116
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS PERUSAHAAN PASCA IPO DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK ANALISIS MULTINOMIAL LOGIT Skripsi Oleh : Redy Afriyansyah Wibawa 104081002517 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS PERUSAHAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17745/1/Redy... · Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

STATUS PERUSAHAAN PASCA IPO DENGAN

MENGGUNAKAN TEHNIK ANALISIS MULTINOMIAL LOGIT

Skripsi

Oleh : Redy Afriyansyah Wibawa

104081002517

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H / 2009 M

  1

ABSTRACT

This research had purposed to provide empirical evident about factors that affect firms status after IPO. The examined factors on this research are firm characteristic including financial ratio, trend of stock price, firm’s fundamental factors. This research applies samples consist of; 47 firms which have positive net income, positive equity value and still listed until 2007; 38 firms which have negative net income from 2004 through 2007 and still listed; 10 firms which have negative net income and negative equity value from 2004 through 2007 and; 21 firms which delisted and merger from 2004 through 2007. Moreover, it is chosen by purposive sampling. The statistic method used to test on research hypothesis is Multinomial Logit Regression. The result show that financial ratio total equity/total assets (TETA), retained earnings/total assets (RETA), net income/total assets (NITA) and total debt/total equity (TDTE) and firms fundamental factors logaritma natural assets (LNASSET) are significant variables to determinate firm status after IPO. This research is consistent with the research conducted by Luciana and Meliza in the year 2003.

 

 

Keyword : financial distress, financial ratio, trend of stock price, firms

fundamental factors, multinomial logit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

i

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status perusahaan pasca IPO. Faktor yang di uji dalam penelitian ini adalah karakteristik perusahaan terdiri rasio keuangan, trend harga saham dan faktor fundamental perusahaan. Sampel Peneliti terdiri dari; 47 perusahaan yang konsisten memiliki laba bersih positif, nilai ekuitas positif dan terdaftar sampai tahun 2007; 38 perusahaan memiliki laba bersih negatif dari tahun 2004 sampai tahun 2005 dan masih terdaftar; 10 perusahaan memiliki laba bersih negatif dan nilai ekuitas negatif dari tahun 2004 sampai tahun 2005 dan; 21 perusahaan yang mengalami delisted dan perusahaan yang melakukan merger dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Selanjutnya penentuan sample menggunakan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah Regresi Multinomial Logit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan jumlah ekuitas/jumlah aktiva (TETA), laba ditahan/jumlah aktiva (RETA), laba bersih/jumlah aktiva (NITA) dan jumlah hutang/jumlah ekuitas (TDTE) dan faktor fundamental perusahaan logaritma natural assets (LNASSET) merupakan variable yang signifikan untuk memprediksi perusahaan pasca IPO. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Meliza pada tahun 2003.

Kata Kunci :Financial distress, rasio keuangan, trend harga saham, faktor

fundamental perusahaan, Mulitnomial Logit

 

 

 

 

 

 

  2ii 

 

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmanirrohim,

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji hanya milik Allah azza wajalla, dzat yang kepada-NYAlah

kita serahkan semua harapan dan amal. Segala puji hanya milik Allah SWT yang

telah mencurahkan Karunia dan Kasih sayang-NYA sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Status Perusahaan Pasca IPO Dengan Menggunakan Tehnik Analisis Multinomial

Logit”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Tauladan terbaik

Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya khususnya

para pejuang ilmu yang mengamalkan ilmunya dengan penuh keikhlasan.

Pada kesempatan ini Saya sebagai penyusun ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung

“Semoga Allah SWT memberi balasan yang lebih baik” terutama kepada :

1. Keluarga Tercinta (Kedua Orang Tuaku Almarhum Ayahanda Oleh

Solihin dan Ibunda Tati M Kusmiati serta Kakak Tia Andra Wibawa,

untuk Ayahanda karena beliaulah semangat menyelesaikan skripsi selalu

ada, untuk mamah yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan

materiil maupun moril dan A’a Andra yang selalu memotivasi dengan

memberikan masukan yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial (FEIS) UIN Jakarta yang membuat FEIS menjadi semakin

berkembang hingga saat ini.

  3iii 

 

3. Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM sebagai pembantu dekan dan sebagai

pembimbing 1 dan kepada Indoyama Nasarudin, SE, MBA sebagai ketua

jurusan manajemen dan sebagai pembimbing 2, yang telah meluangkan

waktu dan memberikan ilmunya kepada penulis hingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen FEIS yang telah memberikan pengetahuan yang luas

kepada penulis selama perkuliahan.

5. Someone special in my heart “Aida” yang selalu ada dan setia menemani

dan memberikan perhatian dikala senang maupun duka tanpa

pengorbananMu diri ini tidak mampu mengadapinya seorang diri.

6. Keluarga Bapak Yusuf yang selalu mendoakan dan menyayangiku.

7. Teman-temanku seperjuangan Kelas Manajemen C (Angkatan tahun

2004) yang memberikan arti persahabatan dan kenangan terbaik selama

kuliah di FEIS hingga saat ini, PERSAHABATAN ini tidak akan pernah

berakhir.

8. Teman-teman di Manajemen Keuangan B walaupun kebersamaan kita

sesaat namun pengalaman yang didapat sangat berarti.

Akhir kata semua niat baik dalam menyusun skripsi ini semoga

menjadikan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua yang

membaca skripsi ini, semoga ilmu yang bermanfaat yang dapat diambil dari

skripsi ini.

Amin...

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Jakarta,

Mei 2009 M

Jumadil Tsani 1430 H

 

  4iv 

 

DAFTAR ISI

 

Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... i

Abstract ............................................................................................................ ii

Abstrak ............................................................................................................. iii

Kata Pengantar ................................................................................................. iv

Daftar Isi .......................................................................................................... vi

Daftar Tabel ..................................................................................................... viii

Daftar Gambar.................................................................................................. x

Daftar Lampiran............................................................................................... xi

 

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Initial Public Offering (IPO)................................................................ 9

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca

IPO ....................................................................................................... 11

3. Penghapusan Pencatatan Saham (Delisting)......................................... 16

B. Penelitian Terdahulu................................................................................... 21

C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 25

D. Hipotesis ..................................................................................................... 28

  5v 

 

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 29

B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 29

C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 34

D. Metode Analisis Data .............................................................................. 35

E. Operasional dan Pengukuran Variabel .................................................... 39

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 41

B. Kriteria Penentuan Kondisi Perusahaan ..................................................... 45

C. Analisis Multinomial Logit......................................................................... 79

D. Interpretasi .................................................................................................. 83

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................. 91

B. Implikasi ..................................................................................................... 92

C. Keterbatasan dan Saran .............................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 95

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

  6vi 

 

DAFTAR TABEL

3.1 Data Perusahaan yang termasuk kelompok 1............................................. 31

3.2 Data Perusahaan yang termasuk kelompok 2............................................. 32

3.3 Data Perusahaan yang termasuk kelompok 3............................................. 33

3.4 Data Perusahaan yang termasuk kelompok 4............................................. 34

4.1 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 1 ............................ 46

4.2 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 2 ............................ 47

4.3 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 3 ............................ 48

4.4 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 4 ............................ 49

4.5 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 1 ............................ 50

4.6 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 2 ............................ 51

4.7 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 3 ............................ 52

4.8 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 4 ............................ 53

4.9 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 1............................. 54

4.10 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 2........................... 55

4.11 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 3........................... 56

4.12 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 4........................... 57

4.13 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 1.......................... 58

4.14 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 2.......................... 60

4.15 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 3.......................... 61

  7vii 

 

4.16 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 4.......................... 61

4.17 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 1 .......................... 63

4.18 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 2 .......................... 64

4.19 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 3 .......................... 65

4.20 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 4 .......................... 66

4.21 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 1.......................... 67

4.22 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 2.......................... 68

4.23 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 3.......................... 69

4.24 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 4.......................... 70

4.25 Data hasil perhitungan TREND perusahaan kelompok 1 ........................ 71

4.26 Data hasil perhitungan TREND perusahaan kelompok 2 ........................ 72

4.27 Data hasil perhitungan TREND perusahaan kelompok 3 ........................ 73

4.28 Data hasil perhitungan TREND perusahaan kelompok 4 ........................ 74

4.29 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 1 .................... 75

4.30 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 2 .................... 77

4.31 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 3 .................... 78

4.32 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 4 .................... 78

4.33 Data yang diproses pada Analisis Multinomial Logit.............................. 80

4.34 Tabel Model Fitting Test.......................................................................... 80

4.35 Tabel Goodness of Fit Test ...................................................................... 81

4.36 Tabel Pseudo R-Square Test .................................................................... 81

  8viii 

 

4.37 Hasil Uji Multinomial Logit rasio keuangan, trend harga saham dan

faktor fundamental LNASSET ............................................................... 82

4.38 Hasil Identifikasi Prediksi Klasifikasi .................................................... 83

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  9ix 

 

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Pemikiran................................................................................... 27

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  10x 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Perusahaan Kelompok 1 Yang Konsisten Memiliki Laba Bersih

Tahun 2006-2007

Lampiran 2: Perusahaan Kelompok 1 Yang Konsisten Memiliki Nilai Ekuitas

Positif Tahun 2006-2007

Lampiran 3: Perusahaan Delisted dan Merger Tahun 2004-2007

Lampiran 4: Hasil Output Uji Multinomial Logistik

  11xi 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan yang berhasil tentu menginginkan memperluas usahanya,

mereka akan membutuhkan tambahan modal yang sangat banyak untuk

menambah kapasitas produksinya. Pada saat ini perusahaan akan menjual surat

berharga ke masyarakat yang disebut go public. Go public adalah salah satu

alternatif yang dapat ditempuh oleh perusahaan dalam rangka mendapat

tambahan modal usaha. Dibandingkan dengan hutang bank, go public

merupakan alternatif yang relatif luwes dan menguntungkan. Keuntungan

tersebut akan sangat dirasakan ketika krisis ekonomi.

Proses go public, laporan keuangan memiliki fungsi yang penting baik

bagi issuer, penjamin emisi, dan investor. Bagi issuer dan penjamin emisi

penting karena merupakan salah satu sumber informasi utama untuk menilai

penentuan harga dalam proses IPO (Initial Public Offering). Bagi investor juga

merupakan sumber informasi dalam menetapkan sumber informasi dalam

menetapkan keputusan investasinya. Perusahaan berusaha untuk membuat

dirinya terlihat lebih baik, khususnya dalam rangka memaksimalkan proceeds

dari penjualan saham. Kenyataan itulah yang mendorong issuer untuk memilih

metode-metode akuntansi tertentu yang pada akhirnya dapat meningkatkan

harga IPO melalui pengaturan tingkat keuntungan yang dilaporkan.

1

 

Masalah yang sering dihadapi ketika perusahaan pertama kali melakukan

penawaran sahamnya ke pasar modal adalah penentuan harga di pasar perdana

tersebut. Di satu pihak pemegang saham lama tidak ingin menawarkan saham

baru dengan harga terlalu murah (underpricing) kepada pemodal baru, tetapi

disisi lain pemodal baru menginginkan untuk memperoleh capital gain dari

pembelian saham di pasar perdana tersebut. Satu pihak underwriter yang akan

menjamin menerbitkan saham perdana tersebut cenderung menjual saham

dengan harga murah (undervalued) untuk mengurangi risiko tidak laku terjual.

Investor yang dapat kesempatan untuk membeli sekuritas yang undervalued

akan menikmati abnormal return. Akan tetapi jika sifat pasarnya adalah

efisien, abnormal return yang ada hanya terjadi dengan waktu yang cepat dan

tidak berkepanjangan, ini berarti bahwa investor yang membeli setelah listing

sudah tidak akan memperoleh abnormal return lagi karena harga sekuritas

sudah mencapai keseimbangan yang baru.

Kondisi undervalued tidak selalu menguntungkan pihak-pihak terkait,

bagi emiten berarti mereka mengorbankan sebagian return yang seharusnya di

dapat. Bagi underwriter yang pendapatannya adalah berdasarkan persentase

komisi dari hasil penjualan waktu IPO (Initial Public Offering) maka semakin

rendah harga IPO berarti semakin kecil pula pendapatan yang diterimanya,

namun dengan semakin rendahnya harga saham akan semakin besar

kemungkinan saham tersebut laku terjual. Sedangkan bagi investor bisa

terjebak dengan paradigma bahwa harga saham waktu IPO undervalued,

padahal dari data di atas terlihat tidak semua harga saham undervalued ada

  2

 

saham yang overvalued maupun tetap harganya (return nol) sehingga bila

investor membeli saham ini bisa rugi.

Initial Public Offering (IPO) merupakan langkah awal yang menentukan

dalam kelangsungan hidup perusahaan publik. Pendapat umum menyatakan

bahwa penawaran publik mengindikasikan perusahaan berada pada tahapan

bertumbuh sehingga perusahaan memerlukan dana untuk ekspansi dan/atau

melakukan modernisasi. Keadaan ini menyebabkan semua perusahaan privat

yang sedang dalam tahap pertumbuhan cepat atau lambat akan menjadi

perusahaan publik untuk mendanai investasinya.

Perkembangan studi yang dilakukan para peneliti, pendapat umum ini

mulai dipertanyakan. Terdapat beberapa alasan yang didukung bukti empiris,

sebagai contoh yaitu adanya beberapa perusahaan besar yang tetap memilih

menjadi perusahaan privat dan adanya temuan dalam kasus IPO di Itali bahwa

perusahaan menjadi perusahaan publik dengan tujuan keseimbangan akun-

akun mereka setelah menjalani tahap investasi dan pertumbuhan yang tinggi

(Pagano et. al., 1998). Terdapat bukti pula bahwa perusahaan yang berada

pada tahap perkenalan (start-up) ternyata melakukan penawaran perdana ke

publik untuk mendanai ekspansinya (Jain dan Kini, 1994). Perusahaan yang

melakukan IPO, pada perkembangan selanjutnya, dapat berevolusi menjadi

salah satu dari tiga kondisi dasar pasca IPO, yaitu tetap hidup (survive) sebagai

perusahaan independen, gagal secara keseluruhan (fail outright), atau

diakuisisi dan kehilangan identitasnya (Jain dan Kini, 1999). Beberapa studi

tentang kinerja perusahaan pasca IPO menemukan bahwa kinerja perusahaan

  3

 

mengalami penurunan beberapa waktu setelah IPO. Jain dan Kini (1994) juga

menemukan bukti yang mendukung bahwa kinerja operasi emiten menurun

pasca IPO. Studi tentang IPO menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara

harga pada saat IPO dan harga saham setelah saham diperdagangkan di pasar

sekunder atau lebih dikenal dengan underpricing. Beberapa studi telah

menyelidiki fenomena diantaranya adalah Ibbotson (1975) dan Jain dan Kini

(1994).

Pratiwi dan Kusuma (2000) melakukan penelitian terhadap kinerja

saham perusahaan yang terdaftar di BEJ dalam jangka pendek dan dalam

jangka panjang. Penelitian dilakukan terhadap 78 perusahaan yang IPO tahun

1994-1997 untuk jangka pendek (1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan). Hasilnya

menunjukkan dalam jangka pendek kinerja saham perusahaan yang terdaftar di

BEJ outperformance dan dalam jangka panjang adalah underperformances.

Seperti Altman (1968) dalam Luciana dan Kristijadi (2003), merupakan

penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai

alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dengan menggunakan

analisis diskriminan, fungsi diskriminan akhir yang digunakan untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan memasukkan rasio-rasio keuangan

berikut: working capital/total assets, retained earnings/total assets, earnings

before interest and taxes/total assets, market value equity/book value of total

debt, sales/total assets.

Penelitian yang berkaitan dengan manfaat karakteristik perusahaan untuk

memprediksikan  kebangkrutan perusahaan telah dilakukan oleh Tirapat dan

  4

 

Nittayagasetwat (1999). Penelitian  ini memberikan bukti bahwa karakteristik

perusahaan dalam bentuk rasio keuangan dan variabel fundamental perusahaan

dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Platt dan Platt (2002)

juga mengkonfirmasi hal yang sama bahwa rasio keuangan dapat digunakan

untuk memprediksikan kondisi financial distress suatu perusahaan. Penelitian

lain yang menggunakan karakteristik  perusahaan adalah penelitian yang

dilakukan oleh Harsono (2001) dan Luciana (2003), penelitian ini memberikan

bukti bahwa variabel karakteristik perusahaan dapat digunakan  untuk

memprediksikan status perusahaan (listed-delisted) yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Luciana dan Meliza

(2003), yang menggunakan rasio keuangan, trend harga saham dan faktor

fundamental perusahaan untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan

pasca IPO.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui mengapa beberapa

perusahaan mengalami penurunan secara signifikan dalam jangka waktu yang

panjang, mengapa perusahaan pasca IPO dijual atau terjadi take-over, dengan

kata lain apa yang menyebabkan perusahaan gagal pasca IPO. Faktor-faktor

inilah yang akan diinvestigasi dalam penelitian ini.

Berbeda dengan penelitian Luciana dan Meliza (2003), penelitian ini

menggunakan sampel kelompok 1 pada perusahaan manufaktur dengan

kriteria perusahaan tidak mengalami laba bersih negatif dan nilai ekuitas

negatif, penelitian ini menambah 2 variabel rasio keuangan yaitu CACL

  5

 

(Aktiva Lancar/Hutang lancar) didasari penelitian Rahman (2008) bahwa

variabel CACL secara statistik signifikan pada tingkat 10% dapat digunakan

memprediksi financial distress perusahaan, sedangkan variabel TDTE (Total

Hutang/Total Ekuitas) didasari penelitian Luciana bahwa debt/equity

hypothesis signifikan terhadap tingkat konservatisma laporan keuangan

perusahaan dengan tehnik analisis multinomial logit. Penelitian ini

dikategorikan mengelompokkan perusahaan menjadi 4 kelompok untuk

membedakan status perusahaan pasca IPO, menggunakan variabel rasio

keuangan, trend harga saham dan faktor fundamental perusahaan.

Untuk membatasi masalah agar tidak terlalu luas pembahasannya maka

penulis membatasi masalah pada hal-hal berikut:

1. Variabel yang digunakan adalah rasio keuangan (TE/TA, RE/TA,

NI/TA, CA/CL, TD/TE, TD/TA), trend harga saham dan faktor

fundamental perusahaan yaitu LNASSET (logaritma natural asset).

2. Perusahaan-perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur

yang memiliki laba bersih positif dan nilai ekuitas positif sebagai

perusahaan yang sehat diproksikan 0 sebagai perusahaan kontrol,

diproksikan 1 untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami laba

bersih negatif dan 2 untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami laba

bersih negatif dan ekuitas negatif selama dua tahun berturut-turut pada

tahun 2004-2005. Diproksikan 3 untuk perusahaan-perusahaan yang

mengalami delisted yang diakibatkan karena laba bersih negatif atau

  6

 

nilai ekuitas negatif dan perusahaan yang melakukan merger selama

tahun 2004-2007.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

Apakah dapat digunakan jika karakteristik perusahaan yang meliputi rasio

keuangan, trend harga saham dan variabel fundamental perusahaan dapat

digunakan sebagai alat prediksi status perusahaan pasca IPO.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

Memberikan bukti empiris mengenai karakteristik perusahaan yang

meliputi rasio keuangan, trend harga saham dan variabel fundamental

perusahaan dapat digunakan sebagai alat prediksi status perusahaan pasca

IPO.

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi :

1. Bagi Penulis

Untuk memberikan pengetahuan yang luas mengapa beberapa

perusahaan mengalami penurunan secara signifikan dalam jangka waktu

yang panjang dan perusahaan pasca IPO dijual atau terjadi take-over

dengan kata lain apa yang menyebabkan perusahaan gagal pasca IPO.

  7

 

2. Bagi Manajemen Keuangan

Hasil penelitian ini akan memberikan informasi kepada manajemen

keuangan mengenai variabel karakteristik dan faktor fundamental

perusahaan dianalisis sebagai alat untuk memprediksi status perusahaan

pasca IPO.

3. Bagi Investor

Sebagai informasi dan bahan masukan bagi investor untuk

pengembalian keputusan investasi di pasar modal.

4. Bagi Akademisi

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen

keuangan khususnya pada faktor-faktor yang mempengaruhi status

perusahaan pasca IPO yang terjadi di BEI periode 2004-2005.

