61
ANALISIS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI BARISTA DAN KONSUMEN DALAM MENCIPTAKAN KEPUASAN (Studi Pada Barista Kedai Kopi Flambojan) (Skripsi) Oleh DEDE HARYANTO FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

ANALISIS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI BARISTA DAN …digilib.unila.ac.id/54360/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI BARISTA DAN KONSUMENDALAM MENCIPTAKAN KEPUASAN

(Studi Pada Barista Kedai Kopi Flambojan)

(Skripsi)

Oleh

DEDE HARYANTO

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ABSTRAK

ANALISIS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI BARISTA DAN KONSUMENDALAM MENCIPTAKAN KEPUASAN

(Studi Barista Kedai Kopi Flambojan)

Oleh

Dede Haryanto

Komunikasi antarpribadi merupakan proses penyampaian pesan diantara duaorang atau lebih dengan menghasilkan berbagai efek umpan balik. Komunikasiantarpribadi memiliki sebuah peranan pada proses pelayanan. Peneliti tertarikmeneliti komunikasi antarpribadi yang diterapkan pada proses pelayanan seorangbarista pada sebuah usaha kedai kopi. Barista merupakan ujung tombak pelayanbagi sebuah usaha kedai kopi dalam menciptakan kepuasan konsumen.Komunikasi antarpribadi merupakan hal yang harus dimiliki barista untukmenciptakan kepuasan konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuikomunikasi antarpribadi pendekatan humanistik barista dalam menciptakankepuasan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Adapun fokus penelitianini yaitu analisis efektivitas komunikasi pendekatan humanistik yaitu keterbukaan,empati, mendukung, positif dan kesetaraan yang diterapkan seorang barista.Informan dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan 5 oranginforman yang terdiri dari 2 orang barista dan 3 orang konsumen. Penelitian inidilakukan pada barista dan konsumen kedai kopi Flambojan. Hasil penelitian initerdapat komunikasi antarpribadi yang diterapkan barista pada proses pelayanan.Dari 5 aspek pendekatan humanistik yang diterapkan barista terdapat 3 aspekyang dominan yaitu aspek keterbukaan, empati dan positif sedangkan 2 aspekyang masih tergolong lemah yaitu aspek mendukung dan aspek kesetaraan. Padabahasa verbal yang digunakan barista menggunakan bahasa yang tidak formaluntuk menimbulkan kedekatan pada konsumen. Sedangakan bahasa non verbalyang digunakan berupa isyarat, gestur tubuh dan ekspresi wajah.

Kata kunci : Komunikasi Antarpribadi Pendekatan Humanistik, Kepuasan

ABSTRACT

ANALYSIS OF INTERPERSONAL COMMUNICATION OF BARISTAS AND

CONSUMMERS IN CREATING SATISFACTION

(A Study on Barista Flambojan Coffee Shop)

By

Dede Haryanto

Interpersonal communication is the process of sending and receiving messagebetween two people or more for gain the feedback. Interpersonal communicationhas a main of service process. The research interested on researchinginterpersonal communication of a baristas service process on a coffeeshopbussines. A baristas is a leader of coffeeshop bussines in creating satisfactionconsumers. The purpose this research to find out the interpersonalcommunication humanistic approach of barista in creating satisfaction. Theresearch uses qualitataive methode. As for focus in this research analysisinterpersonal communication humanistic approach that is oppenes, emphathy,supportness, positive and equality applied by baristas. the informants wereselected by ussing purposive sampling technique bye 5 informants consist of 2barista and 3 consumers. This research conducted by barista and consumer offlambojan. The result of the research there was interpersonal communicatonapplied by baristas to the service process, from five aspects of humanisticapproach applied by baristas there were three aspects dominant that is oppenes,emphaty and positive, while two aspects that are still weak there were supportnessand equality aspects. In verbal language used by baristas informal language tocreate closeness to consumers. Meanwhile, non verbal language ussed by baristasthey were body gesture and facial expresion.

Keywords: Interpersonal Communication Humanistic Approach, Satisfaction

ANALISIS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI BARISTA DAN KONSUMEN

DALAM MENCIPTAKAN KEPUASAN

(Studi Pada Barista Kedai Kopi Flambojan)

Oleh

DEDE HARYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Dede Haryanto dilahirkan di Bandar

Lampung pada tanggal 10 Juni 1994. Penulis merupakan putra

bungsu dari lima bersaudara, buah hati dari pasangan (Alm)

Bapak Gatot Subroto dan Ibu Sri Handayani. Penulis

menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak Dwi Karsa

Langkapura pada tahun 2001, Sekolah Dasar Negeri 1 Langkapura, lulus pada

tahun 2007. Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Bandar Lampung lulus pada

tahun 2010 dan melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandar

Lampung lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai

mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota HMJ Ilmu Komunikasi

di bidang Public Relation periode kepengurusan 2015-2016 dan 2016-2017.

Penulis mengabdikan ilmu serta keahlian yang dimiliki kepada masyarakat

dengan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Goras Jaya, Kecamatan

Bekri, Kabupaten Lampung Tengah pada periode 2017. Melaksanakan Praktik

Kerja Lapangan (PKL) di Kompas TV Lampung periode Agustus 2017.

MOTTO

“Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang diperbuatnya”.

(Ali bin Abu Thalib)

“Dunia akan terasa sempit jika hanya diukur dengan benar dan salah”.

(Dede Haryanto)

﴾٦ ﴿ یسرا العسر مع إن

﴾٧ ﴿ فانصب فرغت فإذا

﴾ ٨ ﴿ فارغب ربك وإلى

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka kerjakanlah urusanmu itu sesungguh-sungguhnya.

Dan hanya kepada Allah lah kamu berharap”.

(QS.Al-Insyirah: 6-8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirabbil’alamiin puji syukur kepada Allah SWT atas segala

kesempatan, petunjuk, dan rahmat-Nya sehingga terselesaikan

karya tulis ilmiah ini.

Karya ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua tercinta,

Ayahanda (Alm) Gatot Subroto dan Ibunda Sri Handayani

Terima kasih telah membesarkan dan mendidikku dengan segenap kasih sayang,

memberiku semangat, bimbingan, nasihat, dan doa

yang senantiasa mengiringi langkahku.

Untuk kakakku Joko Sutrisno dan Aris Susilo ayukku Wakhidah dan Dewi Wartini

yang senantiasa memberikan doa dan motivasinya.

Untuk seluruh keluarga besarku yang telah menjadi bagian hidup dan

keberhasilanku yang turut serta memberikan doa dan dukungannya.

Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

SANWACANA

Alhamdulillahhirobbil’alamiin, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam atas

segala limpahan nikmat, rahmat serta karunia-Nya yang telah diberikan dan

shalawat beriring salam selalu tersanjung agungkan kepada uswatun hasanah kita

Rasulullah SAW yang selalu dinantikan syafa’atnya di yaumul akhir sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Analisis Komunikasi Antarpribadi Barista Dan Konsumen

Dalam Menciptakan Konsumen (Studi Pada Barista Kedai Kopi Flambojan)”

disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana Ilmu Komunikasi

Universitas Lampung.

Selama proses penulisan skripsi ini penulis menyadari keterbatasan kemampuan

yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu peneliti banyak memperoleh bimbingan,

saran, gagasan dan masukan dari berbagai pihak yang sangat berharga bagi

penulisan karya ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung.

2. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos.,M.Comn&MediaSt., selaku ketua jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

terimakasih atas segala kerja kerasnya untuk kemajuan jurusan Ilmu

Komunikasi serta keikhlasannya dalam mendidik dan memberi saran dalam

membantu mahasiswa selama ini.

3. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

sekaligus Dosen Pembimbing, terimakasih untuk segala keikhlasannya dalam

mendidik, membantu mahasiswa selama ini dan terimakasih telah merelakan

kesibukannya untuk membimbing dan memberikan sumbangan pemikiran

dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sarwoko., M.Si, selaku Dosen Pembahas skripsi yang telah

memberikan ilmu, nasihat, saran dan kritik serta meluangkan banyak

waktunya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Hestin Oktiani, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang

telah memotivasi dan memberi nasihat kepada penulis selama proses

perkuliahan.

6. Seluruh dosen, staff, administrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung,

Mas Agus, Mas Hendro, terimakasih banyak sudah membantu mengurus

ruangan seminar, Mas Daman dan Mas Hanafi yang telah membantu penulis

dalam mengurus surat-menyurat demi kelancaran skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta, Almarhum Bapak dan Ibu terima kasih atas doa,

nasihat, semangat, dorongan moril maupun materil dan semua hal yang tidak

kudapatkan tanpa kalian. Untuk Kakakku Joko dan Aris, Ayukku Ida dan

Dewi beserta keluarga besarku, terimakasih untuk keceriaan yang selalu

diberikan.

