Upload
others
View
6
Download
2
Embed Size (px)
LAPORAN KASUS
VERTIGO MIXED TYPE SUSPECT PERIFER ET CAUSA OTOGENIK
Disusun Oleh:
Nuri Khonsa Auliarti 1910221046
Pembimbing:
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, M.H
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
AMBARAWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Telah dipresentasikan dan disetujui laporan kasus yang berjudul
VERTIGO MIXED TYPE SUSPECT PERIFER ET CAUSA OTOGENIK
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu
Penyakit Saraf di RSUD Ambarawa
Disusun Oleh :
Nuri Khonsa Auliarti 1910221046
Telah disetujui
Ambarawa, Maret 2021
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, M.Sc, M.H
3
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. R
Usia : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Grabag, Magelang
No CM : 198xxx-20xx
Tangggal masuk RS : 15 Maret 2021 pukul 11.20 WIB
B. ANAMNESIS
Anamnesa diperoleh dari autoanamnesis yang dilakukan pada tanggal 15 Maret 2021,
pukul 14.00 di bangsal Wijaya Kusuma RSUD Ambarawa.
1. Keluhan Utama
Pusing berputar
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1 hari SMRS pasien mengeluh pusing, Pusing yang dirasakan pasien awalnya
tidak mengganggu, biasanya hilang dengan konsumsi paracetamol. Pasien sudah
mengonsumsi paracetamol, tetapi pusing tidak kunjung hilang. Sore hari SMRS,
pasien mengeluh telinga kanan berdengung, telinga terasa penuh dan pendengaran
telinga kanan berkurang. Malam hari pukul 24.00, pusing yang dirasakan pasien
memberat, pasien merasa sekelilingnya berputar yang membuat pasien tidak dapat
membuka matanya. Pusing berputar tejadi tiba-tiba dan menetap selama kurang lebih
3 menit. Diperparah saat pasien menggerakkan kepala dan membuka mata. Membaik
jika pasien menutup mata dan tidak menggerakkan kepala. Karena tidak dapat
menahan pusing, pasien berobat ke IGD RS Harapan, Magelang. Di perjalanan
menuju RS, pasien sempat muntah 5 kali berisi makanan.
4
Pasien datang ke IGD RSUD Ambarawa pada Senin 15/03/2021 pada pukul
11.20 WIB dengan keluhan pusing berputar. Pada pemeriksaan awal didapatkan
kesadaran pasien compos mentis, pada pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan
tekanan darah 108/68 mmHg, nadi 68 kali/menit, frekuensi nafas 18 kali/menit. BAB
dan BAK lancar. Kemudian pasien diberi penatalaksanaan awal di IGD berupa obat
Betahistine per oral 6 mg, injeksi Ranitidin, injeksi Mecobalamin, dan injeksi
Ondansentron. Keluhan pasien sempat mereda namun masih sering kambuh saat di
lakukan perawatan di Wijaya Kusuma.
Pasien ditanyakan kuisioner untuk menentukan derajat keparahan vertigo,
pertanyaan yang ditanyakan pada pasien yaitu, pasien merasa diri sendiri atau objek di
sekitar seakan berputar yang berlangsung kurang dari 20 menit, merasa panas atau
dingin, mual muntah, jantung berdebar kencang, perasaan pusing hampir setiap hari,
perasaan tertekan di kepala, tidak mampu berdiri ataupun berjalan tanpa alat bantu,
sulit bernapas atau napas pendek, kehilangan keseimbangan lebih dari 20 menit,
keringat berlebih, perasaan ingin pingsan, kehilangan keseimbangan lebih dari 20
menit, rasa sakit di jantung ataupun sekitar dada, perasaan pusing lebih dari 20 menit.
Dari hasil anamnesis didapatkan dizziness pasien masuk dalam keparahan berat
dengan jumlah skor 30.
Pada hari kedua perawatan, keluhan pusing berputar berkurang tetapi dapat
kambuh kembali dengan perubahan posisi kepala. Pasien masih merasa mual namun
sudah tidak muntah – muntah. Keluhan telinga berdenging dan pasien masih merasa
telinga kanan pasien kurang mendengar.
Pada hari ketiga perawatan, keluhan pusing berputar berkurang, mual
berkurang, pasien sudah bisa membuka mata dan saat melihat objek sudah tidak
merasa goyang. Keluhan telinga berdenging berkurang.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat keluhan serupa sebelumnya : disangkal
b. Riwayat trauma : disangkal
c. Riwayat stroke : disangkal
5
d. Riwayat sakit jantung : disangkal
e. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
f. Riwayat DM : disangkal
g. Riwayat sakit telinga : diakui, pasien merasakan telinga berdenging
dan penurunan pendengaran pada telinga kanan
h. Riwayat sakit gigi : diakui, pasien pernah ekstraksi molar
i. Riwayat sinusitis : disangkal
j. Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
k. Riwayat gangguan psikiatri : disangkal
l. Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat penyakit keluarga
a) Riwayat keluhan serupa : disangkal
b) Riwayat stroke : disangkal
c) Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
d) Riwayat DM : disangkal
e) Riwayat sakit jantung : disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga sedangkan suami pasien bekerja
sebagai wiraswasta. Pasien memilik 3 orang anak. Anak pertama pasien sudah SMA
dan dua anak pasien masih duduk di bangku SD. Pasien tinggal di perumahan dengan
sosial ekonomi menengah.
6
C. ANAMNESIS SISTEM
1. Sistem cerebrospinal : pusing berputar
2. Sistem kardiovascular : tidak ada keluhan
3. Sistem respiratorius : tidak ada keluhan
4. Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (+)
5. Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan
6. Sistem urogenital : tidak ada keluhan
7. Sistem indera : telinga berdenging (+)
8. Sistem integumen : tidak ada keluhan
D. RESUME PASIEN
Pasien perempuan berusia 38 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan
keluhan pusing berputar. Keluhan dirasakan sejak pukul 24.00 dini hari HMRS. Rasa
pusing berputar berlangsung terus menerus selama 3 menit, dan semakin berat saat pasien
berubah posisi dan membuka mata. Pasien mengeluh mual dan muntah. Pasien juga
mengeluhkan telinga berdenging, terasa penuh, dan terdapat penurunan pendengaran pada
telinga kanan. Keluhan membaik saat pasien mendapat terapi awal di IGD. Riwayat
keluhan serupa tidak ada, riwayat DM (-), riwayat trauma (-).
