung dengan masyarakat sekitar hutan. Hasil hutan

bukan kayu (HHBK) mampu memberikan dampak pada peningkatan penghasilan

masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi

penambahan devisa negara. Karena pada kenyataannya, keanekaragaman hayati

yang terkandung di dalam ekosistem hutan hanya sekitar 5% saja yang

memberikan hasil hutan berupa kayu dan bagian terbesar yakni 95% justru

memiliki potensi memberikan hasil hutan bukan kayu. Dalam pengelolaan HHBK

sebaiknya melibatkan pemberdayaan masyarakat. Sehingga dengan adanya

pemberdayaan masyarakat terhadap pengembangan HHBK tentu saja akan

membuka lapangan kerja baru dan hal tersebut tidak hanya bermanfaat bagi pihak

pemerintah saja namun juga ikut menguntungkan masyarakat dan terutama

terhadap kelestarian sumber daya hutan.

Langkah awal yang harus dilakukan dalam pengembangan HHBK adalah

dengan menginventarisasi dan memetakan potensi jenis komoditas HHBK yang

ada di suatu daerah kawasan hutan termasuk mengetahui seberapa besar tingkat

pemanfaatan HHBK oleh masyarakat sekitar hutan terhadap HHBK tersebut. Dari

hasil analisis pemanfaatan dan survei potensi HHBK akan diketahui jenis apa saja

yang berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat dan apakah HHBK yang

dimanfaatkan layak untuk dikembangkan. Tingkat pemanfaatan masyarakat

dianalisi dari seberapa besar kontribusi pemanfaatan HHBK terhadap pendapatan

total rumah tangga. Dengan adanya pergesaran dari pengelolaan hutan yang

berorientasi kayu menjadi HHBK akan memberikan kesempatan regenerasi alam

kembali membaik. Dari keterlibatan masyarakat secara langsung terhadap

pemanfaatan HHBK juga diharapkan pemahaman mereka terhadap kelestarian

sumber daya hutan tinggi. Sehingga partisipasi mereka terhadap suksesnya

pengelolaan hutan yang lestari tercapai.

Page 32: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

17

Keterangan

: Penggolongan kesadaran manusia menurut Freire

: Batasan penelitian

: Pengaruh langsung

: Pengaruh tidak langsung

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

Pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan SDH yang lestari

Pemanfaatan HHBK oleh masyarakat

Peningkatan pendapatan masyarakat dari pemanfaatan HHBK

Kontribusi pemanfaatan HHBK terhadap

pendapatan RT dan kesejahteraan masyarakat

PENGELOLAAN HUTAN

Multi fungsi Multi guna Multi kepentingan

Kesadaran Kritis Kesadaran Naif Kesadaran magis

Pemberdayaan masyarakat

Pengembangan HHBK

Kriteria ekonomi

Kriteria kelembagaan

Kriteria sosial

Kriteria Biofisik

Page 33: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

18

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh

masyarakat desa sekitar hutan dilakukan di desa-desa sekitar kawasan hutan PT.

RATAH TIMBER Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur. Penelitian

dilakukan selama 2 bulan, mulai Bulan April sampai Bulan Mei 2011.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah masyarakat desa sekitar kawasan hutan PT.

RATAH TIMBER, yaitu: Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan yang berada di

Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur.

3.4 Ruang Lingkup

1. Penelitian ini difokuskan pada tingkat pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

oleh masyarakat desa hutan di wilayah kerja IUPHHK-HA PT. RATAH

TIMBER Samarinda, Kalimantan Timur.

2. Responden yang dipilih adalah masyarakat desa yang bertempat tinggal di

sekitar hutan PT. RATAH TIMBER yaitu masyarakat Desa Mamahak

Teboq dan Desa Lutan.

3. Hasil hutan bukan kayu adalah hasil yang bersumber dari hutan selain kayu

baik berupa benda-benda nabati seperti rotan, nipah, sagu, bambu, getah-

getahan, biji-bijian, madu, daun-daunan, obat-obatan dan lain-lain maupun

berupa hewani seperti satwa liar dan bagian-bagian satwa liar tersebut

(tanduk, kulit, dan lain-lain).

3.5 Metode Penelitian

3.5.1 Metode pengambilan contoh

Responden dipilih dengan metode Purposive Sampling melalui pemilihan

yang disengaja dengan tujuan tertentu. Kriteria pengambilan responden adalah

masyarakat yang terlibat langsung dalam pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu

(HHBK). Pemilihan lokasi penelitian dipilih juga didukung berdasarkan desa yang

lebih dekat dengan wilayah konsesi PT. RATAH TIMBER dan memiliki akses

Page 34: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

19

yang mudah menuju desa tersebut. Setiap desa dipilih 30 responden sehingga total

responden kedua desa berjumlah 60 responden.

3.5.2 Metode pengumpulan data

1. Pendekatan

Untuk pengambilan data penelitian dilakukan dengan pendekatan FGD

2. Metode pengambilan data dan ragam data

a. Wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur/bebas pada

responden

b. Observasi lapang

c. Studi literatur untuk menambah kelengkapan data yang diperoleh dengan

cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan

penelitian

d. Pengumpulan data statistik yang ikut membantu dalam penelitian

3.5.3 Metode analisis data

1. Karakteristik pemanfaatan sumber daya hutan dan non pemanfaatan sumber daya hutan

Pengolahan data mengenai karakteristik pemanfaatan sumber daya hutan

dan non pemanfaatan sumber daya hutan dianalisis tabulasi secara kualitatif.

Analisis kualitatif digunakan dalam menghubungkan karakteristik masyarakat,

meliputi: nama, umur, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, jenis kelamin, agama,

dan mata pencaharian.

2. Penentuan jenis-jenis pemanfaatan sumber daya hutan dan kontribusinya

Pengolahan data pemanfaatan sumber daya hutan dilakukan dengan analisa

data kuantitatif analisis tabulasi dengan menggunakan perhitungan statistik

sederhana.

a. Nilai manfaat hasil hutan oleh masyarakat

HKB = │V X Hk X f│

dan

Total pendapatan = ∑ HKBi

Dimana:

HKB : Nilai hutan yang diambil masyarakat dari hutan (Rp/tahun) V : Jumlah hasil hutan yang diperoleh dalam 1 kali pengambilan (ikat, kg,

ekor, m3, batang)

Page 35: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

20

Hk : harga hasil hutan (Rp/ikat, Rp/kg, Rp/m3, Rp/batang) F : frekuensi pengambilan hasil hutan (tahun) I : jenis hasil hutan (1,2,..., n)

b. Kontribusi sumber daya hutan terhadap pendapatan total rumah tangga

Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan dari pekerjaan pokok maupun

sampingan berupa pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pendapatan non

pemanfaatan sumber daya hutan. Persentase pendapatan masyarakat dari kegiatan

pemanfaatan hasil hutan terhadap total pendapatan dihitung dengan persamaan

sebagai berikut:

k = dh/ (dh+dl) x 100%

Dimana: K = persentase pendapatan dari manfaat hasil hutan Dh = pendapatan dari manfaat hasil hutan Dl = pendapatan dari luar manfaat hasil hutan

Pengeluaran perkapita (Rp/bulan/orang) =

Total pengeluaran Rumah tangga �RpBulan� �

Jumlah tanggungan keluarga �orang�

c. Metode penilaian pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan

Metode yang digunakan untuk menilai pemahaman masyarakat terhadap

pemanfaatan sumber daya hutan adalah dengan metode Skala Likert. Metode

Skala Likert dilakukan dengan memberikan skor untuk mengukur tingkat

pemahaman dengan memberikan nilai pada setiap pertanyaan yang memiliki

kisaran dari 1 sampai 3. Data pemahaman masyarakat tersebut akan diuji validitas

dan reabilitas dengan menggunakan software SPSS 14.0 for windows.

Page 36: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

21

3.5.4 Jenis Data yang Diperlukan

Tabel 1 Jenis data penelitian yang diperlukan

No Jenis data

Klasifikasi Rincian data Sumber data

1

Data Primer

Data identitas responden

• Nama responden • Alamat (desa, Kec, dusun) • Umur • Jenis kelamin • Pendidikan • Jumlah anggita keluarga • Pekerjaan utama • Pekerjaan sampingan

Responden

Data pendapatan ekonomi Rumah

tangga

• Luas Kepemilikan lahan hutan • Usaha pertanian • Usaha peternakan • Berdagang dll

Responden

Data pendapatan RT

• Sumber pendapatan • Jumlah pendapatan

Responden

Pemanfaatan HHBK

• Jenis HHBK yang dimanfaatkan • Tujuan pemanfaatan HHBK

(konsumsi,kayu bakar,dijual) • Pemahaman terhadap

pemanfaatan dan pengelolaan HHBK

Responden

Data pengeluaran Rumah tangga

• Biaya kebutuhan sehari-hari (kebutuhan makan, kesehatan, transportasi, dll)

• Kebutuhan insidentil dalam jumlah besar (biaya untuk naik haji, sunatan, pendidikan, pernikahan, pajak, listrik, dll)

• Frekunsi waktu pengeluaran

Responden

2 Data sekunder

Data Kondisi Umum Lokasi

Penelitian

• Letak • Luas topografi • Iklim • Jumlah penduduk • Pendidikan

Potensi desa &

Perusahaan

Data Sosial Ekonomi

Masyarakat

• Mata pencaharian • Potensi lokal tempat penelitian

Data pemanfaatan HHBK oleh masyarakat

• Jenis HHBK yang dimanfaatkan • Tujuan pemanfaatan

Page 37: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

22

BAB IV

KONDISI UMUM

4.1 Kondisi Biofisik

1. Letak dan luas IUPHHK

Secara geografis areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER terletak pada

114o55’ – 115o30’ Bujur Timur dan 0o2’LS – 0o15’LU. Berdasarkan letak

administrasi pemerintahan, areal tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Long

Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan

Timur. Berdasarkan wilayah pemangkuan hutan IUPHHK PT. RATAH TIMBER

termasuk dalam wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahak

Besar, Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat, Dinas Kehutanan Provinsi

Kalimantan Timur.

Menurut pembagian wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), areal IUPHHK

PT. RATAH TIMBER berada dalam wilayah DAS Mahakam yang tersebar pada

Sub DAS Ratah. Adapun batas-batas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER

disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Batas-batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT.RATAH TIMBER

No Lokasi Berbatasan dengan

1 Utara Areal Penggunaan Lain (APL) dan IUPHHK-HA

PT Seroja Universum Narwastu

2 Timur APL dan IUPHHK PT. Kedap Sayaaq

3 Selatan Hutan Negara (Non IUPHHK) dan Hutan

Lindung Batu Buring Ayok

4 Barat Hutan Negara (Non IUPHHK) dan IUPHHK

Agro City Kaltim

Sumber: RKUPHHK PT. RATAH TIMBER 2010

Hasil super-impose antara Peta Areal Kerja IUPHHK PT. RATAH

TIMBER dengan Peta penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi

Kalimantan Timur disajikan pada tabel di bawah ini.

Page 38: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

23

Tabel 3 Luas areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan fungsi hutan

No

Fungsi hutan

Luas Jumlah

(Ha) Blok I Blok II

1 Hutan Produksi Tetap (HP) 66.610 6.810 73.420

2 Hutan Produksi Terbatas

(HPT)

20.005 - 20.005

Jumlah 86.615 6.810 93.425

Sumber: 1. Peta penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi Kalimantan Timur 1:250.000 2. Peta lampiran perpanjangan IUPHHK PT. Ratah Timber

2. Jenis tanah dan geologi

Berdasarkan peta tanah tinjau Kalimantan skala 1:250.000 tahun 1976, areal

kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER , memiliki tiga jenis tanah, yaitu podsolik

merah kuning, latosol, dan aluvial. Luas masing-masing jenis tanah secara rinci

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4 Luas Real IUPHHK PT. RATAH TIMBER berdasarkan jenis tanah

No

Jenis tanah

Luas

Blok I Blok II Total

Ha % Ha % Ha %

1 Podsolik Merah

Kuning

75.095 86,7 3.228 47,4 78.323 84

2 Latosol 9.354 10,8 3.582 52,6 12.936 14

3 Aluvial 2.165 2,5 - - 2.165 2

Jumlah 86.615 100 6810 100 93.425 100

Sumber: Pengukuran Planimetris Peta Tanah Tinjau, skala 1:250.000 (Badan Pertahanan Nasional Unit Kalimantan Timur)

Tanah Podsolik Merah Kuning terbentuk di atas wilayah berlereng datar,

landai dan agak curam. Tanah Latosol terbentuk di atas formasi Batu Ayau,

sedangkan tanah Aluvial terbentuk dari endapan aluvial yang terdapat pada

kelerengan datar yang terdapat di sekitar tepi Sungai Mahakam.

Page 39: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

24

Tanah Podsolik merah kuning terbentuk di areal IUPHHK PT. RATAH

TIMBER sbagian besar adalah formasi Ujoh Bilang, yaitu mencakup areal seluas

76.418 Ha atau 81,8%.

3. Topografi

Hasil analisis kelas lereng berdasarkan peta garis bentuk dari potret udara

skala 1:25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja (±71,9%) tergolong

datar hingga landai. Di samping itu juga terdapat areal dengan kelerengan > 40%

(sangat curam) seluas 496 ha. Kondisi topografi areal kerja selengkapnya

disajikan pada tabel di bawah.

Tabel 5 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT.RATAH TIMBER

Klasifikasi Kelas Lereng

Blok I

(ha)

Blok II (ha) Jumlah

HP HPT HP Ha %

A : 0 – 8 % Datar 37.348 4.553 2.125 44.026 47,1

B : 9 – 15 % Landai 16.992 4.685 1.498 23.175 24,8

C : 16 – 25 % Agak curam 8.446 4.303 2.186 14.935 16,0

D : 26 – 40 % Curam 2.785 3.347 885 7.017 7,5

E : > 40 % Sangat curam 380 116 496 0,5

Tidak ada data 1. 039 2.737 3.776 4,0

Jumlah 20.005 6.810 93.425 100,0

Sumber: Pengukuran Digitasi Peta Kelas Lereng IUPHHK PT.RATAH TIMBER yang didasarkan pada peta garis bentuk skala 1:25.000

4. Iklim

a. Curah hujan

Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim, di areal IUPHHK

PT.RATAH TIMBER termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan jumlah

bulan basah adalah 12 bulan dengan nilai Q = 0% ( tidak ada bulan kering dengan

curah hujan < 60 mm ). Curah hujan tahunan di wilayah ini sebesar 3.748 mm

dengan jumlah hari hujan sebanyak 123 hari, dan suhu udara rata-rata 26, 7oC.

Data tentang curah hujan rata-rata bulanan dan hari hujan bulanan disajikan

pada tabel berikut.

Page 40: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

25

Tabel 6 Data curah hujan dan hari hujan bulanan rata-rata di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER

No Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan

1 Januari 399 11 2 Februari 147 4 3 Maret 348 6 4 April 372 11 5 Mei 310 9 6 Juni 159 8 7 Juli 170 9 8 Agustus 80 5 9 September 404 17

10 Oktober 407 12 11 November 552 17 12 Desember 400 14

Jumlah 3.748 123 Rata-rata 312 10

Sumber : Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Long Iram Tahun 1999, dikutip dari RKUPHHK PT. RATAH TIMBER 2010

b. Suhu dan kelembapan udara

Kecepatan angin tertinggi tercatat sebesar 17 – 22 knot dengan frekuensi

rata-rata 23 kali setahun, bertiup dari arah Timu Laut dan umumnya berlangsung

antara bulan Januari – Maret. Selain bulan-bulan tersebut, angin bertiup dengan

kecepatan antara 4 – 6 knot dari arah Utara ke Timur Laut atau Barat Laut.

5. Hidrologi

Areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER berada di dalam satu Daerah

Aliran Sungai (DAS) dengan beberapa Sub DAS, yaitu: Sub DAS Mahakam Ulu,

Sub DAS Ratah, Sub DAS Hubung, Sub DAS Long Gelawang, Sub DAS

Benturak, Sub DAS Nyerubungan, Sub DAS Pari dan Sub DAS Jerumai.

Berdasarkan studi SEMDAL diperoleh data bahwa kondisi debit sesaat dan

kandungans edimen dari beberapa titik sungai-sungai di areal kerja IUPHHK PT.

RATAH TIMBER tersebut di atas dan prediksi laju erosi pada masing-masing

Sub DAS, disajikan pada tabel berikut.

Page 41: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

26

Tabel 7 Luas Sub DAS, Debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa titik sungai di areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER

No Stasiun Pengamatan

Debit (m3/detik)

Residu total (mg/l)

Sedimen (ton/th)

1 S. Mahakam *) 17,0 -

2 S. Benturak 1.290 8,0 0,89

3 S. Benturak Ilir 5.435 24,0 11,27

4 S. Nyerubungan Hilir 19.210 12,0 19,82

5 S. Ratah Hulu 26.540 7,0 17,20

6 S. Ratah Hilir 30.784 120,0 319,17

7 S. Pari 7.184 8,5 5,28

Sumber: RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Tahun 2010

Sekitar 88,7% luas areal PT. RATAH TIMBER berada di DAS Ratah. Jika

merujuk pada luas DAS Ratah, maka luasan tersebut merupakan 26,14% dari

keseluruhan luas DAS. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa setiap usaha

atau kegiatan pengelolaan lahan yang merubah tutupan lahan di areal PT. RATAH

TIMBER akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi DAS

Ratah. Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk menjelaskan mengenai

kondisi dan karakteristik DAS Ratah. Sebagian besar wilayah DAS Ratah yang

berada di bagian Selatan merupakan areal PT. RATAH TIMBER. Sub DAS - Sub

DAS yang berada di bagian Selatan ini mulai dari Barat sampai dengan Timur,

yaitu: Sub DAS Jerumai, Pariq, Nyerbungan, Nyerbungan Ding, Benturak, Batu,

dan Muring. Sedangkan untuk wilayah DAS Ratah bagian Utara yang masuk

dalam areal PT. Ratah Timber, yaitu: Sub DAS Dason, Danumpare, Titi Kecil,

Titi Besar, dan Ulin.

Page 42: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

27

Tabel 8 Sub-sub DAS di DAS PT. RATAH TIMBER

No Nama Sub DAS

Luas Sub DAS (ha)

No Nama Sub DAS

Luas Sub DAS (ha)

1 Nyerubungan 80458.11 12 Muring 21378.33 2 Pari 40547.79 13 Sub DAS-sub DAS

kecil sekitar S. Ratah

28244.54 3 Jerumai 23771.07 14 S1 1202.04 4 Dason 34156.89 15 S2 5423.76 5 Danumparoy 9165.89 16 S3 2497.23 6 Titi kecil 1035.99 17 S4 13398.21 7 Titi besar 3334.77 18 S5 2170.80 8 Ulin 4250.88 19 S6 1706.67 9 Nyerubungan

Ding 2241.27 20 S7 1245.78

10 Banturak 15459.66 21 S8 17722.80 11 Batu 19869.30 22 S9 2130.30

Total 331411.34 Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur

6. Kondisi hutan

a. Penutupan lahan dan fungsi hutan

Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM+ Band 542 Path/Row

117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di-mozaick dengan Path/Row 118/60

liputan tanggal 2 Februari 2009, kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT.

RATAH TIMBER sebagian besar berupa hutan bekas tebangan yakni meliputi

75.123 ha (80,4 %), dan sisanya berupa hutan primer seluas 7.149 ha (7,6 %), non

hutan 9.144 ha (9,8 %), dan areal tertutup awan 2.009 ha (2,2 %), sebagaimana

disajikan pada tabel.

Tabel 9 Kondisi penutupan lahan di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER

No

Penutupan lahan

Fungsi dan peruntukan hutan ( ha)

HPT HP BZHL Jumlah % 1 Hutan primer 2.487 4.330 332 7.149 7,6

2 Hutan bekas tebangan

14.422 58.269 2.432 75.123 80,4

3 Non-hutan 477 8.464 233 9.144 9,8

4 Tertutup awan 0 2.009 0 2.009 2,2

Jumlah 17.356 73.072 2.997 93.425 100,0 Sumber: Peta penafsiran citra Landsat Path/Row 117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di-

mozaick dengan Path/Row 118/60 liputan tanggal 2 Februari 2009; (Lampiran surat direktur inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan No. S.300.IPSDH-2/2010 Tgl.25 Juni 2010)

Page 43: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

28

Perkiraan kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER

setelah dilakukan analisi dan koreksi terhadap areal yang tertutup awan serta

prognosa realisasi tebangan sampai dengan akhir tahun 2010 dapat dilihat pada

Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10 Perkiraan kondisi penutupan lahan di Areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER pada akhir 2010

No

Penutupan lahan

Fungsi dan peruntukan hutan (Ha)

HPT HP BZ HL Jumlah %

1 Hutan primer 2.487 4.330 332 7.149 7,6

2 Hutan bekas tebangan 16.431 58.269 2.432 75.123 82,6

3 Non hutan 477 8.464 233 9.144 9,8

Jumlah 17.356 73.072 2.997 93.425 1000

Sumber: Peta penafsiran citra Landsat Path/Row 117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di-mozaick dengan Path/Row 118/60 liputan tanggal 2 Februari 2009, dengan koreksi terhadap areal yang tertutup awan dan prognosa realisasi tebangan sampai dengan RKT 2010

Areal tidak berhutan lokasinya berada dalam satu hamparan yang relatif

kompak, yang lokasinya berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL) di luar

areal IUPHHK. Areal tersebut dalam kenyataanya di lapangan, sebagian besar

merupakan lahan garapan masyarakat dalam bentuk ladang atau sawah tadah

hujan.

b. Sediaan Tegakan Hutan

Hutan alam pada areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER merupakan hutan

hujan tropika basah dengan ekologi hutan tanah kering yang ditumbuhi berbagai

jenis vegetasi dari kelompok Dipterocarpaceae, antara lain: Meranti, Kapur,

Bangkirai, Mersawa dan jenis Non Dipterocarpaceae, antara lain: Bintangur,

Benuang, Nyatoh, dan lain-lain.

Hutan areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER ini merupakan habitat

berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh secara alami, yang terdiri dari berbagai

jenis hasil hutan baik kayu maupun nir kayu. Tegakan yang ada merupakan

tegakan campuran yang terdiri dari berbagai jenis pohon dengan komposisi jenis

dan kerapatan tegakan yang cukup bervariasi sesuai kondisi tempat tumbuh dan

kerapatan tegakan yang cukup bervariasi sesuai kondisi tempat tumbuh dan faktor

Page 44: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

29

lingkungan lainnya. Tegakan yang ada pada umumnya adalah jenis-jenis pohon

berdaun lebar, baik jenis komersil maupun non komersil.

Berdasarkan hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) yang

dilakukan pada November 2008-Januari 2009 diperoleh rata-rata sediaan tegakan

(Standing stock) per hektar pada areal berhutan jenis komersil dengan kelas

diameter 10-19 cm sebanyak 209,26 batang/ha, dan kelas diameter 40 cm ke atas

adalah 136,02 m3/ha dengan jumlah pohon 32,69 batang/ha.

Tabel 11 Sediaan Tegakan di Areal berhutan IUPHHK PT RATAH TIMBER berdasarkan hasil IHMB

No Kelompok Jenis

Ø 10-19 cm

Ø 20-39 cm Ø >40 cm up

N (Btg) N (Btg) V (M3) N (Btg) V (M3)

1 Meranti 10,368,106 3,617,947 2,345,957.39 1,597,826 7,173,354.29

2 Rimba

campuran

3,504,298 1,719,463 1,131,052.48 569,201 1,877,237.70

3 Kayu indah 382,177 179,203 108,284.91 59,470 215,292.79

Jumlah 14,254,580 5,516,613 3,585,294.78 2,226,497 9,265,884.79

Rata-rata/ha 209,26 80.98 52.63 32.69 136.02

Sumber: RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Tahun 2010

Berdasarkan hasil IHMB tersebut diketahui bahwa di areal IUPHHK PT.

RATAH TIMBER masih cukup baik dan layak untuk dikelola dan diusahakan

secara berkelanjutan, yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan

lestari, khususnya dalam hal pengaturan hasil hutan yang didasarkan pada sediaan

tegakan dan kemampuan regenerasi dari hutan di areal tersebut.

c. Hasil Hutan Bukan Kayu

Mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar adalah petani (ladang)

yang diwariskan secara turun temurun dan bisa dinyatakan sebagai Keluarga

Pertanian. Kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat di sebagian wilayah seperti di

Datah Bilang Ulu yang memiliki areal pertanian/ladang cukup luas dan cukup

ekspansif sudah terintegrasi dengan ekonomi pasar dan berorientasi pada surplus.