8. Sahabat-sahabatku, funtastic four dan Alumni Catur Tunggal Fc selalu

memberi semangat, menjadi pendengar yang baik dikala penulis lelah dan

butuh bantuan. Terima kasih sudah meluangkan waktunya sampai detik ini

untuk selalu menjadi teman curhat, tempat berkeluh kesah, dan teman liburan

tergokil.

9. Genk Rusunawa yang selalu dirindukan, teruntuk Ulfa, Kumara, Rendy,

Bundaku Enin, Nia, Adit, dan Bayu Ardi. Terima kasih atas semua bantuan

yang telah diberikan dari awal hingga akhir perkuliahan. Terima kasih telah

memberikan kesan terbaik dihidupku, motivasi, keceriaan, canda, tawa, sedih,

bahagia, teman curhat ternyaman, semoga persahabatan kita selalu terjaga dan

dapat menggapai kesuksesan sesuai dengan yang kita harapkan.

10. Tiga Srikandi Ayu Citra Pertiwi S.I.Kom, Annisa WP S.I.Kom, RT Dwi

Septya S.I.Kom, terima kasih sudah menjadi teman menunggu dikala

bimbingan, teman makan bareng di kantin Romli, teman pejuang skripsi

hingga petang hari tiba. Semoga pertemanan kita selalu terjaga dengan baik.

11. Kedai kopi Flambojan beserta penghuninya, Fariz, Kak Sueng, Yaya, Ade

beserta para konsumen yang rela diwawancara Malik, Banu dan Daigo

terimakasih atas waktu yang telah diluangkan untuk mengisi penelitian ini.

12. Teman-teman KKN terkangen sepanjang masa, teman satu rumah selama 40

hari, Fariz, Angga Penyok, Tiara, Bunda Rosy, Maiza, Marisa, Lazuardi,

Bambang, Fista dan Marina terima kasih atas kerjasamanya, canda tawa,

kesal, sedih dan bahagia, tanpa kalian KKN ku tidak berwarna. Semoga tali

silahturahmi kita tetap terjalin dan tetap nyeting.

13. PKL Squad, Achmad Kanzulfikar S.I.Kom, Ayu Citra Pertiwi S.I.Kom, Ulfah

Ramadhania S.I.Kom, Manasye Rendy Juliano, terima kasih atas satu bulan

kerja bareng yang berkesan, mulai dari liputan, panas-panasan, liburan,

marahan, teman makan yang selalu ngingetin untuk “habisin makanan”

hahaha..

14. Terimakasih kepada Alumni SMAN 7 Bandar Lampung, Riska, Rico, Adit,

Wati, Misi dan semua yang belum bisa disebutkan satu persatu.

15. Keluarga Besar Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung, dan semua

pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu, terimakasih

untuk semangat dan bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 17 Oktober 2018

Penulis

Dede Haryanto

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 7

2.2 Komunikasi Antarpribadi ................................................................ 9

2.2.1 Pengertiann Komunikasi Antarpribadi .................................. 9

2.2.2 Komponen Komunikasi Antarpribadi ................................... 13

2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi ........................................ 16

2.2.4 Tujuan Komunikasi Antarpribadi .......................................... 18

2.2.5 Keberhasilan Komunikasi Antarpribadi ................................ 20

2.3 Tinjauan Barista ............................................................................. 21

2.4 Tinjauan Kepuasan .......................................................................... 24

2.5 Landasan Teori ................................................................................ 25

2.5.1 Teori Komunikasi Antarpribadi Pendekatan Humanistik ...... 25

2.6 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian ................................................................................. 30

3.2 Fokus Penelitian............................................................................... 30

3.3 Penentuan Informan ......................................................................... 32

3.4 Sumber Data .................................................................................... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 34

3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................... 34

3.6 Keabsahan Data ............................................................................... 35

ii

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Profil Kedai Kopi Flambojan........................................................... 37

4.2 Tujuan .............................................................................................. 38

4.3 Jam Operasional............................................................................... 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Profil Informan ................................................................................ 39

5.2 Hasil Wawancara ............................................................................. 43

5.2.1 Hasil Wawancara Aspek Keterbukaan ................................... 43

5.2.2 Hasil Wawancara Aspek Empati ............................................ 49

5.2.3 Hasil Wawancara Aspek Mendukung .................................... 54

5.2.4 Hasil Wawancara Aspek Positif ............................................. 58

5.2.5 Hasil Wawancara Aspek Kesetaraan ...................................... 60

5.3 Hasil Observasi ................................................................................ 66

5.3.1 Hasil Observasi Verbal Dan Non Verbal .............................. 66

5.3.2 Hasil Observasi Kepuasan Konsumen ................................... 72

5.4 Pembahasan Hasil Pendekatan Humanistik ...................................... 74

5.4.1 Komunikasi Antarpribadi Barista Ditinjau Dari Aspek

Keterbukaan ............................................................................ 75

5.4.2 Komunikasi Antarpribadi Barista Ditinjau Dari Aspek

Empati .................................................................................... 77

5.4.3 Komunikasi Antarpribadi Barista Ditinjau Dari Aspek

Mendukung ............................................................................ 78

5.4.4 Komunikasi Antarpribadi Barista Ditinjau Dari Aspek

Positif ..................................................................................... 79

5.4.5 Komunikasi Antarpribadi Barista Ditinjau Dari Aspek

Kesetaraan ............................................................................ 80

5.5 Pembahasan Standar Operasional Procedure Kedai Kopi ............ 81

5.6 Pembahasan Proses Terbentuknya Kepuasan Konsumen................ 83

5.7 Tugas Front Barista Dan Barista Pro Kedai Kopi Flambojan ........ 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 86

6.2 Saran ................................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Kedai Kopi ........................................................................................... 2

2. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 8

3. Jam Operasional .......................................................................................... 38

4. Tabel Informan ............................................................................................. 39

5. Hasil wawancara Aspek Keterbukaan 1 ....................................................... 44

6. Hasil wawancara Aspek Keterbukaan 2 ....................................................... 46

7. Hasil wawancara Aspek Empati 1 ............................................................... 49

8. Hasil wawancara Aspek Empati 2................................................................ 51

9. Hasil wawancara Aspek Mendukung 1 ........................................................ 54

10. Hasil wawancara Aspek Mendukung 2 ...................................................... 56

11. Hasil wawancara Aspek Positif.. ................................................................ 59

12. Hasil wawancara Aspek Kesetaraan 1 ....................................................... 61

13. Hasil wawancara Aspek Kesetaraan 2 ....................................................... 62

14. Bahasa Verbal ............................................................................................ 67

15. Isyarat ......................................................................................................... 70

16. Gestur Tubuh ............................................................................................. 71

17. Hasil Pendekatan Humanistik .................................................................... 75

18. SOP Barista Kedai Kopi Flambojan .......................................................... 82

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 9

2. Logo Kedai Kopi Flambojan ........................................................................ 37

3. Struktur Tim Barista .................................................................................... 38

4. Foto Informan 1 ........................................................................................... 40

5. Foto Informan 2 ........................................................................................... 41

6. Foto Informan 3 ........................................................................................... 41

7. Foto Informan 4 ........................................................................................... 42

8. Foto Informan 5 ........................................................................................... 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan minuman yang dikenal banyak orang. Kopi pertama kali

hadir di Indonesia pada tahun 1699 yang di bawa oleh bangsa Belanda ke

daerah Aceh. Seiring berkembangnya zaman, kopi saat ini menjadi minuman

yang sangat digemari berbagai kalangan. Pada Tahun 2014 Asosiasi Eksportir

Kopi Indonesia (AEKI) mencatat tingkat konsumsi kopi di Indonesia

mencapai 1,03 kilogram perkapita dengan kebutuhan kopi mencapai 260 ribu

ton (https://bisnis.tempo.co/read/589168/orang-indonesia-makin-gemar-

minum-kopi, diakses pada tanggal 18 Februari 2018 pukul 16:42).

Berdasarkan data tersebut nilai kopi dapat dikatakan sudah berubah menjadi

kebutuhan mendasar bagi masyarakat Indonesia. Pada masyarakat Indonesia

ritual minum kopi kini telah bergeser makna yang dulunya, kopi hanya dinilai

minuman orang tua kini kopi telah menjelma menjadi minuman yang

dinikmati segala kalangan (Zulian, 2017:3). Kondisi ini dimanfatkan oleh para

pelaku bisnis untuk mendirikan badan usaha berupa kedai kopi. Dampaknya

kedai kopi pun mulai tumbuh secara signifikan di Indonesia. Pada tahun 2001

Sturbucks pun hadir di Indonesia, coffee shop asal Amerika ini pun melihat

peluang pasar yang amat besar di Indonesia.