  8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan yang belum menjadi perusahaan publik dapat meningkatkan

kebutuhan dana  dengan menempuh beberapa alternatif (Jogiyanto, 2000).

Pertama, menjual langsung kepada  pemegang saham yang sudah ada

sebelumnya. Kedua, menjual kepada karyawan lewat  Employee Stock

Ownership Plan (ESOP). Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak 

dibagi (dividend reinvestment plan). Keempat, menjual langsung kepada

pembeli tunggal  (misalnya investor institusional) secara privat. Kelima,

menjual kepada publik lewat pasar saham.

Perusahaan yang belum go public, awalnya saham-saham perusahaan

tersebut dimiliki oleh  manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai-

pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki investor. Sebagaimana

biasanya, jika perusahaan berkembang, kebutuhan modal  tambahan sangat

dirasakan. Pada saat tersebut, perusahaan harus menentukan untuk menambah 

modal dengan cara hutang atau menambah jumlah dari pemilikan dengan

menerbitkan saham baru. Dalam pengambilan keputusan menjadi perusahaan

publik atau tetap menjadi perusahaan privat perlu dipertimbangkan trade-off

antara beberapa faktor keuntungan maupun kerugiannya.  Jogiyanto (2000)

menyebutkan beberapa keuntungan menjadi perusahaan publik yaitu: (1) 

9

 

kemudahan dalam meningkatkan modal di masa yang akan datang, (2)

meningkatkan likuiditas  bagi pemegang saham, (3) nilai pasar perusahaan

diketahui.

Terdapat beberapa kerugian yang timbul disamping keuntungan yang

mungkin diperoleh  yaitu: (1) biaya laporan yang meningkat karena

perusahaan memiliki kewajiban untuk menyerahkan laporan kuartalan dan

tahunan kepada regulator (misalnya di Indonesia adalah  BAPEPAM), (2)

dampak negatif pengungkapan, (3) ketakutan untuk diambil alih.

Initial Public Offering (IPO) adalah kegiatan perusahaan menawarkan

sebagian sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Besarnya nilai

kapitalisasi perusahaan waktu penerbitan IPO dan kecenderungan bahwa

harga saham waktu IPO undervalue. Initial Public Offering (IPO) merupakan

langkah awal yang menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan

publik. Pendapat umum menyatakan bahwa penawaran publik

mengindikasikan perusahaan berada pada tahapan bertumbuh sehingga

perusahaan memerlukan dana untuk ekspansi dan/atau melakukan

modernisasi. Keadaan ini menyebabkan semua perusahaan privat yang

sedang dalam tahap pertumbuhan cepat atau lambat akan menjadi perusahaan

publik untuk mendanai investasinya.

Pihak-pihak terkait dan punya kepentingan langsung dengan adanya

IPO adalah (calon) emiten itu sendiri antara lain investor, underwriter, dan

BEI. Perhatian paling banyak diberikan pada penetapan harga IPO, hal ini

adalah wajar mengingat dari penetapan harga IPO akan menentukan sukses

  10

 

tidaknya IPO tersebut. IPO bisa dikatakan sukses jika sahamnya diminati

investor (Oversubscribe).

Penetapan harga jual suatu saham IPO terbentuk setelah tercapai

kompromi antara emiten, underwriter dan pihak investor. Emiten akan

berusaha menjual sahamnya dengan harga yang setinggi-tingginya, dilain

pihak underwriter sebagai pihak yang memberikan jasa untuk menjual saham

berusaha agar seluruh saham tersebut terjual sehingga mereka akan berusaha

menurunkan harga dengan meminta diskon kepada emiten, demikian pula

dengan investor sebagai pihak pembeli berusaha untuk membeli saham

tersebut dengan harga semurah-murahnya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca IPO

Penjelasan diawal menyatakan pendapat umum bahwa perusahaan

memutuskan menjadi perusahaan publik disebabkan perusahaan berada pada

tahap pertumbuhan sehingga  membutuhkan dana untuk investasinya.

Pernyataan ini mengimplikasikan bahwa perusahaan  yang (diharapkan)

memiliki status survivor pasca IPO memiliki karakteristik potensi bertumbuh

yang relatif tinggi. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa faktor potensi 

bertumbuh bukan satu-satunya penentu status perusahaan pasca IPO.

Perkembangan studi yang dilakukan para peneliti, pendapat umum ini

mulai dipertanyakan. Terdapat beberapa alasan yang didukung bukti empiris,

sebagai contoh yaitu adanya beberapa perusahaan besar yang tetap memilih

menjadi perusahaan privat dan adanya temuan dalam kasus IPO di Itali

bahwa perusahaan menjadi perusahaan publik dengan tujuan keseimbangan

  11

 

akun-akun mereka setelah menjalani tahap investasi dan pertumbuhan yang

tinggi (Pagano et. al., 1998). Terdapat bukti pula bahwa perusahaan yang

berada pada tahap perkenalan (start-up) ternyata melakukan penawaran

perdana ke publik untuk mendanai ekspansinya (Jain dan Kini, 1994).

Perusahaan yang melakukan IPO, pada perkembangan selanjutnya, dapat

berevolusi menjadi salah satu dari tiga kondisi dasar pasca IPO, yaitu tetap

hidup (survive) sebagai perusahaan independen, gagal secara keseluruhan

(fail outright), atau diakuisisi dan kehilangan identitasnya (Jain dan Kini,

1999). Beberapa studi tentang kinerja perusahaan pasca IPO menemukan

bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan beberapa waktu setelah

IPO. Jain dan Kini (1994) juga menemukan bukti yang mendukung bahwa

kinerja operasi emiten menurun pasca IPO. Studi tentang IPO menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan antara harga pada saat IPO dan harga saham

setelah saham diperdagangkan di pasar sekunder atau lebih dikenal dengan

underpricing. Beberapa studi telah menyelidiki fenomena diantaranya adalah

Ibbotson (1975) dan Jain dan Kini (1994).

Karakteristik perusahaan beberapa penelitian menggunakan

karakteristik perusahaan seperti rasio keuangan, trend harga  saham dan

variabel fundamental perusahaan untuk memprediksikan kinerja perusahaan.

a) Rasio Keuangan

SFAC No. 1 “The Objective of Financial Reporting for Business

Enterprises” menyatakan  bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah

memberikan informasi keuangan bagi investor, calon  investor, kreditor dan

  12

 

pengguna lainnya untuk membuat keputusan ekonomi (FASB 1978). Dengan

demikian maka laporan keuangan harus bermanfaat. Untuk membuktikan

bahwa  laporan keuangan bermanfaat maka dilakukan penelitian mengenai

manfaat laporan keuangan, yaitu dengan menggunakan rasio-rasio keuangan

yang dianalisis dari laporan keuangan. Machfoedz (1994) menemukan bahwa

rasio keuangan tertentu dapat digunakan sebagai  prediktor laba perusahaan

satu tahun mendatang, tetapi tidak bisa digunakan untuk memprediksi laba

lebih dari satu tahun. Rasio keuangan digunakan sebagai proksi karakteristik

perusahaan karena:  (1) untuk mengendalikan perbedaan ukuran antar

perusahaan antar periode, (2) untuk lebih  memenuhi asumsi yang dituntut

oleh beberapa alat analisis statistik, (3) untuk menggali teori mengenai rasio

keuangan, (4) Untuk memanfaatkan keteraturan empirik yang diobservasi 

antara rasio keuangan dengan estimasi atau prediksi variabel yang diminati

(Foster, 1986).

Menurut Bambang Riyanto (1998:263) rasio keuangan adalah alat yang

dinyatakan dalam “Aritmatical Term” yang digunakan untuk menjelaskan

hubungan antara dua macam data financial.

Analisa rasio keuangan merupakan instrumen analisa prestasi

perubahan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan atau

prestasi dimasa lalu, dan membantu menggambarkan trend pola perubahan

tersebut untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada

perusahaan yang besangkutan, makna dan kegunaan rasio keuangan dalam

praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subyektif tergantung kepada untuk

  13

 

apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut

diaplikasikan.

Rasio keuangan terdiri dari rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang

menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-

keputusan (Profit Margin on sales, Return on total assets, Return on net

worth dan lain sebagainya, rasio likuiditas adalah rasio untuk mengukur

besarnya kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek

yang jatuh tempo, rasio leverage adalah rasio yang dimaksudkan untuk

mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang

(Debt to total assets ratio, Net worth to debt ratio, Debt to total equity ratio

dan lain sebagainya) (Bambang Riyanto, 1998).

b) Trend Harga Saham

Ada dua teknik investasi yang biasanya dilakukan dalam pembelian

saham, pertama menggunakan teknik fundamental yaitu pembelian suatu

saham berdasarkan kinerja perusahaan yang tercermin melalui laporan

keuangan. Sedangkan yang kedua disebut analaisis teknik yaitu pembelian

saham berdasarkan pergerakan harga saham sebelumnya. Analisis teknis

digunakan untuk menentukan saat pembelian apakah telah terjadi overbought

atau oversold. Apabila suatu saham dinilai telah overbought maka investor

memiliki kecenderungan untuk bertransaksi pada saham lain yang oversold

atau belum overbought. Jual, beli atau tahan adalah keputusan yang diambil

oleh investor dalam bertransaksi saham.

  14

 

Pengalaman Charles H. Dow dalam pasar dituangkan dalam teorinya

yang merupakan dasar penting dalam analisis teknis. Berikut ini adalah isi

rangkuman dari teori Dow:

1. Harga telah mencerminkan variabel-variabel yang mempengaruhinya.

2. Trend utama berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama

(accumulation stage), harga bergerak dengan lambat. Keadaan ini

memberitahukan bahwa investor sedang mencari posisi beli. Banyaknya

investor yang bergabung dalam posisi beli (tahap kedua) disebut bull

market model dimana harga bergerak naik dengan cepat. Pergerakan naik

itu akan mencapai klimaksnya karena harga saham sudah terlalu mahal

(tahap ketiga atau bear market) sehingga investor mulai melepaskan

sahamnya.

3. Trend ditunjukkan oleh volume. Harga naik bisa dipertimbangkan

sebagai trend naik bila diikuti oleh kenaikan volume.

4. Trend akan terus berlanjut sampai ada sinyal tertentu yang menunjukkan

adanya pembalikan.

5. Semua indikator yang digunakan harus saling mendukung. Tidak ada

satu pun indikator dalam analisis teknis yang dapat bertindak sebagai

indikator terbaik dalam mengambil keputusan melainkan

mengkombinasikan untuk mempertimbangkan validitas sinyal jual atau

beli.

  15

 

Analisis teknis berusaha untuk mendeteksi perilaku pasar yang dapat

teridentifikasi karena pernah terjadi sebelumnya dan sesuai dengan indikator

teknis yang digunakan untuk memprediksi harga yang akan datang.

c) LNASSET (Logaritma Natural Asset)

Logaritma natural asset berasal dari besarnya total asset yang dimiliki

perusahaan pada akhir tahun. Semakin besar total asset yang dimiliki

perusahaan diharapkan semakin mempunyai dalam kemampuan melunasi

kewajiban di masa depan.

3. Penghapusan Pencatatan Saham (Delisting)

a) Definisi Delisting

Delisting adalah kebijakan yang dilakukan oleh bursa efek untuk

mengeluarkan emiten dari bursa, artinya saham-saham emiten tersebut sudah

tidak tercatat lagi di bursa efek. Pada dasarnya delisting berhubungan dengan

fakta yang menunjukkan bahwa perusahaan tercatat (di bursa efek)

sesungguhnya memiliki kondisi ekonomi, likuiditas, dan kepatuhan terhadap

peraturan pasar modal yang lebih buruk dari kondisi sebelumnya. Dapat

dikatakan bahwa perusahaan yang terkena delisting adalah perusahaan yang

punya masalah serius. Ada sejumlah indikator yang dijadikan pegangan

dalam menilai kondisi delisting. Misalnya, dalam hal laporan perkembangan

usaha setiap bulan, indikator yang perlu diperhatikan mulai dari kepatuhan

melakukan kewajiban dalam bentuk laporan keuangan dan laporan kejadian-

kejadian penting perusahaan, frekuensi dan volume transaksi, jumlah

  16

 

pemegang saham, hingga kapitalisasi pasar. (Infobank, Juli No. 239/1999:

43-44 )

b) Kriteria Delisting

Bursa menghapus pencatatan saham emiten sesuai dengan ketentuan

peraturan ini apabila emiten mengalami minimal satu kondisi dibawah ini:

1. Pernyataan pendaftaran yang telah menjadi efektif dibatalkan atau

dibekukan oleh Bapepam.

2. Perusahaan yang menggabungkan diri ke perusahaan lain atau melakukan

peleburan perusahaan.

3. Perusahaan dilikuidasi

4. Diputuskan pailit oleh Pengadilan Niaga.

5. Dibekukan ijin usaha atau dicabut ijin usaha yang memberikan kontribusi

penjualan atau pendapatan utama.

6. Harga teoritis saham hasil stock split, saham bonus dan atau saham

dividen, atau penerbitan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham, kurang dari

20 x fraksi.

7. Laporan Keuangan emiten memperoleh pendapat Adverse pada tahun

buku terakhir.

8. Tidak menyampaikan corporate plan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan oleh Bursa.

9. Mengalami kerugian usaha dan atau mengalami kerugian setelah pajak

selama 4 tahun berturut-turut (setelah tercatat di Bursa).

  17

 

10. Memiliki ekuitas negatif selama 3 tahun berturut-turut (setelah tercatat di

Bursa).

11. Perdagangan saham dihentikan (suspensi) selama 12 bulan berturut-turut

karena alasan apapun.

12. Tidak terjadi transaksi di Pasar Reguler selama 9 bulan berturut-turut,

(tidak termasuk masa suspensi).

13. Harga rata-rata penutupan saham yang terjadi selama 3 bulan berturut-

turut kurang dari Rp. 50 (lima puluh rupiah).

14. Rata-rata volume transaksi di Pasar Reguler selama 12 bulan berturut-

turut kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) saham perbulan.

15. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham minor (bukan

majority shareholders) kurang dari 5 % dari modal disetor dan kurang

dari 10.000.000 (sepuluh juta) saham dalam jangka waktu 6 bulan

terakhir berturut-turut.

16. Jumlah pemegang saham yang memiliki minimal 1 tahun perdagangan,

kurang dari 100 pemegang saham dalam jangka waktu 6 bulan terakhir

berturut-turut.

17. Emiten tidak lagi memenuhi persyaratan umum pencatatan apabila

bidang usahanya baik langsung maupun tidak langsung dilarang oleh

per-UU yang berlaku di Indonesia dan emiten yang bersangkutan

memberikan kontribusi pendapatannya lebih dari 50 % kepada

anak/induk perusahaannya dimana anak/induk perusahaan tersebut juga

merupakan emiten di bursa.

  18

 

18. perusahaan tercatat bidang usaha pertambangan tidak lagi mempunyai: a)

Kuasa Penambangan atau Surat Ijin Penambangan Daerah, b) jumlah

cadangan (deposit) tidak lagi memenuhi kalayakan ekonomis dan c)

direktur yang memiliki kemampuan teknis yang berpengalaman di

bidang pertambangan sesuai dengan kegiatan usaha perusahaan selama 6

(enam) bulan berturut-turut.

c) Prosedur Delisting

Bila emiten yang mengalami minimal satu kondisi delisting yaitu:

a. Pernyataan pendaftarannya dibatalkan atau dibekukan oleh Bapepam.

b. Emiten mengalami merger atau

c. Akuisisi atau

d. Emiten dilikuidasi maka Bursa paling lambat pada hari Bursa berikutnya

mengumumkan di Lantai Bursa tentang penghapusan pencatatan saham

tersebut.

Bila emiten mengalami salah satu kondisi yang mengarah delisting diluar

dari empat kondisi tersebut (pembatalan pernyataan pendaftaran untuk

Bapepam, akibat merger/akuisisi, emiten dilikuidasi), maka prosedur

delisting dilakukan sebagai berikut:

a. Bursa memberitahukan mengenai keputusan delisting dan jadwal

pelaksanaannya kepada emiten yang bersangkutan pada Hari Bursa yang

sama saat dikeluarkannya keputusan tersebut dengan tembusan kepada

Bapepam.

  19

 

b. Bursa mengumumkan mengenai keputusan delisting emiten tersebut

termasuk jadwal pelaksanaannya. Pengumuman dilakukan paling lambat

pada awal saat pertama Hari Bursa berikutnya setelah adanya keputusan

delisting tersebut.

c. Saham emiten diatas dapat diperdagangkan di Bursa pada Pasar Negosiasi

selama 20 Hari Bursa terhitung sejak berakhirnya masa suspensi, dan

penyelesaian transaksinya tidak dijamin oleh KPEI.

d. Penghapusan pencatatan saham emiten dari daftar efek yang tercatat di

Bursa berlaku efektif pada Hari Bursa berikutnya setelah berakhirnya

masa perdagangan.

e. Paling lambat lima Hari Bursa sebelum berakhirnya masa perdagangan,

maka Bursa mengumumkan tanggal efektif delisting saham emiten

tersebut.

d) Dampak Delisting Perusahaan

1. Bagi Investor

Pada kondisi tertentu, kebijaksanaan delisting memang bisa merugikan

investor karena beberapa alasan:

a) Delisting menyebabkan investor kehilangan cara untuk

memperdagangkan sahamnya secara efisien dan transparan.

b) Delisting menyebabkan investor kehilangan informasi tentang

besarnya modal perusahaan, tingkat operasi perusahaan dan jumlah

pemegang sahamnya.

  20

 

c) Delisting menyebabkan investor kesulitan dalam mendapatkan market

information yang mempengaruhi perkembangan harga saham.

2. Bagi Kreditur

Delisting menyebabkan kreditur kehilangan informasi tentang kinerja

perusahaan, sehingga akan kesulitan dalam pemberian kredit terhadap

perusahaan tersebut.

3. Bagi Perusahaan

Dengan tidak tercatatnya perusahaan di Bursa Efek, akan menyebabkan

perusahaan yang bersangkutan mengalami kesulitan dalam melakukan

restrukturisasi keuangan yang tengah dilakukannya. (Infobank, Juli No.

239/1999: 43-44)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Pagano et al. (1998) menyertakan

variabel-variabel yang  memproksikan tujuan perusahaan dalam keputusan

IPO. Perbedaan tujuan seharusnya  berpengaruh terhadap keberhasilan

perusahaan karena tujuan mendorong perusahaan untuk mengeluarkan seluruh

energinya agar tercapai apa yang menjadi tujuannya. Beberapa variabel yang

diperkirakan mempengaruhi keputusan menjadi perusahaan publik adalah

ukuran perusahaan, intensitas pengeluaran modal, pertumbuhan, profitabilitas,

leverage, kesempatan  investasi di masa yang akan datang, dan peningkatan

daya tawar dengan bank.

Pagano et al. (1998) menyebutkan beberapa tujuan perusahaan privat

menjadi perusahaan  publik. Pertama adalah untuk mengatasi kendala

  21

 

pinjaman. Manfaat paling utama adalah memperoleh akses sumber pendanaan

alternatif selain bank. Kedua, meningkatkan daya tawar dengan bank (Rajan,

1992 dalam Pagano et al., 1998). Ketiga, likuiditas dan diversifikasi portfolio.

Manfaat keempat adalah pengawasan. Manfaat kelima adalah pengakuan dari 

investor. Manfaat keenam adalah perubahan pengendalian. Sedangkan manfaat

ketujuh adalah gap kesempatan (windows opportunity). 

Penelitian yang dilakukan oleh Berger dan Ofek (1995) menggunakan

beberapa variabel strategik yang diargumentasikan berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan, diantaranya adalah corporate focus, perbedaan biaya R &

D, perbedaan biaya advertising dan perbedaan dalam intensitas pengeluaran

modal (capital expenditure). Corporate focus dapat mempunyai pengaruh

meningkatkan nilai karena mengakumulasi pengalaman, energi perusahaan

secara  total, kemampuan yang unik, dan reputasi. Corporate focus juga dapat

menurunkan nilai jika pasar telah menjadi jenuh, industri menjadi tidak atraktif

lagi, terjadi perkembangan teknologi  yang luar biasa, perubahan preferensi

pasar, atau munculnya produk baru. Manfaat potensial  dari strategi

diversifikasi melibatkan efisiensi operasi yang lebih besar, kapasitas utang

yang  lebih besar, penurunan pajak, dan insentif yang lebih rendah untuk

melewatkan proyek yang  menguntungkan. Cost potensial dari strategi

diversifikasi adalah penggunaan arus kas discretionary yang meningkat dalam

proyek yang menurunkan nilai, subsidi silang yang tidak  efisien. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Berger dan Ofek (1995) ini mengindikasikan 

tidak terdapat prediksi yang jelas mengenai pengaruh diversifikasi ini namun

  22

 

bukti empiris menunjukkan adanya hubungan positif antara corporate focus

dengan kinerja.

