105
ii ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP SKRIPSI Oleh: UMI FAUZIYAH 30.02.3.5.003 Program Studi KEUANGAN dan PERBANKAN SYARIAH JURUSAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SURAKARTA 2006

ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA · PDF fileKATA PENGANTAR Assalamu’alaikum ... Lampiran 8 : Laporan Keuangan Konsolidasi BMT KHONSA Cilacap Lampiran 9 : ... Investasi

  • Upload
    voxuyen

  • View
    227

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

ii

ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP

SKRIPSI

Oleh:

UMI FAUZIYAH 30.02.3.5.003

Program Studi KEUANGAN dan PERBANKAN SYARIAH

JURUSAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SURAKARTA 2006

iii

ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Ekonomi Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam

Oleh:

UMI FAUZIYAH 30.02.3.5.003

JURUSAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SURAKARTA 2006

iv

ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN

MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN SYARIAH

NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam

Oleh

UMI FAUZIYAH 30.02.3.5.003

Surakarta, 9 Agustus 2006

Disetujui dan Disahkan

Oleh :

Dosen Pembimbing Skripsi I Dosen Pembimbing Skripsi II

M. Usman, M.Ag. NIP. 150289198

Drs. Azis Slamet Wiyono, MM. NIP. 131611007

iii

ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN SYARIAH

NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP

Disusun oleh :

UMI FAUZIYAH NIM. 30.02.3.5.003

Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta,

Pada hari Sabtu, tanggal 12 Agustus 2006 Dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Islam

Surakarta, 12 Agustus 2006

Mengetahui

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Sri Walyoto, MM Fauzi Muharom, M. Ag NIP. 070020256 NIP. 150369024 Penguji I Penguji II

Fitri Wulandari, SE, M.Si H. Sholahuddin Sirizar, MA NIP. 150291030 NIP. 150327129

PJS Ketua Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta

Dra. Hj. Tasnim Muhammad, M. Ag NIP. 150201335

iv

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini ku persembahkan untuk :

Bapakku Sholikhun, dan Ibuku Sururiyah yang selalu melimpahkan kasih

sayangnya dan selalu berdo’a untuk anak-anaknya. Terimakasih atas segala

dukungan dan kesabarannya, semoga Allah selalu melindungi. Amin.

Adik-adikku (Miftah Farid dan Rhoudlotul Jannah) semoga menjadi anak yang

saleh dan salehah

v

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan),

kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

(QS. Al- Insyirah : 6-8)

vi

ABSTRACT The purpose of this research to analyse about method of calculation of

sharing holder at mudharabah defrayal in BMT KHONSA Cilacap and to analyse whether method of calculation of sharing holder at mudharabah defrayal in BMT KHONSA Cilacap have as according to Religious advices of DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000. Research methodologies used to collect the data that is passing study of book and field study in BMT KHONSA Cilacap in the form of documentation and interview. While its analysis method use the data of client of mudharabah defrayal to be analysed by its sharing holder ratio with the method of revenue sharing matching with Religious advices of DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000. Stages;Steps of performed within assessing according to the method by seeing deferred payment of sharing holder conducted is each month adapted by ratio of sharing holder from advantage got by a client and seen from fundamental instalment paid remain to per month by client.

Solution of result of this research indicate that the BMT KHONSA Cilacap

have used the method of revenue sharing matching with Religious Advices of DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. This Matter is visible from result analyse the calculation of instalment of sharing holder paid by client of mudharabah defrayal per month to BMT KHONSA Cilacap. Thereby, writer hope that BMT KHONSA Cilacap earn more improving is amount of its earnings especially at mudharabah defrayal, so that activity of BMT KHONSA Cilacap can expand better from year to year.

Keyword : Method of Sharing Holder Calculation, Mudharabah Defrayal

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan petunjukNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL

PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN

SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP". Shalawat dan salam

semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW,

keluarga sahabat serta pengikutnya yang telah memberikan jalan penerang

sampai akhir jaman.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta

Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah. Dalam penulisan skripsi ini

penulis tak luput dari berbagai kesulitan, untuk itu penulis menyadari bahwa

dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Keadaan ini

semata-mata keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis, sehingga

penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan

dorongan moril maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Maka sudah sepantasnya apabila pada kesempatan ini

penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan, selaku ketua STAIN Surakarta.

2. Dra. Hj. Tasnim Muhammad, M. Ag, selaku Pejabat Sementara Jurusan

Ekonomi Islam

3. Bapak Drs. Azis Slamet Wiyono, MM. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I,

terima kasih atas segala bimbingan dan saran-sarannya.

4. Bapak M. Usman, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II, terima kasih

atas segala bimbingan dan saran-sarannya.

5. Pimpinan dan staf BMT KHONSA Cilacap yang telah memberikan ijin untuk

mengadakan penelitian.

viii

6. Bapak dan Ibu, terima kasih atas segala dorongan do'a dan financialnya

selama ini.

7. Adik-adikku yang tercinta (Miftah Farid dan Rhoudlotul Jannah), terima kasih

atas dukungannya selama ini.

8. Muhammad Arrozi, SEI, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama

ini.

9. Rekan-rekan dan sahabat penulis Yati, Yetty, Prapti, Nita, Yayah, Hidayah,

Sabik, Rima, Erika, Mba Uci, Mba Festi, Anna, Olin, Beti, Ade, Feria, Indah,

Ida, Siti, Ela, Dini, Dilla, Linda, Arif, Mas Yan, Kokoh, Agus, Indra, Andi,

Wiwit, terima kasih atas dukungannya selama ini.

10. Teman-teman Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah Angkatan

2002 terima kasih atas dukungannya selama ini.

11. Teman-teman Ikhwan & Akhwat KAMMI JEI STAIN Surakarta SEM Institute

Yogyakarta.

12. Mas Fajar dan Mba Erlin (Abi dan Umminya Ziedan), terima kasih atas

dukungan dan bantuannya selama ini.

13. Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka lakukan

mendapat ridha dan balasan dari Allah SWT. Amin. Penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat dan menjadi pendorong bagi dunia pendidikan dan

pengembangan ilmu pengetahuan.

Wasalamu'alaikum Wr. Wb

Surakarta, Agustus 2006

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN MUNAQOSYAH ............................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................... v

ABSTRAKSI ............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4

C. Batasan Masalah ................................................................. 4

D. Rumusan Masalah................................................................. 4

E. Tujuan Penelitian................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian................................................................. 5

G. Jadwal Penelitian .................................................................. 6

H. Sistematika Penulisan ........................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 8

A. Metode Bagi Hasil.................................................................. 8

1. Pengertian Bagi Hasil ...................................................... 8

2. Landasan Syariah............................................................ 16

3. Teori Bagi Hasil ............................................................... 18

4. Konsep Bagi Hasil ........................................................... 19

5. Nisbah Keuntungan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil ....... 20

6. Investasi Berdasarkan Bagi Hasil .................................... 24

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil ................. 24

8. Komponen Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah............. 26

x

B. Konsep Pendapatan dan Biaya dalam Bagi Hasil .................. 27

1. Pengertian Pendapatan dan Biaya .................................... 27

2. Metode Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil ..................... 27

3. Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Akuntansi) Keuangan. 29

C. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah).. 29

1. Pengertian Pembiayaan .................................................... 29

2. Pengertian Akad Mudharabah ........................................... 29

3. Landasan Syariah.............................................................. 31

4. Rukun dan Syarat Mudharabah ......................................... 33

5. Perkara yang Membatalkan Mudharabah .......................... 35

6. Jenis-Jenis Mudharabah.................................................... 35

7. Terjadinya Kerugian........................................................... 36

8. Teknik Mudharabah dalam Perbankan .............................. 37

9. Manfaat Mudharabah......................................................... 38

D. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah............................... 39

E. Filosofis BMT (Baitul Maal wat Tamwil).................................. 40

1. Pengertian BMT................................................................. 40

2. Landasan BMT .................................................................. 41

3. Ciri-Ciri Utama BMT........................................................... 42

4. Ciri-Ciri Khusus BMT ......................................................... 43

F. Kerangka Berfikir.................................................................... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 46

A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 46

B. Metode Penelitian .................................................................. 46

1. Jenis Penelitian ................................................................. 46

2. Jenis Data.......................................................................... 46

3. Sumber Data ..................................................................... 47

4. Metode Pengumpulan Data .............................................. 47

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............. 48

D. Metode Analisis Data ............................................................ 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 51

A. Profil Obyek Penelitian (BMT KHONSA Cilacap) ................... 51

1. Profil BMT KHONSA Cilacap............................................. 51

2. Visi dan Misi ...................................................................... 52

xi

3. Data Lembaga................................................................... 52

4. Landasan Hukum ............................................................. 53

5. Sruktur Organisasi............................................................. 53

6. Motto, Prinsip dan Komitmen............................................. 54

7. Jenis Produk ..................................................................... 55

B. Pengujian dan Hasil Analisis Data ......................................... 56

C. Pembahasan Hasil Analisis .................................................. 57

1. Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan

Mudharabah di BMT KHONSA Cilacap.............................. 58

2. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi

Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan

Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap............................... 64

BAB V PENUTUP.................................................................................... 68

A. Kesimpulan ........................................................................... 68

B. Keterbatasan Penelitian......................................................... 68

C. Saran..................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah ............................. 58

Tabel 2 : Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah .............................. 59

Tabel 3 : Perbandingan Metode Perhitungan Bagi Hasil pada

Pembiayaan Mudharabah .......................................................... 62

Tabel 4 : Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil

Pada Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN

Di BMT KHONSA Cilacap ............................................................ 64

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Prinsip Pembagian Hasil Usaha............................................... 16

Gambar 2 : Skema Mudharabah Pada BMT KHONSA ............................... 39

Gambar 3 : Kerangka Berfikir....................................................................... 45

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 : Surat Pernyataan Dosen Pembimbing

Lampiran 3 : Daftar Perhitungan Pembayaran Angsuran Mudharabah

Lampiran 4 : Kartu Pembiayaan

Lampiran 5 : Akad Pembiayaan Mudharabah

Lampiran 6 : Fatwa Dewan Syariah Nasional

Lampiran 7 : Daftar Pertanyaan

Lampiran 8 : Laporan Keuangan Konsolidasi BMT KHONSA Cilacap

Lampiran 9 : Laporan Laba Rugi Nasabah Pembiayaan Mudharabah

Lampiran 10 : Hasil Pengolahan Data Dengan Komputer

Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup

xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan

berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992,

perkembangan lembaga keuangan syariah terutama perbankan syariah,

cukup luas sampai sekarang. Hal ini dipicu oleh UU No.10 tahun 1998 yang

memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system yaitu bank-

bank konvensional mulai melirik dan membuka unit usaha syariah.

Islam mendorong masyarakat ke arah usaha nyata dan produktif.

Islam mendorong seluruh masyarakat untuk melakukan investasi dan

melarang membungakan uang. Investasi merupakan suatu kegiatan usaha

yang mengandung risiko karena adanya unsur ketidakpastian. Dengan

demikian, perolehan kembaliannya (return) juga tidak pasti dan tidak tetap.

Sedangkan membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang

mengandung risiko karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang

relatif pasti dan tetap.

Pelaksanaan kegiatan operasional lembaga keuangan syariah tidak

semua aktivitas usahanya sudah sesuai dengan ketentuan syariah. Oleh

karena itu, fatwa ulama diperlukan guna memastikan pemenuhan kualifikasi

tersebut. Fatwa mengenai halal-haram transaksi keuangan syariah di

Indonesia ditetapkan Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah

Nasional (DSN) dengan bantuan Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Sistem keuangan Islam yang berpihak pada kepentingan kelompok

mikro sangat penting. Berdirinya bank syariah membawa andil yang sangat

xvi

baik dalam sistem keuangan di Indonesia. Peranan ini sebagai upaya dalam

mewujudkan sistem keuangan yang adil. Oleh karena itu, keberadaannya

perlu mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat Muslim.

Lembaga keuangan bank memiliki sistem dan prosedur yang baku sehingga

tidak mampu menjangkau masyarakat lapisan bawah dan kelompok mikro.

Bank syariah dengan prosedurnya yang panjang dan rumit, menyebabkan

pengusaha mikro tidak dapat meminjam sumber pendanaan dari bank,

sehingga potensi besar yang dimiliki oleh sektor mikro menjadi tidak

berkembang.

Banyak sektor mikro yang berfikir sangat pragmatis dalam

pemenuhan kebutuhan permodalan. Mereka mengambil jalan pintas dengan

cara mengakses kredit dari rentenir dan lintah darat dengan suku bunga yang

sangat tinggi, bahkan terkadang di atas keuntungan usaha yang dibiayai.

Keadaan ini tidak dapat disalahkan, karena mereka tidak mampu

menjangkau prosedur perbankan.

PINBUK (Pusat Inkubasi Usaha Kecil) yang keberadaanya telah

menyebar di semua propinsi di Indonesia, merasa prihatin terhadap kondisi

usaha mikro. PINBUK mengadakan berbagai pengkajian yang panjang dan

mendalam, maka dirumuskanlah sistem keuangan yang lebih sesuai dengan

kondisi usaha mikro dan sesuai dengan syariah. Alternatif tersebut adalah

BMT (Baitul Maal wa Tamwil). BMT dalam menjalankan usahanya

menggunakan prinsip bagi hasil.

Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi.

xvii

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah.1

BMT KHONSA Cilacap berdiri sejak tahun 1999, hingga saat ini

sudah ada 6 produk layanan pembiayaan yaitu mudharabah, murabahah,

musyarakah, rahn, ijarah dan qardhun hasan. Keenam produk layanan

pembiayaan tersebut yang memiliki resiko paling tinggi adalah pembiayaan

mudharabah. Resiko–resiko itu antara lain:

1. Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam

kontrak;

2. Nasabah lalai dalam mengelola dananya dan melakukan kesalahan yang

disengaja;

3. Nasabah tidak jujur sehingga melakukan penyembunyian keuntungan.

BMT KHONSA Cilacap merupakan salah satu BMT yang berkembang pesat,

hal tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya aset pendapatan BMT

dari tahun ke tahun. Awal aset pendapatan tersebut adalah 2 juta hingga saat

ini mencapai 2 milyar untuk layanan pembiayaan. Ketika nasabah ingin

mengajukan pembiayaan mudharabah, biasanya pihak BMT KHONSA

Cilacap menyuruh nasabah untuk menghitung proyeksi atau rencana

keuntungan bagi hasil pada usahanya. Hal tersebut tidak sesuai dengan

prosedur pembiayaan, karena yang seharusnya menghitung proyeksi

keuntungan usahanya adalah pihak BMT KHONSA Cilacap.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis membahas tentang

“Analisis Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Di BMT KHONSA

Cilacap”. 1 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 191

xviii

B. Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, maka penulis

melakukan identifikasi masalah yaitu:

1. Pengusaha mikro tidak dapat meminjam dana di bank syariah karena

prosedur yang diterapkan di bank syariah cukup rumit;

2. Pembiayaan mudharabah mempunyai resiko yang tinggi dalam

penerapannya di BMT KHONSA Cilacap;

3. BMT KHONSA Cilacap mengharuskan nasabahnya untuk menghitung

proyeksi keuntungan bagi hasil pada usahanya.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah ini bertujuan memberikan batasan yang paling jelas dari

permasalahan yang ada untuk memudahkan pembahasan. Berdasarkan

identifikasi masalah tersebut diatas, maka penulis memberikan batasan yaitu

metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah berdasarkan

fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 di BMT KHONSA Cilacap.