Areal ladang pertanian menunjukkan mereka telah menanam berbagai komoditas

pertanian, antara lain: kakao, nenas, wijen, pisang dan sebagian dari mereka

bahkan ada yang lahannya konflik dengan masyarakat Sirau.

Page 45: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

30

Tabel 12 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Laham dan Long Hubung

Mata Pencaharian

Desa Lutan Danum Paroy Long

Gelawang Mamahak

Teboq Orang % Orang % Orang % Orang %

Bertani 204 94 110 80 108 88 305 80 Berdagang 7 3 5 4 2 2 19 5 Swasta 4 2 20 15 - - 38 10 Cari hasil hutan

- - - - 10 8 11 3

PNS 3 1 2 1 3 2 8 2 beternak - - - - - - - Jumlah 218 100 137 100 123 100 381 100

Sumber: Data primer dari Studi PRA WWF Indonesia, 2010

Sebagian besar masyarakat masih memiliki ketergantungan dengan

sumberdaya hutan dan sumberdaya alam. Pola perladangan (gilir balik) lahan

kering untuk memenuhi kebutuhan pokok (padi, buah-buahan, sayur mayur),

mencari ikan di sungai, mencari produk-produk non kayu seperti rotan dan gaharu

menunjukkan mereka masih sangat kuat keterikatannya terhadap hutan. Namun

sebagian masyarakat memperlakukan hutan sebagai tempat yang tidak secara

langsung menyediakan karbohidrat, protein, dan obat-obatan tradisional tetapi

sebagai sumber mata pencaharian yang dapat menghasilkan uang tunai.

Pohon tengkawang masih banyak di jumpai dilapangan dan dinyatakan

sebagai pohon yang dilindungi. Hasil minyak dari biji tengkawang digunakan

sebagai bahan kosmetik dan campuran makanan seperti untuk campuran coklat.

Tengkawang ini memiliki pola musim perbuahan yang cukup lama sekitar 3-7

tahun. Suku Dayak Kalimantan mempunyai kebiasaan dan sering mengumpulkan

biji tengkawang ini untuk dijual sebagai penghasilan mereka. Berdasarkan data

HCVF oleh PT. RATAH TIMBER beberapa jenis tumbuhan obat yang biasa

diambil oleh di areal perusahaan diantaranya adalah pasak bumi, urat bumi, akar

kuning, tapak barito, sarang semut, putik mambo, dan daun berubung. Pasak

bumi biasanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit demam dan sakit

pinggang. Akar kuning biasanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit

malaria, perut kembung dan liver. Sedangkan sarang semut biasanya digunakan

untuk menyembuhkan penyakit maag (lambung). Obat-obatan ini banyak

Page 46: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

31

dijumpai dan dimanfaatkan oleh masyarakat pada saat hutan baru dibuka pada

kegiatan penebangan.

Selain sebagai sumber protein, masyarakat juga memanfaatkan satwa liar

hasil buruan sebagai sumber pendapatan mereka. Seirng sekali mereka melakukan

perburuan liar seperti pemasangan jerat. Awalnya jerat diperuntukan untuk babi

namun beberapa jenis satwa lainnya ikut terjerat didalamnya seperti payau atau

ayam butan. Beberapa jenis satwa liar yang terdapat dan masih ditemui di

kawasan hutan PT. RATAH TIMBER, antara lain: babi hutan, rusa/payau, kijang,

ayam hutan, kancil, banteng, kera, landak, musang,owa, burung enggang, burung

merak, burung sempidan, burung pelatuk, beruang madu, kucing hutan, musang,

bajing, tupai, dan beberapa jenis satwa liar lain.1)

Berdasarkan identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di areal

konsesi PT. RATAH TIMBER, sebagian besar penduduk setempat takut ular,

sekalipun dengan yang berukuran kecil. Selain spesies phyton yang mereka

makan, penduduk setempat enggan untuk menangkap ular yang lain. Di antara

spesies kadal, hanya biawak (Varanus salvator) yang dikenal dan diburu oleh

penduduk setempat. Seluruh spesies kura-kura dimakan oleh penduduk setempat,

khususnya labi-labi (suku kura-kura yang berperisai lunak), yang berukuran besar,

sering ditangkap dengan menggunakan pancing berumpan. Empedu labi-labi

memiliki nilai yang sangat tinggi bagi masyarakat setempat karena reputasinya

sebagai obat-obatan yang berkhasiat.

Sementara buaya senyulong (Tomistoma schlegelii), hidup di sungai-sungai

di dalam dan sekitar areal konsesi PT. RATAH TIMBER. Saat ini buaya sangat

jarang ditemukan di wilayah ini, meskipun penduduk setempat menyatakan bahwa

buaya masih dapat di temukan di daerah hulu Sungai Dason, Sungai Ratah dan

Sungai Pariq. Sejumlah masyarakat mengungkapkan bahwa setidaknya ada satu

buaya berukuran besar masih hidup di sekitar muara Sungai Pariq dan Sungai

Dason.

Satwa cenderung berpindah ke tempat (migrasi) yang dirasa aman atau

tempat lain yang cukup menyediakan kebutuhan hidupnya. Sebagai contoh di

sungai batu sebelum dilakukan pemanenan secara besar-besaran dan merata,

masih sering di jumpai kawanan banteng (Bos javanicus) berendam dan minum di

1) Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di areal konsesi PT. RATAH TIMBER Tahun 2010

Page 47: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

32

sungai tersebut. Namun pada saat ini banteng sulit ditemukan dan bahkan tidak

dijumpai lagi di wilayah ini. Oleh karena itu perlu dilakukan inventarisai kawasan

yang dapat mendukung konservasi keanekaragaman jenis di seluruh kawasan

IUPHHK PT. RATAH TIMBER.

4.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi

a. Kependudukan

Menurut administrasi pemerintah, areal kerja IUPHHK PT. RATAH

TIMBER berada di kecamatan Long Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten

kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Kecamatan Long Hubung pada saat ini

terdiri atas 10 desa (2 Desa diantaranya merupakan hasil pemekaran), sedangkan

kecamatan Laham terdiri atas 5 desa (satu desa merupakan desa hasil pemekaran).

Dari ke-15 desa di kedua wilayah kecamatan tersebut, 11 desa di antaranya berada

di sekitar areal kerja IUPHHK PT. RATAH TIMBER, sebagai berikut:

Tabel 13 Desa yang berada di sekitar areal IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER

Kecamatan Long Hubung Kecamatan Laham

1. Desa Mamahak Teboq 1. Desa Muara Ratah

2. Desa Sirau 1) 2. Desa Long Gelawang

3. Desa Lutan 3. Desa Danum Paroy

4. Desa Datah Bilang Ilir 4. Desa Nyerubungan3)

5. Desa Datah Bilang Ulu Catatan: 1)merupakan hasil pemekaran Desa

Mamahak Teboq

2)merupakan hasil pemekaran Desa Datah Bilang Ilir dan Datah Bilang Ulu

3)merupakan hasil pemekaran dari Desa Danum Paroy

6. Desa Datah Bilang Baru2)

7. Desa Long Hubung

Sumber: RKUPHHK PT. RATAH TIMBER Tahun 2010

Desa Mamahak Teboq adalah desa terdekat dengan kegiatan (base camp)

IUPHHK PT. RATAH TIMBER. Di wilayah kecamatan LongHubung, suku

bangsa Dayak Bahau merupakan etnik terbesar, yang mendiami seluruh desa di

kecamatan tersebut selain itu mendiami Desa Datah Bilang Ilir, Datah Bilang Ulu,

dan Datah Bilang Tengah. Etnis terbesar yang mendiami kedua desa tersebut

adalah Suku Dayak Kenyah yang berasal dari Long Apun dan Long Boh di daerah

hulu Sungai Mahakam. Sedangkan di Kecamatan Laham, etnis terbesar yang

Page 48: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

33

mendiami desa-desa di wilayah tersebut terdiri dari suku Dayak Bahau (di Desa

Long Gelawang), Dayak Punan (Desa Muara Ratah dan Laham), serta suku

Bakumpai (di Desa Danum Paroy dan Nyerubungan).

Suku pendatang di 11 desa yang terdapat di dalam dan di sekitar areal kerja

IUPHHK PT. RATAH TIMBER terdiri dari suku Banjar (Kalimantan Selatan),

suku Jawa dan Sunda (Pulau Jawa), suku Madura, suku Makasar/Bugis (Sulawesi)

dan Cina. Para pendatang pada umumnya tinggal di daerah-daerah pusat

perdagangan atau bekerja di IUPHHK PT. RATAH TIMBER maupun perusahaan

sejenis di sekitar wilayah tersebut. Jumlah total penduduk di desa-desa yang

merupakan desa binaan PT. Ratah Timber sebanyak 8.588 orang dengan 2.072

kepala rumah tangga. Untuk mengetahui situasi kependudukan di masing-masing

desa kajian bisa dilihat pada Tabel 13.

Tabel 14 Jumlah kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER

No Desa Luas (Km2)

Penduduk (jiwa)

Keluarga (KK)

Kepadatan (jiwa/Km2) (jiwa/KK)

I KEC. LONG HUBUNG 1 MamahakTeboq 76,17 1.433 371 18,81 3,86 2 Sirau 42,84 * * * * 3 Lutan 137,32 861 203 5,47 4,24 4 Datah Bilang

Ilir 21,24 1,729 399 81,40 4,33

5 Datah Bilang Ulu

73,24 1,881 432 25,68 4,35

6 Datah Bilang Baru

15,38 * * * *

7 Long Hubung 27,46 1,320 328 48,07 4,02 Sub jumlah 393,65 7224 1733 179,43 20,8

II KEC. LAHAM 1 Muara Ratah 197,75 661 155 3,34 4,26 2 Long

Gelawang 137,32 499 132 3,63 3,78

3 Danum Paroy 45,77 204 52 4,46 3,92 4 Nyerubungan1) Sub jumlah 380,84 1364 339 11,43 11,96 Jumlah 774,49 8588 2072 190,86 32,76 Sumber: Kecamatan Long Hubung Dalam Angka Tahun 2010, Kecamatan Laham dalam Angka

Tahun 2010 Keterangan:* Desa-desa tersebut belum tercantum dalam data Kecamatan Long Hubung Dalam

Angka 2010 dan Kecamatan Laham Dalam Angka 2010

Page 49: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

34

Berdasarkan data pada Kecamatan Long Hubung dalam Angka dan Kutai

Barat dalam Angka terdapat komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Jumlah total penduduk laki-laki sebesar 4.601 orang dan jumlah total penduduk

perempuan sebesar 3.987 orang sehingga sex ratio adalah 951,78. Untuk

mengetahui komposisi kependudukan di masing-masing desa kajian berdasarkan

jenis kelamin bisa dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah timber

No Desa Laki-laki Perempuan Sex Ratio 1 Mamahak Teboq 752 681 110,43 2 Lutan 469 392 119,64 3 Datah Bilang Ilir 903 826 109,32 4 Datah Bilang Ulu 1.040 841 123,66 5 Long Hubung 694 626 110,86 6 Datah Bilang Baru * * * 7 Sirau * * * 8 Long Gelawang 271 228 118,86 9 Muara Ratah 351 310 113,23

10 Danum Paroy 121 83 145,78 11 Nyerubungan * * * Jumlah 4.601 3.987 951,78

Sumber: Kecamatan Long Hubung dalam Angka 2010 dan Kecamatan Laham dalam Angka 2010

Keterangan: * Desa-desa tersebut belum tercantum dalam data Kecamatan Long Hubung Dalam Angka 2010 dan Kecamatan Laham dalam Angka Tahun 2008

b. Kehidupan Sosial Ekonomi

Sebagaimana karakteristik sosial ekonomi masyarakat pedalaman di pulau

Kalimantan pada umumnya, masyarakat di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH

TIMBER sebagian besar (± 90%) mengggantungkan sumber kehidupan dari alam

di sekitarnya yang berupa sungai dan hutan. Pola berladang berpindah, usaha

mencari ikan serta mencari rotan merupakan bentuk ketergantungan masyarakat

terhadap alam sekitarnya. Masuknya beberapa perusahaan industri kayu

(IUPHHK) serta tenaga kerja pendatang mempengaruhi pola berpikir dan pola

hidup masyarakat Dayak lokal, dan mengakibatkan cukup banyak anggota

masyarakat yang menerjuni sektor mata pencaharian non pertanian seperti

berdagang, penyedia jasa angkutan atau bekerja di IUPHHK.

Kehidupan masyaraat ditandai dengan pola pemukiman yang mengelompok

atau pola desa (rural resetlement type) dan terpusat dalam kampung-kampung

Page 50: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

hunian yang berada di sekitar sungai Mahakam atau sungai Ratah. Komunikasi

antara daerah dilakukan antar air. Rumah

umumnya didirikan di tepi jalan yang sejajar dengan sung

tonggak setinggi 2 – 2,5 meter. Rumah

beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu meranti (

dan keruing (Dipterocarpus spp

Suku dayak membuat rumah dengan cara mengambil

kadang-kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK PT.

RATAH TIMBER. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih

dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya secara non

ulayat. Berdasarkan mata pencahariannya, masyarakat desa di dalam dan di

sekitar IUPHHK sebagian besar hidup dengan matapencaharian sebagian petani,

berdagang dan berusaha di bidang pertambangan emas tradisional. Berdasarkan

data yang terdapat dalam kecamatan Long Hubun

Laham Dalam Angka Tahun 2009, persentase keluarga di delapan desa di sekitar

areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER yang bermata pencaharian di bidang

pertanian mencapai 90%.

Usaha tani yang dilakukan penduduk setempat umumnya berupa ber

gilir balik yang merupakan kegiatan bertani secara turun temurun dari pengalaman

tani orang tua mereka terdahulu. Perladangan penduduk banyak ditemukan berada

di sisi kanan atau kiri sungai di sekitar daerah pemukiman dengan komoditas yang

ditanam seperti padi, jagung, ketela/singkong, sayuran dan tanaman perkebunan

(kakao, karet) serta tanaman buah.

Gambar 2 Diagram persentase jumlah keluarga pertanian

90

90%

hunian yang berada di sekitar sungai Mahakam atau sungai Ratah. Komunikasi

antara daerah dilakukan antar air. Rumah-rumah masyarakat desa tersebut

umumnya didirikan di tepi jalan yang sejajar dengan sungai, didirikan di atas

2,5 meter. Rumah-rumah mereka beratap sirap sebagian kecil

beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu meranti (

Dipterocarpus spp).

Suku dayak membuat rumah dengan cara mengambil kayu dari hutan atau

kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK PT.

RATAH TIMBER. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih

dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya secara non-formal adalah hak

arkan mata pencahariannya, masyarakat desa di dalam dan di

sekitar IUPHHK sebagian besar hidup dengan matapencaharian sebagian petani,

berdagang dan berusaha di bidang pertambangan emas tradisional. Berdasarkan

data yang terdapat dalam kecamatan Long Hubung Dalam Angka dan Kecamatan

Laham Dalam Angka Tahun 2009, persentase keluarga di delapan desa di sekitar

areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER yang bermata pencaharian di bidang

pertanian mencapai 90%.

Usaha tani yang dilakukan penduduk setempat umumnya berupa ber

gilir balik yang merupakan kegiatan bertani secara turun temurun dari pengalaman

tani orang tua mereka terdahulu. Perladangan penduduk banyak ditemukan berada

di sisi kanan atau kiri sungai di sekitar daerah pemukiman dengan komoditas yang

eperti padi, jagung, ketela/singkong, sayuran dan tanaman perkebunan

(kakao, karet) serta tanaman buah.

Diagram persentase jumlah keluarga pertanian di sekitar areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER.

92%

94%

75%91%75%

90%

70%

Mamahak

Teboq

Lutan

Datah Bilang

Ilir

35

hunian yang berada di sekitar sungai Mahakam atau sungai Ratah. Komunikasi

rumah masyarakat desa tersebut

ai, didirikan di atas

rumah mereka beratap sirap sebagian kecil

beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu meranti (shorea spp)

kayu dari hutan atau

kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK PT.

RATAH TIMBER. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih

formal adalah hak

arkan mata pencahariannya, masyarakat desa di dalam dan di

sekitar IUPHHK sebagian besar hidup dengan matapencaharian sebagian petani,

berdagang dan berusaha di bidang pertambangan emas tradisional. Berdasarkan

g Dalam Angka dan Kecamatan

Laham Dalam Angka Tahun 2009, persentase keluarga di delapan desa di sekitar

areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER yang bermata pencaharian di bidang

Usaha tani yang dilakukan penduduk setempat umumnya berupa berladang

gilir balik yang merupakan kegiatan bertani secara turun temurun dari pengalaman

tani orang tua mereka terdahulu. Perladangan penduduk banyak ditemukan berada

di sisi kanan atau kiri sungai di sekitar daerah pemukiman dengan komoditas yang

eperti padi, jagung, ketela/singkong, sayuran dan tanaman perkebunan

di sekitar areal

Datah Bilang

Page 51: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

36

c. Sarana Pendidikan

Fasilitas pendidikan masyarakat di delapan desa di sekitar areal IUPHHK

PT. RATAH TIMBER relatif masih terbatas.

Tabel 16 Jumlah sarana pendidikan di sekitar areal PT. RATAH TIMBER

No

Desa

SD SMP SMA (unit) (unit) (unit)

1 Mamahak Teboq 1 1 - 2 Lutan 1 - - 3 Datah Bilang Ilir 1 1 - 4 Datah Bilang Ulu 1 2 2 5 Long Hubung 1 1 1 6 Muara Ratah 1 - - 7 Long Gelawang 1 - - 8 Danum Paroy 1 - -

Jumlah 8 5 3 Sumber: Kecamatan Long Hubung Dalam Angka Taun 2009, Kecamatan Laham Dalam Angka

Tahun 2009

Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), terdapat di semua desa, sedangkan untuk

tingkat SD dan SMA, belum di semua desa terdapat sarana tersebut. Untuk

melanjutkan sekolah ke tingkat SMP dan SMA, anak didik harus bersekolah ke

desa terdekat atau ke ibukota kecamatan, ibukota kabupaten ataupun ibukota

Provinsi Kalimantan Timur (Samarinda).

d. Masalah tenurial dalam kaitannya dalam kaitannya dengan kegiatan IUPHHK

Pemilikan tanah ulayat sering kali menimbulkan konflik, khususnya antara

masyarakat adat dengan perusahaan IUPHHK. Bagi masyarakat, tanah

garapan/ladang/pemukiman mereka pandang sebagai tanah ulayat, namun secara

administrrasi berada dalam areal IUPHHK. Selain itu, penduduk juga mempunyai

kebun rotan dan buah-buahan. Pemilikan kebun lebih jelas dibanding dengan

pemilikan ladang karena sistem perladangan adalah pola perladangan tidak

menetap.

Dalam melaksanakan kegiatan pengusahaan hutan, IUPHHK PT. RATAH

TIMBER tetap mengakui hak-hak perladangan mereka. Di samping hak-hak

perladangan, perusahaan juga mengakui hak-hak masyarakat untuk memungut

hasil hutan ikutan, antara lain: rotan, getah jelutung, tengkawang, durian dan

berburu berbagai jenis binatang yang tidak dilindungi undang-undang seperti babi.

Page 52: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

37

Meskipun data secara pasti tentang jumlah perambahan hutan tidak tercatat,

tetapi kegiatan ini sangat dirasakan akibatnya oleh perusahaan, berupa

berkurangnya areal yang dapat diproduksi terutama pada lokasi yang berdekatan

dengan Sungai Ratah dan anak sungainya. Untuk mengendalikan perambahan

hutan yang dilakukan masyarakat, PT. RATAH TIMBER telah merencanakan

untuk melakukan pemetaan partisipatif, didahului dengan kegiatan pengkajian

Desa Secara Partisipatif atau Participatory Rural Appraisal (PRA).

4.3 Gambaran Umum Desa Penelitian

1. Desa Mamahak Teboq

a. Posisi Desa

Mamahak Teboq adalah salah satu desa yang terletak di dalam Kecamatan

Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dan berada di

dalam kawasan konsesi perusahaan perkayuan PT. RATAH TIMBER. Desa

Mamahak Teboq juga merupakan salah satu desa binaan dari 11 desa binaan PT.

RATAH TIMBER. Desa Mamahak Teboq berbatasan dengan desa-desa yang ada

di sekitar kawasan PT. RATAH TIMBER yaitu di sebelah Utara berbatasan

dengan Desa Sirau, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ujoh Halang, di

sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kelian, dan di sebelah barat berbatasan

dengan arah batas Provinsi Kalimantan Tengah.

b. Topografi desa

Wilayah Desa Mamahak Teboq sebagian besar bergelombang sampai

berbukit dengan kelerengan landai samapai curam.

c. Jumlah penduduk

Berdasarkan data dari Kepala Desa Mamahak Teboq, jumlah penduduk

yang berdomisili di desa Mamahak Teboq adalah 371 kepala keluarga dengan

rincian 752 laki-laki dan 681 perempuan atau berjumlah 1.433 jiwa penduduk

dengan kepadatan penduduk 18.81 jiwa/km2.

d. Penyebaran penduduk

Pola penyebaran penduduk desa Mamahak Teboq mengikuti daerah aliran

sungai Mahakam. Mereka bermukim di sisi tepi sungai hingga ke darat.

Page 53: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

38

e. Mata pencaharian penduduk

Mata pencaharian desa Mamahak Teboq sebagian besar berladang atau

bertani sekitar 80% dan selebihnya memanfaatkan hasil hutan kayu 3%, buruh

swasta 10%, pedagang 5% dan Pegawai Negeri Sipil 2%.

f. Keragaman penduduk

Penduduk desa Mamahak Teboq bersifat heterogen dan didominasi oleh

suku Dayak Bahau Umaq (Bahau Busang) sebesar 90% yang merupakan

penghuni pertama di desa ini, selain itu sudah ada sebagian penduduk pendatang

seiring beroperasinya perusahaan perkayuan di sekitar kampung diantaranya suku

Jawa 2%, dan suku lainnya sekitar 8%. Sebagian besar penduduk desa Mamahak

Teboq bergama Kristen 9 % dan beragama Islam 10%.

g. Pendidikan

Pendidikan masyarakat desa Mamahak Teboq relatif baik, hal ini ditunjang

dengan tersedianya sarana belajar yang tersedia di desa seperti taman kanak-kanak

(TK), sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah pertama (SMP). Sementara

untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi anak didik bersekolah di luar desa

Mamahak Teboq yaitu di daerah Kabupaten. Penduduk desa Mamahak Teboq

95% bisa membaca dan 5% saja yang belum bisa membaca dan menulis yang

didominasi oleh orang tua dan lanjut usia.

h. Sarana perhubungan/transportasi

Sarana transportasi menuju desa Mamahk Teboq dilalui dengan transportasi

darat dan atau transportasi sungai. Meski transportasi darat sudah ada, masyarakat

desa Mamahak Teboq lebih memilih menggunakan transportasi melalui sungai

baik berupa kapal maupun perahu bermotor (ces). Hal ini karena biaya yang

dikeluarkan lebih murah dibanding dengan menggunkan transportasi darat.

2. Desa Lutan

a. Posisi Desa

Sama halnya seperti desa Mamahak Teboq, desa Lutan juga merupakan

salah satu desa binaan dari 11 desa binaan PT. RATAH TIMBER. Posisi batas

desa Lutan adalah di sebelah utara berbatasan dengan Desa Matalibaq, di sebelah

Selatan berbatasan dengan Desa Sirau, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa

Datah Bilang, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tukul.