Yuni (2007) menganalisis debt to equity ratio secara parsial berpengaruh

positif terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Jakarta. Hasil penelitian Luciana menunjukkan bahwa debt/equity hypothesis

signifikan terhadap tingkat konservatisma laporan keuangan perusahaan

dengan tehnik analisis multinomial logit. Semakin besar rasio debt/equity

suatu perusahaan, semakin besar kemungkinannya bahwa manajer perusahaan

tersebut akan memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan laba.

Puji (2001) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

perusahaan IPO dan menyimpulkan bahwa pengaruh assets turnover terhadap

kualitas perusahaan adalah positif sedangkan besaran perusahaan berpengaruh

negatif. Variabel non keuangan juga diteliti  pengaruhnya terhadap kualitas

keuangan. Hasilnya adalah terdapat 2 variabel non keuangan  yang secara

statistis signifikan yaitu timelag dan variabel dummy kondisi pasar dengan

arah  negatif. Kesimpulan berikutnya adalah variabel non keuangan

mempunyai kemampuan yang  lebih besar dalam mempengaruhi kualitas

perusahaan dibandingkan variabel keuangan.

Jain dan Kini (1994) memberikan bukti bahwa perusahaan yang berada

pada tahap  perkenalan (start-up) ternyata melakukan penawaran perdana ke

publik untuk mendanai  ekspansinya. Penjelasan lain berkaitan keputusan

menjadi perusahaan publik adalah bahwa  keputusan tersebut menunjukkan

tahap permulaan dalam penjualan perusahaan. Perusahaan melakukan IPO

  23

 

dengan tujuan memperoleh nilai pasar bagi aktiva mereka sehingga 

memudahkan penjualan perusahaan baik melalui penurunan kepemilikan

secara bertahap  maupun melalui akuisisi sesegera mungkin. Implikasi

langsung dari penjelasan ini adalah  bahwa akan terdapat pergantian kontrol

yang substansial dari perusahaan segera setelah IPO.

Pratiwi dan Kusuma (2000) melakukan penelitian terhadap kinerja

saham perusahaan yang terdaftar di BEJ dalam jangka pendek dan dalam

jangka panjang. Penelitian dilakukan terhadap 78 perusahaan yang IPO tahun

1994-1997 untuk jangka pendek (1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan). Hasilnya

menunjukkan dalam jangka pendek kinerja saham perusahaan yang terdaftar di

BEJ outperformance dan dalam jangka panjang adalah underperformances.

Luciana dan Kristijadi (2003) yang menggunakan rasio-rasio keuangan

yang digunakan oleh Platt dan Platt (2002). Rasio keuangan yang digunakan

oleh Platt dan Platt (2002) adalah rasio keuangan yang berasal dari informasi

di dalam neraca dan laporan laba-rugi.

Seperti Altman (1968) dalam Luciana dan Kristijadi (2003), merupakan

penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai

alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dengan menggunakan

analisis diskriminan, fungsi diskriminan akhir yang digunakan untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan memasukkan rasio-rasio keuangan

berikut: working capital/total assets, retained earnings/total assets, earnings

before interest and taxes/total assets, market value equity/book value of total

debt, sales/total assets.

  24

 

Penelitian yang berkaitan dengan manfaat karakteristik perusahaan untuk

memprediksikan  kebangkrutan perusahaan telah dilakukan oleh Tirapat dan

Nittayagasetwat (1999). Penelitian  ini memberikan bukti bahwa karakteristik

perusahaan dalam bentuk rasio keuangan dan variabel fundamental perusahaan

dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Platt dan Platt (2002)

juga mengkonfirmasi hal yang sama bahwa rasio keuangan dapat digunakan

untuk memprediksikan kondisi financial distress suatu perusahaan. Penelitian

lain yang menggunakan karakteristik  perusahaan adalah penelitian yang

dilakukan oleh Harsono (2001) dan Luciana (2003), penelitian ini memberikan

bukti bahwa variabel karakteristik perusahaan dapat digunakan  untuk

memprediksikan status perusahaan (listed-delisted) yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Luciana dan Meliza

(2003), yang menggunakan rasio keuangan, trend harga saham dan faktor

fundamental perusahaan untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan

pasca IPO.

C. Kerangka Pemikiran

Awal penelitian dilakukan dengan mengamati kinerja perusahaan pasca

IPO, selanjutnya menyeleksi perusahaan dengan kriteria perusahaan tersebut

mengeluarkan data yang meliputi data pasar modal untuk mengetahui harga

saham dan laporan keuangan tahunan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 secara publik dan lengkap.

  25

 

Didalam penelitian ini variabel dependen perusahaan dikelompokkan

menjadi 4 kelompok untuk membedakan status perusahaan pasca IPO dan

variabel independen yaitu rasio keuangan perusahaan, trend harga saham, dan

variabel fundamental perusahaan yaitu LNASSET. Semua faktor-faktor

tersebut diduga sebagai pengukur kinerja perusahaan pasca IPO yang

mempunyai pengaruh terhadap status perusahaan pasca IPO.

Setelah variabel-variabel tersebut diperoleh kemudian dilakukan

pengujian dengan menggunakan tehnik analisis statistik Multinomial Logit

metode ini digunakan untuk mengetahui kekuatan prediksi pengaruh variabel-

variabel tersebut terhadap status perusahaan pasca IPO .

  26

 

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Variabel Dependen

Status Perusahaan Pasca

IPO

Variabel Independen

Trend Harga Saham

Variabel Independen

Faktor Fundamental

Variabel Independen

Rasio Keuangan

Data Perusahaan Pasca IPO Di BEI

Periode Januari 2004-Desember 2007

Goodness of Fit Test

Ketepatan Prediksi

Klasifikasi Pseudo R-

Square Test Likelihood Ratio Test

Analisis

Multinomoial Logit

Interpretasi

  27

 

D. Hipotesis

Mengacu pada latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian

serta kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :

H0 : β y1x1 = 0 Tidak dapat digunakan karakteristik perusahaan

yang meliputi rasio keuangan, trend harga saham

dan variabel fundamental perusahaan sebagai alat

prediksi status perusahaan pasca IPO.

Ha : β y1x1 ≠ 0 Dapat digunakan karakteristik perusahaan yang

meliputi rasio keuangan, trend harga saham dan

variabel fundamental perusahaan sebagai alat

prediksi status perusahaan pasca IPO.

  28

BAB III

METODE PENELITIAN 

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil data sekunder berupa laporan keuangan dan

harga saham periode 2004-2007 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia

baik yang diperoleh dari situs www.idx.co.id dan laporan keuangan

perusahaan yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). Adapun

laporan keuangan pada penelitian ini diambil dari laporan neraca dan laporan

laba rugi yang akan dirubah menjadi rasio-rasio keuangan dan untuk

mengetahui harga saham diperoleh dari laporan regular market IDX Statistic.

Penelitian ini untuk menguji apakah ada pengaruh dari variabel

karakteristik perusahaan yang meliputi rasio keuangan, trend harga saham dan

variabel fundamental perusahaan sebagai alat prediksi status perusahaan pasca

IPO kepada perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia

periode 2004-2007. Perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok 1-

kelompok 3 menggunakan laporan keuangan periode 2004-2005 sedangkan

untuk perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok 4 menggunakan laporan

keuangan periode 2002-2007.

B. Metode Penentuan Sampel 

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang

terdaftar (listing) dalam Bursa Efek Indonesia dan memiliki laporan keuangan

pada tahun 2004-2007. sedangkan untuk menentukan sampel digunakan teknik

29

 

purposive sampling, yakni teknik yang disesuaikan dengan tujuan penelitian

atau pertimbangan tertentu dari peneliti untuk mendapatkan sampel yang dapat

mewakili kriteria yang ditentukan.

Adapun kriteria dalam pemilihan sampel, sampel penelitian

dikategorikan menjadi 4 kelompok (kelompok 1 adalah perusahaan yang sehat,

sedangkan kelompok 2 sampai dengan 4 adalah kelompok perusahaan yang

mengalami kesulitan keuangan), yaitu:

1. Kelompok pertama adalah perusahaan manufaktur yang tidak mengalami

kondisi laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut, tidak mengalami

kondisi ekuitas negatif selama 2 tahun berturut-turut yaitu periode 2004-

2005 tetap listed dan kondisi keuangannya konsisten sampai tahun 2006-

2007.

2. Kelompok kedua adalah perusahaan-perusahaan yang mengalami kondisi

laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut periode 2004-2005 tetapi

masih tetap listed.

3. Kelompok ketiga adalah perusahaan-perusahaan yang mengalami kondisi

nilai buku ekuitas negatif dan laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-

turut periode 2004-2005 tetapi masih tetap listed.

4. Kelompok keempat adalah perusahaan-perusahaan yang delisted yang

diakibatkan karena laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan

perusahaan yang melakukan merger periode 2004-2007.

Berdasarkan kriteria diatas maka sampel dalam penelitian ini berjumlah

115 perusahaan, dengan rincian sebagai berikut: kelompok 1 terdiri dari 46

  30

 

perusahaan, kelompok 2 terdiri dari 38 perusahaan, kelompok 3 terdiri dari 10

perusahaan dan kelompok 4 terdiri dari 21 perusahaan.

Tabel 3.1 Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 1

No Kode Nama Perusahaan Kategori1 ALKA ALAKASA INDUSTRINDO 02 ALMI ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY 03 AQUA AQUA GOLDEN MISSISSIPI 04 ARNA ARWANA CITRAMULIA 05 ASII ASTRA INTERNATIONAL 06 AUTO ASTRA OTOPARTS 07 RMBA BENTOEL INTERNASIONAL 08 BTON BETONJAYA MANUNGGAL 09 BRAM BRANTA MULIA 010 BUDI BUDI ACID JAYA 011 CLPI COLORPAK INDONESIA 012 DVLA DARYA VARIA LABORATORIA 013 DAVO DAVOMAS ABADI 014 DLTA DELTA DJAKARTA 015 EKAD EKADHARMA 016 FASW FAJAR SURYA WISESA 017 GJTL GAJAH TUNGGAL 018 GGRM GUDANG GARAM 019 HMSP HM SAMPOERNA 020 INTP INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA 021 INAF INDOFARMA 022 INDF INDOFOOD SUKSES MAKMUR 023 IKAI INTIKERAMIK ALAMASRI INDUSTRI 024 JPRS JAYA PARI STEEL 025 KAEF KIMIA FARMA 026 LION LION METAL WORKS 027 LMSH LIONMESH 028 TCID MANDOM INDONESIA 029 MYOR MAYORA INDAH 030 MERK MERCK 031 MLBI MULTI BINTANG INDONESIA 032 MRAT MUSTIKA RATU 033 PBRX PAN BROTHERS 0

  31

 

34 PYFA PYRIDAM FARMA 035 RICY RICKY PUTRA GLOBALINDO 036 RDTX RODA VIVATEX 037 SMGR SEMEN GRESIK 038 BATA SEPATU BATA 039 STTP SIANTAR TOP 040 SOBI SORINI CORPORATION 041 IKBI SUMI INDO KABEL 042 TSPC TEMPO SCAN PACIFIK 043 TIRT TIRTA MAHAKAM RESOURCES 044 TRST TRIAS SENTOSA 045 ULTJ ULTRA JAYA MILK INDUSTRY 046 UNVR UNILEVER INDONESIA 0Sumber JSX Statictic, Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI)

Tabel 3.2

Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 2 No Kode Nama Perusahaan Kategori1 ABBA ABDI BANGSA 12 ATPK ANUGRAH TAMBAK 13 MYTX APAC CITRA CENTERTEX 14 APEX APEXINDO PRATAMA 15 AKSI ASIA KAPITALINDO 16 ABBA ABDI BANGSA 17 BASS BAHTERA ADIMINA 18 BMSR BINTANG MITRA SEMESTARAYA 19 BKSL BUKIT SENTUL 110 CEKA CAHAYA KALBAR 111 CTTH CITATAH 112 DSUC DAYA SAKTI UNGGUL 113 DNET DYVIACOM INTRABUMI 114 ERTX ERATEX DJAJA 115 ETWA ETERINDO WAHANATAMA 116 ESTI EVER SHINE TEX 117 FPNI FATRAPOLINDO 118 FMII FOTUNE MATE INDONESIA 119 SMCB HOLCIM INDONESIA 120 SHID HOTEL SAHID JAYA INTER 121 INCF INDOCITRA FINANCE 122 INDS INDOSPRING 123 JSPT JAKARTA SETIABUDI 1

  32

 

24 JTPE JASUINDO TIGA PERKASA 125 KICI KEDAUNG INDAH CAN 126 KDSI KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL 127 META METAMEDIA TECHNOLOGIES 128 PAFI PANASIA FILAMENT 129 KONI PERDANA BANGUN PUSAKA 130 RIMO RIMO CATUR LESTARI 131 RBMS RISTIA BINTANG MAHKOTASEJATI 132 RODA RODA PANGGON HARAPAN 133 SIPD SIERAD PRODUCE 134 SAFE STEADY SAFE 135 SUBA SUBA INDAH 136 SIMM SURYA INTRINDO 137 SMDM SURYAMAS DUTAMAKMUR 138 TBMS TEMBAGA MULIA 1

Sumber : Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI)

Sumber : Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI)

Tabel 3.3 

Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 3

No Kode Nama Perusahaan Kategori1 ARGO ARGO PANTES 22 DILD DHARMALA INTILAND 23 MLND MULIALAND 24 MLIA MULIA INDUSTRINDO 25 PWSI PANCA WIRATAMA 26 POLY P0LYSINDO EKA PERKASA 27 MITI SIWANI TRIMITRA 28 SUDI SURYA DUMAI INDUSTRI 29 TEJA TEXMACO JAYA 210 WICO WICAKSANA OVERSEAS 2

  33

 

Tabel 3.4 Perusahaan Yang Termasuk Kelompok 4

Sumber : Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI)

No Kode Nama Perusahaan Kategori1 ADES ADES WATERS INDONESIA 32 ADFO ADINDO FORESTA INDONESIA 33 ALDI ALTER ABADI 34 ACAP ANDHI CHANDRA AUTOMOTIVE 35 HPSB ARYA DUTA HOTELS 36 BATI BAT INDONESIA 37 BNPK BANK PIKKO 38 ENRG ENERGI MEGA PERSADA 39 EPMT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING 310 KLBF KALBE FARMA 311 LPKR LIPPO KARAWACI 312 MLND MULIALAND 313 LPIN MULTI PRIMA 314 RYAN RYANE ADIBUSANA 315 SRSN SARASA NUGRAHA 316 SMSM SELAMAT SEMPURNA 317 BGMT SILOAM HEALTH CARE 318 SMPL SUMMITPLAST 319 TOTO SURYA TOTO INDONESIA 320 TPEN TEXMACO PERKASA ENGINER 321 UGAR WAHANA JAYA PERKASA 3

C. Metode Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka

Cara pengumpulan data dengan mengadakan kegiatan membaca,

memahami, dan mencatat secara teratur topik-topik yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti, baik dengan cara membaca maupun mengutip

bahasan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Data Sekunder

  34

 

Cara pengumpulan data sekunder yang dipergunakan dan diperoleh dalam

bentuk laporan tahunan dari publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dari

semua laporan keuangan yang diperoleh pada situs www.idx.co.id.

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Regresi Multinomial Logit

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

Multinomial Logit. Regresi logistik pada dasarnya dapat dibedakan

menjadi dua kelompok, jika terdapat dua variabel dependen yang bersifat

kategorik maka disebut regresi logistik biner dan jika variabel dependen

(variabel respon) lebih dari dua disebut regresi multinomial.

Pada penelitian ini, yang menjadi variabel respon atau dependen yaitu

status perusahaan pasca IPO, yang memiliki 4 kategori yaitu D=0 (untuk

mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 1), D=1

(untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok 2),

D=2 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kelompok

3), D=3 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk dalam

kelompok 4). Sehingga sampel perusahaan terbagi menjadi 4 kelompok

(kelompok 1 adalah perusahaan yang sehat, sedangkan kelompok 2 sampai

dengan 4 adalah kelompok perusahaan yang mengalami kesulitan

keuangan), yaitu:

1. Kelompok pertama adalah perusahaan manufaktur yang tidak

mengalami kondisi laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut,

tidak mengalami kondisi ekuitas negatif selama 2 tahun berturut-turut

  35

 

yaitu periode 2004-2005 kondisi keuangannya konsisten dan listed

sampai tahun 2006-2007.

2. Kelompok kedua adalah perusahaan-perusahaan yang mengalami

kondisi laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut periode 2004-

2005 tetapi masih tetap listed.

3. Kelompok ketiga adalah perusahaan-perusahaan yang mengalami

kondisi nilai buku ekuitas negatif dan laba bersih negatif selama 2 tahun

berturut-turut periode 2004-2005 tetapi masih tetap listed.

4. Kelompok keempat adalah perusahaan-perusahaan yang delisted yang

diakibatkan karena laba bersih negatif atau nilai ekuitas negatif, dan

perusahaan yang melakukan merger periode 2004-2007.

Analisis regresi multinomial logit pada penelitian ini digunakan untuk

menguji karakteristik perusahaan (rasio keuangan, trend harga saham dan

variabel fundamental), struktur industri, dan karakteristik penawaran

perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi status

perusahaan pasca IPO, dengan persamaan sebagai berikut:

8822110 .... XXXZ jjjj ββββ ++++=

Keterangan:

j = kelompok perusahaan mulai 1 sampai 4 yaitu:

Status 0 = Perusahaan Kelompok 1 Status 1 = Perusahaan Kelompok 2

Status 2 = Perusahaan Kelompok 3 Status 3 = Perusahaan Kelompok 4

X1 = TETA (Total Ekuitas/Total Aktiva)

X2 = RETA (Laba Ditahan/Total Aktiva)

  36

 

X3 = NITA (Laba Bersih/Total Aktiva)

X4 = CACL (Aktiva Lancar/Hutang Lancar)

X5 = TDTE (Total Hutang/Total Ekuitas)

X6 = TDTA (Total Hutang/Total Aktiva)

X7 = Trend Harga Saham (TREND)

X8 = LNASSET

a. Menilai Model Fit

Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data. Hal ini

dapat dilihat dari nilai -2Loglikelihood. Penilaian secara keseluruhan

dalam membentuk model dengan menggunakan nilai -2Loglikehood,

dimana jika terjadi penurunan dari model awal (intercept only) ke model

final, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model tersebut menunjukkan

model multinomial logit yang lebih baik dan model dapat digunakan

untuk melakukan analisis.

b. Koefisien Goodness of Fit

Tes Goodness of Fit menunjukkan apakah model cocok dengan data.

Ada dua tes Goodness of Fit, yaitu Pearson dan Deviance. Nilai

signifikan test lebih besar dari α = 0,05 hal ini menunjukkan model

cocok dengan data (Cornelius Trihendardi, 2007).

Test ini digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris

cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model

dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika koefisien

Goodness of Fit sama atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak

  37

 

yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai

observasinya, sehingga Goodness of Fit model tidak baik karena model

tidak dapat memprediksi nilai observasinya.

c. Pseudo R-Square (R2)

R-Square (R2) menyatakan proporsi atau persentase dari total variasi

variabel tak bebas Y yang dijelaskan oleh sebuah variabel penjelas X.