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah ini bertujuan memberikan rumusan yang paling

jelas dari permasalahan yang ada untuk memudahkan analisis. Berdasarkan

uraian yang telah ada, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah

dengan revenue sharing lebih menguntungkan pihak BMT KHONSA

Cilacap?

xix

2. Apakah metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di

BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan fatwa DSN No.15/DSN-

MUI/IX/2000?

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti memiliki tujuan tertentu baik untuk kepentingan

pribadi atau yang lain. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan

mudharabah di BMT KHONSA Cilacap.

2. Menganalisis kesesuaian metode perhitungan bagi hasil pada

pembiayaan mudharabah berdasarkan Fatwa DSN No.15/DSN-

MUI/IX/2000 di BMT KHONSA Cilacap.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan

pengembangan teori bagi penelitian selanjutnya.

2. Bagi Praktisi

Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi

pimpinan BMT KHONSA Cilacap dalam mengambil keputusan tentang

metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah.

xx

G. Jadwal Penelitian

Bulan Juni Juli Agustus No

Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan Proposal

2 Konsultasi ke DPS

3 Seminar Proposal

4 Revisi Proposal

5 Pengumpulan Data Sekunder

6 Wawancara

7 Processing Data

8 Penulisan Skripsi

9 Konsultasi ke Perusahaan

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, jadwal penelitian dan sistematika skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung

penulis agar didapat gambaran yang jelas berkaitan dengan metode

bagi hasil pada lembaga keuangan syariah terutama yang berkaitan

dengan objek yang diteliti oleh penulis, yaitu metode perhitungan

bagi hasil, konsep pendapatan dan biaya dalam bagi hasil,

pembiayaan mudharabah, pengakuan laba atau rugi mudharabah,

filosofis BMT dan kerangka berfikir.

xxi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang waktu dan tempat penelitian, jenis penelitian,

jenis data, sumber data, metode pengumpulan data dan metode

analisis data.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang profil obyek penelitian (BMT KHONSA Cilacap),

hasil analisis data, pembahasan hasil analisis, jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang disebut dalam perumusan masalah,

serta menilai metode bagi hasil pembiayaan mudharabah yang

dipraktikkan pada BMT KHONSA Cilacap.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang uraian kesimpulan berdasarkan hasil analisis

data dan penelitian. Pada bab ini penulis juga akan menyampaikan

keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian serta memberikan

beberapa saran sebagai masukan bagi lembaga keuangan syariah,

khususnya BMT KHONSA Cilacap.

xxii

BAB II LANDASAN TEORI

A. Metode Bagi Hasil

1. Pengertian Bagi Hasil

Sistem perekonomian Islam merupakan masalah yang berkaitan

dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan pada awal terjadinya

kontrak kerja sama (akad), yang ditentukan adalah porsi masing-masing

pihak, misalkan 20:80 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang diperoleh

akan didistribusikan sebesar 20% bagi pemilik dana (shahibul maal) dan

80% bagi pengelola dana (mudharib).

Bagi Hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah. 2

Metode bagi hasil terdiri dari dua sistem:

a. Bagi untung (Profit Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah;

b. Bagi hasil (Revenue Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.3

Aplikasi perbankan syariah pada umumnya, bank dapat menggunakan

sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan

masing-masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Bank-

bank syariah yang ada di Indonesia saat ini semuanya menggunakan

2 Ibid, hal. 191

3 www.e-syariah.com,2004

xxiii

perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing untuk mendistribusikan

bagi hasil kepada para pemilik dana (deposan).4

Suatu bank menggunakan sistem profit sharing di mana bagi hasil

dihitung dari pendapatan netto setelah dikurangi biaya bank, maka

kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima oleh

para shahibul maal (pemilik dana) akan semakin kecil, tentunya akan

mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum

tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi

keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah

yang berdampak menurunnya jumlah dana pihak ketiga secara

keseluruhan, tetapi apabila bank tetap ingin mempertahankan sistem profit

sharing tersebut dalam perhitungan bagi hasil mereka, maka jalan satu-

satunya untuk menghindari resiko-resiko tersebut di atas, dengan cara

bank harus mengalokasikan sebagian dari porsi bagi hasil yang mereka

terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada

nasabah pemilik dana. 5

Suatu bank yang menggunakan sistem bagi hasil berdasarkan revenue

sharing yaitu bagi hasil yang akan didistribusikan dihitung dari total

pendapatan bank sebelum dikurangi dengan biaya bank, maka

kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh

pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga

pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana

untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanya

justru mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga akan berdampak 4 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk

dan Implementasi Operasional, Jakarta, Djambatan, 2003, hal. 264 5 Ibid, hal. 264

xxiv

kepada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank syariah.

Pertumbuhan dana pihak ketiga dengan cepat harus mampu diimbangi

dengan penyalurannya dalam berbagai bentuk produk aset yang menarik,

layak dan mampu memberikan tingkat profitabilitas yang maksimal bagi

pemilik dana.6

Prinsip revenue sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Syafi'i yang mengatakan bahwa mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharabah sebagai biaya baik dalam keadaan menetap maupun bepergian (diperjalanan) karena mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu yang pada akhirnya ia akan mendapat yang lebih besar dari bagian shahibul maal. Sedangkan, untuk profit sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Abu hanifah, Malik, Zaidiyah yang mengatakan bahwa mudharib dapat membelanjakan harta mudharabah hanya bila perdagangannya itu diperjalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum, pakaian dan sebagainya. Hambali mengatakan bahwa mudharib boleh menafkahkan sebagian dari harta mudharabah baik dalam keadaan menetap atau bepergian dengan ijin shahibul maal, tetapi besarnya nafkah yang boleh digunakan adalah nafkah yang telah dikenal (menurut kebiasaan) para pedagang dan tidak boros.7

Prinsip pembagian hasil usaha ada 2 yaitu:

a. Distribusi Hasil Usaha Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Revenue Sharing)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam distribusi hasil usaha

berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing) adalah sebagai berikut:

1) Pendapatan Operasi Utama (angka 1)

Pendapatan operasi utama bank syariah adalah pendapatan dari

penyaluran dana pada investasi yanng dibenarkan syariah yaitu

pendapatan penyaluran dana prinsip jual beli, bagi hasil dan prinsip

ujroh. Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam perhitungan

distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing) ini

6 Ibid, hal. 264

7 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta, PT. Grasindo,

2005, hal. 118

xxv

adalah pendapatan (revenue) dari pengelolaan dana (penyaluran)

sebesar porsi dana mudharabah (investasi tidak terikat) yang

dihimpun tanpa adanya pengurangan beban-beban yang dikeluarkan

oleh bank syariah.8

2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat (angka 2)

Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat merupakan

porsi bagi hasil dari hasil usaha (pendapatan) yang diserahkan oleh

bank syariah kepada pemilik dana mudharabah mutlaqah (investasi

tidak terikat). Penentuannya dilakukan dalam perhitungan distribusi

hasil usaha yang sering disebut dengan profit distribution.9

3) Pendapatan operasi lainnya (angka 3)

Praktik dalam penyaluran dana bank syariah mengenakan fee

administrasi atas penyaluran tersebut yang besarnya disepakati

antara bank sebagai pemilik dana dan debitur sebagai pengelola dana

(mudharib). Pendapatan operasi lain yang diperoleh bank syariah

adalah pendapatan atas kegiatan usaha bank syariah dalam

memberikan layanan jasa keuangan dan kegiatan lain yang berbasis

imbalan seperti pendapatan fee inkaso, fee transfer, fee LC dan fee

kegiatan yang berbasis imbalan lainnya.10

4) Beban Operasi (angka 4)

Pembagian hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing)

semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai mudharib,

baik beban untuk kepentingan bank syariah sendiri maupun untuk

kepentingan pengelolaan dana mudharabah, seperti beban tenaga 8 Ibid, hal. 120

9 Ibid, hal. 121

10 Ibid, hal. 121

xxvi

kerja, beban umum dan administrasi, beban operasi lainnya

ditanggung oleh bank syariah sebagai mudharib.11

b. Distribusi Hasil Usaha Berdasarkan Prinsip Bagi Untung (Profit Sharing)

Penerapan distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi untung (profit

sharing) bukanlah hal yang mudah, karena pihak deposan harus siap

menerima bagian kerugian apabila dalam pengelolaan dana

mudharabah mengalami kerugian yang bukan akibat dari kelalaian

mudharib sehingga uang yang diinvestasikan pada bank syariah menjadi

berkurang. Di lain pihak, bank syariah sendiri harus secara jujur dan

transparan menyampaikan beban-beban yang akan ditanggung dalam

pengelolaan dana mudharabah, seperti membuat dan menentukan

dengan tegas dan jelas beban yang akan dibebankan dalam

pengelolaan dana mudharabah baik beban langsung maupun beban

tidak langsung. Apabila bank syariah menerapkan pembagian hasil

usaha berdasarkan prinsip bagi untung (profit sharing), bank syariah

harus membuat dua laporan laba rugi yang terpisah, yaitu laporan laba

rugi bank sebagai institusi keuangan syariah dan laporan pengelolaan

dana mudharabah dimana bank sebagai mudharib.12

1) Laporan hasil usaha mudharabah (bank sebagai mudharib)

Laporan hasil usaha mudharabah ini dibuat sebagai

pertanggungjawaban bank syariah dalam mengelola dana

mudharabah mutlaqah yang telah dipercayakan shahibul maal

(deposan) kepada bank syariah sebagai mudharib. Ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam laporan ini yaitu:

11 Ibid, hal. 122

12 Ibid, hal. 122

xxvii

a) Pendapatan operasi utama (angka1)

Pendapatan operasi utama perhitungannya sama dengan

perhitungan distribusi hasil usaha yang mempergunakan prinsip

revenue sharing. Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam

pembagian hasil usaha pada prinsip bagi untung (profit sharing) ini

adalah pendapatan dari pengelolaan dana (penyaluran) sebesar

porsi dari dana mudharabah (investasi tidak terikat) yang

dihimpun.13

b) Beban mudharabah

Bank syariah harus dapat memisahkan beban yang menjadi

tanggungan bank syariah sendiri dan beban yang dibebankan pada

pengelolaan dana mudharabah. Bank syariah harus menetapkan

dengan tegas dan jelas beban-beban yang akan dipergunakan

sebagai pengurang pendapatan pengelolaan dana mudharabah,

baik beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi, maupun

beban-beban lainnya untuk disampaikan kepada shahibul maal

sehingga mengetahuinya. Apabila bank syariah telah mengakui

beban-beban sebagai pengurang pengelola dana mudharabah

tidak diperkenankan diakui sebagai beban bank syariah sebagai

pengelola institusi keuangan syariah sehingga jika terjadi

pengembalian beban harus diakui sebagai pendapatan

pengelolaan dana mudharabah, bukan sebagai pendapatan bank

syariah selaku institusi keuangan syariah.14

13 Ibid, hal. 124

14 Ibid, hal.125

xxviii

c) Laba atau rugi mudharabah (angka 3)

Pendapatan operasi utama dikurangi dengan beban mudharabah

inilah yang akan menghasilkan laba atau rugi.15

2) Laporan laba rugi bank syariah (bank sebagai institusi keuangan

syariah)

Data-data yang ada pada laporan ini adalah data-data untuk

kepentingan bank syariah sendiri dalam mengelola institusi keuangan

syariah, khususnya beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah

dan data-data yang telah diperhitungkan dalam pembuatan laporan

pengelolaan dana mudharabah. Dalam laporan laba rugi ini, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a) Pendapatan bank sebagai mudharib

Pendapatan yang ada dalam laporan ini adalah bagian pendapatan

atas pengelolaan dana mudharabah yang diperoleh bank syariah

dan pendapatan penyaluran yang menjadi milik bank syariah

sendiri.

b) Pendapatan operasi lainnya (angka 3)

Pendapatan operasi ini adalah pendapatan yang sama dengan

pendapatan operasi lainnya dalam prinsip bagi hasil.

c) Beban operasi

Beban-beban dalam laporan ini adalah beban-beban yang

dikeluarkan oleh bank syariah sebagai institusi keuangan syariah

sendiri tidak ada kaitannya dengan pengelolaan dana mudharabah,

15 Ibid, hal. 126

xxix

baik beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi serta

beban-beban lainnya.16

Penentuan beban-beban ini merupakan unsur distribusi hasil usaha apabila bank syariah mempergunakan prinsip distribusi hasil usaha adalah pembagian laba (profit sharing), karena dalam prinsip ini hasil usaha yang akan dibagikan antara mudharib dan shahibul maal merupakan keuntungan yang diperoleh yaitu pendapatan pengelolaan dana mudharabah dikurangi dengan beban-beban yang dikeluarkan sehubungan dengan pengelolaan dana mudharabah.17

Apabila bank syariah mempergunakan prinsip profit sharing maka bank syariah harus dapat membedakan dengan jelas, transparan dan adil terhadap beban-beban yang merupakan pengurang dari pendapatan pengelolaan dana mudharabah (yang disebut dengan dana mudharabah) dan beban-beban yang merupakan pengeluaran bank syariah sebagai institusi keuangan (yang disebut dengan beban lembaga keuangan syariah). Semua beban dana mudharabah yang dikeluarkan sehubungan dengan pengelolaan dana mudharabah tersebut termasuk beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi serta beban-beban lainnya. Sedangkan apabila bank syariah mempergunakan prinsip distribusi hasil usaha dengan pembagian hasil (revenue sharing) maka semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah menjadi tanggungan bank syariah sendiri sehingga tidak diperhitungkan dalam unsur distribusi hasil usaha.18

16 Ibid, hal. 127

17 Ibid, hal. 127

18 Ibid, hal. 128

xxx

Gambar 1 Prinsip Pembagian Hasil Usaha

Sumber : Wiroso, 2005, hal. 119 2. Landasan Syariah

a. Al-Qur'an

QS al-Baqarah: 282

وهبى فاكتمسل من إلى أجيبد متنايدوا إذا تنءام ا الذينهاأي282: البقرة ...... ( ي(

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…” 19

QS. Al-Maidah: 1

19 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya Al-'Aliyy, Bandung, Penerbit Diponegoro, 2000, hal. 37

