Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS
MATEMATIS PADA SISWA SMP KELAS IX
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
DISUSUN OLEH :
Kholifah
1110017000073
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ABSTRAK
Kholifah (1110017000073) “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis
Matematis Siswa SMP kelas IX” Jurusan Pendidikan Matematika , Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis
matematis siswa SMP kelas IX. Penelitian ini dilakukan di Mts. Annida Al-
Islamy pada kelas IX tahun ajaran 2017/2018. Data penelitian diperoleh dari
analisis jawaban siswa terhadap tes kemampuan berpikir kritis .Pada penelitian ini
digunakan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Robbert. H. Ennis.yaitu
situation, inference, reason, dan overview. Hasil penelitian menunjukan bahwa
tingkat kemampuan berpikir kritis siswa SMP kelas IX di MTs. Annida Al-Islamy
secara keseluruhan hasil rata-rata tes kemampuan berpikir kritisnya masuk dalam
kategoti sedang yaitu sebesar 63,3. Namun secara kuantitatif sebanyak 53,7%
siswa berkemampuan rendah (kurang dari 60), 20% siswa berkemampuan sedang
(60<75), dan 26,3% siswa berkemampuan tinggi (lebih dari 75)
Kata kunci: berpikir kritis, kategori, rendah, sedang, tinggi
ii
ABSTRAK
Kholifah (1110017000073) “ Analysis Of Critical Mathematic Thinking Skill In
Junior High School Grade IX” . Mathematic Education Department, Faculty Of
Tarbiyah And Education Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University
Of Jakarta 2017.
The purpose of this research is to know and analysis of critical thinking
mathematic skill of junior high school student grade IX in MTs. Annida Al-
Islamy on academic years 2017/2018. Data of this research was found by analysis
of students answer about critical mathematic thinking test. This research using
indicators of critical thinking by Robbert H Ennis that are situation, inference,
reason and overview. The result is totally average of test critical thinking skill is
good that’s 63,3. But as quantities lot of student about 53,7% student have low
category (under 60), 20% of student have medium category (60 <75) and just 26,3
% of student have high category( more than 75)
Key word : critical thinking, category, low, medium, high.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul : “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa SMP Kelas IX”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian Sarjana.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan
skripsi ini, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat
membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Cukup banyak
kesulitan yang penulis temui dalam penulisan skripsi ini, tetapi Alhamdullilah
dapat penulis atasi dan selesaikan dengan baik.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari Allah SWT
Jakarta , Oktober 2017
Penulis,
Kholifah
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis telah banyak
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu,
khususnya kepada :
1. Ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta dorongan
moril maupun materil yang tak terhingga.
2. Kakak-kakakku tercinta dan semua keponakanku yang lucu terima kasih
atas doa dan dukungannya.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Kadir.M.Pd , Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
penuh kesabaran dalam memotivasi dan mendorong penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah meridhoi beliau atas
segal ilmu yang telah diberikan dan bantuannya.
5. Ibu Dra. Afidah mas’ud. Selaku guru pembimbing akademik sekaligus
pembimbing skripsi yang dengan kesabaran beliau senantiasa
membimbing dang mengarahkan serta member motivasi bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd. Dosen Pembimbing I yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsiini.
7. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
8. Bapak Kepala Sekolah MTs Annida Al-Islamy, Bapak Khoirudin, S.Ag..
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
v
9. Sahabat-sahabat perjuangan di PMTK: Siti Fathur Rohma, Indah Yunita,
Agus Triono , fajriani, dan sahabat sahabat yang tidak bisa disebutkan
satu persatu. Terimakasih atas bantuan dan dukungan kalian kawan.
10. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis berharap semoga Allah swt. membalas segala kebaikan mereka.
Semoga karya ilmiah ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya. Amin.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ............................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual ......................................................................... 8
1. Berfikir Kritis Matematis .............................................................. 8
2. Karakteristik Siswa SMP .............................................................. 18
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 24
C. Kerangka Berpikir............................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 27
B. Metode Penelitian ............................................................................... 27
C. Subjek Penelitian ................................................................................ 27
D. Instrumen Penelitian ........................................................................... 28
E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ........................................................... 37
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 39
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 85
A. Kesimpulan ......................................................................................... 59
B. Saran ................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 61
LAMPIRAN .................................................................................................. 64
viii
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Kisi – kisi instrument berpikir kritis…….. ………………………... 29
Tabel 3.2 Nilai Minimal CVR………………………………………………... 31
Tabel 3.3 Uji CVR Instrumen kemampuan berpikir kritis ………………….. 32
Tabel 3.4 Panduan Penyekoran Kemampuan Berfikir Kritis……………….. 33
Table 3. 5 Klasifikasi tingkat kemampuan berpikir kritis matematis………... 35
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa…………………………………………………………….. 38
Table 4.2 persentase kategori kemampun berpikir kritis seluruh siswa……….. 39
Tabel 4.3 hasil tes kemampuan berpikir kritis perindikator…………………. 40
Tabel 4. 4. Kategori Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Pada
Indikator Situation………………………………………………… 42
Tabel 4. 5. Kategori Hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
indikator inference………………………………………………………. 46
Tabel 4. 6. Kategori Hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
indikator reason…………………………………………………………… 50
Tabel 4.7. Kategori Hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada
indikator overview…………………………………………………..…….. 53
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kubus ABCD.EFGH…………………………………………….. 18
Gambar 2. 2 Diagonal bidang kubus ABCD.EFGH………………………….. 19
Gambar 2. 3 Diagonal ruang kubus ABCD.EFGH……………………………... 19
Gambar 2. 4 Bidang diagonal kubus ABCD.EFGH…………………………… 20
Gambar 2. 5 Balok PQRS.TUVW…………………………………………… 20
Gambar 2. 6 prisma segitiga ABC.DEF……………………………………….. 21
Gambar 2. 7 prisma segilima ABCDE.FGHIJ………………………………… 21
Gambar 2. 8 limas segi empat E.ABCD……………………………………… 22
Gambar 2.9 Kubus ABCD.EFGH…………………………………………… 23
Gambar 2.10 skema kerangka berpikir………………………………………… 26
Gambar 4.1 jawaban siswa yang kurang tepat pada indikator situation soal no
1……………………………………………………………….. 43
Gambar 4.2 jawaban siswa yang tepat pada indikator situation soal no 1…… 44
Gambar 4.3 jawaban yang tepat pada indikator inference soal nomor 2………. 47
Gambar 4.4 jawaban yang kurang tepat indikator inference soal no 2….. …… 48
Gambar 4.5 jawaban yang tepat indikator reason soal no 3………………….. 51
Gambar 4.6 jawaban yang kurang tepat indikator reason soal no 3………….. 52
Gambar 4.7 jawaban yang kurang tepat pada indikator overview….. 54
Gambar 4.8 jawaban yang tepat indikator overview soal no 5……………….. 56
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrument Tes Kemampuan Berpikir Kritis ……………………… 64
Lampitran 2 Kunci Jawaban …………………………………………………… 66
Lampiran 3 Panduan Penskoran Kemampuan Berfikir Kritis…………………. 70
Lampiran 4 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis …. ………………………...72
Lampiran 5 Tabel Distribusi Frekuensi …………………………………………74
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa………………………. 75
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Siswa…………………………….................. 76
Lampiran 7 uji validitas ………………………………………………………... 77
Lampiran 8 uji referensi ……………………………………………………….. 80
Lampiran 9 surat permohonan ijin penelitian…………………………………... 85
Lampiran 10 surat keterangan penelitian……………………………………….. 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya untuk memampukan setiap insan untuk
mengembangkan potensi dirinya agar menjadi manusia yang tangguh dan
berkarakter serta berkehidupan sosial yang sehat. Dengan kata lain
pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia. Salah satu
indikator majunya suatu bangsa adalah kemajuan bangsa tersebut menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Sains (IPTEKS)
yang semakin berkembang pesat akhir-akhir ini merupakan hal yang positif
dalam kehidupan, namun juga menjadi tantangan bagi kita untuk dapat
bersaing secara global dengan masyarakat dunia. Dalam kondisi tersebut kita
dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Salah satu cara meningkatkan kualitas SDM adalah melalui pendidikan dan
salah satu cabang ilmu yang mendukung hal tersebut adalah Matematika.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting dalam
pendidikan. matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin ilmu sehingga dikatakan matematika adalah ratunya ilmu
pengetahuan. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini, sehingga
matematika dijadikan mata pelajaran yang diajarkan dari pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi. Hal tersebut senada dengan pendapat Glenda yang
menyatakan “matematika sebagai mata pelajaran paling penting pada
2
kurikulum di seluruh negara, karena mempengaruhi banyak hal untuk
menciptakan dan menguasai teknologi masa depan” 1
.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting, karena
matematika sebagai ilmu dasar yang berkembang dengan pesat baik isi
maupun aplikasinya. Menurut Ary “tujuan pembelajaran matematika dalam
kurikulum 2006 yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
diantaranya agar peserta didik memiliki kemampuan pemahaman konsep,
menggunakan penalaran dalam mengeneralisasi, memecahkan masalah,
mengkomunikasikan gagasan, memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika (rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika)“2. Pada kurikulum ini, hasil belajar dijabarkan dalam beberapa
kemampuan yang telah disebutkan diatas. Untuk dapat menguasai kelima
kemampuan tersebut diperlukan kemampuan dasar yaitu kemampuan berpikir.
Dalam perspektif agama islam berpikir merupakan hal yang sangat
penting. Hal ini tersurat dalam Alquran surah Al-Jaatsiyah ayat 13, Allah
SWT berfirman:
Artinya: “ dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi. Sesungguhnya bagi yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang yang berpikir” (QS. Al-Jaatsiyah:13).
Makna yang tersirat dalam ayat tesebut adalah untuk memahami dunia beserta
isinya ini diperlukan proses berpikir. Matematika merupakan salah satu dari isi
dunia maka untuk memahami matematikapun harus dengan berpikir.
1Ratna Dwi S, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Model Problem
Based Learning Berorientasi Enterpreneurship dan Berbantuan CD Interaktif, Prosiding Seminar
Nasional Matematika 2013. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2 2 Ary Woro Kurniasih, Scaffolding sebagai Alternatif Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematika, dalam JURNAL KREANO, ISSN : 2086-2334 Diterbitkan oleh
Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 3 Nomor 2, Desember 2012, h. 117
3
Berbicara tentang berpikir, maka tidak akan lepas dari matematika.
“Matematika sendiri disusun atau dibentuk dari hasil pemikiran manusia
berupa ide, proses dan penalaran”3. Kemampuan bepikir kritis sendiri
merupakan bagian dari penalaran. Hal ini sejalan dengan “pendapat Krulik dan
Rudnick, bahwa penalaran mencakup berpikir dasar (basic thinking), berpikir
kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking).”4 Maka
berpikir kritis juga bagian penting dalam matematika dan hendaknya
pembelajaran matematika diarahkan tidak semata-mata pada penguasaan dan
pemahaman konsep-konsep, tetapi juga pada peningkatan kemampuan dan
keterampilan berpikir siswa, khususnya keterampilan berpikir kritis.
Berpikir kritis merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk
perkembangan zaman yang semakin maju seperti saat ini. Agar manusia dalam
mengikuti perkembangan zaman masih dalam batas-batas tertentu di mana ia
mampu memilah yang baik dan yang tidak baik untuk dilakukan Berpikir
kritis sendiri mempunyai arti “merefleksikan permasalahan secara mendalam,
mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendapat dan
perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi informasi
yang datang dari berbagai sumber, serta berfikir secara reflektif ketimbang
hanya menerima ide ide dari luar tanpa adanya kepahaman dan evaluasi yang
signifikan.”5 pendapat ini mengajak peserta didik untuk menggunakan
pikirannya dalam tingkat yang lebih tinggi sehingga tidak mudah menerima
sesuatu begitu saja tanpa mencari kebenaran akan hal tersebut..
Berpikir kritis merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembelajaran, namun penerapan pembelajaran untuk berpikir kritis belum
optimal. Salah satu fakta tentang rendahnya pencapaian hasil yang diperoleh
dari pembelajaran matematika di Indonesia ditunjukkan oleh hasil studi
3 Ali Hmzah dan Muhlisrarini. Perencanaan dan strategi pembelajaran matematika.
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2014)cet.2 h.49 4 Joko Sulianto. Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika Untuk
Meningkatkan Berpikir Kritis Pada Siswa Sekolah Dasar. Pend. Matematika FPMIPA IKIP PGRI
Semarang.. Phytagoras, vol.4 no.2, desember, 2008, h.15 5 Desmita. 2010. Psikologi perkembangan peserta didik. ( Bandung: PT. remaja
Rosdakarya ).cet 2 h 153
4
intenasional program for study intenational assessment (PISA) tahun 2015
indonesia menempati posisi 63 dari 69 negara yang di evaluasi.6 Seperti
halnya penelitia yang dilakukan PISA, survey internasional The Third
International Mathematics and Science Study (TIMSS) 3 periode terakhirpun
menunjukan hal yang sama. Berikut hasil penelitian TIMSS 3 periode terakhir
yaitu tahun 2007, tahun 2011 dan tahun 2015 untuk matapelajaran
matematika, pada tahun 2007 Indonesia menenpati posisi 33 dari 44 negara
yang dievaluasi, pada tahun 2011 prestasi belajar matematika siswa Indonesia
berada pada posisi 41 dari 45 negara peserta7 sedangkan pada tahun 2015.