Nilainya terletak diantara 0 dan 1, semakian mendekati 1 maka model

tersebut akan semakin baik karena variabel independen yang digunakan

mampu menjelaskan hampir 100% dari variabel dalam variabel

dependen. Umumnya dalam analisa regresi, nilai R-Square (R2) yang

diharapkan adalah nilai R-Square (R2) yang tinggi, karena dengan nilai

R-Square (R2) yang tinggi secara tidak langsung menunjukkan bahwa

model tersebut mampu menjelaskan hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

d. Ketepatan Prediksi Klasifikasi

Tabel klasifikasi digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar

dan yang salah. Pada kolom merupakan 4 nilai prediksi dari variabel

dependen, yaitu: 0 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk

dalam kelompok 1), 1 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang

masuk dalam kelompok 2), 2 (untuk mewakili perusahaan-perusahaan

yang masuk dalam kelompok 3), 3 (untuk mewakili perusahaan-

perusahaan yang masuk dalam kelompok 4). Sedangkan pada baris

menunjukkan nilai observasi sesungguhnya yang sesuai data aktual. Pada

  38

 

model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal

dengan tingkat ketepatan peramalan 100% (Ghozali, 2005).

E. Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah suatu variabel yang ada atau terjadi mendahului

variabel terikatnya. Keberadaan variabel ini di dalam penelitian merupakan

variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian (Bambang

Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2006:67). Variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Karakteristik perusahaan

Karakteristik perusahaan merupakan salah satu proksi yang

digunakan sebagai alat memprediksi status perusahaan pasca IPO.

Variabel karakteristik perusahaan meliputi:

1. Rasio keuangan

a. TETA= total ekuitas / total aktiva

b. RETA= laba ditahan / total aktiva

c. NITA = laba bersih / total aktiva

d. CACL = aktiva lancar / hutang lancar

e. TDTE = total hutang / total ekuitas

f. TDTA = total hutang / total aktiva

2. Trend harga saham

( ) ( ) 1111 / −−−− +++−+−= tttttttt LLHHLLHHHRGTREND

Ht = Harga Tertinggi tahun t

  39

 

Ht-1 = Harga tertinggi tahun t-1

Lt = Harga terendah tahun t

Lt-1 = Harga terendah tahun t-1

3. Variabel fundamental perusahaan yaitu LNASSET = Logaritma

natural dari ukuran perusahaan yaitu total asset

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi

oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel yang

dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian (Bambang Prasetyo dan Lina

Miftahul Jannah, 2006:68). Variabel terikat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah variabel kategori mulai 0 sampai dengan 3, yang

mewakili 4 kelompok perusahaan, yaitu:

1. Angka 0 untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk

dalam kelompok 1.

2. Angka 1 untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk

dalam kelompok 2.

3. Angka 2 untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk

dalam kelompok 3.

4. Angka 3 untuk mewakili perusahaan-perusahaan yang masuk

dalam kelompok 4.

  40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Pada abad ke-19 dalam upaya meningkatkan perekonomian

Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membangun perkebunan secara

besar-besaran di Indonesia. Pengembangan perkebunan dan perdagangan

pada umumnya memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Salah satu

sumber pendanaan diperoleh dari para penabung yang sebagian besar

adalah orang-orang Belanda dan orang Eropa lainnya. Untuk menghimpun

dana tersebut, pengusaha-pengusaha Hindia Belanda mendirikan

Vereniging Vorr de Effecten di Batavia dan sekaligus memulai

perdagangan Efek pada tanggal 14 Desember 1912.

Efek yang diperdagangkan pada masa itu adalah saham/obligasi

perusahaan perkebunan Hindia Belanda yang beroperasi di Indonesia.

Dengan semakin berkembangnya pasar modal Batavia tersebut, kemudian

Bursa Efek dibuka juga di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di

Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.

Pada tanggal 13 Juli 1992 Bursa Efek Jakarta diswastakan, kemudian

pada tahun 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan sistem perdagangan yang

disebut JATS (Jakarta Automed Trading System) sistem ini memberikan

fasilitas pada perdagangan saham secara fair dan transparan sehingga

41

 

informasi dapat diserap oleh investor dengan cepat, dan pada tahun 2002

Bursa Efek Jakarta juga mulai diperdagangkan jarak jauh yang disebut

(remote trading system), sebagai upaya meningkatkan akses pasar,

kecepatan dan frekuensi perdagangan.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang

dilaksanakan pada tanggal 30 oktober 2007, para pemegang saham kedua

bursa efek telah menyetujui rancangan penggabungan Bursa Efek Surabaya

kedalam Bursa Efek Jakarta yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia

(BEI). Terhitung mulai tanggal 1 Desember 2007 secara resmi Bursa Efek

Indonesia telah efektif. Bursa Efek ini akan menfasilitasi perdangan saham

(equity), surat utang (fixed income) maupun perdagangan derivatif

(derivative instruments). Hadirnya bursa efek tanggal ini diharapkan akan

meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah

daya tarik untuk berinvestasi.

2. Lembaga-Lembaga Penunjang Pasar Modal

Bursa Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga, masing-masing

pihak mempuyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling

menunjang kepentingan pihak lain.

Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan Bursa Efek Indonesia

adalah:

  42

 

a. Perusahaan yang Go Public (Emiten)

Emiten adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah

melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan

dana guna membelajai operasi rencana investasinya.

b. Perusahaan Efek

Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha

untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara

perdagangan efek, manajer investasi atau penasehat investasi.

c. Lembaga Kliring

Merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan

penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta

penitipan harta untuk pihak lain.

d. Perusahaan Reksadana

Reksadana merupakan perusahaan yang menanamkan modalnya dalam

bentuk berbagai portofolio saham yang beragam (diversified portfolio).

Seorang investor yang melakukan investasi dapat menaikkan keuntungan

yang diharapkan (expected return) dan meminimalkan risiko. Sebagai

suatua perusahaan, Reksadana memiliki beberapa karakteristik yang

sama dengan perusahaan lain yang berbentuk PT.

e. Pemodal

Pemodal adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan

modalnya dalam efek-efek yang diperdagankan. Pasar modal yang telah

berkembang baik merupakan sarana investasi lain yang dapat

  43

 

dimanfaatkan oleh masyarakat pemodal (investor). Bagi investor,

investasi melalui pasar modal dapat dilakukan dengan cara membeli

instrumen pasar modal seperti saham, obligasi, ataupun sekuritas kredit.

f. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga

pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Memonitor dan mengatur syarat pasar dimana sekuritas-sekuritas

dapat ditertibkan dan diperdangkan secara teratur, wajar dan efisien

dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan

masyarakat.

2. Mengawasi dan mengatur pertukaran sekuritas, kliring dan lembaga-

lembaga penyimpanan reksadana, perusahaan sekuritas dan para

pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para

professional.

3. Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada

menteri keuangan.

Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena

kegiatan pendanaan efek dan berbagai kegiatan dengan yang

diselenggarakan oleh bursa efek sendiri, selain itu peraturan mulai

dilakukan oleh BAPEPAM secara konsisten.

  44

 

B. Kriteria Penentuan Kondisi Perusahaan

Pedoman penentuan status perusahaan pasca IPO pada penelitian ini

adalah perusahaan manufaktur yang tidak mengalami laba bersih negatif dan

nilai ekuitas negatif selama 2 tahun berturut-turut diproksikan dengan nilai 0

termasuk ke dalam kelompok 1, kelompok 2 diproksikan dengan nilai 1 untuk

perusahaan-perusahaan yang mengalami laba bersih negatif selama 2 tahun

berturut-turut, kelompok 3 diproksikan dengan nilai 2 untuk perusahaan-

perusahaan yang mengalami laba bersih negatif dan nilai ekuitas negatif

selama 2 tahun berturut-berturut dan kelompok 4 diproksikan dengan nilai 3

untuk perusahaan-perusahaan yang delisted dan perusahaan yang melakukan

merger. Perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok 1-kelompok 3

menggunakan laporan keuangan periode 2004-2005 sedangkan untuk

perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok 4 menggunakan laporan

keuangan periode 2002-2007.

Berdasarkan metode purposive sampling maka sampel dalam penelitian

ini berjumlah 115 perusahaan, dengan rincian sebagai berikut: kelompok 1

terdiri dari 46 perusahaan, kelompok 2 terdiri dari 38 perusahaan, kelompok 3

terdiri dari 10 perusahaan dan kelompok 4 terdiri dari 21 perusahaan. Dibawah

ini akan disajikan tabel hasil perhitungan sample perusahaan:

1. Total Ekuitas / Total Aktiva (TETA)

TETA (Total Ekuitas/Total Aktiva) adalah rasio ekuitas bersih

dibagi dengan jumlah aktiva. Berikut ini akan disajikan tabel hasil

perhitungan TETA untuk perusahaan kategori 1-4.

  45

 

Tabel 4.1 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 1

No Kode 2004 2005 Kategori1 ALKA 0.037 0.166 02 ALMI 0.372 0.477 03 AQUA 0.529 0.555 04 ARNA 0.493 0.472 05 ASII 0.421 0.435 06 AUTO 0.574 0.540 07 RMBA 0.538 0.605 08 BTON 0.832 0.895 09 BRAM 0.416 0.481 0

10 BUDI 0.204 0.203 011 CLPI 0.637 0.543 012 DVLA 0.740 0.709 013 DAVO 0.437 0.446 014 DLTA 0.780 0.755 015 EKAD 0.820 0.729 016 FASW 0.406 0.372 017 GJTL 0.266 0.271 018 GGRM 1.716 0.593 019 HMSP 0.415 0.383 020 INTP 0.476 0.534 021 INAF 0.488 0.511 022 INDF 0.267 0.291 023 IKAI 0.128 0.147 024 JPRS 0.216 0.425 025 KAEF 0.694 0.717 026 LION 0.821 0.814 027 LMSH 0.409 0.503 028 TCID 0.842 0.842 029 MYOR 0.679 0.613 030 MERK 0.768 0.827 031 MLBI 0.451 0.396 032 MRAT 0.841 0.880 033 PBRX 0.608 0.282 034 PYFA 0.882 0.829 035 RICY 0.728 0.608 036 RDTX 0.851 0.809 037 SMGR 0.546 0.615 038 BATA 0.655 0.577 039 STTP 0.676 0.688 040 SOBI 0.585 0.571 041 IKBI 0.712 0.617 042 TSPC 0.785 0.764 043 TIRT 0.232 0.225 044 TRST 0.500 0.455 045 ULTJ 0.623 0.649 046 UNVR 0.619 0.566 0

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

  46

 

Berdasarkan hasil perhitungan TETA masing-masing perusahaan

kategori 0 pada tabel 4.1, pada tahun 2004 TETA tertinggi dimiliki oleh

PT. Pyridam Farma sebesar 0,882 dan terendah dimiliki oleh PT.

Alakasa Industrindo sebesar 0,037. Pada tahun 2005 TETA tertinggi

dimiliki oleh PT. Betonjaya Manunggal sebesar 0,895 dan terendah

dimiliki oleh PT. Intikeramik Alamasri Industri sebesar 0,037.

Tabel 4.2 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 2

2 ATPK 0,964 1,012 13 MYTX 0,089 0,056 14 APEX 0,442 0,488 15 AKSI 0,855 0,863 16 APLI 0,450 0,461 17 BASS 0,531 0,044 18 BMSR 0,831 0,838 19 BKSL 0,661 0,696 110 CEKA 0,693 0,536 111 CTTH 0,176 0,072 112 DSUC 0,192 0,073 113 DNET 0,671 0,644 114 ERTX 0,005 -0,049 115 ETWA 0,723 0,749 116 ESTI 0,639 0,573 117 FPNI 0,357 0,221 118 FMII 1,000 0,642 119 SMCB 0,286 0,252 120 SHID 0,091 0,018 121 INCF 0,169 0,319 122 INDS 0,209 0,145 123 JSPT 0,445 0,409 124 JTPE 0,623 0,639 125 KICI 0,537 0,476 126 KDSI 0,229 0,206 127 META 0,135 0,106 128 PAFI 0,145 0,099 129 KONI 0,335 0,328 130 RIMO 1,318 1,522 131 RBMS 0,722 0,733 132 RODA 0,929 0,952 133 SIPD 0,041 0,815 134 SAFE 0,032 -0,131 1

  47

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

33 SIPD 0,041 0,815 134 SAFE 0,032 -0,131 135 ATPK 0,964 1,012 136 MYTX 0,089 0,056 137 APEX 0,442 0,488 138 AKSI 0,855 0,863 1

Berdasarkan hasil perhitungan TETA masing-masing perusahaan

kategori 1 pada tabel 4.2, pada tahun 2004 TETA tertinggi dimiliki oleh

PT. Rimo Catur Lestari sebesar 1,318 dan terendah dimiliki oleh PT.

Suryamas Dutamakmur sebesar -0,148. Pada tahun 2005 TETA

tertinggi dimiliki oleh PT. Anugrah Tambak sebesar 1,012 dan terendah

dimiliki oleh PT. Steady Safe sebesar -0,131.

Tabel 4.3 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 3

No Kode 2004 2005 Kategori1 ARGO -0.127 -0.110 22 DILD -0.023 -0.040 23 MLND -0.250 -0.325 24 MLIA -0.043 -0.651 25 PWSI -0.525 -0.802 26 POLY -1.654 -0.988 27 MITI -0.697 -0.236 28 SUDI -0.435 -0.689 29 TEJA -2.365 -0.297 2

10 WICO -0.675 -1.076 2

Berdasarkan hasil perhitungan TETA masing-masing perusahaan

kategori 2 pada tabel 4.3, pada tahun 2004 TETA tertinggi dimiliki oleh

PT. Dharmala sebesar -0,023 dan terendah dimiliki oleh PT. Texmaco

Jaya sebesar -2.365. Pada tahun 2005 TETA tertinggi kembali dimiliki

oleh PT. Dharmala sebesar -0,040 dan terendah dimiliki oleh PT.

Wicaksana Overseas sebesar -1,076.

  48

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Tabel 4.4 Data hasil perhitungan TE/TA perusahaan kelompok 4

No Kode Tahun 1 Tahun 2 Kategori1 ADES -0,418 -0,929 32 ADFO -0,029 0,310 33 ALDI -0,809 -1,649 34 ACAP 0,796 0,783 35 HPSB 0,118 0,127 36 BATI 0,562 0,606 37 BNPK 0,075 0,062 38 ENRG 1,000 0,186 39 EPMT 0,411 0,525 3

10 KLBF 0,504 0,648 311 LPKR 0,163 0,260 312 MLND -0,325 -0,273 313 LPIN 0,481 0,533 314 RYAN 0,716 0,799 315 SRSN 0,168 0,405 316 SMSM 0,620 0,629 317 BGMT 0,591 0,637 318 SMPL 0,557 0,574 319 TOTO 0,255 0,309 320 TPEN -0,964 -0,737 321 UGAR 0,061 0,381 3

Untuk memudahkan analisis data dalam tabel peniliti

menggunakan tahun 1 dan 2 dikarenakan pada kelompok 4, data yang

diolah menggunakan tahun yang berbeda. Berdasarkan hasil

perhitungan TETA masing-masing perusahaan kategori 3 pada tabel

4.4, pada tahun pertama TETA tertinggi dimiliki oleh PT. Energi Mega

Persada 1,000 dan terendah dimiliki oleh PT. Texmaco Perkasa

Engineer sebesar -0,964. Pada tahun kedua TETA tertinggi dimiliki

oleh PT. Ryane Adibusana sebesar 0,799 dan terendah dimiliki oleh PT.

Alter Abadi sebesar -1,649.

  49

 

2. Laba Ditahan / Total Aktiva (RETA)

RETA (Laba ditahan/Total Aktiva) adalah rasio saldo laba ditahan

dibagi dengan jumlah aktiva. Berikut ini akan disajikan tabel hasil

perhitungan RETA untuk perusahaan kategori 1-4.

Tabel 4.5 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 1

No Kode 2004 2005 Kategori1 ALKA -0,849 -1,435 02 ALMI 0,136 0,203 03 AQUA 0,482 0,510 04 ARNA 0,193 0,229 05 ASII 0,295 0,328 06 AUTO 0,393 0,391 07 RMBA 0,201 0,264 08 BTON 0,162 0,226 09 BRAM 0,258 0,321 0

10 BUDI -0,015 -0,013 011 CLPI 0,209 0,213 012 DVLA -0,091 0,059 013 DAVO 0,043 0,090 014 DLTA 0,703 0,690 015 EKAD 0,393 0,371 016 FASW -0,067 -0,059 017 GJTL 0,020 0,064 018 GGRM 1,560 0,542 019 HMSP 0,321 0,289 020 INTP 0,001 0,069 021 INAF -0,274 -0,258 022 INDF 0,233 0,245 023 IKAI -0,755 -0,796 024 JPRS 0,530 0,801 025 KAEF 0,066 0,045 026 LION 0,432 0,465 027 LMSH 0,178 0,268 028 TCID 0,549 0,588 029 MYOR 0,317 0,295 030 MERK 0,540 0,617 031 MLBI 0,410 0,358 032 MRAT 0,404 0,432 033 PBRX 0,256 0,103 034 PYFA 0,093 0,103 035 RICY -0,368 -0,172 036 RDTX 0,438 0,444 037 SMGR 0,270 0,359 038 BATA 0,596 0,527 0

  50

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

39 STTP 0,394 0,410 040 SOBI 0,416 0,420 041 IKBI 0,021 0,056 042 TSPC 0,568 0,569 043 TIRT 0,057 0,062 044 TRST 0,311 0,284 045 ULTJ 0,109 0,116 046 UNVR 0,489 0,442 0

Berdasarkan hasil perhitungan RETA masing-masing perusahaan

kategori 0 pada tabel 4.5, pada tahun 2004 RETA tertinggi dimiliki oleh

PT. Gudang Garam sebesar 1,560 dan terendah dimiliki oleh PT.

Alakasa Industrindo sebesar -0,849. Pada tahun 2005 RETA tertinggi

dimiliki oleh PT. Jaya Pari Steel sebesar 0,801 dan terendah kembali

dimiliki oleh PT. Alakasa Industrindo sebesar -1,435.

Tabel 4.6 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 2

No Kode 2004 2005 Kategori1 ABBA -0,276 -0,368 12 ATPK -0,075 -0,097 13 MYTX -0,345 -0,411 14 APEX 0,109 0,016 15 AKSI 0,109 0,023 16 APLI 0,016 0,002 17 BASS 0,141 -0,063 18 BMSR 0,049 0,042 19 BKSL -0,071 -0,091 1

10 CEKA -0,183 -0,223 111 CTTH -1,667 -1,964 112 DSUC -0,081 -0,213 113 DNET -1,283 -1,437 114 ERTX -0,163 -0,217 115 ETWA -2,187 -2,282 116 ESTI 0,186 0,156 117 FPNI 0,045 -0,122 118 FMII -0,591 -0,429 119 SMCB 1,007 -1,080 120 SHID -0,380 -0,467 121 INCF -0,286 -0,303 122 INDS 0,042 0,060 123 JSPT -0,136 -0,185 1

  51

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

24 JTPE 0,092 0,090 125 KICI -0,001 -0,064 126 KDSI -0,172 -0,188 127 META -0,448 -0,468 128 PAFI -0,366 -0,424 129 KONI -0,354 -0,368 130 RIMO -0,570 -1,050 131 RBMS 0,046 0,036 132 RODA 0,119 0,105 133 SIPD -2,156 -2,441 134 SAFE -2,960 -3,656 135 SUBA -0,339 -0,756 136 SIMM -0,237 -0,358 137 SMDM -0,409 -0,443 138 TBMS 0,065 0,032 1

Berdasarkan hasil perhitungan RETA masing-masing perusahaan

kategori 1 pada tabel 4.6, pada tahun 2004 RETA tertinggi dimiliki oleh

PT. Holcim sebesar 1,007 dan terendah dimiliki oleh PT. Steady Safe

sebesar -2,960. Pada tahun 2005 RETA tertinggi dimiliki oleh PT. Ever

Shine Tex sebesar 0,156 dan terendah kembali dimiliki oleh PT. Steady

Safe sebesar -3,656.

Tabel 4.7 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 3

No Kode 2004 2005 Kategori1 ARGO -0,704 -0,743 22 DILD -0,276 -0,286 23 MLND -0,687 -0,743 24 MLIA -0,061 -0,851 25 PWSI -0,764 -0,964 26 POLY -1,993 -2,282 27 MITI -3,451 -7,877 28 SUDI -1,285 -1,657 29 TEJA -2,663 -3,307 2

10 WICO -0,675 -1,594 2

Berdasarkan hasil perhitungan RETA masing-masing perusahaan

kategori 2 pada tabel 4.7, pada tahun 2004 RETA tertinggi dimiliki oleh

PT. Mulia Industrindo sebesar -0,061 dan terendah dimiliki oleh PT.