E. DISKUSI PERTAMA
Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan pusing berputar,
hilang timbul, dengan durasi selama kurang lebih 3 menit, dipengaruhi perubahan posisi
kepala dan membuka mata. Vertigo symptom scale-short form (VSS-SF), adalah
kuesioner untuk mengukur tingkat keparahan dizziness yang terdiri dari lima belas
pertanyaan. Jawaban penderita dijumlahkan dengan rentang nilai total adalah 0 hingga
60. Dizziness dengan tingkat keparahan berat adalah penderita dengan jumlah nilai ≥12,
sementara tingkat keparahan rendah bila <12.
Pusing berputar merupakan gejala khas dari Vertigo, pengertian vertigo adalah
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi
perputaran yang sebenarnya. Pada vertigo vestibuler, keluhan yang muncul adalah rasa
berputar, serangan episodik, adanya mual, muntah, dicetuskan oleh gerakan kepala.
Sedangkan pada vertigo non-vestibuler keluhan yang timbul yaitu rasa melayang, hilang
keseimbangan, serangan bersifat kontinyu, keluhan mual muntah tidak ada, dicetuskan
oleh gerakan objek visual dan dapat dicetuskan oleh situasi ramai. Pada pasien
didapatkan gambaran klinis vertigo vestibular tipe perifer dan sentral (mixed type).
7
VERTIGO
a) DefinisiVertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar)
tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan
yang berputar. Vertigo berasal dari Bahasa latin “vertere” yang artinya memutar. Vertigo
termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,
sempoyongan, rasa seperti melayang.
b) Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain adalah akibat kecelakaan,
stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran
darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan
melalui organ keseimbangan (vestibular) yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan
oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak
dan di dalam otaknya sendiri.
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang
posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari
vertigo:
1) Keadaan lingkungan: mabuk darat, mabuk laut.
2) Obat-obatan: alkohol, gentamisin.
3) Kelainan telinga: endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis,
penyakit maniere, Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
4) Kelainan Neurologis: Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
5) Kelainan sirkularis: Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri
vertebral dan arteri basiler.
c) Klasifikasi
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi fisiologik dan patologik, sebagai berikut:
1) Fisiologik
8
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari
9
sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik
berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
Mabuk gerakan (motion sickness)Mabuk gerakan ini dapat terjadi bila pandangan sekitar (visual surround)
berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Keadaan yang
memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca
sewaktu mobil bergerak.
Vertigo ketinggian (height vertigo)
Vertigo ketinggian adalah suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan
postural dan lokomotor (kemampuan untuk melakukan gerakan anggota
tubuh) oleh karena induksi visual, disertai gejala-gejala vegetatif.
2) Patologik
Vertigo patologik diklasifikasikan lagi menjadi dua jenis, yaitu vertigo sentral
dan vertigo perifer, dengan perbedaan umum sebagai berikut:
Tabel 1. Perbedaan Vertigo Sentral dan Vertigo Perifer
Ciri-ciri Vertigo Perifer Vertigo SentralLesi Sistem vestibular (telinga dalam,
saraf perifer)Sistem vertebrobasiler dangangguan vaskular (otak, batang otak, serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksismal jinak (BPPV),
penyakit meniere, neuronitis vestibuler, labirintis,
neuroma akustik, trauma
iskemik batang otak,
vertebrobasiler insufisiensi, neoplasma,
migren basilerMasa laten 3-40 detik Tidak adaHabituasi Ya TidakIntensitas
vertigoBerat Ringan
10
Tabel 2. Perbedaan Klinis Vertigo Perifer dan Vertigo SentralGejala Vertigo Perifer Vertigo Sentral
Bangkitan Lebih mendadak Lebih lamaBeratnya vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala
++ +/-
Mual/muntah/kering at
+ +
Gangguan pendengaran
+/- -
Gejala gangguan SSP - Diantaranya: diplopia, parestesi, gg.
sensibilitas dan fungsi motorik, disartria, gg.sereberal
Telinga berdenging dan
atau tuli
Kadang-kadang Tidak ada
Nistagmus spontan + -
Sentral
Vertigo sentral paling sering disebabkan oleh berbagai penyakit berikut:
Migraine
Vertigo ditemukan pada 27-33% kasus pasien migraine. Pada basilar
migraine sendiri telah dikenal aura yaitu gejala yang meliputi
pandangan kabur, penglihatan ganda dan dysarthria serta keluhan
sakit kepala sebelah. Vertigo yang muncul pada migraine biasanya
lebih lama dibandingkan aura lainnya, dan seringkali membaik
dengan terapi yang digunakan untuk migraine.
Vertebrobasilar insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode
rekuren dari suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada
kebanyakan pasien (detik-beberapa menit). Banyak terjadi pada usia
tua dan pada pasien dengan faktor resiko cerebrovascular disease.
Sering juga berhungan dengan gejala visual meliputi inkoordinasi,
jatuh dan lemah.
Tumor Intrakranial
Tumor intracranial jarang memberi manifestasi klinik vertigo
dikarenakan tumor biasanya tumbuh secara progresif dan lambat
sehingga sudah terjadi kompensasi sentral. Gejala yang lebih sering
muncul adalah penurunan pendengaran atau gejala neurologis.
11
Perifer
Vertigo perifer dapat disebabkan oleh kelainan pada telinga bagian dalam
ataupun nervus cranialis vestibulocochlear (N. VIII), dimana vertigo perifer
yang paling sering dialami yaitu:
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
BPPV merupakan penyebab utama vertigo. Onsetnya lebih sering
terjadi pada usia rata-rata 51 tahun, yang mana disebabkan oleh
pergerakan otolit dalan kanalis semisirkularis pada telinga dalam.
Hal ini terutama akan mempengaruhi kanalis posterior dan
menyebabkan gejala klasik tapi juga dapat mengenai kanalis
anterior dan horizontal. Otolit mengandung kristal-kristal kecil
kalsium karbonat yang berasal dari utrikulus telinga dalam.
Pergerakan dari otolit distimulasi oleh perubahan posisi dan
menimbulkan manifestasi klinik vertigo dan nistagmus. BPPV
umumnya idiopatik, namun dapat terjadi akibat trauma kepala,
infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis vestibular sebelumnya.