Siswa Indonesia menempati ranking 45 dari 50 negara yang mengikuti tes
tersebut dengan skor 397 masih dibawah rata-rata internasional8. Hampir di
semua aspek yang di ujikan, siwa Indonesia belum mendapatkan hasil yang
bagus, baik itu aspek number, geometric, data displaying, knowing, applying
dan reasoning. secara khusus aspek reasoning yang didalamnya terdapat
kemampuan berpikir kritis pencapaiannya hanya 20% saja.
Hasil penelitia PISA dan juga TIMSS yang dicapai oleh Indonesia
yang rendah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor
penyebabnya antara lain karena peserta didik di Indonesia kurang terlatih
dalam menyelesaikan soal-soal kontektual9, menuntut penalaran, argumentasi
dan kreativitas dalam meyelesaikannya. Hal ini menunjukan bahwa proses
pembelajaran yang selama ini dilakukan tidak dapat membuat siswa
mengembangkan kemampuan tingkat tingginya termasuk berpikir kritis.
Proses pembelajaran bagi siswa hanya menerima informasi secara pasif
sehingga mereka lebih cenderung menghafal rumus-rumus yang diberikan
tanpa tahu penggunaanya yang tepat., terbukti, Siswa Indonesia hanya
6 Sekelumit dari hasil PISA yang baru dirilis. Diakses pada 17 januari2017 pada
www.ubaya.ac.id/2014/content/articel_detail/230/overview-ofpisa-2015-result-that-have-just-
been- released.html 7Hari Setiadi dkk, kemampuan matematika siswa SMP Indonesia menurut Benchmark
internasiona TIMSS 2011, pusat penilaian pendidikan badan penelitian dan pengembangan
kementrian pendidikan dan kebudayaan. 8 Rahmawati.seminar hasil TIMMS 2015. Diakses pada 17 januari 2017 pada
http://puspendik.kemendikbud.go.id/seminar/upload/rahmawati-seminar-hasil-timss-2015.pdf 9 Hari Setiadi, opcit, h. 46
5
menguasai soal-soal yang bersifat rutin, komputasi sederhana, serta mengukur
pengetahuan akan fakta yang berkonteks keseharian. Namun pada kemampuan
mengintegrasikan informasi, menarik simpulan, serta menggeneralisir
pengetahuan yang dimiliki ke hal-hal yang lain yang merupakan karakteristik
dari soal-soal dalam PISA dan TIMSS masih rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosita Mahmudah di salah satu
sekolah di Tangerang selatan, menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa yang diajarkan dengan cara konvensional menggunakan indikator
menurut Ennis adalah tidak lebih dari 50% untuk pencapaian skor
perindikatornya. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan berpikirkritis siswa
masih rendah.
Berdasarkan hasil observasi penulis di lapanganpun, dalam proses
pembelajaran siswa jarang sekali bertanya. padahal salah satu indikasi siswa
yang berpikir kritis adalah banyak bertanya. ketika siswa diminta untuk
mengerjakan tugas, yang selalu mereka tanyakan adalah “pak, soal yang ini
pake rumus yang mana sih pak?”. Memang ketika mengerjakan soal mereka
bertanya, tapi bentuk pertanyaan seperti ini bukan menunjukan sikap kritis,
Bentuk pertanyaan yang seperti ini lebih mengindikasikan bahwa siswa tidak
faham konsep dari materi yang diajarkan. Anak yang mampu berpikir kritis
akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, menjawab pertanyaan
secara orisinil, mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan secara
efesien dan kreatif .
Berangkat dari permasalahan di atas, penulis melihat bahwa sangat
penting untuk mengkaji sejauh mana kemampuan berpikir kritis matematis
siswa. Dari data yang ada, dapat dicari dan dikaji beberapa factor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa tersebut.
Berkaitan dengan hal ini penulis terdorong untuk melakukan
penelitian deskriptif yang berjudul “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis
Matematis Siswa SMP Kelas IX”
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut
1. Siswa sulit menerapkan materi pada soal yang berbeda.
2. peserta didik di Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal
kontektual yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
3. Kemampuan berfikir kritis siswa cenderung rendah.
4. Pembelajaran masih berfokus pada guru (teacher center ) sehingga kurang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki, maka penulis
membatasi masalah yang dibahas yaitu menganalisis pada keterampilan
berpikir kritis dengan menggunakan indikator berpikir kritis menurut Ennis
yaitu : Reason,inference, situation dan Overview dengan indikator masing-
masing sebagai berikut:
1. Reason dengan indikator siswa mampu memberikan alasan tentang
jawaban yang dikemukakan
2. Inference dengan indikator siswa mampu menarik kesimpulan
disertai langkah langkah penyelesaian
3. Situation dengan indikator siswa dapat menyelesaikan masalah
matematika yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Overview dengan indikator siswa mampu memeriksa kebenaran
dari suatu pernyataan/permasalahan .
Peneliti tidak melakukan proses pembelajaran karena ingin mengetahui
kemampuan berpikir kritis setelah siswa diberikan materi ajar oleh guru yang
mengajar mereka sendiri, sehingga mencerminkan bagaimana hasil proses
belajar mereka sehari-hari.
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka Rumusan masalah utama yang
akan diangkat pada penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan berpikir
kritis matematis siswa kelas IX di MTs. Annida Al-Islamy Rawa Buaya?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir
kritis matematis siswa kelas IX MTs. Annida Al-Islamy.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Bagi guru: Sebagai masukan atau informasi mengenai kemampuan
berpikir kritis matematis agar dapat dijadikan acuan pertimbangan untuk
mencari alternatif solusi pembelajaran yang lebih baik dalam
kemampuan berpikir kritis (memilih pendekatan, model strategi, dll
dalam pembelajarn ).
2. Bagi siswa: hasil penelitian ini sebagai bahan pembelajaran yang
diharapkan akan memotivasi dalam belajar.
3. Bagi peneliti selanjutnya: Penelitian ini menjadi pembelajaran yang
sangat berharga dan sebagai kontribusi pertimbangan untuk melakukan
penelitian lanjutan.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Berpikir Kritis Matematis
a. Definisi Berpikir Kritis Matematis
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk memikirkan sesuatu
yang dapat memperbaiki keadaan dirinya, meningkatkan keimanan,
kemampuan berpikir, perilaku serta memperbaiki keadaan sekelilingnya.
Berpikir sendiri merupakan salah satu aktivitas mental yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. “Berpikir adalah memanipulasi atau
mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering
digunakan untuk membentuk konsep, bernalar, dan berpikir secara kritis
membuat keputusan, berpikir kreatif dan memutuskan masalah”1.
“Dalam kamus besar bahasa Indonesia berpikir adalah
menggunakan akalbudi untuk mempertimbangkan dan memutuskan
sesuatu menimbang-nimbang dalam ingatan”2. Berpikir terjadi dalam
setiap aktivitas mental manusia berfungsi untuk menyelesaikan masalah,
membuat keputusan serta mencari alasan.
“Menurut Peter, berpikir merupakan aktifitas mental seseorang
yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami
(comprehending). Menurut reason mengingat dan memahami lebih bersifat
pasif daripada berpikir (thinking)”3. mengingat pada dasarnya hanya
melibatkan penyimpanan sesuatu yang telah dialami yang kemudian
dikeluarkan kembali atas permintaan; memahami memerlukan
pemerolehan apa yang didengar dan dibaca sertab melihat ketekaitan
1 Jhon W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : kencana predana media group , 2008)
, cet 2, h.357 2Wowo sunaryo k . taksonomi berpikir. (jakrta : PT Remaja Rosdakarya , 2011) h. 1
3Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses. ( Jakarta : kencana
prenada group, 2008) h.230
9
aspek-aspek dalam memori. Berpikir lebih dari keduanya,artinya
berpikir menyebabkan bergerak hingga diluar dari informasi yang
didapatnya.
“Kritis” berasal dari kata yunani “kritikos” atau “criterion”. Kata
“kritikos” berarti pertimbangan, sedangkan kata “criterion” berarti ukuran
baku atau standar. Sehingga secara etimologi kritis mengandung makna
pertimbangan yang didasarkan pada suatu ukuran standard dan baku.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “kritis” berarti sifat tidak mudah
percaya, selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruandan tajam
dalam penganalisisan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kritis
merupakan suatu sikap atau tindakan dimana seseorang tidak menerima
begitu saja apa yang ia dapatkan namun mempertanyakan kembali Sesutu
tersebut dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan”4.
Kata “Kritis” sebagaimana digunakan dalam ungkapan “berpikir
kritis”, berkonotasi pentingnya atau sentralitas dari pemikiran yang
mengarah pada pernyataan isu atau masalah yang memprihatinkan. “kritis”
dalam konteks ini tidak berarti “penolakan” atau “negative”5. Ada istilah
“orang kritis” yaitu orang yang cenderung mencari kesalahan orang lain.
Seperti halnya aktifitas lain berpikir kritis dapat dilandasi pikiran negative
juga ada yang positif dan berguna, misalnya merumuskan solusi yang
terbaik untuk masalah pribadi yang kompleks, berunding dengan
kelompok tentang tindakan apa yang ahrus diambil, atau menganalisis
asumsi atau kualitas metode yang digunakan secara ilmiah dalam menguji
suatu hipotesis. Berpikir kritis dapat terjadi kapan saja, seperti satu hakim
memutuskan atau memecahkan masalah.pada umumnya setiap orang harus
mencari tahu apa yang harus dipercaya atau apa yang harus dilakukan dan
melakukannya dengan cara yang wajar dan relektif. Orang yang berpikir
kritis selalu menanyakan “mengapa suatu hal terjadi?”, “bagaimana suatu
hal dapat terjadi” dan apa yang menyebabkan suatu hal dapat terjadi?”
4 Fidya faridah, definisi berpikir kritis, artikel diakses pada 20 september 2016 dari
fidyafaridah.blogspot.co.id?2015/11/definisi-berpikir-kritis-definisi.html 5 Wowo sunaryo. opcit h. 20
10
untuk mencari solusi ataupun alasan. Kemampuan berpikir kritis setiap
individu berbeda antara satu dengan lainnya sehingga perlu dipupuk sejak
dini.
Edward Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu sikap
mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang
berada dalam jangkauan seseorang; pengetahuan tentang metode-metode
pemeriksanaan dan penalaran yang logis; dan semacam suatu keterampilan
untuk menerapkan metode metode tersebut6.
“Menurut Daceyv dan Kenny, pemikiran kritis (critical thinking)
adalah, terbiasa berpikir secara logis, untuk menggunakan pikiran logis itu
dalam menilai sesuatu, dan membuatkan keputusan.”7 maka sebelum
menyimpulkan sesuatu diperlukan pemikiran kritis.
Menurut Ennis berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan
reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai dan lakukan8. Berpikir kritis difokuskan kedalam pengertian
sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan. Tujuan
dari berpikir kritis akhirnya memungkinkan kita untuk membuat
keputusan.
Dari definisi diatas maka berpikir kritis merupakan proses berpikir
secara logis dengan memanfaatkan pengetahuan, pemahaman atau
keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan suatu masalah atau
pengambilan keputusan yang tepat disertai alasan dan bukti. berpikir kritis
matematis adalah proses berpikir secara logis dalam menyelesaikan tugas
matematika dengan tepat disertai alasan dan bukti..
“Ennis berpendapat bahwa berpikir kritis pada dasarnya tergantung
pada dua disposisi. Pertama, “bisa melakukan dengan benar” sejauh
mungkin menyajikn posisi jujur dan kejelasan. kedua, tergantung pada
6 Ajeng Desi Crisandi Pritasari, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas XI IPA 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Yogyakarta Pada Pembelajaran Matematika
Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI), skripsi , Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, 2011 7 Desmita. opcit , h 153
8 Ali Hamzah dan Muhlisrarini. Opcit , h. 38
11
proses evaluasi“9. Berdasarkan pendapat ini berpikir kritis berkaitan
dengan mencari kejelasan yang melalui proses evaluasi.
“Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman
yang mendalam yang membuat seseorang mengerti maksud dibalik ide dan
mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian. Proses berpikir kritis
mengharuskan keterbukaan pikiran, kerendahan hati, dan kesabaran.
Kualitas-kualitas ini membantu seseorang mencapai pemahaman yang
mendalam. Hal ini membuat pemikir kritis selalu berpikiran terbuka saat
seseorang mencari keyakinan yang ditimbang baik-baik berdasarkan bukti
logis dan logika yang benar. Pencarian pemikir kritis akan kebenaran
mengharuskan seseorang berhati-hati dalam menarik kesimpulan, cepat
mengakui kebodohan, rindu mendapatkan informasi baru, sabar dalam
menyelidiki bukti, toleran terhadap sudut pandang baru dan mau mengakui
kelebihan sudut pandang orang lain dibandingkan dengan sudut pandang
dirinya sendiri.”10
Seorang siswa dapat dikatakan berpikir kritis bila siswa tersebut
mampu menguji pengalamannya, mengevaluasi pengetahuan, ide-ide, dan
mempertimbangkan argument sebelum mendapatkan justifikasi. Agar
siswa menjadi pemikir kritis maka harus dikembangkan sikap-sikap
keinginan untuk bernalar,ditantang dan untuk mencari kebenaran.
b. Berpikir Kritis dalam Matematika
Tujuan dari pembelajaran matematika telah tercantum dalam KTSP
dimana dalam kurikulum tersebut pembelajaran matematika bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan, yaitu:11
9 Wowo sunaryo k .opcit , h. 21
10 Elita Justi Jamaan. Kemampuan berpikir kritis matematis : apa dan bagai mana
Dikembangkan pada peserta didik sekolah dasar. Seminar Nasional Pendidikan MIPA, UNP,
2014. h. 35 11
Ary Woro Kurniasih, Scaffolding sebagai Alternatif Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematika, dalam JURNAL KREANO, ISSN : 2086-2334 Diterbitkan oleh
Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 3 Nomor 2, Desember 2012, h. 117
12
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika diatas, untuk
memenuhi tujuan tersebut maka perlu memberikan pengajaran berpikir
tingkat tinggi kepada peserta didik. Berpikir tingkat tinggi yang sangat
diperlukan dalam pembelajaran matematika salah satunya adalah berpikir
kritis. Berpikir kritis merupakan suatu pemikiran yang ideal dengan tujuan
untuk bisa memberikan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik.