Page 54: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

39

b. Topografi desa

Desa Lutan masuk ke dalam kecamatan Long Hubung Kabupaten Kutai

Barat yang sebgain besar dengan topografi bergelombang sampai berbukit dengan

kelerengan landai sampai curam.

c. Jumlah penduduk

Berdasarkan data dari kantor desa Lutan, penduduk desa Lutan berjumlah

203 Kepala Keluarga yang terdiri dari 469orang laki-laki dan 392orang

perempuan sehingga total penduduk di desa Lutan adalah 861 jiwa penduduk

dengan kepadatan penduduk 627 jiwa/km2.

d. Penyebaran penduduk

Pola penyebaran penduduk Desa Lutan Kecamatan Long Hubung mengikuti

daerah aliran Sungai Mahakam dan Sungai Ratah. Pemukiman penduduk berada

di sisi tepi sungai hingga ke daratan.

e. Mata pencaharian penduduk

Dari 219 rumah tangga di Desa Lutan Kecamatan Long Hubung sebesar

92% mata pencaharian berladang atau bertani lahan kering, selebihnya pedagang

4%, Pegawai Negeri Sipil 1%, beternak 1%, dan buruh swasta 2%.

f. Keragaman penduduk

Penduduk Desa Lutan bersifat heterogen dan didominasi oleh suku Dayak

Bahau Umaq (Bahau Busang) sebesar 95% yang merupakan penghuni pertama di

desa ini, selain itu sudah ada sebagian penduduk pendatang seiring beroperasinya

perusahaan perkayuan di sekitar kampung diantaranya suku Kutai 2%, suku

Banjar 2%, dan suku Jawa 1%. Sebagian besar penduduk desa Mamahak Teboq

bergama Kristen 50% dan beragama Islam 50%.

g. Pendidikan

Pendidikan masyarakat desa Mamahak Teboq relatif baik, hal ini ditunjang

dengan tersedianya sarana belajar yang tersedia di desa seperti taman kanak-kanak

(TK), sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah pertama (SMP). Sementara

untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi anak didik bersekolah di luar Desa

Mamahak Teboq, di daerah Kabupaten Kutai Barat ataupun ibukota Provinsi

Kalimantan Timur, Samarinda. Penduduk Desa Lutan 85% bisa membaca dan

Page 55: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

40

15% yang belum bisa membaca dan menulis yang didominasi oleh orang tua dan

lanjut usia.

h. Sarana perhubungan/transportasi

Sarana transportasi menuju Desa Mamahk Teboq dilalui dengan transportasi

sungai. Namun demikian, transportasi darat yang merupakan penghubung antara

desa di Pemerintahan Kabupaten Kutai Barat sedang berlangsung. Masyarakat

Desa Mamahak Teboq lebih memilih menggunakan transportasi melalui sungai

baik berupa kapal maupun perahu bermotor (ces). Hal ini karena biaya yang

dikeluarkan lebih murah dibanding dengan menggunkan transportasi darat.

Page 56: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

41

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Reponden

Responden yang dipilih berasal dari dua desa yaitu Desa Mamahak Teboq

dan Desa Lutan yang berada di sekitar wilayah kerja PT. RATAH TIMBER.

Jumlah responden yang diambil adalah 60 responden yang terdiri dari 30

responden dari Desa Mamahak Teboq dan 30 responden dari Desa Lutan.

Responden yang dipilih adalah masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan bukan

kayu.

Akses menuju Desa Mamahak Teboq ditempuh hanya dengan berjalan kaki

karena desa tersebut sangat dekat dan berada di sekitar basecamp PT. RATAH

TIMBER sedangkan untuk menuju Desa Lutan harus menggunakan perahu mesin

(cess) atau melalui darat (mobil, motor) karena jaraknya cukup jauh dari

basecamp.

Hasil penelitian mengkaji karakteristik responden yang meliputi komposisi

umur berdasarkan angkatan kerja, pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata

pencaharian utama dan sampingan, jarak tempat tinggal dari hutan, jenis

penggunaan lahan, luas kepemilikan lahan, suku, dan agama responden.

1. Komposisi umur

Distribusi umur responden berdasarkan kelas umur angkatan kerja dapat

dilihat pada Tabel 17. Hasil penelitian menunjukkan komposisi umur responden

dengan persentase terbesar di Desa Mamahak Teboq maupun di Desa Lutan

tergolong kedalam umur produktif masing-masing pada interval umur 35-39; 40-

44 tahun, 45-49 tahun, 50-54 Tahun, dan 55-60 Tahun.

Page 57: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

42

Tabel 17 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

Umur Desa Mamahak

Teboq Desa Lutan

N % N % 15 – 19 0 0,0 0 0,0 20 – 24 2 6,7 1 3,3 25 – 29 2 6,7 1 3,3 30 – 34 2 6,7 4 13,3 35 – 39 5 16,7 5 16,7 40 – 44 5 16,7 5 16,7 45 – 49 2 6,7 6 20,0 50 – 54 4 13,3 2 6,7 55 – 59 2 6,7 3 10,0 ≥ 60 6 20 3 10,0

30 100,0 30 100,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Berdasarkan indikator BPS, angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun

ke atas yang bekerja atau sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari

pekerjaan. Masing-masing persentase responden yang tergolong kedalam umur

produktif (15-59 tahun) angkatan kerja adalah 80% pada Desa Mamahak Teboq

dan 90% pada Desa Lutan. Sementara itu, terdapat juga umur responden yang

tergolong kedalam umur non produktif tua ( ≥ 60 tahun). Persentase responden

yang tergolong kedalam umur non produktif tua di ke dua desa adalah 20% Desa

Mamahak Teboq dan 10% Desa Lutan.

Komposisi responden menurut kelas umur angkatan kerja tersebut

menunjukkan bahwa rata-rata responden yang memanfaatkan sumber daya hutan

merupakan angkatan kerja yang tergolong optimum dan produktif dalam mencari

nafkah hidup bagi keluarganya. Umur mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam mengambil hasil hutan karena kemampuan kerja produktif akan rendah jika

semakin lanjutnya usia seseorang.

2. Distribusi tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang terdata dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan terakhir responden yang memanfaatkan hasil hutan. Distribusi

responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Mamahak Teboq dan Desa

Lutan disajikan pada Tabel 18.

Page 58: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

43

Tabel 18 Persentase responden menurut tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Desa Mamahak Teboq Desa Lutan Rata-rata

N % N % N % Tidak Lulus SD 4 13,3 1 3,3 2,5 8,3 Lulus SD/SR 7 23,3 11 36,7 9 30,0 Lulus SMP 7 23,3 8 26,7 7,5 25,0 Lulus SMA/SLTA sjdt 12 40,0 9 30,0 10,5 35,0 PT 0 0,0 1 3,3 0,5 1,7

30 100,0 30 100,0 30 100,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Dari hasil penelitian rata-rata persentase tertinggi tingkat pendidikan

responden di kedua desa adalah berada pada tingkat SMA/SLTA/SMK/SMEA

yaitu sebesar 35% sedangkan persentase tingkat pendidikan terendah berada pada

tingkat PT yaitu 1,7%. Responden yang tidak lulus SD di dua desa tersebut

sebesar 8,3%, tingkat pendidikan SD/SR dengan persentase 30% dan tingkat

pendidikan SMP sebesar 25%.

Guhardja et al. (1992) dalam Nani Sufiani et al. (2009) menyatakan

bahwa orang yang berpendidikan tinggi biasanya identik dengan orang yang

memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan dan tingkat

kesejahteraan adalah dua aspek yang saling mempengaruhi. Tingkat pendidikan

akan menentukan kemampuan sebuah keluarga untuk mengakses kebutuhan

hidupnya. Rumah tangga yang dikepalai oleh seseorang dengan tingkat

pendidikan rendah cenderung lebih miskin dibandingkan dengan rumah tangga

yang dikepalai oleh mereka yang lebih berpendidikan.

Tingkat pendidikan adalah salah satu aspek yang dapat menilai dan

menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi juga status sosialnya di dalam

lingkungan masyarakat. Ada kecenderungan juga bahwa masyarakat yang

memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memperoleh upah dan gaji yang

relatif tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Tingkat

pendidikan responden memperlihatkan pergeseran ke arah yang lebih baik karena

kecenderungan mereka untuk melanjutkan ke tingkat SMP (25%), SMA (35%)

bahkan ada yang ke tingkat PT (1,7%).

Page 59: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

44

3. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga yang dimaksud adalah banyaknya anggota yang

terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan anggota keluarga lain yang hidup dari

pengelolaan sumber daya yang sama. Distribusi responden berdasarkan jumlah

anggota keluarga di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan disajikan pada Tabel

19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase anggota keluarga terbesar di

Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan adalah 70% dengan jumlah 2-4 orang

anggota keluarga yang termasuk dalam rumah tangga kecil. Selain itu, terdapat

jumlah anggota keluarga antara 5-7 orang yang termasuk rumah tangga sedang

sebesar 18,3% dan rumah tangga besar lebih besar dari 7 orang anggota keluarga

adalah 11,7%.

Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

No Desa

Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah Kecil Sedang Besar

(2-4) (5-7) (>7) N % N % N % N %

1 Mamahak 24 80 5 16,7 1 3,3 30 100,0 Teboq

2 Lutan 18 60 6 20,0 6 20,0 30 100,0 Jumlah 42 11 7 60 Rata-rata 70,0 18,3 11,7 100,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Data tersebut menunjukkan bahwa setiap keluarga yang memiliki 2 orang

anak (2-4orang) telah sesuai dengan program pemerintah dalam rangka

pengendalian jumlah penduduk. Responden yang memiliki jumlah anggota

keluarga dengan kategori kecil (2-4orang), sedang (5-7orang) maupun besar

(>7orang) mencerminkan semakin besar dan atau semakin kecilnya jumlah

anggota keluarga mempengaruhi jumlah konsumsi rumah tangga yang harus

dipenuhi dan menuntut kepala keluarga untuk menghasilkan pendapatan yang

sesuai dengan kebutuhannya. Jika pekerjaan utamanya memanfaatkan sumber

daya hutan, maka responden yang memiliki jumlah anggota rumah tangga besar

dituntut untuk menghasilkan sumber daya hutan yang dimanfaatkan tersebut lebih

besar dibanding dengan responden yang memiliki jumlah anggota keluarga yang

lebih kecil.

Page 60: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

45

Tenge (1989) dalam Nani Sufiani et al. (2009) menyatakan bahwa besarnya

jumlah anggota rumah tangga dapat menjadi potensi tenaga kerja untuk

menambah penghasilan keluarga sehingga kebutuhan minimum dapat terpenuhi.

Namun, disamping mampu menambah penghasilan keluarga jumlah anggota

keluarga juga mepengaruhi jumlah pengeluaran rumah tangga. Semakin besar

jumlah anggota keluarga maka pengeluaran baik kuantitas dan kualitas terhadap

pangan akan semakin meningkat.

4. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Distribusi responden menurut pekerjaan utama dan sampingan disajikan

dalam Tabel 20.

Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan

No Pekerjaan Desa Mamahak

Teboq Desa Lutan Jumlah

Rata-rata

N % N % N % Pekerjaan utama

1 Petani 11 36,7 19 63,3 30 50,0 2 Guru 0 0,0 4 13,3 4 6,7 3 Pedagang 4 13,3 1 3,3 5 8,3 4 Kontraktor 0 0,0 1 3,3 1 1,7 5 Pengurus BPK 0 0,0 3 10,0 3 5,0 6 PNS 0 0,0 1 3,3 1 1,7 7 Karyawan 12 40,0 0 0,0 12 20,0 8 Pengurus adat 1 3,3 1 3,3 2 3,3 9 Pemburu 2 6,7 0 0,0 2 3,3

Pekerjaan sampingan 1 Pedagang 0 0,0 5 16,7 5 8,3 2 Pemburu 18 60,0 8 26,7 26 43,3 3 Petani 3 10,0 3 10,0 6 10,0 4 Pengrajin 0 0,0 1 3,3 1 1,7 5 Pandai besi 1 3,3 0 0,0 1 1,7 6 Tukang 3 10,0 0 0,0 3 5,0 7 Penores Karet 0 0,0 5 16,7 5 8,3 8 Pemungut rotan 1 3,3 1 3,3 2 3,3 9 Peternak 1 3,3 0 0,0 1 1,7

10 Nelayan 1 3,3 1 3,3 2 3,3 11 Tidak ada 2 6,7 4 13,3 6 10,0 12 Lain-lain 0 0,0 2 6,7 2 3,3

Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Page 61: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

46

Dari hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 20 tersebut menunjukkan

bahwa responden dari Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan memiliki pekerjaan

utama sebagai petani sebesar 50%. Dari total responden, 30 responden

diantaranya memiliki pekerjaan utama sebagai petani baik sebagai petani sawah,

petani lahan kering terutama ladang berpindah, petani kebun dengan jenis

tanaman keras (sengon dan meranti), petani kebun karet dan rotan, petani

palawija, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa sumber mata pencaharian

responden masih bergantung pada pertanian. Selain menjadi petani, pekerjaan

utama rata-rata responden di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan adalah Guru

(6,7%), sebagai pedagang kecil-kecilan dengan membuka warung di rumah

(8,3%), kontraktor (1,7%), sebagai pengurus BPK (5%), PNS (1,7%), Karyawan

(20%), pengurus adat (3,3%), dan pemburu satwa liar (3,3%).

Sementara itu responden Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan

memiliki pekerjaan sampingan dengan persentase terbesar yaitu berburu hewan

liar sebesar 43,3 %. Selain berburu hewan liar, responden di dua desa tersebut

rata-rata memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang kecil-kecilan, yaitu:

membuka warung di rumah (8,3%), petani (10%), pengrajin rotan (1,7%), pandai

besi (1,7%), tukang (5%), penores karet (8,3%), pemungut rotan (3,3%), peternak

(1,7%), nelayan (3,3%), lain-lain (3,3%) dan selainnya tidak memiliki pekerjaan

sampingan (10%).

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa 50% responden memiliki jenis

pekerjaan utama ataupun pekerjaan sampingan yang sangat bervariasi. Hal ini

menjelaskan bahwa alternatif sumber mata pencaharian di dua desa tersebut tidak

terfokus hanya pada pertanian saja tapi sudah terdapat alternatif pekerjaan lain

yang bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Susilowati et al. (2002) dalam Nani Sufiani et al. (2009) menyebutkan

bahwa secara umum rata-rata rumah tangga yang tinggal di pedesaan tidak

tergantung pada satu sumber mata pencaharian. Hal-hal yang membuat

diversifikasi kegiatan untuk memperoleh pendapatan adalah karena dengan satu

sumber pendapatan rumah tangga tersebut tidak dapat memenuhi semua

kebutuhan yang diperlukan, mengurangi resiko kegagalan yang apabila salah satu

sumber pendapatan tidak berhasil masih ada sumber pendapatan lain yang dapat

Page 62: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

47

diharapkan. Oleh karena alasan tersebut mereka berusaha mendapatkan

pendapatan selain dari pekerjaan utama merka dengan memiliki pekerjaan

sampingan.

5. Jarak tempat tinggal dari kawasan hutan

Distribusi responden berdasarkan jarak tempat tinggal dari kawasan hutan

dari tempat tinggal tercantum pada Tabel 21.

Tabel 21 Distribusi responden berdasarkan jarak tempat tinggal dari hutan

No Desa

Jarak tempat tinggal Jumlah Dekat Sedang Jauh

(≤ 1 km) (>1-2 km) (>2 km) N % N % N % N %

1 Mamahak 2 6,7 21 70,0 7 23,3 30 100,0 Teboq

2 Lutan 4 13,3 4 13,3 22 73,3 30 100,0 Jumlah 6 25 29 60 Rata-rata 10,0 41,7 48,3 200,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Dari Tabel 21 yang telah disajikan, menunjukkan bahwa jarak tempat

tinggal responden di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan dari hutan yang

dimanfaatkan mereka tergolong dekat (≤ 1 km) yaitu sebesar 10%, tergolong

sedang (> 1-2 km) sebesar 41,7%, dan tergolong jauh (> 2 km) sebesar 48,3%.

Data tersebut menunjukkan bahwa jarak tempat tinggal responden yang paling

banyak tergolong jauh yaitu sebesar 48,3%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk

memanfaatkan hasil hutan, masyarakat menempuh jarak yang cukup jauh dan

membutuhkan transportasi atau mereka harus menempuh perjalanan menuju

lokasi pemanfaatan dengan berjalan kaki.

6. Jenis penggunaan lahan

Tabel 22 menunjukkan distribusi responden di Desa Mamahak Teboq dan

Desa Lutan menurut kategori jenis penggunaan lahan.

Page 63: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

48

Tabel 22 Persentase penggunaan lahan berdasarkan jenis lahan

No. Jenis Desa Mamahak Teboq Desa Lutan lahan N % N %

1 Sawah 1 3,3 2 6,7 2 Ladang 25 83,3 25 83,3 3 Kebun 24 80,0 26 86,7 4 Pekarangan 7 23,3 24 80,0 5 Belukar 14 46,7 15 50,0 6 Tanah kosong 12 40,0 8 26,7

Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Kepemilikan lahan berupa kebun dan pekarang berada pada persentase

paling besar penggunaannya oleh responden. Sebanyak 80% responden di Desa

Mamahak Teboq dan 86,7% responden di Desa Lutan menguasai mengelola lahan

berupa kebun yang ditanami dengan tumbuhan keras maupun palawija.

Sedangkan kepemilikan ladang adalah 83,3% di Desa Mamahak Teboq maupun di

Desa Lutan yang ditanami dengan padi. Persentase kepemilikan sawah berada

pada urutan paling rendah yaitu di Desa Mamahak Teboq adalah 3,3% sedangkan

di Desa Lutan sebesar 6,7%. Responden lebih memilih menanam padi di ladang

kering dari pada sawah karena rata-rata masyarakat di desa tersebut masih

menerapkan pertanian ladang kering dan tidak menggunakan sistem intensifikasi

pertanian. Selain itu pertanian mereka lakukan dengan berladang berpindah.

7. Luas pemilikan lahan

Distribusi responden berdasarkan luas pemilikan lahan di Desa Mamahak

Teboq dan Desa Lutan disajikan pada Tabel 23. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa luas pemilikan lahan responden di dua desa tersebut di bawah termasuk

dalam kategori pemilikan lahan sempit (≤ 1 ha), kategori sedang (2-4 ha), dan

kategori luas (> 4 ha).

Page 64: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

49

Tabel 23 Distribusi responden berdasarkan luas kepemilikan lahan

Luas pemilikan Mamahak Teboq Lutan Total responden lahan (ha) N % N % N % Sempit (≤ 1) 3 10,0 3 10,0 6 10,0 Sedang (2 − 4) 8 26,7 8 26,7 16 26,7 Luas (> 4) 19 63,3 19 63,3 38 63,3

30 100,0 30 100,0 60 100,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Berdasarkan kepemilikan lahan responden masyarakat desa sekitar kawasan

hutan yang termasuk kedalam kategori luas (> 4 ha), kategori sedang (2-4 ha), dan

kategori sempit (≤ 1 ha) di Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan memiliki

persentase yang sama yaitu berturut-turut sebesar 63,3%, 26,7%, dan 10%.

Menurut Sajogyo (1984) dalam Nani Sufiani et al. (2009) bahwa semakin

luas usaha tani maka akan semakin besar penghasilan rumah tangga pertanian.

Penghasilan yang rendah memaksa petani untuk bekerja mencari tambahan

pendapatan rumah tangga dari sektor di luar pertanian. Rata-rata pemilikan lahan

responden dengan kategori luas karena mereka menerapkan sistem ladang

berpindah dalam mengelola lahannya. Setelah tanaman yang ditanam di ladang

sudah mereka panen, bekas ladang tersebut ada yang ditinggal begitu saja hingga

menjadi belukar. Namun beberapa saat setelah ditinggal akan ditanam dengan

tanaman seperti karet dan sengon. Lahan tersebut ditanami dengan jenis-jenis

tanaman seperti yang disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24 Persentase responden berdasarkan jenis tanaman

Jenis tanaman Desa Mamahak

Teboq Desa Lutan Rata-rata

N % N % N % Padi 25 83,3 22 73,7 47 78,3 Buah-buahan 12 40,0 7 23,3 19 31,7 Sayur-sayuran 3 10,0 3 10,0 6 10,0 Rotan 1 3,3 2 6,7 3 5,0 Coklat 8 26,7 2 6,7 10 16,7 Karet 17 56,7 23 76,7 40 66,7 Sengon 10 33,3 16 53,3 26 43,3 Kayu kapur 0 0,0 1 3,3 1 1,7 Meranti 1 3,3 0 0,0 1 1,7 Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Page 65: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

50

Sebanyak 83,3% responden menanami lahannya dengan jenis tanaman padi.

Luas lahan yang ditanami padi di ladang kering adalah 0,5 – 5 Ha sedangkan luas

lahan yang ditanami padi di sawah adalah antara 0,2-1 Ha. Berdasarkan hasil

wawancara pada setiap responden tanaman padi dengan luas 1 ha, petani dapat

menghasilkan maksimal sebanyak 100 kaleng padi. Namun hanya sebagian petani

yang beruntung yang mendapat hasil panen sebanyak 100 kaleng, karena sebagian

besar responden menghasilkan padi kurang dari 100 kaleng bahkan tidak lebih

dari setengahnya. Hal ini terjadi karena tahun ini mereka gagal panen. Menurut

mereka, gagal panen tahun ini disebabkan hama padi seperti monyet yang banyak

menghabiskan hasil panen mereka dan musim yang tidak menentu.

8. Pemanfaatan areal hutan dalam kegiatan usaha tani

Distribusi responden berdasarkan status pemanfaatan areal hutan dalam

kegiatan usaha tani disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25 Distribusi responden berdasarkan pemanfaatan areal hutan dalam kegiatan usaha tani

No Desa

Asal-usul lahan (Ha) Membuka

lahan hutan Warisan keluarga Tanah adat Membeli Menyewa

N % N % N % N % N % 1 Mamahak 15 50 16 53,3 3 10,0 3 10 0,0 0

Teboq 2 Lutan 15 50 14 46,7 1 3,3 0 0 0,0 0

Jumlah 30 30 14 3 0 Rata-rata 50 50 23,33 10 0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Responden memiliki lahan tidak hanya dari satu sumber saja. Hampir semua

responden memiliki lahan yang berasal dari membuka lahan, warisan, dan

membeli dari orang lain. Asal-usul pemanfaatan lahan di Desa Mamahak Teboq

didominasi dari warisan keluarga 53,3%, diikuti dengan membuka lahan hutan

sebesar 50%, dari tanah adat 10%, dan membeli sebesar 10%. Sedangkan di Desa

Lutan, asal-usul kepemilikan lahan didominasi dengan membuka lahan hutan

sebesar 50% diikuti dari warisan keluarga 46,7%, dan dari tanah adat sebesar

3,3%.

Page 66: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

51

Status penggunaan lahan di Desa Mamahak Teboq yang umumnya dengan

sifat ladang berpindah masih sangat tinggi. Sedangkan, usaha tani yang dilakukan

oleh penduduk Desa Lutan umumnya berupa berladang gilir-balik yang

merupakan kegiatan bertani secara turun temurun dari pengalaman tani orang tua

mereka terdahulu.

5.2 Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu

Hasil hutan bukan kayu adalah segala bentuk produk yang dihasilkan dari

ekstraksi dan pemanfaatan sumber daya hutan, baik yang bersumber dari

tumbuhan (selain produk kayu) dan hewan serta jasa hutan (FAO 1995). HHBK

dapat dimanfaatkan berupa produk primer maupun produk antara yang memiliki

fungsi khusus dan sangat beragam baik jenis, bentuk dan jumlahnya sehingga

mampu mengangkat keberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan.

Pemanfaatan hutan oleh masyarakat mencakup berbagai aspek kehidupan

dapat berupa ketergantungan ekonomi, kawasan buru untuk kebutuhan protein,

areal perladangan, bahan bangunan, dan fungsi lain yang berhubungan dengan

hasil hutan.

Jenis hasil hutan bukan kayu yang banyak dimanfaatkan responden Desa

Mamahak Teboq didominasi oleh pemanfaatan satwa liar, antara lain: babi hutan,

rusa, kijang, kancil, ayam hutan, landak, monyet dan ada juga yang memanfaatkan

rotan (memungut dari hutan maupun budidaya), getah karet yang dibudidayakan,

madu lebah, tumbuhan obat, dan buah-buahan. Sedangkan HHBK yang banyak

dimanfaatkan oleh responden Desa Lutan juga didominasi oleh satwa liar, anatara

lain: babi hutan, rusa, kijang, dan kancil serta getah karet budidaya, rotan,

tumbuhan obat, madu, daun kajang, daun biru, dan buah-buahan.

Berdasarkan hasil wawancara, jenis HHBK yang dimanfaatkan oleh Desa

Mamahak Teboq dan Desa Lutan disajikan pada Tabel 26.

Page 67: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

52

Tabel 26 Persentase hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh responden

No. Jenis Sumber daya hutan

Desa Mamahak Teboq Desa Lutan Total

responden Rata-rata

N % N % N % 1 Rotan 16 53,3 15 50,0 31 51,7 2 Karet 1 3,3 8 26,7 9 15,0 3 Daun biru 0 0,0 4 13,3 4 6,7 4 Daun kajang 0 0,0 2 6,7 2 3,3 5 Madu 2 6,7 1 3,3 3 5,0 6 Babi hutan 14 46,7 8 26,7 22 36,7 7 Rusa 14 46,7 7 23,3 21 35,0 8 Kijang 10 33,3 1 3,3 11 18,3 9 Kancil 5 16,7 2 6,7 7 11,7

10 Landak 1 3,3 0 0,0 1 1,7 11 Ayam hutan 2 6,7 0 0,0 2 3,3 12 Monyet 2 6,7 0 0,0 2 3,3

Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Dari hasil penelitian yang disajikan tersebut, jenis hasil hutan bukan kayu

yang paling banyak dimanfaatkan oleh responden Desa Mamahak Teboq maupun

Desa Lutan adalah rotan. Responden di Desa Mamahak Teboq memanfaatkan

rotan sebesar 53,3%, getah karet 3,3%, madu beruang 6,7%, babi hutan 46,7%,

rusa 46,7%, kijang 33,3%, kancil 16,7%, landak 3,3%, ayam hutan 6,7%, dan

monyet sebesar 6,7%. Sedangkan responden Desa Lutan memanfaatkan rotan

sebesar 50%, getah karet 26,7%, madu beruang 3,3%, daun biru 13,3%, daun

kajang 6,7%, babi hutan 26,7%, rusa 23,3%,kijang sebesar 3,3%, dan kancil

sebesar 6,7%.