Revenue sharing

Porsi shahibul m

aal

Prinsip Revenue Sharing Laporan Laba Rugi (Bank sbg LKS)

Prinsip Profit Sharing Laporan Hasil Usaha Mudharabah

(Bank sbg Mudharib)

(1) Pendapatan Operasi Utama

(2) Hak pihak ke 3 atas bagi hasil ITT

(3) Pendapatan Operasi lainnya

(-/-)

(+/+)

(-/-)

(4) Beban Operasi (Tenaga kerja, Adm, Opr Lainnya

=

(5) Laba/rugi

(1) Pendapatan Operasi Utama

• Bagi hasil (prinsip bagi hasil) • Margin (prinsip jual beli) • Pendapatan neto sewa • Lainnya (SWBI, IMA dsb)

(2) Beban Mudharabah • Beban tenaga kerja • Beban administrasi • Beban penyusutan • Beban opr lainnya

(-/-)

(3) Laba/rugi Mudharabah

=

=

Pembagian hasil Usaha

Perhitungan

Shahibul maal

Profit sharing

xxxi

)1: املائدة ...... ( ياأيها الذين ءامنوا أوفوا بالعقود “Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu…” 20

b. Al-Hadist

Hadist riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf:

لحائالصاملج نيبلى زن عولماملسا وامرل حاح الال أوح مرا حلحإال ص نلميس شروطهم إال شرطا حرم حالال أو أحل حراما

“Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” 21

Hadits nabi riwayat Ibnu Majah dari ’Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad

dari Ibnu Abbas dan Malik dari Yahya:

ارالضرو ررالض

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” 22

c. Kaidah Fiqih:

أل صل في املعامال ت اإل با حة إال أن يدل دليل على حتر ميهاا

“Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” 23

20 Ibid, hal. 84 21 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syariah, Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Bank Indonesia, Jakarta, 2001, hal.88 22 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Jakarta, Logos, 1996, hal.125

xxxii

أ ينما و جد ت املصلحة فثم حكم اهللا

“Dimana terdapat kemaslahatan, disana terdapat hukum Allah.”24

3. Teori Bagi Hasil

Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit

sharing . Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian

laba. Secara definitif profit sharing diartikan:”distribusi beberapa bagian dari

laba pada para pegawai dari suatu perusahaan”.25 Hal itu dapat berbentuk

suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh

pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran

mingguan/bulanan.

Mekanisme lembaga keuangan syariah pada pendapatan bagi hasil ini

berlaku untuk produk penyertaan atau bentuk bisnis korporasi (kerjasama).

Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebutkan tadi

harus melakukan transparasi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab

semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang berkaitan dengan bisnis

penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan proyek.26

Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional

antara shahibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua

23 Himpunan Fatwa DSN Untuk Lembaga Keuangan Syariah, op.cit., hal.89

24 Ibid, hal. 89

25 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, Yogyakarta,

UII Press, 2004, hal.18 26 Ibid, hal. 18

xxxiii

pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah, dapat

dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi

antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati

sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak

ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti

shahibul maal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan

sebelum habis masa perjanjian akan dianggap sebagai pembagian

keuntungan dimuka.27

Kerja sama para pihak dengan sistem bagi hasil harus dilaksanakan

dengan transparan dan adil. Hal ini disebabkan untuk mengetahui tingkat

bagi hasil pada periode tertentu itu tidak dapat dijalankan kecuali harus ada

laporan keuangan atau pengakuan yang terpercaya. Pada tahap perjanjian

kerja sama ini disetujui oleh para pihak, maka semua aspek yang berkaitan

dengan usaha harus disepakati dalam kontrak, agar antar pihak dapat

saling mengingatkan.28

4. Konsep Bagi Hasil

Konsep bagi hasil adalah sebagai berikut:

a. Pemilik dana akan menginvestasikan dananya melalui lembaga

keuangan syariah yang bertindak sebagai pengelola;

b. Pengelola atau lembaga keuangan syariah akan mengelola dana

tersebut dalam sistem pool of fund selanjutnya akan menginvestasikan

dana tersebut ke dalam proyek atau usaha yang layak dan

menguntungkan serta memenuhi aspek syariah; 27 Ibid, hal.19

28 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta, UII Press, 2004,

hal. 120

xxxiv

c. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja

sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan

tersebut.29

5. Nisbah Keuntungan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil

Hal-hal yang berkaitan dengan nisbah bagi hasil yaitu:

a. Prosentase

Nisbah keuntungan harus didasarkan dalam bentuk prosentase

antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah

tertentu. Nisbah keuntungan itu misalnya 50:50, 70:30, 60:40, atau 99:1.

Jadi nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan

berdasarkan porsi setoran modal. Nisbah keuntungan tidak boleh

dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah tertentu, misalnya shahib al-

maal mendapat Rp 50.000,00 dan mudharib mendapat Rp 50.000,00.30

b. Bagi Untung dan Bagi Rugi

Ketentuan diatas itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik

akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong ke dalam kontrak investasi

(natural uncertainty contracts). Dalam kontrak ini, return dan timing cash

flow kita tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya

besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba

bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil juga. Filosofi ini

hanya dapat berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk

prosentase, bukan dalam bentuk nominal rupiah tertentu.

29 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, op.cit., hal. 265

30 Karim, op.cit., hal. 198

xxxv

Bila dalam akad mudharabah ini mendapatkan kerugian, pembagian

kerugian itu bukan didasarkan atas nisbah, tetapi berdasarkan porsi

modal masing-masing pihak. Itulah alasan mengapa nisbahnya disebut

sebagai nisbah keuntungan, bukan nisbah saja, karena nisbah 50:50,

atau 99:1 itu hanya diterapkan bila bisnisnya untung. Bila bisnisnya rugi,

kerugiannya itu harus dibagi berdasarkan porsi masing-masing pihak,

bukan berdasarkan nisbah. Hal ini karena ada perbedaan kemampuan

untuk mengabsorpsi/menanggung kerugian di antara kedua belah pihak.

Bila untung, tidak ada masalah untuk menikmati untung. Karena sebesar

apa pun keuntungan yang terjadi, kedua belah pihak akan selalu dapat

menikmati keuntungan itu. Lain halnya kalau bisnisnya merugi.

Kemampuan shahib al-maal untuk menanggung kerugian finansial tidak

sama dengan kemampuan mudharib. Dengan demikian, karena kerugian

dibagi berdasarkan proporsi modal (finansial) shahib al-maal dalam

kontrak ini adalah 100%, maka kerugian (finansial) ditanggung 100% pula

oleh shahib al-maal. Di lain pihak, karena proporsi modal (finansial)

mudharib dalam kontrak ini adalah 0%, andaikata terjadi kerugian,

mudharib akan menanggung kerugian (finansial) sebesar 0% pula.31

Apabila bisnis rugi, sesungguhnya mudharib akan menanggung

kerugian hilangnya kerja, usaha dan waktu yang telah ia curahkan untuk

menjalankan bisnis itu. Kedua belah pihak sama-sama menanggung

kerugian, tetapi bentuk kerugian yang ditanggung oleh keduanya

berbeda, sesuai dengan objek mudharabah yang dikonstribusikannya.

Bila yang dikontribusikan adalah uang, risikonya adalah hilangnya uang

31 Ibid, hal.198

xxxvi

tersebut. Sedangkan yang dikontribusikan adalah kerja, risikonya adalah

hilangnya kerja, usaha dan waktunya, sehingga tidak mendapatkan hasil

apapun atas jerih payahnya selama berbisnis.

c. Jaminan

Ketentuan pembagian kerugian bila kerugian yang terjadi hanya

murni diakibatkan oleh risiko bisnis (business risk), bukan karena risiko

karakter buruk mudharib (character risk). Bila kerugian terjadi karena

karakter buruk, misalnya karena mudharib lalai dan atau melanggar

persyaratan-persyaratan kontrak mudharabah, maka shahib al-maal tidak

perlu menanggung kerugian seperti ini.

"Para fuqaha berpendapat bahwa pada prinsipnya tidak perlu dan

tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan, sebagaimana dalam

akad syirkah lainnya. Jelas hal ini konteksnya adalah business risk."32

Sedangkan untuk character risk, mudharib pada hakikatnya menjadi

wakil dari shahibul maal dalam mengelola dana dengan seizin shahibul

maal, sehingga wajib baginya berlaku amanah. Jika mudharib melakukan

keteledoran, kelalaian, kecerobohan dalam merawat dan menjaga dana,

yaitu melakukan pelanggaran, kesalahan, dan kelewatan dalam

perilakunya yang tidak termasuk dalam bisnis mudharabah yang

disepakati, atau ia keluar dari ketentuan yang disepakati, mudharib

tersebut harus menanggung kerugian mudharabah sebesar bagian

kelalaiannya sebagai sanksi dan tanggungjawabnya. Ia telah

32 Ibid, hal. 198

xxxvii

menimbulkan kerugian karena kelalaian dan perilaku zalim karena ia telah

memperlakukan harta orang lain yang dipercayakan kepadanya di luar

ketentuan yang disepakati. Mudharib tidak pula berhak untuk menentukan

sendiri mengambil bagian dari keuntungan tanpa kehadiran atau

sepengetahuan shahibul maal sehingga shahibul maal dirugikan. Jelas

hal ini konteksnya adalah character risk.33

Pihak mudharib yang lalai atau menyalahi kontrak ini, maka shahib

al-maal dibolehkan meminta jaminan tertentu kepada mudharib. Jaminan

ini akan disita oleh shahib al-maal jika ternyata timbul kerugian karena

mudharib melakukan kesalahan, yakni lalai dan ingkar janji. Kerugian

yang timbul disebabkan karena faktor resiko bisnis, jaminan mudharib

tidak dapat disita oleh shahib al-maal. Cara penyelesaiannya adalah jika

salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan di antara kedua pihak, maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan

melalui musyawarah.

d. Menentukan Besarnya Nisbah

Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-

masing pihak yang berkontrak. Jadi, angka besaran nisbah ini muncul

sebagai hasil tawar-menawar antara shahib al-maal dengan mudharib.

Dengan demikian, angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30,

80:20, bahkan 99:1. Namun para ahli fiqih sepakat bahwa nisbah 100:0

tidak diperbolehkan.34

e. Cara Menyelesaikan Kerugian

33 Ibid, hal.199

34 Ibid, hal. 199

xxxviii

Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah diambil terlebih

dahulu dari keuntungan, karena keuntungan merupakan pelindung modal.

Kemudian bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok

modal.35

6. Investasi Berdasarkan Bagi Hasil

Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada

kerjasama yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama

atau partnership merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi Islam.

Kerjasama ekonomi harus dilakukan dalam semua bentuk kegiatan

ekonomi, yaitu: produksi, distribusi barang maupun jasa. Salah satu bentuk

kerjasama dalam bisnis atau ekonomi Islam adalah qirad atau mudharabah.

Qirad atau mudharabah adalah kerjasama antara pemilik modal atau uang

dengan pengusaha pemilik keahlian atau ketrampilan atau tenaga dalam

pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek usaha. Melalui mudharabah

kedua belah pihak yang bermitra tidak akan mendapatkan bunga, tetapi

mendapatkan bagi hasil atau profit dan loss sharing dari proyek ekonomi

yang disepakati bersama.36

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil

Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil ada 2 yaitu:

a. Faktor Langsung

35 Ibid, hal. 199

36 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, op.cit., hal. 19

xxxix

Faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil

adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi

hasil (profit sharing ratio), penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Investment rate merupakan prosentase aktual dana yang

diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment

rate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan

untuk memenuhi likuiditas;

2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan

jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk

diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan

salah satu metode yaitu rata-rata saldo minimum bulanan dan rata-

rata total saldo harian. Invesment rate dikalikan dengan jumlah

dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan

jumlah dana aktual yang digunakan; 37

3) Nisbah (profit sharing ratio)

Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan

dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu BMT dan

BMT lainnya dapat berbeda. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu

ke waktu dalam satu BMT, misalnya pembiayaan mudharabah 5

bulan, 6 bulan, 10 bulan dan 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda

antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya

dana dan jatuh temponya.

b. Faktor Tidak Langsung

Faktor-faktor tidak langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil:

37 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2002, hal. 106

xl

1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

a) Shahibul Maal dan Mudharib akan melakukan share baik dalam

pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan

merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya-biaya;

b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue

sharing.

2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya

aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan

pendapatan dan biaya.38

8. Komponen Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah

Beberapa hal yang terkait dengan perhitungan bagi hasil pembiayaan

mudharabah adalah sebagai berikut:

a. Saldo pembiayaan;

b. Jangka waktu pengembalian;

c. Sistem pengembalian, apakah mengangsur atau ditangguhkan;

d. Hasil yang diharapkan oleh BMT;

e. Nisbah bagi hasil;

f. Proyeksi pendapatan dari calon peminjam. Berdasarkan pengalaman

usaha sebelumnya, proyeksi ini lebih mudah diketahui;

g. Realisasi pendapatan yang sesungguhnya. Berdasarkan laporan

keuangan peminjam, besar kecilnya laba aktual menjadi dasar dalam

pengambilan tingkat bagi hasil;

38 Ibid, hal. 106

xli

h. Tingkat persaingan harga, baik dengan lembaga keuangan sejenis

maupun dengan lembaga konvensional.39

B. Konsep Pendapatan dan Biaya dalam Bagi Hasil

1. Pengertian Pendapatan dan Biaya

a. Pendapatan

Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan, seperti manajemen rekening investasi terbatas;

b. Biaya

Biaya adalah penurunan kotor dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selam periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, atau aktivitas; termasuk pemberian jasa.40

2. Metode Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil

Pendapatan bagi hasil adalah pendapatan yang diperoleh oleh bank

bagi hasil yang berasal dari mudharabah dan musyarakah. Ditinjau dari

cara menentukan jumlah rupiah pembayaran angsuran dan pokok

pembiayaan terdapat dua metode yaitu:

a. Bagi hasil netto adalah bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan

dari usaha/proyek yang dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dibagihasilkan adalah

laba dari sebuah usaha/proyek. Contoh: bila dari sebuah proyek atau

usaha dihasilkan penjualan sebesar Rp 2.000.000,00 dan biaya-biaya 39 Ridwan, op.cit., hal. 176

40 Ivan Rahmawan Arifin, Modul Kuliah Akuntansi Syariah, Surakarta, STAIN Surakarta, 2003, hal.

114

xlii

usaha Rp 500.000,00, maka yang dibagihasilkan sebesar Rp

1.500.000,00. Ini disebut metode profit sharing;

b. Bagi hasil brutto adalah bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan

usaha/proyek yang tidak dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dibagihasilkan adalah

pendapatan dari sebuah usaha/proyek. Contoh: bila dari sebuah

proyek atau usaha dihasilkan penjualan sebesar Rp 2.000.000,00 dan

biaya-biaya usaha sebesar Rp 500.000,00, maka yang dibagihasilkan

adalah sebesar penjualan yaitu Rp 2.000.000,00. Ini disebut metode

revenue sharing.41

Ditinjau dari cara pembayaran nasabah kepada bank maka terdapat

dua metode penerimaan pendapatan bagi hasil pada pembiayaan

mudharabah yaitu:

a. Bagi hasil dibayarkan terpisah dengan angsuran pokok pinjaman, pada

cara ini maka pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank bagi hasil

merupakan pembayaran terpisah dari pembayaran angsuran pokok

pembiayaan;

b. Bagi hasil dibayarkan tidak terpisah dengan angsuran pokok pinjaman,

pada cara ini maka pendapatan bagi hasil yang diterima merupakan

pembayaran bersamaan dengan pembayaran angsuran pokok

pembiayaan. Sebelum menyetujui sebuah usulan pembiayaan yang

diajukan oleh nasabah maka bank bagi hasil akan membuat proyeksi

pembayaran terlebih dahulu.42

41 Ibid, hal. 139-140

42 Ibid, hal. 140

xliii

3. Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Akuntansi) Keuangan

Sistem pencatatan dan pelaporan (akuntansi) keuangan, ada dua

sistem yaitu:

a. Accrual basis adalah sistem penentuan biaya dan pendapatan yang mengakui seluruh pendapatan dan biaya pada tahun buku tertentu meskipun realisasinya baru terjadi dalam buku selanjutnya.

b. Cash basis adalah pencatatan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan saat penerimaan atau pengeluaran tunai tanpa memperhatikan tanggal transaksinya.43

C. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah)

1. Pengertian Pembiayaan

Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan bab I pasal I

No.12, yang dimaksud pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah:

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.44 Kata mewajibkan pada Undang-Undang di atas maksudnya adalah pihak

yang dibiayai mewajibkan untuk mengembalikan uang pinjamannya,

kecuali apabila terjadi resiko bisnis dalam mudharabah, maka tidak

mewajibkan untuk mengembalikan uang pinjamannya.

