Upload
others
View
24
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA GANTI
ORANG DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI.1
SEMESTER GANJIL SMA MUHAMMADIYAH
SAWANGAN DEPOK JAWA BARAT
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh
Ety Fitriyah
109013000023
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA GANTI
ORANG DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI.1
SEMESTER GANJIL SMA MUHAMMADIYAH
SAWANGAN DEPOK JAWA BARAT
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ety Fitriyah
NIM 109013000023
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Dra. Hindun, M. Pd.
NIP 19701215 200912 200 1
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
i
ABSTRAK
Ety Fitriyah, NIM 109013000023, “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata
Ganti Orang dalam Karangan Narasi Siswa Kelas XI.1 Semester Ganjil SMA
Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.”
Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan kata ganti orang
dalam karangan narasi. Adapun karangan narasi yang diteliti sebanyak dua puluh
enam karangan. Tetapi yang dianalisis hanya dua puluh lima karangan, karena
satu karangan tidak termasuk karangan narasi melainkan karangan deskripsi.
Objek dalam penelitian ini adalah karangan narasi yang ditulis oleh siswa SMA
Muhammadiyah Sawangan kelas XI.1 semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan dideskripsikan dalam
bentuk tabel dan kata-kata.
Dari dua puluh lima karangan narasi tersebut, kata ganti yang paling
banyak digunakan yakni kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna
jamak (kami) dan kata ganti yang paling sedikit digunakan yakni kata ganti orang
kedua yang menunjukkan makna jamak (kalian).
Kata kunci: kata ganti, keterampilan menulis, dan karangan narasi.
ii
ABSTRACT
Ety Fitriyah, NIM 109013000023, “The Analysis of Error in Personal
Pronoun at Narrative Text: a Study of XI.1th
Grade Senior High School
Muhammadiyah Sawangan Depok West Java in The Academic Year 2013/2014.”
Indonesian Language and Literature Education Department Faculty of Tarbiya
and Teacher Learning Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2013.
The aim of this research is to know the use of personal pronoun at
narrative text. There are twenty six text of narrative text but in this case only
twenty five text which are analyzed because one text is including descriptive text.
The objective of this research is the result of student’s work at SMA
Muhammadiyah Sawangan Depok at XI.1 grade in the academic year 2013/2014.
This is qualitatif research. After collecting data; the data will be explained
by using table and description.
“We” (plural) is personal pronoun which is the most used by students and
the least is “you” (plural).
Keyword: pronoun, writing skill, and narrative text.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah Swt yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Saw yang dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia,
juga kepada segenap keluarga dan sahabat-Nya yang selalu menjaga kemurnian
sunnah-Nya. Skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti
Orang dalam Karangan Narasi Siswa Kelas XI.1 Semester Ganjil SMA
Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014” ini
disusun dan diajukan untuk melengkapi program studi jenjang S-1 Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lupa penulis
haturkan banyak terimakasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia;
3. Dra. Hindun, M.Pd., Dosen Pembimbing dan sekretaris jurusan, yang
dengan segala kebijaksanaannya telah meluangkan waktu untuk
membimbing, mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini, dan
selalu memberi motivasi serta dukungan kepada penulis sampai akhirnya
perkuliahan;
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang tak
hentinya memberikan asupan ilmu kepada penulis selama empat tahun
perkuliahan;
5. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis mencari
referensi;
iv
6. Seluruh staf SMA Muhammadiyah Sawangan, khususnya kepada Kepala
Sekolah, Drs. Noor Effendi, yang telah mengizinkan penulis melakukan
penelitian di sekolah tersebut, dan kepada guru Bahasa Indonesia, Lia
Fadillah, S.Pd. dan Tri Amalia, S.Pd. yang telah membantu dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian;
7. Bapak, Ibu, dan Kakak tersayang, serta keluarga tercinta yang dengan
kasih sayang, pengorbanan, kesabaran, dan doanya tidak pernah putus
untuk kesuksesan penulis;
8. Dodo Mulyawan, seseorang yang selalu ada di sisi penulis dalam suka dan
duka, memberikan nasihat, serta kasih sayang dan do’a yang tiada henti;
9. Kawan-kawan mahasiswa Jurusan PBSI kelas A angkatan 2009,
khususnya Ikawati, Rhani, dan Ulfi yang telah berjuang bersama-sama dan
saling menguatkan serta mengajari arti kebersamaan, kekeluargaan,
persaudaraan, dan persahabatan. Terimakasih telah memberikan pelajaran
kehidupan dan arti sebuah pertemanan.
Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, hanya doa yang tulus
yang dapat penulis panjatkan kepada Allah Swt, semoga Allah Swt memberikan
balasan yang melimpah. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
khususnya bagi pembaca.
Jakarta, 19 Agustus 2013
Ety Fitriyah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK ....................................................................................... .. i
ABSTRACT ....................................................................................... . .. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................... .. iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... ... v
DAFTAR TABEL ....................................................................... ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... ... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... ... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................... ... 5
C. Batasan Masalah ......................................................... ... 6
D. Rumusan Masalah ......................................................... ... 6
E. Tujuan Penelitian .......................................................... ... 6
F. Manfaat Penelitian ......................................................... ... 6
BAB II : LANDASAN TEORETIS
A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa .......... .......................... 8
B. Tujuan Analisis Kesalahan .......................................................... 9
C. Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan ............................... 9
D. Pengertian Kata Ganti ......................................................... ... 10
E. Macam-macam Kata Ganti ....................................................... ... 11
F. Pengertian Menulis ......................................................... ... 12
G. Karangan ................................................................................ ... 13
1. Pengertian Karangan ........................................................ ... 14
2. Jenis-jenis Karangan ........................................................ ... 14
3. Kerangka Karangan ......................................................... ... 16
4. Bagian Utama Karangan ............................................... ... 17
5. Tahapan Menyusun Karangan .......................................... ... 17
vi
H. Pengertian Narasi ................................................................... ... 18
1. Karakteristik Karangan Narasi ........................................... 19
2. Perbedaan Pokok Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ... 20
3. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi .................... ... 21
4. Contoh Karangan Narasi ...................................................... ... 22
I. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 22
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 26
B. Metode Penelitian ..................................................................... 26
C. Subjek Penelitian .................................................................... 26
D. Instrumen Penelitian .................................................................... 27
E. Teknik Penelitian .................................................................... 27
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah ............................................................................ 28
1. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Sawangan ........... ... 28
2. Keadaan Tenaga Pengajar ................................................... . ... 28
3. Keadaan Siswa ................................................................... .. ... 29
B. Deskripsi Data ............................................................................ 29
C. Tabel Analisis Karangan Narasi Siswa .................................... ... 30
D. Interpretasi Data ....................................................................... ... 70
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... ... 71
B. Saran .......................................................................................... ... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ . ... 72
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penerapan Kata Ganti Orang
Tabel 2 Data Siswa SMA Muhammadiyah Empat Tahun Terakhir.
Tabel 3 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Aidha
Radyana.
Tabel 4 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Anisa
Wahidah.
Tabel 5 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ardiansyah.
Tabel 6 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ariyani
Hidayati.
Tabel 7 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Averous
Karim Panji.
Tabel 8 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Awal
Prasetio.
Tabel 9 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Bagus
Prasetyo.
Tabel 10 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Belinda
Zahara Dewi.
Tabel 11 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Erhan Angga
Wira Sanjaya.
Tabel 12 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Eva Sahara.
Tabel 13 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ferdian Hadi
Cahya.
Tabel 14 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Fitri
Handayani.
Tabel 15 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Haidar Fahmi
Saddam.
Tabel 16 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ikrar Nusa
Bhakti.
viii
Tabel 17 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Kalisa Dara
Puspita.
Tabel 18 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi M. Dannis
Fiqih.
Tabel 19 Penggunaan Kata ganti Orang dalam Karangan Narasi Nur Hidayati.
Tabel 20 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Nurali
Samalo.
Tabel 21 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Buggy A.
Tabel 22 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Rio Ikhwan
Nur.
Tabel 23 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Serliana Eka
Putri.
Tabel 24 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Sisi Nada
Riski.
Tabel 25 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Tubagus
Renaldi.
Tabel 26 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Wiwi Lestari.
Tabel 27 Penggunaan Kata ganti Orang dalam Karangan Narasi Zanah Safitri.
Tabel 28 Rekapitulasi Temuan Hasil Penggunaan Kata Ganti Orang.
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan
Lampiran 4 Karangan Narasi Siswa
Lampiran 5 Data Guru dan Karyawan
Lampiran 6 Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional yang harus dikuasai oleh
bangsa Indonesia. Kedudukannya sebagai Bahasa Nasional merupakan sarana
pemersatu bangsa diatas berbagai perbedaan bahasa yang dimiliki oleh berbagai
suku di Indonesia. Namun, pada praktik pengajarannya, banyak ditemukan
berbagai kesalahan berbahasa, terutama dikalangan para pelajar. khususnya
kesalahan dalam penggunaan kata ganti orang.
Dalam kegiatan berbahasa, membaca dan menulis merupakan kemampuan
berbahasa yang penting di samping dua kemampuan bahasa yang lain yaitu
mendengar dan berbicara. Dari membaca dituntut kemampuan untuk dapat
memahami dengan baik apa yang ditulis oleh orang lain, sedangkan dari menulis
dituntut kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan kepada orang lain
apa yang dirasakan, dikehendaki, dan dipikirkan dengan bahasa tulisan. Untuk
berkomunikasi dengan baik, siswa dituntut mempunyai pengetahuan yang luas,
terutama dalam berkomunikasi secara tertulis yang dirasakan lebih sulit daripada
berkomunikasi secara lisan.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama menjalani
Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMP Islamiyah Sawangan Depok
(dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2013), ditemukan bahwa
keterampilan menulis sering menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang
mendapat respon yang baik dari siswa SMP Islamiyah Sawangan khususnya siswa
kelas VII.1, VII.2, dan VII.3. Mereka tampak mengalami kesulitan ketika harus
menulis. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk
memulai atau mengawali paragraf. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas
kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut
salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan oleh gurunya. Di dalam
kegiatan menulis ini, siswa sering melakukan kesalahan ketika menggunakan kata
ganti orang khususnya penggunaan kata ganti orang pertama dan ketiga.
2
Kesalahan tersebut terjadi karena minimnya pengetahuan mengenai kata ganti
orang yang benar, dalam menulis karangan kata ganti orang pertama jamak kerap
mengalami kesalahan penggunaan, siswa tidak bisa membedakan makna antara
kata „kami‟ dan „kita‟, misalnya pada kalimat “Kita akan berangkat pukul enam
pagi”. Kata „kita‟ pada kalimat tersebut seharusnya menggunakan kata „kami‟,
karena dalam kalimat tersebut kata „kita‟ bersifat inklusif; artinya, pronomina itu
mencakupi tidak saja pembicara/penulis, tetapi juga pendengar/pembaca, dan
mungkin pula pihak lain. Sebaliknya, kata „kami‟ bersifat ekslusif; artinya
promomina itu mencakupi pembicara/penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi
tidak mencakupi orang lain di pihak pendengar/pembacanya. Selain kata ganti
orang pertama jamak, kesalahan penggunaan pada kata ganti orang ketiga tunggal
ini biasanya terjadi pada kata -nya, misalnya pada kalimat, “Atas perhatiannya,
diucapkan terimakasih”, seharusnya kalimat tersebut menjadi “Atas perhatian
Saudara, kami ucapkan terimakasih” atau “Atas perhatian Bapak, kami ucapkan
terimakasih”.
Keterampilan menulis hanya diajarkan pada saat pembelajaran menulis di
kelas, padahal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan atau
diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran keterampilan yang lainnya di
kelas. Pengintegrasian ini dapat bersifat internal maupun eksternal.
Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dengan
pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Menulis dapat pula
diintergrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran
bahasa Indonesia. Komunikasi secara tertulis bisa didapatkan dari banyak hal,
misalnya dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, lingkungan, peristiwa
alam, bahkan dari khayalan pun dapat dijadikan komunikasi secara tertulis.
Komunikasi secara tertulis dapat berupa menjadi sebuah karangan, puisi, cerpen,
novel, dan lain sebagainya.
Keterampilan menulis hanya bisa diperoleh melalui proses latihan yang
ketat dengan penguasaan konsep-konsep tertentu dan dipraktikan secara teratur.
Oleh karena itu tidak semua orang dapat menulis dengan baik dan banar. Sebagian
orang ada yang menyamakan antara menulis dan mengarang. Menulis merupakan
3
suatu kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan, sedangkan mengarang
merupakan kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan yang dapat diekspresikan
ke dalam bentuk sebuah karangan. Jadi, menulis dan mengarang itu berbeda tetapi
saling berkaitan. Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang
diterima dari proses menyimak dan membaca. Jadi, semakin banyak seseorang
menyimak atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk
diekspresikan secara tertulis. Dengan penguasaan keterampilan menulis,
diharapkan seseorang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang
dimiliki setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik
fiksi maupun nonfiksi.
Karangan dapat dibedakan berdasarkan bobot isi dan jenis isi. Karangan
berdasarkan bobot isinya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu karangan ilmiah,
semiilmiah, dan nonilmiah. Karangan ilmiah terdiri dari makalah, skripsi, tesis,
disertasi, dan lain sebagainya yang memiliki aturan baku dan persyaratan khusus
baik dalam sistematika penulisannya maupun penggunaan bahasanya. Karangan
semiilmiah terdiri dari artikel, laporan, berita, opini, dan lain sebagainya.
Sedangkan karangan nonilmiah terdiri dari cerpen, novel, puisi, dan lain
sebagainya yang memiliki aturan yang sebaliknya dari karangan ilmiah. Ketika
seseorang membuat sebuah karangan, kerangka karangan sangat diperlukan guna
mempermudah membuat karangan. Dengan adanya kerangka karangan, penulis
akan dapat menulis karangannya sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan
yang sudah ditentukan berdasarkan topik atau tema. Selain itu karangan pun akan
terlihat lebih rapih, terarah, dan sistematis. Karangan berdasarkan cara
penyajiannya dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu karangan deskripsi,
karangan narasi, karangan eksposisi, karangan argumentasi, dan karangan
persuasi.