Meskipun persentase pemanfaatan rotan berada pada posisi paling tinggi,

responden banyak memanfaatkan rotan tersebut hanya untuk kebutuhan rumah

tangga saja (konsumsi). Selain rotan, hasil hutan bukan kayu lainnya juga

dimanfaatkan oleh responden dengan tujuan konsumtif ataupun untuk dijual

(produktif).

Berdasarkan wawancara, berikut disajikan tabel tujuan pemanfaatan hasil

hutan bukan kayu oleh responden di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan.

Page 68: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

53

Tabel 27 Persentase responden berdasarkan tujuan pemanfaatan Sumber daya hutan

No Jenis Sumber Desa Mamahak Teboq Desa Lutan daya hutan Konsumtif Produktif Konsumtif Produktif

N % N % N % N % 1 Rotan 9 56,3 7 43,8 3 20,0 12 80,0 2 Karet 0 0,0 1 100,0 0 0,0 9 100,0 3 Madu 0 0,0 2 100,0 1 100,0 0 0,0 4 Daun biru 0 0,0 0 0,0 0 0,0 4 100,0 5 Daun kajang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 100,0 6 Babi hutan 0 0,0 16 100,0 3 37,5 5 62,5 7 Rusa 1 5,6 17 94,4 1 14,3 6 85,7 8 Kijang 2 22,2 7 77,8 1 100,0 0 0,0 9 Kancil 2 40,0 3 60,0 1 50,0 1 50,0

10 Landak 0 0,0 1 100,0 0 0,0 0 0,0 11 Ayam hutan 0 0,0 2 100,0 0 0,0 0 0,0 12 Monyet 1 50,0 1 50,0 0 0,0 0 0,0 Sumber: Hasil wawancara dengan responden

5.2.1 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu Nabati

1. Rotan

Responden yang memanfaatkan hasil hutan bukan kayu berupa rotan di

Desa Mamahak Teboq sebanyak 53,3%. Dari 53,3% pemanfaat rotan tersebut

hanya 43,8% responden yang menjualnya sedangkan 56,3% lagi dimanfaatkan

sendiri oleh responden untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga pada waktu

dibutuhkan untuk membuat pijakan padi pada saat panen. Sedangkan responden

Desa Lutan memanfaatkan rotan sebanyak 50%. Dari 50% tersebut 20%

responden memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja pada saat

panen atau keperluan lainnya sedangkan 80% lagi dijual baik pada pedagang

pengumpul maupun dijual oleh mereka sendiri.

Jenis rotan yang dimanfaatkan di Desa Mamahak Teboq maupun Desa

Lutan adalah rotan sega (Calamus caesius), rotan pulut, rotan merah, dan rotan

jepung. Rotan yang dijual adalah rotan mentah maupun rotan yang sudah diolah

oleh pengrajin. Dari semua responden yang memanfaatkan rotan, 5% diantaranya

telah membudidayakan rotan di lahan miliknya.

Page 69: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

54

Responden di Desa Mamahak Teboq menjual rotan mentah dengan harga

dari kisaran harga Rp 5000–Rp 8000 per kg dan biasanya dijual kepada pedagang

pengumpul. Lain halnya di Desa Lutan, harga jual rotan mentah di desa ini dijual

oleh responden dengan harga rata-rata Rp 1000/kg. Namun ada juga yang menjual

dengan harga Rp 5000 bahkan Rp 15.000/kg. Perbedaan harga rotan ini dapat

disebabkan karena sempitnya informasi mengenai harga rotan di desa tersebut,

kualitas rotan yang dijual, dan dapat disebabkan alur pemasaran rotan. Responden

ada yang langsung menjual kepada pedagang pengumpul dan ada yang juga

menjual langsung ke kabupaten dengan membuat rakit. Perbedaan alur pemasaran

ini menyebabkan terjadinya kesenjangan harga jual.

Alat yang digunakan untuk mengambil rotan adalah parang/mandau atau

kapak. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi pengambilan rotan sekitar

1 -3 jam dengan mengendarai motor atau perahu mesin dan 1 hari dengan berjalan

kaki. Sementara waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan rotan dalam sekali

pengambilan dibutuhkan 6 jam bahkan sampai 1 harian sehingga harus menginap

di hutan. Penjualan rotan mentah dapat mencapai 50 kg–1 ton per bulan dan ada

juga yang menjual hanya 60 batang/bulan. Namun penjualan ini tergantung pada

permintaan pedagang pengumpul yang akan datang ke desa tersebut. Sehingga

penjualan rotan mentah belum dilakukan secara berkesinanbungan.

Gambar 3 Rotan mentah yang dipungut dari hutan.

Selain menjual berupa rotan mentah, ada juga yang menjual rotan dalam

bentuk kerajinan tangan yang dibentuk dengan kombinasi rotan, daun kajang, dan

daun biru untuk membuat seraung dan tampi beras selain itu juga rotan dapat

dijadikan tas seperti tas gendong, anjat,tikar, dan lanjung yang biasa dipakai oleh

Page 70: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

55

masyarakat di desa tersebut. Harga per satuan lanjung Rp 50.000- Rp 150.000 per

lanjung, harga anjat Rp 50.000 –Rp 100.000 per anjat, dan harga seraung berkisar

antara Rp 15.000-Rp 25.000.

(a) (b) (c)

Gambar 4 Pemanfaatan rotan; (a) Lanjung; (b) Anjat ukuran sedang; (c) Anjat ukuran besar.

(a) (b)

Gambar 5 Pemanfaatan rotan yang dikombinasikan dengan daun Kajang dan daun biru; (a) Seraung; (b) Tas gendong dan Tampi beras.

Hasil wawancara pada responden, kendala yang mereka hadapai dalam

pemungutan rotan yaitu sebagian besar dari mereka mengeluh dengan harga rotan

yang semakin rendah. Harga rotan mentah terkadang tidak sesuai dengan tenaga

dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengumpulkannya. Selain menuju lokasi

pengambilan rotan sangat jauh, waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkannya

juga dibutuhkan waktu yang lama. Hal ini membuat sebagian mereka tidak mau

lagi mengumpulkan dan menjual rotan dan apabila mereka mengambil rotan

tersebut hanya digunakan untuk kepentingan mereka saja. Selain itu, pedagang

pengumpul (tengkulang) yang datang untuk mengumpulkan rotan tidak menentu

Page 71: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

56

sehingga terkadang mereka harus menjualnya ke kabupaten. Sistem pengangkutan

terkendala pada saat menjual ke kabupaten yang apabila sungai meluap rakit rotan

akan hanyut.

Keterbatasan modal, pengetahuan dan keterampilan untuk diversifikasi

usaha serta kebutuhan untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat membuat

masyarakat memanfaatkan potensi hutan secara langsung dan menjualnya tanpa

proses pengolahan. Padahal sebenarnya, pengembangan pengrajin rotan di Desa

Lutan sudah pernah dilakukan namun karena kendala tersebut saat ini sudah tidak

aktif lagi. Padahal jika pemanfaatan sumber daya hutan dilakukan secara langsung

maka dapat mengakibatkan peningkatan eksploitasi terhadap hutan. sebaliknya,

jika proses pengolahan seperti membuat kerajinan mampu menyerap tenaga kerja

dan mampu mengurangu eksploitasi hutan besar-besaran.

2. Karet

Persentase rata-rata responden yang menanami lahan kebunnya dengan jenis

tanaman karet di Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan sebesar 66,7%.

Sebagian dari tanaman karet tersebut sudah dapat dipanen, namun sebagian lagi

masih baru ditanam sehingga belum bisa dipanen. Bagian tanaman karet yang

dimanfaatkan oleh masyarakat adalah getah karet. Dari 66,7% responden yang

menanam karet, hanya 15% saja yang sampai saat ini yang dapat memanen getah

karet yang ditanamnya. Hal ini karena sebagian besar karet yang dimiliki masih

belum cukup umur untuk dipanen. Semua getah karet yang dihasilkan oleh

responden diambil untuk dijual kepada pedagang pengumpul dan tidak ada

satupun yang memanfaatkannya sendiri.

Responden yang memanfaatkan getah karet di Desa Mamahak Teboq hanya

ada 2 orang saja (3,3%) dengan harga jual getah karet Rp 9.000/kg, sedangkan

responden yang memanfaatkan getah karet di Desa Lutan sebanyak 8 orang

(26,7%) dengan harga jual Rp 11.000-Rp 15.000/kg. Terdapat kesenjangan harga

antara 2 desa ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh pedagang pengumpul berbeda

sehingga harga yang diberikan juga berbeda.

Page 72: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

57

Gambar 6 Pemanfaatan getah karet; (a) Lahan masyarakat yang ditananami

Karet; (b) Getah karet yang ditores.

Perbedaan yang nyata tentang pemanfaatan getah karet antara Desa

Mamahak Teboq dan Desa Lutan sangat jelas terlihat dari jumlah responden yang

memanfaatkannya. Dari penelusuran informasi yang didapat dari PT. RATAH

TIMBER, di Desa Lutan telah dilakukan penanaman kembali lahan kosong milik

masyarakat dengan jenis tanaman karet yang merupakan bagian dari program bina

desa perusahaan. Pihak perusahaan memfasilitasi kegiatan ini dan menyediakan

bibit tanaman karet sementara penanaman karet di Desa Mamahak Teboq masih

dalam tahap rencana (sosialisasi) saja namun sudah ada nota kesepahaman (MoU)

oleh perusahaan dengan Desa Mamahak Teboq.

Bibit karet yang ditanam oleh responden ada yang berasal dari anakan alam

yang dicari dari hutan, ada yang dibeli, dan ada juga dari perusahaan. Getah karet

ditores dengan menggunakan pisau tores (lading tores) oleh responden.

Penyadapan getah karet dilakukan oleh responden selama 6 hari kerja dan

dilakukan setiap minggu. Hasil penyadapan getah karet dapat mencapai 10-35

kg/minggu. Sebelum dijual penyadap terlebih dahulu mengumpulkan getah karet

sehingga pada saat dijual bisa mencapai 40-120 kg/bulan. Jika sudah terkumpul

getah karet akan dikumpulkan kepada pedagang pengumpul dan akan dipasarkan

ke kabupaten.

Tidak ada target pengumpulan getah karet oleh responden karena kendala

iklim. Jika hari hujan maka penyadap tidak bisa menyadap karet dengan

produktif. Harga getah karet yang lumayan tinggi membuat penyadap

bersemangat untuk menyadap karet. Tidak sedikit masyarakat disana yang

Page 73: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

58

menanami kebun yang mereka miliki dengan tanaman karet karena harganya

lumayan tinggi.

Tumbuhan obat, sayur-sayuran dan buah-buahan

Jenis tumbuhan obat, sayur-sayuran dan buah-buahan yang sering

dimanfaatkn oleh responden di desa Mamahak Teboq dan desa Lutan disajikan

pada Tabel 28.

Tabel 28 Persentase pemanfaatan tumbuhan dari hutan

No. Jenis Sumber Desa Mamahak Teboq Desa Lutan daya hutan N % N %

1 Pasak bumi 3 10,0 7 23,3 2 Akar kuning 2 6,7 5 16,7 3 Anggrek 1 3,3 0 0,0 4 Gingseng 0 0,0 2 6,7 5 Sarang semut 0 0,0 1 3,3 6 Jamur 0 0,0 5 16,7

Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Dari hasil tabulasi di atas menunjukkan tumbuhan obat masih dimanfaatkan

oleh beberapa responden yang diambil dari hutan. sebanyak 10% responden Desa

Mamahak Teboq masih memanfaatkan pasak bumi dan 23,3% responden Desa

Lutan juga memanfaatkan jenis yang sama. Pasak bumi dimanfaatkan oleh

responden untuk obat sakit malaria dan sakit pinggang. Selain pasak bumi,

tumbuhan obat yang masih dimanfaatkan, yaitu: akar kuning, anggrek, gingseng,

dan sarang semut. Persentase pemanfaatan oleh responden Desa Mamahak Teboq

pada pemanfaatan pasak bumi dan akar kuning berturut-turut adalah 6,7%, dan

3,3% sedangkan responden Desa Lutan memanfaatkan akar kuning, gingseng,

kayu sarang semut, yaitu masing-masing dengan persentase sebesar 16,7%, 6,7%,

dan 3,3%. Tumbuhan akar kuning dimanfaatkan untuk obat sakit kuning, anggrek

hutan dimanfaatkan untuk obat sakit demam, gingseng dimanfaatkan sebagi obat

kuat, dan kayu sarang semut dapat digunakan untuk obat kanker. Responden Desa

Lutan sebanyak 16,7% memanfaatkan jamur yang diambil dari batang kayu

dengan jenis jamur kulat (nama daerah) dan jamur lung yang tumbuh di tanah

pada saat musim dingin yang ada di hutan yang dimanfaatkan untuk disayur.

Page 74: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

59

Dari hasil diskusi dengan beberapa responden, selain tumbuhan yang

disebutkan di atas terdapat beberapa tumbuhan yang masih dimanfaatkan mereka

dan berasal dari hutan. Tumbuhan yang masih dimanfaatkan yaitu cengkeh hutan,

durian hutan, manggis hutan, mangga hutan, buah rotan yang dapat diambil pada

musim panen, paku hati sebagai penawar racun, damar sebagai perekat pada

perahu, bambu untuk menjemur padi dan menangkap ikan.

Tumbuhan obat, buah-buahan, jenis sayur dan yang lainnya hanya

digunakan oleh responden pada saat dibutuhkan dan pada saat tumbuhan hutan

tersebut sedang bermusim. Sehingga mereka memanfaatkannya hanya untuk

dikonsumsi saja.

5.2.2 Pemanfaatan Hasil hutan Bukan Kayu Hewani

1. Madu

Responden yang memanfaatkan madu di Desa Mamahak Teboq memiliki

persentase sebesar 6,7%. Dari persentase tersebut, 100% memanfaatkan hasil

hutan bukan kayu berupa madu dengan tujuan untuk dijual dan sebagai salah satu

sumber pendapatan. Sedangkan di Desa Lutan yang memanfaatkan madu hanya

sebesar 3,3% dan tujuan pemanfaatannya hanya dikonsumsi sendiri.

Sesuai hasil wawancara dengan responden, potensi madu di dua desa

tersebut sudah terbilang sedikit atau kuantitasnya sudah menurun. Menurut

mereka, pohon Banggeris atau yang biasa disebut pohon Kempas (Koompassia

excelsa) sebagai pohon madu sudah semakin langka sehingga ketersediaan madu

juga semakin langka. Selain karena kelangkaannya, masyarakat juga tidak berani

memanjat pohon Banggeris tersebut karena pohonnya sangat tinggi dan licin.

Page 75: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

60

Gambar 7 Pohon Kempas (Koompassia excelsa) sebagai sarang madu hutan.

Pada umumnya madu bisa dipanen pada saat musim buah. Harga jual madu

hutan yang dimanfaatkan responden adalah Rp 150.000/liter. Biasanya madu

dapat diperoleh 5-10 liter/minggu jika sedang musimnya. Pengambilan madu

dilakukan dengan memanjat pohon Banggeris dengan membuat tangga pijakan di

batangnya. Mencari madu hutan bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk

mendapatkannya, selain memanjat batang pohon yang licin pemanfaat madu juga

harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk menemukan pohon banggeris

tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulka madu juga dibutuhkan

waktu 1 harian.

2. Satwa Liar

Sebagian besar responden di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan

memiliki pekerjaan utama (3,3%) atau pekerjaan sampingan (43,3%) sebagai

pemburu satwa liar. Potensi hewan buruan di sekitar kawasan hutan tempat

mereka tinggal masih terbilang banyak. Pemanfaatan hewan buruan sebagian

untuk dikonsumsi dan atau dijual.

Beberapa jenis satwa liar yang diburu oleh responden di Desa Mamahak

Teboq dan Desa Lutan, yaitu: Babi hutan (Sus barbatus), Rusa sambar (Cervus

unicolor), Kijang (Muntiacuc muntcak), Pelanduk/Kancil (Tragulus javanicus),

Monyet beruk (Macaca nemestrina), Ayam hutan (Gallus gallus), dan Landak

Page 76: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

61

raya (Hystrix brachyura). Semua jenis satwa liar ini masih ditemukan di kawasan

hutan. Meski sebagian diantaranya sudah langka masyarakat masih sering berburu

satwa liar tersebut sebagai alternatif sumber pemenuhan protein dan sumber

pendapatan keluarga.

(a) Landak (b) Kijang

(c) Kancil/Pelanduk (d) Babi hutan

(e) Rusa sambar

Gambar 8 Jenis-jenis satwa liar yang dimanfaatkan dan diburu oleh masyarakat.

Kegiatan berburu yang dilakukan oleh responden secara berkelompok oleh

pemburu menggunakan anjing dan tombak. Biasanya dengan menggunakan cara

Page 77: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

62

ini hasil yang didapat lebih cepat dan tidak memerlukan biaya yang banyak.

Anjing yang dibawa ke dalam hutan bertujuan untuk mencium bau mangsa. Pada

saat anjing telah menyalak itu menandakan bahwa hewan mangsa sudah terlihat

olehnya, dengan begitu pemburu dapat menangkap hewan buruan dengan

menggunakan tombak yang digunakan untuk melemahkan hewan buruan tersebut.

Berburu dengan cara menggunakan anjing ini efisien dalam hal waktu tapi kurang

efektif dilakukan pada semua jenis buruan. Jika menggunakan anjing, hewan

buruan yang didapat terbatas hanya hewan berjenis babi hutan, rusa sambar (biasa

disebut payau), dan kijang. Sementara hewan buruan lain agak susah memburunya

apabila menggunakan anjing.

Selain menggunakan anjing dan tombak, para pemburu juga dapat

menggunakan jerat tali untuk mendapatkan hewan buruannya. Jerat yang dipasang

terbuat dari tali tambang yang dibuat melingkar dan ditancapkan di atas tanah dan

kemudian dikaitkan ke batang kayu yang melengkung. Jumlah jerat yang dipasang

bisa mencapai 30-700 jerat. Jerat dapat dipasang sekaligus maupun secara

bertahap. Rata-rata jerat yang dipasang tersebut akan diperiksa 3 hari sekali.

Adanya selang waktu 3 hari ini dilakukan agar jejak kaki manusia tidak tercium

oleh hewan yang diburu sehingga hewan yang menjadi target buruannya bisa

terjerat. Jika beruntung, pembuat jerat akan memperoleh hasil dan hasil tersebut

tidak selalu sama jumlahnya pada sekali pengambilan yaitu antara 1-5 ekor per

minggu. Kadang kala, para pemburu tidak mendapatkan hasil buruan meski sudah

menunggu hingga 3 hari atau lebih.

Gambar 9 Jerat yang dipasang di dalam hutan.

Page 78: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

63

Alat yang digunakan untuk berburu selain yang telah disebutkan di atas

adalah senapan angin. Senapan angin biasanya digunakan untuk memburu hewan

liar seperti kancil dan landak. Alat ini digunakan karena hewan tersebut jarang

ditemukan pada jerat yang dipasang. Hewan tersebut biasanya diburu pada saat

malam hari karena menurut wawancara, kancil beraktifitas pada malam hari.

Biasanya satwa liar yang terperangkap pada jerat adalah satwa yang berukuran

besar seperti pada babi hutan, rusa, kijang, ayam hutan, dan lain-lain.

Frekwensi berburu pada setiap responden berbeda-beda. Beberapa

responden ada yang berburu dengan teratur setiap 2 kali seminggu, ada yang

sebulan sekali dan ada juga yang berburu pada saat dibutuhkan (jarang berburu).

Persentase jumlah pemanfaatan setiap jenis satwa liar telah disajikan kembali

pada Tabel 29.

Tabel 29 Persentase pemanfaatan satwa liar oleh responden

No Jenis Satwa liar

Nama latin

Desa Mamahak

Teboq

Desa Lutan

Total responden

1 Babi hutan Sus barbatus 14 46,7 8 26,7 22 36,7 2 Rusa Sambar Cervus unicolor 14 46,7 7 23,3 21 35,0 3 Kijang Muntiacuc muntcak 10 33,3 1 3,3 11 18,3 4 Kancil Tragulus javanicus 5 16,7 2 6,7 7 11,7 5 Landak Hystrix brachyura 1 3,3 0 0,0 1 1,7 6 Ayam hutan Gallus gallus 2 6,7 0 0,0 2 3,3 7 Monyet B. Macaca nemestrina 2 6,7 0 0,0 2 3,3

Sumber: Hasil wawancara dengan responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase terbesar jenis satwa liar

yang dimanfaatkan oleh responden di Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan

adalah Babi hutan sebesar 36,7%. Banyaknya responden yang memburu hewan ini

karena selain untuk dikonsumsi sendiri, mereka menganggap bahwa babi hutan

adalah salah satu hama yang merusak dan menyerang tanaman padi di ladang

masyarakat. Selain babi hutan, monyet yang memiliki persentase 3,3% juga

dianggap sebagai hama padi mereka. Sehingga, untuk mehindari gagal panen yang

dapat terjadi masyarakat memasang jerat selain di dalam hutan juga di sekitar

ladang-ladang milik mereka.

Satwa liar yang juga diburu oleh responden, yaitu: rusa (35%), kijang

(18,3%), kancil (11,7%), landak (1,7%), dan ayam hutan (3,3%). Sesuai hasil

Page 79: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

64

wawancara dengan responden, semua satwa ini masih cukup banyak dan

berlimpah di kawasan hutan hanya saja kendalanya, jenis satwa liar seperti rusa

dan kijang keberadaannya sudah mulai berkurang dan lebih susah

mendapatkannya dibanding satwa lain. Hal ini mungkin disebabkan karena

semakin berkurangnya potensi satwa liar ini karena sudah sering diburu, jumlah

jerat yang semakin banyak didalam hutan, dan jumlah penduduk yang semakin

banyak berburu. Sedangkan babi hutan keberadaannya masih melimpah karena

menurut responden babi hutan cepat berkembang biak karena sekali beranak bisa

mencapai 4-5 ekor pada musim beranak.

Satwa liar hasil buruan yang dijual oleh responden beberapa diantaranya ada

yang hanya dikonsumsi saja dan ada juga yang dijual. Persentase responden

berdasarkan tujuan pemanfaatan dapat dilihat kembali pada Tabel 27. Satwa liar

hasil buruan dijual kepada masyarakat setempat yang ada di desa tertentu tapi ada

juga yang dijual ke luar desa. Seperti responden di Desa Mamahak Teboq, hasil

buruannya ada yang dijual ke Desa Datah Bilang, Desa Tering, Desa Lutan,

Kecamatan Long Hubung, Long Gelawang, dan Long Iram. Sedangkan responden

di Desa Lutan lebh banyak menjual hasil buruannya di sekitar desa tersebut baik

dijual olehnya sendiri maupun melaui tengkulak (pedagang pengumpul). Jika hasil

buruan banyak maka responden akan menjualnya ke luar desa, tapi jika hasil

buruan hanya sedikit cukup dijual di masyarakat desa tempat responden tinggal.

Hasil buruan satwa liar oleh pemburu dijual dengan harga yang berbeda-

beda antara desa yang satu dengan desa yang lain. Seperti rusa dijual dengan

harga Rp 30.000/kg oleh seorang responden, namun responden yang lain ada juga

yang menjual rusa dengan harga yang lebih rendah, yaitu: Rp 25.000/kg dan Rp

27.000/kg di Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan. Perbedaan harga ini

dapat terjadi karena pasar yang mereka tuju berbeda-beda. Tapi sebenarnya

terdapat keputusan kampung yang dimusyawarahkan bersama untuk menentukan

harga jual hasil buruannya tersebut seperti yang tertera di Tabel 30.

Menurut hasil wawancara, responden menganggap hutan merupakan tempat

yang bernilai penting sebagai sumber satwa buruan. Salah satu lokasi perburu dan

adalah lokasi tanaman padi dan singkong di ladang yang mereka miliki karena

Page 80: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

65

dapat memikat binatang buruan hanya saja dampak negatifnya berpengaruh nyata

terhadap hasil panen mereka.