2. Pengertian Akad Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.

Maksud dari kata memukul atau berjalan dalam hal ini adalah proses

seseorang memukulkan kakinya dalam melaksanakan usaha.

43 Priyonggo Suseno dan Heri Sudarsono, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,

2004, Yogyakarta, UII Press, hal. 13 44 Undang-Undang No.10 tahun 1998

xliv

Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modalnya sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.45

Sedangkan menurut para ulama, istilah syarikah mudharabah memiliki pengertian yaitu pihak pemodal (investor) menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola untuk diperdagangkan. Pemodal berhak mendapat bagian tertentu dari keuntungan.46

Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak

zaman nabi, bahwa telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya

Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw. berprofesi sebagai pedagang, ia

melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau

dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, baik

menurut Al-Qur'an, Sunnah, maupun Ijma'.

Praktik mudharabah antara Khadijah dengan nabi, saat itu Khadijah

mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad

Saw. keluar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan sebagai pemilik

modal (shahib al-maal) sedangkan Nabi Muhammad Saw. berperan

sebagai pelaksana usaha (mudharib). Bentuk kontrak antara dua pihak

dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan

sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana

usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung disebut akad

mudharabah. Jadi akad mudharabah adalah persetujuan kongsi antara

harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain.47

45 Syafi'I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta, Gema Insani Press, 2001, hal. 95

46 Abu Asma' Kholid Syamhudi, "Hakikat Mudharabah", Majalah As-Sunnah, (Surakarta) Ed. 3 TH

X/1427H/2006M, hal. 17 47 Karim, op.cit., hal. 193

xlv

3. Landasan Syariah

Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih

mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-

ayat dan hadits berikut ini:

a) Al-Qur'an

)20: املزمل .....( وءاخرون يضربون في األرض يبتغون من فضل الله...... "….dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah …."48

Makna dari surat al-Muzzammil : 20 adalah adanya kata yadhribun yang

sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu

perjalanan usaha.

)10: اجلمعة ..... ( فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل اهللا

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah …."49

ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال من ربكم...... (البقرة : 198)

"Tidak ada dosa bagi kamu untuk mencari Karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhan-mu…."50

Surat al-Jumu'ah:10 dan al-Baqarah: 198 sama-sama mendorong kaum

muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha.

b) Al-Hadits

كان سيدنا العباس بن عبد املطلب : روى ابن عباس رضي اهللا عنهما أنه قال حبرا وال ينزل به إذا دفع املال مضاربة اشترط على صاحبه أن اليسلك به

48 Depag RI, op.cit., hal. 459 49 Ibid. hal. 442 50 Ibid hal. 24

xlvi

طه رلغ شفب نمض ل ذلكة فإن فعطبكبد ر ة ذاتابرى به دتشال يا واديوهازفأج لمسه وليلى اهللا عل اهللا صوسر

"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut pada Rasulullah Saw dan Rasulullah pun membolehkannya." (HR. Thabrani)51

c) Ijma'

Imam Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah (4/13) telah menyatakan

bahwa para sahabat telah berkonsensus akan legitimasi pengolahan

harta anak yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini

sejalan dengan spirit hadis yang dikutip oleh Abu Ubaid dalam kitabnya

al-Amwal (454)

“Rasulullah saw. telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada di tanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat”.52

Indikasi dari hadis ini adalah menginvestasikan harta anak yatim secara

mudharabah sudah dianjurkan, apalagi mudharabah dalam harta sendiri.

Adapun pengertian zakat disini, seandainya harta tersebut

diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari return on investment

(keuntungan) bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut

akan senantiasa berkembang, bukan berkurang.53

51 Thabrani, dikutip oleh Syafi'i Antonio, dalam bukunya Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, op.cit.,

hal. 96 52 Alaudin Al-Kasani, Bada'i Ash-Shana'i fi Tartib Asy-Syara'i, juz VI, hal. 79

53 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta, UII Press, 2005, hal. 15

xlvii

d) Qiyas

Mudharabah diqiyaskan kepada al-musaqah (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia, ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.54

4. Rukun dan Syarat Mudharabah

Ada beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan mudharabah yaitu:

a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

Akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama

bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal), pihak kedua sebagai

pelaksana usaha (mudharib). Syarat keduanya adalah pemodal dan

pengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah secara hukum.55

b. Objek mudharabah (modal dan kerja)

Objek merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan

oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek

mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya

sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan berbentuk uang.

Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, ketrampilan,

selling skill, management skill dan lain-lain. 56

Syarat objek mudharabah adalah:

1) modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang);

54 Rachmat Syafe'I, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, Bandung, Pustaka

Setia, 2001, hal. 226 55Syafi'i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, Jakarta, Tazkia Institute, 1999, hal. 174 56 Karim, op.cit., hal. 194

xlviii

2) modal harus tunai.57

Para fuqaha tidak membolehkan modal mudharabah berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya modal mudharabah. Para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya mudharabah dengan hutang. Tanpa adanya setoran modal, berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi'i dan Maliki melarang hal itu karena merusak sahnya akad.58

c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)

"Persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari

prinsip 'an-taraadhim minkum (sama-sama rela)."59 Kedua belah pihak

harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad

mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk

mengkontribusikan dana dan si pelaksana usaha pun setuju dengan

perannya untuk mengkontribusikan kerja.

Syaratnya adalah melafazkan ijab dari yang punya modal dan

qabul dari yang menjalankannya.60

d. Nisbah Keuntungan

"Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang

tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang

berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah."61 Mudharib

mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-maal

mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan

inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah

pihak mengenai cara pembagian keuntungan.

57 Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, op.cit., hal. 175

58 Karim, op.cit., hal.194

59 Karim, op.cit., hal. 194

60 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, op.cit., hal. 73

61 Karim, op.cit., hal. 194

xlix

Syaratnya adalah:

1) Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak;

2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui

pada waktu kontrak dan proporsi tersebut harus dari

keuntungan;

3) Nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu

ke waktu;

4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa

saja yang ditanggung pemodal dan pengelola.62

5. Perkara yang Membatalkan Mudharabah

Mudharabah dianggap batal pada hal berikut:

a. Pembatalan, larangan berusaha dan pemecatan;

b. Salah seorang aqid meninggal dunia;

c. Salah seorang aqid gila;

d. Pemilik modal murtad;

e. Modal rusak di tangan pengusaha.63

6. Jenis-Jenis Mudharabah

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis:

a. Mudharabah Muthlaqah

"Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul

maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh

62 Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, op.cit, hal. 176

63 Syafe'i, op.cit., hal. 237

l

spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis."64 Dalam pembahasan

fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if'al

ma syi'ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang

memberi kekuasaan sangat besar. Jenis usaha disini mempunyai syarat

yaitu aman, halal dan menguntungkan.

b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau istilah lainnya restricted

mudharabah/specified mudharabah adalah mudharib dibatasi dengan

batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini

seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam

memasuki jenis dunia usaha.65

7. Terjadinya Kerugian

Kerugian dalam mudharabah adalah ketidakmampuan nasabah

dalam membayar cicilan pokok senilai pembiayaan yang telah diterimanya

atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah

diterimanya. Kerugian ditanggung oleh bank syariah, kecuali akibat:

a. nasabah melanggar syarat yang telah disepakati;

b. nasabah lalai dalam menjalankan modalnya.66

Kemungkinan bank menderita kerugian dari berbagai operasinya

menyalurkan dananya kepada masyarakat, apabila terdapat banyak sekali

nasabah yang tidak memenuhi kewajibannya. Namun, apabila bank Islam

dikelola secara profesional kemungkinan terjadinya kerugian sangat kecil,

karena kerugian disalah satu portofolio akan dapat ditutupi dengan 64 Antonio, op.cit., hal. 97

65 Ibid, hal. 97

66 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, op.cit., hal. 74

li

keuntungan pada portofolio lain, dalam hal ini semuanya terhimpun dalam

pot dana (pool of fund).67

Cara mengurangi risiko kerugian yang dihadapi nasabah atau

mengurangi jumlah nasabah yang tidak memenuhi kewajibannya, maka

diperlukan peningkatan profesionalisme para pengelola bank Islam

terutama dalam menilai kelayakan proyek dan karakter nasabah. Proyek-

proyek yang besar dianjurkan memakai akuntan public untuk menilai

laporan keuangan proyek.

8. Teknik Mudharabah dalam Perbankan

Teknik mudharabah dalam perbankan sebagai berikut:

4. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola

modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal

diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati

bersama;

5. Hasil pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat

diperhitungkan dengan dua cara:

1) perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing);

2) perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing);

6. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap

bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal

menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan

penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan

penyalahgunaan dana;

67 Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta,

Dana Bhakti Wakaf, 1992, hal.45

lii

7. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak

berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah;

8. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau

membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat

dikenakan sanksi administrasi.68

9. Manfaat Mudharabah

Manfaat mudharabah adalah sebagai berikut:

a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan

usaha nasabah meningkat;

b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah

pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil

usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative

spread;

c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas

usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah;

d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar

aman, halal dan menguntungkan karena keuntungan yang konkrit dan

benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan;

e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga

tetap.69

68 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta,

Ekonisia, 2004, hal. 70-71 69Antonio, op.cit., hal. 97-98

liii

Gambar 2 Skema Mudharabah Pada BMT KHONSA

Sumber Data: BMT KHONSA Cilacap D. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah

Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan:

1) Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati;

2) Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.70 Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat diketahui

berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank.

Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode,

yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi

laba, dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan

70 IAI, PSAK No. 59, Jakarta, 2002

Perjanjian Bagi Hasil

Keahlian / keterampilan

Modal 100%

BMT KHONSA (Shahibul Maal)

Nasabah (Mudharib)

PROYEK/USAHA

LABA

RUGI

MODAL

Nisbah X %

Nisbah Y %

100 % Kelalaian

100 % Force Majfur (Musibah)

dan Business Risks

Pengambilan Modal Pokok

liv

pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari

total pendapatan pengelolaan mudharabah.71

Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian

mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang

pembiayaan mudharabah. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau

kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana.

Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana pada saat

mudharabah selesai atau dihentikan sebelum masanya berakhir diakui

sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola dana.

E. Filosofis BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)

1. Pengertian BMT

Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal

dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha

pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti: zakat, infaq

dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan

penyaluran dana komersil.72

Baitul maal wattamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan yang

ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada batasan

ekonomi, sosial bahkan agama. Masyarakat dapat berperan aktif dalam

membangun sebuah sistem keuangan yang lebih adil dan penting mampu

menjangkau lapisan pengusaha yang terkecil.

Peran BMT dalam menumbuhkembangkan usaha mikro di

lingkungannya merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi

71 Ibid

72 Sudarsono, op.cit., hal. 96

lv

pembangunan nasional. BMT tidak digerakkan dengan motif laba semata,

tetapi juga dengan motif sosial. BMT beroperasi dengan pola syariah, maka

mekanisme kontrolnya tidak hanya dari aspek ekonomi saja, tetapi agama

atau akidah menjadi faktor pengontrol dari dalam yang lebih dominan.73

2. Landasan BMT

Baitul maal wattamwil (BMT) berlandaskan prinsip syariah Islam,

keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan atau koperasi,

kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. Dengan demikian,

keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah dan legal, sebagai lembaga

keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip

syariah.74

Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh dan

berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk

mencapai sukses di dunia dan akhirat juga keterpaduan antara sisi maal

dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti

upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama.

Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya bergantung pada uluran

tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi

anggota dan masyarakat, untuk itulah pola pengelolaannya harus

profesional.