Tulisan narasi berupaya semaksimal mungkin agar pembaca seolah-olah
mengalami kejadian yang diceritakan oleh pengarang. Menceritakan adalah kata
kunci dari pengertian tulisan narasi. Dengan kata kunci tersebut dapat dipahami
bahwa fungsi sosial dari tulisan narasi adalah penulis atau pengarang
menceritakan peristiwa atau suatu kejadian kepada para pembaca.
4
Karangan narasi merupakan jenis karangan yang bersifat menceritakan
suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar para pembacanya seolah-olah
mengalami kejadian yang telah diceritakan tersebut. Dalam menulis sebuah
karangan penggunaan kata ganti sangat diperlukan. Sebagian besar kata ganti
orang (pronomina persona) dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari dua
wujud. Hal ini disebabkan oleh budaya bangsa Indonesia yang sangat
memperhatikan hubungan sosial antarmanusia. Tatakrama dalam kehidupan
bermasyarakat menuntut adanya urutan yang serasi dan sesuai dengan martabat
masing-masing. Pada umumnya ada tiga parameter yang dipakai sebagai ukuran:
(1) umur, (2) status sosial, dan (3) keakraban.
Secara budaya orang yang lebih muda diharapkan menunjukkan rasa
hormat kepada orang yang lebih tua. Sebaliknya, orang yang lebih tua diharapkan
pula menunjukkan rasa tenggang rasa terhadap yang muda. Unsur timbal balik
seperti itu tercermin dalam pemakaian kata ganti (pronomina) dalam bahasa kita.
Pronomina saya, misalnya, lebih umum dipakai daripada aku oleh orang muda
terhadap orang tua. Untuk menunjukkan rasa hormat, pronomina beliau dipakai
alih-alih dia. Sebaliknya, orang tua mungkin akan merasa senang memakai sapaan
seperti adik daripada kamu bila menyapa orang muda yang tidak begitu
dikenalnya atau yang bukan bawahannya.
Status sosial, baik kedudukan dalam masyarakat maupun badan resmi di
suatu instansi ikut pula mempengaruhi pemakaian kata ganti (pronomina).
Seorang kepala kantor dapat memakai pronomina kamu, misalnya, apabila ia
berbicara dengan pengawainya, apabila jika umurnya lebih muda. Sebaliknya, ia
akan memakai kata Saudara atau Bapak jika yang diajak berbicara itu adalah
tamu yang sebaya, baik dalam segi umur atau kedudukan.
Parameter ketiga, yakni keakraban, dapat menyilang garis pemisah umur
dan status sosial meskipun kadang-kadang hanya dalam situasi-situasi tertentu.
Dua orang yang sejak kecil telah bersahabat dapat saja tetap memakai pronomina
kamu meskipun yang satu telah menjadi menteri, misalnya, sedangkan yang lain
hanyalah guru di sekolah dasar. Dalam pertemuan resmi, guru sekolah dasar itu
akan menyapa menteri itu dengan sapaan Bapak: Pendapat Bapak dalam soal ini
5
bagaimana? Sebaliknya, pada resepsi pengantin, dapat saja guru itu berkata Kamu
tinggal di rumah pribadi atau rumah dinas? Hal seperti itu sering ditentukan oleh
pribadi dan kepribadian masing-masing. Demikian pula seorang kepala kantor
yang menikah dengan seorang wanita yang menjadi bawahannya tidak akan
merasa pantas menyapa ayah mertuanya dengan kamu. Akan lebih layak baginya
untuk memakai kata sapaan Bapak. Demikian pula ayah mertua yang sudah tua itu
akan menyapa menantunya dengan sapaan Bapak waktu mereka berada di kantor.
Dengan gambaran di atas, pemakaian kata ganti (pronomina) sangatlah
penting karena pemakaian yang salah dapat menimbulkan hal yang mengganggu
keserasian pergaulan. Oleh karena itu, mengingat begitu pentingnya penggunaan
kata ganti (pronomina) dalam mendukung gagasan atau ide yang ingin
diungkapkan untuk menulis sebuah karangan, maka penulis ingin mengkaji lebih
dalam lagi penggunaan kata ganti (pronomina) yang dipakai siswa sudah tepat
atau belum dalam penulisannya maupun penerapannya. Untuk itu penulis
mengambil judul “ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA GANTI
ORANG DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI.1 SEMESTER
GANJIL SMA MUHAMMADIYAH SAWANGAN DEPOK JAWA BARAT
TAHUN PELAJARAN 2013/2014”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dilakukan identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai dibandingkan
keterampilan yang lainnya, dan pada umumnya siswa kurang terampil dalam
menulis.
2. Kurangnya pemahaman siswa terhadap penggunaan kata ganti orang.
3. Banyak siswa yang tidak bisa membuat karangan sesuai kerangka karangan
yang baik.
4. Guru kurang terampil dalam menyampaikan pembelajaran, terutama
pembelajaran menulis.
6
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memfokuskan penelitian terhadap
objek yang akan diteliti, penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada
penggunaan kata ganti orang dalam menulis karangan narasi siswa SMA
Muhammadiyah Sawangan Depok kelas XI.1 semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merumuskan pokok
permasalahan dalam skripsi ini, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana
penggunaan kata ganti orang dalam karangan narasi siswa kelas XI.1 semester
ganjil SMA Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat tahun pelajaran
2013/2014?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penerapan kata ganti orang dalam karangan narasi siswa kelas
XI.1 semester ganjil SMA Muhammadiyah Sawangan tahun pelajaran 2013/2014.
F. Manfaat Penelitian
Untuk menguji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti,
suatu penelitian harus memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Oleh
karena itu manfaat yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan di bidang
bahasa khususnya penggunaan kata ganti orang dalam karangan narasi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
a. Bagi guru untuk mengembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan
tentang penggunaan kata ganti;
b. Bagi peneliti sebagai wahana untuk memperdalam penggunaan kata
ganti terutama dalam pengembangan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi;
7
c. Bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk
penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan kata ganti dalam sebuah
karangan.
d. Bagi siswa agar dapat mengarang dengan baik dan dapat menggunakan
kata ganti dengan tepat.
8
BAB II
LANDASAN TEORETIS
Kesulitan dalam masalah kebahasaan itu salah satunya yaitu berkenaan
dengan masalah penggunaan kata ganti. Penyusunan paragraf menjadi sebuah
karangan perlu didukung oleh penggunaan kata ganti yang tepat. Penggunaan kata
ganti yang kurang tepat, dapat memberi arti yang berbeda dengan apa yang
dimaksudkan. Kata ganti (pronomina) itu sendiri adalah “kata yang menggantikan
nomina atau frase nominal.”1
A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Menurut Tarigan dan Tarigan (1988) dalam Bambang Yulianto dan Maria
Mintowati analisis kesalahan berbahasa merupakan kajian terhadap segala aspek
kesalahan dalam pembelajaran bahasa, baik kesalahan akibat interferensi maupun
akibat penyamarataan (overgeneralisasi). Dari definisi ini, yang menjadi fokus
adalah segala kesalahan yang dibuat oleh siswa yang sedang belajar B1/B2
dengan segala penyebabnya.2 Selanjutnya pendapat lain mengungkapkan bahwa
analisis kesalahan berbahasa (AKB) adalah suatu prosedur yang digunakan oleh
para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar,
pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut,
pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasian berdasarkan sebab-
sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengeveluasian keseriusannya.3
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan
berbahasa merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan
yang meliputi kata, kalimat, dan paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah
bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang
dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan dalam buku Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD), dengan kata lain kesalahan berbahasa
1 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat. (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2009), hlm. 200, cet. Ke-2 2 Bambang Yulianto dan Maria Mintowati, Analisis Kesalahan Berbahasa. (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009), hlm. 2.5 3 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
(Bandung: Angkasa, 1988), hlm. 139, cet. Ke-1
9
merupakan pemakaian bentuk-bentuk ucapan yang tidak sesuai atau menyimpang
dari kaidah bahasa baku, penyimpangan-penyimpangan berbahasa yang dilakukan
oleh seseorang secara sistematis dan konsisten.
B. Tujuan Analisis Kesalahan
Menganalisis kesalahan yang dibuat oleh para siswa jelas memberikan
manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan-
balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan
materi dan strategi pengajaran si kelas. Analisis kesalahan bertujuan untuk:
1. “menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas
dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar.
2. menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan
berbagai butir bahan yang diajarkan.
3. merencanakan latihan dan pengajaran remedial.
4. memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.”4
Sebelum kebangkitan kembali minat terhadap Anakes dapat dikatakan
bahwa tujuan Anakes bersifat aplikatif, yakni memperbaiki dan mengurangi
kesalahan berbahasa para siswa. Tujuan tersebut ternyata mengabaikan hal yang
penting, yakni penyusunan atau pengembangan teori penjelasan mengenai
performansi siswa. Padahal, tujuan Anakes tidak hanya bersifat aplikatif tetapi
juga bersifat teoretis. Para pakar sependapat bahwa tujuan Anakes yang bersifat
aplikatif kurang memadai. Tujuan ini memang cocok dengan konsep yang
memandang pengajaran bahasa dari sudut-pandang guru. Kini pengajaran bahasa
harus pula dilihat dari sudut-pandang siswa. Dengan perkataan lain, orientasi
tujuan Anakes menghasilkan rumusan bahwa tujuan Anakes haruslah meliputi:
tujuan yang bersifat teoretis dan tujuan yang bersifat aplikatif. Singkatnya, tujuan
Anakes bersifat “teoretis-aplikatif”.5
C. Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata “kesalahan” dan
“kekeliruan” sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang mempunyai makna
4 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
(Bandung: Angkasa, 1988), hlm. 69, cet. Ke-1 5Ibid, hlm. 77, cet. Ke-1
10
yang kurang-lebih sama. Istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam
pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa.
Kekeliruan pada umunya disebabkan oleh faktor performansi.
Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan
dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan
sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran
linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang
bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya siswa memang
belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan
biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis, kesalahan itu dapat
berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh
guru, misalnya melalui pengajaran remedial, latihan, praktik, dan sebagainya.
Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman
siswa akan sistem bahasa yang dipelajarinya.6
D. Pengertian Kata Ganti
Kata ganti adalah “kata benda yang menyatakan orang sering kali diganti
kedudukannya di dalam pertuturan dengan sejenis kata yang lazim.”7 Definisi lain
mengungkapkan kata ganti (pronomina) adalah “kata yang dipakai untuk mengacu
ke nomina lain, berfungsi untuk mengantikan nomina.”8 Selanjutnya pengertian
kata ganti menurut Djoko Kentjono adalah “kata yang dipakai untuk mengganti
atau mengacu kepada kata lain. Kata ganti dapat menggantikan kata benda dan
menduduki fungsi kata benda tersebut, misalnya fungsi subjek atau fungsi
objek.”9
Sedangkan menurut Hasan Alwi jika ditinjau dari segi artinya, “pronomina
adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Sedangkan jika
6 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
(Bandung: Angkasa, 1988), hlm. 75-76, cet. Ke-1 7 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm. 91, cet. Ke-1 8 Widjono, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi Edisi Revisi. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 135, cet. Ke-3 9 Djoko Kentjono, dkk., Tata Bahasa Acuan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing.
(Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010), hlm. 176, cet. Ke-2
11
dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi
yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek dan objek.”10
Sumber lain
mengungkapkan “pronouns are words that stand for or take the place of nouns.”11
Maksud dari pengertian tersebut adalah “kata ganti adalah kata yang berdiri untuk
menggantikan kata benda.”
Dari semua pernyataan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa kata ganti adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina
(kata benda) atau kata lain yang dibendakan (dianggap benda).
E. Macam-macam Kata Ganti
Pengelompokkan kata ganti yang lazim dikenal juga dengan pronomina
dibedakan menjadi bermacam-macam jenis. Menurut Ida Bagus Putrayasa
“subkategorisasi terhadap kata ganti (pronomina) didasarkan atas dua hal, yaitu:
(a) Dilihat dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada atau tidaknya anteseden
dalam wacana. Berdasarkan hal tersebut pronomina dibagi menjadi: (1)
Pronomina intratekstual yang menggantikan nomina yang terdapat dalam
wacana. Jika anteseden terdapat sebelum pronomina, pronomina tersebut
dikatakan bersifat anaforis. Akan tetapi, jika anteseden muncul sesudah
pronomina, pronomina tersebut dikatakan bersifat kataforis. (2) Pronomina
eksratekstual yang menggantikan nomina yang terdapat di luar wacana.
Pronomina tersebut bersifat deiksis.
(b) Dilihat dari jelas atau tidaknya referennya, pronomina terdiri atas: (1)
Pronomina takrif (menggantikan nomina yang referennya jelas), (2)
Pronomina tak takrif (yang tidak menunjukkan orang atau benda tertentu)."12
Menurut Widjono ada tiga macam pronomina13
, yaitu:
1. Pronomina persona adalah pronomina yang mangacu kepada orang. Persona
pertama tunggal saya, aku, daku, -ku, dan persona jamak kami; persona kedua
10
Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Balai Pustaka, 2000), hlm. 249, cet. Ke-3 11
Charles W. Bridges and Ronald F. Lunsford, Writing: Discovering Form and Meaning,
(California: Wadsworth Publishing Company Belmont, 1984), hlm. 390, cet. Ke-10 12
Ida Bagus Putrayasa, Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional).
(Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 51-53, cet. Ke-2 13
Op cit, hlm. 135, cet. Ke-3
12
tunggal engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, -mu dan persona jamak kalian,
kamu sekalian, Anda sekalian; persona ketiga tunggal ia, dia, beliau, -nya.
2. Pronomina penunjuk: (a) pronomina penunjuk umum ialah, ini, itu, dan anu;
pronomina penunjuk tempat sini, situ, sana;
3. Pronomina penanya adalah pronomina yang digunakan sebagai pemarkah
(penanda) pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga jenis, yaitu: (a) orang siapa,
(b) barang apa menghasilkan turunan mengapa, kenapa, dengan apa; dan (c)
pilihan mana menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana,
bagaimana, dan bilamana.
F. Pengertian Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
paling tinggi tingkatannya. Menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan
suatu cacatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.
Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena
atau pensil.
Menulis menurut Nurhadi adalah “suatu proses penuangan ide atau
gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol
bahasa (huruf).”14
Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1)
membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan
sebagainya), (2) melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat
surat) dengan tulisan.15
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif.16
Menurut M. Atar Semi “menulis merupakan suatu proses kreatif.