Menurut Moira Moeliono et al. (2009) mengatakan bahwa spesies

terpenting untuk meningkatkan perburuan adalah spesies tumbuhan buah

(terutama jenis Dipterocarpaceae, oak, beringin, serta palem) yang bisa memikat

satwa buruan. Mata air asin dan daerah berlumpur juga dianggap daerah

terpenting yag disukai hewan. Hal ini memang sesuai dengan pernyataan beberapa

responden bahwa hasil buruan akan banyak diperoleh pada saat musim buah

karena hewan buruan akan berkeliaran pada saat musim buah tiba. Penebasan

tumbuhan bawah bisa menurunkan nilai kesesuaian hutan sebagai tempat berburu

untuk kebutuhan pangan serta mengurangi fungsi pelindung bagi berbagai jenis

hewan.

Jenis satwa liar, antara lain: Kijang, Rusa Sambar, monyet beruk, Kancil,

dan Landak yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber protein dan

sumber pendapatan mereka merupakan jenis satwa liar yang dilindungi oleh

negara. Monyet beruk merupakan jenis satwa liar yang termasuk dalam daftar

IUCN yang tergolong Vulnerable (rentan) dan termasuk dalam daftar spesies

Apendix II dalam CITES, rusa juga termasuk dalam daftar spesies Vulnerable

dalam IUCN dan jenis satwa liar yang dilindungi negara berdasarkan PP No. 7

Tahun 1999, kijang dan landak raya jenis satwa liar yang dilindungi negara

berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999, babi hutan berada pada daftar IUCN sebagai

spesies Vulnerable, kancil/pelanduk dalam daftar IUCN yang tergolong Data

Deficient (Informasi Kurang) dan dilindungi oleh negara berdasarkan PP No. 7

Tahun 1999 dan ayam hutan termasuk kedalam daftar IUCN yang tergolong Least

Concern (Berisiko Rendah). Keterangan dapat dilihat padda Lampiran 19.

Pemanfaatan masyarakat yang tinggi dan secara terus-menerus terhadap

satwa liar yang termasuk dalam kategori rentan dan yang dilindungi oleh negara

tersebut dapat berdampak negatif terhadap keberadaan satwa liar yang bisa

mengakibatkan kepunahan. Berburu satwa liar yang dilakukan oleh masyarakat

dilakukan tanpa adanya izin resmi dari perusahaan sehingga masyarakat pun dapat

secara bebas melakukan pemburuan satwa liar. Oleh karena itu perusahaan telah

membuat himbauan berupa plang dan poster untuk mencegah perburuan dan

Page 81: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

66

pemanfaatan satwa liar yang dilindungi oleh negara. Namun meski demikian,

masyarakat masih tetap melakukan perburuan terhadap satwa liar meski peraturan

tentang perburuan satwa liar telah dibuat.

5.3 Pendapatan dari pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu

Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh dari HHBK

yang dimanfaatkan oleh responden untuk dijual. Pendapatan dari pemanfaatan

HHBK oleh responden Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan disajikan pada

Tabel 30.

Tabel 30 Pendapatan dari pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu

No

Jenis Mamahak Teboq Lutan

Sumber Rata-rata

Harga Total

pendapatan % Rata-rata

Harga Total

pendapatan % Daya hutan (Rp/kg) (Rp/Tahun) (Rp/kg) (Rp/Tahun)

1 Rotan 5.000-8.000 110880000 6,0 1.000 80970000 10,9 2 Karet 9.000 19872000 1,1 11.000 278280000 37,4

Sub Total 130752000 359250000 3 Madu 150000/L 2988000 0,2 0 0 0,0 4 Babi hutan 20.000 1152000000 62,8 20.000 302640000 40,6 5 Rusa 30.000 328200000 17,9 30.000 75600000 10,2 6 Kijang 30.000 70500000 3,8 0 0 0,0 7 Kancil 50000/ekor 146400000 8,0 75.000 7200000 1,0 8 Landak 50000/ekor 2400000 0,1 0 0 0,0 9 Ayam hutan 50000/ekor 1200000 0,1 0 0 0,0

10 Monyet 30.000 360000 0,02 0 0 0,0 Sub total 1704048000 385440000 Total 1834800000 100 744690000 100 Sumber: Data primer diolah

Dari hasil perhitungan pendapatan dari pemanfaatan HHBK oleh semua

responden dapat dilihat bahwa persentase pemanfaatan yang lebih banyak adalah

babi hutan, yaitu: Desa Mamahak Teboq sebesar 62,8% diikuti dengan rusa

sebesar 17,9%, kancil 8,0%, rotan sebesar 6,0%, kijang 3,8%, madu 0,2%, karet

1,1%, ayam hutan dan landak masing-masing sebesar 0,1%, serta monyet 0,02%.

Sedangkan Desa Lutan juga memanfaatkan babi hutan sebesar 40,6%, karet

37,4%, rotan 10,9%, rusa 10,2%, dan kancil sebesar 1,0%.

Page 82: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

67

Pendapatan total yang diperoleh dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

di Desa Mamahak Teboq adalah Rp 1.834.800.000/tahun yang terdiri dari nilai

manfaat HHBK nabati sebesar Rp 130.752.000,-/tahun dan nilai manfaat HHBK

hewani Rp 1.704.048.000,-/tahun sedangkan di Desa Lutan nilai manfaat yang

diperoleh adalah sebesar Rp 744.690.000,-/tahun yang terdiri dari nilai manfaat

HHBK nabati sebesar Rp 359.250.000,-/tahun dan nilai manfaat HHBK hewani

Rp 385.440.000,-/tahun. Jika dibandingkan, Desa Mamahak Teboq memanfaatkan

HHBK lebih banyak dibandingkan Desa Lutan yang dilihat dari total pendapatan

mereka. Selain dari segi pendapatannya, responden di Desa Mamahak Teboq juga

memanfaatkan HHBK yang lebih beragam jika dibandingkan dengan responden

di Desa Lutan.

Sangat nyata terlihat bahwa beberapa jenis hasil hutan baku kayu yang

dimanfaatkan oleh masyarakat memberikan sumbangan cukup besar bagi

pendapatan keluarga.

5.4 Pendapatan di luar pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu

Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh responden

yang bersal dari pemanfaatan di luar hasil hutan. Pendapatan tersebut dapat

berasal dari usaha pertanian,berdagang, peternakan, karyawan dan lain-lain sesuai

dengan mata pencaharian mereka. Pendapatan responden Desa Mamahak Teboq

dan Desa Lutan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 31 Pendapatan di luar pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

No Pendapatan di luar Jumlah pemanfaat

(orang) Total Persentase hasil hutan (Rp/tahun) Mamahak Teboq Lutan %

1 <1.000.000 7 8 15 25 2 >1.000.000-5.000.000 6 8 14 23,33 3 >5.000.000-10.000.000 3 4 7 11,67 4 >10.000.000-15.000.000 5 5 10 16,67 5 >15.000.000-20.000.000 7 3 10 16,67 6 >20.000.000 2 2 4 6,67

Total 30 30 60 100 Sumber: Data primer diolah

Page 83: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

68

Hasil penelitaian yang disajikan pada Tabel 31 menunjukkan bahwa 23,33%

responden memiliki pendapatan antara > Rp 1.000.000-Rp 5.000.000 per tahun.

Sebagian besar responden yang memiliki pendapatan tersebut memperoleh

pendapatannya berasal dari beternak dan sebagai karyawan.

Berdasarkan Keputusan Direktorat Pengupahan dan Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan, upah minimal regional (UMR) masyarakat di Kabupaten Kutai

Barat 2011 adalah sebesar Rp 1.085.000/Bln. Dari data responden, dapat dilihat

bahwa dengan indikator UMR tersebut sebanyak 83,3% pendapatan responden di

Desa Lutan dan 46,73% di Desa Mamahak Teboq berada di bawah UMR.

Menurut Hartono dan Arnicun Azizi (2008), klasifikasi atau penggolongan

seseorang/masyarakat dikatakan miskin ditetapkan dengan menggunakan tolok

ukur yang umum dipakai adalah tingkat pendapatan dan kebutuhan relatif.

Tingkat pendapatan merupakan salah satu tolok ukur yang digunakan Indonesia

untuk menentukan besarnya jumlah orang miskin. Besarnya jumlah orang miskin

adalah batasan tingkat pendapatan per waktu kerja (Rp 30.000,-per bulan atau

lebih rendah) yang dibuat pada tahun 1976/1977, selain itu juga dibuat

berdasarkan batas minimal jumlah kalori yang dikonsumsi yang diambil

persamaannya dalam beras.

Menurut Sajogyo (1996) menyatakan bahwa batas minimal kemiskinan

adalah mereka yang mengkonsumsi beras kurang dari 240-320 kg beras di desa

dan 360-480 kg di kota per tahun. Berdasarkan data dari hasil penelitian, sesuai

indikator garis kemiskinan Sajogyo responden di Desa Mamahak Teboq sebanyak

3,3% tergolong miskin (M) dan 96,7% responden tergolong tidak miskin (TM). Di

Desa Lutan, sebanyak 33,33% responden tergolong miskin (M) dan 66,77%

responden tergolong tidak miskin (TM). Sedangkan garis kemiskinan masyarakat

yang tinggal di pedesaan di Kalimantan Timur yang dibuat oleh BPS tahun 2011

adalah Rp. 248.583/bulan. Berdasarkan garis kemiskinan tersebut didapat bahwa

responden di Desa Mamahak Teboq sebanyak 6,67% responden tergolong miskin

(M) dan 93,33% responden tergolong tidak miskin (TM) sedangkan di Desa Lutan

sebanyak 50% tergolong miskin (M) dan 50% tergolong tidak miskin (TM).

Selain tingkat pendapatan, Hartono dan Arnicun Azizi (2008) juga

menyatakan bahwa tolok ukur kemiskinan dapat diukur dari kebutuhan relatif per

Page 84: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

69

keluarga yang batasannya dibuat berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus

dipenuhi sehingga sebuah keluarga dapat melangsungkan kehidupannya secara

sederhana tapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak. Kebutuhan-

kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan sewa rumah dan mengisi rumah

dengan peralatan rumah tangga yang sederhana tapi memadai, biaya untuk

memelihara kesehatan dan untuk pengobatan, biaya untuk menyekolahkan anak-

anak, biaya untuk sandang dan pangan sederhana tetapi mencukupi dan memadai.

5.5 Pengeluaran rumah tangga untuk berbagai kebutuhan

Pengeluaran responden terhadap kebutuhan hidup mereka sehari-hari dapat

dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32 Pengeluaran rumah tangga untuk berbagai kebutuhan

No Jenis Pengeluaran

Mamahak Teboq Lutan Rata-rata

pengeluaran Persentase Rata-rata

pengeluaran Persentase (Rp/Tahun) (%) (Rp/Tahun) (%)

1 Pangan 5128040 30,1 6597400 29,1 2 Sandang 2310000 13,6 2091666,7 9,2 3 Papan 808000 4,7 3470000 15,3 4 Transportasi 2150000 12,6 2864000 12,6 5 Pendidikan 4813400 28,2 2200000 9,7 6 Kesehatan 564000 3,3 3440000 15,2 7 Rekreasi 900000 5,3 1723333,3 7,6 8 Sumbangan 212000 1,2 219200 1,0 9 Lain-lain 160000 0,9 57600 0,3

Total 17045440 100 22663200 100 Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan hasil tabulasi di atas ditemukan bahwa total pengeluaran

keluarga responden Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya rata-rata masing-masing adalah Rp 17.045.440 dan Rp

22.663.200 per tahun. Pengeluaran terbesar di Desa Mamahak Teboq maupun

Desa Lutan adalah pengeluaran terhadap kebutuhan pangan. Kebutuhan responden

terhadap pangan (beras) diperoleh dari hasil panen yang dikelola mereka.

Pengeluaran pangan rumah tangga responden Desa Mamahak Teboq adalah

30,1% sedangkan di Desa Lutan adalah 29,1%. Besarnya pengeluaran terhadap

kebutuhan pangan dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang ditanggung.

Page 85: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

70

Pada umumnya, apabila porsi pengeluaran untuk makanan (terutama

makanan pokok) makin besar, maka semakin besar pula peluang keluarga tersebut

tidak sejahtera karena dengan demikian porsi untuk menikmati kegiatan lain

(hiburan atau partisipasi dalam kegiatan sosial di luar kegiatan memberi nafkah)

selain makanan menjadi sedikit. Rata-rata proporsi pengeluaran terbesar dalam

rumah tangga responden adalah pengeluaran untuk kebutuhan pangan. Hal ini

didukung oleh Hukum Engel yang menyatakan bahwa proporsi terbesar dari

anggaran rumah tangga adalah untuk makanan, proporsi pengeluaran total untuk

makanan menurun dengan meningkatnya pendapatan, dan proporsi pengeluaran

total untuk pakaian dan perumahan diperkiran konstan, sementara proporsi

pengeluaran untuk barang-barang mewah bertambah ketika pendapatan mulai

meningkat.

5.6 Kontribusi Hasil Hutan terhadap Pendapatan total Rumah Tangga

Tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap sumber daya hutan dihitung

berdasarkan seberapa besar kontribusi hasil hutan yang dimanfaatkan oleh

responden terhadap total pendapatan rumah tangga. Kontribusi hasil hutan

terhadap pendapatan total rumah tangga responden disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33 Kontribusi manfaat hasil hutan

No

Sumber Desa Mamahak Teboq Desa Lutan

Pendapatan Rata-rata pendapatan Kontribusi Rata-rata

pendapatan Kontribusi

(Rp/tahun) % (Rp/tahun) %

1 Hasil hutan 58.762.466,7 86,1 22.913.933,3 74,3

2 Non Hasil hutan 9.451.333,3 13,9 7.913.000,0 25,7 Total 68.213.800,0 100 30.826.933,3 100 Sumber: Data primer diolah

Dari hasil tabulasi di atas menunjukkan total pendapatan responden di Desa

Mamahak Teboq dan Desa Lutan baik yang berasal dari pemanfaatan hasil hutan

maupun diluar pemanfaatan hasil hutan yang memiliki kontribusi yang paling

tinggi adalah dengan memanfaatkan hasil hutan dengan persentase 86,1% di Desa

Mamahak Teboq sebesar Rp 58.762.466,- dan 74,3% di Desa Lutan yaitu sebesar

Rp 22.913.933,-. Besarnya kontribusi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan

Page 86: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

71

responden yang memanfaatkan hasil hutan memperoleh sumber pendapatan yang

lebih besar.

Dari data ini dinyatakan bahwa tingkat pemanfaatan dan ketergantungan

responden terhadap hasil hutan tergolong tinggi dimana kontribusi yang didapat

melebihi persentase pendapatan yang diperoleh di luar pemanfaatan hasil hutan.

Selain itu dapat dilihat bahwa kecilnya pendapatan yang diperoleh dari usaha non

hasil hutan menunjukkan bahwa hutan memang merupakan sumber pendapatan

yang memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat yang tinggal di sekitar

hutan.

5.7 Pemahaman Masyarakat terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Hutan

Pemahaman masyarakat terhadap sumber daya hutan yang dimaksud adalah

pemahaman masyarakat terhadap fungsi hutan dalam kaitannya dengan sumber

daya hutan yang lestari. Sebagai masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan

memanfaatkan hutan langsung maupun tidak langsung maka perlu diketahui

seberapa besar pemahaman mereka terhadap keberadaan hutan. Pemahaman

tersebut mengacu pada apakah dengan tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap

hasil hutan yag cukup tinggi diikuti dengan tingkat pemahaman dan pengetahuan

mereka mengenai sumber daya hutan yang lestari.

Pemahaman responden dikaji dari beberapa aspek yaitu bagaimana

pemahaman responden tentang pemanfaatan hasil hutan, tentang sumber daya

hutan sebagai salah satu sumber pendapatan, perkembangan kondisi dan

kerusakan hutan, ladang berpindah, dan tentang kelestarian hutan. Kriteria tingkat

pemahaman responden terhadap sumber daya hutan dibuat berdasarkan interval

skala Likert dan nilai skala Likert tersebut dimasukkan sesuai tingkat

pemahamannya berdasarkan tabel di bawah ini.

Tabel 34 Tingkat pemahaman berdasarkan interval nilai tanggapan

No Interval nilai tanggapan Tingkat pemahaman 1 1 - 1,67 Rendah 2 1,67 - 2,33 Sedang 3 2,33 - 3,00 Tinggi

Page 87: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

72

1. Pemahaman responden tentang pemanfaatan hasil hutan

Keanekaragaman hayati yang terkandung dalam sumber daya hutan terdiri

dari flora dan fauna yang memiliki nilai dan kegunaan tertentu. Selain multi

fungsi, hutan juga dipandang sebagai multi komoditi yaitu berupa barang dan jasa.

Adapun komoditas hutan berupa barang yaitu manfaat yang dapat dirasakan

secara langsung berupa hasil hutan kayu (HHK) dan hasil hutan bukan kayu

(HHBK). Sedangkan, komoditas jasa adalah manfaat yang dirasakan secara tidak

langsung. Disamping itu, hutan juga merupakan penyangga sistem kehidupan

yang terdiri dari unit-unit sumber daya yang saling berpengaruh.

Tabel 35 Pemahaman responden mengenai pemanfaatan hasil hutan

No Pernyataan

Distribusi Pemahaman (%) Mamahak Teboq Lutan

TS R S TS R S 1 Hutan dapat memberikan manfaat

0,00 6,67 93,33 3,33 13,33 83,33 berupa manfaat langsung maupun tidak langsung

2 Hutan dapat memberikan hasil hutan 3,33 6,67 93,33 0,00 3,33 96,67 bukan kayu

3 Hutan berfungsi sebagai penyedia air 0,00 3,33 96,67 3,33 3,33 93,33 4 Hutan merupakan sumber obat-obatan 3,33 3,33 93,33 0,00 0,00 100,00 5 Hutan merupakan sumber kayu bakar 13,33 0,00 86,67 0,00 0,00 100,00 Ket: TS = Tidak Setuju, R= Ragu-ragu, S= Setuju

Sebanyak 93,3% responden Desa Mamahak Teboq dan 83,3% responden

Desa Lutan menyatakan bahwa hutan dapat memberikan manfaat langsung

maupun tidak langsung. Berdasarkan wawancara diperoleh bahwa pemahaman

masyarakat terhadap pemanfaatan hasil hutan sudah tinggi. Hal ini terlihat dari

sebanyak 93,3% responden Desa Mamahak Teboq dan 96,67% responden Desa

Lutan menyatakan bahwa hutan mampu memberikan hasil hutan bukan kayu dan

sumber obat-obatan. Hal ini karena sebagian besar responden memanfaatkan

HHBK sebagai salah satu sumber pendapatan mereka dan mereka juga sering kali

mengambil tumbuhan obat dari hutan sebagai obat tradisional. Sementara 96,6%

responden Desa Mamahak Teboq dan 93,33% responden Desa Lutan menyatakan

bahwa hutan merupakan salah satu sumber penyedia air. Pendapat tersebut nyata

Page 88: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

73

sekali dilihat dari masyarakat di kedua desa menggunakan akses sungai sebagai

sarana transportasi mereka.

Sebanyak 86,67% responden Desa Mamahak Teboq dan 100% responden

Desa Lutan menyatakan bahwa hutan merupakan sumber kayu bakar. Dari hasil

wawancara semua responden menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar.

Kayu bakar diambil baik dari hutan, sisa-sisa kayu yang tidak dimanfaatkan lagi

oleh perusahaan, serta dari kayu bakar yang mengapung yang terbawa arus

sungai. Meskipun telah ada bantuan kompor gas dari pemerintah pada kedua desa,

namun mereka masih tetap menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utama

untuk memasak sedangkan kompor gas subsidi yang diberikan digunakan hanya

sebagai sampingan saja. Alasan masyarakat menggunakan kayu bakar sebagai

sumber energi disebabkan karena kayu mudah diperoleh dan murah bahkan dapat

dikatakn gratis. Jenis-jenis kayu bakar yang biasa dimanfaatkan oleh responden,

yaitu: kayu laban, andikara, sentop, dan kayu semut (jati hutan).

Jawaban responden mengenai beberapa pertanyaan pemanfaatan sumber

daya hutan menurut skala Likert tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat pemahaman responden tergolong tinggi. Hal ini karena sebagian besar

responden memanfaatkan sumber daya hutan secara langsung maupun tidak

langsung berupa air, kayu bakar HHBK dan lain-lain.

2. Pemahaman responden tentang sumber daya hutan sebagai salah satu sumber pendapatan

Secara garis besar terdapat dua sumber pendapatan rumah tangga di

pedesaan yaitu dari sektor pertanian dan sektor non pertanian. Besarnya

pendapatan dari sektor pertanian diperoleh dari usaha tani baik sebagai pemilik

maupun sebagai buruh tani sedangkan pendapatan dari sektor non pertanian

berasal dari berburu satwa liar, pemanfaatan rotan dan HHBK lainnya, karyawan,

pedagang, dan lainnya di sektor non pertanian.

Page 89: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

74

Tabel 36 Pemahaman responden tentang SDH sebagai salah satu sumber pendapatan

No Pernyataan Distribusi Pemahaman (%)

Mamahak Teboq Lutan

TS R S TS R S 1 Hasil sumber daya hutan merupakan 3,33 3,33 93,33 10,00 0,00 90,00

sumber pendapatan 2 Penjualan sumber daya hutan sebagai 20,00 6,67 73,33 13,33 10,00 76,67

pendapatan keluarga untuk ditabung 3 Perusahaan memberikan pelatihan 53,33 6,67 76,67 46,67 10,00 43,33

agar dapat mengolah SDH menjadi barang yang memiliki harga jual yang tinggi

4 Perlu adanya usaha pengembangan 0,00 0,00 100,00 6,67 3,33 90,00

HHBK untuk meningkatkan jumlah pendapatan

Ket: TS = Tidak Setuju, R= Ragu-ragu, S= Setuju

Sebanyak 93,33% responden Desa Mamahak Teboq dan 90% responden di

Desa Lutan menyatakan bahwa hasil sumber daya hutan merupakan sumber

pendapatan khususnya hasil hutan bukan kayu. Hal ini terbukti dari kontribusi

sumber daya hutan yang dimanfaatkan sangat besar terhadap pendapatan total

rumah tangga. Penjualan sumber daya hutan dapat digunakan sebagai pendapatan

keluarga untuk ditabung. Sebesar 73,33% responden Desa Mamahak Teboq dan

76,67% responden di Desa Lutan menjawab setuju atas pernyataan tersebut.

Namun, sebanyak 20% menjawab tidak setuju dengan alasan setiap pendapatan

yang mereka peroleh tidak pernah disisihkan untuk ditabung. Hal ini karena setiap

memperoleh pendapatan akan selalu habis untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka setiap harinya. Untuk meningkatkan jumlah pendapatannya, sebanyak

100% responden Desa Mamahak Teboq dan 90% responden di Desa Lutan setuju

perlu diadakannya usaha pengembangan HHBK.

Menurut Sumadiwangsa (2006), pengelolaan hutan bagi masyarakat sekitar

hutan mutlak diperlukan sebagai sumber pangan, bahan obat, bahan bangunan dan

lainnya bagi masyarakat yang hidup di kawasan hutan. Bagi masyarakat yang

hidup dan tinggal di dalam maupun di sekitar hutan, hutan adalah jaringan

pengaman ekonomi ketika menghadapi gagal panen atau tidak ada pekerjaan lain.

Page 90: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

75

Bagi banyak keluarga, berjualan hasil hutan dan hasil wanatani (agroforest)

merupakan sumber pendapatan utama untuk dapat membiayai kehidupan, sarana

produksi, sekolah dan kesehatan.

Jawaban responden mengenai beberapa pertanyaan tentang sumber daya

hutan sebagai sumber pendapatan menurut skala Likert tergolong tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pemahaman terhadap sumber daya hutan sebagai

salah satu sumber pendapatan responden tergolong tinggi. Hal ini karena sebagian

besar responden memperoleh pendapatan mereka dengan memanfaatkan hasil dari

sumber daya hutan.

3. Pemahaman responden tentang kerusakan dan kondisi hutan

Kebanyakan komunitas yang hidup dan bergantung dengan keberadaan

hutan tidak menyebabkan deforestasi, karena umumnya, komoditi yang dipungut

hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Kerusakan hutan dapat terjadi apabila

sumber daya hutan dimanfaatkan tanpa diikuti dengan pemeliharaannya.