Meniere’s Disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten yang
diikuti dengan keluhan pendengaran, berupa tinnitus (nada rendah),
dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi
penuh pada telinga. Ménière’s disease terjadi pada sekitar 15% pada
kasus vertigo otologik. Ménière’s disease merupakan akibat dari
hipertensi endolimfatik akibat dilatasi dari membrane labirin
bersamaan dengan kanalis semisirularis telinga dalam dengan
peningkatan volume endolimfe. Selain itu juga dapat terjadi
idiopatik atau sekunder akibat infeksi virus atau bakteri telinga atau
gangguan metabolik. Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia dan
nystagmus. Hal ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus
vestibularis. Labirinitis terjadi dengan kompleks gejala yang sama
disertai dengan tinnitus atau penurunan fungsi pendengaran,
keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.
12
3) Berdasarkan onset
Disertai KeluhanTelinga
Tidak DisertaiKeluhan Telinga
Timbul KarenaPerubahan Posisi
Vertigo paroksismal (mendadak atau eksaserbasi akut)
Penyakit Meniere, tumor fossa cranii posterior, transient ischemic attack (TIA) arteriVertebralis
TIA arteri vertebro-basilaris, epilepsi, vertigo akibat lesi lambung
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
Vertigo kronis Otitis media kronis, meningitis tuberkulosa, tumorserebelo- pontine,lesi labirin akibat zatototoksik
Kontusio serebri, sindroma paska komosio, multiplesklerosis,intoksikasi obat- obatan
Hipotensi ortostatik, vertigo servikalis
Vertigo akut Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirinitis akuta, perdarahan Labirin
Neuronitis vestibularis, ensefalitis vestibularis, multipel sclerosis
–
13
d) Diagnosis Vertigo
1) Anamnesis
Karakteristik Pusing
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi
berputar, atau sensasi non spesifik seperti dizziness atau light headness, atau
hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan).
Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute
vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam
beberapa hari kedepan. Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan
biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya. Sedangkan pasien
mengeluh vertigo yang menetap dan konstan mungkin memiliki penyebab
psikologis
Onset dan durasi
Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostik yang signifikan, semakin lama
durasi vertigo maka kemungkinan ke arah vertigo sentral menjadi lebih besar.
Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral
kecuali pada cerebrovascular attack.
Faktor pencetus
Faktor pencetus dapat mempersempit diagnosis banding pada vertigo vestibular
perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi, penyebab yang paling
mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada saluran pernapasan atas
kemungkinan berhubungan dengan acute vestibular neutritis atau acute
labyrhinitis.
14
Vertigo dapat disebabkan oleh fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat
disebabkan oleh trauma baik langsung ataupun barotrauma. Bersin atau gerakan
yang mengakibatkan telinga ke bawah akan memprovokasi vertigo pada pasien
dengan fistula perilimfatik. Adanya fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo
yang disebabkan suara bising pada frekuensi tertentu) mengarah kepada
penyebab perifer.
Gejala penyerta
Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah dan gejala
neurologis dapat membantu membedakan diagnosis penyebab vertigo. Sebagian
besar penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran berasal dari perifer,
kecuali pada penyakit serebrovaskular yang mengenai arteri auditorius interna
atau arteri anterior inferior cebellar. Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi
bersamaan dengan infeksi akut telinga tengah, penyakit invasive pada tulang
temporal, atau iritasi meningeal. Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan
mual pada acute vestibular neuronitis dan pada meniere disease yang parah dan
BPPV. Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala
neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan
pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain pada
fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo sentral
misalnya penyakit cerebrovascular, neoplasma, atau multiple sklerosis. Pasien
dengan migraine biasanya merasakan gejala lain yang berhubungan dengan
migraine misalnya sakit kepala yang tipikal (throbbing, unilateral, kadang
disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35% pasien dengan
migraine mengeluhkan vertigo.
2) Pemeriksaan Vertigo
Fungsi Vestibular atau Serebral
Test Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Pada kelainan vestibular hanya pada mata
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah dan
kemudian kembali. Pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Pada
kelainan serebelar badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka
maupun pada mata tertutup.
15
Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri atau kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan atau kiri bergantian. Pada kelainan vestibular
perjalanannya akan menyimpang dan pada kelainan serebelar penderita akan
cenderung jatuh.
Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang atau berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar
ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi
turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase
lambat ke arah lesi.
Past Pointing Test
Jari telunjuk penderita ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannnya ke atas kemudian ditrunkan sampai menyentuh
telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata
terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibular akan terlihat penyimpangan
lengan penderita ke arah lesi.
Pemeriksaan Neurotologi
Pemeriksaan terutama untuk tentukan letak lesi di perifer atau sentral.
Uji Dix Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45º di bawah garis
horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri.
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini
dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer (benign
positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-
10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau
menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak
ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit,
bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
16
Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30o, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertical. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30oC) dan air hangat (44oC) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi selama 5 menit. Nystagmus yang
timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya
nystagmus tersebut (normal 90-150 detik). Dengan tes ini dapat ditentukan
adanya canal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan.
Canal paresis ialah jika abnormalitas diteukan di satu telinga, baik setelah
rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormaliras ditemukan pada arah nystagmus
yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi
perifer di labirin atau N.VIII, sedangkan directional preponderance
menunjukan lesi sentral.
Audiometry
Pemeriksaan audiometric berguna untuk memeriksa jenis dan tingkat
keparahan pendengaran dan juga menentukan kira- kira organ yang
berpengaruh terhadap gangguan. Kehilangan Pendengaran dalam kasus ini
adalah jenis sensorineural. Namun, pasien dengan kelaianan malformasi
telinga dalam (yaitu, perbesaran vestibular aqueduct) mungkin akan
mempunyai gejala klinis yang sama.
F. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Diagnosis klinis
Pusing berputar, mual, telinga berdenging, penurunan pendengaran,
onset akut
2. Diagnosis topis
Organ vestibular: perifer dd/ sentral, organ non-vestibular
3. Diagnosis etiologi
Central : - SOP Intrakranial
- Insufisiensi
vertebrobasiler Perifer : - Otogenik
- Cervikogenik
17
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaaan fisik dilakukan pada hari Senin, 15 Maret 2021 jam 14.30 di bangsal Wijaya Kusuma.