2

Sama halnya seperti skala nasional, di Provinsi Lampung kedai kopi mulai

berkembang. Berikut peneliti cantumkan data kedai kopi di Bandar Lampung

berdasrkan hasil observasi peneliti :

Tabel 1. Data Kedai Kopi Di Bandar Lampung

Nama Kedai Tahun Berdiri

Flambojan 2015

Keiko Bahabia 2011

Kedai Amnesti 2015

Pacar Hitam 2015

Damai 2015

Kedai N8 2015

Kedai Anak Lanang 2015

Dr. Coffee 2015

Espero Coffee 2016

Ulubelu Coffee 2015

Sumber : Hasil prariset tanggal 10-17 Februari 2018

Selain data diatas coffee shop yang telah besar namanya seperti El‟s coffee

dan Sturbucks ikut meramaikan persaingan penyedia layanan minuman

berbasis kopi di Bandar Lampung. Dampak yang ditimbulkan dari fenomena

ini tentunya persaingan pasar.

Persaingan bisnis usaha sejenis yang begitu ketat, membuat pemilik kedai

kopi merencanakan strategi untuk mempertahankan konsumennya. Secara

umum pemilik kedai kopi akan meningkatkan fasilitas kedai seperti

menambahkan inovasi pada konsep ruangan agar konsumen merasa nyaman

didalamnya, seperti menambahkan pendingin ruangan, hotspot , bahkan live

music. Ada pula pemilik kedai kopi yang melakukan pemangkasan harga jual,

hal ini bertujuan untuk peralihan pembelian dari produk lain (Natasya, 2014:

2). Pemotongan harga yang dilakukan pemilik kedai memang akan

menimbulkan pembelian yang agresif, namun banyak resiko yang akan

3

ditanggung oleh pemilik kopi seperti akan memotong angka keuntungan,

menurunkan kualitas produk bahkan menimbulkan pembelian jangka pendek

(Natasya, 2014:4).

Natasya (2014:3) mengungkapkan pada skripsinya, persaingan harga pada

kedai kopi akan kalah efektif dengan kedai kopi yang menambahkan sedikit

value pada pelayanan kedai. Oleh karena itu, kedai kopi cenderung

menambahkan kualitas pelayanan pada sebuah kedai kopi karena konsumen

merasa dipuaskan sehingga konsumen akan merasa pantas membayar sesuai

harga yang telah ditetapkan perusahaan sehingga mendapatkan keuntungan

yang maksimal, dibandingkan harus memotong keuntungan dengan

memotong harga jual (Natasya, 2014:5).

Terkait peningkatan pelayanan dalam mempertahankan eksistensi dari

ketatnya persaingan bisnis usaha sejenis, peran barista dari sebuah kedai

kopi akan menjadi ujung tombak dalam mempertahankan konsumennya.

Menurut Joseph,A. Micheli (2007:23) dalam Kiki (2012:13) pada buku yang

berjudul the Sturbucks Eksperience mengungkapkan bahwa kata barista

berasal dari bahasa Itali yang berarti bartender, seseorang yang menyiapkan

dan meracik minuman berbasis espresso. Seorang barista dalam rangka

menciptakan kepuasan pada konsumen tentunya harus memiliki kemampuan

komunikasi yang baik. Dipandang dalam konteks komunikasi, tentunya

komunikasi yang dibutuhkan oleh seorang barista merupakan komunikasi

antarpribadi yaitu komunikasi tatap muka (Rakhmat, 2001:23).

4

Karena pada kondisi ini barista dan konsumen akan terlibat sebuah interaksi

tatap muka yang biasa disebut komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi

yang melibatkan dua orang atau melibatkan grup kecil yang hanya berisi

beberapa orang. Adanya komunikasi antar pribadi jelas berpengaruh terhadap

intensitas hubungan diantara mereka. Faktor-faktor verbal dan non verbal

sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi (Rakhmat, 2000: 21).

Perbedaan perlakuan terhadap konsumen dapat mempengaruhi tingkat

kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen merupakan suatu tanggapan

emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau

jasa (Tjiptono,1997:24). Dalam Amir (2012:18) terdapat faktor yang

mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen yaitu harga, kualitas produk,

promosi dan kualitas pelayanan. Dalam aspek kualitas pelayanan, konsumen

akan merasakan kepuasan apabila karyawan memiliki kemampuan

komunikasi yang baik dan memiliki kemampuan membaca sikap, perasaan

dan keyakinan konsumen (Aliffah, 2009:4). Apabila konsumen tidak

diberikan pelayanan dengan baik maka tidak akan terbentuk kepuasaan

konsumen, namun berbeda dengan pelayanan yang membubuhi sisi

komunikasi dengan frekuensi yang tinggi maka tingkat kepuasan konsumen

dapat tercapai karena komunikasi merupakan hal yang sangat berpengaruh

terutama komunikasi antarpribadi, komunikasi antarpribadi dapat

menentukan dan mempengaruhi sikap seseorang dengan menangkap pesan

verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2014:23).

5

Oleh karena itu peran komunikasi barista sangat menentukan dalam

mempertahankan kepuasan konsumen, barista hendaknya mampu memahami

komunikasi yang tepat terhadap pelanggan. Barista harus memiliki

keterampilan komunikasi agar konsumen merasa dipuaskan dari segi

pelayanan.

Pada penelitian ini peneliti memilih kedai kopi Flambojan sebagai obyek

penelitiannya. Alasan peneliti memilih kedai kopi Flambojan adalah karena

pada kedai kopi Flambojan dalam mengatasi persaingan bisnis mereka tidak

menggunakan strategi potong harga untuk menarik dan mempertahankan

konsumennya, melainkan meningkatkan kualitas pelayanan. Pada kedai kopi

Flambojan mereka tidak menyediakan waitress dan kasir, semua pekerjaan itu

dirangkap oleh seorang barista, hal ini dilakukan agar konsumen dan barista

selalu terlibat praktek komunikasi dengan tujuan agar konsumen merasa

dipuaskan dari segi pelayanan. Bahkan kedai kopi Flambojan mengizinkan

konsumen meracik kopinya sendiri dengan didampingi barista, agar barista

dan konsumen terlibat praktek komunikasi dengan frekuensi yang tinggi.

Karena pada dasarnya komunikasi antarpribadi merupakan bentuk

komunikasi yang paling efektif dalam mempengaruhi perilaku dan sikap

seseorang melalui pesan verbal dan non verbal (Mulyana, 2014:23).

Mengingat urgensinya, pada penelitian ini akan melihat peranan komunikasi

antarpribadi barista dan konsumen. Hal ini dikarenakan kualitas komunikasi

pelayan yang baik akan terbentuk kepuasan pada konsumen dari pada

pelayanan yang hanya membubuhi komunikasi seadanya.

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang diuraikan di atas, permasalahan yang

diungkapkan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran komunikasi

antarpribadi barista dan konsumen dalam menciptakan kepuasan konsumen ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran komunikasi

antarpribadi barista dan konsumen dalam menciptakan kepuasan konsumen.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini :

a. Secara teoritis

Hasil penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan

Ilmu Komunikasi dan juga diharapkan menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya khususnya pada kajian komunikasi antarpribadi.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi pengusaha industri

kreatif dalam meningkatkan kualitas pelayanan sebagai salah satu strategi

dalam mempertahankan eksistensi suatu kegiatan ekonomi.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu dikaji dalam penelitian ini sebagai tolak ukur dan

rujukan dalam melakukan penelitian ini dan juga untuk menghindari

plagiarisme terhadap penelitian lain. Kajian hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi pembanding antara penelitian satu dan penelitian lainnya.

Terdapat penelitian terdahulu yang relevan dan mendukung penelitian ini,

berikut peneliti cantumkan penelitian terdahulu untuk dijadikan referensi

pembelajaran peneliti serta memudahkan penulis dalam menyusun penelitian

ini :

1. Penelitian Retno Novella tahun 2016 FISIP Ilmu Komunikasi Universitas

Lampung yang berjudul Peranan Komunikasi Antarpribadi Pengasuh

Panti Asuhan Dalam Pembentukan Sikap Kemandirian Anak Asuh (Studi

Pada Panti Asuhan Al-Husna Bandar Lampung) memberikan tambahan

literasi mengenai teori efektifitas komunikasi antarpribadi milik De Vito.

Karena pada penelitian yang dilakukan Retno Novella mendapatkan hasil

aspek keterbukaan dan positif sebagai peranan komunikasi antarpribadi

yang paling efektif.

8

2. Penelitian Natasya Aretha tahun 2014 Ilmu Komunikasi Universitas Atma

Jaya Yogyakarta yang berjudul Pengaruh Komunikasi Antarpribadi

Barista Terhadap Tingkat Loyalitas Konsumen memberikan kontribusi

tambahan literasi mengenai barista, Natasya Aretha mengangkat

komunikasi antarpribadi namun Natasya Aretha lebih memfokuskan pada

pada pengukuran kepuasan dan loyalitas konsumen . Perbedaan terhadap

peneliti terdapat pada metodologi penelitian apabila Natasya Aretha

menggunakan kuantitatif dan peneliti menggunakan kualitatif. Pada

penelitian ini juga peneliti lebih memfokuskan pada bentuk komunikasi

yang diterapkan barista dan konsumen dalam usaha menciptakan

kepuasan konsumen.