Artinya, menulis itu merupakan sebuah keterampilan yang dilakukan melalui
tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat
14
Nurhadi, Tata Bahasa Pendidikan Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa.
(Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), hlm. 343 15
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm 1219, cet. Ke-4 16
Siti Sahara, dkk., Keterampilan Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK UIN Jakarta,
2008), hlm. 1
13
sehingga semuanya berjalan dengan efektif.”17
Selanjutnya pendapat lain
mengungkapkan bahwa menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian
pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur
penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media
tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.18
Sumber lain mengungkapkan “writing is the stage in which the writer
produces a rough draft of the paper.”19
Maksud dari pengertian tersebut adalah
“menulis adalah langkah awal di mana penulis membuat draf (rancangan atau
konsep) di atas kertas.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagai suatu keterampilan berbahasa,
menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat
menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam
formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya. Di balik
kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat bagi pengembangan mental,
intelektual, dan sosial seseorang.
G. Karangan
Mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan
gagasan dengan bahasa tulis. Dilihat dari keluasan dan keterinciannya, gagasan
dalam karangan memiliki janjang (hierarki) dan secara berjenjang pula gagasan
itu dapat diungkapkan dalam dan dengan berbagai unsur bahasa.20
Adapun
karang-mengarang menurut Wahyu Wibowo adalah “suatu penyampaian pikiran
secara resmi atau teratur dalam tulisan. Karena disampaikan secara resmi atau
teratur, berarti karang-mengarang memiliki mekanisme yang mau tak mau, mesti
kita pahami secara sungguh-sungguh.”21
17
M. Atar Semi, Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. (Bandung: Angkasa, 1995), hlm.
45, cet. Ke-1 18
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2006), hlm. 1.29, cet. Ke-11 19
Op cit, hlm. 7, cet. Ke-10 20
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2006), hlm. 3.1, cet. Ke-11 21
Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam
Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2003), hlm. 56, cet. Ke-2
14
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah
pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan mengulas
topik guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Selain itu mengarang juga
dapat diartikan sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan penyampaian melalui bahasa tertulis kepada
pembaca.
1. Pengertian Karangan
Berdasarkan makna katanya, karangan berarti rangkaian, susunan, atau
komposisi. Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan
dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi.22
Sumber lain mengatakan bahwa karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan
secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan
yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari
alinea.23
Karangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “hasil
mengarang; cerita, buah pena; ciptaan; gubahan (lagu, musik, nyanyian); cerita
mengada-ada (yang dibuat-buat); hasil rangkaian (susunan).”24
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah
hasil pemikiran dan ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan ke dalam
bentuk tulisan secara teratur dan sistematis.
2. Jenis-jenis Karangan
Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana, yaitu
deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Kenyataannya, masing-
masing bentuk itu tidak selalu dapat berdiri sendiri. Misalnya, dalam sebuah
karangan narasi mungkin saja terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi. Dalam
karangan eksposisi bisa saja terkandung bentuk deskripsi dan narasi.”25
22
Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), hlm. 228 23
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa.
(Jakarta: Diksi, 2010), hlm. 234, cet. Ke-18 24
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm 506, cet. Ke-4 25
Op cit, cet. Ke-11
15
1. Deskripsi (Pemerian)
Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan
sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan
penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya
imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami,
dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.
2. Narasi (Penceritaan atau Pengisahan)
Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu
peristiwa. Sasarannya dalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada
pembaca mengenai frase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal.
Bentuk karangan ini dapat kita temukan misalnya pada karya prosa atau drama,
biografi atau autobiografi, laporan peristiwa, serta resep atau cara membuat dan
melakukan sesuatu hal. Ciri-ciri atau karakteristik karangan narasi biasanya
menyajikan serangkaian berita atau peristiwa yang disajikan dalam urutan waktu
serta kejadian yang menunjukkan peristiwa dari awal sampai akhir, menampilkan
pelaku peristiwa atau kejadian latar (setting) digambarkan secara hidup dan
terperinci.
3. Eksposisi (Paparan)
Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan,
menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau
menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah
menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan,
dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar
memperjelas apa yang akan disampaikannya.
4. Argumentasi (Pembahasan atau Pembuktian)
Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menyakinkan
pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena
tujuannya menyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis akan
menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat
keobjektifan dan kebenaran yang disampaikannya sehingga dapat menghapus
konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis.
16
5. Persuasi
Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.
Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan
untuk mencapai suatu kebenaran, persuasi lebih menggunakan pendekatan
emosional. Seperti argumentasi, persuasi juga menggunakan bukti atau fakta.
Hanya saja, dalam persuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadang-
kadang dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada diri pembaca bahwa
apa yang disampaikan si penulis itu benar.
3. Kerangka Karangan
“Kegunaan kerangka karangan bagi penulis yakni:
a. Kerangka karangan dapat membantu penulis menyusun karangan secara
teratur, dan tidak membahas satu gagasan dua kali, serta dapat mencegah
penulis keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik atau judul;
b. Sebuah kerangka karangan memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan
serta memberi kemungkinan bagi perluasan bagian-bagian tersebut. Hal ini
akan membantu penulis menciptakan suasana yang berbeda-beda, sesuai
dengan variasi yang diinginkan;
c. Sebuah kerangka karangan akan memperlihatkan kepada penulis bahan-
bahan atau materi yang diperlukan dalam pembahasan yang akan
ditulisnya nanti.”26
Karangka karangan adalah kerangka tulis yang menggambarkan bagian-
bagian atau butir-butir isi karangan dalam tataan yang sistematis.27
Sumber lain
mengatakan bahwa kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap.28
Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang mengandung
ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu. Kerangka karangan juga akan
manjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah
26
Sabarti Akhadiah, dkk., Pembinaan Kemampuan Menulis Bahsa Indonesia. (Jakarta:
Erlangga, 2003), hlm. 25-26, cet. Ke-13 27
Op cit, hlm. 3.8, cet. Ke-11 28
Op cit, cet. Ke-10
17
bagi pembacanya. Selain itu, kerangka karangan dapat menghindarkan
kemungkinan kesalahan-kesalahan terutama dalam mengembangkannya.
4. Bagian Utama Karangan
Karangan yang tersusun lengkap biasanya memenuhi tiga bagian utama.
Ketiga bagian itu adalah: pendahuluan, isi (tubuh) karangan, dan penutup.
a. “Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan mengetengahkan hal-hal yang menarik
perhatian pembaca tentang masalah yang dibahas dan alasan
pembahasan. Karena itu, pendahuluan memuat hal-hal sebagai
berikut:
1) Latar belakang atau alasan pemilihan pokok masalah;
2) Aspek-aspek penting dari pokok masalah yang akan dibahas dan
perumusannya;
3) Metode pembahasan;
4) Sistematika penyusunan, dan
5) Tujuan serta hasil yang diharapkan.
b. Isi (tubuh) Karangan
Isi (tubuh) karangan berisi rincian atau pengembangan apa yang
dinyatakan pada bagian pendahuluan. Pada bagian inilah segala
persoalan dibahas secara sistematika dan menyeluruh.
c. Bagian Penutup
Bagian penutup diwujudkan dalam satu bab, yaitu kesimpulan dan
saran. Kesimpulan merupakan jawaban terhadap masalah yang
dirumuskan dalam pendahuluan. Saran adalah buah pikiran penulis
yang berkaitan dengan pemecahan masalah, usaha perbaikan, dan
lain-lain yang biasanya muncul sebagai akibat pembuatan
kesimpulan.”29
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pada bagian pendahuluan
terdapat alasan pengarang memilih pokok masalah yang akan dibahas. Pada
bagian isi pengarang mengembangkan pokok masalah secara lebih rinci dan
sistematis. Sedangkan pada bagian penutup pengarang menyimpulkan pokok
masalah yang telah dibahas pada bagian pendahuluan dan isi, serta memberi saran
kepada pembaca.
5. Tahapan Menyusun Karangan
Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan
melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan
29
Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), hlm. 232-
233
18
(pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau
penyempurnaan tulisan).30
a. Prapenulisan (persiapan)
Tahap prapenulisan (persiapan) adalah tahap sebelum melakukan kegiatan
menulis. Pada tahap ini seseorang harus membuat persiapan-persiapan yang nanti
akan digunakan untuk menyusun karangan. Dengan kata lain, pada tahapan ini
penulis harus merencanakan karangan terlebih dahulu sebelum gagasan
dituangkan dalam bentuk tulisan. Setidak-tidaknya ada dua hal yang harus
dilakukan dalam tahapan awal ini, yaitu menentukan topik dan mencari bahan;
b. Penulisan (pengembangan isi karangan)
Tahap penulisan adalah pengembangan gagasan yang telah direncanakan
sebelumnya. Pada tahapan ini seseorang akan menuangkan segala gagasan dan ide
ke dalam bentuk tulisan. Dalam tahapan ini sebaiknya seseorang membuat
kerangka karangan terlebih dahulu. Setelah itu baru kerangka tersebut
dikembangkan dalam bentuk karangan yang lebih terperinci;
c. Pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan)
Tahap pascapenulisan (revisi) adalah tahapan dimana seseorang mengkaji
atau meneliti ulang karangan yang sudah diselesaikan, barang kali ada kesalahan
atau kekurangan. Langkah ini perlu dilakukan demi kesempurnaan karangan agar
tidak ada lagi kesalahan atau kekurangan dalam penulisan. Sebaiknya tahapan ini
dilakukan lebih dari dua kali.
H. Pengertian Narasi
Menurut Jos. Daniel Parera narasi merupakan satu bentuk pengembangan
karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan
perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis
suatu peristiwa, kejadian, dan masalah. Pengarang bertindak sebagai seorang
sejarawan atau tukang cerita. Akan tetapi ia mempunyai maksud dan tujuan
tertentu. Ia tetap ingin meyakinkan para pembaca atau pendengar dengan jalan
menceritakan apa yang ia lihat dan ia ketahui.31
30
Op cit, hlm. 1.14, cet. Ke-11 31
Jos. Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik. (Jakarta: Erlangga, 1987), hlm. 5
19
Pendapat lain mengungkapkan “Narasi merupakan suatu bentuk wacana
yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak
seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu,
unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau
tindakan.”32
Menurut Mahsusi pengertian narasi adalah bentuk karangan yang
menceritakan, mengisahkan, atau menyejarahkan. Bentuk ini mementingkan
urutan kejadian (kronologis) dan tokoh, baik manusia ataupun binatang.33
Pendapat lain mengatakan narasi atau kisahan adalah “jenis wacana yang
sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman dan pengamatan maupun
berdasarkan rekaan pengarang.”34
Selanjutnya definisi lain mengungkapkan
“Narasi ialah tulisan yang tujuannya menceritakan kronoligis peristiwa kehidupan
manusia.”35
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi dapat dibatasi
sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang
dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu
kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu
bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
1. Karakteristik Karangan Narasi36
Istilah narasi atau sering juga disebut naratif berasal dari kata bahasa
Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang
disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha
menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis),
dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga
pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Dengan kata lain, karangan
32
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010), hlm.135-136, cet. Ke-18 33
Op Cit, hlm. 230 34
Gunawan, dkk., Belajar Mengarang: Dari Narasi Hingga Argumentasi untuk SMU dan
Umum. (Jakarta: Erlangga, 1997), hlm. 26, cet. Ke-1 35
Op cit, hlm. 60, cet. Ke-1 36
Op cit, hlm. 4.31-4.32, cet. Ke-11
20
semacam ini hendak memenuhi keingintahuan pembaca yang selalu bertanya,
“Apa yang terjadi?”.
Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu (1) hendak
memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan
(2) hendak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Tujuan pertama
menghasilkan jenis narasi yang lazim disebut narasi informasional atau narasi
ekspositoris; sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan
para pembaca sesudah membaca karangan tersebut, sedangkan tujuan hendak
memberikan pengalaman estetis menghasilkan jenis narasi yang lazim disebut
narasi artistik atau narasi sugestif; sasaran utamanya bukan memperluas
pengetahuan seseorang tetapi berusaha memberikan makna atas peristiwa atau
kejadian sebagai suatu pengalaman.
“Narasi sugesti merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan
sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Melalui
narasi sugestif kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan
makna yang tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong ke
bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.
Narasi sugestif berupa wacana fiktif seperti dongeng, cerpen, novel, dan
roman.
Narasi ekspositoris, berbeda dengan narasi sugestif yang menyajikan
karangan dengan bahasa konotasi dan menimbulkan daya imajinasi,
ekspositoris adalah bentuk karangan yang sebaliknya dari karangan narasi
sugestif. Narasi ekspositoris bersifat nonfiktif yang disajikan dengan bahasa
denotatif dan tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan
menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional”.37
2. Perbedaan Pokok Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif38
Supaya perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif lebih jelas,
maka di bawah ini akan dikemukakan sekali lagi secara singkat perbedaan antara
kedua macam narasi tersebut. Perbedaan yang terpenting adalah:
37
Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2010), hlm. 222-227, cet. Ke-8 38
Op cit, hlm. 138-139, cet. Ke-18
21
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau
suatu amanat yang tersirat.
Menyampaikan informasi
mengenai suatu kejadian.
Menimbulkan daya khayal
Didasarkan pada penalaran untuk
mencapai kesepakatan rasional.
Penalaran hanya berfungsi sebagai
alat untuk menyampaikan makna,
sehingga kalau perlu penalaran dapat
dilanggar.
Bahasanya lebih condong ke
bahasa informatif dengan titik
berat pada penggunaan kata-kata
denotatif
Bahasanya lebih condong ke bahasa
figuratif dengan menitik-beratkan
penggunaan kata-kata konotatif.
3. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi
Untuk memandu Anda dalam menulis karangan narasi, berikut ini
disajikan langkah-langkah praktis mengembangkan karangan narasi:
1. “Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan: Anda mau
menulis tentang apa? Pesan apakah yang hendak disampaikan kepada
pembaca?
2. Tetapkan sasaran pembaca kita. Siapa yang akan membaca karangan kita,
orang dewasa, remaja, ataukah anak-anak?
3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk
skema alur: kejadian-kejadian apa saja yang akan dimunculkan? Apakah
kajadian-kejadian yang disajikan itu penting? Adakah kejadian penting
yang belum ditampilkan?
4. Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir
cerita: peristiwa-peristiwa apa saja yang cocok untuk setiap bagian cerita?