Tabel 37 Pemahaman Responden tentang kerusakan dan kondisi hutan

No Pernyataan Distribusi Pemahaman (%)

Mamahak Teboq Lutan TS R S TS R S

1 Keadaan hutan semakin rusak tahun 13,33 0,00 86,67 0,00 6,67 93,33 dibanding sebelumnya

2 Persediaan SDH yang Anda 16,67 6,67 76,67 3,33 6,67 90,00 manfaatkan semakin berkurang di hutan

3 Perambahan hutan merupakan salah 3,33 0,00 96,67 10,00 3,33 86,67 satu faktor terjadinya kerusakan hutan

4 Pemanfaatan hasil hutan yang terus- 13,33 10,00 76,67 10,00 0,00 90,00 Menerus dapat mempengaruhi ketersediaan hasil hutan tersebut

5 Ketersediaan kayu di hutan semakin 6,67 0,00 93,33 0,00 10,00 90,00 Terbatas

6 Luas hutan di daerah anda semakin 23,33 3,33 73,33 0,00 20,00 80,00 Berkurang

Ket: TS = Tidak Setuju, R= Ragu-ragu, S= Setuju

Sebanyak 86,67% responden Desa Mamahak Teboq dan 93,33% responden

Desa Lutan mengatakan bahwa keadaan hutan semakin rusak dibanding tahun

Page 91: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

76

sebelumnya. Alasan mereka setuju dengan pernyataan tersebut karena hutan di

sekitar tempat tinggal mereka dirasakan semakin rusak dengan keberadaan

pemegang hak pengusaahaan hutan (IUPHHK). Sesuai hasil wawancara pada

responden, adanya kegiatan penebangan dan pembukaan hutan untuk penyaradan

kayu mengakibatkan menurunnya potensi sumber daya hutan yang mereka

manfaatkan termasuk HHBK berupa satwa liar. Menurut mereka, habitat saywa

liar telah terganggu dengan adanya aktifitas perusahaan, sehingga menurunkan

hasil buruan dari jenis satwa liar. Selain menurunkan potensi HHBK, aktifitas

perusahaan juga berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya hutan.

Gambar 10 (a) Kerusakan hutan akibat pembukaan jalan sarad (b)Kerusakan

hutan akibat penebangan pohon.

Semakin banyak hutan yang rusak maka semakin banyak juga komoditi

HHBK yang hilang. Persediaan sumber daya hutan yang dimanfaatkan akan

semakin berkurang di hutan. Sebanyak 76,67% responden Desa Mamahak Teboq

dan 90% responden Desa Lutan setuju dengan pernyataan tersebut dengan alasan

bahwa HHBK yang biasanya mereka manfaatkan yang dulu cukup berlimpah kini

semakin berkurang keberadaannya dan bahkan ada yang sudah langka. Hal ini

menyulitkan mereka dalam memanfaatkan sumber daya yang mereka butuhkan.

Namun terdapat 3,33% responden tidak setuju persediaan sumber daya hutan

semakin berkurang di hutan dengan alasan persediaan SDH yang mereka

manfaatkan akan selalu berkesinambungan. Apabila ada yang dimanfaatkan maka

akan berkembang biak lagi sehingga tidak akan pernah habis.

Masyarakat juga menyadari bahwa perambahan hutan merupakan salah satu

terjadinya kerusakan hutan, sebanyak 96,67% responden Desa Mamahak Teboq

dan 86,67% responden Desa Lutan setuju dengan pernyataan tersebut. Jawaban

Page 92: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

77

responden mengenai beberapa pertanyaan tentang sumber daya hutan sebagai

sumber pendapatan menurut skala Likert tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan

bahwa pemahaman responden terhadap kerusakan hutan tergolong tinggi.

Luas hutan semakin lama semakin berkurang karena banyaknya terjadi

degradasi dan deforestasi yang merupakan bukti lemahnya konsep pengelolaan

hutan di Indonesia. Sampai tahun 2009 kerusakan hutan Indonesia telah

merambah ke hutan lindung dan hutan konservasi secara serius. Kualitas

kehidupan masyarakat terasa semakin menurun dengan nuansa ketertinggalan.

Sebanyak 73,33% responden Desa Mamahak Teboq dan 80% Desa Lutan

menyatakan bahwa luas hutan di daerah tempat tinggal mereka semakin

berkurang. Tapi ada juga beberapa orang responden yang tidak setuju dengan

pernyataan tersebut dengan alasan perusahaan telah menerapkan program

penanaman bibit pohon di lahan kosong. Hanya beberapa responden yang

mengetahui informasi tersebut.

Eksploitasi hutan yang terus menerus tanpa diikuti pemeliharaan tentu akan

sangat berpengaruh terhadap ketersediaan kayu di hutan. Sebanyak 76,67%

responden Desa Mamahak Teboq dan 90% Desa Lutan memahami bahwa

pemanfaatan hasil hutan yang terus menerus dapat mempengaruhi ketersediaan

hasil hutan tersebut. Responden banyak yang menilai bahwa hasil hutan yang

biasa mereka manfaatkan banyak mengalami penurunan kuantitas, terutama satwa

buruan sebagai sumber protein andalan mereka dan sumber pemenuhan kebutuhan

sehari-hari mereka untuk dijual. Namun ada beberapa responden yang tidak setuju

dengan pernyataan tersebut dengan alasan meski hasil hutan dimanfaatkan secara

terus-menerus hasil hutan tersebut akan kembali tumbuh dengan sendirinya.

Sebanyak 93,33% responden Desa Mamahak Teboq dan 90% Desa Lutan

menyatakan bahwa ketersediaan kayu di hutan semakin terbatas. Mereka setuju

dengan pernyataan tersebut dengan alasan bahwa mereka semakin kesulitan untuk

mendapatkan dan memanfaatkan kayu dari hutan.

Dari beberapa pertanyaan tentang perkembangan kondisi hutan menurut

skala Likert adalah tinggi. Sebagian besar responden menjawab setuju dari setiap

pertanyaan sehingga memiliki tingkat pemahamn yang tinggi.

Page 93: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

78

4. Pemahaman responden tentang ladang berpindah

Perambahan hutan yang tak terkendali berupa konversi hutan menjadi lahan

pertanian merupakan salah satu faktor terjadinya kerusakan hutan. Sistem ladang

berpindah biasanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang bersinggungan

langsung dengan pemanfaatan hutan. Sistem ladang berpindah merupakan tradisi

yang sudah ada sejak dulu yang telah turun temurun.

Tabel 38 Pemahaman responden tentang ladang berpindah

No Pernyataan Distribusi pemahaman (%)

Mamahak Teboq Lutan

TS R S TS R S 1 Sistem ladang berpindah merupakan 0,00 3,33 96,67 10,00 0,00 90,00

tradisi yang sudah ada sejak dulu 2 Sistem ladang berpindah dapat 20,00 0,00 80,00 16,67 3,33 80,00

merusak hutan 3 Pertanian yang menggunakan sistem 16,67 0,00 83,33 13,33 3,33 83,33

ladang berpindah merupakan sistem yang kurang baik

4 Sistem ladang berpindah rawan terjadi 16,67 0,00 83,33 43,33 3,33 53,33 konflik sosial antar masyarakat Ket: TS = Tidak Setuju, R= Ragu-ragu, S= Setuju

Sebanyak 80% responden Desa Mamahak Teboq dan 90% responden Desa

Lutan memahami bahwa sistem ladang berpindah dapat merusak hutan. Meski

masyarakat memahami bahwa dengan membakar hutan dapat berdampak negatif

terhadap hutan dan meskipun mereka menyadari bahwa dengan sistem ladang

berpindah dapat merusak hutan tapi mereka tetap saja melakukan aktivitas

tersebut dengan alasan mereka tidak ada pilihan lain dan mereka mengkonversi

hutan menjadi lahan pertanian untuk mengklaim lahan tersebut menjadi hak milik

mereka. Aktifitas perladangan berpindah yang terjadi di hutan-hutan yang

merupakan daerah tangkapan air seperti yang ada di hulu Sungai Muring,

sempadan Sungai Pariq dan Sungai Benturak.

Ladang berpindah merupakan sistem yang sudah mereka lakukan turun

temurun karena dengan sistem tersebut mereka dapat meperoleh hasil panen yang

mampu mencukupi kebutuhan pangan mereka. Masyarakat mengolah lahan tanpa

menggunakan pupuk sehingga apabila tanah yang diolah dimanfaatkan pada rotasi

Page 94: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

79

berikutnya tidak akan memperoleh hasil panen yang memuaskan bahkan dapat

terjadi gagal panen.

(a) Hutan berubah menjadi ladang padi (b) Kerusakan hutan akibat perlada- dan berada di kawasan hutan produksi. ngan berpindah.

(c) Pembukaan hutan menjadi kebun. (d) Pembukaan hutan dengan cara membakar hutan untuk dijadikan perladangan.

Gambar 11 Kerusakan hutan akibat perladangan berpindah.

Kegiatan perladangan berpindah berkembang pada areal yang kaya lahan

dan kekurangan tenaga kerja. Waktu yang dibutuhkan untuk membuka ladang

cukup lama dan terdiri dari beberapa tahapan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut

adalah memeriksa tanah (menebas) pada bulan April-Juni, kegiatan mencincang

pada bulan Juli, kegiatan membakar dan menugal/tanam pada bulan Agustus-

Oktober, kegiatan merumput pada bulan November-Desember dan panen pada

bulan Februari sampai Maret.

Page 95: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

80

Biasanya petani harus berusaha lebih bekerja keras meningkatkan

produktivitas tenaga kerja manusia daripada mengintensifkan produksi lahan per

unit. Terlihat dari tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan untuk membuka

hutan untuk membuat ladang mereka. Sebanyak 83,33% responden di kedua desa

setuju bahwa sistem ladang berpindah merupakan sistem yang kurang efektif. Hal

ini karena selain membutuhkan waktu yang cukup lama, mereka juga harus

mengeluarkan biaya yang sangat besar dalam pembukaan lahan.

Meskipun panen telah berakhir, ladang yang telah dimanfaatkan tidak

ditinggalkan begitu saja. Beberapa dari mereka kembali menanami ladangnya

dengan berbagai jenis tanaman buah-buahan, sayur-sayuran bahkan tanaman keras

seperti sengon dan karet. Namun, ada juga beberapa dari mereka membiarkan

bekas ladang tersebut menjadi belukar sehingga hutan tumbuh kembali (masa bera

lahan).

Menurut Carol dan Richard (1997), meski terdapat dampak negatif ladang

berpindah terhadap kerusakan hutan terdapat juga dampak positifnya terhadap

kelestarian hutan yaitu masa bera mempunyai fungsi ekologi yang penting dalam

melestarikan kesuburan tanah dan kualitas serta ketersediaan air, mengurangi

rumput, hama, dan masalah penyakit.

Sebanyak 83,33% responden Desa Mamahak Teboq dan 53,33% Desa

Lutan menyatakan bahwa sistem ladang berpindah rawan terjadi konflik sosial

antar masyarakat. Namun terdapat beberapa responden yang tidak setuju dengan

hal tersebut karena menurut mereka apabila pembukaan lahan dilakukan dengan

baik dan diketahui oleh tetangga yang memiliki ladang berdekatan dengan

kawasan yang akan dibuka akan mengindari konflik. Jawaban responden

mengenai beberapa pertanyaan tentang ladang berpindah menurut skala Likert

tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman responden terhadap

kerusakan hutan akibat ladang berpindah tergolong tinggi.

Page 96: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

81

5. Pemahaman responden tentang kelestarian hutan

Hutan sebagai salah satu sumber pendapatan dan devisa negara mendapat

perhatian khusus terutama dalam pengelolaan dan pemanfaatannya sehingga

diharapkan dapat dinikmati seoptimal mungkin dengan tetap mengacu pada

pemanfaatan yang lestari. Pemanfaatan hutan yang kurang bijaksana dan

mengabaikan aspek-aspek pemanfaatan hutan yang berkesinambungan

dikhawatirkan akan dapat mengurangi fungsi hutan. Selain pemegang izin

pengelolaan hutan sebagai komponen penentu pengelolaan hutan yang lestari,

maka masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan yang melakukan

aktifitas hidupnya paling bersinggungan dengan pemanfaatan hutan. Sehingga,

untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari akan dibutuhkan peranan

masyarakat. Apabila tingkat pemahaman mereka terhadap kelestarian hutan

semakin tinggi, maka semakin besar pula peluang mereka turut dalam

memanfaatkan hutan secara bijaksana dan lestari.

Tabel 39 Pemahaman Responden tentang kelestarian hutan

No Pernyataan Distribusi pemahaman (%)

Mamahak Teboq Lutan

TS R S TS R S 1 Hutan merupakan sumber penghidupan 0,00 6,67 93,33 0,00 3,33 96,67

bagi masyarakat 2 Keberadaan hutan sangat penting bagi 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00

Masyarakat 3 Kelestarian hutan harus dijaga agar 0,00 0,00 100,00 0,00 3,33 96,67

tidak punah 4 Hutan dapat lestari jika dikelola 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00

dengan baik 5 Adanya peraturan yang terkait dengan 3,33 6,67 90,00 10,00 10,00 80,00

pemanfaatan sumber daya hutan Ket: TS = Tidak Setuju, R= Ragu-ragu, S= Setuju

Hutan merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat khususnya bagi

mereka yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Menurut Moeliono et. al. (2009)

masyarakat lokal bersifat pragmatis, mereka menyukai hutan dan bisa sangat

nostalgis tentang masa lalu, tetapi juga akan memanfaatkan setiap peluang baru.

Sebanyak 100% responden di Desa Mamahak Teboq maupun Desa Lutan

beranggapan bahwa keberadaan hutan sangat penting bagi masyarakat karena

Page 97: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

82

tanpa adanya hutan mereka akan mengalami hidup sulit dan hutan dapat lestari

jika dikelola dengan baik. Sebanyak 96,67% responden di Desa Mamahak Teboq

dan 100% responden di Desa Lutan mengatakan bahwa kelestarian hutan harus

dijaga agar tidak punah. Hal tersebut dipahami karena masyarakat di dua desa

penelitian masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya

hutan.

Hasil wawancara pada responden menyatakan bahwa tanpa adanya hutan

mereka tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Apabila hutan tidak

dikelola dengan baik maka hutan dapat rusak dan HHBK yang biasa dimanfaatkan

akan semakin berkurang ketersediaanya di hutan. Apabila hutan tidak dijaga

kelestariannya otomatis mereka tidak akan mampu lagi memperoleh pendapatan

dari hasil memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam hutan.

Oleh karena responden setuju bahwa kelestarian hutan harus dijaga agar

tidak punah, maka sebanyak 80% responden di Desa Mamahak Teboq dan 90%

responden di Desa Lutan menyadari untuk menghindari kerusakan hutan pada

sumber daya hutan perlu adanya peraturan yang terkait dengan pemanfaatan

sumber daya hutan. Berbagai peraturan dan himbauan mengenai larangan berburu

dan membuka hutan dengan membakar hutan untuk dijadikan ladang sudah ada

berupa plang yang dibuat oleh PT. RATAH TIMBER. Namun, beberapa

responden juga tidak setuju apabila ada peraturan dalam pemanfaatan sumber

daya hutan.

Sebagian dari mereka berpendapat apabila ada peraturan tersebut maka

mereka tidak akan bebas lagi mengambil dan memanfaatkan hasil hutan yang

biasa mereka manfaatkan. Mereka khawatir proses dalam pengambilan hasil hutan

akan semakin dipersulit. Mereka menyadari bahwa kegiatan berburu dan

membakar hutan untuk dijadikan ladang telah melanggar hukum, akan tetapi

aktifitas tersebut masih terus dilakukan karena kebutuhan yang harus dipenuhi

mereka.

Jawaban responden mengenai beberapa pertanyaan tentang kelestarian

sumber daya hutan menurut skala Likert tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan

bahwa pemahaman responden terhadap kelestarian hutan tergolong tinggi.

Page 98: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

83

5.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil dari setiap pertanyaan yang telah dijawab oleh responden dilakukan

uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan

butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.

Pertanyaan valid apabila dari pengolahan data statistik diperoleh r-hitung yang

merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r-tabel.

Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 60, maka nilai r-tabel

dapat diperoleh melaui df (degree of freedom) = n – k. K merupakan jumlah butir

pertanyaan dalam suatu variabel yaitu sebanyak 24 pertanyaan, maka r-tabel =

0,320 (α = 5%). Analisi output dapat dilihat pada lampiran.

Dari uji validitas dapat dilihat bahwa pertanyaan yang valid hanya 10

pertanyaan dari 24 pertanyaan yang dipakai. Hal ini menunjukkan bahwa hanya

sebagian pertanyaan saja yang layak dijadikan sebagai daftar pertanyaan dalam

mendefinisikan variabel yang dipakai. Pernyataan yang valid tersebut adalah

keadaan hutan semakin rusak dibanding tahun sebelumnya, luas hutan di dareah

anda semakin berkurang, persediaan sumber daya hutan yang anda manfaatkan

semakin berkurang di hutan, pemanfaatan hasil hutan yang terus menerus dapat

mempengaruhi ketersediaan hasil hutan tersebut, perambahan hutan merupakan

salah satu faktor terjadinya kerusakan hutan, ketersediaan kayu di hutan semakin

terbatas, sistem ladang berpindah merupakan tradisi yang sudah ada sejak dulu,

sistem ladang berpindah dapat merusak hutan, pertanian yang menggunakan

sistem ladang berpindah merupakan sistem yang kurang efektif, dan hutan

merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat.

Uji reliabilitas (keandalan) adalah ukuran suatu kestabilan dan konsistensi

responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu

bentuk kuisioner. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki

nilai Crobach’s Alpha > 0,60. Cronbach Alpha adalah ukuran dari konsistensi

internal, yaitu, seberapa erat terkait satu set item sebagai suatu kelompok. Dari uji

reliabilitas didapat bahwa nilai Crobach’s Alpha sebesar 0,7013. Hal ini

menunjukkan bahwa konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi variabel

pemanfaatan sumber daya hutan adalah reliabel.

Page 99: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

84

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Jenis-jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimanfaatkan oleh

masyarakat sekitar hutan di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan adalah

HHBK nabati, yaitu: rotan, getah karet, pasak bumi, akar kuning, anggrek,

gingseng, sarang semut, jamur dan HHBK hewani, yaitu: babi hutan, rusa,

kijang, kancil, landak, monyet beruk, dan madu. Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan di kedua desa penelitian, tingkat pemanfaatan pada HHBK

nabati, yaitu: jenis rotan lebih tinggi dibanding jenis HHBK nabati lainnya

sebesar 51,7% sedangkan untuk HHBK hewani, satwa liar berupa babi hutan

pemanfaatannya sebesar 36,7%.

2. Nilai manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang diperoleh responden di

Desa Mamahak Teboq sebesar Rp 1.834.800.000,- /tahun yang terdiri dari

nilai manfaat HHBK nabati sebesar Rp 130.752.000,-/tahun dan nilai manfaat

HHBK hewani Rp 1.704.048.000,-/tahun sedangkan di Desa Lutan nilai

manfaat yang diperoleh adalah sebesar Rp 744.690.000,-/tahun yang terdiri

dari nilai manfaat HHBK nabati sebesar Rp 359.250.000,-/tahun dan nilai

manfaat HHBK hewani Rp 385.440.000,-/tahun

3. Kontribusi pemanfaatan HHBK terhadap penerimaan/pendapatan total

Rumah Tangga yang diperoleh responden Desa Mamahak Teboq sebesar

86,1% sedangkan responden di Desa Lutan 74,3%. Besarnya kontribusi

sumber daya hutan tersebut menyatakan bahwa masih besarnya tingkat

pemanfaatan dan ketergantungan mereka terhadap sumber daya hutan.

4. Pemahaman masyarakat di desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan terhadap

pemanfaatan hasil hutan, kerusakan dan kondisi hutan, sumber daya hutan

sebagai sumber pendapatan, tentang ladang berpindah dan kelestaraian hutan

menurut skala Likert tergolong tinggi dimana rata-rata skor yang diperoleh

adalah sebesar 2,78.

Page 100: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

85

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan inventarisasi hasil hutan bukan kayu di kawasan konsesi

IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER untuk mengetahui potensi HHBK

secara pasti sehingga dapat melakukan pengembangan jenis HHBK yang

diminati oleh masyarakat untuk dikembangkan lebih lanjut.

2. Konsumsi masyarakat di Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan terhadap

pemanfaatan HHBK khususnya satwa liar secara terus-menerus dapat

mengakibatkan potensi HHBK semakin menurun. Oleh sebab itu perlu

dilakukan penyuluhan dan himbauan secara terus menerus dan adanya

alternatif kegiatan selain memburu satwa liar karena beberapa jenis satwa liar

yang dimanfaatkan oleh responden termasuk satwa yang dilindungi oleh

negara.

3. Perlu dilakukan penelitian di desa lain yang berada di dalam kawasan hutan

IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER, sehingga dapat dibandingkan tingkat

pemanfaatan masyarakat terhadap hasil hutan bukan kayu (HHBK) di desa

yang berada dalam kawasan hutan dengan di desa yang berada di luar

kawasan hutan.

Page 101: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

86

DAFTAR PUSTAKA

Birgantoro Bakti A. 2008. Studi pemanfaatan sumber daya hutan oleh masyarakat desa sekitar hutan (studi kasus di RPH Sumberwaru dan RPH Sumberejo, BKPH Asembagus, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Carol J. Pierce Colfer, Richard G. Dudley. 1997. Peladang berpindah di Indonesia: Perusak atau pengelola hutan?. Samarinda: GTZ SFMP Indonesia-German Development Coorperation.

[CIFOR] Center for International Forestry Research. 2006. Ketergantungan, persepsi, dan partisipasi masyarakat terhadap sumber daya hayati hutan: studi kasus di dusun pampli kabupaten luwu utara sulawesi selatan. Jakarta:Iintiprima karya.

Giarci. 2001. Pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaanmasyarakat-dan-pembangunan-berkelanjutan.html. [1 Februari 2011].

Girsang Resman E. 2006. Pemanfaatan Sumber Daya Hutan oleh masyarakat sekitar hutan jati di BKPH Bancar, KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Gunawan R, Thamrin J, Suhendar E. 1998. Industrialisasi kehutanan dan dampaknya terhadap masyarakat adat: Kasus Kalimantan Timur. Bandung: AKATIGA.

Hartono, Aziz Arnicun. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Irwanto. 2006. Focus group discussion (FGD): Sebuah pengantar praktis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moeliono Moira, Wollenberg Eva dan Limberg Godwin. Desentralisasi tata kelola hutan: Politik, Ekonomi dan perjuangan untuk menguasai hutan di

Kalimantan, Indonesia. Jakarta :Harapan Prima.

Nasendi, B.D dan Mas’ud Fauzi. 1996. Kajian Pemasalahan lokal dan nasional hutan dan kehutanan di Indonesia: Tinjauan, prospek dan strategi

menuju pengelolaan hutan dan pemangunan kehutanan berkelanjutan. Bogor : CV. Sinar Jaya.

Peraturan Menteri Kehutanan No. 35/Menhut-II/2007, Tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P 21/Menhut-II/2009 tentang Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan. Jakarta

Page 102: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

87

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta

Rahmanita Dini. 2006. Nilai ekonomi satwa liar berdasarkan preferensi masyarakat di sekitar hutan: Studi Kasus di Hutan Produksi PT. Sari bumi Kusuma, Kalimantan Tengah. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Setyani Irma S. 2010. Pemanfaatan hasil hutan non kayu dan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hutan (kasus: di IUPHHK-HA PT.Austral Byna, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun M , Effendi S. 1987. Metode Penelitian Survei. Yogyakarta: LPEES

Sajogyo. 1996. Memahami dan menanggulangi kemiskinana di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Subejo, Supriyanto. 2004. Pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaan-masayrakat-dan-pembangunan-berkelanjutan,html. [1 Februari 2011].

Suhanda Nani S, Amalia L, Sukandar D, Khairunisa. 2009. Gold Standar dan Indikator Garis Kemiskinan Rumah Tangga petani di Subang. Bogor: PPMKP dan NHF

Suhartono Tonny, Mardiastuti Ani. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT).

Sumadiwangsa, E.S dan Gusmailina. 2006. Teknologi budidaya, pemanfaatan dan pengembangan hasil hutan bukan kayu. Bogor: CV Sinar Jaya.