4. Status generalis
a. Keadaan umum : tampak sakit sedang
b. Kesadaaran : compos mentis
c. Vital sign
Tekanan darah : 120/80
mmHg Nadi : 84x menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 360C
SpO2 : 99%
d. Situs Internus
Kepala : mesocephal, rambut distribusi
merata Wajah : simetris, nyeri tekan maxilla
(-)
Mata : OD = pupil bulat ø 3mm, reflek cahaya langsung (+), ptosis (-),
eksoftalmus (-), katarak (-), nystagmus (+)
OS = pupil bulat ø 3mm, reflek cahaya langsung (+), ptosis (-),
eksoftalmus (-), katarak (-), nystagmus (+)
Hidung : rhinorea (-)
Sinus : Nyeri tekan sinus (-)
Mulut : mukosa hiperemis (-)
Gigi : karies (-)
Telinga : otorhea (-/-) tinnitus (+) tragus pain (-/-)
nyeri tekan os mastoid (-)
Leher : nyeri tekan trakea (-), pembesaran kgb (-/-),
kaku leher (-)
Thoraks :
Pulmo : Inspeksi : simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi : vocal fremitus lobus superior kanan sama
dengan kiri, vocal fremitus lobus inferior kanan sama dengan
kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), RBK (-/-)
18
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V linea axilaris
anterior
Perkusi : batas jantung kanan atas SIC II LPSD,
batas jantung kanan bawah SIC V LPSD, batas jantung
kiri atas SIC II LPSS, batas pinggang jantung SIC III
LPSS
Auskultasi: S1>S2, Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : datar, supel
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: BU (+) normal
: Hepar & lien tidak membesar, nyeri tekan (-)
: timpaniEkstremitas :
Superior InferiorAkral hangat -/- -/-
Edema -/- -/-Sianosis -/- -/-Gerak Normal Normal
Motorik 5/5 5/5Nyeri -/- -/-
5. Status Neurologis
a. Umum
Sikap tubuh : normoaktif
Gerakan abnormal : tidak ada
Cara berjalan : pasien belum dapat berdiri dengan
seimbang Kepala : pusing berputar
b. Status Psikiatri
Tingkah laku : Normoaktif
Perasaan hati : Normoritmik
Orientasi : Orientasi orang, waktu, dan tempat
baik Kecerdasan : Dalam batas normal
Daya ingat : Dalam batas normal
19
c. Fungsi motorik:
Tonus Normal NormalTrofi Eutrofi Eutrofi
Refleks Fisiologis + +Refleks Patologis - -
Anggota gerak bawah Kanan KiriGerakan Bebas BebasKekuatan 5 5
Tonus Normal NormalTrofi Eutrofi Eutrofi
Refleks Fisiologis + +Refleks Patologis - -
d. Nervus Kranialis
Nervus Pemeriksaan Kanan KiriN. I. Olfaktorius Daya penghidu Dbn DbnN. II. Optikus Daya penglihatan Dbn Dbn
Pengenalan warna Dbn DbnLapang pandang Dbn Dbn
N. III.Okulomotor
Ptosis - -
Gerakan mata ke medial Dbn DbnGerakan mata ke atas Dbn DbnGerakan mata ke bawah Dbn DbnUkuran pupil 3mm 3mmBentuk pupil Bulat BulatRefleks cahaya langsung + +Refleks cahaya konsensual + +
N. IV. Troklearis Strabismus divergen - -Gerakan mata ke lat-bwh Dbn DbnStrabismus konvergen - -
N. V. Trigeminus MenggigitDbn Dbn
Membuka mulut Dbn DbnSensibilitas muka Dbn DbnRefleks kornea + +Trismus - -
N. VI. Abdusen Gerakan mata ke lateral Dbn DbnStrabismus konvergen Dbn Dbn
N. VII. Fasialis Kedipan mata Dbn DbnLipatan nasolabial Simetris SimetrisSudut mulut Simetris SimetrisMengerutkan dahi Simetris Simetris
20
Menutup mata Dbn DbnMeringis Dbn DbnMenggembungkan pipi Dbn DbnDaya kecap lidah 2/3 ant Dbn Dbn
N. VIII.Vestibulokoklearis
Mendengar suara bisik + +Mendengar bunyi arloji + +Tes Rinne + +Tes Schwabach Memendek dbnTes Weber Lateralisasi kiri
N. IX.Glosofaringeus
Arkus faring Simetris SimetrisDaya kecap lidah 1/3 post DbnRefleks muntah DbnSengau -Tersedak -
N. X. Vagus Denyut nadi 84x/menitArkus faring SimetrisBersuara DbnMenelan Dbn
N. XI. Aksesorius Memalingkan kepala Dbn DbnSikap bahu Dbn DbnMengangkat bahu Dbn DbnTrofi otot bahu Eutrofi Eutrofi
N. XII.Hipoglossus
Sikap lidah DbnArtikulasi DbnTremor lidah -Menjulurkan lidah Simetris
Trofi otot lidah -Fasikulasi lidah -
e. Pemeriksaan Sistem Otonom
Miksi : BAK lancar
Defekasi : BAB lancar
f. Pemeriksaan Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Kernig sign : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Brudzinsky III : (-)Brudzinsky IV : (-)
21
g. Pemeriksaan Fungsi
Koordinasi Tes Romberg : (+)
Tes Fukuda : (+)
Tes Past Pointing : (+)
Lhermitte’s test : (-)
h. Vertigo Symptom Scale
No PERTANYAAN YA/TIDAK SKALA1 Pasien merasa diri sendiri atau
objek di sekitar seakan berputar yang berlangsung kurang dari 20
menit
Ya 4
2 Merasa panas atau dingin Tidak 03 Mual muntah Ya 44 Jantung berdebar kencang Ya 05 Perasaan pusing hampir setiap hari Tidak 06 Perasaan tertekan di kepala Tidak 07 Tidak mampu berdiri ataupun
berjalan tanpa alat bantuYa 4
8 Sulit bernapas atau napas pendek Tidak 09 Kehilangan keseimbangan lebih
dari 20 menitYa 4
10 Keringat berlebih Tidak 011 Perasaan ingin pingsan Ya 012 Kehilangan keseimbangan kurang
dari 20 menitTidak 0
13 Rasa sakit di jantung ataupun sekitar dada
Tidak 0
14 Perasaan pusing lebih dari 20 menit.
Ya 4
15 Perasaan diri sendiri atau benda sekitar seakan berputar dan
berlangsung lebih dari 20 menit
Ya 4
Dari hasil kuisioner VSS, didapatkan total skor 30, dizziness pasien masuk dalam keparahan berat.