Apakah peristiwa-peristiwa itu telah tersusun secara logis dan wajar?
22
5. Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita: kejadian-kejadian penting dan menarik apa saja yang
berkaitan dan mendukung peristiwa utama?
6. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang”.39
4. Contoh Karangan Narasi
Pergi ke Taman Impian Jaya Ancol
Keluarga kami berencana pergi ke Taman Impian Jaya Ancol. Kami
bersepakat bahwa yang akan pergi adalah ayah, ibu, saya, dan adik. Untuk itu,
dipilihlah hari Minggu sebagai waktu yang tepat.
Setelah mempersiapkan bekal yang cukup, kami pun berangkat. Waktu itu
hari masih pagi. Dari rumah, kami naik kendaraan umum.
Turun dari kendaraan umum kami berjalan kaki hingga pintu gerbang.
Saya lihat ayah membeli karcis kepada penjaga pintu gerbang, kami
diperbolehkan masuk ke dalam.
Banyak sekali yang dapat saya lihat setelah saya berada dalam kawasan
Taman Impian Jaya Ancol. Pertama kali saya mengunjungi Pasar Seni. Ketika
berjalan menuju Pasar Seni, saya sempat melihat sepasang ondel-ondel yang
sedang diarak. Ketika berada di Gelanggang Samudera, saya juga melihat atraksi
ikan lumba-lumba yang sangat menarik.
Setelah pertunjukan di Gelanggang Samudera selesai, saya sekeluarga
pulang ke rumah. Sungguh, ada rasa gembira dihati. Saya merasa telah
mendapatkan banyak pengalaman baru. Itulah pengalaman yang tidak akan
terlupakan hingga sekarang.
I. Hasil Penelitian yang Relevan
Skripsi yang penulis teliti mempunyai kemiripan dengan skripsi yang
ditulis oleh Liana Conchita Zaubin, Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun
1994 yang berjudul “Analisa Penggunaan Kata Ganti Orang Pertama dan Kata
Ganti Orang Kedua pada Buku Cerita Bergambar Bahasa Jepang” dalam
penelitian tersebut Liana Conchita Zaubin melakukan penelitian mengenai
penggunaan Kata Ganti Orang dilakukan dengan menggunakan data yang
39
Op cit, hlm. 4.50-4.51, cet. Ke-11
23
diperoleh dari buku cerita bergambar sejumlah 10 jilid berisi 30 cerita dilakukan
pada bulan September 1993 sampai dengan Desember 1993. Tujuannya untuk
mengetahui ragam bahasa, tingkat kesopanan penggunaan, jangkauan usia
pemakai dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penggunaan kata ganti
orang pertama dan kata ganti orang kedua.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Liana Conchita Zaubin ini bukan
merupakan gambaran menyeluruh yang mencakup semua karakteristik KGO I dan
KGO II. Akan tetapi, dari penelitian yang dilakukan telah dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut: 1) Kata ganti yang merupakan ragam bahasa pria
adalah washi, boku, ore, oira, kisama, teme. Kata ganti yang merupakan ragam
bahasa wanita adalah watai, atashi, atai. Kata ganti yang merupakan kata ganti
netral yang dapat digunakan oleh pria dan wanita adalah watakushi, watashi,
ware, waga, anatasama, anata, anta, kiwi, omae, onore walaupun kadangkala
terdapat kecenderungan pemakaian oleh satu pihak saja. Untuk bentuk jamak,
akhiran –tachi cenderung digunakan oleh wanita dan akhiran -ra cenderung
digunakan oleh pria. 2) Bentuk jamak KGO I tidak dibatasi oleh jenis kelamin
yang berbeda dan masuk tidaknya lawan bicara dalam ruang lingkup pembicaraan
sedangkan bentuk jamak KGO II tidak dibatasi oleh jenis kelamin acuan yang
berbeda dengan pembicara walaupun kata ganti tersebut merupakan ragam bahasa
pria atau wanita. Bentuk jamak biasa ditunjukkan dengan akhiran -tachi atau -ra.
Bentuk hormat menggunakan akhiran -gata dan bentuk merendahkan diri
menggunakan akhiran -domo. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembicara
dalam menentukan penggunaan KGO I dan KGO II adalah usia, jenis kelamin,
kedudukan diri sendiri dan lawan bicara serta suasana hati.
Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, penulis
berusaha meneliti dengan objek penelitian berupa karangan narasi siswa kelas
XI.1 semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan Liana Conchita
Zaubin melakukan penelitian dengan menggunakan data yang diperoleh dari buku
cerita bergambar sejumlah 10 jilid berisi 30 cerita dilakukan pada bulan
September 1993 sampai dengan Desember 1993. Kemudian, tujuan penelitian
yang ditulis oleh Liana Conchita Zaubin yaitu untuk mengetahui ragam bahasa,
24
tingkat kesopanan penggunaan, jangkauan usia pemakai dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan penggunaan kata ganti orang pertama dan kata ganti
orang kedua. Sedangkan penulis sendiri lebih menekankan penerapan kata ganti
orang yang dipakai siswa dalam membuat karangan narasi.
Skripsi selanjutnya ditulis oleh Siti Nurjannah, Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni Institut Kaguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta tahun 1996 yang
berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti Orang (Dhamir) dalam
Kemampuan Mengarang Terpimpin Siswa SMU Negeri 83 Jakarta Utara” dalam
penelitian tersebut Siti Nurjannah bertujuan untuk memperoleh data empiris
mengenai jenis, faktor penyebab dan frekuensi kesalahan penggunaan kata ganti
orang (dhamir) dalam keterampilan mengarang terpimpin siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesalahan yang frekuensinya umum tidak terjadi sedangkan
kesalahan yang frekuensinya merata yaitu pada penggunaan kata ganti orang
(dhamir) yang bersambung dengan kata benda sebanyak 31,5% yang meliputi
kesalahan dengan jumlah pelaku dan genus pelaku, kemudian kesalahan dalam
penggunaan kata ganti orang (dhamir) yang tepisah untuk pelaku sebanyak 27,1%
dan kesalahan penggunaan kata ganti (dhamir) yang bersambung dengan kata
kerja sebanyak 26,8 %, selanjutnya kesalahan yang jarang terjadi yaitu pada
penggunaan kata ganti orang (dhamir) yang bersambung untuk kepunyaan sebesar
14,6%.
Skripsi selanjutnya dengan judul “Variasi Penggunaan Kata Ganti Orang
dalam Bahasa Minangkabau” dalam penelitian tersebut Leni Syafyahya
melakukan penelitian mengenai variasi pengunaan kata ganti orang dalam bahasa
Minangkabau. Hasil penelitian yang Leni Syafyahya lakukan didapatkan bahwa
kata ganti orang dalam bahasa Minangkabau memiliki bentuk bervariasi, artinya
kata ganti orang tersebut memiliki bentuk lebih dari satu. Bentuk kata ganti orang
tersebut terdiri atas: kata ganti orang pertama, kata ganti orang kedua, dan kata
ganti orang ketiga. Di antara kata ganti itu, ada bentuk yang berbentuk penuh,
bentuk singkat, yang mengacu ke jumlah tunggal dan jumlah jamak. Bentuk
singkat kata ganti orang terdiri atas bentuk singkat bebas dan bentuk singkat
terikat. Berdasarkan kaidah penggunaan kata ganti orang, melalui etnografi
25
komunikasi yang diaktualisasikan dengan SPEAKING tampak dengan jelas
mempilah-pilah penggunaan kata ganti orang yang dipandang dari segi setting,
participant, ends, act sequence, key, instrumentalities, norm, dan genre. Di
samping itu, dalam sosial budaya Minangkabau, penggunaan kata ganti orang
ditentukan oleh ampek langgam kato, kato mandata, kato mandak, kato
manlereng, dan kato manuruni. Artinya, dalam kehidupan sehari-hari, setiap
individu harus memperhatikan pemilihan penggunaan kata ganti orang, karena
setiap langgam kato itu, memiliki kata ganti orang yang penggunaannya
memperhatikan banyak hal dan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadi variasi penggunaan kata ganti orang ialah,
tergantung kepada siapa mitra tutur, wilayah penggunaan, dan kebiasaan serta
adat istiadat daerah tersebut.
Berdasarkan kedua penelitian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis berbeda dengan apa yang dilakukan
oleh Leni Syafyahya dan Siti Nurjannah. Leni Syafyahya melakukan penelitian
untuk mengetahui variasi penggunaan kata ganti orang dalam bahasa
Minangkabau. Selanjutnya Siti Nurjannah melakukan penelitian untuk
memperoleh data empiris mengenai jenis, faktor penyebab dan frekuensi
kesalahan penggunaan kata ganti orang (dhamir) dalam keterampilan mengarang
terpimpin siswa. Sedangkan peneliti sendiri menekan penerapan kata ganti orang
yang dipakai siswa dalam membuat karangan narasi.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Sawangan, berlokasi
di Jalan Abdul Wahab No.19 Sawangan Depok, dengan ancangan waktu
pengambilan data pada tanggal 22-27 Juli 2013. Pengambilan data penelitian
tersebut dilakukan pada siswa SMA Muhammadiyah Sawangan Depok kelas XI.1
semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Adapun waktu penulisan skripsi ini
dimulai sejak proposal diajukan yaitu pada tanggal 11 Januari 2013 sampai skripsi
ini selesai ditulis yaitu pada tanggal 19 Agustus 2013.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Menurut Lexy J. Moleong metode ini dimaksudkan “untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.”1 Dalam penelitian
ini peneliti tidak memberikan perlakuan apapun kepada siswa sebagai sumber
data.
C. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI.1, penelitian
ini diperoleh melalui teknik purposive sampling. Maksud dari “purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu.”2 Setiap individu dalam populasinya mempunyai peluang yang sama
untuk dijadikan subjek penelitian.
1 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), hlm. 6, cet. Ke-29 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 300, cet. Ke-
11
27
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini dibantu dengan tabel pengamatan untuk mencatat
data berupa kalimat yang terdapat dalam karangan narasi dengan menggunakan
kata ganti orang yang tepat atau tidak tepat dalam penerapan dan penggunaannya,
seperti contoh:
No Nama Siswa Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
Jumlah
Tabel . I
Penerapan Kata Ganti Orang
Keterangan:
1. Penerapan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal
2. Penerapan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak
3. Penerapan kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna tunggal
4. Penerapan kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna jamak
5. Penerapan kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal
6. Penerapan kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna jamak
E. Teknik Analisis Data
Data diperoleh dengan cara memberikan siswa sebuah pilihan dengan tema
yang berbeda yaitu Liburan, Pengalaman Pribadi dan Kebiasaan Sehari-hari.
Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memberi penomoran pada setiap data.
2. Mencari kata ganti yang tepat maupun tidak tepat dalam penerapannya.
3. Menganalisis kata ganti orang yang tepat maupun tidak tepat dan
memberikan alternatif perbaikan.
4. Menginterpretasi dan kesimpulan.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah
1. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Sawangan Depok
SMA Muhammadiyah Sawangan didirikan sejak tahun 1981. Tahun
dioprasikannya dimulai sejak tahun 1981 dengan status tanah wakaf dan memiliki
luas 3000 M2. Nama yayasannya adalah Muhammadiyah, dengan alamat Jl. Abdul
Wahab No. 19 Sawangan Depok. Jenjang akreditasi yang dimiliki SMA
Muhammadiyah adalah B. Seiring berjalannya waktu, SMA Muhammadiyah
Sawangan berkembang pesat dari tahun ke tahun dengan jumlah siswa yang
semakin meningkat, fasilitasnya semakin memadai, dan sumber daya manusia pun
semakin profesional.
Adapun visi SMA Muhammadiyah Sawangan adalah “Menjadikan siswa
dan siswi yang berilmu, berakhlak mulia, bertakwa, dan bertanggung jawab
sebagai pribadi dan anggota masyarakat, sedangkan misi SMA Muhammadiyah
Sawangan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kegiatan belajar mengajar;
2. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik;
3. Meningkatkan disiplin;
4. Meningkatkan pendidikan dan moral siswa.
2. Keadaan Tenaga Pengajar
Guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam dunia pendidikan.
Tugas utama menjadi seorang guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik agar menjadi manusia
yang cerdas secara intelektual, emosional dan spritual. Peranan guru sebagai
pendidik sangatlah dibutuhkan, untuk itu setiap lembaga pendidikan berupaya
memiliki tenaga pengajar yang mempunyai kemampuan sesuai bidangnya masing-
masing dengan pengembangan pelajaran yang ada di sekolah SMA
Muhammadiyah Sawangan. Jumlah tenaga pengajar yang ada sebanyak delapan
belas orang terdiri dari tiga orang guru tetap yayasan (PNS) dan empat belas
29
orang guru tidak tetap, dengan dibantu oleh dua orang yang staf tata usaha, satu
orang satpam, dan satu orang penjaga sekolah. Adapun data tersebut terlampir.
3. Keadaan Siswa
SMA Muhammadiyah Sawangan setiap tahunnya menerima siswa yang
mendaftar untuk masuk di sekolah ini dengan ketetapan nilai yang ditentukan.
Setiap tahunnya jumlah siswa yang masuk tidak menentu, kadang meningkat
kadang menurun. Data siswa empat tahun terakhir sebagai berikut:
Tabel 2
Data Siswa SMA Muhammadiyah empat tahun terakhir.
Tahun
Pelajaran
Jumlah
Pendaftar
Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah (Kls.
X+XI+XII) Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
2010/2011 54 54 2 42 2 36 1 132 5 Rbl
2011/2012 58 58 2 52 2 41 2 151 6 Rbl
2012/2013 58 54 2 54 2 50 2 158 6 Rbl
2013/2014 36 36 1 52 2 54 2 142 5 Rbl
Sumber: Tata Usaha
B. Deskripsi Data
Pada bagian ini, penulis akan menguraikan tentang penerapan kata ganti
pada karangan siswa. Data diperoleh dari siswa kelas XI.1 SMA Muhammadiyah
Sawangan sebanyak dua puluh enam karangan. Dari dua puluh enam karangan
tersebut hanya dua puluh lima karangan yang dianalisis, karena ada satu karangan
yang tidak termasuk karangan narasi melainkan karangan deskripsi. Dalam
karangan siswa ini, penulis mengkhususkan penelitian pada penggunaan kata
ganti orang pada karangan narasi. Berikut ini deskripsi data mengenai penggunaan
kata ganti orang pada setiap karangan siswa yang diuraikan satu persatu.