Page 103: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

88

LAMPIRAN

Page 104: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

89

Lampiran 1 Peta areal konsesi PT. RATAH TIMBER

Page 105: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

90

Lampiran 2 Identitas responden Desa Lutan

No. Resp L/P

Status Dlm Kel. Umur Agama Suku Status Pendidikan

Pekerjaan Utama

Pekerjaan Sampingan JAK

JTT (Km)

1 L KK 47 Islam Banjar Kawin SMA Petani Pedagang 8 10 2 L KK 45 Islam Dayak Bahau Kawin SD Petani Wakil RT 4 10 3 L KK 55 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani BPK/Kaur Umum 12 10 4 L KK 41 Islam Jawa Kawin SMP Petani Bisnis 5 7 5 L KK 67 Islam Bakumpai Kawin SMA Petani Pedagang 4 1 6 L KK 70 Islam Dayak Bahau Kawin SR/SD Petani tidak ada 6 7 7 P IRT 41 Islam Dayak Bahau Kawin SMA Guru Petani 4 10 8 P IRT 40 Katolik Dayak Bahau Kawin PT Guru Petani 4 10 9 L KK 35 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Pedagang tidak ada 3 1 10 L KK 38 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA PNS Penores 4 2 11 P IRT 29 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Staf BPK Penores 3 1 12 L KK 36 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Petani Pemburu 7 3 13 L KK 60 Islam Bakumpai Kawin SD Petani Nelayan, Berburu 7 3 14 L KK 37 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Wakil BPK Petani 4 1 15 L KK 42 Katolik Jawa Kawin SMA Petani Penores 4 2

Keterangan: KK : Kepala Keluarga IRT : Ibu Rumah Tangga JAK : Jumlah Anggota Keluarga JTT : Jarak Tempat Tinggal dari hutan

Page 106: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

91

Lampiran 2 Identitas responden Desa Lutan Lanjutan

No. Resp L/P

Status Dlm Kel. Umur Agama Suku Status Pendidikan

Pekerjaan Utama

Pekerjaan Sampingan JAK

JTT (Km)

16 L KK 60 Islam Bakumpai Kawin SMP BPK Pemburu 3 10 17 P IRT 36 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Petani Penores 3 7 18 P IRT 20 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Penores 2 7 19 P IRT 43 Katolik Dayak Bahau Kawin TS Petani Pengrajin 8 10 20 P IRT 23 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Petani tidak ada 4 10 21 L KK 70 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Ka. Adat Pemburu 9 10 22 P IRT 51 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Pemburu 7 10 23 L KK 31 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Pemburu 3 10 24 P IRT 54 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Pemburu 10 10 25 L KK 80 Katolik Dayak Kalteng Kawin SMA Guru Pemburu 8 10 26 P IRT 26 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Tidak ada 2 2 27 P IRT 55 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Pedagang 3 2 28 L KK 50 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Petani Tidak ada 4 5 29 L KK 33 Islam Banjar Kawin SMP Kontraktor petani, berburu 6 7 30 P IRT 51 Islam Banjar Kawin SMA Guru Pedagang 4 5 Keterangan: KK : Kepala Keluarga IRT : Ibu Rumah Tangga JTT : Jarak Tempat Tinggal dari hutan JAK : Jumlah Anggota Keluarga TS : Tidak Sekolah

Page 107: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

92

Lampiran 3 Identitas responden Desa Mamahak Teboq

No. Resp L/P

Status Dlm Kel Umur Agama Suku Status Pendidikan

Pekerjaan Utama

Pekerjaan Sampingan JAK

JTT (Km)

1 L KK 40 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Pedagang Petani 3 0,5 2 L KK 52 Islam Kalteng Kawin SMP Petani Nelayan 10 1 3 L KK 70 Katolik Dayak Bahau Kawin SR/SD Ag. L.Adat Petani 3 2 4 L KK 46 Islam Bugis Kawin SD Petani Tukang 5 3 5 L KK 66 Islam Jawa Kawin SD Petani Pandai besi 7 2 6 L KK 71 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Petani Pemburu,tukang,nelayan 3 2 7 L KK 47 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Petani Pemburu 6 5 8 L KK 40 Islam Dayak Kalteng Kawin SMP Karyawan Petani,Pemburu 4 1 9 L KK 30 Islam Bugis Kawin SD Pedagang Pemburu 4 2 10 L KK 39 Katolik Dayak Bahau Kawin SLTA Karyawan Pemburu 5 2 11 L KK 49 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Karyawan Pemburu 3 2 12 L KK 46 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Pemburu Petani,nelayan 5 2 13 L KK 55 Islam Dayak Kalteng Kawin SD Petani Beternak,Pemburu 5 8 14 L KK 49 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Petani Pemburu 5 1 15 L KK 26 Islam Dayak Bahau Kawin SMK Karyawan Pemburu 5 1 Keterangan: KK : Kepala Keluarga JTT : Jarak Tempat Tinggal dari hutan IRT : Ibu Rumah Tangga JAK : Jumlah Anggota Keluarga

Page 108: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

93

Lampiran 4 Identitas responden Desa Mamahak Teboq lanjutan

No. Resp L/P

Status Dlm Kel. Umur Agama Suku Status Pendidikan

Pekerjaan Utama

Pekerjaan Sampingan JAK

JTT (Km)

16 L KK 24 Islam Dayak Bahau Kawin SMP Pemburu Tidak ada 3 3 17 L KK 43 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Karyawan Pemburu 5 8 18 L KK 35 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Karyawan Pemburu 4 6 19 L KK 37 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Karyawan Pemburu 3 2 20 L KK 30 Katolik Dayak Bahau Kawin SMP Karyawan Pemburu 5 2 21 P IRT 57 Katolik Dayak Kayan Kawin TS Petani Pemungut rotan 8 2 22 L KK 41 Katolik Dayak Bahau Kawin SMEA Petani Tukang 3 2 23 L KK 46 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Petani Tukang 5 2 24 P IRT 41 Katolik Dayak Bahau Kawin SMA Petani Tidak ada 8 2 25 L KK 34 Katolik Dayak Bahau Kawin SLTA Pedagang Pemburu,nelayan 5 2 26 L KK 32 Islam Bugis Kawin SMA Karyawan Peternak 4 2 27 L KK 38 Islam Bakumpai Kawin TS Pedagang Pemburu 3 1 28 L KK 52 Katolik Dayak Bahau Kawin SD Karyawan Pemburu 4 5 29 L KK 36 Katolik Dayak Bahau Kawin TS Karyawan Pemburu 5 2 30 L KK 55 Katolik Dayak Bahau Kawin PS Karyawan Pemburu 6 200m Keterangan: KK : Kepala Keluarga IRT : Ibu Rumah Tangga JAK : Jumlah Anggota Keluarga JTT : Jarak Tempat Tinggal dari hutan TS : Tidak Sekolah

Page 109: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

94

Lampiran 5 Kepemilikan lahan responden Desa Lutan

No. Kepemilikan Lahan (Ha) Asal-usul lahan

Resp Sawah Ladang Kebun Pekarangan Belukar

Tanah kosong

Membuka Lhn. hutan

Warisan keluarga

Tanah adat Membeli Menyewa

1 0 2 1 0 6 0 √ - - - - 2 0 2 4 0 1 12 - √ - - - 3 0 1 6 0,032 1 3 - √ - - - 4 0 1,5 1 0,005 2,5 1 √ - - - - 5 0 2 0,5 0 0 4 √ - - - - 6 0 0 5 0 0 0 - √ - - - 7 0 0 2 0 0 0 √ - - - - 8 0,5 2 2 0 0 0 √ - - - - 9 0 0 2 0 0 0 - √ - - - 10 0 2 4 0,028 2 0 - √ - - - 11 0 0 1 0 0 0 - √ - - - 12 0 1 4 0 6 0 - - √ - - 13 0 1 1 0 1 0 √ - - - - 14 0 2 8 0 0 0 √ - - - - 15 0,5 2 2 0 0 0 √ - - - - 16 0 1 0,5 0 1 1 - √ - - - 17 0 1 2 0,02 1 2 - √ - - - 18 0 1 2 0,02 1 2 - √ - - -

Page 110: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

95

Lampiran 6 Kepemilikan lahan responden Desa Lutan lanjutan

No. Kepemilikan Lahan (Ha) Asal-usul lahan

Resp Sawah Ladang Kebun Pekarangan Belukar

Tanah kosong

Membuka Lhn. hutan

Warisan keluarga Tanah adat Membeli Menyewa

19 0 3 2 0 0 0 - √ - - -

20 0 3 0 0 0 0 - √ - - -

21 0 1,5 1 0 5 0 √ - - - -

22 0 0,5 1 0 1 2 √ √ - - -

23 0 1 0,5 1 1 0 - √ - - -

24 0 1 1 0 0 0 √ √ - - -

25 0 2 0 0 3 0 √ - - - -

26 0 1 0 0 0 0 √ - - - -

27 0 2 2 0 3 0 √ - - - -

28 0 2 0 0 0 0 √ - - - -

29 0 5 3 0 0 0 - - - - -

30 0 0 0 0 0 0 - - - - -

Total 2 25 26 24 15 8 15 14 1 0 0

Page 111: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

96

Lampiran 7 Kepemilikan lahan responden Desa Mamahak Teboq

No. Kepemilikan Lahan (Ha) Asal-usul lahan

Resp Sawah Ladang Kebun Pekarangan Belukar Tanah kosong

Membuka Lhn. Hutan

Warisan keluarga

Tanah adat Membeli Menyewa

1 0 1 2 0 2 2 - √ - - - 2 0 2 1 2 2 2 √ - - - - 3 0 2,5 0 0 4 0 √ - - - - 4 0 5 0 0 0 0 - - - √ - 5 0,2 0 0,02 0 0 0 √ - - - - 6 0 2 2 4 0 8 √ - - - - 7 0 2 0 0 0 0 √ - - - - 8 1 1 1 0,01 0 3 - √ - - - 9 0 1 0 0 0 0 - √ - - - 10 0 1 2 0 0 0 √ √ - - - 11 0 1 1 0,1 0 0 √ - - - 12 0 0,5 1 0 1 1 √ √ - - - 13 0 3 1 0 10 0 - √ 14 0 1 1 3 0 1 - √ - - - 15 0 0 1 0 2 4 - √ - - - 16 1 5 3 0 0 2 √ - - - 17 0 5 0,5 0 0 0 √ - - - 18 0 3 3,5 1 2,5 4 √ √ √ - -

Page 112: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

97

Lampiran 8 Kepemilikan lahan responden Desa Mamahak Teboq lanjutan

No. Kepemilikan Lahan (Ha) Asal-usul lahan

Resp Sawah Ladang Kebun Pekarangan Belukar Tanah kosong

Membuka Lhn. Hutan

Warisan keluarga

Tanah adat Membeli Menyewa

19 0 4 4 0,25 2 7 √ - - - - 20 0 0 0 0 0 0 - - - - - 21 0 0,5 1 0 20 0 √ - - - - 22 0 0,5 3,5 0 0 0 √ √ - - - 23 0 3 2 0 0 0 - √ - - - 24 0 0 2 0 0,5 0 - √ - - - 25 0 1 6 0 2 2 √ √ - √ - 26 0 4 0,5 0 2,2 4 - - √ √ - 27 0 0 1,5 0 2 0 - √ - - - 28 0 5 1 0 0 0 - √ - - - 29 0 2 2 0 1 0 - √ - - - 30 0 4 0 0 0 0 √ - - - -

Total 2,2 60 43,52 10,36 53,2 40 15 16 3 3 0

Page 113: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

98

Lampiran 9 Pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Lutan

No. HHBK Nabati HHBK Hewani

Getah Karet

Rotan Damar Jamur Pasak bumi

Bambu Akar

kuning Daun kajang

Daun biru

Madu Babi hutan Rusa/Payau Kijang Kancil

Resp. kg/minggu (kg/bulan) (kg/minggu) (kg) (kg)/bulan (batang) (kg) (Liter) (ekor/minggu) (ekor/bulan) (ekor/bulan) (ekor/minggu) 1 − 50 − − 2 − − − − − − − − −

2 − 50 − − 1 batang − 1 batang − − − − − − −

3 − 3 m − − 30 cm − − − − − − − − −

4 10 TT − − − − − − − − − − − −

5 − TT − − − − − − − − − − − −

6 − − − − − − − − − − 2−3 − − −

7 25−35 − − − − − − − − − − − − −

8 20−25 − − 2 2 − 2 − − − − − − −

9 − − − 2 5 − − − − − − − − −

10 35 − − 3 2 − − − − − − − − −

11 25 − − TT − − TT − − − − − − −

12 20 − − − − − − − − − 1 4 − −

13 − − − − − − − − − 1 − 12 − 2

14 − 50 K − − − − − − K − − − −

15 30 − − − − − − − − − − − − −

16 − − − − − − − − − − 1−2 1−2 − −

17 30 50 − − − − − − − − − − − −

18 30 − − − − − − − − − − − − −

Page 114: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

99

Lampiran 9 Pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Lutan lanjutan

No. HHBK Nabati HHBK Hewani

Getah Karet

Rotan Damar Jamur Pasak bumi

Bambu Akar

kuning Daun kajang

Daun biru

Madu Babi hutan Rusa/Payau Kijang Kancil

Resp. kg/minggu (kg/bulan) (kg/minggu) (Kg) (kg)/bulan (batang) (kg) (Liter) (ekor/minggu) (ekor/bulan) (ekor/bulan) (ekor/minggu) 19 − 60 batang − − − − − − − − − − − −

20 − 60 batang − − − − − − − − − − − −

21 − − − − − − − − − − 2−5 − − −

22 − − − − − − − − − − 2 1 − −

23 − − − − − − − − − − 1−2 1 − −

24 − 60 batang − − − − − − − − 1 − − −

25 − − − − − − − − − − 2 2 2 −

26 − 2 m − − − − − 60 lbr 60 lbr − − − − −

27 − 2m − − − − − 140 50kg − − − − −

28 − 50 kg − − − − − − − − − − − −

29 − 375 kg − − − − TT − − − − 1/tahun − 1 ekor/thn

30 − 100 kg − − − − − − − − − − − −

Page 115: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

100

Lampiran 10 Pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Mamahak Teboq

No HHBK Hewani HHBK Nabati

Madu Babi

hutan Rusa/Payau Kijang Monyet Kancil

Ayam hutan

Landak Getah Karet

Rotan Damar Pasak bumi

Bambu

Resp. (Liter) (ekor/minggu) (ekor/bln) (ekor/bln) (ekor/bln) (ekor/minggu) (ekor/bln) (ekor/minggu) kg/minggu (ikat/bln) (kg/minggu) (kg)/bln) (batang) 1 − − − − − − − − − 1 − − − 2 − 2 − − − − − − − − − − − 3 10 − − − − − − − − 25 − − − 4 − − − − − − − − − − − − − 5 − − − − − − − − − − − − 6 − 2 − − − − − − − 1 − − − 7 − 3 4 − − − − − − − − − −

8 − − 4 − − 1 − 1 − 3 pot(1/2

ikat) − − − 9 − − 4−12 4 − − − − − − − − − 10 − 3−4 1 − − − − − − − − − − 11 − 1−3 − − − − − − − − − − − 12 − 1−5 4 1 − − − − − − − − − 13 − − 1 1 − 3−5 1 − − − − − − 14 − − 4 2 − − 2 − − * 2 − 80 15 − 3 1 − − 1 − − − 1−2ton 10 − − 16 − 5 4 jarang − 3 1 3 − − − − − 17 − 4 − − 1 − − − − − − − − 18 − 2 4 − − 2−3 − − − − − − −

Page 116: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

101

Lampiran 10 Pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Mamahak Teboq lanjutan

No HHBK Hewani HHBK Nabati

Babi hutan Rusa/ Payau

Kijang Monyet Kancil Ayam hutan

Landak Madu Getah Karet

Rotan Damar Pasak bumi

Bambu Akar

kuning Buah-

Resp. (ekor/

minggu) (ekor/bln) (ekor/ bln)

(ekor/ bln)

(ekor/ minggu)

(ekor/ bln)

(ekor/ minggu) (Liter)

(kg/ Minggu)

(ikat/bln) (kg/ming

gu) (kg)/bln) (btng) (kg) buahan

19 2−6 4−8 1−3 − 4−5 − − − − 1−3 − − − − − 20 2 4 4 1 − 1 − − − − − − − − − 21 − − − − − − − − − 8 − − − − − 22 − − − − − − − − − 8 − − − − − 23 − − − − − − − − 20 − − 2 − 1 − 24 − − − − − − − − 30 − − − − − − 25 3−4 1 − − − − − 5−10 − 1ton − − − − − 26 − − − − − − − − − 1 1−2krng − − − − 27 − 1−3 1 − − − − − − − − − − − − 28 1/bulan jarang − − − − − − − − − − − − − 29 1−5 1 1 3 1 − 2−3 − − − − − − − − 30 1 ekor/bln 1 − − − − − − − − − − − − −

Page 117: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

102

Lampiran 11 Pendapatan dari pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Lutan

No Pendapatan pemanfaatan SDH (Rp/tahun)

Rotan Getah karet Babi hutan Rusa Kancil Pendapatan kotor Pengeluaran kotor Pendapatan bersih 1 50000 − − − − 600000 0 600000 2 200000 − − − − 2400000 840000 1560000 3 − − − − − 0 0 0 4 − − 580000 − − 6960000 576000 6384000 5 − − − − − 0 0 0 6 − − 4800000 − − 57600000 3600000 54000000 7 − 1320000 − − − 15840000 576000 15264000 8 − 990000 − − − 11880000 576000 11304000 9 − − − − − 0 0 10 − 3520000 − − − 42240000 576000 41664000 11 − 4400000 − − − 52800000 960000 51840000 12 − 1320000 3040000 − − 52320000 13200000 39120000 13 − 9000000 − 600000 115200000 4300000 110900000 14 240000 − − − − 2880000 50000 2830000 15 − − − − − 0 0 16 − − 3200000 3600000 81600000 2704000 78896000 17 330000 1320000 − − − 19800000 996000 18804000 18 − 1320000 − − − 15840000 576000 15264000

Page 118: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

103

Lampiran 11 Pendapatan dari pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Lutan lanjutan

No Pendapatan pemanfaatan SDH (Rp/tahun)

Rotan Getah karet Babi hutan Rusa Kancil Pendapatan kotor Pengeluaran kotor Pendapatan bersih

19 100000 − − − − 1200000 600000 600000

20 100000 − − − − 1200000 600000 600000

21 − − − − − 0 0

22 − − 3200000 1800000 − 60000000 672000 59328000

23 − − 9600000 900000 − 126000000 3424000 122576000

24 77500 − 800000 − − 10530000 1350000 9180000

25 − − − − − 0 0

26 1200000 − − − − 14400000 0 14400000

27 1200000 − − − − 14400000 0 14400000

28 1200000 − − − − 14400000 4800000 9600000

29 1800000 − − − − 21600000 16128000 5472000

30 250000 − − − − 3000000 168000 2832000

Page 119: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

104

Lampiran 12 Pendapatan dari pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Mamahak Teboq

Pendapatan pemanfaatan SDH

No. Resp.

Rotan Karet Madu Babi hutan Rusa Kijang Kancil Landak

Ayam hutan Monyet

Pendapatan kotor (Rp/tahun)

Pengeluaran kotor (Rp/tahun)

Pendapatan bersih (Rp/tahun)

1 0 − − − − − − − − − 0 0 0 2 0 − − − − − − − − − 0 0 0 3 250000 − 1.500.000 − − − − − − − 4.500.000 0 4.500.000 4 0 − − − − − − − − − 0 0 0 5 0 − − − − − − − − − 0 0 0 6 150.000 − − 4.800.000 − − − − − − 59.400.000 870.000 58.530.000

7 − − − 7.200.000 2.000.000 − − − − − 110.400.000 2.976.000 107.424.000 8 − − − − 1.400.000 − 200.000 200.000 − − 21.600.000 3.246.000 18.354.000 9 − − − − 6000000 3000000 − − − − 108.000.000 1152000 106.848.000 10 − − − 7200000 750000 − − − − − 95.400.000 7584000 87.816.000 11 − − − 4800000 − − − − − − 57.600.000 3060000 54.540.000 12 − − − 7200000 2000000 500000 − − − − 116.400.000 5208000 111.192.000 13 − − − − 500000 500000 9600000 − 50000 − 127.800.000 3000000 124.800.000 14 − − − − 6000000 500000 − − − − 78.000.000 0 78.000.000 15 100000 − − 7200000 500000 − 2400000 − − − 122.400.000 9348000 113.052.000 16 − − − 12000000 3200000 − − − − − 182.400.000 4980000 177.420.000 17 − − − 9600000 − − − − − − 115.200.000 8328000 106.872.000 18 − − − 4800000 − − − − − − 57.600.000 4800000 52.800.000

Page 120: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

105

Lampiran 12 Pendapatan dari pemanfaatan HHBK oleh responden Desa Mamahak Teboq lanjutan

Pendapatan pemanfaatan SDH

No. Resp.

Rotan Karet Madu Babi hutan Rusa Kijang Kancil Landak

Ayam hutan Monyet

Pendapatan kotor (Rp/tahun)

Pengeluaran kotor (Rp/tahun)

Pendapatan bersih (Rp/tahun)

19 − − − 4800000 1200000 625000 − − 79.500.000 2844000 76.656.000

20 − − − 4800000 2000000 − − − 50000 30000 82.560.000 1692000 80.868.000

21 70000 − − − − − − − − − 840.000 0 840.000

22 70000 − − − − − − − − − 840.000 144000 696.000

23 − 576000 − − − − − − − − 6.912.000 720000 6.192.000

24 − 1080000 − − − − − − − − 12.960.000 3600000 9.360.000

25 8000000 − 1488000 7200000 500000 − − − − − 189.888.000 3828000 186.060.000

26 600000 − − − − − − − − − 7.200.000 120000 7.080.000

27 − − − 6000000 − 750000 − − − − 81.000.000 900000 80.100.000

28 − − − 600000 − − − − − − 7.200.000 1800000 5.400.000

29 − − − 7200000 675000 − − − − − 94.500.000 1576000 92.924.000

30 − − − 600000 625000 − − − − − 14.700.000 150000 14.550.000

Page 121: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

106

Lampiran 13 Pengeluaran responden Desa Lutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS

No. Jenis pengeluaran (Rp/bulan) Total pengelua-

Total pengelua- JAK

Pengeluaran

Resp Pangan Sandang Papan Transportasi Pendidikan Kesehatan Rekreasi Sumbangan Lainnya ran

(Rp/Bulan) ran

(Rp/tahun) (Rp/kapita/

bulan) Status

1 2173500 166.667 0 200.000 600.000 1.000.000 0 0 50.000 4.190.167 50282000 8 523771 TM

2 371000 0 0 150.000 0 0 0 0 0 521.000 6252000 4 130250 M

3 987000 166666,67 0 280000 1000000 200000 0 0 14000 2.647.667 31772000 12 220639 M

4 321000 350000 0 200.000 300.000 0 0 0 0 1.171.000 14052000 5 234200 M

5 429500 300.000 0 0 0 0 0 8000 0 737.500 8850000 4 184375 M

6 562000 41.667 0 500000 360000 100.000 41666,67 20.000 0 1.625.333 19504000 6 270889 TM

7 429500 50.000 100.000 100.000 50.000 10.000 0 0 0 739.500 8874000 4 184875 M

8 755000 100.000 100.000 100.000 100.000 50.000 0 50.000 0 1.255.000 15060000 4 313750 TM

9 293000 500.000 500.000 200.000 150.000 300.000 0 0 0 1.943.000 23316000 3 647667 TM

10 369000 200.000 500.000 150.000 400.000 300.000 0 0 0 1.919.000 23028000 4 479750 TM

11 184500 200.000 200.000 50.000 100.000 50.000 0 50.000 0 834.500 10014000 3 278167 TM

12 779000 1.000.000 4000000 0 300.000 700.000 0 0 0 6.779.000 81348000 7 968429 TM

13 883000 0 0 350000 0 0 0 0 0 1.233.000 14796000 7 176143 M

14 269000 100.000 50.000 100.000 150.000 50.000 0 50.000 0 769.000 9228000 4 192250 M

15 755000 50.000 0 0 0 0 0 0 0 805.000 9660000 4 201250 M

16 377000 200.000 450.000 1.000.000 0 500.000 0 0 0 2.527.000 30324000 3 842333 TM

17 292500 500.000 0 300.000 100.000 100.000 1.000.000 100.000 0 2.392.500 28710000 3 797500 TM

Page 122: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

107

Lampiran 13 Pengeluaran responden Desa Lutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS lanjutan

No. Jenis pengeluaran (Rp/bulan) Total

pengelua- Total

pengelua- JAK

Pengeluaran

Resp Pangan Sandang Papan Transportasi Pendidikan Kesehatan Rekreasi Sumbangan Lainnya

ran (Rp/Bulan)

ran (Rp/tahun)