Selain itu, siswa dalam melakukan suatu hal akan lebih terarah dan
menjadi kebiasaan yang baik guna memahami konsep matematika,
memecahkan masalah, mengambil kesimpulan dan mengevaluasi hasil
pemikiran secara matang. Berpikir kritis dalam matematika akan
menjadikan siswa mampu mengorganisasi dan menggabungkan berpikir
matematis melalui komunikasi, mengkomunikasikan berpikir
matematisnya secara koheren dan jelas kepada siswa yang lain, guru, dan
orang lain, menganalisis dan mengevaluasi berpikir matematis dan
strategi, menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide
matematis dengan tepat.
13
c. Indikator Berpikir Kritis
Beberapa komponen berpikir kritis menurut Seifert dan Hoffnung
yaitu12
:
1) Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara kritis,
seseorang memiliki kemampuan untuk
menjelaskan,menggeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif, dan
merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental.
2) Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu
problem,seseorang harus memiliki pengethuan tentang topic atau
kontennya.untuk memecahkan suatu konflik pribadi,seseorang harus
memiliki pengetahuan tntang person dan dengan siapa yang memiliki
konflik tersebut.
3) Metacognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif
mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk
benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan
informasi baru, dan mreka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah
mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut.
4) Values,belief,and disposition. Berpikir secara kritis berarti
melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam
keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi.
Ini juga berarti ada semacam disposisi yang persisten dan reflektif
ketika berpikir.
Menurut facione terdapat enam kriteria berfkir kritis yaitu13
:
1) Interpretation: menafsirkan apa yang difahami dari yang dibaca
atau diobservasi dengan memperlihatkan bukti. Menginterpretasi
adalah memahami dan mengekspresikan makna atau signifikansi
dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, kejadian-kejadian,
penilaian, aturan-aturan, prosedur atau kriteria-kriteria. Indikator
12
Desmita , opcit , ,h. 154 13
Lesley dkk,critical thinking skills for education students. Singapura : SAGE
publication, 2013) second edition. H. 87
14
interpretation disini adalah dapat memahami makna / maksud dari
pertanyaan.
2) Analysis : memeriksa dengan detil elemen yang terdiri dari
pertanyaan ataupun pernyataan yang membawa kita untuk
menemukan maksud informasi atau data. Analisis adalah
mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensial yang dimaksud
dan aktual diantara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan,
konsep-konsep, deskripsi-deskripsi atau bentuk-bentuk representasi
lainnya yang dimaksudkan untuk mengekspresikan kepercayaan-
kepercayaan, penilaian, pengalaman-pengalaman, alasan-alasan,
informasi atau opini-opini. Indikator analysis disini adalah dapat
mengidentifikasi dan menyimpulkan hubungan antara pernyataan,
pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk-bentuk representasi lain.
3) Evaluation : mendapatkan kejelasan akan suatu informasi, yang
dibutuhkan untuk memutuskan dan dievaluasi. Dengan
mempertimbangkan beberapa kesaksian, “apakah semua setuju atau
kontradiksi?” “Yang mana yang mungkin dipercaya dan mengapa?”
“Apakah terdapat bukti fakta yang menyebabkan hasilnya lebih
akurat dan tepat?”. Evaluasi berarti menaksir kredibilitas
pernyataan-pernyataan yang merupakan laporan-laporan atau
deskripsi-deskripsi dari pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan
atau opini seseorang, dan menaksir kekuatan logis dari hubungan-
hubungan inferensial atau dimaksud diantara pernyataan-
pernyataan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan-pertanyaan, atau
bentuk-bentuk representasi lainnya. Indikator evaluation disini
adalah dapat mengecek atau memeriksa kredibilitas pernyataan
yang telah disampaikan.
4) Inference : merupakan bagian dari proses berpikir kritis yang
dimulai dengan menggabungkan pengetahuan yang kita miliki
dengan yang kita temukan supaya terbentuk pemahaman yang baru
Sebagai hasil dari evaluasi dan analisis. Sehingga dapat menarik
15
kesimpulan disertai alasan yang logis. Indikator inference disini
adalah dapat memberikan bukti logis memlalui langkah-langkah
peneyelesaian dalam menarik kesimpulan.
5) Explanation: untuk menjelaskan alasan yang jelas dan logis kamu
harus mahir membuat rencana berpikir dan dapat dipahami.
Memberika alasan yang jelas dari kesimpulan yang dibuat. Indikator
explanation disini adalah dapat memberikan alasan yang logis dari
hasil yang diperoleh.
6) Metacognition: berpikir kritis dapat menyebabkan kesadaran diri
seseorang berkembang.
Ada dua belas indikator berpikir kritis yang ada dalam lima
kelompok keterampilan berpikir,yaitu14
:
1) Memberi penjelasan sederhana meliputi memfokuskan pertanyaan,
menganalisis argument, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang
suatu penjelasan atau tantangan.
2) Membangun keterampilan dasar meliputi mempertimbangkan
kredibilitas suatu sumber, mengobservasi dan mempertimbangkan
hasil observasi
3) Menyimpulkan meliputi membuat deduksi dan mempertimbangkan
hasil deduksi, membuat induksi dan mempertimbangkan hasil
induksi, serta membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan.
4) Membuat penjelasan lebih lanjut meliputi mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan definisi serta mengidentifiksai asumsi
5) Strategi dan taktik yang meliputi memutuskan suatu tindakan,
berinteraksi dengan orang lain,
Selain itu Ennis juga menyatakan bahwa ada enam elemen dasar
dalam berpikir kritis yaitu FRISCO (Focus, Reason, Inference, Situation,
Clarity, Overview), penjelasannya sebagai berikut15
:
14 Ali Hamzah dan Muhlisrarini.. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika.
(Jakarta: Pt grafindo persada. 2014) Cet 2 h. 38
16
1) Focus (fokus):
Langkah awal yang harus dilakukan dalam berpikir kritis adalah
dapat mengidentifikasi masalah utama. mengidentifiksai situasi
atau masalah yang dihadapi dengan baik. Dalam hal ini indikator
focus adalah dapat menentukan konsep yang akan digunakan dalam
menyelesaikan masalah.
2) Reason (alasan):
Menurut Ennis, untuk mendapatkan suatu alasan yang mendukung,
kita harus mencoba mencari gagasan yang baik. Selain itu, kita
juga harus faham dengan alasan yang disampaikan untuk
mendukung kesimpulan dan memutuskan suatu argument. Orang
yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dalam
memberikan alasan yang bisa diterima oleh orang lain. Dalam
memberikan gagasan, kita harus tahu dan paham bahwa gagasan
yang kita sampaikan merupakan gagasan yang baik dan benar.
Dengan memiliki alasan yang disertai bukti, tentu gagasan yang
kita punya akan semakin kuat nilai kebenarannya. Dengan kata lain
indikator reason yaitu mampu memberikan alasan tentang jawaban
yang dikemukakan
3) Inference (menarik kesimpulan)
Orang yang berpikir kritis akan dapat membuat kesimpulan
dengan mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima oleh
orang lain. Sehingga kita dapat membuat kesimpulan yang
mempertimbangkan pendapat orang lain disertai alasan yang logis.
Menarik kesimpulan meliputi kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi serta menilai hasil
induksi, membuat serta menentukan nilai pertimbangan. Dengan
kata lain, indikator Inference yaitu membuat kesimpulan dari
informasi disertai langkah-langkah penyelesaian.
15
Sofan amri dan lif khoirul ahmadi, proses pembelajaran kreatif dan inovatif, (Jakarta :
prestasi pustka,2010)h.65
17
4) Situation (situasi):
Menurut Ennis, situasi itu meliputi orang yang terlibat, dan juga
tujuan, sejarah, pengetahuan, emosi, prasangka, keanggotaan
kelompok dan kepentingan mereka, termasuk juga lingkungan fisik
dan lingkungan social. orang yang memiliki kemampuan berpikir
kritis akan mampu mengenali situasi yang terjadi sehingga dapat
menjawab soal sesuai konteks permasalahan. Dengan kata lain
indikator situation adalah mampu menyelesaikan masalah
matematika yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai
dengan situasi permasalahannya.
5) Clarity (kejelasan):
Elemen clarity menurut Ennis merupakan suatu kemampuan untuk
memeriksa atau memastikan bahwa pemikiran yang disampaikan
tidak membuat interpretasi ganda atau memuat kejelasan dalam
istilah yang digunakan sehingga tidak terjadi kesalahan saat
membuat kesimpulan.
6) Overview (peninjauan):
Elemen terakhir dalam berpikir kritis adalah overview. Overview
ini dilakukan sebagai bagian dari pengecekan secara keseluruhan.
Overview juga dapat dikatakan sebagai kemampuan seseorang
utnuk memeriksa kebenaran suatu masalah, meninjau ulang apa
yang telah dilakukan dan disimpulkan. Dengan kata lain indikator
overview adalah dapat mengecek atau memeriksa apa yang telah
ditemukan, dipertimbangkan, dipelajari dan disimpulkan.
Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kritis mengacu pada tiga
elemen dasar yang diungkapkan Ennis yaitu Inference, Reason,
situation dan Overview dengan indikator sebagai berikut:
1) Inference yaitu membuat kesimpulan dari informasi disertai
langkah-langkah penyelesaian.
18
2) Reason dengan indikator siswa mampu memberikan alasan
tentang jawaban yang dikemukakan
3) Situation dengan indikator mampu menyelesaikan masalah
matematika yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan situasi permasalahannya..
4) Overview dengan indikator siswa dapat mengecek atau
memeriksa apa yang telah ditemukan, dipertimbangkan,
dipelajari dan disimpulkan.
2. Bangun ruang sisi datar
Salah satu materi pelajaran yang ada dalam matematika adalah
geometri. Dalam penelitian ini penulis menggunakan materi geometri pada
bahasan bangun ruang sisi datar yang ada di kelas VIII pada semester
genap. Materi bangun ruang yang dipakai dalam penelitian ini adalah,
kubus, balok, prisma dan limas.
a. Kubus
Gambar 2.1 menunjukkan sebuah gambar kubus ABCD.EFGH yang
memilki unsur sebagai berikut.
1). Sisi/bidang
Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari Gambar 2.1 terlihat
bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semua sisinya berbentuk persegi,
gambar 2. 1 Kubus ABCD.EFGH
19
sisi-sisi tersebut yaitu sisi ABCD, EFGH, ABFE, CDHG, BCGF, dan
ADHE.
2). Rusuk
Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan terlihat
seperti kerangka yang menyusun kubus. Kubus ABCD.EFGH memiliki 12
buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan
DH. 3). Titik sudut
Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Kubus
ABCD.EFGH memilki 8 buah titik sudut, yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H.
4). Diagonal bidang
Pada Gambar 2.2 kubus ABCD.EFGH terdapat garis AF yang
menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu sisi/
bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai diagonal bidang. Diagonal
bidang pada kubus ABCD.EFGH sebanyak 12, yaitu AF, BE, BG, CF,
CH, DG, DE, AH, EG, FH, AC, dan BD.
5). Diagonal ruang
gambar 2. 2 Diagonal bidang kubus ABCD.EFGH
gambar 2. 3 Diagonal ruang kubus ABCD.EFGH
20
Pada Gambar 2.3 kubus ABCD.EFGH terdapat garis HB yang
menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang.
Ruas garis tersebut disebut diagonal ruang.
6). Bidang diagonal
Pada Gambar 2.4 terlihat dua buah diagonal bidang pada kubus
ABCD.EFGH yaitu AC dan EG. Diagonal bidang AC dan EG beserta dua
rusuk kubus yang sejajar, yaitu AE dan CG membentuk suatu bidang di
dalam ruang kubus bidang ACGE pada kubus ABCD.EFGH. bidang
ACGE disebut bidang diagonal.
b. Balok
Sifat-sifat balok PQRS.TUVW sebagai berikut.
1). Memiliki 6 sisi (bidang) berbentuk persegi panjang yang tiap
pasangnya kongruen. Sisi (bidang) tersebut adalah bidang PQRS, TUVW,
QRVU, PSWT, PQUT, dan SRVW.
2). Memiliki 12 rusuk, dengan kelompok rusuk yang sama panjang sebagai
berikut.
gambar 2. 4 Bidang diagonal kubus ABCD.EFGH
gambar 2. 5 Balok PQRS.TUVW
21
a). Rusuk PQ = SR = TU = WV.
b) Rusuk QR = UV = PS = TW.
c). Rusuk PT = QU = RV = SW.
3). Memiliki 8 titik sudut, yaitu titik P, Q, R, S, T, U, V, dan W.
4). Memiliki 12 diagonal bidang, di antaranya PU, QV, RW, SV, dan TV.