  52

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Siwani Trimitra sebesar -3,451. Pada tahun 2005 RETA tertinggi

dimiliki oleh PT. Dharmala Intiland sebesar -0,286 dan terendah

kembali dimiliki oleh PT. Siwani Trimitra sebesar -7,877.

Tabel 4.8 Data hasil perhitungan RE/TA perusahaan kelompok 4

No Kode Tahun 1 Tahun 2 Kategori1 ADES -1,168 -1,604 32 ADFO -0,582 -0,637 33 ALDI -1,406 -2,544 34 ACAP 0,110 0,116 35 HPSB -0,633 -0,580 36 BATI -0,030 -0,003 37 BNPK -0,046 -0,084 38 ENRG 0,039 0,046 39 EPMT 0,342 0,458 3

10 KLBF 0,390 0,536 311 LPKR -0,034 0,002 312 MLND -0,743 -0,705 313 LPIN -0,345 -0,478 314 RYAN -0,298 -0,810 315 SRSN -0,868 -0,642 316 SMSM 0,342 0,376 317 BGMT -0,251 -0,243 318 SMPL 0,096 0,107 319 TOTO 0,174 0,234 320 TPEN -1,239 -0,431 321 UGAR -0,040 -0,313 3

Untuk memudahkan analisis data dalam tabel peniliti

menggunakan tahun 1 dan 2 dikarenakan pada kelompok 4, data yang

diolah menggunakan tahun yang berbeda. Berdasarkan hasil

perhitungan RETA masing-masing perusahaan kategori 3 pada tabel

4.8, pada tahun pertama RETA tertinggi dimiliki oleh PT. Kalbe Farma

0,390 dan terendah dimiliki oleh PT. Alter Abadi sebesar -1,406. Pada

tahun kedua RETA tertinggi kembali dimiliki oleh PT. Kalbe Farma

sebesar 0,536 dan terendah dimiliki kembali oleh PT. Alter Abadi

sebesar -2,544.

  53

 

3. Laba Bersih / Total Aktiva (NITA)

NITA adalah rasio laba bersih dibagi dengan jumlah aktiva, rasio

ini mengukur efektivitas penggunaan sumberdaya yang ada pada

perusahaan atas laba yang dihasilkan dari penggunaan aktiva tersebut.

Berikut ini akan disajikan tabel hasil perhitungan NITA untuk

perusahaan kategori 1-4.

Tabel 4.9

Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 1

No Kode 2004 2005 Kategori1 ALKA 0,009 0,096 02 ALMI 0,038 0,046 03 AQUA 0,136 0,088 04 ARNA 0,085 0,097 05 ASII 0,138 0,116 06 AUTO 0,092 0,092 07 RMBA 0,041 0,059 08 BTON 0,084 0,063 09 BRAM 0,025 0,070 0

10 BUDI 0,002 0,002 011 CLPI 0,079 0,073 012 DVLA 0,116 0,130 013 DAVO 0,063 0,052 014 DLTA 0,085 0,105 015 EKAD 0,065 0,069 016 FASW 0,002 0,002 017 GJTL 0,075 0,046 018 GGRM 0,252 0,086 019 HMSP 0,170 0,200 020 INTP 0,012 0,070 021 INAF 0,014 0,018 022 INDF 0,025 0,008 023 IKAI 0,002 0,010 024 JPRS 0,255 0,166 025 KAEF 0,066 0,045 026 LION 0,161 0,115 027 LMSH 0,178 0,268 028 TCID 0,175 0,170 029 MYOR 0,066 0,031 030 MERK 0,286 0,265 031 MLBI 0,158 0,151 032 MRAT 0,045 0,029 0

  54

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

33 PBRX 0,061 0,026 034 PYFA 0,020 0,017 035 RICY 0,092 0,090 036 RDTX 0,038 0,058 037 SMGR 0,076 0,140 038 BATA 0,135 0,082 039 STTP 0,061 0,022 040 SOBI 0,066 0,060 041 IKBI 0,016 0,043 042 TSPC 0,150 0,127 043 TIRT 0,012 0,012 044 TRST 0,015 0,008 045 ULTJ 0,003 0,004 046 UNVR 0,401 0,375 0

Berdasarkan hasil perhitungan NITA masing-masing perusahaan

kategori 0 pada tabel 4.9, pada tahun 2004 NITA tertinggi dimiliki oleh

PT. Unilever Indonesia sebesar 0,401 dan terendah dimiliki oleh PT.

Budi Acid Jaya sebesar 0,002. Pada tahun 2005 NITA tertinggi kembali

dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia sebesar 0,375 dan terendah

kembali dimiliki oleh PT. Budi Acid Jaya sebesar 0,002.

Tabel 4.10 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 2

No Kode 2004 2005 Kategori1 ABBA -0,071 -0,071 12 ATPK -0,020 -0,020 13 MYTX -0,040 -0,040 14 APEX -0,013 -0,013 15 AKSI -0,074 -0,074 16 APLI -0,015 -0,015 17 BASS -0,243 -0,243 18 BMSR -0,008 -0,008 19 BKSL -0,015 -0,015 1

10 CEKA -0,065 -0,065 111 CTTH -0,122 -0,122 112 DSUC -0,128 -0,128 113 DNET -0,071 -0,071 114 ERTX -0,055 -0,055 115 ETWA -0,004 -0,004 116 ESTI -0,016 -0,016 117 FPNI -0,172 -0,172 118 FMII -0,031 -0,031 1

  55

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

19 SMCB -0,046 -0,046 120 SHID -0,076 -0,076 121 INCF -0,017 -0,017 122 INDS -0,053 -0,013 123 JSPT -0,017 -0,047 124 JTPE -0,014 -0,005 125 KICI -0,107 -0,063 126 KDSI -0,066 -0,019 127 META -0,050 -0,027 128 PAFI -0,084 -0,049 129 KONI -0,042 -0,011 130 RIMO -0,347 -0,274 131 RBMS -0,007 -0,011 132 RODA -0,013 -0,020 133 SIPD -0,123 -0,106 134 SAFE -0,200 -0,168 135 SUBA -0,146 -0,393 136 SIMM -0,077 -0,113 137 SMDM -0,001 -0,031 138 TBMS -0,005 -0,021 1

Berdasarkan hasil perhitungan NITA masing-masing perusahaan

kategori 1 pada tabel 4.10, pada tahun 2004 NITA tertinggi dimiliki

oleh PT. Suryamas Dutamakmur sebesar -0,001 dan terendah dimiliki

oleh PT. Bahtera Adimina sebesar -0,243. Pada tahun 2005 NITA

tertinggi dimiliki oleh PT. Eterindo Wahanatama sebesar -0,004 dan

terendah dimiliki oleh PT. Suba Indah sebesar -0,393.

Tabel 4.11 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 3

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

No Kode 2004 2005 Kategori1 ARGO -0,133 -0,110 22 DILD -0,024 -0,018 23 MLND -0,125 -0,087 24 MLIA -0,015 -0,193 25 PWSI -0,056 -0,094 26 POLY -0,312 -0,138 27 MITI -0,925 -0,194 28 SUDI -0,085 -0,193 29 TEJA -0,577 -0,273 2

10 WICO -0,128 -0,270 2

  56

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan NITA masing-masing perusahaan

kategori 2 pada tabel 4.11, pada tahun 2004 NITA tertinggi dimiliki

oleh PT. Mulia Industrindo sebesar -0,015 dan terendah dimiliki oleh

PT. Siwani Trimitra sebesar -0,925. Pada tahun 2005 NITA tertinggi

dimiliki oleh PT. Dharmala Intiland sebesar -0,018 dan terendah

dimiliki oleh PT. Wicaksana Overseas sebesar -0,270.

Tabel 4.12 Data hasil perhitungan NI/TA perusahaan kelompok 4

No Kode Tahun 1 Tahun 2 Kategori1 ADES -0,949 -0,552 32 ADFO -0,335 -0,042 33 ALDI -0,090 -0,434 34 ACAP 0,099 0,084 35 HPSB 0,004 0,016 36 BATI -0,029 0,028 37 BNPK 0,004 -0,027 38 ENRG 0,032 0,021 39 EPMT 0,109 0,115 3

10 KLBF 0,135 0,146 311 LPKR 0,067 0,053 312 MLND -0,087 0,063 313 LPIN -0,026 -0,097 314 RYAN -0,059 -0,234 315 SRSN -0,181 0,067 316 SMSM 0,099 0,092 317 BGMT -0,029 0,001 318 SMPL -0,021 0,009 319 TOTO 0,074 0,088 320 TPEN -0,393 -0,084 321 UGAR -0,111 -0,061 3

Untuk memudahkan analisis data dalam tabel peniliti

menggunakan tahun 1 dan 2 dikarenakan pada kelompok 4, data yang

diolah menggunakan tahun yang berbeda. Berdasarkan hasil

perhitungan NITA masing-masing perusahaan kategori 3 pada tabel

4.12, pada tahun pertama NITA tertinggi dimiliki oleh PT. Arya Duta

Hotel dan PT. Bank Pikko sebesar 0,004 dan terendah dimiliki oleh PT.

  57

 

Ades Waters Indonesia sebesar -0,949. Pada tahun kedua NITA

tertinggi dimiliki oleh PT. Kalbe Farma sebesar 0,146 dan terendah

kembali dimiliki oleh PT. Ades Waters Indonesia sebesar -0,552.

4. Aktiva Lancar / Hutang Lancar (CACL)

CACL adalah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar, rasio ini

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan melunasi

kewajiban jangka pendek saat jatuh tempo, semakin tinggi rasio ini

menunjukkan bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban-

kewajiban jangka pendeknya. Berikut ini akan disajikan tabel hasil

perhitungan CACL untuk perusahaan kategori 1-4:

Tabel 4.13 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 1

No Kode 2004 2005 Kategori1 ALKA 1,360 4,026 02 ALMI 1,266 1,090 03 AQUA 4,404 7,576 04 ARNA 0,903 0,771 05 ASII 1,060 1,107 06 AUTO 1,426 1,709 07 RMBA 2,013 2,212 08 BTON 2,604 6,236 09 BRAM 2,701 2,859 0

10 BUDI 1,140 1,112 011 CLPI 2,344 1,926 012 DVLA 3,861 3,502 013 DAVO 557,468 24,403 014 DLTA 4,135 3,694 015 EKAD 5,424 3,205 016 FASW 1,563 1,828 017 GJTL 1,425 2,311 018 GGRM 1,685 1,733 019 HMSP 2,282 1,706 020 INTP 1,427 2,519 021 INAF 1,535 1,623 022 INDF 1,479 1,467 023 IKAI 0,979 0,891 024 JPRS 2,016 5,263 025 KAEF 2,032 2,254 0

  58

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

26 LION 6,165 6,244 027 LMSH 1,633 1,763 028 TCID 4,293 4,423 029 MYOR 5,107 3,537 030 MERK 3,093 4,722 031 MLBI 0,983 0,680 032 MRAT 5,163 7,025 033 PBRX 2,425 1,225 034 PYFA 1,017 1,412 035 RICY 3,077 2,750 036 RDTX 2,234 1,198 037 SMGR 1,596 1,747 038 BATA 2,497 1,935 039 STTP 1,984 2,152 040 SOBI 1,483 1,655 041 IKBI 2,013 1,767 042 TSPC 4,638 3,803 043 TIRT 0,929 0,985 044 TRST 1,269 1,201 045 ULTJ 4,818 1,585 046 UNVR 1,610 1,352 0

Berdasarkan hasil perhitungan CACL masing-masing perusahaan

kategori 0 pada tabel 4.13, pada tahun 2004 CACL tertinggi dimiliki

oleh PT. Davomas Abadi sebesar 557,468 dan terendah dimiliki oleh

PT. Arwana Citramulia sebesar 0,903. Pada tahun 2005 CACL tertinggi

kembali dimiliki oleh PT. Davomas Abadi sebesar 24,403 dan terendah

dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia sebesar 0,680.

  59

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Tabel 4.14 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 2

No Kode 2004 2005 Kategori1 ABBA 1.878 1.426 12 ATPK 6.211 6.175 13 MYTX 0.723 0.681 14 APEX 1.806 3.454 15 AKSI 6.350 6.507 16 APLI 0.919 0.813 17 BASS 0.410 0.167 18 BMSR 2.967 1.298 19 BKSL 1.520 1.584 1

10 CEKA 1.483 1.656 111 CTTH 2.236 1.631 112 DSUC 0.731 0.624 113 DNET 1.717 1.685 114 ERTX 1.125 0.788 115 ETWA 1.041 1.000 116 ESTI 2.722 2.392 117 FPNI 0.543 0.363 118 FMII 135.033 0.072 119 SMCB 2.763 1.682 120 SHID 0.146 0.546 121 INCF 1.206 1.470 122 INDS 1.772 1.240 123 JSPT 1.123 0.775 124 JTPE 1.316 1.591 125 KICI 1.583 1.420 126 KDSI 1.087 0.902 127 META 2.777 5.009 128 PAFI 123.032 1.015 129 KONI 0.914 0.898 130 RIMO 1.333 1.416 131 RBMS 55.505 54.504 132 RODA 46.994 33.378 133 SIPD 2.260 1.949 134 SAFE 0.044 0.051 135 SUBA 0.178 0.029 136 SIMM 1.137 0.968 137 SMDM 0.244 0.982 138 TBMS 0.942 0.913 1

Berdasarkan hasil perhitungan CACL masing-masing perusahaan

kategori 1 pada tabel 4.14, pada tahun 2004 CACL tertinggi dimiliki

oleh PT. Fortune Mate Indonesia sebesar 135,033 dan terendah dimiliki

oleh PT. Steady Safe sebesar 0,044. Pada tahun 2005 CACL tertinggi

  60

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

dimiliki oleh PT. Ristia Bintang Mahkota Sejati sebesar 54,504 dan

terendah dimiliki oleh PT. Suba Indah sebesar 0,029.

Tabel 4.15 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 3

No Kode 2004 2005 Kategori1 ARGO 0,321 0,286 22 DILD 0,357 0,273 23 MLND 0,152 0,149 24 MLIA 0,349 0,272 25 PWSI 4,251 4,122 26 POLY 0,054 0,086 27 MITI 0,268 0,755 28 SUDI 0,171 0,137 29 TEJA 0,105 0,075 2

10 WICO 0,212 0,165 2

Berdasarkan hasil perhitungan CACL masing-masing perusahaan

kategori 2 pada tabel 4.15, pada tahun 2004 CACL tertinggi dimiliki

oleh PT. Panca Wiratama sebesar 4,251 dan terendah dimiliki oleh PT.

Texmaco Jaya sebesar 0,105. Pada tahun 2005 CACL tertinggi kembali

dimiliki oleh PT. Panca Wiratama sebesar 4,122 dan terendah kembali

dimiliki oleh PT. Texmaco Jaya sebesar 0,075.

Tabel 4.16 Data hasil perhitungan CA/CL perusahaan kelompok 4

No Kode Tahun 1 Tahun 2 Kategori1 ADES 0,218 0,823 32 ADFO 0,077 0,884 33 ALDI 0,018 0,373 34 ACAP 4,427 1,015 35 HPSB 0,488 1,768 36 BATI 1,936 0,978 37 BNPK 0,189 13,471 38 ENRG 1,260 1,714 39 EPMT 2,003 0,922 3

10 KLBF 3,940 0,933 311 LPKR 0,434 1,438 312 MLND 0,149 1,001 313 LPIN 0,909 0,844 314 RYAN 2,392 0,465 315 SRSN 0,833 1,169 3

  61

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

16 SMSM 1,961 1,069 317 BGMT 0,566 1,159 318 SMPL 0,851 0,941 319 TOTO 1,214 1,210 320 TPEN 0,376 0,981 321 UGAR 0,159 0,611 3

Untuk memudahkan analisis data dalam tabel peniliti

menggunakan tahun 1 dan 2 dikarenakan pada kelompok 4, data yang

diolah menggunakan tahun yang berbeda. Berdasarkan hasil

perhitungan CACL masing-masing perusahaan kategori 3 pada tabel

4.16, pada tahun 2004 CACL tertinggi dimiliki oleh PT. Andhi Chandra

Automotive sebesar 4,427 dan terendah dimiliki oleh PT. Texmaco Jaya

sebesar 0,018. Pada tahun 2005 CACL tertinggi dimiliki oleh PT. Bank

Pikko sebesar 13,471 dan terendah dimiliki oleh PT. Alter Abadi

sebesar 0,373.

5. Total Hutang / Total Ekuitas (TDTE)

TDTE adalah total hutang dibagi dengan total ekuitas.  TDTE

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang

digunakan untuk membayar hutang. Peningkatan hutang akan

mengakibatkan tinginya ratio TDTE. Hal ini berarti makin besar pula

beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan yang pada akhirnya

akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang diterima. Berikut

ini akan disajikan tabel hasil perhitungan TDTE untuk perusahaan

kategori 1-4:

  62

 

Tabel 4.17 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 1

No Kode 2004 2005 Kategori1 ALKA 26,363 5,009 02 ALMI 1,672 1,098 03 AQUA 0,869 0,781 04 ARNA 1,011 1,101 05 ASII 1,178 1,114 06 AUTO 0,621 0,709 07 RMBA 0,859 0,654 08 BTON 0,248 0,117 09 BRAM 1,181 0,866 0

10 BUDI 3,684 3,753 011 CLPI 0,570 0,841 012 DVLA 0,352 0,410 013 DAVO 1,286 1,237 014 DLTA 0,280 0,322 015 EKAD 0,220 0,371 016 FASW 1,464 1,687 017 GJTL 2,764 2,685 018 GGRM 0,689 0,687 019 HMSP 1,342 1,555 020 INTP 1,099 0,872 021 INAF 1,049 0,956 022 INDF 2,560 2,331 023 IKAI 6,759 5,784 024 JPRS 2,174 0,468 025 KAEF 0,441 0,395 026 LION 0,217 0,229 027 LMSH 1,446 0,988 028 TCID 0,188 0,188 029 MYOR 0,457 0,612 030 MERK 0,301 0,209 031 MLBI 1,216 1,524 032 MRAT 0,189 0,137 033 PBRX 0,636 2,558 034 PYFA 0,210 0,206 035 RICY 0,361 0,633 036 RDTX 0,175 0,237 037 SMGR 0,813 0,611 038 BATA 0,949 1,361 039 STTP 0,479 0,453 040 SOBI 0,611 0,667 041 IKBI 0,405 0,620 042 TSPC 0,225 0,263 043 TIRT 5,093 5,938 044 TRST 0,444 0,594 045 ULTJ 0,605 0,539 046 UNVR 0,607 1,258 0

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

  63

 

Berdasarkan hasil perhitungan TDTE masing-masing perusahaan

kategori 0 pada tabel 4.17, pada tahun 2004 TDTE tertinggi dimiliki

oleh PT. Alakasa Industrindo sebesar 26,363 dan terendah dimiliki oleh

PT. Roda Vivatex sebesar 0,175. Pada tahun 2005 TDTE tertinggi

dimiliki oleh PT. Tirta Mahakam Resources sebesar 5,938 dan terendah

kembali dimiliki oleh PT. Betonjaya Manunggal sebesar 0,117.

Tabel 4.18 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 2

No Kode 2004 2005 Kategori1 ABBA 0,456 0,422 12 ATPK 0,008 0,017 13 MYTX 15,292 9,003 14 APEX 0,249 1,612 15 AKSI 0,159 0,169 16 APLI 1,168 1,221 17 BASS 12,853 0,882 18 BMSR 0,120 0,110 19 BKSL 0,513 0,436 1

10 CEKA 0,430 0,850 111 CTTH 4,691 12,838 112 DSUC 4,210 12,686 113 DNET 0,490 0,553 114 ERTX 203,064 -21,362 115 ETWA 0,383 0,336 116 ESTI 0,276 0,746 117 FPNI 1,798 3,520 118 FMII 0,000 0,557 119 SMCB 2,492 2,975 120 SHID 9,961 54,703 121 INCF 4,904 2,134 122 INDS 3,773 5,894 123 JSPT 1,031 1,204 124 JTPE 0,605 0,565 125 KICI 0,853 1,093 126 KDSI 3,362 3,854 127 META 6,397 8,453 128 PAFI 3,026 7,713 129 KONI 1,969 2,037 130 RIMO 0,777 0,922 131 RBMS 0,119 0,118 132 RODA 0,076 0,050 133 SIPD 23,603 0,395 134 SAFE 30,222 -8,580 1

  64

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

35 SUBA 3,254 -10,263 136 SIMM 0,889 1,336 137 SMDM -7,511 6,599 138 TBMS 0,546 8,192 1

Berdasarkan hasil perhitungan TDTE masing-masing perusahaan

kategori 1 pada tabel 4.18, pada tahun 2004 TDTE tertinggi dimiliki

oleh PT. Eratex Djaja sebesar 203,064 dan terendah dimiliki oleh PT.