22
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKANDARAH LENGKAP
Hemoglobin 12.5 11,7 – 15,5 g/dlLeukosit 11.9 3600 – 11.000 Limfosit 5.24 1,0 – 4,5 x 103/mikro Monosit 0.838 0,2 – 1,0 x 103/mikro Eosinofil 0.173 L 0,04 – 0,8 x 103/mikro
Basofil Neutrofil
0.088.03
0 – 0,2 x 103/mikro1,8 – 7,5 x 103/mikro
Eritrosit 5.24 3,8 – 5,2 jutaHematokrit 38.5 35 – 47 %Trombosit 327 150 – 400 ribu
MCV 73.4 82 – 98 fLMCH 23.8 27 – 32 pg
MCHC 32.5 32 – 37g/dlSGPT 18 0 – 35 U/L
SGOT 17 0 – 35 U/L
Ureum 17 10 – 50 mg/dlKreatinin 0.9 0,45 – 0,75 mg/dl
HDL Direct 49.1 37 – 92 mg/dl
LDL Cholesterol 103 <150 mg/dl
Asam urat 2.83 2 – 7 mg/dlCholesterol 172 <200 mg/dlTrigliserida 100 70 – 140 mg/dlGlukosa Sewaktu 102.8 70 – 110 mg/dl
23
2. X-Foto Cervikal AP/Lateral/Oblique
3.
Kesan :• Tak tampak kompresi maupun listesis pada X-Foto Cervical• Tak tampak penyempitan diskus maupun foramen intervertebralis cervikal yang
tervisualisasi
24
H. DISKUSI KEDUA
Dari hasil pemeriksaan diatas, pada pemeriksaan fungsi koordinasi
ditemukan nystagmus (+), Rhomberg test (+), Fukuda test (+), Past pointing
test (+). Pada pemeriksaan telinga didapatkan tinnitus (+), penurunan
pendengaran. Pemeriksaan nervus cranialis pada telinga tes Rinne +/+,
Webber lateralisasi kiri, dan Schwabach memendek. Temuan – temuan
tersebut kemungkinan dapat menjadi penyebab vertigo pada pasien yaitu
otogenik. Diperkuat juga dari hasil pencitraan cervical dimana tidak terlihat
adanyanya kompresi maupun listesis dan penyempitan diskus maupun
foramen intervertebralis.
Dari hasil seluruh pemeriksaan, pada pasien ini lebih mengarah ke
vertigo otogenik; Meniere’s disease karena terdapat keluhan pusing
berputar disertai nyeri telinga, telinga berdenging, dan tuli sensori.
Penyebab vertigo perifer selain meniere’s disease adalah labirinitis.
Berikut ini tabel untuk membedakan vertigo perifer dari vertigo sentral.
Vertigo Perifer Pasien Vertigo SentralSerangan Intermiten Intermiten KonstanPusingBerputar
Hebat hebat Tidak terlaluhebat
Mual muntah Hebat Sedang RinganNistagmus Selalu ada Ada Ada/tidak adaCiriNistagmus
tidak pernahvertikal
Horizontal sering vertikal
Kurang pendengaran /Tinitus
Sering ada Ada Tidak ada
Tanda Lesibatang otak
Tidak ada Tidak ada Ada
Disartria Tidak ada Tidak ada AdaDefek Visual Tidak ada Tidak ada AdaDiplopia Tidak ada Tidak ada AdaDrop attack Tidak ada Tidak ada AdaAtaksia Tidak ada Tidak ada Ada
Gaya berjalan Lambat, tegak dan berhati-hati
Lambat, tegakdan berhati- hati
Bergerakmenyimpang ke satu arah, ataksik
25
Tabel Perbandingan Karakteristik BPPV, Neuritis Vestibular, Penyakit MeniereKarakteristik BPPV Neuritis
VestibularLabirinitis Meniere
DiseasePasien
Durasi serangan
Detik (10-60 detik), berulang
Hari-minggu. Serangan hebat, 1 kali
Berat, meningkat dalam beberapa jam. Berakhir dalam beberapa hari terakhir. Di dahului infeksi THT
menit-jam, berulang
Pusing berputar, beberapa rmenit, berulang
Mual-muntah Ya, saat serangan Ya Ya, hebat Ya Ya, muntah (-)
Gangguan telinga
Tidak ada Tidak ada Tuli ringan/sedang
Tinitus, gangguanpendengaran
Ya, tinnitus, gangguanpendengaran
Nistagmus Torsional Torsional horizontal,spontan ke arah lesi
Horizontal Nistagmus spontan
Horizontal
Dipengaruhi posisi
Ya, posisi kepala tertentu (mendongak/menoleh)
Ya, semakin memberat
Tidak Ya Ya, gerakan kepala
Gangguan neurologi
Tidak ada Jatuh ke sisi lesi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
MENIERE’S DISEASE
Meniere’s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops
endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang dari vertigo yang
berlangsung dari menit sampai hari, disertai dengan tinnitus dan tuli sensorineural
yang progresif (Brandt et al, 2015; Gordon et al, 2014).
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis
bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun
1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa
mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan
keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara
progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan
volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam (Hartono, 2010).
Endolimph atau cairan Scarpa adalah cairan yang berada di dalam labirin
telinga dalam. Kation utama yang berada di cairan ekstraselular ini adalah kalium.
Ion yang terdapat di dalam endolimfe lebih banyak dari perilimfe. Sedangkan
perilimfe adalah cairan ekstraseluler yang terletak di koklea, tepatnya pada bagian
26
skala timpani dan skala vestibuli. Komposisi ionik perimlife seperti pada plasma dan
cairan serebrospinal. Kation terbanyak adalah natrium. Perilimfe dan endolimfe
memiliki komposisi ionik yang unik yang sesuai untuk menjalankan fungsinya yaitu
mengatur rangsangan elektrokimiawi dari sel- sel rambut di indera pendengaran.