5. Memiliki 4 diagonal ruang yang sama panjang dan berpotongan di satu
titik, yaitu diagonal PV, QW, RT, dan SU.
6. Memiliki 6 bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang dan tiap
pasangnya kongruen. Keenam bidang diagonal tersebut adalah PUVS,
QTWR, PWVQ, RUTS, PRVT, dan QSWU.
c. Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang kongruen yang
sejajar dan bidang-bidang tegak yang menghubungkan keduan budang itu.
Sifat-sifat prisma:
1). Dua bidang kongruen dan sejajar disebut bidang alas dan bidang atas.
2). Rusuk-rusuk tegaknya saling sejajar.
gambar 2. 7 prisma segilima ABCDE.FGHIJ
gambar 2. 6 prisma segitiga ABC.DEF
22
3). Bidang-bidang tegaknya berbentuk persegi panjang.
4). Bidang diagonalnya berbentuk persegi panjang.
5). Nama prisma tergantung bentuk alasnya.
6) rangkaian beberapa bangun datar merupakan jarring-jaring prisma, Jika
setelah dilipat menurut garis persekutuan dua bangun dapat membentuk
bangun ruang prisma.
d. limas
gambar 2. 8 limas segi empat E.ABCD
limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang alas dan
bidang-bidang tegak yang berpotongan disatu titik (puncak).
Sifat- sifat limas:
1). Bidang alas berbentuk segi banyak.
2). Bidang bidang tegaknya berbentuk segi tiga.
3). Bidang diagonalnya berbentuk segi tiga.
4). Nama limas bergantung bentuk alasnya.
5) rangkaian beberapa bangun datar merupakan jarring-jaring limas, Jika
setelah dilipat menurut garis persekutuan dua bangun dapat membentuk
bangun limas.
e. Luas Permukaan bangun ruang sisi datar
23
Gambar 2.9 Kubus ABCD.EFGH
Gambar 2.6 menunjukkan kubus yang panjang setiap rusuknya adalah .
Sebuah kubus memiliki 6 buah sisi yang setiap panjang rusuknya atau
berbentuk persegi. Sehingga luas daerah setiap sisi kubus= s2. Dengan
demikian luas permukaan kubus = 6 x s2
Luas permukaan dan volume bangun ruang yang lain disajikan dalam
rumus di bawah ini:
Luas permukaan balok dirumuskan : 2(p x l) + 2 x (pxt) + 2 x (txl)
Luas permukaan prisma = keliling prisma x tingginya + 2x luas alasnya
Luas limas = luas alasnya + keliling limas x apotema
Volume kubus= s3
Volume balok = p x l x t
Volume prisma = luas alas x tinggi dan
Volume limas = 1/3 x luas alas x tinggi.
B. Hasil penelitian yang relevan.
Penelitian yang berhubungan dengan analisis kemampuan berpikir
kritis siswa dalam matematika, dilaporkan oleh peneliti sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Kt. Maha Putri Widiantari, dilaksanakan
pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis siswa, untuk mengetahui upaya-upaya guru agar
kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang, dan untuk mengetahui
kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan upaya-
upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam
pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Pemaron Kecamatan Buleleng.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Rata-rata kemampuan berpikir
kritis siswa kelas IV sebesar 55,04 tergolong Rendah, dengan indikator
tertinggi adalah indikator menganalisis pertanyaan sebesar 82,99% dan
indikator terendah adalah indikator mengidentifikasi asumsi sebesar 0%.
24
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Hidayanti , A. R. As’ari , dan Tjang
Daniel C “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Smp Kelas Ix Pada
Materi Kesebangunan” pada tahun 2016 Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IX SMP pada
materi kesebangunan yang terdiri dari 30 siswa. Hasil analisis data pada
soal nomor 1 didapatkan hasil, yaitu: (a) pada indikator interpretasi,
sebanyak 46,7% siswa dapat melakukan interpretasi dengan baik; (b) pada
indikator analisis, sebanyak 23% siswa dapat menganalisis dengan baik;
(c) pada indikator evaluasi, dan inferensi, tidak ada siswa yang dapat
melakukan evaluasi dan inferensi. Sedangkan pada soal nomor 2
didapatkan hasil, yaitu: (a) pada indikator interpretasi, sebanyak 56%
siswa dapat melakukan interpretasi dengan baik; (b) pada indikator
analisis, sebanyak 30% siswa dapat menganalisis dengan baik; (c) pada
indikator evaluasi sebanyak 30% siswa dapat mengevaluasi dengan
baik;(d) pada indikator inferensi, sebanyak 30% siswa dapat mengevaluasi
dengan baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa masih rendah terutama pada indikator analisis, evaluasi, dan
inferensi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Lilyani Rifqiyana. 2015. Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Pembelajaran Model 4K Materi
Geometri Kelas VIII Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa melalui
pembelajaran model 4K pada siswa kelas VIII ditinjau dari gaya kognitif
siswa yaitu gaya kognitif field dependent (FD) dan field independent (FI). .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) dari 30 siswa yang melakukan
tes, sebanyak 23 siswa memiliki gaya kognitif FI dan 7 siswa memiliki
gaya kognitif FD; (2) siswa jenis FD lemah (FDL) mampu menguasai
indikator 1, kurang mampu menguasai indikator 2, 3 dan 6 serta tidak
mampu menguasai indikator 4 dan 5; (3) siswa jenis FD kuat (FDK)
mampu menguasai indikator 1 dan 2, kurang mampu menguasai indikator
3, 4, 5 dan 6; (4) siswa jenis FI lemah (FIL) mampu menguasai indikator
25
1, kurang mampu menguasai indikator 2, 3 dan 6 serta tidak mampu
menguasai indikator 4 dan 5; (5) siswa jenis FI kuat (FIK) mampu
menguasai indikator 1, 2 dan 3, namun kurang menguasai indikator 4, 5
dan 6.
Pada dasarnya penelitian yang dilakukan penulis hampir sama
dengan ketiga penelitian diatas, hanya berbeda pada indikator berpikir
kritis yang dipakai dan pada tingkatan kelas yang diteliti, tentunya situasi
dan kondisi yang ada berbeda.
C. Kerangka berpikir
Matematika merupakan ―queen of science yang mendasari perkembangan
berbagai disiplin ilmu, mempunyai peran penting dalam perkembangan
teknologi modern dan meningkatkan daya pikir manusia. Melalui
pembelajaran matematika, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan memiliki karakter mandiri, jujur,
bertanggung jawab, disiplin, serta kerja sama . namun matematika masih
dianggap pelajaran yang sulit bagi siswa, hal ini bisa dipahami karena
matematika merupakan suatu ilmu dengan penalaran, serta bentuk dan struktur
yang abstrak.
Matematika sebagai ilmu pasti yang memerlukan langkah-langkah pasti
dalam penyelesaiannya sehingga dapat digunakan untuk menganalisis proses
berpikir siswa. Salah satu kemampuan bepikir yang harus dimiliki siswa
adalah berpikir kritis. Hasil penelitian dari PISA dan TIMSS siswa Indonesia
untuk mata pelajaran matematika yang sangat rendah dibawah rata-rata,
mengindikasikan bahwa kemampuan kemampuan berpikir kritis siswa
Indonesia masih rendah , sehingga membuat penulis ingin mngetahui sejauh
mana ketercapaian kemampuan berpikir kritis siswa di suatu sekolah dari hasil
pembelajarannya. Salah satu cara mengukur kemampuan berpikir kritis adalah
dengan memberikan tes tertulis. Melalui hasil tes tertulis ini akan dianalisis
bagaimana pola berpikir siswa dalam mengerjakan soal-soal tersebut.
selanjutnya dilakukan klasifikasi terhadap siswa berdasarkan kemampuan berpikir
26
kritisr mereka. Klasifikasi tersebut terdiri dari tingkat rendah, tingkat sedang, dan
tingkat tinggi.
Analisis kemampuan berpikir ini merupakan langkah awal untuk mengetahui
bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa. Setelah diketahui bagaimana
kemampuan dan berpikir kritis siswa dapat digunakan sebagai acuan untuk upaya-
upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
matematika.
Gambar 2.10 skema kerangka berpikir.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Mts Annida Al-islamy yang
beralamat di jalan raya Duri kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat.
Pada kelas ix.
2. Waktu penelitian
penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran
2017/2018. Pada ahri jumat, tanggal 21 juli 2017.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. “Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,
kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan
dalam bentuk laporan penelitian.”1. penelitian ini tidak memerlukan
hipotesis , sedangkan hasil penelitian didapat setelah menyelidiki hasil
temuan kemampuan berfikir kritis yang telah diujikan. Dengan metode
penelitian deskriptif diharapkan dapat menggambarkan keadaan
keterampilan berpikir kritis siswa
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX (A,B. C dan D) MTS
Annida Alislamy tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa sebanyak
120 orang.
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 3
28
D. Instrument Penelitian
1) Instrumen Tes
Intrumen tes kemampuan berfikir kritis matematis berbentuk soal
uraian sebab dengan tes uraian dapat terlihat proses berpikir, strategi
pemecahan masalah dan ketelitian melalui langkah-langkah penyelesaian
soal. Instrument berjumlah 5 soal yang diberikan kepada siswa . Tes
kemampuan berpikir kritis diberikan sesuai dengan indikator kemampuan
berpikir kritis.
29
Table 3.1
Kisi – kisi instrument berpikir kritis
Standar
kompetensi
Kompetensi
dasar Indikator berpikir kritis
Nomor
soal
Memahami
sifat-sifat
kubus, balok,
prisma, limas
dan bagian-
bagiannya,
serta
menentukan
ukurannya.
Menghitung
luas
permukaan
dan volume
kubus,
balok,
prisma, dan
limas
Reason (mampu
memberikan alasan
tentang jawaban yang
dikemukakan)
3
Inference (membuat
kesimpulan dari informasi
disertai langkah-langkah
penyelesaian)
2,4
Overview (dapat
mengecek atau memeriksa
apa yang telah ditemukan,
dipertimbangkan,
dipelajari dan
disimpulkan.)
5
Situation (mampu
menyelesaikan masalah
sesuai konteks
permasalahan dan mampu
menyelesaikan soal-soal
matematika yang
diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.)
1
Agar soal tersebut dapat dikatakan memenuhi syarat soal yang baik
dilakukan proses uji validitas.
a. Validitas Instrumen
30
Validitas atau. Penilaian instrumen bertujuan untuk memperoleh
kelayakan dan kesesuaian soal kemampuan berpikir kritis matematis yang
akan diujikan kepada siswa. Untuk mendapatkan soal yang sesuai dengan
fokus poenelitian, diperlukan pendapat (judgement) para ahli dalam bidang
yang bersangkutan. Uji validitas yang dilakukan terhadap instrumen ini
adalah uji validitas isi (content validity),” yaitu dimana isi tes sesuai
dengan atau mewakili sampel hasil-hasil belajar yang seharusnya dicapai
menurut tujuan kurikulum. ”2 Adapun metode yang peneliti gunakan
adalah Content Validity Rasio (CVR)
Rumus CVR yang digunakan adalah sebagai berikut:3
( )
Keterangan:
CVR : Konten validitas rasio (Content Validity Ratio)
: Jumlah penilai yang menyatakan item soal esensial
N : Jumlah penilai
Penilaian instrumen dengan metode CVR dilakukan pada tiap item
soal. Jika nilai CVR tidak memenuhi signifikansi statistik yang ditentukan
dari tabel nilai minimum CVR yang disajikan Lawshe, maka item soal
tersebut tidak valid dan akan dihilangkan atau diganti dengan soal lain.
Berikut akan disajikan dalam table nilai minimal dari CVR.4
2 Ngalim Purwanto,Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 137. 3 C. H Lawshe, A quantitative approach to content validity, (Personnel Psychology, INC,
1975), h.567. 4 Ibid., h.568.
31
Tabel 3.2
Nilai Minimal CVR
Jumlah Panelis Nilai Minimal
CVR
5 0,99
6 0,99
7 0,99
8 0,78
9 0,75
10 0,62
11 0,59
12 0,56
13 0,54
14 0,51
15 0,49
20 0,42
25 0,37
30 0,33
35 0,31
40 0,29
Setelah dilakukan uji CVR, berdasarkan hasil perhitungan dari 5
butir soal kepada 5 orang panelis yang berprofesi sebagai pengajar
matematika di sekolah di daerah Jakarta. Yaitu : 1 orang guru SMP Al-
Azhar Kembangan, 1 orang Guru SMPislam Al-Yauma, 1 orang guru
SMAN 8, dan 2 orang guru MTs. Annida Al-islamy. Soal yang terdapat
pada instrument validitas itu berjumlah 5 soal, yang mewakili 4 indikator
(salah satu indikator 2 soal) pada materi bangun ruang yang telah
dipelajari di kelas VIII akhir semester genap. Hasil pengujian validitas
32
tersebut untuk ke lima soal yang diberikan adalah valid. Dengan nilai
content validity index nya adalah 0,99 .
Tabel 3.3
Uji CVR Instrumen kemampuan berpikir kritis
E. Teknik Analisis Data
1) Nilai data
Untuk mendapatkan nilai kemampuan berpikir kritis matematis siswa
dilakukan perhitungan berikut:
Keterangan:
N = nilai yang diperoleh siswa
a = total skor yang didapat siswa dari semua indikator
b = total skor maksimal dari semua indikator
2) Penyekoran data
Untuk mendapatkan nilai pada tes kemampuan berpikir kritis pada siswa,
digunakan pedoman penyekoran dari facione dan facione5 yang telah
dimodifikasi, dan di tunjukan pada tabel.