30
C. Tabel Analisis Karangan Narasi Siswa
Tabel 3
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Aidha Radyana
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
1 kami bersepakat
bahwa yang pergi
adalah aku, om ku,
dan tanteku.
Penggunaan kata ganti orang
pertama kami tepat karena
menunjukkan makna jamak.
2 Setelah
mempersiapkan
bekal yang cukup,
kami pun berangkat
menuju tempat yang
akan kami tuju.
Penggunaan kata ganti orang
pertama kami tepat karena
menunjukkan makna jamak.
3 Ketika saya berjalan
menuju kolam
renang, saya pun
terpeleset dan
akhirnya terjatuh.
Penggunaan kata ganti orang
pertama saya tepat karena
menunjukkan makna tunggal.
Jumlah 1 2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pergi ke Kolam Renang (Jungle)” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf
pertama terdapat satu kata ganti orang, pada paragraf kedua terdapat satu kata
ganti orang, dan pada paragraf ketiga juga terdapat satu kata ganti orang.
Pada paragraf pertama dan kedua kata ganti yang digunakan adalah kata
ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak kami. Penggunaaan kata
ganti orang tersebut tepat dalam penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga
kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti
tersebut tepat dalam penerapannya.
31
Pada kalimat (1) dan (2) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (1) dan (2)
mengantikan aku, om ku, dan tanteku atau salah satu yang mewakili mereka dan
berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata
kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (1) dan
(2) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada kalimat (3)
kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama tunggal saya.
Penggunaan kata ganti saya menggantikan kata Aidha Radyana, si pembicara atau
orang pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan
Aidha Radyana.
Tabel 4
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Anisa Wahidah
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
4 Saya dan teman-
teman berencana
liburan ke
Pandeglang untuk
sparing volly dan
jalan-jalan ke pantai.
Kami bersepakat
untuk pergi hari
sabtu malam minggu
tepatnya pukul 20.00
WIB.
Penggunaan kata ganti orang
pertama Kami tepat karena
menunjukkan makna jamak.
5 Keesokan harinya
saya dan teman-
teman pergi ke
pantai untuk
menikmati
Penggunaan kata ganti orang
pertama kami tepat karena
menunjukkan makna jamak.
32
pemandangan
disana. Setelah dari
pantai kami segera
pergi kelapangan
volly untuk sparing
melawan club
pandeglang.
6 Saya merasa senang
berlibur kesana.
Selain liburan saya
juga mempunyai
pengalaman baru.
Penggunaan kata ganti orang
pertama saya tepat karena
menunjukkan makna tunggal.
Jumlah 1 2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Sparing Volly dan Jalan-jalan ke Pantai Pandeglang” terdiri dari tiga paragraf.
Pada paragraf pertama terdapat satu kata ganti orang, pada paragraf kedua
terdapat satu kata ganti orang, dan pada paragraf ketiga juga terdapat satu kata
ganti orang.
Pada paragraf pertama dan kedua kata ganti yang digunakan adalah kata
ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak kami. Penggunaaan kata
ganti orang tersebut tepat dalam penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga
kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti
tersebut tepat dalam penerapannya.
Pada kalimat (4) dan (5) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (4) dan (5)
mengantikan saya dan teman-teman atau salah satu yang mewakili mereka dan
berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata
kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (4) dan
(5) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada kalimat (6)
kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama tunggal saya.
33
Penggunaan kata ganti saya menggantikan kata Anisa Wahidah, si pembicara atau
orang pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan
Anisa Wahidah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kata ganti yang digunakan pada
karangan yang ditulis oleh Anisa Wahidah dan Aidha Radyana yaitu sama-sama
menggunakan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak kami,
dan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal saya.
Tabel 5
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ardiansyah
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
7 Teman-teman hari
ini aku akan
menceritakan sebuah
pengalaman yang
cukup mengesankan
dan tidak bisa aku
lupakan sampai
sekarang.
Penggunaan kata ganti orang
pertama aku tepat karena
menunjukkan makna tunggal.
8 “Ardi, Kamu
kenapa?” tanya
Bima sambil
tertawa-tawa.
Penggunaan kata ganti orang
kedua Kamu tepat karena
menunjukkan makna tunggal.
9 “Tuh, lihat bajumu!”
jawab Bima masih
tertawa.
Penggunaan kata ganti orang
kedua -mu tepat karena
menunjukkan makna tunggal.
10 Tidak lama
kemudian datanglah
guru Matematika,
dia adalah Pak Agus.
Penggunaan kata ganti orang
ketiga dia tepat karena
menunjukkan makna tunggal.
Jumlah 1 2 1
34
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Bajuku Terbalik” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama terdapat satu
kata ganti orang. Pada paragraf kedua terdapat dua kata ganti orang, dan pada
paragraf ketiga terdapat satu kata ganti orang.
Pada paragraf pertama kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
aku. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf
kedua kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang kamu dan -mu.
Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Dan pada paragraf
ketiga kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang dia. Penggunaan kata
ganti tersebut tepat dalam penerapannya.
Pada kalimat (7) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
pertama aku. Penggunaan kata ganti aku menunjukkan makna tunggal. Pada
kalimat (7) Aku adalah kata ganti yang menggantikan kata Ardiansyah si
pembicara dan berfungsi sebagai subjek. Pada kalimat (8) kata ganti yang
digunakan adalah kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna tunggal
kamu. Penggunaan kata ganti kamu pada kalimat (8) menggantikan kata Ardi dan
berfungsi sebagai subjek. Sedangkan kalimat (9) kata ganti yang digunakan
adalah kata ganti orang -mu. Penggunaan kata ganti orang kedua -mu
menunjukkan makna tunggal. Kata ganti -mu pada kalimat (9) menggantikan Ardi
yang berfungsi sebagai penjelas yang menyatakan kepemilikan. Dan pada kalimat
(10) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan
makna tunggal dia. Penggunaan kata ganti dia untuk menyatakan diri orang ketiga
atau orang yang dibicarakan. Pada kalimat (10) kata ganti dia menggantikan
kedudukan kata Pak Agus atau guru Matematika.
Tabel 6
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ariyani Hidayati
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
11 Pada bulan Maret
kemarin, saya dan
Penggunaan kata ganti orang
pertama kami tepat karena
35
teman-teman pergi
kebulungan, tujuan
kami kesana untuk
mengikuti turnamen
volly liga remaja di
Bulungan Jakarta
Selatan.
menunjukkan makna jamak.
12 Hari pertama itu
saya pergi dengan
anak-anak pelita
yang berencana
untuk naik motor
bareng.
Penggunaan kata ganti orang
pertama saya tepat karena
menunjukkan makna tunggal.
13 Saya dan teman-
teman kesana naik
bus transjakarta, dan
di bus itu sudah
padat penumpang.
sesampainya di sana
kami langsung cepat
masuk ke stadion
volly Bulungan.
Penggunaan kata ganti orang
pertama kami tepat karena
menunjukkan makna jamak.
Jumlah 1 2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Turnamen di Bulungan” terdiri dari enam paragraf. Karangan yang
menggunakan kata ganti orang terdapat pada paragraf satu, dua, dan tiga. Pada
paragraf pertama dan ketiga kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
kami. Kalimat yang menggunakan kata ganti orang kami terdapat pada kalimat (11
dan 13). Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Sedangkan
36
pada paragraf kedua terdapat satu kata ganti yakni kata ganti orang saya.
Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya.
Pada kalimat (11) dan (13) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti
orang pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (11) dan
(13) mengantikan saya dan teman-teman atau salah satu yang mewakili mereka
dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya,
kata kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (11)
dan (13) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada
kalimat (12) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang
menunjukkan makna tunggal saya. Penggunaan kata ganti saya menggantikan
kata Ariyani Hidayati, si pembicara atau orang pertama tunggal dan sekaligus
sebagai subjek kalimat yang diucapkan Ariyani Hidayati.
Tabel 7
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Averous Karim Panji
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
14 Ketika liburan sekolah
tiba, saya dan
keluarga pergi ke
daerah Merak, Banten.
perginya kami kesana
bertujuan untuk
mengisi liburan
dengan cara
memancing.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
15 Tiba di sana kami
langsung menyiapkan
pancingan yang
diperlukan untuk
memancing. Ketika
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
Penggunaan kata ganti
37
alatnya sudah siap,
kami langsung
bergegas
melemparkan umpan
ke dasar laut.
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
16 Ketika hari mulai
sore, dan tidak ada
satu ikan pun yang
kami dapat, kami pun
memutuskan untuk
kembali ke
penginapan.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
Jumlah 3 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Memancing” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama dan ketiga kata
ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna
jamak kami. Sedangkan pada paragraf kedua terdapat dua kata ganti orang yang
digunakan, yakni kami dan -nya. Kata ganti kami menunjukkan makna orang
pertama jamak dan kata ganti -nya menunjukkan makna orang ketiga tunggal.
Pada kalimat (14, 15, dan 16) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti
orang pertama yang menunjukkan makan jamak kami. Penggunaan kata ganti
kami pada kalimat (14, 15, dan 16) mengantikan saya dan keluarga atau salah satu
yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami
bersifat eksklusif. Artinya, kata kami tidak mengikutkan orang yang diajak
berbicara. Selain kata ganti kami pada kalimat (15), kata ganti yang digunakan
adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal -nya. Pada
kalimat (15) kata ganti -nya mengacu ke pancingan yang berfungsi sebagai objek
atau penunjuk kepemilikan.
38
Tabel 8
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Awal Prasetio
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
17 Waktu itu masih
berumur 5 tahun
(masih TK), aku
mengalami
pengalaman yang
sangat mengesankan.
Ketika itu seperti
biasa, setiap jam
istirahat aku pasti
akan makan makanan
yang kubawa dari
rumah.
Penggunaan kata ganti
orang pertama aku tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
18 Akan tetapi, saat aku
membawa makanan
itu ke kantin, tiba-tiba
ada Budi yang berlari
ke arahku. Makananku
tersenggol lalu
terjatuh karenanya.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
19 Kemudian datanglah
Tuti, sahabatku. Dia
memintaku agar
jangan menangis.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga Dia tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
20 Setelah itu Tuti
mengajakku makan
makanan yang
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
39
dibawanya tunggal.
Jumlah 1 3
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pengalaman Waktu Kecilku” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf kesatu kata
ganti orang yang digunakan adalah kata ganti orang aku. Pada paragraf kedua kata
ganti orang yang digunakan adalah kata ganti orang -nya. Sedangkan pada
paragraf ketiga ada dua kata ganti orang yang digunakan yakni Dia dan -nya.
Pada kalimat (17) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
pertama aku. Penggunaan kata ganti aku menunjukkan makna tunggal. Pada
kalimat (17) Aku adalah kata ganti yang menggantikan kata Awal Prasetio si
pembicara dan berfungsi sebagai subjek. Penggunaan kata ganti orang ketiga -nya
yang menunjukkan makna tunggal terdapat dalam kalimat (18 dan 20). Pada
kalimat (18) kata ganti -nya menggantikan Budi. Sedangkan pada kalimat (20)
kata ganti -nya menggantikan Tuti. Sedangkan pada kalimat (19) kata ganti yang
digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal Dia.
Pada kalimat (19) kata ganti Dia menggantikan kedudukan kata Tuti yang
disebutkan pada kalimat pertama dan berfungsi sebagai subjek.
Tabel 9
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Bagas Prasetyo
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
21 Pada saat liburan
kemarin aku diajak
pamanku ke Taman
Mini Indonesia Indah.
Kami pergi dengan
naik mobil.
Penggunaan kata ganti
orang pertama -ku tepat
karena menunjukkan makna
tunggal. Penggunaan kata
ganti orang pertama Kami
tepat karena menunjukkan
makna jamak.
22 Tiba-tiba paman Penggunaan kata ganti
40
menghentikan
mobilnya di depan
sebuah bangunan.
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
23 Setelah aku dan
paman merasa puas,
kami pun sepakat
untuk pulang ke
rumah pukul 17.00.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
Jumlah 1 2 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pergi ke Taman Mini” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama terdapat
dua kata ganti orang yakni -ku dan kami. Pada paragraf kedua kata ganti yang
digunakan adalah -nya. Pada paragraf ketiga terdapat satu kata ganti orang yakni
kami.
Penggunaan kata ganti kami terdapat dalam kalimat (21 dan 23). Kata
ganti orang kami untuk menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak
berbicara tidak termasuk serta. Pada kalimat (21 dan 23) kata ganti kami
menggantikan kedudukan kata aku (Bagas Prasetyo) dan paman atau salah satu
yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Penggunaan kata ganti orang
-nya terdapat dalam kalimat (22) untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang
yang dibicarakan. Pada kalimat (22) kata ganti -nya menggantikan kedudukan
kata paman yang berfungsi sebagai penunjuk kepemilikan. Sedangkan
penggunaan kata ganti orang -ku terdapat dalam kalimat (21) untuk menyatakan
diri pertama digunakan dalam konstruksi yang menyatakan kepunyaan atau
kepemilikan. Pada kalimat (21) kata ganti -ku menggantikan kedudukan kata aku
(Bagas Prasetyo) yang bertindak sebagai si pembicara dan berfungsi sebagai
atribut yang menyatakan kepunyaan atau kepemilikan.
41
Tabel 10
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Belinda Zahara Dewi
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
24 Pada hari Sabtu aku
dan teman-teman
PMR mengikuti
pelantikan PMR
pertama di studio
alam. Kami bersepakat
berkumpul di
pertigaan Pasar
Kemiri.
Penggunaan kata ganti
orang pertama Kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
25 Sesampainya di
Studio Alam, aku dan
teman-teman diberi
arahan untuk mencari
kayu bakar dan kayu
untuk mendirikan
tenda. Setelah selesai
kami pun mendirikan
tenda dan mulai
memasak untuk
makan malam.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
26 Selesai makan malam
kami diberi arahan
oleh kakak PMI. Dia
menyuruh untuk
mengumpulkan kayu
bakar untuk api
Penggunaan kata ganti
orang ketiga Dia tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
42
unggun.
Jumlah 2 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pelantikan PMR di Studio Alam” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf
pertama dan kedua kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang kami. Pada
paragraf ketiga terdapat satu kata ganti yakni kata ganti orang dia.