Suryamas Dutamakmur sebesar -7,511. Pada tahun 2005 TDTE

tertinggi dimiliki oleh PT. Indocitra Finance sebesar 54,703 dan

terendah dimiliki oleh PT. Eratex Djaja sebesar -21,362.

Tabel 4.19 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 3

No Kode 2004 2005 Kategori1 ARGO -8,857 -10,071 22 DILD -43,713 -25,665 23 MLND -4,988 -4,062 24 MLIA -3,338 -2,536 25 PWSI -2,905 -2,129 26 POLY -1,605 -2,012 27 MITI -2,434 -5,234 28 SUDI -3,251 -2,417 29 TEJA -1,423 -13,369 2

10 WICO -2,481 -1,929 2

Berdasarkan hasil perhitungan TDTE masing-masing perusahaan

kategori 2 pada tabel 4.19, pada tahun 2004 TDTE tertinggi dimiliki

oleh PT. Texmaco Jaya sebesar -1,423 dan terendah dimiliki oleh PT.

Dharmala Intiland sebesar -43,713. Pada tahun 2005 TDTE tertinggi

dimiliki oleh PT. Wicaksana Overseas sebesar -1,929 dan terendah

dimiliki kembali oleh PT. Dharmala Intiland sebesar -25,665.

  65

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Tabel 4.20 Data hasil perhitungan TD/TE perusahaan kelompok 4

No Kode Tahun 1 Tahun 2 Kategori1 ADES -3,390 -2,076 32 ADFO -29,935 1,362 33 ALDI -2,236 -1,606 34 ACAP 0,256 0,277 35 HPSB 7,475 6,850 36 BATI 0,765 0,637 37 BNPK 12,270 15,016 38 ENRG 0,891 4,391 39 EPMT 1,429 0,905 3

10 KLBF 0,781 0,361 311 LPKR 2,668 4,796 312 MLND -4,647 -4,062 313 LPIN 0,876 0,896 314 RYAN 0,252 0,396 315 SRSN 1,467 4,960 316 SMSM 0,529 0,550 317 BGMT 0,517 0,519 318 SMPL 0,744 0,797 319 TOTO 2,236 2,955 320 TPEN -2,356 -2,614 321 UGAR 1,018 15,289 3

Untuk memudahkan analisis data dalam tabel peniliti

menggunakan tahun 1 dan 2 dikarenakan pada kelompok 4, data yang

diolah menggunakan tahun yang berbeda. Berdasarkan hasil

perhitungan TDTE masing-masing perusahaan kategori 3 pada tabel

4.20, pada tahun pertama TDTE tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Pikko

sebesar 12,270 dan terendah dimiliki oleh PT. Adindo Foresta

Indonesia sebesar -29,935. Pada tahun kedua TDTE tertinggi dimiliki

oleh PT. Wicaksana Overseas sebesar 15,289 dan terendah dimiliki oleh

PT. Mulialand sebesar -4,062.

6. Total Hutang / Total Aktiva (TDTA)

TDTA merupakan rasio total kewajiban dibagi total aktiva, rasio

ini disebut juga sebagai debt ratio digunakan untuk melihat sejauh

  66

 

mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Berikut

ini akan disajikan tabel hasil perhitungan TDTA untuk perusahaan

kategori 1-4:

Tabel 4.21 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 1

No Kode 2004 2005 Kategori1 ALKA 0,963 0,834 02 ALMI 0,622 0,523 03 AQUA 0,460 0,433 04 ARNA 0,498 0,520 05 ASII 0,496 0,484 06 AUTO 0,356 0,383 07 RMBA 0,462 0,395 08 BTON 0,206 0,105 09 BRAM 0,491 0,417 0

10 BUDI 0,752 0,762 011 CLPI 0,363 0,457 012 DVLA 0,260 0,291 013 DAVO 0,562 0,552 014 DLTA 0,218 0,243 015 EKAD 0,180 0,271 016 FASW 0,594 0,628 017 GJTL 0,734 0,729 018 GGRM 1,182 0,407 019 HMSP 0,558 0,596 020 INTP 0,524 0,466 021 INAF 0,512 0,489 022 INDF 0,684 0,679 023 IKAI 0,868 0,849 024 JPRS 0,470 0,199 025 KAEF 0,306 0,283 026 LION 0,179 0,186 027 LMSH 0,591 0,497 028 TCID 0,158 0,158 029 MYOR 0,310 0,375 030 MERK 0,232 0,173 031 MLBI 0,549 0,604 032 MRAT 0,159 0,120 033 PBRX 0,387 0,722 034 PYFA 0,186 0,171 035 RICY 0,263 0,385 036 RDTX 0,149 0,191 037 SMGR 0,444 0,376 038 BATA 0,621 0,785 039 STTP 0,324 0,312 040 SOBI 0,357 0,380 0

  67

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

41 IKBI 0,288 0,383 042 TSPC 0,177 0,201 043 TIRT 1,183 1,338 044 TRST 0,222 0,271 045 ULTJ 0,377 0,350 046 UNVR 0,376 0,711 0

Berdasarkan hasil perhitungan TDTA masing-masing perusahaan

kategori 0 pada tabel 4.21, pada tahun 2004 TDTA tertinggi dimiliki

oleh PT. Tirta Mahakam Resources sebesar 1,183 dan terendah dimiliki

oleh PT. Roda Vivatex sebesar 0,149. Pada tahun 2005 TDTA tertinggi

kembali dimiliki oleh PT. Tirta Mahakam Resources sebesar 1,338 dan

terendah dimiliki oleh PT. Betonjaya Manunggal sebesar 0,105

Tabel 4.22 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 2

No Kode 2004 2005 Kategori1 ABBA 0,291 0,305 12 ATPK 0,016 0,008 13 MYTX 0,801 0,858 14 APEX 0,712 0,122 15 AKSI 0,145 0,137 16 APLI 0,550 0,539 17 BASS 0,469 0,562 18 BMSR 0,100 0,093 19 BKSL 0,339 0,304 1

10 CEKA 0,298 0,456 111 CTTH 0,824 0,928 112 DSUC 0,808 0,927 113 DNET 0,329 0,356 114 ERTX 0,986 1,040 115 ETWA 0,277 0,251 116 ESTI 0,176 0,427 117 FPNI 0,643 0,779 118 FMII 0,000 0,358 119 SMCB 0,714 0,748 120 SHID 0,908 0,981 121 INCF 0,831 0,681 122 INDS 0,790 0,855 123 JSPT 0,458 0,492 124 JTPE 0,377 0,361 125 KICI 0,458 0,521 126 KDSI 0,771 0,794 1

  68

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

27 META 0,865 0,894 128 PAFI 0,440 0,767 129 KONI 0,660 0,668 130 RIMO 1,024 1,403 131 RBMS 0,086 0,086 132 RODA 0,071 0,048 133 SIPD 0,979 0,322 134 SAFE 0,962 1,124 135 SUBA 0,858 1,108 136 SIMM 0,454 0,554 137 SMDM 1,109 0,834 138 TBMS 0,085 0,891 1

Berdasarkan hasil perhitungan TDTA masing-masing perusahaan

kategori 1 pada tabel 4.22, pada tahun 2004 TDTA tertinggi dimiliki

oleh PT. Suryamas Dutamakmur sebesar 1,109 dan terendah dimiliki

oleh PT. Fortune Mate Indonesia sebesar 0,000. Pada tahun 2005

TDTA tertinggi dimiliki oleh PT. Rimo Catur Lestari sebesar 1,403 dan

terendah dimiliki oleh PT. Anugrah Tambak sebesar 0,008.

Tabel 4.23 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 3

No Kode 2004 2005 Kategori1 ARGO 1,127 1,110 22 DILD 1,017 1,033 23 MLND 1,246 1,322 24 MLIA 0,143 1,651 25 PWSI 1,525 1,708 26 POLY 2,654 1,988 27 MITI 1,697 1,236 28 SUDI 1,415 1,666 29 TEJA 3,365 3,968 2

10 WICO 1,675 2,076 2

Berdasarkan hasil perhitungan TDTA masing-masing perusahaan

kategori 2 pada tabel 4.23 pada tahun 2004 TDTA tertinggi dimiliki

oleh PT. Texmaco Jaya sebesar 3,365 dan terendah dimiliki oleh PT.

Mulia Industrindo sebesar 0,143. Pada tahun 2005 TDTA tertinggi

  69

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

kembali dimiliki oleh PT. Texmaco Jaya sebesar 3,968 dan terendah

dimiliki oleh PT. Dharmala Intiland sebesar 1,033.

Tabel 4.24 Data hasil perhitungan TD/TA perusahaan kelompok 4

No Kode Tahun 1 Tahun 2 Kategori1 ADES 1,418 1,929 32 ADFO 0,870 0,422 33 ALDI 1,809 2,649 34 ACAP 0,204 0,217 35 HPSB 0,882 0,873 36 BATI 0,430 0,386 37 BNPK 0,925 0,934 38 ENRG 0,891 0,815 39 EPMT 0,587 0,475 3

10 KLBF 0,393 0,234 311 LPKR 0,782 0,694 312 MLND 1,322 1,270 313 LPIN 0,431 0,467 314 RYAN 0,284 0,201 315 SRSN 0,832 0,595 316 SMSM 0,341 0,333 317 BGMT 0,306 0,329 318 SMPL 0,443 0,426 319 TOTO 0,752 0,691 320 TPEN 2,521 1,737 321 UGAR 0,939 0,387 3

Untuk memudahkan analisis data dalam tabel peniliti

menggunakan tahun 1 dan 2 dikarenakan pada kelompok 4, data yang

diolah menggunakan tahun yang berbeda. Berdasarkan hasil

perhitungan TDTA masing-masing perusahaan kategori 3 pada tabel

4.24, pada tahun pertama TDTA tertinggi dimiliki oleh PT. Texmaco

Perkasa Engineer sebesar 2,521 dan terendah dimiliki oleh PT. Andhi

Chandra Automotive sebesar 0,204. Pada tahun kedua TDTA tertinggi

kembali dimiliki oleh PT. Alter Abadi sebesar 2,649 dan terendah

dimiliki oleh PT. Ryana Adibusana sebesar 0,201.

  70

 

7. Trend Harga Saham (TREND)

Trend Harga Saham yaitu indikator teknis yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasikan pergerakan harga saham dalam suatu

periode tertentu. Berikut ini akan disajikan tabel hasil perhitungan

TREND untuk perusahaan kategori 1-4:

Tabel 4.25 Data hasil perhitungan Trend Harga Saham perusahaan kelompok 1

No Kode 2004 2005 Kategori1 ALKA 0,111 0,091 02 ALMI 0,249 0,169 03 AQUA -0,005 0,094 04 ARNA 0,194 0,013 05 ASII 0,350 0,199 06 AUTO 0,050 0,254 07 RMBA 0,047 0,072 08 BTON 0,179 -0,034 09 BRAM 0,075 0,183 0

10 BUDI -0,057 0,099 011 CLPI 0,047 -0,030 012 DVLA 0,014 -0,041 013 DAVO 0,435 -0,560 014 DLTA 0,120 0,394 015 EKAD 0,010 -0,458 016 FASW 0,185 0,197 017 GJTL 0,088 0,073 018 GGRM 0,135 0,004 019 HMSP 0,210 0,193 020 INTP 0,217 0,175 021 INAF -0,212 0,010 022 INDF 0,008 0,142 023 IKAI 0,116 0,019 024 JPRS 0,394 0,207 025 KAEF -0,057 -0,028 026 LION 0,233 0,191 027 LMSH 0,413 0,209 028 TCID 0,220 0,158 029 MYOR 0,232 -0,071 030 MERK 0,220 0,131 031 MLBI 0,070 0,111 032 MRAT -0,036 -0,115 033 PBRX -0,483 0,003 034 PYFA -0,543 0,020 035 RICY 0,470 0,204 036 RDTX 0,007 0,007 0

  71

 

37 SMGR 0,244 0,145 038 BATA -0,031 -0,005 039 STTP -0,055 -0,013 040 SOBI 0,127 0,096 041 IKBI 0,148 -0,017 042 TSPC 0,185 -0,018 043 TIRT 0,164 -0,024 044 TRST 0,027 -0,111 045 ULTJ -0,125 -0,075 046 UNVR -0,649 0,059 0

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan TREND masing-masing perusahaan

kategori 0 pada tabel 4.25, pada tahun 2004 TREND tertinggi dimiliki

oleh PT. Ricky Putra Globalindo sebesar 0,470 dan terendah dimiliki

oleh PT. Mulia Industrindo sebesar -0,649. Pada tahun 2005 TREND

tertinggi dimiliki oleh PT. Astra International sebesar 0,199 dan

terendah dimiliki oleh PT. Davomas Abadi sebesar -0,560.

Tabel 4.26 Data hasil perhitungan Trend Harga Saham perusahaan kelompok 2

No Kode 2004 2005 Kategori1 ABBA 1,000 -0,081 12 ATPK 0,219 0,076 13 MYTX 0,000 0,017 14 APEX 0,016 0,271 15 AKSI -0,105 -0,034 16 APLI 0,077 0,034 17 BASS -0,055 0,040 18 BMSR 0,059 -0,014 19 BKSL 0,049 0,176 1

10 CEKA 0,075 0,270 111 CTTH -0,086 -0,103 112 DSUC 0,313 0,317 113 DNET 0,425 -0,393 114 ERTX -0,203 -0,070 115 ETWA 0,254 0,102 116 ESTI -0,279 -0,127 117 FPNI -0,076 -0,106 118 FMII -0,233 -0,048 119 SMCB 0,152 0,080 120 SHID 0,047 -0,098 121 INCF -0,040 -0,067 122 INDS 0,029 -0,027 1

  72

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

23 JSPT 0,009 -0,029 124 JTPE -0,352 -1,000 125 KICI -0,055 -0,146 126 KDSI -0,062 -0,099 127 AKSI 0,059 0,027 128 APLI 0,061 0,067 129 BASS -0,023 -0,286 130 BMSR -0,063 -0,121 131 BKSL 0,182 -0,026 132 CEKA -0,087 -0,151 133 CTTH 0,393 0,114 134 DSUC 0,136 -0,026 135 DNET 0,258 0,067 136 ERTX -0,229 -0,062 137 ETWA 0,111 0,222 138 ESTI 0,061 0,213 1

Berdasarkan hasil perhitungan TREND masing-masing perusahaan

kategori 1 pada tabel 4.26, pada tahun 2004 TREND tertinggi dimiliki

oleh PT. Abdi Bangsa sebesar 1,000 dan terendah dimiliki oleh PT.

Jasuindo Tiga Perkasa sebesar -0,352. Pada tahun 2005 TREND

tertinggi dimiliki oleh PT. Daya Sakti Unggul sebesar 0,317 dan

terendah dimiliki oleh PT. Jasuindo Tiga Perkasa, PT. Suryamas Duta

Makmur dan Tembaga Mulia sebesar -1,000.

Tabel 4.27 Data hasil perhitungan Trend Harga Saham perusahaan kelompok 3

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

No Kode 2004 2005 Kategori1 ARGO 0,126 0,005 22 DILD 0,356 0,348 23 MLND -0,231 -0,004 24 MLIA 0,086 0,101 25 PWSI 0,081 0,333 26 POLY 0,273 -1,000 27 MITI 0,222 -1,000 28 SUDI -0,062 -0,027 29 TEJA 0,000 0,000 2

10 WICO 0,141 -0,123 2

  73

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan TREND masing-masing perusahaan

kategori 2 pada tabel 4.27, pada tahun 2004 TREND tertinggi dimiliki

oleh PT. Dharmala Intiland sebesar 0,356 dan terendah dimiliki oleh

PT. Mulialand sebesar -0,231. Pada tahun 2005 TREND tertinggi

kembali dimiliki oleh PT. Dharmala Intiland sebesar 0,348 dan terendah

dimiliki oleh PT. Polysindo Ekaperkasa dan Siwani Trimitra sebesar -

1,000.

Tabel 4.28 Data hasil perhitungan Trend Harga Saham perusahaan kelompok 4

No Kode Tahun 1 Tahun 2 Kategori1 ADES -0,118 -0,092 32 ADFO 0,000 0,069 33 ALDI -0,417 -0,217 34 ACAP -0,035 -0,135 35 HPSB -0,091 -0,053 36 BATI -0,016 0,001 37 BNPK -0,230 -0,133 38 ENRG 0,260 0,611 39 EPMT 0,161 0,059 3

10 KLBF 0,249 0,236 311 LPKR 0,574 -0,193 312 MLND -0,155 0,146 313 LPIN 0,285 -0,206 314 RYAN 0,024 0,000 315 SRSN 0,000 0,074 316 SMSM -0,033 0,025 317 BGMT -0,348 -0,045 318 SMPL 0,191 0,143 319 TOTO 0,116 0,020 320 TPEN -0,017 0,000 321 UGAR -0,028 0,028 3

Untuk memudahkan analisis data dalam tabel peniliti

menggunakan tahun 1 dan 2 dikarenakan pada kelompok 4, data yang

diolah menggunakan tahun yang berbeda. Berdasarkan hasil

perhitungan TREND masing-masing perusahaan kategori 3 pada tabel

4.28, pada tahun pertama TREND tertinggi dimiliki oleh PT. Lippo

  74

 

Karawaci sebesar 0,574 dan terendah dimiliki oleh PT. Alter Abadi

sebesar -0,417. Pada tahun kedua TREND tertinggi dimiliki oleh PT.

Energi Mega Persada sebesar 0,611 dan terendah kembali dimiliki oleh

PT. Alter Abadi sebesar -0,217.

8. Logaritma Natural Asset (LNASSET)

LNASSET yaitu logaritma natural dari besarnya total asset yang

dimiliki perusahaan pada akhir tahun. Semakin besar total asset yang

dimiliki perusahaan diharapkan semakin mempunyai kemampuan

dalam melunasi kewajiban di masa depan. Berikut ini akan disajikan

tabel hasil perhitungan TREND untuk perusahaan kategori 1-4:

Tabel 4.29 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 1

No Kode 2004 2005 Kategori1 ALKA 25,151 24,562 02 ALMI 27,561 27,415 03 AQUA 27,232 27,317 04 ARNA 26,414 26,623 05 ASII 31,298 31,481 06 AUTO 28,522 28,739 07 RMBA 28,302 28,242 08 BTON 24,045 24,045 09 BRAM 28,168 28,167 0

10 BUDI 27,570 27,609 011 CLPI 25,136 25,402 012 DVLA 26,790 27,034 013 DAVO 28,087 28,189 014 DLTA 26,844 27,011 015 EKAD 24,874 25,043 016 FASW 28,597 28,689 017 GJTL 29,478 29,643 018 GGRM 29,591 30,728 019 HMSP 30,091 30,110 020 INTP 29,910 29,986 021 INAF 26,985 26,975 022 INDF 30,383 30,325 023 IKAI 27,345 27,280 0

  75

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

24 JPRS 26,226 26,046 025 KAEF 27,791 27,795 026 LION 25,712 25,829 027 LMSH 24,479 24,464 028 TCID 26,881 27,025 029 MYOR 27,878 28,009 030 MERK 26,024 26,108 031 MLBI 27,039 27,078 032 MRAT 26,408 26,395 033 PBRX 25,574 26,690 034 PYFA 24,978 25,061 035 RICY 26,418 26,757 036 RDTX 26,497 26,623 037 SMGR 29,528 29,618 038 BATA 26,287 26,446 039 STTP 26,876 26,892 040 SOBI 27,003 27,115 041 IKBI 26,822 27,030 042 TSPC 28,396 28,484 043 TIRT 27,419 27,477 044 TRST 28,279 28,375 045 ULTJ 27,894 27,858 046 UNVR 28,925 28,977 0

Berdasarkan hasil perhitungan LNASSET masing-masing

perusahaan kategori 0 pada tabel 4.29, pada tahun 2004 LNASSET

tertinggi dimiliki oleh PT. Astra International sebesar 31,298 dan

terendah dimiliki oleh PT. Betonjaya Manunggal sebesar 24,045. Pada

tahun 2005 LNASSET tertinggi kembali dimiliki oleh PT. Astra

International sebesar 31,481 dan terendah kembali dimiliki oleh PT.