Potensial listrik dari endolimfe ~80-90 mV lebih positif dari perilimfe (Keith, 2011).
Canalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran), merupakan suatu
struktur yang terdiri dari 3 buah saluran setengah lingkaran yang tersusun menjadi
satu kesatuan dengan posisi yang berlainan, yaitu: canalis semisirkularis horizontal,
canalis semisirkularis vertikal superior, canalis semisirkularis vertikal posterior
(Lopez, 2015).
Canalis semisirkularis berisi cairan endolymph dan pada salah satu ujungnya
yang membesar disebut ampula, berisi reseptor keseimbangan yang disebut cristac
ampularis. Masing-masing cristal terdiri dari sel-sel bercillia dan sel-sel penyangga
yang keseluruhannya ditutupi oleh suatu selaput yang disebut cupula. Karena
kelembamannya, maka endolymph yang terdapat di dalam canalis semisirkularis
akan bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah putaran (Lpoez, 2015).
Aliran endolymph akan mendorong cupula melengkungkan cillia-cillia dari
sel-sel rambut, dengan demikian maka sel bercillia tersebut terangsang dan
merubahnya menjadi impuls sensori yang untuk selanjutnya ditransmisikan ke pusat
keseimbangan di otak. Canalis semisirkularis merupakan organ keseimbangan
dinamis yaitu memberikan respons terhadap pemutaran tubuh (Soepardi, 2017).
Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui
secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini
dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam
fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu
keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga
mengakibakan dilatasi dari skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai
saat ini belum dapat dipastikan (Soepardi, 2017). Ada beberapa anggapan mengenai
penyebab terjadinya hidrops, antara lain :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan
27
endolimfa
5. Infeksi telinga tengah
6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas
7. Trauma kepala
8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
10. Infeksi virus golongan herpesviridae
11. Herediter
Berikut penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere:
1. Virus Herpes (HSV)
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12
dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus
endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang
diberi terapi antivirus
terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena
masih perlu penelitian yang lebih lanjut (Tyrrell, 2014).
2. Herediter
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang
menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai
hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam
sistem imunnya (Tyrrell, 2014).
3. Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap
makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :
Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang
dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi
dari sakus endolimfatikus
Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops
dari sakus endolimfatikus
4. Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran
hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien
28
Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal (Tyrrell, 2014).
5. Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan
merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun
1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops
endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian
yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik pada sakus
endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh
gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan
bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit
autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan
pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif
pada pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi
antiphospholipid dan Anti Sjoegren (Tyrrell, 2014).
Manifestasi KlinisSifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode
aktif/serangan yang bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode remisi yang
lebih panjang dan juga bervariasi lamanya. Pola serangan dan remisi pada individu
tidak dapat diramalkan, walaupun gejala berkurang setelah beberapa tahun (Shojaku,
2015).
Pada saat serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan
gangguan pendengaran. Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh atau
tertekan pada telinga yang dirasakan penderita selama berjam-jam, berhari- hari,
atau berminggu-minggu. Namun sensasi ini terlupakan karena adanya serangan
vertigo yang hebat yang timbul tiba-tiba disertai mual dan muntah. Terdapat adanya
kurang pendengaran yang hampir tidak dirasakan pada telinga yang bersangkutan
karena genuruh tinitus yang timbul bersamaan dengan vertigo (Keith, 2011).
Episode awal biasanya berlangsung selama 2-4 jam, setelah itu vertigo
mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala menetap selama beberapa
jam. Pendengaran membaik dan titnitus berkurang, tetapi tidak menghilang dengan
redanya vertigo (Keith, 2011).
Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin
hanya merasakan tinitus yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi oleh
episode vertigo spontan lain yang mirip dengan yang pertama dengan derajat yang
29
lebih ringan. Frekuensi serangan ini bervariasi, tetapi biasanya timbul sebanyak satu
atau dua kali dalam seminggu, atau sekurang- kurangnya satu kali dalam satu bulan
(Tyrrel, 2014).
Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan setiap hari. Biasanya setelah
periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa minggu, terjadi remisi spontan
atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali
gangguan pada pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun fase remisi
tersebut ternyata tidak permanen, dapat terjadi pengulangan fase akut seperti
sebelumnya yang timbul dalam beberapa bulan. Sementara pola aktif dan remisi
berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh karena hilangnya secra bertahap
kemampuan organ akhir dalam memberikan respon akibat degenerasi elemen-
elemen sensorik (Tyrrel, 2014).
Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat
ditemukan. Sindrom Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan
pendengaran terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya
serangan vertigo pertama (Alexander, 2010).
Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere :
1. Derajat I, gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan
vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang,
pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga
beberapa jam. Diantara serangan, pasien sama sekali normal.
2. Derajat II, gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul
gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
3. Derajat III, gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif
memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli
total. Vertigo mulai berkurang atau menghilang.
Patofisiologi
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan
perubahan pada morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam
skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea (helikotrema). Sakulus juga
mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala
media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah
dan basal koklea (Soepardi, 2017).
30
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada
kompartemen endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran
Reissner sehingga endolimfe bercampur dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan
gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah membrana kembali
menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya serangan
(Shujoku, 2015).
Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel
disebabkan oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler
pada saat duktus koklear membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani
(Shujoku, 2015). Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo
kemungkinan disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin
membranasea pada kanal ampula. Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan
memberikan gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga
pada saat serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus (Shujoku,
2015).
Penatalaksanaan Terapi
a. Terapi Medis Profilaksis
Terapi medis diarahkan untuk mengatasi proses penyakit yang mendasarinya atau
mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi penyakit (Perdossi, 2010).
- Vasodilator
Vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali sehari,
jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam nikotinat, histamine
dan siklandelat. Vasodilator digunakan akibat gangguan pada endolimfe oleh
kelainan vaskuler (Perdossi, 2010).
- Antikolinergik
Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori bahwa
hidrops endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan saraf autonom di
telinga dalam (Perdossi, 2010).
- Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat
defisiensi vitamin. Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B
31
kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus bio-flavonoid
32
LABIRINITIS
Labirinitis (infeksi telinga dalam) adalah radang telinga bagian dalam yang
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan. Peradangan pada infeksi telinga
dalam terjadi pada struktur telinga bernama labirin yang berfungsi sebagai
pengatur keseimbangan. Jika mengalami iritasi, labirin mengirim sinyal yang
keliru ke otak. Radang telinga ini mungkin sering dihubungkan dengan kondisi
penurunan pendengaran, vertigo (sensasi berputar), kehilangan keseimbangan,
dan mual. Labirinitis sering muncul 10-14 hari setelah penyakit varicella,
herpes, parotitis, dan dapat menjadi komplikasi dari penyakit otitis media
kronik atau mastoiditis (Mardjono, 2008).
I. DIAGNOSIS AKHIR
1. Diagnosis klinis
Pusing berputar, mual, telinga berdenging, gangguan pendengaran, onset
akut
2. Diagnosis topis
Organ vestibular
3. Diagnosis etiologi
Otogenic; Meniere’s disease dd Labirinitis
33
J. TERAPI
Pada pasien ini diberikan terapi berupa:o Infus RL 20 Tpm
o Injeksi Ranitidin 2x1 amp
o Injeksi Ceftriakson 2x1
o PO Betahistin 3x2 tab
o PO Clobazam 2x5 mg
o PO Paracematol 2x650 mg
Terapi Diagnostik
Konsul THT untuk pemeriksaan BERA dan audiogram
Konsul Rehab Medik untuk manuver terapi vertigo
CT Scan os Mastoid
Pemeriksaan autoimun darah : Rheumatoid factor,
Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.
K. DISKUSI KETIGA
Penyakit Meniere
Penyakit Meniere disebabkan oleh disfungsi regulasi homeostasis cairan
endolimpatik yang menyebabkan hidrop endolimfatik periodik. Penyakit Meniere
dicurigai apabila terjadi episode dizziness yang disertai dengan tinnitus, rasa penuh di
telinga atau perubahan pendengaran. Serangan biasanya berlangsung antara 20 menit
hingga 4 jam. Mekanisme yang terjadi diduga akibat adanya perdarahan di telinga
bagian dalam. (Brandt et al, 2005; Gordon et al, 2004).
Vertigo Cervicogenik
Vertigo cervicogenik terjadi akibat teregangnya reseptor para vertebra di daerah
leher. Secara fisiologis ada berbagai penyebab vertigo cervicogenik, yang paling
penting adalah akibat kompresi dari arteri vertebralis. Keluhan nyeri, trauma whiplash,
kecemasan dapat menyebabkan hiperlordosis pada cervical bawah dan kifosis pada
cervical atas sehingga terjadi aktivitas berlebih pada otot ekstensor dan berkurangnya
aktivitas otot fleksor leher. Trauma leher ringan, manipulasi leher, atau spondilosis
cervical spontan menyebabkan iskemia yang bersifat sementara akibat berkurangnya
flow dari arteri vertebralis (Taneja, 2014; Fife et al, 2013).
34
Vertigo cervicogenik dikaitkan dengan kekakuan leher dan terbatasnya gerakan
akibat adanya mediator inflamasi dari muscle spindle dan myofascial trigger point,
sehingga terjadi ketidaksesuaian antara input vestibular dan proprioseptif. Vertigo
cervicogenik ditandai oleh adanya ataksia, rasa goyang dan mengambang saat
berjalan, dan bukan sensasi vertigo rotasional atau linear. Perlu disingkirkan kelainan
vestibular, psikosomatis dan neurologis lainnya sebelum menegakkan diagnosis
vertigo cervicogenik (Taneja, 2014; Fife et al, 2013).
Diagnosis
Perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat untuk
menegakkan diagnosis dan mengelompokkan vertigo perifer, dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang apabila diperlukan. Menegakkan jenis vertigo sangat
diperlukan agar dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat bagi pasien (Taneja,
2014).
Anamnesis mengenai mekanisme terjadinya cedera kepala atau leher seperti
adanya trauma (trauma tumpul atau penetrasi), luka ledakan atau patah tulang
temporal. Onset vertigo setelah terjadinya trauma sangat penting diketahui. Onset
vertigo yang cepat dan berhubungan dengan perubahan posisi kepala mengarah pada
BPPV, sementara penyakit Meniere pasca trauma bisa muncul hingga 1 tahun pasca
trauma dengan gejala vestibular yang menonjol. Pasien dengan vertigo cervikogenik
juga memiliki gejala tinitus, kehilangan pendengaran dan nyeri leher (Benson,
2016).
Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan status generalis, pemeriksaan
neurologik lengkap serta pemeriksaan neurootologi. Pemeriksaan neurootologi
meliputi pemeriksaan vestibular ocular reflex (VOR) bedside, tes Romberg,
manuever Dix- Hallpike, tes serebelar dan tes koordinasi. Pemeriksaan penunjang
perlu dilakukan pada beberapa kasus berupa pemeriksaan imaging seperti CT scan
kepala atau MRI kepala untuk mengevaluasi adanya fraktur tulang temporal.
Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi electro-oculography (EOG), video-
oculography (VOG), audiogram, tes kalori, posturography, vestibular-evoked
myogenic potentials (VEMP) dan brainstem auditory evoked potential (BAEP)
(Benson, 2016; Brandt et al, 2005).
35
Penatalaksanaan
Tujuan umum penatalaksanaan vertigo adalah untuk mengeliminasi gejala
vertigo, meningkatkan kompensasi sistem vestibular dan mengontrol gejala
neurovegetatif atau psikoafektif yang menyertai vertigo. Secara umum prinsip
penatalaksanaan vertigo terdiri dari terapi medikamentosa dan terapi rehabilitatif.
Obat vestibular supresan dan antiemetik berperan penting dalam terapi
medikamentosa vertigo seperti antikolinergik, antihistamin, benzodiaepin,
antiemetik, calcium channel blocker dan agonis histamin. Terapi rehabilitasi
vestibular bertujuan untuk meningkatkan kompensasi organ vestibular terhadap
gangguan keseimbangan. Mekanisme kerja terapi ini adalah adaptasi, kompensasi
dan habituasi. Beberapa bentuk terapi rehabilitasi vestibular yang dapat dilakukan
antara lain latihan visual vestibular, manuver Epley dan metode Brandt- Daroff
(Perdossi, 2012; Brandt et al, 2005)
Prognosis
Vertigo dapat menurunkan produktivitas kerja, mengganggu aktivitas sosial pasien dan
menurunkan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Penatalaksanaannya berbeda-beda pada tiap pasien tergantung penyebab dan
manifestasi klinis yang muncul. Faktor psikologis dan budaya dapat mempengaruhi
gejala-gejala vestibular dan menghambat pemulihan fungsional pasien seperti adanya
faktor depresi, kecemasan dan ambang nyeri rendah dapat memperpanjang gejala-
gejala vertigo (Gordon et al, 2004).