Kalimat yang menggunakan kata ganti orang kami terdapat pada kalimat
(24 dan 25). Kata ganti orang kami untuk menyatakan diri pertama jamak dan
orang yang diajak berbicara tidak termasuk serta. Pada kalimat (24 dan 25) kata
ganti kami menggantikan kedudukan kata aku (Belinda Zahara Dewi) dan teman-
teman PMR atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek.
Sedangkan pada kalimat (26) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
ketiga yang menunjukkan makna tunggal Dia. Pada kalimat (26) kata ganti Dia
menggantikan kedudukan kata kakak PMR yang disebutkan pada kalimat pertama
dan berfungsi sebagai subjek.
Tabel 11
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Erhan Angga Wira. S
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
27 Taman umum didepan
rumahku selalu ramai
pada sore hari.
Penggunaan kata ganti
orang pertama -ku tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
28 Ketika aku berjalan
tiba-tiba aku melihat
si gendut Kiko, ia
adalah putra
tetanggaku. Ia sedang
Penggunaan kata ganti
orang ketiga ia tepat karena
menunjukkan makna
tunggal.
Penggunaan kata ganti
43
duduk saja di atas
sepeda roda tiganya
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
29 “ayo Kiko, gerakkan
kakimu! kayuh
sepedahmu!” kataku
Penggunaan kata ganti
orang kedua -mu tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Jumlah 1 1 2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Bermain Bersama si Gendut Kiko” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf
pertama kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang -ku. Penggunaan kata
ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf kedua terdapat dua kata
ganti orang yakni ia dan -nya. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam
penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga kata ganti yang digunakan adalah
kata ganti orang -mu. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya.
Penggunaan kata ganti -nya terdapat dalam kalimat (28). Kata ganti orang
tersebut untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan. Pada
kalimat (28) kata ganti -nya menggantikan kedudukan kata Kiko yang berfungsi
sebagai penunjuk kepemilikan. Penggunaan kata ganti orang -ku terdapat dalam
kalimat (27) untuk menyatakan diri pertama digunakan dalam konstruksi yang
menyatakan kepunyaan atau kepemilikan. Pada kalimat (27) kata ganti -ku
menggantikan kedudukan kata Erhan Angga Wira Sanjaya yang bertindak sebagai
si pembicara dan berfungsi sebagai atribut yang menyatakan kepunyaan atau
kepemilikan. Pada kalimat (28) selain -nya, kata ganti yang digunakan adalah kata
ganti orang ia. Penggunaan kata ganti ia untuk menyatakan diri orang ketiga yang
dibicarakan terhadap orang yang lebih muda. Pada kalimat (28) ia menggantikan
kedudukan kata Kiko dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pada kalimat (29)
kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang -mu. Penggunaan kata ganti
orang kedua -mu menunjukkan makna tunggal. Kata ganti -mu pada kalimat (29)
44
menggantikan kedudukan kata Kiko yang berfungsi sebagai penjelas yang
menyatakan kepemilikan.
Tabel 12
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Eva Sahara
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
30 Aku dan teman-teman
berencana pergi ke
gunung gede Cibodas.
Kami bersepakat
bahwa yang akan
pergi adalah teman-
teman pengajian.
Penggunaan kata ganti
orang pertama Kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
31 Banyak sekali yang
dapat saya lihat
setelah saya berada
dalam kawasan
gunung gede.
Penggunaan kata ganti
orang pertama saya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Jumlah 1 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pergi ke Gunung Gede Cibodas” terdiri dari lima paragraf. Karangan yang
menggunakan kata ganti orang terdapat pada paragraf satu dan empat. Pada
paragraf pertama kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang kami.
Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf keempat
kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti
tersebut tepat dalam penerapannya.
Pada kalimat (30) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (30) mengantikan
kedudukan kata aku (Eva Sahara) dan teman-teman atau salah satu yang mewakili
mereka dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif.
45
Artinya, kata kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi
kalimat (30) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada
kalimat (31) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang
menunjukkan makna tunggal saya. Penggunaan kata ganti saya menggantikan
kedudukan kata Eva Sahara, si pembicara atau orang pertama tunggal dan
sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Eva Sahara.
Tabel 13
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ferdian Hadi Cahya
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
32 Pada suatu hari, ketika
itu liburan sekolah,
saya berencana untuk
mengadakan liburan
ke suatu pantai yaitu
pantai cerita.
Penggunaan kata ganti
orang pertama saya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
33 Sebelum pergi aku
dan keluargaku
membaca doa, agar
kami sampai ke pantai
dengan selamat tanpa
ada kendala
sedikitpun.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
Jumlah 1 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Liburan ke Pantai” terdiri dari empat paragraf. Karangan yang menggunakan
kata ganti orang terdapat pada paragraf satu dan tiga. Pada paragraf pertama kata
ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti
tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf ketiga kata ganti yang
46
digunakan adalah kata ganti orang kami. Penggunaan kata ganti tersebut tepat
dalam penerapannya.
Pada kalimat (32) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
pertama yang menunjukkan makna tunggal saya. Penggunaan kata ganti saya
menggantikan kedudukan kata Ferdian Hadi Cahya, si pembicara atau orang
pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Ferdian
Hadi Cahya. Sedangkan pada kalimat (33) kata ganti yang digunakan adalah kata
ganti orang pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (33)
mengantikan kedudukan kata aku (Fedian Hadi Cahya) dan keluarga atau salah
satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek.
Tabel 14
Penggunaan Kata Gnati Orang dalam Karangan Narasi Fitri Handayani
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
34 Pada hari minggu
keluarga kami
berencana untuk
mengabisi liburan ke
kolam renang. Dan
yang akan pergi
adalah kakak, saya,
dan keponakan.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak. Penggunaan kata
ganti orang pertama saya
tepat karena menunjukkan
makna tunggal.
Jumlah 1 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pergi ke Kolam Renang” terdiri dari empat paragraf. Secara keseluruhan
karangan yang di tulis oleh Fitri Handayani rata-rata menggunakan kata ganti
orang kami dan saya di setiap paragrafnya. Oleh karena itu, peneliti hanya
menganalisis satu paragraf saja. Pada paragraf pertama kata ganti yang digunakan
47
adalah kata ganti orang kami dan saya. Penggunaan kata ganti tersebut tepat
dalam penerapannya.
Pada kalimat (34) kata ganti kami menggantikan kedudukan kata kakak,
saya, dan keponakan atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai
subjek. Kata ganti kami pada kalimat (34) untuk menyatakan diri pertama jamak
dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk serta. Sedangkan penggunaan kata
ganti saya pada kalimat (34) menggantikan kedudukan kata Fitri Handayani, si
pembicara atau orang pertama dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang
diucapkan oleh Fitri Handayani.
Tabel 15
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Haidar Fahmi Saddam
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
35 Saya dan teman-teman
berencana pergi ke
pantai Anyer. Kami
bersepakat bahwa
kami akan pergi
sekitar jam 07.00
WIB. Dan itu
betepatan pada hari
Rabu.
Penggunaan kata ganti
orang pertama Kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
36 Waktu di dalam bus
saya sangat
menikmati perjalanan,
banyak hal-hal yang
lucu hingga
menghawatirkan,
seperti kecelakaan,
tabrakan, mobil
Penggunaan kata ganti
orang pertama saya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
48
teguling, dll, dan saya
pun tertidur beberapa
saat.
Jumlah 1 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan “ke
Pantai Anyer” terdiri dari empat paragraf. Kata ganti orang yang digunakan dalam
karangan narasi ini adalah kami dan saya. Pada paragraf pertama terdapat satu
kata ganti orang yakni kami. Pada paragraf ketiga menggunakan kata ganti orang
saya.
Penggunaan kata ganti kami terdapat dalam kalimat (35) untuk
menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk
serta. Pada kalimat (35) kata ganti kami menggantikan kedudukan kata saya
(Haidar Fahmi Saddam) dan teman-teman atau salah satu yang mewakili mereka
dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pada kalimat (36) kata ganti saya
menggantikan kedudukan kata Haidar Fahmi Saddam, si pembicara atau orang
pertama dan sekaligus berfungsi sebagai subjek kalimat yang diucapkan Haidar
Fahmi Saddam.
Tabel 16
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ikrar Nusa Bhakti
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
37 Pada waktu liburan
akhir pekan, aku dan
adikku diajak oleh
kedua orangku
berlibur ke Taman
Safari Cisarua, Bogor.
Penggunaan kata ganti
orang pertama -ku tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
38 Aku dan adikku
berteriak kegirangan
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
49
saat mendengar
ajakan ayah dan ibu.
Kami berangkat dari
rumah pukul 07.30
WIB dengan memakai
mobil yang dikendarai
oleh ayah.
karena menunjukkan makna
jamak.
39 Setelah puas melihat-
lihat binatang, aku
dan keluarga
kemudian ke area
bermain. Di situ kami
naik kincir bianglala,
komedi putar, dan
masuk ke rumah
hantu.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
Jumlah 1 2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Berlibur ke Taman Safari” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang
digunakan dalam karangan narasi ini hanya ada dua, yakni -ku dan kami. Pada
paragraf pertama, kedua, dan ketiga kata ganti orang yang digunakan adalah kata
ganti orang -ku dan kami.
Penggunaan kata ganti orang -ku terdapat dalam kalimat (37) untuk
menyatakan diri pertama digunakan dalam konstruksi yang menyatakan
kepunyaan atau kepemilikan. Pada kalimat (37) kata ganti -ku menggantikan
kedudukan kata Ikrar Nusa Bhakti yang bertindak sebagai si pembicara dan
berfungsi sebagai atribut yang menyatakan kepunyaan atau kepemilikan.
Penggunaan kata ganti kami terdapat dalam kalimat (38 dan 39) untuk
menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk
serta. Pada kalimat (38 dan 39) kata ganti kami menggantikan kedudukan kata aku
50
(Ikrar Nusa Bhakti), adikku, dan keluarga atau salah satu yang mewakili mereka
dan berfungsi sebagai subjek.
Tabel 17
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Kalisa Dara Puspita
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
40 Dalam surat, nenek
menyuruh kedua
cucunya untuk datang
berkunjung.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
41 Aku dan keluarga
berencana berangkat
kerumah nenek pukul
6 pagi menggunakan
bus dan kami sepakat
bahwa hari minggu
sebagai waktu yang
tepat.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
42 Ayah merasa senang,
karena disajikan
makanan kesukaannya
yaitu pepes tahu dan
pecak ikan mujair.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
43 Tempat itu adalah
tempat istirahat nenek
ketika dia lelah.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga dia tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
44 Satu untuk Kalisa dan
satu lagi untuk Banu.
“Sekarang coba kalian
Penggunaan kata ganti
orang kedua kalian tepat
karena menunjukkan makna
51
buka!” perintah nenek.
jamak.
45 “wah, terimaksih,
Nek atas hadiahnya”
kataku dan adikku.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
46 Waktu itu ayah pun
terharu melihat
kejadian itu. Ia heran
dari mana uang untuk
membeli tas untuk
kedua anaknya itu.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga Ia tepat karena
menunjukkan makna
tunggal.
47
“Bu, mengapa repot-
repot sih! Kalisa dan
Banu sudah memiliki
tas lagi pula saya bisa
membelikannya jika
tas mereka sudah
rusak.” kata ayah pada
nenek.
Penggunaan kata ganti
orang pertama saya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga mereka tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
48 Dan kalian tahu tidak
dari mana uang untuk
membeli tas ini nenek
dapatkan?” tanya
nenek kepada kami
semua. Akhirnya
ayah, ibu, aku, dan
adikku
menggelengkan
Penggunaan kata ganti
orang kedua kalian tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
52
kepala.
Jumlah 1 1 2 5 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Liburan ke Rumah Nenek” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang
digunakan dalam karangan narasi ini ada tujuh, yakni -nya, kami, dia, kalian, ia,
saya, dan mereka. Pada paragraf pertama terdapat dua kata ganti orang yang
digunakan yakni -nya dan kami. Pada paragraf kedua terdapat dua kata ganti yang
digunakan yakni kata ganti orang -nya dan dia. Sedangkan pada paragraf ketiga
terdapat lima kata ganti orang yang digunakan yakni kalian, -nya, ia, saya, dan
mereka.
Penggunaan kata ganti orang -nya terdapat dalam kalimat (40, 42, dan 45)
untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan dalam konstruksi
pemilikan. Pada kalimat (40 dan 45) kata ganti -nya menggantikan kedudukan
kata nenek. Sedangkan pada kalimat (42) kata ganti -nya menggantikan
kedudukan kata Ayah yang berfungsi sebagai penunjuk kepemilikan. Penggunaan
kata ganti orang kami terdapat dalam kalimat (41) untuk menyatakan diri pertama
jamak dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk serta. Pada kalimat (41)
kata ganti kami menggantikan aku (Kalisa Dara Puspita) dan keluarga atau salah
satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Pada kalimat (43) kata
ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna
tunggal Dia. Pada kalimat (43) kata ganti Dia menggantikan kedudukan kata
nenek yang disebutkan pada kalimat pertama dan berfungsi sebagai subjek.
Penggunaan kata ganti kalian terdapat dalam kalimat (44 dan 48) untuk
menyatakan diri orang kedua jamak, atau orang yang diajak berbicara, yang
jumlahnya lebih dari seorang dapat digunakan terhadap orang-orang yang lebih
muda, atau orang-orang yang lebih rendah status atau kedudukan sosialnya. Kata
ganti kalian pada kalimat (44) mewakili kata Kalisa dan Banu. Sedangkan kata
ganti kalian pada kalimat (48) mewakili kata ayah, ibu, aku, dan adikku. Pada
kalimat (46) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ia. Penggunaan
kata ganti ia untuk menyatakan diri orang ketiga yang dibicarakan terhadap orang
53
yang lebih muda. Pada kalimat (46) ia menggantikan kedudukan kata ayah dan
berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pada kalimat (47) kata ganti yang digunakan
adalah kata ganti orang pertama tunggal saya dan kata ganti orang ketiga jamak
mereka. Penggunaan kata ganti saya menggantikan kata ayah, si pembicara atau
orang pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan oleh
ayah. Sedangkan penggunaan kata ganti mereka pada kalimat (47) untuk
menyatakan diri orang ketiga, atau orang yang dibicarakan yang jumlahnya lebih
dari seorang, dapat digunakan terhadap siapa saja dan oleh siapa saja. Pada
kalimat (47) mereka menggantikan Kalisa dan Banu.