3. Skripsi yang ditulis oleh Amelia Maryzka pada tahun 2016 FISIP Ilmu

Komunikasi Universitas Lampung yang berjudul Strategi Pelayanan Pada

Komunikasi Pemasaran Brand Wingman Denim Dalam Menciptakan

Kepuasan Pelanggan perbedaan pada penelitian ini terdapat pada subjek

dan objek penelitian. Peneliti lebih memfokuskan pada bentuk

komunikasi antarpribadi barista sebagai objek penelitian, namun

penelitian Amelia Maryzka memberikan sumbangan literasi terkait

kepuasan pelanggan.

Tabel 2. Penelitian Terdahulu

1. Judul

Peranan Komunikasi Antarpribadi Pengasuh Panti

Asuhan Dalam Pembentukan Sikap Kemandirian

Anak Asuh (Studi Pada Panti Asuhan Al-Husna

Bandar Lampung)

Penulis Retno Novella, Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP,

Universitas Lampung

9

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam

membentuk sikap kemandirian anak pengasuh

menerapkan sikap disiplin, dan aspek keterbukaan

serta aspek sikap positif menjadi hal yang paling

efektif dalam berkomunikasi antarpribadi.

Perbandingan

Perbedaan terhadap penelitan terdapat pada obyek

penelitian yang menggunakan panti asuhan dan kedai

kopi.

Kontribusi Kontribusi terhadap penelitian untuk membantu

kajian literasi komunikasi antarpribadi De Vito.

2. Judul Pengaruh kualitas komunikasi antarpribadi terhadap

loyalitas pelanggan.

Penulis Natasya Aretha Diah Maharani, FISIP, Jurusan Ilmu

Komunikasi, Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menyatakan bawa ada hubungan

antara komunikasi antarpribadi terhadap kepuasan

dan loyalitas pelanggan, semakin tinggi kepuasan

pelanggan maka semakin tinggi pula terbentuk sikap

laoyalitas pelanggan.

Perbandingan

Perbandingan denga penelitian ini, terdapat pada

subyek penelitian yaitu pada Barista. Apabila

penelitian ini akan menganilisis bentuk komunikasi

antarpribadi Barista.

Kontribusi Memberikan sumbangan literasi tentang Barista.

3 Judul

Strategi Pelayanan Pada Komunikasi Pemasaran

Brand Wingman Denim Dalam Menciptakan

Kepuasan Pelanggan

Penulis Amelia Maryska, FISIP, Ilmu Komunikasi

Universitas Lampung 2016

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukan strategi pelayanan

secara berurutan dari yang paling dominan sampai

dengan kurang dominan menimbulkan sikap

kepuasan pelanggan, jaminan, dayab tanggap,

empati, kehandalan bukti fisik.

Perbandingan Perbandingan terletak pada subjek dan objek

penelitian.

Kontribusi Sumbangan terkait kepuasan pelanggan

Sumber : Skripsi Retno Novella FISIP 2016, Skripsi Amelia Maryzka FISIP 2016

dan e-journal.uajy.ac.id diakses pada tanggal 6 Januari 2018 pukul 08.06 WIB)

2.2 Komunikasi Antarpribadi

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Meskipun komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang

paling sering dilakukan manusia dan memiliki frekuensi yang sangat

tinggi, namun tidaklah mudah dalam mendefinisikan komunikasi

10

antarpribadi yang dapat diterima semua pihak. Trenholm dan Jensen

(1995:26) mendefinisikan komunikasi antarpribadi merupakan

komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih yang

berlangsung secara tatap muka. Sifat komunikasi ini spontan, saling

menerima feedback secara maksimal dan partisipan berperan fleksibel.

Deddy Mulyana (2008:81) mengemukakan hal senada beliau

mendefinisikan komunikasi antarpribadi komunikasi antara orang-

orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya dapat

langsung menerima umpan balik secara langsung, baik secara verbal

mupun non verbal.

Cara dan bentuk komunikasi seseorang akan terbentuk mengikuti

keadaan yang ada. Komunikasi tidak hanya dapat diartikan sebagai

bentuk tukar kata antar manusia, melainkan terdapat komponen verbal

maupun non verbal. Apabila meninjau kepada bentuk komunikasi

antarpribadi menjadi lebih sempit Jalaludin Rakhmat (2009:39)

mengatakan komunikasi antarpribadi pesan yang dikirimkan

seseorang untuk bertujuan mempengaruhi orang lain.

Kajian komunikasi antarpribadi terbagi menjadi dua bentuk yaitu

bahasa verbal dan non verbal. Berikut adalah penjelasan mengenai

bahasa verbal dan non verbal :

11

a. Bahasa Verbal

Bahasa Verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran,

perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata

dan pujian yang mempresentasikan berbagai aspek realitas

individual kita. Konsekuensinya kata-kata adalah abstraksi realitas

kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan

totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu (Mulyana,

2012:261).

b. Bahasa Non Verbal

Bahasa non verbal adalah bahasa dengan gejala yang menyangkut

gerakan tubuh, isyarat, ekspresi wajah, pakaian yang bersifat

simbolik yang tidak menggunakan bahasa lisan maupun tulisan.

Bahasa non verbal mencakup semua rangsangan dalam satu setting

komunikasi, yang dihasilkan individu dan penggunaan lingkup

individu yang mempunyai pesan potensial bagi penerima pesan

(Effendy, 2003:76).

Katherine Miller dalam Retno (2016:24) membuat sebuah analisa

komunikasi guna mengetahui apakah komunikasi itu diartikan sebagai

komunikasi antarpribadi ataupun non antarpribadi. Berikut tingkatan

untuk mengetahui analisa tersebut :

1. Analisis Tingkat Kultural

Analisis tingkat kultural mengukur semua kerja sistem

komunikasi pada bahasa, raut wajah, tindakan, perilaku, nada

12

suara dan gerak isyarat. Edward T Hall (1976) mengungkapkan

semua sistem komunikasi diatas dapat diterima oleh komunikan

apabila komunikan sangat mengenal karakter latar belakang

komuniktor.

Pada analisa kultural sering terjadi kesalahan, karena komunikator

menyampaikan pesan yang kurang dipahami komunikan karena

perbedaan latar belakang budaya yang terkadang suku kata yang

sama, namun bebeda arti dari setiap budaya. Perbedaan tersebut

dapat dikaitkan pada stereoptip suatu budaya terhadap budaya lain

yang bersifat negatif.

Perbedaan itu tidak hanya sebatas kata namun juga terhadap

persepsi orang lain kepada budaya orang lain yang didasarkan

pada adat istiadat, tradisi, kebiasaan bahkan menyangkut pada

peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis (Retno, 2016:24)

2. Analisis Tingkat Sosiologis

Apabila prediksi komunikator tentang reaksi komunikan terhadap

pesan-pesan yang akan disampaikan didasarkan oleh keanggotaan

komunikan didalam kelompok sosial tertentu, maka komunikator

melakukan prediksi pada tingkat sosiologis. Keanggotaan

kelompok merupakan golongan orang-orang yang memiliki

karakteristik tertentu yang sama. Kelompok menyerupai budaya

karena pada setiap kelompok memiliki nilai dan perilaku yang

berbed dari kelompok yang lain.

13

3. Analisis Tingkat Psikologis

Apabila komunikator ingin memprediksi karakteristik komunikan

berdasarkan pengalaman hasil belajar individu maka komunikator

menggunakan analisis tingkat psikologis. Peserta suatu praktek

komunikasi akan mencari perbedaan-perbedaan yang relevan.

Artinya komunikator melihat setiap orang memilki ciri khas yang

membedakan satu dan yang lainnya. Memahami komunikasi

hubungan antrpribadi dari sudut pandang individu adalah

menempatkan pemahaman mengenai komunikasi didalam

psikologi. Karena pemahaman tersebut bersifat pribadi dan sangat

bermakna bagi individu, maka pemahaman secara psikologi

dianggap sebagai makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan

antarpribadi.

2.2.2 Komponen Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi akan terjadi apabila terdapat pengiriman

pesan dari komunikator berupa pesan verbal mauapun non verbal

kepada komunikan melalui media suara maupun media tulisan

(Suranto, 2011:14). Berdasarkan asumsi ini maka dapat dikatakan

suatu proses komunikasi antarpribadi memiliki komponen-komponen

yang memiliki integratif saling berperan satu sama lain.