5 Rosita Mahmudah, pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang Ii
Pamulang (skripsi), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013. H. 34
No
Soal N Ne N/2 (Ne-(N/2))
(Ne-(N/2))
/(N/2) Kesimpulan
1 5 5 2,5 2,5 1 Valid
2 5 5 2,5 2,5 1 Valid
3 5 5 2,5 2,5 1 Valid
4 5 5 2,5 2,5 1 Valid
5 5 5 2,5 2,5 1 Valid
33
Tabel 3.4 Panduan Penyekoran Kemampuan Berfikir Kritis
Indikator berfikir kritis Respon siswa Skor
Inference (membuat
kesimpulan dari informasi
disertai langkah-langkah
penyelesaian)
Tidak memberikan kesimpulan,
terindikasi tidak memahami soal
1
Memberikan kesimpulan, tetapi
tidak dapat menghubungkan
antara informasi yang diberikan.
2
Dapat memberikan kesimpulan ,
serta dapat menghubungkan
antara informasi yang diberikan ,
namun masih ada langkah yang
kurang tepat.
3
Dapat memberikan kesimpulan ,
serta dapat menghubungkan
antara informasi yang diberikan
dengan langkah yang tepat.
4
Reason (memberi alasan atas
jawaban yang diberikan)
Tidak memberikan alasan ,
terindikasi tidak memahami soal
1
Memberikan alasan , tetapi tidak
dapat menghubungkan antara
informasi yang diberikan.
2
Dapat memberikan alasan , serta
dapat menghubungkan antara
informasi yang diberikan , namun
masih ada langkah yang kurang
tepat.
3
Dapat memberikan alasan , serta
dapat menghubungkan antara
informasi yang diberikan dengan
langkah yang tepat.
4
34
situation ( dapat
Menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari)
Tidak memberikan penyelsaian,
terindikasi tidak memahami soal
1
Memberikan penyelasaian , tetapi
tidak dapat menghubungkan
antara informasi yang diberikan.
2
Dapat memberikan penyelesaian
, serta dapat menghubungkan
antara informasi yang diberikan ,
namun masih ada langkah yang
kurang tepat.
3
Dapat memberikan penyelasian,
serta dapat menghubungkan
antara informasi yang diberikan
dengan langkah yang tepat
.
4
overview (siswa dapat
mengecek, mengevaluasi apa
yang telah ditemukan,
diputuskan atau dipelajari)
Tidak memberikan evaluasi ,
terindikasi tidak memahami soal
1
Memberikan evaluasi , tetapi
tidak dapat menghubungkan
antara informasi yang diberikan.
2
Dapat memberikan evaluasi,
serta dapat menghubungkan
antara informasi yang diberikan ,
namun masih ada langkah yang
kurang tepat.
3
Dapat memberikan evaluasi , 4
35
serta dapat menghubungkan
antara informasi yang diberikan
dengan langkah yang tepat
3) Persentase kemampuan berpikir kritis siswa perindikator
Untuk menghitung persentase kemampuan berpikir kritis siswa
perindikator, dapat menggunakan rumus :
Keterangan:
= persentase hasil tes kemampuan berpikir kritis per indikator
= rata-rata skor perindikator
= skor ideal perindikator
4) Klasifikasi tingkat kemampuan berpikir kritis matematis
Pengelompokan kemampuan berpikir kritis matematis siswa
berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa yang didapat. Untuk
pengelompokan tersebut berdasarkan yang digunakan oleh Msrurotullaily,
Hobri dan Suharto6 yaitu 3 tingkat berupa :
Table 3. 5 Klasifikasi tingkat kemampuan berpikir kritis matematis
Rentang nilai Kemampuan berpikir
kritis
0 < 60 Rendah
60 < 75 Sedang
76 < 100 Tinggi
6Masrurotulaily, Hobri dan Suharto, analisis kemampuan pemecahan masalah matematika
keuangan berdasarkan model polya siswa SMK negeri 6 jember, prosiding kadikna, vol 4, 2013
h.132 ,
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Annida Al-Islamy yang beralamatkan
di jalan Rawa Buaya Pos no 33, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat
pada awal semester ganjil tahun ajaran 2017/ 2018. Penelitian dilakukan pada
siswa kelas IX (A, B, C dan D) yang berjumlah 120 siswa namun hanya
diikuti oleh 95 siswa. Di sekolah ini, antara laki-laki dan perempuan
dipisahkan kelasnya khususnya siswa kelas ix. Untuk jumlah kelas ix sendiri
ada 5 kelas, namun penulis hanya meneliti 4 kelas yaitu 2 kelas laki-laki dan
2 kelas perempuan.
Data- data hasil penelitian diperoleh dari hasil tes kemampuan berpikir
kritis matematis siwa serta dari hasil wawancara terhadap siswa. Setelah data
diperoleh kemudian di analisis dan ditafsirkan menjadi deskripsi hasil
penelitian yang dilakukan.
1. Kegiatan prapenelitian
Sebelum melakukan penelitian yaitu memberikan tes kemampuan
berpikir kritis, terlebih dahulu instrument di validasi oleh 5 orang panelis
yang berprofesi sebagai pengajar matematika di sekolah di daerah Jakarta.
Yaitu : 1 orang guru SMP Al- Azhar Kembangan, 1 orang Guru SMP
Budha Suci, 1 orang guru SMAN 8, dan 2 orang guru MTs. Annida Al-
islamy. Soal yang terdapat pada instrument validitas itu berjumlah 5 soal,
yang mewakili 4 indikator (salah satu indikator 2 soal) pada materi bangun
ruang yang telah dipelajari di kelas VIII akhir semester genap. Hasil
pengujian validitas tersebut untuk ke lima soal yang diberikan adalah
valid. Dengan nilai content validity index nya adalah 0,99 .
37
2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian adalah pelaksanaan pengambilan data di
lapangan yaitu meliputi pelaksanaan observasi, tes, dan wawancara
terhadap siswa untuk mendapatkan data sebagai bahan dalam menganalisis
berpikir kritis siswa. Adapun waktu pelaksanaannya pada tanggal 21 juli
2017 .Pelaksanaan penelitian, siswa diminta untuk mengerjakan tes
kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari 5 soal essay dalam waktu 90
menit. Dari total kelas IX (A,B,C, dan D) yang berjumlah 120 orang yang
mengikuti tes hanya 95 orang dikarenakan tidak hadir dan sebagian
mengikuti kegiatan OSIS. Setelah tes selesai dilakukan wawancara kepada
siswa yang dipilih dari siswa yang dapat menjawab dengan benar dan siswa
yang menjawab tidak benar.
3. Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Penelitian ini dilakakukan dengan memberikan tes kemampuan
berpikir kritis matematis kepada siswa kelas IX MTs. Annida Al-islamy,
secara umum hasil tes tergambar dalam tabel berikut:
38
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
No
interfal
nilai
frekuensi
(f) f relatif fk
1 20 - 29 4 4.2% 4
2 30 - 39 2 2.1% 6
3 40 - 49 13 13.7% 19
4 50 - 59 22 23.2% 31
5 60 - 69 18 18.9% 49
6 70 - 79 12 12.6% 61
7 80 -89 10 10.5% 71
8 90 - 99 14 14.7% 95
jumlah
95 100 %
rata-
rata 63.32
nilai
max 95
modus 56.4
nilai
min 25
median 62.9
Secara umum rata rata nilai yang diperoleh siswa kelas IX Mts.
Annida Al-Islamy pada tes kemampuan berpikir kritisnya menunjukan
nilai 63.32, dalam kategori kemampuan berpikir kritis nilai 63.32
menempati kategori berpikir kritis pada tingkat yang sedang. Meskipun
Secara umum pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa ada dalam
kategori sedang, namun secara kuantitas kemampuan sebagian besar siswa
dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari selisih antara modus (nilai
yang paling banyak muncul) dan media (nilai tengah) data yang sangat jauh.
Modus yang didapat yaitu 56.4 berada jauh dibawah median yaitu 62.9
39
mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa kemampuan berpikir kritisnya
rendah. Berikut ditampilkan hasil pengkategorian berpikir kritis dari seluruh
data yang ada.
Table 4.2 persentase kategori kemampun berpikir kritis seluruh siswa
kategori Jumlah
siswa persentase
tinggi 25 26.3%
sedang 19 20%
rendah 51 53.7%
jumlah 95 100
Hasil Dari table menujnjukan bahwa hasil kemampuan berpikir kritis
sebagian besar siswa adalah rendah dengan persentase sebanyak 53,7 %
siswa kemampuan berpikir kritisnya rendah sedangkan 20% siswa
kemampuan berpikir kritisnya sedang dan 26,3% siswa kemampuan
berpikir kritisnya tinggi.
Hasil tes secara keseluruhan ditinjau dari kemampuan berpikir
kritis siswa per indikator berikut pengkategoriannya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
40
Tabel 4.3 hasil tes kemampuan berpikir kritis perindikator
Indikator berpikir kritis
matematis
Rata-
rata skor
Skor
ideal Nilai kategori
situation ( dapat
Menyelesaikan
permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari)
2.5 4 61,5 Sedang
Inference (membuat
kesimpulan dari informasi
disertai langkah-langkah
penyelesaian)
5.4 8 67, 6 Sedang
Reason (memberi alasan
atas jawaban yang
diberikan)
2.7 4 66,6 Sedang
overview (siswa dapat
mengecek, mengevaluasi
apa yang telah ditemukan
, diputuskan atau
dipelajari)
2.1 4 53,2 Rendah
Dari tabel ditunjukan bahwa indikator yang paling tinggi pencapaiannya
adalah inference dalam hal membuat kesimpulan disertai langkah siswa
dapat menguasai yaitu sebesar 67,6. Indikator tertinggi kedua adalah
indikator reason, memberikan alaasan atas jawaban yang dikemukakan
kemampuan siswa berada pada kisaran 66,6 tidak terlalu jauh dari
indikator pertama. Selanjutnya untuk kemampuan siswa dalam memahami
situasi dalam aplikasi matematik di kehidupan sehari hari dalam hal ini
indikator situation, pencapain rata-rata siswa adalah 61,5 sedangkan dalam
mengecek atau mengevaluasi kemampuan siswa paling rendah yaitu
sebesar 53,2 yang menguasai indikator overview.
41
Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yaitu tentang analisis berpikir kritis, namun terdapat
perbedaan dalam waktu penelitian, indikator yang digunakan serta
tingkatan kelas yang diteliti. Berikut adalah kaitan hasil penelitian ini
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya:
1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata kemampuan
berpikir kritis siswa adalah dalam kategori sedang yaitu sebesar
63,3. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Kt. Maha
putrid widiantarai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa
sebesar 55,04 yang tergolong dalam kategori rendah.
2. Secara kuantitas hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian
besar siswa sekitar 53,7% kemampuan berpikir kritisnya rendah
dan sekitar 26,3% kemampuan berpikir kritisnya rendah. Hal
yang sama terlihat pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Hidayanti, A.R. As’ari dan Tjang Daniel. C. hampir disetiap
indikator yang digunakan kuantitas siswa yang mendapat hasil
yang baik adalah sekitar 30% saja. Artinya keduan hasil penelitian
menunjukan hal yang sama secara kuantitas kemampuan berpikir
kritis siswa yang diteliti masih rendah.
B. Pembahasan Hasil Penelitian (Pembahasan Hasil Tes
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Per Indikator)
1. Indikator situation ( dapat Menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari)
Kemampuan rata-rata skor siswa pada indikator situation, dalam hal ini
menyelesaikan permasalahan matematika dalam aplikasi kehidupan sehari-
hari mencapai keberhasilan sebesar 61,5 . pencapain kemampuan berpikir
kritis siswa pada indikator ini ditunjukan dalam tabel berikut:
42
Tabel 4. 4. Kategori Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa Pada Indikator Situation
kategori Jumlah siswa persentase
Tinggi 13 13,7%
Sedang 41 43,1%
Rendah 42 44,,2%
indikator ini dalam skor merupakan indikator tertinggi ketiga
pencapaianya dalam skor dari empat indikator yang ada. namun, Terlihat
bahwa 44,2% siswa kemampuan berpikir kritis pada indikator ini rendah,
43,1 % siswa berkemampuan sedang, sedangkan yang berkemampuan
tinggi hanya 13,7%. Berikut adalah instrumen kemampuan berpikir kritis
matematis yang diberikan beserta respon siswa terhadap soal tersebut:
Soal no 1. Indikator berpikir kritisnya adalah situation ( mampu
menyelesaikan masalah sesuai konteks permasalahan dan mampu
menyelesaikan soal-soal matematika yang diaplikasikan kedalam
kehidupan sehari-hari.
1. Seorang Pembina pramuka membutuhkan tenda untuk camping, dia
memerlukan bahan berupa terpal untuk
membuatnya. Jika harga 1m2 bahan
tersebut adalah 15.000, tentukan biaya
yang harus dikeluarkan Pembina untuk
membuat tenda dengan ukuran seperti
gambar di samping?
Respon siswa :
Respon siswa terhadap soal no 1 terlihat dalam berikut:
43
Gambar 4.1 jawaban siswa yang kurang tepat
pada indikator situation soal no 1
gambar diatas adalah gambar jawaban siswa AA pada pada soal nomor
1, dalam gambar, sisswa belum menunjukan informasi soal dengan
tepat, siswa tidak menuliskan harga tenda permeternya, siswa juga
tidak menggambarkan ulang tenda yang ada beserta ukurannya
akibatnya siswa menuliskan t / l = 2, artinya ia menyatakan bahwa
tinggi tenda sama dengan lebar bagian samping tenda.. Hal ini keliru
karena tinggi prisma dengan lebar sisi samping prisma berbeda.