Tabel 18
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi M. Dannis Fiqih
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
49 saat itu aku pergi
bersama kakak
perempuanku dan
kekasihnya, kami telah
mempersiapkan bekal
dari hari minggu.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal. Penggunaan kata
ganti orang pertama kami
tepat karena menunjukkan
makna jamak.
Jumlah 1 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pergi ke Dufan Fantasi” terdiri dari tiga paragraf. Secara keseluruhan kata ganti
dalam karangan yang di tulis oleh M. Dannis Fiqih rata-rata menggunakan kata
ganti orang kami dan -nya di setiap paragrafnya. Oleh karena itu, peneliti hanya
menganalisis satu paragraf saja. Pada paragraf pertama kata ganti yang digunakan
adalah kata ganti orang kami dan -nya. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam
penerapannya.
Pada kalimat (49) kata ganti kami menggantikan kedudukan kata aku (M.
Dannis Fiqih), kakak perempuan dan kekasihnya atau salah satu yang mewakili
54
mereka dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti kami pada kalimat (49) untuk
menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk
serta. Sedangkan penggunaan kata ganti -nya pada kalimat (49) untuk menyatakan
diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan dalam konstruksi pemilikan. Kata
ganti -nya menggantikan kedudukan kata kakak perempuan.
Tabel 19
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Nur Hidayati
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
50 Pada hari Minggu aku
menemani nenek ke
panti jompo. Di sana
kami menemui teman
nenek. Namanya
Nenek Utari.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
51 Di panti jompo
banyak berkumpul
nenek-nenek dan
kakak-kakek. Mereka
tampak senang jika
ada tamu yang
mengunjungi mereka.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga mereka tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
52 “Halo Nur. Wajahkau
cantik sekali,” kata
nenek Utari.
Penggunaan kata ganti
orang kedua kau tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
53 “Aduh cucumu baik
sekali, Dewi!” kata
Penggunaan kata ganti
orang kedua -mu tepat
55
nenek Utari kepada
nenekku.
karena menunjukkan makna
tunggal.
54 “Terima kasih, Nur.
Mari kita melihat
teman-teman nenek
yang lain. Mereka
sedang berlatih main
angklung.” kata nenek
Utari.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kita tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga Mereka tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
55 Di sana sudah
berkumpul lima belas
orang kakaek dan
nenek. Semuanya
duduk dibangku dan
Penggunaan kata ganti
orang pertama -nya tepat
karena menunjukkan makna
jamak
56 “Nenek rindu pada
cucu nenek, “ kata
nenek itu dengan
matanya yang
berkaca-kaca.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Jumlah 2 2 3 2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Menemani Nenek ke Panti Jompo” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf
pertama terdapat enam kata ganti orang, pada paragraf kedua terdapat satu kata
ganti orang, dan pada paragraf ketiga juga terdapat satu kata ganti orang.
Pada paragraf pertama kata ganti orang yang digunakan adalah kata ganti
orang kami, -nya, mereka, kau, -mu, dan kita. Penggunaan kata ganti orang
tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf kedua dan ketiga kata ganti
orang yang digunakan adalah kata ganti orang -nya. Penggunaan kata ganti orang
tersebut tepat dalam penerapannya.
56
Pada kalimat (50) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (50) mengantikan
aku (Nur Hidayati) dan nenek atau salah satu yang mewakili mereka dan
berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata
kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (50)
adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Penggunaan kata ganti mereka
pada kalimat (51 dan 54) untuk menyatakan diri orang ketiga, atau orang yang
dibicarakan yang jumlahnya lebih dari seorang, dapat digunakan terhadap siapa
saja dan oleh siapa saja. Pada kalimat (51) mereka menggantikan nenek-nenek dan
kakek-kakek dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pada kalimat (54) kata ganti
orang mereka menggantikan teman-teman nenek. Pada kalimat (52) kata ganti
yang digunakan adalah kata ganti orang kau. Penggunaan kata ganti kau pada
kalimat (52) untuk menyatakan diri orang kedua tunggal atau orang yang diajak
berbicara, digunakan dalam konstruksi yang menyatakan kepunyaan. Kau pada
kalimat (52) menggantikan kata Nur. Pada kalimat (53) kata ganti yang digunakan
adalah kata ganti orang -mu. Penggunaan kata ganti orang kedua -mu
menunjukkan makna tunggal. Kata ganti -mu pada kalimat (53) menggantikan
kedudukan kata Dewi yang berfungsi sebagai penjelas yang menyatakan
kepemilikan. Pada kalimat (54) selain kata ganti mereka, kata ganti yang
digunakan adalah kata ganti orang kita. Kata ganti kita untuk menyatakan diri
pertama jamak dan orang yang diajak berbicara termasuk didalamnya. Pada
kalimat (54) kata ganti kita menggantikan Nur dan nenek dan berfungsi sebagai
atribut yang menyatakan kepemilikan. Kata ganti orang pertama kita bersifat
inklusif karena mengikutkan orang yang diajak berbicara. Pada kalimat (55 dan
56) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti -nya. Kata ganti -nya untuk
menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan dalam konstruksi
pemilikan. Pada kalimat (55) kata ganti -nya menggantikan kedudukan kata lima
belas orang kakek dan nenek-nenek. Sedangkan pada kalimat (56) kata ganti -nya
menggantikan kedudukan kata nenek yang berfungsi sebagai penunjuk
kepemilikan.
57
Tabel 20
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Nurali Sumalo
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
57 Namaku Nurali
Sumalo, Aku akan
menceritakan
pengalaman ketika
awal masuk sekolah
Penggunaan kata ganti
orang pertama Aku tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
58 Hari ini hari pertama
aku dan teman-teman
masuk sekolah, karena
sekian lama kami
menghabiskan liburan
akhir semester.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
59 Bu Lia menuju ke
maja guru untuk
meletakkan tasnya.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
60 “Anak-anak,” katanya
membuka
pembicaraan. “Hari ini
adalah hari pertama
kalian masuk sekolah.
Sekarang kalian sudah
menjadi murid kelas
XI.1, ibu diberi tugas
oleh Bapak Kepala
Sekolah untuk
Penggunaan kata ganti
orang kedua kalian tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
58
menjadi guru Bahasa
Indonesia kalian.
61 “Anak-anak, untuk
kegiatan hari pertama
ini, kita adakan
pemilihan pengurus
kelas. Setuju?” tanya
Bu Lia.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kita tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
62 Setelah penghitungan
suara selesai ternyata
Denis memperoleh
suara terbanyak. Dan
dia pun yang menjadi
ketua kelas.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga dia tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Jumlah 1 2 1 2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pemilihan Ketua Kelas” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama terdapat
tiga kata ganti orang, pada paragraf kedua terdapat dua kata ganti orang, dan pada
paragraf ketiga terdapat satu kata ganti orang.
Pada paragraf pertama kata ganti orang yang digunakan adalah kata ganti
orang aku, kami, dan -nya. Penggunaan kata ganti orang tersebut tepat dalam
penerapannya. Pada paragraf kedua kata ganti orang yang digunakan adalah kata
ganti orang kalian dan kita. Penggunaan kata ganti orang tersebut tepat dalam
penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga kata ganti yang digunakan adalah
kata ganti dia.
Pada kalimat (57) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
pertama tunggal Aku. Pada kalimat (57) Aku adalah kata ganti yang mengantikan
kata Nurali Sumalo si pembicara dan berfungsi sebagai subjek. Pada kalimat (58)
kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama jamak kami.
Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (58) mengantikan aku (Nurali Sumalo)
59
dan teman-teman atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai
subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata kami tidak
mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (58) adalah bahwa
pendengar/pembaca tidak akan ikut. Pada kalimat (59) kata ganti yang digunakan
adalah kata ganti -nya. Kata ganti -nya untuk menyatakan diri orang ketiga atau
orang yang dibicarakan dalam konstruksi pemilikan. Pada kalimat (59) kata ganti
-nya menggantikan kedudukan kata Bu Lia yang berfungsi sebagai penunjuk
kepemilikan. Pada kalimat (60) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
kalian. Kata ganti kalian untuk menyatakan diri orang kedua jamak, atau orang
yang diajak berbicara, yang jumlahnya lebih dari seorang dapat digunakan
terhadap orang-orang yang lebih muda, atau orang-orang yang lebih rendah status
atau kedudukan sosialnya. Kata ganti kalian pada kalimat (60) mewakili
pengertian ‘anak-anak atau murid kelas XI.1’ dan berfungsi sebagai subjek. Pada
kalimat (61) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang kita. kata ganti
kita untuk menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak berbicara
termasuk didalamnya. Pada kalimat (61) kata ganti kita menggantikan anak-anak
dan Bu Lia dan berfungsi sebagai atribut yang menyatakan kepemilikan. Kata
ganti orang pertama kita bersifat inklusif karena mengikutkan orang yang diajak
berbicara. Sedangkan pada kalimat (62) kata ganti yang digunakan adalah kata
ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal Dia. Pada kalimat (62) kata
ganti Dia menggantikan kedudukan kata Dennis yang disebutkan pada kalimat
pertama dan berfungsi sebagai subjek.
Tabel 21
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Buggy.A
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
63 Pada hari libur aku
biasa memancing
bersama ayah. Kita
berdua mempunyai
Penggunaan kata ganti
orang pertama jamak kita
tidak tepat. Karena kita
bersifat inklusif, artinya
60
kegemaran yang sama. pronomina itu mencakupi
tidak saja
pembicara/penulis, tetapi
juga pendengar/pembaca,
dan mungkin pula pihak
lain. Implikasi kalimat (64)
pendengar/pembaca akan
ikut. Oleh karena itu kata
ganti kita seharusnya diganti
dengan kata kami.
64 Setelah sarapan, ayah
dan aku langsung
berangkat. Sampai di
danau kami melihat
sudah banyak orang
yang memancing dan
bersantai.
Penggunaan kata ganti
orang pertama kami tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
65 “Wah, kamu hebat.
Nak!” kata Ibu sambil
melihat ikan besar
yang kubawa.
Penggunaan kata ganti
orang kedua kamu tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Jumlah 2 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Memancing Bersama Ayah” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama kata
ganti orang yang digunakan adalah kata ganti orang kita. Penggunaan kata ganti
tersebut tidak tepat dalam penerapannya. Pada paragraf kedua kata ganti yang
digunakan adalah kata ganti orang kami. Penggunaan kata ganti tersebut tepat
dalam penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga kata ganti yang digunakan
adalah kata ganti orang kamu. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam
penerapannya.
61
Penggunaan kata ganti kita dalam kalimat (63) seharusnya diganti dengan
kata kami. Karena kata ganti orang pertama kami bersifat eksklusif. Artinya,
pronomina itu mencakupi pembicara/penulis dan orang lain di pihaknya, tetapi
tidak mencakupi orang lain di pihak pendengar/pembacanya. Kalimat
perbaikannya “Pada hari libur aku biasa memancing bersama ayah. Kami berdua
mempunyai kegemaran yang sama”. Implikasi kalimat (63) adalah bahwa
pendengar/pembaca tidak akan ikut. Pada kalimat (64) kata ganti yang digunakan
adalah kata ganti orang pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada
kalimat (64) mengantikan aku (Buggy. A) dan ayah atau salah satu yang mewakili
mereka dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pada kalimat (65) kata ganti
yang digunakan adalah kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna tunggal
kamu. Penggunaan kata ganti kamu pada kalimat (65) menggantikan kata Nak
(Buggy) dan berfungsi sebagai subjek.
Tabel 22
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Rio Ikhwan Nur
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
66
Pada hari minggu
yang lalu saya dan
adikku diajak renang
oleh saudaraku.
Penggunaan kata ganti
orang pertama saya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
67 Pada jam 07.30
saudara saya datang
kerumah. Dia datang
untuk menjemput saya
dan saya pun pergi
bersama.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga Dia tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Jumlah 1 1
62
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pergi Liburan Bersama Keluarga” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti yang
digunakan yaitu kata ganti orang saya dan Dia.
Pada kalimat (66) kata ganti saya menggantikan kata Rio Ikhwan Nur, si
pembicara atau orang pertama dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang
diucapkan Rio Ikhwan Nur. Sedangkan pada kalimat (67) kata ganti yang
digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal Dia.
Pada kalimat (67) kata ganti Dia menggantikan kedudukan kata saudara yang
disebutkan pada kalimat pertama dan berfungsi sebagai subjek.
Tabel 23
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Serliana Eka Putri
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
68 Aku merapihkan
tempat tidur dan
merapihkan rumah.
Penggunaan kata ganti
orang pertama aku tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Jumlah 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Kegiatan Sehari-hari” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang digunakan
hanya ada satu, yakni kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal
Aku. Kata ganti aku untuk menggantikan diri si pembicara dapat digunakan
kepada teman yang sudah akrab, orang yang lebih muda, orang yang lebih rendah
status atau kedudukan sosialnya, dan dalam situasi-situasi tertentu. Pada kalimat
(68) Aku adalah kata ganti yang menggantikan kata Serliana Eka Putri si
pembicara dan berfungsi sebagai subjek.
63
Tabel 24
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Sisi Nada Riski
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
69 Saya sangat senang
karena libur sekolah
telah tiba, jadi saya
bisa bermain diwaktu
libur sekolah.
Penggunaan kata ganti
orang pertama saya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
70 Dihari berikutnya, hari
Jumat saya di sms
oleh teman saya. Saya
diajak kerumahnya
untuk berkumpul
bersama.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Jumlah 1 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Tidak diizinkan Keluar Rumah” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang
digunakan hanya ada dua, yakni kata ganti orang saya dan -nya.
Pada kalimat (69) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya.
Penggunaan kata ganti saya untuk menggantikan diri si pembicara dapat
digunakan oleh siapa saja terhadap siapa saja. Pada kalimat (69) kata ganti saya
menggantikan kata Sisi Nada Riski, si pembicara atau orang pertama dan
sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Sisi Nada Riski. Sedangkan
pada kalimat (70) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang
menunjukkan makna tunggal -nya. -nya pada kalimat (70) menggantikan
kedudukan kata teman yang berfungsi sebagai penunjuk kepemilikan.