36
TATALAKSANA KASUS
1. Ranitidin
Ranitidin merupakan antagonis reseptor H2 (AH2) yang bekerja menghambat
sekresi asam lambung. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam
lambung, dengan pemberian ranitidin maka reseptor tersebut akan dihambat secara
selektif dan reversible sehingga sekresi asam lambung dihambat. Ranitidin
diberikan sebagai gastroprotektor dan mencegah efek samping dan interaksi obat
lain.
2. Mecobalamin
Mecobalamin adalah salah satu bentuk kimia dari vitamin B12 (cobalamin),
yaitu vitamin larut air yang memegang peranan penting dalam pembentukan darah
serta menjaga fungsi sistem saraf dan otak.
3. Betahistin
Bekerja dengan dua mekanisme. Pertama, obat ini merangsang reseptor
histamin H1 yang terletak pada pembuluh darah di telinga bagian dalam.
Rangsangan ini mengakibatkan terjadinya vasodilatasi lokal dan peningkatan
permeabilitas sehingga bisa mengurangi tekanan endolimfatik. Kedua, sebagai
antagonis reseptor histamin H3 yang sangat kuat, obat ini meningkatkan kadar
neurotransmiter histamin, asetilkolin, norepinefrin, serotonin, dan GABA yang
dilepaskan dari ujung saraf. Peningkatan kadar histmain dapat menyebabkan efek
vasodilatasi di telinga bagian dalam.
4. Clobazam
Merupakan golongan benzodiazepine yang bekerja berdasarkan potensial
inhibisi neuron dengan asam gama-aminobutirat (GABA) sebagai mediator.
Clobazam memiliki efek antikonvulsi, ansiolitik, sedative, dan relaksasi otot.
Pemberian obat ini diindikasikan untuk mengatasi ansietas.
PROGNOSIS
Death : Dubia ad bonam
Disease : Dubia ad bonam
Dissability : Dubia ad bonam
Discomfort : Dubia
Dissatisfaction : Dubia
37
Distutition : Dubia ad bonam
38
FOLLOW UP
Tanggal S O A P15/3/2021 Pusing berputar
(+)Saat menggerakan kepala, durasi ± 3 menit, hilang timbul. Mual (+) Muntah (-)Telinga berdenging (+), penurunan pendengaran (+)
Ku/Kes : sedang / CMTD : 113/72 N : 88xRR: 20x SpO2 : 99% Suhu : 36.7 CNystagmus +/+ Tinnitus (+)
Vertigo mixed type dd/otogenik dd/ servikogenik
Infus RL 20 Tpm
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Mecobalamin 1x1
amp PO Betahistin 3x1 tab
P/ Rontgen cervical AP-lat-obl
16/3/2021 Pusing berputar (+)Saat menggerakan kepala,Mual (+) Muntah (-) Telinga berdenging (+), penurunan pendengaran (+)
Ku/Kes : sedang / CMTD : 119/89 N : 82xRR: 20x SpO2 : 99%Suhu : 36 C Nystagmus -/-Tinnitus (+)Webber lateralisasi ke kananSchwabach memendek
Vertigo mixed type dd/otogenik dd/ servikogenik
Infus RL 20 Tpm
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Ceftriakson 2x1
PO Betahistin 3x2 tab
PO Clobazam 2x5 mg
PO Paracematol 2x650
mg
Rontgen cervical (-)
17/3/ 2021 Pusing berputar mulai berkurang,Mual (+) Muntah (-)Telinga berdenging (-), penurunan pendengaran (+)
Ku/Kes : sedang / CMTD : 120/80 N : 88xRR: 20x Suhu : 36.5 CNystagmus -/- Tinnitus (+)
Vertigo mixed type ec Otogenik; Meniere’s disease dd labirinitis
Infus RL 20 Tpm
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Ceftriakson 2x1
PO Betahistin 3x2 tab
PO Clobazam 2x5 mg
PO Paracematol 2x650 mg
39
DAFTAR PUSTAKA
Alexander TH, Harris JP. Epidemiology of Menière’s syndrome. Otolaryngol Clin North Am.
2010;43:965–70.
Brandt T, Dieterich M, Strupp M. In: Vertigo and Dizziness: Common Complaints. 2nd edn.
London. Springer-Verlag. 2013.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada university Press
Joesoef AA., 2013, Tinjauan Neurobiologi Molekuler dari Vertigo, Makalah Konas V Perdossi,
Bali
Keith, Marill, 2011, Central Vertigo, @NEUROLOGY\Neurotoksikologi dan Vertigo\ eMedicine –
Central Vertigo.htm
Kelompok Studi Vertigo Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2012. Pedoman Tata Laksana
Vertigo.
Kolev OI, Sergeeva M. Vestibular disorders following different types of head and neck trauma.
Functional Neurology 2016; 31(2): 75-80.
Lopez-Escamez JA, Carey J, Chung WH et al. Diagnostic Criteria for Meniere’s Disease. J Vestib
Res. 2015;25:1-7.
Mardjono, 2018, Neurologi Klinis Dasar, Jakarta: Dian Rakyat
Perdossi, 2010, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Jansen Pharmaceiuticals Sherwood,
Lauralee, 2012, Fisiologi Manusia, Jakarta: EGC
Soepardi EA, Inskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, 2017, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, Edisi 6, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
Shojaku H, Watanabe Y, Fujisaka M, et al. Epidemiologic characteristics of definite Menière’s
disease in Japan, a long term survey of Toyama and Niigata prefectures. ORL J
Otorhinolaryngol Relat Spec. 2015;67:305–9.
Tyrrell JS, Whinney DJ, Ukoumunne OC, et al. Prevalence, associated factors and comorbid
conditions for Ménière’s disease. Ear Hear. 2014;35:e162–e169.
Wilkinson, Lennox G, 2015, Essential Neurology, 4th edition, Massachusetts: Blackwell Publishing
40