1. Sumber

Merupakan orang yang akan mempunyai kebutuhan untuk

berkomunikasi untuk membagikan keadaan internal yang bersifat

emosional maupun informasioanal. Kebutuhan ini didasrkan

14

untuk mendapatkan pengakuan sosial bahkan memiliki tujuan

untuk mempengaruhi sikap orang lain.

2. Encoding

Merupakan suatu aktifitas internal pada komunikator dalam

menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal atau

non verbal yang disusun berdasrkan aturan bahasa dengan

menyesuaikan dengan karakteristik komunikan. Dalam arti

lainnya encoding merupakan bentuk pikiran yang diformulasikan

kepada simbol, kata, gestur dan sebagainya (Suranto, 2011:7).

3. Pesan

Merupakan hasil encoding. Pesan merupakan seperangkat simbol-

simbol yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk

disampaikan kepada penerima. Pesan merupakan hal yang sangat

penting dalam sebuah proses komunikasi, karena pesan itulah

yang nantinya akan diintepretasikan oleh penerima sesuai dengan

yang diinginkan oleh komunikator.

4. Saluran

Merupakan sarana fisik dalam aktifitas komunikasi. Saluran

sebagai media penghubung pesan dari komunikator kepada

komunikan. Namun dalam aktivitas komunikasi antarpribadi

terdapat ketentuan dalam menggunakan saluran, komunikator

akan menggunakan saluran apabila seseorang komunikator akan

menyampaikan keadaan internalnya kepada komunikan namun

memiliki jarak yang jauh dan tidak dapat langsung bertatap muka.

15

5. Penerima

Merupakan seseorang yang menerima pesan dan

mengintepretasikannya. Penerima dalam aktifitas komunikasi

bersifat aktif, selain menerima dan mengintepretasikan pesan

penerima juga harus melemparkan umpan balik kepada

komunikator. Dari umpan balik inilah komunikator dapat

mengetahui pesan yang disampaikan dapat dipahami dan

mengandung kesepahaman makna.

6. Decoding

Merupakan kegiatan internal penerima, melalui indera penerima

mendapatkan macam-macam data dalam bentuk mentah. Data

mentah yang dimaksud merupakan simbol yang diutarakan oleh

pengirim kemudian diproses melalui pengalaman yang dimiliki

penerima dan menjadi sebuah makna.

7. Respon

Merupakan tanggapan yang akan diberikan penerima. Respon

dapat terjadi positif, negatif dan netral. Respon positif terjadi

apabila respon yang sesuai diinginkan oleh komunikator, respon

negatif terjadi apabila respon yang diberikan bertentangan dengan

yang diinginkan komunikator serta respon netral terjadi apabila

penerima tidak menolak dan tidak menerima keinginan

komunikator. Pada hakikatnya respon merupakan hal yang paling

diharapkan komunikator untuk mengukur tingkat kebrehasilan

komunikasi komunikator

16

8. Gangguan

Gangguan dapat terjadi dalam komponen komunikasi apapun.

Gangguan merupakan apa saja yang dapat menggangu dan

membuat kacau proses penyampaian dan penerimaan pesan,

termasuk yang bersifat fisik dan psikis.

9. Konteks Komunikasi

Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling

tidak ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu dan nilai. Knteks ruang

merujuk pada lokasi aktifitas komunikasi seperti jalan, halaman

maupun ruanagan. Waktu merujuk pada waktu kapan terjadinya

aktifitas komunikasi seperti pagi, siang dan malam hari. Serta

nilai merujuk pada nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi

suasana aktifitas komunikasi.

2.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang memiliki

freluensi sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati

dan dibedakan dengan jenis komunikasi lainnya, maka ciri-ciri

komunikasi antarpribadi antara lain :

1. Arus pesan dua arah. Komunikasi antarpribadi menempatkan

posisi sumber pesan dan penerima pesan secara sejajar, sehingga

menimbulkan terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus

dua arah. Artinya komunikator dan komunikan dapat langsung

17

bertukar posisi sebagai penerima ataupun pengirim pesan. Arus

pesan dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan.

2. Suasana non formal. Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi

dalam susaana non formal. Para peserta komunikasi biasanya

membangun dengan asas kedekatan individu, seperti pertemanan.

Sesuai dengan suasan non formal tersebut biasanya pesan yang

ditimbulkan berbentuk lisan bukan tulisan (Suranto, 2011:15).

3. Umpan balik segera. Komunikasi antarpribadi biasanya

mempertemukan pelaku komunikasinya secara tatap muka, maka

umpan balik dapat diketahui dengan segera. Dengan demikian

seorang komunikator dapat langsung menerima pesan balikan

baik secara verbal maupun non verbal.

4. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. pada

komunikasi antarpribadi menuntut pesertanya dalam jarak yang

dekat baik secara fisik maupun psikologis. Artinya kedekatan

jarak secara fisik yaitu melakukan komunikasi dengan jarak yang

dekat secara tatap muka, lalu kemudian arti kedekatan secara

psikologis menunjukan keintiman hubungan antar individu.

5. Peserta komunikasi saling mengirim dan menerima pesan secara

stimultan dan spontan baik secara verbal maupun non verbal.

Dalam meningkatkan keefektifan komunikasi antarpribadi,

peserta dapat memanfaatkan kekuatan pesan verbal dan non

verbal. Peserta komunikasi saling mengupayakan meyakinkan,

18

dengan mengoptimalkan pesan verbal maupun non verbal secara

bersamaan, saling mengisi, saling menguatkan sesuai dengan

tujuan komunikasi (Suranto, 2011:15).

2.2.4 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Suranto (2011:19), Komunikasi antarpribadi merupakan suatu action

oriented, ialah suatu tindakan yang memiliki tujuan tertentu. Berikut

beberapa tujuan komunkasi antarpribadi :

1. Mengungkapkan perhatian terhadap orang lain

Pada prinsipnya komunikasi antarpribadi hanya dimaksudkan

untuk menunukan adanya perhatian kepada orang lain, dan untuk

menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang cuek.

Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa,

tersenyum ataupun melambaikan tangan.

2. Menemukan diri sendiri

Seseorang dapat mengetahui karakteristik dirinya melalui

komunikasi antarpribadi berdasarkan informasi dari lawan bicara.

Bila seseorang terlibat komunikasi antarpribadi dengan seseorang

maka akan banyak terlihat proses pembelajaran tentang dirinya

maupun orang lain. Komunikasi antarpribadi membuka

kesempatan kepada kedua belah pihak untuk berbicara tentang

apa yang disukai dan tidak disukai.

19

3. Menemukan dunia luar

Komunikasi merupakan jendela dunia, dengan berkomunikasi

dapat menegetahui berbagai kejadian diluar sana. Komunikasi

antarpribadi membuka kesempatan bagi pelakunya untuk

mendapatkan informasi penting dan aktual.

4. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan manusia adalah

membentuk hubungan baik terhadap orang lain. Dan dengan

komunikasi antarpribadi memberikan peluang bagi pelakunya

untuk membangun hubungan yang harmonis terhadap sesama

pelaku komunikasi.

5. Mempengaruhi sikap dan perilaku

Komunikasi antar pribadi ialah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah

sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pada prinsipnya ketika komunikan menerima pesan

atau informasi berarti komunikan telah terpengaruh dari proses

komunikasi. Sebab pada dasarnya komunikasi adalah sebuah

fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman manusia akan

memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya

perubahan sikap

6. Memberi bantuan konseling

Ahli-ahli kejiwawaan mengunakan komunikasi antarpribadi

sebagai untuk mengarahkan kliennya dalam kehidupan sehari-hari

20

tanpa disadari komunikasi dapat dijadikan sebagai bantuan

konseling bagi komunikan yang membutuhkan. Tanpa disadari

pelaku komunikasi antarpribadi kerap menjadi konselor dalam

suatu kondisi tertentu misalnya curhat membantu dalam

menyelesaikan suatu masalah.

2.2.5 Keberhasilan Dalam Komunikasi Antarpribadi

Untuk mendukung suatu keefektifan komunikasi antarpribadi

diperlukan sikap-sikap positif yang dikembangkan agar terjadi suatu

keberhasilan komunikasi (Suranto, 2010:23) :

1. Membuka pintu komunikasi

Dengan membuka pintu komunikasi artinya kita memiliki

komitmen untuk membangun hubungan yang harmonis.

Sebenarnya tidak hanya menjalin hubungan yang harmonis dalam

membuka pintu komunikasi, melainkan dapat menimbulkan

kedekatan secara emosional.

2. Sopan dan ramah dalam berkomunikasi

Menyuguhkan sikap yang ramah dan sopan dapat membuat kita

aman dalam menjalin komunikasi. Oleh karena itu usahakan kita

selalu bersikap ramah dan sopan agar tercapai sebuah

keberhasilan komunikasi.