Betonjaya Manunggal sebesar 24,045.

  76

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

Tabel 4.30 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 2

No Kode 2004 2005 Kategori1 ABBA 25.571 25.500 12 ATPK 25.184 25.156 13 MYTX 28.579 28.506 14 APEX 28.594 28.796 15 AKSI 25.343 25.455 16 APLI 26.457 26.401 17 BASS 26.923 26.675 18 BMSR 26.077 26.060 19 BKSL 28.362 28.285 1

10 CEKA 26.392 26.534 111 CTTH 26.271 26.170 112 DSUC 26.752 26.705 113 DNET 23.830 23.767 114 ERTX 26.418 26.421 115 ETWA 26.916 26.876 116 ESTI 27.021 27.103 117 FPNI 26.625 26.530 118 FMII 25.318 25.714 119 SMCB 29.649 29.622 120 SHID 27.301 27.273 121 INCF 24.489 24.488 122 INDS 26.584 26.854 123 JSPT 28.575 28.566 124 JTPE 25.201 25.167 125 KICI 25.859 25.807 126 KDSI 26.659 26.676 127 META 25.151 25.168 128 PAFI 27.288 27.265 129 KONI 24.926 24.916 130 RIMO 24.783 24.474 131 RBMS 26.083 26.054 132 RODA 25.071 25.026 133 SIPD 27.857 27.778 134 SAFE 26.152 25.988 135 SUBA 27.524 27.454 136 SIMM 25.630 25.597 137 SMDM 28.385 28.378 138 TBMS 27.289 27.451 1

Berdasarkan hasil perhitungan LNASSET masing-masing

perusahaan kategori 1 pada tabel 4.30, pada tahun 2004 LNASSET

tertinggi dimiliki oleh PT. Holcim sebesar 29,649 dan terendah dimiliki

oleh PT. Indocitra Finance sebesar 24,489. Pada tahun 2005 LNASSET

  77

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

tertinggi kembali dimiliki oleh PT. Holcim sebesar 29,662 dan terendah

dimiliki oleh PT. Dyviacom Intrabumi sebesar 23,767.

Tabel 4.31 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 3

No Kode 2004 2005 Kategori1 ARGO 28,196 28,301 22 DILD 28,267 28,298 23 MLND 27,916 27,961 24 MLIA 31,418 29,046 25 PWSI 26,552 26,486 26 POLY 29,511 29,438 27 MITI 25,206 24,405 28 SUDI 27,371 27,240 29 TEJA 27,118 26,988 2

10 WICO 26,950 26,773 2

Berdasarkan hasil perhitungan LNASSET masing-masing

perusahaan kategori 2 pada tabel 4.31, pada tahun 2004 LNASSET

tertinggi dimiliki oleh PT. Mulia Industrindo sebesar 31,418 dan

terendah dimiliki oleh PT. Siwani Trimitra sebesar 25,206. Pada tahun

2005 LNASSET tertinggi dimiliki oleh PT. Polysindo Ekaperkasa

sebesar 29,438 dan terendah kembali dimiliki oleh PT. Siwani Trimitra

sebesar 24,405.

Tabel 4.32 Data hasil perhitungan LNASSET perusahaan kelompok 4

No Kode Tahun 1 Tahun 2 Kategori1 ADES 26,071 26,175 32 ADFO 25,343 25,320 33 ALDI 26,687 26,281 34 ACAP 25,679 25,707 35 HPSB 26,299 26,358 36 BATI 27,274 27,248 37 BNPK 28,196 27,995 38 ENRG 22,570 23,014 39 EPMT 28,251 28,227 3

10 KLBF 29,164 29,162 311 LPKR 29,061 29,346 312 MLND 27,961 27,928 313 LPIN 25,588 25,486 3

  78

 

Sumber : Financial Report BEI, Data Diolah

14 RYAN 24,716 24,255 315 SRSN 26,351 26,547 316 SMSM 27,220 27,298 317 BGMT 27,070 27,097 318 SMPL 26,042 26,023 319 TOTO 27,466 27,535 320 TPEN 27,200 27,706 321 UGAR 28,246 28,025 3

Untuk memudahkan analisis data dalam tabel peniliti

menggunakan tahun 1 dan 2 dikarenakan pada kelompok 4, data yang

diolah menggunakan tahun yang berbeda. Berdasarkan hasil

perhitungan LNASSET masing-masing perusahaan kategori 3 pada

tabel 4.32, pada tahun pertama LNASSET tertinggi dimiliki oleh PT.

Kalbe Farma sebesar 29,164 dan terendah dimiliki oleh PT. Energi

Mega Persada sebesar 22,570. Pada tahun kedua LNASSET tertinggi

dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci sebesar 29,346 dan terendah kembali

dimiliki oleh PT. Energi Mega Persada sebesar 23,014.

C. Analisis Multinomial Logit

Analisis Multinomial Logit digunakan jika dalam variabel penelitian

variabel respon (dependen) dikategorikan menjadi tiga atau lebih kategori.

Dalam penelitian ini variabel dependen (Y) bertipe kategorik empat

pilihan yaitu perusahaan yang tidak mengalami laba bersih dan nilai ekuitas

negatif (kategori 0), perusahaan yang mengalami laba bersih negatif (kategori

1), perusahaan yang mengalami laba bersih dan nilai ekuitas negatif (kategori

2) dan perusahaan yang delisted karena laba bersih negatif atau nilai ekuitas

negatif serta perusahaan yang melakukan merger (kategori 3).

  79

 

Dalam penelitian ini jumlah data yang diproses sebanyak 230 atau

N=230. Untuk melihat kelengkapan data yang diproses dalam penelitian ini

dan tidak adanya missing case ditunjukkan oleh tabel Case Processing

Summary:

Tabel 4.33 Data yang diproses

Case Processing Summary

92 40,0%76 33,0%20 8,7%42 18,3%

230 100,0%0

230230a

KELOMPOK 1KELOMPOK 2KELOMPOK 3KELOMPOK 4

KELOMPOK

ValidMissingTotalSubpopulation

NMarginal

Percentage

The dependent variable has only one value observedin 230 (100,0%) subpopulations.

a.

Tabel 4.34 Model Fitting Test

Model Fitting Information

577,442321,648 255,794 24 ,000

ModelIntercept OnlyFinal

-2 LogLikelihood

ModelFittingCriteria

Chi-Square df Sig.

Likelihood Ratio Tests

Pada tabel 4.34 dapat dilihat bahwa angka -2 Log Likelihood pada

model awal (intercept only) sebesar 577,442 dan angka -2 Log Likelihood

pada model final sebesar 321,648. Karena hasil ini menunjukkan adanya

penurunan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model ini

menunjukkan model multinomial logit yang lebih baik.

  80

 

Tabel 4.35 Goodness of Fit Test

Goodness-of-Fit

590,468 663 ,980321,648 663 1,000

PearsonDeviance

Chi-Square df Sig.

Hasil output Chi Square sebesar 590,468 untuk koefisien Pearson

dengan signifikan pada 0,980 dan 321,648 untuk koefisien Deviance

dengan signifikan pada 1,000 oleh karena nilai ini berada diatas á=0,05

maka model dapat dikatakan fit dan model dapat diterima.

Tabel 4.36 (Koefisien Cox and Snell, Nagelkerke dan McFadden)

Pseudo R-Square

,671,730,443

Cox and SnellNagelkerkeMcFadden

Nilai statistik R-Square pada analisis Multinomial Logistik didekati

dengan nilai Pseudo R-Square: Cox and Snell, Nagelkerke dan McFadden.

Nilai pada rentang 0-1. Semakin mendekati 1, semakin banyak variasi yang

dapat dijelaskan oleh model. (Cornelius Trihendardi, 2007).

Nilai Koefisien Cox and Snell sebesar 0,671, nilai koefisien

McFadden sebesar 0,443 dan nilai Koefisien Nagelkerke pada tabel Pseudo

R-Square sebesar 0,730 yang berarti variabilitas variabel independen

sebesar 73 %.

  81

 

Tabel 4.37 (Hasil Pengujian Multinomial Logit Rasio keuangan, trend harga

saham dan faktor fundamental LNASSET)

a Lower Bound Upper BoundKelompok 1 Intercept -12,418 5,799 4,586 1 0,032 TETA 3,672 1,840 3,983 1 ,046* 39,322 1,068 1448,038 RETA ,002 ,707 ,000 1 ,998 1,002 ,251 4,003 NITA 24,109 4,704 26,273 1 ,000* 3E+010 2929619,056 2,980E+014 CACL ,090 ,107 ,704 1 ,401 1,094 ,887 1,350 TDTE ,056 ,040 1,950 1 ,163 1,058 ,978 1,145 TDTA 1,245 1,552 ,643 1 ,423 3,472 ,166 72,693 LNASSET ,372 ,188 3,920 1 ,048* 1,450 1,004 2,096 TREND -,583 1,225 ,227 1 ,634 ,558 ,051 6,160Kelompok 2 Intercept -2,025 4,737 ,183 1 ,669 TETA 1,140 1,068 1,141 1 ,285 3,128 ,386 25,347 RETA -,702 ,468 2,250 1 ,136 ,496 ,198 1,240 NITA -3,369 2,109 2,553 1 ,110 ,034 ,001 2,146 CACL ,089 ,107 ,695 1 ,405 1,093 ,886 1,349 TDTE ,059 ,035 2,891 1 ,089** 1,061 ,991 1,135 TDTA -1,353 1,054 1,649 1 ,199 ,258 ,033 2,039 LNASSET ,088 ,166 ,280 1 ,597 1,092 ,789 1,511 TREND -,104 1,001 ,011 1 ,917 ,901 ,127 6,409Kelompok 3 Intercept -35,792 13,642 6,883 1 ,009 TETA -3,503 1,719 4,153 1 ,042* ,030 ,001 ,875 RETA -1,927 ,657 8,610 1 ,003* ,146 ,040 ,527 NITA 1,038 2,976 ,122 1 ,727 2,824 ,008 963,499 CACL ,085 ,119 ,515 1 ,473 1,089 ,863 1,374 TDTE -,142 ,066 4,594 1 ,032* ,867 ,761 ,988 TDTA -,999 1,145 ,761 1 ,383 ,368 ,039 3,473 LNASSET 1,212 ,475 6,520 1 ,011* 3,361 1,325 8,521 TREND 3,518 2,220 2,512 1 ,113 33,718 ,435 2614,573

Kelompok B Std. Error Wald df Sig Exp(B)95% Confidence interval for Exp (B)

a. The reference category is:KELOMPOK 4 

*Signifikan pada α=5%

**Signifikan pada α=10%

Hasil pengujian regresi multinomial logit pada tabel 4.37

menunjukkan bahwa:

1. Variabel yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan kelompok 1

dengan kelompok 2, 3 dan 4 adalah variabel TETA, NITA dan

LNASSET yang secara statistik signifikan pada tingkat 5%.

  82

 

2. Variabel yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan kelompok 2

dengan kelompok 3 dan 4 adalah variabel TDTE yang secara statistik

signifikan pada tingkat 10%.

3. Variabel yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan kelompok 3

dengan kelompok 4 adalah variabel-variabel TETA, RETA, TDTE dan

LNASSET yang secara statistik signifikan pada tingkat 5%.

Tabel 4.38

Hasil Identifikasi Prediksi Klasifikasi

Classification

85 5 0 2 92,4%1 67 2 6 88,2%0 1 15 4 75,0%

16 17 3 6 14,3%44,3% 39,1% 8,7% 7,8% 75,2%

ObservedKELOMPOK 1KELOMPOK 2KELOMPOK 3KELOMPOK 4Overall Percentage

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4PercentCorrect

Predicted

Analisis lebih lanjut berkaitan dengan daya klasifikasi untuk

kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan 4. Multinomial logit dengan

variabel rasio keuangan, LNASSET dan trend harga saham memiliki daya

klasifikasi total sebesar 75,2%.

D. Interpretasi

Hasil pengujian Multinomial Logit menunjukkan daya klasifikasi

ketepatan prediksi keseluruhan sebesar 75,2%, hasil ini ditunjukkan pada

classification tabel dan hal ini mendukung hipotesis dalam penelitian ini yang

berarti karakteristik perusahaan meliputi rasio keuangan, trend harga saham

  83

 

dan variabel fundamental secara bersama-sama dapat digunakan untuk

memprediksi status perusahaan pasca IPO.

Nilai koefisien Nagelkerke R Square menjelaskan bahwa dalam model

regresi ini kemampuan rasio keuangan, trend harga saham dan variabel

fundamental dalam menjelaskan status perusahaan pasca IPO sebesar 73% dan

sisanya 27% dijelaskan oleh variabel lain.

Hasil perhitungan Multinomial Logit menunjukkan bahwa variabel yang

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen adalah: TETA, RETA,

NITA, TDTE, LNASSET sedangkan variabel lainnya tidak signifikan.

Variabel yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan status

perusahaan pasca IPO kelompok 1 (perusahaan manufaktur dengan laba bersih

dan nilai ekuitas positif) dengan kelompok 2 (perusahaan dengan laba bersih

negatif) kelompok 3 (perusahaan dengan laba bersih dan nilai ekuitas negatif)

dan kelompok 4 (perusahaan delisted dan melakukan merger) adalah variabel

TETA, NITA, dan LNASSET. Berdasarkan nilai B (koefisien) pada tabel

Parameter Estimates, maka diperoleh persamaan untuk menginterpretasikan

Analisis Multinomial Logit, yaitu:

KEL1 = -12,418 + 3,672 TETA + 24,109 NITA + 0,372 LNASSET

Pada persamaan KEL1, nilai konstanta sebesar -12,418 mempunyai arti

bahwa jika variabel-variabel independen dianggap nol maka probabilitas

perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan mengalami penurunan

sebesar 12,418 kali dengan pengaruh persamaan negatif.

  84

 

Koefisien TETA sebesar 3,672 dan mempunyai hubungan positif artinya

semakin tinggi rasio Total Ekuitas terhadap Total Aktiva perusahaan maka

semakin tinggi pula probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok 2,

3 dan kelompok 4. Nilai Exp(B) sebesar 39,322 artinya setiap kenaikan

variabel TETA akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kesulitan

keuangan sebesar 39,322 kali dimana variabel ini dianggap konstan. Hasil ini

konsisten dan mendukung penelitian sebelumnya yaitu Luciana dan Meliza

(2003) dimana variabel TETA dapat digunakan untuk memprediksi status

perusahaan pasca IPO.

Koefisien NITA sebesar 24,109 dan mempunyai hubungan positif

artinya semakin tinggi rasio Laba Bersih terhadap Total Aktiva perusahaan

maka semakin tinggi pula probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada

kelompok 2, 3 dan kelompok 4. Nilai Exp(B) sebesar 3E+010 artinya setiap

kenaikan variabel NITA akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kesulitan

keuangan sebesar 3E+010 kali dimana variabel ini dianggap konstan. Hasil ini

konsisten dan mendukung penelitian sebelumnya yaitu Luciana dan Meliza

(2003) dimana variabel NITA dapat digunakan untuk memprediksi status

perusahaan pasca IPO.

Koefisien LNASSET sebesar 0,372 dan mempunyai hubungan positif

artinya semakin tinggi kekayaan perusahaan maka semakin tinggi pula

probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok 2, 3 dan kelompok 4.

Nilai Exp(B) sebesar 1,450 artinya setiap kenaikan variabel LNASSET akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan sebesar 1,450 kali

  85

 

dimana variabel ini dianggap konstan. Hasil ini konsisten dan mendukung

penelitian sebelumnya yaitu Luciana dan Meliza (2003) dimana variabel NITA

dapat digunakan untuk memprediksi status perusahaan pasca IPO.

Variabel yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan status

perusahaan pasca IPO kelompok 2 (perusahaan dengan laba bersih negatif)

dengan kelompok 3 (perusahaan dengan laba bersih dan nilai ekuitas negatif)

dan kelompok 4 (perusahaan delisted dan melakukan merger) adalah variabel

TDTE. Berdasarkan nilai B (koefisien) pada tabel Parameter Estimates, maka

diperoleh persamaan untuk menginterpretasikan Analisis Multinomial Logit,

yaitu:

KEL2 = -1, 025 + 0, 059 TDTE

Pada persamaan KEL2, nilai konstanta sebesar -1, 025 mempunyai arti

bahwa jika variabel-variabel independen dianggap nol maka probabilitas

perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan mengalami penurunan

sebesar -1, 025 kali dengan pengaruh persamaan negatif.

Koefisien TDTE sebesar 0, 059 dan mempunyai hubungan positif artinya

semakin tinggi rasio Total Hutang terhadap Total Ekuitas perusahaan maka

semakin tinggi pula probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok 3

dan kelompok 4. Nilai Exp(B) sebesar 1,061 artinya setiap kenaikan variabel

TDTE akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan sebesar

1,061 kali dimana variabel ini dianggap konstan.

Variabel yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan status

perusahaan pasca IPO kelompok 3 (perusahaan dengan laba bersih dan nilai

  86

 

ekuitas negatif) dengan kelompok 4 (perusahaan delisted dan melakukan

merger) adalah variabel TETA, RETA, TDTE dan LNASSET. Berdasarkan

nilai B (koefisien) pada tabel Parameter Estimates, maka diperoleh persamaan

untuk menginterpretasikan Analisis Multinomial Logit, yaitu:

KEL3 = -35, 792 – 3,503 TETA – 1,927 RETA – 0,142 TDTE + 1,212

LNASSET

Pada persamaan KEL3, nilai konstanta sebesar -35, 792 mempunyai arti

bahwa jika variabel-variabel independen dianggap nol maka probabilitas

perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan mengalami penurunan

sebesar -35, 792 kali dengan pengaruh persamaan negatif.

Koefisien TETA sebesar -3,503 dan mempunyai hubungan negatif

artinya semakin tinggi rasio Total Ekuitas terhadap Total Aktiva perusahaan

maka semakin rendah probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok

4. Nilai Exp(B) sebesar 0,030 artinya setiap kenaikan variabel TETA akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan sebesar 0,030 kali

dimana variabel ini dianggap konstan. Hasil ini berbeda dengan penelitian

Luciana dan Meliza (2003) dimana hasil penelitian tersebut rasio TETA tidak

signifikan untuk dapat digunakan memprediksi status perusahaan pasca IPO.

Koefisien RETA sebesar -1,927 dan mempunyai hubungan negatif

artinya semakin tinggi rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva perusahaan

maka semakin rendah probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok

4. Nilai Exp(B) sebesar 0,146 artinya setiap kenaikan variabel TETA akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan sebesar 0,146 kali

  87

 

dimana variabel ini dianggap konstan. Hasil ini berbeda dengan penelitian

Luciana dan Meliza (2003) dimana hasil penelitian tersebut rasio RETA tidak

signifikan untuk dapat digunakan memprediksi status perusahaan pasca IPO.

Koefisien TDTE sebesar -0,142 dan mempunyai hubungan negatif

artinya semakin tinggi rasio Total Hutang terhadap Total Ekuitas perusahaan

maka semakin rendah probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok

4. Nilai Exp(B) sebesar 0,867 artinya setiap kenaikan variabel TETA akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan sebesar 0,867 kali

dimana variabel ini dianggap konstan. Hasil ini berbeda dengan penelitian

Luciana dan Meliza (2003) dimana hasil penelitian tersebut rasio TDTE tidak

dimasukkan sebagai variabel untuk dapat digunakan memprediksi status

perusahaan pasca IPO.