Landasan Syariah BMTadalah sebagai berikut:

a. Al-Qur'an

وهبى فاكتمسل من إلى أجيبد متنايدوا إذا تنآم ا الذينهآأي282: البقرة ..... (ي( 73Ridwan, op.cit., hal. 73-74 74 Ibid, hal. 129

lvi

" Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya." 75 b. Al-Hadist

Salah satu hadist Rasulullah saw, menegaskan bahwa:

مرل حأح الال أوح مراال ح طهمورلى شن عولمساالم

" Kaum muslimin (dalam kebebasan) sesuai dengan syarat dan kesepakatan mereka, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram."(at-Tirmidzi)76

Islam mendorong penganutnya berjuang untuk mendapatkan harta

dengan berbagai cara, asalkan sesuai dengan syariat Islam yaitu harta

yang halal lagi baik, tidak menggunakan cara batil, tidak berlebih-

lebihan/melampaui batas, tidak menzalimi maupun dizalimi, menjauhkan

diri dari riba, maisir (perjudian), gharar (ketidakjelasan) serta tidak

melupakan tanggung jawab sosial berupa zakat, infak, shadaqah.77

3.Ciri-Ciri Utama BMT

Ciri-ciri utama BMT adalah sebagai berikut:

a. Beroperasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan masyarakat;

b. Bukan lembaga sosial, tetapi bermanfaat untuk mengefektifkan pengumpulan dan pensyarufan dana zakat, infaq dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak;

c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya;

d. Milik bersama masyarakat bahwa bersama dengan orang kaya disekitar BMT, bukan milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat. Atas dasarnya ini BMT tidak dapat berbadan hukum perseroan.78

75 Depag RI, op.cit., hal. 37

76At-Tirmidzi dikutip oleh Syafi'i Antonio, dalam bukunya Bank Syariah dari Teori ke Praktek, op.cit., hal. 11 77 Ibid, hal. 12

78 Ridwan,op.cit., hal. 132

lvii

4. Ciri-Ciri Khusus BMT

Baitul maal wattamwil (BMT) merupakan lembaga milik masyarakat,

sehingga keberadaannya akan selalu dikontrol dan diawasi oleh

masyarakat. Laba atau keuntungan yang diperoleh BMT juga akan

didistribusikan kepada masyarakat, sehingga maju mundurnya BMT sangat

dipengaruhi oleh masyarakat di sekitar BMT berada. Selanjutnya BMT

memiliki ciri khusus sebagai berikut:

a. Staf dan karyawan BMT bertindak proaktif, tidak menunggu tetapi

merebut bola, baik untuk menghimpun dana anggota maupun untuk

pembiayaan;

b. Kantor dibuka dalam waktu tertentu yang ditetapkan sesuai kebutuhan

pasar;

c. BMT mengadakan pendampingan usaha anggota;

d. Manajemen BMT adalah professional Islami;

1) Administrasi keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan

Indonesia yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi syariat;

2) Setiap bulan BMT akan menerbitkan laporan keuangan dan

penjelasan dari sisi laporan tersebut;

3) Setiap bulan buku yang ditetapkan, maksimal sampai bulan Maret

tahun berikutnya, BMT akan menyelenggarakan Musyawarah

Anggota Tahunan. Forum ini merupakan forum permusyawaratan

tertinggi;

4) Aktif menjemput bola, berprakarsa, kreatif-inovatif, menemukan

masalah dan memecahkannya secara bijak dan memberikan

kemenangan kepada semua pihak (win-win solution);

lviii

5) Berfikir, bersikap dan bertindak "Ahsanu 'Amala" atau service

excellence;

6) Berorientasi kepada pasar bukan pada produk.79

F. Kerangka Berfikir

Salah satu pendapatan utama BMT adalah dari produk pembiayaan

mudharabah. Produk ini menggunakan prinsip bagi hasil, yang di tentukan

berdasarkan kesepakatan dan menggunakan prosentase keuntungan

tertentu. Metode perhitungan bagi hasil yang digunakan adalah revenue

sharing sesuai yang ditentukan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Revenue

sharing merupakan suatu metode perhitungan bagi hasil yang dihitung dari

total pendapatan.

Hal-hal yang mempengaruhi bagi hasil adalah saldo pembiayaan,

jangka waktu pengembalian, sistem pengembalian, hasil yang diharapkan

oleh BMT, nisbah bagi hasil, proyeksi pendapatan dari calon peminjam,

realisasi pendapatan yang sesungguhnya, tingkat persaingan harga, baik

dengan lembaga keuangan sejenis maupun dengan lembaga konvensional.80

Mengingat hal tersebut apabila saldo pembiayaan tinggi, nisbah bagi

hasil tinggi, maka tingkat keuntungan yang diperoleh BMT akan tinggi pula.

Sedangkan jangka waktu pembiayaan terkait dengan jumlah angsuran bagi

hasil yang akan diterima setiap bulan. Apabila jangka waktu pendek, maka

angsuran yang diperoleh akan besar. Apabila jangka waktu pembiayaan

panjang, maka angsuran bagi hasil yang diterima akan cenderung kecil.

79 Ibid, hal. 133-134

80 Ibid, hal. 176

lix

Kalau angsuran pokok tergantung dari saldo pembiayaan. Apabila angsuran

pokok besar, maka saldo pembiayaan sedikit atau cepat lunas. Apabila

angsuran pokok kecil, maka saldo pembiayaan besar atau pelunasannya

lama.

Gambar 3 Kerangka Berfikir

Saldo pembiayaan, jangka waktu pengembalian, sistem pengembalian,

hasil yang diharapkan oleh BMT, nisbah bagi hasil, proyeksi pendapatan dari

calon peminjam dan tingkat persaingan harga akan berpengaruh secara

signifikan terhadap bagi hasil yang diterima oleh BMT. Metode yang

digunakan BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan Fatwa DSN, maka

bagi hasil yang diperoleh BMT juga sudah sesuai dengan Fatwa DSN,

sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Bagi hasil yang diterima oleh BMT

Saldo pembiayaan

Jangka waktu pengembalian

Sistem pengembalian

Hasil yang diharapkan

Nisbah bagi hasil

Proyeksi pendapatan

Tingkat persaingan harga

Fatwa DSN

lx

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juni 2006 dan tempat

penelitiannya berada di BMT KHONSA Cilacap, Jalan Gatot Subroto No.

120 Cilacap, Telp. (0282) 541520. Penulis melaksanakan penelitian bulan

Juni karena sistem laporan keuangan BMT tersebut menggunakan sistem

triwulanan. Bulan tersebut sudah mewakili untuk membuat laporan

lxi

keuangan triwulan kedua atau setengah tahun, sehingga penulis dapat

memperoleh data yang valid dalam melakukan penelitian di BMT

tersebut.

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan tempat penelitian, maka jenis penelitian yang

digunakan dalam skripsi ini adalah field reseach, yaitu penelitian yang

sumber datanya diperoleh dengan mendatangi perusahaan secara

langsung sebagai objek penelitian.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kualitatif.

Data kualitatif adalah memaparkan data dan memberikan gambaran

penjelasan secara teoritik yang didasarkan pada masalah yang diteliti

yang ada di lapangan serta mengeksplorasikan ke dalam bentuk laporan.

Penulis juga memaparkan data dalam bentuk angka-angka, kemudian

angka-angka perhitungan bagi hasil tersebut akan dideskripsikan ke

dalam data kualitatif, sehingga memudahkan penulis untuk mengambil

kesimpulan. Data tersebut adalah akad, data perhitungan pembayaran

angsuran mudharabah dan data nasabah pembiayaan mudharabah.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari pihak

BMT KHONSA Cilacap. Data tersebut yaitu jawaban responden

lxii

(nasabah dan pihak BMT KHONSA Cilacap) mengenai metode

perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau digunakan oleh

organisasi yang bukan merupakan pengelolanya. Data tersebut adalah

perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di BMT

KHONSA Cilacap, akad, angsuran nasabah pembiayaan mudharabah

di BMT KHONSA Cilacap.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Lapangan

1) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data-data dengan melakukan

review terhadap dokumen yang berkaitan dengan masalah tersebut.

2) Interview, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengadakan tatap muka atau wawancara pada pihak BMT

KHONSA Cilacap untuk memberikan data yang diperlukan dalam

proses penelitian.

b. Studi Pustaka

Pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku yang membahas

dan berhubungan dengan objek penelitian.

C. Populasi, Sampel dan Tenik Pengambilan Sampel

lxiii

"Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek yang diteliti."81 Populasi

dalam penelitian ini adalah nasabah pembiayaan mudharabah. Populasi yang

digunakan oleh penulis adalah 130 nasabah pembiayaan mudharabah.

"Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari

suatu populasi dan diteliti secara rinci."82 "Krejcie dan Morgan (1970) telah

memberikan panduan dalam menentukan jumlah anggota sampel dari

populasi tertentu dengan taraf kepercayaan 95%."83

"Semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang

kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah

sampel menjauhi populasi maka semakin besar kesalahan generalisasi."84

Penulis menentukan jumlah sampel yang diambil adalah 30 nasabah

pembiayaan mudharabah.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis dalam penulisan

skripsi ini adalah metode pengambilan sampel probabilitas/acak (random

sampling), yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel dimana setiap

anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi

anggota sampel dengan memberikan pertanyaan kepada 30 nasabah

pembiayaan mudharabah yang dianggap sudah mewakili dan dapat

memberikan informasi yang jelas tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh

penulis.

D. Metode Analisis Data

81 Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta, UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1995, hal. 109 82 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, Yogyakarta, UPFE UMY, 2005, hal. 95 83 Sugiyono, Statistik Non Parametris, Bandung, Alfa Beta, 2004, hal. 11 84 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfa Beta, 1998, hal. 63

lxiv

Metode analisis data yang dipakai oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Penulis menggunakan data nasabah pembiayaan mudharabah untuk

dianalisis nisbah bagi hasilnya dengan metode revenue sharing yang

sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Rumus yang

digunakan oleh penulis adalah:85

waktuJangka

PembiayaanPlafon Pokok Angsuran =

Pembiayaan Saldo x laba % Laba =

laba x BAHASNisbah BMT BAHAS =

PembiayaanPlafon x 0,25% PembiayaanSimpanan =

PembiayaanSimpanan BAHAS Pokok Angsuran Angsuran Total ++=

PokokAngsuran - 1Bulan Saldo KeduaBulan Saldo =

Dimana :

a. Angsuran Pokok : Pembayaran angsuran pembiayaan tanpa

ditambah dengan bagi hasil yang dibayarkan setiap bulan.

b. Plafon Pembiayaan : Batas maksimal pembiayaan yang diberikan

kepada nasabah.

c. Jangka Waktu : Waktu pembayaran pelunasan pembiayaan.

d. Laba : Keuntungan yang diperoleh BMT dari hasil

usaha nasabah pembiayaan mudharabah.

e. BAHAS : Bagi Hasil.

f. Nisbah BAHAS : Prosentase yang ditentukan berdasarkan

hasil kesepakatan antara pihak BMT dengan pihak nasabah.

85 Ridwan, op.cit., hal. 176

lxv

g. Simpanan Pembiayaan : Simpanan nasabah yang besarnya ditentukan

oleh BMT pada saat aqad sebesar 0,25% dari plafon pembiayaan.

h. Total Angsuran : Angsuran yang terdiri dari angsuran pokok,

BAHAS dan simpanan pembiayaan.

i. Saldo Pembiayaan : Jumlah saldo pembiayaan mudharabah yang

harus dibayar oleh nasabah setelah dikurangi dengan angsuran pokok.

2. Setelah mengetahui total angsuran nasabah pembiayaan mudharabah,

maka penulis akan menganalisis cara pembayaran pembiayaan

mudharabah dengan metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa

DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

menilai kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Cara pembayaran angsuran bagi hasil yang dilakukan setiap bulan

disesuaikan dengan nisbah bagi hasil dari keuntungan yang didapat

oleh nasabah;

b. Angsuran pokok dibayar setiap bulan.

Berdasarkan rumus tersebut kemudian dianalisis dengan analisis kualitatif,

metode yang digunakan dalam proses penalarannya yaitu metode induktif.

Metode induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat

studi lapangan menuju kepada teori.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Profil Obyek Penelitian (BMT KHONSA Cilacap)

1. Profil BMT KHONSA Cilacap

lxvi

BMT KHONSA Cilacap berdiri sejak tanggal 19 Oktober 1999,

dengan Badan Hukum No. :092/BH/KDK/11/XII/2000, didasari ikhlas

mencari ridho Allah, BMT KHONSA telah mampu mengukir prestasi dan

ikut berperan aktif dalam mengembangkan potensi umat, khususnya

masyarakat kecil.

Berdasarkan wawancara dengan manager umum pada BMT

KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag., alasan pemilihan lokasi

kantor BMT ini adalah sebagai berikut:

a. Mudah dijangkau oleh para nasabah atau masyarakat. Hal ini

disebabkan letak daerah tersebut terdapat di jalan utama dimana

semua angkutan kota melewati jalan tersebut;

b. Letaknya yang strategis, sehingga memudahkan komunikasi dengan

lembaga keuangan syariah lainnya;

c. Lokasi tersebut berdekatan dengan pusat keramaian kota Cilacap

yaitu di Jalan Gatot Subroto No.120 Cilacap, disana terdapat

pertokoan di sepanjang jalan dan terdapat tempat keramaian atau

hiburan sehingga menjamin akan keberadaan BMT KHONSA dalam

mempromosikan dirinya.

Atas dasar amanah dan kerja sama dengan berbagai pihak, BMT

KHONSA telah membantu pembiayaan Rp. 2 Milyar lebih bagi 1000

orang nasabah / anggota. Insya Allah, dengan komitmen yang tinggi,

BMT KHONSA berniat menjadi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang

kuat, profesional dan unggulan.

2. Visi dan Misi

lxvii

Visi BMT KHONSA Cilacap adalah mengembangkan kualitas

ekonomi dan kesejahteraan umat melalui :

a. Mengembangkan permodalan masyarakat dengan penghimpunan

simpanan umat;

b. Pengembangan usaha kecil dengan pembiayaan modal kerja dan

investasi;

c. Pemberdayaan umat secara integral (terpadu) dan memperluas

jaringan kerja dengan pendekatan sosial, ekonomi produktif dan

dakwah.

Misi BMT KHONSA Cilacap adalah menjadi lembaga keuangan

syariah, profesional, produktif, unggul dan berperan bagi pengembangan

dakwah.

3. Data Lembaga

a. Nama Koperasi : KSU BMT KHONSA

b. Tempat Kedudukan Pusat : Jl. Gatot Subroto No.120 Cilacap

No.Telepon : (0282) 541520

No. Fax : (0282) 541766

E-mail : [email protected]

Unit Pasar Gede : Kios Blok A Lt II No. 129 Cilacap

Unit Maos : Pasar Tambangan Jl. Raya Maos-

Sampang Cilacap

No. Telepon : (0282) 695503

Unit Gandrungmangu : Jl. Raya Gandrung-Sidareja Cilacap

No.Telepon : (0280) 523782

lxviii

c. Dewan Syariah : H. Arwani Amin Lc

d. Ketua Pengurus : Listiyanto A.Md

e. Manager : Alif Ediyanto S.Ag

f. Jumlah Tenaga Kerja : 13 orang

g. Tanggal Pendirian : 19 Oktober 1999

4. Landasan Hukum

a. Badan Hukum : Koperasi

b. Nomor Badan Hukum : 092/BH/KDK.11.16/XII/2000

c. NPWP : 02.063.960.5-522.000

5. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Pelaksanaan KSU BMT KHONSA:

Dewan Pengurus:

1. Ketua : Listiyanto A.Md.

2. Sekretaris : Juhartono ST.

3. Bendahara : Nurcholis

4. Anggota : 1. Karsito S.Pd.

2. Sapto Widod Jati ST.

Dewan Pengawas Syariah:

1. H. Arwani Amin Lc.

2. Ir. M. Syaifullah

3. Drs. Faiz al Hamidi

Dewan Pengelola:

lxix

Manager Umum : Alif Ediyanto S.Ag.

Kepala Bagian Operasional Pembukuan : Ani Widiarti SE.