3. Sikap saling menghargai

Dalam sebuah proses komunikasi hendaknya saling menghormati

dan saling menghargai. Seperti contohnya apabila kita memiliki

21

sebuah kesalahan dalam berkomunikasi kita wajib menita maaf

untuk menandai bahwa kita menaruh rasa hormat terhadap lawan

bicara. Dengan demikian, apabila kita berkomunikasi dengan

suasan saling menghormati akan menimbulkan komunikasi yang

efektif.

4. Penuh perhatian

Apabila pelaku komunikasi ketika melakukan proses komunikasi

hendaknya memiliki perhatian yang baik. Dengan demikian

proses komunikasi akan berjalan menyenangkan dan efektif bagi

kedua belah pihak.

5. Bertindak jujur dan adil

Dalam menjalankan sebuah profesionalitas sikap jujur merupakan

hal yang sangat penting. Dalam menjalankan profesionalitas

memiliki kewajiban untuk memelihara pelaksanaan hak dan

kewajiban secara seimbang.

2.3 Tinjauan Barista

Barista adalah sebutan untuk seseorang yang pekerjaannya membuat dan

menyajikan kopi kepada pelanggan. Menurut Joseph.A.Michelli (2007:25)

dalam Kiki (2012 : 13) pada bukunya The Starbucks Experience Istilah

barista merupakan arti dari 'Bartender' dalam bahasa Italia yang secara

khusus mempersiapkan dan menyajikan espresso dan minuman yang berbasis

espresso. Di Italia, Barista adalah salah satu posisi yang didambakan.

Menjadi barista membutuhkan masa belajar yang signifikan dan karenanya

22

tidak seorang pun yang akan menganggap posisi ini sembarangan karena ini

membutuhkan dedikasi waktu dan baristaanan hingga menguasai seni terbaik

cara membuat kopi. Di kedai kopi sendiri posisi seorang barista adalah posisi

kunci yang paling terhormat di setiap outlet. Karena di tangan merekalah

terletak keberhasilan cita rasa dan penyajian dari setiap produk kedai kopi .

Menurut Oktaviani Dwi Prihandini dalam Kiki (2012: 13) salah seorang

barista Indonesia menyebutkan bahwa barista disini memiliki interaksi yang

berbeda dari barista pada umunya yaitu menggunakan simbol-simbol verbal

dan non verbal seperti wajah tampan dan gaya berpakaian untuk memikat

customer dan mengubah konsep “pembeli” menjadi “pelanggan”, serta

sebagai alat berkomunikasi dengan sesama rekan kerja maupun

konsumennya. Proses interaksi simbolik yang terjadi disesuaikan oleh space

dan time serta lawan interaksi yang berbeda. Fungsi barista di coffee shop

bagi menjadi dua bagian, yaitu;

a. Front Barista : yang dengan senang hati menyambut dan menjelaskan

kepada Anda tentang segala sesuatu tentang kedai kopi. Jangan ragu

bertanya kepada mereka tentang apa saja.

b. Barista Pro : yang memiliki skill secara khusus untuk meracik segala

produk yang ada di kedai kopi.

Menurut Joseph.A.Michelli (2007:25) dalam Kiki (2012 : 13) pada bukunya

The Starbucks Experience mengemukakan lima kiat sukses pendekatan

seorang Barista kepada pelanggan yaitu :

23

a. Ramah, merupakan cara yang sangat penting untuk membuat kunjungan

pelanggan sebagai awal yang positif. Dengan bersifat ramah, barista

dapat menciptakan suasana yang menyenangkan.

b. Tulus, berarti connect, discover, dan respond. Dalam hal ini tulus

membina hubungan dengan para pelanggan berarti tulus memberi tahu

apa yang diinginkan dan diharapkan pelanggan.

c. Perhatian, berarti perhatian terhadap kebutuhan pribadi, partner lain dan

pelanggan. Keinginan pelanggan dapat terpenuhi jika barista mengerti

apa yang diinginkan pelanggan.

d. Berwawasan, Pengetahuan adalah kekuatan. Semakin tinggai tingkat

pengetahuan barista terhadap produk maka semakin banyak hal positif

yang diterima. barista harus dapat mencintai pekerjaannya dan mau

membagi pengetahuannya kepada orang lain.

e. Peduli, Berarti berpatisipasi dalam segala hal yang bersifat positif.

Dengan kepedulian diharapkan barista memiliki Ide-ide yang cemerlang

dan bekerja dengan penuh semangat.

Barista juga harus menguasai mesin kopi. Tidak mudah untuk menggunakan

mesin kopi, dengan mempertimbangkan faktor takaran air, kopi yang dipakai,

serta waktu pemasakannya. Hal-hal ini penting untuk dipelajari seorang calon

barista. Untuk menjadi barista yang terpenting adalah harus suka minum

kopi. Tentu, seorang barista bukan hanya menyajikan kopi, juga memberikan

edukasi kepada konsumen. Sehingga ketika konsumen tersenyum saat minum

24

kopi racikan Barista, itu pertanda barista berhasil meracik kopi yang enak.

Selain menggunakan mesin kopi yang menghasilkan espresso, seorang

barista yang baik juga harus menguasai teknik pembuatan kopi dengan teknik

manual brewing.

2.4 Tinjauan Kepuasan

Kepuasan pelanggan merupakan sesuatu hal terpenting dalam proses kegiatan

bisnis Kotler (2007:52) memberikan definisi bahwa kepuasan pelanggan

merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil)

yang dirasakn dari harapannya. Tjiptono (1996) dalam Aretha (2013:17)

kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap evaluasi

ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan

kinerja aktual setelah pemakai produknya. Kepuasan pelanggan seringkali

bukan dihasilkan dari segi produk maupun harga yang ditawarkan melainkan

dengan pelayanan yang dibubuhi komunikasi yang baik. Komunikasi yang

dilakukan penjual dan pembeli merupakan hal yang sangat penting dalam

menimbulkan kepuasan. Tjiptono (1996) dalam Amelia (2016: 33)

mengemukakan terdapat dua elemen dasar yang dirasakan pelanggan untuk

menggambarkan variasi tingkat kepuasannya yaitu :

a. Harapan, yaitu berbagai kriteria mengeni barang dan jasa yang diinginkan.

b. Kinerja, yaitu segala jenis sesuatu pelayanan yang diberikan perusahaan

mengenai barang dan jasa.

25

Hawkins dan Looney dikutip dalam Tjiptono (2004:101) atribut pembentukan

kepuasan terdiri dari

a. Kesesuaian harapan

Merupakan tingkat kesesuaian antara kinerja produk yang diharapkan oleh

pelanggan dengan yang dirasakan oleh pelanggan.

b. Minat berkunjung kembali

Merupakan kesediaan pelanggan untuk berkunjung kembali atau

melakukan pembelian ulang produk terkait.

c. Kesediaan merekomendasikan

Merupakan kesediaan pelanggan untu merekomendasikan produk yang

telah dirasakan kepada orang lain.

2.5 Landasan Teori

2.5.1 Teori Efektifitas Komunikasi (Pendekatan Humanistik)

Karakteristik efektifitas komunikasi antarpribadi dapat ditinjau dari tiga

sudut pandang yaitu, sudut pandang pragmatis, humanistik dan

pendekatan sosial (Suranto, 2010:82). Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan pendekatan humanistik, karena pendekatan humanistik

menekankan pada lima aspek kualitas umum untuk terciptanya

hubungan komunikasi yang efektif. Pada pandangan humanistik,

manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta

mempunyai dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku.

Devito (1997:259-264) mengemukakan lima sikap positif yang

dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi

antarpribadi, lima sikap positif tersebut meliputi :

26

1. Keterbukaan

Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain,

serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain.

Dengan kata lain, keterbukaan adalah kesediaan untuk membuka diri

mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan

sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam merespon segala

stimuli komunikasi. Dalam proses komunikasi antarpribadi,

keterbukaan menjadi salah satu sikap yang positif. Hal ini

disebabkan dengan keterbukaan, maka komunikasi antarpribadi akan

berlangsung secara adil, transparan, dua arah dan dapat diterima oleh

semua pihak yang berkomunikasi.

2. Empati

Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau

seandinya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang

dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,

dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang

lain, melalui kacamata orang lain. Orang yang berempati mampu

memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap

mereka, serta harapan dan keinginan mereka. Hakikat beremapati

ialah, usaha masing-masing pihak untuk merasakan apa yang

dirasakan orang lain, dapat memahami sikap dan perilaku orang lain.

3. Sikap mendukung

Hubungan interpersnal yang efektif adalah hubungan dimana

terdapat sikap mendukung. Artinya masing-masing pihak yang

27

berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung

terselenggaranya interkasi secara terbuka. Oleh karena itu, respon

yang relevan adalah respon yang bersifat spontan dan lugas, bukan

respon bertahan dan berkelit. Pemaparan bersifat deskriptif, naratif

bukan evaluatif. Sedangkan pola pengambilan keputusan bersifat

akomodatif, bukan intervensi yang disebabkan rasa percaya diri yang

berlebihan.