Berikut wawancara kepada siswa AA.
P : “apa kamu yakin dengan jawabanmu?”
AA : “yakin Bu”
P : “kok yakin banget”
AA : “iya dong Bu, itukan benerkan bu. Kalo tenda ada bagian
depan dan
belakang berarti segitiganya ada 2 kan bu, terus samping-
sampingnya bentuknya persegi panjang atau jajargenjang ada
2 jugakan bu, terus rumusnya juga ga salahkan bu, jadi say
bener itu.”
44
P : “oh, itu memang panjang persegi panjang yang
disamping berapa?”
AA : “ ini bu, (sambil nunjuk gambar) 2”
P : “memang yang dicari apa sih?”
AA : “ harga tenda, itukan 1 m2 15.000 berarti kita harus cari
luas tendanya dulu itu rumusnya kaya gitu ( sambil nunjuk
jawaban), terus di kali deh sama harganya”
Berdasarkan hasil wawancara, Dalam penguasaan konsep siswa AA
dapat memahami konsep dengan baik, ia pun faham arah pertanyaan
dibawa, Secara berpikir, kemampuan siswa AA termasuk kategori
kritis namun terdapat sedikit kekeliruan dalam memahami ukuran
gambar. Untuk siswa AA skor untuk jawabannya adalah 3.
.gambar 4.2 jawaban siswa yang tepat
pada indikator situation soal no 1
gambar 4.2 merupakan jawaban siswa AB pada soal no 1. Jawaban
yang diberikan siswa AB sudah tepat, dengan memberikan gambar
siswa menunjukan bahwa ia faham apa yang akan dicari dan
bagaimana cara mencarinya. Hanya saja siswa tidak memberikan
informasi harga permeter tenda, dan tata cara penulisannya masih
kurang teratur.
45
Berikut hasil wawancara dengan siswa AB:
P : “ yakin dengan jawaban kamu?”
AB : “yakin Bu, yakin banget”
P : “ coba jelasin itu kenapa ada gambar segitiga disitu”
AB :” inikan segitiga yang depan pintu tenda bu (sambil
nunjuk gambar)”
P : “ kalo segitiga yang satunya? Kok gambarnya beda?”
AB : “oh,itu buat nyari panjang persegi yang disamping bu,
kan belom ada bu, jadi saya pake rumus phytagoras buatnyari
itu dulu, benerkan bu?”
P :” terus diapain lagi caranya?”
AB : “dicari luas tendanya terus dikali sama harganya.”
Dari hasil wawancara siswa AB dapat menjelaskan konsep apa yang
digunakan dalam mencari jawaban soal. Ia menggunakan rumus
Pythagoras untuk menentukan lebar tenda bagian samping, sampai
disini kemampuan berpikir kritis siswa sudah terlihat tinggi.
Selanjutnya Cara siswa AB menjawab dan menjelaskan soal
menunjukan bahwa ia faham situasi yang ada dalam soal tersebut
sehinnga dapat menjawab soal dengan benar, baik secara konsep
maupun aplikasinya
2. Indikator inference (membuat kesimpulan dari informasi disertai
langkah-langkah penyelesaian)
Kemampuan rata- rata skor siswa pada indikator inference, dalam
hal menarik kesimpulan disertai langkah-langkah penyelesaian
mencapai nilai sebesar 67,6. pencapain kemampuan berpikir kritis
siswa pada indikator ini ditunjukan dalam tabel berikut:
46
Tabel 4. 5. Kategori Hasil tes kemampuan berpikir kritis
matematis siswa pada indikator inference
kategori Jumlah siswa Persentase
Tinggi 32 33,7%
Sedang 33 34,7%
Rendah 30 31,6%
Meskipun indikator ini dalam skor merupakan indikator paling tinggi
pencapaianya dalam skor, Terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis pada
siswa di indikator ini hampir sama rata, yaitu kisaran 30 % ini menunjukan
bahwa hampir sebagian besar siswa dapat menyimpulkan, hanya saja ada
beberapa hal yang menyebabkan berbeda dalam langkah-langkah
penyimpulannya. Berikut adalah instrumen kemampuan berpikir kritis
matematis yang diberikan beserta respon siswa terhadap soal tersebut:
Soal no 2. Dan no 4. Indikator kemampuan berpikir kritis nya adalah
inference (membuat kesimpulan dari informasi disertai langkah-langkah
penyelesaian.)
Soal no. 2 .di atas meja terdapat vas bunga berbentuk prisma segi enam
beraturan yang berukuran alas 5 cm dan tingginya 20 cm. Agar terlihat
lebih indah, ibu akan menghias vas tersebut dengan menempelkan kain
bermotif pada sisi-sisi tegaknya. Jika ibu hanya mempunyai kain
berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 45 cm dan lebar 20 cm,
apakah cukup untuk menghias vas tersebut?
Respon siswa:
Respon siswa untuk soal no 2 terlihat dalam gambar berikut:
47
Gambar 4.3 jawaban yang tepat pada indikator inference soal
nomor 2
Dari gambar jawaban siswa AC, disan siswa AC dapat
mengidentifikasi soal dengan cukup baik dengan menuliskan
informasi yang tersedia dalam soal, hanya ada yang sedikit kurang
yaitu menuliskan bangunnya prisma segi enam. Dalam memberikan
jawaban siswa membuat gambar bagian samping prisma yang dibuka
menjadi bentuk persegi panjang kemudian mempartisi sisinya sesuai
dengan jumlah segi enam menunjukan bahwa siswa AC tahu cara
menentukan banyak kain yang diperlukan dan siswa faham apa yang
hendak dicari. Kemudian siswa AC dapat menyimpulkan jawabannya
dengan baik. Berikut wawancara penulis dengan siswa AC.
P : “kamu buat gambar apa itu?”
AC: “ persegi panjang bu”
P :” kok gambarnya persegi panjang?”
AC : “iya bu, kan kalo mau hias vas, berarti Cuma pinggir-
pinggirnya aja, terus klo saya contohin ni pake kertas (sambil
mencontohkan botol air yang diselimuti kertas), terus
kertasnya saya buka jadi gambar persegi panjang anggap aja
48
vasnya itu botol ini kan sama bu, Cuma bentuknya aja yang
beda.”
P :” terus itu kenpa digaris-garis gitu?”
AC : “itu bu,buat nunjukin kalo yang ini sisi-sisinya kan
prisma segi enam jadi ya ada 6 sisinya, terus kan panjangnya
5 jadi masing-masing 5 cm.”
P :” terus diapain lagi tuh”
AC :” dicari luasnya, terus bandingin sama yang ibu punya,
jadi deh”
P :” kalo gitu kamu yakin dong sama jawaban kamu
AC : “yakin dong”
Dari wawancara dengan siswa AC, cara berpikir siswa AC sudah
benar, dari caranya menafsirkan soal juga memberikan menarik
kesimpulan dari soal menunjukan siswa AC melakukan langkah-
langkah yang benar. Sebelum menarik kesimpulan, dia mencari luas
kain yang ibu punya, kemudian Dia mencari luas sisi prisma dengan
cara mengubahnya jadi bentuk persegi panjang melalui eksperimennya
dengan botol air minum. Dari hasil yang didapat antara kain ibu dan
kain yang dibutuhkan siswa dapat menarik kesimpulan bahwa kainnya
cukup untuk menghias vas. Untuk indikator ini siswa AC mendapatkan
skor 4 atas jawab yang dia berikan. Lain halnya denga siswa AD
berikut
Gambar 4.4 jawaban yang kurang tepat indikator inference soal
no 2
49
Jawaban siswa AD memang benar, hanya dalam menarik kesimpulan
siswa AD tidak melakukan langkah-langkah yang tepat. Ia menuliskan
alas dan lebar yang tidak dapat difahami maksudnya oleh penulis.
Maka, Untuk memperjelas maksud siswa AD penulis
mewawancarainya, berikut wawancara dengan siswa AD.
P :” jawaban kamu yang mana ini”
AD : “ ini bu, yang cukup”
P : “ terus ini maksudnya apa? Ada alas, ada lebar?
AD : “ga tau bu saya asal nulis aja, yang penting ada isinya ,
Kan yang ditanya cukup atau ga cukup yaudah saya jawab
cukup, itunah buat buktiin klo cukup, asal-asalan saya bu.”
Dari wawancara dengan siswa AD, siswa AD tidak mementingkan
langkah penyelesaiain yang ia pentingkan hanya menjawab soal yang
ditanyakan (hanya mengambil kesimpulan saja). Dalam indikator
inference ini, memang siswa diminta membuat kesimpulan namun
harus didasari oleh langkah-langkah yang logis bukan asal-asalan ada
jawaban. Dari cara berpikir siswa AD, siswa tersebut dalam hal
kemampuan mengambil keputusan kemampuannya masih rendah.
3. Indikator reason ( memberi alasan terhadap jawaban yang
dikemukakan)
. Kemampuan rata-rata skor siswa pada indikator reason, dalam hal
memberi alasan terhadap jawaban yang dikemukakan atau memberi
asusmsi mencapai keberhasilan sebesar 66,6. sedangkan pencapain
kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator ini ditunjukan dalam
tabel berikut:
50
Tabel 4. 6. Kategori Hasil tes kemampuan berpikir kritis
matematis siswa pada indikator reason
kategori Jumlah siswa persentase
Tinggi 16 16,8%
Sedang 38 40%
Rendah 42 43,2%
Meskipun indikator reason ini dalam skor merupakan indikator paling
tinggi kedua dalam pencapaianya skor. Namun untuk pencapaian
siswa pada Indikator reason ini mayoritas masih rendah yaitu
sebanyak 43,2% siswa sedangkan yang berkemampuanberpikir kritis
tinggi hanya 16,8 %. Berikut adalah instrumen kemampuan berpikir
kritis matematis yang diberikan beserta respon siswa terhadap soal
tersebut pada indikator reason.
Soal no. 3 Indikator kemampuan berpikir kritis nya adalah reason
(mampu memberikan alasan tentang jawaban yang dikemukakan.
Soal no 3. Sebuah pabrik susu kotak rumahan berencana akan
mengemas susu kotak hasil produksinya kedalam satu kemasan.
Pemilik pabrik memilih antara dua kemasan, kemasan kecil yang
berukuran panjang 8 cm lebar 3.5 cm dan tinggi 5.5 cm, akan dijual
dengan harga 3000 rupiah atau kemasan besar yang berukuran
panjang 13 cm lebar 3.5 cm dan tinggi 5.5 cm yang akan dijual
dengan harga 5000. Penjualan dengan kemasan manakah yang
seharusnya dipilih pemiki, agar menghasilkan pendapatan yang lebih
banyak jika pabrik itu memproduksi 5.5 liter susu?
respon siswa:
respon siswa untuk soal no 3 terlihat dari gambar berikut:
51
Gambar 4.5 jawaban yang tepat indikator reason soal no 3
Jawaban diatas atas milik siswa AF , dari jawaban diatas diketahui
siswa dapat menunjukan informasi yang diberikan dengan benar,
siswa AF mencari volume kotak kecil juga kotak besar, siswa juga
mengkorversi satuan liter pada susu yang diprodusi kedalam satuan cm
agar sama dengan satuan pada volume kotak yang ada supaya tidak
keliru. Kemudian siswa AF mencari banyak kotak untuk masing
masing ukuran jika semua susu itu dikemas, hanya saja dalam gambar
tidak diberi tahu yang mana banyka kotak besar dan yang mana banyak
kotak kecil. Kemudia siswa mencari keuntungan untuk tiap-tiap
kemasan, baik kemasan kotak kecil ataupun kotak besar, kemudia dia
memilih untuk menggunakan kemasan besar yang keuntungannya
lebih besar.
Berikut wawancara penulis dengan siswa AF.
P : “ yang ini bisa ngerjainnya?”
AF : “ bisa bu, Alhamdulillah”
52
P : “ memang bagaimana sih jalannya ko kamu nulisnya
begini?”
AF : “ gini bu, yang ini (sambil nunjuk gambar) kita nyari
volume kotaknya dulu masing masing”
P : “terus yang ini (sambil nunjuk gambar)”
AF : “ itu bu, kan ga sama satuannya yang tadi hasilnya pake
cm terus yang ini liter yaudah saya rubah aja ke cm”
P : “terus diapain lagi?”
AF : “dicari berapa kotak, terus di kali sama harga kaya gini bu
(nunjuk gambar) terus dihitung deh”
P : trus apa alasannya milih yang kotak besar?”
AF :”yaitu bu karena untungnya lebih besar”
P: “yakin bener?”
AF : “yakin bu”
Dari wawancara dengan siswa AF dapat diambil kesimpulan bahwa
kemampuan berpikir siswa AF sangat logis dan sistematis. Caranya
memilih kemasan dengan alasan yang tepat dan argument yang logis
disertai perhitungan yang benar menunjukan bahwa dalam indikator
reason kemampuan siswa AF tinggi,
Gambar 4.6 jawaban yang kurang tepat indikator reason
soal no 3
gambar di atas adalah jawaban siswa AG, dari gambar siswa AG hanya
menuliskan jawabannya, tidak menuliskan informasi soal dan
jawabannyapun hanya memilih yang besar yang akan di jual dengan
harga 5000. Dari gambar belum dapat dilihat kemampuan memberi
alasan pada siswa AG.