Staff Operasional Pembukuan : Indriyani

Staff Operasional Pembukuan : Nikmawati

Kepala Bagian Keuangan : Suswanti

Kepala Bagian Pemasaran : Utrianingsih

Staff Pemasaran : Suparudin

Staff Pemasaran : Suprayitno

Staff Pemasaran : Warso

Staff Pemasaran : Ahmad Faroid

Kepala Cabang BMT KHONSA Pasar Gede : Andys Setyorini SE.

Kepala Cabang BMT KHONSA Maos : M. Ahyadi

Kepala Cabang BMT KHONSA Gandrung : Lamijan

6. Motto, Prinsip dan Komitmen

a. Motto Usaha : Mitra Anda Menuju Sukses

b. Motto Pelayanan : Aman, Lancar, Mudah, Berkah sesuai Syariah

c. Prinsip Usaha : Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah dan Itqon

d. Komitmen : Profesional, Mandiri dan Independen

7. Jenis Produk

a. Simpanan

1) Simpanan Mudharabah (SIMUDAH)

2) Simpanan Berjangka Mudharabah (SAJADAH)

3) Simpanan Untuk Qurban (SUQUR)

lxx

4) Simpanan Masa Depan (SIMAPAN)

5) Simpanan Anak Sekolah (SIMAS)

6) Simpanan Haji Mabrur (SAHAM)

7) Simpanan Penyertaan Modal Investasi (SIMPATI)

b. Layanan Pembiayaan

1) Mudharabah (pembiayaan usaha dengan sistem bagi hasil)

2) Murabahah (pembiayaan pengadaan barang secara cicilan)

3) Musyarakah (pembiayaan kerjasama / modal usaha)

4) Rahn (pembiayaan gadai)

5) Ijarah (pembiayaan sewa barang / jasa)

6) Qardhul Hasan (pembiayaan kebajikan)

c. Layanan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah)

BMT KHONSA membuka layanan Zakat, Infaq, Shadaqah dan

Hibah untuk dikelola sesuai dengan syariah dan disalurkan kepada 8

asnaf, melalui Program Integral Dakwah Divisi Baitul Maal KHONSA:

1) Bina Ekonomi Dhu’afa (BEDA)

2) Bina Sekolah Anak Dhu’afa (BISA)

3) Bina Kesehatan Sosial (BAKSOS)

4) Bina Aqidah, Syariah dan Akhlaq (BIASA)

B. Pengujian dan Hasil Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder yang bersumber dari data perhitungan pembayaran angsuran

pembiayaan mudharabah pada nasabah BMT KHONSA Cilacap, aqad

pembiayaan mudharabah antara nasabah sebagai mudharib dan pihak BMT

lxxi

KHONSA Cilacap sebagai shahibul maal, serta jawaban responden ( pihak

BMT dan nasabah) mengenai metode perhitungan bagi hasil pada

pembiayaan mudharabah. Kemudian penulis menggunakan data-data

tersebut untuk dianalisis nisbah bagi hasilnya dengan metode revenue

sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000.

Penilaian pada metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan

mudharabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh

informasi tentang metode perhitungan bagi hasil yang dipakai pada BMT

KHONSA Cilacap, karena dengan penelitian tersebut BMT KHONSA Cilacap

akan mengetahui metode perhitungan bagi hasil yang digunakan sesuai

dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Untuk itu penulis

memfokuskan pada metode pembayaran angsuran pelunasan pembiayaan

mudharabah di BMT KHONSA Cilacap, sehingga BMT tersebut dapat

meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang.

Contoh kasus 1 : Pada tanggal 20 Desember 2005, Pak Muhadir

seorang pedagang beras ingin mengajukan pembiayaan mudharabah

sebesar Rp 2.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama

1,5 tahun atau 18 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT)

dan 80% (untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo

pembiayaan mudharabah. Pak Muhadir dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA

Cilacap untuk membayar simpanan pembiayaan, apabila sudah selesai

melunasi pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Pak

Muhadir boleh mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai

dengan kesepakatan pada aqad pembiayaan.

lxxii

Contoh kasus 2 : Pada tanggal 31 Oktober 2005, Bu Suprapti seorang

pedagang gerabah ingin mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp

1.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama 1 tahun atau

12 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT) dan 80%

(untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo pembiayaan

mudharabah. Bu Suprapti dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA Cilacap untuk

membayar simpanan pembiayaan, apabila sudah selesai melunasi

pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Bu Suprapti boleh

mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai dengan kesepakatan

pada aqad pembiayaan.

Contoh kasus diatas akan dibahas oleh penulis dalam pembahasan hasil

analisis data.

C. Pembahasan Hasil Analisis

Berdasarkan hasil analisis data tersebut diatas, maka penulis akan

membahasnya secara detail dan terperinci.

1. Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Di

BMT KONSA Cilacap

Contoh kasus 1 dan 2 akan dibahas oleh penulis secara terperinci. Data

yang dipakai dalam menganalisis metode perhitungan bagi hasil pada

lxxiii

pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap adalah data nasabah

dalam melakukan pembayaran angsuran pada pembiayaan mudharabah.

Penulis akan menyajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 1 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah

Nama : Muhadir Alamat : Jl. Tambakan No.10 Rt. 05/ 06 Cilacap Tgl. Pby. : 20 Desember 2005 Jth Tempo : 20 Juni 2007 Jml. Pemby. : Rp 2.000.000,00

Angsuran Pembiayaan (Rp) No. Tanggal

Pokok BAHAS Saldo Pemby.

(Rp) Simp. Pby.

(Rp) 1. 18/01/06 111.200 60.000 1.888.800 - 2. 28/02/06 111.200 56.700 1.777.600 2.100 3. 20/03/06 111.200 53.400 1.666.400 5.400 4. 20/04/06 111.200 50.000 1.555.200 - 5. 30/05/06 111.200 46.700 1.444.000 - 6. 20/06/06 111.200 43.400 1.332.800 5.400 7. 20/07/06 111.200 40.000 1.221.600 8.800

Sumber: Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap

Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya.

Jumlah pembiayaan Rp 2.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp

2.000.000,00 : 18 bulan = Rp 111.111,00 atau dibulatkan menjadi Rp

111.200,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran

pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 2.000.000,00 = Rp

300.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp

300.000,00 = Rp 60.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka

lxxiv

penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue

sharing.

Tabel 2 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah

Nama : Suprapti Alamat : Jl. Kokosan Rt.01/10 Cilacap Tgl. Pby. : 31 Oktober 2005 Jth Tempo : 31 Oktober 2006 Jml. Pemby. : Rp 1.000.000,00

Angsuran Pembiayaan (Rp) No. Tanggal

Pokok BAHAS Saldo Pemby.

(Rp) Simp. Pby.

(Rp) 1. 30/11/05 83.400 30.000 916.600 2.500 2. 26/12/05 83.400 27.500 833.200 2.500 3. 27/01/06 83.400 25.000 749.800 2.500 4. 28/02/06 83.400 22.500 666.400 2.500 5. 28/03/06 83.400 20.000 583.000 2.500 6. 29/04/06 83.400 17.500 499.600 2.500 7. 31/05/06 83.400 15.000 416.200 8.100 8. 30/06/06 83.400 12.500 332.800 2.500

Sumber : Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap

Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya.

Jumlah pembiayaan Rp 1.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp

1.000.000,00 : 12 bulan = Rp 83.333,33 atau dibulatkan menjadi Rp

83.400,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran

pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 1.000.000,00 = Rp

150.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp

150.000,00 = Rp 30.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka

penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue

sharing.

Penyelesaian atau pembagian bagi hasil dari nasabah kepada BMT

dilakukan dengan cara mengangsur pokok. Dengan demikian, nasabah

lxxv

akan memberikan angsuran pokok setiap bulan selama masa pinjaman.

Jumlah angsuran pokok adalah sebesar modal yang dipinjam dibagi

dengan kemampuan nasabah dalam mengangsurnya. Kemampuan

mengangsur sangat ditentukan oleh pendapatan usaha yang dilakukan

oleh nasabah. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis

menganalisis metode perhitungan bagi hasilnya yaitu menggunakan

metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No. 15/DSN-

MUI/IX/2000.

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan komputer (lihat

lampiran) dengan uji 2 sampel t (paired samples test), maka langkah-

langkah pengujian:

1. Menentukan Hipotesa

Ho : 21 µµ ≤ (Revenue sharing lebih kecil atau sama dengan profit

sharing)

Ha : 21 µµ > (Revenue sharing lebih besar atau lebih menguntungkan

daripada profit sharing)

2. Level of signifikan (α = 0,05 )

3. Kriteria pengujian

Ho diterima bila = -t tabel ≤ t hitung tabelt≤

Ho ditolak bila = t hitung >t tabel atau t hitung <-t tabel

4. Perhitungan nilai t hitung untuk sampel berpasangan

lxxvi

t =

−+

2

2

1

1

2

22

1

21

21

n

s

n

sr2

n

s

n

s

XX

Berdasarkan perhitungan, t sebesar = 10,106 hasilnya adalah

t hitunng > t tabel yaitu 10,106 > 1,669

5. Hasil Pengujian

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh

10,106 > 1,669 maka Ho ditolak artinya metode revenue sharing lebih

menguntungkan daripada profit sharing. Hasil pengujian diatas dapat

dibuat grafik metode revenue sharing (laba kotor) dan metode profit

sharing (laba bersih) adalah sebagai berikut:

0100.000200.000300.000400.000500.000600.000700.000800.000900.000

1.000.0001.100.0001.200.0001.300.0001.400.0001.500.0001.600.0001.700.0001.800.0001.900.0002.000.000

And

riyan

toT

itik

Ida

Sud

iyon

oLa

mija

nE

ndan

gT

riyan

toP

ujiy

ono

Edi

Muh

adir

Dan

arA

ndi

Don

iY

eni

Sut

riS

usilo

wat

iY

ayan

Ful

yani

Yoh

anah

Tiy

emA

nang

S

umin

iS

apon

Sup

rapt

iM

udiri

Agu

sIn

dra

Den

isS

arno

Man

toT

otal

Lab

a

1 23456789101112131415161718192021222324252627282930

Laba Bersih

Laba Kotor

lxxvii

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2005 yang ada di BMT

KHONSA Cilacap dan laporan laba rugi nasabah pembiayaan

mudharabah (data terlampir) dari populasi sebanyak 130 orang dan

penulis mengambil sampelnya sebanyak 30 orang, maka rata-rata

nasabah tersebut adalah 130 : 30 = 4,33. Penulis akan menganalisis

metode perhitungan bagi hasilnya, yang dapat dihitung dari pendapatan

dan beban-beban operasional BMT. Perhitungan ini ada dalam bentuk

tabel yaitu:

Tabel 3 Perbandingan Metode Perhitungan Bagi Hasil pada Pembiayaan

Mudharabah Uraian Yang Berjalan

Selama Ini Metode Profit

Sharing Selisih

Pendpt. bagi hasil atas pemby. diberikan

Rp 91.618.225,00 Rp 90.878.040,00

Pendpt. adm. atas pemby. diberikan

Rp 9.998.650,00 Rp 9.998.650,00

Pendpt. Operasional lainnya

Rp 2.216.650,00 Rp 2.216.650,00

Pendpt. non operasional

Rp 1.568.550,00 Rp 1.568.550,00

Pendpt. proyek KPPA PG

Rp 20.471.810,44 Rp 20.471.810,44

Total Pendapatan Rp 125.873.885,44 Rp 125.133.700,4

Beban bagi hasil atas simpanan

Rp 13.283.859,96 Rp 13.283.859,96

Beban bagi hasil atas pemby. diterima

Rp 6.939.892,41 Rp 6.939.892,41

Beban adm. atas pemby. diterima

Rp 851.450,00 Rp 851.450,00

Beban adm. & umum

Rp 70.044.492,21 Rp 70.044.492,21

Beban organisasi Rp 1.799.000,00 Rp 1.799.000,00

Beban dana yayasan

Rp 9.242.900,00 Rp 9.242.900,00

Beban penghapusan

Rp 4.603.900,00 Rp 4.603.900,00

lxxviii

pemby.

Beban dana pengurus

Rp 2.443.200,00 Rp 2.443.200,00

Beban operasional lainnya

Rp 4.466.350,00 Rp 4.466.350,00

Beban non operasional

Rp 2.247.300,00 Rp 2.247.300,00

Beban pendidikan & latihan

Rp 696.600,00 Rp 696.600,00

Beban proyek KPPA PG

Rp 136.800,00 Rp 136.800,00

Beban pajak terutang

Rp 160.800,00 Rp 160.800,00

Total Beban Rp 116.916.544,58 Rp 116.916.544,58

Laba Rp 8.957.340,86 Rp 8.217.155,9 Rp 740.184,96

Sumber Data: Laporan Keuangan BMT KHONSA Cilacap Tahun 2005

Laba BMT = Pendapatan - Beban

Berdasarkan tabel diatas, maka penulis akan menghitung pendapatan

bagi hasil atas pembiayaan diberikan dengan metode profit sharing

adalah laba untuk BMT x total laba bersih 1 bulan x rata-rata nasabah x

1 tahun = 20% x Rp 8.745.000,00 x 4,33 x 12 bulan = Rp 90.878.040,00.

Berdasarkan perbandingan kedua metode tersebut maka penulis

mengetahui bahwa dengan metode revenue sharing lebih

menguntungkan bagi pihak BMT sebesar Rp 740.184,96; karena

perhitungan bagi hasil dengan revenue sharing didasarkan pada laba

kotor, sedangkan profit sharing perhitungan bagi hasil didasarkan pada

laba bersih.

Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan bagi hasil yang diperoleh

BMT KHONSA Cilacap dari laba kotor mudharib, maka penulis

menganalisis metode yang digunakannya adalah metode revenue

lxxix

sharing, yang lebih menguntungkan pihak BMT tersebut, dengan alasan

sebagai berikut:

a. Metode revenue sharing lebih mudah digunakan oleh BMT KHONSA

Cilacap;

b. BMT mudah membuat standar harapan bagi hasil dari nasabah

pembiayaan;

c. BMT tidak menanggung resiko biaya-biaya dari pengelolaan usaha

nasabah yang dibiayai oleh BMT dikarenakan BMT tidak ikut

mengelola;

d. Metode revenue sharing lebih maslahah dan adil bagi kedua belah

pihak (BMT dan nasabah).

2. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada

Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA

Cilacap

Penulis akan melakukan analisis yang berkaitan dengan kesesuaian

metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah

berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap.

Tabel 4 Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan

Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap

No. Item Dalam Distribusi

Hasil Usaha

Implementasi Distribusi Hasil

Usaha

Fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN)

Kesesuaian

1. Akad Saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada kesepakatan dan tawar-menawar

Fatwa DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha

Sesuai

lxxx

antara nasabah dan BMT, sehingga saling rela dan saling percaya. Besarnya nisbah bagi hasil yang disepakati di BMT KHONSA Cilacap adalah 20%:80%.

dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Distribusi Hasil Usaha Butir ke-3

2. Metode Bagi

Hasil

Metode yang digunakannya adalah metode revenue sharing.

Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Disribusi Hasil Usaha Butir ke-1&2.

Sesuai

Berdasarkan hasil wawancara dengan manager umum pada BMT

KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag, yaitu apabila nasabah ingin

mengajukan pembiayaan mudharabah harus mengisi akad pembiayaan.

Akad yang dipakai di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan

syariah. Hal ini terbukti saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada

kesepakatan, analisis proyeksi keuntungan dan tawar-menawar sehingga

saling rela ('an-taraadhim minkum) juga saling percaya antara nasabah

pembiayaan mudharabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap, proses

pembiayaannya sudah sesuai dengan rukun dan syarat pembiayaan,

jenis akad harus transparan, perhitungan bagi hasilnya sesuai dengan

analisis usaha nasabah. Metode perhitungan yang dipakai oleh BMT

KHONSA Cilacap yaitu menggunakan metode revenue sharing dengan

nisbah bagi hasil menurun, yang diangsur setiap bulannya. Metode

lxxxi

revenue sharing yang diterapkan di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai

dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Pembiayaan mudharabah

di BMT KHONSA Cilacap menarik jaminan berupa sertifikat tanah,

sertifikat toko, BPKB. Pelaksanaan jaminan mudharabah di BMT

KHONSA Cilacap yaitu apabila pihak mudharib lalai atau menyalahi

kontrak ini, maka pihak shahibul maal (BMT) dibolehkan meminta jaminan

kepada mudharib. Tetapi apabila kerugiannya disebabkan oleh faktor

resiko bisnis, maka jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahibul

maal (BMT). Untuk pengembalian modal dilakukan dengan cara diangsur,

hal ini dikhawatirkan apabila dibayar diakhir periode usaha maka akan

terjadi resiko iddle fund (pengendapan dana) ditangan mudharib yang

nantinya akan mengakibatkan tidak seimbang dengan keuntungan yang

diperoleh. Pada BMT tersebut sasaran pembiayaan mudharabah adalah

pengusaha mikro dan tidak mungkin kontraktor, karena modal yang

dimiliki BMT kecil, tidak seperti modal yang dimiliki oleh bank syariah.

Sedangkan modal untuk kontraktor itu besar. Pihak BMT dan nasabah

harus ada kejelasan dalam perhitungan angsurannya. Kalau dalam

mengangsur pembiayaan mudharabah nasabah belum bisa melunasinya,

maka solusinya yaitu pihak BMT akan menghubungi nasabahnya untuk

mengadakan studi kelayakan usahanya, kemudian pihak BMT akan

memberikan tiga kali peringatan, namun apabila nasabah tetap belum

bisa melunasinya maka pihak BMT akan membolehkan nasabahnya

untuk menunda angsuran dengan cara mengadakan kesepakatan ulang

antara nasabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap yaitu dengan cara

memperbaiki akad untuk memperpanjang jumlah waktu pembayaran

lxxxii

angsuran pembiayaan mudharabah. Kalau nasabah menyalahgunakan

dananya, maka solusinya adalah pihak BMT KHONSA Cilacap akan

menarik jaminan dari mudharib yang menyalahgunakan dana

pembiayaan mudharabah.

Penulis juga memberikan beberapa pertanyaan kepada 30 nasabah

pembiayaan mudharabah sebagai sampel dalam penelitian ini. Hal ini

dilakukan oleh penulis untuk membuktikan jawaban dari manager umum,

sehingga penulis mengetahui kenyataan yang dialami oleh para nasabah

BMT tersebut. Ternyata setelah penulis menganalisis lebih lanjut kepada

30 nasabah pembiayaan mudharabah, ditemukanlah kesesuaian antara

pihak BMT dan nasabah, sehingga BMT tersebut dalam menggunakan

metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah sudah

sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yaitu metode

revenue sharing.

lxxxiii

lxxxiv

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Profil Obyek Penelitian (BMT KHONSA Cilacap)

1. Profil BMT KHONSA Cilacap

BMT KHONSA Cilacap berdiri sejak tanggal 19 Oktober 1999,

dengan Badan Hukum No. :092/BH/KDK/11/XII/2000, didasari ikhlas

mencari ridho Allah, BMT KHONSA telah mampu mengukir prestasi dan

ikut berperan aktif dalam mengembangkan potensi umat, khususnya

masyarakat kecil.

Berdasarkan wawancara dengan manager umum pada BMT

KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag., alasan pemilihan lokasi

kantor BMT ini adalah sebagai berikut:

a. Mudah dijangkau oleh para nasabah atau masyarakat. Hal ini

disebabkan letak daerah tersebut terdapat di jalan utama dimana

semua angkutan kota melewati jalan tersebut;

b. Letaknya yang strategis, sehingga memudahkan komunikasi dengan

lembaga keuangan syariah lainnya;

c. Lokasi tersebut berdekatan dengan pusat keramaian kota Cilacap

yaitu di Jalan Gatot Subroto No.120 Cilacap, disana terdapat

pertokoan di sepanjang jalan dan terdapat tempat keramaian atau

hiburan sehingga menjamin akan keberadaan BMT KHONSA dalam

mempromosikan dirinya.

Atas dasar amanah dan kerja sama dengan berbagai pihak, BMT

KHONSA telah membantu pembiayaan Rp. 2 Milyar lebih bagi 1000

orang nasabah / anggota. Insya Allah, dengan komitmen yang tinggi,

lxxxv

BMT KHONSA berniat menjadi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang

kuat, profesional dan unggulan.

2. Visi dan Misi

Visi BMT KHONSA Cilacap adalah mengembangkan kualitas

ekonomi dan kesejahteraan umat melalui :

d. Mengembangkan permodalan masyarakat dengan penghimpunan

simpanan umat;

e. Pengembangan usaha kecil dengan pembiayaan modal kerja dan

investasi;

f. Pemberdayaan umat secara integral (terpadu) dan memperluas

jaringan kerja dengan pendekatan sosial, ekonomi produktif dan

dakwah.

Misi BMT KHONSA Cilacap adalah menjadi lembaga keuangan

syariah, profesional, produktif, unggul dan berperan bagi pengembangan

dakwah.

3. Data Lembaga

a. Nama Koperasi : KSU BMT KHONSA

b. Tempat Kedudukan Pusat : Jl. Gatot Subroto No.120 Cilacap

No.Telepon : (0282) 541520

No. Fax : (0282) 541766

E-mail : [email protected]

Unit Pasar Gede : Kios Blok A Lt II No. 129 Cilacap

lxxxvi

Unit Maos : Pasar Tambangan Jl. Raya Maos-

Sampang Cilacap

No. Telepon : (0282) 695503

Unit Gandrungmangu : Jl. Raya Gandrung-Sidareja Cilacap

No.Telepon : (0280) 523782

c. Dewan Syariah : H. Arwani Amin Lc

d. Ketua Pengurus : Listiyanto A.Md

e. Manager : Alif Ediyanto S.Ag

f. Jumlah Tenaga Kerja : 13 orang

g. Tanggal Pendirian : 19 Oktober 1999

4. Landasan Hukum

a. Badan Hukum : Koperasi

b. Nomor Badan Hukum : 092/BH/KDK.11.16/XII/2000

c. NPWP : 02.063.960.5-522.000

5. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Pelaksanaan KSU BMT KHONSA:

Dewan Pengurus:

1. Ketua : Listiyanto A.Md.

2. Sekretaris : Juhartono ST.

3. Bendahara : Nurcholis

4. Anggota : 1. Karsito S.Pd.

2. Sapto Widod Jati ST.

lxxxvii

Dewan Pengawas Syariah:

4. H. Arwani Amin Lc.

5. Ir. M. Syaifullah

6. Drs. Faiz al Hamidi

Dewan Pengelola:

Manager Umum : Alif Ediyanto S.Ag.

Kepala Bagian Operasional Pembukuan : Ani Widiarti SE.

Staff Operasional Pembukuan : Indriyani

Staff Operasional Pembukuan : Nikmawati

Kepala Bagian Keuangan : Suswanti

Kepala Bagian Pemasaran : Utrianingsih

Staff Pemasaran : Suparudin

Staff Pemasaran : Suprayitno

Staff Pemasaran : Warso

Staff Pemasaran : Ahmad Faroid

Kepala Cabang BMT KHONSA Pasar Gede : Andys Setyorini SE.

Kepala Cabang BMT KHONSA Maos : M. Ahyadi

Kepala Cabang BMT KHONSA Gandrung : Lamijan

6. Motto, Prinsip dan Komitmen

a. Motto Usaha : Mitra Anda Menuju Sukses

b. Motto Pelayanan : Aman, Lancar, Mudah, Berkah sesuai Syariah

c. Prinsip Usaha : Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah dan Itqon

d. Komitmen : Profesional, Mandiri dan Independen

lxxxviii

7. Jenis Produk

a. Simpanan

1) Simpanan Mudharabah (SIMUDAH)

2) Simpanan Berjangka Mudharabah (SAJADAH)

3) Simpanan Untuk Qurban (SUQUR)

4) Simpanan Masa Depan (SIMAPAN)

5) Simpanan Anak Sekolah (SIMAS)

6) Simpanan Haji Mabrur (SAHAM)

7) Simpanan Penyertaan Modal Investasi (SIMPATI)

b. Layanan Pembiayaan

1) Mudharabah (pembiayaan usaha dengan sistem bagi hasil)

2) Murabahah (pembiayaan pengadaan barang secara cicilan)

3) Musyarakah (pembiayaan kerjasama / modal usaha)

4) Rahn (pembiayaan gadai)

5) Ijarah (pembiayaan sewa barang / jasa)

6) Qardhul Hasan (pembiayaan kebajikan)

c. Layanan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah)

BMT KHONSA membuka layanan Zakat, Infaq, Shadaqah dan

Hibah untuk dikelola sesuai dengan syariah dan disalurkan kepada 8

asnaf, melalui Program Integral Dakwah Divisi Baitul Maal KHONSA:

5) Bina Ekonomi Dhu’afa (BEDA)

6) Bina Sekolah Anak Dhu’afa (BISA)

7) Bina Kesehatan Sosial (BAKSOS)

8) Bina Aqidah, Syariah dan Akhlaq (BIASA)

lxxxix

B. Pengujian dan Hasil Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder yang bersumber dari data perhitungan pembayaran angsuran

pembiayaan mudharabah pada nasabah BMT KHONSA Cilacap, aqad

pembiayaan mudharabah antara nasabah sebagai mudharib dan pihak BMT

KHONSA Cilacap sebagai shahibul maal, serta jawaban responden ( pihak

BMT dan nasabah) mengenai metode perhitungan bagi hasil pada

pembiayaan mudharabah. Kemudian penulis menggunakan data-data

tersebut untuk dianalisis nisbah bagi hasilnya dengan metode revenue

sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000.

Penilaian pada metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan

mudharabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh

informasi tentang metode perhitungan bagi hasil yang dipakai pada BMT

KHONSA Cilacap, karena dengan penelitian tersebut BMT KHONSA Cilacap

akan mengetahui metode perhitungan bagi hasil yang digunakan sesuai

dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Untuk itu penulis

memfokuskan pada metode pembayaran angsuran pelunasan pembiayaan

mudharabah di BMT KHONSA Cilacap, sehingga BMT tersebut dapat

meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang.

Contoh kasus 1 : Pada tanggal 20 Desember 2005, Pak Muhadir

seorang pedagang beras ingin mengajukan pembiayaan mudharabah

sebesar Rp 2.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama

1,5 tahun atau 18 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT)

dan 80% (untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo

pembiayaan mudharabah. Pak Muhadir dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA

xc

Cilacap untuk membayar simpanan pembiayaan, apabila sudah selesai

melunasi pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Pak

Muhadir boleh mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai

dengan kesepakatan pada aqad pembiayaan.

Contoh kasus 2 : Pada tanggal 31 Oktober 2005, Bu Suprapti seorang

pedagang gerabah ingin mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp

1.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama 1 tahun atau

12 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT) dan 80%

(untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo pembiayaan

mudharabah. Bu Suprapti dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA Cilacap untuk

membayar simpanan pembiayaan, apabila sudah selesai melunasi

pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Bu Suprapti boleh

mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai dengan kesepakatan

pada aqad pembiayaan.

Contoh kasus diatas akan dibahas oleh penulis dalam pembahasan hasil

analisis data.

C. Pembahasan Hasil Analisis

Berdasarkan hasil analisis data tersebut diatas, maka penulis akan

membahasnya secara detail dan terperinci.

xci

1. Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Di

BMT KONSA Cilacap

Contoh kasus 1 dan 2 akan dibahas oleh penulis secara terperinci. Data

yang dipakai dalam menganalisis metode perhitungan bagi hasil pada

pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap adalah data nasabah

dalam melakukan pembayaran angsuran pada pembiayaan mudharabah.

Penulis akan menyajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 1 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah

Nama : Muhadir Alamat : Jl. Tambakan No.10 Rt. 05/ 06 Cilacap Tgl. Pby. : 20 Desember 2005 Jth Tempo : 20 Juni 2007 Jml. Pemby. : Rp 2.000.000,00

Angsuran Pembiayaan (Rp) No. Tanggal

Pokok BAHAS Saldo Pemby.

(Rp) Simp. Pby.

(Rp) 1. 18/01/06 111.200 60.000 1.888.800 - 2. 28/02/06 111.200 56.700 1.777.600 2.100 3. 20/03/06 111.200 53.400 1.666.400 5.400 4. 20/04/06 111.200 50.000 1.555.200 - 5. 30/05/06 111.200 46.700 1.444.000 - 6. 20/06/06 111.200 43.400 1.332.800 5.400 7. 20/07/06 111.200 40.000 1.221.600 8.800

Sumber: Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap

Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya.

Jumlah pembiayaan Rp 2.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp

2.000.000,00 : 18 bulan = Rp 111.111,00 atau dibulatkan menjadi Rp

xcii

111.200,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran

pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 2.000.000,00 = Rp

300.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp

300.000,00 = Rp 60.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka

penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue

sharing.

Tabel 2 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah

Nama : Suprapti Alamat : Jl. Kokosan Rt.01/10 Cilacap Tgl. Pby. : 31 Oktober 2005 Jth Tempo : 31 Oktober 2006 Jml. Pemby. : Rp 1.000.000,00

Angsuran Pembiayaan (Rp) No. Tanggal

Pokok BAHAS Saldo Pemby.

(Rp) Simp. Pby.