4. Sikap positif

Sikap positif ditunjukan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam

bentuk sikap mksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat

dalam komunikasi antarpribadi harus memiliki pikiran dan persepsi

positif, bukan menprasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku,

artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah tindakan yang relevan

dengan tujuan komunikasi antarpribadi yaitu, secara nyata

melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama.

5. Kesetaraan

Kesetaraan ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki

kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga,

dan saling memerlukan. Memang secara alamiah ketika dua orang

berkomunikasi secara antarpribadi, tidak pernah tercapai suatu

situasi yang menujukan kesetaraan atau kesamaan secara utuh

diantar keduanya. Namun kesetaraan yang dimaksud disini adalah

berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan untuk menepatkan

diri setara dengan partner komunikasi.

28

2.6 Kerangka Pemikiran

Komunikasi tidak luput dari segala aspek kehidupan sehari-hari salah satunya

adalah dalam dunia pelayanan. Barista merupakan sebuah agen pelayan

dalam bidang usaha kedai kopi. Dalam melayani konsumen barista tentunya

melakukan sebuah tindakan komunikasi. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya komunikasi yang paling efektif dan yang paling tinggi

frekuensinya adalah komunikasi tatap muka atau komunikasi antar pribadi.

Komunikasi antarpribadi dalam hal ini berfugsi sebagai alat barista dalam

menciptakan kepuasan terhadap konsumen. Melalaui komunikasi antarpribadi

barista dapat lebih mudah memahami keinginan konsumennya sehingga

tercipta kepuasan konsumen.

Komunikasi antarpribadi dipilih sebgai kajian dalam penelitian ini, karena

komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif

dengan meninjau bahasa verbal dan non verbal. Seperti yang diketahui

bahwasannya, pada objek penelitian ini yaitu kedai kopi Flambojan seorang

baristanya terlibat langsung praktek komunikasi tatap muka terhadap

konsumennya. Selain itu juga komunikasi antarpribadi merupakan bentuk

yang paling ampuh dalam mempengaruhi dan merubah perilaku individu.

Penelitian ini menggunkan teori efektifitas komunikasi milik De Vito dengan

pendekatan humanistik. Dalam teori efektifitas komunikasi pendekatan

humanistik memerlukan 5 aspek yaitu, keterbukaan, empati, sikap

mendukung, sikap positif dan kesetaraan agar komunikasi antarpribadi

barista dapat berjalan efektif sehingga dapat menimbulkan kepuasan

29

konsumen dengan indikator keberhasilan pemebelian ulang dan kesediaan

konsumen dalam merekomendasikan kepada orang lain.

Bagan 1. Kerangka Pikir

Barista Konsumen

Kepuasan Konsumen

1. Melakukan Pembelian Ulang

2. Merekomendasikan Kepada Orang Lain

5 aspek Efektifitas

Komunikasi Antarpribadi

(Pendekatan Humanistik)

1. Keterbukaan

2. Empati

3. Sikap Mendukung

4. Sikap positif

5. Kesetaraan

Komunikasi

Verbal Non Verbal

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan komunikasi antarpribadi

barista dan konsumen dalam menciptakan kepuasan konsumen. Metode

dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, tindakan dan lain-lain,

secara holistik serta dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah (Moleong, 2016:6).

Pendekatan kulitatif dalam komunikasi menekankan pada bagaimana sebuah

pendekatan dapat mengungkapkan makna-makna dari konten komunikasi

yang ada sehingga hasil-hasil penelitian yang diperoleh berhubungan dengan

pemaknaan dari sebuah proses komunikasi yang terjadi. Penelitian kualitatif

memiliki kegunaan antara lain untuk memahami interaksi sosial dan

memahami perasaan orang yang sulit dimengerti (Sugiyono : 2011:49).

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian bersifat tentatif seiring dengan perkembangan penelitian.

Fokus penelitan bertujuan untuk membatasi studi kualitatif, sekaligus guna

memilih data yang relevan dan yang baik (Moleong, 2011:237). Pada

31

penilitian ini memfokuskan pada analisis peranan komunikasi antarpribadi

barista dalam usaha menciptakan kepuasan konsumen. Agar tidak meluas,

penulis meletakan fokus penelitian pada aktifitas komunikasi antarpribadi

barista dan konsumen pada kedai kopi Flambojan dengan dasar 5 aspek

efektifitas komunkasi antarpribadi De Vito yaitu :

a. Keterbukaan

Pada aspek keterbukaan peneliti meninjau pada sikap barista dalam

membuka pintu komunikasi terhadap konsumen.

b. Empati

Pada aspek empati peneliti meninjau pada bagaimana sikap barista

merasakan apa yang dirasakan konsumen.

c. Mendukung

Pada aspek mendukung peneliti meninjau sikap barista dalam mendukung

terjalinnya komunikasi terhadap konsumen.

d. Positif

Pada aspek positif peneliti meninjau barista dalam menunjukan sikap

positif terhadap konsumen.

e. Kesetaraan

Pada aspek kesetaraan peneliti meninjau sikap barista dalam menciptakan

hubungan yang dekat tanpa ada jarak kepada konsumen.

Sebagai tolok ukur keberhasilan dari lima aspek efektifitas komunikasi diatas

terkait kepuasan konsumen, berikut peneliti cantumkan :

32

a. Minat berkunjung kembali

Merupakan kesediaan pelanggan untuk berkunjung kembali atau

melakukan pembelian ulang produk terkait.

b. Kesediaan merekomendasikan

Merupakan kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan produk yang

telah dirasakan kepada orang lain.

3.3 Penentuan Informan

Adapun penentuan informan penelitian ini menggunakan teknik purposive,

menurut Singarimbun dan sofyan Effendi (2006:155) teknik purposive

bersifat tidak acak, subjek dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tertentu. Menurut Spradley dalam Moleong (2010:165) informan harus

memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu :

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau

medan aktifitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini

biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala

tentang suatu yang dinyatakan

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan

kegiatan yang menjadi sasaran penelitian

3. Subjek mempunyai banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai

informasi

4. Subjek dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dikemas dan mereka relative masih lugu dalam memberikan informasi.

Untuk mendapatkan informasi yang diharapkan, peneliti terlebih dahulu

menentukan infoman yang akan diminta informasi. Dalam penelitian ini

33

mengambil informan secara purposive sampling dimana pemilihan informan

dipilih berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan. Kriteria

pemilihan informan yang ditentukan peneliti sebagai berikut :

1. Memiliki pengalaman dalam dunia barista .

2. Tercatat sebagai barista kedai kopi Flambojan .

3. Bersedia dan memiliki banyak waktu untuk diwawancarai.

Dalam menentukan informan peneliti memilih dua barista sebagai informan

primer, dan tiga orang konsumen yang telah melakukan pembelian berulang

sebagai data sekunder sekaligus sebagai konfirmasi data primer.

3.4 Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif merupakan kata-kata dan

tidakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.

(Moleong, 2011:157) Sumber data yang dipilih dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian diperoleh dengan cara menggali dan

mengumpulkan informasi dari informan yang telah ditentukan dan

mengetahui segala sesuatu terkait permasalahan yang akan diteliti. Data

primer pada penelitian ini didapatkan dari hasil wawancara informan pada

penelitian ini informan primer ialah barista.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara menggali informasi dari informan

tambahan, informan tambahan yang dimaksud adalah konsumen yang

34

telah melakukan pembelian berulang pada kedai kopi Flambojan, selain itu

juga data sekunder diperoleh dari literasi pada buku, majalah dan internet.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data penelitian, menurut Hadari (2008 : 48) dalam Fachry

(2017:52) teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tujuan tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang menjawab pertanyaan

(Moleong, 2007:186). Dalam penggunaannya, metode wawancara ini

peneliti mengadakan tanya jawab lansung dengan informan yang

terlibat langsung pada masalah yang diteliti.

2. Observasi

Pengumpulan data yang penting dalam penelitian ilmiah dengan

melakukan pengamatan langsung pada obyek penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam Moleong (2011 : 248), adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah

data menjadi satu-kesatuan data yang dapat diolah. Model analisis kualitatif

mencakup :

1. Reduksi Data

Setelah medapatkan banyak data ketika turun lapang, maka penulis

menyederhanakan data-data tersebut sehingga sampai kepada data

yang benar-benar dianggap penting serta sesuai dengan penelitian ini.

35

2. Display Data

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang tersusun

dan disesuaikan serta dikalrifikasi untuk mempermudah peneliti dalam

menguasai data.