64
Tabel 25
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Tubagus Renaldi
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
71 Ketika saya terbangun
dari tidur, jam sudah
menunjukkan pukul
06.30 WIB, Saya pun
terkejut dan langsung
pergi ke kamar mandi.
Penggunaan kata ganti
orang pertama saya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Jumlah 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pengalaman Pribadi” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang digunakan
hanya ada satu, yakni kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal
Saya. Kata ganti saya untuk menggantikan diri si pembicara dapat digunakan oleh
siapa saja dan terhadap siapa saja. Pada kalimat (71) kata ganti Saya
menggantikan kata Tubagus Renaldi si pembicara atau orang pertama dan
sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Tubagus Renaldi.
Tabel 26
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Wiwi Lestari
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
72 Pada hari Jumat saya
dan keluarga
berencana untuk pergi
ke kebun binatang.
Kita telah
mempersiapkan bekal
dengan secukupnya.
Penggunaan kata ganti
orang pertama saya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal. Penggunaan kata
ganti orang pertama jamak
kita tidak tepat. Karena kita
bersifat inklusif, artinya
65
pronomina itu mencakupi
tidak saja
pembicara/penulis, tetapi
juga pendengar/pembaca,
dan mungkin pula pihak
lain. Implikasi kalimat (72)
pendengar/pembaca akan
ikut. Oleh karena itu kata
ganti kita seharusnya diganti
dengan kata kami.
73 Ketika berjalan
menuju kawasan
hewan mamalia kita
berfoto-foto dan
menyentuh tubuhnya
dengan lembut hingga
menciumnya.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Jumlah 1 1 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Pergi ke Kebun Binatang” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang
digunakan ada yang tepat dan ada yang tidak tepat. Kata ganti orang yang tepat
yaitu saya dan -nya. Sedangkan kata ganti yang tidak tepat yaitu kata ganti orang
pertama jamak kita.
Kata ganti saya dalam kalimat (72) untuk menggantikan diri si pembicara
dapat digunakan oleh siapa saja terhadap siapa saja. Pada kalimat (72) kata ganti
Saya menggantikan kata Wiwi Lestari si pembicara atau orang pertama dan
sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Wiwi Lestari. Penggunaan kata
ganti kita dalam kalimat (72) seharusnya diganti dengan kata kami. Karena kata
ganti orang pertama kami bersifat eksklusif. Artinya, pronomina itu mencakupi
pembicara/penulis dan orang lain di pihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain
66
di pihak pendengar/pembacanya. Kalimat perbaikannya “Pada hari Jumat saya
dan keluarga berencana untuk pergi ke kebun binatang. Kami telah
mempersiapkan bekal dengan secukupnya.”. Implikasi kalimat (72) adalah bahwa
pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada kalimat (73) kata ganti yang
digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal -nya.
Kata ganti -nya pada kalimat (73) tidak menggantikan kata yang mengacu kepada
orang, melainkan kata yang mengacu kepada binatang (hewan mamalia) dan
berfungsi sebagai objek atau penunjuk kepemilikan.
Tabel 27
Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Zanah Safitri
No Kalimat Kata Ganti Orang
Analisis 1 2 3 4 5 6
74 Hari itu bertepatan
pada hari Kamis. Aku
sedang duduk manis
di depan TV. Tiba-
tiba saudara sepupuku
datang mengajak aku
untuk mengikuti
pengajian bersamanya
dan teman-temannya.
Penggunaan kata ganti
orang pertama Aku tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga -nya tepat
karena menunjukkan makna
tunggal.
75 Saling bertutur sapa
pun di lakukan antara
aku dan teman-teman
saudara sepupuku itu,
ternyata mereka tidak
seburuk yang aku
pikir mereka sangat
baik, ramah, dan
sopan santun.
Penggunaan kata ganti
orang ketiga mereka tepat
karena menunjukkan makna
jamak.
67
Jumlah 1 1 1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan
“Awal Masuk Pengajian” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti yang digunakan
dalam karangan narasi siswa ini yaitu kata ganti orang pertama tunggal aku, kata
ganti orang ketiga tunggal -nya, dan kata ganti orang ketiga jamak mereka.
Penggunaan ketiga kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya.
Pada kalimat (74) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang
pertama tunggal aku dan kata ganti orang ketiga tunggal -nya. Pada kalimat
tersebut aku adalah kata ganti yang menggantikan kata Zanah Safitri si pembicara
dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan penggunaan kata ganti orang -nya dalam
kalimat (74) untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan
dalam konstruksi pemilikan. Pada kalimat tersebut kata ganti -nya menggantikan
kedudukan kata saudara sepupu yang berfungsi sebagai penunjuk kepemilikan.
Sedangkan penggunaan kata ganti mereka pada kalimat (75) untuk menyatakan
diri orang ketiga, atau orang yang dibicarakan yang jumlahnya lebih dari seorang,
dapat digunakan terhadap siapa saja dan oleh siapa saja. Pada kalimat (75) mereka
menggantikan teman-teman saudara sepupuku dan berfungsi sebagai subjek.
Tabel 28
Rekapitulasi Temuan Hasil Penggunaan Kata Ganti Orang
No Nama Siswa Kata Ganti Orang Letak Paragraf
1 Aidha Radyana
Anisa Wahidah
Ariyani Hidayati
Averous Karim. P
Bagas Prasetyo
Belinda Zahara. D
Eva Sahara
Ferdian Hadi. C
Fitri Handayani
Kami Paragraf ke-1 dan 2
Paragraf ke-1 dan 2
Paragraf ke-1 dan 3
Paragraf ke-1, 2, dan 3
Paragraf ke-1 dan 3
Paragraf ke-1 dan 2
Paragraf ke-1
Paragraf ke-3
Paragraf ke-1
68
Haidar Fahmi. S
Ikrar Nusa Bhakti
Kalisa Dara. P
M. Dennis Fiqih
Nur Hidayati
Nurali Samalo
Buggy. A
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1 dan 2
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
Paragraf ke-2
2 Nur Hidayati
Nurali Samalo
Buggy. A
Wiwi Lestari
Kita
Paragraf ke-1
Paragraf ke-2
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
3 Averous Karim. P
Awal Prasetio
Bagas Prasetyo
Erhan Angga Wira
Kalisa Dara. P
M. Dennis Fiqih
Nur Hidayati
Nurali Samalo
Sisi Nada Riski
Wiwi Lestari
Zanah Safitri
-nya Paragraf ke-2
Paragraf ke-2 dan 3
Paragraf ke-2
Paragraf ke-2
Paragraf ke-1, 2, dan 3
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1, 2, dan 3
Paragraf ke-1
Paragraf ke-2
Paragraf ke-2
Paragraf ke-1
4 Ardiansyah
Awal Prasetio
Belinda Zahara. D
Kalisa Dara. P
Nurali Samalo
Rio Ikhwan Nur
Dia Paragraf ke-3
Paragraf ke-3
Paragraf ke-3
Paragraf ke-2
Paragraf ke-3
Paragraf ke-2
5 Erhan Angga Wira
Kalisa Dara. P
Ia Paragraf ke-2
Paragraf ke-3
69
6 Aidha Radyana
Anisa Wahidah
Ariyani Hidayati
Eva Sahara
Ferdian Hadi. C
Fitri Handayani
Haidar Fahmi. S
Kalisa Dara. P
Rio Ikhwan Nur
Sisi Nada Riski
Tubagus Renaldi
Wiwi Lestari
Saya Paragraf ke-3
Paragraf ke-3
Paragraf ke-2
Paragraf ke-4
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
Paragraf ke-3
Paragraf ke-3
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
7 Ardiansyah
Awal Prasetio
Nurali Samalo
Serliana Eka. P
Zanah Safitri
Aku Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
8 Bagas Prasetyo
Erhan Angga Wira
Ikrar Nusa Bhakti
-ku Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
Paragraf ke-1
9 Ardiansyah
Erhan Angga Wira
Nur Hidayati
-mu Paragraf ke-2
Paragraf ke-3
Paragraf ke-1
10 Ardiansyah
Buggy. A
Kamu Paragraf ke-2
Paragraf ke-3
11 Nur Hidayati -kau Paragraf ke-1
12 Kalisa Dara. P
Nur Hidayati
Zanah Safitri
Mereka Paragraf ke-3
Paragraf ke-1
Paragraf ke-2
70
13 Kalisa Dara. P
Nurali Samalo
Kalian Paragraf ke-3
Paragraf ke-2
D. Interpretasi Data
Berdasarkan deskripsi dan analisis hasil data diatas, dapat diperoleh
informasi sebagai berikut. Karangan narasi yang menggunakan kata ganti orang
pertama yang menunjukkan makna tunggal sebanyak dua puluh kata ganti yang
semua penggunaan kata gantinya tepat. Karangan narasi yang menggunakan kata
ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak sebanyak dua puluh delapan
kata ganti yang dua puluh enam tepat dan dua tidak tepat. Kata ganti yang tidak
tepat terdapat dalam kalimat (63 dan 72). Karangan narasi yang menggunakan
kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna tunggal sebanyak enam kata
ganti yang semua penggunaan kata gantinya tepat. Karangan narasi yang
menggunakan kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna jamak sebanyak
tiga kata ganti yang semua penggunaan kata gantinya tepat. Karangan narasi yang
menggunakan kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal sebanyak
dua puluh empat kata ganti yang semua penggunaan kata gantinya tepat.
Karangan narasi yang menggunakan kata ganti orang ketiga yang menunjukkan
makna jamak sebanyak empat kata ganti yang penggunaan kata gantinya tepat.
Dari semua karangan narasi yang dianalisis tersebut, dapat dikatakan
bahwa kata ganti yang paling banyak muncul yaitu kata ganti orang pertama yang
menunjukkan makna jamak (kami dan kita). Urutan kedua kata ganti orang ketiga
yang menunjukkan makna tunggal (-nya, dia, dan ia) diikuti kata ganti orang
pertama yang menunjukkan makna tunggal (saya, aku, dan -ku), kata ganti orang
kedua yang menunjukkan makna tunggal (-mu, kamu, dan -kau), kata ganti orang
ketiga yang menunjukkan makna jamak (mereka). Kata ganti yang paling sedikit
muncul dalam karangan narasi siswa yakni kata ganti orang kedua yang
menunjukkan makna jamak (kalian).
71
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesalahan penggunaan kata ganti
orang dalam karangan narasi siswa kelas XI.1 semester ganjil SMA
Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat tahun pelajaran 2013/2014, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Dari semua karangan narasi yang dianalisis tersebut, dapat dikatakan
bahwa kata ganti yang paling banyak muncul yaitu kata ganti orang pertama yang
menunjukkan makna jamak (kami dan kita). Urutan kedua kata ganti orang ketiga
yang menunjukkan makna tunggal (-nya, dia, dan ia) diikuti kata ganti orang
pertama yang menunjukkan makna tunggal (saya, aku, dan -ku), kata ganti orang
kedua yang menunjukkan makna tunggal (-mu, kamu, dan -kau), kata ganti orang
ketiga yang menunjukkan makna jamak (mereka). Kata ganti yang paling sedikit
muncul dalam karangan narasi siswa yakni kata ganti orang kedua yang
menunjukkan makna jamak (kalian).
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang diuraikan di atas, maka beberapa saran yang
dapat peneliti kemukakan berkenaan dengan hasil penelitian ini adalah:
1. Guru hendaknya memberi pengetahuan tentang menulis karangan, sehingga
siswa dapat menulis karangan sesuai tema dan karangannya, apa itu karangan
narasi, persuasi, deskripsi, argumentasi atau eksposisi.
2. Minat siswa terhadap keterampilan menulis pada umumnya kurang karena
mereka terbiasa menjadi penyimak. Oleh karena itu, disarankan agar pada
pembelajaran keterampilan menulis guru lebih banyak memberikan praktik
menulis kepada siswa daripada teori, dan sebaiknya kegiatan menulis selalu
ditanamkan dalam diri siswa agar pembelajaran menulis tidak menjadi
sesuatu yang begitu menyulitkan.
72
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti., dkk., Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga, 2003.
Alwi, Hasan., dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2000.
Bridges, Charles W and Ronald F. Lunsford. Writing: Discovering Form and
Meaning. California: Wadsworth Publishing Company Belmont, 1984.
Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2000.
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009.
Gunawan., dkk., Belajar Mengarang: Dari Narasi Hingga Argumentasi untuk
SMU dan Umum. Jakarta: Erlangga, 1997.
Kentjono, Djoko., dkk., Tata Bahasa Acuan Bahasa Indonesia untuk Penutur
Asing. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010.
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1982.
. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa
Indah, 1994.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
Kuntarto, Niknik M. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2010.
Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Nurhadi. Tata Bahasa Pendidikan Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa.
Semarang: IKIP Semarang Press, 1995.
Parera, Jos. Daniel. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga, 1987.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
73
Putrayasa, Ida Bagus. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional).
Bandung: Refika Aditama, 2010.
Semi, M. Atar. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa, 1995.
Siti Sahara., dkk., Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN
Jakarta, 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.
Suparno dan Mohamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2006.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1988.
Wibowo, Wahyu. Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan Pragmatik
dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo, 2007.
Yulianto, Banbang dan Maria Mintowati. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009.
RIWAYAT PENULIS
ETY FITRIYAH dilahirkan di Bogor pada tanggal 30
Oktober 1991. Penulis merupakan putri ketiga dari empat
bersaudara, buah pernikahan bapak Entju dan ibu Maryam.
Penulis menempuh pendidikan pertama di SD Muhammadiyah
38 Sawangan, tamat pada tahun 2003. Kemudian penulis
menjajaki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP
Muhammadiyah 19 Sawangan, tamat pada tahun 2006 dan meneruskan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas di SMA Muhammadiyah Sawangan, tamat pada tahun
2009. Selanjutnya penulis tercatat sebagai mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2009 dan tamat pada tahun 2013.
Untuk mengantarkan gelar kesarjanaan putri ketiga kelahiran Bogor ini menulis
skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti Orang dalam
Karangan Narasi Siswa Kelas XI.I Semester Ganjil SMA Muhammadiyah
Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.” Di kampus penulis
pernah aktif dalam sebuah organisasi FORSA dan menggeluti bidang olah raga
volly. Motto hidup penulis adalah “Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah
dan tidak mau berusaha”.