(Rp/kapita/bulan) Status

18 184500 500.000 0 300.000 100.000 100.000 1.000.000 100.000 0 2.284.500 27414000 2 1142250 TM

19 750500 50.000 200.000 100.000 50.000 50.000 0 0 0 1.200.500 14406000 8 150063 M

20 538000 50.000 200.000 100.000 50.000 0 0 0 0 938.000 11256000 4 234500 M

21 293000 50.000 0 525000 0 0 0 0 0 868.000 10416000 9 96444 M

22 773500 150.000 0 0 0 20.000 0 0 0 943.500 11322000 7 134786 M

23 377000 200.000 1875000 1.000.000 0 500.000 0 0 0 3.952.000 47424000 3 1317333 TM

24 613500 100.000 500.000 200.000 500.000 500.000 0 0 0 2.413.500 28962000 10 241350 M

25 887000 100.000 0 0 250.000 0 0 0 0 1.237.000 14844000 8 154625 M

26 184500 20.000 0 375.000 30.000 30.000 0 50.000 10.000 699.500 8394000 2 349750 TM

27 429500 4166,667 0 600000 0 560000 600000 100.000 70.000 2.363.667 28364000 3 787889 TM

28 538000 41.667 0 280000 500.000 480000 0 0 0 1.839.667 22076000 4 459917 TM

29 373000 38333,33 0 0 110.000 3.000.000 1666666,7 20.000 0 5.208.000 62496000 6 868000 TM

30 321000 0 0 0 300.000 0 0 0 0 621.000 7452000 4 155250 M

Page 123: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

108

Lampiran 14 Pengeluaran responden Desa Mamahak Teboq untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS

No. Jenis pengeluaran (Rp/bulan) Pengeluaran Pengeluaran JAK

Pengeluaran

Resp Pangan Sandang Papan Transportasi Pendidikan Kesehatan Rekreasi Sumbangan Lainnya

(Rp/Bulan) (Rp/Bulan)

(Rp/kapita/bulan) Status

1 321000 200.000 200.000 300.000 400.000 200.000 100.000 50.000 1771000 21.252.000 3 590333 TM

2 1184500 100.000 0 90.000 6.000 0 0 0 50.000 1430500 17.166.000 10 143050 M

3 321000 100.000 0 0 0 0 0 0 0 421000 5.052.000 3 140333 M

4 345000 0 300.000 100.000 1.500.000 0 0 0 0 2245000 26.940.000 5 449000 TM

5 670500 150.000 0 100.000 200.000 0 0 0 0 1120500 13.446.000 7 160071 M

6 293000 100.000 200.000 144000 0 300.000 0 50.000 0 1087000 13.044.000 3 362333 TM

7 538000 150.000 0 0 50000 0 0 0 0 738000 8.856.000 6 123000 M

8 321000 200.000 100.000 200.000 300.000 150.000 800.000 50.000 100.000 2221000 26.652.000 4 555250 TM

9 212500 25000 0 210000 0 100.000 0 20.000 0 567500 6.810.000 4 141875 M

10 429500 150.000 0 0 0 0 0 0 0 579500 6.954.000 5 115900 M

11 317000 500.000 0 175.000 500.000 0 0 50.000 1542000 18.504.000 3 514000 TM

12 321000 0 0 36.000 15.000 0 0 0 50.000 422000 5.064.000 5 84400 M

13 321000 50000 0 0 0 0 0 0 0 371000 4.452.000 5 74200 M

14 755000 500.000 0 300.000 1.500.000 200.000 0 50.000 0 3305000 39.660.000 5 661000 TM

15 369000 800.000 500.000 90.000 300.000 0 1000000 0 0 3059000 36.708.000 5 611800 TM

16 321000 0 20.000 200.000 0 0 0 0 0 541000 6.492.000 3 180333 M

17 429500 250000 500.000 600.000 0 0 0 75000 0 1854500 22.254.000 5 370900 TM

Page 124: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

109

Lampiran 14 Pengeluaran responden Desa Mamahak Teboq untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berdasarkan BPS lanjutan

No. Jenis pengeluaran (Rp/bulan) Pengeluaran Pengeluaran JAK

Pengeluaran

Resp Pangan Sandang Papan Transportasi Pendidikan Kesehatan Rekreasi Sumbangan Lainnya

(Rp/Bulan) (Rp/Bulan)

(Rp/kapita/bulan) Status

18 341000 700.000 0 300.000 500.000 200.000 100.000 50.000 0 2191000 26.292.000 4 547750 TM

19 400200 400.000 0 400.000 0 0 150.000 0 90.000 1440200 17.282.400 3 480067 TM

20 412700 0 0 100.000 50.000 0 0 0 10.000 572700 6.872.400 5 114540 M

21 750500 50000 0 0 0 0 0 0 0 800500 9.606.000 8 100063 M

22 212500 50000 0 0 0 0 0 0 0 262500 3.150.000 3 87500 M

23 453500 0 0 1.500.000 0 0 0 50.000 0 2003500 24.042.000 5 400700 TM

24 779000 300.000 0 100.000 500.000 50.000 0 0 50.000 1779000 21.348.000 8 222375 M

25 321000 500.000 200.000 300.000 50.000 150.000 100.000 15.000 0 1636000 19.632.000 5 327200 TM

26 269000 250.000 0 30.000 0 0 0 20.000 50.000 619000 7.428.000 4 154750 M

27 243700 0 0 0 100.000 0 0 0 0 343700 4.124.400 3 114567 M

28 393000 50.000 0 0 2562500 0 0 0 0 3005500 36.066.000 4 751375 TM

29 293000 100000 0 0 0 0 0 0 0 393000 4.716.000 5 78600 M

30 481500 100.000 0 100.000 3.500.000 60.000 0 50.000 0 4291500 51.498.000 6 715250 TM

Page 125: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

110

Lampiran 15 Tingkat kesejahteraan responden Desa Lutan menurut indikator kemiskinan Sajogyo

No. Pendapatan dari

pemanfaatan SDH (Rp/Tahun) Pendapatan non pemanfaatan

SDH (Rp/tahun) Total

pendapatan JAK

Pendapatan pendapatan Tingkat Ket.

UMR

Resp Pend. kotor

Peng. kotor

Pend. bersih

Pend. kotor

Peng. kotor

Pend. bersih (Rp/Tahun)

per kapita/tahun

per kapita/bulan Kesejahteraan

1 600000 0 600000 6000000 2000000 4000000 4600000 8 575000,0 47916,67 82,1 M M 2 2400000 840000 1560000 6000000 2000000 4000000 5560000 4 1390000,0 115833,33 198,6 M M 3 0 0 0 2300000 2000000 300000 300000 12 25000,0 2083,33 3,6 M M 4 6960000 576000 6384000 300000 0 300000 6684000 5 1336800,0 111400,00 191,0 M M 5 0 0 0 9600000 2400000 7200000 7200000 4 1800000,0 150000,00 257,1 TM M 6 57600000 3600000 54000000 6000000 5000000 1000000 55000000 6 9166666,7 763888,89 1309,5 TM M 7 15840000 576000 15264000 12000000 5000000 7000000 22264000 4 5566000,0 463833,33 795,1 TM M 8 11880000 576000 11304000 13200000 0 13200000 24504000 4 6126000,0 510500,00 875,1 TM M 9 0 0 0 38400000 800000 37600000 37600000 3 12533333,3 1044444,44 1790,5 TM M 10 42240000 576000 41664000 28800000 0 28800000 70464000 4 17616000,0 1468000,00 2516,6 TM TM 11 52800000 960000 51840000 12000000 0 12000000 63840000 3 21280000,0 1773333,33 3040,0 TM TM 12 52320000 13200000 39120000 20100000 2400000 17700000 56820000 7 8117142,9 676428,57 1159,6 TM M 13 115200000 4300000 110900000 25760000 7980000 17780000 128680000 7 18382857,1 1531904,76 2626,1 TM TM 14 2880000 50000 2830000 22600000 3000000 19600000 22430000 4 5607500,0 467291,67 801,1 TM M 15 0 0 12000000 0 12000000 12000000 4 3000000,0 250000,00 428,6 TM M 16 81600000 2704000 78896000 10200000 2000000 8200000 87096000 3 29032000,0 2419333,33 4147,4 TM TM 17 19800000 996000 18804000 6140000 1320000 4820000 23624000 3 7874666,7 656222,22 1125,0 TM M

Page 126: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

111

Lampiran 15 Tingkat kesejahteraan responden Desa Lutan menurut indikator kemiskinan Sajogyo lanjutan

No. Pendapatan dari

pemanfaatan SDH (Rp/Tahun) Pendapatan non pemanfaatan

SDH (Rp/tahun) Total

pendapatan JAK

Pendapatan pendapatan Tingkat Ket.

Resp Pend. kotor

Peng. kotor

Pend. bersih

Pend. kotor

Peng. kotor

Pend. bersih (Rp/Tahun)

per

kapita/tahun

per

kapita/bulan Kesejahteraan

UMR

18 15840000 576000 15264000 6140000 1010000 5130000 20394000 2 10197000,0 849750,00 1456,7 TM

M

19 1200000 600000 600000 1200000 0 1200000 1800000 8 225000,0 18750,00 32,1 M M 20 1200000 600000 600000 1200000 0 1200000 1800000 4 450000,0 37500,00 64,3 M M 21 0 0 0 7200000 5000000 2200000 2200000 9 244444,4 20370,37 34,9 M M 22 60000000 672000 59328000 5000000 4000000 1000000 60328000 7 8618285,7 718190,48 1231,2 TM M 23 126000000 3424000 122576000 1000000 700000 300000 122876000 3 40958666,7 3413222,22 5851,2 TM TM 24 10530000 1350000 9180000 3900000 1200000 2700000 11880000 10 1188000,0 99000,00 169,7 M M 25 0 0 0 12000000 0 12000000 12000000 8 1500000,0 125000,00 214,3 M M 26 14400000 0 14400000 300000 0 300000 14700000 2 7350000,0 612500,00 1050,0 TM M 27 14400000 0 14400000 960000 500000 460000 14860000 3 4953333,3 412777,78 707,6 TM M 28 14400000 4800000 9600000 300000 0 300000 9900000 4 2475000,0 206250,00 353,6 TM M 29 21600000 16128000 5472000 3600000 500000 3100000 8572000 6 1428666,7 119055,56 204,1 M M 30 3000000 168000 2832000 12000000 0 12000000 14832000 4 3708000,0 309000,00 529,7 TM M

Keterangan:

TM : Tidak Miskin M : Miskin

Page 127: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

112

Lampiran 16 Tingkat kesejahteraan responden Desa Mamahak Teboq menurut indikator kesejahteraan Sajogyo

No. Pendapatan pemanfaatan SDH

(Rp/tahun) Pendapatan non pemanfaatan

SDH (Rp/tahun) Total

Pendapatan JAK

Pendapatan Pendapatan Tingkat Ket.

Resp Pend. kotor

Peng. kotor

Pend. bersih

Pend. kotor

Peng. kotor

Pend. bersih (Rp/Tahun)

per kapita/tahun

per kapita/bulan kesejahteraan

UMR

1 0 0 K 12700000 2500000 10200000 10200000 3 10200000,0 283333,3 1457,1 TM M

2 0 0 K 6000000 1500000 4500000 4500000 10 450000,0 37500,0 642,9 TM M 3 4500000 0 4500000 3600000 0 3600000 24600000 3 8100000,0 225000,0 1157,1 TM M 4 0 0 K 3600000 0 3600000 3600000 5 3600000,0 60000,0 514,3 TM M 5 0 0 K 7800000 300000 7500000 7500000 7 7500000,0 89285,7 1071,4 TM M 6 59400000 870000 58530000 500000 0 500000 58530000 3 59030000,0 1625833,3 8432,9 TM TM 7 110400000 2976000 107424000 250000 1500000 -1250000 106174000 6 107474000,0 1474638,9 15353,4 TM TM 8 21600000 3246000 18354000 21300000 6000000 15300000 33654000 4 33654000,0 701125,0 4807,7 TM M 9 108000000 1152000 106848000 21000000 3000000 18000000 124848000 4 124848000,0 2601000,0 17835,5 TM TM 10 95400000 7584000 87816000 14400000 0 14400000 102216000 5 102216000,0 1703600,0 14602,3 TM TM 11 57600000 3060000 54540000 16800000 2500000 14300000 68840000 3 68840000,0 1912222,2 9834,3 TM TM 12 116400000 5208000 111192000 700000 700000 0 110492000 5 111192000,0 1841533,3 15884,6 TM TM 13 127800000 3000000 124800000 1100000 1000000 1000000 124900000 5 124900000,0 2081666,7 17842,9 TM TM 14 78000000 0 78000000 3900000 1000000 2900000 80900000 5 80900000,0 1348333,3 11557,1 TM TM 15 122400000 9348000 113052000 20400000 500000 19900000 132952000 5 132952000,0 2215866,7 18993,1 TM TM 16 206400000 4980000 201420000 2000000 900000 1100000 178520000 3 178520000,0 4958888,9 25502,9 TM TM 17 115200000 8328000 106872000 18900000 2000000 16900000 123772000 5 123772000,0 2062866,7 17681,7 TM TM 18 57600000 4800000 52800000 2535000 2400000 135000 51935000 4 52935000,0 1081979,2 7562,1 TM TM

Page 128: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

113

Lampiran 16 Tingkat kesejahteraan responden Desa Mamahak Teboq menurut indikator kesejahteraan Sajogyo lanjutan

No. Pendapatan dari

pemanfaatan SDH (Rp/tahun) Pendapatan non pemanfaatan

SDH (Rp/tahun) Total

Pendapatan JAK

Pendapatan Pendapatan Tingkat Ket.

Resp Pend. kotor

Peng. kotor

Pend. bersih

Pend. kotor

Peng. kotor

Pend. bersih (Rp/Tahun)

per kapita/tahun

per kapita/bulan kesejahteraan

UMR

19 79500000 2844000 76656000 38250000 5200000 33050000 109706000 3 109706000,0 3047388,9 15672,3 TM TM

20 82560000 1692000 80868000 14400000 0 14400000 95268000,0 5 95268000,0 1587800,0 13609,7 TM TM 21 840000 0 840000 300000 270000 30000 870000 8 870000,0 5937,5 124,3 M M 22 840000 144000 696000 7200000 1375000 5825000 6521000 3 6521000,0 181138,9 931,6 TM M 23 6912000 720000 6192000 6960000 5860000 1100000 7292000 5 7292000,0 121533,3 1041,7 TM M 24 12960000 3600000 9360000 0 0 0 9360000 8 9360000,0 97500,0 1337,1 TM M 25 189888000 3828000 186060000 19750000 6700000 13050000 199110000 5 199110000,0 3318500,0 28444,3 TM TM 26 7200000 120000 7080000 24400000 1500000 22900000 29980000 4 29980000,0 624583,3 4282,9 TM M 27 81000000 900000 80100000 6000000 650000 5350000 85450000 3 85450000,0 2373611,1 12207,1 TM TM 28 7200000 1800000 5400000 16800000 0 16800000 22200000 4 22200000,0 462500,0 3171,4 TM M 29 94500000 1576000 92924000 19050000 1000000 18050000 110974000 5 110974000,0 1849566,7 15853,4 TM TM 30 14700000 150000 14550000 20000000 0 20000000 34550000 6 34550000,0 479861,1 4935,7 TM M

Keterangan:TM

TM : Tidak Miskin M :Miskin

Page 129: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

114

Lampiran 17 Pemahaman responden Desa Lutan dan Desa Mamahak Teboq mengenai pemanfaatan SDH yang lestari

No Pernyataan Mamahak Teboq Lutan

Skor Tingkat

pemahaman Skor Tingkat

pemahaman 1 Hutan dapat memberikan manfaat berupa manfaat langsung maupun tidak langsung 2,93 T 2,80 T 2 Hutan dapat memberikan hasil hutan bukan kayu 2,93 T 2,97 T 3 Hutan berfungsi sebagai penyedia air 2,87 T 2,90 T 4 Hutan merupakan sumber obat-obatan 2,97 T 3,00 T 5 Hutan merupakan sumber kayu bakar 2,90 T 3,00 T 6 Keadaan hutan semakin rusak dibanding tahun sebelumnya 2,73 T 2,87 T 7 Luas hutan di daerah Anda semakin berkurang 2,50 T 2,80 T 8 Persediaan sumber daya hutan yang Anda manfaatkan semakin berkurang di hutan 2,60 T 2,87 T 9 Pemanfaatan hasil hutan yang terus menerus dapat mempengaruhi ketersediaan hasil hutan tersebut 2,63 T 2,80 T 10 Hasil sumber daya hutan merupakan sumber pendapatan 2,90 T 2,80 T 11 Penjualan sumber daya hutan sebagai pendapatan keluarga untuk ditabung 2,53 T 2,63 T 12 Perusahaan memberikan pelatihan kepada masyarakat yang memanfaatkan sumber daya 1,87 S 1,97 S hutan agar dapat mengolah sumber daya hutan tersebut menjadi barang yang memiliki harga jual yang tinggi 13 Perlu adanya usaha pengembangan HHBK untuk meningkatkan jumlah pendapatan 3,00 T 2,83 T 14 Perambahan hutan merupakan salah satu faktor terjadinya kerusakan hutan 2,93 T 2,77 T 15 Ketersediaan kayu di hutan semakin terbatas 2,87 T 2,90 T 16 Sistem ladang berpindah merupakan tradisi yang sudah ada sejak dulu 2,97 T 2,80 T 17 Sistem ladang beripndah dapat merusak hutan 2,60 T 2,63 T 18 Pertanian yang menggunakan sistem ladang berpindah merupakan sistem yang kurang efektif 2,67 T 2,70 T 19 Sistem ladang berpindah rawan terjadi konflik sosial antar masyarakat 2,67 T 2,10 S 20 Hutan merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat 2,97 T 2,93 T 21 Keberadaan hutan sangat penting bagi masyarakat 3,00 T 3,00 T 22 Kelestarian hutan harus dijaga agar tidak punah 2,97 T 3,00 T 23 Hutan dapat lestari jika dikelola dengan baik 3,00 T 3,00 T 24 Adanya peraturan yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya hutan 2,70 T 2,87 T

Keterangan: T = Tinggi S = Sedang

Page 130: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

115

Lampiran 18 Hasil uji validitas dan uji reliabilitas pemahaman pemanfaatan SDH dengan lestari

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha

if Item if Item Total if Item

Deleted Deleted Correlation Deleted

P1 63,9667 21,4565 -,0387 ,7073

P2 63,9167 21,1285 ,1300 ,6999

P3 63,9833 21,3048 -,0099 ,7089

P4 63,8833 21,1218 ,2538 ,6983

P5 63,9167 20,9251 ,1648 ,6983

P6 64,0667 19,0124 ,4168 ,6771

P7 64,2167 18,8167 ,3627 ,6808

P8 64,1333 18,6938 ,4273 ,6747

P9 64,1500 17,9602 ,5376 ,6620

P10 64,0167 19,9828 ,2588 ,6915

P11 64,2833 19,4607 ,2062 ,6992

P12 64,9167 18,5523 ,2357 ,7016

P13 63,9500 21,0653 ,0654 ,7037

P14 64,0167 19,6777 ,3275 ,6860

P15 63,9833 19,2031 ,5668 ,6721

P16 63,9833 19,9828 ,3077 ,6884

P17 64,2500 18,0212 ,4219 ,6731

P18 64,2000 18,6373 ,3447 ,6827

P19 64,4833 19,0336 ,1933 ,7060

P20 63,9167 20,5862 ,4037 ,6908

P21 63,8667 21,4395 ,0000 ,7026

P22 63,8833 21,3590 ,0535 ,7021

P23 63,8667 21,4395 ,0000 ,7026

P24 64,0833 19,8404 ,2610 ,6912

Reliability Coefficients

N of Cases = 60,0 N of

Items = 24

Alpha = ,7013

115

Page 131: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

116

Lampiran 18 Hasil uji validitas dan uji reliabilitas pemahaman pemanfaatan SDH

dengan lestari Lanjutan

1. Uji Validitas

Kode Pernyataan

r-Hitung r-Tabel Keterangan

p1 -0,0387 0,320 Tidak valid df= n-k p2 0,1300 0,320 Tidak valid df=60-24 p3 -0,0099 0,320 Tidak valid df=36 p4 0,2538 0,320 Tidak valid r-Tabel = 0,320 p5 0,1648 0,320 Tidak valid p6 0,4168 0,320 Valid p7 0,3627 0,320 Valid p8 0,4273 0,320 Valid p9 0,5376 0,320 Valid

p10 0,2588 0,320 Tidak valid p11 0,2062 0,320 Tidak valid p12 0,2357 0,320 Tidak valid p13 0,0654 0,320 Tidak valid p14 0,3275 0,320 Valid p15 0,5668 0,320 Valid p16 0,3077 0,320 Valid p17 0,4219 0,320 Valid p18 0,3447 0,320 Valid p19 0,1933 0,320 Tidak valid p20 0,4037 0,320 Valid p21 0,0000 0,320 Tidak valid p22 0,0535 0,320 Tidak valid p23 0,0000 0,320 Tidak valid p24 0,2610 0,320 Tidak valid

2. Uji Reliabilitas

Alpha = ,7013

Pada Cronbach's Alpha 0,7013 > 0,60 Kesimpulan : Konstruk Pertanyaan Reliabel

Page 132: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

117

Lampiran 19 Daftar dan status jenis satwa liar di PT. RATAH TIMBER

NO FAMILY NAMA ILMIAH NAMA UMUM NAMA LOKAL STATUS

IUCN CITES UU RI ENDEMIK

MAMALIA

1 CERCOPITHECIDAE Macaca fascicularis

fascicularis kera ekor panjang beruk uyal LC II

2 CERCOPITHECIDAE Macaca nemestrina monyet beruk beruk utul VU II 3 CERCOPITHECIDAE Presbytis frontata lutung dahi-putih VU II P 4 CERCOPITHECIDAE Presbytis melalophos lutung simpai bui II

5 CERCOPITHECIDAE Presbytis rubicunda

rubicunda lutung merah hase/monyet pirang LC II P B

6 CERVIDAE Muntiacus muntjac kijang muncak ketelu/pelanuk lirah P 7 CERVIDAE Rusa unicolor rusa sambar payau VU P 8 CYNOCEPHALIDAE Cynocephalus variegatus kubung Malaya kuvung P 9 DELPHINIDAE Orcaella brevirostris pesut mahakam I P

10 ERINACEIDAE Echinosorex gymnurus rindil bulan lavo pook 11 FELIDAE Neofelis nebuosa macan dahan EN I P 12 FELIDAE Prionailurus bengalensis kucing kuwuk hunul LC II P 13 HOMINIDAE Pongo pygmaeus orang utan hirang utan EN I P B 14 HYLOBATIDAE Hylobates muelleri owa kalawat owa EN P 15 HYSTRICIDAE Hystrix brachyura landak raya ketung P 16 MANIDAE Manis javanica trenggiling peusing haam II P 17 MURIDAE Sundamys muelleri tikus-besar lembah lavo 18 MUSTELIDAE Aonyx cinerea sero ambrang dengan II 19 MUSTELIDAE Lutra sumatrana berang-berang sumatra dengan II P 20 MUSTELIDAE Martes flavigula musang leher-kuning LC 21 PRIONODONTIDAE Prionodon linsang linsang linsang dungan taana LC II P

Page 133: Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51887/E11jas.pdf · 1 PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU ... metode penilaian berdasarkan

118

NO FAMILY NAMA ILMIAH NAMA UMUM NAMA LOKAL STATUS

IUCN CITES UU RI ENDEMIK

23 RHINOCEROTIDAE Dicerorhinus sumatrensis badak sumatera tamdoh I P 24 SCIURIDAE Callosciurus baluensis bajing kinabalu 25 SCIURIDAE Callosciurus notatus bajing kelapa LC 26 SCIURIDAE Callosciurus prevostii bajing tiga-warna telii LC 27 SCIURIDAE Exilisciurus exilis bajing-kerdil dataran-rendah hukok DD B 28 SCIURIDAE Glypotes simus bajing kerdil perut-merah

29 SCIURIDAE Rhinosciurus laticaudatus bajing tanah moncong runcing

30 SUIDAE Sus barbatus babi berjenggot bavui tuaan VU 31 TARSIIDAE Tarsius bancanus borneanus krabuku ingkat hikau VU II P 32 TRAGULIDAE Tragulus javanicus pelanduk kancil pelanduuk DD P 33 TUPAIIDAE Tupaia picta tupai tercat II 34 TUPAIIDAE Tupaia splendidula tipai indah II 35 TUPAIIDAE Tupaia tana tupai tanah II 36 URSIDAE Helarctos malayanus beruang madu buwaang I P 37 VIVERRIDAE Arctictis binturong binturung qitan VU P 38 VIVERRIDAE Paradoxurus hermaphroditus musang luwak munin LC 39 VIVERRIDAE Vivera tangalunga tenggalung malaya LC 40 PHASIANIDAE Gallus gallus Ayam hutan merah LC

Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi PT. RATAH TIMBER, Kalimantan Timur Keterangan: P : Peraturan perundang-undangan Indonesia B : Endemik Pulau Kalimantan VU: Vulnerable ( Rentan) LC: Least Concern (Berisiko Rendah) DD: Data Deficient (Informasi Kurang)