Berikut wawancara dengan siswa AG
53
P : “yakin kamu dengan jawabanmu?”
AF : “ yakin dong bu”
P : “kenapa kamu milih yang kemasan besar?”
AF : “yang besarkan harganya lebih mahal, jadi jual aja yang
lebih mahal jadikan untungnya lebih banyak”
P : “memang ga masalah sama produksinya? Banyak atau
sedikit?”
AF :”ga ngaruh bu, yang pentingkan jualnya mahal”
Dari hasil wawancara dengan siswa AG, dapat disimpulkan bahwa
siswa AG tidak memperhitungkan banyak atau sedikitnya produksi
susu yang akan dikemas, ia hanya mementingkan harga jual yang
tinggi maka akan untung lebih besar. Kemampuan memberikan alasan
yang dimiliki siswa AG masih kurang karena alasan yang
dikemukakan kurang logis.
4. Indikator overview (mengecek atau memeriksa apa yang telah
ditemukan , dipeertimbangkan, dipelajari atau disimpulkan)
. Kemampuan rata-rata skor siswa pada indikator overview, dalam
hal mengecek atau memeriksa apa yang telah ditemukan ,
dipeertimbangkan, dipelajari atau disimpulkan mencapai keberhasilan
sebesar 53,2. sedangkan pencapain kemampuan berpikir kritis siswa
pada indikator ini ditunjukan dalam tabel berikut:
Tabel 4. 7. Kategori Hasil tes kemampuan berpikir kritis
matematis siswa pada indikator overview
kategori Jumlah siswa persentase
Tinggi 17 17,9%
Sedang 13 13,7%
Rendah 65 68,4%
54
Indikator overview ini dari rata-rata skor per indikator yang ada
merupakan indikator yng paling rendah pencapaiannya. Terlihat 65
dari 95 orang siswa atau 68,4% siswa pencapaian skor berpikir kritis di
in dikator ini rendah, 13,7 %nya sedang dan 17,9%nya tinggi. Berikut
adalah instrumen kemampuan berpikir kritis matematis yang diberikan
beserta respon siswa terhadap soal tersebut:
Soal no. 5 Indikator kemampuan berpikir kritis nya adalah overview
(dapat mengecek atau memeriksa apa yang telah ditemukan ,
dipeertimbangkan, dipelajari atau disimpulkan)
Soal no 5. prisma tegak segi empat beraturan panjang rusuk alasnya p
dan l dan tingginya t. diperkecil sebesar 1/3 kali panjang rusuk alas dan
tinggi semula. Terjadi perdebatan antara Andi dan Dika tentang
volume perubahan volume yang terjadi. Andi berpendapat bahwa
volume prisma itu akan menjadi 1/3 volume prisma semula, sedangkan
Dika berpendapat bahwa volume prisma itu akan menjadi 1/9 volume
prisma semula. Pendapat siapakah yang lebih tepat? Berikan jawaban
beserta alasannya.
Respon siswa
Respon siswa untuk soal no. 5 terlihat dari gambar dibawah ini:
Gambar 4.7 jawaban yang kurang tepat pada indikator overview
Dari jawaban yang diberikan oleh siswa AJ, terlihat bahwa siswa AJ
memberikan jawaban tanpa meninjau ulang ukuran volumenya. Siswa
AJ hanya melihat karena ukuran rusuk rusuknya diperkecil 3 kali
maka jadi 1/3.ya memang benar jadi 1/3 ukuran rusuknya, tetapi
55
dalam soal yang dipertanyakan adalah ukuran volumenya. Siswa AJ
ini juga kurang mengidentifikasi soal dalam arti tidak ditulis yang
diketahui maupun ynag ditanya pada soal, sehingga kemungkinan
terdapat kesalahan karena tidak memperhatikan pertanyaan. Berikut
wawancara penulis dengan siswa AJ.
P : “kamu yakin dengan jawaban kamu?”
AJ : „ngga terlalu yakin bu”
P: “ kenapa? Coba jelasin jawaban kamu sama ibu”
AJ : ini bu, kan prisma ukuranya p , l sam t. terus rusuknya masing
masing diperkecil 3 kali, jadi 1/3 kan bu”
P : “oh, memang yang ditanya apa?”
AJ : “siapa yang bener, 1/3 atau 1/9”
P : “apanya yang 1/3 atau 1/9 ?”
AJ :” ehm, apanya ya bu? (sambil baca soal lagi), oh, volumenya
bu”
P :” kalo gitu harus gmn?”
AJ : “cari volumenya bu?”
P : “nah !”
AJ : “ yah, saya salah deh..”
Dari hasil wawancara, siswa AJ melakukan kesalahan karena tidak
melihat lihat soal kembali saat mengerjakan soal tersebut.
Seharusnya untuk mengerjakan soal matematika harus sering melihat
soal agar pengerjaan yang dilakukan terarah. Sesuai dengan indikator
overview maka siswa harus mengecek yang telah diketahui.
56
Berikut jawaban siswa lain yang bena
gambar 4.8 jawaban yang tepat indikator overview soal no 5
gambar tersebut adalah jawaban dari siswa AL, jawaban siswa AL
sudah tepat, dia menuliskan informasi yang ada di soal dengan baik.
Siswa AL menuliskan perubahan ukuran rusuk prisma tersebut setelah
diperkecil kemudian mencari nilai volume sebelum dah sesudah
diperkecil untuk memeriksa jawaban siapa yang lebih tepat. Berikut
hasil wawancara dengan siswa AL:
P : “yakin ga sama jawaban kamu?”
AL : “insya Allah, yakin”
P :” coba kamu jelasin jawaban kamu,”
AL : “begini bu, disitu diketahui prisma ukurannya p, l ,t. terus
ukurannya dikaliin 3 x panjang rusuk alas dan tingginya,
jadikan p nya jadi 1/3, l sam t nya juga”
P : “terus bagaimana lagi”
AL : “karena ini yang ditanyain volume jadi kita cari volumenya,
57
yang pertama p x l x t, yang kecil juga sama p x l x t tapi ada
1/3 nya, jd 1/3p x 1/3 l x 1/3t jadi hasilnya 1/9, pendapatnya
Dika yang bener”
dari hasil wawancara dengan siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa
AL dapat memahami persoalan dengan baik, ia dapat menilai jawaban
seseorang dengan memperhatikan hal hal yang menjadi perhatian,
seperti perubahan ukuran juga perubahan volume. jawaban seperti
Inilah yang diharapkan dari indikator overview, siswa dapat
memeriksa hal yang telah ditemukan dengan memperhatikan informasi
soal untuk dicari jawaban yang lebih tepat.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi hasil analisis pada penelitian ini, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut
1. Kemampuan berpikir kritis rata-rata siswa kelas IX MTs.Annida Al-
Islamy berdasarkan skor kemampuan berpikir kritis matematis adalah 63,3
pencapaian ini tergolong baik (sedang) namunsecara kuantitatif sebagian
besar siswa yaitu 53,7 % siswa kemampuan berpikir kritisnya rendah, 20%
siswa kemampuan berpikir kritisnya sedang, dan hanya 26,3% siswa yang
kemampuan berpikir kritisnya tinggi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti merekomendasikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharpkan menjadi pertimbangan guru dan sekolah dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ,karena penelitian ini
dilakukan dia makhir semester setelah siswa mendapatkan pengajaran,
2. bisa menjadi acuan untuk segera mengkaji dan memperbaiki faktor-faktor
yang menjadi penyebab rendahnya hasil tes kemampuan berpikir kritis
disekolah tersebut (proses pembelajaran pada siswa dsb).
3. Guru hendaknya melatih dan mulai membiasakan memberikan soal-soal
latihan mengenai kemampuan berpikir kritis. Sehingga kemampuan
berpikir kritis matematis siswa berkembang.
4. Siswa dapat sering melakukan latihan soal-soal yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis, agar siswa bisa dan terbiasa untuk
menyelesaikan soal kemampuan berpikir kritis
60
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pemisahan kelas antara laki-
laki dan perempuan apakah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis karena di sekolah MTs. Annida ini terdapat pemisahan ruang kelas
antara laki=laki dan perempuan dan juga kemungkinan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
61
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Yusuf. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Pada
Materi Segitiga (Penelitian Di Smp Kharisma Bangsa) (Skripsi). UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta : 2016.
Amri, Sofan dan lif khoirul ahmadi. Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif.
Jakarta : prestasi pustka. 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: pt. remaja
kosdakarya.cet 2. 2010
Faridah, Fidya. Definisi Berpikir Kritis. artikel diakses pada 20 september 2016
dari fidyafaridah.blogspot.co.id?2015/11/definisi-berpikir-kritis-definisi.
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta. Pt grafindo persada. Cet 2. 2014.
Jamaan, Elizta Justi. Kemampuan berpikir kritis matematis : apa dan bagai mana
Dikembangkan pada peserta didik sekolah dasar. Seminar Nasional
Pendidikan MIPA 2014. UNP
Kurniasih, Ary Woro. Scaffolding sebagai Alternatif Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika, dalam JURNAL KREANO, ISSN
: 2086-2334 Diterbitkan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNNES
Volume 3 Nomor 2, Desember 2012.
Lesley dkk. Critical Thinking Skills For Education Students. Singapura : SAGE
publication. 2013. second edition.
Mahmudah, Rosita. Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Tangerang Ii Pamulang (Skripsi). UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta : 2013.
Noer, Sri Hastuti. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, dalam Seminar Nasional
62
Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA
UNY. 5 Desember 2009.
Pritasari,Ajeng DC. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas XI IPA 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Yogyakarta Pada
Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI), skripsi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, 2011
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2006.
Rahmawati. Seminar Hasil TIMMS 2015. Diakses pada 17 januari 2017 pada
http://puspendik.kemendikbud.go.id/seminar/upload/rahmawati-seminar-
hasil-timss-2015.pdf
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta :
kencana prenada group, 2008.
Santrock, Jhon W. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Predana Media Group
. 2008.
Sekelumit dari hasil PISA yang baru dirilis. Diakses pada 17 januari2017 pada
www.ubaya.ac.id/2014/content/articel_detail/230/overview-ofpisa-2015-
result-that-have-just-been- released.html
Setyawati, R. D. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Model
Problem Based Learning Berorientasi Enterpreneurship dan Berbantuan
CD Interaktif. Prosiding Seminar Nasional Matematika 2013. Semarang:
Universitas Negeri Semarang. 2013.
Sugiman, Sumardyono, dan Marfuah. Karakteristik Siswa Smp Dan Bilangan.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan: 2016.
Sulianto, Joko. Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika Untuk
Meningkatkan Berpikir Kritis Pada Siswa Sekolah Dasar. Pend.
Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang. Diakses pada 18 januari 2017
pada http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/articel/download
Sunaryo, Wowo . Taksonomi Berpikir. Jakrta : PT Remaja Rosdakarya. 2011.
Suwarna, Dina Mayadiana. Suatu Alternatif Pembelajaran Utuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jakarta: Cakrawala Maha Karya,
2009.
63
Wardhani, Sri. Implikasi Karakteristik Matematika Dalam Penacapaian Tujuan
Mata Pelajaran Matematika Di Smp/Mts. diakses pada 20 juli 2017 di
https://mgmpmatsatapmalang.file.wordpress.com/2011/11/karakteristik-
mat-smp.pdf
64
Lampiran 1
Instrument Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Mata pelajaran : matematika Nama: Materi : bangun ruang sisi datar kelas : WaktU : 90 menit
Kerjakan soal dibawah ini dengan baik dan benar!
Jangan lupa mulai dengan bismillah…!!
1. Seorang Pembina pramuka membutuhkan tenda untuk camping, dia memerlukan
bahan berupa terpal untuk membuatnya. Jika
harga 1m2 bahan tersebut adalah 15.000,
tentukan biaya yang harus dikeluarkan Pembina
untuk membuat tenda dengan ukuran seperti
gambar di samping?
2. di atas meja terdapat vas bunga berbentuk prisma segi enam beraturan yang
berukuran alas 5 cm dan tingginya 20 cm. Agar terlihat lebih indah, ibu akan
menghias vas tersebut dengan menempelkan kain bermotif pada sisi-sisi tegaknya.
Kain yang ibu punya berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 45 cm
dan lebar 20 cm, berilah kesimpulan apakah kain ibu cukup untuk menghias vas
tersebut?
3. Sebuah pabrik susu kotak rumahan berencana akan mengemas susu kotak hasil
produksinya kedalam satu kemasan. Pemilik pabrik memilih antara dua kemasan,
kemasan kecil yang berukuran panjang 8 cm lebar 3.5 cm dan tinggi 5.5 cm, akan
dijual dengan harga 3000 rupiah atau kemasan besar yang berukuran panjang 13
cm lebar 3.5 cm dan tinggi 5.5 cm yang akan dijual dengan harga 5000. Penjualan
dengan kemasan manakah yang seharusnya dipilih pemiki, agar menghasilkan
pendapatan yang lebih banyak jika pabrik itu memproduksi 5.5 liter susu? Berikan
alasanmu!
4. Kamu mempunyai kawat dengan panjang 144 cm. Kamu diminta membuat
kerangka prisma segi empat dengan semua kawat itu sedemikian hingga
volumenya terbesar. Tentuka ukuran prisma tersebut!