3. Verifikasi Data

Kesimpulan yang diambil selama penelitian berlangsung, makna-

makna yang muncul dari data yang diuji kebenarannya.,

kekokohannya, kecocokannya sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan yang jelas kebenarannya dan kegunaannya.

3.7 Tekhnik Keabsahan Data

Agar data yang diperoleh dijamin keabsahannya sehingga dapat

dipertanggung jawabkan hasil penelitiannya, maka perlua dilakukan

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekakan atau pembanding untuk data (Moleong, 2011:330). Pengecakan

keabsahan berdasarkan sumber menurut Moleong (2011: 330) dapat diketahui

dengan cara :

1. Membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan dengan perkataan orang dimuka umum dengan

perkataan orang dalam pribadi.

3. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan dengan pendapat orang biasa.

36

4. Membandingkan isi hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

37

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Profil Kedai Kopi Flambojan

Kedai kopi Flambojan berdiri sejak 11 maret 2014, yang terletak di Jl.

Flambojan A Enggal, Bandar Lampung. Kedai kopi Flambojan merupakan

sebuah toko retail biji, daun dan gula. Pada dasarnya, konsep kedai kopi

Flambojan sebagai pusat perbelanjaan bahan seduhan baik untuk skala

keluarga atau individu.

Kedai kopi Flambojan menjual produk biji, daun dan gula dari lokal

Lampung dan luar Lampung. Kedai kopi Flambojan juga menyediakan

jasa pelayanan seduh baik menggunakan alat manual maupun mesin. Saat

ini kedai kopi Flambojan juga menjadi temapat tukar pikiran serta edukasi

mengenai produk biji kopi dan penyeduhannya.

Gambar 2. Logo Kedai Kopi Flambojan

38

4.2 Tujuan

a. Menjadi pusat pebelanjaan minuman seduh

b. Memberikan kemudahan masyarakat dalam mendapakan minuman

lokal maupun luar negri

c. Menjadi tempat edukasi bagi penikmat dan masyarakat umum.

4.3 Jam Operasional

Offline store kedai kopi Flambojan berlokasi di Jl. Flambojan A Enggal

Bandar Lampung, dengan jam operasional sebagai berikut :

Tabel 3. Jam operasional

Hari Jam Operasonal

Senin 08:00 – 22:00

Selasa 08:00 – 22:00

Rabu 08:00 – 22:00

Kamis 08:00 – 22:00

Jum’at Libur

Sabtu 08:00 – 22:00

Minggu 08:00 – 22:00

4.4 Struktur Tim Barista Kedai Kopi Flambojan

Gambar 3. Struktur Organisasi Tim Barista

Head Barista

Suhendra Islami

Barista

Fariz Amri Islami

Barista

Fairuz Novtadyansah

Barista

Adya Gunawan

86

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara dari 5 informan yang terdiri dari 2 orang

barista dan 3 orang konsumen pada kedai kopi Flambojan, maka didapat

kesimpulan dari Analisis Komunikasi Antarpribadi Barista Dan

Konsumen Dalam Menciptakan Kepuasan adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi antarpribadi yang diterapkan pada barista pada kedai kopi

Flambojan perlu diapresiasi dan dapat dijadikan referensi dalam dunia

pelayanan. Dalam komunikasi Antarpribadi pendekatan humanistik

terdapat 3 aspek yang dikatakan sudah berjalan baik, yaitu sikap

keterbukaan, empati, dan positif. Seorang barista terbukti mampu

menciptakan kepuasan pada konsumen melalui komunikasi antarpribadi

pendekatan humanistik. Dalam aspek keterbukaan barista mencerminkan

dengan bahasa verbal dan non verbal, bahasa verbal pada aspek sikap

keterbukaan barista bersedia menjelaskan minuman yang akan

dikonsumsi oleh konsumen baik dari jenis, pengolahan maupun metode

seduh, serta barista juga terbuka dalam menerima saran dari konsumen.

Kemudian bahasa verbal dan non verbal pada sikap empati dicerminkan

87

dengan sikap barista yang selalu bertanya kekurangan minumannya

kepada konsumen ketika minumannya tidak diminum dan selalu

mencontohkan kepada konsumen cara metode seduh ketikan konsumen

terlihat tertarik dengan metode seduh. Pada bahasa verbal dan non verbal

sikap positif barista selalu menyapa konsumen ketika datang ke kedai dan

selalu memberikan senyuman..

2. Pada dua aspek pendekatan humanistik siakp mendukung dan kedsetaraan

masih tergolong lemah. Pada aspek mendukung barista belum mampu

menyamaratakan semua konsumen untuk mendapatkan fasilitas untuk

menjalin komunikasi yang lebih efektif. Sedangklan pada aspek

kesetaraan barista belum mampu mnyetarakan pengetahuannya terhadapa

konsumen sehingga sering terjadi keasalahpahaman makna mengenai

istilah-istilah kopi.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian tentang analisis komuniakasi antarpribadi barista dan

konsumen dalam menciptakan kepuasan, tentunya terdapat saran yang perlu

diperhatikan diantaranya :

1. Untuk barista kedai kopi Flambojan, diharapkan mempertahankan tiga

aspek efektivitas komunikasi pendekatan humanistik yang berjalan

dengan baik yaitu keterbukaan, empati dan positif serta meningkatkan dua

aspek yang masih tergolong lemah seperti aspek kesetaraan dan aspek

mendukung agar kepuasan konsumen tetap terjaga dan sistem pelayanan

ini harus ditularkan kepada barista trainer yang akan tergabung dalam

ruang lingkup kedai kopi Flambojan agar tidak terjadi ketimpangan.

88

2. Untuk kedai kopi Flambojan, meskipun kedai kopi Flambojan mengusung

design service sebagai konsep, namun perlu diperhatikan saran yang

diutarakan konsumen yang berkaitan pada kualitas produk.

3. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian yang dilakukan peneliti tentu masih

banyak kekurangan dan kesalahan, tentunya peneliti berharap kepada

peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan teori maupun metode

penelitian lainnya yang berhubungan dengan komunikasi antarpribadi.

89

Daftar Pustaka

Buku

A.W, Suranto. 2011. Komunikasi Intrapersonal. Graha ilmu : Yogyakarta

DeVito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Karisma Publishing Group:

Tanggerang Selatan

Effendy, Onong Uchyana. 1997. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja

Karya : Bandung

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. PT. Prehalindo : Jakarta

Lilliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Citra Aditya Bakti. Bandung

--------. 2015. Komunikasi Antar Personal.Prenada Media :Jakarta

Little John, Stephen W & Karen A. 2009. Teori Komunikasi edisi 9. Salemba

Humanika. Jakarta

Mulyana, Deddy.2008. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengatar. PT Remaja

Rosdakarya. Jakarta

--------.2014. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengatar. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta

Moleong, Lexy, J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Bandung

Rakhmat, Jalaludin.2009. Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya.

Bandung

Singarimbun, M. dan Effendy, S. Metode penelitian Survey. Penerbit Pustaka

LP3S. Jakarta

Tjiptono, Fandy.1996. Manajemen Jasa. Andi Offset. Yogyakarta

Trenholm, Sarah and A. Jensen. 1995. Antarpribadi Communication. Belmont,

California : Wadsworth Publish-ing Company

90

Skripsi

Allifah Shinta. 2009. Hubungan Komunikasi Antarpribadi Dan Kualitas

Pelayanan Dengan Kepuasan Konsumen. Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Amelia Maryska . 2016. Strategi Pelayanan Pada Komunikasi Pemasaran Brand

Wingman Denim Dalam Menciptakan Kepuasan Pelanggan. Universitas

Lampung

Fernando Hosse Fachrezi. 2018. Proses Komunikasi Antarpribadi Pembina

Pramuka Dalam Membentuk Pendidikan Karakter Terhadap Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter Terhadap Peserta Didik. Universitas Lampung

Kiki Diah Perwita. 2012. Analisis Customer Relation Kopi Espreso Bar Di

Yogyakarta Dalam Meningkatkan Dan Mempertahankan Konsumen.

Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Natasya Aretha. 2014. Pengaruh Kualitas Komunikasi Antarpribadi Barista

Terhadap Tingkat Loyalitas Konsumen. Universitas Atma Jaya

Yogyakarta

Ni Made Ardani. 2016. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas

PenyajianCoffee.Universitas Udayana Denpasar

Retno Novelia. 2016. Peranan Komunikasi Antarpribadi Pengasuh Panti Asuhan

Dalam Pembentukan Sikap Kemandirian Anak Asuh . Universitas

Lampung

Zulian Yuliansyah. 2016. Motivasi Remaja Mengunjungi Kedai Kopi Kelas

Menengah Di Bandar Lampung. Universitas Lampung

Internet

https://bisnis.tempo.co/read/589168/orang-indonesia-makin-gemar-minum-kopi,

diakses pada tanggal 18 Fe bruari 2018 pukul 16:42