Koefisien LNASSET sebesar 1,212 dan mempunyai hubungan positif

artinya semakin tinggi kekayaan perusahaan maka semakin tinggi pula

probabilitas perusahaan diklasifikasikan pada kelompok 4. Nilai Exp(B)

sebesar 3,361 artinya setiap kenaikan variabel LNASSET akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan sebesar 3,361 kali dimana

variabel ini dianggap konstan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Luciana dan

Meliza (2003) dimana hasil penelitian tersebut rasio LNASSET tidak

signifikan untuk dapat digunakan memprediksi status perusahaan pasca IPO.

Menurut Jain dan Kini (1999) Perusahaan yang melakukan IPO, pada

perkembangan selanjutnya, dapat berevolusi menjadi salah satu dari tiga

kondisi dasar pasca IPO, yaitu tetap hidup (survive) sebagai perusahaan

  88

 

independen, gagal secara keseluruhan (fail outright), atau diakuisisi dan

kehilangan identitasnya.

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio

keuangan yaitu TETA, RETA, NITA, TDTE, dan faktor fundamental

perusahaan yaitu LNASSET sebagai variabel yang signifikan dalam penelitian

ini yang dapat menentukan status perusahaan pasca IPO.

Penelitian yang berkaitan dengan manfaat karakteristik perusahaan untuk

memprediksikan  kebangkrutan perusahaan telah dilakukan oleh Tirapat dan

Nittayagasetwat (1999). Penelitian  ini memberikan bukti bahwa karakteristik

perusahaan dalam bentuk rasio keuangan dan variabel fundamental perusahaan

dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.

Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Platt dan Platt (2002)

juga mengkonfirmasi hal yang sama bahwa rasio keuangan dapat digunakan

untuk memprediksikan kondisi financial distress suatu perusahaan. Penelitian

lain yang menggunakan karakteristik  perusahaan adalah penelitian yang

dilakukan oleh Harsono (2001) dan Luciana (2003), penelitian ini memberikan

bukti bahwa variabel karakteristik perusahaan dapat digunakan  untuk

memprediksikan status perusahaan (listed-delisted) yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Meliza Silvy

(2003), Luciana dan Meliza dalam metoda tidak langsung penelitiannya

menggunakan 4 rasio keuangan, trend harga saham, faktor fundamental

  89

 

perusahaan, struktur industri perusahaan dan karakteristik penawaran, hasil

dari penelitian Luciana dan Meliza menunjukkan bahwa variabel SETA,

RETA, dan NITA dari rasio keuangan, variabel trend harga saham, variabel

faktor fundamental perusahaan yaitu LNASSET dan variabel reputasi

underwriter dari karakteristik penawaran adalah variabel yang signifikan untuk

dapat memprediksi status perusahaan pasca IPO, sedangkan peneliti

menggunakan variabel rasio keuangan sebanyak 6 rasio dengan menambah

CACL dan TDTE, variabel trend harga saham dan variabel faktor fundamental

perusahaan yaitu LNASSET, peneliti dalam penentuan sampel untuk

kelompok 1 hanya perusahaan manufaktur yang tidak mengalami laba bersih

dan nilai ekuitas negatif serta konsisten kondisi keuangannya sehat sampai

tahun 2006-2007. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan

bahwa variabel-variabel yang signifikan adalah TETA, TDTE, RETA, dan

NITA dari rasio keuangan, variabel faktor fundamental perusahaan yaitu

LNASSET dan dapat digunakan untuk membedakan antara kelompok 1

sampai kelompok 4. Periode prediksi yang digunakan peneliti adalah tahun

2004-2005 untuk mengolah data kelompok 1-kelompok 3, sedangkan untuk

kelompok 4 periode prediksi yang digunakan adalah tahun 2004-2007.

Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian-penelitian sebelumnya

yaitu Luciana dan Meliza (2003) bahwa rasio keuangan dan faktor

fundamental perusahaan dapat digunakan untuk mempengaruhi status

perusahaan pasca IPO.

  90

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian yang talah dilakukan pada perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia didapat 46

perusahaan manufaktur yang tidak mengalami laba bersih negatif dan

nilai ekuitas negatif periode 2004-2005 serta konsisten kondisi

keuangannya sehat selama periode 2004-2007, 38 perusahaan yang

mengalami laba bersih negatif dan 10 perusahaan yang mengalami

laba bersih dan nilai ekuitas negatif selama periode 2004-2005, serta

21 perusahaan yang delisted akibat laba bersih negatif, nilai ekuitas

negatif dan perusahaan yang melakukan merger selama periode 2004-

2007.

2. Pada pengujian multinomial logit menggunakan rasio keuangan

(TETA, RETA, NITA dan TDTE) dan faktor fundamental LNASSET

dapat digunakan untuk memprediksi status perusahaan pasca IPO

dengan daya klasifikasi sebesar 75,2%.

3. Variabel-variabel yang dapat digunakan untuk membedakan

kelompok 1 (perusahaan dengan laba bersih dan nilai ekuitas positif

selama 2 tahun berturut-turut) dengan kelompok 2 (perusahaan

91

 

dengan laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut), kelompok 3

(perusahaan dengan laba bersih dan nilai ekuitas negatif selama 2

tahun berturut-turut) dan kelompok 4 (perusahaan yang delisted

karena laba bersih negatif atau nilai ekuitas negatif dan melakukan

merger) adalah variabel TETA, NITA dan LNASSET.

4. Variabel yang dapat digunakan untuk membedakan kelompok 2

(perusahaan dengan laba bersih negatif selama 2 tahun berturut-turut)

dengan kelompok 3 (perusahaan dengan laba bersih dan nilai ekuitas

negatif selama 2 tahun berturut-turut) dan kelompok 4 (perusahaan

yang delisted karena laba bersih negatif atau nilai ekuitas negatif dan

melakukan merger) adalah variabel TDTE.

5. Variabel-variabel yang dapat digunakan untuk membedakan

kelompok 3 (perusahaan dengan laba bersih dan nilai ekuitas negatif

selama 2 tahun berturut-turut) dengan kelompok 4 (perusahaan yang

delisted karena laba bersih negatif atau nilai ekuitas negatif dan

melakukan merger) adalah variabel TETA, RETA, TDTE,

LNASSET.

B. Implikasi

1. Perusahaan

Hasil penelitian ini akan memberikan informasi kepada manajemen

keuangan perusahaan mengenai variabel karakteristik dan faktor

fundamental perusahaan dianalisis sebagai alat untuk memprediksi status

perusahaan pasca IPO.

  92

 

2. Investor

Sebagai informasi dan bahan masukan bagi investor untuk pengembalian

keputusan investasi di pasar modal dan membantu investor ketika akan

menilai kemungkinan masalah kondisi keuangan suatu perusahaan pasca

IPO.

3. Akademisi

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen keuangan

khususnya pada faktor-faktor yang mempengaruhi status perusahaan pasca

IPO yang terjadi di BEI periode 2004-2007.

C. Keterbatasan Penelitian dan Saran

Keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya menggunakan 6 rasio keuangan dan 1 variabel

fundamental perusahaan

2. Penelitian ini sulit mengukur cost dari kesulitan keuangan, kesulitan ini

timbul karena tidak mampu membedakan apakah kesulitan keuangan

disebabkan oleh kinerja keuangan yang buruk atau disebabkan oleh

Beberapa faktor lainnya sehingga terjadi kesulitan keuangan itu sendiri.

Saran bagi peneliti selanjutnya:

1. Perlunya dilakukan penelitian yang mengukur sensitifitas perusahaan

terhadap variabel makro ekonomi.

2. Melakukan penelitian dengan mengelompokkan perusahaan yang sehat

(dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur pada kelompok 1)

  93

 

pada 2 kategori yaitu perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak

bertumbuh.

3. Melakukan penelitian yang berkaitan besarnya cost untuk dapat

diklasifikasikan menjadi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan

dengan yang tidak mengalami kesulitan keuangan, dan penentu faktor-

faktor yang mempengaruhi cost tersebut.

  94

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kondisi

Financial Distress Suatu Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI, Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan pendidik, Universitas Airlangga Surabaya, 2003.

___________________, “Pengujian Size Hypothesis dan Debt/Equity Hypothesis

Yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisma Laporan Keuangan Perusahaan Dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 2007.

___________________, dan Emanuel Kristijadi, “Analisis Rasio Keuangan

Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI) Vol. 7 No.2 Tahun 2003.

___________________, dan Meliza Silvia, “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca IPO Dengan Menggunakan Teknik Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 18 No. 4 tahun 2003.

Amin, Aminul, “Pendeteksian Earnings Management, Underpricing dan

Pengukuran Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offering (IPO) di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi X, 2007.

Atmaja, Lukas Setia, “Teori dan Praktik Manajemen Keuangan”, Penerbit Andi,

Yogyakarta, 2008. Gujarati, N Damodar, “Dasar-Dasar Ekonometrika”, Penerbit Erlangga, Jakarta,

2007. Harsono Edwin, P, “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Status

Perusahaan Yang Listing di BEJ - Suatu Penelitian Empiris”, Tesis S2 Program Magister Sains, UGM.Yogyakarta, 2001.

Jain, B. A. and Omesh Kini, “The Life Cycle of Initial Public Offering Firms”,

Finance and Accounting, 1999. Jogiyanto, H.M, “Teori Portfolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, BPFE

Yogyakarta, 2000.

 

K. Brahmana, Rayenda, “Identifying Financial Distress Condition in Indonesia Manufacture Industry”, Laboratory Research, Birmingham Business School, University of Birmingham United Kingdom, 2005.

Muslim, Rahman, “Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan G0-Public

Dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN jakarta, 2008.

Nurmala Sari, Yuni, “Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Total

Assets Turn Over Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, 2007.

Pamela P. Peterson and Frank J. Fabozzi, “ Financial Management and Analysis”,

Willey Finance, New Jersey, 2008. Platt and Platt, “Predicting Financial Distress”, Journal of Financial Service

Professionals, 56: 12-15, 2002. Puji Harto, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Perusahaan

Yang Melakukan Penawaran Perdana”, Tesis S2 Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2001.

Setiawati, Arie, Sinta, “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan

Sesudah Initial Public Offering (IPO) Berdasarkan Rasio Keuangan”, Jakarta, 2004.

Trihendardi, Cornelius, “Kupas Tuntas Analisis Regresi”, Penerbit Andi,

Yogyakarta, 2007. Van Horne, James C dan Wachowicz, JR, John M, “Prinsip-Prinsip Manajemen

Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2005.

  96

  Lampiran 1

Perusahaan Kelompok 1 Yang Konsisten Memiliki Laba Bersih Tahun 2006-2007

LAPORAN LABA BERSIH PERUSAHAAN KELOMPOK 1 

(dalam miliar rupiah) 

No Nama Perusahaan Laba Bersih Laba Bersih2006 2007

1 ALAKASA INDUSTRINDO 8 72 ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY 83 313 AQUA GOLDEN MISSISSIPI 48 654 ARWANA CITRAMULIA 28 435 ASTRA INTERNATIONAL 3,712 6,5196 ASTRA OTOPARTS 282 4547 BENTOEL INTERNASIONAL 145 2428 BETONJAYA MANUNGGAL 0,817 89 BRANTA MULIA 18 3910 BUDI ACID JAYA 20 4611 COLORPAK INDONESIA 7 912 DARYA VARIA LABORATORIA 52 4913 DAVOMAS ABADI 196 20814 DELTA DJAKARTA 43 4715 EKADHARMA 5 416 FAJAR SURYA WISESA 101 12118 GAJAH TUNGGAL 118 9019 GUDANG GARAM 1,007 1,44320 HM SAMPOERNA 3,530 3,62421 INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA 592 98322 INDOFARMA 15 1123 INDOFOOD SUKSES MAKMUR 0,78 0,11524 INTIKERAMIK ALAMASRI INDUSTRI 2 1225 JAYA PARI STEEL 26 4126 KIMIA FARMA 43 5227 LION METAL WORKS 20 2528 LIONMESH 2 529 MANDOM INDONESIA 100 11130 MAYORA INDAH 93 14131 MERCK INDONESIA 86 8932 MULTI BINTANG INDONESIA 73 8433 MUSTIKA RATU 9 1134 PAN BROTHERS 10 2935 PYRIDAM FARMA 1 136 RICKY PUTRA GLOBALINDO 38 41  

  97

 

37 RODA VIVATEX 24 2838 SEMEN GRESIK 1,295 1,77539 SEPATU BATA 20 3440 SIANTAR TOP 14 1541 SORINI CORPORATION 20 6142 SUMI INDO KABEL 44 7743 TEMPO SCAN PACIFIK 272 27844 TIRTA MAHAKAM RESOURCES 1 0,78845 TRIAS SENTOSA 25 1746 ULTRA JAYA MILK INDUSTRY 14 3047 UNILEVER INDONESIA 1,721 1964

Sumber : Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI) data diolah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  98

 

  99

 Lampiran 2

n Perusahaan Kelompok 1 Yang Konsisten Memiliki Nilai Ekuitas Positif Tahun 2006-2007

ENo Nama Perusahaan kuitas Ekuitas2006 2007

1 ALAKASA INDUSTRINDO 15 232 ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY 456 4463 AQUA GOLDEN MISSISSIPI 447 5074 ARWANA CITRAMULIA 190 2235 ASTRA INTERNATIONAL 22,375 26,9626 ASTRA OTOPARTS 1,864 2,2617 BENTOEL INTERNASIONAL 1,191 1,5418 BETONJAYA MANUNGGAL 0,817 89 BRANTA MULIA 25 3410 BUDI ACID JAYA 228 62511 COLORPAK INDONESIA 64 7312 DARYA VARIA LABORATORIA 412 46213 DAVOMAS ABADI 975 1,18414 DELTA DJAKARTA 431 45815 EKADHARMA 57 6016 FAJAR SURYA WISESA 1,174 1,29617 FISHINDO KUSUMA SEJAHTERA 15 2318 GAJAH TUNGGAL 2,135 2,38519 GUDANG GARAM 13,157 14,11920 HM SAMPOERNA 5,693 8,06321 INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA 6,032 6,92622 INDOFARMA 280 29123 INDOFOOD SUKSES MAKMUR 5,034 7,12624 INTIKERAMIK ALAMASRI INDUSTRI 208 33925 JAYA PARI STEEL 179 22026 KIMIA FARMA 870 90827 LION METAL WORKS 149 16928 LIONMESH 23 2929 MANDOM INDONESIA 607 67330 MAYORA INDAH 969 1,08131 MERCK INDONESIA 235 28032 MULTI BINTANG INDONESIA 198 19733 MUSTIKA RATU 264 27934 PAN BROTHERS 118 119

LAPORAN TOTAL EKUITAS PERUSAHAAN KELOMPOK 1

(dalam miliar rupiah)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI) data diolah

35 PYRIDAM FARMA 65 6636 RICKY PUTRA GLOBALINDO 292 33337 RODA VIVATEX 329 36838 SEMEN GRESIK 6,627 5,44939 SEPATU BATA 190 20740 SIANTAR TOP 343 35841 SORINI CORPORATION 350 40842 SUMI INDO KABEL 373 44043 TEMPO SCAN PACIFIK 1,942 2,11544 TIRTA MAHAKAM RESOURCES 197 19845 TRIAS SENTOSA 25 1746 ULTRA JAYA MILK INDUSTRY 814 83147 UNILEVER INDONESIA 2,368 2,69232 MULTI BINTANG INDONESIA 73 8433 MUSTIKA RATU 9 1134 PAN BROTHERS 10 2935 PYRIDAM FARMA 1 136 RICKY PUTRA GLOBALINDO 38 41    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  100

 

 Lampiran 3 

   Perusahaan Delisted dan Merger Tahun 2004‐2007 

Sumber : Pusat Referensi & Pasar Modal (BEI) dan Situs www.idx.co.id

No Nama Perusahaan Keterangan Tahun1 ADES WATERS INDONESIA Merger 20062 ADINDO FORESTA INDONESIA Delisted 20043 ALTER ABADI Delisted 20044 ANDHI CHANDRA AUTOMOTIVE Merger 20065 ARYA DUTA HOTELS Merger 20046 BAT INDONESIA Merger 20057 BANK PIKKO Delisted 20048 ENERGI MEGA PERSADA Merger 20069 ENSEVAL PUTERA Merger 200610 KALBE FARMA Merger 200611 LIPPO KARAWACI Merger 200412 MULIALAND Delisted 200713 MULTI PRIMA Merger 200514 RYANE ADIBUSANA Delisted 200615 SARASA NUGRAHA Merger 200516 SELAMAT SEMPURNA Merger 200617 SILOAM HEALTH CARE Delisted 200418 SUMMITPLAST Delisted 200719 SURYA TOTO INDONESIA Merger 200620 TEXMACO PERKASA ENGINER Delisted 200421 WAHANA JAYA PERKASA Delisted 2004  

 

 

 

 

 

 

  101

 

 Lampiran 4 

 Output Hasil Uji Analisis Multinomial Logistik 

Case Processing Summary

94 40,5%76 32,8%20 8,6%42 18,1%

232 100,0%0

232232a

KELOMPOK 1KELOMPOK 2KELOMPOK 3KELOMPOK 4

KELOMPOK

ValidMissingTotalSubpopulation

NMarginal

Percentage

The dependent variable has only one value observedin 232 (100,0%) subpopulations.

a.

 

Model Fitting Information

581,082325,732 255,350 24 ,000

ModelIntercept OnlyFinal

-2 LogLikelihood

ModelFittingCriteria

Chi-Square df Sig.

Likelihood Ratio Tests

 

 

Goodness-of-Fit

594,942 669 ,982325,732 669 1,000

PearsonDeviance

Chi-Square df Sig.

 

 

Pseudo R-Square

,667,727,439

Cox and SnellNagelkerkeMcFadden

 

 

 

 

  102

 

  103

Classification

87 5 0 2 92,6%1 67 2 6 88,2%0 1 15 4 75,0%

16 17 3 6 14,3%44,8% 38,8% 8,6% 7,8% 75,4%

ObservedKELOMPOK 1KELOMPOK 2KELOMPOK 3

Overall PercentageKELOMPOK 4

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4PercentCorrect

Predicted

 

 

 

 

 

Parameter Estimates

-12,418 5,799 4,586 1 ,0323,672 1,840 3,983 1 ,046 39,322 1,068 1448,038

,002 ,707 ,000 1 ,998 1,002 ,251 4,00324,109 4,704 26,273 1 ,000 3E+010 2929619,056 2,980E+014

,090 ,107 ,704 1 ,401 1,094 ,887 1,350,056 ,040 1,950 1 ,163 1,058 ,978 1,145

1,245 1,552 ,643 1 ,423 3,472 ,166 72,693,372 ,188 3,920 1 ,048 1,450 1,004 2,096

-,583 1,225 ,227 1 ,634 ,558 ,051 6,160-2,025 4,737 ,183 1 ,6691,140 1,068 1,141 1 ,285 3,128 ,386 25,347-,702 ,468 2,250 1 ,134 ,496 ,198 1,240

-3,369 2,109 2,553 1 ,110 ,034 ,001 2,146,089 ,107 ,695 1 ,405 1,093 ,886 1,349,059 ,035 2,891 1 ,089 1,061 ,991 1,135

-1,353 1,054 1,649 1 ,199 ,258 ,033 2,039,088 ,166 ,280 1 ,597 1,092 ,789 1,511

-,104 1,001 ,011 1 ,917 ,901 ,127 6,409-35,792 13,642 6,883 1 ,009

-3,503 1,719 4,153 1 ,042 ,030 ,001 ,875-1,927 ,657 8,610 1 ,003 ,146 ,040 ,5271,038 2,976 ,122 1 ,727 2,824 ,008 963,499

,085 ,119 ,515 1 ,473 1,089 ,863 1,374-,142 ,066 4,594 1 ,032 ,867 ,761 ,988-,999 1,145 ,761 1 ,383 ,368 ,039 3,4731,212 ,475 6,520 1 ,011 3,361 1,325 8,5213,518 2,220 2,512 1 ,113 33,718 ,435 2614,573

InterceptTETARETANITACACLTDTETDTALNASSETTRENDInterceptTETARETANITACACLTDTETDTALNASSETTRENDInterceptTETARETANITACACLTDTETDTALNASSETTREND

KELOMPOKa

KELOMPOK 1

KELOMPOK 2

KELOMPOK 3

B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forExp(B)

The reference category is: KELOMPOK 4.a.  

  104