5. prisma tegak segi empat beraturan panjang rusuk alasnya p dan l dan tingginya t.
diperkecil sebesar 1/3 kali panjang rusuk alas dan tinggi semula. Terjadi
perdebatan antara Andi dan Dika tentang volume perubahan volume yang terjadi.
65
Andi berpendapat bahwa volume prisma itu akan menjadi 1/3 volume prisma
semula, sedangkan Dika berpendapat bahwa volume prisma itu akan menjadi 1/9
volume prisma semula. Pendapat siapakah yang lebih tepat? Berikan jawaban
beserta alasannya.
66
Lampiran 2
Kunci Jawaban
1. Diketahui:
alas prisma = 3 m
Tinggi segitiga = 2 m
Tinggi prisma = 4 m
Harga terpal 1m2= 15000
Ditanya :
Biaya untuk tenda ?
Jawab::
Sisi miring segitiga = M = √
M = √
M = √
M= 2.5m (lebar jajar genjang)
Luas bahan yang diperlukan = luas tenda.
Luas tenda= 2 x l.alas (segitiga) + 2 x L jajar genjang
=( 2x ½ x 2x3 ) + (2 x (2.5 x 4 )
= 6 + 20 = 26 m2
biaya yang harus dikeluarkan = 26 x 15.00 = 390.000
Maka biaya yang diperlukan untuk membuat tenda adalah 390.000
2. diketahui :
prisma segi enam, s= 5cm
67
tinggi prisma = 20 cm
bagian sisinya akan dtempelkan kain.
Kain yang ibu punya berukuran panjang 45 cm dan lebar 20 cm
Bagian sisinya akan ditempel kain, maka dicari luas sisi selimut prisma
Luas selimut = 6 x luas persegi panjang
= 6 x p x l
= 6 x 5 cm x 20 cm
= 600 cm2
Kain yang dibutuhkan untuk vas sebesar 600 cm2
Ukuran luas kain ibu= p x l
= 45 cm x 20 cm
900 cm2
Kesimpulan: Karena ukuran kain ibu lebih besar dari ukuran kain yang
diperlukan maka kain ibu cukup untuk menghias vas tersebut.
3. Diketahui:
Ukuran Kotak besar = 13 cm x 3.5 cm x 5.5 cm
Ukuran kotak kecil = 8 cm x 3.5 cm x 5.5 cm
Harga kotak besar = 5000
Harga kotak kecil = 3000
Produksi = 5 .5 liter
Ditanya:
Pendapatan Yang lebih banyak ?
Jawab:
Banyak susu dalam kotak besar=
Volume kotak besar = p x l x t
= 13 cm x 3.5 cm x 5.5 cm
= 250.25 cm3
volume kotak kecil = p x l x t
= 8 cm x 3.5 cm x 5.5 cm
68
= 154 cm3
Banyak produksi = 5.5 liter = 5500 cm3
Jika dikemas dalam kotak besar, maka banyak kotak susunya adalah= 5500 :
250.25 = 21.9 = 22 kotak. Pendapatan = 22 x 5000 = 110.000
Jika dikemas dalam kotak besar, maka banyak kotak susunya adalah= 5500 :
154 = 35.7 kotak = 36 kotak Pendapatan = 36 x 3000 = 108.000
yang menghasilkan pendapatan yang lebih besar adalah penjualan dengan
kotak besar. Maka sebaiknya pemilik mengemas susu produksinya dalam
kotak besar
4. Diketahui:
panjang kawat 144 cm
Prisma segi empat
Ditanya: ukuran prisma agar volumenya maksimal.
Jawab: agar volume maksimal maka semua kawat harus digunakan untuk
membuat kerangka prisma.
Karena prisma segi empat maka jumlah rusuknya ada 12
Panjang rusuknya masing masing adalah 144 : 12 = 12 cm
jadi prisma tersebut adalah kubus dengan panjang rusuk 12 cm
Gambarnya
5. diketahui: prisma segiempat
panjang rusuk alas = p dan l
tinggi = t
diperkecil 1/3 kali
69
maka p’= 1/3 p
l’= 1/3 l
t’ = 1/3 t
Andi -> V’ = 1/3 V awal
Doni -> V’ = 1/9 V awal
Ditanya : siapa yang lebih tepat?
Jawab:
V awal =1/3 x luas alas x tinggi
V awal = 1/3 x p x l x t
V ‘ = p’ x l’ x t’
V’ = 1/3 p x 1/3 l x 1/3 t
V’ = 1/3 x1/3 x 1/3 x( p x l x t )
V awal
V’ = 1/9 x V awal
Maka pendapat yang lebih tepat adalah pendapat Doni, karena volume limas
yang diperkecil menjadi 1/9 volume limas semula
70
Lampiran 3
Panduan Penskoran Kemampuan Berfikir Kritis
no Indikator berfikir kritis Respon siswa Skor
1
Inference (membuat kesimpulan
dari informasi disertai langkah-
langkah penyelesaian)
Tidak memberikan kesimpulan,
terindikasi tidak memahami soal atau
tidak menjawab.
1
Memberikan kesimpulan, tetapi tidak
dapat menghubungkan antara informasi
yang diberikan.
2
Dapat memberikan kesimpulan , serta
dapat menghubungkan antara informasi
yang diberikan , namun masih ada
langkah yang kurang tepat.
3
Dapat memberikan kesimpulan , serta
dapat menghubungkan antara informasi
yang diberikan dengan langkah yang
tepat.
4
2 Reason (memberi alasan atas jawaban yang diberikan)
Tidak memberikan alasan , terindikasi
tidak memahami soal atau tidak
menjawab.
1
Memberikan alasan , tetapi tidak dapat
menghubungkan antara informasi yang
diberikan.
2
Dapat memberikan alasan , serta dapat
menghubungkan antara informasi yang
diberikan , namun masih ada langkah
yang kurang tepat.
3
Dapat memberikan alasan , serta dapat
menghubungkan antara informasi yang
diberikan dengan langkah yang tepat.
4
3 situation ( dapat Menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari)
Tidak memberikan penyelsaian,
terindikasi tidak memahami soal atau
tidak menjawab.
Memberikan penyelasaian , tetapi tidak
dapat menghubungkan antara informasi
yang diberikan.
2
Dapat memberikan penyelesaian , serta
dapat menghubungkan antara informasi
yang diberikan , namun masih ada
langkah yang kurang tepat.
3
71
Dapat memberikan penyelasian, serta
dapat menghubungkan antara informasi
yang diberikan dengan langkah yang
tepat
.
4
4 overview (siswa dapat mengecek, mengevaluasi apa yang telah ditemukan , diputuskan atau
dipelajari)
Tidak memberikan evaluasi , terindikasi
tidak memahami soal atau tidak
menjawab.
1
Memberikan evaluasi , tetapi tidak dapat
menghubungkan antara informasi yang
diberikan.
2
Dapat memberikan evaluasi, serta dapat
menghubungkan antara informasi yang
diberikan , namun masih ada langkah
yang kurang tepat.
3
Dapat memberikan evaluasi , serta dapat
menghubungkan antara informasi yang
diberikan dengan langkah yang tepat
4
72
Lampiran 4
TABEL HASIL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
nama
indikator total point
nilai Kategori tingkat
kemampuan situation inference reason overview
1 2 4 3 5
a1 2 3 2 1 1 9 45 rendah
a2 3 4 4 3 3 17 85 tinggi
a3 4 2 3 2 1 12 60 rendah
a4 1 3 1 2 1 8 40 rendah
a5 3 4 2 3 2 14 70 sedang
a6 1 3 2 2 1 9 45 rendah
a7 1 4 2 3 2 12 60 rendah
a8 2 4 2 2 1 11 55 rendah
a9 3 4 3 4 2 16 80 tinggi
a10 4 4 3 4 4 19 95 tinggi
a11 2 3 3 3 4 15 75 tinggi
a12 2 3 2 3 1 11 55 rendah
a13 3 3 2 2 3 13 65 sedang
a14 3 3 2 2 3 13 65 sedang
a15 3 3 2 2 3 13 65 sedang
a16 3 4 4 3 4 18 90 tinggi
a17 4 4 4 3 4 19 95 tinggi
a18 4 4 4 3 4 19 95 tinggi
a19 3 2 3 2 2 12 60 rendah
a20 3 2 2 2 1 10 50 rendah
a21 3 3 3 2 2 13 65 sedang
a22 2 2 2 3 2 11 55 rendah
a23 1 2 3 3 2 11 55 rendah
a24 1 2 2 2 1 8 40 rendah
a25 1 2 2 2 1 8 40 rendah
b1 1 2 2 2 1 8 40 rendah
b2 2 4 3 3 1 13 65 sedang
b3 3 3 3 4 2 15 75 sedang
b4 3 4 4 4 4 19 95 tinggi
b5 3 4 3 4 2 16 80 tinggi
b6 3 2 2 2 3 12 60 rendah
b7 3 3 2 3 2 13 65 sedang
b8 3 4 3 4 4 18 90 tinggi
b9 3 2 1 2 2 10 50 rendah
73
b10 3 2 1 3 2 11 55 rendah
b11 3 4 2 3 3 15 75 sedang
b12 3 4 4 3 4 18 90 tinggi
b13 3 4 3 3 4 17 85 tinggi
b14 3 4 4 3 4 18 90 tinggi
b15 3 4 2 2 1 12 60 rendah
b16 4 4 4 3 4 19 95 tinggi
b17 4 4 3 3 4 18 90 tinggi
b18 4 3 2 4 3 16 80 tinggi
b19 4 3 3 4 3 17 85 tinggi
b20 2 2 2 2 1 9 45 rendah
b21 2 2 2 3 1 10 50 rendah
b22 1 1 1 1 1 5 25 rendah
b23 1 1 1 1 1 5 25 rendah
b24 3 3 2 2 2 12 60 rendah
b25 2 2 1 1 1 7 35 rendah
c1 1 3 2 2 1 9 45 rendah
c2 4 4 3 4 4 19 95 tinggi
c3 3 4 4 4 4 19 95 tinggi
c4 1 2 2 3 2 10 50 rendah
c5 1 3 2 2 3 11 55 rendah
c6 2 2 2 2 2 10 50 rendah
c7 2 4 3 3 2 14 70 sedang
c8 3 3 2 4 3 15 75 sedang
c9 3 4 3 3 2 15 75 sedang
c10 3 4 2 3 1 13 65 sedang
c11 3 3 3 3 1 13 65 sedang
c12 3 3 2 2 1 11 55 rendah
c13 3 3 2 2 2 12 60 rendah
c14 3 3 2 3 1 12 60 rendah
c15 1 1 1 1 1 5 25 rendah
c16 1 2 2 2 1 8 40 rendah
c17 1 1 2 2 1 7 35 rendah
c18 1 2 2 2 1 8 40 rendah
c18 1 1 1 1 1 5 25 rendah
c20 1 3 2 2 1 9 45 rendah
c21 2 1 2 3 2 10 50 rendah
c22 2 2 2 3 2 11 55 rendah
c23 2 3 2 3 2 12 60 rendah
c24 2 4 3 2 3 14 70 sedang
c25 2 2 2 3 2 11 55 rendah
74
d1 2 3 2 2 2 11 55 rendah
d2 3 2 2 4 1 12 60 rendah
d3 3 3 2 3 3 14 70 sedang
d4 3 3 4 3 4 17 85 tinggi
d5 3 3 2 2 2 12 60 rendah
d6 4 4 3 3 4 18 90 tinggi
d7 4 4 4 3 4 19 95 tinggi
d8 4 4 3 4 2 17 85 tinggi
d9 2 3 2 2 2 11 55 rendah
d10 2 3 3 2 1 11 55 rendah
d11 2 2 2 1 1 8 40 rendah
d12 2 2 3 2 2 11 55 rendah
d13 3 4 4 3 1 15 75 sedang
d14 3 4 3 3 2 15 75 sedang
d15 3 4 2 4 1 14 70 sedang
d16 3 4 3 4 2 16 80 tinggi
d17 3 4 2 4 3 16 80 tinggi
d18 1 3 2 3 1 10 50 rendah
d19 1 3 1 2 1 8 40 rendah
d20 1 3 2 3 2 11 55 rendah
rata -rata 2.463 5.4105263 2.663 2.126 12.66
skor ideal 4 8 4 4 20
Nilai rata-rata 61.58 67.63 66.58 53.16 63.32
75
Lampiran 5
Tabel Distribusi Frekuensi
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
No
interfal
nilai
frekuensi
(f) f relatif fk
1 20 - 29 4 4.2% 4
2 30 - 39 2 2.1% 6
3 40 - 49 13 13.7% 19
4 50 - 59 22 23.2% 31
5 60 - 69 18 18.9% 49
6 70 - 79 12 12.6% 61
7 80 -89 10 10.5% 71
8 90 - 99 14 14.7% 95
jumlah
95 100 %
rata-
rata 63,3
nilai
max 95
modus 56.4
nilai
min 25
median 62.9
76
Lampiran 6
Pedoman Wawancara Siswa
No Pertanyaan Respon siswa
1 Sudah yakin dengan jawaban yang kamu buat? - Yakin
- tidak yakin
2 Ada informasi apa saja dalam soal yang
diberikan?
- Menyebutkan informasi yang
diketahui
- tidak menyebutkan informasi
yang diketahui
3 Bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut,
coba jelaskan?
- Menjelaskan jawaban yang
diberikan
4. Jadi apa kesimpulan kamu? - Memberikan kesimpulan
77
Lampiran 7
78
79
80
Lampiran 8
81
82
83
84
85
Lampiran 9
86
Lampiran 10