(Rp) 1. 30/11/05 83.400 30.000 916.600 2.500 2. 26/12/05 83.400 27.500 833.200 2.500 3. 27/01/06 83.400 25.000 749.800 2.500 4. 28/02/06 83.400 22.500 666.400 2.500 5. 28/03/06 83.400 20.000 583.000 2.500 6. 29/04/06 83.400 17.500 499.600 2.500 7. 31/05/06 83.400 15.000 416.200 8.100 8. 30/06/06 83.400 12.500 332.800 2.500

Sumber : Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap

Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya.

Jumlah pembiayaan Rp 1.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp

1.000.000,00 : 12 bulan = Rp 83.333,33 atau dibulatkan menjadi Rp

83.400,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran

pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 1.000.000,00 = Rp

150.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp

150.000,00 = Rp 30.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka

xciii

penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue

sharing.

Penyelesaian atau pembagian bagi hasil dari nasabah kepada BMT

dilakukan dengan cara mengangsur pokok. Dengan demikian, nasabah

akan memberikan angsuran pokok setiap bulan selama masa pinjaman.

Jumlah angsuran pokok adalah sebesar modal yang dipinjam dibagi

dengan kemampuan nasabah dalam mengangsurnya. Kemampuan

mengangsur sangat ditentukan oleh pendapatan usaha yang dilakukan

oleh nasabah. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis

menganalisis metode perhitungan bagi hasilnya yaitu menggunakan

metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No. 15/DSN-

MUI/IX/2000.

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan komputer (lihat

lampiran) dengan uji 2 sampel t (paired samples test), maka langkah-

langkah pengujian:

6. Menentukan Hipotesa

Ho : 21 µµ ≤ (Revenue sharing lebih kecil atau sama dengan profit

sharing)

Ha : 21 µµ > (Revenue sharing lebih besar atau lebih menguntungkan

daripada profit sharing)

7. Level of signifikan (α = 0,05 )

8. Kriteria pengujian

Ho diterima bila = -t tabel ≤ t hitung tabelt≤

Ho ditolak bila = t hitung >t tabel atau t hitung <-t tabel

xciv

9. Perhitungan nilai t hitung untuk sampel berpasangan

t =

−+

2

2

1

1

2

22

1

21

21

n

s

n

sr2

n

s

n

s

XX

Berdasarkan perhitungan, t sebesar = 10,106 hasilnya adalah

t hitunng > t tabel yaitu 10,106 > 1,669

10. Hasil Pengujian

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh

10,106 > 1,669 maka Ho ditolak artinya metode revenue sharing lebih

menguntungkan daripada profit sharing. Hasil pengujian diatas dapat

dibuat grafik metode revenue sharing (laba kotor) dan metode profit

sharing (laba bersih) adalah sebagai berikut:

0100.000200.000300.000400.000500.000600.000700.000800.000900.000

1.000.0001.100.0001.200.0001.300.0001.400.0001.500.0001.600.0001.700.0001.800.0001.900.0002.000.000

And

riyan

toT

itik

Ida

Sud

iyon

oLa

mija

nE

ndan

gT

riyan

toP

ujiy

ono

Edi

Muh

adir

Dan

arA

ndi

Don

iY

eni

Sut

riS

usilo

wat

iY

ayan

Ful

yani

Yoh

anah

Tiy

emA

nang

S

umin

iS

apon

Sup

rapt

iM

udiri

Agu

sIn

dra

Den

isS

arno

Man

toT

otal

Lab

a

1 23456789101112131415161718192021222324252627282930

Laba Bersih

Laba Kotor

xcv

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2005 yang ada di BMT

KHONSA Cilacap dan laporan laba rugi nasabah pembiayaan

mudharabah (data terlampir) dari populasi sebanyak 130 orang dan

penulis mengambil sampelnya sebanyak 30 orang, maka rata-rata

nasabah tersebut adalah 130 : 30 = 4,33. Penulis akan menganalisis

metode perhitungan bagi hasilnya, yang dapat dihitung dari pendapatan

dan beban-beban operasional BMT. Perhitungan ini ada dalam bentuk

tabel yaitu:

Tabel 3 Perbandingan Metode Perhitungan Bagi Hasil pada Pembiayaan

Mudharabah Uraian Yang Berjalan

Selama Ini Metode Profit

Sharing Selisih

Pendpt. bagi hasil atas pemby. diberikan

Rp 91.618.225,00 Rp 90.878.040,00

Pendpt. adm. atas pemby. diberikan

Rp 9.998.650,00 Rp 9.998.650,00

Pendpt. Operasional lainnya

Rp 2.216.650,00 Rp 2.216.650,00

Pendpt. non operasional

Rp 1.568.550,00 Rp 1.568.550,00

Pendpt. proyek KPPA PG

Rp 20.471.810,44 Rp 20.471.810,44

Total Pendapatan Rp 125.873.885,44 Rp 125.133.700,4

Beban bagi hasil atas simpanan

Rp 13.283.859,96 Rp 13.283.859,96

Beban bagi hasil atas pemby. diterima

Rp 6.939.892,41 Rp 6.939.892,41

Beban adm. atas pemby. diterima

Rp 851.450,00 Rp 851.450,00

Beban adm. & umum

Rp 70.044.492,21 Rp 70.044.492,21

Beban organisasi Rp 1.799.000,00 Rp 1.799.000,00

Beban dana yayasan

Rp 9.242.900,00 Rp 9.242.900,00

Beban penghapusan

Rp 4.603.900,00 Rp 4.603.900,00

xcvi

pemby.

Beban dana pengurus

Rp 2.443.200,00 Rp 2.443.200,00

Beban operasional lainnya

Rp 4.466.350,00 Rp 4.466.350,00

Beban non operasional

Rp 2.247.300,00 Rp 2.247.300,00

Beban pendidikan & latihan

Rp 696.600,00 Rp 696.600,00

Beban proyek KPPA PG

Rp 136.800,00 Rp 136.800,00

Beban pajak terutang

Rp 160.800,00 Rp 160.800,00

Total Beban Rp 116.916.544,58 Rp 116.916.544,58

Laba Rp 8.957.340,86 Rp 8.217.155,9 Rp 740.184,96

Sumber Data: Laporan Keuangan BMT KHONSA Cilacap Tahun 2005

Laba BMT = Pendapatan - Beban

Berdasarkan tabel diatas, maka penulis akan menghitung pendapatan

bagi hasil atas pembiayaan diberikan dengan metode profit sharing

adalah laba untuk BMT x total laba bersih 1 bulan x rata-rata nasabah x

1 tahun = 20% x Rp 8.745.000,00 x 4,33 x 12 bulan = Rp 90.878.040,00.

Berdasarkan perbandingan kedua metode tersebut maka penulis

mengetahui bahwa dengan metode revenue sharing lebih

menguntungkan bagi pihak BMT sebesar Rp 740.184,96; karena

perhitungan bagi hasil dengan revenue sharing didasarkan pada laba

kotor, sedangkan profit sharing perhitungan bagi hasil didasarkan pada

laba bersih.

Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan bagi hasil yang diperoleh

BMT KHONSA Cilacap dari laba kotor mudharib, maka penulis

menganalisis metode yang digunakannya adalah metode revenue

xcvii

sharing, yang lebih menguntungkan pihak BMT tersebut, dengan alasan

sebagai berikut:

e. Metode revenue sharing lebih mudah digunakan oleh BMT KHONSA

Cilacap;

f. BMT mudah membuat standar harapan bagi hasil dari nasabah

pembiayaan;

g. BMT tidak menanggung resiko biaya-biaya dari pengelolaan usaha

nasabah yang dibiayai oleh BMT dikarenakan BMT tidak ikut

mengelola;

h. Metode revenue sharing lebih maslahah dan adil bagi kedua belah

pihak (BMT dan nasabah).

3. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada

Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA

Cilacap

Penulis akan melakukan analisis yang berkaitan dengan kesesuaian

metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah

berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap.

Tabel 4 Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan

Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap

No. Item Dalam Distribusi

Hasil Usaha

Implementasi Distribusi Hasil

Usaha

Fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN)

Kesesuaian

1. Akad Saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada kesepakatan dan tawar-menawar

Fatwa DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha

Sesuai

xcviii

antara nasabah dan BMT, sehingga saling rela dan saling percaya. Besarnya nisbah bagi hasil yang disepakati di BMT KHONSA Cilacap adalah 20%:80%.

dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Distribusi Hasil Usaha Butir ke-3

2. Metode Bagi

Hasil

Metode yang digunakannya adalah metode revenue sharing.

Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Disribusi Hasil Usaha Butir ke-1&2.

Sesuai

Berdasarkan hasil wawancara dengan manager umum pada BMT

KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag, yaitu apabila nasabah ingin

mengajukan pembiayaan mudharabah harus mengisi akad pembiayaan.

Akad yang dipakai di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan

syariah. Hal ini terbukti saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada

kesepakatan, analisis proyeksi keuntungan dan tawar-menawar sehingga

saling rela ('an-taraadhim minkum) juga saling percaya antara nasabah

pembiayaan mudharabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap, proses

pembiayaannya sudah sesuai dengan rukun dan syarat pembiayaan,

jenis akad harus transparan, perhitungan bagi hasilnya sesuai dengan

analisis usaha nasabah. Metode perhitungan yang dipakai oleh BMT

KHONSA Cilacap yaitu menggunakan metode revenue sharing dengan

nisbah bagi hasil menurun, yang diangsur setiap bulannya. Metode

xcix

revenue sharing yang diterapkan di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai

dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Pembiayaan mudharabah

di BMT KHONSA Cilacap menarik jaminan berupa sertifikat tanah,

sertifikat toko, BPKB. Pelaksanaan jaminan mudharabah di BMT

KHONSA Cilacap yaitu apabila pihak mudharib lalai atau menyalahi

kontrak ini, maka pihak shahibul maal (BMT) dibolehkan meminta jaminan

kepada mudharib. Tetapi apabila kerugiannya disebabkan oleh faktor

resiko bisnis, maka jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahibul

maal (BMT). Untuk pengembalian modal dilakukan dengan cara diangsur,

hal ini dikhawatirkan apabila dibayar diakhir periode usaha maka akan

terjadi resiko iddle fund (pengendapan dana) ditangan mudharib yang

nantinya akan mengakibatkan tidak seimbang dengan keuntungan yang

diperoleh. Pada BMT tersebut sasaran pembiayaan mudharabah adalah

pengusaha mikro dan tidak mungkin kontraktor, karena modal yang

dimiliki BMT kecil, tidak seperti modal yang dimiliki oleh bank syariah.

Sedangkan modal untuk kontraktor itu besar. Pihak BMT dan nasabah

harus ada kejelasan dalam perhitungan angsurannya. Kalau dalam

mengangsur pembiayaan mudharabah nasabah belum bisa melunasinya,

maka solusinya yaitu pihak BMT akan menghubungi nasabahnya untuk

mengadakan studi kelayakan usahanya, kemudian pihak BMT akan

memberikan tiga kali peringatan, namun apabila nasabah tetap belum

bisa melunasinya maka pihak BMT akan membolehkan nasabahnya

untuk menunda angsuran dengan cara mengadakan kesepakatan ulang

antara nasabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap yaitu dengan cara

memperbaiki akad untuk memperpanjang jumlah waktu pembayaran

c

angsuran pembiayaan mudharabah. Kalau nasabah menyalahgunakan

dananya, maka solusinya adalah pihak BMT KHONSA Cilacap akan

menarik jaminan dari mudharib yang menyalahgunakan dana

pembiayaan mudharabah.

Penulis juga memberikan beberapa pertanyaan kepada 30 nasabah

pembiayaan mudharabah sebagai sampel dalam penelitian ini. Hal ini

dilakukan oleh penulis untuk membuktikan jawaban dari manager umum,

sehingga penulis mengetahui kenyataan yang dialami oleh para nasabah

BMT tersebut. Ternyata setelah penulis menganalisis lebih lanjut kepada

30 nasabah pembiayaan mudharabah, ditemukanlah kesesuaian antara

pihak BMT dan nasabah, sehingga BMT tersebut dalam menggunakan

metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah sudah

sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yaitu metode

revenue sharing.

ci

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang berkaitan dengan rumusan masalah

dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode revenue sharing lebih menguntungkan daripada profit sharing, hal

ini ditunjukkan dengan Ho ditolak karena 669,1t10,106t tabelhitung =>= .

Berdasarkan hal tersebut maka BMT KHONSA Cilacap menggunakan

metode revenue sharing.

2. Metode revenue sharing yang dipakai oleh BMT KHONSA Cilacap sudah

sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yang menyebutkan

bahwa dilihat dari kemaslahatan, pembagian hasil usaha sebaiknya

digunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing).

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang dialami oleh penulis adalah keterbatasan

data dari obyek penelitian dikarenakan data tersebut bersifat rahasia.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan diatas,

maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Semoga penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

manajemen BMT KHONSA Cilacap dalam menerapkan metode

perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah.

cii

2. BMT KHONSA Cilacap sebaiknya tetap menggunakan metode revenue

sharing dalam pembiayaan mudharabahnya, karena metode revenue

sharing ini sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000.

ciii

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kasyani, Alaudin, Bada'i Ash-Shana'i fi Tartib Syara'I Syirkah Al-Mathbu'ah, Mesir.

Antonio, Syafi’I, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, 2001, Gema Insani

Press, Jakarta. --------------------, Wacana Ulama dan Cendekiawan, 1999, Tazkia Institute,

Jakarta. Arifin, Ivan Rahmawan, Akuntansi Syariah, 2003, STAIN Surakarta,

Surakarta. A. Perwataatmadja, Karnaen dan Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank

Islam, 1992, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-‘Aliyy, 2000, Penerbit Diponegoro,

Bandung. Haroen, Nasrun, Ushul Fiqh 1, 1996, Logos, Jakarta. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan

Syariah, 2001, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Bank Indonesia, Jakarta.

IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) No. 59, 2002, Jakarta. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, 2004, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta. Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank

Syariah, 2004, UII Press, Yogyakarta. ---------------, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, 2005, UII

Press, Yogyakarta. ---------------, Manajemen Bank Syariah, 2002, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

---------------, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif,

2005, UPFE UMY, Yogyakarta. Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), 2004, UII

Press, Yogyakarta.

civ

Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, 1995, UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta.

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan

Ilustrasi, 2004, Ekonisia, Yogyakarta. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, 1998, Alfa Beta, Bandung. ------------, Statistik Non Parametris, 2004, Alfa Beta, Bandung. Suseno, Priyonggo dan Heri Sudarsono, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga

Keuangan Syariah, 2004, UII Press, Yogyakarta. Syafe’i, Rachmat, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS dan Umum,

2001, Pustaka Setia, Bandung. Syamhudi, Abu Asma' Kholid, Hakikat Mudharabah, Majalah As-Sunnah,

(Surakarta) Ed. 3 TH X/1427H/2006M. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank

Syariah : Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional, 2003, Djambatan, Jakarta.

Undang-undang No.10 Thn. 1998. Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 2005,

PT. Grasindo, Jakarta. www.e-syariah.com, 2004